PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KERBAU Oleh : Susila Sujarwo*)
Kerbau tidak bisa dilepaskan dari pertanian tanaman pangan, khususnya padi. Kebutuhan gizi masyarakat dapat dicukupi melalui usaha pertanian, perikanan dan peternakan. Jumlah ternak kerbau di Indonesia hanya sekitar 2,1-2,8 juta dan diternakkan oleh petani kecil dengan luas lahan < 0,5 ha. Kerbau adalah jenis ternak besar hewan ruminansia yang sangat potensial dikembangkan untuk mencukupi gizi masyarakat. Kerbau merupakan salah satu aset nasional yang sangat penting dalam menghasilkan daging. Sementara itu daging merupakan salah satu sumber protein
hewani yang cocok
untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhan daging terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi yang seimbang. Dalam pemenuhan protein tersebut, daging kerbau adalah salah satu produk pensupali terbesar setelah sapi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas kerbau melalui usaha budi daya yang efisien, produktif dan berkesimbungan. Secara tegas, pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan dan masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Sulawesi Selatan khususnya, mengakibatkan permintaan akan produk peternakan semakin bertambah Namun demikian, perhatian yang kurang dari berbagai pihak menyebabkan produktivitas kerbau rendah khususnya tingkat reproduksi yang rendah / jelek, panjang jarak beranak yang terlalu lama dan tingkat kematian ternak yang tinggi. Reproduksi yang jelek dari kerbau adalah faktor utama yang membatasi kinerja kerbau dan pencapaian perbaikan. Pada interval kelahiran yang panjang, disebabkan oleh musim dan penyusuan anak yang lama. Kerbau sangat dikenal sebagai penghasil daging yang baik dan daging kerbau diterima oleh masyarakat dan sebagian besar golongan agama yaitu menerimanya sebagai bahan pangan protein yang baik dan zat-zat lainnya. Dalam kapasitasnya sebagai bahan pangan, daging kerbau sangat bermanfaat sebagai zat pembangun tubuh manusia, yaitu untuk pertumbuhan badan dan penggantian sel-sel tubuh yang telah rusak. Zat-zat lain yang terkandung di dalam daging kerbau berguna untuk kepentingan proses fisiologis tubuh manusia.
Peningkatan produksi daging kerbau dapat tercapai apabila program teknologi intensifikasi kerbau dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, perbaikan pemeliharaan kerbau, khususnya di desa sangat diperlukan sebelum jumlahnya semakin sedikit. Untuk keperluan ini, tentunya dibutuhkan buku Petunjuk Teknis Pengembangan Kerbau yang dapat digunakan sebagai pedoman.
A. Latar Belakang Masalah Pemeliharaan ternak kerbau telah berlangsung dari zaman dahulu kala, sejak zaman nenek moyang kita. Cara beternak dan pemeliharaannya masih sangat sederhana dan berangsur-angsur meningkat lebih maju. Kegiatan budidaya ternak sekarang diarahkan pada usaha agribisnis penggemukan kerbau karena didukung oleh kemajuan teknik beternak yang merupakan akibat dari kesadaran masyarakat dan kebutuhan gizi yang terus bertambah seiring dengan kemajuan ekonomi, taraf hidup sosial dan kebudayaan serta peningkatan jumlah penduduk. Pengembangan dan pembudidayaan ternak kerbau berperan besar dalam menunjang penyediaan pangan, penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan pengendalian kemiskinan, serta melestarikan lingkungan hidup. Di Indonesia, kerbau sudah lama dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat di pedesaan. Namun, pembudidayaannya masih dilakukan secara tradisional yang hanya dijadikan sebagai
sumber uang tunai apabila diperlukan sewaktu-waktu karena
penjualannya mudah, penggarap sawah / membajak tanah, menarik gerobak, merontokan padi, menggiling tebu, penyedia pupuk, kelengkapan acara-acara kelahiran, perkawinan, khitanan, kematian, potong gigi, pindah rumah, pesta panen padi, hewan kurban dan upacara-upacara adat lainnya. Khusus kerbau untuk upacara adat di Sulawesi Selatan (Tana Toraja dan Toraja Utara) dimana, dalam setiap pelaksanaan upacara kesukuran (Rambu Tuka) dan upacara pemakaman (Rambu Solo’) kerbau merupakan hewan yang paling menentukan tingkat kesakralan suatu upacara tersebut di atas, karena tanpa kerbau upacara tersebut belum dianggap lengkap pelaksanaannya. Pemakaian ternak kerbau sebagai ternak pedaging hanya diberlakukan terhadap ternak tua atau ternak dengan nilai ekonomi