1t'°/n1 Ir "PEAAN BllVIBINGAN DAN KONSELING DALAIVI IVIENGATASI PERILAKU BULLYING SISWA SNIA AL-IZHAR PONDOK LABU" SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
• • • llll!lllilllr.
Ull I Disusun oleh :
dari
SITI NURBAITI
104070002284
. ····· ....... 3 ' IlY'/""'•·····
.
:~..· 1n1. uk ........ ' J~·::::%3·::r2rr··· ~......... .. ........k?..g'. 1
k!:isifi.kasi : ............................. " .......... -,-·
FAKULTAS PSIKOLOGll UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAl
"PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGAT ASI PERILAKU BULL YING SIS\llfA SMA AL-IZHAR PONDOK LABU" SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh:
SITI NURBAITI NIM: 104070002284
Di bawah bimbingan Pembimbing
:!::rif,; NIP. 150326891
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKA1RTA 1430 H/2009 M
Pengesahan Panitia Ujian Skripsi yang berjudul "Peran Bimbingan dan Konselinig Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Ciputat, 27 Februari 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP: 130885522
Sekretaris Merangkap Anggota
o,,{~~s; NIP: 150215282;
Anggota Penguji I
Penguji II
JF~'
-4~~JBamban£1 Suryadi, Ph.D I !IP: 150:326891
NIP: '150215283
Pembimbing
~~tBambang Suryadi, Ph.D NIP: 150326891
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) Februari 2009 (C) Siti Nurbaiti (D) "Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu" (E) 115 hal, 29 tabel, 16 lampiran (F)
Sekolah merupakan tempat bagi para siswa menimba ilmu pengetahuan dan sudah seharusnya tempat tersebut aman bagi mereka. Namun ternyata, dibeberapa sekolah masih ditemukan kasus kekerasan yang dilakukan antar siswa. lstilah kekerasan antar siswa di negara barat, dikenal dengan istilah bullying. Papalia, et Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untu~; menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Kasus bullying yang terjadi di sekolah merupakan masalah penting dan serius, yang harus segera diatasi, karena bullying membawa banyak dampak negatif terhadap siswa1 itu sendiri maupun lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku ag;esif atau bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang rnenjadi korban bullying. Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkernbangan siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Bimbinga11 dan Konseling Dalam Menangani Perilaku bullying Siswa SMA Al-lzhar Ponc!ok Labu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128,dan sampel penelitian ini sebanyak 64 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data yang dihasilkan berupa data yang berbentuk bilangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang membi~rikan gambaran iv
atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dan teknik analisa datanya memggunakan rumus distribusi frekuensi. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar telah menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani perilaku bullying siswa. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi indikator dari peran BK secara preventif dan kuratif dalam menangani perilaku bullying siswa.
(G) Bahan bacaan 27 buku + 7 internet+ 4 skripsi
v
ABSTRACT
(A) The Faculty Of Pshychology (B) February 2009 (C) Siti Nurbaiti (D) The Role of Guidance and Counseling in Solving o,f behavior Problem at Students of Al-lzhar Senior High School Pondok Labu (E) 114 pages, 29 tables, 16 enclouser (F)
A school is a place where many students study knowledge, and students will get good knowledge in the good school condition. One of the good school condition criteria is a safe condition. Because of that, the school should be safe for students. Nevertheless, in the several schools were still found many force cases that have been done by students. The term of this case in West, known as bullying. Papalia, et.al in Dian P (2007) stated that bullying is an aggressive behavior which is purposely and continuity to attack a target or victim, especially a weak person who is easy to be mocked and cannot defend his self from attack. Bullying case happened in the school, was an important and serious problem that should be solved. Beci3use it cause many negative impacts toward student' self and environment. One of the impact is can be manifested in anxiety, shy, aggressive behavior, even suicide trial which would be done by a child as bullying victim. This reality had enough anxious for developing student. T'1erefore, the solving the problem above is, every school must have an institution or unit to handle the student problem. The institution is guidance and counseling. This research tend to know the role of guidance and counseling preventively and curatively in solving bullying behavior of Al-lzhar Senior High School student at Pondok Labu. The Population in this research was the second grade students of Senior High School at Al-lzhar Pondok L.abu. It was 128 respondence and Sample 64 respondence. The research used quantitative approach where the output data was in numeral the method use descriptive method; a research give describing a phenomenon as clear as possible without treatment to resHarch object. Beside that, technique of data analysis used frequency distribution. vi
The research findings concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conducted its preventive function iin solving bullying problem with receiving students consultation, giving satisfying service for students, giving bullying information, explaning about school rules, and giving a guidance about frenship interstudent ethics. Meanwhile, in curative function, counselor give a counseling serve for student by individual and group, receiving students suggestions, giving the service whenever they needed. The writer concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conucted its function optimally in solving student bullying behavior. For the next research, the writer hopes to other researchers can do research the indicators deeper more from the rolr of guidance and counseling preventively and curatively in solving student bullying behavior.
(G) Refference 27 books + 7 website + 4 skripsi
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, lbu Dra Fadhilah Suralaga, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik beserta jajarannya. 2. Bapak Bambang Suryadi Ph.D yang terus membantu
p1~nulis
disela-sela
kesibukannya, beliau masih mau meluangkan waktunya untuk penu!is guna member koreksian dan masukan agar karya ini mengalami kemajuan. 3. Kedua orang tua yang telah memberikan jasa tak terbalaskan bagi kehidupan penulis baik itu moril dan materil, selama hidup penulis pun tidak akan pernah dapat membalasnya. Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk mereka, juga keluarga dirumah mpok' yana, bang oman, k fairus, bang apit, mpok' uyah, miftah dan untuk keponak:anku Nanda dan Gazi Rabbani (!ante sayang kalian bgttt .. ) 4. Untuk "Dimas Anggara Diningrat" yang tak pernah berhenti memberikan perhatian, semangat dan dukungannya selama ini "CIAA"), viii
(dapE~t juga
tiket
5. Anak-anak Srikandi atas: lina, nana, ayu, k eli, widi, dika (terimakasih tak terhingga untuk semua kebaikan kalian selama ini). 6. Untuk sahabat terbaikku: iyoet, iik, melly Oangatn lupain kenangan manis pahit kita ya selama ngekost bareng.y."pa' Tarmi & kos pink". Tetap semangat selesaian skripsinya .. ok) 7. Teman-teman seperjuanganku Riani, Naela, Nur, Kresno, Ciah, Fatimah, Ega, Ummil, k Eli, Wuri, Putri, Riri, Farah Bariroh dll.terimakasih atas sumbangan pemikirannya dan semangat yang kalian berikan. Para mahasiswa Angkatan 2004 khususnya kelas A
Ciputat, Februari 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISi Halaman Halaman Judul Halaman Persetujuan ............................................................
ii
Halaman Pengesahan .. . ... .. ... ... .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. iii Abstrak ................................................................................ iv Kata Pengantar ............ ... ... ................. .... ... ............. ... .. ....... Daftar lsi ..............................................................................
viii x
Daftar Tabel .......................................................................... xiii
BABl:PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah
1
1.2 ldentifikasi Masai ah . .. . . . .. . . .. .. . . . . .. . .. . . . . . .. .. . . .. .. . . . . .. . . .. ..
9
1.3 Pembatasan dan Perumusan masalah . . . ... .. . . . . . .. . .. . . . . .. .
9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .. . . . . . . . . . . ... . . . . .. ... . . . . . . .. . . . . 11 1.5 Sistematika Penulisan . .. .. . . . . .. . . .. . . . . . . . .. .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. 12
BAB 2: KAJIAN TEORI 2.1 Bimbingan dan Konseling 2.1.1 Pengertian Bimbingan ........................................ 14 2.1.2 Pengertian Konseling ........................................ 19 2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling
. .. . . . ... 22
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling ............... 25 2.1.5 Bidang-bidang Blmbingan dan Konseling .............. 31
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan Konseling ..................... 34 2.1.7 Pola Umum Bimbingan Konseling di Sekolah ......... 39 2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling ............ 40 2.1.9 Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam .... 43
2.2 Bullying 2.2.1 Pengertian Bullying
. .. . . . .. . . .. .. . . .. .. . . .. . . . .. . . . .. . . . . .. . 48
2.2.2 Jenis-jenis Bullying . .. ... ... ... ... ... ... . .. ... . .. ... . .. ... ...
51
2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying .............................. .
53
2.2.4 Tipe Pelaku Bullying ....................................... .
53
2.2.5 Tipe Korban Buliying
54
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban
................... .
55
2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam ....................... .
57
2.2.8 Penelitian Terdahulu ..................................... ..
60
2.3 Kerangka Berpikir .................................................. .
61
BAB 3: ME70DOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian ....................................
64
3.1.2 Metode Penelitian . .. .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . . . .. . . ..
64
3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .. 64 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi . .. . . . .. . . . . .. . . . . . .. . . . .. . . .. . .. . . . .. . . .. .. . . . . .. . . ..
66
3.2.2 Sampel
67
... ... ... ... ... ... ... ... ...... ...... ... ... ... ... ... ....
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... ... . .. ... ... ... ... ... ... .
67
3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data 3.4.1 Kuesioner . . . .. .. . . .. . . . .. . . . . .. . .. . . .. . . . . . . . . . .. . . .. . .. .. . . . . 68 3.4.2 Wawancara........ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
69
3.4 Teknik Penyusunan Angket ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ....
70
3.4.1 Uji lnstrumen penelitian . .. ... . . . ... . ... ... ... ... . . .. ...
74
3.5 teknik Analisa Data ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
74
3.6 Prosedur Penelitian ... ... ... .. . . .. . .. ... ... ... . . . ... . . . . .. ... . .. . .. .. 76
BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DAT A 4.1 Gambaran Umum Subjek
........................................ 78
4.2 Deskripsi Data . .. . . . .. . . . . .. . . .. .. . . .. .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . . .. .. . . . . . 79
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
.......................................................... 110
5.2 Diskusi . . . . .. . . . .. . .. . .. . . .. . .. . . . .. . . . . .. . . .. .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . 111 5.3 Saran ...................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
Daftar Tabel Tabel 3.1: Kisi-kisi instrument penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 73 Tabel 4.1: Gambaran umum Subjek ... .. . . .. ... .. . ... ... ...... ... . .. ... . .. ... . 78 Tabel 1-9: Peran bimbingan dan konseling secara preventif ... ... ... ...
80
Tabel 10-15: Peran bimbingan dan konseling secara kuratif ............ 94 Tabel 16-27: Gambaran perilaku bullying ................................... 101
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah merupakan sarana pendidikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Pentingnya pendidikan membuat pemerintah Indonesia mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun. Dengan adanya pencanangan wajib belajar sembilan tahun diharapkan bangsa Indonesia dapat mempunyai masa depan yang lebih maju dan berkembang. Namun saat ini belajar sembilan tahun saja, yaitu sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianggap tidak cukup untuk rnemenuhi tuntutan hidup. Banyak lowongan pekerjaan yang menuntut para pelamarnya untuk memiliki tingkat pendidikan minimal di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dengan adanya tuntutan tersebut seharusnya para pelajar lebih termotivasi untuk berprestasi di sekolah khususnya tingkat SMA, karena SMA adalah salah satu jenjang pendidikan yang akan mengantarkan mereka pada dunia kerja. Namun pada kenyataanya, saat ini banyak pelajar yang berperilaku negatif dan melakukan tindak kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dari
pemberitaan berbagai media massa tentang pelajar yang tawuran, dan melakukan tindakan anarkis lainnya.
S1Jatu hal yang sangat ironis jika setiap tahun ajaran baru, berbagai surat kabar ramai memberitakan jalannya Masa Orientasi Siswa (MOS). Model orientasi siswa seperti ini sudah ada sejak dahulu, dan sampai sekarang hampir semua sekolah masih melakukannya. Hanya saja masing-masing sekolah menyelenggarakannya dengan cara yang berbecla-beda. Beberapa tahun terakhir ada sekolah-sekolah yang telah dengan baik memanfaatkan tradisi masa orientasi ini dengan berbagai kegiatan positilf seperti melakukan gerakan penghijauan atau kegiatan kewirausahaan. Sebaliknya masih banyak juga sekolah yang masih menerapkan tradisi kek(~rasan berupa penggencetan, gojlok, plonco, stressing, yang kesemuanya itu tentu saja jauh dari tujuan utama diselenggarakannya MOS itu sendiri yaitu pengenalan sekolah (Desy Nataliana, 2308).
Para siswa baru menganggap bahwa, kekerasan yang acla saat MOS dipandang sebagai ajang balas dendam senior pada yuniornya, dan MOS juga dianggap sebgai ajang untuk mempemalukan para siswa baru dengan kegiatan yang merendahkan dan mengintimidasi. Kegiatan penggencetan ini juga seringkali berlanjut di luar masa orientasi dan di luar sekolah, dikenal dengan istilah natar. Materi yang diberikan diantaranya tentang pentingnya 2
hormat terhadap senior, larangan berperilaku ngocol bagi siswa yunior di sekolah, sampai penataran tentang pengetahuan siapa musuh para senior, dimana lokasi terbaik mencari musuh sampai strategi tawuran. Tentu saja semua ini sudah tidak resmi dari sekolah lagi. Siswa baru yang tidak menurut pada senior akan dikerjai di luar sekolah, dibilang tidak solider, diancam, dibentak, diculik, dipukuli bahkan sampai ada yang menewaskan siswa baru, sehingga akhirnya mereka harus berurusan dengan polisi (Desy Nataliana, 2008).
Menurut Abarwati dan Nuryadi dalam Sumarhudoyo (2004). peristiwa yang terjadi di salah satu sekolah kawasan Kebayoran Baru yang merupakan salah satu bentuk peristiwa MOS yang dilakukan oleh pelajar senior yang merugikan pelajar yunior dikenal dengan sebutan perilaku gencet-gencetan.
Salah satu pelajar di sekolah tersebut yang bernama Andi (bukan nama sebenarnya) mengaku pernah menjadi korban dari perilaku gencet-gencetan selama satu tahun ketika ia duduk di bangku kelas satu SMA. Lebih parahnya lagi, Andi dan teman-temannya bahkan pemah diculik oleh empat kakak kelasnya. Mereka dibawa ke rumah salah satu senior, kernudian mereka dibentak, dikerjai habis-habisan, bahkan dipukul. Perilaku gencet-gencetan yang diterima Andi adalah ketika dalam penculikan itu ia harus bercerita lucu maka ia ditampar oleh sang senior.
Perilaku gencet-gencetan yang dilakukan oleh pelajar senior terhadap pelajar yunior di tingkat SMA dapat dikategorikan sebagai bullying. lstilah kekerasan antar pelajar di negara barat, sejak tahun 1970 lebih dikenal dengan istilah bullying. Mungkin agak sulit untuk mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa indonesia untuk bullying. Secara definisi bullying ;adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual (PeKa, 2008).
Menurut Farrington dalam Sumarhudoyo (2004), para
bull~·
(pelaku bullying)
menganggap bahwa mereka yang lemah hanya akan pasrah dan tidak melawan apabila dikerjai oleh para bully. Para korbannya hanya bisa diam untuk tidak diperlakukan lebih buruk lagi oleh para bully. ICekuatan yang dimiliki oleh pelajar senior telah menumbuhkan sikap agresif dalam diri mereka yang mengakibatkan adanya perilaku antisosial kepada mereka yang tidak setara dengan pelajar senior tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tipe dari perilaku agresif, dan agresivitas merupakan tipe dari perilaku antisosia:I.
Kasus lain yang terjadi akibat bullying (dalam SEJIWA, 2008) adalah Fifi Kusrini, seorang gadis 13 tahun, seorang tunas bangsa calon pemilik masa depan, ternyata tidak berumur panjang. Pada tanggal 15 ,Juli 2005, siswi 4
SMP Negeri 10 Bantar Gebang, Bekasi itu ditemukan tergantung di kamar mandi rumahnya. Fifi mengakhiri hidupnya dengan meng!~unakan seutas tali, namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia mengambil keputusan nekad seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang dari sang ayah, yang mengatakan putrinya merasa malu karena sering diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. (Liputan6.com, 16 Juli 2005 dan Kompas, ·17 Juli 2005).
