Bimbingan dan Konseling Oleh DRA.Hj.Siti Aminah,MM
A.
Akhlak/Budi Pekerti
Akhlak sering dibedakan menjadi akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik adalah akhlak yang suatu kedaan jiwa manusia yang melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji. Sebaliknya, jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak menduduki posisi penting bagi orang beragama. Orang sering membedakan antara akhlak, etika, dan etiket, meski ketiganya sama-sama membahas tingkah laku yang baik. B. Macam-Macam Akhlak Mulia a. meng-Esakan Tuhan dalam segala hal, sehingga akan dapat menambah kepercayaan pada dirinya lebih kuat. b. Berdoa 1) Secara intern, kita mengakui keterbatasan kita sebagai makhluk hidup ciptaan tuhan. 2) Secara ekstern, kita mengakui kekuasaan di luar diri kita, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia dan Nilai-nilai Agama
c.
Takwa, sebagai sarana dan tujuan akhir 1) Takawa dapat diartikan menjaga diri dari perbuatan maksiat dan melaksanakan tata aturan yang telah digariskan. 2) Dalam takwa terkandung pula pengertian pengendalian diri dari dorongan emosi dan penguasaan kecenderungan hawa nafsunya, sehingga perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan baik. 3) Orang bertakwa adalah orang yang memiliki kepekaan moral yang tajam untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan suatu perbuatan. 4) Takwa pada tingkatan tertinggi menunjukan kepribadian manusia yang benar-benar utuh dan integral. 5) Takwa merupakan buah dari iman yang sesungguhnya. Oleh karena itu, takwa merupakan derajat manusia yang paling mulia di sisi Tuhan.
2. Akhlak Mulia kepada Diri Sendiri a. b. c. d. e. f. g.
h. i. j.
Sabar dalam menghadapi setiap cobaan atau melaksanakan suatu kewajiban. Selalu optimis menghadapi kehidupan Bersyukur atas segala yang diberikan Rendah hati. Jujur dan benar dalam sikap dan perbuatan. Menahan diri dari perbuatan yang dilarang. Meanahan marah Merasa cukup dengan yang dimiliki. Berani dalam segala hal yang positif Adil dalam memutuskan sesuatu, tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi, maupun hubungan kekerabatan.
k. Bijaksana dalam menghadapi dan memutuskan seseuatu. l. Lapang dada dan tidak membalas dendam m. Ikhlas setiap melakukan perbuatan. n. Cepat bertaubat, dan meminta ampun kepada Tuhan bila melakukan dosa. o. Tenang dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah, dan gundah gulana. p. Malu melakukan perbuatan yang tidak baik. q. Menjauhi sifat iri hati dan dengki. 3. Akhlak Mulia kepada Keluarga a. Berbakti kepada kedua orangtua (ibuk dan bapak). b. Mendoakan orangtua setiap selesai beribadah. c. Hidup berkeluarga atasa dasar nikah. d. Menjaga keutuhan, kedamaian, dan ketentraman keluarga. e. Menjaga nama baik keluarga.
4. Akhlak Mulia kepada Masyarakat atau Orang Lain a. Menjalin persaudaraan dengan sesama, solidaritas, dam gotomg royong. b. Tolong-menolong dalam kebajikan c. Mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri d. Melaksanakan musyawarah e. Saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran f. Selalu memperhatikan keadaan tetangga di lingkungannya g. Setia terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya h. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri i. Pemurah j. Murah senyum dan menampilkan wajah yang ceria kepada orang lain, sehingga setiap orang yang memandangnya merasa senang k. Pemaaf l. Menghargai dan menghormati orang lain secara tulus, tanpa memandang latar belakang orang yang dihormati dan dihargai itu m. Rela berkorban dan kepentinga umat manusia n. Penuh kasih sayang dan belas kasih kepada semua
5. Akhlak Mulia kepada Alam/Lingkungan dan Binatang a. Selalu memperhatikan, memikirkan/merenungkan keadaaan lingkungan b. Manusia di muka bumi dituntut untuk mengelola alam secara baik c. Mengelola dan memanfaatkan alam semesta ini untuk dirinya dan bertanggung jawab kepada tuhan d. Mengambil pelajaran dari kehidupan dunia binatang, seperti lebah, semut, burung, ikan, dan sebagainya unutk kemajuan ilmu pengetahuan, kesehatan, dan teknologi.
