DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH DALAM PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH RUQYAH INDONESIA CILILITAN JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh: MILLATY HANIFA NIM:1111052000033
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Oktober 2015
Millaty Hanifa
i
ABSTRAK Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam Pemulihan Kesehatan Mental Pasien Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur Millaty Hanifa, NIM: 1111052000033 Dalam kehidupan ini, manusia pasti mengalami masalah yang datang silih berganti, bahkan terkadang masalah yang datang sampai tumpang tindih. Masalah yang datang bertubi-tubi inilah yang dapat mengganggu kejiwaaan serta fisik seseorang. Seiring dihadapkannya pada masalah-masalah yang pelik, tidak menutup kemungkinan hal tersebut akan mengganggu kestabilan mental seseorang sehingga diperlukannya pemulihan kesehatan mental. Salah satu caranya adalah dengan terapi ruqyah syar’iyyah. Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur adalah salah satu lembaga yang melayani terapi ruqyah untuk pemulihan penyakit psikis maupun fisik. Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan, melaksanakan terapi dengan metode ruqyah ini karena metode ini tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Terapi ruqyah ini disebut dengan ruqyah syar’iyyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana proses terapi ruqyah syar’iyyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur serta dampak yang terjadi terhadap mental pasien. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sumber yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini, informan terdiri dari dua orang terapis dan empat orang pasien yang terindikasi mengalami gangguan mental. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia merupakan terapi ruqyah syar’iyyah. Karena pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam yaitu dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an atau hadis dan menggunakan bahasa Arab yang fasih. Adapun dampak yang terjadi setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia adalah berdampak positif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya mengalami gelisah, cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalah, kaku pada bagian tubuh yang disebabkan terlalu banyak beban pikiran berangsur membaik. Kata kunci: Ruqyah Syar’iyyah, Pemulihan Kesehatan Mental
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai kepada kita saat ini. Skripsi yang berjudul “Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam Pemulihan Kesehatan Mental Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur” ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
bersama Dr. Suparto, M.ed. Ph.D sebagai Wakil
Dekan Bidang Akademik, bersama Dr. Roudhonah, M.A sebagai Wakil Dekan Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Ir. Noor Bekti Nugroho, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. iii
4. H. Fauzun Jamal, Lc., M.A sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar, tulus, ikhlas membimbing penulis dan memberikan arahan serta motivasi selama penulis menyusun skripsi ini. 5. Prof. Dr. Daud Effendi selaku dosen penasehat akademik yang memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu bermanfaat. 7. Ustadz Achmad Junaedi, Lc, MHi sebagai Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia. Terima kasih telah membantu saya memberikan data dan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kedua orang tua (Ahmad Muslih S.Pd.I dan Susilawati), terima kasih atas pengorbanan, kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doanya yang terus mengalir tiada henti kepada penulis. 9. Sahabat seperjuangan penulis Shifa Amalia yang telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis wawancara ke Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Wirda, Tiara Izzati, Iis Nadia Alim, dan Roisatunnisa terima kasih atas perhatian dan dukungannya kepada penulis. Kenangan bersama yang telah kita ukir kurang lebih empat tahun akan selalu penulis kenang. Semoga persahabatan kita tak akan
iv
lekang termakan zaman dan kita semua menjadi orang yang bermanfaat. 10. Teman-teman BPI 2011, kenangan selama 4 tahun silam tidak akan penulis lupakan. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Anda semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.
Ciputat, 07 Oktober 2015 Penulis
Millaty Hanifa
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................
i ii iii vi
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................... 8 D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9 E. Sistematika Penulisan ........................................................ 11
BAB II
LANDASAN TEORI ................................................................ A. Dampak ............................................................................. B. Ruqyah Syar’iyyah ............................................................ 1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah ................................... 2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah ........................................ 3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah ............................... C. Kesehatan Mental .............................................................. 1. Pengertian Kesehatan Mental ..................................... 2. Ciri-ciri Mental Yang Sehat Dan Tidak Sehat ........... METODOLOGI PENELITIAN .............................................. A. Pendekatan Penelitian........................................................ B. Jenis Penelitian .................................................................. C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................ 1. Observasi .................................................................... 2. Wawancara ................................................................. 3. Dokumentasi............................................................... D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. E. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. F. Teknik Analisis Data ......................................................... G. Teknik Penulisan ............................................................... H. Sumber Data ......................................................................
13 13 14 14 17 19 20 20 23 32 32 32 34 34 35 36 37 37 37 38 39
PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA ...................... A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur ..................................................................... 1. Sejarah dan Perkembangan ........................................ 2. Visi dan Misi .............................................................. 3. Pelayanan ................................................................... 4. Struktur Pengurus ....................................................... 5. Prosedur Penanganan Pasien ...................................... 6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah .................... 7. Sarana dan Prasarana ..................................................
40
BAB III
BAB IV
vi
40 40 41 41 43 44 45 46
8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia ...................... B. Temuan dan Analisis Data ................................................ 1. Karakteristik Informan ............................................... 2. Intensitas Kunjungan .................................................. 3. Latar Belakang Penyakit ............................................ C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia ............................................................... D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental Pasien ................................. BAB V
47 48 58 52 54 56 61
PENUTUP.................................................................................. 65 A. Kesimpulan ........................................................................ 65 B. Saran .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… LAMPIRAN
vii
67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tentram dan bahagia, walaupun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut dapat tercapai. Karena dalam kehidupan ini, manusia tidak ada hentinya mengalami suatu masalah yang datang silih berganti. Bahkan masalah tersebut terkadang sampai tumpang tindih, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Menurut Sahilun, permasalahan yang datang bertubi-tubi ini bisa mengganggu kejiwaan dan badaniah seseorang. Tidak jarang orang yang menderita sakit badaniah lebih disebabkan
karena
faktor-faktor
kejiwaan
yang
lebih
dikenal
dengan
psychosomatic. Secara medis, sebetulnya orang itu tidak sakit, tapi kenyataannya menderita sakit.1 Seperti semakin kurus, sukar tidur, kadang-kadang berperilaku aneh, gelisah, dan lain-lain. Menurut Zakiah Daradjat, perasaan resah-gelisah, risau dan kelabu sering menyerang manusia. Kadang bercampur dengan rasa takut dan cemas, sehingga manusia tidak mampu menghadapi serta mengatasinya, terasa dirinya ditimbun oleh tumpukan kesulitan. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kesehatan jasmaninya, bahkan mungkin menyerang kesehatan rohaninya (jiwanya), lebih jauh, juga dapat mengganggu hubungan sosialnya.2
1
Sahilun A dan Nasir, M.Pd. Problematika Kehidupan dan Pemecahannya: Suatu Pendekatan Psyeo-Religious, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 25. 2 Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Ruhama, 1996), cet. Ke-6, h.20.
1
2
Kegoncangan batin yang diperkirakan akan melanda umat manusia ini barangkali akan mempengaruhi kehidupan psikologis manusia. Kehidupan manusia yang semakin kompleks menuntut adanya pencerahan spiritual. Pada kondisi ini, manusia akan mencari penentram batin, antara lain agama. Hal ini pula barangkali yang menyebabkan munculnya ramalan fotorolog bahwa di era globalisasi agama akan mempengaruhi jiwa manusia.3 Seringnya manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan pelik dalam kehidupan ini, tidak menutup kemungkinan akan mengganggu kestabilan jiwa manusia itu sendiri. Sehingga diperlukan kekuatan yang besar agar manusia sanggup menghadapi hambatan dan rintangan tersebut. Kekuatan ini hanya bisa diperoleh di dalam aqidah dan keimanan pada Allah.4 Kesehatan
mental
yang
terganggu
berpengaruh
buruk
terhadap
kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh gangguan atau penyakit mental tersebut antara lain dapat dilihat dari perasaan, pikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dan dari segi perasaan, gejalanya antara lain menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, kecewa, putus asa, bimbang dan rasa marah. Dari segi pikiran dan kecerdasan, gejalanya antara lain lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan pikiran dan suatu pekerjaan karena kemampuan berfikir menurun. Dari segi tingkah laku sering menunjukkan tingkah laku yang tidak terpuji, seperti suka menganggu lingkungan, mengambil milik orang lain, menyakiti dan memfitnah. Apalagi keadaan buruk ini berlarut-larut dan tidak mendapatkan penyembuhan, besar kemungkinan penderita akan mengalami 3
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 197. Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan. Terjemah Jaziratul Islamiyah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. ke-3, 2000, h. 27. 4
3
psikosomatik atau penyakit jasmani yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan, seperti hipertensi (darah tinggi), lumpuh, gangguan pencernaan dan lemah syaraf.5 Karakteristik kualitas hidup seseorang merupakan bagian dari kesehatan mental. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, tidak mungkin apabila seseorang mengabaikan kesehatan mentalnya. Sebaliknya, kualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan pada kesehatan mentalnya. Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang ditunjukkan oleh kesehatan mentalnya.6 Manusia yang sehat secara psikis akan menyadari bahwa dirinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya, dan harus terus menerus berkomunikasi dengan dunia luar agar dia bisa menjadi manusia yang normal.7 Oleh karena itu, mewujudkan mental yang sehat adalah sebuah keharusan agar bisa menjadi manusia yang normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Terwujudnya kesehatan mental yaitu dengan adanya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan diri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.8 Menurut Muhammad Mahmud Abd al-Qadir, seorang ulama dan ahli biokimia, ada hubungannya antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan 5
A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Gunung Agung, 1993), h. 33. 6 Mulyono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan), (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), h. 27. 7 Ibid.,h. 27. 8 Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 77.
4
antara hubungan agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa. Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kesehatan. Ini terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang Maha Tinggi. Sikap pasrah ini memberikan sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif.9 Orang pertama yang mengemukakan pentingnya terapi keagamaan atau keimanan adalah William James, seorang filosof dan ahli jiwa dari Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa: “Gelombang lautan yang menggelora sama sekali tidak membuat keruh ketenangan relung yang dalam dan membuat resah, demikian hanya individu yang keimanannya mendalam, ketenangan tidak akan terkeruhkan oleh gejolak seperti rel yang sementara sifatnya. Sebab inividu yang religius akan terlindungi dari keresahan dan selalu terjaga keseimbangannya serta selalu siap untuk menghadapi segala petaka yang terjadi.”10 Jadi, tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi kesehatan adalah keimanan kepada Tuhan, sebab individu yang benar-benar religius akan selalu siap menghadapi apapun yang akan terjadi. A g a m a k et e nt u a n
sej a k d a n
m e m b e n d u n g k eji w a a n, s e g al a si k a p,
h u k u m n y a
tel a h
terj a di n y a d e n g a n
d e n g a n d a p at
g a n g g u a n dil a hir k a n n y a
k e m u n g k i n a n - k e m u n g k i n a n p er a s a a n
m e m b a w a 9
yait u
d a h u l u
p a d a
d a n
peril a k u
k e g elis a h a n,
ji k a
ya n g terja di
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. ke 7, h. 152. M. Utsman Najati, al-Quran wa al-Nafs, Penerjemah Rof’i Usmani (Bandung: Pustaka, 1997), h. 283. 10
5
k e s al a h a n
ya n g
pa d a
m e m b a w a
p e n y e s al a n
pa d a
b e r s a n g k u t a n,
m a k a
m e m b e ri
u nt u k
jala n
k et e n a n g a n a m p u n a n
bati ni a h
k e p a d a
ak hir n y a or a n g
ag a m a
ya n g ak a n
m e n g e m b a lik a n d e n g a n
T u h a n .
m e m i n t a
11
Sesungguhnya banyak penyakit di dunia ini yang dialami oleh manusia, serta berbagai macam pula faktor penyebabnya. Namun semua itu ternyata dapat disembuhkan melalui terapi iman yaitu dengan bersuci dan berzikir (shalat), serta menerapkan tuntunan Allah dalam kehidupan sehari-hari.12 Jika manusia mau mendalami al-Quran bisa menjadi obat ataupun pencegah penyakit. Ibadah dalam agama Islam banyak yang berkaitan dengan keadaan tubuh, sebagaimana Allah berfirman:
Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S AlIsraa: 82)
11
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Masagung, 1994), h. 7. 12 Syekh Muhammad as-Shayim, Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 5.
6
Ayat tersebut menegaskan bahwa semua kandungan al-Quran merupakan obat. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan adanya dua pendapat ulama tentang penyakit yang bisa disembuhkan oleh al-Quran. Pendapat pertama bahwa al-Quran itu menyembuhkan hati dari penyakit kebodohan dan keraguan. Pendapat kedua menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dengan cara ruqyah, taawudz dan sejenisnya.13 Masih ada dalam masyarakat yang mempunyai persepsi yang kurang benar tentang ruqyah. Mereka beranggapan bahwa ruqyah hanya digunakan untuk mengusir jin saja. Kesalahan persepsi tersebut boleh jadi karena sering diadakan ruqyah massal untuk mengusir jin yang ada dalam diri manusia. Jarang para peruqyah menjelaskan lebih luas penggunaan metode ruqyah tersebut untuk penyembuhan fisik dan psikis. Ruqyah syar’iyyah dalam prakteknya dapat dimaknai secara operasional adalah suatu upaya penyembuhan yang dilakukan seorang muslim dengan memohon kepada Allah akan kesembuhan baik untuk dirinya sendiri atau orang lain dengan cara membaca ayat-ayat al-Quran yang shahih yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pengertian ini sejalan dengan firman Allah SWT:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu dari Rabbmu dan penyembuh (penawar) dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada 13
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an. (Kairo: T.pn., 1940) juz 10, h. 316.
