PELAKSANAAN TAHAP REHABILITASI SOSIAL UNTUK ANAK JALANAN Donna Maulana Departmen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Abstrak Penelitian ini membahas tahap proses pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap anak jalanan di Social Development Center for Street Children (SDC) Bambu Apus dan juga faktor penghambat pelaksanaan rehabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC) Bambu Apus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan proses rehabilitasi sosial, meliputi tahapan pendekatan awal, assessment, rencana intervensi, pelaksanaan intervensi, pemulangan (reintegrasi), terminasi, dan juga monitoring, serta faktor penghambat pelaksanaan rehabilitasi.
Abstract This research discusses the stages of the social rehabilitation process in Social Development Center for Street Children (SDC) Bambu Apus and also factors inhibiting during the implementation of social rehabilitation at the Social Development Center for Street Children (SDC) Bambu Apus. This study used a qualitative approach with descriptive research method. The research results illustrate the social rehabilitation process, covering the early stages of the approach, assessment, intervention plan, the implementation of the intervention, repatriation (reintegration), termination, and also monitoring, as well as factors inhibiting the implementation of social rehabilitation. Keywords: child welfare, social rehabilitation, street children
.
1. Pendahuluan Perkembangan anak sebagai tunas muda pembangun suatu negara adalah fokus yang penting. Perkembangan tersebut dapat dimulai pada pemenuhan kebutuhan dasar anak itu sendiri hingga pemenuhan pendidikan sebagai aktualisasi diri dari anak yang nantinya akan menunjang perkembangannya. Pihak yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar anak adalah keluarga yang mempunyai fungsi dasar pemenuhan kebutuhan ekonomi (Surbakti, 1998). Namun dalam realitanya pemenuhan kebutuhan kepada anak belum dapat terpenuhi secara baik oleh keluarga, karena adanya berbagai hambatan yang dialami. Hambatan-hambatan ini terjadi karena tuntutan ekonomi dalam keluarga itu sendiri, sehingga pada proses keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara baik. Badan Pusat Statistik tahun 2013, menyatakan bahwa sebanyak 28,59 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2012 masih berada dibawah garis kemiskinan. Sehingga pada akhirnya
memunculkan banyak anak-anak yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri, bukan lagi tergantung pada keluarga. Usaha-usaha yang dilakukan oleh anak-anak biasanya beragam, baik menjadi pedagang koran, pengemis, dan lain-lain. Mereka bekerja dengan menghabiskan sebagian besar waktunya berkeliaran di jalanan (Hariadi & Suryanto, 1999). Pengertian anak jalanan sendiri di Indonesia adalah seseorang yang masih belum dewasa yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkungannya (Suyanto, 2010). Hal ini didukung dengan pernyataan dari Dinas Sosial wilayah DKI Jakarta yang menyatakan bahwa anak usia 18 tahun menghabiskan waktunya di tempat umum (jalan,
1 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
pasar, pertokoan, dan tempat hiburan), 3 sampai 24 jam untuk melakukan aktivitas ekonomi (Yudisthira, 2011). Adanya anak-anak yang berada di jalanan memicu terjadinya anak sebagai korban yang disebabkan dengan perlakuan eksploitasi terhadap anak baik di tingkat keluarga mupun masyarakat. Di tingkat keluarga, tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa anak adalah milik mereka sepenuhnya. Berbagai perlakuan yang dilakukan orang tua terhadap anak adalah hak orang tua, sehingga pihak-pihak di luarnya tidak berhak ikut campur. Pandangan seperti itu kemudian terwujud pada tindakan-tindakan pelanggaran terhadap hak anak, seperti pemerkosaan terhadap anak, eksploitasi tenaga kerja anak, termasuk juga menjual anak untuk menjadi pelacur. Adapun yang termasuk kedalam hak-hak anak menurut Konvensi Hak Anak antara lain adalah hak untuk tumbuh, berkembang, berpendapat, mendapatkan pendidikan, memperoleh rasa aman, perlindungan dari eksploitasi, identitas, dan kewarganegaraan. Seringkali kemiskinan menjadi alasan mengapa orang tua bersikap eksploitatif terhadap anak-anaknya. Tetapi hal lain yang juga melatarbelakangi pelanggaran terhadap hak anak ini adalah ketiadaan pengertian dan kesadaran pada diri orang tua dan kelompok orang dewasa di masyarakat bahwa anak dan remaja juga memiliki serangkaian hak yang tidak boleh dilanggar (Irwanto, 1995). Faktor lain, ketidakharmonisan keluarga yang disebabkan oleh orang tua yang bercerai dalam beberapa kasus juga menjadi pemicu anak untuk lebih memilih dunia jalanan sebagai rumah alternatif dibandingkan dengan keluarga sendiri. Di dunia jalanan, mereka barangkali mendapatkan kebebasan yang lebih. Tapi bersamaan dengan itu, mereka juga memperoleh kekerasan, eksploitasi dan juga “pendidikan” nonformal berupa norma-norma yang sangat jauh berbeda dari masyarakat pada umumnya. Dan pada dasarnya berapa pun jumlah anak yang menjadi anak jalanan merupakan suatu fenomena sosial yang harus ditangani oleh pihak yang berkepentingan yaitu, keluarga dan juga pemerintah (Suyanto, 2010). Masalah anak jalanan semakin kompleks karena banyaknya permasalahan yang dialami anak jalanan itu sendiri. Penelitian dari Bastian (2002) yang berjudul “Dampak Dari Eksploitasi Dan Mekanisme Survival Anak Jalanan: Studi Kekerasan Pada Komunitas Anak Jalanan Di Surabaya” mengenai eksploitasi anak jalanan. Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa eksploitasi berawal dari adanya krisis ekonomi, krisis ini kemudian menjadikan banyak keluarga berada dibawah garis kemiskinan yang pada akhirnya mendorong anaknya bekerja di jalan untuk mencukupi kebutuhan keluarga hingga terjadinya tindakan eksploitasi terhadap anak. Selain itu, penelitian dari Ratiyo (2001) yang berjudul “Eksploitasi Anak Jalanan: Pelanggaran Terhadap Hak-Hak Anak (Studi Kasus Terhadap
Pengamen Jalanan di Kawasan Tugu Pancoran, Jakarta)”. Penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya ekspolitasi terhadap anak jalanan seperti eksploitasi ekonomi oleh orangtua, ekspolitasi terhadap akses pendidikan, terhadap waktu luang, terhadap upah, terhadap harga diri, eksploitasi dalam bentuk tindak kekerasan, serta eksploitasi terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak sepenuhnya masih tergantung kepada orang dewasa untuk memenuhi kehidupannya dalam kelangsungan hidupnya, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban negara dan orang tua, keluarga serta masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan ini menyebabkan anak-anak rentan untuk menjadi korban sehingga sering dimanfaatkan oleh orang dewasa atau orang tuanya demi kepentingan mereka. Selain karena anakanak masih tergantung dengan orang dewasa, ada juga faktor yang paling mendasar terjadinya anak jalanan yaitu faktor ekonomi dan pendidikan yang rendah, yaitu mereka (anak jalanan) tidak banyak punya pilihan dalam hidupnya, sehingga seolah-olah “dipaksa” untuk melakukan pekerjaan di jalanan untuk mendapatkan finansial yang lebih baik secara