Nama
: Deawishal Wardjonyputri
NIM
: 1600201
Kelas
: 2A-PGSD
Dosen Pengampu
: Arie Rakhmat Riyadi M.Pd.
KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD
Moh surya (1988:12) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbibng agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Jika mengacu pada pengertian di atas, terdapat dua kata kunci yang menjadi landasan dari definisi tersebut, yaitu bantuan dan perkembangan yang optimal. Bantuan di sini dapat diartikan sebagai upaya memfasilitasi individu yang dilakukan oleh pembimbing (orang dewasa, tidak harus konselor) agar dirinya dapat memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dengan pemberian bantuan ini diharapkan individu tersebut menjadi pribadi yang mandiri, di mana individu dapat mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri agar menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya. Pemberian bantuan tidak harus selalu bertatap langsung atau face to face antara pembimbing dan yang dibimbing. Bimbingan pun dapat terlaksana melalui papan bimbingan. Kata kunci yang kedua yakni perkembangan yang optimal. Perkembangan tersebut merupakan perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut. Perkembangan optimum dapat dimaknai sebagai suatu kondisi ketika individu dapat melakukan pilihan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk mempertahankan eksistensi dirinya dalam suatu lingkungan. Lalu apa yang membedakan konseling dengan bimbingan? Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun pada pelaksanaan konseling dilakukan dalam kelompok. Menurut rochman natawidjaja (1987:32) konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua orang individu , di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (konseli) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang akan dihadapinya pada waktu yang akan datang. Jadi, konseling selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari layanan yang diberikan kepada konseli. Konselor berarti pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal sarjana pendidikan (s-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor. (permendikbud no. 111 tahun 2014 pasal 1(3)). Maka dari itu, usaha konseling tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, berbeda dengan bimbingan yang dapat dilakukan oleh orang dewasa dan tidak harus konselor.
Di Indonesia sendiri istilah yang selalu digunakan adalah bimbingan dan konseling bukan hanya konseling saja. Mengapa demikian? Karena konseling lebih kepada tindakan yang bersifat kuratif. Kuratif adalah tindakan penyelesaian masalah yang diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalaan serius. Sedangkan bimbingan lebih bersifat preventif dan developmental. Preventif adalah upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Sementara developmental (pengembangan) adalah upaya konselor menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Ada pandangan bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang integral, keduanya tidak dapat dipisahkan. Ruth Strang (1958) berpendapat bahwa “Guidance is broader; counseling is the most important tool of guidance” (Bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha bimbingan).
Pelayanan bimbingan melalui usaha konseling dimaksudkan sebagai pemberian bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara perorangan dalam pertalian tatap muka. Maka dari itu, bimbingan dan konseling pun perlu diselenggarakan di sekolah dasar. Faktor utama nya adalah faktor karakteristik dan masalah perkembangan siswa. Sejalan dengan aspek perkembangan siswa, layanan bimbingan dan konseling mencakup :
Layanan bimbingan belajar
Layanan pribadi
Layanan sosial
Layanan karir
Maka dari itu, dalam rangka pengembangan kompetensi hidup, peserta didik memerlukan sistem layanan pendidikan di satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi juga layanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-edukatif melalui layanan bimbingan dan konseling. Kita ketahui bahwa setiap peserta didik satu dengan lainnya pun berbeda kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik dan latar belakang keluarga serta pengalaman belajar yang menggambarkan adanya perbedaan masalah yang dihadapi peserta didik sehingga memerlukan layanan bimbingan dan konseling Dalam penerapan peran bimbingan dan konseling di sekolah dasar, konselor bukan hanya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka yang mempunyai masalah, tapi juga diberikan keada anak yang tidak mempunyai masalah. Maka dari itu bimbingan diperuntukkan bagi semua individu dengan memperhatikan aspek pribadi murid, seperti bakat, kemampuan, sikap, dan kebutuhan karena setiap individu berifat unik(berbeda satu sama lainnya) dan diharapakan dapat membantu mereka agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan pun menekankan pada hal yang positif, di mana dengan bimbingan akan membangun pandangan positif terhadap diri sendiri dan memberikan peluang untuk berkembang. Konselor pun berusaha menciptakan suasana keterbukaan dengan mengarahkan anak untuk memahami dirinya sendiri dengan penuh kebebasan yang bertanggung jawab. Bimbingan seyogiayanya berlangsung dengan adanya kerja sama antarpersonel sekolah, juga dibantu oleh orang tua siswa agar layanan menjadi efektif. Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga. Ada yang orang tuanya kaya, ada yang miskin, ada yang broken home, ada yang ditolak atau tidak diterima sebagaimana mestinya, dan ada anak yang dilindungi dan dipilihkasih secara berlebihan. Kondisi rumah tangga yang seperti itu akan mempengaruhi perkembangan anak. Sehingga, perlunya bimbingan dan konseling untuk mengurangi pengaruh buruk tersebut. Tidak selamanya sekolah dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa. Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah bagi siswa. Kondisi tersebut diantaranya: (1) kurikulum yang tidak sesuai; (2) persaingan yang tidak sehat sesama murid; (3) guru kurang memahami perbedaan-perbedaan individu murid; (4) pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur; dan
(5) kepribadian guru serta cara pengelolaan di kelas yang kurang mantap. Kemajuan-kemajuan teknologi, dan lainnya dalam berbagai bidang dapat menimbulkan perubahan dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat seperti sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Perubahan yang ditimbulkan ini tidak hanya menguntungkan, tapi juga merugikan. Bagi anak sekolah dasar dapat memunculkan sikap malas belajar, tidak mau menggunakan pikiran secara cermat, dan lain-lain.
