Pelaksanaan Program dan Anggaran Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2010
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2009
Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan Anggaran Pembangunan PPHP TA. 2010
KATA PENGANTAR Tahun 2010 merupakan tahun pertama jalannya pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu II, dimana kegiatannya disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebagai bagian dari pemerintahan, telah menyusun program dan kegiatan yang didasarkan pada sistem anggaran berbasis kinerja dan menempatkan masyarakat, pelaku usaha, pemerintah dan perguruan tinggi sebagai penggerak utama pembangunan agroindustri di perdesaan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun anggaran 2010 ini total jumlah satker kegiatan di daerah berkurang dari 526 pada tahun 2009 menjadi 195. Pengurangan ini karena sebagian Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten/Kota digabung ke TP Provinsi. Selain itu, kegiatan 2010 lebih difokuskan pada pengutuhan kegiatan tahun sebelumnya serta lebih difokuskan pada pengembangan produk strategis yang mempunyai nilai tambah dan daya saing. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan kinerja, maka pada Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Tahun 2010 telah dicantumkan rencana penarikan anggaran (disbursement plan) per bulan. Pedoman Umum ini secara garis besar memuat karakteristik kegiatan dan anggaran, serta tatacara pelaksanaannya. Untuk itu diharapkan Pedoman Umum ini bersama dengan POK menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan pengembangan pengolahan dan pemasaran pertanian di setiap satker.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
i
Untuk implementasinya, Pedoman Umum ini akan dilengkapi dengan Petunjuk Teknis yang lebih operasional, baik yang disusun oleh unit kerja di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah. Semoga buku ini dapat menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2010.
Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal,
Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
ii
DAFTAR ISI Sampe 54
KATA PENGANTAR ............................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................
iii
DAFTAR TABEL................................................................
vii
DAFTAR BAGAN ...............................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................
ix
I. PENDAHULUAN ...........................................................
1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................
1
1.2. TUJUAN ..............................................................
3
1.3. SASARAN .............................................................
4
1.4. Ruang lingkup .......................................................
4
II. ARAH DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PPHP TAHUN 2010 .......
5
2.1. ARAH PEMBANGUNAN PPHP ....................................... 2.1.1. Pasca Panen.............................................. 2.1.2. Mutu Dan Standardisasi................................. 2.1.3. Pengolahan Hasil Pertanian............................ 2.1.4. Pemasaran Domestik.................................... 2.1.5. Pemasaran Internasional ...............................
5 5 6 6 7 8
2.2. KEGIATAN UTAMA PEMBANGUNAN PPHP ........................
9
III. KARAKTERISTIK KEGIATAN DAN ANGGARAN ........................
13
3.1
KARAKTERISTIK UMUM KEGIATAN PUSAT DAN DAERAH........ 3.1.1. Kegiatan Pusat........................................... 3.1.2. Kegiatan Provinsi (DEKON) ............................. 3.1.3. Kegiatan di Provinsi (Dana Tugas Pembantuan) .... 3.1.4. Kegiatan di Kabupaten / Kota (Tugas Pembantuan)
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
13 13 13 14 15
iii
3.2. KARAKTERISTIK ANGGARAN ....................................... 3.2.1. Alokasi Anggaran ........................................ 3.2. 2. Struktur Satuan Kerja (Satker) ........................
16 16 16
IV. ADMINISTRASI PROGRAM DAN ANGGARAN ..........................
18
4.1. PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DI PUSAT ..................
19
4.2. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI ....................................................
21
4.3. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN .......................................................
23
4.4. KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB PENGELOLA ANGGARAN ..........................................................
26
4.5. DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) ...............
33
4.6. PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) .....................
34
4.7. MEKANISME REVISI .................................................. 4.7.1. Revisi POK ................................................ 4.7.2. Revisi DIPA ............................................... 4.7.3. Pemblokiran DIPA ......................................
35 35 35 36
V. PENGELOLAAN KEGIATAN ..............................................
37
5.1. DANA DEKONSENTRASI ............................................. 5.1.1. Pemberdayaan Petani Melalui Pengembangan Pasar Tani ................................................ 5.1.2. Pengawalan dan Pembinaan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) ........................ 5.1.3. Kajian TBS kelapa sawit ................................ 5.1.4. Promosi Produk Pertanian ............................. 5.1.5. Pengembangan Sistem Layanan Informasi Agribisnis ................................................. 5.1.6. Perbaikan Mutu Hasil Pertanian....................... 5.1.7. Peningkatan Kemampuan SDM Melalui Pelatihan Sekolah Lapang PPHP ................................... 5.1.8. Manajemen dan Pelaporan............................. 5.1.9. Koordinasi dan pembinaan............................. 5.1.10. Pembinaan dan sertifikasi pangan organik ..........
37
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
37 38 38 38 39 39 40 41 42 43
iv
5.2. DANA TUGAS PEMBANTUAN DI PROVINSI : ...................... 5.2.1. Akselerasi GP4GB mendukung P2BN .................. 5.2.2. Pengembangan pengering dan penyimpanan jagung .................................................... 5.2.3. Pengembangan agroindustri beras untuk ekspor ... 5.2.4. Pengembangan agoindustri tepung sagu ............. 5.2.5. Pengembangan agroindustri tepung singkong ....... 5.2.6. Optimalisasi Pengembangan STA...................... 5.2.7. Pengembangan agroindustri hortikultura ............ 5.2.8. Pengembangan sarana tanaman hias ................. 5.2.9. Agroindustri atsiri ....................................... 5.2.10. Pengembangan agroindustri mete untuk ekspor.... 5.2.11. Pengembangan mutu bokar untuk ekspor ........... 5.2.12. Pengembangan mutu biji kopi untuk ekspor ........ 5.2.13. Pengembangan mutu kakao fermentasi untuk ekspor..................................................... 5.2.14. Pengembangan pasar lelang perkebunan ............ 5.2.15. Studi kelayakan pengembangan PPTSK .............. 5.2.16. Pengembangan agroindustri susu sapi................ 5.2.17. Pengembangan agroindustri daging olahan.......... 5.2.18. Pengembangan pasar ternak .......................... 5.2.19. Studi kelayakan pasar ternak.......................... 5.2.20. Pengembangan PPTSK .................................. 5.2.21. Pengolahan kompos dan biogas ....................... 5.3. DANA TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/ KOTA ............... 5.3.1. Penanganan pasca panen padi dan jagung .......... 5.3.2. Peningkatan efisien penanganan pasca panen ...... 5.3.3. Revitalisasi penggilingan padi kecil .................. 5.3.4. Revitalisasi UPJA ........................................ 5.3.5. Agroindustri pengolahan pisang ....................... 5.3.6. Pengembangan agroindustri bawang merah......... 5.3.7. Pengembangan agroindustri mangga ................. 5.3.8. Pengembangan Grading packaging ................... 5.3.9. Pengembangan sarana pengolahan limbah .......... 5.3.10. Pembangunan pasar ternak unggas ................... 5.3.11. Pengembangan agroindustri daging olahan.......... 5.3.12. Pengembangan agroindustri susu ..................... 5.3.13. Pengembangan los daging.............................. 5.3.14. Pengembangan pasar ternak ..........................
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
43 44 45 46 47 47 48 49 50 51 51 52 53 54 55 55 56 57 57 58 58 59 60 61 61 62 62 63 64 64 65 65 66 66 67 68 68
v
5.3.15. 5.3.16. 5.3.17. 5.3.18. 5.3.19. 5.3.20.
Peningkatan sarana RPA (coolbox).................... Agroindustri gula merah................................ Penanganan pasca panen perkebunan ............... Pengembangan agroindustri perkebunan gambir ... Pengembangan agroindustri kopi rakyat ............. Pengembangan agroindustri minyak atsiri/minyak nilam ...................................................... 5.3.21. Pengembangan mutu kakao............................ 5.3.22. Peningkatan mutu ekspor kopi ........................ 5.4. DUKUNGAN DANA BERKAITAN DENGAN ADMINSTRASI DAN KEGIATAN PENUNJANG ............................................ 5.4.1. Honor Yang Terkait Dengan Operasional Satuan Kerja ...................................................... 5.4.2. Site Manager ............................................. 5.4.3. Belanja Bahan ........................................... 5.4.4. Belanja Barang .......................................... 5.4.5. Bantuan Sosial ........................................... 5.4.6. Belanja Modal Peralatan dan Mesin .................. 5.4.7. Belanja Modal Gedung dan Bangunan ................ 5.4.8. Bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) 5.4.9. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) ......................................................
69 69 70 70 71 72 72 73 74 74 74 76 76 76 77 77 78 80
VI. MONEV, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN ..........................
83
6.1. PENGENDALIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN .................... 6.1.1. Ditjen PPHP .............................................. 6.1.2. Dinas lingkup pertanian Provinsi dan Kabupaten/ Kota .......................................................
83 84 84
6.2. PENGAWASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN..........
85
6.3. MONITORING DAN EVALUASI .......................................
86
6.4. PELAPORAN .......................................................... 6.4.1. Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan ............ 6.4.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN) ..............
87 88 91
VII. PENUTUP..................................................................
96
LAMPIRAN ......................................................................
97
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Kegiatan Pembangunan PPHP Tahun 2010...................
9
Tabel 2. Rancangan alokasi kegiatan melalui pemberdayaan LM3 dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. ..................................................
81
Tabel 3.
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) : ...........................
92
Tabel 4.
Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) .............
93
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Pusat dan UPT Pusat T.A. 2010 .............................................
20
Bagan 2. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas Provinsi TA 2010...........
22
Bagan 3. Struktur Organisasi Pengelolaan Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker di Provinsi TA 2010 ........
24
Bagan 4. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan Satker di Kabupaten / Kota TA 2010..
25
Bagan 5. Alur Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Dana APBN Ditjen PPHP ...............................................
91
Bagan 6. Kerangka umum pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan......................
93
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian......
98
Lampiran 2. Agenda Pertemuan Nasional, Koordinasi, Bimbingan Teknis / Pengawalan dan Promosi PPHP Tahun 2010 .....................................
99
Lampiran 3. Agenda Promosi Dalam Negeri......................
104
Lampiran 4. Agenda Promosi Luar Negeri........................
105
Lampiran 5. Agenda Pertemuan Wilayah Evaluasi dan Pelaporan..............................................
106
Lampiran 6. Contoh Surat Keterangan Cuti Pejabat Perbendaharaan ......................................
108
Lampiran 7. Contoh Surat Kuasa dari KPA .......................
109
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
ix
Bab 1 PENDAHULUAN __________________________________________________________________
1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara secara tegas dinyatakan bahwa Pemerintah diwajibkan menyusun anggaran dengan menggunakan pendekatan anggaran terpadu (unified budged), Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan khususnya dalam sistem penganggaran tersebut telah banyak membawa perubahan yang sangat mendasar dalam pelaksanaannya. Penganggaran Berbasis Kinerja disusun dengan orientasi output. Mindset yang harus ada adalah pada "apa yang ingin dicapai". Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian adalah pembangunan sistem dan usaha-usaha di bidang pengolahan hasil pertanian yang meliputi kegiatan-kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan untuk memproses produk segar, menjadi produk setengah jadi, produk jadi dan produk samping/ ikutan serta pengembangan mutu dan pemasarannya, baik pasar domestik maupun pasar internasional. Tujuan serta manfaat yang akan diperoleh melalui pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian adalah: 1) terciptanya
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
1
wawasan agribisnis dan budaya industri pada masyarakat; 2) berkembangnya kegiatan sub-sistem agribisnis hilir berupa aktifitasaktifitas pasca panen, pengolahan, pemasaran dan jasa; 3) tumbuhnya industri-industri di pedesaaan; 4) berkembangnya investasi di pedesaan; 5) meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah; 6) bertambahnya lapangan kerja baru; 7) meningkatnya perolehan devisa bagi negara; serta 8) berkurangnya arus urbanisasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut Ditjen PPHP menyelenggarakan fungsi: (a) penyiapaan perumusan kebijakan di bidang penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik, dan pemasaran internasional; (b) pelaksanaan kebijakan di bidang penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik, dan pemasaran internasional; (c) penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik, dan pemasaran internasional; (d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik, dan pemasaran internasional; (e) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Ditjen PPHP didukung oleh 6 (enam) unit kerja eselon II yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Pemasaran Domestik dan Direktorat Pemasaran Internasional. Keenam unit eselon II tersebut mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. 2. Direktorat Penanganan Pasca Panen, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penanganan pasca panen.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
2
Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan Anggaran Pembangunan PPHP TA. 2010
3. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil pertanian. 4. Direktorat Mutu Dan Standardisasi, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi pertanian. 5. Direktorat Pemasaran Domestik, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran domestik. 6. Direktorat Pemasaran Internasional, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran internasional. Disamping itu Ditjen PPHP didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPMA). Tugas pokok Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian adalah melaksanakan pengujian mutu dalam rangka standardisasi dan sertifikasi alat dan mesin pertanian. Struktur organisasi Ditjen PPHP secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
1.2. TUJUAN Tujuan Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun 2010 ini adalah sebagai landasan kerja dalam implementasi program, kegiatan dan anggaran pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2010, baik di pusat maupun daerah.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
3
1.3. SASARAN
adalah 1.
2. 3.
Sasaran yang diharapkan dari diterbitkannya Pedoman Umum ini : Meningkatnya efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di semua jenjang pelaksanaan. Meningkatnya kooordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran antara pusat dan daerah. Meningkatnya output dan outcome tepat dan terukur yang dihasilkan sesuai dengan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
1.4. Ruang lingkup Ruang lingkup Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan Anggaran Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian meliputi: 1. Arah dan Kegiatan Pembangunan PPHP Tahun 2010. 2. Karakteristik Kegiatan dan Anggaran. 3. Administrasi Program dan Anggaran. 4. Pengelolaan Kegiatan 5. Monev, Pengendalian dan Pelaporan.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
4
Bab 2 ARAH DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PPHP TAHUN 2010 __________________________________________________________________
2.1.
ARAH PEMBANGUNAN PPHP
2.1.1. Pasca Panen Tujuan utama dari peningkatan penanganan pasca panen hasil pertanian adalah untuk mengurangi kehilangan hasil panen serta peningkatan rendemen produk hasil pertanian. Menurunnya kehilangan hasil panen, baik yang disebabkan kehilangan fisik maupun penyusutan, serta penurunan kualitas, sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dan pasokan bahan baku industri. Selain itu, bagi produk tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan kehilangan hasil panen berarti ancaman terhadap ketersediaan pangan. Demikian pula halnya dengan upaya peningkatan rendemen produk pertanian masih perlu mendapat perhatian terutama produk hasil perkebunan. Selain itu, panen yang optimal disertai dengan penanganan pasca panen yang baik akan mendorong peningkatan pendapatan petani dan terpenuhinya kebutuhan industri. Kondisi yang diharapkan dalam menekan dan mencegah kehilangan hasil pertanian adalah melalui peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani dalam penanganan pasca panen hasil pertanian yang baik dan benar atau Good Handling Practices (GHP) melalui pembinaan yang terarah, intensif dan berkelanjutan, meningkatnya penggunaan dan pemanfaatan yang optimal peralatan dan mesin (alsin) pasca panen, serta berkembangnya kelembagaan pasca panen. Dengan demikian, diperlukan dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
5
Selain itu, pengembangan data base dan pemetaan wilayah panen secara lebih detail (tingkat desa/kecamatan dan Gapoktan) dapat dilakukan melalui jaringan kecamatan pasca panen yang telah terbentuk dan berperan dalam kegiatan penanganan pasca panen. 2.1.2. Mutu Dan Standardisasi Sistem standardisasi mutu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses produksi bahan baku hingga produk berada di tangan konsumen. Penerapan sistem standardisasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta mendorong berkembangnya investasi di sektor pertanian. Kondisi yang diinginkan dari pengembangan sistem standardisasi di bidang pertanian ini adalah tersedianya standar-standar di bidang pertanian yang sesuai dengan kebutuhan, diterapkannya system jaminan mutu dan standar mutu hasil pertanian baik untuk produk segar, bahan baku, produk setengah jadi maupun produk jadi serta tersusunnya kebijakan-kebijakan standardisasi yang mendorong terciptanya iklim kondusif bagi penerapaaan sistem standardisasi yang efektif.
2.1.3. Pengolahan Hasil Pertanian Penumbuhan dan pengembangan usaha pengolahan hasil pertanian berbasis pedesaan umumnya adalah penumbuhan dan pengembangan usaha yang menyerap, melibatkan dan dimiliki oleh masyarakat pedesaan yang diupayakan untuk melaksanakan usaha pengolahan dengan menggunakan kaidah pengolahan hasil pertanian yang baik dan benar (Good Manufacturing Practice) melalui agroindustri pedesaan. Usaha dapat dikembangkan melalui suatu pola kerjasama inti – plasma dan system kluster, inkubator, serta penghela antara Gapoktan dengan Kelompok Usaha yang telah maju di tingkat pedesaan. Industri pengolahan tepung-tepungan, makanan minuman, industri biofarmaka, industri
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
6
bioenergi dan industri pengolahan hasil ikutan/samping dikembangkan dengan tujuan : (1). Meningkatkan nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk konsumsi langsung maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan. (2). Memberikan jaminan mutu dan harga sehingga tercapai efisiensi agribisnis. (3). Mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya meningkatkan keanekaragaman produk olahan pertanian serta penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan. (4). Sebagai wahana pengenalan, penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam sistem agribisnis. Sasaran pengembangan agroindustri pengolahan yang ingin dicapai sampai tahun 2014 adalah terbangun dan beroperasinya secara efektif sistem dan kelembagaan agroindustri komoditas utama tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
2.1.4. Pemasaran Domestik Rantai pemasaran yang panjang bersumber dari kondisi infrastruktur pedesaan yang kurang memadai seperti ketersediaan informasi pasar, sarana pemasaran dan sistem pemasaran yang belum adil terkait dengan keterbatasan modal menyebabkan petani banyak terjebak dalam sistem ijon yang melemahkan posisi tawar mereka. Disamping itu, kemampuan petani terbatas dalam menyimpan produknya, sehingga seringkali hasil panen harus segera dijual sesaat setelah panen. Kondisi ini diperburuk oleh membanjirnya produk impor di pasar domestik sebagai akibat dari liberalisasi perdagangan. Upaya pemerintah memberikan jaminan harga terkendala oleh kemampuan pendanaan, sehingga hanya beras, cabai, bawang merah, daging ayam dan gula yang mendapat perlindungan harga dari pemerintah. Kondisi yang diharapkan adalah meningkatnya efisiensi rantai pemasaran hasil pertanian yang berbasis kelembagaan pemasaran yang kuat untuk memperbaiki pasar yang bersifat oligopsoni yang cenderung
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
7
menekan posisi tawar petani melalui penyediaan dan perbaikan infrastruktur pemasaran pertanian seperti sub terminal agribisnis (STA), pasar ternak, pasar tani, pasar lelang dan outlet hasil pertanian. Hal lain yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah membangun kelembagaan baik dalam bidang budidaya dan panen maupun dalam bidang pasca panen dan pemasaran, serta membangun jaringan kerjasama petani secara horizontal dengan kelompok lainnya maupun secara vertikal dengan pelaku usaha di subsistem off farm (pengolahan dan pemasaran). Untuk melindungi kondisi pasar di dalam negeri, kebijakan promosi dan proteksi yang telah diterapkan selama ini perlu terus ditingkatkan melalui kegiatan yang lebih konkrit antara lain melalui kebijakan penerapan tarif, pemberian subsidi atau melalui kegiatan promosi baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Pengembangan pasar (STA, Pasar lelang, pasar ternak, pasar tani dll), peralatan pemasaran (berupa etalase/meja dan tenda, keranjang/wadah produk, alat transportasi khusus produk pertanian, dll) dan kelembagaan pasar (asosiasi anggota pasar tani, asosiasi pedagang pengumpul, pengelola STA, pengelola pasar ternak, pasar lelang, dll) diarahkan pada pembenahan dan perbaikan kondisi yang ada dan dilakukan dalam suatu bentuk pemberdayaan yang utuh dengan melibatkan pelaku usaha mulai dari produsen (petani/pengolah) hingga pelaku pasar. Dengan demikian, fasilitasi dari pemerintah diarahkan tidak hanya pada upaya peningkatan kemampuan SDM pengelola, namun juga pada upaya-upaya mendorong terbangunnya jaringan kerjasama kemitraan diantara pelaku usaha terkait. Disamping itu, dalam rangka memperkuat posisi tawar dari sisi petani produsen, maka fungsi pendampingan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan petani agar dapat memanfaatkan sarana dan kelembagaan pasar tersebut, merupakan fokus fasilitasi yang perlu disediakan pemerintah. 2.1.5. Pemasaran Internasional Kondisi yang diinginkan dalam pemasaran internasional adalah meningkatnya daya saing komoditas dan ekspor produk pertanian Indonesia sehingga mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain. Untuk mencapai kondisi tersebut, fasilitas yang diperlukan adalah peningkatan sistem promosi dan proteksi secara lebih baik untuk mencapai sasaran peningkatan nilai ekspor 15% per tahun. Sasaran
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
8
peningkatan tersebut diusahakan dengan terus meningkatkan kerjasama pemasaran internasional pada forum bilateral, regional dan multilateral serta organisasi komoditi internasional, peningkatan kemampuan market intelligent melalui kegiatan pelatihan SDM aparat baik di dalam maupun di luar negeri, pengembangan sistem informasi pasar, kegiatan advokasi komoditi unggulan di negara tujuan ekspor dan sosialisasi perkembangan kerjasama pemasaran internasional. Pengembangan Pemasaran Internasional diarahkan untuk meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk pertanian, baik produk segar maupun produk olahan. Komoditi ekspor utama yang diandalkan untuk mencapai target pertumbuhan nilai ekspor sebesar 15 % pada tahun 2010 adalah minyak sawit, kakao, kopi, karet, tanaman hias, mangga, salak, pisang, nanas dan manggis. Sedangkan pertumbuhan impor diharapkan dapat ditekan melalui regulasi hambatan nontariff dan penerapan peraturan Sanitary-Phyto Sanitary (SPS) secara konsisten.