ekonomi. Dampak anak-anak berada di jalanan sangat kompleks. Berdasarkan penelitian Yuliani (2003) yang berjudul “Kekerasan Pada Anak Jalanan: Studi Tentang Kekerasan Pada Anak Jalanan di Terminal Bungurasih Kab. Sidoarjo”. Ditemukan bentuk-bentuk kekerasan yang dialami anak jalanan adalah kekerasan fisik, seperti, dipukul, ditendang, ditampar dan ditarik rambutnya. Selain itu ada dampak secara psikis antara lain memperoleh ancaman, dibentak-bentak, dimaki, dan bentuk kekerasan seksual adalah disuruh melepas baju dan dipaksa melakukan hubungan seks, dipaksa untuk melihat gambar-gambar porno. Masalah anak jalanan yang kompleks ini kemudian memerlukan adanya suatu pelayanan sosial guna mencapai kondisi kesejahteraan anak yang lebih baik. Kesejahteraan sosial yang mencakup kesejahteraan anak diartikan sebagai kondisi yang ideal untuk dapat mengembangkan diri anak jalanan sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai anak sesuai dengan perannya di masyarakat. Ada berbagai metode intervesi sosial dalam pencapaian kesejahteraan sosial. Intervensi sosial dikenal sebagai upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok maupun komunitas. Dikatakan perubahan terencana agar upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan. Ketika fungsi sosial seseorang berjalan dengan baik, dapat diasumsikan bahwa kondisi sejahtera semakin mudah dicapai. Melalui intervensi sosial hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan akan dapat teratasi (Adi, 2005). Rehabilitasi sosial menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2009 Pasal 6 merupakan salah satu bentuk intervensi sosial untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial disamping jaminan sosial,
2 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Melalui rehabilitasi sosial diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memulihkan keberfungsian sosial klien serta tidak menjadi anak jalanan untuk kedua kalinya. Selain itu, Rehabilitasi Sosial menurut Kementrian Sosial (2009) adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk seseorang agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi sosial disini dijelaskan melalui suatu program atau kegiatan yang didesain secara kongkret untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat, ataupun taraf hidup masyarakat. Rehabilitasi sosial diarahkan kepada upaya pengidentifikasian kelompok yang paling tidak diperhatian dan kelompok yang ditelantarkan dalam hal ini adalah anak jalanan yang dijadikan sasaran untuk meningkatkan kualitas diri rehabilitasi sosial sini memberikan akses kepada anak jalanan agar dapat berkompetisi sosial secara optimal melalui pelayanan dalam bentuk motivasi, bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan vokasional, dan pendidikan serta keterampilan, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani mapun sosial (Prinst, 2003). Dalam hal ini pemerintah khususnya Kementrian Sosial RI sebagai instansi pemerintah yang berperan penting dalam pengentasan anak jalanan mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi anak jalanan dalam sistem rehabilitasi sebagai upaya pemulihan kemampuan dari anak jalanan itu sendiri, dengan mendirikan panti sosial yang bernama Social Development Center for Street Children (SDC) yang merupakan sebuah lembaga yang menangani permasalahan anak jalanan. SDC merupakan satusatunya panti sosial rujukan Kementerian Sosial RI yang menangani permasalahan anak jalanan dalam bentuk “boarding house” dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat dan sebagai pelayanan lanjutan bagi anak-anak rujukan dari rumah singgah maupun panti sosial lainnya (Direktorat Pelayanan Sosial Anak, 2006). Dalam pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap anak jalanan, SDC memberikan pelayanan bimbingan sosial, bimbingan mental (agama), bimbingan fisik, akses pendidikan serta pelatihan keterampilan. Bimbingan sosial bertujuan untuk memulihkan dan meningkatkan keberfungssian klien. Bimbingan mental (agama) bertujuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta berpikir positif dan berkeinginan untuk berprestasi. Bimbingan fisik bertujuan agar klien dapat hidup dengan pola sehat dan memahami pentingnya kesehatan. Serta akses pendidikan dan keterampilan yang bertujuan sebagai modal pengetahuan dan keahlian setelah selesai rehabilitasi.
Social Development Center (SDC) merupakan sebuah konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Kementerian Sosial, lembaga ini juga merupakan sebuah bentuk pelayanan sosial yang berperan untuk menangani anak jalanan, dan khususnya lembaga ini melakukan pengembangan pelayanan lanjutan bagi anak- anak rujukan dari panti sosial lainnya. Dalam pelaksanaan pelayanan terhadap anak jalanan di SDC terdapat pelayanan rehabilitasi sosial. Pelayanan rehabilitasi sosial yang dilakukan di lembaga ini antara lain; pendekatan awal, tahap penerimaan, dan tahap bimbingan sosial, bimbingan mental, bimbingan fisik dan keterampilan. Pelayananan rehabilitasi sosial ini merupakan tahap penting karena memberikan pengaruh yang besar dalam merubah perilaku dan mindset terhadap rangkaian pembinaan untuk bagi para anak jalanan, sehingga keberhasilan di program pelayanan ini sangat mempengaruhi klien anak jalanan untuk memulihkan keberfungsian sosial dengan cara meningkatkan rasa percaya diri baik dalam pendidikan maupun keterampilan agar dapat keluar dari masalah yang ada dan dapat bertahan hidup (survive) secara mandiri setelah masa rehabilitasi sosial berakhir dan masuk kembali ke lingkungan keluarga atau masyarakat serta tidak menjadi anak jalanan kembali. SDC kemudian menjadi lembaga yang merupakan tempat rujukan dari berbagai LSM maupun panti sosial lainnya dalam menangani permasalahan kesejahteraan untuk anak. Dari hasil temuan awal di panti SDC ditemukan bahwa, anak jalanan biasanya menutup diri dengan lingkungan luar baik itu pengurus panti seperti pekerja sosial, pendamping, maupun dengan teman yang tidak dikenal pada saat berada di dalam panti. Mereka cenderung menjauh dari orang yang ingin mengenal dan mendekatinya. Hal ini merupakan dampak dari mereka hidup sebagai anak jalanan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial. Panti SDC melakukan rehabilitasi sosial bagi anak-anak jalanan dengan menggunakan bimbingan fisik melalui olahraga, bimbingan mental melalui pengajian, bimbingan sosial melalui metode kelompok dan bimbingan keterampilan. Rehabilitasi Sosial yang dilakukan di Panti SDC untuk anak jalanan dimulai dari tahapan pendekatan awal, assessment, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi, penyaluran, terminasi dan juga monitoring (bimbingan lanjutan). Tujuan rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh SDC adalah untuk memulihkan keberfungsian sosial klien anak jalanan (siswa binaan) dengan cara meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan keberfungsian sosial agar dapat keluar dari masalah yang ada dan dapat bertahan hidup (survive) secara mandiri setelah masa rehabilitasi sosial berakhir dan masuk kembali ke lingkungan keluarga atau masyarakat serta tidak menjadi anak jalanan kembali.