7
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus: 57) Begitu juga dalam hadits Nabi SAW:
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula obatnya” (HR Bukhori: 5678)14 Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur merupakan suatu lembaga yang melayani terapi ruqyah yang tidak hanya untuk para penderita gangguan jin saja. Terapi dengan metode ruqyah yaitu terapi yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit, baik yang diduga terkena gangguan jin ataupun sejenisnya. Pada zaman dahulu di negeri Arab, terapi ruqyah ini sangat populer yang dipakai sebagai pengobatan alternatif dalam mengobati suatu penyakit. Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur menerapkan terapi dengan metode ruqyah ini karena metode yang diterapkan tidak bertentangan dengan syari’at Islam dan juga merujuk pada petunjuk Rasulullah SAW. Oleh karena itu, terapi ruqyah tersebut dinamakan ruqyah syar’iyyah. Metode pengobatan alternatif terapi ruqyah dengan pendekatan syar’iyyah merupakan pengobatan yang begitu besar manfaatnya dalam mengobati segala macam penyakit. Metode pengobatan terapi
ruqyah
pada era sekarang terus
dikembangkan tidak hanya terfokus pada pengobatan untuk gangguan jin, akan tetapi dikembangkan untuk mengobati gangguan-gangguan psikologis yang lainnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
14
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Mukhtasor Ad-Da’wa, Terapi Penyakit Rohani. Terjemah Salafudin Abu Sayyid (Solo: Arafah, 2005), Cet. ke-1, h. 14.
8
Jakarta Timur. Oleh karena itu, pengobatan dengan terapi ruqyah ini penulis rasa sangat menarik untuk diteliti hubungannya dengan kesehatan mental. Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus menjadikan pembahasan skripsi dengan judul “DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH DALAM PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH RUQYAH INDONESIA CILILITAN JAKARTA TIMUR”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur ini memiliki berbagai macam layanan seperti ruqyah syar’iyyah, bekam/hijamah, konsultasi masalah keluarga dan agama, iridiologi, acupressure, obat-obatan herbal serta ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam, maka penulis membatasi hanya pada pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah. Penelitian ini hanya membatasi pada dampak dari terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. 2. Perumusan Masalah Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. b. Apa dampak yang terjadi pada mental pasien setelah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan menganalisa proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. b. Untuk mengetahui dan menganalisa dampak yang terjadi pada mental pasien setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. 2. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya dan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai terapi ruqyah dan dampaknya bagi kesehatan mental. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap terapi Islam khususnya terapi ruqyah yang selama ini dianggap hanya untuk mengusir jin saja. b. Secara praktis 1) Dapat memberikan wawasan baru tentang adanya dampak terapi ruqyah terhadap kesehatan mental.
10
2) Sebagai bahan evaluasi untuk Rumah Terapi Ruqyah Indonesia dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah.
D. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya penulis menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai masalah hampir sama dan berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis. Adapun skripsi yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti adalah: a. Arief, NIM: 102052025633, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Islam Melalui Terapi Ruqyah di Pesantren Yatama Depok”. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang korelasi bimbingan Islam dengan terapi ruqyah di Pesantren Yatama Depok. Sedangkan penelitian yang penulis teliti menjelaskan tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien. b. Ana Noviana, NIM: 106052001949, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, dengan judul “Pelaksanaan Terapi Ruqyah Syar’iyyah Bagi Penderita Gangguan Emosi di Bengkel Rohani Ciputat”. Dalam penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah dalam menangani pasien yang menderita
11
gangguan emosi di Bengkel Rohani. Berbeda dengan yang penulis teliti, penelitian penulis memfokuskan pada kesehatan mental. c. Aan Anwarudin, NIM: 100070020095, jurusan Psikologi, Fakultas Psiko,ogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009, dengan judul “Terapi Ruqyah dalam Konteks Individu yang Mengalami Kesurupan (Studi Kasus pada Pasien Bengkel Rohani)”. Dalam penelitian ini menjelaskan metode ruqyah yang dilaksanakan di Bengkel Rohani Ciputat. Subjek dalam penelitian ini yaitu individu yang mengalami kesurupan. Sedangkan penelitian yang penulis teliti subjek penelitiannya adalah kesehatan mental pasien.
E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika berdasarkan hubungan dan kesamaan yang ada. Skripsi ini terdiri dari: BAB I
PENDAHULUAN Yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Mengemukakan tentang dampak, ruqyah syar’iyyah, pengertian ruqyah, jenis-jenis ruqyah, dan syarat-syarat ruqyah dan peruqyah. Selain itu juga mengemukakan tentang kesehatan mental,
12
pengertian kesehatan mental dan ciri-ciri mental yang sehat dan yang tidak sehat. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, instrument dan cara pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik analisis data, dan sumber data.
BAB IV
PROFIL DAN ANALISIS DATA Bab ini menjelaskan tentang gambaran profil Rumah Ruqyah Indonesia, sejarah singkat, visi dan misi, struktur kepengurusan, pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia. Analisis proses terapi ruqyah syar’iyyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia. Analisis dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien. Analisis hasil wawancara.
BAB V
PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dampak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah “pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)”.1 Secara sederhana, dampak juga bisa diartikan sebagai “pengaruh atau akibat”. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan. Dari penjelasan di atas, maka dampak dapat terbagi ke dalam dua pengertian, yaitu: 1. Dampak positif Dampak positif yaitu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang positif. Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya agar tidak membelokkan fokus mental seseorang pada yang negatif. 2. Dampak negatif Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif.2 Negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar daripada pengaruh positifnya. Terapi ruqyah syar‟iyyah merupakan salah satu layanan yang diberikan kepada pasien oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Dengan 1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 234. 2 Ibid., h. 234.
13
14
adanya layanan terapi ruqyah ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pasien terutama dalam pembinaan mentalnya. B. Ruqyah Syar’iyyah 1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah Ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca al-Quran dan doa-doa ma‟suraat (yang diambil dari al-Quran dan hadis).3 Ruqyah adalah pembacaan beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas kesembuhan atau kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayat-ayat al-Quran, dzikir atau doa para Nabi yang dibacakan oleh seseorang untuk dirinya sendiri ataupun orang lain selain dirinya.4 Makna ruqyah secara terminologi menurut Saad Muhammad Shadiq dalam “Shira‟bainal haq wal bathil” sebagaimana yang dikutip oleh Kholilul Rohim bahwa “Ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.” Ruqyah menurut para ulama adalah suatu bacaan dan doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan.5 Menurut
Ib n u
p e rli n d u n g a n m e r u p a k a n d i u c a p k a n n i s c a y a 3
T i n, at a u ob at
m e l al ui
a k a n
ruqyah
a d a l a h
a s m a
All a h
ro h a n i a h. lis a n
m e n d a t a n g k a n
o r a n g
k ali m a t y a n g K a l a u sa l e h,
k e s e m b u h a n
Said Abdul Azhim, Bebas Penyakit dengan Ruqyah, (Depok: Qultum Media Cetakan I, 2006), h. 169. 4 M. Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press Cetakan I, 2006), h. 397. 5 Ibid., h. 44.
15
d e n g a n I b n u
izi n
All a h .
M a s’u d
ruqyah
Se d a n g k a n
m e n u r u t
ad a l a h
ti n d a k a n
m e m b a c a
m a n t e r a - m a n t e r a,
te r s e b ut
dip e r b ol e h k a n
m e m iliki jej a k syi rik.
d a n
ti n d a k a n
a p a bil a
ti d a k
6
Pengertian ruqyah dilihat dari sudut kebahasaan adalah jampi atau mantra. Sedangkan, istilah ini sering diartikan sebagai segala macam bacaan atau doa yang dilafalkan adalah ayat-ayat al-Quran atau bersumber dari ajaran Rasulullah, ruqyah semacam ini disebut ruqyah syar‟iyyah. Sebaliknya jika mantra yang dibaca selain dari keduanya (al-Quran dan doa dari Rasulullah) disebut ruqyah syirkiyyah, yakni yang dilarang oleh syariat karena mengandung unsur-unsur penyekutuan terhadap Allah SWT.7 Ruqyah secara umum terbagi menjadi dua macam, pertama ruqyah syar‟iyyah yang diperbolehkan oleh syariah Islam yaitu terapi ruqyah yang seperti diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kedua, ruqyah syirkiyyah yang tidak diperbolehkan oleh syariah Islam. Yaitu ruqyah yang dilakukan dengan menggunakan bahasa yang tidak dipahami maknanya, atau ruqyah yang mengandung unsur kesyirikan.8 Ruqyah syar‟iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam. Terapi adalah melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang
6
Majdi Muhammad Asy-Syahawi, Menjelajah Alam Jin dan Cara Mengatasi Gangguannya berdasarkan Syariat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 178 7 Kholilul Rohim, Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-surah Pendek juz ke-30 untuk Kesehatan dan Keselamatan Hidup Dunia-Akhirat, (Jakarta: PT Mizan Publika Cetakan I, 2008), h. 44. 8 Hanis Syam, dkk., Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir sesuai Syariat Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2006), h. 28.
16
untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.9 Terapi Islam mempunyai beberapa fungsi, sebagaimana yang dirumuskan oleh Hamdani Bakran antara lain: a. Fungsi pencegahan (prevention), dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan ilmu (agama Islam) maka akan dapat menimbulkan potensi preventif sebagaimana telah diberikan Allah kepada hambanya yang dikehendaki-Nya. b. Fungsi penyembuhan dan perawatan (treatment). Terapi Islam (dzikir, shalat, doa, membaca shalawat Nabi) akan membantu seseorang melakukan pengobatan penyakit khususya terhadap gangguan mental, spiritual dan kejiwaan. c. Fungsi pensucian atau pembersihan. Terapi Islam melakukan pensucian diri dari bekas-bekas dosa dengan pensucian najis, pensucian dari yang kotor (mandi), pensucian yang bersih (wudhu), pensucian yang suci atau fitri (shalat taubat), dan pensucian yang Maha suci (Dzikrullah mentauhidkan Allah).10 Mungkin terlintas di dalam benak bahwa ruqyah dikhususkan untuk pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh „ain, sihir, atau kerasukan jin, serta tidak mempunyai efek penyembuhan penyakit jasmani, rohani ataupun hati. Pandangan semacam ini tidak benar dan merupakan kesalahan persepsi tentang ruqyah yang harus diluruskan, agar dapat mengambil manfaat dari ruqyah dalam
9
Lukman Hakim, Terapi Qurani untuk Kesembuhan dan Rizki yang tak Terduga (Jakarta: Link Consulting, 2012), h. 13. 10 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h.270-271.
17
mengobati semua penyakit yang menimpa kita, baik penyakit secara maknawi ataupun penyakit yang terindera. Agar penggunaan ruqyah tidak melenceng dari tuntunan agama, maka para ulama menetapkan tiga syarat sahnya ruqyah. Tentang hal ini, Ibnu Hajar berkata, “Para ulama telah berkonsensus tentang bolehnya ruqyah jika telah memenuhi syarat berikut: a. Menggunakan kalam Allah (ayat-ayat al-Quran), asmaul husna, dan sifat-sifat-Nya. b. Menggunakan bahasa Arab. c. Diyakini
bahwa
ruqyah
tidak memberikan
pengaruh
dengan
sendirinya, tapi justru dengan ketentuan Allah.11 2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat di dalam al-Quran maupun as-Sunnah. Dasar-dasar tersebut antara lain12: a. Di dalam surat Al-Israa’ ayat 82, Allah berfirman:
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.”(QS. AlIsraa: 82)
11
Yusuf Al-Qardhawi, “Mauqif al-Islam” dalam Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunthe, Dahsyatnya Doa dan Zikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 155. 12 M. Darojat Ariyanto, Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, (Yogyakarta: SUHUF, 2007), h.49.
18
b. Di dalam beberapa hadis disebutkan:
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda:”sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) al-Quran.” (H.R Ibnu Majah)13 c. Dari Muslim meriwayatkan:
Dari Abi Sa‟id Al Khudri, ia berkata: Bahwasannya Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata: “Ya Muhammad! Sakitkah engkau?” Nabi berkata: “ya” maka Jibril berkata: “dengan nama Allah, aku mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang menimpamu dan juga dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah akan menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan ruqyah untukmu.” (H.R. Muslim)14
13
Sholih Ahmad Syami, Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil Muhammadiyah, (T.tp.: AlMaktabu Islamiyyah, 1991), h. 421. 14 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 179.
19
3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah a. Syarat-syarat ruqyah Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah yang dibolehkan adalah: 1) Hendaklah ruqyah dilakukan dengan kalamullah (al-Quran) atau atas nama-Nya atau sifat-sifat-Nya atau doa-doa shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW pada penyakit tersebut. 2) Harus dilakukan dengan bahasa Arab. 3) Hendaklah diucapkan dengan makna yang jelas dan dapat dipahami. 4) Tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan ruqyah itu. Misalnya, memohon pertolongan kepada selain Allah, berdoa kepada selain Allah, menggunakan nama jin atau raja-raja jin dan semacamnya. 5) Tidak bergantung kepada ruqyah dan tidak menganggapnya sebagai penyembuh. 6) Harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan kekuatan sendiri, tetapi hanya dengan izin Allah.15 b. Syarat Peruqyah Syarat yang harus dimiliki seorang peruqyah atau muallij (orang yang meruqyah dengan cara syar‟i) adalah:
15
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah „Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2006), h. 47-48.
20
1) Harus beraqidah lurus seperti salafush shalih (orang-orang terdahulu yang shalih) yang bersih, jernih, benar dan terbebas dari syirik dan bid‟ah. 2) Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan perbuatan. 3) Harus yakin bahwa al-Quran dan as-Sunnah punya pengaruh besar pada jin dan setan. 4) Harus
mengetahuui
perihal
jin
dan
setan,
jerat-jeratnya,
kegemarannya melalui hadis Rasulullah SAW. 5) Mengetahui pintu-pintu masuk setan pada manusia. 6) Dianjurkan dengan sangat, sudah menikah supaya bisa menjaga suasana hati. 7) Menjauhi hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun dosa-dosa besar. 8) Senantiasa berdzikir kepada Allah, introspeksi dan bertaubat, serta menjaga keikhlasan dan sabar. 9) Mengetahui ilmu-ilmu hati agar tidak mudah terperdaya oleh jin dan setan.16 C. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan Mental Kesehatan mental berasal dari dua kata, yaitu kesehatan dan mental. Adapun kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diberi awalan ke- dan –an dalam 16
Perdana Akhmad, Ruqyah Syar‟iyyah vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah), (T.tp.: Quranic Media Pustaka, t.t.), h.18-19.