Nafsu dan Amarah Nafsu memiliki pengaruh besar dalam mengeluarkan intruksi kepada jasmanii untuk berbuat durhaka atau takwa, kekuatan yang akan dituntut pertanggungjawabannyaatas perbuatan buruk atau baik, bekerja dan berkhendak, kekuatan yang dapat menerima petunjuk akal dan dapat pula menerima ajakan naluri rendah hawa nafsu. Nafsu sering diartikan sebagai ‘gairah dan hasrat duniawi’ dan ‘jiwa kehidupan’. Pengertian tersebut mengandung gabungan kekuatan amarah dan nafsu di dalam manusia, serta kebaikan Tuhan. Nafsu merupakan hubungan yang sesungguhnya antara hati dan gairah tubuh, serta dalam keadaan tertentu sebagai kebaikan Tuhan. B. Tingkatan Nafsu Nafsu dikenal memiliki delapan, dari tingkatan yang paling rendah memiliki kecenderungan yang paling dekatdengan tindakan bruk hingga ke tingkatan yang tertinggi yang memiliki kedektan kebaikan Tuhan. A.
Kemampuan Mengendalikan Emosi dan Nafsu Amarah
1. Nafsu Amarah Nafsu amarah yaitu kekuatan pendorong naluri, sejalan dengan nafsu yang cenderung kepada keburukan. Nafsu ini belum mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Semua yang bertentangan dengan keinginannya dianggap musuh. Sebaliknya, setiap yang sejalan dan keinginannya adalah karibnya. 2. Nafsu Menyesali Nafsu menyesali merupakan nafsu yang telah mempunyai rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan suatu pelanggaran. Nafsu ini ditandai oleh beberapa hal, antara lain tidak berani melakukan pelanggaran secara terang-terangan dan tidak pula mencari cara secara gelap unutk melakukan sesuatu karena ia telah menyadari akibat-akibat dari perbuatannya. 3. Nafsu yang bisa membedakan baik dan buruk Nafsu ini telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, meski membaginya mengerjakan yang baik itu sama halnya dengan melakukan yang buruk. Ia masih melakukan perbuatan yang buruk meskipun tidak terangterangan, tetapi dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
4. Nafsu yang Menenteramkan Nafsu yang menenteramkan telah mendapat tunutunan dan pemeliharaan yang baik. Nafsu ini mendatangkan ketentraman jiwa, melahirkan sikap dan perbutan yang baik, mampu membentengi serangan kebijakan dan kejahatan, dan mampu memikul mundur segala kendala dan godaan yang menggangu ketentraman jiwanya 5. Nafsu yang diilhami oleh tuhan Nafsu ini adalah nafsu yang memperoleh ilham dari tuhan, dan dikaruniai ilmu pengetahuan. Pemilik nafsu ini telah dihiasi akhlak terpuji. Nafsu ini merupakan sumber kesabaran, keuletan, dan ketabahan. 6. Nafsu yang mencapai rida tuhan Nafsu yang telah mencapai ridha Tuhan mempunyai peran penting dalam mewujudkan kesejahteraaan. Tindakan-tindakan yang dihasilkan oleh nafsu ini antara lain selalu mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya. 7. Nafsu yang senantiasa pasrah atas rida tuhan Nafsu ini senantiasa pasrah setelah mencapai rida tuhan. Keridaan tersebut terlihat pada anugrah yang diberikan seperti senantiasa ikhlas, dan memperoleh kemulian. 8 Nafsu yang Sempurna Nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya, sudah dianggap cukup untuk mengerjakan petunjuk dan menyempurnakan penghambaan diri kepada tuhan.