3 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
Dan dari hasil temuan awal, terdapat suatu masalah dalam panti Social Development Center for Street Children yang ditunjukkan dengan adanya klien anak jalanan yang keluar dari panti pada saat menerima pelayanan rehabilitasi sosial karena mulai merasakan jenuh dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam proses rehabilitasi sosial di panti tersebut. Padahal panti SDC merupakan satu-satunya panti sosial rujukan dari pemerintah yang berperan dalam rehabilitasi anak
jalanan, panti SDC sudah seharusnya menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain yang berkecimpung di bidang rehabilitasi anak jalanan. Melihat dari uraian di atas, maka penelitian ini mengangkat tema mengenai gambaran proses pelaksanaan rehabilitasi siswa binaan serta faktorfaktor yang menghambat pelaksanaan rehabilitasi tersebut.
2. Metode Penelitian
kemungkinan kasus yang sangat spesifik dan sulit di jangkau karena popoulasi yang banyak. Sampel bertujuam digunakan untuk memilih kasus – kasus yang unik, umumnya bersifat informatif dan digunakan apabila peneliti ingin mengidentifikasi beberapa tipe kasus untuk dilakukan studi mendalam (in dept investigation). Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang suatu kasus atau masalah. Dengan demikian pemilihan informan dalam penelitian ini lebih ditujukan untuk mencari pemahaman sedalam mungkin tanpa berpengaruh dengan jumlah informan yang ada. Didasarkan pada penelitian yang memfokuskan pada pelaksanaan rehabilitasi soisal, maka peneliti menentukan informan yang dianggap dapat memberikan informasi terkait gambaran dan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial. Terdapat beberapa informan yang dapat mengetahui sehubungan dengan adanya pelaksanaan program rehabilitasi sosial di panti ini, yaitu: 1. Koordinator rehabilitasi sosial, yang terlibat langsung dalam bimbingan rehabilitasi sosial langsung kepada klien. Bimbingan yang dilaksanakan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien., karena koordinator Rehabilitasi Sosial lembaga ini pasti memiliki pengalamannya kerja dalam rehabilitasi sosial dan diharapkan informan dapat memberikan keterangan secara lengkap dan lebih detail mengenai proses pelaksanaan rehabilitasi di Social Development Center for Street Children (SDC). 2. Pekerja sosial, karena pekerja sosial merupakan orang yang berperan penting dalam mengintervensi klien dari mulai tahap pendekata awal sampai pelaksanaan terminasi yang tugasnya merupakan melakukan pendampingan terhadap siswa binaan dalam kegiatan rehabilitasi sosial langsung kepada klien. Karena pekerja sosial lembaga ini pasti memiliki pengalamannya tersendiri terkait dengan rehabilitasi sosial. Adapun kriteria informan pelaksanaan rehabilitasi sosial, yaitu : • Mengetahui proses pelaksanaan rehabilitasi sosial secara keseluruhan Terlibat langsung dalam kegiatan rehabilitasi sosial dalam artian melakukan pelayanan sosial terhadap anak jalanan dari tahap
Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian kualitatif dipilih oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebih dalam dan menyeluruh mengenai bagaimana pelaksanaan rehabilitasi sosial untuk anak jalanan di panti Social Development Center for Street Children (SDC). Karena dengan pendekatan kualitatif ini dapat menggali informasi secara mendalam. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif secara mendalam melalui metode wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan agar mendapatkan analisis yang holistik dan hasil yang komprehensif. Jenis penelitian berdasarkan tujuan melalui penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini, hannya menggambarkan (mendeskripsikan) saja tanpa adanya perlakuan atau tindakan langsung untuk mengubah objek yang diteliti. Melalui penelitian deskriptif digambarkan tentang proses pelaksanaan rehabilitasi sosial anak jalanan dan mengetahui hambatan dalam proses pelaksanaan rehabilitasi sosial anak jalanan di lembaga Social Development Center for Street Children (SDC). Lokasi Pengumpulan Data. Lokasi penelitian adalah lembaga Social Development Center for Street Children yang mempunyai alamat di Jl. PPA Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Alasan memilih Social Development Center for Children dipilih sebagai lokasi penelitian karena Panti Social Development Center for Street Children ini merupakan Panti Sosial pemerintah satu-satunya yang dijadikan sebagai tempat rujukan untuk para anak jalanan yang ingin di rehabilitasi di panti sosial ini. Panti Social ini didirikan oleh Kementrian Sosial RI sebagai tempat rujukan untuk melanjutkan proses pelayanan untuk anak-anak jalanan untuk mengembangkan kemampuan dan keberfungsian sosialnya. Teknik Pemilihan Informan. Dalam teknik pemilihan informan berdasarkan kebutuhan, digunakan metode nonprobanility sampling dengan cara purposive sampling. Menurut (Neuman, 2006) purposive sampling adalah penarikan sampel secara tidak acak menggunakan berbagai metode untuk mencari semua
4 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
pendekatan awal, penerimaan, dan bimbingan sosial, fisik mental, serta keterampilan Pendidikan minimal S1 dan berlatar belakang Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Klien/Siswa Binaan, Adapun siswa yang dipilih dalam penelitian ini sebagai informan yaitu 2 siswa yang bertahan untuk mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial selama 1 tahun dan 2 siswa yang keluar (back to street) setelah mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial sampai dengan pelaksanaan intervensi yaitu selama 6 bulan dan kembali lagi ke dalam panti sebagai informan karena dapat memberikan informasi yang terkait dengan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial di lembaga. Ada kriteria yang ditetapkan untuk sebagai informan siswa binaan, yaitu: • Rujukan dari rumah singgah atau panti sosial lainnya Anak yang berusia 15-18 tahun Terlibat dan mengikuti semua kegiatan rehabilitasi sosial dari tahap pendekatan awal, penerimaan, dan bimbingan sosial, fisik mental, serta keterampilan Anak yang telah direhabilitasi selama minimal 1 tahun atau lebih dan sudah memahami kegiatan rehabilitasi sosial secara keseluruhan Adapun kriteria yang ditetapkan kepada siswa binaan yang kembali ke jalanan (back to street) sebagai informan, yaitu: • Rujukan dari rumah singgah atau panti sosial lainnya • Anak yang pernah keluar back to street dan kembali ke dalam panti • Anak yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial • Anak yang pernah direhabilitasi sosial sampai dengan pelaksanaan intervensi yaitu selama 4 bulan Teknik Pengumpulan data. Adapun cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, antara lain: a. Sebelum ke lapangan, penelitian dilakukan dengan pengecekan terhadap studi literatur seperti buku, jurnal, situs internet, laporan media, serta sumber ilmiah lainnya yang relevan dengan permasalahn penelitian, rehabilitasi sosial yang membahas mengenai anak jalanan. Untuk memperoleh kerangka pemikiran dan digunakan untuk menganalisa. b. Wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan instrument pedoman wawancara dengan semi terstruktur. Dengan wawancara mendalam dapat menggali dan mendapatkan data yang kaya dari informan. Wawancara direkam dengan menggunakan alat perekam (digital record) dan dilakukan
c.
terhadap empat informan pelaksana rehabilitasi sosial dan empat informan siswa binaan anak jalanan (Irawan, 2007). Pengamatan (Observasi) Observasi menurut Poerwandri (2005), merupakan salah satu teknik pengumpulan data esensial dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi, peneliti mengharapkan dapat mendeskripsikan setting yang dipelajari, serta aktivias-aktivitas yang berlangsung dan orang yang terlibat dalam aktivitas yang ada di Social Development Center for Street Children (SDC).
