HU UBUNGAN N KONSEP DIRI DE ENGAN PERSEPSI P I SISWA TENTA ANG JUVE ENILE DE ELINQUEN ENCY (KEN NAKALA AN REMAJA) DAN N IMPLIK KASINYA A DALAM BIMBING GAN KON NSELING G (STUD DI DI SMA NEGERI N 1 SEBERIDA S KABUPAT TEN INDRA AGIRI HULU)
TESIS
h Oleh AGNE ES YULI ANGGELLIIA NIM 19139
Ditulis untuk mem menuhi seba agian persyyaratan dalaam m mendapatka an gelar Ma agister Penddidikan
PROGRA AM STUDII BIMBING GAN DAN N KONSEL LING PROGR RAM PASC CASARJA ANA UNIVERS SITAS NEG GERI PAD DANG 2012 2
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan, Dia Telah Menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya ”(Q.S. AL‘Alaq: 1-5) “ Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna” Alhamdullilah....... Puji syukur akan kebesaran Allah. Perjuangan, Kerja keras dan kebahagiaan ini hanyalah atas izin‐Mu Agnes Special thank’s to: Papa dan Mama tercinta ( H.Mulyono dan Yayuk Supatmiati)............ Terimakasih untuk do’a, kasih sayang, dukungannya yang tiada henti‐ hentinya yang tak dapat dinominalkan harganya dan ditulis pengorbanannya.......... Saudaraku tersayang ....... Heryustika Xandra Dewi & Lidya Putri Yani Trio Kwek‐kwekmama, kompak and ceria selalu..... Anggota baru keluarga H.Mulyono..................... Selamet dan Aufan Zahran Syavier.... TemanTeman Seperjuangan PPS Jur.BK di Pekanbaru & di Padang...... Terimakasih untuk suka dukanya, semoga kekompakkan itu kan slalu ada dihati kita..................
Sincerelly Yours,
Agnes Yuli Anggellia, S. Psi, M.Pd
ABSTRACT Agnes Yuli Anggellia.2012. Self-concept Relations With Student Perceptions About Juvenile Dellinquency and Its Implications In Guidance Counseling (research in SMA Negeri 1 Seberida Kabupaten Indragiri Hulu) ". Thesis. Graduate Program, State University of Padang. Juvenile delinquency was bad behavior or delinquency of young children is a symptom of illness(pathological) socially in children and adolescents were caused by a form of social neglected, so they developed a form of deviant behavior. Dellinquency juvenile behavior that often occurs around the school, caused by a wrong perception of the students perceive about dellinquency juvenile and raised the negative impact of its behavior. Besides that, negative self-concept of students will worse and worse in the perception its juvenile dellinquency. Therefore, researchers wanted to examine and analyze the selfconcept, perceptions of students juvenile dellinquency and its implications assistance counseling in SMA Negeri 1 Seberida. The research was conducted by using a quantitative approach descriptively and comparative correlation. The population in this research were grade X and XI SMA N 1, were 428 people.Sampling using stratified random sampling method, the sample obtained for 207 students. Measuring devices used were Likert Scale. Validity and reliabellitas against two variables, they were selfconcepts and perceptions about juvenile dellinquency students.Researchers used the Pearson Product Moment correlation technique by using SPSS ver.16. The findings 1) description of students' perceptions of juvenile dellinquency in SMA N 1 Seberida is not appropriate/ bad, 2) sketch of students' of SMA N 1 Seberida self concept is bad/ worse 3) there was a negative relationship between students' self-concept and students’ perceptions about juvenile dellinquency. Based on the results of the research,we can concluded that, self-concept could influence students' perceptions about juvenile dellinquency, its mean that the higher the score student of self-concept, the lower of students’ score perceptions about juvenile dellinquency.Its mean that the better the more precise the self-conceptperceptions of students, rather the worse the concept itself is increasingly inappropriate / poor perception of students about the juvenile dellinquency. Based on these conclusions,the guidance counselor suggested further enhance students' self-concepts for the better so as to create the perception of students to be better / right. The findings of this study as the basis for the preparation of guidance and counseling program in schools. ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS ==========================================================
Mahasiswa
:
Agnes Yuli Anggellia
NIM
:
19139
Nama
Dr. Daharnis., M.Pd, Kons.
Tanda tangan
Tanggal
----------------------
------------
----------------------
-------------
Pembimbing I
Prof. Neviyarni, S.,MS Pembimbing II
Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Prof. Dr. MUKHAIYAR.,M.Pd. NIP. 1950 0612 1976 03 1 005
Ketua Program Studi/Konsentrasi Bimbingan dan Konseling
Prof. Dr.H.A.MURI YUSUF., M.Pd NIP. 1942 0916 1966 05 1 001
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Karya tulis saya, tesis yang berjudul Hubungan Konsep Diri Dengan Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency (Kenakalan Remaja) dan Implikasinya Dalam Bimbingan dan Konseling adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lainnya.
2.
Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3.
Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali kutipan secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 31 Juli 2012 Saya yang menyatakan,
Agnes Yuli Anggellia NIM 19139
v
KATA PENGANTAR Alhamdullilah, peneliti haturkan rasa syukur ini kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti mampu untuk menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Hubungan Konsep Diri dengan Persepsi Siswa tentang Juvenile Dellinquency dan Implikasinya dalam Bimbingan Konseling ( Studi di SMA Negeri 1 Seberida Kabupaten Indragiri Hulu)”. Penulis tesis ini terlaksana berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Ungkapan terimakasih peneliti sampaikan kepada yang terhormat : 1. Dr. Daharnis, M.Pd, Kons., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan gagasan serta memberikan pembelajaran untuk menjadi orang yang tidak gampang menyerah, sehingga penulis termotivasi dalam penulisan tesis ini. 2. Prof. Dr. Neviyarni.S., M.S., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran dan ketulusan. 3. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling PPs-UNP sekaligus sebagai penguji, yang telah memberikan motivasi dan masukan yang berarti bagi peneliti . 4. Prof. Dr. Mukhaiyar, selaku direktur PPs-UNP sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti dalam penulisan tesis ini. 5. Dr. Syahniar, M.Pd., Kons., selaku penguji sekaligus sebagai ahli yang melakukan judgement instrumen penelitian serta memberikan dukungan terhadap proses penyelesaian tesis ini. 6. Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., dan Prof. Dr. Mudjiran, M.Pd., Kons., selaku ahli yang melakukan judgement instrument penelitian serta memberikan dukungan dan masukan terhadap proses penyelesaian tesis ini. 7. Dosen Program Pascasarjana UNP, Khususnya para dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada proses perkuliahan dan membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 8. Pimpinan Program Pascasarjana UNP dan Pimpinan program Pascasarjana UR serta segenap karyawan yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada peneliti. 9. Kepala Sekolah dan Guru Pembimbing serta segenap karyawan SMA Negeri 1 Seberida dan SMA Negeri 2 Rengat yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin. 10. Keluargaku terkasih khususnya kedua orang tuaku, Papa tercinta Heri Mulyono dan mamaku tersayang Yayuk Supatmiati. Oom ku (Yatimin, Sugeng dan Joko) dan tanteku (Mamik, Ria dan Norma). My sister’s, adikku Lidya Putri Yani, Kakakku Heryustika Xandra dewi beserta suami, yang menggemaskan, lucu, dan yang paling ganteng Aufan Zahran
vi
Safier.Terimaksih atas doa, cinta, kasih,motivasi serta bantuan baik bersifat moril dan materil. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan untuk segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Peneliti menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Harapan peneliti semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin. Wasalam
Agnes Yuli Anggellia Nim: 19139 vii
DAFTAR ISI Halaman MOTTO................................................................................................................ i ABSTRACT......................................................................................................... ii ABSTRAKSI ........................................................................................................ iii SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL................................................................................................ .................. xi DAFTAR GAMBAR............................................................................................ ................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ......................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 11 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 12 D. Perumusan Masalah ..................................................................... 12 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 12 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis............................................................................ 15 1. Remaja (Siswa)............................................................................ 15 2. Persepsi Siswa.......................................................................... . 17 a. Pengertian Persepsi Siswa...................................................... 17 b. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................................. 18 c. Aspek – Aspek Persepsi........................................................ 20 d. Proses Terjadinya Persepsi .................................................. 22 e. Jenis – Jenis Persepsi............................................................ 22 3. Juvenile Delinquency (Kenakalan Remaja) a. Pengertian Juvenile Delinquency....................................... 23 b. Bentuk, Klasifikasi dan Tipe-tipe Juvenile Dellinquency ....................................................................... 25 d. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Juvenile Delinquency................................................................... ..... 31 4. Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency......................... ................................................ 34 5. Konsep Diri .............................................................................. 37 a. Pengertian Konsep Diri............................................... ...... 37 b. Aspek - aspek Konsep Diri .................................... .......... . 39 c. Komponen konsep diri........................................... .............. 43 d. Faktor-faktor Konsep Diri ....................................... ......... 46 e. Konsep Diri Positif dan Negatif............................... ......... 46 6. Hubungan Konsep Diri Dengan Persepsi Siswa
viii
Tentang Juvenile Delinquency.............................................. ..... 7. Bimbingan dan Konseling ........................................................ a. Pengertian Bimbingan dan Konseling .................... ......... b. Tujuan Bimbingan dan Konseling ................................... c. Fungsi Bimbingan dan Konseling .......................... .........
BAB III
d. Implikasi BK Terhadap Penurunan Perilaku Juvenile Delinquency dan Peningkatan Konsep Diri Siswa.............. .................................................................. B. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................... C. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... D. Hipotesis................................................................................. ....... METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................. B. Tempat Penelitian ......................................................................... C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 1. Populasi Penelitian..................................................... ..............
49 49 49 52 54
55 59 61 63 64 65 66 66
2. Sampel Penelitian ........................................................... .........
68
D. Defenisi Operasional ...................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ ..... F. Pengembangan Instrumen ....................................................... ...... 1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan data...................................... a. Angket Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency......... b. Angket tentang Konsep Diri.............................................. .... 2. Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan uji keterbacaan....................................... ......................................... 3. Validitas dan Reliabelitas......................................................... . a. Uji Validitas.......................................................................... b. Uji Reliabilitas ....................................................................
70 74 75 75 75 77
G. Teknik Analisis Data.................................................................. .... 1. Analisis Deskriptif............................................................... ............. 2. Analisis Korelasi................................................................. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Laporan Pengumpulan Data.......................................................... . B. Deskripsi Data Penelitian............... ................................................ C. Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 1. Hasil Uji Normalitas................................................................ 2. Hasil Uji Linieritas................................................................... 3. Hasil Uji Korelasi Product Moment......................................... 4. Hasil Uji Hipotesis................................................................... D. Pembahasan .... ...................................................... ........................
87
80 81 81 84
87 89 92 93 110 110 111 112 114 117
ix
E. Keterbatasan Penenlitian ............................................................... 123 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................... 124 B. Implikasi .......................................................................................... 125 C. Saran............................................................................................... .. 128 DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... .... 129 LAMPIRAN........................................................................................................ .. 135
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jumlah Siswa Kelas X dan XI di SMA N 1 Seberida Kab. Inhu TP.2011/2012 .................................................................................................67 2.
Jumlah Sampel Penelitian Siswa SMA N 1 Seberida ....................................70
3.
Skor Item Skala Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency ..................77
4.
Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian ...................................................77
5.
Skor item Skala Konsep Diri .........................................................................79
6.
Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian ...................................................79
7.
Blue Print Validitas Angket Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency(SetelahTry-out)..........................................................83
8.
Rekapitulasi Angket Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency (Untuk Penelitian) ..........................................................................................83
9.
Blue Print Validitas Konsep Diri ...................................................................84
10. Rekapitulasi Validitas Angket Konsep Diri (Setelah Try-out) .....................84 11. Reliability Statistics Persepsi SiswaTentang Juvenile Dellinquency .............86 12. Reliability Statistics Konsep Diri...................................................................86 13. Alpha Cronbach Table ...................................................................................86 14. Rumus Kategorisasi dalam analisis Deskriptif ..............................................86 15. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi..........................................................................................91 16. Deskriptif Data Penelitian.................................................................. ............93 17. Kategorisasi Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency....................... .95
xi
18. Rekapitulasi Deskripsi Data Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency................................................................................ 96 19. Kategorisasi Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Fisik Pada Orang Lain.......................................................................................... 98 20. Kategorisasi Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Materi.....................99 21. Kategorisasi Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Dipihak Orang Lain.................................................................................................100 22. Kategorisasi Kenakalan yang melawan status anak Sebagai pelajar.............................................................................................101 23. Kategorisasi Konsep Diri........................................................................... 103 24. Rekapitulasi Deskripsi Data Konsep Diri.................................................. 104 25. Kategorisasi Konsep Diri Fisik.................................................................. 106 26. Kategorisasi Konsep Diri Emosi................................................................ 106 27. Kategorisasi Konsep diri Sosial................................................................. 107 28. Kategorisasi Konsep Diri Moral................................................................ 108 29. Kategorisasi Konsep Diri Kognitif............................................................ 109 30. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test................................................... 111 31. Uji Linieritas.............................................................................................
112
32. Uji Korelasi Product Moment Descriptive Statistics................................. 113 33. Formula Uji Hipotesis............................................................................. 114 34. Product Moment dan t Hitung Hubungan Konsep diri Dengan Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency........................................ 115 35. Measures of Association............................................................................ 116
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Konseptual Penelitian............................................................... 60 2. Kategorisasi Persepsi SiswaTentang Juvenile Dellinquency.......................95 3. Rekapitulasi Deskripsi Data Persepsi SiswaTentang Juvenile Dellinquency............................................................................... 97 4. Kategorisasi Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Fisik Pada Orang Lain................................................................................................ 98 5. Kategorisasi Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Materi..................... 99 6. Kategorisasi Kenakalan Yang MenimbulkanKorban Dipihak Orang Lain.................................................................................. 100 7. Kategorisasi Kenakalan yang melawan status Anak sebagai pelajar.................................................................................. 102 8. Kategorisasi Konsep Diri.......................................................................... 104 9. Rekapitulasi Deskripsi Data Konsep Diri................................................. 105 10. Kategorisasi Konsep Diri Fisik................................................................. 106 11. Kategorisasi Konsep Diri Emosi............................................................... 107 12. Kategorisasi Konsep diri Sosial................................................................ 108 13. Kategorisasi Konsep Diri Moral............................................................... 109 14. Kategorisasi Konsep Diri Kognitif........................................................... 109
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Kisi - Kisi Try-Out (Uji Coba)...........................................................
129
Hasil Try – Out (Uji Coba)................................................................
137
Hasil Uji Validitas.......... ..................................................................
141
Hasil Uji Reliability..........................................................................
156
Hasil Penelitian..................................................................................
157
Analisis Deskriptif.............................................................................
189
Corelational.......................................................................................
200
Program Layanan Bimbingan dan Konseling....................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya dilihat sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan atau rendahnya kualitas siswa dilihat sebagai ketidakmampuan pihak Sekolah menyelenggarakan proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan hanya bertumpu dan menjadi tanggung jawab sekolah, yang sebagian besar diselenggarakan oleh pemerintah. Peran serta aktif masyarakat dan keluarga sangat dibutuhkan dan menentukan kualitas produk. Sekolah tidak mungkin bekerja sendiri menyelenggarakan proses pendidikan. Keluarga dan masyarakat juga tidak bisa lari meninggalkan tanggung jawab pendidikan. Ketiga pusat pendidikan tersebut harus bekerjasama, kompak dan secara simultan bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan harus dimengerti sebagai kebanggaan dan keprihatinan bersama. Keberadaan siswa dalam proses pembelajaran, bukan sebagai objek atau barang yang dapat dibentuk menjadi apa saja. Siswa merupakan subjek pendidikan, yang di dalam dirinya terdapat bakat, minat, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda. Semuanya itu menunjukkan karakteristik unik 1
1 1
siswa
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
pendidikan.
Keberadaan siswa yang unik harus dipertimbangkan dan menjadi dasar dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Siswa SMA adalah manusia yang hidup dalam situasi antara dunia anak menuju dewasa atau disebut juga masa remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah - masalah (Hurlock, E.B, 1998:37). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Menurut Hurlock, E.B (1999: 206) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya tentang hak. Masa remaja juga tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Perkembangannya seringkali membuat mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Remaja banyak bersikap ambivalen terhadap semua perubahan yang ada, mereka ingin menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut untuk bertanggung jawab atas semua tindakan mereka.
2
Banyaknya perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, tetapi seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh siswa remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Sebagian siswa remaja bisa melewatkan masa-masa sulit itu dengan baik. Tetapi sebaliknya ada sebagian siswa remaja yang mengalami masalah – masalah dalam tahap perkembangannya tersebut, sehingga tak jarang mereka menciptakan berbagai saluran rasa ketegangan (Soekanto, Soerjono, 2004: 53). Saluran ketegangan itu menyebabkan berbagai macam kenakalan yang dilakukan oleh siswa remaja antara lain kabur dari rumah, membolos di sekolah, tawuran, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media masa. Kasus – kasus yang dilakukan remaja tersebut dapat di temukan di media – media masa dan elektronik, seperti data-data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) tahun 2007, menunjukkan ada 10 kota yang presentase penyalahgunaan narkoba menempati rangking tertinggi: Palu (8,4%), Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Maluku Utara (5,9%), Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Kendari (5%), Banjarmasin (4,3%), Yogyakarta (4,1%) dan Pontianak (4,3%), belum lagi Jakarta yang tidak
3
dimasukkan dalam survey ini. Terlihat lebih mengejutkan adalah biaya ekonomi terbesar di sepuluh kota itu untuk pembelian narkoba yang mencapai Rp. 3,6 trilliun dan mayoritas penggunanya adalah remaja. Selain penggunaan obat-obat terlarang oleh remaja, masih banyak kasus-kasus kenakalan yang dilakukan oleh remaja antara lain : 1.
Tawuran Remaja "Sejak Januari hingga September 2011 ini saja, sudah 39 kasus tawuran di Jakarta," kata Baharudin kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, (Detik News.com, 2011).
2.
Perbuatan Asusila Menurut Kasat Reskrim Polres Metro Kota Tangerang AKBP Rahmat, para pelaku dan korban merupakan anak remaja. Dikatakan Rahmat, pada 2010 ada sekitar 1 kasus asusila anak dibawah umur dan meningkat pada 2011 menjadi 3 kasus (metropolitan inilah.com, 2011). Di kota Padang pada bulan September 2011 digemparkan oleh 1 kasus asusila siswa SMA yang mencoreng lagi dunia pendidikan dan remaja (Okezone.com, 2011) Dimedia cetak ataupun elektronik banyak memuat tentang perbuatan asusila yang dilakukan oleh siswa SMA dan SMP diberbagai kota yang ada di Indonesia.
3.
Aborsi Praktek aborsi yang dilakukan remaja sebagaimana dilaporkan oleh sebuah media terbitan tanah air diperkirakan mencapai 5 juta kasus per tahun, sebuah jumlah yang sangat fantastis bahkan untuk ukuran dunia
4
sekalipun. Aborsi yang dilakukan remaja adalah hal yang ilegal karena sangat beresiko berakhir dengan kematian (aborsi.org, 2011). 4.
Balapan Liar Kendaraan Bermotor Balapan liar kendaraan terjadi hampir di semua kota-kota besar di Indonesia, banyaknya remaja yang ikut dalam balapan liar kendaraan bermotor ini dapat dilihat dari berbagai macam nama-nama genk motor remaja yang ada seperti; Moonraker, Brigez, Xtc, GBR dan Komunitas Ninja 250cc (Anneahira.com, 2011).
5.
Pencurian dan perampokan Pada bulan November 2011 di Tebing tinggi, dua remaja tertangkap karena melakukan pencurian di salah satu rumah penduduk (Analisadaily.com, 2011) . Kasus - kasus di atas bagaikan gunung es yang muncul dipermukaan.
Hanya beberapa kasus saja yang diketahui, tetapi sebenarnya lebih banyak kasus yang tidak terungkap. Begitu juga halnya di SMA N 1 Seberida. Berdasarkan dari wawancara dan observasi awal penulis di SMA N 1 Seberida, pada tanggal 19 s/d 20 September 2011 terdapat berbagai macam kasus - kasus yang dilakukan oleh siswa antara lain : 1.
Hampir setiap hari terdapat siswa yang alpa dan cabut/bolos di saat jam pelajaran.
2.
Berperilaku asusila, penyimpangan seksual dan membawa media porno ke sekolah (sumber: buku kasus guru BK).
3.
Berperilaku bulying (tindakan menyakiti baik secara fisik atau psikis), mengejek teman, berkata-kata kotor, memukul dan menendang.
5
4.
Mengkonsumsi obat-obatan terlarang, merokok dan mengedarkan obatobatan terlarang kepada teman-teman yang lain (sumber: buku kasus Wakasek Kesiswaan).
5.
Mencuri handphone dan uang teman-temannya (sumber: buku kasus siswa).
6.
Merusak peralatan sekolah.
7.
Pada laki-laki menindik salah satu anggota tubuhnya. Kenakalan
yang dilakukan oleh siswa SMA N 1 Seberida disebut
dengan istilah juvenile delinquency(kenakalan remaja). Istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas pada periode remaja,
sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin
“delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, dan lain sebagainya. Juvenile delinquencyatau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, Kartini, 2003:6). Juvenile deliquency menurut Atmasasmita, Romli (1983: 40) adalah setiap perbuatan atau tingkah laku seorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat membahayakan perkembangan pribadi si anak yang
6
bersangkutan. Perilaku juvenile delinquency disebut juga sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja, bilamana dilakukan oleh orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan (Sudarsono, 1991 : 11). Beberapa pengertian tentang juvenile delinquency di atas, dapat dipersepsikan berbeda-beda oleh siswa. Persepsi siswa yang tidak tepat tentang juvenile delinquency(kenakalan remaja), membuat siswa beranggapan kenakalan yang dia lakukan adalah hal yang wajar, sama seperti apa yang dilakukan pada masa kanak-kanak dulu. Siswa tidak berfikir bahwa kenakalan yang dia lakukan akan membawa dia menuju tindakan kriminal. Hal ini berdampak pada lunturnya nilai etika dan moral siswa. Pada proses persepsi terjadi penginderaan, pengorganisasian, dan interpretasi. Lebih jelasnya stimulus diterima oleh individu melalui alat indera kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderakan (Walgito, Bimo, 2002: 88).Persepsi siswa yang tidak tepattentang juvenile delinquencymeliputi: pengertian, bentuk, faktor dan dampak juvenile delinquency. Persepsi siswa tentang juvenile delinquency sangat penting artinya dalam siswa menghindari dan menghentikan dari perilaku juvenile delinquency. Tanpa persepsi siswa yang tepattentang jevenile dellinquency, maka perilaku juvenile delinquencyini sangat sulit untuk dicegah ataupun dihentikan. Fenomena lain yang penulis dapatkan dari observasi awal dan keterangan dari guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor sekolah di SMA N
7
1 Seberida (pada tanggal 20 September 2011), tentang sebab-sebabnya siswa melakukan kenakalan tersebut, antara lain : 1.
Sebagian siswa telah memahami tentang juvenile dellinquecy, tetapi ada pula yang menyatakan kurang dan tidak memahaminya.
2.
Masih banyak siswa yang menyatakan bahwa kenakalan yang mereka buat hanyalah sebuah kewajaran, keren-kerenan dan untuk mencari perhatian dari guru.
3.
Mereka ingin disenangi dan disukai oleh teman sebayanya (peer group)
4.
Dianggap lebih hebat oleh teman-temannya
5.
Menutupi kekurangan yang ada di dalam dirinya
6.
Ingin masuk dalam kelompok populer yang ada di sekolah tersebut
7.
Menganggap kenakalan itu sama seperti kenakalan anak-anak dulu. Fenomena di atas menunjukkan bahwa banyaknya kenakalan yang
dilakukan oleh siswa dapat memicu bertumbuh kembangnya konsep diri yang negatif. Menurut Susana (2006: 19) remaja yang memiliki konsep diri yang rendah atau negatif, memiliki ciri-ciri tidak percaya diri, penerimaan terhadap diri rendah, pesimis, peka terhadap kritik, mudah cemas, dan merasa terancam serta tertekan, Sementara Remaja yang memiliki konsep diri yang Tinggi mempunyai ciri-ciri percaya diri, penerimaan diri yang baik, optimis, harga dirinya tinggi, memiliki perasaan aman, tidak merasa cemas dan tertekan. individu yang memiliki konsep diri yang Tinggi, akan membentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri. Dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah
8
konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Konsep diri atau self – concept menurut Yusuf Syamsu (2002:7) adalah (a) persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri, (b) Kualitas persiapan individu tentang dirinya sendiri, (c) Suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki (Rahmat, Jalaludin 1996:104). Pernyataan tersebut didukung oleh Burns (1993:72) yang menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat. Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya secara keseluruhan baik fisik, psikis, sosial, maupun moral. Aspek yang paling berpotensi menimbulkan masalah bagi remaja adalah sosial. Penilaian orang lain terhadap diri remaja dan pengaruh lingkungan sosial yang didapatkan, bergantung pada penilaian orang lain, terutama teman-temannya dan orangorang yang berada di sekitar remaja. Pengaruh lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi pengembangan konsep diri remaja tersebut (Hutagalung, 2007: 12). Remaja atau siswa tidak terlepas dari berbagai macam kegiatan, yang berarti tidak terlepas juga dari berbagai masalah atau hambatan dalam
9
perkembangan masa remajanya. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa remaja yang awalnya memiliki konsep diri yang positif dapat berubah menjadi konsep diri negatif, disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Disinilah peran guru pembimbing, bimbingan dan konseling disekolah sangat dibutuhkan agar remaja dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan obyektif yang dihadapinya, sehingga remaja tidak terpengaruh oleh lingkungan yang dapat merusak dirinya, menjadi remaja yang nakal. Bimbingan dan konseling merupakan wadah efektif dan memiliki berbagai macam keuntungan untukmengubah persepsi siswa yang tidak tepattentang
perilaku
juvenile
delinquency.
Salah
satunya
dengan
memperbaiki konsep diri siswa menjadi lebih baik. Pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada siswa diharapkan dapat membuat siswa memiliki konsep diri yang baik, dan mengubah persepsi siswa yang tidak tepattentang juvenile delinquency dengan persepsi yang benar. Sehingga siswa dapat terhindar dari dampak buruk juvenile delinquency, serta membuat layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah tersebut berhasil dalam menerapkan pendekatan yang kapabel (Sumber : Buku Laporan hasil Konseling). Berdasarkan pada pemaparan di atas, dapat dikerucutkan beberapa hal penting seperti, bagaimana persepsi siswa tentang juvenile delinquency, bagaimana konsep diri siswa SMA N 1 Seberida. Permasalahan inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency (kenakalan
10
remaja) dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling di SMA N 1 Seberida. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan informasi awal yang penulis temui di lapangan, maka diidentifikasikan sejumlah hal yang dapat dijadikan cakupan dalam penelitian tentangjuvenile delinquency. Hal – hal yang dimaksudkan itu antara lain: 1. Banyaknya siswa yang tidak memahami tentang juvenile delinquency. 2. Siswa / siswi belum mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik dan bentuk-bentuk juvenile delinquencytersebut. 3. Kurangnya kesadaran siswa tentang bahaya perilaku juvenile delinquency. 4. Masih banyak persepsi siswa yang kurang tepat dan bahkan tidak tepat tentang juvenile delinquency. 5. Rendahnya pemahaman siswa tentang arti penting dan fungsi konsep diri bagi dirinya. 6. Konsep diri negatif membuat siswa memiliki pemahaman yang buruk dalam mempersepsikan suatu hal. 7. Konsep diri yang negatif dalam memahami sesuatu, membuat siswa mudah dipengaruhi untuk melakukan tindakan yang negatif. 8. Rendahnya pemahaman siswa tentang layanan bimbingan dan konseling 9. Kurang Interaktif antara siswa dengan konselor/guru pembimbing 10. Usaha guru pembimbing dalam menanamkan konsep diri yang baik dan persepsi yang tepat dalam menjelaskan sesuatu, masih kurang maksimal
11
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan dalam penelitian ini terfokus, dibatasi dan diarahkan pada persepsi siswa tentang juvenile delinquency, konsep diri dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling.
D. Perumusan Masalah Uraian pada latar belakang, mengandung beberapa pokok persoalan yang harus dibatasi dan dirumuskan masalahnya agar menjadi jelas. Dalam pembahasan tesis ini, masalahnya dibatasi hanya pada konsep juvenile delinquency dan konsep diri serta implikasinya dalam bimbingan dan konseling. Agar lebih mendalami dan mengakarnya jawaban, maka masalahnya dibatasi hanya pada topik sebagai berikut: 1. Bagaimanakah persepsi siswa SMA Negeri 1 Seberida tentang juvenile delinquency? 2. Bagaimanakah gambaran konsep diri siswa SMA N 1 Seberida ? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency? E. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan persepsi siswa tentang juvenile delinquency dengan konsep diri dan implikasinya dalam bimbingan konseling. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
12
1.
Mendeskripsikan persepsi siswa tentang juvenile delinquency.
2.
Mendeskripsikan konsep diri siswa.
3.
Mendeskripsikan hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency.
F. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan nantinya berguna bagi berbagai pihak sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: a. Sumbangan pemikiran dalam khazanah intelektual dan ilmu pengetahuan b. Bahan masukan bagi musyawarah guru bimbingan dan konseling, sebagai sumber data dan informasi guna perbaikan serta peningkatan peran guru pembimbing dalam memperbaiki persepsi siswa yang salah tentang juvenile delinquency, sehinggadapat memahami, mengantisipasi dan mencegah
juvenile delinquency dengan
pendekatan konsep diri yang baik/positif melalui layanan bimbingan dan
konseling.
Dengan
demikian
guru
pembimbing
dapat
memanfaatkan kegiatan BK dalam upaya mengantisipasi terjadinya juvenile delinquency. c. Bahan pelajaran bagi siswa-siswi SMA untuk memperbaiki persepsi yang salah tentang juvenile delinquency, dapat merubah serta
13
mengembangkan konsep diri siswa menjadi lebih positif, dengan harapan siswa tidak terjerumus pada perilaku juvenile delinquency. 2.
Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: a. Informasi bagi guru bimbingan dan konseling di SMA, dalam rangka memperbaiki persepsi siswa yang salah tentang juvenile delinquency, dan memperbaiki konsep diri siswa menjadi lebih positif. b. Informasi bagi Kepala Sekolah, dalam mendorong dan menfasilitasi kegiatan BK di sekolah, khususnya dalam merubah persepsi siswa yang salah tentang juvenile delinquency di sekolah. c. Informasi
bagi
Kepala
Dinas
Pendidikan,
sebagai
bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan untuk meningkatkan kualitas pendidikan terkait pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya membantu memperbaiki dan mengembangkan persepsi dan konsep diri siswa menjadi lebih positif. d. Informasi bagi orang tua, dalam membentuk dan mengembangkan persepsi dan konsep diri anak menjadi lebih positif ketika berada di rumah, dengan tujuan terhindar dari perilaku juvenile delinquency.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis 1. Remaja (Siswa) WHO seperti yang dikutip oleh Sarwono, Sarlito.W, (2002:9) mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu; Biologis, psikologik dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun yang secara lengkap defenisi tersebut berbunyi sebagai berikut: a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. b) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari pola anak-anak menjadi dewasa c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan ekonomi yang relatif mandiri. Menurut Atkinson (1993: 508) masa remaja merupakan tahap perkembangan fisik dan jiwa manusia yang umumnya berada pada rentang usia 13-18 tahun. Masa ini merupakan masa krisis identitas, akan tetapi masa ini merupakan periode “role experimenattion” atau masa seseorang individu dapat mengekplorasi alternatif perilaku, minat dan ideologi. Oleh karena itu, tugas perkembangan utama (the major developmental task) pada remaja adalah membangun identitas (to creat an identity) untuk
15
15
mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang “siapakah saya?” dan “kemanakah saya akan melangkah?”. Berbeda dengan Hurlock, E.B,
(1999: 206) yang memberikan
batasan usia remaja yaitu, “awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 – 14 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun”. Masih menurut Hurlock, ada lima perubahan yang terjadi pada masa remaja, yaitu: pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Keempat, dengan berubah minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa remaja sebagai siswa yang berusia sekitar 16-17 tahun yaitu masa remaja menduduki Sekolah Menengah Atas (SMA). Masa di mana mereka mengalami krisis identitas karena perubahan-perubahan yang terjadi, yaitu dalam segi fisik dan psikologisnya. Dimasa ini remaja dituntut untuk membangun identitas dirinya, untuk mengetahui siapa dirinya dan arah atau tujuan yang diinginkannya.
16
2. Persepsi siswa a. Pengertian Persepsi siswa Dalam Kamus Lengkap Psikologi persepsi diartikan “sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, yang merupakan kesadaran dari proses organis dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu” (Chaplin, 1999: 358). Menurut
Walgito,Bimo
(2002:
46)
persepsi
adalah
“proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu”. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Irwanto (1998: 71) juga mendefinisikan persepsi sebagai “proses diterimanya rangsang (objek), kualitas, hubungan antar gejala, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti”. Rakhmat,Jalaludin (2004: 51) mendefinisikan
persepsi
“sebagai
pengalaman
tentang
objek,
peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan makna informasi”. Persepsi memberikan
merupakan arti
kepada
proses
kognitif
dimana
suatu
lingkungan
seseorang
melalui
proses
penginderaan. Stimulus ditangkap oleh alat indera kemudian stimulus itu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga kemudian individu
17
memberi arti pada stimulus yang direspon tersebut. Hasil dari persepsi pada setiap individu akan berbeda, tergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu tentang objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku siswa selanjutnya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi merupakan sebuah proses yang kompleks, yang terdiri dari proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi maka proses terjadinya dipengaruhi oleh beberapa komponen. Ada beberapa hal yang berpengaruh dalam proses persepsi bagi seorang individu. Menurut Walgito, Bimo (2002:47) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1.
Faktor Internal Yaitu fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan proses penginderaan, reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf (otak) dan syaraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon. Sedangkan psikologis berupa perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, pengalaman dan motivasi.
18
2. Faktor Eksternal Adanya stimulus dan keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan. Dalam terbitan buku terbarunya, Walgito, Bimo (2004:90) menambahkan satu faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : 3. Perhatian Langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi adalah perhatian. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Suprihanto, dkk (2003:34) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu : a.
Subjek Interpretasi seorang individu dalam memandang sesuatu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motivasi, minat, pengalaman masa lampau dan pengharapan.
b.
Objek/ target Persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh karakteristik objek. Karakteristik objek antara lain ditunjukkan oleh gerakan, suara, bentuk, warna, ukuran dan penampakan/ penampilan.
19
c.
Konteks/ situasi Situasi di mana sedang berlansung proses persepsi juga berpengaruh pada persepsi seseorang. Perbedaan situasi dapat ditunjukkan oleh perbedaan waktu, worksetting, dan socialsetting. Menurut Rahmat Jalaluddin(1994: 52-58), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi ada tiga, yaitu: 1.
Perhatian adalah proses mental ketika stimulus rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah.
2.
Faktor-faktor yang fungsional meliputi kebutuhan, pengalaman masalah dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut faktorfaktor personal.
3.
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
c. Aspek - Aspek Persepsi Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa persepsi merupakan proses kognitif, dalam menginterpretasikan suatu stimulus diperlukan kerja otak sebagai pusat susunan syaraf untuk merespon stimulus tersebut sehingga menghasilkan konsep tentang apa yang dilihat. Berlyne (1983:94) mengemukakan empat aspek dalam persepsi yang membedakan persepsi dari proses berpikir, yaitu :
20
1.
Hal- hal yang diamati dari sebuah rangsang bervariasi tergantung pola dari keseluruhan di mana rangsang tersebut menjadi bagiannya.
2. Persepsi bervariasi pada setiap orang. 3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah (fokus) alat indera. 4. Persepsi cenderung berkembang ke arah tertentu dan sekali terbentuk kecenderungan itu biasanya akan menetap. Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa aspekaspek yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah : a. Pengalaman Persepsi bersifat individual dan situasional, oleh karena itu hasil persepsi bervariasi pada setiap orang. Hal ini dikarenakan berbedanya
pengalaman
yang
dimiliki
oleh
setiap orang.
Pengalaman tidak hanya diperoleh dari kejadian-kejadian yang dialami oleh individu itu sendiri, melainkan juga berasal dari Informasi- informasi yang didapat dari media, pengetahuan dan kejadian yang dialami oleh orang lain. b. Kemampuan kognisi (jika stimulus yang dilihat menarik, maka cenderung dipersepsikan menetap) Persepsi merupakan kemampuan yang menitik beratkan pada aspek kognisi, sehingga apa yang dilihat akan mempunyai konsep tertentu bagi individu dan yang menarik akan menetap dalam
21
proses kognisi. Proses kognisi berhubungan dengan pengenalan akan objek, peristiwa- peristiwa, hubungan yang diperoleh karena diterimanya suatu rangsang. d. Proses Terjadinya Persepsi Mengingat bahwa persepsi berhubungan dengan pencapaian pengetahuan khusus tentang objek - objek atau kejadian - kejadian pada saat tertentu, maka ia timbul apabila stimuli mengaktivasi indera. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus dan stimulus tentang alat indera atau reseptor, stimulus ini kemudian diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak dan terjadilah proses pengamatan yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut. Taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang stimulus yang diamati dan merespon stimulus tersebut. e.
Jenis- jenis Persepsi Menurut Thoha dilihat dari segi individu setelah melakukan interaksi dengan obyek yang dipersepsikannya maka hasil persepsi itu terbagi menjadi dua positif dan negatif yaitu :
22
1.