Dari dua kejadian di atas, dapat dibayangkan betapa bes;ar dampak yang ditimbulkan dari bullying. Namun guru, orangtua, bahkan siswa belum memiliki kesadaran yang penuh tentang bullying. Bullying merupakan istilah yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia rneski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan.
Perilaku bullying sudah seharusnya dipahami sebagai suatu masalah serius oleh semua pihak, guru, orang tua dan siswa (pelaku maupun korban) dan pihak terkait lainnya, karena perilaku bullying ini bersifat merusak baik korban maupun pelaku. Maka dari itu segala perilaku negatif yan1~ dilakukan siswa khususnya bullying, jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru. Tetapi harus segera diketahui dan diatasi sedini mungkin. Anak yang melakukan perilaku bullying sebaiknya diberikan perhatian dan bimbingan yang lebih dibanding dengan siswa lain. Sebenamya bukan hanya pihak sekolah seperti
guru yang bertanggung jawab dalam mengatasi perilaku bullying, tetapi orang tua juga harus berperan dalam mengatasi perilaku negatiif anaknya berupa perilaku bullying.
Hanya saja kenyataannya orang tua tidak mengetahui tindakan anaknya diluar rumah, khususnya di sekolah. Saat ini banyak orang tua merasa jika anaknya berada di sekolah itu merupakan tanggung jawab para guru untuk mendidik anak. Hal itu terjadi karena kesibukan kedua omng tua mereka yang bekerja, sehingga orang tua tidak dapat memantau .apa saja tindakan yang telah dilakukan oleh anaknya di luar rumah.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkembanga1n siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan kons::iling.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah atau tE,mpat pelayanan berbagai permasalahan yang dialami siswa. Selain sebagai tempat pelayanan proses bimbingan dan konseling, bimbingan konseling juga memiliki fungsi-fungsi dan metode-metode tertentu sebagai solusi alternatif dan bernilai positif tanpa memakan waktu yang lama, sehingga pada
hubungan timbal balik tersebut dapat berjalan sesuai den9an kegunaan dan harapan.
Bimbingan konseling merupakan bagian internal dari proses pendidikan di sekolah. Tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan pelajar yang dilakukan siswa dalam lingkup sekolah. Seperti diadakannya program-program bimbingan konseling yang mengarah pada upaya pembinaan siswa intra dan ekstrakurikuler, yang bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. DEmgan demikian sangat jelas bahwa keberadaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam menangani permasalahan siswa sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Sebagaimana Rogers yang dikutif oleh Hallen (2002) mengemukakan bahwa, konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan
untu~t
membantu dia
dalam mrirubah sikap dan tingkah lakunya.
Pada penelitian ini, penulis memilih Al-lzhar sebagai objek penelitian dengan beberapa alasan diantaranya adalah tingginya tingkat kesadaran dan kepedulian yang dimiliki Al-lzhar dalam mencegah atau mengatasi masalah bullying. Salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Al-lzhar untuk mencegah bullying di sekolah adalah dengan membentuk field day activity. Field day activity adalah suatu kegiatan lapangan (misalnya perlombaan)
7
dimana siswa yang bernomor absen sama dicampur dalam satu kelompok, sehingga masing-masing kelompok terdapat siswa dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Dalam kegiatan ini yang diutarnakan adalah bagaimana sekolah menyediakan sebuah wadah bagi murid senior dan yunior untuk terlibat dalam sebuah aktivitas yang membangun kebersamaan diantara mereka (SEJIWA, 2008).
Selain membentuk field day activity, alasan penulis memilih Al-lzhar adalah karena berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan ketua SEJIWA (LSM yang peduli dengan masalah bullying) diketahui bahwa Al-lzhar Pondok Labu adalah salah satu sekolah yang bekerja sama dengan pihak SEJIWA, dan aktif mengikuti pelatihan mengenai bagaimana meng;atasi bullying di sekolah.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif, dan kuratif untuk mengatasi perilaku bullying, bagaimana gambaran perilaku bullying siswa, dan apakah ada kendala bagi konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka penulis ingin mengungkapkan hal-hal tersebut dalam suatu penelitian
berjudul "PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING SISWA SMA AL-IZHAR PON DOK LABU"
1.2 ldentifikasi Masalah 1. Bagaimana gambaran perilaku bullying pada siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu? 2. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ? 3. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ? 4. Apa kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling atau konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah Agar masalah yang diteliti selalu berada dalam jalurnya dan terarah, maka penulis membuat batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah suatu proses pemberian bantuan oleh guru bimbingan konseling (konselor sekolah) kepada anak didik agar anak didik tersebut khususnya anak yang b1~rperilaku bullying
9
dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah. Dengan memperhatikan bahwa anak didik tersebut adalah makhluk individu dan sosial serta memperhatikan adanya perb1~daan-perbedaan individu. 2.
Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah bagian utama dari tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di SMA Al-lzhar Pondok Labu. Adapun peran utama konselor adalah sebagai pembimbing, pengarah, penunjuk, pengantisipasi masalah (preventif) serta menjadi pem•;lcah masalah (kuratif).
3. Bullying yang dimaksud adalah perilaku kekerasan yang terjadi yang terjadi di sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap yuniornya, dilakukan secara berulang-ulang dan dalam periode waktu tertentu. Bentuk bullying bisa berupa fisik, psikologis dan gabungan dari keduanya. 4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok Labu. Hal ini karena siswa-siswi tersebut telah merasakan pelayanan bimbingan dan konseling selama 2 tahun.
10
1.3.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: "Bagaimana Peran Bimbingan dan Kons1~ling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"
1.4 Tujuan dan manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu.
1.4.2 Manfaat Penelitian Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan keilmuan, k'lususnya pada bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial. Penelitian ini juga diharaplcan bermanfaat dengan memberikan informasi tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa.
11
Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah 1. Dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru bimbingani dan konseling, khususnya dalam mengatasi siswa yang melakukan perilaku bullying di sekolah 2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi konselor sekolah, guru atau wali kelas, orang tua dan bagi siswa itu sendiri dalam peningkatan pemberdayaan peran bimbingan dan konseling. 3. Diharapkan dapat membantu para orang tua dan guru agar lebih memahami dan mengarahkan perkembangan anak-anak mereka agar kelak terhindar dari perilaku bullying yang dapat men.i!}ikan dirinya sendiri. 4. Penulis dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga penulis untuk menambah wawasan keilmuwan di masyarakat.
1.5Sistematika Penulisan BAB 1: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan, perumusan masalah, tujuan, manl'aat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2: Kajian Teori, membahas tentang pengertian bimbingan, pengertian konseling, perbedaan antara bimbingan dan konseling, fungsi serta tujuan bimbingan dan konseling, bidang-bidang bimbingan dan konseling, jenis
12
layanan bimbingan dan konseling, pola umum bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, serta bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam. BAB 3: Metodologi Penelitian, adapun isi bab ini meliputi jenis penelitian, definisi variable, definisi operasional, populasi, sample, teknik pengambilan sample, teknik dan instrument pengumpulan data, serta prosedur penelitian BAB 4: Presentasi dan Analisa data, bab ini meliputi gambaran umum subjek berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal sekolah. juga deiskripsi data BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Daftar pustaka berisikan daftar referensi buku yang digunakan sebagai literatur pembuatan laporan penelitian.
13
BAB2 KAJIAN TEORI Dalam bab ini dibahas landasan teori yang akan mengharitarkan kedalam pembahasan tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa berdasarkan teori-teori kepustakaan.
2.1
Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Membicarakan suatu masalah terlebih dahulu kita harus rnengerti tentang pengertian masalah yang akan kita bicarakan. Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata "Guidance" bHrasal dari kata kerja "to guide" yang mempunyai arti "menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu". Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau turitunan (Hallen,
2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan (Pusat 13ahasa Depdiknas,
2002)
1 A
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book Of Education 1955 (dalam Ha!len, 2002) yang menyatakan: "Guidance is a process of helping individual throught their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happiness and social usefulness".
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Makna bimbingan dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam literatur-literatur bimbingan dan konseling diantaranya Dewa Ketut Sukarni (2000) menyatakan bahwa "Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu prose pemberian
bantuan
kepada
individu
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan kec.daan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umunya. Dengan demikian, ia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikain sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial".
Berdasarkan Kurikulurn yang kernudian dikutip oleh Yusuf Gunawan (1987) rnengartikan birnbingan sebagai: "Suatu prose bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dengan rnernperhatikan kernungkinan-kernungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalarn rangka perkernbangannya yang optimal, sehingga rnereka dapat rnernaharni diri, rnengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan rnasyarakat".
Frak W. Miller dalarn bukunya Guidance, Principle dan Se.rvices yang dikutip oleh Sofyan S Wilis (2004), rnengernukakan definisi birnbingan sebagai berikut: "bimbingan ada/ah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan ba9i penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, ke/uarga dan masyarakaf'.
Dep<Jrternen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan Pendidikan yang dikutip oleh Andi Mappiare (1984) mernberikan rurnusan: "Birnbingan di sekolah adalah proses pernberian bantuan l<epada murid, dengan rnernperhatikan rnurid itu sebagai individu dan rnakhluk sosial serta rnernperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu,
a~1ar
rnurid itu dapat
rnernbuat tahap rnaju seoptirnal rnungkin dalarn proses perkernbangannya dan agar dia dapat rnenolong dirinya menganalisa dan rnernecahkan
masalah-masalahnya. Semuanya itu demi memajukan kebahagian hidup, terutama ditekankan pada kesejahteraan mental".
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menurut Sofyan S. Willis (2004) dari berbagai pengertian bimbingan yang telah dikemukakan diatas, dapat simpulkan karakteristik bimbingan (guidance) adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belurn bermasalah, sehingga dengan bimbingan dia akan memelihara diri dari berbagai kesulitan. 2. Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya seorang pembimbing menghadapi seorang klien (si terbimbing). Mereka berdiskusi untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upaya-upaya bagi diri klien yang terbaik baginya.
Disamping itu, bimbingan kelompok adalah jika seorang pembimbing menghadapi banyak klien. Disini pembimbing lebih banyak bersikap sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinamika kelompok. Masalah yang dihadapi adalah perso3lan bersama, misalnya meningkatkan prestasi belajar, kreativitas dan sebagainya.
3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua organisasi dan sebagainya. Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti diskusi, dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai, dan sikap-sikap yang menghargai, ramah, jujur dan terbuka. Bisa dikatakan bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yan9 berminat, asal mendapat pelatihan terlebih dahulu (Sofyan S Wilis, 2004).
Pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan, dan bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan. Orang dapat memberikan pertolongan kepada anak yang jatuh agar bangkit, tetapi ini bukan merupakan bimbingan. Pertolongan yang merupakan bimbingan mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi.
2.1.2 Pengertian Konseling lstilah konseling berasal dari bahasa lnggris "to counsel' yang secara etimologis berarti "to give advice", atau memberi saran atau nasehat (Hornby dalam Hallan, 2002).
lstilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah
konselin~1.
Hal ini disebabkan
karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiiatan yang integral. Konseling salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Roger (1942) sebagai berikut: "Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behaviour'. Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantunya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya (Hallan, 2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalah pemberian bantuan dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memeGahkan berbagai masalah; penyuluhan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002)
'"
Makna konseling dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam literatur-literatur bimbingan dan konseling antara lain menurut C. Patterson yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran Adz Dzaky (2002) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pen9etahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Kemudian muncul English & English yang dikutip oleh Sofyan S \/Vilis (2004) mengemukakan arti konseling adalah: "Suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk. membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya".
Menurut Jones yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999) mengatakan bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada
perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalahmasalahnya sendiri tanpa bantuan.
Pietrafesa dalam bukunya The Authentic Counselor yang dikutip oleh Latipun (2001), mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha rnembantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Selanjutnya William Ratigan dalam Mohamad Surya (200:1), mencoba memberikan deskripsi pengertian konseling, khususnya konseling pendidikan secara lebih rinci berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukannya. la mendeskripsikan konseling sebagai berikut:
1. Seorang konselor melihat bahwa kegiatan belajar siswa1 berjalan sejajar dengan kecakapan dan minatnya. la seyogyanya mendorong siswa untuk dapat belajar secara realistic sesuai dengan dirinya. 2. Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga mereka menemukan kepuasan dan kesenangan dalam kehidupan kerja mereka 3. Konseling memberi informasi kepada seseorang tentan9 dirinya, potensinya, kemungkinan-kemungkinan yang memadai bagi potensinya,
dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaikbaiknya. 4. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan, mendiskusikan hasil yang mungkin diperoleh dari pembuatan setiap keputusan dar. mengajar untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya. 5. Konseling membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya sendiri, bahwa ia mendapat perhatian dan kepedulian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini harus selalu diingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan masalahnya dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian maka klien tetap dalam keadaan aktif, memupuk kemampuannya didalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.
2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling Pada umumnya, istilah bimbingan dan konseling dianggap identik atau sama saja, artinya bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang integral, keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perkataan bimbingan selalu dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk.
Konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan diantara pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dalam bimbingan.
Namun, ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar-dasarnya maupun cara kerjanya. Menurut pandangan ini konseling lebih identik dengan Psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap seseorang yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius. Sedangkan bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan pEmdidikan (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975)
Menurut Bimo Walgito (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling adalah: 1. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga dengan demikian pengertian bimbingan dan lebih luas daripada konseling. Karena itu konseling merupakan bimbingan tetapi tidal< semua bentuk bimbingan merupakan konseling. 2. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat preventif sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau korektif. Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah. Hal ini bukan
berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak didapati segi kuratif, dan sebaliknya pada konseling tidak didapati segi preventif. Dalam konseling juga didapati segi preventif, menjaga atau mencegah agar jangan sampai t;mbul masalah yang lebih berat. 3. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak demikian halnya, bimbingan pada umumnya dijalankan secara kelompok. Misalnya bimbingan tentang bagaimana cara belajar yang efisien dapat diberikan pada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Abubakar Baraja (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling adalah: a. Bimbingan secara praktis lebih mengarah untuk mEimberikan petunjuk dan nasihat kepada terbimbing, maka pembimbing disini bersifat aktif dan terbimbing bersifat pasif. b. Sedangkan pada konseling yang banyak digunakan adalah wawancara untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan diinginkan dari yang diwawancarai sehingga konseling disini dapat disebut terjadinya komunikasi antar pribadi, jadi sifat konseling menunjukkan bahwa konselor pasif sedangkan kliEm aktif.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling 1. Fungsi Bimbingan Konseling Menurut A. Juntika (2004) fungsi bimbingan konseling sebagai berikut: a. Pencegahan sifat bimbingan konseling yang menghasilkan tercegah atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. b. Penyembuhan sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. c. Perbaikan sifat bimbingan konseling untuk memperbaiki kondisi peseirta didik dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal. d. Pemeliharaan sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang sudah baik agar tetap baik. e. Pengembangan sifat bimbingan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu dalam rangka pengembangan dirinya secara mentap dan berkelanjutan.
Sedangkan menurut Hallen (2002) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling mengemukakan bahwa bimbingan konseling berfungsi sebagai berikut: 1. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta diclik. Fungsi pemahaman ini meliputi: a). Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. c). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalam informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, informasi social dan budaya/ nilai-nilai) terutama oleh peserta didik. 2. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. 3. Fungsi pengentasan adalah fungsi yang digunakan sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mant?p dan
ber~;elanjutan.
5. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi seicara optimal.
Berkaitan dengan penelitian ini, pada fungsi preventif konselor diharapkan mampu memberikan layanan-layanan bimbingan secara maksimal kepada siswa lewat program-program yang juga dapat diterima siswa. Selain itu fungsi preventif juga dapat diwujudkan dengan cara disele1nggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konse1ling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam fungsi preventif itu sendiri, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Dalam hal ini layanan, program dan kegiatan tersebut bert:ujuan untuk mencegah terjadinya perilaku bullying, intimidasi, dan pelecehan yang dilakukan oleh siswa.
