KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu : Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd.
Disusun oleh: Chintya Nur Fadilah 1608151 PGSD 2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017
1. Apa yang membedakan istilah “bimbingan” dan “konseling”? Menurut Bimo Walgito (2004/34), mengatakan bahwa perbedaan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sedangkan konseling merupakan Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh. Menurut Daniel Mc (1956/45) , mengatakan bahwa perbedaan bimbingan dan konseling yaitu: Bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Sedangkn konseling merupakan suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan. Menurut Moh. Surya (1975/23), mengatakan bahwa perbedaan bimbingan dan konseling yaitu: Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diridengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan konseling merupakan suatu hubungan rofessional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
2. Mengapa (khususnya) di Indonesia, selalu digunakan “bimbingan dan konseling”, bukan hanya konseling saja? Karena sesuai dengan definisinya bahwa bimbingan adalah usaha memfasilitasi pertumbuhan peserta didik melalui kegiatan psikoedukatif untuk mengembangkan potensi dan mecapai tugas perkembangan, memahami diri, memahami lingkungan dan membuat keputusan. Sedangkan konseling adalah proses interaktif dalam hubungan unik antara konselor dan konseli yang mengarah perubahan perilaku, konstruksi pribadi kemampuan menguasai situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia, bimbingan dianggap perlu diljadikan sebuah pembelajaran bukan hanya konseling, sebab bimbingan mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dirancang dan dicita-citakan bangsa Indonesia. 3. Mengapa “bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar” perlu diselenggarakan? Sampaisampai dibuat landasan hukumnya? Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di sekolah dasar (SD) agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Menurut Depdikbud Tahun 1973 (dalam Amti dan Marjohan, 1992) menyatakan bahwa sekolah seyogyanya memberikan pelayanan yang optimal berdasarkan tiga usaha pokok, yaitu: 1. Pemupukan perasan ingin memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui penyajian berbagai mata pelajaran secara relevan, efektif, dan efisien. 2.
Penyelenggaraan administrasi sekolah yang memadai, yang menunjang
terlaksananya pengelolaan proses belajar-mengajar yang optimal. 3. Pelayanan bantuan khusus dalam menghadapi kemungkinan – kemungkinan serta kenyataan-kenyataan mengenai adanya kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal itu.
Berdasarkan tiga usaha pokok di atas, Amti dan Marjohan (1992) meringkasnya menjadi tiga bidang pokok pelayanan pendidikan di sekolah, yaitu: 1. Bidang kurikuler, melalui penyajian mata pelajaran di sekolah. 2. Bidang administrasi dan supervisi dalam bentuk penyelenggaraan administrasi dan supervisi di sekolah oleh kepala sekolah, guru, dan berbagai tenaga yang terkait. 3. Bidang bimbingan melalui pemberian bantuan kepada siswa-siswa dengan memperhatikan berbagai kemungkinan dan kenyataan tentang adanya masalah-masalah yang dapat timbul dalam bidang pertama dan kedua di atas, atau masalahmasalah lain yang berada di luar kedua bidang itu tetapi dapat menghambat pencapaian tujuan perkembangan siswa yang optimal. Permasalahan individu selalu muncul, begitu pula dengan siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk dapat mengatasi masalahmasalah yang diahadapinya, baik masalah yang tengah dihadapi maupun masalah yang mungkin akan muncul pada masa yang akan datang. Dari alasan ini, maka bimbingan dan konseling sangatlah berperan. Sebagai lembaga formal, sekolah harus mampu bertanggungjawab mendidik dan mengajak siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Jika hanya kegiatan belajar-mengajar dikelas saja tidak cukup. Dalam hal ini, diperlukan adanya layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling yang akan membantu keberhasilan pengajaran pendidikan secara keseluruhan. 4. Hal apa saja yang menjadi perhatian “Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar” hubungannya dengan peserta didik? Siswa Sekolah Dasar adalah mereka yang berusia sekitar 6-13 tahun yang sedang menjalani tahap perkembangan masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh siswa Sekolah Dasar adalah: 1. Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa; 2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung;
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari; 4. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya; 5. Belajar menjadi pribadi yang mandiri; 6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk permainan maupun kehidupan; 7. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku; 8. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan; 9. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya; 10. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial; serta 11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan. Dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya, anak sering menemui hambatanhambatan dan permasalahan-permasalahan sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain, terutama orang tua, dan guru. Oleh sebab itu, anak usia SD memerlukan perhatian khusus dari para guru. Penyelenggaraan pengajaran, pelatihan dan bimbingan diharapkan menunjang pencapaian tugas-tugas perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan SD. Jadi, hal yang harus diperhatikan dalam bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar adalah pencapaian tugas-tugas perkembangan anak yang harus terpenuhi sesuai tujuan pendidikan nasional dan pendidikan SD. 5. Bagaimana seharusnya “bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar” diselenggarakan? Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah perlu dilakukan dengan baik. Pertama-tama petugas bimbingan/guru harus menghayati pengertian dasar Bimbingan dan Konseling beserta asas-asasnya dan kedua, dituntut mampu melaksanakan usaha pelayanan sesuai dengan asas-asas dan pengertian tersebut. Sampai saat ini kondisi penyelenggara
Bimbingan dan Konseling di sekolah masih bervariasi. Layanan bimbingan belajar di SD adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) untuk daapt mengatasi masalah-masalah yang dihasapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki masing-masing. Pelaksanaan layanan bimbingan belajar dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1.