Persepsi positif/ tepat adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan oleh keaktifan atau menerima dan mendukung terhadap obyek yang dipersepsikan.
2.
Persepsi
negatif/
tidak
tepat
adalah
persepsi
yang
menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya)
serta
tanggapan
yang
tidak selaras
dengan
pemanfaatannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik yang positif maupun yang negatif akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
3. Juvenile Delinquency a. Pengertian Juvenile Delinquency Juvenile
delinquency
“delinquent”. Juvenile
terbagi
dua
kata
“juvenile”
dan
berasal dari bahasa latin “juvenilis”, yang
artinya anak – anak, anak muda, ciri-ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan “delinquent” adalah “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Jadi juvenile delinquency (kenakalan remaja) adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda yang merupakan gejala sakit
23
(patologis) secara sosial pada anak –anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, Kartini, 2003: 6) Mussen dkk (dalam Maria, 2007:9), mendefinisikan juvenile delinquency sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi
hukum.
Hurlock
juga
menyatakan
juvenile
delinquency(kenakalan remaja) adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sedangkan menurut Gunarsa Singgih. D dan Gunarsa Yuni.S.D (2001: 19) kenakalan remaja merupakan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum, pelanggaran nilai-nilai moral dan perbuatan/ tingkah laku tersebut bertentangan dengan nilai norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya, dan dilakukan oleh anak berumur antara 13-17 tahun yang belum menikah. Menurut Sarwono,S.W (2002: 209) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana. Sedangkan menurut Santrock (2002: 22) kenakalan
24
remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Berdasarkan
beberapa
disimpulkan bahwa,
pengertian
di
atas,
maka
dapat
juvenile delinquencyyaitu merupakan suatu
bentuk perilaku menyimpang dan tindakan melanggar hukum/aturan yang dilakukan oleh remaja, sehingga berdampak pada kerusakan serta kerugian terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. b. Bentuk, Klasifikasi dan Tipe – tipe Juvenile Delinquency Klasifikasi tipe perilaku juvenile delinquency(kenakalan remaja) menurut Kartono Kartini, (2005: 49-56) sebagai berikut : 1.
Dellinquen Terang-terangan Kebanyakan adalah anak-anak ditolak, misalnya dikeluarkan dari
sekolah.
Sebaliknya
ia
juga
menolak
(mereject)
lingkungannya. Antara lain berupa: perampokan, pencurian, penganiayaan dan pengroyokan. 2.
Non – Konformis Ekstrim Anak/orang yang berada diantara menerima nilai-nilai moral juga menolaknya. Emosi dan sikap sosialnya tidak stabil, sukar mengontrol diri, tak disukai baik di rumah maupun di sekolah, tetapi tidak ditolak sama sekali.
25
3.
Non – Konformis Ringan Memandang dirinya tidak sebagai delinquen. Ia tidak disukai, namun dibiarkan. Kejahatan yang dilakukan : pencurian kecilkecilan, pinjaman tanpa izin, pengrusakan dan tingkah laku kasar. Disamping itu ada tipe yang disebut anak- anak nakal bukan
delinquen. Mereka tetap menerima norma-norma yang ada, kenakalan yang dilakukan : Kadang-kadang jajan tidak membayar dan lainlainnya. Pada dirinya ada perasaan bersalah, tetapi mereka tetap saja melakukannya. Jensen (dalam Sarwono, S.W, 2002; 200) membagi kenakalan remaja menjadi empat aspek yaitu: a.
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lainlain.
b.
Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
c.
Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks bebas.
d.
Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua. 26
Pembagian lain tentang bentuk juvenile delinquency menurut Kartono (2003: 49-56), dibagi menjadi empat aspek sesuai dengan struktur kepribadiannya, yaitu: a.
Kenakalan Terisolir Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal.
Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut: 1) Keinginan
meniru
dan
ingin
konfrom
dengan
gangnya/group, jadi tidak ada motivasi, kecemasan, atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan. 2) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu. 3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.
27
4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur,
sebagai
menginternalisasikan
akibatnya norma
dia –
tidak norma
sanggup kehidupan.
Ringkasnya, delinquen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru. b.
Kenakalan Neurotik Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan
kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa. Ciri-ciri perilakunya adalah: 1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang kriminal itu saja.
28
2) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan, dan kebingungan batinnya. 3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal, dan sekaligus neurotik. 4) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik. 5) Remaja memiliki ego yang lemah dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan. 6) Motif kejahatannya berbeda-beda. 7) Perilakunya menunjukan kualitas kompulsif (paksaan). c.
Kenakalan Psikopatik Delinquency psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat
dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri-ciri tingkah lakunya, yaitu:
29
1)
Hampir seluruh remaja delinquen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten dan orang tuanya selalu menyia - nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.
2)
Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
3)
Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
4)
Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak perduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.
5)
Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologist, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu
30
menentang apa dan siapa. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab. d.
Kenakalan Defek Moral Defek (defec, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
cacat, kurang. Dellinquency defek moral mempunyai ciri-ciri, yaitu selalu melakukan tindakan sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan para remaja dellinquen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaan sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Berdasarkan dari beberapa bentuk, tipe dan aspek kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. c. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Juvenile Delinquency Willis (2008 : 93) menjelaskan terdapat empat faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja, yaitu :
31
1. Faktor yang ada dalam diri anak (remaja) itu sendiri, meliputi : a. Presisposing faktor, yaitu faktor yang dibawa sejak lahir seperti cacat keturunan fisik dan mental. b. Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap lingkungan. c. Kurangnya dasar-dasar keagamaan di dalam diri, sehingga sukar mengukur norma-norma luar atau memilih norma yang baik sesuai dengan lingkungan masyarakat. 2.
Faktor yang berasal dari lingkungan, yang meliputi: a. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sehingga hal yang dibutuhkannya itu terpaksa dicarinya di luar rumah serta mendapat kebebasan sesuai dengan keinginannya tanpa memperhitungkan efek atau akibatnya. b. Lemahnya perekonomian orang tua, sehingga kurang mampu untuk mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan anakanaknya. c. Kerukunan keluarga yang tidak harmonis. Ketidak tentraman keluarga akan menyebabkan hidup anak tidak merasa damai, karena kedua orang tuanya tidak pernah ada kesesuaian dan akibatnya keharmonisan dalam keluarganyapun tidak pernah ada.
32
3. Berasal dari lingkungan masyarakat, yang meliputi: a. Kurangnya pelaksanaan pendidikan agama secara konsekuen, sehingga kenakalan remaja dalam lingkungan mereka dari hari kehari semakin meningkat. b. Masyarakat
kurang
memperoleh
pendidikan,
sehingga
keinginan dan tingkah laku remaja berjalan sesuai dengan kehendak mereka. c. Pengaruh norma baru yang datang dari luar, dimana anak pada usia remaja selalu ingin mengetahui dan memiliki hal-hal yang baru, tanpa mempertimbangkan apa akibat yang ditimbulkannya.
4. Berasal dari lingkungan sekolah, yang meliputi: Hal
ini dapat bersumber dari guru-guru selaku contoh
teladan bagi setiap siswa, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakkan guru, dan sarana interaksi antara guru dan siswa. Bila hal ini tidak terbina dengan baik, maka akan dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja. Kartono, Kartini (2002:25) yang menguraikan teorimengenai penyebab kenakalan remaja sebagai berikut: 1.
Teori Biologis Tingkah laku sosipatik atau delinquen pada anak-anak dan remaja dapatmuncul karena beberapa faktor fisiologis dan stuktur
33
jasmaniah yang dibawa sejaklahir. Misalnya cacat jasmaniah bawaan dan diabetes insipidus (sejenis penyakit gula)itu erat berkorelasi dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit mental. 2.
Teori Psikogenis Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinquen anakanak dariaspek psikologis atau isi kejiwaaan. Antara lain: faktor intelegensi, ciri kepribadian,motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi yang keliru,konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis, dan lain-lain.
3.
Teori Sosiologis Penyebab tingkah laku delinquen pada anak-anak remaja adalah murnisosiologis
atau
sosial-psikologis
sifatnya.
Misalnya
disebabakan oleh tekanankelompok, peranan sosial, status sosial atau internalisasi simbolis yang keliru. 4.
Teori Subkultur Menurut teori subkultur ini, penyebab perilaku
juvenile
delinquency ialah: sifat-sifatsuatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkunganfamilial, tetangga, dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinquen tersebut.Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain: punya populasi yang sangat padat, statussosial-ekonomis penghuninya rendah, kondisi fisik perkampungan yang sangat burukdan banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.
34
4. Persepsi Siswa Tentang Juvenille Dellinquency Perubahan tahap perkembangan yang dilalui oleh siswa SMA dari masa anak-anak menuju ke masa dewasa, menyebabkan berbagai macam masalah.
Siswa yang
tidak siap terhadap perubahan yang ada akan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Kesulitan siswa dalam menjalani kehidupannya menyebabkan siswa melakukan kenakalan - kenakalan yang berdampak negatif bagi dirinya,dan lingkungan disekitar. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa itu disebut dengan juvenile delinquency. Juvenile delinquency yaitu merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang dan tindakan melanggar hukum/aturan yang dilakukan oleh remaja, sehingga berdampak
pada kerusakan serta kerugian terhadap
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Persepsi adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. Persepsi
merupakan
proses
kompleks,
yang
terdiri
dari
proses
penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi. Dalam proses persepsi terhadap juvenile delinquencydapat dijelaskan bahwa alat indera menerima objek atau stimuli yang berupa juvenile delinquency, baik dari segi bentuk maupun dampak yang ditimbulkan olehnya. Kemudian terjadilah proses pengamatan
yang dipengaruhi oleh aspek pengalaman dan proses
kognisi. Taraf terakhir dari persepsi adalah siswa menyadari tentang
35
juvenile delinquency dan akhirnya menimbulkan respon. Hasil persepsi yang salah akan menyebabkan
meningkatnya perilaku juvenile
delinquencyoleh siswa SMA. Persepsi siswa tentang juvenile delinquencyadalah hasil dari suatu proses di mana siswa mengorganisasikan dan menginterpretasikan tentangkenakalan – kenakalan yang menimbulkan korban fisik, materi, sosial dan melawan statusnya sebagai pelajar, dan akhirnya mendapatkan gambaran yang jelas tentang juvenile delinquency. Gambaran tersebut diperoleh melalui proses penginderaan dan melibatkan pengalaman – pengalaman orang lain dan informasi – informasi yang didapat sehingga mempengaruhi dalam memberikan persepsi terhadap juvenile delinquency. Persepsi siswa tentang juvenile delinquencyyang tepat/positif adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) tentang juvenile delinquencydan tanggapan yang diteruskan oleh pemanfaatannya. Hal itu akan diteruskan dengan ketidak aktifan atau penolakan terhadap obyek yang dipersepsikan. Artinya siswa mengetahui objek persepsi dengan sangat baik dan siswa
dapat
menggambarkan tentang apa itu juvenile delinquency, sehingga siswa tidak terjerumus dalam perilaku juivenile dellinquency tersebut.
Persepsi siswa yang tidak tepat/negatif adalah persepsi yang tidak dapat
menggambarkan
segala pengetahuan
tentang
juvenile
delinquencyserta tanggapan yang selaras dan mendukung terhadap obyek
36
yang dipersepsikan. Hal itu akan diteruskan dengan keaktifan siswa dalam menerima dan mendukung serta mencoba perilaku juvenile delinquencyitu, karena mereka menganggap bahwa perilaku tersebut sebagai kenakalan yang wajar, sama seperti kenakalan yang mereka lakukan pada masa anakanak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik yang tepat/positif maupun yang tidak tepat/negatif akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
5. Konsep Diri a. Pengertian Konsep Diri Salah satu aspek kepribadian yang akan sangat mewarnai perilaku individu adalah konsep diri. Konsep diri adalah bagian yang penting dalam kehidupan individu, konsep diri merupakan refleksi yang dipandang, dirasakan, dan dialami individu mengenai dirinya sendiri. Adanya konsep diri tersebut menunjang individu menjalani hidupnya, karena bagaimanapun dia memandang dirinya begitu pula dia menjalani kehidupannya. Konsep diri atau Self concept menurut Yusuf Syamsu (2002:7) adalah : a) Persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri, b) Kualitas persiapan individu tentang dirinya dan, c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya. Callun dan Acocella (1990 : 67) menjelaskan bahwa konsep diri adalah gambaran mental diri
37
sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Istilah konsep diri mencakup konsep, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam pengetahuan
seseorang
tentang
dirinya
sendiri
dan
yang
mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain. Konsep diri tidak ada saat lahir tetapi berkembang perlahan-lahan sebagai hasil pengalaman dan dengan sesuatu yang nyata di lingkungan. Menurut Soemanto, Wasty (2006:185) konsep diri adalah fikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku . Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya kemudian hari (Agustiani, 2006:138). Pudjijogyanti, Clara R (1995: 2) berpendapat bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang akan
38
berperilaku negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri. Apabila seseorang remaja gagal dalam pencapaian harga diri, maka ia akan merasa kecewa terhadap keadaan diri dan lingkungannya. Ia akan memandang dirinya dengan sikap negatif, sebaliknya apabila seorang remaja berhasil dalam mencapai harga dirinya, maka ia akan merasa puas dengan dirinya maupun terhadap lingkungannya. Hal ini akan membuat ia bersikap positif terhadap dirinya. Berbagai macam pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya konsep diri adalah bagaimana individu menilai dirinya baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, dan konsep diri ini akan mempengaruhi pola gerak individu tesebut, jika konsep dirinya positif maka perilaku yang muncul akan cenderung positif, jika konsep dirinya negatif dalam arti individu menilai diirnya sendiri negatif, maka kecendrungan perilakunya akan negatif.
b. Aspek-Aspek Konsep Diri Isi konsep diri menurut pandangan Berzonsky (1981: 100) terdiri atas: 1) Aspek fisik; meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya. 2) Aspek sosial; meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauhmana penilaian terhadap kerjanya. 3) Aspek moral; meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.
39
4) Aspek psikis; meliputi pikiran, perasaan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Adapun aspek-aspek konsep diri menurut Eipsten (dalam Mudjiran, 2005: 128) adalah : a.
Aspek konsep diri fisik (materi) yaitu pendapat seseorang tentang segala sesuatu mengenai fisik yang dimilikinya yang menyangkut bentuk tubuhnya. Individu yang memiliki konsep diri fisik dapat menerima kondisi fisiknya, yang mencakup ukuran tubuh, bentuk dan proporsi tubuh, dan penampilannnya yang meliputi keparasan wajah dan warna kulitnya. Dapat dikatakan individu yang memiliki konsep diri fisik dapat menerima keadaan diri dan gambaran diri secara keseluruhan. Seperti yang dikemukakan Keliat (dalam Salbiah, 2003: 3) gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai
psikologinya.
dampak
Pandangan
yang
yang
penting
realistis
pada
terhadap
aspek dirinya
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan mengacu sukses dalam kehidupan. Dapat disimpulkan, individu yang memiliki konsep diri fisik dan materi ditandai dengan :
40
1) Dapat menerima bentuk dan proporsi tubuh yang dimilikinya. 2) Penampilan tidak mencolok dan sederhana. b.
Aspek konsep diri sosial adalah penilaian seseorang tentang kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain berupa perasaan bahwa
orang
lain
menyayanginya,
menghormati
dan
memerlukannnya. Individu yang memiliki konsep diri sosial dapat melakukan penyesuaian sosial, memperlihatkan hubungan sosial yang lebih baik, sukses dalam melibatkan diri dalam berbagai aktivitas sosial, mampu bersaing dalam bidang akademis secara sehat, dan tidak takut dikritik orang lain. Dapat disimpulkan, individu yang memiliki konsep diri sosial ditandai dengan: 1) Orang lain menyayanginya 2) Orang lain menghormati setiap keputusannya. 3) Dibutuhkan
orang
lain
saat
diadakan
kegiatan
kemasyarakatan. c.
Aspek konsep diri emosi yaitu pendapat seseorang bahwa dia sabar, bahagia, senang atau gembira, berani dan sebagainya. Individu yang memiliki konsep diri emosi dapat mengendalikan emosi negatif pada dirinya. Menjadi orang yang sabar dan pemaaf,
berfikir
positif
terhadap
kejadian-kejadian
yang
dialaminya dari sisi positifnya, dapat memahami dan menerima karakteristik orang lain, tidak memaksakan orang lain berbuat
41
sesuai yang diinginkannya, dapat menerima kelebihan orang lain, dapat menerima perbedaan pendapat, dan dapat mengalihkan emosi negatifnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat. Dapat disimpulkan, individu yang memiliki konsep diri emosi ditandai dengan: 1) Sabar dalam menghadapi orang lain 2) Bahagia dengan kehidupan yang dijalaninya 3) Senang kondisi hidupnya. 4) Berani dalam menghadapi kenyataan hidup. d.
Aspek konsep diri moral yaitu pandangan seseorang tentang dirinya bahwa ia jujur, bersih, penyayang dan taat beragama. Individu yang memiliki konsep diri moral biasanya jujur dalam setiap ucapannya, tidak melakukan pelanggaran terhadap normanorma dan hukum yang berlaku, tidak mudah terpengaruh untuk melakukan perilaku yang menyimpang, berani bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannnya, dapat menerima keberadaan
orang
lain
dengan
segala
kelebihan
dan
kekurangannya, dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama yang dianutnya. Dapat disimpulkan, individu yang memiliki konsep moral ditandai dengan: 1) Jujur setiap ucapan yang dikatakannya 2) Bersih dari perilaku yang menyimpang 3) Menyayangi orang lain
42
4) Taat dalam menjalankan agama yang dianutnya e.
Aspek konsep diri kognitif yaitu pendapat seseorang tentang kecerdasan baik dalam memecahkan masalah dan prestasi akademik. Individu yang memiliki konsep diri kognitif ditandai dengan kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan, tegas dan tidak
ragu-ragu
dalam
mengambil
keputusan,
dapat
menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran yang jernih, memiliki keingin tahuan secara intelektual, memiliki tujuan hidup yang jelas, dapat mencapai prestasi yang baik di sekolah, dan dapat mengaktualisasikan pengetahuan yang dimiliki demi kemajuan diri dan lingkungannya. Dapat disimpulkan, individu yang memiliki konsep diri kognitif ditandai dengan: 1) Mampu dalam memecahkan masalah 2) Mampu meraih prestasi akademik
c. Komponen Konsep Diri Konsep diri merupakan multi dimensional, menurut Calhoun & Acocella (1995: 67), Konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, serta penilaian mengenai diri sendiri. Pudjijogyanti (1993:3) berpendapat bahwa konsep diri terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif dan komponen afektif :
43
1)
Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu mengenai dirinya, misalnya “Saya ini anak nakal”. Kompoenen kognitif merupakan penjelasan dari “ siapa saya?”, yang akan membuat gambaran objektif mengenai diri saya (the picture about my self), serta melahirkan citra diri (self image)
2)
Komponen afektif
merupakan penilaian individu terhadap
dirinya. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (self acceptance), serta harga diri (self esteem) pada individu. Contoh “saya menyesal menjadi anak mama” atau “walaupun saya pendek tetapi saya bisa jago basket” serta sebagainya. Jadi komponen afektif merupakan gambaran subjektif seseorang mengenai dirinya sendiri. Dari uraian di atas dapat digaris bawahi bahwa dimensi konsep diri adalah : 1)
Dimensi kognitif (cognitif dimension) yaitu dimensi yang berisi seperangkat pengetahuan kita mengenai diri kita sendiri (deskripsi mengenai diri sendiri), terlepas dari benar atau salah, hal ini didasarkan pada bukti-bukti objektif. Misalnya mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan penampilan fisik, psikis maupun sosial.
2) Dimensi Persepsi atau pemahaman atau cara memandang (Perception dimension), yaitu bagaimana individu memahami
44
hal-hal yang diketahuinya mengenai fisik, psikis serta memahami dirinya dalam kaitannya dengan orang lain. 3)
Dimensi Penilaian (evalution dimension), yaitu bagaimana individu menilai penampilan fisiknya, apakah dia menerima dirinya atau justru menolak baik berhubungan dengan fisik, psikis dan sosialnya.
4) Dimensi Harapan ( Expectation dimension) yaitu apakah individu mempunyai cita-cita atau tidak bagi masa depannya, maupun menjadi apa individu itu kelak. Menurut Yusuf Syamsu (2002:7) konsep diri memilki tiga komponen utama: 1) Physical self – concept: yaitu citra diri seseorang tentang penampilan dirinya (body image) 2) Psychological self concept: yaitu konsep seseorang tentang kemampuan/ keunggulan dan ketidak mampuan / kelemahan dirinya dan masa depannya, serta meliputi juga kualitas penyesuaian hidupnya : honesty, self comfidance, independence dan courage. 3) Attitudinal : yaitu komponen yang menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan, kebanggaan dan keterhinaan.
45
d. Faktor- faktor Konsep Diri Yusuf,Syamsu (2000:76) mengemukakan terdapat delapan faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu; (a) Kondisi fisik; (b)Kematangan biologis; (c) Dampak media massa; (d) Tuntutan sekolah; (e)Pengalaman ajaran agama; (f) Masalah ekonomi keluarga; (g) Hubungan dalam keluarga; (h) Harapan orang tua. Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006:139) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut; (a) Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga; (b) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain; (c) Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya. e. Konsep Diri Positif dan Negatif Menurut
Colhoun
dan
Acocella
(1990:
72-73),
dalam
perkembangannya konsep diri terbagi dua yaitu: 1) Konsep Diri Positif/Baik . Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan
46
orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah proses suatu penemuan. 2) Konsep Diri Negatif/ Buruk a) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Menurut Brook dan Emmert (1976:324)Lima ciri konsep diri positif yaitu : (2) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, (2) Ia merasa setara dengan orang lain (3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu (4) Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, (5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
47
Sebelas karakteristik orang yang memiliki konsep diri positif menurut Hamachek (1992: 382) yaitu : (1) Ia menyakini betul-betul nilai-nila dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Namun, ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsipprinsip itu apabila pengalaman – pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah. (2) Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya, jika orang lain tidak menyetujui tindakannya. (3) Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi,apa yang terjadi diwaktu lalu dan yang terjadi diwaktu sekarang. (4) Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan dan kemunduran. (5) Ia merasa sama dengan orang lain sebagai manusia, tidak tinggi dan tidak rendah, walaupun terdapat perbedaan kemampuantertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. (6) Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, setidaknya bagi orang yang dia pilih sebagai sahabat. (7) Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah. (8) Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasi. (9) Ia sanggup mengakui kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan dorongan dan keinginan, dari amarah hingga cinta, dari sedih hingga bahagia, dari rasa kecewa yang mendalam kepada rasa kepuasan yang mendalam. (10) Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan ataupu sekedar mengisi waktu. (11) Ia peka terhadap kebutuhan orang lain kepada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain. Sedangkan konsep diri negatif menurut Brook dan Emmert (1976: 324) ada empat ciri, yaitu: (1) Peka terhadap kritik. Ia tidak tahan menerima kritikan, mudah marah, dan naik pitam, baginya koreksi dari orang lain dianggap sebagai usaha menjatuhkan harga dirinya. (2) Sangat responsif dan antusias menerima pujian. Baginya, segala hal yang menunjang harga dirinya menjadi pusat
48
perhatiannya. (3) Hiperkritis terhadap orang lain. Sikap ini dikembangkan sejalan dengan sikap yang kedua, disatu pihak ia ingin dipuji dipihak lain ia tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan akan kelebihan orang lain. (4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, ia menganggap orang lain sebagai musuh.
6.
Hubungan Konsep Diri Dengan Persepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency Persepsi siswa terbentuk berdasarkan konsep dirinya, bagaimana mereka memandang dirinya sendiri. konsep diri merupakan kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosi, moral dan kognitif. Konsep diri juga merupakan suatu gambaran campuran dari apa yang kita fikirkan mengenai diri kita, seperti apa yang diinginkan dan bagaimana orang lain berpandangan terhadap diri kita, serta bagaimana kita mengartikan suatu objek yang kita lihat. Konsep diri akan berpengaruh terhadap penentuan cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Maka dari itu konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan cara pandang dan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Dapat disimpulkan bahwa salah satu penentu persepsi siswa tentang juvenile delinquency adalah konsep diri.
7.
Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan
pada
dasarnya
merupakan
upaya
untuk
pembimbing dalam membantu mengoptimalkan individu. Shertzer dan
49
stone (Nurihsan, 2002:13) telah membahas berbagai defenisi yang terdapat didalam literature tentang konseling, dari hasil bahasannya itu mereka sampai pada kesimpulan bahwa : “Counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goal and values of future behavior”. Bimbingan dan konseling dilingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkungan dan tugas-tugas perkembangan sehingga mereka sanggup mengarahkan diri, menyesuaikan diri dan bertindak sesuai dengan keadaan dan tuntutan dilembaga pendidikan dan masyarakat. Dengan pemberian layanan bimbingan mereka menjadi lebih baik dan mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal . Praktik Layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah praktik yang akan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Berbagai model, pendekatan layanan bimbingan dan konseling telah berkembang. Saat ini layananan bimbingan dan konseling yang sedang berkembang adalah bimbingan dan konseling komprehensif – perkembangan. Secara teori bimbingan dan konseling komprehensif berangkat dari gagasan Myrick (2003: 25) yang menyatakan
50
Development guidance and counseling assumes that human nature moves individuals sequentially toward self – enhancement. It recognizes there is a force within each of us that make us believe that we are special and there is no body like us. It also assumes that our individual potentials are valuable assets to society and the future of humanity. Layanan
bimbingan
perkembangan
disusun
perkembangan
siswa.
mengemukakan
dan
untuk
komprehensif
memfasilitasi
Gybers
bahwa
konseling
&
layanan
Handerson bimbingan
seluruh (2006: dan
–
aspek 258)
konseling
perkembangan disajikan secara reguler dan sistematis sehingga memungkinkan siswa untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Gysbers & handerson (2006 : 323), menegaskan tiga premis utama
yang
harus
dipahami
oleh
konselor
sekolah
dalam
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling perkembangan: 1) Guidance is a program bimbingan adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa dalam mendefenisikan tujuan melalui tahapan pencapaian kompetensi secara bertahap. 2) Guidance is comprehensive and developmental. Konselor harus mengatur aktivitas – aktivitas program dalam sebuah layanan dasar yang terencana untuk membantu seluruh siswa menguasai kompetensi yang terangkum dalam kurikulum bimbingan. 3) Guidance is team effort secara keseluruhan sistem manajemen dan fasilitas yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling
51
harus mampu melibatkan berbagai komponen sekolah untuk melakukan konsultasi dan berkolaborasi. Bimbingan konseling itu adalah suatu proses untuk membantu klien atau orang lain dalam memecahkan suatu permasalahan dan mengubah pola hidup seseorang, mengubah pola hidup yang salah menjadi benar, pola hidup yang negatif menjadi positif, sehingga klien dapat mengarahkan hidup sesuai dengan tujuannya. b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling bertujuan membantu perkembangan individu/ siswa kearah pencapaian yang lebih baik. Yusuf, Syamsu (2005: 13) menyatakan tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang, 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal, 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Demikian seterusnya, manusia perlu mengenal dirinya
52
sendiri manusia akan dapat bertindak sesuai dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya, mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling. Suatu hal yang dapat disimpulkan disini bahwa bimbingan dan konseling pada dasarnya
bertujuan
untuk
membantu
memecahkan
berbagai
permasalahan yang dialami oleh setiap individu dalam kehidupannya. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosialekonomi,
dan
kebudayaan;
(4)
mengatasi
kesulitan
dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnyadalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitankesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
tugas-tugas
53
perkembangan
yang
harus
dikuasainya
sebaik
mungkin.
Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melaksanakan tugas–tugas perkembangan (http://www.scribd.com)
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Fungsi bimbingan dan konseling menurut Yusuf.S dan Nurihsan.J (2006: 16-17) adalah: 1. Pemahaman, pemahaman
yaitu
membantu
terhadap
dirinya
peserta
didik
(potensinya
agar
dan
memiliki
lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). 2. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. 3. Pengembangan,
yaitu
konselor
senantiasa
berupaya
untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. 4. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan
dalam
membantu
individu
memilih
kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan minat, bakat siswa.
54
5. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dap\at menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
d. Implikasi Bimbingan dan Konseling Terhadap Persepsi tentang Juvenile Delinquency dan Peningkatan Konsep Diri Siswa Implikasi hasil penelitian ini adalah pembuatan program layanan bimbingan dan konseling khususnya berkaitan dengan pengentasan masalah juvenile delinquency dan peningkatan konsep diri siswa menjadi lebih positif. Adapun program layanan BK tidak mungkin akan tercapai dan terselenggara bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, artinya dilakukan secara jelas, sistematis dan terarah. Implikasi didalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:427) didefenisikan sebagai “keterlibatan dan/ keadaan terlibat, apa yang termasuk atau tersimpul, sesuatu yang termasuk atau tersimpul”. Jadi implikasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan guru pembimbing dalam membantu
siswa
mengurangi
perilaku
juvenile
delinquency
dan
meningkatkan konsep diri positif kepada siswa dengan membuat program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Stoner
mengemukakan
pendapatnya
mengenai
pengertian
manajemen sebagai berikut “management is the process of planing, organizing,leading dan controling the effotrs of organizing members and
55
using all over organization resources to achieve stated organizational goals” (dalam Zuwana, 2008: 14). Fungsi manajemen menurut Terry (dalam Zuwana, 2008: 18) terdiri dari apa yang disingkat menjadi P.O.A.C (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling), fungsi manajemen yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1) Planning (Merencanakan) Planning adalah strategi, kebijaksanaan, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dalam pembuatan program bimbingan dan konseling seharusnya melalui tahapan ini sebagai tahapan awal. 2) Organizing (Mengorganisasikan) Organizing adalah tindakan mendistribusikan pekerjaan antara kelompok yang ada dan menetapkan, serta menerima hubunganhubungan yang diperlukan. Implikasi terhadap program bimbingan dan konseling adalah peran konselor sekolah bertanggung jawab terhadap program yang telah dibuat. 3) Actuating (Melaksanakan) Actuating berarti merangsang anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan kemauan baik secara antusias sesuai dengan tugas-tugas dan sesuai dengan jadwal/ Aplikasi terhadap program bimbingan dan konseling di sekolah adalah para
56
konselor sekolah melaksanakan program yang telah dibuat dengan penuh tanggung jawab. 4) Controlling (Mengontrol) Controlling adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi manajemen tercapai. Aplikasi terhadap program bimbingan dan konseling di sekolah adalah para konselor sekolah akan dinilai berdasarkan akuntabilitasnya. Berdasarkan uraian manajemen di atas untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai sebuah organisasi yang memiliki sub organisasi Bimbingan dan Konseling harus dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen kedalam program layanan Bimbingan dan Konseling agar tujuan dari layanan Bimbingan dan Konseling di SMA dapat tercapai. Adapun yang dimaksud dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah satuan besar/ kecil rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling yang akan dilaksanakan pada periode tertentu dan terdiri atas program tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan. Kegiatan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan disekolah tidaklah dipilih secara acak, namun melalui pertimbangan yang matang dan terpadukan dalam program pelayanan Bimbingan dan Konseling. Ada beberapa syarat dalam penyusunan program Bimbingan dan Konseling (Prayitno, 1997: 54), sebagai berikut: 1) Kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya.
57
2) Lengkap dan menyeluruh memuat segenap fungsi Bimbingan, meliputi semua jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta menjamin terpenuhnya prinsip-prinsip dan azas-azas Bimbingan dan Konseling. Kelengkapan program disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan yang bersangkutan. 3) Sistematika dalam arti program yang disusun menurut urutan logis, tersingkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu, serta berbagi secara logis. 4) Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk pengembangan dan penyempurnaan tanpa harus merombak program. 5) Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang berkaitan dalam rangka memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling. 6) Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan program Bimbingan dan Konseling pada umumnya. Bidang pelayanan Bimbingan belajar di SMA bertujuan membantu siswa mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan
belajar
yang
baik
untuk
menguasai
pengetahuan
dan
keterampilan, sesuai dengan program belajar di SMA dalam rangka menyiapkan dan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan atau berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.
58
Rincian pokok bidang bimbingan belajar di SMA menurut Prayitno (1997: 51) adalah sebagai berikut: 1) Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber, dalam bersikap terhadap guru dan staf yang terkait, mengerjakan tugas, dan mengembangkan keterampilan serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan dan pengayaan. 2) Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok. 3) Mengembangkan penguasaan materi program belajar di SMA 4) Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi. 5) Orientasi belajar di Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupun Sekolah Menengah Kejuruan. Berdasarkan teori – teori yang telah disebutkan terdahulu, maka hasil penelitian ini dijadikan dasar penyusunan program pelayanan Bimbingan dan Konseling.
B. Kerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan uraian tentang latar belakang, studi kepustakaan, kondisi sementara dilapangan dan permasalahan penelitian, maka kerangka konseptual ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
59
SISWA
Persepsi Siswa tentangJuvenile
Konsep Diri
Implikasinya terhadap Bimbingan dan konseling
Program Bimbingan dan Konseling
Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan : : Fokus Penelitian ----------------- : Pengaruh langsung Berdasarkan gambar .1 di atas, dapat dimaknai sebagai berikut : 1.
Siswa SMA adalah individu yang berada pada masa transisi dari masa anakanak kemasa dewasa, yang memiliki persepsi berbeda-beda mengenai juvenile delinquency.
2.
Persepsi siswa tentang juvenile delinquency merupakan salah satu variabel dalam penelitian ini. Bertujuan agar siswa dapat mengetahui gambaran mengenai perilaku juvenile delinquency.
60
3.
Konsep diri memiliki peranan penting bagi siswa untuk memperbaiki persepsi siswa yang salah mengenai juvenile delinquency, dan berdampak pada pencegahan dan pengurangan perilaku juvenile delinquencypada siswa.
4.
Konsep diri dan persepsi siswa mengenai juvenile delinquency merupakan aspek penting dalam bimbingan dan konseling, serta dapat dimasukkan dalam program bimbingan dan konseling .
5.
Program Bimbingan dan Konseling yang berisikan tentang konsep diri dan dampak buruknya juvenile delinquency di sekolah, merupakan aspek penting untuk menumbuhkan konsep diri yang positif dan merubah persepsi siswa mengenai juvenile delinquency yang tidak tepat.
C. Kajian Penelitian yang Relevan Hasil Penelitian relevan dengan studi yang akan dilakukan antara lain : 1.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari UlfahMaria – lulus S2 Program Studi Psikologi Minat Utama Psikologi Perkembangan Kelompok Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Gajah Mada tahun 2007 dengan judul “ Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecendrungan Kenakalan Remaja”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecendrungan kenakalan remaja. Hal ini dapat dilihat dari hasil hipotesis yang diterima bahwa keharmonisan keluarga dan konsep diri secara bersama-sama memiliki peran terhadap kecendrungan kenakalan
61
remaja. Kaitannya dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang konsep diri dan keterkaitannya dengan kenakalan remaja. 2.
WidyiyantiWiwid (2011) dengan penelitiannya yang berjudul: Hubungan Konsep Diri Dalam Belajar Siswa Terhadap Perilaku Menyontek (Studi di SMA Negeri Kota Padang). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa : 1) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri dalam belajar antara siswa laki-laki dan perempuan, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku menyontek siswa laki-laki dengan perempuan, 3) Ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku menyontek. Penelitian ini memberikan masukan tentang konsep diri dan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri siswa laki-laki dengan perempuan, sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji beda pada penelitian ini, karena konsep diri antara siswa laki-laki dan perempuan sama.
3.
Hanuji, Imam (2011) Tesis. Hubungan persepsi siswa tentang penerapan high-touch oleh wali kamar dengan penyesuaian diri siswa di asrama serta implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling SMP Pesantren Modern Terpadu Prof.DR.Hamka Kabupaten Padang Pariaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang penerapan high touch oleh wali kamar di asrama memiliki hubungan yang signifikan dangan penyesuaian santri. Penelitian ini ama-sama membahas tentang persepsi siswa dan penelitian ini memberikan masukan tentang teori –
62
teori persepsi siswa, namun dalam penelitian ini persepsi siswa dihubungkan dengan penerapan high-touch. 4. Sujoko (2011) Tesis. Hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan remaja (juvenile delinquency).Penelitian
ini
mengemukakan
tentang
kenakalan remaja menurut para ahli, salah satunya ialah
aspek-aspek teori dari
Jensen. Penelitian ini memberikan masukkan yang penting, karena aspek kenakalan remaja dari teori Jensen dijadikan sebagai indikator dalam penyusunan angket persepsi siswa tentang juvenile delinquency.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah; Ha
: Adanya hubungan antara konsep diri dengan persepsi siwa tentang juvenile delinquency”
Ho
: Tidak adanya hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency
63
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, adapun rancangan penelitian
ini
dengan
menggunakan
pendekatan
korelasional
dan
deskriptif.Pendekatan korelasional, yaitu menggambarkan adanya variabelvariabel bebas yang diduga berkontribusi terhadap variabel terikat. Penelitian ini adalah studi korelasi yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat serta berarti ada tidaknya
hubungan kedua variabel tersebut. Sedangkan pendekatan deskriptif Menurut Lehman (dalam Yusuf, A. Muri, 2005, 83), adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta
dan
sifat
populasi
tertentu,
atau
mencoba
menggambarkan fenomena secara detail. Adapun langkah – langkah suatu penelitian deskriptif menurut Yusuf, A. Muri (2005: 83) yaitu : (1) Tentukan masalah atau bidang yang diamati, (2) Rumuskan sub masalah secara jelas dan terperinci, (3) Rumuskan secara jelas tentang tujuan yang akan dicapai, (4) Lakukan penelaahan kepustaka untuk mengetahui informasi yang ada, (5) Rancang cara pendekatan yang tepat dan benar, antara lain prosedur pengumpulan data, (6) Pilihan instrument atau alat yang cocok, (7) Tentukan populasi dan sampel, (8) Pembakuan instrument, (9) Latihan pengumpulan data, (10) Turun ke lapangan dalam rangka pengumpulan data, analisis data, (11) Penelitian laporan.