Sedangkan pada fungsi kuratif, karena dalam fungsi ini bmkaitan dengan pemecahan masalah. Yakni bagaimana pemecahan masalah untuk perilaku bullying yang sudah terjadi di sekolah bahkan sudah ada korban. Maka pelayanan bimbi11gan dan konseling yang ada diharapkan mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku bullying atau korban juga memberikan layanan konseling pada siswa yang berperilaku bullying agar dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruknya atau juga sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
2. Tujuan Bimbingan Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teori yang telah diuraikan diatas, namun untuk lebih jelas peneliti mengutip pendapat dari beberapa para ahli. Diantaranya, Thantawy (1995) yang menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program pendidikan di sekolah adalah untuk membc1ntu para siswa agar mencapai tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Sedangkan menurut Yusuf Gunawan (2001) tujuan bimbingan secara um urn dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut:
1. Mengerti dirinya dan lingkungannya. Mengerti diri meliputi pengenalan
kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi pengenalan baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya. 2. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan social-pribadi. Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya. 3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. 4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah. 5. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya. 6. Memaha1ni dan mengarahkan diri dalarn bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.
Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Ahmadi Juntika (2006) menjelaskan tujuan birnbingan adalah agar individu dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi dan perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya. 4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingl
3. Tujuan Konseling Menurut Sofyan S. Willis (2004) menjelaskan bahwa tujuan konseling yaitu membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri. Pendapat l;:iin tentang tujuan konseling adalah agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Secara umum Sofyan S. Willis (2004) mengatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai:
1. Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus dapat menjalani kehidupannya sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna untuk diri, keluarga masyarakat, bangsa dan Tuhannya. 2. Re/asionship with other, artinya klien mampu menjalin hu'Jungan yang harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat.
Hallan (2002) mengungkapkan bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
2.1.5 Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling 1. Bidang Bimbingan Pribadi Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehatjasmani dan rohani (Hallan, 2002). Dan ada yang mengatakan bahwa bimbingan pribadi juga memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, kemampuan mengerti dan menerima diri dan orang lain serta
rnernbantunya untuk rnernecahkan rnasalah-rnasalah pribadi yang diternuinya (Yusuf Gunawan, 1987)
Ada banyak alasan anak rnel2kukan perilaku bullying di sekolah, bisa karena pola asuh orang tua yang otoriter, persepsi diri yang salahi, karena tekanan ekonorni keluarga dan lain-lain. Alasan-alasan tersebut tidak dapat diketahui tanpa adanya wawancara langsung dari konselor pada siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu dengan adanya birnbingan pribadi ini seorang konselor dapat menggali faktor apa yang rnenjadi penyebab anak berperilaku bullying di sekolah, karena dengan rnengetahui penyebabnya rnaka perrnasalah akan lebih mudah diselesaikan.
2. Bidang Birnbingan Sosial Dalarn bidang birnbingan sosial, pelayanan birnbingan dan konseling di sekolah berusaha rnernbantu peserta didik rnengenal dan berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kernasyarakatan dan kenegaraan (Hallen, 2002).
Bisa dikatakan bahwa anak yang berperilaku bullying adalah anak yang tidak rnarnpu berinteraksi dengan baik dalarn lingkungan sosialnya, ia tidak tahu bagairnana bersikap yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitarnya. Dalarn hal ini birnbingan dan konseling rnempunyai tanggung jawab dalam
hal menumbuhkan kesadaran anak agar lebih mengenal dan berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya. Sehingga anak yang berperilaku bullying dapat menyadari bahwa perilakunya adalah tidak baik dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
3. Bidang Bimbingan Belajar Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk rnelanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun k•elapangan pekerjaan tertentu {Hallen, 2002). Sedangkan Wingkel memgatakan bahwa bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan c:ara belajar yang tepat untuk mengatasi k&sukaran-kesukaran mengenai belajar dan dalam memilih jenis atau jurusan yang sesuai (Yusuf Gunawan, 1987).
4. Bidang Bimbingan Karier Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier, (Hallen, 2002). Sedangkan Donald E. Super merumuskan bimbingan karier sebagai suatu proses bantuan pribadi ya1ng
mengembangkan penerimaan secara bulat gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja (Yusuf Gunawan, 1987).
Terkait dengan penelitian ini. Kemungkinan siswa berperilaku bullying karena adanya kesempatan atau tersedianya waktu senggang yang siswa miliki namun tidak bisa dimanfaatkan dengan kegiatan berguna. Yang pada akhirnya membuat mereka lari pada hal-hal negatif seperti membully siswa lain. Dalam hal ini layanan bimbingan karier cocok diberikan karena biasanya siswa akan tertarik pada sesuatu yang baru. Layanan bimbingan karier diberikan lewat program-program menarik mengenai
pen~1enalan
dan
pengembangan potensi diri untuk memasuki dunia kerja, bisa juga pengenalan tentang macam-macam profesi kerja serta jenjang karier yang harus ditempuh. Dengan begitu para siswa sadar akan tantangan hidup yang akan mereka lewati kedepan, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dari sekarang.
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Orientasi Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu (Hallen, 2002).
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan siswa (Sofyan S Wilis, 2004).
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempe:rmudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demik:ian juga orang tua siswa, dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi k:eberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.
2. Layanan lnformasi Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Oleh karena itu saisaran dari layanan informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi juga orang tua atau wali sebagai orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar mereka
dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anakanak mereka (Hallen, 2002).
Layanan informasi dilakukan sepanjang
ta~un
yang memungkinkan siswa
dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan (Sofyan S Willis, 2004). Dengan demikian fungsi utama bimbingan yang didukung oleh kegiatan layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
3. Layanan Penempatan atau Penyaluran Menurut buku petunjuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994 yang dikutif oleh Sofyan S Willis (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud layanan ini adalah: layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya penempatan dan penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus, kegiatan ektrakulikuler), sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya.
Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Melalui layanan penempatan dan
5. Layanan Konseling Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa. mampu mengatasi rnasalah sendiri, dandapat menyesuaikan diri secara positif (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan konseling perorangan ini mendukung fungsi pengentasan dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. Layanan Bimbingan kelompok Adalah layanan bimbingan yang diberikan l<epada sekelompok siswa untuk memecahkan secara bersama masalah yang menghambat perkembangan siswa (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan birnbingan kelompok ini mendukung fungsi pemahaman dan pengembangan.
7. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah mai;alah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok (Hallen, 2002). Fungsi utama yang didukung oleh layanan konseling kelompok adalah fungsi pengentasan.
2.1.7 Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah 1. Bimbingan dan Konseling pola 17 Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah sering disebut dengan "BK pola 17", disebut BK pola 17 karena didalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang amat perlu diperhatikan dalam
penyelen~1garaan
bimbingan
dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidangbidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling (Hallen, 2002), yaitu: 1. Kegiatan bimbingan dan konseling (BK) secara menyeluruh meliputi empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar dan bimbingan karier. 2. Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingan diselen!)garakan melalui tujuh jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan atau penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok. 3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan pendukung, yaitu instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konsferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan. 4.Diatas itu semua kegiatan BK didasari oleh satu pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang wawasan BK yang meiliputi pengertian tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asas BK.
2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling 1. Aplikasi lnstrumentasi Birnbingan dan Konseling Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta rlidik (baik secara individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkun!;:ian peserta didik dan lingkungan yang lebih luas (termasuk diddalamnya informasi penddidikan dan jabatan).
Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan demgan berbagai instrument, baik test maupun non test. Hasil pengumpulan data dihimpun dalam cumulative record (himpunan data), digunakan secara optimal untuk kepentingan peserta didik (klien). Fungsi utama yang diemban oleh kegiatan pendukung aplikasi instrument ini adalah fungsi pemahaman.
2. Penyelenggaraan Himpunan Data Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan hirnpunan data adalah fungsi pemahaman.
3. Konferensi kasus Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang cihadiri oleh berbagai pihak yang cliharapkan dapat memberi bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas perrnasalahannya yang dialami µeserta didik tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait seperti guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya yang diharapkan dapat memberikan data clan keterangan. Den(Jan demikian fungsi utama bimbingan yang diemban oelh konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.
4. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan clan komitmen bagi terentaskannya perrnasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh antara orang tua atau wali clan anggota keluarga lainnya dengan guru pemloimbing. Oleh
karena itu fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.
5. Alih Tangan Kasus Alih tangan kasus adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari pihak satu ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memb1:irikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dalarn hal lain ke tempat dimana kasus itu dialih tangankan).
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau praktik, wali kelas atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalih tangankan ;:;iswa bermasalah kepada guru pembimbing atau guru kelas. Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan alih tangan kasus ialah pengentasan (Hallen, 2002).
2.1.9 Bimbingan dan Konseling Dalam Perspektif Islam Menurut M. Hamdani (2001), teori konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berpikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu (Al-Our'an) dan paradigma hadis (As-Sunnah). Teori konseling dalam Islam tersebut adalah:
1. Teori Al-Hikmah Kata Al-Hikmah dengan bentuk jamaknya "Al-Hikam" bermakna: kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, pepatah dan Al-Qur'an Al-Karim.
Proses aplikasi konseling dengan teori ini dapat dilakukan konselor dengan pertolongan Allah secara langsung atau melalui utusan-Nya, yaitu Allah mengutus malaikat-Nya, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya. Oleh karena itu teori ini tidak dapat dilakukan oleh konselor yang tidak taat, tidak dekat dengan Allah dan malaikat-Nya, karena teori ini merupakan teori konseling yang dilakukan para Rasul, Nabi dan Auliya Allah serta menyangkut problem dan penyakit yang paling berat dan tidak bisa disembuhkan dengan cara-cara manusia.
2. Teori Al-mau'izhoh Al-Hasanah Teori ini adalah teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran atau l'tibar-l'tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya Allah. Dalam penggunaan teori ini k0nselor harus benar-benar telah menguasai dengan bail< materi-materi yang mengandung pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien, selain itu juga sejarah, riwayat hidup dan perjuangan orang-orang agung, pejabat-pejabat Allah dan kekasihNya, khususnya Rasulullah SAW.
Yang dimaksud dengan Al-mau'izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya; yang mana pelajaran itu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulan£Ji problem yang sedang dihadapinya. Sedangkan materi Al-mau'izhoh Al-l-lasanah dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam diantaranya: Al-Qur'an, AsSunnah, Al-Atsar, ljtihad para ulama, dan penemuan para pakar.
3. Teori Al-Mujadalah Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebirnbangan. Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat rneyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil :matu keputusan dari dua hal atau lebih. Teori konseling "Af-Mujadalah bit Ahsan"
menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka negative terhadap kebenaran llahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya.
Secara garis besar, kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu membantu individu agar mengetahui, mengenal dan memahami dirinya sesuai dengan hakekatnya, serta men!iajak seseorang untuk kembali mengenali dirinya secara fitrah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam yang berbunyi:
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetap/ah atas
fitrah (na/uri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut na/uri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. /tu/ah agama yang /urus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". (Ar-Rum: 30)
Berbicara mengenai bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membirnbing dan
mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia terhindar dari tipu daya syaiton. Hal tersebut tertuang dalam ayat berikut ini:
Artinya: "Demi masa, sungguh manusia da/am kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling mene.•sehati supaya mengikuti kebenaran dan sa/ing menasehati supaya mengamalkan kesabaran" (Al-Ashr:13)
Menurut ayat tersebut manusia diharapkan sating memberi sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakkal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
Pada dasarnya konseling dalam Islam adalah salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan bisa dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua Rasul dan Nabi-Nya. Dengan adanya amanat kons;eling inilah, maka keberadaan Rasul dan Nabi menjadi sangat bermanfaat bagi manusia, baik untuk urusan agama, dunia, pemecahan masalah, dan lain-lain. Konseling pun akhirnya menjadi satu kewajlban bagi tiap individu muslim. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
Artinya: "Dan hendak/ah ada diantara kamu sego/ongan yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali lmron:104)
Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak bersinggungan dengan pemikiran yang berorientasi atas k:onseling, salah satunya adalah dalam lingkup konseling agama dan perilaku. Islam meyakini bahwa setiap anak yang dilahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang bail<
atau jahat. Pembentuk utamanya adalah lingkungan dimana ia tinggal. lni menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dan juga bisa diubah. Namun fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam pembentukan perilakunya. Hal tersebut tertuang dalam Hadis :
Artinya: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi'
2.2
Bullying
2.2.1 Pengertian Bullying lstilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa lnggris) yang berarti "banteng" yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully (SEJIWA, 2008). Berbagai definisi juga telah banyak diberikan oleh para ahli diantaranya, yaitu Sullivan (2000) yang mendefinisikan bullying sebagai berikut "a conscious and wilful repetitive act of aggression and/or manipulation by one or more people against another person or people. It is also an abuse of power by those carrying out the bullying, which is designed to cause hurt.
AO
Papalia, et. Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.
Sedangkan bila mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah (school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (dalam Andreas, 2007) mendefinisikan
school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Sedangkan Barbara (2001) mendefinisikan bullying (penindasan) adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat te1rhadap pihak yang lebih lemah
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying adalah Situasi kekerasan secara fisik, verbal maupun psikologis yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuatan/kekuasaan lebih (senior) terhadap oran9 yang lebih lemah (junior) dengan tujuan menyakiti dan menimbulkan ketakutan pada diri korban.
Sullivan (2000) mengatakan ada beberapa elemen di dalam bullying yaitu:
1. Adanya niat melukai atau merugikan orang lain 2. Adanya Ketidak-seimbangan kekuatan (imbalance of power) 3. Dilakukan secara terorganisir dan sistematis 4. Dilakukan secara berulang-ulang dalam periode tertentu 5. Pengalaman yang menyakitkan bagi korban yang berbentuk fisik (eksternal) dan psikologis (internal).
Menurut Sheras, P. & Sherill T (2002) pelaku bullying memiliki keinginan untuk melukai atau menyakiti orang lain, maksudnya adalah hal yang dilakukan oleh pelaku merupakan perbuatan yang disengaja. Kebanyakan pelaku bullying mencari popularitas dengan cara menekankan agresi pada anak-anak yang lemah, tidak popular dan tidak mampu ba1las dendam. Beberapa anak terlihat baik dan ran.ah secara pribadi akan tetapi berprilaku bullying ketika berkelompok.
Bullying (penindasan) memiliki makna yang berbeda dengan hazing (perpeloncoan), meskipun keduanya sama-sama tindakan agresif yang biasanya dilakukan siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, namun kedua istilah itu sangat berbeda (Susan Lipkins, 2008).
Bullies atau pelaku bullying biasanya rnenginginkan sesuatu-bisa berupa uang, bekal rnakan siang seorang siswa, jawaban pekerjaan rurnah, atau rnungkin curna perhatian. Para penindas juga biasanya bertindak sendirian atau dalarn kelornpok kecil dan rnernilih orang-orang yang rnereka anggap rentan untuk rnereka jadikan korban. Tidak ada unsur tradisi dalarn penindasan, tidak pula tokoh-tokoh berwenang atau para pernirnpin ( Susan Lipkins, 2008).
Berbeda dengan bullying, pada perpeloncoan (Hazing) rnelibatkan sejurnlah banyak orang, sebagian rnenyaksikan, dan sebagian lagi cliplonco. Yang diplonco adalah kelornpok tertentu, rnisalnya anggota-anggota baru tirn sepak bola. Pernelonco bertindak atas narna suatu kelornpok clan biasanya tidak berrnaksud rnelukai atau rnendapatkan status pribadi atau suatu barang dari yang diplonco. Para pernelonco itu bertindak rnelanjutkan tradisi dan rneles:arikan hierarki.
