KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd.
Oleh : Aulia Nur Farhah 1607921
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017
1. Apa yang membedakan “bimbingan” dan “konseling”? Bimbingan adalah usaha memfasilitasi pertumbuhan peserta didik melaui kegiatan psikoedukatif untuk mengembangkan potensi dan mencapai tugas perkembangan, memahami diri, memahami lingkungan dan membuat keputusan. Menurut Bimo Walgito (2004: 4-5) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Konseling adalah proses interaktif dalam hubungan yang unik antara konselor dan konseli yang mengarah perubahan perilaku, konstruksi pribadi, kemampuan menguasai situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Menurut Jones (insano, 2004: 11) konseling adalah suatu hubungan professional anatar seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu pilihan klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi hidupnya
Jadi, bimbingan adalah usaha yang lebih mengarah kepada pengembangan potensi diri, pemahaman tentang diri, pemahaman tentang lingkungan agar dapat mencapai kesejahteraan. Sedangkan konseling adalah proses antara konselor dan konseli yang unik dalam memahami dan memperjelas pandngan ruang lingkup hidupnya.
2. Mengapa (khususnya) di Indonesia selalu digunakan istilah “bimbingan konseling”, bukan hanya “konseling” saja? Karena “bimbingan konseling” merupakan usaha yang sudah terintegrasi antara “bimbingan” dengan “konseling”. menggunakan istilah “konseling” saja?
Mengapa tidak
Karena, makna “konseling ” itu
sendiri adalah proses interaktif dalam hubungan yang unik antara konselor dan konseli yang mengarah perubahan perilaku, konstruksi pribadi, kemampuan menguasai situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan dan istilah konseling itu sendiri dirasa masih belum cukup tepat untuk memaknai istilah dari bentuk hubungan antara konselor/guru BK dengan konseli/siswa yang dibutuhkan di Indonesia. “Bimbingan dan konseling” adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru BK untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Jadi, istilah “bimbingan konseling” lebih tepat digunakan karena istilah tersebut sudah terintegrasi antara istilah “bimbingan” dan “konseling”. 3. Mengapa “bimbingan dan konseling di SD” perlu diselenggarakan ? sampai-sampai dibuat landasan hukumnya? Karena kegiatan bimbingan dan konseling sangat penting dilakukan sejak dini, dimana kegiatan usaha memfasilitasi pertumbuhan peserta didik melalui kegiatan psikoedukatif untuk mengembangkan potensi dan mencapai tugas perkembangan, memahami diri, memahami lingkungan dan membuat keputusan, kemampuan menguasai situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan menjadi focus utama yang diperhatikan oleh konselor (guru BK) terhadap konseli (siswa). Jika ingin membentuk manusia yang dicita-citakan dengan mudah, harus diterapkan kepada objek yang belum banyak “di bentuk” agar lebih mudah “di bentuk”, dan masa pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di SD merupakan masa ke emasan (golden age)
dan menjadi pondasi bagi anak di masa dewasa kelak. Peran penting dipegang oleh orangtua dan guru, merekaa dalah pemahat utama dari pembentukan karakter anak-anaknya dan guru BK berperan menyelenggarakan kegiatan BK berdasarkan pedoman dan panduan BK. 4. Hal apa saja yang menjadi perhatian “bimbingan dan konseling di SD” hubungannya dengan peserta didik? Hal yang menjadi perhatian bimbingan dan konseling di SD adalah perkembangan anak didik dimana hal tersebut merupakan salah satu focus utama dalam mencapai tujuan dari kegiatan bimbingan dan konseling ini, seperti: a. Berempati terhadap kondisi orang lain, b. Memahami keragaman dan latar sosial buadaya, c. Menghormati dan menghargai orang lain, d. Menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku, e. Berinteraksi sosial yang efektif, f. Bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung jawab dan mengatasi konflik
dengan
orang
lain
berdasarkan
prinsip
yang
saling
menguntungkan. g. Memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelemahannya, baik kondisi fisik maupun psikis, h. Mengembangkan
potensi
untuk
mencapai
kesuksesan
dalam
kehidupannya, i. Menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik, j. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, k. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, l. Memiliki keterampilan belajar yang efektif, m. Memiliki pengetahuan diri mengenai konsep diri yang positif tentang karir,
n. Menyadari
pentingnya
pencapaian
prestasi
untuk
dan
konseling
mendapatkan
kesemoatan karir, o. Menyadari hubungan bekerja dan belajar, p. Dll 5. Bagaimana
seharusnya
“bimbingan
di
SD”
diselenggarakan? Ada hal-hal yang harus lebih diperhatikan, berupa: a. Kegiatan layanan BK di SD. Seperti bimbingan klasikal terintegrasi dengan mata pelajaran, bimbingan kelas besar/lintas kelas, konsultasi, kunjungan rumah, advokasi, kolaborasi dengan orangtua , kolaborasi dengan guru, kolaborasi dengan ahli lain, kolaborasi dengan lembaga lain, dan pengelolaan kotak masalah. b. Fokus terhadap pengembangan siswa SD. Kesadaran bahwa di SD adalah wajib belajar dan harus melanjutkan ke SMP/MTs. Pemberian informasi, fasilitasi aktivitas, dan mengemabangkan lingkungan yang membantu peserta didik mengelaborasi potensi diri dan minat terhadap mata pelajaran, aktivitas kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman mengenal dunia kerja. c. Orientasi program peminatan di SD juga menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian. Orientasi program peminatan di SD terbagi menjadi 4: 1. Terintegrasi dengan kegiatan ekstra kurikuler 2. Terintegrasi dengan program sekolah 3. Terintegrasi dengan mata pelajaran 4. Focus peminatan -
Menanam minat belajar
-
Mengatasi masalah minat belajar
-
Membantu mengatasi kesulitan belajar
d. Pembelajaran bernuansa bimbingan yang memfasilitasi suasana belajar yang mendidik, komunikasi yang mendidik dan empatik, dan kelas sebagai kelompok (interaksi, komunikasi dan hubungan sosial yang positif). e. Konsultasi membahas isu-isu yang dialami oleh peserta didik. Dilaksanakan secara individual maupun kelompok kecil, dengan sasarannya adalah peserta didik dan orangtua. f. Berkolaborasi
dengan
orangtua
dengan
tujuan
membantu
mengoptimalkan perkmebangan peserta didik. 6. Apa manfaat seorang calon guru SD mempelajari “bimbingan dan konseling” ? Membantu kita untuk mampu memahami dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa. Jadi sebagai seorang konsleor atau penasihat tentunya kita sudah siap ketika menghadapi masalah tersebut.