65
64
Langkah – langkah penelitian deskriptif tersebut memberikan gambaran dengan jelas, terumusnya tujuan yang didukung oleh informasi teoritis melalui penelaahan kepustakaan, penggunaan pendekatan yang tepat akan sangat membantu peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian di lapangan dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk diolah dan hasilnya akan disampaikan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada persepsi siswa mengenai juvenile delinquency dengan konsep diri. Penelitian ini bertujuan; Pertama untuk mendeskripsikan persepsi siswa mengenai
juvenile delinquency,Kedua
untuk mendeskripsikan konsep diri siswa, Ketiga untuk mendeskripsikan hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa mengenai juvenile delinquency.
B.
Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di SMA N 1 Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. SMA N 1 Seberida merupakan salah satu sekolah yang mengalami permasalahan juvenile delinquencydan kurang pahamnya siswa mengenai arti juvenile delinquency. SMA 1 Seberida merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah atas di kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. SMA 1 Seberida berdiri sejak
tahun 1980. Sebagai sekolah yang sudah lama
berdiri, SMA 1 Seberida telah mengukir banyak prestasi dalam bidang Olah raga, seni, sains dan masih banyak bidang lainnya.
65
SMA 1 Seberida saat ini merupakan sekolah yang dikategorikan tingkat kelulusannya tinggi yaitu 99%. Berbagai prestasi dan tingkat kelulusan yang tinggi berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk masuk di sekolah ini. Tingginya minat masyarakat tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang saat ini menempuh pendidikan di SMA N 1 Seberida. Saat ini SMA 1 Seberida membuka 18 kelas dengan 580 siswa. Tenaga pengajar dan administrasi di SMA N 1 Seberida sampai saat ini tercatat sebanyak 39 orang termasuk 3 guru pembimbing. Selain prestasi yang diukir oleh SMA N 1 seberida, ada juga kasuskasus yang sering dilanggar oleh siswa SMA N 1 Seberida antara lain, cabut (meninggalkan pelajaran tanpa izin) untuk bermain games on-line dan play station, menggunakan obat-obatan terlarang, berbuat asusila dan berkelahi. Hal ini didukung oleh lokasi sekolah yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan permainan serta dibelakang sekolah terdapat perkebunan sawit yang biasanya dijadikan sebagai tempat kumpul-kumpul dan melakukan aktivitas yang dilarang.
C.
Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan totalitas semua nilai-nilai dari karakteristik tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI di SMA N 1 Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah
66
populasi penelitian ini sebanyak 428 orang, dari jumlah tersebut terdapat 156 siswa laki-laki dan 272 siswa perempuan. Dalam menjaga kesamaan karakteristik dari responden penelitian maka penulis menentukan kriteria karakteristik sebagai berikut: 1) Siswa tersebut terdaftar sebagai siswa SMA N 1 Seberida Kab. Inhu Propinsi Riau, 2) Usia Remaja 15 – 18 Tahun, dengan pertimbangan untuk membatasi secara tegas dari segi rentang usia, 3) Duduk di kelas X dan kelas XI. Atas dasar karakteristik tersebut maka penulis merincikan populasinya, dengan perincian Sebagai Berikut:
Tabel 1 Jumlah Siswa kelas X dan XI di SMA N 1 Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Tahun Pelajaran 2011/2012 NO 1
Kelas Jumlah XA 34 XB 33 XC 34 XD 33 XE 33 XF 33 XG 33 Jumlah Siswa Kelas X 233 2 XI IA A 33 XI IA B 31 XI IA C 32 XI IS A 33 XI IS B 33 XI IS C 33 Jumlah Siswa Kelas XI 195 TOTAL 428 Sumber : Dokumen Tata Usaha SMA N 1 Seberida Kab.Inhu Tahun Pelajaran 2011/2012
67
2. Sampel Penelitian Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa sebagai Populasi penelitian berjumlah 428 orang. Populasi tersebut cukup banyak, oleh sebab itu perlu dilakukan penarikan sampel. “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah sebagian dari popoulasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi” (Arikunto, Suharsimi 2006:131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling di mana pada teknik ini dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi masing-masing sampel strata. “Stratified random sampling biasanya digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Misalnya; sekolah terdapat beberapa kelas; dalam masyarakat terdapat tingkat penghasilan” (Zuriah,Nurul 2005:123). Populasi pada penelitian ini terdiri dari dua tingkatan kelas yaitu kelas X dan kelas XI. Menentukan ukuran atau jumlah sampel dari setiap strata pertama, jumlah sampel untuk seluruh strata yang akan diambil digunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Riduwan (2005:64): N N
1
68
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi = Presisi yang ditetapkan Dengan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 5% maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : N N
428 428 0,05
1
1
428 2,07
206,76
207
Selanjutnya, besarnya sampel yang telah ditetapkan tersebut digunakan untuk menentukan jumlah sampel masing-masing kelompok dengan rumus sederhana berikut (Yusuf, A. Muri 2005: 202). Sampel sub kelompok =
‐
J
J
x Besar sampel
Jumlah sampel yang diambil dari kelas X sampel sub kelompok
‐
233 207 428
112,69
113
94,31
94
Jumlah sampel yang diambil dari kelas XI sampel sub kelompok
195 207 428
Jadi jumlah sampel sebanyak 207 orang siswa SMA N 1 Seberida akan menjawab angket yang diedarkan untuk diisi sesuai dengan persepsi yang dirasakan oleh mereka.
69
Tabel 2 Jumlah Sampel Penelitian Siswa SMA N 1 Seberida NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kelas Xa Xb Xc Xd Xe Xf Xg JUMLAH XI IPA A XI IPA B XI IPA C XI IPS A XI IPS B XI IPS C JUMLAH TOTAL
Jumlah Populasi 34 33 34 33 33 33 33 233 33 31 32 33 33 33 195 428
Jumlah Sampel 17 16 16 16 16 16 16 113 16 15 15 16 16 16 94 207
D. Definisi Operasional 1.
Persepsi siswa tentangJuvenile delinquency Persepsi siswa tentangJuvenile delinquencyyaitu bagaimana siswa SMA
N 1 Seberida memaknai dan memandang serta memahami tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Persepsi siswa yang tepat tentang juvenile delinquency artinya siswa dapat memaknai dan memandang serta memahami tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan, baik itu yang menimbulkan korban fisik, materi, sosial dan melawan statusnya sebagai pelajar, sehingga membuat siswa menolak melakukan kenakalan tersebut. Sebaliknya persepsi yang tidak tepat tentang juvenile delinquencyartinya siswa tidak dapat memaknai dan memandang serta memahami tentang segala
70
tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Sedangkan persepsi siswa kurang tepat tentang juvenile delinquencyadalah siswa hanya mengetahui juvenile delinquency, tetapi mereka tidak dapat mengorganisasikan dan menginterpretasikan juvenile delliquency tersebut. Acuan untuk membuat skala dalam penelitian ini menggunakan teori Jensen (dalam Sarwono, S.W, 2002 :200)yang membagi 4 aspek persepsi tentang juvenile delinquencyyaitu: 1) kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain, 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain, 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks bebas, 4) Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua. Makin tinggi skor yang diperoleh siswa berarti semakin buruk persepsi siswa mengenai juvenile delinquency, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin baik persepsi siswa mengenai juvenile delinquency. 2.
Konsep diri Konsep diri adalah keyakinan, pandangan atau penilaian terhadap diri
sendiribaik yang bersifat fisik, sosial, emosi,moral dan kognitif, sehingga konsep diri ini akan mempengaruhi pola gerak individu tesebut.
71
Konsep dirinya positif/ baik maka perilaku yang muncul akan cenderung positif, jika konsep dirinya negatif / buruk dalam arti individu menilai dirinya sendiri negatif, maka kecendrungan perilakunya akan negatif. Acuan dalam pembuatan angket konsep diri. menggunakan teori Eipsten (dalam Mudjiran, 2005: 128) yang membagi aspek konsep diri menjadi beberapa bagian yaitu: a. Aspek konsep diri fisik yaitu pendapat siswa tentang segala sesuatu yang dimilikinya terutama yang mencakup bentuk tubuhnya. Adapun indikator konsep diri pada aspek fisik (materi) adalah: ‐
Pandangan terhadap bentuk dan proporsi tubuh
‐
Pandangan terhadap penampilan (raut wajah, warna kulit)
b. Aspek konsep diri sosial adalah penilaian sisiwa tentang kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain berupa perasaan bahwa orang lain menyayangi, menghormati dan memerlukannya. Adapun indikator konsep diri pada aspek sosial adalah : ‐
Merasa disayangi
‐
Merasa dihormati
‐
Merasa dibutuhkan
c. Aspek konsep diri emosi yaitu pendapat remaja bahwa dia sabar, bahagia, senang atau gembira, dan berani. Adapun indikator konsep diri pada aspek emosi adalah:
‐
Sabar
72
‐
Bahagia
‐
Senang (gembira)
‐
Berani
d. Aspek konsep diri moral yaitu pandangan remaja tentang dirinya bahwa ia jujur, penyayang dan taat beragama. Adapun indikator konsep diri pada aspek moral adalah: ‐
Jujur
‐
Penyayang
‐
Taat beragama
e. Aspek konsep diri kognitif (intelektual) yaitu pendapat remaja tentang kecerdasan baik dalam memecahkan masalah dalam prestasi akademik. Adapun indikator konsep diri pada aspek kognitif adalah: ‐
Pandangan terhadap kemampuan memecahkan masalah
‐
Pandangan terhadap pencapaian prestasi akademik.
3. Implikasi Bimbingan dan Konseling Pengartian dari implikasi Bimbingan dan Konseling dalam penelitian ini adalah keterlibatan atau penerapan dari layanan – layanan Bimbingan dan Konseling untuk membantu mengatasi konsep diri yang negatif/buruk, persepsi siswa yang tidak tepat / buruk, sehingga dapat mencegah dan mengurangi perilaku juvenile delinquency dengan membuat program Bimbingan dan Konseling oleh guru Bimbingan dan Konseling atau konselor yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
73
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dokumentasi kepustakaan dan metode kuesioner. 1. Metode Dokumentasi Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi laporan dan atau berbagai, artikel dari majalah, koran, jurnal dan data yang ada di SMA N 1 Seberida yang berkaitan dengan topik penelitian. Dokumendokumen tersebut untuk mendapatkan data sekunder. 2. Metode kuesioner / angket Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang persepsi siswa mengenai juvenile delinquency dan konsep diri dari responden yang berupa beberapa pernyataan. Jenis kuesioner ini adalah kuesioner tertutup dengan skala Likert. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda cross atau tanda centang (X/√) (Arikunto, Suharsimi, 2006:151). Adapun sebagai alasan bahwa digunakan kuesioner tertutup karena : 1) jenis kuesioner tersebut memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban, 2) jenis kuesioner tersebut lebih praktis dan sistematis, 3) menghemat biaya dan waktu.
74
F. Pengembangan Instrument 1.
Kisi – kisi Instrumen Pengumpulan data Memperoleh data yang memadai dan sesuai dalam penelitian kuantitatif
mengenai
persepsi
siswa
tentangjuvenile
delinquency
(kenakalan remaja)dengan konsep diri dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling di SMA N 1 Seberida. Instrument yang dikembangkan dan digunakan berupa angket atau kuesioner. Yusuf A.Muri (2005: 252) mengatakan bahwa tujuan utama menggunakan kuesioner penelitian adalah untuk memperoleh informasi yang lebih relevan dengan tujuan penelitian, dan mengumpulkan informasi dengan reliabelitas dan validitas yang tinggi. Mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan 2 angket penelitian yaitu : (1) Angket persepsi siswa tentang juvenile delinquency, Angket ini mangacu pada teori yang dikemukakan Jensen. (2) Angket tentang konsep diri ini mengacu pada konsep teori yang dikemukakan oleh Eipsten.
a.
Angket Persepsi Siswa tentang Juvenile Delinquency Angket ini bertujuan untuk mengungkapan persepsi siswa tentang juvenile delinquency dalam bentuk self – repot yang hingga kini dianggap sebagai bagian paling penting dan dapat diandalkan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan daftar pernyataan – pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut dengan
75
angket. Angket persepsi siswa tentang juvenile delinquencyberupa kumpulan pernyataan persepsi siswa tentang juvenile delinquency, setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan sebagai arah dan intensitas seseorang (Azwar, 2000:95). Angket ini mengungkapkan persepsi siswa tentang juvenile delinquency didasarkan pada teori Jensen (dalam Sarwono, SW,
2002: ) , yang membagi aspek
persepsi siwa tentang juvenile delinquencysebagai berikut: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: Suka berkelahi, melakukan penganiayaan, kebut-kebutan, dan lain-lain. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, meminumminuman beralkohol, dan hubungan seks bebas. 4) Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua. Angket persepsi siswa tentang juvenile delinquencyini, terdiri dari dua kelompok pernyataan, yaitu favorabel dan unfavorabel, pernyataan favorabel merupakan pernyataan yang mendukung pada teori. Sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak mendukung teori. Kuisioner atau angket ini merupakan
76
model skala Likert dengan lima kategori alternatif jawaban pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Skor Item Skala Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency Favorabel 5 4 3 2 1
Pilihan Jawaban SS (sangat Setuju) S (Setuju) N(Netral) TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju)
Unfavorabel 1 2 3 4 5
Tabel 4. Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian PERNYATAAN FAVORABEL UNFAVORABEL TOTAL Kenakalan yang 1 ,6, 9, 22, 26, 29, 2, 13, 16, 43, 46, 17 Persepsi menimbulkan korban fisik 39, 45, 58 53, 57, 66 Siswa pada orang lain Tentang JD Kenakalan yang 3, 25, 30, 41, 42, 4,11, 15, 33, 16 menimbulkan korban 48, 65, 55, 63 44, 52,56 materi Kenakalan Sosial yang 5, 7,19, 21, 35, 8, 10, 20, 28, 32, 18 tidak menimbulkan 24, 38, 49, 60, 62, 40, 59 korban dipihak orang lain 64 Kenakalan yang melawan 12, 14, 17, 18, 23, 27, 31, 34 15 status anak sebagai 36, 50, 54 37, 47, 51,61 pelajar VARIABEL
SUB VARIABEL
Total
37
29
66
b. Angket Konsep diri 1.
Aspek konsep diri fisik yaitu pendapat siswa tentang segala sesuatu yang dimilikinya terutama yang mencakup bentuk tubuhnya. Adapun indikator konsep diri pada aspek fisik (materi) adalah:
77
2.
-
Pandangan terhadap bentuk dan proporsi tubuh
-
Pandangan terhadap penampilan (raut wajah, warna kulit)
Aspek konsep diri sosial adalah penilaian sisiwa tentang kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain berupa perasaan bahwa orang lain
menyayangi,
menghormati
dan
memerlukannya.
Adapun
indikator konsep diri pada aspek sosial adalah :
3.
-
Merasa disayangi
-
Merasa dihormati
-
Merasa dibutuhkan
Aspek konsep diri emosi yaitu pendapat remaja bahwa dia sabar, bahagia, senang atau gembira, dan berani. Adapun indikator konsep diri pada aspek emosi adalah:
4.
-
Sabar
-
Bahagia
-
Senang (gembira)
-
Berani
Aspek konsep diri moral yaitu pandangan remaja tentang dirinya bahwa ia jujur, penyayang dan taat beragama. Adapun indikator konsep diri pada aspek moral adalah: -
Jujur
-
Penyayang
-
Taat beragama
78
5.
Aspek konsep diri kognitif (intelektual) yaitu pendapat remaja tentang kecerdasan baik dalam memecahkan masalah prestasi akademik. Adapun indikator konsep diri pada aspek kognitif adalah: -
Pandangan terhadap kemampuan memecahkan masalah
-
Pandangan terhadap pencapaian prestasi akademik. Angket konsep diriini terinspirasi dari angket konsep diri Maria
Ulfah (2007; 86 - 87). Angket ini terdiri dari dua kelompok pernyataan, yaitu favorabel dan unfavorabel. Setiap pilihan akan diberi nilai sebagai tabel 5 berikut
Tabel 5. Skor Item Skala Konsep Diri Favorabel 5 4 3 2 1
Pilihan Jawaban SS (sangat Sesuai) S (Sesuai) N (Netral) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai)
Unfavorabel 1 2 3 4 5
Kisi-kisi angket konsep diri untuk uji coba dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6 Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian No 1 2 3 4 5
Aspek Konsep Diri Fiisik Konsep Diri Emosi Konsep Diri Sosial Konsep Diri Moral Konsep Diri Kognitif J U M L A H
Favorabel 1,3,5,7,9,11, 24,26,28,30,32,50 25,27,29,31,33,48,49 35,37,39,41,52 42,44,46, 13 28
Unfavorabel 12,14,16,18,20,22 2,4,6,8,10,51 15,17,19,21,23 34,36,38,40,53 43,45,47 25
JUMLAH 12 12 12 10 7 53
79
2.
Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan uji keterbacaan Menelaah kesesuaian pernyataan instrumen penelitian dengan kisi– kisi instrumen, yang bertujuan untuk mengetahui apakah itemitem yang dikembangkan sudah mewakili setiap indikator yang dibutuhkan. Menyusun petunjuk pengisian instrumen penelitian yang bertujuan untuk memudahkan responden dalam memahami apa yang dikehendaki oleh instrumen dan menghindari kesalahan dalam pengumpulan data yang dilakukan. Sebelum instrumen penelitian disebarkan ke subjek, maka instrumen penelitian tersebut harus disusun dengan mangacu kepada teori-teori yang dibahas dalam kajian pustaka, dikonsultasikan kepada kedua pembimbing dan dilakukan perbaikan sesuai dengan petunjuk pembimbing.
Selanjutnya
dilakukan
judgement
(penimbangan)
instrument kepada tiga dosen yang ahli serta kompeten dibidangnya, yaitu Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons., dan Dr. Syahniar, M.Pd, Kons. Langkah selanjutnya dilakukan oleh penulis adalah melakukan uji coba instrument, guna melihat apakah instrumen tersebut dapat dimengerti oleh orang – orang yang sama karakteristiknya dengan responden.
80
3.
Validitas dan Reliabelitas Menurut Arikunto instrumen yang baik untuk memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel, pembuatan instrumen harus dilandasi dengan kajian pustaka. Karena itu kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan cara melakukan uji coba. Uji coba diberikan pada siswa SMA N 2 Rengat sebanyak 30 orang, yang memiliki kesamaan karakteristik dengan siswa SMA N 1 Seberida. Uji Validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment dan uji Reliabilitas menggunakan Alfa Cronbach. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS ver. 16.0. a.
Uji Validitas Uji validitas instrumen konsep diri dan persepsi siswa tentang
juvenile delinquencyakan dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment. Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk menghitung validitas empiris melalui analisis item yaitu : N∑xy ∑
∑
∑x ∑y ∑
∑
Keterangan : rxy = Angka indeks korelasi product moment ∑xy = Hasil perkalian variabel x dan variabel y ∑x2 = Jumlah deviasi skor x 81
∑y2 = Jumlah deviasi skor y n
= Jumlah responden dalam uji coba Pada uji validitas variabel dinyatakan valid jika r hitung > r tabel .
Nilai r tabel untuk N= 30 -2 = 28, jadi N = 28 dan pada tingkat signifikansi 5% (0,05), maka didapat r tabel = 0,361. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS ver. 16.0. Berdasarkan dari hasil komputerisasi menggunakan SPSS ver 16.0, pada variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency, dari 66 item yang diujicobakan ternyata hanya 53 item yang memiliki koefisien korelasi item total di atas 0,361 (Nugroho, 2011: 27). Artinya terdapat 53 item yang dinyatakan valid dan 13 item dinyatakan gugur. Rincian jumlah item yang valid dan gugur untuk angket persepsi siswa tentang juvenile delinquencysetelah dilakukan uji coba (try-out) dapat dilihat pada tabel 7 dapat dilihat pada lampiran (hal. 148). Setelah try-out dilakukan penomoran item kembali diacak untuk penelitian yang sebenarnya. Rekapitulasi item setelah try-out yang digunakan dalam penelitian sebenarnya dapat dilihat pada tabel 8
82
Tabel 7Blue Print Validitas Angket Persepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency(Setelah Try-out) Aspek Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain Kenakalan yang menimbulkan korban materi Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar
Favorabel Sahih Gugur 1, 6, 22, 26, 9, 45 29, 39, 58 3, 25, 30, 41, 55 42, 48, 63, 65
Unfavorabel Sahih Gugur 2, 13, 16, 46 43, 53, 57, 66 4, 15, 33, 11 44, 52, 56
Jml Sahih 14
14
5, 7, 19, 21, 38, 60, 8, 10, 20, 15 24, 35, 49, 62, 64 28, 32, 40, 59 12, 14, 18, 23, 17 37, 51, 61 27, 31, 10 36, 50, 54 34, 47 30 7 25 6 53
Tabel 8 Rekapitulasi Angket Persepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency(Untuk Penelitian) Aspek
Nomor Item Jumlah Favorabel Unvorable 1, 3, 5, 7, 9, 11, 2, 4, 6. 8, 10, 12, 14 13 14 15, 17, 19, 21, 16, 18, 20, 22, 14 23, 25, 27, 29 24, 26 31, 33, 35, 37, 28, 30, 32, 34, 15 39, 41, 43, 45 36, 38, 40
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain Kenakalan yang menimbulkan korban materi Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain Kenakalan yang melawan status 47, 49, 51, 42, 44, 46, 52 anak sebagai pelajar 48, 50, 53
30
23
10 53
Uji Validitas variabel konsep diri, dari 53 item yang diuji cobakan, terdapat 48 item yang memiliki korelasi item total di atas 0,361, dapat disimpulkan bahwa terdapat 48 item yang valid dan 5 item yang gugur. Rincian jumlah item yang valid dan yang gugur untuk angket variabel konsep diri setelah diuji cobakan (try-out) dapat dilihat dari tabel 9 serta
83
dapat dilihat pada lampiran (hal 148). Setelah dilakukan try-out, rekapitulasi item untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 10 Tabel 9 Blue PrintValiditas Angket Konsep Diri (Setelah Try-out)
Aspek Konsep Diri Fiisik Konsep Diri Emosi Konsep Diri Sosial
Konsep Diri Moral Konsep Diri Kognitif Jumlah
Favorabel Valid Gugur 1, 3, 5, 7, 9, 11 24, 26, 28, 30, 32, 50 25, 27, 29, 31, 33, 48, 49 37, 39, 41 35, 52 42, 44,46, 13 26 2
Unfavorabel Valid Gugur 12, 14, 16, 18, 20, 22 2, 4, 6, 8, 10, 51 15, 17, 19, 21, 23
Jumlah Sahih 12 12 12
34, 40, 53 43, 47
36, 38 45
6 6
22
3
48
Tabel 10Rekapitulasi Validitas Angket Konsep Diri (Setelah Try-out) Aspek Konsep Diri Fiisik Konsep Diri Emosi Konsep Diri Sosial Konsep Diri Moral Konsep Diri Kognitif J U M L A H
Nomor item Favorabel Unfavorabel 1,3,5,7,9,11, 24,26,28,30,32,35 25,27,29,31,33, 38 , 48, 37,39,41 42,44,46, 13 26
12,14,16,18,20,22 2,4,6,8,10,36 15,17,19,21,23 34 ,40, 45 43, 47 22
Jumlah 12 12 12 6 6 48
b. Uji Reliabelitas Suatu alat pengukuran reliabel jika alat ukur itu dapat mengukur sesuatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama, jadi alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama (Nasution, 2002: 77).
84
Teknik yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui apakah angket yang diberikan reliabel, peneliti menggunakan teknik dari Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh dari penyajian suatu bentuk angket yang dikenakan hanya sekali saja dalam sekelompok responden (Azwar, 2005;87). Rumus Alpha Cronbach :
1
1
∑
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrumen
K
= Banyak butir pertanyaan
σt2
= Varians total
∑σb2
= Jumlah varians butir
Perhitungan reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan komputerisasi SPSS ver 16.0. Angket dianggap reliabel apabila koefisien korelasi Alpha Croanbach hitung lebih besar dari pada nilai korelasi reliabel Alpha tabel. Reliabilitas dalam aplikasinya dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang 0,00- 1,00. Koefisien reliabelitas yang mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya. Hasil dari pengujian Reliabilitas menggunakan program SPSS ver 16.0 dari variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency dapat dilihat pada lampiran (hal. 164) atau pada tabel 11 dan hasil uji reliabilitas untuk variabel konsep diri dapat dilihat dari tabel 12 atau lampiran (hal.164), sebagai perbandingan untuk melihat apakah hasil uji reliabilitas persepsi 85
siswa tentang juvenile delinquency dan konsep diri itu reliabel maka dapat dilihat pada tabel 13Alpha Croanbach Tabel11Reliability StatisticsPersepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency Cronbach's Alpha ,697
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,697
N of Items 2
Tabel 12 Reliability Statistics Konsep Diri Cronbach's Alpha ,853
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,855
N of Items 2
Tabel 13 Alpha Cronbach Table Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 - 0,20 Kurang reliabel 0,201 – 0,40 Agak reliabel 0,401 – 0,60 Cukup reliabel 0,601 – 0,80 Reliabel 0,801 – 1,00 Sangat reliabel Sumber : Nugroho, 2011: 33 Hasil perhitungan reliabilitas persepsi siswa tentang juvenile delinquency diperoleh koefisien reliabilitas Alpha (tabel 11) sebesar 0,697 dan hasil koefisien reliabilitas dari Alpha (tabel 12) sebesar 0,853, yang berarti alat ukur penelitian untuk persepsi siswa tentang juvenile delinquency dinyatakan reliabel dan alat ukur penelitian konsep diri dinyatakan sangat reliabel
86
G.
Teknik Analisis Data Analisis data menurut Nasution (2002: 126) yaitu menyusun data agar dapat ditafsirkan. Adapun tujuan analisis data adalah menyempitkan dan membatasi penemuan hingga menjadi satu data yang teratur dan tersusun sitematis dan lebih rapi. Teknik analisis data penelitian merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam proses penelitian, karena disinilah hasil penelitian akan tampak. Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua tahap yaitu analisis korelasi dan analisis deskriptif.
1.
Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2008:147) metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis
deskriptif
dimaksudkan
untuk
memperoleh
gambaran tentang konsep diri dan persepsi juvenile delinquency. Hal ini untuk mengetahui secara kuantitatif apakah ada hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile
87
delinquency. Deskripsi persepsi siswa tentang juvenile delinquency diperoleh melalui kuesioner tentang persepsi tentang juvenile delinquency.
Sedangkan
deskripsi
tentang
konsep
diri
menggunakan kuesioner tentang konsep diri. Kuesioner yang telah disebarkan dan diisi diberikan skor sesuai dengan kategori skala model Likert, kemudian ditabulasikan untuk menentukan skor atas jawaban atau pernyataan responden, hasil skoring ini akan memberikan gambaran tentang tingkat kesesuaian menurut model skala likert pada masing – masing kelas yang dikaitkan dengan indikator dari variabel. Setelah data di skor, maka data di analisa. Yusuf, A.Muri (2005: 36) menyatakan bahwa “ analisa data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang sangat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian”. Bentuk skor yang diperoleh
dari
menggunakan
jawaban teknik
siswa
dalam
persentase.Persentase
bentuk
instrument
penelitian
dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut : x 100 Keterangan : P
= Tingkat persentase jawaban
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Sampel
88
Penggolongan atau scoring untuk variabel Persepsi siswa tentang juvenile delinquency dengan konsep diri digunakanlah kategorisasi berdasarkan model distribusi normal seperti tabel 14 dengan menetapkan terlebih dahulu batasannya berdasarkan 6 satuan Standar Deviasi (σ) yaitu 3 bagian disebelah kiri mean (bertanda negatif) dan 3 bagian lagi disebelah kanan mean (bertanda positif). Dihitung terlebih dahulu luas jarak sebarannya dengan cara nilai maksimum – nilai minimum. Setelah itu dicari mean teoritisnya, bila diinginkan penggolongan angket kedalam 3 kategori tingkatan, maka ke 6 satuan standar deviasi dibagi kedalam 3 bagian dengan rumus dibawah ini: Tabel 14Rumus Kategorisasi Dalam Analisis Deskriptif Kategorisasi Rendah
X <M– 1.SD
Sedang
M – 1.SD> X<M +1. SD
Tinggi
M + 1. SD> X
Sumber dari Azwar. S (2005 : 109) 2.
Analisis Korelasi Analisis korelasi mendasarkan diri pada hubungan antara data historis variabel yang akan ditaksir dengan data historis variabel lain yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan variabel yang akan ditaksir tersebut. Meyakinkan bahwa variabel konsep diri memiliki hubungan terhadap variabel yang akan ditaksir, yaitu variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency, maka peneliti akan menggunakan suatu ukuran yang disebut koefisien korelasi. 89
Koefisien korelasi merupakan angka yang menunjukkan tinggi rendahnya keeratan hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Penggunaan rumus ini didasarkan kepada: 1) termasuk teknik non parametric , 2) data penelitian merupakan data interval dan rasio, 3) data berkontribusi normal, 4) data yang dihubungkan berpola linier 5) data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama, Adapun rumus dari Pearson Product Moment sebagai berikut: N∑xy
∑x ∑y
∑
∑
∑
∑
Keterangan : rxy
= Angka indeks korelasi Product Moment
∑xy
= Hasil perkalian variabel x dan variabel y
∑x2
= Jumlah deviasi skor x
∑y2
= Jumlah deviasi skor y
n
= Jumlah responden dalam uji coba Langkah selanjutnya dalam memberikan interpretasi koefisien
korelasi dengan menggunakan pedoman sebagai berikut (Sugiyono, 2005: 216) sebagai berikut:
90
Tabel 15Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi NO Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
1
0, 00 – 0, 199
Sangat rendah
2
0, 20 – 0, 399
Rendah
3
0, 40 – 0, 599
Sedang
4
0, 60 – 0, 799
Kuat
5
0, 80 – 1, 00
Sangat kuat
Data dianalisis dengan menggunakan jasa komputer SPSS ver.16.0.
91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan angket kepada subjek yang menjadi penelitian ini, yaitu siswa SMA N 1 Seberida yang dilakukan pada tanggal 11 mei - 25 mei 2012. Jangka waktu yang panjang bertujuan untuk membuat kedekatan secara khusus kepada subjek agar subjek bersedia mengisi angket tersebut dengan jujur, sehingga peniliti membagi beberapa kelompok subjek secara acak dan dalam waktu yang berbeda-beda. Angket ini diberikan kepada siswa sebanyak 215 angket, dari 215 angket yang disebarkan kepada siswa, ada 3 angket yang tidak kembali kepada peneliti, jadi angket yang diterima peneliti hanya 212 angket saja. Angket yang diterima peneliti sebanyak 212 ternyata ada 1 angket yang tidak smuanya diisi oleh siswa, jadi angket yang utuh hanya tingga 211. Karena sampel dalam penelitian ini hanya 207, maka sisa angket lainnya tidak peneliti
skoring.
Saat
menyebarkan angket peneliti sengaja untuk
melebihkannya karena dikhawatirkan terjadinya kesalahan dalam pengisian angket, kerusakan pada lembaran angket, angket yang disebarkan tidak pulang seutuhnya dan subjek tidak mengisi semua pernyataan yang ada diangket tersebut.
92 92
Angket tersebut diberikan kepada siswa oleh peneliti secara langsung tanpa perantara guru dan wali kelas, hal ini dimaksudkan agar peneliti melihat secara langsung siswa dalam mengerjakan angket tersebut.
B.
Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data
pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini angket yang diberikan adalah angket persepsi siswa juvenile dellincuency dengan konsep diri, deskripsi data juga diharapkan dapat menghasilkan penyebaran subjek berdasarkan kategori skor yang diperoleh. Berdasarkan data dilapangan, didapatlah data seperti pada lampiran (hal.201) atau pada tabel 15 di bawah ini
Tabel 16 Deskriptif Data Penelitian Skor ideal N Konsep diri
207
Persepsi Siswa
207
Mean
240 265
Std. Deviation
Minimum
Maximum
91.06
12.773
53
123
177.43
19.945
106
220
Pada data Persepsi dilakukan kategorisasi skor dengan membuat 3 kategorisasi yaitu tinggi, sedang dan rendah. Arti dari skor tinggi pada persepsi siswa tentang juvenile delinquency ialah, siswa memiliki persepsi yang tidak tepat atau siswa tidak dapat memaknai, memandang dan memahami tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membawa siswa melakukan perilaku nakal tersebut. Jika berada pada skor
93
sedang berarti siswa kurang tepat dalam memaknai, memandang dan memahami tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Siswa hanya mengetahui bahwa juvenile delinquencyitu adalah perilaku nakal, tetapi mereka masih menganggap perilaku tersebut sebagai kenakalan yang sama pada waktu anak-anak. Sehingga siswa kadang-kadang melakukan perilaku tersebut. Sedangkan jika skor berada pada kategori rendah berarti siswa mengetahui tentang juvenile delinquency dan memiliki penilaian yang tepat /baik tentang juvenile delinquencydan akhirnya siswa tidak melakukan perilaku tersebut. Rumus yang digunakan untuk kategori tersebut adalah : M + 1. SD> X
= Tinggi
M – 1.SD = X< M + 1. SD
= Sedang
X < M – 1.SD
= Rendah
Keterangan : M
= Mean hipotetik dengan rumus (skor ideal + skor min)/ 2
SD
= Standar deviasi, dengan rumus (skor ideal – skor min) / 6 Pada variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency, nilai maksimal
adalah 265 dan nilai minimum adalah 100. Standar deviasi (σ) = 265 – 53 : 6 = 35,33 sedangkan mean hipotetik (μ) = 265 + 53 : 2 = 159 Berdasarkan deskripsi data dari rumus di atas, maka rekapitulasi hasil analisis data klasifikasi, kategori skor, distribusi frekuensi, dan persentase pada variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquencydisajikan dalam tabel 16 dan diperincikan pada tabel 17 dibawah ini :
94
Taabel 17 Kattegorisasi Persepsi P Sisswa Tentan ng Juvenile Delinquency Klassifikasi
Kateggori Skoor 194,,33> X Tinggi 123,67 = X < 194,333 Sedanng X< 123,67 Renddah JUMLAH
Rend dah, 2.41 %
Pem maknaan
Frekuenssi
Persentase
Rendah R Sedang S Tinggi T
38 164 5 207
18,36 6% 79,23 3% 2,41% % 100% %
Tinggi, 18.3 36 %
Tinggi Sedan ng , 79.23 3%
Sedan ng Rendaah
Gaambar 2 Kattegorisasi Persepsi Sisw wa Tentangg Ju uvenile Dellinquency
Beerdasarkan tabel t 17 dann gambar 2 di atas mennunjukkan bahwa sebaanyak 79,23% siiswa SMA 1 Seberidaa berada paada kategorri skor Sedaang atau ku urang tepat dalam m memperssepsikan juvvenile delin nquency, arttinya 164 oorang siswa yang hanya meengetahui tentang t juvvenile deliinquencytetaapi dalam penilaian serta pencerminnan pada peerilakunya mereka m cend derung melaakukan kesaalahan. Selain itu terddapat 18,36% % siswa meemiliki skorr pada kateggori yang Tinggi T dan rendaah dalam memperseps m ikan juveniile delinqueency, artinyya adalah bahwa b pada kateggori tinggi dan d rendah memiliki frrekuensi yanng sama sebbesar 2,41% % atau 5 orang siswa memiliiki persepsi yang baik / tepat dalam m memperssepsikan juvvenile delinquenccy, sedangkkan 18,36% % / 38 orang g siswa lainnnya memiliiki persepsi yang
95
buruk atau tidak tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 202 orang siswa diantara 207 siswa memiliki persepsi yang kurang tepat atau tidak tepat tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di SMA N 1 Seberida, yaitu banyaknya perilaku siswa yang melanggar peraturan-peraturan sekolah, dikarenakan persepsi siswa SMA N 1 Seberida yang kurang tepat dan tidak tepat tentangsegala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Tabel 18 Rekapitulasi Deskripsi Data Persepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency Aspek Persepsi Siswa
N
Kategorisasi Persepsi Siswa tentang JD
tentang JD
Kenakalan yang menimbulkan
Tinggi
Sedang
Rendah
F
%
F
%
F
%
207
46
22,22
155
74,88
6
2,90
207
49
23,67
152
73,43
6
2,90
207
57
27,54
146
70,53
4
1,93
207
37
17,88
162
78,26
8
3,86
korban fisik pada orang lain Kenakalan yang menimbulkan korban materi Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar
96
80 70 60 50
Tingggi
40
Sedaang
30
Rendah
20 10 0 Aspek 1
Aspek 2
Aspeek 3
A Aspek 4
Gambarr 3 Rekapittulasi Deskrripsi Data Persepsi P Siiswa Tentan ng Juvenilee Delinquen ncy t 18 di atas dapat dilihat bahhwa perseppsi siswa ten ntang Beerdasarkan tabel juvenile delinquency d yyang memiiliki frekueensi yang paling p tingggi pada keeempat aspek terssebut beradaa pada kateegorisasi sk kor sedang pada p aspek kenakalan yang melawan status s anak sebagai peelajarsebesar 78,26% (162 siswa).. Artinya baanyak siswa yangg masih meemiliki persepsi yang kurang k tepatt dalam menngorganisassikan, mengartikkan serta menilai m aspeek kenakalaan yang meelawan statuus anak seebagai pelajar, seehingga bannyak siswa melanggar m norma/atura n an yang berrlaku. Sedan ngkan frekuensi terendah berada pada kategorisaasi skor renndah, pada aaspek kenaakalan k dipih hak orang lain. Artinyaa hanya seb bagian sosial yang tidak mennimbulkan korban kecil sisw wa yang bissa mempersepsikan deengan tepatt tentang aaspek Kenaakalan Sosial yanng tidak menimbulkan m n korban dipihak oranng lain. Daapat disimpu ulkan bahwa maayoritas sisw wa di SMA N 1 Seberiida memilikki persepsi kkurang tepatt atau bahkan saangat tidak tepat dalaam mengarttikan, menggorganisasikkan dan menilai
97
tentang seegala tindaakan pelangggaran norrma-norma dan peratuuran yang telah ditetapkann pada keem mpat aspek yang telah dikemukaka d an. Peneliti akan menjabarka m an / mend deskripsikann perindikaator data yang ntang juveniile delinqueency, yang dapat diperoleh pada variabbel persepssi siswa ten dilihat padda beberapaa tabel di baawah ini : Tabel 19 Kategoriisasi Kenak kalan Yangg Menimbulkan Korrban Fisik Pada P Oran ng Lain Klassifikasi 51,333 > X 32,67 = X < 51,33 X< 32,67
Kategorri Skor Tingggi Sedaang Renddah JUMLAH H
Peemaknaan Rendah Sedang Tinggi
Frekuensi 46 155 6 207
Persen ntase 22,22 2% 74,88 8% 2,90 0% 100%
R Rendah , 2.90% % Tinggi, 22.2 22% T Tinggi S Sedang Sedang, 74.8 88%
R Rendah
Gamb bar 4 Katego orisasi Kenaakalan Yangg Menimbulkan Korb ban Fisik Pada Orang Lain Berddasarkan taabel 19 dann gambar 4 di atas meenunjukkann bahwa 74 4,88% siswa beerada padaa kategori skor sed dang, padaa aspek K Kenakalan yang menimbullkan korbann fisik padda orang laain, artinya 155 siswaa yang mem miliki persepsi kurang k tepatt pada aspekk kenakalan n yang mennimbulkan kkorban fisik k pada orang lainn. Sedangkaan siswa yanng memilikii kategori skor tinggi ttentang aspeek ini sebanyak 22,22 %, artinya 46 siswa darri 207 sisw wa yang tiddak mengettahui, 98
memaham mi dan meemberikan penilaian yang tidakk tepat teerhadap juvvenile delinquenccypada asppek kenakallan yang menimbulka m an korban ffisik pada orang o lain. Sedaangkan frekuuensi minim mum pada aspek a ini beerada pada kkategorisasii skor rendah seebesar 2,90% % atau 6 siswa s yang memiliki persepsi yaang sangat tepat dalam meenilai dan mengorgannisasikan tentang t seggala tindakkan pelanggaran norma-norrma dan peeraturan yaang telah diitetapkan pada p aspek kenakalan yang menimbullkan korbann fisik pada orang lain. Tab bel 20Kateggorisasi Ken nakalan Ya ang Menim mbulkan Koorban Mateeri Klasiifikasi 51,333 > X 32,67 = X < 51,33 X< 32,67 3
Kategori Skor Tingggi Sedanng Rendaah JUMLAH
Pem maknaan Frekuensii Rendah R 49 Sedang S 152 Tinggi 6 207
Persentase 23,67 7% 73,43% 2,90% % 100% %
Rendah, 2.90% Tinggi, 23.67 7%
Sed dang , 73.43%
Tingggi Sed dang Ren ndah
Gambar 5 Kategoriisasi Kenakaalan Yang M Menimbulkaan Korban Maateri Beerdasarkan Tabel 20 gambar g 5 di d atas mennunjukkan bbahwa frek kuensi yang palinng terendah berada padda kategorisasi skor renndah sebesarr 2,90%, Arrtinya 6 siswa memiliki m perrsepsi yangg tepat padaa aspek kennakalan yanng menimbu ulkan korban materi. m Sedaangkan sebbanyak 73,4 43%
beraada pada kkategorisasi skor
99
sedang, artinya teerdapat 152 orang siswa yaang kurangg tepat dalam d memperseepsikan aspek kenakalaan yang meenimbulkann korban maateri. Sedan ngkan kategori skkor tinggi memiliki m peersentase seebesar 23,677%. Banyakknya siswa yang kurang teepat dalam memperseepsikan asp pek ini akkan menim mbulkan perrilaku juvenile deelinquencyddengan caraa merusak berbagai b macam saranaa - prasaranaa baik itu saranaa-prasarana sekolah, umum u maup pun di rum mah. Contohhnya meluaapkan emosi maarah merekka dengan menghanccurkan fasilitas-fasilitaas
umum m dan
merusak barang-baran b ng milik tem mannya.