21
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit/waras).17 Pengertian mental menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah yang menyangkut batin, watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.18 Adapun kata mental berasal dari mens, mentis yang berarti nyaman, sukma, roh, semangat. Dengan demikian, pengertian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.19 Istilah mental mempunyai arti ganda, ada yang mengartikannya sebagai jiwa, nyawa, sukma, roh tetapi ada pula yang mengartikannya semangat. Istilah mental bisa meliputi masalah pikiran, akal, ingatan, atau proses-proses yang berasosiasi dengan ketiganya.20 Secara terminologi, para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi mempunyai perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, yakni mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia
17
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 645. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) h.794. 19 Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.3. 20 MIF Baihaqi, M.Si, dkk., Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h.3.
22
yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi mental.21 Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya. Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami berbagai gangguan-gangguan kejiwaan,
yang berpengaruh pada kondisi
kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies.22 Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bisa merumuskan bahwa mental adalah suatu hal yang berkaitan dengan batin dan watak berupa unsur-unsur psikologis termasuk pikiran, emosi, perasaan dan sikap yang tidak bisa dilihat oleh panca indera, melainkan hanya gejalanya saja yang tampak sebagai corak tingkah laku. Kesehatan mental menurut Yusak Burhanudin ditinjau dari segi terminologis
adalah
kemampuan
yang
dimiliki
oleh
seseorang
untuk
21
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),
h. 30. 22
Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 6-7.
23
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungannya.23 Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental adalah sebagai berikut: Kesehatan mental merupakan pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikose).24 Selain itu, di dalam buku Jalaludin yang berjudul “Pengantar Ilmu Jiwa Agama”, Zakiah Daradjat juga mengartikan kesehatan mental yaitu: Terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, dan sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa, dilanjutkan dengan adanya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan (tidak ada konflik) serta mampu menyesuaikan diri dan merasa dirinya berharga, serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin, dengan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia maupun akhirat.25 Dari uraian di atas tentang pengertian kesehatan mental, maka dapat dipahami bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa serta terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah-masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. 2. Ciri-ciri mental yang sehat dan yang tidak sehat Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini, hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, berguna dan sanggup menghadapi rintangan atau kesulitan dalam hidup. Apabila kesehatan mentalnya 23
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 10-12. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), h. 21. 25 Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 76. 24
24
terganggu, akan tampak gejalanya dalam aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan. Setiap orang senantiasa memiliki mental yang sehat pada umumnya, namun ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat dikarenakan suatu hal. Orang yang mentalnya tidak sehat, tidak dapat memperoleh ketenangan hidup karena jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan konflik batin. Kondisi mental dapat digolongkan dalam dua bentuk, yaitu kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Para ahli psikologi telah membagi manusia ke dalam dua golongan, yaitu yang sehat mentalnya dan yang tidak sehat mentalnya. El-Quusiy mengatakan bahwa: “Kesehatan mental sama saja dengan kesehatan jasmani, dimana keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani hampir tidak ada. Hanya derajat keserasian itulah yang menunjukkan keadaan sehat atau sakit. Demikian juga dengan fungsi-fungsi kejiwaan, hampir tidak ada yang betul-betul serasi. Hanya derajat keserasian yang dapat membedakan antara sehat dan tidaknya seseorang.”26 Menurut Kartini Kartono, ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya kekalutan mental, yaitu: 1. Predisposisi struktur biologis/jasmaniah, dan mental atau kepribadian yang lemah. 2. Konflik-konflik
sosial
dan
konflik-konflik
kultural
yang
mempengaruhi diri manusia.
26
Abdul Aziz Al-Quussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Terj. Zakiah Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), H. 35-36.
25
3. Pemasakan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek yang salah.27 Berkenaan dengan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemenn dalam karangannya yang berjudul Principles of Abnormal Psychology, sebagaimana dikutip oleh Moeljono Notosoedirjo, memberikan ciri-ciri mental yang sehat sebagai berikut: a. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan dalam lingkungan kerja. b. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu juga dapat menilai perilaku yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang menyimpang. c. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruk lainnya dengan besar hati. d. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar dan realitas sehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam
27
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 241.
26
mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.28 Organisasi kesehatan dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, psikiater, sebagai berikut: a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya. b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya. c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian hari. g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.29 Sedangkan menurut Supratiknya ciri-ciri pribadi sehat berdasarkan aspek penyesuaian dirinya sebagai berikut:
28
Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, (Malang: UMM Press, 2002), h. 28-29. 29 Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental, (PT. Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1999), h. 12-13.
27
a. Ditinjau dari aspek terhadap diri sendiri. Ciri perilakunya: menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan. b. Ditinjau dari aspek realitas Ciri perilakunya: memiliki pandangan yang realistik terhadap diri sendiri dan terhadap dunia, orang, maupun benda di sekelilingnya. c. Ditinjau dari aspek integrasi Ciri perilakunya: berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress. d. Ditinjau dari aspek kompetensi Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup. e. Ditinjau dari aspek otonomi Ciri perilakunya: memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan peentuan diri yang memadai disertai kemampua cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial. f. Ditinjau dari aspek pertumbuhan aktualisasi diri Menunjukkan kecenderungan ke arah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.30
30
MIF Baihaqi, Sunardi,Riksma N. Rinalti A., & Euis Heryati, Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 19.
28
Peranan ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam orang dapat pula memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental. Berikut ini indikasi-indikasi kesehatan jiwa dalam Islam: a. Sisi spiritualitas: adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, menerima takdir dan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya, selalu merasakan kedekatan kepada Allah, memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal dan selalu berdzikir kepada Allah. b. Sisi sosial: cinta kepada orang tua, anak dan pasangan hidup, suka membantu
orang-orang
yang
membutuhkan
amanah,
berani
mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang dapat menyakiti manusia dan mampu bertanggung jawab sosial. c. Sisi biologis: terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan juga cacat fisik dengan adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan kemampuannya.31 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas mengenai mental yang sehat yaitu keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan 31
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Marulita, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 450.
29
dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang yang kurang sehat mentalnya yaitu orang yang merasa terganggu mental dan ketentraman hatinya. Gangguan adalah hal-hal yang menyebabkan ketidakwarasan atau ketidakwajaran terhadap kesehatan mental atau jiwa.32 Menurut Kartini Kartono (1989), yang disebut gangguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian atau lebih dari sistem kejiwaan.33 Seorang individu yang terganggu kesehatan mentalnya dapat dilihat dari tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya. Karena seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.34 Pada dasarnya tidaklah mudah mengukur atau memeriksa seseorang atau individu untuk mengetahui apakah sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) dengan alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani. Namun, yang menjadi ukuran adalah merasakan diri sudah sejauh mana kondisi perasaan, apakah sudah melampaui batas kewajaran atau tidak, seperti merasa sedih, kecewa, pesimis, rendah diri, dan sebagainya. Gejalagejala umum yang kurang sehat mentalnya dapat dilihat dalam beberapa segi, antara lain: 32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 202. 33 Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 80-81. 34 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 16.
30
a) Perasaan Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah karena
kurang
mampu
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
dihadapinya. b) Pikiran Adapun kondisi pikiran yang sehat yaitu mampu berfikkir secara cepat, tepat, akurat dan sistematis, realistis, mampu berkonsentrasi, tidak merasa lelah dan merasa gundah dan kacau (distorsi).35 Pada umumnya orang yang kurang sehat mentalnya tampak pada kelakuankelakuannya yang tidak baik dan segala yang bersifat negatif. c) Emosi Kondisi kejiwaan yang dapat mempengaruhi mental disamping perasaan dan pikiran juga dipengaruhi oleh emosi. Emosi merupakan penyesuaian organis yang timbul secara otomatis dalam diri seseorang setiap menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu, jadi emosi digerakkan dengan kondisi gejolak psikis. Gejalanya bisa diperoleh dari faktor dasar yakni watak, karakter, hereditas, dan atau dipengaruhi oleh lingkungan.36 Disamping pengertian tersebut, yang dimaksud dengan emosi adalah suatu kondisi perasaan yang melebihi batas, terkadang tidak mampu menguasai diri dan menjadikan hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi terputus. Ketidakmampuan untuk mengendalikan
35
William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, terj. Jeanette M, dkk, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 20-21. 36 Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), h. 50.
31
perasaan tersebut terhadap setiap problem akan melahirkan sikap emosional yang cenderung negatif. Sikap emosional yang ada dalam diri manusia yang didasarkan pada arah aktivitas tingkah laku emosionalnya itu ada empat bentuk, yaitu: 1. Marah, yakni orang bergerak menentang sumber frustasi. 2. Takut, yakni orang bergerak meninggalkan sumber frustasi. 3. Cinta, yakni orang bergerak menuju sumber kesenangan. 4. Depresi, yakni orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.37 Secara fitrah pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat emosional, jadi emosi tidak bisa dibunuh, akan tetapi emosi harus disalurkan dengan cara yang baik.
37
M. Dimyati Mahmud, Psikologi: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990), h. 166.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji suatu kebenaran atau pengetahuan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexi J. Moleong adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis telah meneliti bagaimana proses terapi ruqyah syar’iyyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur serta bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental pasien yang melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.2 Penelitian deskriptif yaitu usaha mengungkap suatu
1
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet ke-15, h.3. 2 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3.
32
33
masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta.3 Jadi penelitian ini berusaha mendeskripsikan atau menginterpretasikan suatu kondisi proses yang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifat naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field study.4 Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman, video dan lain sebagainya.5 Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan yang diteliti.
3
Hadari Hawari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), cet. ke-11, h.31. 4 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 159. 5 E. Kristi Poerwandari, Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 1998), h. 36.
34
C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Untuk memperoleh ketetapan data dan keakuratan informasi yang mendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui: 1. Observasi Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data primer dengan memperoleh secara langsung dari sumber lapangan penelitian. Pengumpulan data atau informasi dan fakta secara langsung tersebut biasanya melalui wawancara secara lisan dengan memerlukan adanya kontak secara tatap muka antara peneliti dengan respondennya.6 Tujuan observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas, memahami maksud dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang terjadi pada suatu aktivitas. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung untuk memperoleh data tentang cara proses terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Dengan kata lain, observasi yaitu melakukan kunjungan langsung ke tempat penelitian serta mengamati pasien dan proses terapi ruqyah itu dilaksanakan. Peneliti telah melakukan observasi sebanyak tiga kali. Observasi atau kunjungan langsung ke tempat penelitian tersebut bertujuan untuk
6
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 22.
35
memperoleh data yang lebih akurat tentang proses terapi ruqyah syar’iyyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia. 2. Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.7 Menurut Kerlinger (1986) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Imam Gunawan, wawancara adalah situasi peran antarpribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang (yakni pewawancara) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau informan.8 Jadi, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola piker dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan, gagasan/pendapat, sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu
7
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 135. 8 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h.162.
36
pihak tertentu.9 Pengumpulan data atau informasi dengan wawancara (interview) ini dilakukan secara langsung dengan tanya jawab kepada empat orang pasien yaitu Astrid, Fera, Dwi, dan Lili serta dua orang terapis yaitu ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi dan ustadz Abu Azzam. 3. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.10 Dokumentasi adalah pekerjaan mengumpul, menyusun dan menyebarkan dokumen dari segala macam jenis dalam seluruh lapangan aktivitas manusia.11 Menurut Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd,. dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Renier menjelaskan istilah dokumen ke dalam tiga pengertian: (1) dalam arti luas, yaitu meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; dan (3) dalam arti spesifik, yaitu hanya meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian,
undang-undang,
konsesi,
hibah
dan
sebagainya.12
Dapat
disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, gambar, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian. Dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan 9
Arief Subiyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), h.97. 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 149. 11 R.O. Simatupang, dkk. Dokumen,(t.: Soeroengan, 1959), h. 13. 12 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h.176.
37
pengumpulan data yang didapat di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur dengan masalah yang diteliti. D. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Rumah Ruqyah Indonesia yang beralamatkan di Jl. Kelurahan Lama (Jl. Raya Bogor) No. 56 Rt. 04 Rw. 015 Cililitan Kramat Jati Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian telah dilakukan yaitu pada bulan April sampai bulan Agustus 2015. E. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pembimbing ruqyah (terapis) serta empat orang pasien ruqyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu proses menata, menyetrukturkan, dan memaknai data yang tidak beraturan.13 Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. 13
Christine Daymon dan Immy Holloway, Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Penerjemah Cahya Wiratama (T.tp: PT Bentang Pusaka, 2008) h. 368.
38
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian di deskripsikan sehingga dapat memberikan
kejelasan
terhadap
kenyataan
atau
realitas.14
Dengan
menggambarkan hasil temuan di lapangan mengenai proses terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Penulis mencoba memaparkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggunakan data secara verbal dan kualifikasi bersifat teoritis. Hal itu itu bertujuan untuk menggambarkan dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. G. Teknik Penulisan Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada Pedoman Akademik Program Strata 1 yang diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2014.
14
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 66.
39
H. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang berasal dari sumbernya, diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan informan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung seperti dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti sebagai literature, bukubuku maupun internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.
BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur Nama
: Rumah Ruqyah Indonesia
Alamat
: Jalan Kelurahan Lama (Jalan Raya Bogor) No. 56, Rt. 04 Rw. 15, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur
No. Telp : 021-80872602/085105035459 Website : www.rumahruqyah.com 1. Sejarah dan Perkembangan Rumah Ruqyah Indonesia didirikan oleh Ustadz Achmad Junaedi, Lc dan Ustadz Akhmad Sadzali, Lc. Rumah Ruqyah Indonesia berdiri tahun 2009 beraktenotaris. Ustadz Ustadz Achmad Junaedi, Lc adalah salah satu sidang redaksi majalah ghoib sejak berdirinya majalah ghoib tahun 2002, kemudian beliau lebih menekuni ruqyah dengan nama ghoib ruqyah syar’iyyah dari tahun 2002-2009. Pada awalnya Rumah Ruqyah Indonesia hadir dengan menggunakan nama Ghoib Ruqyah Syar‟iyyah kepanjangan dari majalah ghoib yang berdiri sejak tahun 2002. Dengan diterbitkannya majalah ghoib, pada saat itu banyak mencerahkan masyarakat akan pengetahuan terkait dunia ghoib secara syariat Islam. Rumah Ruqyah Indonesia merupakan lembaga dakwah Islamiyah yang bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurniain tauhid melalui pelayanan
40
41
ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman. Kini dengan nama baru dan pengukuhan di yayasan, kian mengukuhkan Rumah Ruqyah Indonesia untuk berdakwah tauhid di Indonesia. 2. Visi dan Misi Adapun Visi dan Misi dari Rumah Ruqyah Indonesia adalah: a. Memberikan pemahaman yag benar mengenai fenomena keghoiban sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah. b. Memberikan pemahaman yang benar tentang ruqyah syar’iyyah. c. Memberikan penyadaran tentang bahaya kolaborasi manusia dengan jin dan syaitan. d. Memberikan pemahaman tentang kehidupan yang lebih baik dengan syari‟at Islam. e. Mengenalkan pengobatan Islami dan alami seperti ruqyah syar’iyyah, bekam atau al-hijamah dan herbal. 3. Pelayanan Adapun pelayanan yang disediakan oleh Rumah Ruqyah Indonesia berbasis pengobatan Islami, antara lain: a. Ruqyah Syar’iyyah Pelayanan ruqyah yang diberikan oleh Rumah Ruqyah Indonesia tidak hanya diberikan langsung di tempat, tetapi Rumah Ruqyah Indonesia juga menyediakan pelayanan ruqyah online. Adapun ruqyah online yaitu ruqyah jarak jauh dengan menggunakan sarana telepon.
42
Pasien yang menghubungi akan mendengarkan pembacaan ayat-ayat ruqyah, dzikir, dan doa yang disyari‟atkan oleh Rasulullah SAW. Adanya pelayanan ruqyah online ini dikarenakan banyaknya permintaan penanganan ruqyah ke daerah-daerah. Hal tersebut menjadi kendala mengenai waktu, jarak, dan biaya. Oleh karena itu, Rumah Ruqyah Indonesia menghadirkan layanan ruqyah online sebagai solusi ruqyah untuk pasien nun jauh disana. b. Bekam/hijamah Bekam/hijamah
adalah
metode
pengobaan
dengan
cara
mengeluarkan darah statis yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia. c. Konsultasi Pelayanan konsultasi yang disediakan oleh Rumah Ruqyah Indonesia, yaitu: 1) Konsultasi masalah keluarga 2) Konsultasi masalah agama 3) Konsultasi masalah anak dan remaja d. Iridiologi, Acupressure e. Obat-obatan herbal Obat-obatan herbal yang disediakan di Rumah Ruqyah Indonesia antara lain seperti madu, habbatussauda, minyak zaitun, dan lain-lain. f. Ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam
43
4. Struktur Pengurus Tabel 1 Struktur Pengurus Rumah Ruqyah Indonesia Pembina: KH. Arifin Ilham :uda
Ketua: Achmad Junaedi, Lc :uda
Sekretaris: Imam Royani
Bagian Ruqyah:
Bagian Bekam:
Bagian Umum:
Aris Fathoni, S.Pd.I
Anang Sofyan, S.Pd.I
Sugeng
Keterangan: Pembina
: KH. Muhammad Arifin Ilham
Ketua
: Achmad Junaedi, Lc
Sekretaris
: Imam Royani
Bagian Ruqyah
: Aris Fathoni, S.Pd.I
Bagian Bekam
: Anang Sofyan, S.Pd.I
Bagian Umum
: Sugeng
44
5. Prosedur Penanganan Pasien a. Bagian registrasi 1) Menerima pendaftaran 2) Mengatur penempatan pasien: a) Pasien baru: -
Melakukan registrasi,
-
Presentasi,
-
Ke ruang terapi untuk ditangani ustadz yang ditunjuk bagian pendaftaran dengan membawa buku mukatabah.
b) Pasien lama: -
Melakukan daftar ulang
-
Kemudian ke ruang terapi.
c) Ketentuan yang lain Untuk menjaga privasi pasien dan efektifitas penanganan, maka ditetapkan beberapa hal berikut ini: -
Pasien hanya ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam kondisi darurat.
-
Pasien baru diwajibkan mengikuti presentasi kemudian setelah itu masuk ke ruang terapi untuk ditangani ustadz yang telah ditentukan sebelumnya oleh bagian pendaftaran.
-
Pasien lama disarankan untuk konfirmasi jadwal ustadz yang telah ditentukan sebelum datang ke Rumah Ruqyah Indonesia.
45
6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah Setelah melalui pengamatan dan diskusi yang panjang, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pada konsumen dan efektifitas waktu pelayanan, maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Berkenaan dengan ruqyah 1) Tidak ada ruqyah massal 2) Adanya rekam ruqyah (status pasien) 3) Ustadz berada di ruang ruqyah yang ditentukan 4) Pasien ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam keadaan darurat b. Berkenaan dengan absen Dalam rangka meningkatkan mutu dan semangat kerja, maka insyaallah absensi kehadiran akan menggunakan sistem komputer. c. Kewajiban karyawan -
Datang tepat waktu (berlaku untuk semua karyawan)
-
Ustadz standby diruang masing-masing (disediakan meja kecil, berlaci, dan air minum)
-
Ustadz tidak diperkenankan berada di ruang kendali selama tugas
-
Ustadz tetap berada di ruang masing-masing selama jam tugas meskipun tidak ada pasien
-
Ketika tidak ada pasien, para ustadz diharapkan muroja’ah hafalan atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan ruqyah
-
Melakukan tugas sesuai dengan job desk masing-masing
-
Mengisi status pasien
46
d. Jam kerja karyawan Adapun jam kerja karyawan yang ditetapkan di Rumah Ruqyah Indonesia yaitu pukul 08.30-16.30. Tabel 2 Jam Kerja Karyawan SESSI
JAM/SHIFT I
ISTIRAHAT
SESSI
JAM/SHIFT
ISTIRAHAT
II I
08.30-10.15
10.15-10.30
III dan IV
14.00-15.15
15.15-15.45
II
10.30-11.45
11.45-12.45
V
15.45-17.45
17.45-18.45
III
12.45-14.30
14.30-14.45
VI
18.45-19.15
19.15-19.30
IV
14.45-15.15
14.45-15.15
Lanjutan
19.30-22.00
Pulang
V
15.45-16.30
Pulang
-
-
7. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebuah lembaga pengobatan, maka Rumah Ruqyah Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang harus diadakan agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancer. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Rumah Ruqyah Indonesia mencakup: a. Meja resepsionis untuk pendaftaran pasien b. Ruang konsultasi yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan pasien c. Ruang bekam, yang terdiri dari 2 ruang untuk ikhwan dan akhwat d. Ruang terapi ruqyah e. Ruang refleksi
-
47
f. Mushola 8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia Sebagai lembaga yang berdiri hampir 13 tahun, begitu banyak pengalaman yang Rumah Ruqyah Indonesia dapatkan sebagai lembaga dakwah Islamiyah yang bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurnian tauhid melalui pelayanan ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman, antara lain: a. Rumah Ruqyah Indonesia adalah pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah yang pertama di Indonesia yang terlembaga dan melakukan kegiatan secara Nasional dan Internasional. b. Tim ruqyah menjadi narasumber pada acara sentuhan qolbu metafisika di stasiun televisi TRANS TV tahun 2003. c. Banyak pasien yang diterapi di Rumah Ruqyah Indonesia menjadi narasumber di kolom kesaksian majalah ghoib. d. Kisah nyata pasien ruqyah diangkat ke layar kaca pada stasiun televisi “LATIVI” di acara “Kehebatan Ruqyah” pada tahun 2005. e. Mengisi acara siraman rohani di berbagai instansi dengan berbagai tema keghoiban dan ketauhidan serta terapi ruqyah. f. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se-Jabodetabek. g. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di luar Jabodetabek, seperti:
48
1) Daerah Jawa Tengah meliputi Semarang dan Cepu. 2) Daerah Jawa Barat meliputi Banten, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Bandung, Karawang, dan Cirebon. 3) Daerah Jawa Timur meliputi Probolinggo, Pasuruan, dan Bojonegoro. 4) Daerah Sumatera meliputi Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, Belitung Timur, Jambi, Batam, Pekanbaru, Padang, dan Medan. 5) Bekerjasama dengan komunitas muslim Indonesia di Australia dalam acara seminar dan terapi ruqyah syar’iyyah pada tahun 2006.
B. Temuan dan Analisis Data Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini, penulis telah menentukan jumlah informan yang akan menjadi subjek penelitian, informan yang dimaksud tersebut adalah dua orang terapis ruqyah dan empat orang pasien. Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan penulis selama observasi. 1. Karakteristik Informan a) Ustadz Achmad Junaedi, Lc Beliau adalah pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia sekaligus terapis di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Beliau sekarang berusia 43 tahun. Beliau sekarang tinggal di Jalan Raya Bogor 56 Rt 04 Rw 15 Cililitan, Jakarta Timur.
49
Ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi mendirikan Rumah Ruqyah Indonesia sejak tahun 2002 yang dulu dinamakan dengan nama ghoib ruqyah. “Saya pendiri sekaligus pimpinan dari Rumah Ruqyah Indonesia dari tahun 2002 sampai saat ini. Dulu awalnya dengan nama ghoib ruqyah atau majalah ghoib kemudian karena majalahnya sudah ngga ada, kemudian tahun 2009 kita mengajukan ke notaris membuat akta notaris yayasan dengan nama Rumah Ruqyah Indonesia.”1 b) Ustadz Abu Azzam Beliau merupakan salah satu terapis yang menangani ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia. Saat ini beliau tinggal di Taman Wisma Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara. Beliau mulai bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia pada tahun 2012. “Saya bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia ini sekitar 3 tahunan lah, dari tahun 2012, sampai sekarang.”2 Selain menjadi terapis di Rumah Ruqyah Indonesia, Ustadz Abu Azzam juga menjadi terapis di rumahnya yaitu di Taman Wisma Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara. c) Astrid Ibu Astrid adalah seorang single parent yang berusia 35 tahun, dikaruniai seorang putri yang berusia 5 tahun. Ibu Astrid tinggal di daerah Sentul, Nanggewer. Alasan Ibu Astrid ingin melakukan terapi
1
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015. 2 Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
50
ruqyah karena ia mempunyai penyakit yang menurutnya tidak wajar. Berikut penuturan dari Ibu Astrid: “Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang ya wallahua’lam sebelumnya saya pernah punya penyakit yang menurut saya mungkin ga wajar, trus begitu saya ruqyah yaudah sembuh.”3
Berdasarkan penuturan Ibu Astrid di atas, alasannya untuk melakukan terapi ruqyah sebagai upaya pengobatan penyakit tidak wajar yang ada pada dirinya, dan setelah melakukan terapi ruqyah ia merasa sembuh dari penyakitnya. d) Dwi Dwi adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun. Dwi tinggal di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Alasan Dwi Melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan karena menurutnya, ruqyah merupakan metode penyembuhan penyakit non medis. Sebagaimana penuturan dari Dwi sebagai berikut: ”Ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode penyembuhan penyakit yang bukan medis. Karna yang saya rasakan bukan medis, soalnya pernah di cek medis ga ada hasilnya. Tapi sakitnya kerasa gitu.”4
Berdasarkan penuturan Dwi diatas, penyakit yang ia alami merupakan penyakit yang dialaminya bukanlah penyakit medis karena setelah ia melakukan cek medis tidak ditemukan penyakit, namun ia masih merasakan sakit. Setelah melakukan terapi ruqyah, ia merasa 3
Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni
2015.
4
Wawancara dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
51
normal kembali dan banyak efek positif yang dirasakan setelah melakukan terapi ruqyah seperti lebih tenang saat berkomukasi dengan lawan bicara, kebiasaan buruk merokoknya sedikit berkurang, dan tidak lagi merasa emosi yang berlebihan. e) Fera Fera adalah seorang karyawati swasta yang berusia 27 tahun, lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Depok. Fera tinggal di daerah Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Alasan Fera ingin melakukan terapi ruqyah karena ia ingin sehat dan terbebas dari gangguan-gangguan yang ia rasakan. Berikut penuturan dari Fera: “Saya sih kepengen sehat dan terbebas dari gangguangangguan, setau saya sih ruqyah itu kayak pengobatan.”5 Berdasarkan penuturan dari Fera di atas, karenanya menurut Fera, ruqyah itu pengobatan maka Fera melakukan terapi ruqyah agar ia sehat dan terbebas dari gangguan-gangguan yang ia rasakan. f) Lili Lili adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun, ia baru saja menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Alasan Lili melakukan terapi ruqyah karena ia merasa badannya tiba-tiba kaku dan sulit untuk digerakkan. Berikut adalah penuturan dari Lili: “Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah gara-gara kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat kerja saya, kepikiran kakak saya yang mau di operasi. Abis itu 5
Wawancara dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
52
tiba-tiba badan saya kaku, ga bisa digerakkin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh.”6
Berdasarkan penuturan Lili diatas, ia tiba-tiba merasakan badannya kaku dan tidak bisa digerakkan. Gejala tersebut disebut dengan
kejang
hysteria.