2.2. KEGIATAN UTAMA PEMBANGUNAN PPHP Kegiatan pembangunan PPHP tahun 2010 merupakan bagian dari program dan kegiatan utama Kementerian Pertanian, dengan struktur sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
NO.
Tabel 1. Kegiatan Pembangunan PPHP Tahun 2010 KEGIATAN UTAMA KEGIATAN PPHP DEPTAN PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN
1518 Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Komoditas Pertanian
1. Akselerasi Gerakan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah Beras (GP4GB) mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) 2. Pengembangan Gudang Pengering dan Penyimpanan Jagung 3. Pengembangan Sarana Pemasaran Tanaman Hias
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
9
NO.
KEGIATAN UTAMA DEPTAN
KEGIATAN PPHP 4. Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar 5. Operasionalisasi STA 6. Pengembangan Pasar Tani 7. Pengembangan Pasar Ternak 8. Pengembangan Pasar Lelang Perkebunan
1569 Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen
1. Pengembangan Bermutu 2. Pengembangan 3. Pengembangan Mutu Alsintan 4. Pengembangan Alsintan
Kakao Fermentasi Sertifikasi Alsintan Jaringan Penguji Pengujian Mutu
PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS 1552 Pengembangan Agroindustri Pedesaan
1. Pembinaan dan Pengembangan Keamanan Pangan 2. Perbaikan Mutu Hasil Pertanian 3. Pengembangan Sistem Layanan Informasi Agribisnis 4. Kajian TBS Kelapa Sawit 5. Sekolah Lapang (SL) PPHP
1583 Pengembangan Agroindustri Terpadu
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengembangan Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil Pengembangan Agroindustri Tepung Singkong dan Sagu Pengembangan Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil Pengembangan Agroindustri Susu Pengembangan agroindustri Beras untuk Ekspor Pengembangan Bokar Bersih dan Bermutu
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
10
NO.
KEGIATAN UTAMA DEPTAN
KEGIATAN PPHP 7.
Pengembangan Biji Kopi Bermutu untuk Ekspor 8. Pengembangan Agroindustri Mete dan Minyak Atsiri 9. Pengembangan Agroindustri Hortikultura 10. Pengembangan Agroindustri Gula Merah 1558 Pengembangan Pertanian Organik dan Pertanian Berkelanjutan
1. Sertifikasi Produk Pangan Organik 2. Pengembangan OKKPD dan Pembinaan Mutu 3. Pengembangan Usaha Pengolahan Kompos dan Biogas
1562 Peningkatan Kegiatan Eksibisi, Perlombaan dan Penghargaan Kepada Petani / Pelaku Agribisnis
1. Diplomasi, Misi Dagang, Eksibisi/Promosi dan Akselerasi Ekspor Produk Pertanian 2. Green Campaign Produk Pertanian 3. Promosi Dalam Negeri 4. Perhargaan Pelaku Agroindustri (gapoktan PPHP)
PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 1574 Penguatan Kelembagaan Ekonomi Pedesaan Melalui LM3
Pengembangan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Melalui LM-3
1579 Kebijakan, Perencanaan, Koordinasi, Keuangan, Kepegawaian, Monitoring dan Evaluasi, Pengembangan Data Statistik dan Informasi,
Penyusunan Kebijakan, Program, Anggaran, Monitoring, Evaluasi, Keuangan, Pengembangan Sistem layanan Informasi agribisnis dan Inpres Khusus
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
11
NO.
KEGIATAN UTAMA DEPTAN Kerjasama serta Pengarusutamaan Gender dan Penyelesaian Masalah-masalah Mendesak dan Bencana Alam
KEGIATAN PPHP
PROGRAM PENERAPAN PEMERINTAHAN YANG BAIK 1591 Gaji Pegawai dan Administrasi Umum
Gaji Pegawai, Peningkatan Sarana Lingkungan Kerja dan Produktifitas Karyawan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
12
Bab 3 KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK KEGIATAN DAN ANGGARAN __________________________________________________________________
3.1 KARAKTERISTIK UMUM KEGIATAN PUSAT DAN DAERAH Karakteristik kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian baik yang berada di pusat maupun yang berada di daerah seperti yang ditampilkan berikut ini. 3.1.1. Kegiatan Pusat Jenis kegiatan yang dijalankan di Sekretariat dan Direktorat lingkup Ditjen PPHP yang berkedudukan di Pusat meliputi: 1. Kebijakan 2. Koordinasi 3. Pembinaan & Pengawalan 4. Pelayanan teknis/bisnis 5. Sistem informasi 6. Public awareness/ promosi 7. Monitoring dan evaluasi 3.1.2. Kegiatan Provinsi (DEKON) Jenis kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang dijalankan di tingkat provinsi sebagai kegiatan dekonsentrasi meliputi: 1. Pengawalan pasar tani 2. Pengawalan reguler dan pembinaan LM3 3. Kajian TBS kelapa sawit
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
13
4. 5. 6. 7.
Promosi produk pertanian Pengembangan layanan informasi Agribisnis Perbaikan mutu hasil pertanian Peningkatan kemampuan SDM melalui Pelatihan Sekolah lapang PPHP 8. Pembinaan dan sertifikasi pangan organik 9. Koordinasi dan pembinaan 10. Manajemen dan pelaporan 3.1.3. Kegiatan di Provinsi (Dana Tugas Pembantuan) Selain kegiatan dekonsentrasi, pemerintahan di tingkat provinsi menjalankan kegiatan tugas pembantuan yang berkaitan dengan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, meliputi: A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 1. Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Komoditas Pertanian 1. Optimalisasi pengembangan STA 2. Pengembangan sarana tanaman hias 3. Pengembangan pasar lelang perkebunan 4. Pengembangan pasar ternak 5. Studi kelayakan pasar ternak 6. Akselerasi GP4GB mendukung P2BN 7. Pengembangan pengering dan penyimpanan jagung 2. Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen 8. Pengembangan mutu kakao fermentasi untuk ekspor B. Program Peningkatan daya saing dan Nilai Tambah Produk Pertanian 3. Pengembangan Agroindustri Terpadu 9. pengembangan agroindustri hortikultura 10. Pengembangan agroindustri tepung sagu 11. pengembangan agroindustri mete 12. pengembangan mutu biji kopi untuk ekspor 13. pengembangan mutu bokar bersih dan bermutu untuk ekspor
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
14
14. pengembangan agroindustri susu sapi 15. pengembangan agroindustri tepung singkong 16. pengembangan agroindustri beras untuk ekspor 17. Pengembangan agroindustri atsiri 18. Pengembangan Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil (PPTSK) 19. Studi kelayakan pengembangan Pabrik Pakan Ternak Skala Kecil (PPTSK) 20. Pengembangan agroindustri daging olahan 21. Pengembangan Pertanian Organik dan Pertanian Berkelanjutan 22. Pengembangan usaha kompos dan biogas 3.1.4. Kegiatan di Kabupaten / Kota (Tugas Pembantuan) Kegiatan tugas pembantuan yang ditempatkan pada pemerintahan di kabupaten adalah yang berkaitan dengan: Subsektor 1. 2. 3. 4.
tanaman pangan: Penanganan pasca panen padi dan jagung Peningkatan efisien penanganan pascapanen Revitalisasi penggilingan padi kecil Revitalisasi UPJA
Subsektor hortikultura: 5. 6. 7. 8.
Agroindustri pengolahan pisang Pengembangan agroindustri bawang merah Pengembangan agroindustri mangga Pengembangan Grading packaging
Subsektor peternakan: 9. Pembangunan pasar ternak unggas 10. Pengembangan agroindustri daging olahan 11. Pengembangan agroindustri susu 12. Pengembangan los daging 13. Pengembangan pasar hewan/ternak 14. Pengembangan sarana pengolahan limbah 15. Peningkatan sarana RPA (Rumah Potong Ayam) coolbox Subsektor perkebunan: 16. Pengembangan agroindustri gula merah
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
15
17. Penanganan pasca panen perkebunan 18. Pengembangan agroindustri perkebunan gambir 19. Pengembangan agroindustri kopi rakyat 20. Pengembangan agroindustri minyak atsiri / minyak nilam 21. Pengembangan mutu kakao 22. Peningkatan mutu kopi untuk ekspor
3.2.
KARAKTERISTIK ANGGARAN
3.2.1. Alokasi Anggaran Dana APBN yang dialokasikan untuk pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun anggaran 2010, sebesar Rp. 326.708.800.000,- yang terdiri atas anggaran di Pusat sebesar Rp. 104.511.800.000,- (yang terdiri dari Rp 100.539.289.000,- di kantor pusat, dan Rp 3.972.511.000,- di UPT Balai Pengujian Mutu Alsintan) dan di daerah sebesar Rp. 222.197.000.000,yang terdiri dari dana Dekonsentrasi di provinsi sebesar Rp. 60.032.300.000, dana Tugas Pembantuan di Provinsi sebesar Rp. 125.989.700.000,- Sedangkan untuk Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/kota sejumlah Rp. 36.175.000.000,-. Dukungan anggaran Ditjen PPHP untuk sektor Tanaman Pangan di daerah sebesar Rp. 97.159.000.000,- Hortikultura sebesar Rp. 23.515.000.000,- Perkebunan sebesar Rp. 51.648.000.000.- dan Peternakan sebesar Rp. 49.875.000.000,- Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian hanya bersifat stimulan (pemacu dan pemicu) dan penguatan modal kepada kelompok sasaran, sehingga diharapkan akan terbangun jaringan dan sharing serta partisipasi dari para pelaku usaha serta pemerintah daerah setempat (APBD) provinsi, kabupaten atau kota, pihak swasta maupun dari instansi terkait di luar Kementerian Pertanian. 3.2. 2. Struktur Satuan Kerja (Satker) Kegiatan PPHP di Pusat dan Provinsi (Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) serta dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
16
merupakan Satker Ditjen PPHP. Total Satker Ditjen PPHP sebanyak 197 satker. a.
Satuan Kerja Pusat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai 2 satker di pusat yaitu : (1) (2)
Satker Direktorat Jenderal Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian. Satker UPT Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian
b.
Satuan Kerja Provinsi Jumlah satker dana Dekonsentrasi di Provinsi tahun 2010 adalah sebanyak 79 Satker yang berada di dinas lingkup Pertanian Provinsi (Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan). Sedangkan Satker untuk dana tugas pembantuan di provinsi berjumlah 69 satker yang berada di dinas lingkup pertanian propinsi. c.
Satuan Kerja Kabupaten / Kota Jumlah satker dana Tugas Pembantuan di Kabupaten / Kota untuk kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2010 adalah sebanyak 116 satker yang berada di dinas lingkup pertanian (Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan) di Kabupaten/kota.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
17
Bab 4 ADMINISTRASI PROGRAM DAN ANGGARAN __________________________________________________________________
Pola pengorganisasian kegiatan dan anggaran merupakan salah satu penentu arah kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dengan adanya penataan dan pengelolaan organisasi yang tepat dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, maka akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Tingkatan mekanisme kontrol sekaligus pembinaan terhadap implementasi kegiatan berdasarkan program dan anggaran kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Kementerian Pertanian bertanggung jawab atas keberhasilan program dan anggaran kinerja pembangunan secara nasional. Menteri pertanian sebagai pengguna anggaran/barang dalam menjalankan tugasnya dibantu Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala Badan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, yang dalam melaksanakan tugas operasionalnya dibantu oleh Karo/ Direktur/ Sesditjen/ Sesba/ Kapus/ Inspektur dan pejabat pembuat komitmen. Dalam hal pengendalian dan evaluasi dilakukan secara terpadu dibawah kendali Kuasa Pengguna Anggaran.
b.
Gubernur bertanggungjawab terhadap keberhasilan program dan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di provinsi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas operasional, Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian provinsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, dan secara teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan pertanian yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas lingkup pertanian provinsi dibantu oleh
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
18
Bendahara, Pejabat Pembuat Komitmen, serta Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM, Pengendalian dan evaluasi dilakukan secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian provinsi. c.
Bupati/Walikota bertanggungjawab terhadap keberhasilan kegiatan dan anggaran tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di kabupaten/kota yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas operasional, Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala Dinas/Badan lingkup pertanian kabupaten/kota sebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang secara teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan pertanian yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas lingkup pertanian Kabupaten /Kota dibantu oleh Bendahara, serta eselon 3 atau pejabat yang mempunyai kompetensi di lingkup instansinya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan SPM. Pengendalian dan evaluasi dilakukan secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian kabupaten / kota.
4.1.
PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DI PUSAT
Pengelolaan anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di pusat dengan menggunakan pengorganisasian anggaran seperti pada Bagan 1. Dalam rangka pengelolaan anggaran pembangunan pertanian di pusat dan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT Pusat), Menteri Pertanian selaku pengguna anggaran menetapkan/ mengangkat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara, serta Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP). Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan, apabila diperlukan Menteri atau KPA dapat mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Selanjutnya untuk memperlancar pengelolaan administrasi keuangan dari setiap PPK serta membantu kelancaran tugas bendahara, maka KPA dapat mengangkat Pemegang Uang Muka Kerja (PUMK).
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
19
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Pusat dan UPT Pusat T.A. 2010 KUASA PENGGUNA ANGGARAN / BARANG
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PEJABAT PENGUJI & PENERBIT SPM
Adminis trasi
Verifikasi dokumen
PENANGGUNG JAWAB SATUAN PELAKSANA.
Input Dok./ Penerbit SPM P U M K
P U M K P U M K
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Penerbit SP2D
Rekonsiliasi
Laporan Keuangan Sistem Akuntansi Instansi
Bendahara Penerimaan
Bendahara Pengeluaran
Belanja Belanja
Verifi kator
Pembu kuan
Kasir
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
20
4.2.
PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah pusat. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi adalah kegiatan non fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan non fisik antara lain berupa koordinasi dan perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian, survey, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut diatas, dana dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan / atau pengadaan input berupa barang habis pakai. Untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi, Gubernur menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Perintah pembayaran. Pengorganisasian Pengelolaan Anggaran Dana Dekonsentrasi seperti pada Bagan 2. Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi harus memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Pedoman Umum (Pedum), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk Teknis (Juknis), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), serta ketentuan atau peraturan lain yang berlaku. Penerimaan dan Pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi diadministrasikan dalam anggaran dekonsentrasi. Apabila ada sisa atau saldo anggaran lebih atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi, maka hal tersebut merupakan penerimaan kembali APBN dan disetor ke Rekening Kas Umum Negara.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
21
Bagan 2. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas Provinsi TA 2010 Gubernur Penerima Pelimpahan Wewenang Dana Dekonsentrasi
Kepala Dinas Provinsi Kuasa Pengguna Anggaran
Eselon III Dinas Prov
Eselon III Dinas Prov
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen
Bendahara Pengeluaran Jabatan Fungsional
PUMK PUMK
Belanja
Pencatatan/ Pembukuan
Kabag TU/Keuangan Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran
Kasir
Verifikator
Adm
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
SAI
22
4.3.
PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana tugas pembantuan Tahun Anggaran 2010 adalah untuk kegiatan fisik. Kegiatan fisik adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap. Kegiatan fisik yang dimaksud diantaranya adalah pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta dapat berupa kegiatan yang bersifat fisik lainnya. Sedangkan kegiatan fisik lainnya antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk, atau sejenisnya, termasuk barang bansos yang diserahkan kepada masyarakat, serta pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan sebagian kecil dana tugas pembantuan dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap. Sesuai surat Menteri Pertanian Nomor : 1652/KU.120/A/10/09 tanggal 30 Oktober 2009 perihal Mekanisme dan Persyaratan Usulan Penetapan dan Revisi Pejabat Pengelola Keuangan Dana Tugas Pembantuan, maka untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana tugas pembantuan, gubernur/bupati/walikota mengusulkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran kepada Menteri Pertanian. Pengorganisasian pengelolaan anggaran tugas pembantuan di Provinsi seperti pada Bagan 3.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
23
Bagan 3.
Struktur Organisasi Pengelolaan Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker di Provinsi TA 2010 Gubernur Penerima Penugasan Dana Tugas Pembantuan
Kepala Dinas Provinsi Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen Propinsi
Bendahara Pengeluaran Jabatan Fungsional
PUMK Propinsi
Belanja
Pencatatan/ Pembukuan
Kabag/Kasubag TU/Umum/ Keu Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran
Kasir
Verifikator
Adm
SAI
Penanggung Jawab Satuan Pelaksana Kegiatan Kabupaten
PUMK kabupaten
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
24
Dana Tugas Perbantuan Propinsi yang ada kegiatan untuk kabupaten, maka dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan perlu dibentuk penanggung jawab kegiatan di kabupaten, pemegang uang muka kerja (PUMK) dan pelaksana kegiatan dengan surat keputusan KPA/Kepala Dinas Propinsi. Kegiatan Tugas perbantuan tersebut harus dikoordinasikan dengan penanggungjawab kegiatan di kabupaten terutama dalam penentuan CP/CL, pengadaan alat/gedung dan bangunan serta dalam pembinaan/bimbingan teknis. Pengorganisasian pengelola anggaran tugas pembantuan di Kab/Kota seperti pada Bagan 4.
Bagan 4. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan Satker di Kabupaten / Kota TA 2010 Bupati/Walikota Penerima Penugasan Dana Tugas Pembantuan Kepala Dinas/Satker Kuasa Pengguna Anggaran
Es. III Dinas Kabupaten Pejabat Pembuat Komitmen
Bendahara Pengeluaran Jabatan Fungsional
PUMK PUMK
Belanja Belanja
Pencatatan/ Pembukuan
Kabag/Kasubag TU/Umum/Keu Pejabat Penguji & Perintah Pembayaran (PPPP)
Kasir
Verifikator
Adm
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
SAI
25
Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana tugas pembantuan harus memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Pedoman Umum (pedum), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), Keputusan penetapan para pelaksana anggaran, membuat, menyiapkan, menyelenggarakan pembukuan pengelolaan dana tugas pembantuan dan ketentuan serta perundangan yang berlaku.
4.4.
KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB PENGELOLA ANGGARAN
Dalam pelaksanaan sistem penganggaran yang berorientasi kinerja, banyak sekali dijumpai masalah yang perlu diselesaikan, sehingga berdampak terhadap output yang akan dicapai. Permasalahan pengelolaan anggaran selama ini meliputi ketaatan disiplin pengelolaan anggaran, kegiatan maupun estimasi alokasi biaya yang tidak tepat, ketidaktepatan waktu pelaksanaan, acuan standar harga / biaya, kualitas SDM perencana, keterlambatan dalam pelaporan dan lainnya. Untuk itu perlu pembenahan dengan menciptakan aparat pengelola anggaran yang disiplin dan penuh tanggungjawab. Berikut ini dapat dijelaskan rincian kewenangan dan tanggungjawab Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara pengeluaran dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kewenangan : a. Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN b. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran c. Mengangkat staf pembantu sesuai kebutuhan Uraian Tugas Pekerjaan : a. Mengesahkan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK), Rencana Operasional Kegiatan (ROK) di Satuan kerja Masing-masing,
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
26
b. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran c. Memberikan bimbingan dan arahan terhadap pengelola keuangan dan penanggungjawab kegiatan, d. Membuat Keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN antara lain berupa : 1) 2)
3)
4)
5)
Keputusan-keputusan/tindakan yang menyangkut pengelolaan dan pembinaan kepegawaian; Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan seperti penunjukkan Staf Pembantu Bendahara Pengeluaran, Staf Administrasi KPA, penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional, mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas dan lain-lain; Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa seperti pengangkatan panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan penetapan penyedia barang/jasa, kontrak/perjanjian/SPK dan lain-lain; Menandatangani cek.
e. Memeriksa kas dan pembukuan bendahara sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. f. Membuat laporan keuangan g. Menandatangani setuju dibayar pada kuitansi. 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kewenangan : Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN di unit kerjanya sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh KPA berupa : a. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya; b. Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan seperti penunjukkan staf administrasi pembuat komitmen,
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
27
penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional dan penerbitan surat perintah perjalanan dinas di unit kerjanya. c. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa di unit kerjanya seperti pengadaan dan pemeriksa barang/jasa di unit kerjanya keputusan penetapan penyedia barang/jasa,kontrak/perjanjian/SPK; d. Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja bertanggungjawab baik dari segi fisik maupun dari keuangan atas pelaksanaan. e. Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dang fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya. Uraian Tugas Pekerjaan : a. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya. b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam ROPAK unit kerjanya, c. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran unit kerjanya, d. Memberikan arahan dan bimbingan terhadap PUM dan penanggung jawab kegiatan di unit kerjanya, e. Memeriksa kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih, f. Memeriksa kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa g. Meneliti ketersedian dananya dan membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan, h. Memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya, i. Mengajukan permintaan uang muka untuk kegiatan operasional kantor sesuai ketentuan berlaku, j. Mengajukan permintaan tagihan bayaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya (SPJ rampung) dengan Surat Pengantar yang ditujukan kepada KPA melalui Bendahara Pengeluaran, k. Melakukan pemeriksaan keadaan Kas PUM sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali, l. Menyampaikan laporan bulanan realisasi anggaran dan pelaksanaan kegiatan unit kerjanya kepada KPA,
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
28
m. Menandatangani setuju bayar pada kuitansi, n. Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 3. Pejabat Pengujian dan Perintah Pembayaran/SPM Kewenangan : Menolak Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari Pejabat Pembuat Komitmen bilamana : a. Pengeluaran dimaksud tidak tersedia dananya dan melebihi pagu dalam DIPA, b. Bukti pengeluaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan didukung dengan kelengkapan data yang sah, Uraian Tugas Pekerjaan : a. Meneliti dan memeriksa pencapaian tujuan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan, b. Meneliti usulan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) c. Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, d. Memeriksa ketersedian pagu anggaran dalam DIPA untuk memperolah keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran, e. Memeriksa kebenaran atas tagihan yang menyangkut antara lain: 1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama,orang/perusahaan,alamat,nomor rekening dan nama bank) 2) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan prestasi kerja yang telah dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak) 3) Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. f. Menerbitkan dan menandatangani Membayar/SPM serta menyampaikan Membayar/SPM ke KPPN setempat.
Surat Surat
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
Perintah Perintah
29
4. Bendahara Pengeluaran Wewenang : Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila : a. Tagihan pembayaran dimaksud tidak tersedia atau tidak cukup tersedia, b. Tagihan pembayaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan didukung dengan tanda bukti yang sah. Uraian Tugas Pekerjaan : a. Menerima,menyimpan,membayarkan,menatausahakan dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja kartu Satuan Kerja, b. Meneliti kelengkapan tagih dari KPA/PPK, c. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, d. Menguji ketersedian dana yang bersangkutan, e. Menyediakan uang persedian dan merencanakan penarikan dana sesuai keperluan belanja operasional kantor, f. Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan,SPJ,SPP,SPM,SP2D dan dokumen-dokumen keuangan lainnya, g. Melaksanakan pembukuan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku, h. Membantu memeriksa keabsahkan dan dokumen SPJ berikut kelengkapannya, i. Meneliti ketersedian dana dalam ROK dan DIPA serta ketepatan pembebanan anggaran sesuai mata anggaran pengeluaran, j. Menyampaikan dokumen SPJ dan kelengkapannya yang telah diteliti kepada KPA melalui staf Administrasi KPA untuk dilakukan pemeriksaan dokumen tersebut, k. Meneliti permintaan uang muka dan mengusulkan kepada KPA mengenai penetapan besarnya uang muka yang akan diberikan, l. Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPPUP,SPPGU,SPP-TU dan SPP-LS)
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
30
m. Menyampaikan SPP berikut dokumen kelengkapannya kepada pejabat penguji dan Perintah Pembayaran, n. Memberikan arahan dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf Bendahara Pengeluaran dan PUM, o. Memberikan pungutan dan penyetoran pajak serta menyampaikan laporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, p. Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan dari KPA/PPK, q. Menandatangani lunas bayar dikuitansi. 5. Bendahara Penerima Kewenangan : Menolak permintaan penggunaan dana penerimaan sebelum mendapat persetujuan dari Departemen Keuangan Uraian Tugas Pekerjaan : Menagigih, menerima, menyimpan, menyetorkan, membukukan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara, 6. Pelaksana Kegiatan Uraian Tugas Pekerjaan : a. Menyusun Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya berdasarkan POK, RKA-KL dan DIPA; b. Melaksanakan rencana kegiatan unit kerjanya yang telah ditetapkan dalam ROPAK, POK, RKA-KL dan DIPA; c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan dan keuangan yang menjadi tanggung jawab di unit kerjanya, d. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan unit kerjanya. 7. Pemegang Uang Muka (PUM) Pemegang Uang Muka ditetapkan untuk membantu bendahara pengeluaran.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
31
Uraian Tugas Pekerjaan : a. Menerima, Menyimpan, membayar, menatausahakan uang muka untuk keperluan belanja unit kerjanya. b. Membantu memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya; c. Membantu meneliti kebenaran perhitungan tagihan dalam dokumen SPJ tersebut dan ketersedian dananya dalam ROPAK unit kerjanya d. Membantu memproses penyelesaian SPJ unit kerjanya e. Meneliti dan menyediakan permintaan uang muka di unit kerjanya. f. Mengambil uang muka dari Bendahara pengeluaran untuk kegiatan operasional unit kerjanya. g. Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen h. Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan, SPJ dan dokumen-dokumen keuangan lainnya. i. Melaksanakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku j. Melaksanakan laporan bulanan, laporan realisasi anggaran belanja unit kerjanya. k. Membantu memungut dan menyetorkan pajak. 8. Penanggungjawab Sementara Apabila Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat yang bertugas melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima berhalangan melaksanakan tugasnya untuk sementara waktu, misal sakit, cuti atau tugas mengikuti pendidikan dalam jangka waktu kurang dari 4 bulan harus menugaskan kepada pengganti sementara dengan catatan bahwa tanggung jawab sepenuhnya tetap pada pemberi kuasa sedangkan untuk jangka waktu lebih dari 4 (empat) bulan harus diganti. Contoh surat keterangan / surat kuasa tetap bertanggungjawab terlampir. 9. Ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi 1) Menteri / Pimpinan/ Lembaga/ Gubernur /Bupati/ Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
32
ditetapkan dalam undang undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undangundang. 2) Pimpinan unit organisasi kementerian/ lembaga/ satuan kerja perangkat daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang. 3) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang–undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang APBN.
4.5. DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ditetapkan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing Satker dan setiap DIPA hanya memuat kegiatan untuk satu Satker. DIPA memuat sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. DIPA dikategorikan menjadi: a.
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah dokumen pelaksana anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Pusat Kementrian Negara / Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Direktorat Pelaksana Anggaran DJPBN dengan Kementrian / Lembaga terkait. Menteri / Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan menetapkan SP DIPA.
b.
DIPA Dana Dekonsentrasi DIPA Dana Dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur. Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
33
oleh SKPD yang ditunjuk Gubernur berdasarkan pendelegasian wewenang dari Menteri Pertanian. d.
DIPA Tugas Pembantuan DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi/kabupaten/kota yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan ditetapkan oleh Kepala Satker Pusat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian.
4.6. PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA yang telah disyahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan / Kepala Kanwil Ditjen PBN, maka Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari DIPA. POK berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan, alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan, alat perencanaan kebutuhan dana, dan sarana untuk meningkatkan trasnparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan anggaran. Dalam hal terdapat perubahan POK sebagai akibat dari revisi DIPA, penyesuaian atas realisasi, perubahan jadwal pelaksanaan aktivitas dan lainnya, maka POK harus disesuaikan. Apabila perubahan POK mengakibatkan perubahan kebutuhan dana perbulan maka penyesuaian tersebut digunakan untuk mengubah halaman III DIPA dan menyampaikan perubahan Halaman III DIPA kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan per triwulan. Revisi POK sepanjang tidak mengubah DIPA dilakukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
34
4.7. MEKANISME REVISI 4.7.1. Revisi POK Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA, setelah DIPA disyahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan / Kepala Kantor Wilayah Ditjen PBN, maka untuk dana dekonsentrasi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) diterbitkan oleh Kepala satker, sedangkan untuk dana tugas pembantuan diterbitkan oleh Ditjen PPHP sebagai pedoman pelaksanaan lebih lanjut dari DIPA. Revisi terhadap POK sepanjang tidak mengubah DIPA dapat dilakukan oleh Kepala Satker (untuk Dana Dekonsentrasi). Sedangkan untuk POK yang diterbitkan oleh Pusat, revisi POK diajukan kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Usulan revisi harus dilengkapi dengan justifikasi yang jelas serta data dukung. 4.7.2. Revisi DIPA Dalam hal DIPA memerlukan perubahan, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat melakukan revisi DIPA untuk selanjutnya diajukan pengesahannya kepada Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Mekanisme Revisi DIPA adalah sebagai berikut: a.
b.
c. d.
DIPA yang diterbitkan oleh Pusat, maka revisi diajukan oleh satker yang bersangkutan melalui Ditjen PPHP dan selanjutnya diajukan ke Direktur Jenderal Anggaran/ Perbendaharaan. Untuk usulan revisi DIPA yang diterbitkan Daerah (Provinsi) diajukan oleh satker yang bersangkutan ke kanwil DJPBN setempat. Usulan revisi SRAA diajukan oleh satker daerah ke Ditjen PPHP kemudian diajukan ke Direktur Jenderal Perbendaharaan dan DJA. Revisi DIPA Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota diajukan oleh satker daerah ke Ditjen PPHP, yang selanjutnya akan diajukan ke Ditjen Anggaran (DJA) dan Ditjen Perbendaharaan. Usulan revisi DIPA harus dilengkapi dengan justifikasi yang jelas dengan TOR, RAB, Data dukung informasi harga dari pihak ke tiga (untuk alat/barang), untuk bangunan harus dilengkapi dengan rancangan gambar bangunan yang diketahui oleh Dinas Kimpraswil setempat.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
35
e.
Revisi DIPA yang menyangkut perubahan / ralat karena kesalahan administrasi, perubahan kantor bayar (KPPN) dapat diajukan ke Kanwil Perbendaharaan setempat.
4.7.3. Pemblokiran DIPA Pemblokiran adalah suatu tindakan yang diambil oleh petugas penelaah dengan maksud seluruh atau sebagian alokasi anggaran dalam SAPSK/DIPA tidak dapat dicairkan, karena pada saat penelaahan belum memenuhi satu atau lebih persyaratan alokasi anggaran. Tindakan pemblokiran tersebut dilakukan dengan memberikan tanda bintang (*) pada rincian anggaran yang diblokir. Apabila dalam DIPA terdapat kegiatan yang anggarannya di blokir (*), agar segera mengusulkan revisi DIPA untuk pencairan tanda bintang. Usulan revisi tersebut harus dilengkapi dengan TOR, RAB, Data dukung informasi harga dari pihak ketiga (untuk alat/barang), untuk bangunan harus dilengkapi dengan rancangan gambar bangunan yang diketahui oleh Dinas Kimpraswil setempat.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
36
Bab 5 PENGELOLAAN KEGIATAN __________________________________________________________________
Kegiatan-kegiatan PPHP yang dikelola di tingkat provinsi dan kabupaten/kota seperti ditampilkan berikut ini. 5.1.
DANA DEKONSENTRASI
5.1.1. Pemberdayaan Petani Melalui Pengembangan Pasar Tani Tujuan pasar tani yaitu untuk mengoptimalkan dan menguatkan kelembagaan kelompok tani/gapoktan sehingga meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan akses petani dengan membangun jaringan pemasaran, meningkatkan akses petani dengan membangun jaringan pemasaran, serta meningkatkan kemampuan jaringan pemasaran. Diharapkan dengan adanya pasar tani maka akan berdampak pada menguatnya kelembagaan pemasaran sebagai usaha di bidang pertanian. Dalam kegiatan TA. 2010, kegiatan pasar tani dilaksanakan di 32 kabupaten/kota pada 16 propinsi. Bentuk kegiatan utama adalah pengawalan pengoperasian pasar tani melalui pengembangan kemitraan, bantuan peralatan lainnya, studi banding, pecan pasar tani, serta bahanbahan promosi. Selain itu diberikan pula bantuan permodalan kepada pelaku usaha untuk menjalankan usaha pasar tani. Output: pemberdayaan petani melalui kegiatan pasar tani Kegiatan utama: - operasionalisasi pasar tani - penguatan modal usaha kelompok subsektor: tanaman pangan dan hortikultura Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, telp. 021 7815880
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
37
5.1.2. Pengawalan dan Pembinaan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Kegiatan pengawalan dan pembinaan LM3 dilakukan melalui kegiatan pertemuan koordinasi dan pembinaan teknis yang berkaitan dengan bantuan alat yang telah diberikan kepada lembaga mandiri di daerah masing-masing. Output: pembinaan LM3 Kegiatan utama: - Pembinaan LM3 - Koordinasi dan pembinaan kegiatan tahun sebelumnya subsektor: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan Contact person : Sekretariat LM3, Ditjen PPHP telp. 021-7827275. 5.1.3. Kajian TBS kelapa sawit Sesuai SK Permentan no.395 tahun 2005 bahwa setiap 5 tahun sekali perlu dilakukan kajian rendemen sawit terkait dengan usia dan produktivitas tanaman sawit. Lokasi kegiatan dipilih 22 propinsi sebagai sentra produksi sawit. Kegiatan ini berupa kajian rendemen di masingmasing wilayah. Output: meningkatnya rendemen dan mutu produk perkebunan Kegiatan utama: kajian TBS kelapa sawit subsektor: perkebunan Contact person : Kasubdit Pemantauan dan Pengawasan, Direktorat Pemasaran domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880.
5.1.4. Promosi Produk Pertanian Fasilitasi kegiatan promosi dalam rangka mengikuti event pameran seperti Agro & food Expo 2010, Indonesia Agribisnis Expo dan Batam Agribisnis Expo 2010. Fasilitasi diantaranya seperti sewa stand, bahan pameran, pengiriman bahan, dll. Hal ini sebagai upaya untuk menampilkan produk unggulan daerah yang telah dilengkapi dengan company profile sebagai bahan temu investor di sela-sela kegiatan pameran.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
38
Output: terselenggaranya promosi produk pertanian Kegiatan utama: - pengadaan bahan pameran - mengikuti pameran Penjelasan kegiatan: Contact person : Kasubdit Promosi dan Pengembangan Pasar, Direktorat Pemasaran domestik, Ditjen PPHP telp.021-7815880. 5.1.5. Pengembangan Sistem Layanan Informasi Agribisnis Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) memiliki tujuan menyelenggarakan layanan informasi pasar yang akurat, cepat, kontinu dan up to date (terkini). Pada tahun 2010, kegiatan pelayanan informasi pasar dilaksanakan di 33 propinsi dan 200 kabupaten sentra tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan dan peternakan. Bentuk kegiatan utama pada pelayanan informasi pasar ini adalah pengumpulan, pengiriman dan penyebarluasan data melalui berbagai media. Output: pengembangan pelayanan sistim informasi pasar Kegiatan utama: - Pengumpulan data pasar - Pengiriman data pasar - penyebaran informasi pasar melalui media massa - penyusunan database informasi pasar Subsektor : Tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan Contact person : Kasubdit Analisis dan Informasi Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp/fax. 021-7815881 dan 02178842007. 5.1.6. Perbaikan Mutu Hasil Pertanian Pengembangan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan produk pertanian dimulai dari on-farm sampai off-farm. Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman sudah menjadi tuntutan masyarakat, baik pasar domestik maupun internasional. Penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan dilakukan melalui Sistem Sertifikasi dan Terdaftar.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
39
Penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan dilaksanakan pada pelaku usaha melalui identifikasi, pertemuan dalam rangka sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI), penyusunan dokumen sistem mutu dan penerapannya, audit internal, monitoring serta evaluasi. Output: Diterapkannya jaminan mutu keamanan pangan Kegiatan utama: pertemuan pembinaan dan bimbingan mutu hasil pertanian Contact person : Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen PPHP telp. 021-78842568 5.1.7. Peningkatan Kemampuan SDM Melalui Pelatihan Sekolah Lapang PPHP Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SLPPHP) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan petani/pelaku usaha tentang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sehingga mampu menerapkan kaidah-kaidah pasca panen, pengolahan, jaminan mutu dan pemasaran hasil pertanian dalam mengelola usahataninya, sehingga mengubah petani/pelaku usaha dan kelompoknya dari sikap ketergantungan kearah kemandirian, dari saling ketergantungan kearah kerja kelompok, dari bekerja terampil kearah kerja profesional. SL-PPHP adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi dari sasaran. Proses berlatih-melatih dilaksanakan melalui: − kegiatan belajar sambil mengerjakan/praktek dan belajar untuk menemukan/memecahkan masalah sendiri, dengan berazaskan kemitraan dan kebersamaan, demokratis, keselarasan, tanggungjawab serta partisipasi aktif dari semua pihak dan pelatih dengan peserta yang dilatih, − proses berlatih dalam suatu siklus usaha tani, dikemas dalam siklus belajar berdasarkan pengalaman atau Experience Learning Cycle (ELC) dengan pendekatan Pendidikan Orang Dewasa (POD) atau andragogi, − pelatih bertindak sebagai pemadu yang berperan dalam menciptakan suasana berlatih untuk memotivasi peserta dalam mengembangkan daya analisis dan kreativitasnya
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
40
Dalam pelaksanaannya, SL-PPHP yang berbasis pada pasca panen, pengolahan, jaminan mutu dan pemasaran serta pengembangan usaha hasil pertanian. SL–PPHP terdiri dari Pemandu Lapangan I (PL-I) dan Pemandu Lapangan II (PL-II). PL-I bertugas melatih PL-II, dan selanjutnya PL-II bertugas melatih pelaku agribisnis, dengan ketentuan: − Pelatihan PL-I diselenggarakan oleh Ditjen PPHP dan atau Dinas lingkup pertanian provinsi, ditujukan bagi petugas PPHP provinsi, pembina mutu, penyuluh, dan widyaiswara dari lingkup Kementerian Pertanian dan/atau Dinas lingkup pertanian di seluruh provinsi; − Pelatihan PL-II diselenggarakan oleh masing-masing Dinas lingkup pertanian di provinsi, ditujukan bagi petugas PPHP, pembina mutu dan penyuluh dari Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota bersangkutan; − Pelatihan pendampingan bagi pelaku agribisnis yang bergerak di bidang pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dilaksanakan oleh PL-II dalam maksimum 14 kali pertemuan, disesuaikan dengan kebutuhan pelaku agribisnis dan dilakukan di lokasi pelaku agribisnis; Dalam penyelenggaraan SL-PPHP tahun 2010, Dinas lingkup pertanian di provinsi yang telah melaksanakan pelatihan bagi PL-II, agar menugaskan PL-II dalam Team-work untuk memandu Petani/Pelaku Usaha meningkatkan produktivitas, dan nilai tambah usahanya sesuai dengan permintaan pasar. Bagi Dinas lingkup pertanian di provinsi yang belum memiliki PL-II, diprioritaskan untuk melaksanakan pelatihan PL-II dan sesuai dengan kondisi ketersediaan dana di daerah dapat dilanjutkan dengan pelatihan/pemanduan pelaku agribisnis. Output: meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan keterampilan SDM bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian Kegiatan utama: pelatihan sekolah lapang PPHP Contact person: Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi telp. 021-7842568 5.1.8. Manajemen dan Pelaporan Sistem monitoring dan evaluasi (SIMONEV) diperlukan pelatihan (workshop) untuk petugas yang menangani monitoring dan evaluasi (monev) di tingkat provinsi. Workshop SIMONEV ini dilakukan dalam
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
41
bentuk Training of Training (TOT) dalam rangka peningkatan kemampuan/keterampilan petugas yang menangani monev. Setelah pelaksanaan workshop, petugas monev provinsi diharapkan segera melakukan pelatihan monev kepada petugas yang menangani monev di tingkat kebupaten/kota. Pertemuan evaluasi dilaksanakan dalam rangka peningkatan penyerapan anggaran dan kemajuan pelaksanaan kegiatan, yang teridiri dari pertemuan evaluasi awal dan evaluasi akhir di tingkat regional, serta evaluasi nasional. Evaluasi awal dan evaluasi akhir diikuti oleh pejabat/petugas yang menangani evaluasi PPHP di provinsi dan kabupaten/kota yang mendapat Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sedangkan evaluasi nasional diikuti oleh pejabat yang menangani PPHP dan evaluasi yang berada di provinsi. Pada saat evaluasi nasional ini, peserta diharapkan dapat menyampaikan kemajuan terakhir dari pelaksanaan kegiatan tahun 2010 dan hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2009. Jadwal rencana pertemuan seperti pada lampiran. Output: SAI, monev Kegiatan utama: - monitoring dan evaluasi - workshop SIMONEV - pertemuan evaluasi, SAI, dan SABMN - langganan internet Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP, telp. 0217804526 5.1.9. Koordinasi dan pembinaan Dalam rangka penyamaan persepsi, pandangan dan arah pembangunan PPHP, maka dilakukan pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP yang dilaksanakan oleh dinas lingkup pertanian provinsi. Selain itu dilakukan pula koordinasi dalam rangka penyusunan program dan rencana kegiatan untuk satu tahun ke depan melalui kegiatan Koordinasi Penyusunan Program PPHP. Selain itu pula, Dinas lingkup pertanian provinsi diberi kewenangan dalam melakukan identifikasi, pembinaan dan monitoring kegiatan PPHP di kabupaten/kota yang memperoleh tugas pembantuan dari Ditjen PPHP. Hasil yang diperoleh menjadi acuan dalam menyusun dan merencanakan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
42
kegiatan tahun selanjutnya, dimana akan disusun dalam pertemuan penyusunan RKA-KL awal, serta dilakukan penyempurnaan dalam kegiatan penyusunan RKA-KL finalisasi. Output: koordinasi dan pembinaan kegiatan PPHP Kegiatan utama: - pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP - pertemuan koordinasi penyusunan program PPHP Contact person : Kabag Perencanaan, Sekretariat. Ditjen PPHP telp. 02178837929. 5.1.10. Pembinaan dan sertifikasi pangan organik Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pangan organik, maka sangat diperlukan ketersediaan pangan organik yang sudah disertifikasi. Dalam rangka penerapan pangan organik dilakukan pembinaan dengan cara melaksanakan sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) Sistem Pangan Organik, bimbingan teknis kepada pelaku usaha, pendampingan penyusunan dokumen mutu dan penerapannya, audit internal, monitoring serta evaluasi. Pelaku usaha yang telah menerapkan sistem pangan organik, disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) dan berhak untuk mendapatkan sertifikat sebagai bukti penerapan sistem pangan organik dan juga berhak menggunakan logo pangan organik. Output: Tersertifikasinya pangan organik Kegiatan utama: - bimbingan teknis dan pembinaan - sertifikasi pangan organik Contact person : Kasubdit Akreditasi dan Kelembagaan, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen PPHP telp. 021-78842568. 5.2.