2.2.2 Jenis-jenis Bullying Jenis bullying rnenurut Randall, P (1997) adalah: 1. Bullying yang bersifat fisik, seperti: rnenjarnbak, rnernukul, rnenendang, rnengunci karnar, rnendorong, rnencakar, rneludahi dan berbagai serangan fisik lainnya. Terrnasukjuga diantaranya rnerusak barang orang lain. 2. Bullying yang bersifat nonfisik/psikologis
Dapat bersifat verbal maupun nonverbal •
Bullying yang bersifat verbal, misalnya: telepon ancaman, meminta uang atau barang dengan paksaan (memalak), intimidasi, memberi julukan yang tidak pantas, mengolok-olok ras, pelecehan seksual secara verbal, mempermalukan, menyebarkan isu tidak benar.
•
Bullying yang bersifat nonverbal terbagi lagi menjadi dua, yakni: langsung dan tidak langsung. Yang langsung mencakup mimic muka yang jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung mencakup manipulasi dan meruntuhkan pertemanan, mengisolasi atau tidak mengikutsertakan seseorangan, dan mengirimkan catatan yang menjelek-jelekan.
Bullying dapat dilakukan dalam salah satu bentuk bentuk cli atas atau kombinasi dari beberapa bentuk perilaku bullying. Pelaku bullying umumnya adalah seseorang yang berfisik besar dan kuat, namun bulkan tidak mungkin pelaku bullying adalah seseorang yang memiliki tubuh yang kecil atau sedang namun rnemiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan temantemannya (SEJIWA, 2008).
Menurut Randall, P (1997) pada umumnya anak laki-laki lebih sering melakukan bullying. Hal tersebut dikarenakan hubungan pertemanan di antara sesama laki-laki lebih keras, lebih kuat, dan lebih a9resif daripada
hubungan pertemanan sesama perempuan. Selain itu, laki-laki lebih sering menggunakan perilaku bullying aktif seperti menyerang korban daripada perilaku bullying pasif seperti memperlihatkan mimik muka yang jahat.
2.2.3
Tempat Terjadinya Bullying
Penelitian mengenai sekolah sebagai salah satu tempat terjadinya perilaku bullying pernah dilakukan oleh Olweus (1993) dimana menurutnya sekolah tanpa diragukan lagi merupakan tempat yang paling banyak timbulnya perilaku bullying dan perilaku ini banyak terjadi di antara murid di sekolah yang besar dan kelas yang besar
Rigby dalam Sullivan (2000) memperkirakan ada empat tempat utama dimana sering terjadinya bullying, yaitu di halaman sekolah, di dalam kelas, dalam perjalanan pulang dari sekolah, serta dalam perjalanan menuju ke sekolah.
2.2.4 Tipe Pelaku Bullying Stephenson dan Smith dalam Sullivan (2000) mengatakan bahwa ada tiga tipe pelaku bullying, yaitu:
1. Pelaku dengan tipe percaya diri. Memiliki karakteristik s1:ibagai berikut: secara fisik kuat, menikmati agresivitas, merasa aman dan biasanya populer.
2. Pelaku dengan tipe pencemas. Memiliki karakteristik sebagai berikut: secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer dan kurang merasa aman. 3. Pelaku/korban. Memilki karakteristik sebagai berikut: seseorang yang terkadang menjadi pelaku, terkadang menjadi korban, tergantung situasi.
Pada umumnya motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku Bully adalah adanya agresifitas. Namun selain itu, ada motif lain yang mungkin juga dimiliki oleh pelaku bullying, yaitu adanya rasa rendah diri dan kecemasan. Bullying menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism) yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah cliri dan kecemasannya tersebut (Siti Azzahra, 2008).
2.2.5
Tipe Korban Bullying
Stephenson, Smith dan Olweus dalam Sullivan (2000), membagi tipe korban bullying menjadi tiga: 1. Korban dengan tipe pasif. Memiliki karakteristik sebagai berikut: pencemas, memiliki self esteem yang rendah, secara fis;ik lemah dan tidak popular. Mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasi tindakan bullying dan mereka juga tidak bisa melawan ketika peristiwa itu terjadi. 2. Korban dengan tipe provokatif. Memiliki karakteristik sebagai berikut: secara fisik lebih kuat daripada korban dengan tipe pasif, memiliki masalah
dengan kemampuan konsentrasi, memicu amarah atau lketidaksukaan dari orang-orang sekeliling mereka sehingga memungkinkan terjadinya tindak bullying pada mereka.
3. Korban/pelaku. Memiliki karakteristik sebagai berikut: Peirry dalam Sumarhudoyo (2004), menemukan bahwa banyak dari k:orban bullying menjadi sangat agresif memprovokasi anak-anak lain, rnenjadi korban di satu pihak, tetapi juga melampiaskan amarahnya terhadap murid lain yang lebih lemah.
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being), penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang memburuk. Korbar. bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu meras;3 takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (posttraumatic stress disorder) (Andreas. 2007).
Bullying bisa berdarnpak pada terharnbatnya seorang anak untuk rnengaktualisasi diri. Karena agar seorang anak rnarnpu rnengaktualisasi dirinya, ia rnernerlukan suasana yang rnernberikan rasa aman, dan rnarnpu rnernberikan garnbaran diri yang yang positif baik di sekolah rnaupun dirurnah. Hal tersebut sulit didapatkan jika anak rnenjadi korban bullying, karena bullying tidak rnernberi rasa arnan dan nyarnan, rnernbuat para korban bullying rnerasa takut dan terintirnidisai, rendah diri dan sulit untuk berkornunikasi (SEJIWA, 2008).
Bullying berdarnpak rnenurunkan tes kecerdasan dan kern<arnpuan analisis siswa yang rnenjadi korban, bahkan sarnpai berusaha bunuh diri. Bullying juga berhubungan dengan rneningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akadernik. Pelaku bullying berpotensi turnbuh sebagai pelaku krirninal dibanding yang tidak rnelakukan bullying ( Seminar tentang Bullying, 2007).
Secara ernosional, darnpak bullying yang terjadi pada diri fcorban adalah tirnbul ketakutan, rnarah, rnalu, depresi, tidak berdaya, sakit, sedih, bodoh, jelek, dan tidak berguna. Sedangkan secara fisik, dampak bullying yang sering terjadi adalah patah tulang, gigi, kerusakan pada rnata dan bahkan kerusakan otak secara perrnanen (Sullivan, 2000).
2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam Beberapa waktu yang lalu masyarakat kita pernah dikejutkan dengan berita kematian seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi. Kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dengaP dalih cara untuk pendisiplinan mahasiswa. Sesungguhnya penggunaan kekerasan dalam membangun kedisiplinan hanya akan melahirkan sikap disiplin yang rapuh dan semu. Kekerasan tidak akan mernbuat seseorang rnenyadari bahwa kebaikan adalah kebaikan. Narnun kekerasan itu aclalah rnenciptakan lingkaran kekerasan tiada henti. Berdasarkan kasus diatas jelas kekerasan bukanlah jalan keluar dalam menyelesaikan rnasalah, hal i11i juga dipertegas dalarn firrnan Allah:
Artinya: "Seru/ah (manusia) kepada jalan Tuhanmu demgan hikmah dan
pe/ajaran yang baik dan bantah/ah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia/ah yang Jebih mengetahui l'entang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia/ah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125).
Kejadian diatas juga mencerminkan kurang terbangunnya rasa persaudaraan diantara sesama. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan fim1an Allah yang berbunyi:
Artinya: "Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Al!ah, supaya kamu mendapat rahmaf'. (Al-Hujurat: 10)
Masih terkait dengan kepemimpinan atau pendisiplinan melalui kekerasan yang dilakukan mahasiswa pada kasus diatas, hal tersebut juga sangatlah bertolak belakang dengan kepemimpinan yang dilakukan Nabi Muhammad terhadap para Sahabat-sahabatnya. Sesuatu yang patut kita jadikan teladan betapa kedisiplinan sahabat-sahabat mencerminkan suatu proses kepemimpinan Nabi yang sangat mengesankan. Sepanja11;;1 kehidupannya Nabi tidak pemah memberikan hukuman fisik, apalagi pemukulan kepada para Sahabat. Penggalan dari potret kepemimpinan beliau dapat kita lihat dari kebijakan yang diambil dalam merespon ketidak-taatan sebagian pasukan Islam dalam perang Uhud. Namun, Nabi Muhammad tidak memberikan hul
menyadarkan mereka, betapa ketidakdisiplinan akan senantiasa melahirkan kerugian dan kerusakan bagi mereka sendiri.
Dalarr. surat Ali imran ayat 159 Allah berfirman
Artinya: "Maka alas rahmat allah-/ah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut kepada mereka (umat Islam) sekiranya Engkau be11aku kasar dan keras hati kepada mereka, nisc13ya mereka akan berpaling darimu ... "
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa l:;lam lebih menyukai pembinaan atau pendidikan dengan cara yang santun. Kekerasan yang dilakukan mahasiswa pada kasus di atas termasuk dalam perilaku bullying. Dalam hal ini Islam pun tidak membenarkan adanya perilaku bullying. Karena perilaku bullying tersebut membawa banyak dampak bagi
pelaku juga korbannya dan karena hal tersebut tidak sesuai dengan perintah Allah SWT.
2.2.8 Penelitian Terdahulu Terkait dengan hal ini, sudah banyak penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa dan hal tersebut sangat menarik untuk diteliti, ini terbukti dari beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian tersebut. Diantaranya Mulyani (2005·) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam penanggulangan kenakalan remaja di SMA Purnama Jakarta. lni berarti bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan untuk memberikan bantuan pada siswa dalam memanggulangi kenakalan siswa, sehingga siswa tidak melakukan perilaku negatif
Begitu juga dengan Multazamah (2006) ia meneliti tentang peran bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa pada MAN
a Jakarta Timur,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN 8 dianggap cukup membantu prestasi siswa. Hal tersebut terbukti setelah diberikan bimbingan, prestasi belajar siswa relative meningkat dari sebelumnya.
Selain penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling1, ada juga penelitian mengenai bullying. Diantaranya Bunyana (2007) menyatakan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self esteem dengan kecenderungan berperilaku bullying. Hasil ini menunjukkan pada kita bahwa sifat-sifat kepribadian seperti harga diri temyata mempengaruhi perilaku kekerasan pada siswa.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, dapat kita simpulli
2.3 Kerangka Berpikir "Sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok". ltulah yang clisebut dengan perilaku bullying (SEJIWA, 2008). Perilaku bullying yang teirjadi di sekolah merupakan masalah penting yang harus segera diatasi, kc:irena bullying membawa banyak dampak negatif terhadap siswa itu sencliri maupun lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam
bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku agresif atau bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang menjadi korban bullying.
Untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul karena perilaku bullying yang dilakukan oleh peserta didik, maka para pendidik (orang tua, guru, dan guru pembimbing) harus waspada terhadap gejala-gejala perilaku bullying yang mungkin dilakukan siswa, dengan cara menc:egah (preventif) supaya jangan sampai terjadi perilaku bullying dikalangan siswa. Dan apabila hal itu sudah terjadi segeralah diberikan penanganan supaya perilaku bullying yang terjadi tidak berlarut-larut.
Perilaku bullying tidak mungkin dapat terselesaikan oleh guru mata pelajaran atau wali kelas saja, oleh karena itu bantuan dari lmnselor sekolah juga diperlukan, salah satunya dengan memberikan bimbingan, Frak W. Miller menyatakan "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibul'uhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, k1>/uarga dan masyarakat" (Sofyan S Willis, 2004). Namun hal tersebut tidak akan dapat be~alan
dengan dengan baik tar.pa adanya dukungan dari1 berbagai pihak
baik Kepala Sekolah, Wali Kelas dan orang tua siswa itu sendiri.
Dengan adanya konselor di setiap sekolah, diharapkan rnarnpu rnernberikan layanan baik yang bersifat preventif dan kuratif bagi anak-anak yang rnengalarni rnasalah di sekolah atau teridentifikasi oleh konselor sekolah rnelakukan bullyinc. Banyak sekali kegiatan positif yang d;apat dilakukan dibawah pengawasan konselor sekolah seperti bimbingan belajar, birnbingan kelornpok, konseling kelornpok atau bila diperlukan konselor sekolah bisa berkunjung ke rurnah siswa untuk lebih rnengetahui kegiatan siswa di luar sekolah.
Gambar2.1 Bagan Kerangka Berpikir
BK
~I
Fungsi BK
/ rnaksirnal
I
~'. I Kurang rnaksirnal
J
L Perilaku bullying rend ah
Perilaku bullying tinqqi
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan tentang jenis penelitian yang meliputi pendekatan penelitian dan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah bentuk penelitian yang penyajian hasil datanya dalam bentuk deskripfsi dengan menggunakan angka-angka statistik. Menurut Rony Kountur (2004) "Penelitian deskripsi adalah jenis
penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejemih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti".
Adapaun alasan penulis menggunakan pendekatan ini adalah agar memperoleh gambaran umum yang lebih objektif dan lebih terukur yang diperoleh dari penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, dimana data dan hasilnya diolah dan disajikan dalam bentuk angka-angka dan mengeksplorasi gambaran dari sampel penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying.
.----~
3.1.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Travers dalam Sevilla (1993) tujuan utama dalam metode cleskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, clan memeriksa sebab-sebab clari suatu gejala tertentu.
3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi variabel bimbingan aclalah proses bantuan terhaclap inclividu untuk mencapai pemahaman cliri clan pengarahan diri yang clibutuhkan bagi penyesuaian cliri secara baik clan maksimum di sekolah, ke1luarga dan masyarakat Definisi variabel konseling aclalah pemberian bantuan clari konselor kepada konseli seclemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan cliri sencliri meningkat clalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan Devinisi variabel: bullying aclalah perilaku agresif yang clisemgaja clan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus aclalah seseorang yang lemah, mudah cliejek clan ticlak bisa membela cliri.
Definisi operasional: Peran bimbingan clan konseling cliketahui clari klasifikasi jawaban pacla hasil penyebaran angket kepacla siswa/siswi yang tercliri clari pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepacla hal-hal yaing berhubungan clengan pelaksanaan, pelayanan clan jenis bimbingan
yan~1
cliberikan
konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying, khususnya yang bersifat preventif dan kuratif.
Definisi operasional: Perilaku bullying diketahui dari klasifikasi jawaban pada hasil penyebaran angket tentang gambaran perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok Labu. Perilaku bullying yang dimaksud mencakup kekerasan fisik, verbal dan psikologis.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap, yang akan diteliti (dalam Hasan, 2002). Sedangkan Kerlinger dalam Sevilla (1993) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota, kejadian atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi kelas II SMA Al lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128 siswa.
Alasan peneliti memilih siswa kelas II karena siswa kelas Ill sudah satu tahun lebih di SMA Al-lzhar sehingga siswa tersebut mengetahui dan merasakan pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya dalam mengatasi perilaku bullying.
3.2.2 Sampel Untuk data penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil sHbagian jumlah dari populasi yang ada, yaitu yang disebut dengan sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi y2ng diteliti, dengan maksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian dari sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998) pengambilan subjek tergantung setidaktidaknya dilihat dari beberapa faktor seperi : kemampuan peneliti dilihat dari keterbatasan waktu, tenaga dan dana; sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek; dan besar kecilnya resilm yang ditanggung oleh peneliti.
Dalam mengambil sampel penelitian, penulis mengacu pad.a pendapat yang dikemukakan oleh Gay dalam Consuelo G. Sevilla (1993), yang berpendapat bahwa dalam penelitian deskriptif, sampel yang digunakan sebanyak 10% dari populasi dan untuk populasi sangat kecil pada penel;tian deskriptif diperlukan minimum 20% dari populasi. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan 50% dari populasi yang berjumlah 128,. Sehingga didapat sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswa.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling. Menurut Weirsma dalam Consuelo G.
Sevilla (1993) Simple Random Sampling adalah suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya y3ng diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.
Cara pengambilan sampel dilakukan melalui undian yakni pada kertas kecilkecil peneliti menuliskan nomor subjek pada satu l<ertas hingga mencapai jumlah populasi yaitu 128. Kemudian tiap kertas tersebut digulung dan kemudian secara acak peneliti mengambil gulungan kertas tersebut sampai mencukupi jumlah sampel yaitu 64. Nomor-nomor yang te1tera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitia n.