Kejang
hysteria
terjadi
akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin. Begitu juga halnya dengan Lili, dia merasakan kaku pada badannya dan sulit digerakkan disebabkan oleh beban pikiran yang ia rasakan tak kunjung terselesaikan. 2. Intensitas Kunjungan Kriteria pasien yang dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu pasien yang sebelumnya pernah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi setelah melakukan terapi ruqyah. a. Astrid Ibu Astrid telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia ini lebih dari lima kali. Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam wawancara: “Saya ngeruqyah disini sering Mba, 5 kali mah lebih, begitu saya ruqyah yaudah sembuh.”7
6
Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015. Wawancara pribadi dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015. 7
53
Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Ibu Astrid mengalami hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Namun setelah melakukan lima kali terapi ruqyah, Ibu Astrid merasakan sembuh total. b. Dwi Dwi telah empat kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara: “Sudah empat kali saya ruqyah disini, kalo sebelum diruqyah saya masih merasa sakit, tapi abis diruqyah mendingan.”8
Berdasarkan wawancara diatas, setelah melakukan terapi ruqyah sebanyak empat kali, Dwi yang mengalami penyakit non medis merasakan penyakit yang dialaminya berangsur membaik. c. Fera Fera telah tiga kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara: “Saya sudah tiga kali melakukan terapi ruqyah disini. Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh.”9
Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Fera merasa murung, ingin selalu menyendiri. Namun, setelah melakukan tiga kali terapi ruqyah, Fera merasa lebih baik dari sebelum ia melakukan terapi ruqyah.
8
Wawancara pribadi dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jum‟at,7 Agustus 2015. 9 Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
54
d. Lili Lili telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia sebanyak dua kali. Berikut adalah penuturan Lili pada saat wawancara: “Saya sudah dua kali diruqyah mba, saya sih kepengen sembuh. Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi entengan aja trus kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah”10 Berdasarkan wawancara diatas, sebelum melakukan terapi ruqyah Lili merasakan perasaannya yang berat. Sebagaimana penuturan Lili yang sebelumnya, ia mengemukakan bahwa ia menghadapi masalah yang tak kunjung terselesaikan. namun, setelah dia melakukan dua kali terapi ruqyah ia merasakan perubahan yang ada pada dirinya. 3. Latar Belakang Penyakit Semua penyakit fisik maupun non fisik, medis maupun non medis bisa diruqyah karena pada hakekatnya yang menyembuhkan segala jenis penyakit adalah Allah SWT. Dalam pengobatan menggunakan metode ruqyah, kita berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan penyakit yang kita rasakan. Sebagaimana dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S AlIsraa: 82) 10
Wawancara pribadi dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
55
Berikut adalah gambaran latar belakang penyakit pasien yang menjadi subjek penelitian di Rumah Ruqyah Indonesia. Tabel 3 Gambaran Latar Belakang Penyakit Pasien No.
Nama
Jenis
Penyakit
Umur
kelamin 1.
Astrid
P
Keterangan diruqyah
Emosional, putus asa, 35 tahun cemas,
ketakutan,
selalu
berpikiran
5 kali
negatif, males sholat, pikiran kacau 2.
Dwi
L
Nafas terasa berat, 27 tahun
4 kali
cemas, tegang, tidak percaya diri, emosi berlebihan 3.
Fera
P
Merasa ingin
murung, 27 tahun
3 kali
selalu
menyendiri, gelisah 4.
Lili
L
Banyak
pikiran, 27 tahun
badan kaku, takut dan gelisah, jarang sholat
2 kali
56
Hasil pasien yang melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia merasa kondisinya semakin membaik setelah melakukan terapi ruqyah, namun masih terus melakukan terapi ruqyah dalam upaya pemulihan mental yang sehat.
C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di Rumah Ruqyah Indonesia, adapun proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan berlandaskan nilai-nilai keislaman, bacaannya terdiri dari kalam Allah (al-Quran) atau dengan doa-doa Rasulullah, bacaannya dari bahasa Arab serta yakin bahwa ruqyah hanyalah sarana karena yang menyembuhkan adalah Allah SWT. Berikut penuturan Ustadz yang juga menjadi pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia saat sedang diwawancara: “Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu, administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan keluhannya apa, diawali dengan membaca istighfar bertobat kepada Allah dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah. Kemudian baca surat alFatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada buku ruqyah itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.”11 Dari ungkapan ustadz Achmad Junaedi, Lc di atas, dapat disimpulkan sebelum melakukan terapi ruqyah, pasien diberi penjelasan singkat tentang ruqyah agar pasien tidak salah persepsi mengenai ruqyah. Pasien pun diajak istighfar untuk diajak bertobat kepada Allah dengan harapan doa-doanya diijabah.
11
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
57
Ayat-ayat ruqyah yang dibacakan adalah ayat-ayat yang ada di al-Quran seperti al-Fatihah, an-Nas, dan lain-lain. Hal lain juga diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam yang juga seorang terapis/muallij, berikut penuturan beliau saat sedang diwawancara: “Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk meluruskan tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar „image‟ sekarang tentang ruqyah kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet atau sebagainya. Disunnahkan untuk berwudhu.”12 Dari ungkapan ustadz Abu Azzam diatas, dapat disimpulkan bahwa beliau mengajak pasien untuk meluruskan tujuannya agar si pasien tidak hanya memandang ruqyah sebagai pengobatan untuk mengeluarkan jin dari dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet saja. Langkah-langkah terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Persiapan terapi Hal yang utama sebelum melakukan terapi ruqyah adalah tekad bulat untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah kemudian membersihkan akidahnya dari hal-hal yang berbau syirik. Adapun hal-hal lain yang harus dipersiapkan sebelum melakukan terapi ruqyah adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan tempat pengobatan supaya malaikat mau masuk dengan membuang lukisan-lukisan, menghancurkan jimat-jimat, patung-patung, rajah-rajah, sikep, dan keris. 12
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
58
b. Membersikan dari pelanggaran syari’at, seperti laki-laki memakai emas dan sutera, perempuan yang tidak menutup aurat. c. Mengajarkan pemahaman aqidah yang benar kepada penderita dan keluarganya, supaya mereka hanya bergantung kepada Allah SWT. d. Dianjurkan bagi yang hadir untuk berwudhu dan memperbanyak dzikrullah. e. Jika penderita adalah perempuan, maka harus ditemani dengan muhrimnya, harus menutup aurat, tidak memakai wangi-wangian dan lipstick, dan lain-lain yang menganggu saat terapi. 2. Pelaksanaan terapi a. Interview/diagnose penderita Sebelum melakukan terapi ruqyah syar’iyyah seorang terapis menanyakan kepada penderita (pasien) tentang keluhan yang dirasakan apakah sesuai dengan indikasi-indikasi adanya gangguan jin atau sihir. b. Terapi ruqyah syar’iyyah Sebelum melakukan terapi ruqyah, terapis/muallij memberikan penjelasan singkat tentang ruqyah, sebagaimana yang dikemukakan oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi : “Proses pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu, administrasi, dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau.”13 Terapis membacakan ayat-ayat dan doa-doa ruqyah. Adapun ayatayat ruqyah yang dibacakan yaitu: al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas, al13
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
59
Falaq, an-Nas, surat al-Baqarah (ayat 1-5, 102-103, 284-286), surat Ali Imran ayat 18-19, surat al-Araf ayat (54-56, 117-122), surat Yunus ayat 81-82, surat Taha ayat 69, surat al-Mukminun ayat 115-118, surat as-Shaffat ayat 1-10, surat al-Ahqaf ayat 29-32, surat ar-Rahman ayat 33-36, surat al-Hasyr ayat 21-24, dan surat al-Jin ayat 1-9. Terdapat perbedaan dalam pembacaan ayat-ayat ruqyah terhadap pasien yang terkena gangguan jin dan pasien yang menderita gangguan psikis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam pada saat wawancara: “Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan jin, jadi biasanya standar al-Fatihah, ayat kursi kemudian ada misalnya tentang sihir, kita bacakan ayat-ayat tentang sihir. Kalo masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.”14 Apabila saat dibacakan atau setelah mendengar ayat-ayat dan doadoa yang dibacakan, biasanya penderita (pasien) mengalami tiga hal, yakni: 1) Tidak ada reaksi sama sekali 2) Reaksi ringan seperti gemetar badannya atau terasa panas, merasa kantuk yang berlebihan, sakit pada bagian tubuh tertentu, mata bergerak tidak teratur dan berkedip-kedip, menangis, merasakan pusing, mual atau muntah-muntah. 3) Reaksi berat seperti marah atau berteriak keras, mengeluarkan gerakan seperti jurus silat. Hal tersebut menunjukkan adanya
14
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
60
jin yang mengganggu dan bereaksi terhadap ayat-ayat dan doadoa matsur yang dibacakan. Seperti yang dikemukakan oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc tentang reaksi yang terjadi pada saat proses terapi ruqyah: “Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita arahkan jinnya, kita ajak dialog, kita ajak bertaubat.”15
c. Memberi saran dan nasihat Setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, terapis/muallij memberikan saran dan nasehat kepada penderita (pasien) untuk melaksanakan syari’at Islam dan melaksanakan dengan benar. Pasien dianjurkan untuk melakukan: 1) Mendengarkan ayat-ayat al-Quran minimal satu juz setiap hari. 2) Tadarus al-Quran. 3) Menjaga shalat lima waktu, apabila laki-laki berjamaah di masjid. 4) Mengamalkan dzikir/wirid pagi dan petang seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. 5) Menjauhkan maksiat kepada Allah terutama syirik, bid’ah, dan dosa besar. 6) Menjalankan sunnah-sunnah harian, seperti doa masuk dan keluar kamar mandi, doa berpergian, doa hendak tidur, dan 15
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015
61
bangun tidur, membaca basmalah ketika hendak melakukan hal yang baik, makan dan minum dengan tangan kanan, dan lainlain.
D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental Pasien Berdasarkan uraian diatas tentang pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia, mempunyai dampak yang positif dalam pembinaan mental pasien. “..Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental, stress. Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan selalu ada.”16 Tidak jauh berbeda dengan pandangan ustadz Achmad Junaedi tentang terapi ruqyah dalam pemulihan mental mental pasien. Sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam wawancara: “Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun mental ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah SWT. Kalo spiritualnya kuat insyaallah mentalnya tahan banting. karna ruqyah sendiri itu ketergantungan kita kepada Allah.”17
Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Achmad Junaedi dan ustadz Abu Azzam, dapat disimpulkan bahwa doa mengandung kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimis yang keduanya merupakan hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit. Melakukan terapi ruqyah
16
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015 17 Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015
62
secara teratur adalah salah satu manifestasi dari menjalani kehidupan secara religius dan banyak mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak hanya sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa terapi ruqyah yaitu terapi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran atau doa-doa yang matsur. Suara yang masuk ke dalam otak melalui telinga dan suara merupakan ungkapan dari getaran, dan ketika pasien mendengarkan ayat-ayat al-Quran maka getaran yang sampai ke otak memiliki dampak positif pada sel-sel yang ada dalam tubuh. Oleh karena itu, terapi ruqyah sangat berpengaruh terhadap mental seseorang. “Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh terhadap penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima keefektifannya terhadap mental seseorang.”18 Menurut ustadz Achmad Junaedi, ruqyah sangat berpengaruh terhadap penyembuhan gangguan psikis dan efektif terhadap mental seseorang. Hal ini berkaitan dengan penyakit yang dialami oleh Ibu Astrid, sebagaimana yang ia ungkapkan: “Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di luar logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga kayak ngerasa cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan bawaannya emosional lah, pokoknya males sholat gitu, trus juga ya pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di ruqyah jadi enakan aja mba, sembuh total.”19
18
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015 19 Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015
63
Hal yang dialami oleh Ibu Astrid merupakan gejala gangguan psikis dimana ia merasakan emosi yang berlebihan, putus asa, cemas, ketakutan, selalu berpikiran negatif, dan juga malas untuk melakukan ibadah sholat. Namun, setelah melakukan terapi ruqyah, Ibu Astrid merasa kondisinya lebih enak dari yang sebelumnya dan sembuh total. Ustadz Abu Azzam juga mengungkapkan pada saat wawancara, bahwa doa-doa yang dibacakan pada saat terapi ruqyah dapat mempengaruhi kesehatan seseorang baik fisik maupun mental, berikut ungkapannya: “Sekitar 70 persenan lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri atas air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat mengubah struktur molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan struktur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mentalnya.”20 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ustadz Abu Azzam, maka dapat disimpulkan tingkat bahwa tingkat perubahan pasien setelah melakukan terapi ruqyah sekitar 70 persen, karena doa-doa yang dibacakan pada saat terapi ruqyah dapat mengubah struktur molekul-molekul di dalam tubuh manusia yang sebagian besarnnya terdiri atas air. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin, tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan mental/jiwa. Lili merupakan salah satu pasien yang mengalami gangguan mental yaitu hysteria. Ia mengira bahwa penyakit yang ia alami dikarenakan gangguan jin. Berikut ini ungkapan Lili pada saat diwawancara:
20
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni 2015
64
“Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah gara-gara kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat kerja saya, kepikiran kakak saya yang mau di operasi. Abis itu tiba-tiba badan saya kaku, ga bisa digerakkin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh. Sebelum diruqyah juga perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi entengan aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah dari sifat-sifat buruk saya yang dulu.”21 Lili mengalami gangguan mental yang bernama hysteria. Hysteria merupakan gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang berlebihan. Hysteria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukarankesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin. Adapun salah satu gejala hysteria yang merupakan gejala fisik adalah kejang hysteria. Kejang hysteria ditandai dengan seluruh badan terasa kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan, tapi tidak mengeluarkan air mata. Selain itu dampak positif ruqyah dalam pembinaan mental pasien juga dirasakan oleh Fera. Sebelum melakukan terapi ruqyah, Fera menghadapi suatu masalah, namun ia tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahannya tersebut. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara: “Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Gelisah gak tenang gitu. Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja dikamar. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh. Ruqyah efeknya baik banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi.”22 Terapi ruqyah sangat efektif dalam menjaga kesehatan jiwa, selain itu ruqyah juga dapat mempengaruhi ketenangan dan ketentraman jiwa seseorang.