yang rendah untuk memenuhi pangan dan gizi bagi masyarakat khususnya kebutuhan protein hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi, maka sub sektor peternakan sebagai bagian dari pembangunan pertanian harus dikembangkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Kondisi yang terjadi saat ini, pemotongan kerbau betina produktif merupakan hal yang biasa dan jumlahnya kurang lebih 200.000 ekor / tahun. Sebagian besar peternak belum memikirkan kepentingan ternak betina bagi kelangsungan pembangunan peternakan di Indonesia. Hal ini disebabkan belum adanya kesadaran dari peternak akan pentingnya kerbau betina produktif dan peternak tidak sadar bahwa kebiasaan ini bertentangan dengan aturan pemerintah. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan kompensasi bagi masyarakat peternak yang mempunyai kerbau betina produktif jangan dijual dan diberikan pejantan dengan harapan akan terjadi perkawinan dan melahirkan. Mencermati pentingnya kerbau dalam pembangunan khususnya kelangsungan pembangunan peternakan di Indonesia, maka perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan Kerbau bagi aparat peternakan, peternak dan komponen lainnya. Melalui pedoman tersebut diharapkan peternak dapat motivasi untuk memelihara status kesehatan hewan dalam rangka meningkatkan populasi kerbau dan memberikan panduan bagi aparat / petugas / penyuluh bidang peternakan serta tim penilai bantuan ternak pemerintah dalam mengekspresikan ilmunya di bidang tugas pokoknya masing-masing sesuai standar yang telah ditetapkan. B. Maksud Maksud diterbitkannya Pedoman Teknis Pengembangan Kerbau adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai panduan bagi petugas / peternak dalam kegiatan beternak kerbau belang Di Indonesia juga terdapat kelompok-kelompok kerbau yang berbeda setiap daerah. Misalnya, Sulawesi Selatan terdapat kelompok kerbau belang putih hitam(Kerbau Belang) di Kabupaten Tana-Toraja dan Toraja Utara. Kerbau Belang memiliki ciri-ciri badan besar, lebar dan padat, kepala besar, bertanduk agak lurus dan runcing, punggung agak lurus dan populasinya sedikit. Apakah kerbau asli Toraja (Tedong) dan kerbau lainnya sudah dibudidayakan? Di Sulawesi terdapat kerbau cebol dan liar yang dinamakan Anoa gunung atau sapi hutan, tinggi 65-75 cm.
2. Sebagai pedoman bagi peternak dalam penanganan kesehatan dan solusinya. Bagaimanapun mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati. Begitu juga dalam pemeliharaan kerbau. Kerbau tidak akan mudah terkena penyakit jika kerbau selalu diberi pakan dan minum berkualitas dalam jumlah yang cukup. Selain itu kebersihan kerbau, kandang dan lingkungan yang selalu terjaga juga akan mencegah datangnya bibit penyakit.
Penyakit yang menyerang kerbau banyak macamnya. Namun, pada hakekatnya penyebab penyakit yang menyerang kerbau digolongkan 5 macam, yaitu: 2.1. Parasit (protozoa, cacing dan kutu / tungau). 2.2. Bakteri. 2.3. Jamur. 2.4. Virus. 2.5. Defisiensi zat gizi.
3. Sebagai pedoman pemeliharaan kerbau untuk tujuan penggemukan. Penggemukan kerbau bisa dimulai dari segala umur. Sebagian peternak menggunakan hewan bakalan dari anak kerbau. Pada umur ini adalah waktu yang tepat untuk membesarkan hewan. Tujuan utama penggemukan adalah untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin pada waktu sesingkat mungkin. Usaha penggemukan kerbau merupakan usaha yang paling banyak digeluti oleh peternak di Indonesia. Usaha ini sangat mudah dioperasikan karena kerbau hanya dipelihara sekitar 8-12 bulan, tergantung pada umur sapi yang dibeli dan keinginan peternak memelihara berapa lama.
4. Sebagai pedoman pemeliharaan anak kerbau
Penanganan anak kerbau bertujuan agar anak kerbau dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Pada masa 6 bulan pertama kehidupan di luar kandungan, kematian anak kerbau akibat penyakit, kecelakaan, dan kelalaian cukup besar.
5. Sebagai pedoman usaha pengolahan kotoran kerbau
Beternak kerbau tidak hanya menghasilkan daging, tetapi juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran dan urine sapi. Produk sampingan ternak ini dapat diolah menjadi pupuk kandang atau biogas. Pupuk kandang dan biogas dari kotoran kerbau mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Namun, kegiatan pengolahan kotoran kerbau tergantung dari ketersediaan kotoran ternak yang dihasilkan per harinya.