Sehat Jiwa dan Raga Kesehatan jiwa merupakan kondisis kehidupan normal yang meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis, juga menunjukan adanya kegembiran, kebahagian, dan kesusilaan. Keadaan kesehatan jiwa seseorang dapat diukur dari perasaannya terhadap dirinya sendiri dan persaannya terhadap diri sendirir dan perasaannya pada orang lain, serta kemampuannya mengatasi persoalan kehidupan sehari-hari. Pembicaraan mengenai kesehatan jiwa juga tak dapat dilepaskan dari segi rohani dan jasmani. Kedua segi ini saling terkait. Gangguan segi psikis, seperti selalu marah-marah, akan membawa akibat dari fisiknya, misalnya gangguan tidur, ketegangan otot-otot, atau pada jantungnya. A.
Hidup Sehat secara Jasmaniah ataupun Rohaniah
Hal seperti ini dapat menimbulkan psikosomatis , yaitu penyakit yang genjalanya berbentuk fisik , tetapi penyebabnya adalah psikis. Di samping itu, jiwa yang sehat juga menunjukan adanya keseimbangan kejiwaan manusia, yaitu keseimbangan antara kepentingannya sendiri dengan keperluan orang lain dan kehidupan emosional yang stabil dan positif. Stabil berarti tidak mudah diombang-ambingkan oleh emosi yang tidak tenang. Artinya, tidak mudah tersinggung, tidak sedih, tidak diliputi oleh suasana yang cemas, tidak lekas marah, membenci atau iri hati, dan sebagainya. Emosi yang positif adalah emosi yang mantap, misalnya saat gembira tetapi tidak berlebihan. Jiwa yang sehat juga menunjukan adanya kehidupan yang normal, yaitu kehidupan yang susila artinya tidak menyimpang dari norma-norma hidup. Setiap orang dapat merasakan beragam derajat kesehatan jiwa, dari sangat sehat, sehat, cukup sehat, hingga sakit.
Masa remaja merupakan tahapan perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa, yaitu antara usia 13 hingga 18 tahun.pada masa ini terjadi perubahan pesa, baik secara fisik, psikis, emosional, maupun sosial. Di samping itu, juga terjadi pertumbuhan otak untuk berpikir logis dan rasional. Terdapat dua fasae masa remaja, yaitu masa pubertas dan masa adolesen. Masa pubertas merupakan mulainya kedewasaan biologis bagi seseorang. Masa ini bertalian erat dengan pertumbuhan hormonal dari dalam diri remaja karena pertumbuhan biologis. Fase berikutnya adalah fase adolesan. Faase ini menitikberatkan pada perubahanperubahan psikis.
Pelanggaran yang sering terjadi pada remaja berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan
Di era globalisasi ini, bila seseorang tidak memiliki filter agama, kebudayaan, dan adat yang kuat, maka akan mudah terjadi konflik kultural dan terpengaruh oleh arus negatif globlisasi, sehingga terjadi maladjustment, yaitu orang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap macam-macam tuntutan sosial. Keadaan demikian dapat menyuburkan kejahatan-kejahatan anak muda ( juvenile crime ). Kejahatan remaja (juvenile deliquency) lebih banyak dilakukan secara berkelompok. Kelompok ini tidak jarang beranggotakan anak-anak remaja yang normal dan bukan merupakan adolesan yang terisolir. Dalam ikatan kelompoknya mereka mersa lebih berani dan lebih kokoh/kuat.
Tidak jarang pula, mereka memiliki persamaan nasib-kekeluargaaan yang berantakan (broken home), kurang mendapat perhatian orangtua, gagal di sekolah atau banyak menderita keresahan puber. Kejahatan mereka bisa jadi dimulai dari untuk iseng saja dengan melakukan macam-macam eksperimen untuk mengisi waktu-waktu kosong. Beberapa jenis gangguan yang sering dihadapi remaja usia 13 hingga 18 atau 20 tahun antara lain: (1) kenakalan remaja, (2) masalah keluarga, (3) mentang otoritas, (4) perilaku yang belum stabil dan berubah-ubah, serta (5) penyalahgunaan narkoba.
Kesulitan Belajar Disebabkan oleh Gangguan Emosional Ada beberapa bentuk gangguan emosional yang dapat terjadi pada siswa, antara lain: (1) rasa was-was, (2) rasa takut, (3) cemas, (4) berdebar-debar, (5) agak gugup dalam menghadapi ujian (6) mudah tersinggung, (7) tingkah laku agresif, (8)menarik diri/memencilkan diri, (9) sering berbohong, (10) sering marah, mengganggu, kejam, (11) banyak berdiam diri,melamun, (12) menangis, (13) egois/lebih banyak memetingkan diri sendiri, dan sebagainya.
