PE DOMAN P E LAYANAN G I Z I LANJ UT US IA Perpuctekaan Depkes,_ 5^6^^Ib, Ala No. Induk gi. Tari „a ..... . Dapat Dari
.. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INONESIA 2012
i
I
atalog Dalam Terbitan . Kementerian Kesehatan RI ndonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Buku pedoman pelayanan gizi lanjut usia,-Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2011
1. Judul I.NUTRITION GERIATRIC - HEALTH SERVICES FOR THE GED
KATA PENGANTAR Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat , sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan . Peningkatan derajat kesehatan ini akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup, yang akan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Pada umumnya penduduk lanjut usia akan menghadapi berbagai masalah fisik dan mental yang memerlukan pelayanan secara paripurna, balk dari aspek kesehatan, gizi, aspek mental dan sosial. Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lanjut usia , termasuk di dalamnya upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, disamping penyakit infeksi dan kurang gizi. Karena itu upaya pelayanan gizi merupakan bagian yang penting untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia agar tetap sehat dan produktif. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia ini disusun dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lain dalam mengoptimalkan pelayanan gizi bagi lanjut usia yang selaras dengan program kesehatan lainnya. Kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan dan penyempurnaan buku ini sangat diharapkan, semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam rangka pengembangan program gizi pada lanjut usia.
'r Minarto, MPS P. 195412111978111001
i
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................... 2 C. Sasaran ......................................................................................... 2 D. Kebijakan clan Strategi ................................................................ 3 BAB II GIZI LANJUT USIA ............................................................................ 4 A. Batasan ......................................................................................... 4 B. Proses Menua ............................................................................... 4 C. Kebutuhan Gizi ............................................................................ 7 D. Masalah Gizi .............................................................................. 10 BAB III PELAYANAN GIZI INDIVIDU ........................................................... 13 A. Penapisan .................................................................................. 13 B. Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PACT ) Lanjut Usia .................. 13 BAB IV
PELAYANAN GIZI MASYARAKAT .................................................. 26 A. Keluarga ..................................................................................... 26 B. Kelompok Lanjut Usia ................................................................ 27 C. Panti Sosial Tresna Werda ......................................................... 27
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 29 LAMPIRAN ....................................................................................................... 30
Ill
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1. KMS La sia dan Brosur makanan Sehat untuk Lanjut Usia ...... 30 Lampiran 2. Tabel Ar gka Kecukupan Gizi ..................................................... 31 Lampiran 3. Mini Nut ritional Assesment I. Skreening .................................... 32 Lampiran 4. Mini Null ritional Assesment II. Penilaian .................................... 33 Lampiran 5 . Perhitur gan Kebutuhan Energi Berdasarkan Rule of Thumb .... 34 Lampiran 6 . Formulir Riwayat Pola Makan /Kebiasaan ................................. 35 Lampiran 7. Formulir Recall 24 Jam ............................................................. 36 Lampiran 8 .
Anamns sis Gizi Pasien Kunjungan Ulang .................................. 37
Lampiran 9 . Contoh
enulisan Asuhan Gizi dengan format ADIME ............. 38
Lampiran 10 . Contoh M enu Untuk Lansia Sehat ............................................. 39 Lampiran 11. Menu U tuk Lansia dengan Berat Badan Kurang ..................... 40 Lampiran 12. Menu U tuk Lansia dengan Berat Badan Lebih (Kegemukan) ...41 Lampiran 13. Diet Bet erapa Penyakit Pada Lansia ......................................... 43 Lampiran 14. Contoh M enu Untuk Lansia Tanpa Gigi dan Konstipasi ............. 54
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa. Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspekfisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi_ Seiring dengan permasalahan tersebut, akan mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi. Berbagai penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada 242 orang lanjut usia di Semarang memperlihatkan prevalensi kurang energi kronis (KEK) sebesar 31%, sedangkan penelitian di Jakarta pada 10 Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan dari 222 orang lanjut usia didapatkan berat badan Iebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada 14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100 orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10 orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang diteliti.