DANA TUGAS PEMBANTUAN DI PROVINSI
Kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan dana tugas pembantuan di Provinsi adalah sbb:
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
43
Tanaman pangan : 1. Akselerasi GP4GB mendukung P2BN 2. Pengembangan pengering dan penyimpanan jagung 3. Pengembangan agroindustri beras untuk ekspor 4. Pengembangan agroindustri tepung sagu 5. Pengembangan agroindustri tepung singkong Hortikultura: 6. Optimalisasi pengembangan STA 7. Pengembangan agroindustri hortikultura 8. Pengembangan sarana tanaman hias Perkebunan: 9. Agroindustri atsiri 10. Pengembangan agroindustri mete untuk ekspor 11. Pengembangan mutu bokar untuk ekspor 12. Pengembangan mutu biji kopi untuk ekspor 13. Pengembangan mutu kakao fermentasi untuk ekspor 14. Pengembangan pasar lelang perkebunan Peternakan: 15. Studi kelayakan pengembangan PPTSK 16. Pengembangan agroindustri susu sapi 17. Pengembangan agroindustri daging olahan 18. Pengembangan pasar ternak 19. Studi kelayakan pasar ternak 20. Pengembangan PPTSK 21. Pengolahan kompos dan biogas Secara rinci kegiatan tugas pembantuan provinsi sebagai berikut: 5.2.1. Akselerasi GP4GB (Gerakan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah Beras) mendukung P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) Pada saat ini kehilangan hasil panen dan pasca panen 10,82 %, rendemen beras di bawah 63,2 %, mutu gabah/beras masih ada yang belum memenuhi persyaratan dan harga gabah/beras masih ada yang di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah).
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
44
Tahun 2007 telah ditandatangani MOU tentang GP4GB oleh pemangku kepentingan yaitu : Ditjen PPHP, Perum Bulog, Perbankan (Bank BRI dan Bank BUKOPIN), dan organisasi tani (HKTI, KTNA, Perpadi, Dewan Tani dan Petani Center). Untuk mendorong dan memfasilitasi GP4GB, sejak tahun 2007 telah dilakukan beberapa kegiatan yaitu sosialisasi dan publikasi, bantuan alsintan pasca panen kepada gapoktan dan pengawalan oleh perguruan tinggi. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk : menekan kehilangan hasil pasca panen, meningkatkan rendemen gabah/beras, meningkatkan mutu gabah/beras, menjaga harga gabah/beras minimal sama dengan HPP, dan melakukan koordinasi yang sinergis dengan seluruh pemangku kepentingan Beberapa kegiatan yang akan dilakukan meliputi : Fasilitasi peralatan dan mesin untuk pengurangan kehilangan gabah/beras, serta peningkatan rendemen beras, Penguatan kelembagaan dan SDM, Pendampingan oleh Site Manajer, Fasilitasi kemitraan usaha dan pemasaran gabah/beras, Bimbingan teknis GHP dan PPK, Supervisi, Monitoring, evaluasi dan pelaporan Output: - meningkatnya mutu gabah petani - meningkatnya penyerapan gabah petani di pasar Kegiatan utama: • fasilitasi peralatan mesin pasca panen (mesin panen, terpal, threser, lantai jemur, dll) • bimtek penanganan pasca panen • site manajer Contact person : Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382 5.2.2. Pengembangan Jagung)
pengering
dan
penyimpanan
jagung
(Silo
Kondisi pasca panen jagung saat ini yaitu kehilangan hasil masih tinggi (25-30%) dan mutu rendah (kadar aflatoxin tinggi). Kondisi ini mengakibatkan harga produk menjadi rendah, kontinyuitas produksi rendah sehingga diperlukan impor. Disampling itu SDM dan Kelembagaan Gapoktan dan pengelola silo jagung belum memadai.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
45
Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan : Menekan kehilangan hasil dan meningkatkan mutu, Menjaga harga jagung minimal sama HMR (Harga minimum regional), Menjamin kontinyuitas pasokan jagung, Meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan gapoktan. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi: Koordinasi, Pengadaan corn sheller, Pendampingan oleh Site manajer, Penguatan modal usaha, Supervisi, Monitoring, evaluasi dan pelaporan Kementerian Pertanian pada tahun 2006 – 2008 telah membangun 58 Unit Pengeringan dan Penyimpanan Jagung silo jagung di 55 kabupaten. Output: meningkatnya mutu dan nilai jual jagung Kegiatan utama: • Site manajer • Bimbingan teknis • PMUK Contact person : Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penangan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382
5.2.3. Pengembangan agroindustri beras specialty (BS) untuk ekspor Pada saat ini produksi beras nasional cenderung terus meningkat, terdapat peluang ekspor beras ke luar negeri terutama beras specialty yang berkualitas ekspor. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan : Memfasilitasi peningkatan kualitas beras specialty untuk ekspor, Memfasilitasi penerapan sistem jaminan mutu BS untuk ekspor, Memfasilitasi pengembangan pemasaran BS untuk ekspor, Meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen para pelaku usaha dalm memproduksi BS untuk ekspor. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi : Identifikasi CP/CL, Penyusunan pedoman teknis, Pelatihan teknis dan manajemen usaha agroindustri beras, Supervisi dan pembinaan, Monitoring dan evaluasi, Pelaporan Output: meningkatnya volume ekspor beras specialty (BS). Kegiatan utama: • Site manajer
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
46
fasilitasi pengembangan agroindustri dan ekspor beras specialty (BS) • bimbingan teknis • PMUK Contact person : Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penangan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382 •
5.2.4. Pengembangan agoindustri tepung sagu Pengembangan agroindustri tepung sagu bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sagu dalam rangka mendukung ketersediaan produk olahan sagu sebagai bahan diversifikasi pangan. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil sagu sampai beroperasi di sentra produksi. Untuk itu alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Untuk itu kegiatan ini membutuhkan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik. Lokasi pengembangan agroindustri tepung sagu antara lain di Provinsi Riau (Kabupaten Indragiri Hilir), Provnsi Maluku (Kabupaten Seram Bagian Barat) dan Provinsi Papua (Kabupaten Waropen). Output: Terlaksananya agroindustri sagu Kegiatan utama: • Fasilitasi alat agroindustri tepung-tepungan • Bangunan sarana produksi • Bimbingan teknis Contact person: Kasubdit Pengoahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569 atau 08128735327. 5.2.5. Pengembangan agroindustri tepung singkong Pengembangan agroindustri tepung singkong/cassava bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah singkong dalam rangka mendukung ketersediaan produk olahan singkong sebagai bahan dalam pengembangan dan percepatan diversifikasi pangan. Dalam kegiatan ini
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
47
akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) tepung sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi singkong. Tepung yang dikembangkan antara lain tapioka, tepung cassava dan atau tepung fermentasi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan roduksi yang tersedia. Untuk kabupaten yang tahun sebelumnya mendapat kegiatan pengembangan tepung dan tahun ini masih mendapat alokasi dana maka diutamakan agar anggarannya digunakan untuk membangun UPH baru. Namun dapat juga digunakan untuk menyempurnakan kekurangankekurangan UPH lain yang menerima alokasi dana tahun anggaran sebelumnya. Lokasi kegiatan pengembangan agroindustri tepung antara lain di Kabupaten Bogor, Trenggalek, Pacitan, Gunung Kidul, Wonogiri, Ponorogo, Garut, Lampung Selatan, Halmahera Selatan dan Maluku Tenggara. Output: Terlaksananya agroindustri tepung singkong Kegiatan utama: - Fasilitasi alat agroindustri tepung-tepungan - Bangunan sarana produksi - Bimbingan teknis Contact person : Kasubdit Pengoahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp.(021)78842569 atau 08128735327 atau email
[email protected] 5.2.6. Optimalisasi Pengembangan STA Tujuan dari kegiatan optimalisasi STA adalah mengoptimalkan operasionalisasi STA sehingga dapat menjadi agent pemasaran bagi petani/kelompoktani, dan menfasilitasi terjadinya kemitraan dan pasar lelang di STA yang dapat menguntungkan petani. Kegiatan optimalisasi pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dilakukan pada lokasi pembangunan STA pada tahun anggaran sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadikan kegiatan STA
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
48
dapat beroperasi dengan optimal. Selain itu, pada STA ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya meningkatkan peran STA, diantaranya bimbingan teknis, fasilitasi kemitraan, dan fasilitasi sistem informasi pasar. Selain itu, kegiatan STA diberi bantuan permodalan, sebagai upaya menghidupkan kegiatan perdagangan di STA secara berkesinambungan. Melalui site manager, diberikan sebagai bentuk dukungan pendampingan secara profesional terhadap kegiatan STA. Output: Operasionalisasi STA Kegiatan utama: • fasilitasi sarana penunjang STA • bimtek pasca panen • fasilitasi kemitraan STA • fasilitasi sistem info pasar • PMUK • Site manajer Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880.
5.2.7. Pengembangan agroindustri hortikultura Pengembangan agroindustri hortikultura bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi hortikutura dalam rangka mendukung ketersediaan produk olahan hortikultura sebagai bahan dalam pengembangan dan percepatan diversifikasi pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) hortikultura sampai beroperasi di daerah sentrasentra produksi hortikultura. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri hortikultura Kegiatan utama: • Pendampingan oleh Site manajer
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
49
• Alat mesin pengolahan agroindustri hortikultura • Bimbingan teknis Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569 atau 0818830047, email: jamil @deptan.go.id atau
[email protected]. 5.2.8. Pengembangan sarana tanaman hias Saat ini belum semua petani/kelompok tani dan pelaku usaha menerapkan penanganan pasca panen yang baik dan benar pada rantai pengemasan dan pengangkutan sebagai jaminan untuk mendapatkan mutu yang diinginkan konsumen. Sehingga kerusakan hasil masih sangat tinggi bahkan ketika sampai di pasar pengumpul seperti Rawa Belong menyisakan sampah setelah disortir antara 50-60 % untuk bunga daun potong. Selain itu rumah pengemas yang sudah ada belum semua juga melakukan penanganan pasca panen dengan baik. Kerusakan hasil tanaman pada rantai penanganan pasca panen selain akibat minimnya pengetahuan dan informasi mengenai teknologi juga disebabkan minimnya fasilitas dan sarana pendukungnya. Sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkan sarana penanganan pasca panen tanaman hias di daerah sentra produksi untuk mengurangi tingkat kerusakan hasil. Beberapa sarana yang diperlukan antara lain sarana panen (gunting dan pisau khusus), kontainer plastik untuk pengangkutan, alas,jaring, paranet untuk naungan ketikan proses pengumpulan dari kebun, sarana pengangkut dari kebun ke tempat pengumpulan, rumah pengemasan, alat pengemas, sarana penyimpanan berpendingin, sarana pengangkutan untuk distribusi yang berpendingin Output: meningkatnya usaha penanganan pasca panen dan pemasaran tanaman hias. Kegiatan utama: • Site manajer • fasilitasi sarana tanaman hias, jaringan pemasaran, packing house • bimbingan teknis pasca panen dan pemasaran • fasilitasi kemitraan, sistem informasi pasar • fasilitasi promosi • fasilitasi pasar lelang tanaman hias • PMUK
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
50
Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp 021-7815880.
5.2.9. Agroindustri atsiri Pengembangan agroindustri atsiri bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi atsiri seperti nilam, serai wangi, melati, kayu manis dan lainnya dalam rangka mendukung ketersediaan bahan baku produk olahan dan turunan atsiri. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) atsiri sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi atsiri. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: meningkatnya kegiatan agroindustri atsiri Kegiatan utama: • Site manajer • fasilitasi alat penyuling atsiri • fasilitasi bangunan Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected]
5.2.10. Pengembangan agroindustri mete untuk ekspor Kontribusi ekspor jambu mete masih rendah tapi peluang ekspor masih terbuka. Rendahnya kontribusi ekspor mete Indonesia antara lain disebabkan karena kualitasnya masih rendah, kacang mete yang dihasilkan masih banyak yang terbelah dan pecah. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya keterampilan petani dalam mengoperasionalkan alat pemecah buah (kacip). Pengembangan agroindustri mete untuk ekspor bertujuan untuk menghasilkan kualitas mete yang sesuai dengan permintaan pasar melalui penanganan pasca panen yang baik, pengolahan, penerapan SNI mete dan pemasaran.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
51
Untuk meningkatkan kualitas biji mete, Ditjen PPHP melalui dana Tugas Pembantuan TA 2009 telah dialokasikan Dana TP pengembangan mete di 12 kabupaten dari 3 propinsi dan pada tahun 2010 akan dialokasikan dana Tugas Pembantuan di 6 kabupaten sentra produksi mete. Untuk mencapai agroindustri pengolahan mete diperlukan suplai bahan baku jambu mete yang baik, oleh karena itu penanganan pasca panen dan pengolahan mete yang baik mutlak dilakukan agar menghasilkan mete yang baik. Bimbingan teknis penanganan pasca panen mete, baik kepada petugas dinas, supervisor, penyuluh dan ketua gapoktan merupakan hal yang sangat diperlukan. Output: menghasilkan mete berkualitas ekspor Kegiatan utama: • Bimbingan teknis mutu • Kemitraan usaha • Site manajer • Bantuan alat pasca panen mete • PMUK Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp 021-7816382.
Direktorat
5.2.11. Pengembangan bokar bersih dan bermutu untuk ekspor Mutu bahan olah karet (bokar) saat ini belum sebagaimana yang diharapkan, berbagai kendala dihadapi di setiap lini dimulai on farm hingga off farm. Beberapa permasalahan di lapangan diantaranya : (1).hanya 30% petani mengenal kriteria bokar bermutu apalagi yang sesuai dengan SNI; (2).lokasi usaha kebun karet berada di daerah yang infrastruktur jalannya minim; (3).manipulasi berat timbangan dengan merendam bokar dalam air dan mencampur dengan bahan yang tidak direkomendasi; (4).masih terperangkap dalam “system ijon”. Melihat berbagai permasalahan tersebut maka perlu segera ditempuh upaya untuk memperbaiki daya saing karet nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah dengan Pengembangan Bokar Bersih dan Bermutu untuk Ekspor. Dan diharapkan pada tahun 2010 akan dilakukan pencanangan Gerakan Nasional Bokar Bersih. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya saing karet nasional di pasar luar negeri, memperbaiki dan membangun kondisi mutu
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
52
bokar dan menghasilkan bokar bersih dan bermutu sesuai dengan persyaratan teknis dan atau standar mutu yang berlaku serta pemenuhan akan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk. Pengembangan Bokar bersih an bermutu untuk Ekspor melalui Bimbingan Teknis dan Dana Tugas Pembantuan (TP) yang akan dilaksanakan di 4 lokasi sentra karet di 16 TP Provinsi dan 4 TP Kabupaten. Kegiatan ini dilakukan secara terpadu oleh instansi terkait baik di pusat maupun di daerah. Output: meningkatnya mutu bokar melalui perbaikan kegiatan pasca panen Kegiatan utama: • Site manajer • Fasilitasi alat pasca panen karet, bahan pembeku lateks • Fasilitasi bangunan tempat peralatan dan gudang lateks • PMUK Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382. 5.2.12. Pengembangan mutu biji kopi untuk ekspor Salah satu upaya dalam mendukung pengembangan kopi sebagai andalan ekspor adalah melalui kegiatan usaha yang terintegrasi dalam pengolahan dan pemasaran kopi. Agar mutu kopi yang diharapkan dapat diperbaiki sesuai SNI, pemasaran lebih mudah. Untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas dapat dilaksanakan salah satunya dengan penerapan pasca panen sesuai dengan GHP. Tujuan dari Pengembangan Mutu Biji Kopi untuk Ekspor Petani adalah agar petani mampu memproduksi biji kopi yang sesuai dengan SNI sehingga para petani akan mendapatkan insentif atau perbedaan harga yang signifikan. Kegiatan pengembangan ini melalui Bimbingan Teknis dan alokasi Dana Tugas Pembantuan Pasca Panen Kopi TA 2010 kepada 8 Propinsi (Dana Dekon) dan 10 Kabupaten (Dana TP). Output: meningkatnya mutu biji kopi melalui perbaikan kegiatan pasca panen Kegiatan utama: • Site manajer
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
53
fasilitasi alat pengupas kulit buah, pencuci biji, pengering, alat sortasi, • fasilitasi bangunan Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382. •
5.2.13. Pengembangan mutu kakao fermentasi untuk ekspor Kakao merupakan komoditi eksport andalan namun potensi produksi belum diikuti oleh mutu yang sesuai permintaan pasar, karena penanganan pasca panen kakao belum dilakukan dengan baik dan benar. sehingga mutu biji kakao kering yang dihasilkan petani tercampur dengan benda-benda asing, pengeringan yang kurang sempurna sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur serta volume biji kakao yang difermentasi relatif sedikit sehingga para pedagang pengumpul mencampurkan antara kakao fermentasi dan non fermentasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah diharapkan petani mampu menerapkan system jaminan mutu dalam memproduksi biji kakao fermentasi yang sesuai dengan SNI, dengan demikian para petani akan mendapatkan insentif atau perbedaan harga yang signifikan antara biji kakao yang fermentasi dan non fermentasi. Adapun pelaksanaan kegiatan tersebar di 14 Kabupaten (TP Kabupaten) dan 11 Provinsi (Dekon) yang mencakup Bimbingan Teknis dan Fasilitasi alat pasca panen kakao, seperti Bok fermentasi, mesin pemecah buah, mesin pemisah lender, sortasi biji, alat pengukur kadar air, bangunan Pusat Fermentasi Biji Kakao (PFBK). Kegiatan ini bila dikaitkan dengan kegiatan tahun sebelumnya adalah merupakan tindak lanjut dari gerakan nasional kakao fermentasi yang telah dicanangkan oleh Mentan. Output: meningkatnya mutu kakao fermentasi melalui perbaikan kegiatan pasca panen kakao Kegiatan utama: • Site manajer • Fasilitasi box fermentasi, mesin pemecah buah, mesin pemisah lendir dan nipe, mesin sortasi biji, alat pengukur kadar air. • fasilitasi bangunan TPH kakao • Fasilitasi alat panen/pasca panen • PMUK
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
54
Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382.