6. Sebagai pedoman dalam persiapan beternak
Setelah mengenal jenis-jenis kerbau, persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai semua usaha adalah menyiapkan modal. Dengan mengetahui modal yang dimiliki, peternak bisa menentukan berapa ekor kerbau yang akan dipelihara dan jenis kandang yang akan dibuat. Sebelum membangun kandang, ada baiknya peternak menentukan lokasi kandang yang sesuai. Setelah itu, peternak bisa memulai membuat kandang, menyiapkan peralatan dan perlengkapan gudang, kantor dan pakan.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman teknis pengembangan kerbau adalah: (1). Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak. (2). Meningkatkan mutu hasil ternak (daging). (3). Menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri. (4). Menciptakan lapangan kerja. (5). Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. (6). Mempercepat swasembada daging sapi / kerbau (PSDSK) 2014. (7). Mempercepat populasi 2 juta ekor sapi dan kerbau 2018.
D. Pengertian
Dalam Teknis Pengembangan Kerbau ini yang dimaksud adalah: (1) Teknis adalah suatu usaha budidaya dalam lokasi tertentu di mana terjadi proses produksi untuk tujuan tertentu. (2) Pengembangan adalah kegiatan dalam proses produksi untuk mempermudah hasilhasil ternak sesuai tujuannya. (3) Kerbau adalah ternak dan bibit kerbau yang dipelihara dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging.
E. Kunci Sukses Beternak Kerbau
Sementara itu, masih sedikit peternak yang mengusahakannya secara modern yang lebih menekankan pada usaha yang komersial. Padahal peluang pasarnya selalu tersedia setiap saat dan selalu meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan gizi. Sebelum memulai usaha beternak kerbau sebaiknya peternak atau calon peternak menggali informasi dan wawasan bagaimana beternak kerbau yang baik. Jangan sampai di tengah perjalanan, timbul banyak pertanyaan dan kebingungan karena tidak menguasai teknik pemeliharaan kerbau. Selain teknik beternak, wawasan mengenai pemasaran dan penjualan bibit perlu digali agar peternak memperoleh bibit yang bagus dan tidak kesulitan dalam memasarkan ternaknya. Bibit kerbau merupakan salah satu sarana produksi budi daya ternak yang strategis dan sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi dan produktifitas ternak, sehingga perlu diusahakan agar bibit kerbau yang ada di pasaran tetap terjamin mutunya sesuai standard an persyaratan teknis minimal. Peternak atau calon peternak harus pandai membaca pasar, kapan dan dimana harga hewan diminta oleh pasar dengan harga tinggi. Tujuan utama beternak kerbau secara insentif dan komersial adalah untuk menghasilkan jumlah ternak (anak) yang banyak, bobot ternak yang tinggi atau produksi daging yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembibitan merupakan langkah permulaan dalam sistem budidaya intensif untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik dan mampu memproduksi secara maksimal. Pembibitan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan mendapatkan keturunan yang bermutu baik. Bibit kerbau yang produktif dapat melalui proses pembibitan yang dilakukan secara cermat dan teliti serta teknik yang benar. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam pembibitan kerbau yaitu pengadaan induk (ternak bibit), pengelolaan reproduksi dan seleksi bibit ternak. Di dalam pembibitan kerbau, dikenal dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu, yaitu bibit ternak dan ternak bibit. Bibit ternak adalah ternak kerbau jantan muda maupun betina muda yang akan dipelihara menjadi ternak dewasa sebagai penghasil daging (tipe pedaging) atau susu (tipe perah). Sedangkan yang dimaksud dengan ternak bibit adalah ternak kerbau jantan atau betina yang telah memenuhi segala persyaratan untuk dijadikan induk penghasil bibit ternak melalui program
pemeliharaan. Pengadaan bibit ternak kerbau selain dapat dilakukan dengan cara pembibitan sendiri, dapat juga dilakukan dengan cara membeli bibit yang telah siap dibesarkan pada perusahaan besar swasta atau di pasar-pasar hewan. Pengadaan bibit ternak dilakukan dengan cara membeli bibit yang telah siap dibesarkan untuk tujuan penggemukan sebagai penghasil daging harus memperhatikan keseragaman bibit yaitu dipilih yang sejenis berdasarkan bangsa kerbau, umur, jenis kelamin dan bobot badan ternak. Sehingga dengan demikian akan memperoleh produksi yang seragam. Sebelum memulai usaha beternak kerbau, peternak atau calon peternak mencari informasi mengenai pemasaran kerbau agar ketika panen tiba peternak tidak bingung dalam menjual kerbaunya. Peternak bisa langsung menjual kerbaunya ke pembeli tetap, pemotong atau kerja sama dengan koperasi/asosiasi seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB). Informasi mengenai teknik beternak kerbau dapat diperoleh dengan membaca buku tentang kerbau, majalah, tabloid dan artikel-artikel di internet. Selain itu, peternak juga dapat bertukar pikiran dengan peternak lain yang ada di lingkungan sekitar. Jika tidak ada, calon peternak bisa mencari informasi mengenai peternak kerbau yang berada di daerah lain. Kemajuan teknik beternak di dorong oleh kebutuhan peningkatan gizi masyarakat yang terus bertambah bersama-sama dengan kemajuan ekonomi, taraf hidup sosial dan kebudayaan. Masih ada peternak tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak kerbau di Indonesia dalam tata laksana ternak masih rendah, maka diperkirakan akan banyak masalah yang timbul seperti halnya penanganan hewan lainnya. Jika masih ada peternak atau calon peternak yang belum tahu tata laksana beternak kerbau atau secara umum masih awam dalam bidang peternakan maka solusinya adalah mengikuti pelatihan beternak kerbau yang banyak diselenggarakan oleh perusahaan peternakan kerbau, pemerintah daerah, balai latihan, konsultan, praktisi, penyuluh peternakan, kelompok ternak tertentu atau langsung peternak yang dikenal. Jangan masuk pada pelatihan yang tidak memiliki bimbingan atau konsultasi yang berkelanjutan, materi dan instrukturnya tidak jelas dan tidak ada kunjungan lapang.