Tabeel 21Kategoorisasi Kena akalan Yan ng Menimb bulkan Korrban Dipih hak Orang Lain L kasi Klasifik 55>X X 35 = X <55 X< 35
Kaategori Skor Tinggi Sedang Rendah J JUMLAH
Pema aknaan Ren ndah Sed dang Tin nggi
Frekuensi 57 146 4 207
ntase Persen 27,54 4% 70,53 3% 1,93% % 100% %
Rendah h, 1.93% Tinggi,, 27.54%
S Sedang , 70.53 3%
Tinggi Sedang Rendah
Gambar 6 Kaategorisasi Kenakalan Yang G Menim mbulkan Korrban Materii
100
Berdasarkan tabel 21 dan gambar 6 di atas menunjukkan bahwa terdapat 70,53% dari siswa SMA N 1 Seberida berada pada kategori skor sedang dan pada kategori skor tinggi sebesar 27,54%, artinya terdapat 146 siswa dan 57 siswa yang kurang tepat atau bahkan tidak tepat dalam memahami,emgartikan dan mengorganisasikan kenakalan yang menimbulkan korban dipihak orang lain. Persepsi yang tidak tepat ini akan menimbulkan perilaku-perilaku agresif oleh siswa yang dapat melukai, menyakiti bahkan menghancurkan orang lain. Sedangkan frekuensi yang terendah berada pada kategorisasi skor rendah sebesar 1,93%, artinya 4 orang siswa yang sudah memiliki persepsi yang tepat pada aspek ini. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang masih kurang tepat atau bahkan tidak tepat dalam memahami, memandang dan menilai tentang aspek yang menimbulkan korban dipihak orang lain.
Tabel 22 Kategorisasi Kenakalan yang Melawan Status Anak Sebagai Pelajar Klasifikasi 40,33> X 25,67>X <40,33 X<25,67
Kategori Skor Tinggi Sedang Rendah JUMLAH
Pemaknaan Rendah Sedang Tinggi
Frekuensi 37 162 8 207
Persentase 17,88% 78,26% 3,86% 100%
101
Rendah, 3.8 86 %
Sedang, 7 78.2 6%
Tinggi, 17.88 %
Tin nggi Seedang Reendah
Gam mbar 7 Kate egorisasi Ke enakalan yaang melawaan stattus anak sebagai pelajar
Beerdasarkan tabel t 22 daan diagram 7 di atas menunjukkkan bahwa siswa SMA N 1 Seberida yang memiiliki frekueensi terendaah berada ppada katego orisasi skor rendaah sebesar 3,86%, terddapat 8 oraang siswa saja yang m memiliki perrsepsi tepat dan baik dalam m mengorgaanisasikan dan d menginnterpretasikaantentang segala s tindakan pelanggaran p n norma-noorma dan peraturan p y yang telah ditetapkan pada aspek mellawan statuus anak sebbagai pelajaar. Sebaliknnya terdapaat 78,26% siswa berada paada kategoriisasi skor sedang, s diarrtikan bahw wa terdapat 195 siswa yang kurang teppat dalam memperseps m ikan kenakaalan yang melawan m staatus anak seebagai pelajar. Pada P kateggori skor tinggi memiliki m frrekuensi seebesar 17,,88%. Berdasarkkan data di atas a sangat sesuai s deng gan fenomenna yang terjjadi bahwa siswa memang sering s melaakukan periilaku yang tidak sesuaai dengan sttatusnya seebagai pelajar, seeperti merokkok, kabur dari rumah h, melawann guru dan orang tua, cabut atau keluaar tanpa izinn, hal ini memerlukan m n penanganaan yang baik oleh gurru bk, guru bidanng studi dann wali kelass yang ada disekolah, d termasuk jugga orang tu ua dan masyarakaat yang ada di lingkunggannya.
102
Data Konsep diri yang ada dibuat menjadi 3 kategorisasi yaitu Tinggi, sedang dan Rendah. Nilai maksimalnya adalah 240, nilai minimumnya adalah 48. Rentang nilai (Range) sebesar 240 – 48 = 192. Nilai rentang ini dibagi dalam 6 satuan standar deviasi , sehingga diperoleh besarnya nilai standar deviasi (σ) adalah, 192 : 6 = 32, mean (μ) = 240 + 48 / 2 = 144 dapat dilihat pada tabel 4.5. M+ 1. SD = X
= Tinggi
M – 1.SD = X<M + 1. SD
= Sedang
X <M– 1.SD
= Rendah
Keterangan : M
= Mean hipotetik dengan rumus (skor max + skor min)/2
SD
= Standar deviasi, dengan rumus (skor max – skor min) /6 Pada kategori skor, distribusi frekuensi dan persentase untuk variabel
konsep diri dapat dilihat pada tabel 16 dan rincian pada masing – masing aspek dapat dilihat tabel 23 di bawah ini:
Tabel 23 Kategorisasi Konsep Diri Klasifikasi 176 > X 112 = X < 176 X< 112
Kategori Skor Tinggi Sedang Rendah JUMLAH
Pemaknaan Rendah Sedang Tinggi
Frekuensi 0 4 203 207
Persentase 0 1,93% 98,07% 100%
103
Tinggi , 0
Sedang,, 1.93% T Tinggi Re endah , 98 8.07%
S Sedang R Rendah
Gambaar 8 Kategorisasi Konse ep Diri
Beerdasarkan tabel t 23 daan gambar 8 di atas menunjukk m kan bahwa siswa SMA N 1 Seberida mayoritasnyya memilik ki konsep diri d rendah sebesar 98,,07%, artinya 2003 dari 2077 siswa yanng memilik ki konsep diri d yang rrendah /neg gatif / buruk. Seddangkan koonsep diri seedang terdirri dari 4 siiswa atau 1,93 % siswa dan tidak ada satupun s sisw wa yang meemiliki konssep diri yanng tinggi/ poositif / baik.
Tabel 24 2 Rekapiitulasi Desk kripsi Data Konsep Diiri Aspek Koonsep Diri
Konsep Dirri Fisik Konsep Dirri Emosi Konsep Dirri Sosial Konsep Dirri Moral Konsep Dirri Kognitif
N
207 207 207 207 207
p Diri Kategorissasi Konsep Tinggii S Sedang Renda ah F % F % F % 0 0 36 17,39 171 82,61 0 0 29 14,01 178 85,99 0 0 23 11,11 184 88,89 0 0 38 18,36 169 81,64 0 0 29 14,01 178 88,99
104
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Tingggi Sedang Rend dah
Konsep Diri Konsep Diri Konsep Diri Konsep Diri Konsep Diri Fisik Emosi Sosial Moral Kognitif
Gambaar 9 Rekap pitulasi Deskripsi Dataa Konsep D Diri Beerdasarkan tabel t 24 di atas dapat dilihat bahhwa konsep diri pada aspek a fisik yangg memiliki persentase tertinggi berada b padda kategorissasi skor reendah sebesar 82,61% (171 siswa). Artinya A ban nyak siswaa SMAN 1 Seberida yang memiliki konsep dirri yang burruk dalam melihat m diriinya sendirri terutama pada keadaan fisiknya. f Seedangkan pada p aspek emosi dann sosial meemiliki frek kuensi tertinggi sebesar85,999% (178 siswa) s aspek k emosi dann 88,89% ((146 siswa) pada aspek sossial. Pada aspek a moraal dan kognitif persenntase terbessar berada pada kategori rendah r sebesar 81,64% % (169 sisswa) aspekk moral daan 88,99% (178 siswa)padda aspek koggnitif. Frekuuensi terend dah pada maasing – massing apek seebesar 0% (nihil)) berada padda kategori tinggi. Tern nyata hasil penelitian p ini sesuai deengan fenomena yang terjaadi di lapanngan bahwaa siswa SM MA N 1 Seeberida mem miliki konsep dirri yang burruk dalam berbagai b asp pek baik ituu fisik, emoosi, sosial, moral m dan kognittif.
105
T Tabel 25 Kaategorisasi Konsep Diiri Fisik Klasiffikasi 44 >X > 28 = X < 44 X< 28
Kategori Sk K kor Tinggi Sedang Rendah JUMLAH
Pema aknaan Reendah Seedang Tiinggi
Tinggi, 0 0
Frekuensi 0 36 171 207
Persenttase 0 17,39% 82,61% 100% %
Sedangg , 17.39% %
Tingggi
Rendah, 82 2.61 %
Sed dang Ren ndah
Gaambar 10 Kategorisas K si Konsep Diri Fisik Beerdasarkan hasil kateggorisasi yan ng digambaarkan di attas dapat dilihat d bahwa siswa yang memiliki m konnsep diri fissik rendah sebanyak 882, 61%, arrtinya 1 siswa dari d 207 oraang siswa di d SMA N 1 Seberidaa yang mem miliki terdapat 171 pandangann terhadap fisik buruuk. Selain itu persenttase terenddah berada pada kategori tinggi t yangg artinya adalah a tidak k ada satuupun siswa yang mem miliki pandangann yang baikk terhadap fiisiknya. Taabel 26 Kategorisasi Konsep K Dirri Emosi Klassifikasi Kategori Skor 444 >X Tingggi 28= X < 44 Sedaang X< < 28 Renddah JUML LAH
Peemaknaan Rendah Sedang Tinggi
Frekuenssi 0 29 178 207
Persen ntase 0 14,01% 85,99 9% 100%
106
Tinggi, 0
Sedang, 1 14.01 %
Tin nggi Reendah , 85.99%
Sed dang Rendah
G Gambar 11 Kategorisaasi Konsep D Diri Emosi
Beerdasarkan tabel t 26 daan gambar 11 persentase tertingggi pada perrsepsi rendah daalam aspek konsep dirii emosi seb besar 85,99% % artinya 178 orang siswa yang mem mandang dirinya d padda aspek emosi renddah, merekka salah dalam d memandanng emosi yaang ada padda dirinya. Kategori Tiinggi persenntasenya seebesar 0% atau tiidak ada seorang siswaapun yang memiliki m koonsep diri eemosi yang baik. Banyaknyya siswa SM MAN 1 Seeberida yan ng memilikki konsep ddiri yang buruk b tentang berbagai maacam emosii dalam dirinya yangg berupa peerasaan bah hagia, senang, seedih, sabar, gembira daan berani.
T Tabel 27Kaategorisasi Konsep K dirri Sosial Klassifikasi 444> X 28 = X < 44 X< < 28
Kategori Skor Tingggi Sedaang Renddah JUMLAH H
Peemaknaan Rendah Sedang Tinggi
Frekuenssi 0 23 184 207
Persen ntase 0% % 11,11 1% 88,89 9% 100% %
107
Seedang, 11.11 %
Tinggi, 0% %
Tingggi Reendah , 8 88.89%
Sedang Ren ndah
Gaambar 12 Kategorisasi K i Konsep dirri Sosial Beerdasarkan tabel t 27dann diagram 12 di atas menunjukkkan bahwa siswa SMA N 1 Seberida yang y memiiliki konsep p diri yang Tinggi sebesar 0%, arrtinya tidak ada siswa s yang memiliki konsep k diri tsosial t yangg baik. Sisw wa yang mem miliki konsep dirri sosial renndah sebesaar 88,89%, artinya a 184 siswa mem miliki konsep diri yang buruuk dalam aspek a sosiaal baik itu dalam inteeraksi terhaadap orang yang berada dissekelilingnyya.
Taabel 28 Kategorisasi Konsep K Dirri Moral Klasiffikasi 22> >X 14 = X < 22 X< 14
Kategori Skor S Tinggii Sedangg Rendahh JUMLAH
Pem maknaan Rendah R Sedang S Tinggi
Frekuenssi 0 38 169 207
Persen ntase 0 18,36 6% 81,64 4% 100% %
108
Tinggi, 0
Sedang , 18.36%
Rendah, 81.6 64 %
Tinggi Sedang Rendah
Gam mbar 13 Kate egorisasi Ko onsep Diri M Moral
Beerdasarkan tabel t 28 daan gambar 13 persenttase tertingggi pada kattegori rendah sebbesar 81,644%, artinya 169 orang siswa yang memiliki ppandangan buruk b tentang sikap jujur, kasih k sayanng dan kepaatuhan terhadap agamaa dalam dirrinya. t peersentasenyaa sebesar 0% % atau tidaak ada sisw wa yang mem miliki Kategori terendah konsep dirri moral yanng baik. Tab bel 29 Kateegorisasi Konsep K Dirii Kognitif Klasifiikasi 22 >X > 14 = X < 22 X< 14 1
Kategori Sk K kor Tinggi Sedang Rendah JUMLAH H Tin nggi, 0%
Pem maknaan Rendah R Sedang Tinggi T
Frekuenssi 0 29 178 207
Persen ntase 0% % 14,01 1% 85,99 9% 100% %
SSedang, 14.01 1 %
Rendaah , 85.99 9%
Tinggi Sed dang Ren ndah
Gam mbar 14 Kate egorisasi Ko onsep Diri K Kognitif
109
Berdasarkan tabel 29 dan gambar 14 di atas menunjukkan bahwa terdapat 85,99% dari siswa SMA N 1 Seberida memiliki konsep diri kognitif yang rendah, artinya 178 siswa berpandanganburuk tentang aspek kognitif,seperti; peningkatan prestasi akademik, memecahkan masalah. Sehingga tidak adanya semangat belajar dan keinginan untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi lagi. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri kognitif yang tinggi sebesar 0% artinya tidak ada satupun siswa yang memiliki konsep diri kognitif tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa SMA N 1 Seberida memiliki konsep diri siswa yang buruk atau tidak baik dalam memandang dirinya sendiri dalam berbagai aspek.
C. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisa pada data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linieritas. 1.
Hasil Uji Normalitas Uji normalitas merupakan pengujian distribusi sebaran skor variabel yang dianalisis apakah berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang respresentatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi. Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample kolmogorov – smirnov testdalam spss
110
ver.16 yang dikatakan normal jika Asymp.Sign. > 0,05 (dalam Priyatno, 2010; 71) Hasil uji normalitas sebaran terhadap kedua variabel akan dijelaskan sebagai berikut: a. Hasil Uji normalitas sebaran variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency nilai K-SZ adalah 1.298dengan Asymp.Sign = 0. 085> 0,05 termasuk kategori normal (Tabel 29) b. Hasil Uji normalitas sebaran variabel Konsep
diri nilai K-SZ
adalah 1.178 dengan Asymp.Sign = 0,098> 0,05 termasuk kategori normal (tabel 29)
Tabel 30One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,,b
Mean
Konsep diri
Persepsi Siswa
207
207
91.06
177.43
Std. Deviation 12.773
19.945
Absolute
.085
.087
Positive
.057
.087
Negative
-.085
-.083
Kolmogorov-Smirnov Z
1.228
1.257
Asymp. Sig. (2-tailed)
.098
.085
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2.
Hasil Uji Linieritas Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung, selain itu uji
111
linieritas
ini
juga
diharapkan
dapat
mengetahui
signifikansi
penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Data dianggap memenuhi syarat linearity jika data lebih kecil dari signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil pengujian linieritas variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquencydengan konsep diri, diperolehlah nilai signifikansi pada kolom linearity sebesar 0,000 < 0,05 berarti data memenuhi syarat linier, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 30 dibawah ini pada lampiran (hal.212) Tabel 31 Uji Linieritas No Variabel 1 Konsep diri dengan Persepsi Siswa
F 112,078
Sig. 0,000
Keterangan Linier
3. Hasil Uji Korelasi Product Moment Uji Korelasi Product Moment digunakan untuk
mengetahui
hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency.. Uji korelasi Pearson Product Moment
menggunakan
program SPSS ver. 16 ,0. Hasil uji korelasi Product Moment dapat dilihat dari tabel Koefisien korelasi Product Moment adalah sebesar - , 599 dapat dilihat pada lampiran (hal. 212). Hasil yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan menggunakan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi pada tabel 31 dapat diinterprestasikan bahwa variabel konsep
112
diri memiliki tingkat hubungan yang sedang dengan variabel persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Pada tabel 31 terlihat deskripsi hubungan konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Korelasi yang akan dilihat pada tabel ini adalah hubungan konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Arah korelasi negatif (-), dari data korelasi konsep diri jika skor konsep diri semakin tinggi maka skor persepsi siswa tentang juvenile delinquency semakin rendah. Sebaliknya jika skor konsep diri siswa semakin rendah maka persepsi siswa memiliki skor tinggi. Artinya semakin baik konsep diri siswa maka semakin tepat persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Tetapi jika semakin buruk konsep diri siswa maka semakin tidak tepat persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Tabel 32 Uji Korelasi Product MomentDescriptive Statistics Konsep diri Konsep diri
Pearson Correlation
Persepsi Siswa 1
Sig. (2-tailed) N Persepsi Siswa
Pearson Correlation
-.599** .000
207
207
-.599**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
207
207
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
113
4.
Hasil Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis adanya korelasi antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yang selanjutnya diolah dengan program SPSS ver.16. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Proses pengujian hipotesis ini adalah: 1) Hipotesis Ha
: Adanya hubungan antara konsep diri dengan persepsi siwa tentang juvenile delinquency”
Ho
: Tidak adanya hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency
2) Uji Statistik dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. 3) Probabilitas (α ) 0,05 dengan jumlah sampel N = 207 4) Formula uji hipotesis dari korelasi Product Moment antara variabel konsep diri dengan persepsi siswa pada tabel 32 berikut: Tabel 33 Formula Uji Hipotesis No Klasifikasi Hipotesis 1 -t tabel > t hitung > t tabel Ho ditolak dan Ha diterima 2 -t tabel
114
5) Rumus untuk menentukan
thitung
thitung
√ √
,
= - 10,719 (lampiran hal : 201)
6) Rumus untuk menentukan t
tabel
dari data yang dikorelasikan
(Nugroho Y.A, 2011: 78), penentuan level of significant sebesar 5% dengan menggunakan uji dua sisi (two tailed) dan dari df = n – 2 , yaitu df = 207 – 2 = 205 dengan demikian ttabel = 1,652
Tabel 34Product Momentt Hitung dan t tabel Hubungan Konsep diri Dengan Persepsi Siswa Tentang Juvenile Delinquency No 1 2
Jenis t hitung t tabel dengan sig. 0,05
Nilai -10,91 1, 652
7) Berdasarkan tabel 33 t hitung -10,91 dan t tabel 1,652 maka t hitung > dari t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat dilihat bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, Artinya bahwa terdapat hubungan antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. 8) Hipotesis penelitian ini adalah konsep diri (X) dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency(Y). Hasil perhitungan korelasi dengan program SPSS 16.00 dapat dilihat pada tabel 32 9) Pada tabel 32 terlihat deskripsi hubungan konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Korelasi yang akan dilihat pada tabel ini adalah hubungan konsep diri dengan persepsi siswa. Arah korelasi negatif (-), dari data korelasi konsep diri dan persepsi siswa tentang juvenile delinquencyberarti semakin tinggi
115
skor konsep diri siswa maka semakin rendah skor persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Semakin
rendah skor konsep diri
siswa maka semakin tinggi skor persepsi tentang juvenile delinquency. Artinya semakin baik konsep diri siswa maka semakin baik persepsi siswa tentang juvenile delinquency, sebaliknya semakin rendah konsep diri siswa maka semakin buruk persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Signifikansi hasil korelasi menunjukkan bahwa angka probabilitas 0,000 maka semua variabel secara nyata berkorelasi. 10) Setelah pengelolahan data menggunakan SPSS ver.16. didapatlah hasil R.Squared sebesar 0,359 (35,9%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan dari variabel konsep diri terhadap persepsi siswa tentang juvenile delinquencyadalah 35,9%, atau dapat diartikan bahwa konsep diri mampu menjelaskan 35,9% persepsi siswa tentang juvenile delinquency dan sedangkan sisanya sebesar 64,1% di pengaruhi atau dijelaskan seperti faktor internal berupa perasaan, kemampuan berfikir,pengalaman masa lalu, pengindraan, kebutuhan, motivasi dan minat dan faktor ekternal yang berasal dari lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Tabel 35 Measures of Association R Persepsi Siswa * Konsep diri
-.599
R Squared .359
Eta .700
Eta Squared .490
116
D. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka diperoleh beberapa temuan sesuai dengan pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Temuan Pertama Hasil analisis data membuktikan bahwa persepsi siswa SMA N 1 Seberida tentang juvenile delinquency masih tidak tepat, hal ini dapat dilihat jika frekuensi pada kategori skor tinggi dan sedangdijumlahkan, maka didapatlah skor tertinggi sebesar 97,58% dapat dilihat pada tabel 16. Artinya 202 siswa yang kurang tepat bahkan sangat tidak tepat dalam mengorganisasikan
dan
menginterpretasikanjuvenile
delinquency,
sehingga siswa mendukung dan meneruskan kepada perilaku juvenile delinquency. Masalah utama remaja berawal dari pencarian jati diri. Mereka mengalami kelompok identitas karena untuk dikelompokkan kedalam kelompok anak-anak mereka merasa sudah lebih besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Hal ini merupakan masalah bagi setiap remaja dibelahan dunia ini. Oleh karena pergumulan di masa remaja ini, maka remaja mempunyai kebutuhan sosialisasi yang seoptimal mungkin, serta dibutuhkan pembentukan persepsi yang tepat oleh orang tua, guru ataupun masyarakat yang ada disekelilingnya. Bila kebutuhan itu kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak kedalam perkembangan pribadi yang “lemah” dengan berbagaimacam persepsi
117
yang salah, bahkan remaja tersebut dapat dengan mudah terjerumus ke dalam perilaku juvenile delinquency. Pembentukan persepsi yang salah menyebabkan siswa tersebut masih menganggap bahwa kenakalan yang dia lakukan bukan termasuk dalam tindakan kriminal tetapi kenakalan yang sama dengan kenakalan yang mereka lakukan pada masa anak-anak. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di SMA N 1 Seberida saat peneliti melakukan observasi awal, banyaknya siswa/i yang melakukan kenakalan – kenakalan dengan anggapan bahwa kenakalan yang mereka lakukan merupakan kenakalan yang normal pada masa anak-anak dan bukan merupakan penyimpangan dan pelanggaran hukum, sehingga mereka tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kesalahan persepsi tentangsegala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkantersebut. Akibat yang ditimbulkan, jika ketidak tepatan persepsi tersebut sudah mengarah keperilaku juvenile delinquency antara lain : a) berdampak bagi dirinya sendiri baik itu secara fisik (sering terserang berbagai penyakit), mental (memiliki mental yang lembek, berfikir tidak stabil dan kepribadian yang menyimpang) dan moral (menyalahi aturan, etika dan estetika), b) kepada orang lain baik fisik maupun mental, c) perusakan fasilitas dan sarana umum.
118
2. Temuan Kedua Konsep diri mempunyai peranan penting dimana anak mulai mencari jati diri pada masa ini sehingga konsep dirinya belum begitu jelas atau masih labil, apabila remaja mempunyai konsep diri yang tinggi/baik maka ia akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang, sehingga ia mampu mengantisipasi hal-hal yang negatif. Sebaliknya jika remaja mempunyai konsep diri yang rendah/buruk maka dia tidak dapat menghargai dirinya sendiri, dan terjerumus pada perilaku-perilaku negatif, dapat membuat masa depannya menjadi suram. Hasil ini diperkuat dengan fenomena dan hasil penelitian di SMA N 1 Seberida. Berdasarkan analisis data penelitian pada variabel konsep diri siswa SMA N 1 Seberida, didapatlah persentase terendah pada variabel ini berada pada kategori skor tinggi sebesar 0%, artinya tidak ada satupun siswa yang memiliki penilaian yang baik/positif tentang dirinya baik secara fisik, sosial, moral, emosi dan kognitif yang akan mempengaruhi pola gerak individu tersebut. Dapat dilihat juga pada tabel 22 bahwa siswa SMA N 1 seberida mendapatkan persentase frekuensi tertinggi berada pada kategori skor rendah sebesar 98,07% , artinya bahwa 203 siswa memiliki konsep diri burukatau negatif. Temuan lain yang peneliti dapatkan dari penelitian tersebut berupa persentase tertinggi dari kelima aspek konsep diri berada pada aspek konsep diri sosial pada kategori rendah sebesar 89,37%, artinya 185
119
orang siswa yang memiliki pandangan buruk/negatif pada hubungan dan interaksi sosialnya baik itu dengan teman sebaya, keluarga, guru dan masyarakat. Siswa dengan konsep diri negatif akan memiliki internalisasi yang labil, tidak matang
atau mudah dipengaruhi oleh lingkungan-
lingkungan negatifnya. Sejumlah indikasi dari ketidak matangan konsep diri ini akan membuat siswa tidak dapat menemukan jati dirinya yang sesungguhnya, identitas diri yang masih kabur, tidak memiliki kepercayaan diri terhadap apapun sehingga sulit untuk menentukan tujuan hidupnya.Menurut Shavelson & Roger, konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan interprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan tingkah laku dirinya. Pengembangan konsep diri tersebut berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagaimana orang lain memperlakukan individu, dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu, akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri. Penilaian orang lainterhadap diri remaja dan pengaruh lingkungan sosial yang didapatkan, bergantungpada penilaian orang lain, terutama teman-temannya dan orang-orang yang berada di sekitar remaja. Pengaruh lingkungan ini mempengaruhi pengembangan konsep diri remaja tersebut (Hutagalung, 2007 : 12). Pengembangan konsep diri tersebut berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagaimana orang lain memperlakukan individu dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya
120
sendiri. Tanggapan
positif dari lingkungan terhadap keadaan remaja
akan menimbulkan rasa puas dan menerima keadaan dirinya, sedangkan tanggapan negatif dari lingkungan akan menimbulkan perasaan tidak puas pada dirinya dan individu cenderung tidak menyukai dirinya (Sullivan dalam Rakhmat, 1986) yang nantinya akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Konsep diri yang buruk/ negatif oleh siswa SMA N 1 Seberida harus dapat diubah menjadi konsep diri yang baik/ positif, agar persepsi, sikap dan perilaku siswa SMA N 1 Seberida dapat menjadi lebih positif dan diharapkan dapat memiliki masa depan yang lebih baik lagi. Menurut Copersmith (Burns, 1993 : 262) ada berbagai macam cara merubah konsep diri negatif menjadi konsep diri yang positif antara lain : a.
Setiap siswa diperlakukan dengan penuh penghargaan,sehingga mereka berfikir positif dan rasional.
b.
Diberikan standar-standar yang terdefenisi dengan jelas, serta diberikan pengharapan-pengharapan terhadap kesuksessan yang realistis.
c.
Diberikan penguatan-penguatan secara konsisten terhadap perilaku yang positif
3. Temuan Ketiga Antara Hubungan persepsi siswa tentang juvenile delinquency dengan konsep diri ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan
121
berkorelasi negatif sebesar -0,599. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh semakin Tinggi skor konsep diri maka semakin rendah skor persepsi siswa tentang juvenile delinquency. Sebaliknya jika semakin rendah skor konsep dirinya maka semakin tinggi skor persepsi siswa tentang juvenile dellinquency. Artinya jika siswa memandang dirinya lebih positif / lebih baik dari aspek fisik, moral, kognitif, sosial, dan emosi maka semakin tepat siswa dalam mempersepsikan tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Sebaliknya semakin rendah siswa dalam memandang dirinya sendiri maka semakin buruk siswa dalam mempersepsikan tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan siswa mengarah pada perilaku juvenile delinquencytersebut. Sumbangan yang diberikan konsep diri kepada persepsi sebesar 0,359 atau 35,9% , sedangkan 64,1% sumbangan diberikan oleh faktor yang lainnya. Menurut Zakaria Sofiandy konsep diri dan persepsi memiliki hubungan yang sangat berpengaruh, karena menurutnya bagaimana seseorang cenderung memandang dirinya akan berpengaruh bagaimana ia memandang lingkungan dan orang yang ada disekelilingnya (http://kk.mercubuana.ac.id, 2011).
122
E.
Keterbatasan Penelitian Pada prinsipnya, penelitian ini telah dilaksanakan dengan mengacu pada metode dan prosedur ilmiah. Namun, penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan dan kelemahan peneliti yaitu : 1.
Pada instrumen (angket) penelitian, pernyataan di dalam instrumen
terlalu banyak sehingga banyak anak-anak yang sedikit jenuh dengan banyaknya pernyataan tersebut, tetapi hal itu sudah peneliti antisipasi dengan bentuk instrumen yang berwarna, dan memberikan hadiah ucapan terimakasih setelah siswa menyerahkan angket tersebut. Hal itu membuat siswa menjadi tertarik dan mau lebih terbuka dalam mengisi angket. 2.
Pada instrumen penelitian, peneliti sengaja tidak membuatkan kolom
nama responden dan menggantikan sebagai nomor urut absen dalam kelas mereka masing-masing, hal ini membuat responden sedikit repot dan guru pembimbing juga sedikit repot untuk mengecek kembali nomor urut siswa di absen, tetapi peneliti memiliki alasan untuk itu, agar menjamin kerahasiaan responden dan dapat mengetahui data lengkap responden. Walaupun ada keterbatasan penelitian ini, peneliti yakin tidak akan mempengaruhi hasil penelitian yang diperoleh, karena instrumen penelitian telah melalui proses penimbangan oleh para ahli, uji validitas dan uji reliabilitas, sehingga hasil penelitian dapat dipergunakan guru untuk membantu siswa dalam membentuk persepsi yang tepat tentang juvenile delinquency dan konsep diri yang tinggi/ Tinggi.
123
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran Bab ini merupakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti yang dijabarkan melalui simpulan hasil penelitian serta saran-saran yang diajukan peneliti kepada semua komponen – komponen yang terkait dalam penelitian ini terutama kepada guru pembimbing/konselor sekolah dan siswa, serta kepada peneliti lainnya yang tertarik terhadap persepsi,juvenile delinquency dan konsep diri. A.
Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi siswa SMA N 1 Seberida tentang juvenile delinquency cenderung kurang tepat dan tidak tepat sebesar 97,58%. Artinya 202 siswa tidak dapat mengorganisasikan dan menginterpretasikan tentang kenakalan – kenakalan yang menimbulkan korban fisik, materi, sosial dan melawan statusnya sebagai pelajar, dan akhirnya mereka tidak mendapatkan
gambaran
yang
jelas
tentang
segala
tindakan
pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan respon berupa perilaku yang mendukung, menyebabkan
siswa
terjerumus
pada
perilaku
juvenile
delinquencytersebut.
124 124
2. Konsep diri siswa SMA N 1 Seberida berada pada taraf rendah sebesar 98,07%. Artinya 203 siswa memandang dirinya buruk / negatif baik itu secara fisik, moral, sosial, emosi maupun kognitif. Tidak ada satupun yang memandang dirinya secara baik/positif dalam berbagai aspek. 3. Terdapat hubungan signifikan yang negatif antara konsep diri dengan persepsi siswa tentang juvenille dellinquencysebesar -0,599. Artinya semakin Tinggi skor konsep diri maka semakin rendah skor siswa dalam mempersepsikan juvenile delinquencydan sebaliknya jika siswa memiliki skor konsep diri rendah maka skor persepsi siswa tentang juvenile delinquencyTinggi. Maknanya semakin positif/ baik konsep diri siswa maka semakin tepat siswa mempersepsikan juvenile delinquency, sebaliknya semakin negatif/ buruk konsep diri siswa maka semakin tidak tepat siswa dalam mempersepsikan juvenile delinquency.Sumbangan Konsep diri terhadap persepsi siswa tentang juvenile delinquency sebesar 35,9% kemudian sisanya ditentukan oleh faktor lain.
B.