Direktorat
5.2.14. Pengembangan pasar lelang perkebunan Pasar lelang merupakan tempat transaksi jual beli yang dapat diakses langsung oleh petani dan pembeli sehingga penentuan harga betul-betul terjadi atas negosiasi diantara petani an pembeli. Melalui transaksi ini diharapkan pendapatan petani dapat meningkat secara nyata apabila petani memiliki kekuatan dalam aspek kelembagaan. Pengembangan pasar lelang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pemasaran, perbaikan posisi tawar petani dan peningkatan pendapatan petani. Untuk menjamin keberlangsungan pasar lelang secara berkesinambungan, pasar lelang harus dikelola secara profesional oleh pengelola berpengalaman dalam melaksanakan lelang. Pasar lelang di tingkat petani (spot) dapat dikelola oleh asosiasi petani atau gapoktan. Untuk itu dilakukan fasilitasi pengembangan pasar lelang secara spot di tingkat petani, sehingga petani dapat mengikuti pasar lelang secara baik. Output: berjalannya pasar lelang perkebunan Kegiatan utama: • Site manajer • Fasilitasi sarana penunjang pasar lelang • Fasilitasi pelaksanaan pasar lelang Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880. 5.2.15. Studi kelayakan pengembangan PPTSK Biaya pakan ternak menempati porsi terbesar dari total biaya produksi yaitu sekitar 60 - 70 % sedangkan 30 % lainnya ditentukan oleh bibit. Pakan ternak yang diproduksi secara komersial terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi ternak yang dibudidayakan secara intensif,baik dalam bentuk mash, pelet maupun crimble yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Saat ini sebagian besar peternak mendapatkan pakan ternak dari pasokan pabrikan yang sebagian besar bahan bakunya seperti bungkil kedele, tepung ikan dan jagung masih diimpor. Dalam
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
55
upaya mengurangi ketergantungan terhadap pabrik pakan, maka peternak dituntut harus mampu menyediakan secara mandiri pakan bagi ternak yang dibudidayakannya. Melaksanakan Study Kelayakan di 13 Kab/kota dalam rangka pembangunan pabrik pakan ternak skala kecil (PPTSK) dengan tujuan mengurangi biaya produksi pakan ternak sebesar minimal 10 % dari biaya poduksi pakan dengan memanfaatkan bahan baku spesifik lokasi/kearifan lokal, sehingga terbentuknya kelompok ternak yang mandiri. Output: studi kelayakan pengembangan PPTSK Kegiatan utama: Studi kelayakan Contact person: Kasubdit Pasca Panen Peternakan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382/
5.2.16. Pengembangan agroindustri susu sapi Pengembangan agroindustri susu sapi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi susu dari peternak dalam rangka mendukung ketersediaan susu nasional. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) susu sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi susu. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH susu serta bimbingan teknis sangat penting. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri susu Kegiatan utama: • fasilitasi alat pengolahan susu • fasilitasi bangunan pengolahan susu Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569 atau email
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
56
5.2.17.Pengembangan agroindustri daging olahan Pengembangan agroindustri daging olahan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi daging dari peternak dalam rangka mendukung ketersediaan daging olahan nasional. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) daging olahan sampai beroperasi di daerah sentra-sentra ternak. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri daging ternak Kegiatan utama: • Site manajer • fasilitasi alat dan mesin pengolahan daging • PMUK Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569 atau email
[email protected]
5.2.18.Pengembangan pasar ternak Tuntutan pasar ternak yang modern dan higienis serta tuntutan masyarakat akan produk hasil ternak berkualitas merupakan salah satu tujuan pengembangan pasar ternak. Fasilitasi bantuan alat pasar ternak dan bimbingan teknis diharapkan dapat mengakselerasi terwujudnya pasar ternak higienis yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Diharapkan dengan adanya kegiatan pengembangan pasar ternak, maka akan tersedianya pasar ternak yang nyaman, meningkatnya akses peternak dalam penentuan pasar, meningkatnya posisi tawar peternak dalam pemasaran hasil, serta tersedianya komoditi ternak yang tepat mutu, tepat harga dan tepat waktu. Output: Tersedianya pasar ternak yang memadai
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
57
Kegiatan utama: • Bimbingan teknis • Pengadaan alat pasar ternak • Fasilitasi bangunan pasar ternak Contact person : Kasubdit Saran dan Kelembagaan, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880.
5.2.19.Studi kelayakan pasar ternak Studi kelayakan pasar ternak dilaksanakan untuk melihat seberapa besar kelayakan suatu daerah untuk dibangun pasar ternak modern. Hal ini dilaksanakan sebagai landasan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan pasar ternak di tahun anggaran mendatang. Kegiatan studi kelayakan pasar ternak ini dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang kajian pemasaran dan kelembagaan pasar. Output: studi kelayakan pasar ternak Kegiatan utama: Studi kelayakan Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880. 5.2.20.Pengembangan PPTSK Saat ini sebagian besar peternak mendapatkan pakan ternak dari pasokan pabrikan yang sebagian besar bahan bakunya seperti bungkil kedele, tepung ikan dan jagung masih diimpor. Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap pabrik pakan, maka peternak dituntut harus mampu menyediakan secara mandiri pakan bagi ternak yang dibudidayakannya. Untuk mendukung keberhasilan operasionalisasi pabrik pakan ternak skala kecil (PPTSK) yang dimiliki kelompok peternak, kiranya masih diperlukan tambahan pengetahuan dan kemampuan, serta menggerakkan memanfaatkan tenaga-tenaga kerja yang tersedia di daerah. PMUK ini terutama diperuntukkan bagi kelompok/gapoknak yang telah pernah penerima/pengelola bantuan tugas pembantuan dari Ditjen PPHP dari tahun 2007 sampai tahun 2009, terutama dibidang teknik operasional peralatan dan manajemen pengelolaannya, penyusunan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
58
formula ransum pakan berbasis sumber daya lokal serta pemasarannya. Berbagai aspek yang perlu dikuasai oleh peternak agar memperoleh hasil yang baik adalah pengetahuan tentang bahan pakan lokal yang mencakup ketersediaan, kandungan gizi ternak dan batas penggunaan, teknik formulasi pakan yang mencakup kebutuhan gizi ternak, teknik perhitungan, teknik pencampuran, peralatan pencampur pakan serta pemasaran harga pakan. Output: berjalannya pabrik pakan ternak skala kecil Kegiatan utama: Penguatan modal usaha Contact person : Kasubdit Pasca Panen Peternakan, Direktorat Penangan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382 5.2.21.Pengolahan kompos dan biogas Biomassa hasil pertanian di pedesaan cukup memungkinkan diolah sebagai bahan kompos dan biogas, karena ketersediannya cukup namun belum banyak dimanfaatkan. Pengembangan percontohan pengolahan kompos dan biogas bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah biomassa dan limbah ternak dalam rangka mendukung ketersediaan pupuk dan bahan bakar di pedesaan. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan kompos dan biogas sampai beroperasi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya percontohan pengolahan kompos dan biogas Kegiatan utama: • Fasilitasi alat dan bangunan biogas • Fasilitasi alat dan bangunan kompos • Site manajer Contact person : Kasubdit Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569, email
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
59
5.3.
DANA TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/ KOTA
Kegiatan pengolahan dan pemasaran dengan menggunakan dana tugas pembantuan kabupaten terdiri dari: - Subsektorat tanaman pangan: 1. Penanganan pasca panen padi dan jagung 2. Peningkatan efisien penanganan pasca panen 3. Revitalisasi penggilingan padi kecil 4. Revitalisasi UPJA - subsektor hortikultura: 5. Agroindustri pengolahan pisang 6. Pengembangan agroindustri bawang merah 7. Pengembangan agroindustri mangga 8. Pengembangan Grading packaging - Subsektor Peternakan: 9. Pengembangan sarana pengolahan limbah 10. Pembangunan pasar ternak unggas 11. Pengembangan agroindustri daging olahan 12. Pengembangan agroindustri susu 13. Pengembangan los daging 14. Pengembangan pasar ternak 15. Peningkatan sarana RPA coolbox - Subsektor perkebunan: 16. Agroindustri gula merah 17. Penanganan pasca panen perkebunan 18. Pengembangan agroindustri perkebunan gambir 19. Pengembangan agroindustri kopi rakyat 20. Pengembangan agroindustri minyak atsiri/minyak nilam 21. Pengembangan mutu kakao 22. Peningkatan mutu ekspor kopi Secara rinci, kegiatan tugas pembantuan kabupaten sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
60
5.3.1.
Penanganan pasca panen padi dan jagung
Kondisi pasca panen padi dan jagung saat ini, yaitu sarana dan teknologi pasca panen masih terbatas, pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penanganan pasca panen serta kesadaran dan kepedulian terhadap penanganan pasca panen masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk menekan kehilangan hasil pasca panen padi dan jagung serta meningkatkan mutu hasil padi dan jagung yang dihasilkan oleh petani. Output: perbaikan penanganan pasca panen padi dan jagung Kegiatan utama: • Site manajer • Peralatan pasca panen • Bimbingan teknis Contact person: Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382
5.3.2.
Peningkatan efisien penanganan pasca panen
Pada saat ini nilai tambah produk pertanian rendah, keuntungan usaha pasca panen belum maksimal. Untuk perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, serta meningkatkan keuntungan usaha pasca panen tanaman pangan Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk peningkatan efisiensi penanganan pasca panen yaitu penyediaan alsintan pasca panen dan bimtek manajemen usaha pasca panen. Output: perbaikan penanganan pasca panen Kegiatan utama: • Pemberian peralatan pasca panen • Bimbingan teknis Contact person: Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
61
5.3.3.
Revitalisasi penggilingan padi kecil
Kondisi penggilingan padi kecil saat ini yaitu Rendemen beras masih rendah (62,3 %) dan Mesin PPK sudah berumur tua dan konfigurasinya sistem 1 pass. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan rendemen beras dan mengembangkan konfigurasi sistem 2 pass. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi penyediaan mesin pasca panen (mesin panen, terpal, thresher, lantai jemur, dll) dan bimbingan teknis. Output: Meningkatnya rendemen hasil penggilingan padi kecil Kegiatan utama: • Bantuan peralatan mesin pasca panen • Bimbingan teknis Contact person: Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382 5.3.4.
Revitalisasi UPJA
Usaha pelayanan jasa alat mesin (UPJA) banyak yang berjalan kurang optimal. UPJA pada saat ini perlu dikaji kembali dengan pendekatan yang lebih komprehensif yakni mengarah ke semakin terintegrasinya subsistem hulu dan hilir dalam system dan usaha agribisnis padi. Pada tataran ini, peran UPJA perlu lebih ditingkatkan. Oleh sebab itu pemikiran untuk merevitalisasi peran UPJA dalam mendukung meningkatkan ketahanan pangan nasional sangat relevan untuk dilakukan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan UPJA senantiasa bersumber pada kurang tersedianya alat mesin pasca panen dan penggunaan/ penarapan alat mesin pasca panen yang belum dilakukankan secara optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan revitaliasasi UPJA. Bagaimanapun UPJA hingga saat ini masih memainkan peran yang penting dalam sistem dan usaha agribisnis padi untuk memperbaiki taraf hidup petani/ kelmpok tani sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional. Revitalisasi UPJA bertujuan : Meningkatkan peran UPJA dalam sistem dan usaha agribisnis padi seperti menjadi mitra sinergis dan menjadi pusat penanganan pasca panen dan dan pemasaran gabah/ beras, Memperbaiki kinerja UPJA baik dari segi teknis maupun manajemen, Mengembangkan kemitraan UPJA dengan berbagai pihak terkait
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
62
Kegiatan revitalisasi UPJA mencakup : fasilitasi alsintan pasca panen, bimbingan teknis dan manajemen UPJA, pertemuan, Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi. Output: berjalannya UPJA Kegiatan utama: • Site manajer • Bantuan peralatan mesin pasca panen • Bimbingan teknis • Dukungan pasar tani Contact person : Kasubdit Pasca Panen Tanaman Pangan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp.021-7816382 5.3.5.
Agroindustri pengolahan pisang
Pengembangan agroindustri pengolahan pisang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi pisang dalam rangka mendukung ketersediaan produk olahan pisang sebagai bahan dalam pengembangan dan percepatan diversifikasi pangan. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) pisang sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi pisang. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan roduksi yang tersedia. Output: Berkembangnya agroindustri pisang Kegiatan utama: • Pendampingan oleh Site manager • Bimbingan teknis • Faslitasi peralatan mesin pengolahan Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. (021)78842569, HP 0818830047 email: jamil @deptan.go.id atau
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
63
5.3.6.
Pengembangan agroindustri bawang merah
Pengembangan agroindustri bawang merah bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi bawang merah dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) bawang merah sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi bawang. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan roduksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri bawang merah Kegiatan utama: • Pendampingan oleh Site manager • Fasilitasi peralatan mesin pengolahan • Bimbingan teknis Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. (021)78842569, HP 0818830047 email: jamil @deptan.go.id atau
[email protected]
5.3.7.
Pengembangan agroindustri mangga
Pengembangan agroindustri mangga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi mangga dalam rangka mendukung ketersediaan produk olahan mangga. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) mangga sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi bawang. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan roduksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri mangga Kegiatan utama:
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
64
• Pendampingan oleh site manager • Fasilitasi pengembangan peralatan agroindustri hortikultura • Bimtek Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. (021)78842569, HP 0818830047 email: jamil @deptan.go.id atau
[email protected]
5.3.8.
Pengembangan Grading packaging
Pengembangan grading packaging pada farmgate marketing difokuskan dalam upaya meningkatkan mutu dan tampilan produk-produk hortikultura agar memberikan nial tambah bagi petani dan memiliki daya saing di pasar nasional dan internasional. Output: berjalannya kegiatan grading packaging Kegiatan utama: • Fasilitasi grading packaging • Bimbingan teknis agroindustri pengolahan Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp.021-7815880. 5.3.9.
Pengembangan sarana pengolahan limbah
Biomassa hasil pertanian dipedesaan cukup memungkinkan diolah sebagai bahan kompos dan biogas, karena ketersediannya cukup namun belum banyak dimanfaatkan. Pengembangan percontohan pengolahan kompos dan bogas bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah biomassa dan limbah ternak dalam rangka mendukung ketersediaan pupuk dan bahan bakar di pedesaan. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan kompos dan biogas sampai beroperasi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
65
Output: Berdirinya sarana pengolahan limbah Kegiatan utama: • Fasilitasi alat dan bangunan biogas • Fasilitasi alat dan bangunan kompos Contact person : Kasubdit Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp. 021-78842569, email: Susanto @deptan.go.id 5.3.10. Pembangunan pasar ternak unggas Tuntutan pasar ternak yang modern dan higienis serta tuntutan masyarakat akan produk hasil ternak berkualitas merupakan salah satu tujuan pengembangan pasar ternak. Fasilitasi bantuan alat pasar ternak dan bimbingan teknis diharapkan dapat mengakselerasi terwujudnya pasar ternak higienis yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Diharapkan dengan adanya kegiatan pengembangan pasar ternak, maka akan tersedianya pasar ternak yang nyaman, meningkatnya akses peternak dalam penentuan pasar, meningkatnya posisi tawar peternak dalam pemasaran hasil, serta tersedianya komoditi ternak yang tepat mutu, tepat harga dan tepat waktu. Output: Berdirinya pasar ternak unggas Kegiatan utama: • Bimbingan teknis • Pengadaan alat pasar ternak • Fasilitasi bangunan pasar ternak Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880. 5.3.11. Pengembangan agroindustri daging olahan Pengembangan agroindustri daging olahan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi daging dari peternak dalam rangka mendukung ketersediaan daging olahan nasional. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) daging olahan sampai beroperasi di daerah sentra-sentra ternak. Untuk itu pengadaan alat-alat
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
66
dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri daging olahan Kegiatan utama: • Site manager • Alat dan mesin pengolahan daging • PMUK Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected]
5.3.12. Pengembangan agroindustri susu Pengembangan agroindustri susu bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi susu dari peternak dalam rangka mendukung ketersediaan susu nasional. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) susu sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi susu. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH susu serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri susu Kegiatan utama: Fasilitasi pengembangan agroindystri susu Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
67
5.3.13. Pengembangan los daging Dalam rangka melengkapi sarana pasar ternak, maka dibangun los daging sebaga sarana penjualan produk ternak. Selain itu pula dilengkapinya berupa sarana dan alat los daging. Kegiatan ini dilaksanakan di Kab Jayapura. Output: Tersedianya sarana dan prasarana los daging Kegiatan utama: • Sarana dan alat los daging • Bangunan los daging Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880.
5.3.14. Pengembangan pasar ternak Tuntutan pasar ternak yang modern dan higienis serta tuntutan masyarakat akan produk hasil ternak berkualitas merupakan salah satu tujuan pengembangan pasar ternak. Fasilitasi bantuan alat pasar ternak dan bimbingan teknis diharapkan dapat mengakselerasi terwujudnya pasar ternak higienis yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Diharapkan dengan adanya kegiatan pengembangan pasar ternak, maka akan tersedianya pasar ternak yang nyaman, meningkatnya akses peternak dalam penentuan pasar, meningkatnya posisi tawar peternak dalam pemasaran hasil, serta tersedianya komoditi ternak yang tepat mutu, tepat harga dan tepat waktu. Output: Tersedianya pasar ternak bagi para peternak dan pelaku Kegiatan utama: • Bimbingan teknis • Pengadaan alat pasar ternak • Fasilitasi bangunan pasar ternak Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp.021-7815880.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
68
5.3.15. Peningkatan sarana RPA (coolbox) Sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan pelayanan pemotongan dan pemasaran hewan potong, maka dilakukan peningkatan fasilitas Rumah Potong Ayam (RPA), beserta sarana angkutan pemasaran yang memiliki fasilitas berpendingin (cool box). Kegiatan ini dilaksanakan di Padang Pariaman (Sumbar). Output: berjalannya rumah potong ayam secara optimal Kegiatan utama: • Sarana RPA • Kendaraan angkutan cool box Contact person : Kasubdit sarana dan kelembagaan pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP telp. 021-7815880. 5.3.16. Agroindustri gula merah Pengembangan agroindustri gula merah bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi kelapa/aren/tebu dalam rangka mendukung ketersediaan gula nasional. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) gula merah sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri gula merah Kegiatan utama: • Site manager • Alat pengolahan gula merah • Bangunan • PMUK Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
69
5.3.17. Penanganan pasca panen perkebunan Salah satu upaya dalam mendukung pengembangan produk perkebunan utama seperti kopi, kakao dan karet sebagai andalan ekspor yaitu melalui kegiatan usaha yang terintegrasi dalam pengolahan dan pemasaran produk. Diharapkan mutu komoditi perkebunan tersebut dapat diperbaiki sesuai SNI, sehingga pemasaran akan terbuka lebar. Untuk menghasilkan produk perkebunan yang berkualitas dapat dilaksanakan salah satunya dengan penerapan pasca panen sesuai dengan GHP. Tujuan dari penanganan pasca panen komoditi perkebunan adalah agar petani mampu memproduksi komoditi andalan tersebut yang sesuai dengan SNI sehingga para petani akan mendapatkan insentif atau perbedaan harga yang signifikan. Output: peningkatan mutu produk perkebunan melalui penanganan pasca panen sesuai standar nasional. Kegiatan utama: • Bantuan alat pasca panen • Fasilitasi bangunan • Bimbingan teknis • Penguatan modal usaha Contact person: Kasubdit Pasca Panen Perkbunan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382.