F. Bangsa-Bangsa Kerbau Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di belahan utara tropika. Di habitatnya, kerbau banyak ditemukan hidup di rawa-rawa dan hutan-hutan yang berumput. Ternak kerbau sangat menyukai air untuk berendam dan berenang, berkubang di lumpur. Jenis kerbau yang suka berkubang di lumpur disebut Swamp buffalo, sedangkan yang suka berenang di air sungai disebut River buffalo. Sebanyak 95% ternak kerbau di Indonesia merupakan kerbau kerja. Kerbau kerja di Indonesia pada umumnya merupakan kerbau jenis lumpur/rawa atau Swam type. Sementara sebanyak 5% kerbau di Indonesia adalah kerbau jenis sungai atau River type bangsa Murrah yang banyak diternakkan di daerah Kisaran dan Pematang Siantar (Sumatera utara) oleh bekas pekerja perkebunan keturunan India. Tabel 1. Populasi plasma nutfah kerbau di Indonesia Sub-Genus
Species
Nama Nama lokal bangsa/rumpun Kerbau Sungai Murrah
Kerbau
Bubalus
Bubalus bubalus
Kerbau lumpur
Kerbau Sumbawa Kerbau Tolaki Kerbau Kalang
Kerbau pampangan Munding Tedong Kerbau Moa
Penyebaran
Populasi
Sumatera utara, Jawa tengah Jawa tengah Jawa timur NTT Sumatera utara Sumatera barat NTB
10.000
Sulawesi tenggara Kalimantan selatan Kalimantan tengah Sulawesi selatan Jawa barat Sulawesi selatan Maluku (P.Moa)
-
300.000 260.000 260.000 230.000 125.454
14.864
5.000 160.000 35.000 20.726
Sumber:Murti, T.W. 2007
Berdasarkan tampilan tanduknya, dibedakan beberapa jenis kerbau: a. Kerbau yang bertanduk besar, panjang, pertumbuhan tanduknya membengkok ke bawah, memanjang ke samping, memanjang ke belakang (Kerbau Gondok) dan termasuk Bubalus indicus macroceros. b. Kerbau yang salah satunya tumbuh gondok, sedangkan yang lainnya tumbuh mencuat ke atas (Kerbau Rayong)
Ternak kerbau termasuk golongan ruminansia (perut terdiri 4 macam) sebagaimana sapi, kambing dan domba. Secara ilmiah, pengelompokan kerbau berdasarkan taksonomi adalah sebagai berikut: Tabel 2. Taksonomi Ternak Ruminansia Phylum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Ungulata (binatang berkuku)
Sub-Ordo
: Artiodactylia (ujung kaki datar) 1. Suina
: Termasuk famili Hipopotamidae, Dicotylidae, dan Suidae.
Famili
:
2. Tragulina
: Chevrotain.
3. Tylopoda
: Unta dan sebangsanya.
4. Pecora
: Ruminansia yang sesungguhnya.
1. Cervidae (rusa) 2. Giraffidae (giraffes / jerapah) 3. Antilocarpidae (prongbuck) 4. Bovidae (Ruminansia dengan tanduk berlubang termasuk sapi, domba, kerbau, kambing dan antilope sesungguhnya)
Sub-Famili
: Sapi dan yang sejenis (Bovinae)
Genus
: Bos
Sub-Genus
:
1. S.G. Taurina
(Sub-Group)
: Bos Taurus (cattle / sapi) Bos Indicus (sapi berpunuk)
2. S.G. Bibovina
: Bos Gaurus (gaur)
Bos frontalis (gayal) Bos sondaicus (banteng) 3. S.G. Leptobovina
: Hilang atau punah.