7. Apa kendala-kendala yang menghambat penyelenggaraan “bimbingan dan konseling di SD” ? Hal mendasar yang menjadi kendala di berbagai sekolah adalah sarana dan prasarana pendukung yang kurang. Sebagai contoh kebanyakan ruang BK di sekolah ditata seperti ruang guru yang terbuka. Padahal ruang yang terbuka dan tanpa sekat akan menjadikan siswa kurang nyaman berkonsultasi ataupun konseling dengan gurunya. Selain itu tidak adanya ruang khusus untuk konseling akan menyebabkan masalah yang akan dikemukakan siswa tidak secara maksimal dan transparan dikemukakan karena ada perasaan was-was masalahnya diketahui orang lain.
Kendala lain yang juga menjadi salah satu faktor penghambat adalah latar belakang pendidikan guru pembimbing atau konselor yang umumnya bukan berasal dari BK. Kebanyakan guru pembimbing adalah mereka yang dialihtugaskan dari guru mata pelajaran, walaupun sebagian dari mereka telah mengikuti pelatihan atau penataran tentang bimbingan. Hal yang tetap menjadi kendala adalah keterampilan mereka tetap masih minim. Kondisi ini menjadikan pelaksanaan konseling berjalan tidak sesuai dengan ketentuan ataupun kode etik mengingat pemahaman yang dangkal tentang seluk beluk konseling. Pemahaman yang masih rendah tersebut menurut Prayitno dan Anti (1999) menyebabkan konseling dianggap sebagai proses pemberian nasehat. Selain itu berbagai pemahaman yang tidak tepat tentang konseling di sekolah adalah seringnya konseling diarahkan secara langsung sebagai suatu kegiatan untuk mengatasi pelanggaran siswa. Guru pembimbing sering beranggapan bahwa menyadarkan siswa dari pelanggaran adalah tugas utama mereka. Sehingga konsultasi atau konseling yang mereka lakukan kadang mengarah pada upaya paksa agar siswa berubah. Pada kenyataannya banyak guru pembimbing membuat pendekatan yang jauh menyimpang dari teknik konseling, misalnya membuat perjanjian siswa yang melanggar, memaksa siswa wajib lapor bahkan memberi hukuman. Kondisi di atas tentu menjadikan konseling sebagai interogasi, intimidasi bahkan
ibarat
sidang
pengadilan,
padahal
kesemuanya
itu
adalah
penyimpangan. 8. Asas-asas penyelenggaraan “bimbingan dan konseling di SD” mencakup apa saja? Uraikan dengan contoh! Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah : 1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin, 2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. 3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan. 4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran
layanan
dapat
berpartisipasi
aktif
di
dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya. 5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling;
layanan/kegiatan
yaitu
peserta
didik
(klien)
sebagai
sasaran
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik. 6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien
dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang. 7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. 8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan
bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaikbaiknya. 9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan
yang
berlaku.
Bahkan
lebih
jauh
lagi,
melalui
segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut. 10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan
konseling
diselnggarakan
atas
dasar
kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. 11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah. 12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluasluasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. 9. Setelah mempelajari “bimbingan dan konseling di SD”apa yang anda peroleh sebagai calon guru SD professional? Kita jadi mengetahui ilmu-ilmu mengenai perkembangan anak dan hal apa saja yang harus diperhatikan kepada anak usia dini-sekolah dasar. Karena disaat kita ingin membentuk pribadi suatu individu, maka kita harus mengetahui latar belakang konseli seperti apa, baik latar belakang dalam bidang karakter dan latar belakang lainnya yang dirasa cukup untuk menjadi penunjang keberhasilan usaha bimbingan dan konseling kepadanya. Lalu, kita sebagai calon guru SD saat mempelajari “bimbingan dan konseling” jadi mengetahui bagaimana cara menghadapi karakter anak melalui program bimbingan dan konseling yang sudah dijelaskan secara rinci di dalam POP BK. Selain itu kita bisa membantu anak didik dalam hal mencapai perkembangannya secara optimal dan membantu mereka untuk mencapai kebahagiaan dan masa depan yang cerah dan gemilang.
REFERENSI Kumiyati,
2015,
kendala
pelaksanaan
konseling
di
sekolah.
http://kumiyati90.blogspot.co.id/2015/02/kendala-pelaksanaan-konseling-disekolah.html. Diakses pada tahun 2015. https://mintotulus.wordpress.com/