21
Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015 Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015 22
65
Dari zaman Rasulullah sampai sekarang metode terapi ruqyah banyak berhasil setiap digunakan dalam mengobati penyakit, terlebih akibat gangguan jin.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis selama 4 bulan di Rumah Ruqyah Indonesia yang meneliti tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien, penulis menyimpulkan: 1. Dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia merupakan terapi ruqyah syar’iyyah. Karena pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam, yaitu: a. Menggunakan ayat-ayat al-Quran atau hadis dengan tidak mengubah susunan kalimatnya. b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca dengan jelas, sehingga tidak mengubah makna aslinya. c. Meyakini bahwa bacaan ayat-ayat al-Quran dan hadis tersebut hanyalah merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan, sedangkan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT. 2. Dampak yang terjadi setelah pasien melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah berdampak positif. Karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya merasakan gelisah, cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalahnya, terlalu
65
66
banyak beban pikiran sehingga mengakibatkan kaku pada bagian tubuhnya berangsur sembuh. 3. Terapi ruqyah dengan kesehatan mental sangatlah erat hubungannya, karena sesuai dengan penjelasan diatas bahwa tekanan psikis yang sangat kuat dan menyebabkan gangguan-gangguan psikis yang dipengaruhi
oleh
ruhaniyah
seseorang
yang
tidak
seimbang.
Melakukan terapi ruqyah secara teratur merupakan salah satu manifestasi dari menjalani kehidupan secara religius dan banyak mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak hanya sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
B. Saran Adapun saran untuk Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur, yaitu: 1. Terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur memang sudah cukup baik, tapi semoga bisa menjadi lebih baik lagi. 2. Sosialisasi
tentang
ruqyah
terhadap
kesehatan
mental
lebih
ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi kesalahan persepsi masyarakat tentang ruqyah yang selama ini diketahui sebagai pengobatan terhadap gangguan jin/sihir saja.
DAFTAR PUSTAKA A, Shahilun H. Drs, dan Nasir M.Pd. (2003). Problematika Kehidupan dan Pemecahannya (Suatu Pendekatan Psyco-Religious), Jakarta: Kalam Mulia Ad-Dzaky, Bakran, Hamdani, M. (2002) Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru Adz-Dzaky, Hamdani M. (2004) Konseling, dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Akhmad, Perdana. Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah), Quranic Media Pustaka Al-Albani, Nashiruddin, Muhammad. (2005). Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Gema Insani Al-Jauziyyah, Qoyyim, Ibnu. (2005), Terapi Penyakit Rohani, Solo: Arafah Ardani, Tristiadi Ardi. (2008) Psikiatri Islam, Yogyakarta: UIN-Malang Press Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta Ariyanto, Darojat, M. (2007) Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, Yogyakarta: SUHUF As-Shayim, Muhammad. (2002) Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Asy-Syahawi, Muhammad, Majdi. (2003) Menjelajah Alam Jin Dan Cara Mengatasi Gangguannya Berdasarkan Syari’at Islam, Bandung: Pustaka Setia Azhim, Abdul, Said. (2006) Bebas Penyakit Dengan Ruqyah, Depok: Qultum Media Aziz Ahyudi, Abdul. (1991) Psikologi Agama. Bandung: Sinar Bintang, cet. ke-1. Az-Zaghul, Abdurrahim, Imad. (2004) Psikologi Militer, Jakarta: Khalifa Az-Zahrani, Said bin Musfir. (2005) Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani Baihaqi, MIF. (2005) Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, Bandung: PT. Refika Aditama Bakar, Abu, Bahrun. (2002). Kisah Izzah Nyata Raja Jin, Bandung: Sinar Baru Algesindo Basri, Hasan. (2005). Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah. Jakarta: Ghoib Pustaka Burhanudin, Yusak. (1999). Kesehatan Mental, Bandung: CV. Pustaka Setia Cahyono, B. Suharjo, J.B, (2011) Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak Terbatas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Daradjat, Zakiah. (1975) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang _____________. (1990) Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung _____________. (1994) Peranan Agama dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Masagung _____________. (1996) Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta: Ruhama
67
68
_____________. (2002) Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang Daymon, Christine dan Immy Holloway. (2008). Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications, Jakarta: PT. Bentang Pustaka Denim, Suwardan. (2000) Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Depdikbud. (1998) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiyar Baru Van Hoevoe Gladstone, William. (1994) Apakah Mental Anda Sehat, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Gunawan, Imam. (2013) Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Bumi Aksara Hakim, Lukman. (2012) Terapi Qurani Untuk Kesembuhan dan Rizki Yang Tak Terduga, Jakarta: Link Consulting Hawari, Dadang. (1999) al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa Hawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press Jaelani, A.F. (1993) Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Gunung Agung Jalaluddin. (1998) Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia _________. (2003) Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada _________. (2000). Psikologi Agama (Edisi Revisi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jawas, Qadir, Abdul bin Yazid. (2006) Syarah ‘Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i Kafie, Jamaludin. (1993) Psikologi Dakwah, Surabaya: Surabaya Indah Kartono, Kartini dan Jenny Andrani. (1989) Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam, Bandung: Mandar Maju Langgulung, Hasan. (1992) Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna Mahmud, Dimyati, M. (1990) Psikologi: Suatu Pengantar, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Maskawaih, Ibn. Terjemahan Helmi Hidayat (1994) Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan Moleong, J. Lexy. (2001) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muhammad, Abdullah, Abu. (1940), Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, Kairo Najati, Utsman, M. (1997) Alquran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka Nazir, Muhammad. (1986). Metode Penelitian, Bandung: Remaja Rosdakarya Notosoedirjo, Mulyono dan Latipun. (2002). Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan), Universitas Muhammadiyah Malang Poerwadarminta, W.J.S. (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
69
Poerwandari, Kristi, E. (1998) Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Qardhawi, Yusuf, Dr., (2000). Merasakan Kehadiran Tuhan, Terjemahan Jaziratul Islamiyah, Yogyakarta: Mitra Pustaka __________________. Dahsyatnya Doa dan Dzikir, Jakarta: Qultum Media Quusiy, Aziz, Abdul, Dr. Prof., (1974). Pokok-pokok Kesehatan Jiwa atau Mental, Jakarta: PT. Bulan Bintang Rohim, Kholilul. (2008) Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-Surah Pendek Juz Ke-30 Untuk Kesehatan Dan Keselamatan Hidup Dunia Akhirat, Jakarta: PT. Mizan Publika Ruslan, Rosady. (2008) Metode Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Semiawan, R. Conny, Dr. Prof., Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit Kanisius Simatupang, R.O. (1959) Dokumen, Soeroengan Solihin, M. (2004) Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia Subiyantoro, Arif dan FX. Suwarto. (2007) Metode dan Teknik Penelitian Sosial, Yogyakarta: Andi Offset Sudarto. (1997) Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafinndo Persada Syam, Hanis. (2006) Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir Sesuai Syari’at Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka Syami, Ahmad, Sholih. (1991), Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil Muhammadiyah, T.tp: Al-Maktabu Islamiyah Taufiq, Izzudin, M. (2006) Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani Press Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka _________________, Depdikbud. (1994) Jakarta: Balai Pustaka Yunus, Mahmud. (1973) Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penafsiran al-Quran
PEDOMAN WAWANCARA Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini? 2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? 3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? 4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? 5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah? 6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? 7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? 8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? 9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? 10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? 11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
PEDOMAN WAWANCARA Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia? 2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini? 3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan? 4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja? 5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang mengalami gangguan psikis? 6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien? 7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien? 8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani terapi ruqyah?
HASIL WAWANCARA Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama
: Astrid
Usia
: 35 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini? Jawab : Sering, 5 kali lebih. 2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab : Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang yaa wallahu a’lam sebelumnya saya pernah punya penyakit yang menurut saya mungkin ga wajar, trus begitu saya ruqyah yaudah sembuh. 3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab : Ruqyah ya semacam pengobatan non medis. 4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab : Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di luar logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga kayak ngerasa cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan bawaannya emosional lah, pokoknya males sholat gitu, trus juga ya pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di ruqyah sembuh total. 5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah? Jawab : Iya.. bawaannya ketakutan aja gitu. 6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab : Iya, sekarang Alhamdulillah ngga begitu ngerasa cemas lagi. 7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab : Waktu itu saya lebih ngurung diri aja, ga tau harus ngapain. 8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab : Iya, setelah diruqyah saya jadi lebih tau apa yang harus saya perbuat. 9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Pokoknya sebelum diruqyah, bawaannya males aja mau sholat. 10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Iya.. jadi lebih ada kemauan untuk sholat dari yang sebelumnya saya males aja bawaannya buat sholat. 11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab : Jadi enakan aja Mba.
HASIL WAWANCARA Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama
: Fera
Usia
: 26 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini? Jawab : Sudah tiga kali. 2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab : Saya sih kepengen sehat sama terbebas dari gangguan-gangguan. 3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab : Ruqyah itu kayak pengobatan setau saya sih. 4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab : Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh. 5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah? Jawab : Iya, Gelisah gak tenang gitu. 6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab : Iya, jadi agak tenangan deh. 7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab : Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja dikamar. 8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab : Ya.. Alhamdulillah, saya jadi paham cara nyelesein masalah yang baik. 9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Yaa.. kadang ngelaksanain kadang juga ngga. Bolong-bolong gitu. 10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Alhamdulillah, lumayan deh udah ngga bolong-bolong lagi. 11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab : Efeknya baik banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi.
HASIL WAWANCARA Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama
: Lili
Usia
: 27 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini? Jawab : Sudah dua kali Mba. 2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab : Saya sih pengen sembuh mba, awalnya saya kepikiran skripsi saya, saya juga abis resign dari tempat kerja saya, abis itu saya juga kepikiran kaka saya mau operasi. Setelah itu tiba-tiba badan saya kaku. Ga bisa digerakin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh. 3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab : Yang saya tau ruqyah itu semacem pengobatan Mba. 4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab : Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi enteng aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah dari sifat-sifat buruk saya yang dulu. 5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah? Jawab : Iya, takut sama gelisah. 6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab : Iya, Alhamdulillah Mba mendingan deh Mba. 7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab : Dulu saya ga tau harus ngapain Mba. 8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab : Alhamdulillah Mba, sekarang saya kalo ada masalah lebih berikhtiar aja sama Allah. 9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Engga, jujur aja dulu saya jarang banget sholat mba. Terakhir sholat pas ada masalah aja. Hehe.. 10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : Ya, jadi kepengen sholat. Dulu mah boro-boro. Hehe.. 11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab : Badan saya berasa entengan deh. Ga kayak dulu rasanya berat aja bawaannya.
HASIL WAWANCARA Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama
: Dwi
Usia
: 27 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini? Jawab : sudah empat kali. 2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab : ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode penyembuhan penyakit yang buka medis, soalnya saya pernah di cek medis ga ada hasilnya. Tapi saya sakitnya kerasa gitu. 3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab : metode pengobatan. 4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab : kalo sebelum diruqyah saya masih merasa sakit, tapi abis diruqyah mendingan. Yang tadinya saya punya kebiasaan buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan buruknya kayak ngeroko, saya ngeroko kuat sekali. Tapi setelah diruqyah saya ga kepengen ngeroko lagi. Pernapasan yang tadinya berat banget jadi enteng sehabis diruqyah. 5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah? Jawab : cemas iya, minder, ga percaya diri, kalo ada sesuatu tegang. 6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab : Iya, saya merasa normal 7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab : emosi, saya acuhkan kalo masalahnya semakin berat saya emosinya berlebihan 8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab : iya, kan tadinya emosi, jadi biasa aja. 9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : kalo ibadah gitu ga ada keinginan, ogah-ogahan. 10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab : kalo abis diruqyah ya ada keinginan 11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab : kalo bicara sama orang ya luluh, tadinya kan tegang, gelisah. Bicara kayak gini dulu mata melotot, alis naik ke atas, mau pergi aja gitu. Abis diruqyah banyak efek positif yang ada di diri saya.
HASIL WAWANCARA Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Nama Usia Jabatan
: Achmad Junaedi, Lc. : 43 tahun : Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia? Jawab : Saya pendirinya dari tahun 2002. 2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini? Jawab : Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu, administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan keluhannya apa, diawali dengan membaca istighfar bertobat kepada Allah dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah. Kemudian baca surat al-Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada buku ruqyah itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat. 3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan? Jawab : Yaa.. kurang lebih 30 menit sampe 1 jam. 4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja? Jawab : Terapi ruqyah ini tidak hanya terbatas untuk gangguan jin saja, akan tetapi ruqyah ini juga mencakup terapi fisik dan psikis. 5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang mengalami gangguan psikis? Jawab : Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan jin, jadi biasanya standar al-Fatihah ayat kursi kemudian ada misalnya ini kok tentang sihir, kita baca ayat-ayat-ayat tentang sihir. Kalo masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan. 6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien? Jawab : Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun mental ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah SWT. Kalo spiritualnya kuat insyaallah mentalnya tahan banting.karna ruqyah sendiri itu ketergantungan kita kepada Allah. 7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap kesehatan mental pasien? Jawab : Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh terhadap penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima keefektifannya terhadap mental seseorang. 8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani terapi ruqyah? Jawab : 85 persen perubahan positif. Pertama 50 persen itu reaksi, si pasien sadar bahwa dirinya terkena gangguan jin.
HASIL WAWANCARA Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Nama Usia Jabatan
: Abu Azzam : 35 tahun : Terapis/Muallij
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia? Jawab : Kalau saya disini sekitar 2012, jadi kurang lebih 3 tahun. 2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini? Jawab : Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk meluruskan tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar ‘image’ sekarang tentang ruqyah kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet atau sebagainya. Disunnahkan untuk berwudhu. 3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan? Jawab : Tergantung keluhannya ya, kalo seandainya normal tidak ada keluhannya tidak terlalu banyak reaksi yang berarti sekitar 45 menit, kadang 30 menit sudah selesai. Tapi kalau ada reaksi kadang bisa sampai 2 jam. 4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja? Jawab : Tidak, ruqyah ini juga bisa untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis. 5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang mengalami gangguan psikis? Jawab : Secara umum sama, hanya saja kita harus memilah memilih ayat-ayat alQuran itu seperti ayat ancaman itu seperti apa jangan sampai jin yang harus kita ancam kita bacakan ayat surga misalkan, kan kurang cocok ya.. 6. Bagaimana pandangan Ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien? Jawab : Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental, stress. Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan selalu ada. 7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien? Jawab : Pengaruhnya pasti ada, ketika dibacakan ayat ruqyah respon positif dalam tubuh kita pasti ada, makanya ayat suci al-Quran kalo kita mau mendalami merupakan metode pengobatan yang sangat luar biasa. 8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani terapi ruqyah? Jawab : Sekitar 70 persen lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri atas air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat mengubah struktur molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan struktur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mentalnya.