3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sehingga instrumen yang akan digunakan adalah kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data.
3.3.1 Kuesioner lnstrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
fO
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi,
2006).
Dalam hal ini kuesioner yang disebar bertujuan untuk men9etahui bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying. Dipandang dari cara menjawabnya kuesioner penelitian ini menggunakan gabungan bentuk kuesioner terbuka dan tertutup, yaitu kuesioner yang member kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, tapi juga menyediakan jawaban sehingga respond13n tinggal memilihnya.
3.3.2 Wawancara Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru bimbingan konseling (konselor sekolah), dan responden sebanyak 3 orang yaitu, responden yang penulis wawancara adalah mereka yang terjaring dalam angket penelitian melakukan tindakan yang termasuk bullying. wawancara dilakukan dcingan maksud menggali lebih dalam lagi hasil yang diperoleh dari angket penelitian. Dan wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti setelah kuesioiner disebarkan dan diisi oleh subjek dengan tujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan hasil penelitian.
3.4 Teknik Penyusunan Angket Penelitian ini bertujuan mengungkap peran bimbingan dan konseling secara preventif dan kuratif dalam mengatasi perilaku bullying, maka angket yang penulis susun didasarkan pada pola umum bimbingan dan konseling di sekolah atau dikenal dengan "bimbingan dan konseling pola 17". Disebut 17 karena didalamnya terdapat 17 butir pokok yang sangat perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Pola umum bimbingan dan konseling tersebut memiliki fungsi yang berbedabeda, berikut ini penulis mengelompokkan apa saja dari bidang bimbingan, jenis layanan serta kegiatan pendukung dari bimbingan dan konseling yang termasuk dalam fungsi preventif dan kuratif.
Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan atau penyaluran, layanan pembelajran serta empat bidang bimbingan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karier. Sedangkan yang memiliki fungsi kuratif adalah
layanan konseling individu, layanan konseling kelompok. Konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif dan kuratif tersebut menjadi dasar penulis dalam menyusun indikator dalam angket penelitian ini. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran p1:irilaku bullying siswa, penulis membuat indikator berdasarkan indikator jenis bullying yang dikemukakan oleh Randall, ia membagi jenis bullying yaitu: bullying fisik, verbal/psikologis serta gabungan antara fisik dan psikologis.
Ketika angket penelitian ini sudah selesai disusun, langkah selanjutnya adalah uji coba instrumen. Namun sebelum angket penelitian di uji cobakan, dilakukan pemeriksaan tiap item pertanyaan dalam angket oleh ahli, yang dalam hal ini adalah konselor SMA Al-lzhar sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias. Hasil koreksian angket oleh konselor adalah sebag.:ii berikut:
1. Salah satu tujuan dari bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk memecahkan masalahnya namun melalui usahanya sendiri. Jadi aitem nomor 5 tidak sesuia karena pada d:asarnya yang menyelesaikan masalah siswa itu sendiri, guru BK hanya membantu mengarahkan saja.
,.,,
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling seperti alih tangan kasus dan kunjungan rumah (pada item nomor 15 dan 16) kurang sesuai jika ditanyakan oleh siswa karena kegiatan tersebut bersifat tertutup, sehingga hanya ak2!1 diketahui oleh siswa dan orang tua dari siswa yang bersangkutan. Karena aitem 15 dan 16 tidak dicantumk:an dalam angket pertanyaan. Maka penulis mengajukan pertanyaan tersebut pada konselor dalam wawancara.
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian ~o
1.
2.
3.
lndikator
Aspek peran BK dalam mengatasi perilaku bullying (preventif)
• Mengetahui jenis-jenis permasalahan siswa • Tanggapan siswa tentang kehadiran BK • Menerima konsultasi masalah • Manfaat BK bagi siswa • kualitas pelayanan BK • memberikan informasi mengenai bullyin!~ dan cara pencegahannya • memanggil nara sumber untuk menjelaskan bahaya atau dampak bullying • orientasi tata tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggar • memberikan bimbingan mengenai etika bergaul
Peran BK dalam mengatasi perilaku bullying (kuratif)
• • • • •
lntensitas pelayanan BK pengadaan sanksi bullying memberikan konseling kelompok memberikan konseling individu menerima saran dari siswa
Perilaku bullying
Bullying Fisik • Menampar, menjambak, menendang, menendang Bullying Verbal/Psikologis • Verbal, mencakup memalak, menjuluki, mempermalukan • Nonverbal, terbagi dua yakni langsung dan tidak langsung. Yang langsung meliputi: mimik muka jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung meliputi: intimidasi, mengirim catatan yang menjelek-jelekan • Bersifat fisik dan psikologis
Jumlah Item 1
Nomor Item 1
1 1
1
2 3 4 5 6
1
7
1
8
1
9
1 1 1 l 2
10 11 12
1 I
13 14, 15
5
16, 17, 18, 19, 20
4
21, 22, 23,24
2
25,26
1
27
3.4.1 Uji lnstrumen Penelitian (Try Out) Uji instrumen pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 2 SMK lslamiyah Ciputat tanggal 7 November 2008 dengan jumlah responden 40 siswa. Uji coba dilakukan dengan tujuan: a. Untuk mengetahui tingkat kepahaman instrumen, apakah responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti. b. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi angket. c. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dallam angket sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
Setelah dilakukan uji coba, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak menemukan kesulitan dalam menangkap maksud dari item-item pertanyaan. pada saat uji coba, diketahui waktu yang dibutuhkan oleh 1·esponden dalam menyelesaikan angket adalah antara 10-20 menit. Namun kebanyakan responden menyelesaikan angket tersebut dengan waktu 15 menit.
3.5 Teknik Analisa Data Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis melakul
1. Editing: Pada tahap ini, peneliti memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden. Sehingga apabilia ada kekeliruan dalam pengisian angket tersebut, maka peneliti dapat mengetahuinya dan bisa meminta responden untuk melengkapinya.
2. Tabulating: Pada kedua ini, setelah melakukan pengumpulan data; maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara deskriptif analisis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.
P= J_
x 100%
N Keterangan: P= Angka Persentasi f= Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden N= Number Of Cases (jumlah banyaknya responden) 100%= bilangan tetap
Setelah peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus persentase, maka kemudian peneliti mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: a. 100% = seluruhnya b. 90 - 99%= hampir seluruhnya c. 60 - 89%= sebagian besar
d. 51 - 59%= lebih dari setengahnya e. 50%= setengahnya
f. 40 - 49%= harnpir setengahnya g.1 O - 39%= sebagian kecil h.1 - 9%= sedikit sekali
i. 0%= tidak sarna sekali
3.6 Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam ernpat tahapan, yaitu: 1. Tahap persiapan Dirnulai dengan perurnuskan rnasalah rnenentukan vari1abel yang akan diteliti, rnelakukan studi pustaka untuk rnendapatkan garnbaran dan landasan teori yang tepat, Menentukan lokasi penelitian, rnernbuat itemitern penelitian dan rnengkonsultasikan pada dosen pernbirnbing, Melakukan uji coba (try out) kernudian rnelakul
3. Pengolahan Data Melakukan skoring pada angket yang telah diisi oleh responden penelitian. Menghitung dan membuat tabulasi data yan9 telah diperoleh, kemudian membuat tabel data, melakukan analisa data, kemudian merumuskan kesimpulan hasil penelitian.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1 Gambaran Umum Subjek Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci di bawah ini, yang berupa garnbaran umum frekuensi dari jenis kelarnin, usia dan asal sekolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 64 siswa dari populasi sebanyak 128 siswa di SMA Al-lzhar Pondok Labu Tabel 4.1 Garnbaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin, usia dan asal sekolah Latar Belakang
Frekuensi
Persentase
(100%) Jenis kelamin
Usia
Asal sekolah
Laki-laki
44
69%
Perempuan
20
31%
Jumlah
64
100%
15 tahun
4
6%
16 tahun
56
88%
17 tahun
4
6%
Jumlah
64
100%
Al-lzhar
44
69%
Non Al-lzhar
20
31%
Jumlah
64
100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalarn penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, terdiri dari 20 atau 31% perempuan dan 44 atau 69% laki-laki. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berdasarkan usia, terdiri dari 4 atau 6% siswa yang beroJsia 15 tahun, 56 atau 88% siswa berusia 16 tahun dan 4 atau 6% siswa yang berusia 17 tahun. Sedangkan responden penelitian berdasarkan asal sekolah diketahui, siswa yang berasal dari SMP Al-lzhar sebanyak 44 siswa atau 69% dan yang bukan berasal dari Al-lzhar adalah 20 siswa atau 31%.
4.2 Deskripsi Data Pada bagian ini, penulis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disebutkan dalam bab 1, yaitu sebagai berikut:
a. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat preventif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu? Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud disini adalah bagian utama dari tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yakni sebagai pembimbing, penunjuk, pengantisipasi masalah (preventif) serta pemecah masalah (kuratif).
Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat preventif adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai perrnasalahan (da1larn hal ini rnasalah mengenai bullying) yang rnur.gkin tirnbul yang akan dapat rnengganggu, rnengharnbat ataupun rnenirnbulkan kesulitan, kerugiankerugian tertentu dalarn proses perkernbangannya. Terkait dengan penelitian ini, birnbingan dan konseling yang ada diharapkan rnarnpu melakukan upayaupaya pencegahan pada peserta didik agar rnereka tidak terhindar dari rnasalah bullying, baik sebagai korban atau sebagai pelakiu.
Dalarn hal ini, peran preventif bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar da!arn rnengatasi perilaku bullying siswa diketahui rnelalui beberapa aitern pertanyaan dalarn angket, yaitu pada nornor 1-9.
Tabel 1 Jenis-jenis masalah yang sering dialami :siswa Pilihan jawaban
Frekuensi
Perscntase (%)
Masalah belajar
39
61%
Masalah karir
1
1%
Masalah sosial
7
11%
Masalah pribadi
17
27%
Jurnlah
64
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis permasalahan yang dialami siswa sangat beragam. Mulai dari masalah belajar, karir, sosial, dan pribadi. Mengingat beragamnya permasalahan yang dialarni siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan program layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh seluruh siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu.
Selain itu, berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa, sebagian besar responden yaitu dengan prosentase sebesar 61% menjawab "masalah belajar" adalah masalah yang paling sering mereka hadapi. Rendahnyan motivasi belajar, perbedaan gaya belajar tiap anal<, serta kurangnya minat seseorang dalam belajar dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar. Disinilah peran BK dibutuhkan, yakni sebagai pernbimbing, penunjuk, pengantisipasi masalah serta pemecah masalah. Dalam hal ini guru BK diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
Dari beberapa responden yang penulis wawancarai diketa1hui bahwa, masalah yang sering mereka alami adalah masalah belajar, diantaranya adalah sulit konsentrasi saat belajar IPA, mengalami kesulitan dalam memahami soal ujian, tidak bisa membagi waktu belajar.
F~esponden
yang
penulis wawancarai mengatakan bahwa guru BK di sekolah mereka mengetahui permasalahan para siswanya terutama masalah dalam hal
akademik, oleh karena itu mereka selalu diingatkan untuk remedial jika diketahui ada siswa yang memiliki masalah belajar.
Ditengah beragamnya jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, hal tersebut merupakan tantangan sekaligus tanggung jawab 1~uru BK dan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk membantu, membimbingan dan mengarahkan siswa agar keluar dari kesulitannya. Tabel2 Orang yang dipilih siswa untuk berbagi, ketika mereka memiliki masalah Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Guru BK
"
"
T eman/sahabat
40
62%
Orang tua
12
19%
Lain-lain
12
19%
Jumlah
64
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa "sebagian besar" siswa memilih teman untuk dijadikan tempat berbagi saat siswa memiliki masalah. lni terlihat dari jumlah responden yang berjumlah 40 atau dengan prosentase sebesar 62% memilih teman/sahabat. Selain itu, 12 orang siswa atau dengan prosentase 19% memilih lain-lain, yaitu mereka yang memilih pacar, cliri sendiri atau gabungan antara orang tua dan teman sebagai tempat berbagi saat mereka memiliki masalah.
Hal ini wajar karena, para siswa saat ini berada pada tahap perkembangan yaitu remaja. Pada tahap ini hubungan anak dan orang tua mencapai titik terendah dan digantikan oleh posisi teman sebaya yang lebih dominan, hal ini menyebakan para siswa merasa tidak canggung lagi dan nyaman apabila konsultasi dengan teman, sehingga menyebabkan jarang dari siswa yang langsung konsultasi dengan guru BK.
Walaupun hasil tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun siswa yang memilih guru BK, bukan berarti tidak ada peran guru BK disini karena berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa guru BK membentuk peer counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh guru BK clengan tujuan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di bidang akademik maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa lebih nyaman berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. W'alau tidak bersifat resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara prof1esional dan memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat .
Tabel3 Siswa melakukan konsultasi masalah pada !JUru BK Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
34
53%
Tidak pernah
30
47%
Jumlah
64
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah responden atau sebanyak 34 siswa atau dengan persentase 53% menjawab pernah melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah meref\a pada guru BK. Sedangkan hampir sebagian lainnya yaitu, 30 siswa atau dengan persentase 47% menjawab tidak pernah melakukan konsultasi pada guru BK. Terkait dengan hasil tabel sebelumnya (tabel 4), masih kurangnya kesadaran para siswa untuk memamfaatkan layanan BK, disebabkan karena mereka merasa tidak senyaman jika bercerita dengan teman atau sahabat sendiri.
Dalam hal ini sosialisasi tentang pelayanan BK khususnya konsultasi masalah perlu dilakukan agar semua siswa dapat memahami dan memanfaatkan bahwa layanan bimbingan dan konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah saja. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan konselor, diketahui bahwa ada beberapa siswa yang memang datang dengan kesadaran sendiri untuk konsultasi masalahnya,
namun ada juga siswa yang memang sengaja dipanggil untuk menemui konselor, biasanya karena siswa tersebut memiliki masalah yang harus diselesaikan. Tabel4 Manfaat yang didapatkan siswa dari pelaksanaan program BK di sekolah Pilihan Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Mampu memecahkan masalah
34
53%
Mampu memahami diri sendiri
9
14%
Mampu memahami lingkungan
10
16%
Tidak bermanfaat
11
17%
Jumlah
64
100%
dengan baik dan bijak
Pada tabel di atas diperoleh data bahwa manfaat dari pelaksanaan program BK di sekolah adalah 53% siswa menjawab "mampu memecahkan masalah dengan baik dan bijak", sekitar 14% siswa menjawab "marnpu memahami diri sendiri" dan 16% siswa menjawab "mampu memahami
lin1~kungan".
Selain
itu, ada sekitar 17% siswa yang menjawab "tidak bermanfaat". Manfaat dari pelaksanaan bimbingan dan konseling dirasakan sangat bervariatif oleh masing-masing siswa tergantung dari hasil bimbingan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa, manfaat lain yang sangat dirasakan siswa adalah dengan adanya guru BK mereka sangat
terbantu dalam hal menentukan jurusan yang tepat sesuai dengan bakat dan minat mereka. Selain itu, siswa juga merasa guru BK selalu mendukung dan membantu para siswa yang ingin mengadakan acara sekolah. Tabel5 Kualitas pelayanan BK di sekolah menurut para siswa Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Puas
47
73%
Tidak puas
17
27%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan pelayanan BK di sekolahnya. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden yang menjawab "puas" dengan persentase sebesar 73%. Selain itu, beberapa siswa memberi alasan mengapa mereka puas dengan pelayanan BK yang ada, yaitu karena guru BK selalu membantu mengarahkan siswa agar menemukan jalan keluar yang tmbaik bagi masalah mereka, sisw.J juga merasa bahwa guru Bk dapat dijadikan teman bicara yang asyik seperti layaknya sahabat.