A.
Masalah-Masalah Emosional yang Mengganggu Kebiasan Belajar
Tingkah Laku Agresif dan Memencilkan Diri Sebagai Gangguan Penyesuaian Diri Gangguan emosional yang timbul pada seseorang siswa dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat berupa tingkah laku agresif atau menarik diri/pemencilan diri lingkungan. Tingkah laku agresif dimungkinkan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kekuatan untuk melawan lingkungan. Sebaliknya, bila tidak cukup kekuatan dan kemampuan, maka yang dilakukan adalah menarik diri dari lingkungan.
1.
Potensi Diri Potensi diri merupakan salah satu pembeda anatara diri seseorang dengan orang lain (individual different). Secara umum, potenssi dapar diklasifikasikan menjadi tiga hal, yaitu (1) lemampuan dasarseperti tingkat inteligensi, kemampuan abstraksi, logika, dan daya tangkap, (2) sikap kerja-seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya tahan terhadap stres/tekanan, (3) kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosiaonal, maupun sosial yang terwujud dalam bentuk tingkah laku pribadi, seperti ikhlas, tulus, lincah, cerdas, dan sebagainya. A.
Potensi dan Kecerdasan Diri
Macam-Macam Potensi Secara umum, potensi manusia dapat dibedakan sebagai berikut: 1.
a.
b.
c.
Potensi fisik (psychomotoric), yaitu organ fisik yang dapat difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sesuai dengan jenisnya, seperti kaki untuk berjalan, mata untuk melihat, telinga unutk mendengar, dan sebagainya. Potensi mental intelektual (Intellectual Quotient), yaitu potensi kecerdasan manusia yang berada di otak belahan kiri manusia. Potensi ini antara lain berfungsi untuk menganalisis, menghitung, dan sebagainya. Potensi sosial emosional (Emotional Quotient), yaitu potensi kecerdasan manusia yang berada di otak sebelah kanan. Potensi ini antara lain berfungsi untuk rasa marah, menumbuhkan motivasi, tanggung jawab, dan sebagainya.
d. Potenssi mental spiritual (spiritual quotient), yaitu potensi yang bertumpu pada kalbu manusia yang berhubungan dengan kearifan di luar ego. Dengan SQ, manusia dapat menjadi makhluk yang utuh secara intlektual, emosional, dan spiritual. Cara pengungkapan SQ adalah melalui pendidikan agama formal dengan baik dan benar. e. Potensi ketahanmalangan (adversity quotient), yaitu potensi yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. AQ merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang karena mampu mengubah rintangan menjadi peluang.
B. Kecerdasan yang Menunjukan Kesuksesan Ada banyak jenis kecerdasan yang dapt menentukan kesuksesan seseorang, di antaranya adalah kecerdasan integral (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan dalam melakukan hubungan dengan orang lain (relationship quotient atau RQ), kecerdasan kepemimpinan ( leadership quotient atau LQ), kemampuan untuk menghadapi penderitaan (adversity quotient atau AQ), kecerdsan spiritual (spiritual quotient atau SQ) kecerdsan sosial ( social intelligence), dan kecerdsan moral (moral intelligence).
Kecerdasan Intelektual (IQ) pentingnya sukses dan bahagia telah mendorong para ahli untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor kunci penentu kesuksesan dan bahagia. Selama puluhan tahun banyak pihak berpendapat bahwa kesuksesan sangat ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ). Meski kecerdasan tersebut penting untuk menunjang kesuksesan seseorang, tetapi kalau hanya kecerdasan itu saja, maka kesuksesannya bukanlah kesuksesan yang berumur panjang yang dikenang melebihi usia yang bersangkutan. Konsep IQ pertama kali dikemukakan oleh psikolog asal Stanford, Lewis Terman. Orang yang memiliki IQ tinggi (di atas 100) dianggap cerdas dan rasional, sehingga diyakini akan semakin sukses. IQ mencerminkan kecerdasan kognitif. 1.