4. S.G. Bubalina
: Bubalus bubalus (Kerbau India) Bubalus mindorensis (Kerbau Filipina) Bubalus depressicornis (Anoa) Bubalus caffer (Kerbau Afrika Selatan)
Dengan melihat pengelompokan di atas, sapi dan kerbau mempunyai kekerabatan dekat, karena berada dalam Sub-Famili dan Genus yang sama, namun berbeda dalam Sub-Genus. Ada empat macam kerbau di dunia ini yang menurunkan kerbau di dunia antara lain: Tabel 3. Kerbau di dunia yang menurunkan kerbau yang ada sekarang No 1.
Sub-Genus
Ukuran
Bubalus arnee(Kerbau India) Besar dan masif
Fungsi
Keterangan
Dipotong dan
Nenek moyang kerbau
atau penghasil
domestikasi
susu 2.
Tamarraw /
Tinggi:
Tamarao(Kerbau Filipina)
75-100cm
-
Kerbau liar di Mindanao(Filipina Selatan)
3.
Anoa gunung
Tinggi:
-
Sulawesi
-
Kerbau liar di Afrika
65-75 cm 4.
Syncerus caffer(Badak)
Tanduk besar
Selatan
Dari berbagai sumber pustaka menerangkan bahwa kerbau berasal dari Bubalus arnee (India). Di India yang merupakan daerah asal usul kerbau dunia terdapat lebih dari 12 bangsa kerbau. Sisa-sisa fosil kerbau yang sekarang masih tersimpan di India, menunjukkan bahwa kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Di Indonesia juga terdapat kelompok-kelompok kerbau yang berbeda setiap daerah. Misalnya di Sulawesi Selatan khususnya di Tana Toraja (Tator) dan Toraja Utara (Torut) terdapat sekelompok kerbau belang putih hitam (tedong saleko), diduga keras terjadi karena kerusakan kromosom dan tidak bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa warna belang tadi tidak diturunkan kepada anaknya begitu saja atau sangat sulit menemukan kenyataan jika dari seekor induk belang akan diturunkan ke
anaknya belang. Ada juga kerbau belang tetapi jumlahnya tidak banyak. Kerbau belang memiliki ciri-ciri badan besar, lebar dan padat, kepala besar, bertanduk agak lurus dan runcing dan punggung lurus. Penggolongan ternak pada umumnya menggunakan dasar: rambut tubuh, warna tubuh, ukuran telinga, bentuk tengkorak, bentuk dasar tanduk dan bentuk dasar dahi. Tubuh kerbau Asia berbeda dengan Afrika. Perbedaan antara kerbau Asia dan kerbau Afrika antara lain sebagai berikut:
Tabel 4. Perbedaan antara kerbau Asia dan kerbau Afrika No 1.
Jenis kerbau Afrika
Rambut tubuh
Rambut mengarah ke Ukurannya belakang
Asia
Tanduk besar, Lebih
Tengkorak Kecil pendek
sepanjang luas dan mengarah ke tebal
garis punggung 2.
Telinga
sisi samping
Rambut mengarah ke Ukuran telinga relatif Tipis,
Kecil
depan
di
memanjang
antara
leher
tengah kecil dan
bulan sabit
tulang hip sepanjang garis punggung KERBAU MURRAH Ditemukan di Delhi, Haryana di India, Uttar Pradesh Barat, bagian utara Uttar Pradesh, Pegunungan Punjab, Karachi, Sind di Pakistan. Kerbau yang baik ada di daerah Rohtak, Hissar dan Jind di sepanjang sungai Sind Pakistan.Kerbau Murrah adalah salah satu kerbau perah yang banyak diternakkan di Indonesia, khususnya di daerah sekitar Medan (Sumatera Utara). Adapun ciri-ciri gambaran umumnya sebagai berikut : - Ukuran kepala relatif kecil dibanding ukuran tubuhnya, ringan dan halus (yang betina) dan kasar (yang jantan). Kepala seimbang dengan bangun tubuh yang padat. - Badan berukuran besar, padat masif dan pendek serta punggung lebar. - Termasuk kerbau dengan berat badan kecil atau ringan (630kg). - Telinga kecil, sempurna dan menggantung.
- Tanduk pendek, melingkar tubuh ke atas dan ke belakang dan berbentuk spiral. - Leher panjang dan tipis (betina), tebal (jantan). Ukuran leher relatif kecil dan ringan. - Kaki lurus dan pendek namun kuat. - Berkuku hitam dan ukurannya lebar. - Ambing berkembang baik dengan vena susu yang tampak menonjol dan 4 puting terpisah cukup jauh antara satu dengan lainnya. Puting belakang pada umumnya lebih panjang dari pada puting depan. - Termasuk jenis kerbau perah yang menghasilkan susu, juga efisien dalam menghasilkan lemak susu.
KERBAU NILI/RAVI Ditemukan di Distrik Mounth Guernsey. Adapun ciri-ciri gambaran umumnya sebagai berikut : -
Ukuran kepala panjang dan besar dengan lekuk nyata berlubang, hidung lebar dan moncong halus.
-
Badan berukuran besar.