Namun, masih ada sebagian kecil dari responden yang m1:mjawab "tidak puas" yaitu dengan prosentase sebesar 27%. Beberapa alasan siswa yang merasa tidak puas dengan pelayanan BK yaitu karena mereka merasa guru BK pilih kasih terhadap siswa dan guru BK terlalu membesar-besarkan
masalah. Beragamnya alasan para siswa mengapa puas dan tidak puas dengan pelayanan BK yang ada, hal tersebut merupakan rnasukan yang sangat berharga bagi guru BK untuk memperbaiki lagi layanan yang ada.
Tabel6 Pemberian informasi kepada para siswa mengenai bullying serta bahaya-bahayanya Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
62
97%
Tidak pernah
2
3%
Jumlah
64
100%
Suatu hal yang sangat memperihatinkan ditengah maraknya kasus bullying yang terjadi saat ini masih banyak siswa yang tidak mengetahui apa yang dimaksud bullying serta bahaya yang dapat ditimbulkan, bahkan mungkin masih banyak siswa yang melakukan tindakan yang terrnasuk bullying tapi tidak menyadarinya. Namun berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini, yaitu deng;an prosentase sebesar 97% menjawab "pernah" mendapat informasi mengenai bullying serta bahayanya, dan hanya sedikit sekali dari responden yang menjawab "tidak pernah" akan hal ini yaitu hanya 3% saja.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa, mereka mendapat informasi mengenai bullying dari wali k1~las mereka saat
perwalian. Hal ini menunjukkan bahwa, sekolah tersebut rnemiliki tingkat kepedulian yang tinggi dalam hal pencegahan juga penan~ianan masalah bullying.
Tabel7 Sumber informasi siswa mengenai bull)1ing Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Psikolog
7
11%
Orang tua
4
6%
Guru
36
56%
Lain-lain
17
27%
Jumlah
64
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa informasi mengenai bullying didapat siswa dari berbagai sumber. Lebih dari setengah jumlah responclen menjawab guru dengan persentase 56%, ada juga yang menjawab orang tua dengan persentase 6%, dan psikolog sebanyak 11 %. Selain itu ada juga siswa yang menjawab lain-lain dengan persentase 27% yaitu mereka yang mendapat informasi mengenai bullying dari media seperti televisi, ko1ran, atau majalah juga seminar yang diadakan sekolah. Dari beberapa sumber informasi yang telah disebutkan diatas, diketahui bahwa sumber informasi terbesar para siswa mengenai bullying kebanyakan didapat dari guru mereka di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan melalui pemyampaian
informasi mengenai bullying benar-benar dilakukan oleh guru BK dan staf sekolah lainnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan konselor yang mengatakan bahwa Al-lzhar telah menjalin kerjasama yang sangat erat dengan Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan memiliki perhatian besar dalam penanganan masalah bullying di Indonesia. Guru-guru Al-lzhar juga pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadakan oleh SEJIWA, pelatihan tersebut ditujukan untuk membekcili para guru dengan pengetahuan mengenai bullying, cara pencegahan dan penanganannya. Oleh karena itu, maka wajar jika sumber informasi terbesar siswa mengenai bullying didapat mereka dari guru di sekolah, hal ini karena para guru memiliki kesadaran yang tinggi dan bekal yang (;ukup untuk mengatasi masalah bullying.
Tabel8 Siswa mendapat penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggamya Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
63
98%
Tidak pernah
1
2%
Jumlah
64
100%
Of\
Memberikan penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggar termasuk dalam jenis layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantiuan semua guru dar. wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan siswa. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir s;eluruh responden dalam penelitian ini dengan persentase 98% menjawab "pernah" mendapatkan penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari hanya sedikit sekali dari responden, yakni dengan persentase 2% yang menjawab "tidak pernah" akan hal ini. Dalam hal ini, layanan orientasi tersebut dapat dijadikan upaya preventif yang dilakukan pihak sekolah untuk
mene<~gah
terjadinya
perilaku bullying. Karena dengan mengetahui tata tertib te1rsebut para siswa akan mengetahui apa saja norma yang berlaku sehingga rnereka akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan wawancara der1gan guru BK diketahui bahwa, guru BK beserta staf sekolah lainnya aktif memberikan pengarahan atau pemjelasan kepada para siswanya mengenai norma atau tata tertib yang berlaku di sekolah, terutama pada siswa baru. Hal ini bertujuan untuk mempE!rmudah penyesuain diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang menunjang keberhasilan siswa di sekolah.
Tabel9 Guru BK memberikan bimbingan mengenai etika bergaul antar siswa Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
47
73%
Tidak pernah
17
27%
Jumlah
64
100%
Memberikan arahan tentang etika bergaul antar siswa merupakan tugas dari bimbingan sosial. Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling yang ada diharapkan dapat membatu para siswanya mengenal dan berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya, salah satunya yaitu temanteman mereka di sekolah. Jika tujuan dari bimbingan sosial tersebut tercapai maka dengan sendirinya akan terjalin hubungan yang harmonis antar siswa, dengan begitu perilaku bullying dapat dihindari. Dan ternyata bimbingan ini telah diberikan oleh guru BK kepada para siswanya. Hal tEirsebut terlihat dari sebagian besar responden dengan persentase 73% yang menjawab "pernah". Selain itu ada sebagian kecil dari respond en dengan persentase 27% menjawab "tidak pernah" akan hal ini.
Hasil angket tersebut sejalan dengan pernyataan guru BK yang mengatakan bahwa, jenis-jenis bimbingan yang diberikan guru BK di SE~kolah adalah bimbingan belajar, bimbingan karir dan bimbingan sosial, baik secara
perorangan maupun kelompok. Dan bimbingan mengenai etika bergaul termasuk dalam bimbingan sosial.
Kesimpulan Berdasarkan deskripsi diatas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar berperan secara aktif dalam melakukan upaya pencegahan terhadap masalah bullying . Hal ini dapat dilihat pada hasil angket, yaitu: • Pada tabel 3, diketahui bahwa 53% dari responden menyatakan pernah melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah mereka pada guru BK. • Pada tabel 5, diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu 73% merasa puas dengan pelayanan BK di sekolahnya. • Pada tabel 7, diketahui bahwa lebih dari setengah responden yaitu 56% menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi memgenai bullying dari guru mereka di sekolah. • Pada tabel 8, diketahui bahwa hampir seluruh respondt:m dalam penelitian yaitu dengan persentase 98% menyatakan pernah mendapatkan penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari guru BK mereka. • Pada tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu 73% menyatakan pernah mendapat bimbigan dari guru BK mengenai etika bergaul antar siswa.
b. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu? Selain sebagai pencegah masalah (preventif), tugas utama yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai pemecah masalah (kuratif). Berkaitan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik atau bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku juga korban dari bullying.
Untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi perilaku bullying, penulis menyusun beberapa aitem pertanyaan untuk mengungkap fungsi bimbingan dan konseling yang loersifat kurat:f akan diketahui melalui aitem nomor 10-15.
no
Tabel10 lntensitas pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru BK di sekolah Pilihan Jawaban
Frekuensi
Persentasi (%)
Setiap ada masalah
54
85%
Seminggu sekali
"
"
Sebulan sekali
6
9%
Tidak pernah
4
6%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa intensitas pemberian layanan bimbingan dan konseling dilakukan setiap ada masalah. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang sebagian besar menjawab "setiap ada masalah" sebanyak 54 siswa atau dengan persentase sebesar 85%, sedangl
Berdasarkan wawancara dengan konselor diketahui bahwa, pemberian b!mbingan dan konseling dilakukan setiap kali diperlukan, maksudnya adalah setiap timbul masalah yang penyelesaiannya memerlukan bantuan BK, maka guru BK selalu siap membantu. Selain itu, pemberian bimbingan dan
konseling juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, misalnya untuk kelas sembilan yang membutuhkan layanan bimbingan karir untuk pemilihan jurusan, biasanya guru BK melakukan wawancara pada setiap anak. Guru BK juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatannya seperti pameran pendidikan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa dalam hal karier.
Tabel 11 Pengadaan sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying Pilihan jawaban
Frekuensi
Pe1"Sentase (%)
Ada
58
91%
Tidak ada
6
9%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir seluruh dari responden dengan persentase 91% menjawab "ada" sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying baik secara fisik, verbal atau psikologis. Namun ada juga responden yang menjawab "tidak ada" d1~ngan prosentase hanya 9%. Data ini menunjukkan bahwa SMA Al-lzhar memiliki ketegasan dalam hal penanganan bullying yang terjadi di sekolah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru BK yang mengatakan bahwa, di Allzhar memang ada aturan atau tata tertib tentang larangan berperilaku bullying, aturan tersebut dibuat sudah 2 tahun. Namun pada dasarnya
larangan seperti mencela, memukul siswa lain, memalak clan sebagainya yang termasuk bullying sudah ada sejak dulu, hanya perbe.'Claan istilah saja. SMA Al-lzhar menerapkan sistem point, dimana setiap anak memiliki 100 point yang bisa bertambah juga berkurang. Sedangkan ba9i siswa yang terbukti melakukan perilaku bullying, point siswa tersebut ~:ami kurangi 30. Tabel 12 Guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok untuk membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
40
63%
Tidak pernah
24
37%
Jumlah
64
100%
Dalam konseling kelompok para siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan menangani permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dan ternyata layanan tersebut telah diberikan £JUru BK kepada para siswa. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden dengan persentase 63% menjawab "pernah" dan sebagian kecil responden demgan persentase 37% menjawab ''tidak pernah". namun berdasarkan wawancara diketahui bahwa, guru BK mengaku bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok ini masih kurang maksimal, disebabkan padatnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Hal tersebut wajar karena pada dasarnya layanan ini
membutuhkan kerjasama dari banyak pihak di sekolah dan1 membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tabel13 Guru BK memberikan konseling individu jika ada yang melakukan atau menjadi korban bullyi 11g Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Ya
57
89%
Tidak
7
11%
Jumlah
64
100%
Berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif adalah tuiuan dari layanan konseling. Berdasarkan tabel di atas, layanan tersebut telah diberikan guru BK kepada para siswa khususnya yang terbukti melakukan bullying. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden dengan persentase 89% menjawab "pernah" dan sebagian kecil responden dengan persentase 11 % menjawab "tidak pernah".
Berdasarkan wawancara dengan konselor di ketahui bahwa, jika menerima pengaduan dari siswa yang di bully oleh siswa lain, guru BK biasanya tidak langsung memanggil anak yang dilaporkan sebagai pelaku, karena bisa jadi pemanggilan tersebut dijadikan alasan untuk membully korbannya lagi. Biasanya guru BK mencari informasi terlebih dahulu untuk membuktikan pengaduan tersebut dengan melakukan koordinasi dengan pihak wali kelas,
jika ternyata pengaduan tersebut benar, guru BK memanm~il pelaku juga korban bullying untuk diberikankan konseling dan penegasan sanksi bagi yang bersalah. Tabel14 Guru BK menerima saran/masukan dari para siswa Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Ya
50
78%
Tidak
14
22%
Jumlah
64
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar responden atau dengan persentase sebesar 78% menjawab "ya" bahwa guru BK di sekolah mereka menerima saran/masukan dari para siswanya. Namun sebagian kecil lainnya yaitu, dengan persentase sebesar 47% menjawab "tidak" akan hal ini. Saran dari para siswa adalah masukan yang sangat berharga bagi guru BK, karena para siswa tersebut adalah sasaran utarna birnbingan dan konseling di sekolah. Dengan rnenyediakan wadah bagi siswa yang in!Jin rnernberikan saran, rnaka para siswa akan lebih !eluasa rnengungkapkan isi hatinya terutama yang berkaitan dengan layanan birnbingan dan konseling yang ada.
Tabel15 Saran para siswa untuk guru BK daiam menangani masalah bullying di sekolah Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
13
20%
bagi
12
19%
untuk
34
53%
Lain-lain
5
8%
Jumlah
64
100%
Perketat pengawasan di sekolah Beri
hukuman
seberat-beratnya
pelaku bullying Mengadakan mempererat
kegiatan-kegiatan hubungan
antara
senior
dengan yunior
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saran dari siswa untuk guru BK dalam hal menangani perilaku bullying di sekolah adalah 20% responden menjawab "perketat pengawaasan di sekolah", 19% responden menjawab beri hukuman seberat-beratnya bagi pelaku bullying dan didapat persentase 53% sebagai persentafe tertinggi dengan jawaban "mengadakan kegiatankegiatan untuk mempererat hubungan antara senior dan yunior''.
Selain itu terdapat beberapa responden yang menjawab selain ketiga pilihan yang ada yaitu, saran agar guru BK lebih melakukan penclekatan dengan siswa agar siswa bisa lebih terbuka pada guru, lebih mendengar apa yang diadukan siswa, dan mengadakan kegiatan untuk mempererat hubungan tidak hanya antara senior dan yunior tapi juga teman satu angkatan. Saran-
saran tersebut sangat membantu guru BK dalam mengatasi bullying, karena saran-saran tersebut datang dari siswa yang mungkin pernah menjadi korban atau menjadi saksi dari perilaku bullying yang ada.
Kesimpulan Berdasarkan deskripsi diatas diketahui bahwa, hasil angket yang didapat penulis untuk mengungkap peran kuratif BK dalam menangani masalah bullying sejalan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan. Maksud disini adalah jawaban-jawaban para siswa dalam angket tidak
b1~rtentangan
atau
bertolak belakang dengan hasil wawancara yang penulis lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, upaya-upaya kuratif terhadap masalah bullying benarbenar dilakukan oleh guru BK dan upaya tersebutjuga dik1etahui dan dapat dirasakan oleh para siswa.
c. Bagaimana gambaran perilaku bullying yang tetjadi pada siswa Siii/A Al-lzhar Pondok Labu? Jika sebelumnya telah dijelaskan cara penulis mengetahui bagaimana peran preventif dan kuratif bimbingan dan konseling dalam men£1atasi perilaku bullying. Maka yang juga menjadi tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok Labu.
Untuk mengetahui hal tersebut, penulis juga menyusun beberapa aitem pertanyaan untuk dijawab oleh siswa mengenai jenis-jenis bullying apa saja yang pernah mereka lakukan, apakah jenis bullying yang bersifat fisik, verbal/psikologis, atau gabungan antara fisik dan verbal. Pada penelitien ini, gambaran bullying yang terjadi diketahui melalui aitem nomor 16-27. Tabel16 Pendapat siswa mengenai wajar atau tidaknya menampar teman atau adik kelas yang sok tahu Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Ya
15
23%
Tidal<
49
77%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data sebesar 23% pada responden yang menjawab "ya" dan responder. yang menjawab "tidak" sebesar 77%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sependapat untuk menampar jika ada teman atau adik kelas yang sok tahu, hanya ada sebagian kecil saja yang setuju atau sependapat dengan tindakan tersebut. Tabel17 Siswa menampar teman atau adik kelas yang sok tahu Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
11
17%
Tidak pernah
53
83%
Jumlah
64
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir seluruh responden menjawab tidak pernah menampar teman atau adik kelasnya, hanya ada s1ebagian kecil saja yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan persentase 83% dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase 17%.
Tabel18 siswa merusak barang milik orang yang tidal< disukai Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
16
25%
Tidak pernah
48
75%
Jumlah
64
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir setengah dari msponden menjawab tidak pernah merusak barang milik orang yang tidak disukai, namun masih ada sebagian kecil dari responden yang menjawab pernah melakul
Tabel19 Siswa menendang teman atau adik kelas Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
29
45%
Tidak pernah
35
55%
Jumlah
64
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah jumlah responden menjawab tidak pernah menendang teman atau adik kelasnya, namun masih ada dari responden yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketah'..li dari jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan persentase 55% dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase 45%.
Tabel20 Siswa memalak uang/barang teman atau adik kelas
I
Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
8
12%
Tidak pernah
56
88%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas, namun masih ada sebagian kecil dari respor.den yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut.
He.~
ini diketahui dari jumlah responden yang
menjawab "tidak pernah" dengan persentase 88% dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase 12%.