Nama
: Astrid
Usia
: 35 tahun
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI HUBUNGAN ANTAR TEORI BUTIR KATA KUNCI Berapa kali Anda terapi ruqyah Sering 1. Pada butir ke-2, astrid Menurut Saad Muhammad disini? Lebih dari 5 mengemukakan alasan Shadiq, ruqyah secara Jawab: sering, 5 kali lebih. dalam kali ia ingin melakukan terminologi terapi ruqyah karena “Shira’bainal haq wal 2. Mengapa Anda ingin melakukan Punya sebelumnya ia punya bathil” sebagaimana yang oleh Kholilul terapi ruqyah? penyakit penyakit yang dikutip Jawab: Yaa.. punya pengalaman yang ga menurutnya tidak Rohim bahwa “Ruqyah sih sebelumnya memang yaa wajar wajar, kemudian pada hakekatnya adalah wallahu a’lam sebelumnya saya Setelah setelah diruqyah berdoa dan tawassul untuk pernah punya penyakit yang penyakit tersebut memohon kepada Allah ruqyah menurut saya mungkin ga wajar, sembuh. Hal ini kesembuhan bagi orang sembuh trus begitu saya ruqyah yaudah berkaitan pada butir yang sakit dan hilangnya sembuh. ke-3, yaitu pengertian gangguan dari badannya.” astrid tentang ruqyah Menurut Prof. Dr. dr. 3. Apa yang anda ketahui tentang Pengobatan adalah semacam Dadang Hawari, psikiater, bahwa kriteria jiwa atau ruqyah? pengobatan. non medis Jawab: Ruqyah ya semacam Sebelum melakukan mental yang sehat yaitu pengobatan non medis. terapi ruqyah, Astrid secara relatif bebas dari merasakan hal-hal yang rasa tegang dan cemas, Apa yang anda rasakan sebelum Mengalami 4. diluar logika dapat menyesuaikan diri dan sesudah melakukan terapi hal diluar menurutnya kemudian secara konstruktif pada
Page 1
REFLEXI Berdasarkan hasil wawancara kepada Astrid, alasan Astrid melakukan terapi ruqyah karena ia merasakan hal yang menurutnya tidak wajar dan diluar logika. Astrid juga merasakan emosinya tidak stabil, cemas, ketakutan, selalu berpikiran negatif, dan merasa putus asa terhadap masalah yang ia hadapi. Sebelum melakukan terapi ruqyah pun dia lebih mengurung diri dikamar dan tidak tau harus berbuat apa terhadap masalah yang ia hadapi. Astrid pun malas untuk melakukan ibadah sholat. Setelah ia melakukan terapi
ruqyah? Jawab: Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di luar logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga kayak ngerasa cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan bawaannya emosional lah, pokoknya males sholat gitu, trus juga ya pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di ruqyah sembuh total.
logika Bawaannya emosi, putus asa, cemas, ketakutan, berpikiran negatif, emosional Males sholat, pikiran kacau Setelah diruqyah sembuh total Iya, bawaannya ketakutan
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda sering merasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya.. bawaannya ketakutan aja gitu.
6.
Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, sekarang Alhamdulillah ngga begitu ngerasa cemas lagi.
Iya, alhamdulilla h ngga cemas lagi
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana
Mengurung
ia juga merasakan emosi, putus asa, cemas, ketakutan, selalu berpikiran negatif serta emosional sebagaimana yang ia kemukakan pada butir ke-4 dan ke-5, dalam butir ke-6 Astrid mengalami perubahan setelah melakukan terapi ruqyah yaitu ia sudah tidak merasakan cemas lagi seperti sebelumnya yang ia rasakan. Pada butir ke-7, Astrid tidak mampu menyelesaikan masalah yang sedang menimpa, ia mengemukakan bahwa dia tidak tahu harus berbuat apa dan hanya mengurung diri. pada butir ke-8, Astrid jadi tahu harus berbuat apa terhadap masalah yang ia hadapi setelah
Page 2
kenyataan meskipun kenyataan itu buruk baginya. Menurut Maslow dan Mittlemenn dalam karangannya yang berjudul Principles of Abnormal psychology berkenaan dengan mental yang sehat yaitu sanggup menerima segala cobaan-cobaan hidup serta nasib buruk lainnya dengan besar hati.
ruqyah, ia merasa sembuh total dari penyakit yang menurutnya tidak wajar. Rasa cemas, putus asa, ketakutan, dan emosinya yang labil pun sudah tidak ia rasakan setelah melakukan terapi ruqyah. Astrid merasa lebih baik lagi dari sebelumnya setelah sering melakukan terapi ruqyah.
Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab: Waktu itu saya lebih ngurung diri aja, ga tau harus ngapain.
diri Ga tau harus berbuat apa
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab: Iya, setelah diruqyah saya jadi lebih tau apa yang harus saya perbuat.
Lebih tau apa yang harus diperbuat
9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Pokoknya sebelum diruqyah, bawaannya males aja mau sholat.
Males sholat
Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Iya.. jadi lebih ada kemauan untuk sholat dari yang sebelumnya saya males aja bawaannya buat sholat.
10.
Ada kemauan untuk sholat
ia melakukan terapi ruqyah berbeda dengan sebelumnya. Astrid mengemukakan bahwa ia merasakan malas untuk menjalankan ibadah terutama sholat sebelum ia melakukan terapi ruqyah pada butir ke-9, namun setelah melakukan terapi ruqyah, Astrid jadi memiliki kemauan untuk melakukan sholat seperti yang ia kemukakan pada butir ke-10. Efek ruqyah yang dirasakan Astrid menunjukkan efek yang positif berdasarkan pada butir ke-11, ia mengatakan bahwa efek yang ia rasakan setelah diruqyah jadi enakan
Page 3
11.
Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab: Jadi enakan aja Mba.
Jadi enakan
yang berkaitan dengan butir ke-4 bahwa setelah diruqyah ia merasa sembuh total.
Page 4
Nama
: Fera
Usia
: 26 tahun
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI BUTIR Berapa kali Anda terapi ruqyah Tiga kali 1. disini? Jawab: Sudah tiga kali. 2.
Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab: Saya sih kepengen sehat sama terbebas dari gangguangangguan.
Kepengen sehat Terbebas dari gangguan
3.
Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab: Ruqyah itu kayak pengobatan setau saya sih.
Pengobatan
4.
Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab: Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh.
Ngerasa murung Menyendiri Jadi mendingan
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI Pada butir ke-2, Fera mengemukakan bahwa alasan ia ingin melakukan terapi ruqyah karena ia ingin sehat dan terbebas dari gangguan. Hal ini berkaitan dengan butir ke-3 bahwa Fera mengetahui ruqyah adalah suatu pengobatan. Pada butir ke-4, sebelum Fera melakukan terapi ruqyah ia merasa murung, ingin menyendiri. Namun setelah diruqyah ia merasa menjadi lebih baik. Hal ini berkaitan dengan butir ke-2
Page 5
TEORI
REFLEXI
Menurut Zakiah Daradjat, pembinaan mental memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut: Menumbuhkan mental yang sehat, yaitu yang iman dan taqwa kepada Allah SWT serta yang tidak merasa terganggu ketentraman hatinya. Terwujudnya pribadi yang memiliki kepribadian beragama yang baik sehingga akan dapat mengendalikan kelakuan, tindakan, dan sikap dalam hidup Menanamkan ketentuan-ketentuan moral yang berlaku
Berdasarkan hasil wawancara dengan Fera, alasan Fera untuk melakuka terapi ruqyah karena ia ingin sehat kembali dan terbebas dari gangguan-gangguan yang ia rasakan. Selain itu juga Fera merasakan murung, ingin selalu menyendiri,mengurung diri dikamar, gelisah dan jarang melakukan ibadah. Setelah menjalani terapi ruqyah, dia merasa jadi lebih baik dari sebelumnya. Dulu dia tidak mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik. Namun setelah diruqyah, dia menjadi tahu dan mampu untuk menyelesaikan
5.
Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, Gelisah gak tenang gitu.
Iya, gelisah Ga tenang
6.
Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, jadi agak tenangan deh.
Iya, agak tenangan
Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab: Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja dikamar.
7.
Diem dikamar
sebagaimana pernyataan Fera bahwa ia ingin sembuh. Pada butir ke-5, sebelum diruqyah Fera juga sering merasa gelisah dan tidak tenang. Ketika ia melakukan terapi ruqyah ia merasa lebih tenang sebagaimana halnya pada butir ke6. Pada butir ke-7, Fera merasa tidak mampu menyelesaikan masalah yang menimpanya, yang ia lakukan hanya berdiam diri di kamar. Setelah melakukan terapi ruqyah, Fera menjadi mengerti bagaimana cara
Page 6
dalam linngkungan seseorang hidup. Membangun mental yang datap memanfaatkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dengan cara yang membawa kepada kebahagiaan dan ketentraman umat manusia. Mental yang sehat menurut Maslow dan Mittlemenn dalam karangannya yang berjudul Principles of Abnormal Psychology adalah sebagai berikut: Memiliki rasa yang aman (sense of security) yang tepat, mampu berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan, dan dalam lingkungan kerja.
masalah yang menimpanya dengan baik. Menurut Maslow dan Mittleman, salah satu dari mental yang sehat yaitu Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruknya dengan besar hati. Dalam hal ini, setelah Fera melakukakn terapi ruqyah, ia menjadi mampu untuk menyelesaikan masalahnya dengan baik. Efek ruqyah yang dirasakan oleh Fera sangat baik. Ia merasa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
8.
9.
10.
11.
Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab: Ya.. Alhamdulillah, saya jadi paham cara nyelesein masalah yang baik.
Sebelum diruqyah, apakah anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Yaa.. kadang ngelaksanain kadang juga ngga. Bolong-bolong gitu.
Setelah diruqyah, apakah anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Alhamdulillah, lumayan deh udah ngga bolong-bolong lagi.
Apa efek yang anda rasakan setelah diruqyah? Jawab: Ruqyah efeknya baik banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Alhamdulillah, paham Menyelesaikan masalah yang baik
Kadang ngelaksanain Bolong-bolong
Alhamdulillah, lumayan Udah ngga bolong-bolong
Efeknya baik Jadi pribadi lebih baik lagi
menyelesaikan masalah yang baik, hal itu berkaitan dengan butir ke-8. Fera juga merasakan malas dalam menjalankan ibadah, ia hanya melakukannya jarangjarang seperti yang ia kemukakan pada butir ke-9 yang berkaitan juga dengan poin ke10 setelah melakukan terapi ruqyah, ia mulai mau melaksanakan ibadah dan tidak bolong-bolong lagi Fera mengemukakan pada butir ke-10 bahwa efek yang ia rasa setelah melakukan terapi ruqyah sangat baik, ia merasa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Hal ini berkaitan dengan butir
Page 7
Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri tidak berlebihan, memiliki kesehatan moral, tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu juga dapat menilai perilaku yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang menyimpang. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan anganangan berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruknya dengan besar hati. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar, dan realitas sehinggga bisa
ke-3, sebagaimana yang ia kemukakan bahwa ruqyah adalah pengobatan.
Page 8
dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.
Nama
: Lili
Usia
: 27 tahun
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI BUTIR Berapa kali Anda terapi ruqyah Dua kali 1. disini? Jawab: Sudah dua kali Mba. 2.
Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab: Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah gara-gara kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat kerja saya, kepikiran abis itu saya juga kepikiran kakak saya yang mau di operasi. Setelah itu tiba-tiba badan saya kaku, ga bisa digerakkin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh.
Pengen sembuh
3.
Apa yang anda ketahui tentang ruqyah? Jawab: Yang saya tau ruqyah itu semacem pengobatan Mba.
Pengobatan
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI Pada butir ke-2 alasan Lili ingin melakukan terapi ruqyah yaitu karena ia ingin sembuh dari penyakit yang ia rasakan. Pernyataan ini berkaitan pada butir ke-5, dimana pada butir ke-5, Lili mengemukakan bahwa sebelum diruqyah ia sering merasakan tegang/cemas/gelisah sampai dia merasakan kaku pada seluruh badannya. Pada butir ke-3, Lili mengetahui bahwa ruqyah adalah sebagai pengobatan. Pernyataan Lili ini saling berkaitan dengan butir ke-2,
Page 9
TEORI
REFLEXI
Hysteria merupakan suatu kompleks neurosa mengambil bentuk yang bervariasi. Biasanya gangguannya ditandai oleh ketidakstabilan emosional, represi, dissosiasi dan sugestibilitas. Hysteria juga terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukarankesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin. Salah satu gejala-gejala hysteria yang berhubungan dengan fisik yaitu kejang hysteria. Kejang hysteria adalah dimana badan seluruhnya menjadi kaku tidak sadar akan diri, kadang sangat keras, disertai dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lili, dapat terlihat sebelum melakukan terapi ruqyah mengalami gejala gangguan mental. Lili merasakan tegang/cemas/gelisah sampai pada puncaknya ia merasakan kaku pada seluruh badan. Hal itu terjadi karena Lili terlalu berlarut dengan beban masalah yang ia hadapi, sehingga ia merasakan kaku pada seluruh badannya. Lili juga jarang melakukan ibadah sholat, terakhir ia melakukan ibadah sholat ketika ia tertimpa masalah. Namun, setelah melakukan terapi ruqyah, Lili
4.
Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab: Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi entengan aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah dari sifat-sifat buruk saya yang dulu.
Perasaan berat Hampir 100 persen berubah dari sifat buruk
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda sering merasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, takut sama gelisah.
6.
Setelah diruqyah, apa Anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, Alhamdulillah Mba mendingan deh Mba.
Iya, Alhamdulillah mendingan
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab: Dulu saya ga tau harus ngapain Mba.