Pelaksanaan layangan bimbingan dan konseling senantiasa memperhatikan landasan, pengertian, tujuan, fungsi, azas, prinsip, strategi, langkah-langkah bimbingan dan konseling. Penyelanggaraan program bimbingan dan konseling yang baik di SD adalah dengan cara : 1. Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan 2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas. 3. Program dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dan merencanakannya. 4. Program memiliki tujuan yang ideal, tapi realistik dalam pelaksanaanya. 5. Program mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua staff pelaksanannya. 6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan. 7. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. 8. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat. 9. Memberikan
kemungkinan
pelayanan
kepada
semua
siswa
sekolah
yang
bersangkutan. 10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan dari siswa yang dimbimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan keterampilan dan sikap para petugas pelaksanaannya. 11. Program menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan. Menurut Sugiyo, dkk. (1987:14), bahwa penyelenggaraan BK di SD harus memenuhi 3 fungsi bimbingan dan fungsi, yaitu:
1. Fungsi Penyaluran Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan ciri-ciri kepribadiannya. Di samping itu, fungsi ini juga meliputi bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah; misalnya membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar. 2. Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan, khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitankesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal. 3. Fungsi Adaptasi Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah, khususnya guru, dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini, pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan, serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswa, sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan, dan minat. Kita patut mengetahui dan memahami bahwa guru berperan sebagai evaluator dan konselor. Guru sebagai evaluator dituntut untuk secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai peserta didiknya. Sedangkan guru sebagai konselor dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendidikan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi dalam setiap proses belajar mengajar. Manfaat seorang calon guru SD, khususnya bagi saya sendiri mempelajari bimbingan dan konseling adalah: 1. Memahami peranan guru kelas dalam bimbingan dan konseling di sekolah dasar, bahwasannya guru kelas di sekolah dasar harus mampu merancang pembelajaran yang efektif dan efisien. 2. Memahami bahwa seorang guru juga harus mampu mengelola pembelajaran. Guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan mnciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.
3. Memahami bahwa guru juga sebagai pengarah pembelajaran. Guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. 4 hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut : o
Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
o
Menjelaskan secara kongkrit, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
o
Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
o
Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Hambatan-hambatan yang mungkin datang dalam penyelenggaraan BK di SD bisa saja berasal dari konseli di mana dirinya tidak terbuka sepenuhnya kepada konselor atas persoalan yang sedang dihadapi atau konseli merasa tidak bebas untuk mengungkapkan persoalannya karena suasana di sekitaran tempat pelayanan kurang nyaman/aman atau konseli tidak percaya kepada konselor untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapinya, terutama bagi konseli yang dipanggil. Sementara itu, hambatan-hambatan yang mungkin
datang
dari
seorang
konselor
biasanya
disebabkan
oleh
kurangnya
kemampuan/penguasaan seorang konselor dalam menggunakan teknik-teknik konseling, baik itu verbal maupun non verbal, sehingga masalah yang dialami siswa tidak terungkap dengan jelas. Selain itu juga, mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan seorang konselor dalam membina hubungan yang baik dengan konseli pada saat permulaan konseling, sehingga membuat konseli merasa tidak bebas untuk mengungkapkan masalahnya, terutama bagi konseli yang dipanggil.