Implikasi Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dijadikan bahan masukan bagi guru pembimbing/ konselor dalam upaya mengubah persepsi siswa yang tidak tepat tentang segala tindakan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan menjadi tepat. Jika siswa sudah tepat dalam mempersepsikan juvenile delinquency, maka siswatidak akan terjerumus
125
untuk melakukan pelanggaran norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dia bisa menjadi contoh bagi teman – temannya yang lain. Konsep diri siswa yang baik/ positif dapat memperkokoh dan mempertahankan konsep diri yang sudah ada dalam dirinya. Sebaliknya siswa yang masih memandang dirinya rendah/negatif dapat menjadi media evaluasi diri, dan membangun konsep diri yang baik dalam dirinya. Karena konsep diri merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dan membuat persepsi menjadi lebih tepat serta dapat membuat siswa menjauh dari perilaku juvenile delinquency. Adapun hasil penelitian yang dapat menjadi acuan penyusunan program bimbingan dan konseling berkaitan dengan: 1. Persepsi siswa tentang juvenile delinquencydari item tertinggi 3, 40, 50, 51, 52, 53 berdasarkan item tertinggi yaitu bangga dengan teman yang memohon ampun saat disakiti, Pacar yang meminta freesex wajar untuk diputuskan, boleh melawan petugas, Apabila dilarang orang tua keluar malam, maka diperbolehkan untuk pergi secara diam-diam, menyontek dapat meningkatkan nilai raport dan perbuatan menyontek tidak perlu dipermasalahkan. Berdasarkan item tertinggi tersebut guru pembimbing / konselor sekolah dapat melakukan kegiatan layanan informasi kepada siswa, layanan penguasaan konten, bimbingan kelompok dan layanan konseling perorangan. Program layanan dapat dilihat pada lampiran (hal. 203)
126
2. Konsep diri dapat dilihat dari skor terendah, yaitu item yang bernomor 22, 30, 42, 46 dan 47. Berdasarkan item terendah yaitu Penampilan sayakurang menarik karena jerawat dan bekas luka ditubuh saya, kegagalan tidak membuat putus asa, keluarga sangat menyayangi saya, saya senang berkumpul dengan keluarga dan di rumah tidak ada yang memperhatikan saya, maka guru pembimbing dapat kegiatan layanan informasi kepada siswa, layanan penguasaan konten, bimbingan kelompok dan layanan konseling perorangan. Program layanan dapat dilihat pada lampiran (hal. 203) Agar program guru pembimbing atau konselor lebih terarah maka dapat dilaksanakan hal sebagai berikut: a. Layanan informasi bekaitan dengan persepsi tentang juvenile delinquency yang meliputi tentang : bagaimana membentuk persepsi yang tepat tentang juvenile delinquency, dan bagaimana membentuk konsep diri yang baik. b. Layanan penguasaan konten ini dilakukan agar siswa mampu untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan serta memantapkan kemampuan atau kompetensi pada diri siswa yang berkaitan dengan konsep diri dan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. c. Layanan
Bimbingan
kelompok
dapat
dilakukan
dengan
mengelompokkan siswa dengan jumlah maksimal 15 orang dalam satu kelompok, topiknya bisa topik bebas maupun topik tugas.
127
Adapun materinya berkaitan dengan konsep diri dan persepsi siswa tentang juvenile delinquency. d. Layanan
Konseling
Kelompok
dapat
dilakukan
dengan
mengelompokkan beberapa orang siswa untuk mengungkapkan berbagai macam masalah yang mengganggu perasaan mereka, sehingga dapat dilonggarkan, diselesaikan dengan berbagai cara.
C. Saran Berdasarkan hasil temuan, pembahasan dan kesimpulan dapat diajukan beberapa saran yaitu: 1. Siswa SMA N 1 Seberida agar memiliki persepsi yang tepat dalam memaknai juvenile delinquency,dan memiliki konsep diri yang positif dengan cara mengikuti berbagai macam ekstrakurikuler, pelatihan dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. 2. Guru BK/ konselor a. Diharapkan dapat membantu siswa dalam menentukan persepsi yang tepat dan membentuk konsep diri yang positif. b. Diharapkan guru BK sebagai pusat pelaksanaan layanan di sekolah dapat membina hubungan kerjasama dengan guru mata pelajaran, wali kelas untuk bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
128
3. Kepala Sekolah a. Hendaknya dapat mengayomi para guru BK dalam membentuk persepsi yang tepat dan konsep diri yang positif, sehingga dapat mengurangi kenakalan yang dilakukan oleh siswa b. Mendorong siswa untuk memanfaatkan layanan BK secara sukarela dan berdasarkan kesadaran diri. 4. Peneliti berikutnya agar dapat memperkaya penelitian ini dengan mengambil variabel lain yang diperkirakan turut mempengaruhi persepsi siswa tentang juvenile delinquency.
129
DAFTAR RUJUKAN
Agustiani, Hendriati, 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung ; PT. Refika aditama. Amelia, E Mei. 2011. Polda Metro: Tawuran Meningkat di Tahun 2011, (online) . (http://www.detiknews.com, Diakses tanggal 1 desember 2011). Anneahira. 2011. Balap Liar Bandung, Bukan Masalah Fasilitas, (online). (http://www.anneahira.com/balap-liar.htm, Diakses tangga 1 Desember 2011) . Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson, Rita L. 1993. Psikologi Umum II. Jakarta: Erlangga Atmasasmita, Romli. 1983. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja. Bandung: Armico. Azwar, Saifuddin. 2005. Pelajar.
Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Berzonsky, M. D, 1981. Adolescence Development. New York : Mc Millan. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2011, (online). (http://www.scribd.com/doc/54745391/Bimbingan-Dan-Konseling, Diakses tanggal 4 Desember 2011). Brook, William Dean & Philip Emmert. 1976. Interpersonal Communicattion. USA : W.C.Brown Co. Burns, R. B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan. Calhoun, J.F., & Acocella,J.R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Hubungan Kemanusiaan. Terjemahan : R.S. Satmoko. Edisi Ketiga. Semarang : IKIP Semarang Press. Caplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi . Jakarta : Rajawali Press
130
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Forum
diskusi. 2011. Seks Remaja dan Aborsi, (online). (http://www.aborsi.org/artikel15.htm, Diakses tanggal 1 Desember 2011). 130
Gunarsa, Singgih D & Gunarsa, Yulia S.D. 2001, Psikologi Remaja. Jakarta : PT. BPK, Gunung Mulya.
Gyber, Norman C & Henderson, Patricia. 2006. Developing & Managing: Your School Guidance and Counseling Program (Fourth Edition). USA: American Counseling Association. Hanuji, Imam. 2011. “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Penerapan High-Touch Oleh Wali Kamar Dengan Penyesuaian Siswa di Asrama Serta Implikasinya Dalam Bimbingan dan Konseling di SMP Pesantren Modern Terpadu Prof. DR. Hamka Kabupaten Padang Pariaman”. Tesis tidak ditebitkan Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Hamachek, Don E. 1992. Encounters With The Self. USA : Harcourt Brace Jovanovich College Publishers. Harian Analisa, 2011. Dua Remaja Ditangkap Terlibat Pencurian, (online). (http://www.analisadaily.com, Diakses tanggal 1 Desember 2011). Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha Ltd. Hurlock, E.B. 1998. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga. . 1999. Psikologi Perkembangan ( Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Bandung : Airlangga. Hutagalung, I. 2007. Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Tinggi. Jakarta: PT. Indeks. Irwanto,dkk. 1998. Analisis Situasi Anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus . Jakarta: PKPM Depsos, UNICEF. Jensen, L.C. 1985. Adolescence: Theories, Research, Application. St. paul, San Fransisco: West Publishing Co Kartono, Kartini. September 2003.Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina. 1992. Marah Akibat Penyakit yang Diderita. Jakarta : Arcan
131
Maria, Ulfah. 2007. “ Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecendrungan Kenakalan Remaja”. Tesis tidak diterbitkan. Jogjakarta: Sekolah Pascasarjana Psikologi Universitas Gadjah Mada. Metropolitan. 2011. Duh Remaja Tangerang Gemar Nonton Video Porno, (online) (http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1771464/duh-remajatangerang-gemar-tonton-video-porno, Di akses 28 September 2011). Mudjiran, dkk.2005. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Myrick, R.D (2003) Developmental Guidance and Counseling : A Pratical Approach (4th ed). Minneapolis, MN: Educational Media Corporation. Nasution, S. 2002. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Nazir,Moh. 2003, Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia. Indonesia. Nugroho, Yohanes Anton. 2011. It’s Easy Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative. Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung PT: Grafika Aditama. Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah SMU. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Dirjen Dikti. Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS,Plus Tata Cara dan Tips Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat. Jakarta: Media Kom. Pudjijogyanti, C. R. 1993.Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan. Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Salbiah, SKp. 2003.Konsep Diri. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. http//www.konsep diri.com (diakses 11 November 2011). Santrok, J W. 2002. Perkembangan Masa hidup . Jakarta : Erlangga Sarwono, Sarlito Wirawan . 2000. Pengantar Umum Psikologi . Jakarta: PT Bulan Bintang.
132
Sciarra, Daniel T. 2004. School Counseling Contemporary Issues) USA: Thomson Learning.
(Foundations
and
Simanjuntak, B. 1975. Dasar-Dasar Psychologi- Kriminil Suatu Usaha Memahami Gejolak Jiwa Remaja dalam Rangka Membina Generasi Baru. Cetakan kedua. Bandung : Tarsito. Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan . Jakarta : PT. Rineka Cipta Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta , jakarta 1991 Sugiyono.2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta. Sunandar, Budi. 2011. Video Porno Siswa SMA Hebohkan Padang, (online). (http://news.okezone.com/read/2011/09/28/340/508294/video-pornosiswa-sma-hebohkan-padang, Diakses tanggal 28 September 2011). Supramono, Gatot. 2000. hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan. Tim pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM). 2002. Walgito, Bimo. 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset ____________. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset Widiyanti, Wiwid. 2011. Hubungan Konsep Diri Dalam Belajar Siswa Terhadap Perilaku Menyontek (Studi di SMA Negeri Kota Padang). Tesis. Tidak diterbitkan Universitas Negeri Padang : Bimbingan dan Konseling. Willis, S. S. 2005. Remaja Dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta. Yusuf, A.Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: FIP UNP. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT Remaja Rosda karya. . 2002. Pengantar Psikologi. Bandung: PPB FIP UPI.
133
Zakaria, Sofiandy. 2011. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB. (online). (http://kk.mercubuana.ac.id/files/61018-6-162494159642.doc. Di akses pada tanggal 25 Juli 2012)
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Zuwana. 2008. Tingkat Aspirasi Pendidikan dan Jabatan Siswa SMA Serta Implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling. Tesis. Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Padang: Bimbingan dan Konseling.
134
PERSEPSI SISWA TENTANG JUVENILE DELLINQUENCY NO ASPEK Kenakalan yang 1 menimbulkan korban fisik pada orang lain
2
Kenakalan yang menimbulkan korban materi
3
4
Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain
Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar
INDIKATOR Penganiayaan/ menyakiti Orang lain Suka berkelahi Melakukan kebut‐kebutan Perusakan Pencurian Pemerasan Pelacuran Penyalah gunaan obat terlarang dan meminum – minuman beralkohol Hubungan seks bebas Membolos Kabur Dari rumah Membantah perintah orang tua/ petugas
FAVORABEL 1 ,6, 9
UNFAVORABEL 13, 16
22, 26, 39
43, 46
29, 45, 58
2, 53, 57, 66
25, 42, 55
11. 44, 52
3, 30, 41, 63
15, 33, 56
48, 65
4
5, 62
59
19, 21, 35
10, 28, 40
7, 24, 38, 49, 60, 64 12, 17
8, 20, 32
14, 36
31
18, 23, 50, 54
37, 47, 51, 61
27, 34
135
ASPEK Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
FAVORABEL 9 Item
UNFAVORABEL 8 Item
INDIKATOR FAVORABEL Sekali‐sekali seseorang boleh saja memukul dan menghina orang lain Penganiayaan/ menyakiti Orang lain
UNFAVORABEL Bagaimanapun marahnya seseorang pada orang lain, menganiaya orang bukanlah hal yang tepat Saya merasa bangga, jika ada salah Bagaimanapun sulitnya satu teman saya memohon‐mohon masalah yang saya ampun saat saya sakiti (mengejek, hadapi, mencelakai orang memukul dan menghina) bukanlah solusil yang tepat Anak yang nakal perlu dipukul, agar dapat membuat dia jera
Suka berkelahi
Menurut saya jika ada orang yang suka meremehkan orang lain, perlu “diserang”
Menurut saya berkelahi bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah
Melakukan kebut – kebutan
Orang kaya yang suka menghina Berkelahi dapat membuat perlu di kasih pelajaran (dipukul seseorang dijauhi oleh dan dimarahin) teman‐temannya Berkelahi dapat meningkatkan popularitas seseorang dimata teman‐temannya Balapan di jalan raya dapat Kebut‐kebutan di jalan raya, menunjukkan kehebatan seseorang hanya merugikan diri dalam mengendarai motor sendiri dan membahayakan keselamatan jiwa Untuk merayakan kelulusan perlu Menurut saya untuk dilakukan konfoi sepeda motor merayakan kelulusan bukan bersama teman‐teman dengan cara kebut‐kebutan Jika ingin mengetahui kehebatan Menurut saya balapan motor baru perlu dilakukan dengan motor lebih baik cara ngebut‐ngebutan dilakukan di area balapan
resmi Saya merasa aman dan nyaman ketika saya dapat menaati peraturan
136
ASPEK Kenakalan yang menimbulkan korban materi
lalu lintas FAVORABEL 9 Item
INDIKATOR FAVORABEL Melakukan Perusakan Berkelahi dengan menggunakan peralatan sekolah (sapu dan bangku) adalah hal yang biasa bagi siswa/i Supaya keinginan siswa/i dituruti oleh pihak sekolah, maka tidak masalah melampiaskannya kepada fasilitas sekolah Menurut saya, untuk melampiaskan emosi marah boleh saja menendang benda‐ benda yang ada di sekitar. Menurut saya mencuri bukan suatu pelanggaran, jika memang sangat dibutuhkan Melakukan Pencurian Sekali‐sekali menukar perlengkapan sekolah yang buruk dengan yang bagus milik teman tanpa izin, adalah hal yang biasa bagi siswa
Melakukan Pemerasan
Sekali‐sekali mengambil jajan di koperasi sekolah tanpa membayarnya, adalah hal yang wajar Hilangnya fasilitas sekolah/labor karena diambil oleh siswa/i adalah hal yang wajar, karena mereka sudah membayar uang sekolah Menurut saya melakukan pemerasan kepada anak‐anak yang lemah adalah hal yang biasa Pemerasan terhadap anak‐ anak kaya adalah hal yang lumrah
UNFAVORABEL 7 Item
UNFAVORABEL Merusak fasilitas sekolah hanya merugikan pihak sekolah
Menurut saya menjaga fasilitas sekolah dengan baik, dapat menunjang proses belajar mengajar Semarah apapun siswa kepada pihak sekolah, merusak fasilitas sekolah bukanlah hal yang tepat Jika melakukan pencurian dapat membuat susah orang lain Apapun permasalahan perekonomian keluarga, mengambil hak orang lain bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan masalah Siswa yang mengambil barang orang lain, patut mendapatkan hukuman berat
Memeras teman ‐ teman yang lemah, adalah perbuatan yang salah
137
ASPEK Kenakalan Sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain
FAVORABEL 11 Item
UNFAVORABEL 7 Item
INDIKATOR
Pelacuran
FAVORABEL Menemani tante‐tante girang /om‐om senang, tidak perlu dipermasalahkan
UNFAVORABEL Menurut saya hanya orang “nakal” yang mau ketempat prostitusi
Mencoba atau melakukan prostitusi dapat membuat diri saya bangga
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan meminumminuman beralkohol
Hubungan seks bebas
Meminum‐minuman keras dapat menaikkan harga diri seseorang didepan teman‐temannya Menurut saya mengkonsumsi obat‐obatan terlarang dapat mengurangi beban masalah seseorang. Menurut saya mabuk‐mabukan membuat fikiran menjadi tenang
Menurut saya melakukan pergaulan bebas dengan pacar, tidak masalah asal dia mau bertanggung jawab Zaman sekarang keperawanan dan keperjakaan tidak begitu penting Sekali‐sekali mencium pacar sendiri tidak masalah sebagai ungkapan rasa cinta Melakukan freesex tidak perlu dipermasalahkan asalkan dilakukan suka sama suka dan tidak hamil Jika tidak melakukan ciuman dengan pacar maka dianggap kuno Remaja yang belum pernah lihat video dan gambar porno adalah
Meracik obat‐obatan terlarang adalah perbuatan yang melanggar aturan Mengkonsumsi obat‐obatan terlarang hanya merugikan seseorang Menurut saya menggunakan obat‐obatan terlarang, dapat merusak masa depan seseorang Menurut saya pergaulan bebas hanya merusak masa depan seseorang. Pacar yang menghargai dan menjaga kehormatan pacarnya, merupakan pacar yang baik Pacar yang meminta freesex wajar untuk diputuskan
138
remaja kampungan ASPEK Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar
FAVORABEL 8 Item
UNFAVORABEL 7 Item
INDIKATOR
Membolos
FAVORABEL Keluar dari lingkungan sekolah , dijam sekolah tidak perlu dipermasalahkan, jika gurunya tidak datang Sekali‐sekali tidak mengikuti jam pelajaran yang kurang disenangi, adalah hal yang biasa bagi siswa
Anak‐anak akan pergi dari rumah, jika keinginannya tidak dituruti Kabur dari rumah Apabila dilarang orang tua keluar malam, maka diperbolehkan untuk pergi secara diam‐diam Zaman sekarang membantah perintah orang tua adalah hal yang wajar
Membantah perintah orang tua/ petugas
UNFAVORABEL Walaupun saya bisa kapanpun keluar sekolah, saat jam sekolah, tetapi saya tidak mau melakukannya Siswa yang masih berkeliaran diluar area sekolah saat jam pelajaran, pantasnya dirazia oleh Satpol PP agar memberikan efek jera Pergi dari rumah bukanlah hal yang baik dalam menyelesaikan masalah dengan orang tua
Sekesal apapun anak dengan orang tua tidak boleh melampiaskan emosinya kepada orang tua Menurut saya menjadi hal Kemarahan orang tua, menjadi lumrah setiap razia disekolah, pendorong untuk berhasil siswa/inya melarikan diri dalam meraih cita‐cita saya Satpol PP tidak memiliki hak Menaati peraturan lalu lintas untuk menangkap dan merazia dapat menjaga keselamatan siswa yang tidak masuk saat jam bersama pelajaran sekolah, maka boleh saja melawannya Perbuatan menyontek tidak Walaupun menyontek itu dapat perlu dipermasalhkan meningkatkan nilai raport saya, tetapi saya tidak mau melakukannya
139
Variabel Konsep Diri No 1 2 3 4 5
Aspek Konsep Diri Fiisik Konsep Diri Emosi Konsep Diri Sosial Konsep Diri Moral Konsep Diri Kognitif J U M L A H
Favorabel 1,3,5,7,9,11, 24,26,28,30,32,50 25,27,29,31,33,48,49 35,37,39,41,52 42,44,46, 13 28
Unfavorabel 12,14,16,18,20,22 2,4,6,8,10,51 15,17,19,21,23 34,36,38,40,53 43,45,47 25
JUMLAH 12 12 12 10 7 53
Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah Konsep diri Fisik 6 item 6 item 12 item NO Favorabel Unfavorabel 1 Saya merasa bentuk tubuh saya Keadaan fisik saya membuat saya tidak lebih sempurna dari teman‐teman percaya diri dalam bergaul 2 Saya bangga dengan bentuk tubuh Ada beberapa bagian tubuh saya yang yang saya miliki tidak saya sukai 3 Menurut saya bentuk tubuh saya, Wajah saya tidak terlalu bagus , bahkan sudah merupakan bentuk tubuh dapat dikatakan jelek ideal 4 Saya berolah raga secara teratur Saya benci dengan kondisi fisik saya yang untuk menjaga kesehatan tubuh sering dijadikan bahan ejekan saya 5 Saya selalu fit dalam melakukan Bentuk wajah saya membuat saya tidak aktifitas disukai oleh lawan jenis saya 6 Bagi saya jerawat dan bekas luka Penampilan saya kurang menarik karena tidak membuat saya minder jerawat dan bekas luka ditubuh saya Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah Konsep diri Emosi 6item 6 item 12 item NO Favorabel Unfavorabel 1 Secara Keseluruhan saya bangga Kadang‐kadang saya merasa bosan dengan dengan diri saya sendiri diri saya sendiri 2 Selama ini saya merasa cukup Saya sering merasa kesal kepada orang lain percaya pada diri saya sendiri 3 Saya orang yang cukup bahagia Saya mudah tersinggung 4 Kegagalan tidak membuat saya Saya orang yang mudah marah putus asa 5 Saya merasa yakin dengan apa yang Seringkali saya merasa ragu‐ragu dengan
140
6
saya lakukan Saya termasuk orang yang sabar
apa yang akan saya lakukan Kadang‐kadang saya sering merasa iri, dendam dan sakit hati kepada orang lain
Aspek Konsep diri Sosial No 1
2 3 4
5 6 7
Favorabel 7 item
Favorabel
Unfavorabel 5 item
Jumlah 12 item
Unfavorabel
Saya senang berkumpul dengan orang‐ orang terdekat saya
Saya lebih memilih sendiri dari pada berkumpul dengan orang – orang baru Saya adalah orang yang mudah bergaul Saya tidak menyukai kerja kelompok Dilingkungan sekolah, saya cukup dikenal Berada dilingkungan baru membuat oleh orang lain saya tertekan Saya suka berkenalan dengan orang‐ Saya tidak begitu suka terlibat dalam orang baru, dan membicarakan hal‐hal kegiatan‐kegiatan ekstrakurikuler di baru yang belum saya ketahui sekolah Saya tidak malu memperkenalkan diri Saya sulit bekerja sama dengan orang pada orang yang baru saya jumpai lain Dengan senang hati saya akan membantu teman‐teman yang membutuhkan pertolongan saya Saya dengan mudah dapat bergabung dalam kelompok teman‐teman yang saya inginkan
Aspek Konsep diri moral
Favorabel 5 item
No Favorabel 1 Saya selalu menjalankan ajaran agama dengan baik 2 3 4 5
Saya orang yang taat beragama Kadang‐kadang saya merasa, saya bukanlah orang yang baik Saya merasa telah melakukan hal‐hal yang baik dan benar Saya mudah memaafkan kesalahan orang lain
Unfavorabel 5 item
Jumlah 10 item
Unfavorabel Saya tidak pernah merasa menyesal dengan kesalahan‐kesalahan yang saya buat Saya merasa sulit untuk tidaK berdusta Saya adalah orang yang selalu membuat orang sakit hati Saya merasa terbebani saat disuruh menjalankan rutinitas ajaran agama Saya tidak suka diatur
141
Aspek Konsep diri Kognitif
Favorabel 4 item
No Favorabel 1 Saya senang mengerjakan tugas‐ tugas yang diberikan guru kepada saya 2 Membaca buku bagi saya adalah hobi yang menyenangkan 3 Saat diskusi kelompok saya sering memberikan ide‐ide kreatif kepada teman saya 4 Saya merasa malu jika saya tidak bisa mendapat ranking kelas
Unfavorabel 3 item
Jumlah 7 item
Unfavorabel Saya baru akan mengumpulkan tugas setelah ditegur oleh guru Saya harus dibantu orang lain setiap menyelesaikan masalah Saya berfikir bahwa dengan mencontek semua orang dengan mudah mendapatkan rangking dikelas
142
143
144
145
146
147
148
Correlations Validitas Persepsi Butir 1
Butir 2
Butir 3
Butir 4
Butir 5
Butir 6
Butir 7
Butir 8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Total ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30 ,416* ,022 557,700 19,231 30 ,884** ,000 1415,000
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
48,793 30 ,416* VALID ,022
149
Butir 9
Butir 10
Butir 11
Butir 12
Butir 13
Butir 14
Butir 15
Butir 16
Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
557,700 19,231 30 -,192 TIDAK VALID ,311 -280,100 -9,659 30 ,853** VALID ,000 1307,600
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance
45,090 30 ,129 ,497 188,400 6,497 30 ,386* ,035 568,600 19,607 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,697** ,000 854,700 29,472
TIDAK VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
150
Butir 17
Butir 18
Butir 19
Butir 20
Butir 21
Butir 22
Butir 23
Butir 24
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
30 ,268 ,152 338,100 11,659 30 ,393* ,032 311,600 10,745 30 ,416* ,022 557,700 19,231 30 ,416* ,022 557,700 19,231 30 ,393* ,032 311,600 10,745 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30
TIDAK VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
151
Butir 25
Butir 26
Butir 27
Butir 28
Butir 29
Butir 30
Butir 31
Butir 32
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
,361* VALID ,050 286,600
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
9,883 30 ,697** VALID ,000 854,700 29,472 30 ,129 TIDAK VALID ,497 188,400
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
6,497 30 ,884** VALID ,000 1415,000
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
48,793 30 ,416* VALID ,022 557,700 19,231 30 ,550** VALID ,002 479,800 16,545 30 -,030 TIDAK VALID ,875 -32,100 -1,107 30 ,853** VALID ,000 1307,600 45,090 30
152
Butir 33
Butir 34
Butir 35
Butir 36
Butir 37
Butir 38
Butir 39
Butir 40
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
,416* VALID ,022 557,700 19,231 30 ,264 TIDAK VALID ,159 173,200
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
5,972 30 ,884** VALID ,000 1415,000 48,793 30 ,884** VALID ,000 1415,000 48,793 30 ,884** VALID ,000 1415,000
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
48,793 30 ,034 TIDAK VALID ,857 48,900 1,686 30 ,853** VALID ,000 1307,600 45,090 30 ,853** VALID ,000 1307,600 45,090 30
153
Butir 41
Butir 42
Butir 43
Butir 44
Butir 45
Butir 46
Butir 47
Butir 48
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,405* ,026 310,000 10,690 30 ,416* ,022 557,700 19,231 30 ,884** ,000 1415,000
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
48,793 30 ,128 ,501 154,700 5,334 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
VALID
VALID
VALID
VALID
TIDAK VALID
,129 TIDAK VALID ,497 188,400 6,497 30 ,303 TIDAK VALID ,103 398,400 13,738 30 ,853** VALID ,000 1307,600 45,090 30
154
Butir 49
Butir 50
Butir 51
Butir 52
Butir 53
Butir 54
Butir 55
Butir 56
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products
,697** VALID ,000 854,700 29,472 30 ,368* VALID ,045 698,400 24,083 30 ,884** VALID ,000 1415,000
Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,884** ,000 1415,000 48,793 30 ,456* ,011 516,300 17,803 30 ,129 ,497 188,400 6,497 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30
VALID
VALID
VALID
TIDAK VALID
VALID
155
Butir 57
Butir 58
Butir 59
Butir 60
Butir 61
Butir 62
Butir 63
Butir 64
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N
,405* ,026 310,000 10,690 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30 ,416* ,022 557,700 19,231 30 ,194 ,304 205,100 7,072 30 ,853** ,000 1307,600 45,090 30 ,853** ,000 1307,600 45,090 30 ,697** ,000 854,700 29,472 30 ,246 ,191 281,200 9,697 30
VALID
VALID
VALID
TIDAK VALID
VALID
VALID
VALID
TIDAK VALID
156
Butir 65
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N Butir 66 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
,884** VALID ,000 1415,000 48,793 30 ,697** VALID ,000 854,700 29,472 30
Correlation s validitias Konsep Diri total B u ti r 1
B
Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea
,782** VALID
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,630** VALID
157
u ti r 2
B u ti r 3
rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e
,000
359,1 33
12,38 4 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38 4
158
B u ti r 4
B u ti r 5
N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co
30 ,782** VALID
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,571** VALID
,001
445,0 33
15,34
159
B u ti r 6
B u ti r 7
vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro
6 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38 4 30 ,782** VALID
,000
689,3 67
160
B u ti r 8
B u ti r 9
duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and
23,77 1 30 ,643** VALID
,000
437,0 00
15,06 9 30 ,509** VALID
,004
409,2 00
161
B u ti r 1 0
B u ti r 1 1
Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of
14,11 0 30 ,387* VALID
,035
337,7 00
11,64 5 30 ,442* VALID
,014
272,0 00
162
B u ti r 1 2
B u ti r 1 3
Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed)
9,379
30 ,375* VALID
,041
226,2 33
7,801
30 ,376* VALID
,041
163
B u ti r 1 4
B u ti r 1 5
Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig.
331,3 67
11,42 6 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38 4 30 ,454* VALID
,012
164
B u ti r 1 6
B u ti r
(2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor
401,7 67
13,85 4 30 ,524** VALID
,003
465,1 33
16,03 9 30 ,519** VALID
165
1 7
B u ti r 1 8
B
rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea
,003
319,0 00
11,00 0 30 ,782** VALID
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,571** VALID
166
u ti r 1 9
B u ti r 2 0
rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e
,001
445,0 33
15,34 6 30 ,363* VALID
,048
302,3 67
10,42 6
167
B u ti r 2 1
B u ti r 2 2
N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co
30 ,634** VALID
,000
530,7 67
18,30 2 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38
168
B u ti r 2 3
B u ti r 2 4
vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro
4 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38 4 30 ,460* VALID
,010
359,0 33
169
B u ti r 2 5
B u ti r 2 6
duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and
12,38 0 30 ,630** VALID
,000
359,1 33
12,38 4 30 ,782** VALID
,000
689,3 67
170
B u ti r 2 7
B u ti r 2 8
Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of
23,77 1 30 ,449* VALID
,013
259,0 67
8,933
30 ,782** VALID
,000
689,3 67
171
B u ti r 2 9
B u ti r 3 0
Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed)
23,77 1 30 ,514** VALID
,004
267,9 67
9,240
30 ,515** VALID
,004
172
B u ti r 3 1
B u ti r 3 2
Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig.
305,1 00
10,52 1 30 ,586** VALID
,001
398,0 00
13,72 4 30 ,630** VALID
,000
173
B u ti r 3 3
B u ti r
(2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor
359,1 33
12,38 4 30 ,519** VALID
,003
319,0 00
11,00 0 30 ,782** VALID
174
3 4
B u ti r 3 5
B
rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,114
TIDAK VALID
,547
98,03 3
3,380
30 ,231
TIDAK VALID
175
u ti r 3 6
B u ti r 3 7
rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e
,220
213,9 67
7,378
30 ,404* VALID
,027
239,8 00
8,269
176
B u ti r 3 8
B u ti r 3 9
N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co
30 ,257
TIDAK VALID
,170
214,6 00
7,400
30 ,571** VALID
,001
445,0 33
15,34
177
B u ti r 4 0
B u ti r 4 1
vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro
6 30 ,519** VALID
,003
319,0 00
11,00 0 30 ,519** VALID
,003
319,0 00
178
B u ti r 4 2
B u ti r 4 3
duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and
11,00 0 30 ,449* VALID
,013
259,0 67
8,933
30 ,491** VALID
,006
434,7 67
179
B u ti r 4 4
B u ti r 4 5
Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of
14,99 2 30 ,782** VALID
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,021
TIDAK VALID
,912
23,10 0
180
B u ti r 4 6
B u ti r 4 7
Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed)
,797
30 ,375* VALID
,041
226,2 33
7,801
30 ,630** VALID
,000
181
B u ti r 4 8
B u ti r 4 9
Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig.