2. Kecerdasan Emosi (EQ) Istilah emotional quotient (EQ) diperkenalkanoleh Daniel Goleman saat dia mengambil Doktor di Harvard tahun 1995. menurut Golema, keberhasilan seseorang dalam hidupnya bukan ditentukan oleh IQ, melainkan karena mereka memilik EQ yang tinggi. Banyak orang yang ber-IQ tinggi justru gagal dalm hidupnya karena tidak memiliki EQ yagn tinggi. Mereka gagal karena semata-mata hanya memakai pikiran rasional dalam memecahkan berbagai persoalan, namun tidak dibekali dengan daya tahan emosi yang kuat. Orang yang memiliki kecerdasan emosional dan memiliki keseimbangan emosi dimungkinkan dapat mengatasi berbagai problematika sosial yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengolah diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
3. Kecerdasan dalam Berhubungan dengan Orang Lain (RQ) Relationship quotient merupakankecerdasan manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Semakin cerdas manusia dalam membangun hubungan dan komunikassi dengan orang lain, makin semakin besar peluangnya untuk sukses. RQ yamg tinggi dan jaringan (network) yang luas juga merupakan modal untuk bisa sukses.
4. Kecerdasan Kepemimpinan dan Kecerdasan Ketahanmalangan (LQ dan AQ) Kecerdasan kempemimpinan atau leadership quotient (RQ) merupakan kualitas kepemimpinan seseorang. Orang yang sukses adalah pemimpin di lingkungannya. Kualitas pemimpin masingmasing sangat di tentukan oleh kecerdasan kepemimpinan yang dimilikinya. Adapun adversity quotient (AQ) merupakan kemampuan setiap orang dalam menghadapi penderitaan. Orang yang memiliki AQ tinggi akan mampu menghadapi penderitaan yang mendera dirinya.
5. Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient) Kehadiran spiritual quotient (SQ) untuk menjawab apa sesungguhnya faktor penentu kesuksesan dan kebahagian hidup hakiki. Secara harfiah, spiritual itu terkait dengan batin, rohani, dan kegamaan. Banyak orang yang sukses sebagai eksekutif atau pejabat, tetapi jiwa mereka tetap merasa kosong dan hampa, kesuksesan yang telah diraihnya masih terasa kurang bermakna. Kegelisahan batin, keperhatinan, kebutuhan, dan pergaulan ekstensial mendorong psikolog Danah Zohar dan suaminya Ian Marshall melakukan riset dan pencarian yang berakhir dengan diluncurkannya istilah baru kecerdasan, yaitu s[iritual quotient sebagai ‘kecerdasan spiritual’ dalam karya mereka yang berjudul SQ: Spiritual-The Ultimate Intelligence. SQ dimiliki oleh orang-orang yang memahami makna, nilai, dan tujuan hidup. SQ merupakan kecerdasan yang memberikan kesadaran bahwa hidup ini punya dimensi lebih dari sekedar menghabiskan waktu unutk memupuk modal material.
Banyak orang yang berprinsip bahwa hidup adalah mencari uang. Apa pun caranya, uang harus didapat dan terus ditimbun unutk memuaskan dahaga akan kebahagia. Namun, manusia adalah makhluk spiritual di samping makhluk sosial yang selalu dahaga akan nilai dan makna kehidupan. Zohar dan Masall mengusulkan agar di dalam kehidupan, manusia menggambungkan IQ sebagai penghasil modal material, dengan EQ sebagai penghasil modal sosial, dan SQ sebagai modal spiritual. Langkah kombinasi ini diharapkan mengubah berbagai paradigma dalam kehidupan manusia, yakni dari masa bodoh menjadi kepedulian: memanipulasi menjadi pemberdayaan, dan disiplin kaku menjadi fleksibel.