Ga tau
Iya, takut sama gelisah
dimana Lili ingin melakukan terapi ruqyah karena ingin penyakit yang dialaminya sembuh. Pada butir ke-4, terlihat perubahan yang terjadi pada saat sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah. Hal ini berkaitan dengan butir ke-5, ke-7 dan ke-9, Lili mengalami tegang/cemas dan gelisah, tidak mampu menyelesaikan masalah yang menimpa, dan tidak menjalankan ibadah dengan baik sebelum melakukan terapi ruqyah. Setelah melakukan terapi ruqyah, Lili mengalami perubahan yang berkaitan dengan butir ke-6, ke-8 dan ke-10. Efek yang dirasakan
Page 10
teriakan-teriakan dan keluhan, namun air mata tidak keluar. Ruqyah adalah pembacaan beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas kesembuhan atau kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayatayat al-Quran, dzikir atau doa para Nabi yang dibacakan oleh seseorang untuk dirinya sendiri ataupun orang lain selain dirinya.
merasakan perubahan pada dirinya. Ia sudah tidak merasa cemas/tegang/gelisah, sudah mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan lebih berikhtiar kepada Allah terhadap masalah-masalah yang menimpanya, dan ada keinginan juga untuk melakukan ibadah sholat, berbeda dengan dulu sebelum melakukan terapi ruqyah.
Alhamdulillah Ikhtiar sama Allah
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab: Alhamdulillah Mba, sekarang saya kalo ada masalah lebih berikhtiar aja sama Allah.
9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Engga, jujur aja dulu saya jarang banget sholat mba. Terakhir sholat pas ada masalah aja. Hehe..
Jarang sholat
10.
Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: Ya, jadi kepengen sholat. Dulu mah boro-boro. Hehe..
Jadi kepengen sholat
Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab: Badan saya berasa entengan deh. Ga kayak dulu rasanya berat aja bawaannya.
Berasa entengan Dulu rasanya berat
setelah melakukan terapi ruqyah, menurut Lili sangat baik, sebagaimana yang diungkapkan Lili pada butir ke-11. Ia merasakan badannya menjadi lebih enteng dari sebelumnya.
11.
Page 11
Nama
: Dwi Ryan R
Usia
: 27 tahun
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN KATA KUNCI BUTIR Berapa kali Anda terapi ruqyah Empat kali 1. disini? Jawab: Sudah empat kali 2.
Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah? Jawab: ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode penyembuhan penyakit yang bukan medis. Karna yang saya rasakan sakit bukan medis, soalnya saya pernah di cek medis ga ada hasilnya. Tapi saya sakitnya kerasa gitu.
3.
Apa yang anda ketahui tentang
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI Pada butir ke-2 alasan Dwi ingin melakukan terapi ruqyah yaitu karena ia ingin sembuh dari penyakit non Ruqyah medis yang ia rasakan. mengatasi Sebelumnya Dwi gangguan pernah melakukan cek ghoib medis, namun tidak metode ada hasilnya dan Dwi penyembuha masih merasakan sakit. n bukan Pernyataan ini medis berkaitan pada butir di cek medis ke-3, dimana pada ga ada hasil butir ke-3, Dwi tapi merasa mengetahui bahwa sakit ruqyah adalah suatu metode pengobatan. Pada butir ke-4, sebelum melakukan terapi ruqyah, Dwi Pengobatan mempunyai kebiasaan
Page 12
TEORI
REFLEXI
Skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama berupa waham (keyakinan salah dan tidak dapat dikoreksi) dan halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya itu tidak ada). Berdasarkan pengertian skizofrenia tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan skizofrenia adalah suatu ppenyakit yang mempengaruhi otak sebagai bentuk dari psikosa fungsional, menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu serta disharmoni
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dwi Ryan R, dapat terlihat sebelum melakukan terapi ruqyah menderita penyakit ganguan pernapasan dan mengalami gejala gangguan mental. Gangguan pernapasan yang dialami oleh Dwi disebabkan karena ia terlalu sering untuk merokok. Sedangkan gejala gangguan mental yang dialami oleh Dwi yaitu cemas, tidak percaya diri, tegang, emosi yang berlebihan. Bahkan sebelum Dwi melakukan terapi ruqyah ia merasa ada suatu dorongan dalam dirinya untuk membuat
ruqyah? Jawab: metode pengobatan
4.
Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah? Jawab: kalo sebelum diruqyah saya masih merasa sakit, tapi abis diruqyah mendingan. yang tadinya saya punya kebiasaan buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan buruknya kayak ngeroko, saya ngeroko kuat sekali. Tapi setelah diruqyah saya ga kepengen ngeroko lagi. Pernapasan yang tadinya berat banget jadi enteng sehabis diruqyah.
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda sering merasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: cemas iya, minder, ga percaya diri, kalo ada sesuatu tegang
buruk yaitu merokok yang sangat kuat, pernapasan yang sangat berat akibat terlalu sering merokok. Merasa sakit Pernyataan Dwi ini Punya saling berkaitan kebiasaan dengan butir ke-2, buruk ngeroko dimana Lili ingin Ga kepengen melakukan terapi ngeroko lagi ruqyah karena ingin Pernapasan penyakit yang berat dialaminya sembuh. Jadi enteng Pada butir ke-4, terlihat perubahan yang terjadi pada saat sesudah melakukan terapi ruqyah. Dwi yang mempunyai kebiasaan buruk dan pernapasan terasa berat, menjadi lebih Cemas baik setelah diruqyah. Tegang Hal ini berkaitan dengan butir ke-2, dan ke-3, ruqyah sebagai metode penyembuhan. Sebelum diruqyah, Dwi
Page 13
(keretakan kepribadian) antar proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi. Ruqyah adalah pembacaan beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas kesembuhan atau kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayatayat al-Quran, dzikir atau doa para Nabi yang dibacakan oleh seseorang untuk dirinya sendiri ataupun orang lain selain dirinya.
masalah seperti ingin menyakiti orang lain secara fisik. Ia juga sering merasakan seperti ada bisikan-bisikan, namun setelah Dwi melakuakn terapi ruqyah, Dwi merasakan banyak efek positif yang ada pada dirinya seperti kebiasaan buruk yang perlahan berkurang, merasa normal kembali dari rasa cemas, tegang dan emosi berlebih, ada keinginan untuk melakukan ibadah, dapat melakukan komunikasi dengan baik berbeda dengan sebelumnya yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik, seperti mata melotot, acuh tak acuh dengan lawan bicara.
6.
Setelah diruqyah, apa Anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah? Jawab: Iya, saya merasa normal
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda? Jawab: emosi, saya acuhkan kalo masalahnya semakin berat saya emosinya berlebihan
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik? Jawab: iya, kan yang tadinya emosi jadi biasa aja
9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: kalo ibadah gitu ga ada keinginan, ogah-ogahan.
merasa cemas, minder dan merasa tegang jika ia dihadapkan sesuatu hal. Emosi yang berlebihan jika masalah semakin berat. Yang ia kemukakan pada butir Emosi ke-5 dan ke-7. hal Mengacuhkan tersebut berkaitan dengan butir ke-6 dan ke-8, setelah melakukan terapi ruqyah, Dwi merasa normal kembali dan yang sebelumnya Iya merasa emosi yang Jadi biasa aja berlebihan menjadi biasa kembali. Efek positif dirasakan oleh Dwi setelah melakukan terapi ruqyah, sebagaimana yang diungkapkan Dwi Ga ada pada butir ke-11. Ia keinginan mengemukakan bahwa Ogah-ogahan banyak efek positif yang ada dalam dirinya setelah melakukan
Iya, merasa normal
Page 14
10.
Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik? Jawab: kalo abis di ruqyah ya ada keinginan
Ada keinginan
11.
Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah? Jawab: kalo bicara sama orang ya luluh, tadinya kan tegang, gelisah. Bicara kayak gini dulu mata melotot, alis naik keatas, mau pergi aja gitu. Abis diruqyah banyak efek positif yang ada di diri saya.
Luluh Efek positif
terapi ruqyah. Hal ini berkaitan dengan butir ke-9 dan ke-10, sebelum melakukan terapi ruqyah, Dwi merasa tidak ada keinginan untuk melakukan ibadah dan setelah diruqyah ia mempunyai keinginan untuk melakukan ibadahh
Page 15
Nama
: Achmad Junaedi, Lc.
Usia
: 43 tahun
Jabatan
: Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN BUTIR Sejak kapan Ustadz menjadi 1. terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia? Jawab: Saya pendirinya dari tahun 2002. 2.
Bagaimana proses terapi ruqyah? Jawab: Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu, administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan keluhannya apa, diawali dengan membaca istighfar bertobat kepada Allah dengan harapan agar doa
KATA KUNCI
Pendiri dari tahun 2002
Pasien melakukan pendaftaran Pasien diberikan penjelasan tentang ruqyah Pasien disarankan berwudhu Menanyakan keluhan pasien Mengajak
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
TEORI Ruqyah syar’iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam. Sebagaimana yang dirumuskan oleh Hamdani Bakran, terapi Islam ini mempunyai beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah fungsi penyembuhan dan perawatan. Terapi Islam (dzikir, sholat, doa, dan membaca shalawat Nabi) akan membantu seseorang melakukan pengobatan penyakit khususnya terhadap gangguan mental, spiritual dan kejiwaan. Menurut Saad Muhammad Shadiq ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk
Page 16
REFLEXI
diijabah oleh Allah. Kemudian baca surat al-Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada buku ruqyah itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya kayak kesemutan, muntahmuntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.
bertobat kepada Allah Reaksi yang terjadi pada proses pelaksanaan ruqyah
3.
Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan? Jawab: Yaa.. kurang lebih 30 menit sampe 1 jam.
30 menit sampai 1 jam
4.
Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja? Jawab: Terapi ruqyah ini tidak hanya terbatas untuk gangguan jin saja, akan tetapi ruqyah ini juga mencakup terapi fisik dan psikis.
Tidak terbatas gangguan jin Mencakup terapi fisik dan psikis
memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.
Page 17
5.
Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang mengalami gangguan psikis? Jawab: Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan jin, jadi biasanya standar al-Fatihah ayat kursi kemudian ada misalnya ini kok tentang sihir, kita baca ayat-ayatayat tentang sihir. Kalo masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.
Ada, ayat tambahan untuk yang terkena gangguan jin
6.
Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pembinaan mental pasien? Jawab: Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun mental ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah SWT. Kalo spiritualnya kuat insyaallah mentalnya tahan banting. karna ruqyah sendiri itu ketergantungan kita kepada Allah.
Sangat bagus Ruqyah itu ketergantunga n kita kepada Allah
Page 18
7.
8.
Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien? Jawab: Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doadoa yang terdapat di dalam alQuran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh terhadap penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima keefektifannya terhadap mental seseorang.
Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani terapi ruqyah? Jawab: 85 persen perubahan positif. Pertama 50 persen itu reaksi, si pasien sadar bahwa dirinya terkena gangguan jin.
Ruqyah membacakan ayat atau doa Sangat berpengaruh Efektif terhadap mental seseorang
85 persen merupakan perubahan positif 50 persen reaksi sadar terkena gangguan jin
Page 19
Nama
: Abu Azzam
Usia
: 35 tahun
Jabatan
: Terapis/Muallij
NOMOR PERTANYAAN/JAWABAN BUTIR Sejak kapan Ustadz menjadi 1. terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia? Jawab: Kalau saya disini sekitar 2012, jadi kurang lebih 3 tahun. 2.
Bagaimana proses terapi ruqyah? Jawab: Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk meluruskan tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar „image‟ sekarang tentang ruqyah kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet atau sebagainya. Disunnahkan untuk berwudhu.
KATA KUNCI
Kurang lebih 3 tahun
Meluruskan tujuan Disunnahkan berwudhu
HUBUNGAN ANTAR KATA KUNCI
TEORI Ruqyah syar’iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam. Sebagaimana yang dirumuskan oleh Hamdani Bakran, terapi Islam ini mempunyai beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah fungsi penyembuhan dan perawatan. Terapi Islam (dzikir, sholat, doa, dan membaca shalawat Nabi) akan membantu seseorang melakukan pengobatan penyakit khususnya terhadap gangguan mental, spiritual dan kejiwaan. Menurut Saad Muhammad
Page 20
REFLEXI
Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan? Jawab: Tergantung keluhannya ya, kalo seandainya normal tidak ada keluhannya tidak terlalu banyak reaksi yang berarti sekitar 45 menit, kadang 30 menit sudah selesai. Tapi kalau ada reaksi kadang bisa sampai 2 jam.
4.
Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja? Jawab: Tidak, ruqyah ini juga bisa untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis.
Tidak, bisa mengobati penyakit fisik dan psikis
5.
Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang mengalami gangguan psikis? Jawab: Secara umum sama, hanya saja kita harus memilah memilih ayat-ayat al-Quran itu seperti ayat ancaman itu seperti apa jangan sampai jin yang harus kita ancam kita bacakan ayat
Sama, hanya saja harus memilih ayat yang tepat
3.
Shadiq ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.
Tergantung keluhan Tidak terlalu banyak reaksi 30-45 menit Ada reaksi bisa sampai 2 jam
Page 21
surga misalkan, cocok ya..
kan
kurang
6.
Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pembinaan mental pasien? Jawab: Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental, stress. Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan selalu ada.
Baik sekali, selalu ada respon positif
7.
Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien? Jawab: Pengaruhnya pasti ada, ketika dibacakan ayat ruqyah respon positif dalam tubuh kita pasti ada, makanya ayat suci alQuran kalo kita mau mendalami merupakan metode pengobatan yang sangat luar biasa.
Ada pengaruh Ada respon positif Metode pengobatan yang sangat luar biasa
Page 22
8.
Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani terapi ruqyah? Jawab: Sekitar 70 persen lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri atas air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat mengubah struktur molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan struktur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mentalnya.
70 persen Air yang diberi doa-doa dapat merubah struktur molekul Perubahan struktur dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
Page 23
DOKUMENTASI
Meja Pendaftaran
Buku bacaan untuk pasien
Ruangan Terapi Ruqyah
Wawancara dengan pasien (Lili)