359,1 33
12,38 4 30 ,600** VALID
,000
334,2 00
11,52 4 30 ,630** VALID
,000
182
B u ti r 5 0
B u ti r
(2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor
359,1 33
12,38 4 30 ,571** VALID
,001
445,0 33
15,34 6 30 ,782** VALID
183
5 1
B u ti r 5 2
B
rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea rso n Cor rela tion Sig. (2tail ed) Su m of Squ ares and Cro sspro duc ts Co vari anc e N Pea
,000
689,3 67
23,77 1 30 ,140
TIDAK VALID
,462
66,96 7
2,309
30 ,462* VALID
184
u ti r 5 3
rso n Cor rela tion ,010 Sig. (2tail ed) 372,6 Su 33 m of Squ ares and Cro sspro duc ts 12,84 Co 9 vari anc e N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
Reliability Statistics Persepsi Cron bach' s Alph a ,697
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,697
N of Items 2
Summary Item Statistics
185
Item Means Item Varianc es
Mean 155,3 83
Min 154, 600
Max 156,16 7
Ran ge 1,56 7
Max / Min 1,0 10
2012, 748
1975 ,421
2050,0 75
74,6 54
1,0 38
N of Varia Item s nce 1,227 2 2786, 612
2
Scale Statistics Mean 310,7667
Variance 6179,702
Std. Deviation N of Items 78,61108 2
Reliability Statistics Konsep Diri Cronbach's Alpha Based on Standardized N of Cronbach' Items Items s Alpha ,853 ,855 2
Summary Item Statistics
Item Mean s Item Varia nces
Mean 213,6 67 697,2 18
Mi n 21 3,0 00 62 9,0 34
Max 214, 333
Range 1,333
765, 402
136,36 8
Max / Min 1,006
Varianc e ,889
1,217
9298,09 1
N of Ite ms 2 2
186
Scale Statistics Me an 42 7,3 33 3
Varian ce 2431,2 64
Std. Deviat ion 49,307 85
N of Ite ms 2
187
Hasil Penelitian Variabel Persepsi Siswa Tentang Juvenile Dellinquency Item Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
3 2 2 2 1 2 4 2 3 4 2 4 2 4 4 3 5 3 4 3 2 2 2
5 2 3 3 1 3 2 4 2 5 2 4 2 2 2 3 4 2 5 2 2 4 4
4 4 2 4 4 2 4 5 4 2 5 5 3 4 4 3 5 3 4 3 4 2 4
2 4 2 3 2 4 2 4 1 4 2 5 3 2 1 3 5 4 2 2 2 2 4
3 4 2 3 4 2 4 4 3 4 2 3 2 4 4 4 5 3 2 3 4 3 2
5 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 4 4 2 5 4 2 4
4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 5 3 2 3 2
2 2 2 3 2 4 4 4 3 2 3 4 2 3 1 4 5 4 2 5 5 2 3
5 4 3 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 4 2 4 5 3 2 4 4 3 2
2 2 2 2 4 2 4 2 2 4 3 5 2 2 1 3 3 3 2 3 4 2 3
4 2 3 5 3 4 4 2 2 2 3 3 5 3 1 4 4 4 5 4 5 3 2
4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 5 4 2 4 3 3 4 4 4 2 4 2 1
5 4 5 3 3 4 5 4 3 5 5 5 2 4 5 3 5 5 5 3 5 5 5
5 4 3 1 2 2 3 4 2 4 2 5 2 3 1 3 4 4 2 3 5 4 5
4 2 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 4 2 4 3 4 4 3 5 3 3
2 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 3 2 3 5 4 4 2 2 4 3 2
5 3 2 4 2 2 5 3 4 3 2 5 5 2 3 4 3 4 4 5 4 4 2
4 2 4 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 3 2 2 3 2 4 3 3 5 3
3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 5 2 4 4 2
5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 2 3 4 3 2 2 4 2 3 1 4 3 1
4 2 3 4 4 3 5 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 5 2 4 2 4
4 4 4 2 5 4 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3
5 4 5 4 4 4 5 5 5 2 3 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4
4 4 4 2 3 4 4 5 3 4 3 4 2 4 4 4 5 4 4 4 2 4 3
5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 2 3 5 5 4 4 5 4 4 5 3
4 2 4 2 5 3 5 2 2 2 4 3 2 4 3 4 5 5 4 3 2 3 3
4 2 4 2 4 4 5 4 2 4 3 5 5 2 4 2 3 5 4 3 4 1 3
16 5
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
2 2 3 2 1 4 2 4 2 1 5 2 3 3 3 1 3 4 2 2 5 2 2 5 4
3 2 4 2 1 4 3 5 4 2 4 2 3 5 2 2 3 4 3 4 4 4 4 5 4
3 4 5 2 5 4 4 4 5 2 4 2 3 5 5 5 4 5 5 5 4 2 4 4 5
2 2 1 2 5 2 3 3 3 3 5 3 2 4 4 2 3 4 2 2 5 2 2 4 4
2 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 3 2 1 3 4 1 3 5 2 1 2 3
3 2 2 2 5 4 2 2 3 4 4 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 4 2 4 4
4 2 2 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3
4 2 2 2 5 2 3 2 3 2 5 3 3 4 5 3 2 2 2 2 2 4 2 5 4
4 2 5 4 5 4 3 3 3 4 4 3 3 3 5 4 2 4 2 4 4 4 3 5 4
3 2 1 4 1 2 2 2 2 3 4 2 2 4 1 4 3 4 2 2 2 2 2 4 3
4 4 5 4 1 3 3 4 3 4 4 2 2 4 5 4 4 4 3 2 3 2 4 4 4
3 4 2 4 5 3 2 3 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 2 5 2 3 2 4
4 4 5 4 5 3 2 5 5 2 2 5 4 2 2 5 4 5 5 2 2 4 2 4 5
3 2 5 4 5 4 1 4 2 2 4 2 3 1 5 5 4 5 2 2 3 4 2 4 4
4 2 2 4 2 2 3 4 3 4 2 4 4 2 3 4 3 5 4 2 5 4 2 5 4
2 2 4 4 1 3 2 4 4 3 4 2 3 3 2 3 2 5 3 4 3 4 3 5 4
5 4 2 4 5 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 2 4 1 4 4
3 3 3 4 5 3 2 4 4 3 2 2 3 3 3 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4
4 3 4 2 5 3 3 5 4 2 4 3 3 4 1 2 3 4 4 3 3 2 2 2 4
4 2 4 4 5 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 2 4 2 4 2 4 4
3 4 4 1 5 3 4 3 4 4 4 4 2 4 1 2 2 4 3 4 5 2 2 2 4
2 4 2 2 4 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 5 2 4 4 4
5 4 3 4 5 3 5 4 4 4 4 1 3 2 1 4 3 3 2 3 4 2 3 4 4
4 4 3 2 3 4 2 4 5 3 4 2 3 5 5 5 4 4 2 3 4 4 4 5 4
5 4 1 4 3 4 4 5 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 2 5 4 4 5 4
3 4 3 4 5 3 3 3 3 4 4 2 3 4 5 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4
2 4 4 4 5 2 4 3 4 5 5 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4
166
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
4 2 3 5 3 3 2 3 5 3 3 2 2 3 2 3 5 3 4 4 4 5 4 3 5
4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 4 4 4 4 1
5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 4 3 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 5
4 4 2 5 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 1 4 2 3 4 4 4 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 2 2 2 4 4 5 4 2 2 3 4 4 5 2
4 2 2 5 3 2 4 3 4 4 4 3 2 3 3 5 4 5 4 3 5 5 2 4 5
3 3 4 3 3 4 4 3 4 5 5 2 5 5 3 4 2 5 2 3 4 2 4 2 3
4 2 2 4 4 2 2 3 5 3 3 2 4 5 4 5 5 4 3 3 4 4 2 2 5
4 4 3 5 2 3 5 2 4 2 2 2 2 2 3 5 3 4 2 3 4 4 2 1 3
3 2 2 5 2 5 5 3 5 4 3 1 4 4 3 4 4 3 1 3 4 4 4 2 4
4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4 5 5 4 4 2 2 5 4 3 4 3 2 4
4 3 2 4 3 3 5 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 3 2 2 3
5 3 3 5 2 4 3 2 5 4 3 4 3 2 4 5 1 4 3 3 4 5 3 4 4
4 1 3 2 3 3 4 3 4 2 4 2 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 2 2 5
3 2 2 4 3 3 5 2 5 4 3 4 4 4 2 4 2 2 1 3 4 5 3 3 5
1 2 2 2 3 4 3 3 4 2 2 2 4 3 2 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4
2 5 4 4 4 4 4 4 4 5 2 2 2 3 2 4 4 4 4 2 5 2 1 2 3
4 3 4 5 3 4 4 4 5 5 4 2 3 4 1 3 5 4 4 2 5 4 5 5 4
4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 1 2 2 5 2 3 3 4 2 5 4 4 5 4
4 5 2 4 4 3 4 3 3 3 5 4 4 3 3 4 4 5 4 1 4 5 3 3 4
4 3 3 5 3 4 3 3 5 1 3 2 2 2 4 5 5 4 4 5 3 4 3 4 2
3 4 2 3 3 3 2 4 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 4 3 4 2 3 5
3 3 4 4 2 4 3 4 3 4 4 3 2 4 2 2 4 4 2 3 5 4 4 4 5
2 4 4 5 3 4 3 5 4 2 5 4 2 2 3 3 2 5 2 2 3 4 2 4 5
4 3 3 5 2 3 5 4 5 4 4 4 2 2 2 5 5 4 2 3 5 4 4 4 4
4 4 4 3 3 3 3 3 5 3 4 2 1 1 3 5 3 3 5 4 1 4 4 3 4
4 3 4 4 3 3 4 2 3 5 4 4 4 5 2 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2
16 7
74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
4 2 4 2 4 3 2 3 3 5 4 5 4 1 3 5 3 4 2 2 5 4 5 4 5
4 3 4 2 4 2 5 3 2 2 2 4 4 5 2 2 2 3 2 5 4 3 2 3 5
4 4 4 3 1 4 5 4 4 2 4 4 1 4 1 4 1 4 1 4 5 2 3 4 5
2 3 2 2 5 4 4 2 4 2 2 4 5 4 2 2 2 4 1 4 3 1 2 4 4
2 4 5 5 1 2 3 3 5 2 2 2 5 4 2 4 2 4 2 4 3 2 2 5 4
2 4 5 2 1 3 4 2 5 4 3 4 5 5 1 4 1 5 3 4 4 2 1 3 2
1 3 5 4 2 2 5 1 3 2 2 5 3 5 2 4 2 5 3 4 4 2 1 4 4
3 2 3 2 2 1 4 2 3 3 1 4 4 4 3 4 2 4 4 5 5 1 2 5 4
4 4 4 3 3 2 5 4 3 3 2 4 3 4 3 3 2 4 3 2 5 2 1 2 3
4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 3 5 4 2 2 1 5 4 5 4 5 2 4 4
5 5 2 3 2 2 3 2 5 2 4 4 3 2 2 5 4 4 3 2 5 3 2 1 2
4 2 5 5 5 2 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 5 4 2 4 1
4 3 4 3 3 3 2 5 3 3 3 2 3 4 3 4 2 5 2 4 4 1 1 2 2
3 3 5 4 3 2 4 4 4 2 4 5 3 5 2 5 2 4 2 2 3 2 2 4 2
2 4 3 4 4 3 2 2 5 1 3 2 3 5 4 5 2 5 1 5 5 2 1 4 2
2 5 4 1 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 2 5 1 2 1 5 5 2 1 4 1
1 4 4 5 3 1 3 4 1 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 3 2 1 2 4 4
4 5 4 5 3 2 2 5 2 3 3 4 3 4 2 4 1 4 1 3 3 3 1 2 4
2 5 4 5 4 4 4 2 5 2 2 3 2 5 4 4 2 4 2 4 5 2 2 2 4
2 2 4 2 2 5 4 3 5 3 2 5 5 5 3 4 1 2 2 4 5 4 2 2 2
2 4 4 2 3 2 2 4 3 2 3 4 2 2 4 3 2 5 2 4 5 2 2 1 4
4 4 4 1 3 4 2 4 5 1 2 4 3 5 4 5 2 5 1 2 4 2 3 2 4
3 4 4 5 3 2 4 2 2 2 1 4 4 5 4 5 2 5 4 5 4 1 2 2 4
3 4 2 5 3 3 3 3 3 3 2 2 3 5 2 3 1 2 2 5 5 1 1 2 3
2 4 4 5 2 4 4 2 2 2 4 3 2 3 4 5 1 4 2 2 5 2 2 2 4
4 4 1 4 3 4 2 4 1 3 4 3 1 4 4 2 2 5 2 5 3 2 2 4 3
4 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 4 5 3 4 4 5 4 2 2 1 4
168
99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123
5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 4 3 5 3 5
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 2 2 2 2 2 4
4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 5 5 2 3 2 2
4 5 5 5 5 2 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 1 5 2 3 2 3
4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 5 5 2 1 2 2
4 2 5 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 1 3 2 3 2 3 4
4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 2 2 4 3 2 4 5 2 2 2 2 5
5 4 3 3 4 2 4 3 3 2 2 4 1 2 2 4 4 3 1 3 4 4 1 2 4
4 4 4 3 4 2 2 5 4 1 2 2 2 1 4 3 4 3 3 3 4 4 2 2 4
4 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 4 4 3 3 5 3 4 3 2 5 2 2 2 3
3 2 2 5 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 2 5
2 2 3 3 3 4 5 2 2 3 4 4 3 4 4 2 2 2 1 1 2 4 2 1 5
2 2 1 4 4 3 3 1 2 4 4 3 3 3 3 5 3 2 3 2 5 2 2 2 4
1 1 2 3 4 4 3 2 1 4 3 5 4 4 2 5 2 2 2 3 4 4 2 3 5
1 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 3 2 2 2 4 2 2 4
2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 3 1 2 4 4 5 4 4 4 4 5 3 2 2 3
4 4 4 2 2 1 2 3 2 2 4 2 1 4 2 4 3 3 1 4 2 2 3 2 4
5 5 5 1 2 2 1 2 1 2 5 5 4 5 2 5 2 3 4 4 4 2 2 1 4
4 4 4 2 1 3 4 3 2 1 5 5 4 3 3 3 4 2 2 5 4 4 2 1 5
4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 5 5 4 4 4 2 4 3 2 5 4 2 1 5
4 3 3 5 3 4 3 4 4 4 2 5 3 2 4 5 3 5 2 2 4 4 2 3 5
4 1 2 4 4 3 4 3 2 3 4 5 4 3 4 5 4 2 2 5 4 2 5 4 3
3 2 2 2 2 2 3 2 2 4 5 3 3 2 4 2 4 2 1 2 5 5 2 4 4
3 2 4 5 3 3 3 4 5 3 5 3 3 3 3 4 1 4 2 3 4 3 5 2 4
4 2 1 5 4 3 5 4 4 4 5 4 5 4 2 4 2 4 2 2 4 4 5 2 4
2 3 2 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 5 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2
3 4 4 5 4 4 4 2 2 4 5 4 2 5 2 2 3 2 2 1 3 5 4 2 5
169
124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
2 5 3 3 2 5 4 2 5 3 2 2 2 4 4 2 3 5 3 4 3 4 3 4 5
3 5 2 4 3 4 4 1 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 2 5 4 2 3 5
1 5 2 3 2 2 2 5 4 1 3 4 2 2 4 5 3 5 3 3 4 2 4 3 3
4 5 2 3 3 4 2 1 4 3 4 5 2 5 3 2 3 3 4 3 4 4 5 5 4
3 5 2 4 4 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 2 2 3 1 3 5
2 2 1 4 4 5 1 3 4 3 4 4 3 5 4 3 4 5 2 1 5 4 4 2 4
2 4 1 4 4 4 1 2 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 1 3 4 5 4 4
2 3 1 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 2 1 3 5 4 5 1 4 4 5 2 4
2 4 2 4 4 5 4 2 1 3 4 3 4 2 1 3 5 5 5 2 5 4 5 2 5
2 3 2 1 5 4 3 2 4 2 4 3 5 4 1 3 4 2 4 2 5 2 2 4 4
2 2 2 1 4 4 4 1 4 3 3 4 5 5 2 4 4 3 4 4 4 4 1 4 5
1 5 1 1 4 5 4 1 2 3 4 3 2 5 4 2 4 4 4 2 4 4 5 4 4
1 5 1 2 3 5 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 2 5 4 4 4 4 5 2 3
1 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 5 4 3 2 5 4 4 2 5 5 4 3
2 4 3 4 4 2 2 2 3 2 2 4 5 5 4 4 1 5 4 2 5 4 1 2 5
4 5 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 5 2 2 5 1 2 4 5 2 1 1 3 5
4 4 4 4 4 2 4 3 5 4 4 4 5 2 4 2 4 5 4 3 4 1 5 3 5
2 5 2 4 4 3 2 3 2 2 2 4 2 1 5 2 3 4 4 4 4 1 5 3 4
2 2 3 4 1 5 4 4 4 5 2 4 5 4 2 2 4 3 5 4 4 2 5 3 4
4 4 2 4 5 4 3 3 3 3 4 5 3 2 4 2 5 2 2 3 3 4 4 5 4
3 4 2 4 2 3 2 3 4 4 2 4 3 3 5 2 5 4 4 3 4 4 4 2 4
2 4 2 5 3 4 3 5 2 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 5 5 3 4
2 4 2 1 4 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 2 1 5
2 3 5 3 3 3 3 2 4 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 1 3
2 5 3 4 3 5 4 4 2 2 4 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 2 1 1 4
2 2 2 3 3 5 3 1 4 4 5 3 4 2 4 4 3 4 4 3 5 3 1 2 4
3 5 2 2 5 4 4 2 2 3 1 2 4 1 2 4 4 5 4 1 4 5 4 3 3
17 0
149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173
4 4 1 4 3 4 4 2 4 4 1 4 3 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 4 3
5 2 5 4 5 2 4 2 2 4 2 5 4 2 3 2 3 4 3 2 3 4 4 4 2
4 4 1 4 3 4 5 2 5 3 1 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4
5 4 1 4 4 2 5 4 5 4 1 2 4 5 5 4 4 4 4 2 5 5 4 4 4
4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 1 2 4 2 5 3 2 2 3 4 4 3 5 3 2
4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 2 4 4 3 2 5 5 4
3 4 3 3 3 2 2 3 5 2 4 3 3 4 4 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3
4 5 2 1 4 2 5 4 5 4 5 4 4 5 5 3 5 5 1 3 5 4 5 4 5
4 4 2 1 5 4 4 5 2 2 3 3 3 4 4 4 2 4 1 2 4 3 4 5 5
3 3 1 1 3 5 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2
5 3 1 2 5 2 1 1 2 2 2 4 3 4 4 4 2 4 2 3 3 3 2 2 3
2 3 3 4 3 2 1 2 4 3 4 4 4 4 5 4 4 1 4 4 4 4 5 2 1
4 3 2 2 4 2 4 5 3 4 2 4 3 4 5 4 4 2 4 2 2 3 5 2 2
3 3 4 2 4 4 3 5 4 4 2 4 1 4 3 3 2 2 4 4 2 3 3 4 3
2 2 3 2 4 2 4 1 4 3 1 4 2 1 4 4 5 4 2 3 2 3 2 2 3
4 3 4 2 4 4 4 5 4 4 1 2 3 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3
3 2 2 2 4 4 3 3 2 3 2 4 3 2 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 2
5 5 2 5 5 4 5 2 2 1 5 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2
4 4 3 4 4 5 2 5 1 3 5 3 2 2 5 3 4 1 2 4 3 2 5 2 4
4 4 2 4 4 3 1 3 1 2 2 4 2 4 4 4 1 3 4 4 5 2 5 5 5
2 3 3 4 4 2 2 5 3 2 3 4 3 3 2 1 2 5 3 2 4 2 5 3 4
2 4 5 3 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 5 1 2 3 2 3 4 3 5 3 4
4 2 2 2 5 3 3 3 4 2 2 2 2 4 5 2 4 4 4 4 5 4 4 5 4
2 4 2 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 2 4 2 4 4 2 4
3 2 1 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4 1
3 4 1 2 4 4 4 1 4 2 4 5 4 5 3 5 2 2 4 4 3 4 3 3 4
2 4 5 4 4 3 4 2 5 2 5 5 4 5 5 5 2 1 4 3 4 2 4 4 5
17 1
174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
2 4 4 4 4 3 1 4 5 4 5 2 5 3 4 2 4 4 4 2 4 2 2 2 2
2 2 2 4 3 2 1 2 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 4 2 2 3
4 4 4 3 3 4 2 5 5 4 4 2 4 3 5 5 4 4 5 4 2 3 2 1 2
4 4 4 4 4 2 4 1 3 3 3 4 2 4 2 4 4 4 1 5 4 5 5 3 3
2 3 2 3 2 4 4 2 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 3 5
2 1 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 5 3 3 4 4 4 2 3 4 5 4 2 4
1 1 2 4 4 3 2 2 4 2 5 3 2 2 2 4 4 5 3 5 3 2 3 3 2
1 2 3 4 3 4 3 4 4 1 4 3 4 4 2 4 4 1 4 3 4 4 4 2 2
4 5 1 4 2 3 2 2 3 5 4 1 3 4 2 2 4 5 3 2 2 3 2 3 4
4 4 4 2 4 2 3 1 1 1 4 3 4 5 2 5 3 5 2 1 4 4 3 2 3
2 4 4 4 5 3 2 1 2 4 4 4 3 4 4 5 2 5 1 1 5 5 2 1 4
3 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 1 2 1 2 2 3 1 2 2
3 4 1 2 4 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 5 2 4 3 3 4 4 1 2 2
4 4 3 4 4 4 4 5 2 2 1 4 5 4 2 4 2 4 4 5 4 4 2 5 3
3 4 5 3 5 2 4 4 2 1 1 2 3 4 4 2 2 4 3 3 4 4 5 4 3
3 3 5 4 4 2 4 3 2 1 2 2 5 2 2 1 3 2 4 4 4 4 3 4 4
3 4 1 4 4 4 5 2 5 3 4 2 5 3 1 1 5 4 3 3 4 4 4 5 2
3 4 5 4 4 3 2 1 4 4 2 2 4 2 1 2 4 2 4 5 2 4 4 5 4
3 3 3 2 3 4 3 5 4 3 5 4 4 4 5 2 4 4 2 5 4 3 4 5 2
4 5 2 5 2 2 5 1 4 4 5 4 2 5 5 4 3 4 4 3 2 1 4 3 4
3 4 5 5 2 4 3 1 4 4 5 3 4 4 3 5 4 4 2 3 1 1 4 4 4
4 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 2 5 4 3 4 2 1 4 4 1 2 3 5 4
4 4 2 4 4 5 4 4 4 2 4 2 4 3 4 5 1 1 4 4 2 4 4 4 4
2 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 5 2 4 2 1 2 4 5 4 4 4 2 3
4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 2 3 4 4 4 2 2
4 3 2 1 3 3 4 2 1 4 3 3 2 4 4 5 4 4 2 5 4 5 4 5 3
5 3 1 3 5 5 4 1 2 2 4 5 3 5 5 4 5 4 2 3 4 4 4 2 2
17 2
199 200 201 202 203 204 205 206 207
2 2 3 4 1 2 4 5 1
4 3 4 4 3 4 4 3 5
2 3 3 4 5 3 5 5 2
2 3 2 2 2 3 3 3 3
4 4 4 2 4 2 5 5 4
3 2 2 4 4 4 3 3 1
3 4 4 2 4 4 5 5 1
2 3 2 4 1 4 3 2 2
4 2 4 4 2 5 5 5 3
2 2 3 4 1 2 4 2 4
4 3 4 2 3 4 5 4 4
2 3 3 4 2 3 2 2 4
3 4 4 4 4 4 5 5 4
4 3 4 4 4 2 1 5 4
3 2 3 2 4 1 1 2 2
2 4 4 5 4 1 2 4 3
4 2 4 3 2 5 5 2 2
4 4 5 2 4 4 2 5 5
4 4 3 1 4 3 4 4 3
4 4 2 1 4 2 4 3 2
4 3 1 1 4 3 4 4 4
4 2 1 2 4 5 3 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 4
3 2 4 2 4 3 4 1 2
4 3 4 3 3 4 2 2 2
4 3 4 4 4 4 5 2 3
2 3 4 2 2 2 3 4 4
173
28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 3 5 2 2 4 4 4 3
5 4 4 4 5 3 5 5 3 4 3 4 4 2 5 4 4 3 4 3 2 2 3
4 4 4 3 5 4 5 4 3 2 4 4 4 4 3 2 5 3 2 3 4 3 3
5 4 2 5 5 4 5 4 5 4 3 4 5 2 5 5 4 4 4 2 4 3 4
3 3 4 3 4 3 5 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 3 4
4 4 2 2 3 4 5 5 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 2 3 5 2 3
4 4 4 3 5 3 4 3 5 5 5 5 2 4 4 3 4 2 4 2 4 3 2
3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 1 5 2 4
4 4 2 2 1 3 2 4 2 5 4 4 1 4 2 3 4 2 2 5 5 1 3
5 4 4 5 2 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 4 1 5 3 4
4 5 2 2 3 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 2 4 1 4 4 4
4 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 5 2 3 1 3 3 3 2 4 2 2 3
4 2 3 4 3 4 4 4 2 5 5 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4
3 3 4 4 3 4 4 2 4 2 3 3 2 2 1 4 4 3 2 3 3 3 3
5 5 5 3 4 5 5 3 5 4 2 5 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 2
4 5 5 5 5 3 5 3 5 5 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 5 2 4
4 4 2 5 3 3 4 4 5 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3
3 2 4 4 5 4 2 5 5 5 5 2 3 2 1 5 4 4 4 2 4 2 4
5 4 5 3 3 5 5 3 5 5 4 4 4 4 2 4 3 5 5 4 4 5 4
4 4 2 5 5 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4
4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 2 5
5 3 4 3 4 2 4 5 2 4 3 5 2 4 2 4 5 2 4 4 5 3 4
4 3 3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4
5 2 4 5 4 5 3 3 3 4 3 5 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 4
4 4 4 3 5 4 4 5 2 4 4 3 4 4 4 5 4 4 2 4 3 3 2
5 2 4 5 4 2 3 5 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 5 2 4
Jumlah 214 177 178 184 184 182 213 201 182 193 179 213 165 172 157 190 213 188 182 161 205 156
17 4
170
1 4 5 2 4 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2 3 4 4
3 4 4 4 5 3 4 3 3 4 2 4 3 3 5 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3
4 4 5 4 3 5 4 3 4 2 4 5 4 4 2 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3
5 4 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 4 4 2 1 2 4 3 4 5 3 4 5 2
4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 2 4 3 4 2 2 3 4 2 4 5 4 4 5 2
5 4 5 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 2 5 3 3 4 2 4 5 2 2 4 4
2 2 4 4 5 3 5 3 2 4 4 2 4 3 1 5 2 5 5 4 4 4 4 4 3
4 2 4 4 1 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 1 4 3 2 5 4 4 4 4
4 2 2 4 5 3 2 2 3 2 3 4 3 4 1 4 2 4 2 2 5 2 4 3 4
5 2 3 3 5 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3
5 4 2 4 5 3 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4
2 2 1 4 3 2 3 2 3 3 4 2 3 4 1 3 3 4 2 2 3 2 3 5 4
4 4 3 2 5 4 5 5 4 5 4 2 4 4 3 5 3 5 4 5 5 4 4 5 4
2 3 5 2 4 3 3 4 4 5 3 3 2 3 3 3 2 5 3 2 3 2 3 4 3
5 4 5 4 3 4 4 5 5 3 5 5 2 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 1
3 4 4 4 5 3 5 4 5 4 3 3 3 4 1 5 2 5 3 4 5 4 5 4 2
4 4 2 4 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4
4 2 5 2 5 4 3 3 4 4 5 4 3 3 1 5 3 4 4 2 5 2 1 5 4
5 4 5 4 2 4 2 3 5 3 4 2 2 4 4 5 3 4 4 2 4 2 2 4 5
5 4 5 4 3 5 1 2 4 5 4 2 2 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 1
4 4 1 4 2 5 3 1 3 5 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 5 4 3 2 4
2 5 3 3 3 4 5 3 3 3 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 3
4 5 2 4 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 5 2
1 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 1 5 2 4 5 2 4 4 3
2 5 2 2 3 4 2 2 2 5 4 3 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 4 5 2
4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 2 2 4 2 3 4 4 4 4 4
183 178 177 180 198 176 171 180 192 178 198 157 164 183 160 180 155 213 157 166 212 162 168 213 189
175
4 4 4 5 2 4 2 3 4 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 5 2 4 3 3 5
3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 2 5 4 4 4 2 5 4 5 4 4
4 5 4 4 3 3 4 3 5 3 3 2 4 2 2 5 2 5 3 3 4 2 4 5 4
5 4 3 4 2 4 4 3 5 5 4 3 5 2 1 4 3 5 4 1 4 3 3 4 5
4 4 3 5 3 4 3 4 3 5 2 4 3 1 3 4 4 5 3 3 4 4 4 2 5
4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 5 4 4 4
3 5 2 4 3 4 4 4 4 5 3 2 3 4 2 2 2 3 1 3 4 4 4 4 2
4 4 2 5 4 3 5 3 4 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 5 2
4 2 2 3 3 2 3 4 5 3 4 3 2 5 3 4 2 3 5 4 5 4 4 5 4
3 5 3 4 3 4 5 3 3 2 4 2 1 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4
4 5 4 5 3 4 4 4 5 5 4 3 3 3 4 5 1 4 4 3 4 4 4 4 5
4 3 2 3 2 2 5 4 4 5 3 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5
4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 2 3 5 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 2 4
3 4 3 4 3 3 5 3 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 1 4 2 4 4
1 5 3 5 4 5 5 3 5 3 2 2 2 3 4 3 5 5 3 3 4 4 4 4 4
2 1 1 3 5 4 4 2 5 4 2 3 5 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 3 2
4 3 2 4 3 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 3 4 3 1 3 4 5 4 4 5
4 1 2 5 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 5 4 3 2 3
5 2 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 3 3 3 4 4 5 3 4 5 4 4 2 4
5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 3 4 4 3 5 4 3 5 4
4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 5 3 3 3 4 3 4 5 5 4 3 5
4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 5 2 2 3 4 3 4 4 4 5 4 2 5 4
5 4 3 4 3 3 5 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 2 3 3 4 4 2 4
3 3 4 4 3 5 5 2 2 2 2 4 5 5 4 4 5 4 2 3 4 4 2 4 4
2 4 3 4 4 3 5 3 5 3 3 3 4 3 4 4 4 5 4 1 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 2 2 4 2 2 3 5 4 4 4 5 3 4 4
193 182 159 213 166 187 210 178 220 192 186 157 169 178 169 211 185 211 168 166 208 213 175 183
176
207
2 2 4 4 3 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 4 1 2 1
2 2 2 5 2 4 2 5 2 4 4 5 5 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 5 2
1 4 5 4 1 4 2 2 1 2 2 4 3 4 1 3 3 5 2 4 2 2 3 1 2
4 2 4 2 2 4 2 4 2 2 2 4 5 5 4 4 2 5 1 5 5 2 2 4 2
4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 2 2 5 5 3 4 1 4 2 5 5 3 2 5 1
2 2 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4 2 2 3 2 4 5 2 4 4 2
2 2 4 4 1 2 4 4 2 2 1 4 3 2 1 3 1 5 2 4 2 2 4 2 4
3 2 3 4 2 1 5 3 2 2 2 4 4 4 4 5 2 5 2 2 4 2 4 4 5
2 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 2 4 4 2 4 2 5 3 5 3 2 2 3 1
2 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 2 4 5 4 4 2 5 2 5 3 1 2 4 4
1 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 5 2 3 1 2 2 4 4 2 2 4 5
4 4 4 4 2 4 5 2 3 2 2 4 4 3 5 5 2 4 2 4 4 2 4 4 5
3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 5 3 2 2 5 2 5 5 2 4 3 2
4 3 4 5 4 2 3 2 2 2 4 4 3 4 5 3 2 5 2 2 5 1 2 2 4
3 5 5 2 3 4 5 5 2 3 5 2 3 4 4 2 2 5 2 5 2 2 4 2 3
3 4 4 2 4 4 4 2 2 3 2 4 2 4 5 5 2 4 2 5 5 3 2 2 4
4 4 4 1 3 5 4 3 5 3 4 2 1 4 2 5 2 5 1 2 5 1 4 4 2
4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 2 3 2 5 5 5 2 2 3 4 5 2 2 4 4
4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 2 4 3 5 4 2 2 5 2 5 4 4 4 2 4
4 2 2 4 4 5 3 2 4 2 5 4 2 4 5 3 2 5 2 4 5 4 3 4 5
4 5 5 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 3 4 3 2 3 4 5 1 2 5 5
5 4 4 4 3 5 5 2 3 2 4 2 4 3 5 5 2 5 3 4 5 2 2 4 4
5 2 5 4 3 5 4 4 5 5 2 2 5 4 3 5 1 4 3 5 5 2 1 4 4
5 3 2 4 4 5 4 4 4 2 2 4 2 3 5 5 2 5 4 3 5 2 1 3 3
5 4 4 5 4 5 2 5 4 3 5 2 4 4 2 3 4 3 2 4 4 1 2 4 4
5 4 2 4 4 5 3 2 4 4 5 5 2 3 5 4 4 3 2 5 2 4 3 4 4
168 180 198 188 159 174 190 173 173 143 153 178 174 213 170 200 106 215 120 210 220 119 121 170 176
17 7
2 4 4 4 3 3 3 1 2 3 4 3 4 5 3 5 4 4 4 4 5 2 4 1 5
2 5 4 4 4 4 2 2 1 4 4 4 4 5 4 3 3 4 3 2 5 4 2 2 2
1 4 2 4 4 3 2 3 3 5 4 5 4 1 3 4 2 2 2 4 4 4 5 3 4
1 4 4 2 4 2 5 3 2 2 2 2 4 5 3 5 3 4 4 3 2 3 4 2 4
2 4 4 4 1 4 3 4 4 2 4 1 2 4 3 4 4 4 2 2 2 2 5 2 5
3 2 5 2 5 4 1 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 3 4 5 2 2 4 5
3 3 4 4 1 4 3 4 1 2 5 3 5 3 3 4 4 3 4 1 5 2 2 4 2
5 4 5 4 1 4 4 5 2 1 3 4 5 3 2 3 2 4 2 2 5 2 2 4 2
3 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 1 2 3 2 2 3 4 3 2 2 1 2 5
2 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 2 2 2 5 2 4 3 1 1 4 3 3 2 5
4 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 1 2 3 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2
2 4 4 1 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 2 5
5 4 5 2 1 5 3 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 2 2 5
4 4 4 5 4 3 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 3 4 1 3 4 4 5 4 5
4 1 2 4 3 4 1 2 3 3 2 2 3 4 2 2 4 2 2 3 5 3 4 4 2
4 3 4 4 3 5 2 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 5 4 4 5
2 4 4 5 3 5 3 2 3 4 2 4 2 2 4 4 2 4 1 2 5 5 3 2 5
4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 5 2 4 3 4 2 5 5 2 2 5
2 4 4 5 2 2 2 3 4 5 4 4 3 1 4 4 3 4 2 2 5 2 2 3 4
2 5 3 5 1 2 4 4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 4 2 2 3 4 2 2 4
4 5 4 5 2 1 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 3 4 5 1 2 2
4 4 3 4 3 3 4 5 5 4 3 3 3 4 5 2 4 4 3 2 2 5 3 4 2
3 4 3 3 3 4 3 2 5 5 4 4 4 5 4 3 4 3 2 3 5 4 2 2 4
5 3 4 3 4 4 4 2 5 3 2 4 5 3 5 3 2 2 3 2 5 4 2 4 5
4 4 3 4 3 2 3 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 4 3 3 4 5 2 4 5
2 2 4 3 2 2 4 5 3 3 2 4 3 4 2 4 4 5 5 2 4 2 2 4 4
172 181 187 185 156 162 164 166 169 175 180 186 174 180 176 186 167 165 136 146 200 170 142 131 210
17 8
4 4 2 4 3 5 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 2 4 4 4 4
3 5 2 1 4 4 2 3 3 4 5 5 4 4 3 3 3 5 5 1 4 3 3 4 4
2 5 2 1 3 4 4 5 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 5 2 3 4 4 2 4
2 4 1 1 4 3 4 4 4 4 5 4 3 2 4 4 4 5 4 4 2 1 3 2 5
2 3 1 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 4 3 5 4 2 5 2 3 1 5
2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 1 2 5 4 5 2 5 4 4 4 5 2 3 1 2
2 5 4 4 4 3 3 4 4 2 3 2 4 4 5 4 4 3 4 5 2 2 2 3 3
2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4 3 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 5
2 4 1 3 2 3 2 4 4 1 1 2 1 4 2 2 3 4 4 5 4 5 4 4 3
4 4 1 5 4 4 3 4 4 4 2 2 2 2 4 4 5 2 4 4 3 4 3 3 2
4 4 1 3 2 3 2 4 4 4 4 4 2 3 5 4 4 3 4 3 4 3 4 5 4
2 4 2 4 4 4 4 2 1 3 4 1 2 2 4 4 1 1 4 2 5 4 3 5 5
2 5 3 5 2 5 4 2 2 1 4 4 3 3 4 4 1 4 5 4 3 4 4 3 4
2 2 2 3 2 4 3 4 2 2 4 4 5 4 4 4 1 4 4 5 5 3 4 4 4
3 4 2 5 1 4 3 1 2 3 3 4 2 4 3 5 2 4 5 1 5 4 4 5 4
2 4 2 2 1 4 1 4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 4 4 4 2 3 2 4 4
3 4 2 2 1 3 1 3 2 3 2 2 3 5 3 2 4 5 4 5 4 2 2 5 3
2 5 4 1 1 3 1 5 5 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 2
2 3 2 1 2 3 2 5 4 3 3 3 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 3
2 3 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 5 4 3 5 5
3 5 5 2 3 3 2 5 3 4 3 4 4 4 4 4 2 5 5 1 2 4 4 5 3
2 5 5 4 4 3 5 5 4 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5
2 5 4 3 3 5 3 4 5 3 2 4 4 5 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 2
2 5 3 2 3 4 4 5 4 3 3 5 4 5 4 3 3 4 4 4 5 4 2 3 3
2 3 4 3 5 4 4 4 3 2 5 3 4 3 3 4 3 5 5 5 3 4 2 4 5
1 4 3 2 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 2 4 4 5
123 210 129 159 169 200 159 172 176 169 172 182 180 184 184 180 180 205 210 170 201 179 178 176
17 9
210
4 2 4 1 4 2 2 4 2 2 2 2 1 2 4 2 1 1 4 3 3 3 3 3 4
4 2 4 5 4 4 2 3 3 4 4 2 4 4 5 4 1 2 2 4 3 2 5 2 2
4 3 3 5 2 3 2 4 2 2 2 2 2 4 5 4 4 4 2 3 3 4 3 2 1
2 4 4 5 4 3 3 4 4 5 3 4 4 2 4 4 3 3 2 3 2 2 3 1 2
4 3 4 2 5 2 2 2 3 2 5 2 4 4 3 2 4 2 1 4 5 4 4 3 4
3 4 4 2 3 3 4 3 4 2 2 3 4 5 4 4 4 4 1 5 3 2 4 3 3
4 3 4 5 3 5 3 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 1 2 5 4 3 5 4 2
3 4 3 5 3 3 2 4 4 5 5 4 5 2 5 4 5 3 4 3 3 4 5 4 3
2 4 4 5 4 4 2 5 2 3 2 3 4 5 5 4 2 1 4 4 4 4 4 4 1
4 2 4 4 4 4 2 2 5 3 4 4 4 3 5 3 1 4 4 2 5 2 3 4 3
2 1 5 4 3 2 4 4 3 2 2 3 2 1 3 2 1 2 4 4 4 2 4 4 2
2 2 4 5 4 4 3 4 2 1 4 4 4 1 2 3 2 4 5 3 4 2 3 3 5
4 1 5 5 3 5 4 4 4 5 2 4 5 2 4 2 4 5 3 2 4 2 5 2 1
3 2 4 5 3 2 5 3 1 2 3 3 4 1 5 3 4 3 3 1 4 2 5 1 2
4 5 5 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 1 2 4 4 1 2
4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 2 4 3 3 4 4 4
3 2 4 5 4 3 3 3 1 2 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 4 4
4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 2 4 2 3 2 2 3 1 3 2 5 2 2
4 3 4 4 4 2 4 4 1 4 5 4 4 1 5 5 5 2 4 4 2 4 4 3 4
2 3 4 4 4 5 3 4 3 1 4 4 4 2 5 3 3 3 4 5 4 4 5 2 1
5 4 4 4 4 2 4 4 1 5 4 3 2 2 5 4 5 2 2 2 3 2 5 1 2
4 4 5 2 5 2 4 5 3 2 2 2 4 4 5 2 4 3 2 2 4 4 3 1 2
4 4 3 3 3 4 3 2 4 2 4 4 4 1 4 4 4 5 5 2 5 2 4 3 2
4 4 5 2 5 3 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 2 2 3 2 5 4 5
3 4 4 4 2 4 3 2 3 3 4 4 4 2 5 2 5 4 3 5 3 4 4 4 3
2 2 3 3 3 2 2 2 2 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 4 5 4 4 4 2
182 170 174 178 198 168 167 172 164 158 167 185 180 167 220 175 172 167 163 167 187 162 215 162 156
18 0
2 4 1 2 3 4 4 1 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 4 2 2 3
1 2 4 4 4 5 5 3 5 2 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 5 4 1 2 2
3 4 4 3 3 4 2 4 2 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 1 3 2 1 2 2
2 1 5 3 4 3 4 2 2 3 2 2 2 3 4 1 2 4 4 2 4 4 4 4 4
4 1 2 2 2 3 4 4 3 2 2 4 3 2 3 2 2 2 4 4 5 3 5 5 2
4 2 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 1 4 3 4 4
4 3 4 4 4 5 4 2 3 2 2 2 4 2 2 3 4 2 2 4 5 3 2 2 3
4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 1 2 4 4 2 5 3 5 3 3 4 4
4 2 4 4 1 4 2 3 5 4 5 4 5 1 2 5 2 2 4 4 5 3 3 5 2
4 2 4 4 2 4 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 1 3 4 3 5 4 4 4
4 3 3 2 2 5 2 3 2 4 2 5 4 4 4 1 1 1 4 2 4 5 3 4 4
5 4 2 4 4 5 4 2 4 4 4 5 3 5 3 2 1 2 4 4 4 5 4 2 4
4 3 4 3 2 4 4 4 3 2 3 3 4 2 2 4 4 2 3 3 2 5 3 4 4
3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 4 4 4 1
4 3 4 4 4 5 4 4 3 3 1 3 5 4 4 4 5 4 1 1 2 1 3 5 1
3 4 3 2 4 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 3 4 1 2 1 1 4 5 2
2 1 4 4 2 5 1 4 3 2 2 4 4 3 4 2 5 3 2 4 1 2 4 4 4
1 1 2 3 4 5 2 5 2 2 1 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 5 4
1 2 3 3 2 5 2 3 2 1 2 2 4 2 1 1 5 4 4 4 4 3 4 4 5
3 3 2 4 4 4 4 5 2 1 2 4 2 1 1 2 4 4 2 2 3 2 2 2 1
4 4 1 1 4 4 3 4 2 4 3 3 3 1 2 4 4 4 3 5 3 5 2 2 4
2 2 2 2 2 4 3 5 4 4 4 3 2 4 4 2 5 4 3 4 4 2 4 1 3
5 4 4 5 1 4 4 5 3 4 5 2 4 3 4 4 3 5 4 4 3 4 3 2 5
5 4 4 3 1 4 4 5 3 4 4 3 5 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4
4 4 5 2 4 5 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 2 5
4 4 3 1 4 4 2 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4
169 168 168 172 171 198 169 167 165 161 173 168 198 174 171 176 179 175 168 176 181 185 169 165
18 1
167
2 4 4 4 4 4 4 2 4
3 4 3 4 2 5 3 4 5
4 2 2 3 2 5 4 4 1
3 3 4 4 2 5 2 4 5
3 4 2 3 4 5 3 3 5
4 4 4 4 2 2 4 4 5
2 3 4 3 1 2 4 3 3
3 4 3 4 1 2 3 4 4
4 4 4 4 2 5 2 1 4
4 2 5 4 3 4 1 1 2
3 2 3 3 4 4 1 2 2
4 4 2 1 5 3 5 5 3
4 2 2 1 5 4 5 4 4
2 3 2 2 5 4 4 2 2
2 4 3 5 2 2 3 4 4
2 3 4 5 4 3 3 3 2
3 2 4 3 4 5 4 4 4
3 3 4 4 2 5 3 2 3
2 2 5 2 4 4 4 4 4
3 2 4 2 4 4 5 5 2
2 4 4 4 4 4 5 5 4
1 2 3 4 4 3 5 4 3
2 4 2 4 3 2 4 4 2
2 2 3 4 4 4 4 4 3
5 4 5 3 4 4 2 4 5
4 2 4 4 4 4 5 5 4
163 160 178 168 170 185 189 186 171
18 2
Hasil Penelitian Variabel Konsep Diri item 1 sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3 1 3 2 2 5 1 1 1 1 3 4 1 4 2 1 3 1 2 2 5
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
1 2 3 3 4 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
1 2 1 2 2 3 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1
3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1
1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 3 1 3 3 1 2 3 2 1 1 3
1 1 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 1 2 2 1 2 3 1
2 4 4 2 1 3 3 1 1 2 3 1 1 2 2 1 4 2 2 1 2
4 1 2 1 2 1 1 3 4 1 1 3 2 1 1 2 2 1 1 2 5
1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 4 2 1 1 1 3 3 1 1
1 1 3 2 3 1 3 1 2 2 3 2 1 2 2 4 2 1 1 3 1
2 1 1 3 1 1 1 4 2 1 1 3 4 1 1 1 2 3 1 1 3
1 3 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1
2 1 5 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 3 3 2 1 1 2
1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 1 3 3 1
1 2 2 1 2 1 1 4 1 4 1 1 3 1 2 1 1 2 1 1 3
1 1 2 2 1 2 3 4 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 4
1 2 1 1 2 4 1 1 1 2 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1
2 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2
1 1 1 1 3 3 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 4
1 1 4 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1 3 2 3 1 1 3 4 1
3 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4
1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 3 1 3 2 4 2 1 1 2 1 1
1 5 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 3 2 2 4 1
18 3
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1 3 5 5 3 2 1 4 2 2 1 3 1 2 3 5 2 1 4 4 3 3 2 2 1
1 2 3 1 3 4 1 1 2 3 1 2 3 2 1 3 1 1 2 5 2 2 2 2 1
1 1 3 4 1 2 2 1 2 3 2 3 1 1 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 3 1 1 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1 3 1
2 3 2 1 2 2 1 2 3 1 3 3 1 1 3 5 1 1 5 2 2 1 2 2 1
1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 1 4 2 2 4 1 2 2
2 2 1 1 1 4 2 1 2 1 1 2 4 1 3 2 4 1 4 2 3 5 2 3 1
1 1 3 1 3 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 2 2 1 2 1
2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 1 3 2 1 4 2 1 2 3 2 2 3 3 2 3
3 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 4 2 1 4 1 3 2 2 3 3 1 3 1
2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 3 4 1 2 1 2 3 1 1 2 2 4 2 1 1
2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 3 4 1 3 1 3 2 4 1 4 1 1 3 1
2 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 4 3 2 2 2 1 1 3 1
1 2 1 2 1 3 1 1 3 2 2 4 1 1 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 2
3 2 2 1 1 2 2 3 1 5 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1
5 1 1 2 1 5 1 2 2 1 2 2 3 1 1 5 1 1 3 2 2 1 2 2 1
2 3 2 1 3 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 3 4 3 1 3 1
2 2 1 3 2 4 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2 4 1 1 3 2 1 1 1 2
4 2 1 1 1 2 2 1 4 1 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 1 1 2 4 1 3 1 2 2 4 1 1 4 2 1 2 2 1 4 2 1 1 2
4 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1 1 1 4 1 3 1 3 2 3 2 4 3
1 2 2 2 1 2 2 1 4 2 1 2 3 5 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 3 2 1 4 1 4 3 1 1 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 1
18 4
2
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
1 2 2 2 1 3 1 1 1 3 2 2 2 3 5 1 1 2 2 1 4 5 1 5 2
2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 3 2 1 5 4 5 1 1
1 1 2 1 2 1 3 1 1 1 4 2 4 2 4 2 3 2 2 1 3 3 2 3 2
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2
1 1 1 2 1 5 1 1 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 4 1
2 2 2 1 1 2 4 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3
2 2 2 3 1 1 1 2 1 5 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 1 1 1