Teknik Analisis Data. Analisis data dilakukan dengan analisis terhadap catatan lapangan, transkip wawancara, dan berbagai dokumen data sekunder yang dikumpulkan sebelum, saat penelitian, maupun setelah hasil lapangan dikumpulkan. Data ini dikumpulkan sebagai data sekunder untuk mendukung penelitian ini (Irawan, 2007). Teknik Untuk Meningkatkan Kualitas. Berdasarkan model yang dikemukakan oleh Neuman (2006), triangulasi merupakan suatu teknik memeriksa kebenaran dari sudut pandang yang berbeda, dimana teknik ini bertujuan untuk melihat sesuatu dari berbagai pandangan dibandingkan hanya memalui sudut pandang. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber, artinya dilakukan wawancara kepada beberapa orang yang tentunya memiliki perspektif, latar belakang, serta karakteristik yang berbeda untuk mengurangi keterbatasan informasi. Dalam hal ini data yang diperoleh dari berbagai metode, baik itu data dari wawancara berstruktur, observasi partisipan atau sejarah hidup seseorang dikumpulkan untuk kemudian dibandingkan. Teknik ini juga memaksimalkan rentang data untuk dapat melengkapi pemahaman terhadap seluruh konsep. Hal ini berdasarkan pada pentingnya keragaman waktu, ruang, dan orang dalam observasi dan wawancara.
3. Hasil dan Pembahasan Untuk memperoleh data mengenai bagaimana pelaksanaan proses rehabilitasi sosial terhadap anak jalanan di panti Social Development Center for Chlidren, maka penelitian ini dilakukan wawancara terhadap dua (2) informan pelaksana yaitu Kordinator Rehabilitasi Sosial dan Pekerja Sosial dan dua (2) informan anak siswa binaan yang aktif mengikuti rehabilitasi sosial dan juga dua (2) informan anak yang pasif mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial. Analisa Tahapan Pelaksanaan Proses Rehabilitasi Sosial Untuk Anak Jalanan Di Social Development Center for Street Children (SDC) Anak jalanan menurut Kasie Rehabilitasi Sosial di Social Development Center for Street Children adalah anak-anak yang berusia di bawah 18
5 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
tahun yang melakukan kegiatan di jalan, pasar, terminal, dan tempat-tempat umum lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk membantu keluarga. Hal ini sesuai dengan definisi anak jalanan menurut Suyanto (Bab 2: 42) yaitu, anak yang menggunakan sebagian besar waktunya dijalanan baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang masih mempunyai hubungan dengan keluarga atau putus hubungan dengan keluarga dan anak-anak yang hidup mandiri sejak masih kecil karena kehilangan orang tua dan keluarga. Rehabilitasi sosial merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan untuk kesejahteraan sosial selain jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Rehabilitasi sosial yang ada di Social Development Center for Stree Children (SDC) yaitu serangkaian kegiatan pemberian pelayanan sosial secara terencana dan profesional untuk memecahkan masalah klien dari lingkungan sosialnya, memulihkan rasa percaya diri, mandiri dan normatif secara sosial dan ekonomi, serta meningkatkan status dan peranan sosial klien dan lingkungan. Rehabilitasi sosial yang digunakan untuk menangani anak jalanan yang mempunyai masalah yang kompleks baik dari fisik, psikis (mental), maupun sosial. Agar anak jalanan dapat berfungsi sosialnya dengan baik sesuai dengan hak-hak anak, maka ketiga aspek ini harus ditangani. Hal ini sesuai dengan tujuan dari rehabilitasi sosial yang dilakukan Social Development Center for Street Children (SDC) dengan memberikan bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, keterampilan, dan pendidikan untuk mengembalikan keberfungsian sosialnya dalam keluarga maupun di masyarakat nanti setelah selesai menjalankan rehabilitasi sosial. Tahapan yang dilakukan Social Development Center for Street Children (SDC) juga dalam proses rehabilitasi sosial untuk anak jalanan sesuai dengan pedoman standarisasi rehabilitasi sosial di panti-panti Kementerian Sosial. Social Development Center for Street Children (SDC) menjalankan tahapan-tahapan rehabilitasi sosial dari mulai pendekatan awal, assesment, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi, pemulangan, terminasi dan bimbingan lanjutan. Hal ini sesuai dengan standarisasi rehabilitasi sosial yang dimiliki panti-panti sosial lainnya menurut Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI (Bab 2: 33) dimana tahapan rehabilitasi sosial meliputi tahapan pendekatan awal, assessment, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi dan tahap pasca pelayanan seperti penghentian klien, pemulangan, dan penyaluran serta bimbingan lanjutan. Tahapan pertama yang dilakukan oleh pihak panti Social Development Center for Street Children (SDC) dalam rehabilitasi sosial dimulai dengan tahapan pendekatan awal meliputi penerimaan, registrasi dan identifikasi awal. Hal ini sesuai dengan
standarisasi rehabilitasi sosial yang harus dimiliki panti sosisal menurut Badiklit (Bab 2: 33) dimana tahapan ini mencakup kegiatan sosialisasi program, penjangkauaan calon klien, seleksi calon klien, penerimaan, registrasi, dan pengasramaan klien. Dalam hasil temuan lapangan pada kegiatan sosialisasi dilakukan dengan menyampaikan informasi mengenai tujuan dan program pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada instansi terkait untuk mencapai dukungan serta data calon klien sebagai instansi perujuk klien anak jalanan seperti Rumah Singgah, Dinas Sosial, Organisasi Sosial, Yayasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Kepolisian. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh staf Program dan Advokasi Sosial (PAS) bersama Pekerja Sosial sebagai tahapan awal rehabilitasi sosial dengan mengarahkan kepada mitra instansi sebagai perujuk klien anak jalanan yang akan di rehabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC). Setelah proses sosialisasi dilakukan, dilanjutkan dengan seleksi dan penerimaan klien anak jalanan yang sesuai dengan kriteria dan persyaratan di Social Development Center for Street Children (SDC) yaitu klien yang sesuai dengan kriteria meliputi lakilaki dan perempuan usia dibawah 18 tahun yang mengalami ekspolitasi anak secara ekonomi (pekerja anak), pengemis, pengamen gelandangan baik masih memiliki atau tidak memilki orang tua yang masih sekolah, tidak sekolah ataupun putus sekolah, dan menyatakan kesanggupan mengikuti semua program yang diselenggarakan oleh Social Development Center for Street Children (SDC) dan mematuhi ketentuan yang berlaku.Selanjutnya klien anak jalanan yang lolos seleksi dan diterima, maka pihak SDC meminta case record klien anak jalanan tersebut dari perujuk klien anak untuk memudahkan proses assesment. Sistem yang dipakai yaitu sistem penjemputan oleh pihak panti Social Development Center for Street Children di rumah tempat tinggal klien ataupun lembaga yag merujuk disertai dengan case record klien anak jalanan dari perujuk. Selanjutnya setelah lolos seleksi dan penerimaan, klien anak jalanan juga melakukan registrasi yang bertujuan untuk pendataan klien anak jalanan yang direhabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC) dan diberikan pengasramaan. Tahapan kedua adalah assessment, dalam temuan lapangan pada tahapan ini pihak panti Social Development Center for Street Children dalam rehabilitasi sosial ke klien dengan menggali informasiinformasi yang dibutuhkan dan melihat potensi yang ada pada klien anak jalanan. Assesment yang dilakukan pada panti Social Development Center for Street Children meliputi wawancara langsung, psikotest, dan medical check up . Dalam aspek sosial melakukan assessment wawawancara bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan klien mennganalisis kondisi