5.3.18. Pengembangan agroindustri perkebunan gambir Pengembangan agroindustri gambir bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi gambir dalam rangka mendukung ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan gambir. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) gambir sampai beroperasi di daerah sentrasentra produksi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
70
Output: Terlaksananya agroindustri gambir Kegiatan utama: • Site manager • Alat pengolahan gambir • bangunan • PMUK Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected] 5.3.19. Pengembangan agroindustri kopi rakyat Pengembangan agroindustri kopi rakyat bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi kopi dalam rangka mendukung ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan olahan kopi domestik da ekspor. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan Unit Pengolahan Hasil (UPH) kopi sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: Terlaksananya agroindustri kopi Kegiatan utama: • Site manager • Alat pascapanen dan pengolahan kopi • Bangunan • PMUK Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp (021)78842569 atau email
[email protected]
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
71
5.3.20. Pengembangan agroindustri minyak atsiri/minyak nilam Pengembangan agroindustri atsiri bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi atsiri seperti nilam dan lainnya dalam rangka mendukung ketersediaan bahan baku produk olahan dan turunan atsiri. Dalam kegiatan ini akan dikembangkan unit pengolahan hasil (UPH) atsiri/nilam sampai beroperasi di daerah sentra-sentra produksi atsiri. Untuk itu pengadaan alat-alat dan bangunan UPH serta bimbingan teknis sangat penting dalam kegiatan ini. Oleh karena itu kegiatan ini membutuhkan pengawalan dan perhatian khusus terutama dalam penetapan CPCL, kesiapan gapoktan penerima, penentuan peralatan yang dibutuhkan serta pilihan teknologi dan ketersediaan infrastruktur seperti daya listrik dan jalan produksi yang tersedia. Output: berkembangnya pengolahan minyak atsiri Kegiatan utama: • Bimbingan teknis • Pengadaan alat pengolahan • Fasilitasi bangunan Contact person : Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP telp 021-78842569 atau email
[email protected]
5.3.21. Pengembangan mutu kakao Kakao merupakan komoditi ekspor andalan namun potensi produksi belum diikuti oleh mutu yang sesuai permintaan pasar, karena penanganan pasca panen kakao belum dilakukan dengan baik dan benar. sehingga mutu biji kakao kering yang dihasilkan petani tercampur dengan benda-benda asing, pengeringan yang kurang sempurna sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur serta volume biji kakao yang difermentasi relatif sedikit sehingga para pedagang pengumpul mencampurkan antara kakao fermentasi dan non fermentasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah diharapkan petani mampu menerapkan sistem jaminan mutu sehingga mampu memproduksi biji kakao fermentasi yang sesuai dengan SNI. Dengan demikian para petani akan mendapatkan insentif atau perbedaan harga yang signifikan antara biji kakao yang fermentasi dan non fermentasi. Adapun pelaksanaan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
72
kegiatan tersebar di 14 Kabupaten (TP Kabupaten) dan 11 Provinsi (Dekon) yang mencakup Bimbingan Teknis dan Fasilitasi alat pasca panen kakao, seperti Bok fermentasi, mesin pemecah buah, mesin pemisah lender, sortasi biji, alat pengukur kadar air, bangunan UPH kakao. Kegiatan ini bila dikaitkan dengan kegiatan tahun sebelumnya adalah merupakan tindak lanjut dari gerakan nasional kakao fermentasi yang telah dicanangkan oleh Mentan. Output: meningkatnya mutu kakao melalui penanganan pasca panen sesuai standar. Kegiatan utama : • Membentuk Site manajer • Fasilitasi box fermentasi, mesin pemecah buah, mesin pemisah lender dan nipe, mesin sortasi biji, alat pengukur kadar air, • Fasilitasi bangunan TPH kakao • Fasilitasi alat panen/pasca panen/pengolahan • PMUK Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382. 5.3.22. Peningkatan mutu ekspor kopi Salah satu upaya dalam mendukung pengembangan kopi sebagai andalan ekspor adalah melalui kegiatan usaha yang terintegrasi dalam pengolahan dan pemasaran kopi. Agar mutu kopi yang diharapkan dapat diperbaiki sesuai SNI, pemasaran lebih mudah. Untuk menghasilkan biji kopi yang bermutu dapat dilaksanakan penerapan system jaminan mutu (GHP, GMP). Tujuan dari Peningkatan Mutu Biji Kopi untuk Ekspor Petani adalah agar petani mampu memproduksi biji kopi yang sesuai dengan SNI sehingga para petani akan mendapatkan insentif atau perbedaan harga yang signifikan. Output: meningkatnya mutu kopi kualitas ekspor melalui perbaikan penanganan pasca panen. Kegiatan utama : • Membentuk Site Manajer • Fasilitasi alat pengupas kulit buah, pencuci biji, pengering, alat sortasi, • Fasilitasi bangunan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
73
Contact person : Kasubdit Pasca Panen Perkebunan, Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP telp. 021-7816382.
5.4.
DUKUNGAN DANA BERKAITAN KEGIATAN PENUNJANG
DENGAN
Direktorat
ADMINSTRASI
DAN
Dalam pelaksanaan kegiatan, diperlukan dukungan dana berkaitan dengan administrasi kegiatan dan kegiatan penunjang lainnya. Untuk itu Dalam kegiatan TA. 2010 dana kegiatan administrasi dan dana penunjang kegiatan yang tercantum dalam Petunjuk Operasional Kerja, adalah berikut ini. 5.4.1. Honor Yang Terkait Dengan Operasional Satuan Kerja Kegiatan ini diperuntukkan bagi pelaksana kegiatan seperti honor KPA, PPK, pejabat penguji dan penandatangan SPM, Bendahara pengeluaran / PUMK. Staf pengelola keuangan, pejabat pengadaan barang /jasa, panitia pengadaan barang dan jasa terkait dengan pengadaan barang/jasa, kegiatan opersional, panitia pemeriksa/penerima barang/ jasa, petugas SAI, Pembantu Pelaksana Kegiatan dsb. 5.4.2. Site Manager Pendampingan harus dilakukan secara terus menerus dengan memberikan bimbingan dalam pengembangan usahanya, oleh karena itu pada Tahun 2010 ini site manager tetap dilanjutkan yang pada prinsipnya sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan diberikannya bantuan peralatan, sarana pasca panen/pengolahan dan pemasaran serta penguatan modal usaha kepada Kelompoktani/Gapoktan, maka peran site manager sangat diperlukan dalam hal: •
•
pendampingan dan bimbingan agar mampu memanfaatkan bantuan sarana/peralatan PPHP dan modal usaha secara benar, efisien, dan efektif. mengantarkan Kelompok tani/Gapoktan mendapatkan akses ke sumber-sumber permodalan yang dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
74
• •
Kementerian Pertanian, Bank, lembaga pembiayaan atau instansi lainnya. Membantu dan mendampingi Kelompok tani/Gapoktan dalam menjalankan usaha mandiri PPHP. membantu memonitor kegiatan beberapa komoditi strategis nasional di daerah lokasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pendampingan oleh Site Manager adalah sebagai berikut: (1)
(2)
(3) (4)
(5)
(6)
(7) (8)
Pemilihan/ Rekruitmen Site Manager dilakukan secara terbuka dan adil oleh Tim Dinas Kabupaten / Kota pada bulan JanuariPebruari 2010 Persyaratan Site Manager: - Bukan PNS / Bukan Pegawai Pemerintah - Minimal Sarjana, punya kompetensi di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, jujur dan bertanggung jawab. Site Manager mendapatkan honor maksimum Rp. 1.400.000/ bulan, tersedia selama 10 Bulan. Site Manager bertugas untuk mendampingi dan membimbing kelompok-kelompok usaha (GAPOKTAN) secara terus menerus (full time). Tugas utama site Manager adalah memberdayakan Usaha, Kelompoktani/GAPOKTAN melalui pendampingan di bidang antara lain : a. Manajemen usaha dan pemasaran b. Teknis penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran. c. Teknis mutu, packaging, labeling. d. Kemitraan usaha dan pemasaran, e. Mendapatkan akses ke sumber pendanaan /permodalan, teknologi, informasi dll Rekruitment Site Manager agar dilakukan lebih awal dan tidak harus menunggu pengadaan alat, dapat dilakukan dalam rangka persiapan kelompok, pembinaan teknis, dll. Site Manager wajib melaporkan kegiatannya kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setiap bulannya. Pengangkatan Site Manager dengan keputusan Kepala Dinas/ KPA. Berlaku selama 10 bulan dan dikemudian hari tidak akan menuntut sebagai tenaga honorer/ PNS.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
75
5.4.3. Belanja Bahan Pengeluaran yang digunakan untuk belanja bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai) seperti: ATK, konsumsi/makanan, bahan cetakan, dokumentasi, spanduk, biaya foto copy dll yang diperlukan dalam kegiatan non operasional seperti pameran, seminar, pertemuan, sosialisasi, rapat dll. 5.4.4. Belanja Barang Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. Dalam pengertian belanja tersebut termasuk honorarium yang diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang/jasa. Belanja barang dapat dibedakan menjadi Belanja Barang (Operasional dan Non Operasional) dan Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan dinas. Pengeluaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan non operasional dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan satuan kerja. Pengeluaran – pengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini antara lain : Belanja Bahan, Belanja Barang Transito, Honor yang terkait dengan output, Belanja Barang Lainnya yang secara langsung menunjang kegiatan non operasional. Untuk kegiatan pengadaan peralatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta sarana / bangunan yang akan diserahkan kepada masyarakat, tahun 2010 menggunakan akun Belanja Barang non Operasional lainya. Bagan Akun Standar tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tanggal 7 Juli 2009 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) dan Penyusunan Penelaahan Pengesahan dan Pelaksanaan DIPA Tahun 2010. 5.4.5. Bantuan Sosial Transfer uang atau Barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
76
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang / barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif. Untuk kegiatan Ditjen PPHP tahun 2010 Bantuan Sosial diberikan dalam bentuk transfer uang kepada Kelompoktani/ Gapoktan, di dalam POK masuk pada MAK 573119 Belanja Lembaga Sosial lainya, dengan uraian kegiatan dalam POK dalam bentuk Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), Bantuan Langsung Masyarakat LM3, Bantuan Operasionalisasi kegiatan. Pelaksanaan kegiatan Bantuan Sosial mengacu pada Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Kepada Petani Tahun 2009 yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian dan Peraturan Ditjen Perbendaharaan. 5.4.6. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta biaya langsung lainya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat dan effisiensi peralatan dan mesin (kontraktual). 5.4.7. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran untuk renovasi/pembangunan gedung dan/atau bangunan lainnya yang dilakukan secara kontraktual dan non kontraktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan. Dalam komponen belanja modal gedung dan bangunan meliputi biaya pembelian atau biaya kontruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, pajak, dan perencanaan / pengawasan. Dalam rangka kontinuitas realisasi keuangan dan fisik, maka pola pembayaran dalam pengadaan alat dan bangunan/gedung disarankan menggunakan sistem pembayaran per termin. Selain itu, proses pengadaan barang dan jasa seyogyanya dilaksanakan sejak awal tahun
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
77
anggaran sepanjang telah memungkinkan dilaksanakannya kegiatan tersebut, misalnya sejak bulan April 2010. Mengenai tatacara pengadaan peralatan/barang/jasa serta bangunan, harus berpedoman kepada Kepres 80 tahun 2003 beserta perubahanya.
5.4.8. Bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Tujuan Bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok adalah untuk membantu menyediakan modal usaha dalam bentuk uang kepada usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang dilaksanakan oleh kelompok kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah Kelompoktani atau Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), yakni kumpulan dari kelompok tani yang mempunyai usaha pasca panen, pengolahan, dan/ atau pemasaran hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/ atau peternakan, yang: (1)
Mempunyai pengurus aktif (minimal Ketua, Sekretaris, dan Bendahara) dan aturan organisasi yang dibuktikan dengan Berita Acara pembentukan Kelompok/gabungan kelompok tani yang disetujui anggota dan usahanya telah berjalan.
(2)
Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah serta tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia.
(3)
Mengusahakan penanganan pasca panen, pengolahan, dan/atau pemasaran komoditas strategis yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian yang mempunyai potensi dan prospek pasar yang jelas.
(4)
Mempunyai proposal kegiatan dan rencana penggunaan anggaran untuk mengembangkan penanganan pasca panen, pengolahan, dan/atau pemasaran hasil pertanian.
(5)
Lolos seleksi dan disetujui oleh tim teknis Dinas lingkup pertanian Kabupaten/ Kota.
(6)
Bersedia mengikuti pertanian.
petunjuk/pembinaan
dari
Dinas
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
lingkup
78
Tata Cara Seleksi kelompok sasaran adalah sebagai berikut: (1)
Proses seleksi kelompok sasaran dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, yang dibentuk oleh Dinas lingkup pertanian atau pemerintah daerah setempat, yang keanggotaannya sedapat mungkin terdiri dari wakil pemerintah, swasta/ masyarakat, Proses seleksi dilakukan secara terbuka dan adil, dan ditetapkan secara musyawarah atas dasar kepentingan efektivitas pengembangan usaha penanganan pasca panen, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian untuk sebesar-besarnya peningkatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat.
(2)
Seleksi kelompok sasaran setidaknya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yakni:
(3)
(a)
Tahap 1 – Evaluasi Dokumen Proposal. Dalam tahap ini Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan penilaian terhadap dokumen proposal/rencana usaha yang diajukan oleh kelompok sasaran. Proposal/rencana usaha paling sedikit harus memuat informasi tentang: profil usaha yang dilakukan kelompok, sarana/aset yang dimiliki, potensi dan peluang usaha yang dapat dikembangkan, rencana usaha yang akan dilakukan, kelayakan rencana usaha dan prospek pasarnya, rincian alat/ dan besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha kelompok, serta kelengkapan administrasi kelompok yang diperlukan.
(b)
Tahap 2 – Kunjungan Lapang. Kunjungan lapang ke tempat usaha kelompok dibutuhkan untuk memverifikasi kesesuaian informasi dalam proposal dengan kenyataan sebenarnya yang ada di lapang. Ini sangat diperlukan sebagai acuan tambahan dalam penetapan kelompok calon penerima bantuan.
Hasil seleksi dituangkan dalam Berita Acara yang memuat daftar kelompok yang ditetapkan sebagai penerima bantuan/dana PMUK.
Penyaluran Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) melalui mekanisme penyaluran langsung (LS) ke rekening kelompok sasaran yang telah ditetapkan. Tatacara penyaluran dana didasarkan pada Surat Edaran Menteri Pertanian dan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
79
Pemanfaatan Dana PMUK adalah untuk : (1). Dana PMUK yang tersedia di Satker Kabupaten/Kota dapat digunakan untuk membiayai lebih dari satu kelompok, bergantung pada besarnya pagu yang tersedia dan jumlah proposal yang layak untuk mendapatkan dana. (2). Untuk modal usaha dalam rangka mengembangkan usaha dan memperluas pemasaran, sarana pemasaran, menambah sarana pengolahan, kemitraan usaha. (3). Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan, khususnya untuk pelatihan tenaga pendamping, pengurus, dan anggota kelompok.
Pemupukan modal kelompok, dilakukan untuk menjadikan dana yang diserahkan kepada kelompok menjadi modal kelompok lain, setelah usaha kelompok yang bersangkutan mandiri dan dapat mengakses ke sumber-sumber permodalan/ perbankan. Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) yang diberikan kepada kelompoktani/GAPOKTAN diarahkan untuk mendidik dan memotivasi sehingga memberikan dampak yang lebih luas kepada kelompoktani/ GAPOKTAN lainnya.
5.4.9. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Selain kelompok tani / Gapoktan di tingkat perdesaan terdapat pula lembaga yang selama ini tumbuh dan mengakar di masyarakat atau yang dikenal dengan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). LM3 tersebut berbasis keagamaan: pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara, pura, subak dan lainnya yang sebagian LM3 juga bergerak di bidang agribisnis. LM3 yang bergerak di bidang agribisnis ini dapat dijadikan sebagai percontohan dan pusat-pusat pengembangan agribisnis di lokalita setempat. Keberadaan LM3 tersebut selama ini diterima baik oleh masyarakat sekitar karena turut berperan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat dan memiliki peran besar bagi pengembangan para santri/siswa maupun masyarakat sekitar serta perannya berdimensi luas yang mencakup bidang keagamaan, ekonomi, maupun sosial kemasyarakatan. Kementerian
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
80
Pertanian setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pembinaan, pelatihan, penyaluran bantuan dan pemantauan LM3. Mulai tahun 2004 Kementerian Pertanian melaksanakan Program Aksi Pemberdayaan LM3 terpilih pada pondok pesantren, paroki, seminari, pasraman, vihara dan lainnya sebagai pilot proyek dan percontohan. Program Aksi Pemberdayaan LM3 diharapkan dapat mempercepat berkembangnya LM3 berbasis agribisnis, mendorong terbentuknya jaringan kelembagaan agribisnis, meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitar lokasi untuk mengembangkan agribisnis serta mempercepat tumbuhnya embrio pembentukan inti kawasan agribisnis. Pada tahun anggaran 2010 dalam DIPA Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tersedia anggaran untuk fasilitasi pengembangan LM3 dan bantuan sarana/alat pengolahan untuk menunjang pengembangan usaha agribisnis pada unit-unit usaha LM3. Diharapkan dengan adanya pembinaan yang berkelanjutan disertai dengan pemberian bantuan sarana pengolahan akan mampu memacu tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis yang selama ini telah dikembangkan pada LM3 penerima bantuan. Dinas lingkup Pertanian Provinsi dan Kabupaten berperan melakukan pembinaan, koordinasi, pemantauan dan pengendalian pemberdayaan dan pengembangan LM3. Tabel 2. Rancangan alokasi kegiatan melalui pemberdayaan LM3 dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. No. 1.
Wilayah Kegiatan Pusat
2.
Provinsi
3.
Kabupaten / Kota
Keterangan (a) dialokasikan untuk kegiatan pengelolaan dan penyusunan kebijakan. (b) dialokasikan langsung ke LM3 terpilih di Kabupaten/Kota (yang ditentukan melalui proses seleksi) Dialokasikan dana pembinaan dari dana regular Dana Dekonsentrasi Blok grant untuk LM3 terpilih langsung disalurkan dari Pusat melalui skim BLM (Bantuan Langsung Masyarakat)
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
81
Proses pengajuan kegiatan LM3 dan mekanisme penetapan LM3 diatur tersendiri pada Pedum LM3. (Contact person : Sekretariat LM3 Ditjen PPHP, telp. 021 7827275 )
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
82
Bab 6 MONEV, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN __________________________________________________________________
6.1.
PENGENDALIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
Pengendalian kegiatan dan anggaran merupakan kegiatan yang cukup penting mengingat banyaknya kendala dan permasalahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran. Disamping itu tuntutan agar pengelola kegiatan, anggaran dan penerima manfaat dapat bekerja sama serta melaksanakan tugas secara transparan, akuntabel, penegakan hukum dan perlakuan yang adil/ kesetaraan. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian terhadap implementasi kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan pertanian di daerah dengan tujuan: a)
b) c)
d)
Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran dengan tujuan sasaran yang ingin di capai. Mengantisipasi secara dini terhadap permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusinya Mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan pelaksanaan kegiatan dan penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai dengan rencana serta sasaran yang ingin dicapai. Mendapatkan bahan untuk dijadikan masukan perbaikan dan kelancaran pengelolaan anggaran dan kegiatan.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
83
6.1.1. Ditjen PPHP Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan lingkup Kementerian Pertanian maka pengendalian kegiatan dan anggaran kinerja ini dilakukan oleh unit kerja Eselon I termasuk Ditjen PPHP sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Hal ini mengingat beragamnya komoditas yang dkembangkan di daerah serta jenis kegiatan yang dilaksanakan. Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah: 1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis di daerah melalui penerbitan Pedoman Umum sebagai acuan / rambu – rambu dalam operasional kegiatan 2) Sosialisasi Pedoman Umum sebelum tahapan pelaksanaan kegiatan 3) Bimbingan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran kinerja. 4) Peningkatan kualitas SDM melalui sosialisasi, workshop atau pelatihan 5) Melakukan kunjungan ke daerah untuk melakukan supervisi pembinaan, bimbingan, monitoring, evaluasi, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol yang diberikan dapat mendukung keberhasilan kegiatan di daerah 6) Melakukan evaluasi semesteran dan tahunan untuk mengetahui kinerja keseluruhan dan menjadi dasar perencanaan program dan anggaran berikutnya 6.1.2. Dinas lingkup pertanian Provinsi dan Kabupaten/ Kota Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, maka operasional kegiatan tidak lepas dari kendali pimpinan instansi pelaksana. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian intensif sebagai berikut: 1) Memberikan bimbingan administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan. 2) Menyusun prosedur tata kerja, jaringan kerja, dan koordinasi dengan instansi terkait pusat maupun daerah di dalam operasional kegiatan. 3) Membentuk Tim Satuan Pelaksana Sistem Pengendali Intern (SPI).