-
Termasuk kerbau dengan berat badan kecil atau ringan (453-589 kg)
-
Telinga sedang dan ujung runcing.
-
Tanduk kecil berbentuk spiral.
-
Leher panjang, ramping, tipis dan halus (pada betina), tebal dan kasar (pada jantan).
-
Kaki lurus dan pendek namun kuat.
-
Berkuku hitam dan ukurannya lebar.
-
Ambing dan puting berukuran simetris dan baik perototannya.
-
Termasuk jenis kerbau perah.
B. Solusi mempercepat peningkatan bibit kerbau unggul nasional Terbatasnya kerbau pejantan di Indonesia merupakan persoalan dalam upaya meningkatkan populasi bibit kerbau unggul untuk memenuhi kebutuhan nasional yang masih belum mencukupi, dan inseminasi buatan menjadi salah satu alternatif pertama untuk tujuan ini.
Kerbau jinak / domestikasi (Bubalis bubalis) dibagi menjadi dua yaitu kerbau sungai /water buffalo (India dan Pakistan) dan kerbau rawa (China, Thailand, Filipina, Nepal, Indonesia, Vietnam, Mesir, Birma, Turki, Srilanka, Irak, Iran). Taksonomi kerbau jinak (Bubalis bubalis) sebagai berikut: Kerajaan
: Animalia
Phylum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Ungulata
Sub ordo
: Arthiodactylia
Famili
: Bovidae
Sub famili
: Bovinae
Genus
: Bos
Sub Genus
: Bubalina
Species
: Bubalis bubalis Kualitas dan kuantitas produk budidaya ternak kerbau sangat dipengaruhi pada
kualitas bibit yang digunakan, sehingga perlu pemilihan yang tepat untuk membangun perbibitan kerbau secara nasional, dengan pertimbangan mutunya memenuhi standar, jumlahnya cukup dan harganya terjangkau. Kebijakan di bidang perbibitan kerbau harus mampu mendorong industri perbibitan, khususnya di Sulawesi Selatan. Sehingga peternak terjamin dalam memperoleh bibit unggul secara berkelanjutan. Pertumbuhan kerbau lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sapi. Kerbau dikenal sebagai hewan yang lambat mencapai umur dewasa. Namun pertumbuhan kerbau bisa berlangsung terus menerus sampai umur 10 tahun meskipun kecepatan pertumbuhan setelah 5 tahun relatif sangat lambat. G.Penyakit Bakterial pada Kerbau dan penanganannya Pada umumnya untuk tujuan domestikasi kerbau, bebas tidaknya dari penyakit menjadi patokan seleksi. Aspek parasit dan penyakit tidak boleh dilewatkan dalam pembahasan tata laksananya. Di bawah ini akan ditampilkan beberapa penyakit yang umum terjadi pada kerbau.
1.Radang Limpa Sinonim : Anthrax Radang limpa merupakan penyakit akut disertai demam yang ditandai dengan bakteriemia. Hewan kerbau yang mati karena radang limpa biasanya menunjukkan bakteriemia yang hebat. Pada saat kematian populasi kuman tersebut terdiri dari kuman berbentuk batang yang bersifat vegetatif yang pada bangkai yang tidak dibuka akan mengalami autolisis. Oleh infasi kuman-kuman pembusuk, kuman radang limpa tidak mampu bertahan dan akan mati. Pada waktu bangkai dibuka untuk pemeriksaan, oksigen yang ada di udara akan segera mengubah kuman-kuman labil tersebut menjadi spora yang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga pemeriksaan untuk bedah bangkai penderita radang limpa tidak dianjurkan. Pada kejadian radang limpa akut menyebabkan tingginya kasus penyakit radang limpa pada manusia, meskipun radang limfa merupakan penyakit ruminansia dan kuda, namun penyakit tersebut dapat pula menyerang hewan-hewan menyusui lainnya secara luas. Radang limpa merupakan salah satu penyakit ternak yang dapat menular ke manusia (Zoonosis) dan berbahaya karena dapat mematikan. Habitat dan distribusi
Spora Bacillus anthracis tahan terhadap kekeringan, sehingga mampu hidup di tanah selama bertahun-tahun.
Etiologi
Radang limpa disebabkan oleh Bacillus anthracis. Kuman tersebut bersifat Grampositif, berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Kuman yang sedang menghasilkan spora memiliki garis tengah
≥ 1 µ dan panjang ≥ 3 µ. Kuman Bacillus anthracis tidak
menghasilkan gas, sehingga pada palpasi tidak terdengar suara krepitasi.