Asas-asas
penyelenggaraan
BK
di
SD
meliputi
asas
kerahasiaan,
kesukarelaan,keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, keharmonisan, keahilan, dan tut wuri handayani. Berikut penjelasan lebih mendalam mengenai asas-asai tersebut:
Asas Kerahasiaan
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mengalami masalah merupakan suatu aib yang harus ditutup- tutupi sehingga tidak ada seorang pun (selain diri sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu. Maka dari itu, asas kerahasiaan harus diterapkan secara penuh. Masalah yang dihadapi oleh seorang siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh siswa kepada konselor harus dijaga
kerahasiaannya. Demikian juga hal-hal tertentu yang dialami oleh siswa(khususnya hal-hal bersifat negative), ini dilakukan agar tidak menjadi bahan gunjingan orang-orang.
Asas Kesukarelaan
Konselor berkewajiban mengembangkan sikap sukarela pada diri konseli sehingga konseli mampu menghilangkan
rasa keterpaksaannya memberikan data
kepada konselor.
Kesukarelaan pun hendaknya berkembang pada diri konselor. Diharapkan konselor mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-BK-an adalah sesuatu yang memaksa diri mereka.
Asas Keterbukaan
Keterbukaan di sini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi dalam hal ini lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membukakan diri untuk konseling misalnya, konseli diharapkan berbicara sejujur mungkin dan terbuka tentang dirinya sendiri. Konselor harus terus menerus membina suasana hubungan konseling sedemikian rupa sehingga konseli yakin bahwa konselor juga bersikap terbuka dan yakin pula bahwa asas kerahasiaan memang terselenggarakan. Kesukarelaan konselor menjadi dasar bagi keterbukaannya.
Asas Kegiatan(Keaktifan)
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Para pemberi pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana kegiatan sehingga individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud. Asas kegiatan ini merujuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antara konseli dan konselor.
Asas Kemandirian
Jangan hendaknya konseli itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya konselor. Ciriciri pokok dari kemandirian ialah mereka mampu: 1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya; 2. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis; 3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri; 4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu; dan 5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuankemampuan yang dimilikinya.
Asas Kekinian
Masalah konseli yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini, bukan masalah yang sudah lampau, dan juga
bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa mendatang. Dalam penyelesaian masalahnya akan berpengaruh pada kehidupan konseli.
Asas Kedinamisan
Maksudnya adalah kedinamisan dalam memandang konseli dan menggunakan teknik layanan sejalan dengan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling. Upaya pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulangulang hal-hal yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
Asas Keterpaduan
Di samping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses pelayanan yang diberikan. Hendaknya jangan bertentangan dengan aspek pelayanan yang lain. Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan konseli dan aspek-aspek lingkungan konseli, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah konseli.
Asas Keharmonisan
Menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada dan tidak bertentangan pada nilai dan norma tersebut. Melalui bimbingan dan konseling harus dapat meningkatkan kemampuan konseli dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara teratur, sistematik, dan dengan mempergunakan teknit alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, dan selanjutnya keberhasilan usaha bimbingan dan konseling akan menaikkan kepercayaan masyarakat pada bimbingan dan konseling.
Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya dan bahkan perlu dilengkapi dengan ing ngarso sung tulodo, ing madya wangun karsa. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun diluar hubungan kerja ke-BK-an pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya.
Banyak hal yang saya peroleh sebagai calon guru SD profesional melaui pembelajaran bimbingan dan konseling ini. Kini saya memiliki pemahaman tentang bimbingan belajar, perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas hanya mempunyai ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian peserta didik. Tentunya perkembangan yang diharapkan ialah perkembangan yang optimal. Maka dari itu, teori-teori perkembangan yang dipelajari dimata kuliah ini akan menambah wawasan saya mengenai hal tersebut. Landasan sosial budaya yang dipaparkan oleh dosen pengampu saya dapat memberikan gambaran jika perkembangan ilmu dan teknologi dan disertai dengan perkembangan sosial budaya yang belangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu. Setiap individu merasa tertantang untuk selalu belajar melalui berbagai sumber dan berbagai media. Di sini guru hanya merupakan salah satu di antara berbagai sumber dan media belajar.
DAFTAR PUSTAKA Fathurrohman,P. (2014). Urgensi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Bandung: Refika Aditama Sukardi, D.K. & Kusmawanti, D. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Nurihsan, J. & Yusuf, S. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tikus. (2012). Bimbingan Preventif dan Bimbingan Kuratif. [Online]. Tersedia di http://perahujagad.blogspot.co.id/2012/12/bimbingan-preventif-danbimbingan.html