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
84
6.2. PENGAWASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, pengawasan fungsional pembangunan pertanian masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dan pengawasan melekat oleh pejabat pimpinan pelaksana fungsi manajemen (eselon I dan II ). Pengawasan dapat dilakukan setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional kegiatan program dan anggaran kinerja pembangunan pertanian secara eksternal juga dilakukan oleh aparatur pengawasan seperti BPK dan BPKP. Pengawasan yang dilaksanakan berupa pemeriksaan reguler yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek pemeriksaan lingkup Kementerian Pertanian berdasarkan program kerja pengawasan tahunan maupun pemeriksaan non reguler. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja. Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya relatif besar, mempunyai aspek pelayanan masyarakat, serta mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan pembangunan pertanian dan bidang-bidang rawan kebocoran. Sistem dan upaya pengawasan terus dikembangkan dan disempurnakan melalui berbagai langkah yang efektif agar dapat mengamankan kebijakan pembangunan pertanian secara berdaya guna dan berhasil guna. Upaya tersebut dilakukan melalui penyempurnaan dan pemanatapan sistem dan proses penyusunan program kerja pemeriksaan dengan mengikutsertakan secara aktif unsur-unsur perencana dan pelaksana. Dalam rangka mendukung implementasi program dan anggaran kinerja, maka pemeriksaan yang dilakukan meliputi : a.
b.
Pemeriksaan kinerja aparat pengelolaan kegiatan, yaitu pemeriksaan apakah sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Pemeriksaan yang mengarah pada pelaksanaan wewenang sesuai tupoksi, apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
85
c.
d.
e.
f.
sehingga akan dapat merekomendasikan penyempurnaan pada kegiatan yang akan datang. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja, dimana instansi pelaksana kegiatan mempertanggungjawabkan keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan wewenang dan tupoksi instansi tersebut. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan pendalaman untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang bersumber dari laporan masyarakat. Pemeriksaan ini termasuk pula untuk pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu terhadap adanya dugaan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan wewenang. Setiap satker baik pusat maupun daerah wajib melakukan tindak lanjut hasil pengawasan yang tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan melaporkan, serta menyampaikan bukti-bukti penyelesaian tindak lanjut kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya LHP. Dalam melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan, satker tidak perlu lagi melakukan klarifikasi atas temuan hasil pemeriksaan, tetapi saran-saran atau rekomendasi yang disampaikan oleh tim pemeriksa tersebut agar segera ditindaklanjuti.
6.3. MONITORING DAN EVALUASI Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes) dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja, yang sekurang-kurangnya meliputi : 1) indikator masukan, 2) indikator keluaran dan 3) indikator hasil/ manfaat.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
86
Penetapan indikator kinerja tersebut adalah untuk: a. b.
c.
Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan dilaksanakan. Membangun konsensus, untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kegiatan termasuk dalam melakukan penilaian kinerja instansi yang melaksanakannya. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja suatu instansi/ organisasi.
Perlu disadari bahwa daya guna dan hasil guna sistem pengukuran kinerja tergantung pada pemantauan yang cermat dan tindakan korektif yang dilakukan. Pengukuran kinerja merupakan proses yang berkelanjutan dan memerlukan penelitian kinerja secara terus menerus untuk diperoleh bukti adanya akurasi, kelengkapan dan kegunaannya Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal (ex-ante), saat pelaksanaan (on-going) dan akhir (ex-post) pelaksanaan kegiatan. Materi evaluasi mencakup aspek administrasi, aspek teknis dan anggaran. Evaluasi dilakukan di masing-masing Satker (pusat, provinsi, kabupaten/ kota) sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab masing-masing. Selain di tingkat Satker, masing-masing penanggungjawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan evaluasi program dan kegiatan secara menyeluruh hendaknya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh masing-masing Satker.
6.4. PELAPORAN Landasan hukum pelaporan adalah Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional; PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Pelaporan hasil kegiatan program dan anggaran kinerja ini, merupakan salah satu bentuk media penyampaian informasi terhadap serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan sampai pada akhir pelaksanaan. Melalui laporan yang baik akan dapat dilihat sejauhmana perkembangan pelaksanaan, hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
87
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/ 2008 maka SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan wajib menyusun laporan pertanggung jawaban yang meliputi : (1) Laporan Manajerial dan (2) Laporan Akuntabilitas. (1) Laporan Manajerial mencakup : a. Perkembangan realisasi fisik dan penyerapan dana b. Pencapaian target keluaran c. Kendala yang dihadapi d. Saran tindaklanjut (2) Laporan Akuntabilitas meliputi Laporan Keuangan dan Laporan Barang Laporan Keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan realisasi Anggaran, Catatan atas laporan keuangan. Laporan Barang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penatausahaan BMN. 6.4.1. Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup Kementerian Pertanian mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2006, tentang tata cara pengadaan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian No. 484/SE/RC.040/A/6/07 tanggal 13 Juni 2007 tentang tata cara, waktu dan format penyampaian laporan kinerja pelaksanaan kegiatan dan keuangan APBN lingkup Kementerian Pertanian. Aparat pelaksana kegiatan di kabupaten/ kota, provinsi dan unit kerja pusat wajib membuat laporan kinerja pelaksanaan kegiatan APBN Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan tata cara sebagai berikut : a. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/ Kota dengan menggunakan data SP2D menyusun dan menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan kegiatan dana Tugas Pembantuan Kabupaten/ Kota sebagai berikut : − Laporan bulanan untuk disampaikan kepada Dinas lingkup Pertanian Provinsi yang tugas dan kewenangannya sama, dengan menggunakan Form A sesuai PP 39 tahun 2006 yang telah
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
88
−
dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV tahun 2008 dan menyampaikan copy file (back up) data kepada Ditjen PPHP, paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya. Laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Bappeda Kab/ Kota dengan menggunakan Form C sesuai PP 39 tahun 2006, paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah triwulan yang bersangkutan.
b. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dengan menggunakan data SP2D menyusun dan menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan kegiatan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi sebagai berikut : − Laporan bulanan untuk disampaikan kepada Ditjen PPHP dengan menggunakan Form A sesuai PP 39 tahun 2006 yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV dan menyampaikan copy file (back up) data kepada Ditjen PPHP, yang disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya. − Laporan evaluasi kinerja dana Tugas Pembantuan Kabupaten/ Kota setelah menerima laporan dari Kabupaten/ Kota di lingkup Provinsi, untuk disampaikan kepada Ditjen PPHP dengan menggunakan Form B sesuai PP 39 tahun 2006, paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. − Laporan triwulan untuk disampaikan kepada Gubernur melalui Kepala Bappeda Provinsi dengan menggunakan Form C sesuai PP 39 tahun 2006, paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah triwulan yang bersangkutan. c. Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat dengan menggunakan data SP2D menyusun dan menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : − Laporan bulanan untuk disampaikan kepada Ditjen PPHP dengan menggunakan Form A sesuai PP 39 tahun 2006 yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV dan menyampaikan copy file (back up) data kepada Eselon I terkait, paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
89
−
Laporan triwulan untuk disampaikan kepada Kepala Bappeda dimana lokasi kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan Form C sesuai PP 39 tahun 2006, paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah triwulan yang bersangkutan.
d. Dirjen PPHP menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal sebagai berikut : − Laporan bulanan dengan menggunakan Form B sesuai PP 30 Tahun 2006 dengan aplikasi software SIMONEV berdasarkan laporan kinerja dari SKPD Provinsi dan Kabupaten/ Kota serta UKP/ UPT di Daerah, disampaikan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan menyertakan copy file (back up) datanya. − Laporan triwulan dengan menggunakan Form C sesuai PP 39 tahun 2006, dengan aplikasi software SIMONEV tahun 2008 berdasarkan laporan kinerja dari SKPD Provinsi dan Kabupaten/ Kota serta UKP/ UPT di Daerah yang disampaikan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah triwulan yang bersangkutan. Jika aplikasi software SIMONEV belum dikuasai atau mengalami permasalahan, maka laporan dibuat secara manual dengan menggunakan microsoft office excel sesuai dengan format simonev dan format PP 39 tahun 2006. Selain laporan berkala tersebut, juga ada laporan insidentil sewaktuwaktu diperlukan bilamana terjadi sesuatu yang bersifat insidentil. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan dasar penentuan anggaran tahun berikutnya. Kerangka umum pelaporan kinerja pelaksanaan kegiatan dana APBN Kementerian Pertanian sebagai berikut.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
90
Bagan 5. Alur Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Dana APBN Ditjen PPHP KEMENTERIA N PERTANIAN
GUBERNUR DITJEN PPHP
DINAS PROVINSI BUPATI / WALIKOTA DINAS KABUPATEN / KOTA
(Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan 7804526)
Telp / Fax : (021)
6.4.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN) Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dalam rangka pertanggungjawaban keuangan setiap Kementrian Negara/ Lembaga sebagai entitas wajib menyajikan laporan Keuangan (SAK-SIMAKBMN) bulanan, semester dan tahunan laporan dimaksud termasuk laporan
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
91
Barang Milik Negara. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan tepat waktu dan disusun sesuai dengan Sistem Akutansi Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Ditjen PPHP sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA-E1/UAPPB-E1) wajib membuat laporan Keuangan gabungan yang meliputi unit eselon I yang bersangkutan dan kantor-kantor vertikal dilingkungannya kepada Menteri/Pimpinan lembaga atasannya yang tersumber dari dana APBN baik itu dana dekonsentrasi maupun dana tugas pembantuan. Agar sistem pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) dapat berjalan dengan baik, maka : (1). Setiap satker di tingkat provinsi/ Kab yang mengelola dana PPHP wajib menunjuk seorang petugas khusus yang menangani pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) yang dikukuhkan dengan surat keputusan KPA. (2). Setiap satker, pengelolaan dana PPHP agar dapat difasilitasi sekurang-kurangnya 1 (satu) unit P.C Unit dan 1 (satu) unit Note Book/Laptop khusus untuk mendukung pelaporan keuangan. Adapun laporan keuangan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang wajib disampaikan adalah :
No 1 2 3 4
Tabel 3. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) : Periode Laporan Jenis Laporan / ADK Bulanan Semesteran Tahunan Neraca LRA CaLK ADK
X X X
X X X X
X X X X
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
92
No 1 2 3 4
Tabel 4. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) Periode Laporan Jenis Laporan / ADK Semesteran Tahunan Laporan Barang Catatan Ringkas Barang Milik Negara (CRBMN) LKB ADK
X
X
X
X
X X
X X
Bagan 6. Kerangka umum pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
UAPA/UAPB
ADK & LAP
UAPPA-E1/ UAPPB-E1
LAP UAPPA-W/ UAPPB-W
GUBERNUR/ BUPATI/ WALIKOTA
LAP UAKPA/ UAKPB DEKON/TP
UAKPA/ UAKPB DEKON/TP
UAKPA/ UAKPB DEKON/TP
Sebagai kelengkapan Laporan barang (SIMAKBMN) wajib menyampaikan fotocopy dokumen kontrak, Berita Acara Serah Terima
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
93
Barang pengadaan barang belanja modal, belanja sosial, antara penyedia barang/jasa dengan pengguana/satker yang bersangkutan. Untuk efektivitas dan kualitas pelaporan barang (SIMAK BMN) di UAPPB-E1 (Ditjen PPHP). Wajib mengumpulkan data laporan ADK (Arsip data Komputer) dari tingkat Satker Dekon/TP untuk memperbaiki laporan SIMAKBMN Semester I, II dan tahunan. Mekanisme pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan seperti pada Bagan 6. Contact person : Bagian Keuangan dan Perlengkapan telp/Fax. (021) 78837034, email : Laporan SAK =
[email protected] Laporan SIMAK-BMN =
[email protected]
6.4.3. Penerapan Sanksi Dalam Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan DanaTugas Pembantuan Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan (pasal 48 dan seterusnya) SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan lalai atau tidak penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dana dimaksud kepada kementerian/lembaga dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dan/atau penghentian alokasi pendanaan. Sanksi penundaan pencairan sebagaimana dimaksud diatas dikenakan kepada SKPD apabila tidak melakukan rekonsiliasi laporan keuangan dengan Kantor Pelayanan Perbedaharaan Negara (KPPN) dan Rekonsiliasi barang milik negara dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai sistem akuntani dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. Pengenaan sanksi penundaan pencairan dimaksud tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan Dana Dekonsentrasi dan / atau Dana Tugas Pembantuan. Penghentian pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila : SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan kepada kementerian / lembaga yang memberikan Dana dekonsentrasi dan / atau
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
94
Dana Tugas Pembantuan secara berturut-turut 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan dan atau ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksanaan Badan Pemeriksanaan Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Jenderal Kementian / lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya. Untuk melaksanakan penghentian pembayaran sebagaimana dimaksud diatas setelah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian/Lembaga menetapkan Surat Keputusan penghentian pembayaran dana. Surat Keputusan penghentian dana dimaksud disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Kementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan untk tahun berikutnya apabila SKPD penerima dana dimaksud tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan, tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran sebelum dan/atau melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
95
Bab 7 PENUTUP __________________________________________________________________
Pembinaan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan instansi lain didalam dan diluar lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para pelaku usaha agribisnis, pemerintah daerah dan masyarakat luas yang merupakan komponen utama didalam sistem agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan. Pedoman ini bersifat umum, karena itu masih perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam petunjuk kegiatan yang lebih operasional berdasarkan anggaran kinerja dalam Petunjuk Teknis ataupun Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh direktorat teknis maupun dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten. Selain itu, pedoman-pedoman lain yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan juga menjadi referensi tambahan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara utuh.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian
96
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Prof. Dr. Ir. Zaen al Bachruddin, MSc
Sekretariat Direkt orat Jenderal
Direkt orat Penanganan P asca Panen
I r. Banu n Harp ini, M Sc
I r. Agu stin Zein Karnaen, MS c
I r. Anato Ku sum a S eta, M. Sc, PhD
Bagian Keuangan dan P erlengkapan I r. Gunawan Wibi sono, M.S i
S ubbag A nggaran Dr. Prayudi Syam suri . SP. M Si. S ubbag K erjasama I r. An di Arni da Massusungan Subbag Perbendaharaan Drs. Wi yo no
Bagian Umum Drs. Su prihartono
Subdit Pasca Panen Hort ikult ura
Seksi Sarana Ir. Afri zul
Seks i Teknologi Ir. S iti Bi bah I ndrajati, MM
S ubdit P asca Panen Perkebunan
Seks i Teknologi I r. Ari Agung
I r. Pither Nobl e, MS
Seksi Sarana Ermia Sofiyessi, SP, M .Agr
As r i Wa sp o n in gs ih , S H
Subbag Dat a dan I nformasi Ahm ad Wi roi, S. Kom
I r. Nazar uddin, MM
Ir. Katrun Nida, MM
Seks i Teknologi Ir. Budi Irianta
Subbag Perlengkapan Drs. S udarwanto, MM
S ubbag Tat a Usaha dan Rumah Tangga Harjon o, SH
Bagian E valuasi dan P elaporan
Subdit Pasca Panen Tanaman P angan
I r. Viva S atri ana, M .E ng
S ubbag Hukum dan Hum as
Subbag Ev aluasi Nur Asti S umanti, S. Pi
Subbag Pelaporan dan Ti ndak lanj ut I r. Maria Nuni k S umartini
Di rektorat P em asaran Domestik
Direkt orat Pem asaran Internasional
Ir. Chai rul Rachman, M M
Dr. Ir. Nyom an Oka Tridjaj a, M Sc
Dr. I r. Gardj ita Budi, M Agr. St
Dr. Suryadi Abdul Muni r, M Sc
Subbag Tata Usaha I r. Ahm ad Dju naedi
Walu yo Hudiati, SH
Subag Akuntansi dan Veri fikasi Dra. Rini sum inar
S ubbag K epegawaian Dra. Dwi Heri ati
Direktorat Mutu dan S tandardisasi
Subbag Tat a Usaha
Subbag Program I r. Basuki Dwi P am ono, MS c Bagian P erencanaan
Direkt orat Pengol ahan Hasil Pertanian
Seksi Sarana Ir. Nurul Farida, MM
Subdit P engolahan Has il Tanaman P angan
Seksi Teknologi I r. RR. Retno Pudj iastuti
I r. Andri zal , M M
Seksi S arana Ir. Budi Lestari
Subdit P engolahan Hasi l Hort ikult ura
Seksi Teknologi Ir. Rosita Anggraini , MM
I r. Jamil M usani f
Subdit P engolahan Hasil P erkebunan Ir. Akhmad Suh ard iyanto, MSc
Seks i Teknologi Subdit Pasca Panen Pet ernakan
I r.Freddy Abi din
Ir. E fi S ofyadi , M. Sc
Seksi Sarana I r. Judi arso
Subdit P engolahan Hasil P eternakan I r. Agus Am ran, SU
Subdit Pengelolaan Li ngk ungan I r. S usanto, MM
Seksi S arana Ir. Al fiansyah
Seksi Teknologi I r. Lu cyanti
Seksi S arana Ir. S uharto
Seksi Teknologi Ir. Bambang Kuncoro, MM
Seksi S arana Ahmad S yari pudin, SP
S eksi Tan. Pangan dan Hortik ultura Dede Sulai man, ST Seksi Perkebunan dan Peternak an Ir. Woro P al upi
Subbag Tata Usaha Andi M Idi l Fitri, S E, MM
Subbag Tata Usaha Drs. Koesyo no, MM
Subdit S tandardisasi Drh. Theatty G umbi rawati R, MM
Subdit Penerapan dan P engawasan Jam inan Mutu Ir. Andjar Rochani, MM
Subdit Akredit asi dan Kelem bagaan M ulyadi Benteng, Dipl .K
Subdit Kerjasama dan Harmonisasi I r. Sri Sul asm i, M Sc
Kepal a Balai P engujian M ut u Al sint an Ir. Wah yu S ubandri o
Seksi Tan. P angan dan Hortikul tura Si ti P udjiarti, S P Sek si Perkebunan dan Peternakan I r. Lili Darwita, M M S eksi Tan. Pangan dan Hortikultura Siti Noor Jana, SP Seksi Perkebunan dan P eternakan Ir. Em ma Edyarti , SKM Seksi Tan. P angan dan Hortik ul tura Ir. S upriyadi, MM
Sek si Perkebunan dan Peternakan Ir. Ita I sti ningdi ah M,MP S eksi Tan. Pangan dan Hortikultura Yusdi anta, SP Sek si Perkebunan dan Peternakan I r.Azri l Bahri
K asubbag Tata Usaha Drs. T ri yono, MM
Seksi Layanan Tekni s Ir. E dy Trij ono, MM
Subdit Analisis dan I nf orm asi Pasar I r. Wenny Astuti, MM
S ubdit P romos i dan Pengem bangan Pasar I r. Maruli I ndra, M Sc
S ubdit Pemantauan & Pengawasan Pasar Ir. Mahpu din, MM
S ubdit S arana dan Kelembagaan Pasar I r. RN. Nurnai dah , M M
Subdit Kerjasama Pemasaran Domest ik Ir. Octa Muchtar M. Econ
S eksi Tan. Pangan dan Hortikultura Ir. Mo chammad Am ir Seksi Perkebunan dan Peternakan O fi Nidausol eha, SP Seksi Tan. P angan dan Hort ikult ura Ir. Si tti Ami nah, Seksi Perkebunan dan Peternakan Ir. Jogarini Pramati, MS c
Seksi Tan. P angan dan Hort ikult ura Ri ni Indrayani, S P Seksi Perkebunan dan Peternakan Tardi Toyi b, SP, MM
Seksi Tan. P angan dan Hort ikult ura Ir. Novi S uryani
Seksi Perkebunan dan P eternakan I r. Sadaruddin
Subbag Tata Usaha I r. Kri sna Yu wana, MM
Subdit Analisis dan I nform asi P asar Ir. Tri Widj ajanti, M. Ec
S ubdit P romosi dan Pengem bangan Pasar Ir. Gayatri K. Rana, MS c
Subdit Pemantauan dan P engawasan P asar I r. M esah Tari gan, M Sc
Subdit Kerjasam a P em asaran Internasional I r. F eri al Lu bis, MM
Seksi Tan. P angan dan Hortikul tura Ir. Y uliastuti Purwani ngsi h Seksi Perkebunan dan P eternakan Ir. Dwina Sudj ayanti, M Si
98
S eksi Tan. Pangan dan Hortik ultura Dr. Ir. Akb arsyah R. S aad, MS c Sek si Perkebunan dan Peternakan I r. Resfol idi a Seksi Tan. P angan dan Hortik ul tura Ir. I Nyom an Gede Wid hi Adnyana, MM Seksi Perkebunan dan Peternak an I r. Am an Rachm an
S eksi Tan. Pangan dan Hortik ultura Kom arudin, SE, MS c Seksi Perkebunan dan Peternak an Drh. Erl ina S uyan ti , M. App. Sc
S eksi K erjasam a B ilateral dan Regional Ir. Dedi Ju naedi , M Sc S eksi Mult ilateral I r. Aderi na Il u Panggabean, M .Agr.S c
Lampiran 2. Agenda Pertemuan Nasional, Koordinasi, Bimbingan Teknis / Pengawalan dan Promosi PPHP Tahun 2010
No.