6 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
klien, menggali masalah, dan kebutuhan dari klien anak jalanan dengan berinteraksi secara langsung dengan klien dan dapat melihat reaksi secara verbal maupun non verbal dalam proses wanwacara ini, serta dapa membandingkan informasi yang didapatkan dari case record dengan wawancara langsung kepada klien. Pada aspek psikologi dengan melakukan assessment psikotest bertujuan untuk mengetahui minat dan bakat yang dimiliki oleh klien yang dilakukan dan pada aspek kesehatan melakukan medical check up kepada klien untuk mengetahui kondisi kesehatan klien. Dari ketiga aspek assessment yang dilakukan oleh pihak Social Development Center for Street Children bertujuan dalam membuat perencanaan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien dalam tahap selanjutnya. Tahapan berikutnya yaitu tahapan perencanaan intervensi, dalam tahapan ini akan menetapkan tujuan rehabilitasi, penetapan pelayanan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rehabilitasi sosial dengan kebutuhan dan sumber daya yang akan digunakan. Rencana intervensi dilakukan oleh Kasie Rehabilitasi Sosial beserta dengan Pekerja Sosial yang disesuaikan dengan bakat dan minat dan bakatt klien, misalkan untuk klien yang ingin mengambil keterampilan menjahit karena memang disukai dan dulunya sebelum masuk panti sudah pernah mengikuti kegiatan keterampilan menjahit serta keinginan untuk bekerja di konveksi setelah selesai rehabilitasi sosial. Maka pihak Social Development Center for Street Children (SDC) akan memfasilitasinya, dalam hal ini menghargai keinginan dan kebutuhan klien dengan mengikutsertakan klien dalam pelatihan keterampilan menjahit. Klien juga berpartisipasi aktif dalam pembuatan perencanaan ini, hal ini terjadi karena perencanaan intervensi akan disesuaikan dengan bakat dan minat. Dalam hasil temuan lapangan perencanaan intervensi, semua klien anak jalanan mengikuti seluruh kegiatan-kegiatan rehabilitasi sosial atau pelaksanaan proses rehabilitasi di panti seperti dalam bimbingan agama, bimbingan fisik, bimbingan sosial, tetapi ada kegiatan tertentu yang tidak diikutsertakan kegiatamkegiatan sesuai dengan assessment yang dilakukan pihak panti seperti pada pelaksanaan pendidikan dan keterampilan. Setelah melakukan perencanaan intervensi, ada tahapan pelaksanaan intervensi yang dilakukan oleh pihak Social Development Center for Street Children (SDC) dalam bentuk pemberian bimbingan, pelatihan dan akses pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, dan permasalahan klien. Untuk klien anak jalanan yang tinggal di asrama baik itu perempuan dan laki-laki mengikuti bimbinganbimbingan yang diselenggarakan pihak Social yang diikuti oleh semua klien Social Development Center for Street Children (SDC) berupa bimbingan fisik yang bertujuan menanamkan disiplin penyegaran fisik serta menghilangkan rasa jenuh, sehingga klien memiliki
kondisi fisik yang segar dan bugar. Bimbingan mental (agama) yang bertujuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta berpikir positif, dan bimbingan sosial yang bertujuan untuk memulihkan dan meningkatkan keberfungssian klien, tetapi ada pelayanan yang diberikan oleh pihak Social Development Center for Street Children (SDC) untuk klien anak jalanan yang tidak semua klien mengikutinya seperti pelatihan keterampilan dan pemberian akses pendidikan seperti back to school dan kejar paket berdasarkan hasil assessment dan perencanaan intervensi yang sudah ditetapkan oleh pihak panti yang bertujuan sebagai modal pengetahuan dan keahlian setelah selesai rehabilitasi. Dalam pelaksanaan intervensi, dari hasil temuan lapangan bimbingan sosial dalam pemberian konseling merupakan tahap berperan paling penting karena melakukan intervensi secara langsung karena dapat merubah perilaku atau sikap dari klien anak jalanan menjadi lebih baik dengan melihat indikatorindikator dari perubahan perilaku klien anak jalanan menjadi perilaku yang mandiri. Konseling yang dilakukan oleh pekerja sosial dan psikolog ini berupa motivasi kepada klien anak jalanan dengan memberi tahu perilaku-perilaku yang tidak baik kepada klien dan memberikan dukungan agar klien yang dibina di Social Development Cenetr for Street Children dapat terjadi perubahan perilaku sebelum masuk panti dan setelah masuk panti. Tujuan dari bimbingan sosial dengan melakukan konseling kepada klien adalah untuk menanamkan nilai-nilai sesuai dengan normanorma yang baik dan berlaku di masyarakat. Kemudian dalam tahap pelaksanaan intervensi ini untuk klien anak jalanan baik dalam bimbingan fisik, bimbingan agama, dan bimbingan sosial klien anak-anak jalanan merasa bosan dengan kegiatankegiatannya sehingga klien anak jalanan keluar dari SDC walaupun tidak melakukan izin terlebih dahulu kepada pihak panti Social Development Center for Street Children (SDC), ada perasaan klien anak-anak jalanan yang mulai merasa jenuh atau bosan berada di dalam panti Social Development Center for Street Children dan terbiasa mendapatkan uang di jalanan, hal ini terjadi disebabkan oleh adanya dorongan dari dalam diri klien anak jalanan untuk keluar dari panti karena sudah terbiasa hidup di jalanan. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan pemulangan (reintegrasi), tahapan ini merupakan serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan klien ke dalam kehidupan di masyarakat secara normatif, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah dan kerja (usaha mandiri). Pihak Social Development Center for Street Children (SDC) melakukan penyaluran baik itu pemulangan (reintegrasi) maupun penyaluran sekolah dan biasa bekerja sama seperti sekolahan di dekat rumah klien untuk akses pendidikan dan juga penyaluran kerja yang biasa bekerja sama
7 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