Tabel21 Pendapat siswa mengenai acara MOS yang seru dan berkesan adalah yang disertai bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Setuju
49
77%
Tidak setuju
15
23%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden dengan persentase 77% menjawab "setuju" dengan pendapat yang mengatakan bahwa MOS tidak akan seru dan berkesan tanpa disertai bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru, namun responden dengan persentase sebesar 23% menjawab "tidak setuju" akan hal tersebut.
Tabel22 Siswa terlibat dalam acara MOS yang disertai benta:kan, omelan dan mengerjai siswa baru Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
56
88%
Tidak pernah
8
12%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas, namun masih ada sebagian kecil dari responden yang me,njawab pernah
melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang menjawab "setuju" dengan persentase 88% dan responden yang menjawab "tidak setuju" dengan persentase 12%. Data tersebut memperlihatkan betapa bullying dalam kegiatan MOS sudah berlangsung begitu laima, bahkan lintas generasi.
Tabel23 Siswa menamai teman atau adik kelas dengan julukan-julukan yang tidak pantas Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
57
89%
Tidak pernah
7
11%
Jumlah
64
100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden dengan persentase 89% menjawab "pernah" menamai ternan atau adik kelasnya dengan julukan-julukan yang tidak pantas. Selain itu, sebesar 11 % responden menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut. Data ini rnenunjukkan bahwa menarnai ternan dengan atau adik
ki~las
dengan
julukan-julukanyang kurang pantas dianggap sesuatu yang wajar oleh kebanyakan siswa, mereka kurang memaharni bahwa sebenarnya perilaku tersebut rnasuk dalam kategori bullying,
Tabel24 Siswa mencela teman atau adik kela!1 Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
57
89%
Tidak pernah
7
11%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden dengan persentase 89% menjawab "pernah" mencela teman atau adik kelasnya. Namun responden dengan persentase sebesar 11 % menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.
Tabel25 Siswa mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan, pada teman atau adik kelas Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
9
14%
Tidak pernah
55
86%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden dengan persentase 86% menjawab "pernah" mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan teman atau adik kelasnya. Namun responden dengan persentase sebesar 14% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.
Tabel26 Siswa mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat salah Pilihanjawaban
Frekuensi
Pernentase (%)
Pernah
44
69%
Tidak pernah
20
31%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden dengan persentase 69% menjawab "pernah" mendiamkan teman atau adik kelasnya karena telah berbuat salah. Namun responden dengan persentase sebesar 31% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut. Tabel27 Siswa memberikan pelajaran berupa fisik (memukull) dan psikologis (seperti mengucilkanj pada teman atau adik keias Pilihan jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
Pernah
27
42%
Tidak pernah
37
58%
Jumlah
64
100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden dengan persentase 58% menjawab "pernah" memberikan pelajaran berupa fisik dan psikologis pada teman atau adik kelas mereka. Namun responden dengan persentase sebesar 42% menjawab "tidak pernah" melakukan hal terse but.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa gambaran perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok Labu adalah bullying jenis verbal baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat pada tabel 23, tabel 24 dan tabel 26. • Tabel 23 menunjukkan bahwa, sebagian besar responclen yaitu 89% menyatakan pernah menamai teman atau adik kelas mereka dengan julukan-julukan yang tidak pantas. • Tabel 24 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 89% menyatakan pernah mencela teman atau adik kelas mereka. " Tabel 26 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 69% menyatakan pernah mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat salah.
d. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru bimbinga1r1 dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu? Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling untuk mengatasi masalah bullying, penulis tidak menggunakan angket tapi menggunakan wawancara saja. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa, pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK
ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena sernua pihak disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung dan ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga penanganan masalah bullying. Misalnya jika ada materi bimbingan konseling yang perlu disampaikan pada siswa, guru BK biasanya melakukan koordinasi dahulu dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam pelajarannya selama sekian menit atau jika tidak memungkinkan guru BK akan menitipkan materi bimbingan tersebut pada wali kelas untuk disampaikan pada siswa.
Kesimpulan Berdasarkan deskripsi wawancara diatas, didapat kesimpulan bahwa guru bimbingan konseling SMA Al-lzhar tidak menemui kendala yang berarti dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor juga dalam memmgani masalah bullying. Hal tersebut dikarenakan semua pihak di sekolah mendukung dan ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK termasuk didalamnya membantu penanganan masalah bullying.
BABS KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket penelitian mengenai pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam meng:atasi perilaku bullying siswa, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying di SMA A-lzhar Pondok Labu sudah cukup baik, namun belum berjalan maksimal karena dapat dilihat masih banyak siswa yang masih berperilaku bullying. Oleh karena itu, diharapkan bimbingan dan konseling yang ada lebih meniingkatkan lagi kualitas pelayanan dan program yang ada, khususnya dalam penanganan masalah bullying.
Faktor utama yang mejadi pendukung terhadap pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di Al-lzhar adalah dukungan terhadap pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh kepala sekolah SMA Al-lzhar Pondok Labu bersama stat sekolah lainnya. Karena secara langsung mereka mau membantu kegiatan tersebut.
5.2 Diskusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani masalah bullying. Sedangkan gambaran perilaku bullying yang banyak terjadi adalah bullying dalam kategori verbal.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Multazamah (2006), yang menghasilkan ada peran bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa dan Bunyanah (2004) menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran bimbingan dan konseling dengan kesulitan belajar siswa SMA Islam An-Nizomiyah.
Frak W.
Miller sebagaimana di kutif oleh Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan bahwa "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat". Dari pendapat frak W. Miller, diketahui bahwa pada dasarnya dalam memberikan bimbingan bukan hanya tugas guru BK di sekolah saja, namun merupakan tugas semua pihak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dan paling sering ditemui oleh siswa, karena keluarga dalam hal ini orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya. Seluruh perilaku orang tua di dalam rumah menjadi contot-i bagi anak-anak tentang bagaimana mereka bertingkah laku di luar rumah. Orang tua yang tidak perhatian atau peduli terhadap apa yang dilakukan oleh anaknya dan terlalu memberi kebebasan, hal ini akan membuat anak merasa tidak diperhatikan dan mereka akan melakukan apapun yang mereka inginkan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang dapat berbagi cerita, bisa berteman dengan anak dan bisa membimbing. Perilaku bullying akan dapat teratasi dengan adanya bimbingan dan perhatian dari orang tua di rumah.
Lingkungan sekolah, sebagai tempat melanjutkan pendidikan setelah rumah, juga merupakan tempat anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya yang memiliki beragam latar belakan~ pola asuh yang berbeda. Sehingga berbagai perbedaan, gesekan juga perilaku bullying mungkin saja terjadi di antara mereka. Pada saat inilah peran guru dalam mendidik dan mengajar para siswa sangat diperlukan, tidak hanya menyampaikan rnateri pelajaran saja tapi juga untuk memberkan solusi pada setiap perbedaan pendapaUpersepsi yang terjadi melalui diskusi-diskusi kelompok dengan cara mengajarkan bagaimana menghargai pendapat teman/kelompok lain. Sehingga didapat keputusan yang adil dan membuat keduanya merasa nyaman.
Hasil wawancara penulis dengan guru BK dan beberapa siswa yang dalam angket terjaring
melakukan
perilaku
bullying.
pada dasarnya bahwa
pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying sudah berjalan dan masih dalam proses untuk memperbaiki layanan dan program BK yang ada khususnya untuk mengatasi pEirilaku bullying yang dilakukan siswa, dan hal itu tak lepas dari kerja sama antara semua pihak. Adapun upaya preventif yang dilakukan konselor sekolah kepada siswa adalah dengan memberikan bimbingan dan konseling secara individu dan kelompok pada semua siswa. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukan adalah dengan memberikan bimbingan pribadi dan pemberian sanksi pada siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah te1nnasuk di dalamnya melakukan bullying.
5.3 Saran Untuk Guru BK 1). Diharapkan untuk lebih menjalin kedekatan kepada para siswa, untuk
memudahkan interaksi dalam membantu mengatasi persoalan yang ada, sehingga maksimal.
pelaksanaan
bimbingan
dan
konselin!~
dapat
berfungsi
2). Membuat program atau rencana kegiatan yang dapat lebih menyatukan lagi antara senior dan yunior, agar terjalin rasa toleram;i yang lebih kuat di antara mereka sehingga perilaku bullying dapat dihindari. 3). Memperdayakan staf sekolah sebagai pengawas yang membantu guru mengawasi para siswa di lingkungan sekolah. 4). Membentuk dan mengembangkan peer support (pendampingan oleh teman sebaya untuk mencegah terjadinya bullying)
Orang tua 1. Lebih memperhatikan
anak mereka di rumah.
Karena
perhatian,
komunikasi yang baik akan sangat membantu anak terhindar dari perilaku bullying 2. Hendaknya lebih meningkatkan kerja sama dengan 9uru, wali kelas dan guru BK dalam membimbing anak-anak mereka di sekolah. Karena dengan kerja sama tersebut permasalahan mengenai bullying akan lebih mudah diatasi. 3. Menananmkan pada anak nilai-nilai moral dan agama sejak dini, agar anak dapat membatasi diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih menggali lagi indikator-indikator dari peran BK yang bersifat preventif, dan kuratif serta memperbanyak item pertanyaan.
Il ~ DAFT AR PUSTAKA lakar, Baraja (2004). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studi Press ad, Juntika Nurihsan dan Akur, Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kuriku/um 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Mappiare (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Surabaya: Usaha Nasional 1ara, Coloraso (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari PraSekolah Hingga SMU. Jakarta: PT Serambi ilmu Semesta ), Walgito (2004). Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Yogyakarta: ANDI a Ketut, Sukardi (2002). Bimbingan Konseling di Seka/ah. Jakarta: In regards to: Rineka Cipta i Maryani. Mencermati Kasus Bullying Yang Makin Marak di Seka/ah. Koran Jakarta Raya : 2008 ~n
(2002). Bimbingan Konseling. Jakarta: Ciputat Press
, Hajar (1999). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada umhur dan Moh. Surya (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Seka/ah. Bandung: CVILMU i,
Sullivan. (2000): The Anti-Bullying HandBook; Oxford University Press.
>un. (2001). Psiko/ogi Konse/ing. Malang: Universitas Muhammadiyah malang. -lamdani, Bakran. (2002). Konse/ing dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru amad, Surya. (2003). Psiko/ogi Konseling. Bandung: Pustaka Quraisy itno dan Erman, Amii. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta it Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
1, Kountur. (2004). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta.
PPM WA. (2008), Mengatasi Kekerasan di Seka/ah dan Lingkurrgan Sekitar Anak. Jakarta : PT. Grasindo Ila, Consuelo G. ,et.al. (1993): Pengantar metode Penelitian. Alimuddin Tewu (terj). Jakarta : UI Press an S, Wilils (2004). Konseling Individual. Bandung: Alfabeta oyono. (2007). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta irsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta in,
Lipkins (2008). Menumpas Kekerasan Pe/ajar dan Mahasiswa. Tangerang: lnspirita Publishing
fuddin, Azwar. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar nsu, Yusuf dan A. Juntika (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Rosdakarya 1tawy. (1995). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo 1f, Gunawan (1987). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Prenhallindo
>si ana (2004). Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kesu/itan Be/ajar Siswa SMA Islam An-Nizomiyah. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta ta Lutdmilla Sumarhudoyo (2004). Hubungan Pola Attachment dan Jntensi Untuk Melakukan Perilaku Bullying. Depok: Skripsi Fakultas Psikoloyi UI. 1ati (2007). Pandangan Siswa terhadap Peran Bimbingan dan Konseling Da/am Mengatasi Tawuran Pe/ajar SMK Baskara. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 1zamah (2006). Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa MAN 8 Jakarta Timur. Jakarta: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidatullah.
•net ia Indonesia (2006). Kekerasan Siswa Ancaman Bangsa-Guru Harus Waspadai ying": diambil pada 14 Juni 2008. ://www.sampoernafoundation.org/content/view/99/ 105/lang, id/) Natalie (2008). Memutus Rantai Kekerasan Antar Pelajar (membandingkan nesia dan Belanda): diambil pada 22 Juni 2008. //www. pikko. netiinfo/StopBu llying. htm I reas (2007). Bullying Dalam Dunia Pendidikan bag. 1: diambil pada 23 Juni 2008. //popsy.wordpress.com/2007/04/26/%e2%80%9cbullying%e2%130%9d-dalama-pendidikan-bagian-1/ rita lndarini (2007). Awas Bullying di Sekolah: diambil pada 2 Agustus 2008. //www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/04/tgl/29/time/024012 !ws/773879/idkanal/10 P. Aldilla, psi (2007). MOS Asyik Tanpa Bullying: diambil pada 12 Juni 2008. //aryave rdiramadhan i. biogs pot com/2007 /06/vj-1 Ovi2007-mos-asyik-ta nparing. html 1
~zzahra
(2008). Stop Bullying: diambil pada 22 Juni 2008 //azzahra08. word press. com/2008/07 /18/stop-bullying/
1fa (2007). Menghindari Anak Menjadi Pelaku Bullying: diambil pada 3 Juni 2008 //id.shvoong. com/humanities/167 5891-menghindari-anak-menjadi-pelaku-bullying/
Ir OJ
LAMPI RAN
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI JI. Kerta Mukti No. 5 Cirendeu Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714 A. DataResponden Nam a Jenis Kelamin Ke las Usia Asal Sekolah
B. Petunjuk Pengisian 1. Penelitian ini merupakan kegiatan dalam rangka penyusunan skripsi untuk penyelesaian studi pada Fakultas Psikologi Universitai> Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Mengingat pentingnya penelitian ini sudilah kiranya saudara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya 3. Setiap jawaban yang saudara berikan pada penulis merupakan bantuan yang tak ternilai harganya bagi penelitian ini. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih 4. Bacalah angket ini terlebih dahulu dengan teliti 5. Tulis jawaban anda langsung pada kertas pertanyaan d19ngan memberi tanda
( x)
ltCJ
1. Apa masalah yang paling sering anda alami? a. masalah belajar, (sebutkan) : .. . b. masalah karier, (sebutkan) : .. .
c. masalah sosial, (sebutkan) : .. . d. masalah pribadi, (sebutkan) : .. . 2. Ketika anda memiliki masalah, siapa orang yang pertama anda temui
untuk berbagi?