Epidemiologi
Daerah-daerah yang terserang radang limpa biasanya memiliki tanah yang bersifat alkalis dan kaya bahan-bahan organik serta kebanyakan terjadi pada musim dingin. Daerah endemik dimana infeksi selalu ada cenderung di daerah yang rendah, dekat sungai terutama daerah delta, dengan tanah yang hangat dan gembur, lembab, pH alkalis sampai netral, karena
kondisi seperti ini cocok untuk sporulasi. Radang limpa terdapat di seluruh dunia, tetapi terbatas pada beberapa wilayah saja dibandingkan dengan radang paha. Banyak daerah potensi ternak yang diketahui merupakan daerah penyakit radang limpa tidak mengalami wabah penyakit untuk jangka waktu yang panjang, meskipun tidak dilakukan vaksinasi. Apabila terjadi perubahan ekologik, misalnya karena datangnya musim hujan, spora basil yang semula bersifat laten akan berkembang hingga terjadi peningkatan populasi kuman dan selanjutnya kuman-kuman dapat menyerang ternak di tempat tersebut. Kebanyakan kasus radang limpa terjadi pada waktu ternak kerbau digembalakan di padang rumput.yang baru menerima air berlebihan dari daerah lain yang merupakan padang penggembalakan yang berbahaya. Kuman Bacillus anthracis masuk ke dalam tubuh kerbau melalui saluran pencernaan makanan, ingesti padang rumput, tanah, air minum yang terkontaminasi. Rumput tajam atau keras akan merusak membrana mukosa yang memudahkan penetrasi organisme. Pada saat hewan mati setelah beberapa saat kemudian cairan yang mengandung darah akan dikeluarkan dari tubuh yang akan mengontaminasi lingkungannya. Sporulasi memerlukan temperatur yang hangat dan kontak dengan udara. Selain itu kuman memasuki tubuh dengan melalui saluran pernafasan dan penetrasi kulit penderita. Sumber utama infeksi kuman Bacillus anthracis adalah tanah dan air.
Patogenesis
Infeksi awal melalui selaput lendir, kuman akan memasuki cairan limfe selanjutnya menuju ke darah dan terjadi bakteriemia yang hebat di daerah perifer.
Gejala-gejala
Kematian pada kerbau terjadi dalam waktu yang singkat (beberapa menit atau beberapa hari) pada proses penyakit yang berlangsung secara perakut (sangat cepat). Kematian yang tiba-tiba atau beberapa menit setelah terlihat gejala awal. Proses yang berlangsung secara perakut atau sangat cepat ini biasanya ditandai dengan gejala awal sebagai berikut: Kelemahan yang mendadak. Demam. Sesak nafas. Kekejangan.
Keluarnya darah dari lubang-lubang tubuh. Keluron. Oedematus dan panas pada jaringan di bawah kulit (bagian perut dan pinggang). Tinja berdarah.
Pemeriksaan Patologi-anatomi Tidak diperbolehkan membuka karkas sebelum pemeriksaan ulas darah Hewan kerbau yang mati karena radang limpa, mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Limpa
: -Kongesti secara akut dan berisi darah yang sianotik dan mengandung kuman-kuman dalam jumlah yang besar. -Noda nekrose bersifat akut dan berukuran kecil. -Membengkak secara menyolok(limpa dan kelenjar limpa) dengan warna gelap dan berdarah.
Hati
: -Membengkak secara menyolok(limpa dan kelenjar limpa). -Noda nekrose bersifat akut dan berukuran kecil.
Kulit, serosa dan : -Kebengkaan oedem dan perdarahan. selaput lendir
Daging
: -Cepat mengalami pembusukan tanpa terjadinya proses rigor mortis.
Darah
: -Bersifat sianotik dan ditemukan pada lubang-lubang tubuh.
Penyebab kematian : -Belum diketahui secara pasti karena darah jantung tidak mengalami penggumpalan.
Diagnosa Bahan pemeriksaan untuk melakukan diagnosa radang limpa pada kerbau seperti tersebut di bawah ini:
Tabel 5. Uraian bahan-bahan untuk diagnosa radang limpa kerbau
No
1.
Bahan
Cara
Bagian telinga sebelah bawah
Dibuat preparat apus dua buah tanpa fiksasi. Preparat
tersebut
dikirimkan
dengan
dibatasi lidi yang diletakkan berhadaphadapan. Sisa darah yang terdapat dalam tabung injeksi dikirimkan ke laboratorium 2.
Pengambilan darah lewat vena jugularis
3.
Bangkai kerbau terpaksa dibuka Bangkai diletakkan pada bagian tubuh (biasanya dilarang)
sebelah kanannya. Limpa disimpan dalam almari es. Buat preparat apus darah dari potongan limpa tersebut sebelum dimasukkan alamri es.
Penentuan diagnosa Dasar penentuan diagnosa, atas adanya riwayat penyakit radang limpa pada suatu kandang yang telah diketahui sering sering mengalami wabah penyakit tersebut. Beberapa gambaran Bacillus anthracis dari beberapa perlakuan dan pengecatan: Tabel 6. Karakteristik morfologi kuman Bacillus anthracis
No Perlakuan
Gambaran
1.