Data dari Journal of Nutrition 1999 menyatakan bahwa di Indonesia , lanjut usia (60-75 tahun) mempunyai asupan energi rata -rata kurang dari kebutuhan, 36,6% lanjut usia menderita defisiensi vitamin 131, Iebih dad 75% mendapat asupan zat besi dan vitamin B1 (2/3 RDA), 20, 2% mendapat asupan asam folat (2/3 RDA), serta 32, 4% menderita defisiensi vitamin B 12. I
Berdasarkan Dat d Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit pada Ianj it usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi 56,4%, Hipertensi 53,7%, Stroke 2C ,2%o, Penyakit Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%, Tumor 8,8%. Mei ingkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan meningkatkan be in ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Upaya perbaikan Undang Kesehata perseorangan dar makanan, perbaik pelayanan gizi dar
izi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam UndangNo 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi n dan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Pelayanan gizi se bagai bagian dari pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan di semi s fasilitas pelayanan kesehatan balk pemerintah maupun swasta. Dengan i neningkatkan pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan dapat menanggulc ngi masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan stat is gizi dan kesehatan lanjut usia. B. Tujuan Umum : Menin produl Khusus : a. Meningkatkan gizi pada lanju b. Meningkatkan c. Meningkatkan
katkan status kesehatan lanjut usia agar sehat, mandiri dan if melalui pelayanan gizi yang bermutu. kualitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan usia. :ualitas pelayanan gizi pada lanjut usia. Status gizi lanjut usia.
C. Sasaran
2
Sasaran pelayana gizi lanjut usia terdiri dari: 1. Sasaran langs mg: a. Pra lanjut sia (45-59 tahun) b. Lanjut usia (60-69 tahun) c. Lanjut usi risiko tinggi (>_ 70 tahun atau > 60 tahun dengan masalah kesehatan 2. Sasaran tidak angsung: a. Tenaga ke ehatan b. Keluarga d mana lanjut usia berada c. Masyaraka di lingkungan lanjut usia/kader lansia d. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan lanjut usia
D. Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut usia disesuaikan dengan kebijakan dan strategi program kesehatan lanjut usia : 1. Kebijakan : a. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor. b. Pembinaan gizi lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan. c. Pembinaan gizi lanjut usia sebagai bagian dari upaya kesehatan keluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkat dasar dan rujukan. d. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya. e. Upaya promotif dan preventif dilaksanakan secara komprehensif bersama-sama dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. f. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lanjut usia dilakukan atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong, dibina oleh pemerintah pada semua tingkat administrasi. 2. Strategi: a. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi kepada stakeholder dan pengambil kebijakan. b. Meningkatkan pelayanan gizi lanjut usia baik individu maupun masyarakat. c. Meningkatkan upaya deteksi dini adanya masalah gizi lanjut usia. d. Meningkatkan sistem informasi dalam setiap kegiatan pelayanan gizi lanjut usia. e. Menyediakan fasilitas pelayanan gizi lanjut usia. f. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi lanjut usia. g. Meningkatkan pendidikan gizi lanjut usia melalui KIE. h. Memantapkan kerjasama lintas program, lintas sektor, LSM dan swasta. i. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri.
3
BAB II GIZI LANJUT USIA A. Batasan Menurut WHO Ian is dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : 1. Usia pertenga an (45-59 tahun) 2. Lanjut usia (60 -74 tahun) 3, Lansia tua (75 90 tahun) 4. Usia sangat to (> 90 tahun) Menurut Kemente ian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi : • Pra lanjut usia (45-59 tahun) • Lanjut usia (6 0- 69 tahun) • Lanjut usia risi o tinggi (? 70 tahun atau usia ? 60 tahun dengan masalah kesehatan) B. Proses Menua Proses pertumbu an dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa, sejak dari j nin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua berlangsu g secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya ak n menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi clan biokimia pada jaringan tub h sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruha . Proses menua sa gat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena di engaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaru i proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit i feksi/degeneratif, higiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarg . Faktor eksternal lain yaitu kemunduran psikologis seperti sindroma lepas ja atan, perasaan sedih clan sendiri, perubahan status sosial sangat mempeng uhi proses menua pada seseorang. Asupan makanan angat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel atau metaboli me dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu per bahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirny dapat mempengaruhi status gizi.