a. Guru BK b. Teman c. Orang tua d. Lain-lain (sebutkan) : 3. Apakah anda pernah melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah anda pada guru BK? a. Pernah
b. tidak pernah
4. Manfaat apa yang anda dapatkan dari pelaksanaan program BK di sekolah? a. mampu memecahkan masalah dengan baik dan bijak b. mampu memahami diri sendiri c. mampu memahami lingkungan d. lain-lain (sebutkan): ... 5. Apakah anda puas dengan pelayanan BK di sekolah? a. Puas, karena : ... b. tidak puas, karena : ... 6. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang "bullying" (kekerasan berupa fisik, verbal atau psikologis yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat pada individu yang lemah) serta bahayabahayanya? a. pernah
b. tidak pernah
{ zv
7. Jika pernah, dari mana anda mendapat informasi mengenai bullying tersebut? a. a. psikolog
b. orang tua
c. guru
d. lain-lain (sebutkan) :
8. Apakah anda pernah mendapat penjelasan dari guru BK mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggarnya? a. pernah
b. tidak pernah
9. Apakah anda pernah mendapatkan bimbingan mengenai etika bergaul antar siswa dari guru BK? a. pernah
b. tidak pernail
10. Berapa kali biasanya guru BK memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah? a. Setiap ada masalah
b. Seminggu sekali
c. Sebulan sekali
d. tidak pernah
11. Apakah ada sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying? a. ada
b. tidak ada
12. Pernahkah guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok untuk membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa? a. pernah
b. tidak pernah
13. Apal
b.tidak
14. apakah guru BK anda menerima saran/masukan dari para siswanya? a. ya
b.tidak
{'ll
15. Apa saran anda untuk BK dalam menangani perilaku bullying di sekolah? a. perketat pengawasan di sekolah b. beri hukuman seberat-beratnya bagi yang melakukan bullying c. mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mempererat hubungan antara senior dengan yunior d. lain-lain (sebutkan) : 16. Menurut anda apakah menampar teman atau adik kelas yang songong adalah hal yang wajar? a. ya
b. tidak
17. apakah anda pernah melakukan tindakan seperti di atas?' a. pernah
b. tidak pernah
18. apakah anda pernah merusak barang milik orang yang tidak anda sukai? a. pernah
b. tidak pernah
19. apakah anda pernah menendang teman atau adik kelas anda? a. pernah
b. tidak pernah
20. apakah anda pernah memalak uang/barang dari adik kelas atau teman anda? a. pernah
b. tidak pernah
21. Setujukah anda jika teman anda berpendapat bahwa acara MOS tidak akan seru dan berkesan tanpa disertai bentakan, omelan dan kegiatan lain yang sifatnya mengerjai siswa baru? a. setuju
b. tidak setuju
22. apakah anda pernah terlibat dalam acara MOS seperti di atas? a. pernah
b. tidak pernah
23. apakah anda pernah menamai teman anda dengan julukan-julukan yang tidak pantas? a. pernah
b. tidak pernah
24. apakah anda pernah mencela penampilan atau bentuk fisik teman atau adik kelas anda? a. pernah
b. tidak pernah
25. apakah anda pernah mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan pada teman atau adik kelas anda? a. pernah
b. tidak pernah
26. apakah anda pernah mendiamkan teman atau adik kelas anda karena dia berbuat salah? a. pernah
b. tidak pernah
27. apakah anda pernah memberikan "pelajaran" berupa fisik. (seperti memukul) maupun psikologis (seperti mencela) pada teman atau adik kelas anda? a. pernah
b. tidak pernah
Hari/tanggal : selasa, 25 November 2Q08 Interviewee : lbu Lia Jabatan
: Guru BK SMA Al-lzhar
Tempat
: Ruang BK
Waktu
: 11:00WIB
Hasil Wawancara 1. T: Berapa lama anda menjadi guru BK? J: Sudah sejak tahun 1980an kira-kira sudah 20 tahun. 2. T: Bimbingan apa saja yang biasa anda berikan di sekolah ini? dan bagaimana metode dalam pemberian bimbingan tersebut? Serta berapa kali siswa mendapat bimbingan? J: kami memberikan bimbingan belajar, bimbingan sosial seperti etika bergaul , bimbingan karir, juga bimbingan pribadi dan ke•lompok. Dalam pemberian bimbingannya menggunakan metode ceramah, atau tanya jawab . Pemberian bimbingan tersebut disesuaikan
den!~an
kebutuhan
siswa saja. Misalnya untuk kelas X yang membutuhkan layanan bimbingan karir untuk pemilihan jurusan, kami melakukan wawancara pada setiap anak. Kami juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatannya seperti pameran pendidikan. 3. T: apakah ibu menggunakan buku atau modul sebagai acuan bimbingan? J: ya kami menggunakan buku untuk acuan bimbingan, tapi kami tidak terpaku pada 1 buku atau modul saja karena biasanya materinya kurang
relevan dengan siswa jadi kami menggunakan berbagai sumber lain sebagai tambahan agar materi bimbingan yang akan diberikan benarbenar sesuai dengan yang dibutuhan siswa. 4. T: Apa siswa disini memiliki kesadaran sendiri untuk
ber~:onsultasi
kepada
guru BK tentang masalah yang dihadapinya?
J: itu tergantung siswanya sendiri, ada siswa yang datang atas kemauan sendiri dan ada juga yang dipanggil jika siswa tersebut bermasalah. 5. T: Permasalahan apa yang sering muncul dan sering dialami oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ini? J: sejauh ini belum ada permasalahan yang terlalu serius dalam kegiatan
belajar mengajar, tapi permasalahan yang ada lebih dominan pada masalah kedisiplinan siswa. Seperti tepat waktu datang ke sekolah, bolos saat jam pelajaran, juga da!am ha! kerapihan. 6. T: Bagaimana ibu menyikapi hal tersebut? J: bagi siswa yang melanggar tata tertib di sekolah ini,
~:ami
mengenakan
"poin pelanggaran" yang bobotnya tergantung dari kesalahan yang dibuat. 7. T: Apakah di sekolah ini pernah ditemukan kasus buUying? Faktor apa yang biasanya menjadi pemicu?
J: kami pernah rnenangani juga mendapat pengaduan mengenai kasus bullying, taktor pemicunya biasanya hal sepele misalnya, karena disini mayoritas siswa SMPnya berasal dari Al-lzhar terkadang timbul kesalah pahaman antara mereka. Siswa yang SMPnya bulcan dari Al-lzhar sebagai minoritas merasa di perlakukan semena-mena1 oleh siswa yang SMPnya berasal dari Al-lzhar. 8. T: Upaya apa yang guru BK dan sekolah lakukan untuk mengatasi hal terse but?
J: jika ada pengaduan dari siswa yang merasa di buly siswa lain, kami tidak langsung memanggil anak yang bersangkutan, karena bisa jadi pemanggilan tersebut dijadikan alasan siswa untuk mernbully korbannya lagi. Biasanya kami melakukan koordinasi dahulu dengan pihak wali kelas untuk memastikan kebenaran dari pengaduan siswa. Jilca ternyata benar baru kami panggil, lakukan konseling dan penegasan sanksi. Kami juga membentuk peer counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh guru BK dengan tujuan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di bidang akademik maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa lebih nyaman berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. Waiau tidak bersifat resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara profesional dan memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat . 9.
T: Apakah di sekolah ini ada aturan/tata tertib tentang larangan berperilaku
bullying?
kapan
aturan
itu
dibuat?
Dan
bagaimana
pelaksanaan aturan tersebut? J: Ya, disini memiliki tata tertib mengenai larangan berperilaku bullying aturan itu dibuat 2 tahun lalu, sebenarnya larangan mencela, memalak, mengucilkan dan sebagainya y2rig termasuk bullying sudah ada sejak dulu hanya perbedaan istilah saja. Disini setiap anal< memiliki point 100, poin tersebut bisa berkurang dan bertambah. Sedangkan bagi siswa yang melakukan perilaku yang termasuk bullying, kami mengurangi poin mereka sebesar 30. 10. T: apakah aturan tersebut efektif dalam mengurangi bullying di sekolah? J: cukup efektif, karena sanksi yang diberikan cukup berat 11. T: Apa saja kendala yang anda hadapi dalam pelaksanaan BK di sekolah ini? serta apa kendala yang dihadapi dalam penanganan bullying?
----~·
\
~-
. ' \ / ; , " ' ,.i 'l i
'«
)·•\
-~-H- ----~
J: kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling masih terbatas pada waktu saja. Karena tidak adanya jam khusus untuk memberikan bimbingan dan konseling. Jadi selama ini kami
melal~ukan
koordinasi
dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam pelajarannya selama sekian menit atau menitipkan materi bimbingan pada wali kelas untuk disampaikan pada siswa. 12. T: apa kendala yang dihadapi guru BK dalam menangani masalah bullying siswa ?
J: Pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena semua pihak disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung dan ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga penanganan masalah bullying. 13. T: apakah ibu pernah mengalihtangankan kasus yang berat kepada pihak lain? J: ya pernah, kami mengalihtangankan pada psikolog aitau psikiater untuk kasus-kasus yang memang tidak bisa kami tangani. 14. T: apakah ibu juga melakukan kunjungan rumah g1una penyelesaian masalah siswa? J: ya kami juga melakukan kunjungan rumah pada siswa-siswa yang membutuhkan penanganan lebih lanjut tentang penyelesaian masalah mereka, namun karena banyak keterbatasan dalam sa1u tahun kami bisa melakukan kunjungan rumah pada dua orang siswa saja. 15. T: Adakah program bimbingan preventif dan kuratif di sekolah ini dalam menangani masalah bullying? Jika ada, bagaimana pelaksanaan dari program tersebut?
(If
J: untuk program bimbingan preventif maupun kuratif, merupakan program yang tidak baku, hanya incidental saja. Ketika memang dibutuhkan, baru diadakan. seperti belum lama ini ada penyuluhan tentang bahaya narkoba. Kami disini juga berkerja sama dengan Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan memiliki perhatian besar dalam penanganan masalah bullying di Indonesia. Guru-guru Al-lzhar juga pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadal
Hari/tanggal : Selasal 25 November 2008 Interviewee : M. Risyad Status
: Siswa kelas II SMA
Tempat
: Ruang BK Hasil Wawancara
1. T: apa masalah yang sering kamu hadapi? J: Masalah belajar, biasanya saya suka malas belajar, terlalu banyak
tugas jadi saya agak sulit membagi waktu. 2.
T: apakah guru BK di sekolah mengetahui dan ikut membantu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi? J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar kami disuruh remedial.
3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda be;bagi masalah yang anda hadapi?kenapa? J: biasanya ke orang tua, karena lebih nyaman, lagipula mereka yang paling mengerti kita seperti apa. 4. T: apakah anda pernah melakukan konsultasi ke guru BK mengenai masalah yang anda hadapi? Alasannya? J: konsultasi masalah pernah, tapi tidak sering. Tapi kalau mengobrol biasa sering, misalnya jika ada acara sekolah. 5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah? J: Manfaat yang paling dirasain dengan adar.ya BK, kalau mau mengadakan
acara
sekolah
guru
BK
selalu
rnembantu
untuk
menghubungkan siswa dengan guru-guru. Manfaat lainnya, guru BK sering membantu untuk memilihkan jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat saya.
6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi tentang bullying? Dari mana informasi tersebut anda dapatkan? J: pasti pernah dong. Dari guru BK saat perwalian, dari seminar yang diadakan sekolah juga pernah tapi waktu saya kelas 3 SMP. 7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau apakah anda sendiri pernah melakukan tindakan yang te1rmasuk bullying? J: kalau membully fisik saya tidak pernah, tapi kalau bullying psikologis pernah itupun hanya meledek. Jujur, saya pernah mukul temen tapi itu cuma bercanda guru yang melihat juga langsung menegur saya. 8. T:Menurut anda, apakah guru BK di sekolah berperan clalam menangani bullying? J: menurut saya kurang, yang saya tahu justru guru biologi. Beliau itu sering banget mengingatkan siswa agar ticlak membully siswa lain. 9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah ancla pernah melihat ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru? J: jelas ada, tapi kalau MOS yang tahun ini tidak separah waktu tahunan saya. MOS yang sekarang hanya 3 hari saja. K2lau bentakan, pasti ada biasanya di hari terakhir
Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008 Interviewee : Yusuf Akbar Status
: Siswa kelas II SMA
Tern pat
: Ruang BK Hasil Wawancara
1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi?
J: Masalah belajar, misalnya kesulitan konsentrasi waktu pelajaran IPA, juga dalam hal pemahaman soal. 2. T: Apakah guru BK di sekolah
mengetahui dan ikut membantu
menyelesaikan masalah yang kamu hadapi? J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar diingatkan agar remedial atau
kita yang minta remedial sama guru mata pelajaran yang bersangkutan. Saya juga ikut les jadi biasanya kalau ada kesulitan soal pelajaran saya tanyakan pada guru les saya. 3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat berbagi masalah yang anda hadapi? Kenapa?
J: Biasanya kalau ada masalah saya serita sama bapak saya karena kalau sama teman saya kurang percaya. Kadang saya juga konsultasi ke ahli seperti psikolog kalau lagi stress karena nilai saya anjlok. 4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tentang masalah yang anda hadapi? Alasannya? J: Tidak pernah, karena risih tempatnya formal, tidak santai dan sepertinya yang lain juga tidak pernah. 5. T: Apa manfaat yang anda rasakan dengan adanya BK di sekolah?
J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan. 6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi bullying? Dari mana sumber informasi tersebut anda dapatkan? J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, guru BK, dari orang tua, juga
dari seminar tentang bullying yang diadakan sekolah. 7. T: Apakah anda pernah melihat ada yang membully? atau pernah melakukan tindakan yang termasuk bullying? J: Oulu pernah waktu awal-awal kelas satu ada teman yang mernukul saya tanpa sebab. Tapi saya tidak berani melawan. Jadi saya lapor ke guru. Kemudian orang itu ditegur guru. Sekarang dia tidak pernah lagi. Kalu dulu banyak yang membully sampai-sampai banyak yang ingin keluar. Kalau saya sendiri jujur pernah, tapi lidak sampai yang fisik, paling meledek saja, itupun saya tidak akan ngeledek duluan kalau tidak ada yang mulai. 8. T: Menurut anda apakah guru BK berperan da!am menangani bullying? J: tidak, tapi setahu saya justru guru PPKN beliau terkenal anti bullying. Misalnya, kadang ada guru yang ikut ketawa kalau ada siswa yang ngeledek siswa lain tapi guru PPKN saya beda. Kalau dia melihat ada siswa yang meledek siswa lain pasti beliau langsung menegur dan mengingatkan kalau itu termasuk bullying. 9.
T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siBwa baru? J: waktu MOS angkatan saya kalau dibentak atau disumh-suruh ada. Tapi yang sekarang saya tidak tahu karena saya bukan anggota OSIS. Tapi yang saya dengar yang banyak bentakan atau ada perilaku bullying di PASKIBRA.
Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008 Interviewee : M. Dana Dhanugraha Status
: Siswa kelas II SMA
Tempat
: Ruang BK Hasil Wawancara
1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi? J: Masalah belajar, terlalu banyak PR, biasanya susah konsentrasi waktu
belajar.
2. T: Apakah guru BK atau guru mata pelajaran di sekolah ikut membantu menyelesaikan masalah yang anda hadapi? J: lya. Kalau masalahnya belajar, nilai turun biasanya guru dari mata
pelajaran yang bersangkutan mengingatkan kita untuk remedial.
3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda berbagi masalah? Kenapa? J: kalau saya ke teman sama ke orang tua juga. Saya merasa lebih percaya.
4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tent:ang masalah anda? Alasannya? J: tidak pernah, karena saya canggung. Lebih baik ke teman atau orang tua saja.
I> 3
5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah? J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu
kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan.
6. T: Apakah anda pernah dapat informasi tentang bullying? Dari mana sumber anda mendapat informasi tersebut? J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, psikolog dan orang tua juga.
7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau Apakah anda pernah melakukan tindakan yang termasuk bullying?
J: kalau waktu saya kelas satu sering melihat ada yang membully siswa lain, tapi setelah saya kelas dua sudah tidak lagi. Tindakan bullying yang pernah saya lakukan saya pernah merusak benda rnilik orang lain tapi cuma sekali, yang lain paling hanya mencela.
8. T: Apakah guru BK berperan dalam menangani
bullyin~g
di sekolah?
J: cukup berperan. Karena pernah ada yang membully siswa lain lalu dipanggil ke ruang BK.ngga'
9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru? J: MOS disini tidak sekarang lebih baik tapi waktunya lebih sebentar karena cuma 3 hari. Bentakan ada tapi hanya sedikit dan tidak berlanjut di luar MOS.
YAYASAN ANAKKU
l..-..---
----
PERGURUAN !SLAM AL-IZH/~R PONDOI\ LABU
......-
-
~J\R LABU
SMA ISLAM AL=IZHAR PONl)QI( LABU JI. RS. Fatmawali Kav. 49 Jakarta l 24:i0 "I!' 7()95542 - 7505932 - 7506128. Fax. 75036(,2. e-mail: [email protected]
SURAT KETERANGAN Nomor ; 571 /SKetr /SNtAI IPL/Xll/2008
(ang bertanda tangan di bawah ini : nama jabatan
Ir. H. Tata Hendarto, M.Psi.T. Kepala SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu
:lengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa: nama NIM Jurusan Program Perguruan Tinggi
SITI NURBAITI 104070002284 Psikologi Strata 1 (S-1) Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta
idalah benar bahwa nama tersebut telah mengadakan penelitian di SMA Islam Al-lzhar )ondok Labu Jakarta, dalam rangka mendapatkan bahan skripsi dengan judul "Peran 3imbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah'', yang dilaksanakan )ada tanggal 10- 12 November 2008 di SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu Yakarta. )emikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jaka ta, 12 Desember 2008 ~oklabu,
L--