Menentukan murid yang mengalami masalah belajar
2.
Mengungkapkan sebab-sebab terjadinya masalah belajar.
3.
Membantu murid mengatasi masalah yang dialaminya dalam belajar.
4.
Melaksanakan penilaian untuk menentukan sejauh mana layanan bantuan yang
telah diberikan mencapai hasil yang diharapkan. 5.
Melaksanakan usaha-usaha tindak lanjut dari layanan-layanan sebelumnya.
6. Apa manfaat seorang calon guru SD mempelajari “bimbingan dan konseling”? Dengan mempelajari Bimbingan dan Konseling kita bisa mengetahui masalah apa saja yang dialami oleh peserta didik. Namun dalam Bimbingan dan Konseling bukan hanya mempelajari masalah yang mungkn dihadapi peserta didik tetapi juga mempelajari kondisi psikologis serta penaganan terhadap peserta didik yang sedang mengalami kesulitan. Manfaat mempelajari Bimbingan dan Konseling akan membantu kita untuk mampu memahami dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Jadi sebagai calon guru pembimbing kita sudah siap ketika menghadapi permasalahan tersebut nantinya. 7. Apa kendala-kendala yang menghambat penyelenggaraan “bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar”? - Anggapan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asasasas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta pengalamanpengalaman. - Anggapan bahwa Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja Sebagian orang berpandangan bahwa guru bimbingan dan konseling itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka guru bimbingan dan konseling tidak diperlukan, dan guru bimbingan dan konseling itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan guru bimbingan dan konseling itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar. Kita pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada mengobati”. - Keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling tergantung kepada sarana dan prasarana Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan mutakhir. Seorang konselor yang dinilai tidak bagus kinerjanya, seringkali berdalih dengan alasan bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang juga terjebak dalam asumsi bahwa konselor yang hebat itu terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan
dari faktor luarnya, tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup. - Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat Seringkali konseli (orang tua/keluarga konseli) yang berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk dapat menyelesaikan masalahnya secepat mungkin tak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak jarang konselor sendiri secara tidak sadar atau sadar (karena ada faktor tertentu) menyanggupi keinginan konseli yang seperti ini, biasanya konselor ini meminta kompensasi dengan bayaran yang tinggi. Yang lebih parah justru kadang ada konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang mampu menyelesaikan masalah secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu menganalisa besar-kecilnya masalah dan cepat-lambatnya penanganan masalah adalah konselor itu sendiri, karena konselor tentunya memahami landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling serta mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang sejenisnya. - Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah “polisi sekolah” Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi sekolah”. Hal ini disebabkan karena seringkali pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya masalah pelanggaran kedisiplinan dan peraturan sekolah lainnya kepada guru bimbingan dan konseling. Bahkan banyak guru bimbingan dan konseling yang diberi wewenang sebagai eksekutor bagi siswa yang bermasalah. Sehingga banyak sekali kita temukan di sekolahsekolah yang menganggap guru bimbingan dan konseling sebagai guru “killer” (yang ditakuti). Guru (bimbingan dan konseling) itu bukan untuk ditakuti tetapi untuk disegani, dicintai dan diteladani. Jika kita menganalogikan dengan dunia hukum, konselor harus mampu berperan sebagai pengacara, yang bertindak sebagai sahabat kepercayaan, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran. Konselor adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling akan
memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan. Kendati demikian, konselor juga tidak bisa membela atau melindungi siswa yang memang jelas bermasalah, tetapi konselor boleh menjadi jaminan untuk penangguhan hukuman atau pemaafan bagi konselinya. Yang salah tetaplah salah tetapi hukuman boleh saja tidak diberikan, tergantung kepada besar kecilnya masalah itu sendiri. 8. Asas-asas penyelenggaraan “bimbingan dan konseling di SD “ mencakup apa saja? Uraikan dengan contoh! Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkanya asasasas berikut: syamsu yusuf (setiawati dan Chudari, 2007;21) 1.
Rahasia, yaitu menuntut dirahasiakannya segenap dat dan keterangan tentang
peserta didik yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memlihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin. 2.
Sukarela, yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. 3.
Terbuka, yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentrang dirinya sendiri maupun dalam menrima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. 4.
Kegiatan, yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. 5.
Mandiri, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konselimng, yakni
peserta didk sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri
dan lngkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. 6.
Kini, yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling
ialah permasalahan peserta didik dalam kondisinya sekarang. 7.
Dinamis, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan
terhadap sasaran layanan yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. 8.
Terpadu, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. 9.
Harmonis, yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum, dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. 10. Ahli, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas kaidah-kaidah profesional. 11. Alih Tangan Kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas sesuatu permasalahan pesrta didik mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. 12. Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Demikian juga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu. 9. Setelah mempelajari “bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar” apa yang anda peroleh sebagai calon guru SD profesional? Setelah saya mempelajari Bimbingan dan Konseling, manfaat yang saya dapatkan adalah sebagai calon guru nantinya saya harus dapat memahami keadaan peserta didik baik dari segi fisik, mental, psikologis dan lain sebagainya. Juga harus tahu kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh peserta didik, selain itu harus tahu bagaimana cara menangani masalah yang sedang dihadapi peserta didik tersebut sehingga nantinya saya dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Mc, Daniel. 1956. Pengertian Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda Karya Remaja. Nurihsan, Achmad Juntika. 2009. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama. Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Desak P.E. Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Surya, Moh. 1975. Persamaan dan Perbedaan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Walgito, Bimo. 2004. Perbedaan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.