1 1 1 1 1 2 1 2 2 4 1 2 1 4 3 3 1 1 2 1 2 1 2 3 2
2 2 1 1 1 4 1 3 1 2 1 1 2 3 3 3 2 3 1 1 3 1 1 1 2
1 2 3 2 1 2 3 1 2 2 1 4 1 4 2 1 3 1 2 1 1 5 2 3 1
1 2 1 1 3 2 3 2 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1
1 1 1 3 2 4 1 3 1 2 1 2 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2
1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 1 2 1
2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 1 1 4 1 2 3 1 1 1 3 1 2 1 2
1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1
1 3 1 1 2 3 1 3 2 2 2 1 2 5 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 2
2 1 1 3 2 3 2 2 2 5 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 2 3 2 2 1
1 2 2 1 3 1 3 2 1 2 3 1 3 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3
2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 1 2 1 2 1 3
1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 3 1 1 1 2 4 3 2
2 1 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 2 2 2 1 3 1 3 1 2 1 1 1 1
3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 3 1 1 2
1 1 2 1 1 1 3 2 2 1 3 3 3 3 2 5 2 2 2 1 1 1 3 2
185
2
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
3 2 3 5 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 3 3 1 1 1 2 1 1 2 2
3 2 2 2 2 3 2 1 1 3 4 1 2 3 1 2 3 1 3 3 1 1 3 2 3
1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 4 1 1 1 3 2 2 3 2
2 3 1 2 2 2 2 2 3 1 5 2 2 2 1 1 2 1 1 1 3 2 2 2 1
2 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 5 1 1 1 3
3 3 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 4
3 3 2 1 3 2 3 1 3 3 1 5 2 1 1 2 3 1 2 1 4 1 1 1 5
1 1 3 1 1 2 2 3 3 1 2 1 2 1 2 3 4 1 3 2 4 1 1 2 2
1 2 3 3 1 2 2 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 2 3
3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2 2 3 1 2 1 5 1 2 3 2
5 2 4 2 2 1 1 2 1 1 4 1 2 3 1 1 1 1 2 2 4 1 2 2 1
1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 1 2 4 1 1 5 1
2 3 1 1 2 1 1 2 3 3 5 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 3 2 3 1
1 3 1 2 2 3 2 1 3 1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2
3 3 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 4 1 3 2 3 2 1 1 2 1 1 2 2
1 1 3 1 3 2 3 1 1 5 1 1 5 1 4 2 1 1 3 1 5 1 1 1 2
2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 2 3 3 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2
2 3 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2 3 1 3 2 3 1 2 1 1 2 1 2 4
1 1 2 3 1 1 1 3 3 2 2 1 2 1 3 2 4 1 1 1 3 2 2 1 2
2 3 1 2 1 3 1 1 1 3 1 2 4 1 4 3 4 1 3 1 1 1 1 2 4
1 1 3 1 2 1 3 2 2 2 2 4 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1
2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 3 3
3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 3 3 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2
18 6
2
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
2 1 4 4 3 1 4 1 1 2 2 1 4 4 2 1 3 3 1 3 3 3 1 2 3
3 1 2 2 2 4 4 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2 3 1 4 5 1 1 2
2 3 3 3 2 3 4 1 3 4 3 2 2 2 4 2 4 3 2 2 1 2 2 2 1
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 5 1 2 4 2 2 1 5 2 5 1 1 2
1 1 2 1 2 3 1 3 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 3 2 4 2 2 2 1
1 2 3 1 2 2 2 4 3 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 3 1 1 1 3
1 4 2 1 3 1 3 2 3 4 4 2 2 2 3 4 3 2 2 1 1 1 2 4 2
2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 4 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2
3 4 1 3 1 2 2 1 2 3 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 3 3 1 4 1
2 3 1 2 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 1 4 5 2 3 1
2 1 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 2
1 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 1 2 2 4 2 3 2 2 1 2 5 1 2 3
2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 5 1 2 2 2 1 5 1 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 3 2 1 3 1 1 2 3
1 1 2 3 3 1 4 1 3 1 1 1 2 3 2 4 3 2 2 1 2 2 1 1 2
1 2 1 4 5 1 4 2 3 4 4 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1
3 4 3 1 2 2 4 1 2 1 3 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 5 1 3 1
4 1 1 2 5 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 5 1 1 2 2 2 4 2
4 2 1 4 2 2 1 3 3 4 3 2 1 1 2 4 4 2 2 1 3 1 1 3 2
4 1 3 3 1 3 2 4 3 1 2 1 2 2 1 1 3 1 3 1 1 2 1 4 1
2 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 3 1 1 3 3 1 3 2 2 1 1 1 3 1
1 3 2 1 2 1 2 3 1 1 1 2 3 4 2 1 1 2 1 5 3 3 1 1 2
2 4 2 4 4 4 2 1 2 3 3 4 2 3 2 1 1 2 3 2 4 2 1 2 3
187
122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146
3 1 2 1 2 3 1 3 3 3 4 1 2 2 3 2 3 1 2 3 3 2 2 2 4
2 1 2 1 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 3 1
4 2 4 2 2 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 3 1 2
4 2 4 1 3 4 1 1 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 1 3 1 1 1 3 1
1 1 3 1 1 2 1 2 2 2 1 4 3 2 3 3 4 1 1 2 2 2 1 2 2
3 1 3 1 1 2 1 1 3 2 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2 2 1
2 1 3 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2
5 1 3 1 3 3 1 1 2 3 2 2 1 1 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 5
2 3 1 2 1 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2
1 1 2 1 1 2 4 2 1 3 2 2 3 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3
2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 2 1 2 2 2 2 3 3
2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 1 1 1 4 1 1 1 1 3 2 2 3
5 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 4 2 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 3
2 1 2 1 2 4 1 1 4 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 23 1 1
1 1 4 1 2 3 4 1 4 2 2 3 1 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3 2 1
2 3 4 1 2 1 1 1 4 2 1 4 2 2 3 2 3 1 2 3 1 1 3 2 3
1 1 1 1 1 4 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3
2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 1 3 1 1 2 2 1 3 1 2 3
2 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 4 1 1 2 2 1 2 2 5
3 1 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 3 4 1 3 2 1 1 2 3 1
2 2 3 1 2 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2
1 1 4 1 3 2 5 1 1 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2
2 1 1 2 3 3 1 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2
18 8
1
147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171
1 1 1 3 2 3 2 1 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 4 1 2 2 2 2 1
1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3 1 1 2 3 1
3 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2 3 2 1 3 2 1 2 2 1 2 3 3 2 1
2 1 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2
4 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 3 3
3 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 3 1 1 3 3 2 2 2 2 1
2 1 2 3 2 1 2 1 4 1 1 2 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1
3 1 1 2 3 3 1 1 1 2 4 2 2 1 2 2 2 1 3 2 3 2 1 1 1
1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 3 1 3 1
1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 2 5 2 1 1 2 1 3 3 1 2 4 1 3 1
2 1 2 3 3 2 1 1 2 3 4 4 2 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 2 1
2 1 2 2 3 3 1 1 3 3 1 4 3 1 2 3 1 1 2 4 2 2 2 3 2
1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 4 2 2 1 3 1 1 3 2 4 2 2 2 2 3
1 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2
1 1 1 3 3 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 2 4 2 2 4 3 1
2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 3 2 1 3 4 2 1 1 2 1
3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 4 2 2 2 1 5 2 3 1 3 2 1 1
2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 1 2 4 1 1 2 1 2 3 1
1 1 2 2 3 3 1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 1 3 1 2 1 2 2 4 1
2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3 3 3 1
2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 4 1 2 2
1 2 4 3 2 1 1 2 1 1 3 3 2 1 3 3 2 2 3 1 2 1 4 1 2
18 9
172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196
1 2 2 2 3 1 1 1 2 3 3 5 1 2 2 3 5 1 2 2 5 2 3 2 3
2 3 2 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3
2 2 2 1 3 1 1 1 2 2 4 3 2 1 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2
3 3 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 3 1 2 1 2 3 2 1 2 1
4 2 2 1 2 1 5 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 1 2 1 1 2 1 1
1 3 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 4 1 1 2 2 1 2 3 2 1
2 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3
1 3 2 2 1 1 2 1 3 3 1 1 2 1 1 3 1 3 2 2 2 1 1 2 1
2 1 2 2 4 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 3
2 2 2 2 1 2 1 1 4 2 3 2 2 1 2 4 3 2 1 1 1 1 2 1 2
1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1
4 4 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2
1 1 1 2 3 1 3 2 4 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 2 2 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 1 2 3
1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2
2 2 3 2 1 3 5 1 4 1 2 5 2 1 3 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2
4 2 2 2 3 1 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 1 3 1
1 3 3 2 2 2 2 1 1 3 3 2 4 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 2
2 2 1 2 1 2 2 3 1 1 3 2 1 1 2 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1
1 3 2 1 2 3 3 1 2 2 3 1 3 2 2 1 5 1 1 1 1 2 3 3 1
1 1 2 2 1 4 1 1 2 5 2 2 2 1 3 2 5 1 2 2 2 1 4 3 4
2 2 2 1 3 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 3 4 2 2 1 1 3 1 2 3
2 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 3 2 1 4 1 2 1
19 0
1
197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207
1 5 2 3 1 2 3 4 3 2 1
1 1 2 2 3 2 2 2 1 3 3
3 3 1 1 2 4 2 2 2 3 2
1 3 2 2 4 3 2 2 2 3 1
3 3 1 2 3 4 2 3 2 3 3
1 2 2 2 1 3 1 3 4 1 3
2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 4
2 3 1 1 3 4 2 2 2 3 1
1 4 3 2 3 4 2 1 2 2 2
2 3 1 3 1 1 1 3 1 3 2
1 2 1 3 2 1 1 2 2 5 2
1 4 2 3 1 3 3 1 2 2 3
3 1 1 1 2 1 1 3 4 1 1
1 4 2 2 3 1 2 4 1 1 3
1 3 2 2 3 1 1 1 2 2 2
1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1
1 3 2 1 3 2 1 4 1 2 3
1 3 1 2 2 3 4 1 4 3 2
2 1 3 2 2 1 3 4 4 2 1
1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2
1 5 2 3 2 2 4 2 2 2 3
2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1
1 1 3 2 1 2 1 3 1 2 2
19 1
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 1 1 2 3 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 5 1 1 1 3 2
4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 4 2 2 1 2 1 3 2 3
1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1
2 1 1 2 1 1 1 3 2 2 1 2 4 1 2 2 3 3 1 1 2 2 2
3 3 3 1 3 3 1 3 2 2 3 1 1 2 2 1 4 1 1 1 5 1 1
1 1 1 2 4 1 1 2 2 2 1 3 2 1 1 3 1 2 2 1 1 2 3
1 1 3 1 1 2 3 1 2 1 2 1 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2
2 3 1 3 2 1 1 1 2 1 3 4 1 2 2 1 4 2 1 1 3 5 1
1 1 2 1 4 1 3 1 3 1 1 3 4 1 4 4 3 1 1 2 1 1 2
3 1 3 4 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 1 2 1 1
1 1 1 3 4 1 3 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 3
2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 4 1
1 1 1 4 1 1 1 2 2 1 5 1 3 1 1 2 3 2 2 2 1 3 2
2 3 1 1 1 3 2 1 1 5 5 5 3 2 3 1 1 1 1 1 3 3 1
2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 4 4 2 1 1 3
1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1
2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 1 5 1 2 1 2 3 1 3 2 3 1
2 1 5 1 3 1 1 1 5 1 1 1 1 2 2 1 2 1 3 1 1 4 1
3 2 1 4 1 4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1
1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 5 1 4 3
2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 2 4 1 1 1 2 2 3 1
1 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 5 1 1 2 1 2 2
3 1 3 4 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 4 2
1 1 1 1 2 1 2 1 4 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 2 3
2 3 1 2 2 1 1 5 1 1 5 1 2 1 3 1 4 1 1 5 1 1 1
jumlah 81 78 91 90 99 78 80 79 79 70 91 76 90 88 90 79 98 79 72 89 90 106 86
19 2
1 1 1 2 2 3 1 1 2 1 2 2 1 3 1 3 1 5 1 1 1 2 2 2 1
4 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 1 5 1 1 2
1 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 1 3 1 1 2 2 1 2 2 1
1 2 3 1 1 2 3 2 2 2 1 1 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1
3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 2 4 1 1 2 1 3 1 2 2
1 3 1 1 1 1 1 4 4 2 1 3 2 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1
2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 2 4 2 1 2 4 3 2 2 1 2 2
2 1 2 1 1 1 2 3 1 3 2 1 2 1 1 2 1 3 4 1 2 1 4 2 2
3 3 1 2 1 2 2 1 3 1 1 1 3 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2
2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 1 2 1 1 3 2 2
1 1 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 1 3 1 3 2 3 2 3 2 1 2
3 2 1 2 2 2 3 2 3 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 3 2 2 1
1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2
4 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 4 3 1 1 1 3 1 1 2 1 2 2 2 1
3 4 1 1 1 1 5 1 1 2 1 3 2 2 1 2 3 2 3 1 1 1 1 1 2
1 1 2 2 2 1 1 2 3 1 1 4 3 2 4 1 1 3 1 1 2 1 3 2 2
4 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3
1 1 3 2 1 1 2 2 1 2 1 4 4 2 1 2 5 1 1 3 1 2 1 2 2
1 3 1 1 2 1 1 1 2 4 1 4 1 2 1 3 1 2 5 2 2 1 1 1 1
3 1 1 2 1 3 2 2 1 1 3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 4 2 1 2 2 1 1 3 3 2 2 3 1 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2
1 2 1 3 1 2 1 1 5 1 1 3 1 3 1 3 4 2 3 2 2 3 1 2 1
2 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 2 2
1 2 3 3 2 3 1 1 4 1 2 3 2 1 2 3 1 3 3 1 1 2 1 1 1
1 4 1 3 2 5 1 1 5 2 1 2 1 1 2 1 3 1 3 1 2 3 1 1 1
95 91 78 106 67 87 89 84 90 91 79 93 96 103 91 84 106 99 107 92 70 98 75 76
193
78
2 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 1 2
1 2 2 1 4 2 1 2 1 1 3 5 1 3 1 1 2 1 5 3 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 1 1 3 2 1 3 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1
3 2 2 2 1 2 1 1 2 3 1 3 3 1 1 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3
1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 1 3 1 1 1 2 1 2
2 1 2 2 1 3 2 3 1 2 5 1 1 2 3 1 1 1 1 2 3 1 1 2 2
2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 3 2 3 3 2 2 3
2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 4 1 2 2 3 2 2 3 4 1 1 1 3
3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 4 2 3 1 2 3 1 2 2 5 2 2 3 3
2 2 1 1 1 3 1 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1
1 2 2 1 1 2 1 4 1 1 2 3 3 3 2 3 1 1 1 2 2 3 2 2 1
2 1 1 1 1 2 2 5 1 2 4 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2 2 1 2 2 1 1 3 1 1 2 2 1 2
2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 5 1 2 2 1 2 1 3 2 3 1 1 3 2
1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 2 2
1 2 2 1 1 3 1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1
2 1 2 3 1 3 2 3 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 3 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3
1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3
1 2 2 2 4 1 1 1 1 2 3 1 3 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2 1
2 2 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 4 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 4 2 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 5 2 1 1 1 5 1 4 2 2 3
79 79 80 85 81 79 70 101 70 83 94 106 104 91 92 87 79 53 90 101 92 89 79 88
19 4
96
3 2 1 2 2 1 1 1 4 1 2 3 1 2 3 2 2 2 1 1 1 2 3 3 2
4 2 2 1 3 3 3 2 1 2 2 2 3 1 3 3 1 1 3 1 2 3 2 2 3
3 1 1 3 3 1 1 3 5 2 2 2 1 1 3 1 4 2 5 2 2 2 1 2 1
3 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 3 1 5 2 1 1 2 1 2
2 1 2 3 2 2 3 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 5 1 3
2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 3
2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 3 3 3
2 2 1 2 4 2 3 3 1 5 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 3
2 2 1 1 5 1 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1
2 2 1 3 4 1 3 1 1 3 2 2 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1 1 3
3 3 1 2 4 3 3 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2
2 3 5 1 4 1 1 3 1 1 4 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 3 1
1 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 1 3 1 1 2 3 3 2
3 4 2 1 2 2 3 1 4 1 2 3 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 3 1
2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2 1
2 2 1 1 2 4 1 1 5 2 2 2 3 2 3 1 2 1 3 1 1 1 2 4 2
2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 4 1 3 1 2 2 1 1 3
1 2 1 1 3 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 3 1 1 1 3 3 2
1 2 3 2 3 1 3 3 1 5 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 2 1 1 1 1
2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 2 2 3 1 3
3 2 1 2 2 3 3 1 2 3 3 2 2 1 2 2 4 1 4 1 1 3 3 1 3
2 2 1 1 1 1 1 2 4 1 2 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 3 1
1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 1 2 2 4 2 4
2 2 1 2 2 3 1 3 5 2 2 2 1 3 1 1 3 1 4 1 2 1 2 2 1
1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 3 3 1 2 2 1 1 2 1 3 3 3 3
100 97 80 88 107 92 93 87 98 102 105 85 89 86 106 65 100 65 120 60 70 94 110 100
19 5
104
3 2 1 3 1 1 1 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 1 2 4 2 1
1 3 3 1 3 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 3 1
2 2 2 3 1 1 1 2 4 2 1 1 1 4 3 2 2 4 4 2 1 3 3 3 1
3 4 3 2 2 2 2 1 1 1 3 4 2 2 2 1 5 1 3 1 1 2 3 3 1
2 2 2 1 5 1 1 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 1 2 2 1
2 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 2 3 4 3 2 2 1 2 2 1 2 4 2 1
1 4 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1
1 2 2 2 4 1 2 3 2 3 2 2 4 1 1 2 2 2 4 2 2 2 4 2 1
2 3 2 2 4 2 3 4 3 2 5 3 2 2 1 2 1 5 3 1 1 1 3 2 1
3 2 1 2 4 1 1 1 1 4 2 2 1 3 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1
1 1 2 1 2 2 3 1 1 2 1 3 2 4 1 3 2 2 4 1 2 4 2 3 1
4 1 4 4 1 3 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 4 1 3 2 3 2 1 1
4 4 1 3 2 4 2 1 2 1 2 4 1 1 1 2 2 4 1 1 1 4 1 2 1
3 2 3 1 3 2 1 1 1 2 3 4 2 1 2 5 3 1 3 2 1 3 1 1 2
1 3 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 3 1 3 2 1 1 1 2 3 2 1
3 1 3 1 5 1 1 2 4 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 3 1
2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1
1 3 1 2 2 3 1 1 2 2 5 5 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 1
1 4 3 2 3 5 3 3 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 4 2 1
2 2 2 2 4 4 2 1 1 1 1 3 2 4 2 5 1 1 3 1 2 2 3 2 1
3 3 2 2 3 2 2 4 4 1 1 2 3 2 2 2 2 1 3 1 1 1 4 1 1
2 2 1 1 1 3 2 2 3 2 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 1 1 3 1 1
2 1 2 3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1
1 1 2 2 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 5 2 2 1 2 3 1
100 112 108 100 119 102 92 98 107 88 103 109 103 103 94 99 98 88 110 99 69 97 105 108 60
196
2 1 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1
4 2 3 1 5 1 4 2 2 2 3 1 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2
3 1 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 3 1 2 3 2
1 1 2 1 5 2 2 2 1 4 2 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 3 1 2 1
2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 4 1 2 3 1 2 2 4 1
2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 1 3 1
3 1 2 2 1 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 1
4 1 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 3 1
3 2 4 2 3 1 1 1 3 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 1 1 3 1 1 1
2 1 2 1 3 1 3 4 1 3 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 1 2
2 1 4 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1
2 1 3 1 3 1 2 2 3 2 3 2 3 3 4 1 1 3 3 3 2 3 1 1 2
1 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 3 3 3 4 1 3 2 3 2 2 2 1 1 1
2 1 1 5 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 1 1 1
1 1 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 2 3 1
5 1 1 2 2 2 4 2 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 1 1 1 3 1 2 1
2 2 2 5 2 1 2 1 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 3 1 5 2 4 1
2 1 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 1 3 2
4 1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3
4 1 2 2 4 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 1
2 1 2 1 3 2 1 1 3 2 1 2 2 1 1 1 4 1 3 1 1 3 3 1 1
2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1
4 1 2 1 1 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 3 4 1 1
4 1 2 3 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2
1 1 1 4 1 2 1 3 5 1 2 3 1 3 2 1 3 1 2 1 1 3 3 1 1
123 60 95 106 102 70 109 105 92 102 102 99 96 97 100 70 94 80 77 87 102 105 97 89 60
19 7
1 3 1 4 1 1 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 1 1 1 2 3 3 3 1 2
2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 4 3
3 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 1 1 3 2 2 4 2 1 1 1
1 3 1 1 1 2 1 1 2 2 1 4 1 1 2 2 3 2 4 2 1 1 2 3 1
2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 3 1 1 2 2 2 2 1 3 1 1 3
2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 3 2 1 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2
2 1 1 2 1 1 4 2 1 1 3 1 2 1 1 1 2 3 2 3 1 2 2 4 3
2 2 3 2 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 2 4 2 3 1 5 1 1 2
1 2 3 2 1 3 1 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 1 2 2 1 1 1 2 3
2 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2
1 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 1 3
2 1 1 2 2 2 1 5 1 2 2 2 1 1 1 1 4 3 2 1 2 3 1 1 1
2 3 3 4 1 1 1 2 2 3 2 1 2 3 1 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2
3 2 3 1 2 1 1 2 1 1 3 2 1 2 1 1 1 3 3 2 2 1 1 2 3
2 2 2 1 1 1 4 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 2 2
2 1 1 1 3 2 3 1 3 3 4 3 1 2 1 1 2 3 2 2 2 3 1 1 3
2 1 1 1 2 3 1 3 2 3 4 1 3 1 1 3 1 1 1 2 1 2 1 4 1
2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 1 4 2 1 4 4 2 1 2 1 1
2 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1
1 2 3 1 1 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 1 1 2
2 2 2 1 2 2 4 1 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 3 1 1 1 2 3
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 4 1 1 2 2 2 2 1 1 2
2 3 3 3 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 5 1 1 1 3
2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 1 1 4 1 1 1 2 2 1 1 1
2 2 2 3 1 1 1 1 3 1 2 1 4 3 1 2 1 5 1 1 2 1 1 2 1
87 101 98 91 67 65 87 86 90 110 103 85 93 99 70 97 99 104 90 99 90 102 65 89
19 8
102
2 2 1 4 2 1 2 3 2 5 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 3
2 2 4 3 1 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 4 3 3 2 2 3
2 2 3 1 2 2 1 2 3 2 4 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 1 2
5 2 1 1 1 1 2 1 2 4 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 3
2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2
2 4 2 3 5 1 2 1 2 1 1 2 4 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 1
2 3 1 1 2 2 1 3 2 1 1 1 3 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 3
2 3 2 1 2 1 2 3 4 2 3 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 4 4 2 1
2 2 3 2 2 3 1 3 3 1 2 1 1 1 2 3 2 1 2 3 2 1 1 1 2
2 2 2 2 3 1 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 1 1 2
1 2 2 2 1 3 1 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 4 2 1 3 1 1
2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 1 1
2 2 4 1 1 3 2 4 2 1 2 1 1 2 2 3 1 2 2 4 1 3 2 2 2
2 2 1 5 1 2 2 3 1 2 3 2 2 4 2 1 2 2 1 1 3 3 1 2 1
2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 1 2 1 3 2 2 1 3 1 1 3 2 2 1 1
2 2 2 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 1 1 1 2 1
1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 1 1 3 3 3 1 2
1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2
2 2 2 2 5 1 3 2 1 1 1 1 3 3 1 1 2 2 1 4 1 1 2 2 1
2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 4 1 1 1 2 1 1 2 2 3 1 1
2 2 2 2 2 1 2 3 2 5 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 1
2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2
2 2 2 1 1 1 1 3 3 2 4 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1
1 4 2 2 1 1 3 2 4 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2
94 95 95 85 96 70 97 103 102 101 92 73 90 101 97 93 74 87 80 90 90 94 93 70
19 9
103
3 2 3 1 1 1 1 2 1
3 3 3 3 1 2 5 2 3
3 4 1 3 1 2 4 3 2
2 1 2 2 1 3 2 2 1
2 2 1 1 1 2 4 1 2
2 4 2 2 1 3 4 2 2
2 3 1 1 2 1 2 3 3
1 1 2 2 1 2 1 3 1
3 2 1 2 2 1 1 2 2
1 2 2 1 1 2 1 3 4
1 3 2 2 2 1 2 2 3
2 2 1 1 1 3 2 3 1
1 4 4 4 2 1 3 2 1
2 2 1 1 1 3 3 3 2
2 2 3 1 3 2 2 3 1
1 2 1 3 1 1 2 3 2
2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 1 5 2 2 2 2
1 1 1 3 2 2 2 1 2
4 3 3 3 2 1 2 2 1
1 1 2 3 1 2 2 1 2
2 1 3 3 1 2 3 2 4
2 4 3 1 2 3 1 2 1
4 1 2 2 1 1 1 4 1
3 2 1 4 2 4 3 2 2
92 101 99 101 84 102 106 109 96
20 0
201
Descriptive Statistics N Konsep diri Persepsi Siswa
Mean 207 207
Std. Deviation
91.06 177.43
12.773 19.945
Minimum
Maximum
53 106
123 220
Statistics persepsi siswa N
Valid
konsep diri
207
Missing Mean Std. Error of Mean
207
0
0
177.43
91.06
1.386
.888
Median
176.00
92.00
Std. Deviation
19.945
12.773
Skewness
-.242
-.505
Std. Error of Skewness
.169
.169
Range
114
70
Minimum
106
53
Maximum Percentiles
220
123
25
167.00
84.00
50
176.00
92.00
75
186.00
101.00
persepsi siswa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
106
1
.5
.5
.5
119
1
.5
.5
1.0
120
1
.5
.5
1.4
121
1
.5
.5
1.9
123
1
.5
.5
2.4
129
1
.5
.5
2.9
131
1
.5
.5
3.4
136
1
.5
.5
3.9
142
1
.5
.5
4.3
143
1
.5
.5
4.8
146
1
.5
.5
5.3
153
1
.5
.5
5.8
155
1
.5
.5
6.3
156
3
1.4
1.4
7.7
157
4
1.9
1.9
9.7
158
1
.5
.5
10.1
159
4
1.9
1.9
12.1
160
2
1.0
1.0
13.0
202
161
2
1.0
1.0
14.0
162
4
1.9
1.9
15.9
163
2
1.0
1.0
16.9
164
3
1.4
1.4
18.4
165
4
1.9
1.9
20.3
166
4
1.9
1.9
22.2
167
8
3.9
3.9
26.1
168
9
4.3
4.3
30.4
169
8
3.9
3.9
34.3
170
7
3.4
3.4
37.7
171
4
1.9
1.9
39.6
172
7
3.4
3.4
43.0
173
3
1.4
1.4
44.4
174
5
2.4
2.4
46.9
175
4
1.9
1.9
48.8
176
7
3.4
3.4
52.2
177
2
1.0
1.0
53.1
178
9
4.3
4.3
57.5
179
3
1.4
1.4
58.9
180
10
4.8
4.8
63.8
181
2
1.0
1.0
64.7
182
6
2.9
2.9
67.6
183
3
1.4
1.4
69.1
184
4
1.9
1.9
71.0
185
5
2.4
2.4
73.4
186
4
1.9
1.9
75.4
187
3
1.4
1.4
76.8
188
2
1.0
1.0
77.8
189
2
1.0
1.0
78.7
190
2
1.0
1.0
79.7
192
2
1.0
1.0
80.7
193
2
1.0
1.0
81.6
198
6
2.9
2.9
84.5
200
3
1.4
1.4
86.0
201
2
1.0
1.0
87.0
205
2
1.0
1.0
87.9
207
1
.5
.5
88.4
208
1
.5
.5
88.9
210
6
2.9
2.9
91.8
211
2
1.0
1.0
92.8
212
1
.5
.5
93.2
213
8
3.9
3.9
97.1
214
1
.5
.5
97.6
215
2
1.0
1.0
98.6 100.0
220 Total
3
1.4
1.4
207
100.0
100.0
203
Konsep diri
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
53
1
.5
.5
.5
60
4
1.9
1.9
2.4
65
4
1.9
1.9
4.3
67
2
1.0
1.0
5.3
69
1
.5
.5
5.8
70
10
4.8
4.8
10.6
72
1
.5
.5
11.1
73
1
.5
.5
11.6
74
1
.5
.5
12.1
75
1
.5
.5
12.6
76
2
1.0
1.0
13.5
77
1
.5
.5
14.0
78
4
1.9
1.9
15.9
79
10
4.8
4.8
20.8
80
5
2.4
2.4
23.2
81
2
1.0
1.0
24.2
83
1
.5
.5
24.6
84
3
1.4
1.4
26.1
85
4
1.9
1.9
28.0
86
3
1.4
1.4
29.5
87
7
3.4
3.4
32.9
88
5
2.4
2.4
35.3
89
6
2.9
2.9
38.2
90
12
5.8
5.8
44.0
91
7
3.4
3.4
47.3
92
8
3.9
3.9
51.2
93
5
2.4
2.4
53.6
94
6
2.9
2.9
56.5
95
4
1.9
1.9
58.5
96
5
2.4
2.4
60.9
97
7
3.4
3.4
64.3
98
6
2.9
2.9
67.1
99
9
4.3
4.3
71.5
100
6
2.9
2.9
74.4
101
7
3.4
3.4
77.8
102
10
4.8
4.8
82.6
103
7
3.4
3.4
86.0
104
3
1.4
1.4
87.4
105
4
1.9
1.9
89.4
106
7
3.4
3.4
92.8
107
3
1.4
1.4
94.2
108
2
1.0
1.0
95.2
204
109
3
1.4
1.4
96.6
110
3
1.4
1.4
98.1
112
1
.5
.5
98.6
119
1
.5
.5
99.0
120
1
.5
.5
99.5 100.0
123 Total
1
.5
.5
207
100.0
100.0
Frequencies Persepsi Statistics aspek 1 N
Valid
207
207
0
0
0
45.37
45.94
49.16
34.82
Variance
207
.521
.504
.567
.388
46.00
46.00
49.00
35.00
Mode Std. Deviation
aspek 4
0
Std. Error of Mean Median
aspek 3
207
Missing Mean
aspek 2
46
46
48
38
7.499
7.247
8.153
5.582
56.233
52.515
66.465
31.160
Range
39
41
40
32
Minimum
22
25
25
16
Maximum
61
66
65
48
Sum Percentiles
9391
9509
10176
7207
25
41.00
42.00
44.00
31.00
50
46.00
46.00
49.00
35.00
75
51.00
51.00
55.00
38.00
aspek 1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
22
1
.5
.5
.5
26
2
1.0
1.0
1.4
27
2
1.0
1.0
2.4
28
2
1.0
1.0
3.4
29
1
.5
.5
3.9
31
1
.5
.5
4.3
33
3
1.4
1.4
5.8
34
2
1.0
1.0
6.8
35
6
2.9
2.9
9.7
36
6
2.9
2.9
12.6
37
3
1.4
1.4
14.0
38
6
2.9
2.9
16.9
39
2
1.0
1.0
17.9
40
9
4.3
4.3
22.2
205
41
11
5.3
5.3
27.5
42
10
4.8
4.8
32.4
43
12
5.8
5.8
38.2
44
12
5.8
5.8
44.0
45
12
5.8
5.8
49.8
46
18
8.7
8.7
58.5
47
10
4.8
4.8
63.3
48
7
3.4
3.4
66.7
49
9
4.3
4.3
71.0
50
6
2.9
2.9
73.9
51
10
4.8
4.8
78.7
52
9
4.3
4.3
83.1
53
3
1.4
1.4
84.5
54
4
1.9
1.9
86.5
55
9
4.3
4.3
90.8
56
5
2.4
2.4
93.2
57
5
2.4
2.4
95.7
58
2
1.0
1.0
96.6
59
3
1.4
1.4
98.1
60
3
1.4
1.4
99.5 100.0
61 Total
1
.5
.5
207
100.0
100.0
aspek 2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
25
3
1.4
1.4
1.4
26
2
1.0
1.0
2.4
27
1
.5
.5
2.9
28
1
.5
.5
3.4
30
2
1.0
1.0
4.3
32
1
.5
.5
4.8
34
1
.5
.5
5.3
36
4
1.9
1.9
7.2
37
6
2.9
2.9
10.1
38
3
1.4
1.4
11.6
39
5
2.4
2.4
14.0
40
9
4.3
4.3
18.4
41
11
5.3
5.3
23.7
42
9
4.3
4.3
28.0
43
15
7.2
7.2
35.3
44
9
4.3
4.3
39.6
45
17
8.2
8.2
47.8
46
22
10.6
10.6
58.5
47
4
1.9
1.9
60.4
206
48
9
4.3
4.3
64.7
49
9
4.3
4.3
69.1
50
10
4.8
4.8
73.9
51
8
3.9
3.9
77.8
52
5
2.4
2.4
80.2
53
7
3.4
3.4
83.6
54
4
1.9
1.9
85.5
55
10
4.8
4.8
90.3
56
7
3.4
3.4
93.7
57
6
2.9
2.9
96.6
58
5
2.4
2.4
99.0
63
1
.5
.5
99.5
66
1
.5
.5
100.0
207
100.0
100.0
Total
aspek 3 Frequency Valid
Percent
25
1
28
1
29
3
30
1
31
1
32
Valid Percent .5
Cumulative Percent
.5
.5
.5
.5
1.0
1.4
1.4
2.4
.5
.5
2.9
.5
.5
3.4
2
1.0
1.0
4.3
34
3
1.4
1.4
5.8
35
1
.5
.5
6.3
36
2
1.0
1.0
7.2
37
2
1.0
1.0
8.2
38
3
1.4
1.4
9.7
39
2
1.0
1.0
10.6
40
3
1.4
1.4
12.1
41
5
2.4
2.4
14.5
42
4
1.9
1.9
16.4
43
7
3.4
3.4
19.8
44
13
6.3
6.3
26.1
45
10
4.8
4.8
30.9
46
12
5.8
5.8
36.7
47
8
3.9
3.9
40.6
48
16
7.7
7.7
48.3
49
12
5.8
5.8
54.1
50
7
3.4
3.4
57.5
51
8
3.9
3.9
61.4
52
7
3.4
3.4
64.7
53
8
3.9
3.9
68.6
54
9
4.3
4.3
72.9
207
55
7
3.4
3.4
76.3
56
5
2.4
2.4
78.7
57
8
3.9
3.9
82.6
58
9
4.3
4.3
87.0
59
4
1.9
1.9
88.9
60
5
2.4
2.4
91.3
61
5
2.4
2.4
93.7
62
4
1.9
1.9
95.7
63
5
2.4
2.4
98.1
64
3
1.4
1.4
99.5
65
1
.5
.5
100.0
207
100.0
100.0
Total
aspek 4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
16
1
.5
.5
.5
18
2
1.0
1.0
1.4
21
2
1.0
1.0
2.4
22
1
.5
.5
2.9
23
2
1.0
1.0
3.9
24
3
1.4
1.4
5.3
25
1
.5
.5
5.8
26
3
1.4
1.4
7.2
27
2
1.0
1.0
8.2
28
6
2.9
2.9
11.1
29
11
5.3
5.3
16.4
30
7
3.4
3.4
19.8
31
13
6.3
6.3
26.1
32
7
3.4
3.4
29.5
33
15
7.2
7.2
36.7
34
14
6.8
6.8
43.5
35
18
8.7
8.7
52.2
36
17
8.2
8.2
60.4
37
12
5.8
5.8
66.2
38
23
11.1
11.1
77.3
39
6
2.9
2.9
80.2
40
8
3.9
3.9
84.1
41
10
4.8
4.8
88.9
42
10
4.8
4.8
93.7
43
5
2.4
2.4
96.1
44
3
1.4
1.4
97.6
45
3
1.4
1.4
99.0
47
1
.5
.5
99.5
48
1
.5
.5
100.0
208
aspek 4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
16
1
.5
.5
.5
18
2
1.0
1.0
1.4
21
2
1.0
1.0
2.4
22
1
.5
.5
2.9
23
2
1.0
1.0
3.9
24
3
1.4
1.4
5.3
25
1
.5
.5
5.8
26
3
1.4
1.4
7.2
27
2
1.0
1.0
8.2
28
6
2.9
2.9
11.1
29
11
5.3
5.3
16.4
30
7
3.4
3.4
19.8
31
13
6.3
6.3
26.1
32
7
3.4
3.4
29.5
33
15
7.2
7.2
36.7
34
14
6.8
6.8
43.5
35
18
8.7
8.7
52.2
36
17
8.2
8.2
60.4
37
12
5.8
5.8
66.2
38
23
11.1
11.1
77.3
39
6
2.9
2.9
80.2
40
8
3.9
3.9
84.1
41
10
4.8
4.8
88.9
42
10
4.8
4.8
93.7
43
5
2.4
2.4
96.1
44
3
1.4
1.4
97.6
45
3
1.4
1.4
99.0
47
1
.5
.5
99.5 100.0
48 Total
1
.5
.5
207
100.0
100.0
Frequency Konsep Diri Statistics Fisik N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation
Emosi
Sosial
Moral
Kognitif
207
207
207
207
207
0
0
0
0
0
23.18
22.81
22.68
11.10
10.75
.343
.302
.298
.182
.182
23.00
23.00
23.00
11.00
11.00
25
23a
23
11
11
4.931
4.345
4.295
2.622
2.619
209
Variance
24.316
18.875
18.443
6.874
6.859
Range
31
21
20
14
14
Minimum
12
12
12
6
6
Maximum
43
33
32
20
20
Sum
4799
4721
4694
2297
2225
Percentil 25 es 50
20.00
20.00
20.00
9.00
9.00
23.00
23.00
23.00
11.00
11.00
75
26.00
26.00
26.00
13.00
12.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Fisik Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
5
2.4
2.4
2.4
13
2
1.0
1.0
3.4
14
2
1.0
1.0
4.3
15
5
2.4
2.4
6.8
16
4
1.9
1.9
8.7
17
8
3.9
3.9
12.6
18
11
5.3
5.3
17.9
19
7
3.4
3.4
21.3
20
13
6.3
6.3
27.5
21
13
6.3
6.3
33.8
22
17
8.2
8.2
42.0
23
20
9.7
9.7
51.7
24
17
8.2
8.2
59.9
25
21
10.1
10.1
70.0
26
15
7.2
7.2
77.3
27
12
5.8
5.8
83.1
28
11
5.3
5.3
88.4
29
5
2.4
2.4
90.8
30
8
3.9
3.9
94.7
31
2
1.0
1.0
95.7
32
2
1.0
1.0
96.6
33
2
1.0
1.0
97.6
34
3
1.4
1.4
99.0
35
1
.5
.5
99.5
43
1
.5
.5
100.0
207
100.0
100.0
Total
210
Emosi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
3
1.4
1.4
1.4
13
3
1.4
1.4
2.9
14
6
2.9
2.9
5.8
15
2
1.0
1.0
6.8
16
5
2.4
2.4
9.2
17
3
1.4
1.4
10.6
18
6
2.9
2.9
13.5
19
12
5.8
5.8
19.3
20
20
9.7
9.7
29.0
21
14
6.8
6.8
35.7
22
19
9.2
9.2
44.9
23
24
11.6
11.6
56.5
24
24
11.6
11.6
68.1
25
5
2.4
2.4
70.5
26
15
7.2
7.2
77.8
27
18
8.7
8.7
86.5
28
7
3.4
3.4
89.9
29
10
4.8
4.8
94.7
30
6
2.9
2.9
97.6
31
3
1.4
1.4
99.0
32
1
.5
.5
99.5 100.0
33 Total
1
.5
.5
207
100.0
100.0
Sosial Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
1
.5
.5
.5
13
3
1.4
1.4
1.9
14
8
3.9
3.9
5.8
15
3
1.4
1.4
7.2
16
8
3.9
3.9
11.1
17
3
1.4
1.4
12.6
18
13
6.3
6.3
18.8
19
7
3.4
3.4
22.2
20
10
4.8
4.8
27.1
21
13
6.3
6.3
33.3
22
20
9.7
9.7
43.0
23
29
14.0
14.0
57.0
24
13
6.3
6.3
63.3
25
18
8.7
8.7
72.0
26
21
10.1
10.1
82.1
211
27
15
7.2
7.2
89.4
28
8
3.9
3.9
93.2
29
5
2.4
2.4
95.7
30
4
1.9
1.9
97.6
31
2
1.0
1.0
98.6 100.0
32 Total
3
1.4
1.4
207
100.0
100.0
Moral Frequency Valid
6
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
9
4.3
4.3
7
7
3.4
3.4
7.7
8
17
8.2
8.2
15.9
9
27
13.0
13.0
29.0
10
27
13.0
13.0
42.0
11
31
15.0
15.0
57.0
12
30
14.5
14.5
71.5
13
21
10.1
10.1
81.6
14
16
7.7
7.7
89.4
15
13
6.3
6.3
95.7
16
5
2.4
2.4
98.1
17
2
1.0
1.0
99.0
18
1
.5
.5
99.5
20
1
.5
.5
100.0
207
100.0
100.0
Total
4.3
Kognitif Frequency valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
8
3.9
3.9
3.9
7
17
8.2
8.2
12.1
8
16
7.7
7.7
19.8
9
29
14.0
14.0
33.8
10
27
13.0
13.0
46.9
11
33
15.9
15.9
62.8
12
27
13.0
13.0
75.8
13
21
10.1
10.1
86.0
14
13
6.3
6.3
92.3
15
7
3.4
3.4
95.7
16
5
2.4
2.4
98.1
17
2
1.0
1.0
99.0
18
1
.5
.5
99.5
20
1
.5
.5
100.0
207
100.0
100.0
Total
212
Correlations Konsep diri Konsep diri
Pearson Correlation
Persepsi Siswa -.599**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N Persepsi Siswa
Pearson Correlation
207
207
**
1
-.599
Sig. (2-tailed)
.000
N
207
207
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Konsep diri N Normal Parametersa,,b
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Persepsi Siswa
207 91.06 12.773 .085 .057 -.085 1.228 .098
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
207 177.43 19.945 .087 .087 -.083 1.257 .085
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. ANOVA Table Sum of Squares Persepsi Between (Combined) Siswa * Groups Linearity Konsep diri Deviation from Linearity
Mean Square
df
40190.616
47
29433.587
F Sig.