4
Faktor yang mempengaruhi proses menua FAKTOR EKSTERNAL STESSOR PSIKOSOSIAL
PENDIDIKAN PENY. INFEKSI/ DEGENERATIF
KONSUMSI
I
HYGIENE SANITASI/
SOS-BUD
LINGKUNGAN
KELUARGA/
LINGKUP
PENGASUH
PERGAULAN/
V EKONOMI
KELOMPOK MASYARAKAT
Sumber : Pedoman Tataiaksana Gizi Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan Proses perubahan biologis pada lanjut usia ditandai dengan : 1. Pengurangan massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan jumlah cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus. 2. Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan menurun. Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lanjut usia. Sensitifitas terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan lanjut usia senang makan yang manis dan asin. 3. Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C dan asam folat. 1. Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia. 2. Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan 5
berkurang pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapa zat- zat gizi juga menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunn a sekresi air ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan akanan. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapa vitamin B 12 berkurang, sehingga dapat menyebabkan anemia. 3. Penurunar mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernpa seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya asir. 4. Penuruna kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk mak n. 5. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jang a pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutk n sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari disebut dengan demensia/pikun. 6. Kapasitas injal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluar n urine diluar kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
Berikut tabel kindisi lanjut usia yang dapat mempengaruhi status gizi. NO 1 2
6
KONDI LANJUT Metabolisme b menurun Aktivitas/ kegia berkurang
I SIA sal an fisik
3
Ekonomi menu gkat
4
Fungsi indera
enurun
Penyakit perio atau gigi tanggal
ntal
5
PERUBAHAN POLA MAKAN Kebutuhan energi menurun Energi yang dipakai sedikit Konsumsi berlebih Makan tidak enak/ nafsu makan menurun Kesulitan makan makanan berserat (sayur, daging) , cenderung makan makanan lunak
STATUS GIZI Cenderung kegemukan/obesitas Cenderung kegemukan/obesitas Cenderung kegemukan/obesitas Dapat terjadi kurang gizi Dapat terjadi kurang gizi dan kegemukan/ obesitas
Penurunan sekresi asam lambung clan enzim pencernaan makanan
Mengganggu penyerapan vitamin clan mineral
Defisiensi zat gizi mikro
7
Mobilitas usus menurun
Susah buang air besar
Wasir (perdarahan) 6 anemia
8
Sering menggunakan obat-obatan/alkohol
Menurunkan nafsu makan
Dapat terjadi kurang gizi
6
Kesulitan u ntuk
9
Gangguan kemampuan motorik
10
Kurang bersosialisasi , kesepian (perubahan psikologis)
Nafsu makan menurun
Dapat terjadi kurang gizi
11
Pendapatan menurun
Asupan makanan menurun
12
Demensia (pikun)
Sering makan/lupa makan
Dapat terjadi kurang gizi spat terra i kurang gizi clan kegemukan/ obesitas
menyiapkan makanan sendiri
Dapat terjadi kurang gizi
C. Kebutuhan Gizi Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses fisiologi clan psikososial sebagai akibat proses menua. Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor : 1. Umur Pada lanjut usia kebutuhan energi clan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin clan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel clan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel. 2. Jenis kelamin Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi, protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot clan luas permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali. 7
3. Aktivitas fisik an pekerjaan Lanjut usia m ngalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya ktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan z t gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan seharihari : ringan, dang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang ibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan at gizi yang lebih banyak. 4. Postur tubuh Postur tubuh ang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh ang lebih kecil. 5. Iklim/suhu ud ra Orang yang ti ggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih unt mempertahankan suhu tubuhnya. 6. Kondisi kese atan (stress fisik dan psikososial) Kebutuhan gi i setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondi i kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psik osial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gi . Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian ebutuhan gizi. 7. Lingkungan. Lanjut usia y ng sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) p rlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan ineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi. Pada prinsipnya butuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi maka an yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah tau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan g zi lanjut usia dihitung secara individu. Pesan gizi seimb ng pada lanjut usia : 1. Makanlah an ka ragam makanan Makanan ya beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber ba an makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan bush. S makin beraneka ragam dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, emakin balk. Sayur dan buah sangat baik untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari). 2. Makanlah m anan untuk memenuhi kecukupan energi Karbohidrat perlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan un uk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, 8
havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup. 3. Batasi konsumsi lemak dan minyak Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lainlain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, miyakjagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi. 4. Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tandatanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mats berkunang-kunang. Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam jumlah cukup. 5. Biasakan makan pagi Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif. 6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat dibutuhkan sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan mengakibatkan kesadaran menurun. 7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolah raga. Aktifitas fisik sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena keterbatasan fisik yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari. 9
8. Pesan lainny : - Tidak m4 m alkohol - Mambaca label makanan D. Masalah gizi Masalah gizi Ian ut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang anifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bah a masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebi yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit j ntung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemaka hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga banyak terjadi pa a lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat gi i mikro lain. 1. Kegemukan tau obesitas Keadaan ini iasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak meng ndung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses meta lisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peni gkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga jum ah kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat menga ibatkan kegemukan. Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan p da bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubun kan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner pada bagian I mak lain. Menurut Monica, 1992, kegemukan atau obesitas akan mening atkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali, penyakit hipe ensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali. 2. Kurang Ener i Kronik (KEK) Kurang atau ilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat m nyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan i at mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan z at gizi makro, sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa pen ebab KEK pada lanjut usia : a. Makan ti ak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuma b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan c. Faktor str ss/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, merokok, II 10
3. Kurang Zat Gizi Mikro lain Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro dapatjuga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi pada lanjut usia. Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi:
a. Penyakit Jantung koroner Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakitjantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. b. Hipertensi Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi. Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan kematian. c. Diabetes Mellitus Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa >_ 126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan oleh kerusakan sel beta di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin, sehingga kekurangan insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin dalam glukosa ke dalam sel. Pada orang dengan berat badan lebih, hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi kebutuhan.