dengan pabrik konveksi dan lainnya. Dalam hasil temuan lapangan proses penyaluran pemulangan ke keluarga biasanya yang ada yang ditunjuk untuk proses pemulangan seperti Pekerja Sosial dan pendamping yang tergabung dalam tim pemulangan klien anak jalanan yang sebelumnya sudah melakukan penelusuran (tracing) sehingga pada waktu pemulangan (reintegrasi) langsung ke alamat yang dituju klien setelah rehabilitasi sosial berakhir di Social Development Center for Street Children (SDC). Pada tahap terminasi dilakukan sesusai dengan keberfungsian sosial klien dengan standart pemutusan atau pengakhiran pelayanan dalam di Social Development Center for Street Children (SDC) selama satu tahun untuk klien anak jalanan. Dalam hal ini sebelum melakukan terminasi klien anak jalanan sudah mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial seperti dalam pelaksanaan intervensi yaitu bimbingan fisik, bimbingan mental (agama), bimbingan sosial, pendidikan, dan keterampilan. Tahap yang terakhir adalah monitoring atau bimbingan lanjut, pada tahap ini biasanya pekerja sosial maupun pendamping melakukan monitoring keberlangsungan dari mantan klien ank jalanan yang telah di rehabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC) dan dipulangkan ke keluarga. Apabila mantan klien telah kembali melanjutkan sekolah dan memerlukan bantuan finansial, maka pihak Social Development Center for Street Children (SDC) akan memberikan bantuan finansial berupa uang yang besarannya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mantan klien. Dari hasil temuan lapangan pada bimbingan lanjut dari Pekerja Sosial dan Kasie Rehabilitasi Sosial mengatakan bahwa mantan klien anak jalanan yang telah di rehabilitasi sosial dan dipulangkan ke keluarga ada yang kembali melanjutkan ke sekolah dan ada juga yang bekerja sesuai dengan keterampilan yang dipelajarinya saat rehabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC) maupun yang tidak sesuai dengan keahliannya. Namun tidak semua berhasil setelah di rehabilitasi sosial, ada juga yang kembali ke jalanan karena mantan klien masih ingin kembali ke jalanan atas dasar dirinya pribadi. Analisa Hambatan Pelaksanaan Proses Rehabilitasi Sosial Untuk Anak Jalanan Di Social Development Center for Street Children (SDC) Dalam memberikan pelayanan sosial kepada klien anak jalanan dengan melakukan rehabilitasi sosial pihak Social Development Center for Street Children (SDC) dengan menjalankan mulai dari tahap mulai pendekatan awal, assesment, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi, pemulangan, terminasi dan bimbingan lanjutan. Namun dalam proses pelaksanaannya mempuyai kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi sosial untuk menanngani klien anak jalanan di Social Development Center for Street Children (SDC). Kendala dalam tahap pendekatan awal terjadi berdasarkan temuan lapangan adalah pihak Social Development Center for Street Children (SDC) dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial dengan berdasakan Direktorat Jenderal Pelayanan Sosial Anak (Bab 2: 30) memakai model center based, yaitu pendekatan yang menjadikan anak jalanan sebagai penerima pelayanan yang ditempatkan pada suatu center atau pusat kegiatan dan tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu. Selama berada di pusat kegiatan, ia akan memperoleh pelayanan sampai mencapai tujuan yang dikehendakinya. Dalam hal ini kendala yang terjadi dalam tahap pendekatan awal yang siginifikan adalah ketika calon klien anak jalanan yang usianya sudah melewati usia 18 tahun, maka tidak bisa diterima di panti SDC karena persyaratan yang berlaku di dalam panti ini adalah usia anak-anak jalan yang di bawah 18 tahun. Untuk itu dalam tahap pendekatan awal ini khususnya pada rekruitmen ada anak-anak jalanan yang tidak diterima karena terbentur dengan peraturn dan kriteria di panti SDC. Dan usaha yang dilakukan panti ketika anak-anak jalanan yang tidak bisa diterima adalah mengembalikan kembali anak-anak jalanan tersebut kepada perujuk seerti Rumah Singgah, Yayasan, ataupun LSM lainnya. Pada tahap pelaksanaan intervensi, dalam proses pelaksanaannya mempunyai kendala yang dihadapi pihak panti. Berdasarkan temuan lapangan proses pelaksanaan pemberian pelayanan yang paling mempunyai kendala yang cukup signifikan yaitu adanya anak-anak jalanan yang mulai bosan berada di dalam panti dengan kegiatan dan pelayanan yang diberikan baik dalam bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental yang dapat membuat anakanak merasa jenuh untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial. Sehingga dalam pelaksanaan pemberian pelayaan rehabilitasi sosial ini juga mempunyai kendala dengan menurunnya motivasi dalam melakukan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sosial sehingga terdapat klien yang tidak mengikuti kegiatan pelaksanaan rehabiliitasi sosial. Pada tahap pemulangan (reintegrasi), kendala yang dihadapi oleh pihak panti Social Development Center for Street Children (SDC) adalah pada saat tracing. Hal ini terjadi karena dalam penulusurannya untuk mencari tahu alamat keluarga dari klien anak jalanan membutuhkan waktu yang lama ketika klien anak jalanan tidak tahu asal usul keluarganya sehingga pihak panti harus mengetahui pihak keluarga yang terikat oleh klien anak jalanan. Dan biasanya yang terjadi ketika klien anak jalanan dari awal hidupnya tidak mengetahui orang tua kandungnya sendiri dan tidak pernah tinggal dengan keluarganya. Dan yang terakhir dalam tahap terminasi dan monitoring (bimbingan lanjut), terdapat suatu hambatan pada saat pemutusan pelayanan di dalam
8 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
panti dan juga monitoring yang dilakukan untuk mantan klien anak jalanan yaitu setelah proses pemutusan pelayanan rehabilitasi sosial di dalam panti, ada beberapa klien anak jalanan yang tidak mau untuk di reunifikasi ke keluarganya sehingga pihak panti tetap memberikan pelayanan lanjutan untuk klien agar tidak kembali turun ke jalanan, sesuai dengan standarisasi pelayanan rehabilitasi sosial di panti SDC yaitu selama tiga tahun melakukan bimbingan lanjutan. Dan dalam tahap monitoring atau bimbingan lanjut kendala yang dihadapi adalah di pihak keluarga yang kurang peduli dengan anaknya (mantan klien) sehingga pihan panti sulit untuk melakukan family support kepada mantan klien anak jalanan yang pernah di rehabilitasi sosial di panti Social Development Center for Street Children.
kriteria akan diterima dan melakukan registrasi dan selanjutnya akan diasramakan di panti. 2.
Tahap Assessment
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan analisis kondisi klien, karakteristik masalah, sebab dan implikasi masalah, kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya.
Analisa mengenai pelaksanaan proses rehabilitasi sosial untuk anak jalanan di Social Development Center for Street Children (SDC) sesuia dengan standardisasi tahapan rehabilitasi sosial menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia, dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Proses Rehabilitasi Sosial Standardisasi tahapan rehabilitasi sosial menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia 1.