-Bentuk batang terlihat dalam bentuk rantai yang
In Vitro (kultural)
sangat panjang. 2.
In Vivo (biologik)
-Jarang membentuk rantai yang terbentuk dari 4 kuman. -Kuman-kuman tersebut mempunyai ujung yang memendek dan seluruh rantai dibungkus oleh
suatu selubung (kapsel) tunggal. 3.
Pengecatan
/
pewarnaan -Selubung nampak pucat.
dengan Loeffler’s alkaline -Preparat apus: kuman Clostridia bersifat Gram methylen blue atau Giemsa positif, berukuran besar (tidak akan tumbuh untuk
melihat
kapsul karena suasana anaerob, tetapi pada pembiakan
anthracis yang unik.
kuman radang limpa ditemukan biakan yang cepat tumbuh (tidak tergantung suasana anaerob). -Kuman yang berumur > 24 jam dapat digunakan untuk memastikan penyakit radang limpa
Prognosa Prognosa radang limpa yang belum terlambat dibandingkan dengan radang paha lebih menguntungkan (Fausta).
Diagnosa banding -Blacleg. -Infeksi clostridium. -Keracunan. -Hemorrhagic Septicemia (Ngorok). -Tympani (Bloat). -Digigit ular. Terapi Pengobatan radang limpa yang memberikan efek yang sangat bagus antara lain dengan preparat yang mengandung penisilin dan streptomisin serta derivat antibiotika. Sedang untuk penggunaan antiserum limpa sudah sangat terbatas karena harganya mahal. Dosis dan cara pemakaiannya adalah sebagai berikut: No
Jenis obat
1.
Penstrep - 400
2.
Oxytetracycline-LA
3.
Dosis
Cara pemakaian
intramuskuler 1 ml / 10 kg BB
intramuskuler
Pengendalian Langkah-langkah pengendalian radang limpa yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Di daerah yang biasa terdapat radang limpa vaksinasi tahunan perlu dilakukan. 2. Larangan perdagangan daging dan hasil-hasil ternak lainnya seperti kulit ternak dari wilayah yang belum lama menderita penyakit radang limpa. 3. Bangkai hewan yang menderita radang limpa dibakar, atau ditanam dalam-dalam (± 2,5 meter) dengan batu kapur. 4. Memindahkan hewan-hewan dari padang penggembalaan ke kandang-kandang terpisah untuk pemeriksaan secara teliti sehari-hari.
2. Penyakit Ngorok Sinonim : Septisemia Epizootika Penyakit
Haemorrhagie
Septicaemia
disebabkan
oleh
Pasteurella
multocida. Kerbau merupakan ternak domestikasi yang paling menderita akibat penyakit ini. Kematian pada kerbau akibat penyakit ini sangat tinggi.
Epidemiologi Penyakit ngorok terdapat di Indonesia (wilayah tropis dan subtropis). Hewan pembawa (carrier) akan meningkat jika vaksinasi tidak dilakukan setiap 6 bulan sekali. Hewan pembawa bertambah besar tiap kali ada wabah.
Patogenesis Pembengkakan daerah tekak merupakan gejala awal penyakit terjadi karena infeksi kuman Pasteurella multocida lewat saluran pencernaan dan pernafasan melalui daerah tonsil. Pada kerbau yang rentan (kerbau muda dan tidak divaksin) kematian dapat terjadi dalam waktu 24 jam setelah terjadinya infeksi.
Gejala-gejala Penyakit ngorok dengan bentuk tenggorokan ditandai dengan busung di leher bagian ventral sampai ke gelambir. Kadang-kadang busung bisa di kedua kaki depan. Kasus pada kerbau yang sepenuhnya rentan ditandai dengan busung yang bersifat difus dengan batas tepi yang meluas.
Pemeriksaan patologi-anatomis
Glotis,
jaringan : -Pada seksi terlihat busung.
perilaringeal
dan
peritracheal
Rongga dada dan : -Terdapat cairan yang jumlahnya tidak terlalu pericard
Paru-paru
banyak.
: -Bendungan
maupun
perubahan
radang
dalam
berbagai tingkatan.
Daging
: -Cepat mengalami pembusukan tanpa terjadinya proses rigor mortis.
Darah
: -Bersifat sianotik dan ditemukan pada lubang-lubang tubuh.
Penyebab kematian
: -Belum diketahui secara pasti karena darah jantung tidak mengalami penggumpalan.
*) Medik Veteriner Madya pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999.
Manual Standar Diagnostik Penyakit Hewan Untuk Personel Laboratorium Diagnostik Penyakit Hewan.
Forrest, J.C.,
Aberle, E.B., Hendrick, H.B., Judge, M.D dan Merkel, R.A 1975. Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Company.
Lawrie, R.A,1979.
Meat Science, 3rd ed. Pergamon Press.