855.119
3.256
.000
1 29433.587
112.078
.000
.890
.670
10757.029
46
233.848
Within Groups
41756.119
159
262.617
Total
81946.734
206
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Konsep diri
Std. Error
262.641
8.027
-.936
.087
Standardized Coefficients Beta
t
-.599
Sig.
32.720
.000
-10.719
.000
a. Dependent Variable: Persepsi Siswa Measures of Association R Persepsi Siswa * Konsep diri
-.599
R Squared .359
Eta .700
Eta Squared .490
213
PROGRAM BIMBINGAN KONSELING KONSEP DIRI , PERSEPSI DAN PERILAKU JUVENILE DELINQUENCY(KENAKALAN REMAJA)
AGNES YULI ANGGELLIA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
214
Kata Pengantar Konsep diri memiliki peran yang cukup penting dalam penentuan sikap, perilaku dan reaksi siswa terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Banyak siswa yang mengembangkan dengan konsep diri yang cenderung negatif. Namun sayang orangtua, guru dan orang dewasa yang bertanggung untuk membimbing mereka tidak menyadari hal itu. Konsep diri yang cenderung negatif ini banyak terlihat pada siswa/i di SMA N 1 Seberida. Hal ini tampak jelas ketika anak mulai duduk dibangku SMA N 1 Seberida sangat pemalu, tidak percaya diri, penakut, cepat putus asa, selalu mengatakan “tidak”, selalu mengatakan saya “tidak dapat/ mampu”, mengatakan “saya tidak berani”.Konsep diri negatif dari siswa tersebut dapat membentuk persepsi yang salah, sehingga tercermin melalui perilaku yang negatif pula. Panduan
ini
merupakan
bahan
bagi
guru
Bimbingan
dan
Konseling/Konselor Sekolah dalam memberikan informasi tentang konsep diri, persepsi dan juvenile delinquency. Diharapkan program ini dapat digunankan Guru Bimbingan dan Konseling kepada siswa di sekolah.Panduan ini adalah bagian kecil dari upaya guru di sekolah dalam memberikan informasi tentang konsep diri, persepsi dan juvenile delinquency. Padang , Juni 2012 Mahasiswa PPs-BK UNP
Agnes Yuli Anggellia
215
DAFTAR ISI 1
Halaman Kata Pengantar .......................................................................................... 1 Daftar Isi ..................................................................................................... 2 Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling ...................................... 3 1. Layanan Informasi ........................................................................... 3 a. Latar Belakang ........................................................................... 3 b. Tujuan ....................................................................................... 4 c. Sasaran Layanan ........................................................................ 4 d. Materi Layanan .......................................................................... 4 e. Evaluasi Kegiatan ...................................................................... 8 2. Layanan Kontent .............................................................................. a. Latar Belakang........................................................................... b. Sasaran Layanan........................................................................ c. Materi Layanan ......................................................................... d. Pelaksanaan Kegiatan................................................................ e. Evaluasi Kegiatan ......................................................................
9 9 9 9 10 10
3. Layanan Bimbingan Kelompok ....................................................... a. Latar Belakang........................................................................... b. Tujuan ....................................................................................... c. Sasaran Layanan ....................................................................... d. Materi Layanan ......................................................................... e. Perencanaan Kegiatan ............................................................... f. Pelaksanaan Kegiatan................................................................ g. Evaluasi Kegiatan .....................................................................
11 11 12 12 12 13 13 14
4. Layanan Konseling Kelompok.......................................................... a. Latar Belakang............................................................................ b. Tujuan......................................................................................... c. Sasaran Layanan ........................................................................ d. Materi Layanan .......................................................................... e. Perencanaan Kegiatan ................................................................ f. Pelaksanaan Kegiatan................................................................. g. Evaluasi Kegiatan.......................................................................
15 15 16 16 16 16 17 18
Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling ............................................. 19
216
PROGRAM PELAYANAN BIMBINAN DAN KONSELING DALAM 2 PENGENTASAN MASALAH KONSEP DIRI DAN PERSEPSI SISWA TENTANG JUVENILE DELINQUENCY
Bimbingan dan konseling adalah suatu upaya yang memungkinkan sasaran layanan individu mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungan secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan. Penelitian yang dilakukan di SMA N 1 Seberida mengenai konsep diri dan persepsi siswa tentang juvenile delinquency,
1.
Layanan Informasi a.
Latar Belakang Yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan dan pendidikan lanjutan. Layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka lakukan untuk menjalani kehidupan, juga perkembangan dirinya, maupun untuk perencanaan masa depan. Berdasarkan hasil penelitian, siswa masih mengalami konsep diri yang buruk/negatif dan membentuk persepsi yang tidak tepat terhadap juvenile delinquency. Siswa perlu mendapatkan layanan informasi agar siswa dapat mengatasi masalah konsep diri dan mengubah persepsi yang
3
217
salah selama ini yang telah mereka bentuk. Berbagai macam informasi yang akan siswa dapatkan dari guru BK diharapakan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah tentang konsep diri dan persepsi siswa yang salah. b. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut agar siswa dapat memperoleh
informasi
dan
pemahaman
mengenai
bagaimana
membentuk konsep diri, bagaimana merubah pandangan atau persepsi yang salah menjadi benar. c. Sasaran Layanan Sasaran layanan informasi yang dilaksanakan adalah siswa SMA N 1 Seberida d. Materi Layanan I.
Memberikan informasi tentang pengertian konsep diri dan persepsi : 1) Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan 2) Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu
II. Memberikan informasi tentang jenis-jenis persepsi dan konsep diri yang ada pada diri individu yaitu
218
a) Jenis – jenis persepsi yang ada dalam diri individu yaitu : 1.
Persepsi positif/ tepat adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan oleh keaktifan atau menerima dan mendukung terhadap obyek yang dipersepsikan.
2.
Persepsi negatif/ tidak tepat adalah persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan pemanfaatannya.
b). Jenis – jenis konsep diri antara lain : 1) Orang dengan konsep diri positif dapat dilihat jika mereka : (1) Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah; (2) Merasa setara atau sederajat dengan orang lain; (3) Menerima pujian tanpa rasa malu; (4) Menyadari bahwa setiap orang memilki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya dapat diterima oleh masyarakat; (5) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri
sendiri;
(6)
Memiliki
kesanggupan
dalam
mengungkapkan aspek yang tidak disenangi dan berusaha untuk merubahnya. a. Orang dengan konsep diri negatif dapat dilihat jika mereka : (1) Peka terhadap kritik, namun di persepsi sebagai upaya orang lain untuk menjatuhkan harga dirinya; (2) Cenderung
219
menghindari dialog yang terbuka; (3) Selalu mempertahankan pendapat dengan berbagai logika yang keliru;
(4) Sangat
respek terhadap berbagai pujian yang ditujukan pada dirinya dan segala atribut atau embel-embel yang menunjang harga dirinya
menjadi
pusat
perhatiannya;
(5)
Memiliki
kecenderungan bersikap hiperkritis terhadap orang lain; (6) Jarang bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan orang lain; (7) Memiliki perasaan
mudah
marah,
cenderung
mengeluh
dan
meremehkan orang lain; (8) Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan oleh orang banyak, karena itulah cenderung bereaksi untuk menciptakan permusuhan; (9) Tidak mau menyalahkan diri sendiri namun selalu memandang dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak benar; (10) Pesimis terhadap segala yang bersifat kompetitif, enggan bersaing dan berprestasi, serta tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. III. Memberikan informasi kepada siswa akan pentingnya menjauhkan diri dari sikap mencontek 1.
Tips Untuk Menghindarkan diri dari sikap nyontek saat ujian : a. Duduklah dibangku yang paling depan, dekat dengan guru agar hasrat mencontek perlahan-lahan hilang karena takut ketahuan
220
b. Selama ulangan, usahakan tanganmu tidak beroperasi membuka – buka buku c. Mulailah belajar jujur, karena sejelk-jeleknya nilai yang kamu dapat dari hasil kejujuran akan terselip rasa bangga di dalam hati d. Mulailah belajar agar tanpa mencontek kamu bisa meraih nilai yang baik e. Berdoalah sebelum ujian agar Tuhan selalu membimbingmu dengan berdoa fikiranmu akan jernih dan terkonsentrasi penuh pada ulangan IV. Memberikan informasi kepada siswa tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. a. Memberikan pengertian tentang pacaran dan aktifitas seksual b. Bentuk pacaran dan aktifitas seksual yang baik serta bertanggung jawab c. Dampak positif dan negatif tentang pacaran dan aktifitas seksual.
g.
Evaluasi Kegiatan Evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa dari informasi yang telah diterimanya melalui layanan informasi. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui, 1) Penilaian segera (Laiseg) penilaian dilakukan untuk mengetahui perolehan siswa dari informasi
221
yang telah diterimanya, 2) Penilaian jangka pendek (Laijapen) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu ( satu sampai dua bulan), 3) penilaian jangka panjang (Laijapang) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(satu bulan sampai satu
semester). Evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan AKUR ( Acuan, Kompetensi, Usaha, Rasa).
2. Layanan Penguasaan Konten a. Latar belakang Layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu siswa menguasai konten tertentu, terutama, kompetensi atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. Berdasarkan hasi penelitian terungkaplah bahwa siswa membutuhkan materi yang banyak lagi mengenai juvenile delinquency. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa disebabkan oleh pemahaman siswa yang tidak tepat mengenai juvenile delinquency dan konsep diri yang buruk. Dengan pemberian layanan penguasaan konten kepada siswa diharapkan siswa lebih mengenal, mengetahui dan mengorganisasikan
222
serta bisa menilai
juvenile delinquency dengan baik dan benar.
Membentuk konsep diri menjadi lebih positif. b. Sasaran Layanan Sasaran layanan penguasaan kontens yang dilaksanakan adalah seluruh siswa SMA N 1 Seberida c. Materi layanan -
Membuat maind mapping tentang kekurangan dan kelebihan diri secara fisik, moral, sosial, emosi dan kognitif
-
Membuat agenda atau catatan harian apa yang telah dilakukan setiap harinya dan apa yang sudah diubah selama ini dari pandangannya yang negatif tentang dirinya
-
Membuat berbagai macam bentuk juvenile delinquencydengan menggunakan metode maind mapping
d. Perencanaan Kegiatan Dalam Pelaksanaan kegiatan ini yang yang direncanakan oleh guru bk dan konselor yaitu: 1. Menentukan sasaran dari kegiatan yang akan dilakukan
223
2. Mempersiapkan media atau alat-alat yang digunakan dalam pemberian layanan penguasaaan konten seperti gambar, power pointdan alat – alat lain yang dibutuhkan. e. Pelaksanan kegiatan Adapun Pelaksanaan dalam kegiatan ini yaitu : 1. Pemberian layanan penguasaan konten ini bisa dilakukan secara individual, kelompok dan klasikal 2. Menjelaskan tujuan dari pemberian layanan ini 3. Menyampaikan konten dengan memberikan contoh – contoh dengan menampilkan media agar siswa lebih tertarik 4. Adanya tanya jawab dengan siswa hal ini dilakukan agar siswa terlibat dan aktif dalam kegiatan layanan penguasaan konten ini 5. Siswa mempraktekan secara langsung mempraktekkan pembuatan jadwal belajar dan mind mapping f. Evaluasi Kegiatan Evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa tentang informasi yang telah diterimanya melalui layanan penguasaan konten. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui, 1) Penilaian segera (Laiseg) penilaian dilakukan untuk mengetahui perolehan siswa dari layanan kontens yang telah diterimanya, 2) Penilaian jangka pendek (Laijapen) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu ( satu sampai dua bulan), 3) penilaian jangka panjang (Laijapang) yaitu penilaian yang dilakukan dalam
224
jangka waktu tertentu ( satu bulan sampai satu semester). Evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan AKUR ( Acuan, Kompetensi, Usaha, Rasa). 4. Layanan bimbingan kelompok a. Latar Belakang Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa siswa mengalami masalah konsep diri dan persepsi yang rendah tentang juvenile delinquency. Siswa mengalami konsep diri yang rendah karena siswa masih kurang percaya diri
terhadap kekurangan yang ada di dalam
dirinya baik itu secara fisik, materi, sosial, emosi dan kognitifnya. Sehingga siswa mengalihkan kekurangan tersebut dengan perilaku yang buruk ditambah lagi persepsi yang salah memperparah konsep kognitif siswa mengenai juvenile delinquency, agar mereka lebih diperhatikan dan hal tersebut dapat menutupi kekurangan mereka. Agar dapat mengatasi hal tersebut dilakukanlah pemberian layanan oleh guru pembimbing salah satunya dengan layanan bimbingan kelompok. Layanan ini diberikan agar siswa memperoleh pemahaman baru dan informasi baru dari topik yang akan dibahas. Menurut Prayitno (2004: 3) bahwa “ tujuan khusus dalam layaanan bimbingan dan konseling yaitu mendorong pengembangan perasaan, fikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkan tingkah laku yang lebih efektif”.
225
b. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah agar siswa memperoleh pemahaman dan informasi baru dari topik yang akan dibahas yaitu mengenai konsep diri dan persepsi siswa mengenai juvenile delinquency . Tujuan lain mengembangkan keterampilan siswa dalam kelompok yaitu terampil dalam berbicara dan dapat mengembangkan potensi dirinya dalam kelompok. c. Sasaran Layanan Sasaran layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan adalah siswa SMA Negeri 1 Sebrida d. Materi Layanan Bagaimana konsep diri dan persepsi masyarakat indonesia mengenai juvenile delinquency, kiat merubah dan membentuk konsep diri yang positif dan mempersepsikan objek dengan tepat. Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok mengenai konsep diri dan persepsi masyarakat indonesia tentang juvenile delinquency, sampai kepada membahas bagaimana keuntungan memiliki konsep diri positif dan persepsi yang tepat tentang juvenile delinquency. Agar
siswa siswa terhindar dari
perilaku yang negatif seperti perilaku juvenile delinquency tersebut. Materi yang kedua agar siswa mampu bersikap realistis dengan bersikap apa adanya tanpa menuntut hal yang berlebihan di luar kemampuannya maupun kemampuan orang lain. Bagaimana bersikap realistis dalam interaksi sosial, mampu menerima kelebihan dan
226
kekurangan sendiri dan juga orang lain, menerima kondisi lingkungannya apa adanya. e. Perencanaan Kegiatan Adapun perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh guru BK konseling yaitu: 1. Menentukan dan mencari sasaran dari kegiatan 2. Menentukan kapan dan di mana kegiatan bimbingan kelompok dilakukan 3. Menentukan topik yang akan dibahas dalam hal ini topik yaitu topik tugas yang telah disiapkan oleh guru BK terutama tentang konsep diri dan persepsi siswa tentang JD 4. Persiapan alat-alat atau bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini. f. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dalam bimbingan kelompok ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : 1. Tahap pembentukan Tahap pembentukan merupakan tahap pelibatan diri atau tahap pemasukan diri dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan – harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, maupun seluruh anggota kelompok.
227
2. Tahap peralihan Sesuai dengan namanya tahap peralihan adalah tahap transisi dari tahap pembentukan dengan tahap kegiatan. 3. Tahap kegiatan Tahap kegiatan ini merupakan inti yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan kelompok, jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar 4. Tahap pengakhiran Tahap keempat dinamakan tahap pengakhiran. Pada tahap ini pusat perhatian hendaknya lebih ditunjukkan pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil – hasil yang dicapai hendaknya mendorong kelompok tersebut untuk terus melakukan kegiatan, sehingga tujuan bersama dapat tercapai sepenuhnya. g. Evaluasi kegiatan Evaluasi Kegiatan bimbingan kelompok dilakukan pada tahap pengakhiran pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa dari informasi yang telah diterimanya melalui layanan bimbingan kelompok. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui, 1) Penilaian segera (Laiseg) penilaian dilakukan untuk mengetahui perolehan siswa dari bimbingan kelompok yang telah diterimanya, 2) Penilaian jangka pendek (Laijapen) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (satu sampai
228
dua bulan), 3) penilaian jangka panjang (Laijapang) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
( satu bulan sampai satu
semester). 5. Layanan Konseling Kelompok a. Latar Belakang Berdasarkan hasil penelitian terungkap masalah – masalah yang terjadi pada siswa SMAN 1 Seberida yaitu mengalami masalah konsep diri dan persepsi yang salah dalam mempersepsikan juvenile delinquency. Merasa ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu, tidak percaya diri, mudah tersinggung, merasa selalu kurang dalam melakukan sesuatu dan merasa tidak disayangi oleh semua orang. Sedangkan masalah persepsi siswa yang salah dalam menjelaskan dan mengorganisasikan juvenile delinquencydisebabkan oleh ketidak tahuan tentang dampak negatif dari juvenile delinquency. Menurut Paryitno (2004:2) bahwa dalam menjalani kehidupan terkadang seseorang sering terganggu oleh perasaan, fikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif, untuk itu dengan adanya layanan konseling kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan dan diiringkan melalui berbagai cara. Maka dilakukanlah pemberian layanan konseling kelompok.
229
b. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi masalah- masalah yang dihadapi oleh siswa yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam konsep diri dan persepsi siswa. c.
Sasaran Layanan Sasaran layanan konseling kelompok untuk siswa SMA N 1 Seberida
d. Materi Layanan Adapun materi yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok yaitu mengenai masalah – masalah yang dirasakan oleh siswa yang juga terkait dalam bidang bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karirnya. e. Perencanaan Kegiatan Adapun perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh guru BK konseling yaitu: a. Menentukan dan mencari sasaran dari kegiatan b. Menentukan kapan dan di mana kegiatan bimbingan kelompok dilakukan c. Menentukan topik yang akan dibahas dalam hal ini topik yaitu topik tugas yang telah disiapkan oleh guru BK terutama tentang persiapan – persiapan dalam menghadapi ujian d. Persiapan alat-alat atau bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini
230
f. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dalam bimbingan kelompok ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : 1. Tahap pembentukan Tahap pembentukan merupakan tahap pelibatan diri atau tahap pemasukan diri dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan – harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, maupun seluruh anggota kelompok. 2. Tahap peralihan Sesuai dengan namanya tahap peralihan adalah tahap transisi dari tahap pembentukan dengan tahap kegiatan. 3. Tahap kegiatan Tahap kegiatan ini merupakan inti yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan kelompok, jika tahap sebelumnya berhasil dengan baik maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar 4. Tahap pengakhiran Tahap keempat dinamakan tahap pengakhiran. Pada tahap ini pusat perhatian hendaknya lebih ditunjukkan pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil – hasil yang dicapai hendaknya mendorong kelompok tersebut untuk terus melakukan kegiatan, sehingga tujuan bersama dapat tercapai sepenuhnya.
231
g.
Evaluasi Kegiatan. Evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa dari informasi yang telah diterimanya melalui layanan konseling kelompok. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui, 1) Penilaian segera (Laiseg) penilaian dilakukan untuk mengetahui perolehan siswa dari konseling kelompok yang telah diterimanya, 2) Penilaian jangka pendek (Laijapen) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu ( satu sampai dua bulan), 3) penilaian jangka panjang (Laijapang) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (satu bulan sampai satu semester).
232
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Informasi tentang konsep diri dan persepsi
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Informasi
D. Fungsi Layanan
: Pemahaman
E. Tujuan Layanan
: Siswa memiliki pemahaman baru tentang konsep diri dan persepsi
F. Sasaran Layanan
: Siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida
G. Uraian kegiatan
:
1. Membuka kegiatan 2. Menjelaskan pengertian, dan jenis-jenis konsep diri serta jenis-jenis persepsi individu 3. Membuka kesempatan Tanya jawab dan diskusi 4. Menutup kegiatan H. Materi layanan
:
1. Memberikan Informasi tentang pengertian Konsep diri dan persepsi, lihat pada hal.4 2. Memberikan informasi tentang jenis-jenis persepsi dan konsep diri, lihat pada hal.4 I. Metode
: Ceramah, diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat penyelenggaraan : Di ruang kelas X dan XI SMA N 1 Seberida Waktu
: Dikondisikan
233
K. Penyelenggara layanan
: Guru BK
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Koordinator BK dan guru BK sebagai pemberi informasi tentang siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida dan kemungkinan metode dan materi yang relevan dengan kebutuhan siswa. M. Alat dan perlengkapan
: Papan tulis, spidol, dan infokus
N. Rencana penilaian
: Laiseg, Laijapen dan Laijapang
O. Keterkaitan layanan ini
:
1. Sebagai titik tolak pelaksanaan layanan BK, selanjutnya sesuai dengan jenis layanan yang ada. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam layanan konseling perorangan. P. Catatan khusus
: Siswa memiliki antusias yang tinggi untuk
mengetahui tentang pengertian, dan jenis-jenis konsep diri serta jenis-jenis persepsi individu. Belilas , Juni 2012 Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia
234
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Menyadarkan siswa akan pentingnya menjauhkan diri dari sikap mencontek
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi dan Sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Informasi
D. Fungsi Layanan
: Pemahaman dan pengembangan
E. Tujuan Layanan
:Siswa
dapat
menghindari
dari
kebiasaan
menyontek pada saat ujian. F. Sasaran Layanan
: Siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida
G. Uraian kegiatan dan Materi layanan
:
Tips untuk menghindari nyontek pada saat ujian, lihat pada hal.6 1. Duduklah di bangku yang paling depan, dekat dengan guru agar hasrat mencontek perlahan-lahan hilang karena takut ketahuan. 2. Selama ulangan, usahakan tanganmu tidak beroperasi membuka – buka buku 3. Mulailah belajar jujur, karena sejelk-jeleknya nilai yang kamu dapat dari hasil kejujuran akan terselip rasa bangga di dalam hati 4. Mulailah belajar agar tanpa mencontek kamu bisa meraih nilai yang baik 5. Berdoalah sebelum ujian agar Tuhan selalu membimbingmu dengan berdoa fikiranmu akan jernih dan terkonsentrasi penuh pada ulangan
235
H. Metode
: ceramah& Tanya jawab
I. Tempat penyelenggaraan : Di lingkungan SMA N 1 Seberida J. Waktu
: Dikondisikan
K. Penyelenggara layanan
: Guru BK
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Koordinator BK dan guru BK sebagai pemberi informasi tentangpentingnya menjauhkan diri dari sikap mencontekdan menggunakan metode dan materi yang relevan dengan kebutuhan siswa. M. Alat dan perlengkapan
: Papan tulis dan spidol
N. Rencana penilaian
: Laiseg, Laijapen dan Laijapang
Belilas ,
Juni 2012
Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia
236
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Informasi tentang pacaran dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Informasi
D. Fungsi Layanan
: Pemahaman
E. Tujuan Layanan
: Siswa memiliki pemahaman baru tentang pacaran dan perilaku seksual
yang sehat dan bertanggung
jawab F. Sasaran Layanan
: Siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida
G. Uraian kegiatan dan Materi layanan
:
1. Membuka kegiatan 2. Menjelaskan pengertian, tujuan, dampak dan bentuk pacaran dan aktivitas seksual yang bertanggung jawab, lihhat hal.7 3. Membuka kesempatan tanya jawab dan diskusi 4. Menutup kegiatan H. Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
I. Tempat penyelenggaraan : Di ruang kelas X dan XI SMA N 1 Seberida Waktu J. Penyelenggara layanan
: Dikondisikan : Guru BK
237
K. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Koordinator BK dan guru BK sebagai pemberi informasi tentang siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida dan kemungkinan metode dan materi yang relevan dengan kebutuhan siswa. L. Alat dan perlengkapan
: Papan tulis, spidol, dan infokus
M. Rencana penilaian
: Laiseg, Laijapen dan Laijapang
N. Keterkaitan layanan ini
:
1. Sebagai titik tolak pelaksanaan layanan BK, selanjutnya sesuai dengan jenis layanan yang ada. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam layanan konseling perorangan. O. Catatan khusus
: Siswa memiliki antusias yang tinggi untuk
mengetahui tentang pengertian, dan jenis-jenis konsep diri serta jenis-jenis persepsi individu.
Belilas ,
Juni 2012
Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia
238
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Konsep diri dan Persepsi masyarakat Indonesia
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
D. Fungsi Layanan
: Pengentasan dan pengembangan
E. Tujuan Layanan
:
1. Siswa memiliki pemahaman baru tentang konsep diri dan persepsi masyarakat indonesia. 2. Siswa memiliki rencana kegiatan untuk merubah konsep diri yang negatif menjadi positif dan persepsi yang tidak tepat menjadi tepat tentang juvenile delinquency. F. Sasaran Layanan
: Kelompok 1
G. Uraian kegiatan
:
1. Tahap pembentukan 2. Tahap peralihan 3. Tahap kegiatan 4. Tahap pengakhiran
H. Materi layanan
:
1. Konsep diri dan persepsi Masyarakat Indonesia, lihat pada hal.12 2. Merubah konsep diri yang negatif menjadi positif dan persepsi yang tidak tepat menjadi tepat tentang juvenile delinquency, lihat pada hal. 12.
239
I. Metode
: Pemanfaatan dinamika kelompok.
J. Tempat penyelenggaraan : Di ruang kelas X dan XI SMA N 1 Seberida K. Waktu
: Dikondisikan
L. Penyelenggara layanan
: Guru BK
M. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Tidak ada N. Alat dan perlengkapan
: Kursi dan ruangan belajar
O. Rencana penilaian
: Dalam proses dan setelah konseling kelompok
P. Keterkaitan layanan ini
: AUM Umum dan AUM PTSDL
Q.
Catatan khusus
:1.
Pertemuan
dilaksanakan
sesuai
dengan
kesepakatan kelompok. 2.Minta izin kepada Wakasek Bid. Kesiswaan Belilas ,
Juni 2012
Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia
240
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Bersikap Realistis “ Kekuranganku - Kelebihanku”
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi dan sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Bimbingan Kelompok
D. Fungsi Layanan
: Pengentasan dan pengembangan
E. Tujuan Layanan
:
1. Siswa mampu bersikap realistis dalam interaksi sosial, lihat pada hal. 12. 2. Siswa mampu bersikap realistis menerima kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berinteraksi dengan teman, lihat pada hal.12. 3. Siswa mampu bersikap realistis menerima lingkungan apa adanya, lihat pada hal.12 F. Sasaran Layanan
: Kelompok 2
G. Uraian kegiatan dan Materi layanan
:
1. Tahap pembentukan 2. Tahap peralihan 3. Tahap kegiatan 4. Tahap pengakhiran H. Metode
: Pemanfaatan dinamika kelompok.
I. Tempat penyelenggaraan : Di ruang kelas X dan XI SMA N 1 Seberida J. Waktu
: Dikondisikan
241
K. Penyelenggara layanan
: Guru BK
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Tidak ada M. Alat dan perlengkapan
: Kursi dan ruangan belajar
N. Rencana penilaian
: Dalam proses dan setelah konseling kelompok
O. Keterkaitan layanan ini
: AUM Umum dan AUM PTSDL
P.
Catatan khusus
:1.
Pertemuan
dilaksanakan
sesuai
dengan
kesepakatan kelompok. 2.Minta izin kepada Wakasek Bid. Kesiswaan Belilas ,
Juni 2012
Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia
242
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan
: Berkasih Sayang
B. Bidang Bimbingan
: Pribadi, dan Sosial
C. Jenis Layanan
: Layanan Konseling Kelompok
D. Fungsi Layanan
: Pengembangan
E. Tujuan Layanan
: Siswa dapat mengatasi masalahnya secara bersama-sama dengan teman-temannya yang lain
F. Sasaran Layanan
: Siswa kelas X dan XI SMA N 1 Seberida
G. Uraian kegiatan
:
1. Pengantaran 2. Penjajakan 3. Penafsiran 4. Pembinaan 5. Penilaian
H. Materi layanan
:
Menimbulkan rasa kasih sayang antara sesama manusia walaupun berbeda persepsi dan konsep diri, lihat pada hal.16 I. Metode
: Diskusi dan pemanfaatan dinamika kelompok
J. Tempat penyelenggaraan : Di ruang kelas X dan XI SMA N 1 SeberidaWaktu
: Dikondisikan
243
K. Penyelenggara layanan
: Guru BK
L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peran masing-masing : Tidak ada M. Alat dan perlengkapan
: Kursi dan ruangan konseling
N. Rencana penilaian
: Dalam proses dan setelah konseling
O. Keterkaitan layanan ini
: Informasi guru dan AUM Umum
P. Catatan khusus
: 1. Dilaksanakan di luar jam pelajaran 2. Penjabaran lebih lanjut ada pada laporan konseling. Belilas ,
Juni 2012
Perencanan Layanan,
Agnes Yuli Anggellia