Tahapan Pendekatan Awal
Tahapan pelaksanaan proses rehabilitasi sosial yang dilakukan Social Development Center for Street Children Tahap Awal
Pada tahap pendekatan awal dilaksanakan kegiatan sosialisasi program, penjangkauan calon klien, seleksi calon kien, penerimaan dan registrasi atau konferensi kasus
Pendekatan
Pihak panti akan menjemput anak jalanan yang berasal dari rujukan dari Rumah Singgah, Dinas Sosial, Organisasi Sosial, Yayasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Kepolisian dan lainnya. Setiap calon klien memiliki case record untuk melakukan identifikasi awal penanganan anak jalanan. Setela berada di Social Development Center for Street Children (SDC) di seleksi jika memenuhi
3.
Tahap Perencanaan Program Pelayanan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan penetapan tujuan pelayanan, penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh klien dari sumber daya yang akan digunakan.
4.
Tahap Pelaksanaan Pelayanan
Dalam tahap pelaksanaan pelayanan terdapat beberapa bentuk kegiatan yang dapat diberikan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan permasalahan klien, yaitu bimbingan fisik, mental
Assessment Dalam tahap assesment kesehatan dilakukan cek medis, selanjutnya untuk assesment psikologi dilakukan psikotes untuk mengtahui minat dan bakat anak jalanan, serta adanya wawancara untuk melihat kondisi klien dan untuk melakukan perencanaan intervensi mengenai masalah yang dihadapi oleh klien anak jalanan. Perencanaan Intervensi Pada tahap perencanaan intervensi ini melibatkan klien, pekerja sosial, dan juga profesi lainnya agar pelaksanaan intervensi dapat sesuai dengan yang diinginkan. Semua klien anak jalanan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan seperti bimbingan fisik, sosial, serta agama. Kemudian ada pembagian kegiatan untuk klien seperti keterampilan dan pendidikan. Pelaksanaan Intervensi Proses rehabilitasi sosial untuk anak jalanan diberikan bimbingan– bimbingan seperti bimbingan fisik, agama, sosial, dan juga pelatihan
9 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
bel 4.4 (Sambungan) (agama), sosial, keterampilan.
5.
dan
keterampilan dan adanya akses pendidikan seperti back to school, bridging course, dan kejar paket A, B, ataupun C. Dan pada tahap pelaksanaan intervensi terdapat klien anak jalanan yang merasa jenuh sehingga keluar dari panti SDC.
Tahap Pasca Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial
Terminasi,Penyalura n (Pemulangan), dan Monitoring (Bimbingan Lanjut)
Bentuk pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial terdiri dari: •
Penghentian Pelayanan. Penghentian pelayanan ini dilakukan setelah klien selesai mengikuti proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
•
Rujukan Kegiatan rujukan dilaksanakan apabila klien membutuhkan pelayanan lainnya yang tidak tersedia dalam panti
•
Pemulangan Penyaluran
dan
Kegiatan pemulangan dan penyaluran dilaksanakan setelah klien dinyatakan berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan. Proses pemulangannya sendiri adalah ketika klien dipulangkan ke pihak keluarga
•
Penyaluran
atau kepada sanak saudara. Proses penyaluran yaitu klien disalurkan pada perusahaan tempat kerja yang berminat mempekerjakan klien sesuai dengan bidang dan jenis keterampilan yang telah dimiliki klien.
klien.
• Pembinaan Lanjut Berupa kegiatan untuk memonitor dan klien sesudah mereka kembali ke keluarga.
Sebelum pemulangan klien anak jalanan biasanya pihak SDC akan melakukan tracing dan bertanya kepada klien alamat rumah keluarga untuk memastikan alamat yang tepat dan sesuai pada saat pemulangan atau reintegrasi ke keluarga klien. •
Terminasi
Terminasi dapat dilakukan jika klien telah mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial kemudian ada pemutusan pelayanan dari pihak SDC. •
Monitoring (Bimbingan Lanjut)
Tahapan ini dilakukan setelah klien kembali ke keluarga (dipulangkan). Selanjutnya klien dilihat perkembangannya baik itu pekerjaannya ataupun melanjutkan sekolah dengan memberikan bantuan finansial kepada pihak
10 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
4. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
2.
Pelaksanaan proses rehabilitasi sosial untuk anak jalanan di Social Development Center for Street Children (SDC) meliputi tahapan tahapan pendekatan awal, assessment, perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi, pemulangan (reintegrasi), terminasi, dan monitoring (bimbingan lanjut). Pada pelaksanaan intervensi terdapat bimbingan fisik melalui olahraga senam yang dilakukan setiap hari Jumat pagi dan olahraga futsal dan basket pada hari Jumat sore. Pada pelaksanaan intervensi bimbingan mental melalui siraman rohani (ceramah) yang dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jumat setelah shalat Maghrib dan pengajian dilakukan setiap hari Senin dan Jumat juga setalah shalat Isya. Pada pelaksanaan intervensi bimbingan sosial melalui konseling kepada klien anak jalanan, motivasi, dan penggunaan kelompok (terapi kelompok) yang pelaksanaannya dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jumat setelah shalat Zuhur. Dan pelaksanaan pelaksanaan intervesi dalam pemberian akses pendidikaan seperti meliputi keberlanjutan sekolah kepada klien yang pernah putus sekolah, menyekolahkan klien yang belum pernah sekolah dan memberikan kejar paket A, B, atu C dan melakukan bimbingan belajar. Serta dalam pelaksanaan intervensi keterampilan untuk klien anak jalanan meliputi keterampilan menjahit, keterampilan tata rias rambut (salon), keterampilan otomotif, keterampilan las, keterampilan elektronika, dan keterampilan komputer. Dalam proses pelaksanaan rehabilitasi sosial untuk anak jalanan mempunyai hambatan atau kendala yang dihadapi di Social Development Center for Street Children (SDC) dalam menangani klien anak jalanan seperti kendala yang terjadi dalam tahap pendekatan awal yang siginifikan adalah ketika calon klien anak jalanan yang usianya sudah melewati usia 18 tahun, maka tidak bisa diterima di panti SDC karena persyaratan yang berlaku di dalam panti ini adalah usia anak-anak jalan yang di bawah 18 tahun. Pada tahap pelaksanaan intervensi, dalam proses pelaksanaannya mempunyai kendala yang dihadapi pihak panti yaitu adanya anak-anak jalanan yang mulai bosan berada di dalam panti dengan kegiatan dan pelayanan yang diberikan baik dalam bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan mental yang dapat membuat anak-anak merasa jenuh untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial. Pada tahap pemulangan (reintegrasi), kendala yang dihadapi oleh pihak panti Social Development Center for Street Children (SDC) adalah pada saat
3.