Bag. Perencanaan PPHP Bag. Perencanaan PPHP Bag. Perencanaan PPHP Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
ALAMAT: Jl. Harsono RM. No. 3 Ragunan Jakarta Selatan. TELP & CONTACT PERSON: Telp/Fax: 021-78837929
[email protected] CP: Son Rizal Telp/Fax: 021-78837929
[email protected] CP: ima Telp/Fax: 021-78837929
[email protected] CP: ima Tlp. 021-7815 380/480 ext 5232; 021-7804526
Nov
Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
Tlp. 021-7815 380/480 ext 5232; 021-780452
Jabar, DIY, Kalbar, Jambi Jawa Barat, Sulawesi Utara
Maret Maret Mei Mei Mei April Juni
Subdit Pasca Panen Hortikultura
Telp/fax (021) 7818362
[email protected] CP : Mira
Penanggungjawab keg dan pejabat evaluasi Petugas Teknis, Gapoktan, Pelaku Usaha
Subdit Pasca Panen Hortikultura
Telp/fax (021) 7818362
[email protected] CP : Mira
Petugas Teknis, Gapoktan, Pelaku Usaha
Jawa Barat
Mei
Subdit Pascapanen
Telp/fax 021-7816283
Dinas Kab/Kota subsektor Peternakan,
KEGIATAN
TEMPAT
WAKTU
Rakor Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2010 Pertemuan Penyusunan RKA-KL
Yogyakarta
Pebruari
Makassar
Juni
Finalisasi RKA-KL
Palembang
Oktober
4.
Workshop Simonev Ditjen PPHP
Surabaya
April
5.
Pertemuan Evaluasi Nasional
Manado
6.
Optimalisasi dan Pemanfaatan Grading dan Packing House Pembinaan Teknis Pengembangan PPHP di 17 Kawasan Sentra Produksi Hortikultura Pertemuan Koordinasi Teknis
1
2
3
7.
8.
PENYELENG GARA
CALON PESERTA Kepala Dinas lingkup Pertanian Prop Dinas lingkup Pertanian Prop Dinas lingkup Pertanian Prop Petugas Simonev Provinsi
99
Pengembangan Pakan Ternak Skala Kecil (PPTSK)
Jawa Tengah
Juni
Peternakan, Dit. Penanganan Pascapanen
Bimbingan Teknis dan Manajemen Penanganan Pascapanen Produk Peternakan (3 Kegiatan) Sosialisasi Gerakan Nasional Bokar Bersih ( 2 kegiatan)
Jatim (Telur) Jabar (susu) Bali (Daging) Sumsel
Juli
Subdit Pascapanen Peternakan, Dit. Penanganan Pascapanen
Telp/fax 021-7816283
11.
Bimbingan Teknis Penerapan pasca Panen Karet (3 kegiatan)
Kalbar Kalteng Jambi
April Mei Juni
Subdit Pasca Panen Perkebunan Dit. Penanganan Pasca Panen Subdit Pasca Panen Perkebunan Dit. Penanganan Pasca
Telp/fax 021 7816382
Kalsel
9-11 Maret 4 – 6 Mei
12.
Bimbingan Teknis Penerapan pasca Panen Kakao (3 Kegiatan)
Sulbar Bali Sumsel
Juli Agustus Sept
Telp/fax 021 7816382
13.
Bimbingan Teknis Penerapan pasca Panen Kopi
Sulsel Lampung
Juni Juli
Subdit Pasca Panen Perkebunan Dit. Penanganan Pasca Panen Subdit Pasca Panen Perkebunan Dit. Penanganan Pasca Panen
9.
10.
Agust Sept
Telp/fax 021 7816382
Telp/fax 021 7816382
Site Manager, Gapoktan dan pelaku usaha bidang peternakan. Dinas Kab/Kota, Site Manager, Gapoktan dan pelaku usaha, bidang peternakan.
Bupati/walikota, kepala dinas Perkebunan prop dan kab sentra produksi karet. Petugas Dinas Prop dan Kab sentra produksi karet, Site manager, Ketua Kelompok Tani, Pedagang Pengumpul Petugas Dinas Prop dan Kab sentra produksi kakao, Site manager, Poktan, Pedagang Pengumpul Petugas Dinas Prop dan Kab sentra produksi kopi, Site manager, Kelompok Tani, Pedagang Pengumpul
100
14.
Bimbingan Penerapan Panen Mete
15.
Gelar Agroindustri Tepung-Tepungan Nasional (RI 1)
Bogor
27 – 29 Mei
16.
Rapat Koordinasi/Teknis Pengembangan Agroindustri Perdesaan Rapat Koordinasi/Teknis Pengembangan Agroindustri Rempah dan Atsiri Nasional Hari Susu Nusantara (RI 1)
Bogor
9 – 11 Maret
Subdit PH Horti
Bogor
13 – 15 Maret
Subdit PH Bun
Subdit PHBun Cp. Lucyanti
[email protected] Telp. (021)78842569
Kepala Dinas/ Subdin Bun, Stakeholder lainnya, Stakeholder lainnya
1 – 3 Juni
Subdit PH Nak
Kepala Dinas Peternakan/ Subdin Nak
19.
Bimtek Pengolahan Hasil Pertanian (susu)
Kota Batu. Jatim
26-29 April
Subdit PH Nak
20.
Bimbingan Teknis Pengembangan Biogas dan Kompos Dalam Rangka Mendukung DME
Yogyakarta
Maret
Subdit PL, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian
Subdit PHNak Cp. Rohmadi
[email protected] Telp. (021)78842569 Subdit PHNak Cp. Rohmadi
[email protected] Telp. (021)78842569 Subdit PL Cp. Dede Sulaeman
[email protected] Telp. (021)78842569
17.
18.
Teknis pasca
DIY
Bandung/ Jakarta
Agustus
Subdit Pasca Panen Perkebunan Dit. Penanganan Pasca Panen Subdit PHTP
Telp/fax 021 7816382
Subdit PHTP Cp. Astrit 5345
[email protected] Telp. (021)78842569 Subdit PH Horti Cp. Alfiansyah Telp. (021)78842569
Petugas Dinas Prop dan Kab sentra produksi mete, Site manager, Poktan, Pedagang Pengumpul Kepala Dinas Pertanian, Stakeholder lainnya Kepala Dinas Pertanian
Kepala Dinas Peternakan/ Subdin Nak Dinas Lingkup Pertanian prov dan kab/kota penerima dana TP pengembangan biogas dan kompos
101
21.
Bulan Mutu Pertanian
Jakarta/ batam
Oktober
Dit. Mutu dan Standardisasi
22.
Bimbingan Teknis Pengelolaan Lingkungan Usaha Agribisnis Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Expo Go Organik
Sumut dan Bali
Agust dan Sept
Subdit PL, Dit Pengolahan Hasil Pertanian
Jatim dan Sulut
Maret dan Juli
Subdit PL, Dit Pengolahan Hasil Pertanian
Jakarta
Oktober
Dit. Mutu dan Standardisasi
23.
24.
25.
Workshop Pengembangan Jagung Nasional
Jakarta
Maret
Sudit Kerjasama Pemasaran Domestik
26.
Pertemuan PIP Nasional
Yogyakarta
Mei
27.
Pertemuan Petugas PIP Perkebunan
Makssar
Juni
28.
Pertemuan Petugas PIP Peternakan
Subdit AIP dan Dinas Pertanian Prop DI Yogyakarta Subdit AIP dan Dinas Perkebunan Prop DI Yogyakarta Subdit AIP dan Dinas Peternakan Prop DI Yogyakarta
Padang
Juli
JL. Harsono RM. No. 3 Ragunan, Jaksel. Telp: 021-788842568. Fax: 021-7811468 Subdit PL Cp. Dede Sulaeman
[email protected] Telp. (021)78842569 Subdit PL Cp. Dede Sulaeman
[email protected] Telp. (021)78842569
Kepala Dinas lingkup Pertanian
JL. Harsono RM. No. 3 Ragunan, Jaksel. Telp: 021-788842568. Fax: 021-7811468 JL. Harsono RM. No. 3 Ragunan, Jaksel. Telp/fax: 021 78842007
Stake holder, Praktisi, dan Profesional mutu
Jl. Harsono RM No.3 Jaksel Telp/Fax. 021 78842007
Jl. Harsono RM No.3 Jaksel
Telp/Fax. 021 78842007
Dinas Pertanian prov dan kab/kota serta pengelola UPH Dinas lingkup pertanian prov dan kab/kota serta pengelola UPH
Pemda Prov dan kab lokasi silo, Site manajer, Gapoktan, stakeholder jagung Kepala Seksi Pemasaran Dinas lingkup pertanian Seluruh Indonesia Petugas PIP Perkebunan Prop dan Kab Seluruh Indonesia Petugas PIP Peternakan Prop dan Kab Seluruh Indonesia
102
29.
30.
Pertemuan Petugas PIP Tanaman Pangan & Hortikultura Bimbingan Teknis Analisis Pemasaran
Mataram
Agustus
Bandung
Mei
31.
Pertemuan Teknis Pembina Pasar Ternak
Bali & Sumatra Selatan
Mei & Sept
32.
Fasilitasi Pengembangan Pasar Lelang Petani
Kalimantan Selatan
Juni
33.
Fasilitasi Penerapan Sistem Resi Gudang
Sulsel, Jabar, Jatim
Maret, Juli & Nop
34.
Pembinaan Pengelolaan STA
Sumut & Jateng
April & Agustus
35.
Pertemuan Nasional Pasar Tani 2010
DIY
Oktober
36.
Workshop LM3
Jabar / Jatim
Juli
Subdit AIP dan Dinas Peternakan Prop DI Yogyakarta Subdit AIP
Subdit Sarana & Kelembagaan Pasar, Dit. Pasar Domestik Subdit Sarana & Kelembagaan Pasar, Dit. Pasar Domestik Subdit Sarana & Kelembagaan Pasar, Dit. Pasar Domestik Subdit Sarana & Kelembagaan Pasar, Dit. Pasar Domestik Subdit Sarana & Kelembagaan Pasar, Dit. Pasar Domestik Sekretariat LM3 Ditjen PPHP
Jl. Harsono RM No.3 Jaksel
Petugas PIP TPH prop dan Kab Seluruh Indonesia
Telp/Fax. 021 78842007
Kepala Seksi Pemasaran lingkup pertanian Seluruh Indonesia Pembina pasar ternak
CP : Ir. Sadaruddin HP : 0816979745
CP : Ir. Sadaruddin HP : 0816979745
CP : Ir. Sadaruddin HP : 0816979745
Pembina Pasar Lelang, Pengelola Pasar Lelang & Petani Dinas terkait, pelaku usaha dan petani
CP : Ir. Novi Suryani HP : 081314553838
Pembina, Pengelola STA dan Petani
CP : Ir.Novi Suryani HP : 081314553838
Pembina dan pelaku pasar tani
Telp/Fax: 021-7827275 CP : Rini
Dinas kab/kota dan calon penerima bantuan LM3
103
Lampiran 3. Agenda Promosi Dalam Negeri No.
Kegiatan
Tempat
Waktu
Penyelenggara
1.
Agro & Food Expo
JCC, Jakarta
27 – 30 Mei
Dit. Pemasaran Domestik, Ditjen.PPHP
2.
Indonesia Agribusiness Expo
Tunjungan Plaza III, Surabaya
22 – 25 Juli
Dit. Pemasaran Domestik, Ditjen.PPHP
3.
Pekan Raya Tani
14 – 17 Okt
Dit. Pemasaran Domestik, Ditjen.PPHP
4.
Batam Agribusiness Expo
Jogja Expo Center Jogyakarta Mega Mall, Batam Centre, Batam
4 – 7 Nov
Dit. Pemasaran Domestik, Ditjen.PPHP
Alamat: Jl. Harsono RM. No.3 Ragunan, Jaksel Telp & Contact Person: Telp./Fax : 0217815880
[email protected] cp: Aminah Telp./Fax : 0217815880
[email protected] cp: Aminah
Calon Peserta
Instansi Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kab/Kota), BUMN/ BUMD, Swasta Instansi Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kab/Kota), BUMN/ BUMD, Swasta
Telp./Fax : 0217815880
[email protected] cp: Aminah Telp./Fax : 0217815880
[email protected] cp: Aminah
Instansi Pemerintah ( Prop, Kab), 33 lembaga pasar tani, BUMN/BUMD, Swasta Instansi Pemerintah (Pusat, Prop, Kab/Kota), BUMN/ BUMD, Swasta
104
Lampiran 4. Agenda Promosi Luar Negeri No. 1.
Kegiatan Foire De Libramont 2010 5th Trieste Espresso Expo 2010 28th International Horticulture Congress
Tempat Belgium
Waktu 23-26 Juli 2010
Penyelenggara Foire De Libramont
Trieste, Italy Lisboa, Portugal
28 – 30 Okt 2010
Fiera Triete
22-27 Ags 2010
Bahrain International Garden Show 27th International Fair of Khartoum THAIFEX, World of Food Asia 2010 The 9th Seoul Int’l Café show Shanghai China Expo 2010
Bahrain
25-28 Feb 2010
ISHS “(International Society for Horticultural Science) AMG Events
Sudan
1 – 8 Feb 2010
Bangkok, Thailand Korea Selatan China
12-16 Mei 2010
1 Mei–31 Okt 2010
BIE (International Exhibition Bureau)
9.
Biofach Japan
Jepang
21 – 23 Sept 2010
Messe GmbH
10.
Foodasia
Singapore
20 – 23 April 2010
•
2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Nopember 2010
Forum Fairs & Promotions Co. Inc. • Thai Trade Fair • Koelnmesse GmbH EXPORUM Inc.
•
Singapore Exhibition Service Pte, Ltd Allworld Exhibitions
Keterangan Agricultual, foresty and agri-food fair Coffee Hortikultura
Flower and Garden Show General Products Int’l Trade Exhibition covering food & beverage Coffee • Festival teh • Festival Hortikultura • Festival Kopi World Organic Product Expo, trade show and congress International Exhibition Food and Drink. Incoporated with FHA
105
Lampiran 5. Agenda Pertemuan Wilayah Evaluasi dan Pelaporan No
Kegiatan
Waktu
Penyelenggara
Tanjung Pinang
Juni
Wilayah Sumbar, Jambi, Bengkulu Wilayah Sumsel, Babel, Lampung
Bengkulu
Juni
Pangkal Pinang
Juni
Wilayah DKI, Jabar, Banten Wilayah Jateng, DIY, Jatim
Serang
Juni
Surabaya
Juni
6
Wilayah Kalimantan
Palangkaraya
Juni
Dinas Pertanian Prov. Kepri; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP Dinas Peternakan Prov. Bengkulu dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Bangka Belitung; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP Dinas Pertanian Prov. Banten dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP Dinas Pertanian Prov. Kalimantan Tengah; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP
Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI
7
Wilayah Bali, NTB
Denpasar
Juli
8
Wilayah NTT
Kupang
Juni
9
Wilayah Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra Wilayah Sulsel, Sulbar, Papua, Papua Barat
Gorontalo
Juni
Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP
Makasar
Juni
Dinas Pertanian Prov. Bali dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. NTT dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Gorontalo dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Selatan dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
EVALUASI AWAL DAN SAI 1 Wilayah NAD, Sumut, Riau, Kepri 2 3
4 5
10
Tempat
Calon peserta
Penanggung jawab kegiatan PPHP
106
11
Wilayah Maluku dan Maluku Utara
Ambon
Juni
Dinas Pertanian Prov. Maluku dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
Penanggung jawab kegiatan PPHP
Wilayah NAD, Sumut, Riau, Kepri Wilayah Sumbar, Jambi, Bengkulu Wilayah Sumsel, Babel, Lampung
Pekanbaru
Okt
Dinas Pertanian Prov. Riau dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Jambi dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Sumatera Selatan dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP
4
5
Dinas Pertanian Prov. Jawa Barat; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP Dinas Pertanian Prov. DIY dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian Prov. Kalimantan Barat dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI
EVALUASI AKHIR DAN SAI 1 2
Jambi
Okt
Palembang
Okt
Wilayah DKI, Jabar, Banten
Bandung
Okt
Wilayah Jateng, DIY, Jatim Wilayah Kalimantan
Yogyakarta
Okt
Pontianak
Okt
7
Wilayah Bali, NTB
Mataram
Okt
Dinas Pertanian Prov. NTB dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
8
Wilayah NTT
Kupang
Okt
9
Wilayah Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra
Palu
Okt
10
Wilayah Sulsel, Sulbar, Papua, Papua Barat
Makasar
Okt
Dinas Peternakan Prov. NTT dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Sulawesi Tengah; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Selatan; Bag Evaluasi Pelaporan PPHP dan Bag. Keuangan Perlengkapan PPHP
11
Wilayah Maluku dan Maluku Utara
Ternate
Okt
3
6
Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Provinsi Maluku Utara dan Bag Evaluasi Pelaporan PPHP
Penanggung jawab kegiatan PPHP dan operator SAI Penanggung jawab kegiatan PPHP
107
Lampiran 6. Contoh Surat Keterangan Cuti Pejabat Perbendaharaan SURAT KETERANGAN Nomor :
Sehubungan dengan Cuti/mengikuti Diklat........................................................................... Selama......................hari mulai dari tanggal....................................,dengan ini saya selaku KPA, PPK, Bendahara, Pejabat Penerbit SPM pada Satker.................................................. menugaskan / menunjuk : Nama NIP Jabatan
:................................................. :................................................. :.................................................
Untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari pada Satker......................................................... .................................................................................... Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta.................................... KPA,PPK,Bendahara,Pejabat Penerbit SPM pada Satker
................................................ NIP......................................... Tembusan kepada Yth. 1. Kepala KPPN............................. 2. 3.
108
Lampiran 7. Contoh Surat Kuasa dari KPA SURAT KUASA (Pernyataan Tetap Bertanggungjawab) Nomor : Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Jabatan
:........................................................ :........................................................ :……………………………………
Dengan ini memberikan kuasa kepada : Nama NIP Jabatan
:…………………………………… :…………………………………… :……………………………………
Untuk menyetujui/menandatangani tanda bukti berupa : 1. ................................................... 2. ................................................... 3. ................................................... 4. ................................................... 5. ................................................... Selama saya Cuti/mengikuti Diklat/Tugas...................................................................dari tanggal.........................sampai dengan tanggal.......................dengan ketentuan bahwa saya tetap bertangggung jwab sepenuhnya terhadap apa yang saya kuasakan. Jakarta,................................. Yang diberi Kuasa
Yang memberi Kuasa
................................. NIP..........................
..................................... NIP...............................
Tembusan kepada Yth. 1. Kepala KPPN.......................... 2. ...
109