6. Kecerdasan Moral Berbeda dengan IQ dan EQ yang bebas nilai dan dapat digunakan unutk tujuan-tujuan yang jahat, kecerdasan moral semata-mata digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik saja. Namun demikian, semua jenis kecerdasan tersebut masing-masing tidak dapat bekerja secara efektif tanpa adanya yang lain. Budi pekerti dan moral merupakan faktor utama bagi kesuksesan seseorang atau perusahaan yang dapat bertahan lama. Kalau kita membaca biografi orang-orang sukses atau tokoh-tokoh besar dunia, kita akan mendapati bahwa mereka mempunyai karakter yang kuat dan bertingkah laku baik. Mereka berpegang pada nilai-nilai tertentu dalam mencapai tujuan. Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan atau organisasi-organisasi yang dapt bertahan hingga ratusan tahun karena mereka menganut nilai-nilai inti yang dijadikan “moral” penggerak perilaku organisasi.
C. Tujuan Pengenalan Potensi Diri Tujuan potensi pengenalan potensi diri adalah unutk membantu mengenali dirinya sendiri dengan sadar, baik keunggulan maupun kelemahannya, sehingga keunggulannya dapt dikembangkan secara optimal dan kelemahan diri dapat diminimalisasikan. D. Mengenali Potensi dan Kecerdasan Diri Setiapmorang memiliki potensi diri, tetapi setiap orang mengenali potensi dirinya sendiri. Padahal mengenali potensi diri merupakan langkah awal menuju kesuksesan. Bila lita mengenali potensi dan kelebihan diri kita dibandingkan orang lain, maka kita akan (1) memiliki minat yang kuat untuk mengembangkannya, (2) dapat bekerja keras untuk mengkembangkannya, (3) penuh semangat dan percya diri, serta (4) berani mengambil resiko.
Adapun kecerdasan, menurut Garner (2002) mencakup tiga faktor, yaitu : (1) kemampuan untuk menyelesaikan masalah, (2) kemampuan untuk menghasilkan pesoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan (3) kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan.
Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk menemukan ide-ide atau halhal baru (inovasi) bagi kehidupan. Inovasi adalah proses pembaharuan budaya yang erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Kreativitas yang menghasilkan penemuan baru dapat terjadi bila ada: (1) kesadaran dari orang atau warga masyarakat akan kekurangan dalam kebudayaannya, (2) kualitas ahli-ahli dalam bidangnya, dan (3) perangsang bagi aktivitas penciptaan yang menghasilkan kreasi di dalam masyarakat. A.
Mengembangkan Kreativitas
Ciri-ciri orang kreativ antara lain, sebagai berikut : 1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat, 2. Minat yang besar, 3. Kebebasan berpikir yang tidak terhambat dan tidak kaku, 4. Selalu ingin tahu, 5. Selalu ingin mendapatkan pengalaman baru, 6. Percaya pada diri sendiri, 7. Enerjik, penuh semangat, 8. Berani mengambil resiko, tidak takut membuat kesalahan, 9. Berani dan memiliki keyakinan, tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat, meskipun mendapat kritik, dan mampu memperthankan yang menjadi keyakinannya. Adanya kreasi baru dan penemuan baru dapat berpengaruh besar bagi kehidupan masyarakat, terutama terjadi pada bidang teknologi elektronika, teknologi komunikasi, teknologi transportasi, bidang kerajinan rumah tangga, dan sebagainya.
B. Kreativitas yang Menghasilkan Inovasi Suatu inovasi terjadi karena adanya kreativitas. Tanpa kreativitas tidaklah mungkin inovasi dapat terjadi. Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal, pengaturan tenaga kerja, dan penggunaan teknologi yang menyebabkan adanya sistem produksi dan produk-produk baru. Pada setiap masyarakat terdapat individu-individu yang sadar akan adanya berbagai kekurangan dalam kehidupan mereka. Mereka lalu ingin berbuat sesuatu untuk memperbaiki kekurangan, maka muncullah ide-ide kreatif mereka hingga menghasilkan penemuan baru, baik penemuan baru yang masih bersifat discovery maupun yang sudah invention.
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru sebagai penemuan yang pertama (primary invention), baik berupa alat baru maupun ide baru. Discovery dapat menjadi invention bila masyarakat telah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru itu. Acapkali proses dari discovry menjadi invention membutuhkan lebih dari satu pencipta. Meski suatu penemuan sudah menjadi invention, proses inovasi sering terus berlanjut, seperti dari telepon kabel menjadi telepon genggam (handphone), lalu menjadi blackberry yang menggambungkan telepon dengan laptop, dan seterusnya.