tracing, untuk mencari tahu alamat keluarga dari klien anak jalanan membutuhkan waktu yang lama ketika klien anak jalanan tidak tahu asal usul keluarganya sehingga pihak panti harus mengetahui pihak keluarga yang terikat oleh klien anak jalanan. Dan biasanya yang terjadi ketika klien anak jalanan dari awal hidupnya tidak mengetahui orang tua kandungnya sendiri dan tidak pernah tinggal dengan keluarganya. Dan dalam tahap terminasi dan monitoring (bimbingan lanjut), terdapat suatu hambatan pada saat pemutusan pelayanan di dalam panti yaitu ada beberapa klien anak jalanan yang tidak mau untuk di reunifikasi ke keluarganya sehingga pihak panti tetap memberikan pelayanan lanjutan untuk klien agar tidak kembali turun ke jalanan,. Dan dalam tahap monitoring atau bimbingan lanjut kendala yang dihadapi adalah di pihak keluarga yang kurang peduli dengan anaknya (mantan klien) sehingga pihan panti sulit untuk melakukan family support kepada mantan klien anak jalanan yang pernah di rehabilitasi sosial di panti Social Development Center for Street Children. Proses hasil rehabilitasi sosial dan evaluasi untuk klien anak jalanan lebih kepada manfaat, setelah mendapatkan rehabilitasi sosial di Social Development Center for Street Children (SDC) dapat meninggalkan profesi yang dahulu yang berada di jalanan. Dan juga juga kepada nilai, dimana yang terpenting klien tidak menjadi anak jalanan untuk yang kedua kalinya.
5. Daftar Referensi Buku Adi, Isbandi Rukminto. (2005). Ilmu Ksejehatreaan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan). Depok: Fisip UI Press. Fanggidae, A. (1993). Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Pembangunan Puspa Swara. Gosita, A. (1989). Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademika Pressindo. Hariadi, S. S., & Suryanto, B. (1999). Anak Jalanan di Jawa Timur. Surabaya: Airlangga University Press. Huraerah, Abu. (2007). Child Abuse (kekerasan Terhadap Anak). (Edisi Revisi). Bandung: Penerbit Nuansa. Irawan, Prasetya. (2007). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu Sosial. Depok : DIA FISIP UI.
11 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
John, Louise C. Social Work Practice .n Schwartz, Charles L. (1991) Social Welfare: A Response to Human Needs. Boston: Allyn and Bacon Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdarkarya. Mulandar, Surya. (1996). Rekaman Proses dalam Humanisasi Anak Marjinal Berbagai Pengalaman Pemberdayaan. Bandung: Yayasan AKAtiga-Gugus Analisis. Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods. Qualitative and Quantitative Approaches Sixth Edition. Boston: Allyn & Bacon. Poerwandri, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: lp3es. Prinst, D. (2003). Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Suparlan, Y.B. (1990). Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Yogyakarta: Kanisius Suradi. (2005). Perlindungan Anak Berbasis Organisasi Lokal (Community-Based Child Protection). Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial.Volume 10, No.1, April 2005 Suyanto, Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak Jalanan. Jakarta: Kencana. Jurnal dan Penelitian Bastian, Johan. (2002). Dampak dari eksploitasi dan mekanisme survival anak jalanan: Studi Kekerasan Pada Komunitas Anak Jalanan di Surabaya. Skirpsi Ilmu Sosiologi Fakultas (Surabaya, Universitas Airlangga) Irwanto dkk. 1995. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabay, Medan. Jakarta: UNICEF bekerja sama dengan Unika Atma Jaya Ratiyo, Endang Sri Murtiyoningsih. 2001. Eksploitasi Anak Jalanan : Pelanggaran Terhadap HakHak Anak (Studi Kasus Terhadap Pengamen Jalanan di Kawasan Tugu Pancoran, Jakarta). Skripsi Ilmu Kriminilogi Fisip UI. Ridiasa, Anastia Putri. 2002. Makna Center Based bagi Anak Jalanan (Studi Kasus Terhadap Empat Informan Center Based Yayasan Kasih Mandiri Pasar Minggu dan Cimanggis). Skripsi Ilmu Komunikasi Fisip UI. Sudrajat, Tata. (1996).Rumah Yang Hilang. Jurnal Kumpulan Karangan Tentang Anak Jalanan. Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.
Sundayani, Yana. (2007). Penghapusan Bentuk Terburuk Pekerja Anak Melalui Pemberdayaan Sosial Keluarga. Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial “Peksos”Vol.6, No.1, 2007 Surbakti, S. Dkk (eds.). 1998. Prosiding Lokakarya Persiapan Survei Anak Rawan: Studi Rintisan di Kota Madya Bandung. Jakarta: Kerjasama BPS dan UNICEF. Yuliani, Erma. (2003). Kekerasan Pada Anak Jalanan: Study Tentang Kekerasan Pada Anak Jalanan di Terminal Bungurasih Kab. Sidoarjo, Skripsi Ilmu Kesejahteraan Sosial (Malang: Universitas Muhammadiyah) Peraturan: Konvensi Hak Anak. Deklarasi Dunia Mengenai Kelangsungan Hidup Perlindungan dan Pengembangan Anak. Departemen Sosial RI 2002 Keppres No. 39 tahun 1990. Undang-undang No. 23 Perlindungan Anak
tahun
Undang-undang No.4 tahun Kesejahteraan Anak Undang-undang No.11 Tahun Kesejahteraan Sosial
2002 1979 2009
Tentang Tentang tentang
Website: Badan Pusat Statistik (2013). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Dipetik May 13, 2013, dari http://.bps.go.id:http://www.bps.go.id/download _file/IP_Mei_2013.pdf Dinas Sosial Jawa Timur. (2011, Juni 15). Bidang Pelayanan da Rehabiltasi Sosial. Retrieved Desember 11, 2012, from Dinsos.jatimprov.go.id: http://dinsos.jatimprov.go.id/web/index.php?opt ion=com_content&view=article&id=111&Itemi d=89 Haryono,T. J. (2012, November 8). Perilaku Anak Jalanan. Retrieved Desember 26, 2012, from http://trijokoantrofisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64206Antropologi%20PerkotaanPERILAKU%20ANAK%20JALANAN.html Kementrian Sosial. (2009). Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Retrieved Desember 11, 2012, from kemsos.go.id: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=gl osariumkesos&letter=r
12 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013
Yudisthira, A. (2011, Juni 13). Anak Hidup di Jalanan di Ibu Kota. Retrieved November 16, 2011, from Okezone.com: jakarta.okezone.com/read/2012/06/13/500/6466 25/7-315-anak-hidup-di--jalanan-ibu-kota Lain- lain: Direktorat Pelayanan Sosial Anak. (2004). Kebijakan Penanganan Anak Jalanan Terpadu. Jakarta: Kemeterian Sosial RI Direktorat Pelayanan Sosial Anak. (2006). Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta: Kementrian Sosial RI Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. (2006). Standardisasi Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Pusat Perlindungan dan Pengembangan Anak (P3SA). 2006. Jakarta: Departemen Sosial RI Tarmansyah. (2003). Rehabilitasi dan Terapi untuk Individu yang Membutuhkan Layanan Khusus, Departemen Pendidkan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
13 Pelaksanaan tahap ..., Donna Maulana, FISIP UI, 2013