II
DM Tipe I : Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi kerusakan sel dan pankreas. Umumnya B normal atau di bawah normal dan disertai dengan trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi (banyak makan, banyak minum dan banyak kencing) DM Tipell Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), selain terjadi kerusakan sel dan pankreas juga disertai tidak berfungsinya insulin, 75% penderita DM tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. d. Osteo art itis (pengapuran tulang) Adalah pe yakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi tern ma pada sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserang steoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan perge akannya menjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untu menopang badan. e. Osteopor is (keropos tulang) Massa tuft g mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45 tahun untuk Aria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka wa to lama akan timbul keropos tulang (osteoporosis), dan pada wanit menopause akan lebih rentan karena pengaruh penurunan hormon estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah apabila terj tuh atau terkena trauma. f. Arthritis G ut Kelainan etabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah meni gkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang menyebab an rasa nyeri dan bengkak sendi. Pada penderita gout perlu pembatasa konsumsi lemak, protein, purin, untuk penurunan kadar asam urat. isarankan banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.
12
BAB III PELAYANAN GIZI INDIVIDU Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim Asuhan Gizi dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/ geriatri yang terpadu, sehingga pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara terkordinasi oleh berbagai disiplin ilmu terkait. Kerjasama antara lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelayanan gizi lanjut usia. a. Rawat Jalan Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk melakukan dan mendukung keberhasilan proses konseling gizi. b. Rawat Inap Kegiatan pelayanan gizi rawat map merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk memberikan intervensi gizi. Kegiatan intervensi gizi yang diberikan meliputi pelayanan makan dan konseling gizi, serta kunjungan rumah sebagai tindak lanjut kegiatan. Proses pelayanan gizi individu meliputi : A. Penapisan Sebelum memberikan pelayanan gizi pada lanjut usia perlu dilakukan penapisan gizi untuk menentukan apakah lanjut usia dalam kondisi malnutrisi. Ada beberapa instrumen penapisan gizi yang dapat dilakukan pada lanjut usia khususnya untuk gizi kurang, antara lain Mini Nutritional Assessment (MNA) dan Nutritional Screening Initiative (NSI). Instrumen penapisan dapat membantu untuk identifikasi status gizi lanjut usia. Berdasarkan hasil penapisan selanjutnya lanjut usia yang berisiko perlu mendapat pelayanan gizi. B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Lanjut usia Proses Asuhan Gizi Terstandar lanjut usia merupakan pengaplikasian dari proses asuhan gizi terstandar sebagai upaya peningkatan kualitas pemberian asuhan gizi pada individu dan populasi. Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri atas 4 langkah sistematis mulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring dan evaluasi 13
gizi. Dengan PAG diharapkan ahli gizi di tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelay nan secara efektif dan berkualitas terhadap lanjut usia. PAGT meliputi : 1. PENGKAJIAN GIZI (Assessment) Assesmentata disebut dengan pengkajian terhadap status gizi merupakan landasan data menyusun asuhan gizi yang optimal kepada klien bertujuan untuk mendap tkan informasi yang adekuat dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi y ng terkait dengan masalah asupan makanan atau faktor lain yang dapat me imbulkan masalah gizi Pengkajian gi i merupakan suatu proses pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data yang sistematis dalam upaya untuk mengidentifikasi masalah gizi d n penyebabnya, bukan hanya pengumpulan data awal tetapi jugs merupaka pengkajian ulang clan analisis kebutuhan gizi pasien. Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan stand r baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi s erapa besar masalahnya. Proses pengka ian meliputi : a. Antropom tri Data antro ometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu, yang melip ti pengukuran berat badan (B), tinggi badan (TB), tinggi lutut (TL), anjang depa (PD), tinggi duduk (TD), lingkaran lengan atas (LiLA), teb I lemak, lingkar pinggang dan lingkar panggul. Cara Peng kuran Antropometri pada lanjut usia 1. Pengu ran Tinggi Badan a) Per gukuran dilakukan dengan menggunakan mikrotoa 2 meter b) Ala sudah ditera c) Let kkan mikrotoa di lantai yang rata dan menempel pada din ing yang tegak lurus, tarik pita meteran keatas sampai me unjukkan angka not, paku/tempel kan ujung pita pada din ing (2m) d) Tari kepala mikrotoa ke bawah dan di fiksasi sekitar 50 cm dari ata e) Met ran microtoise diturunkan hingga mengenai kepala anak f) Ha I pengukuran dibaca pada skala (garis merah) dengan ket titian 0,1 cm 14
g) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala Cara pengukuran : a) Posisikan lansia berdiri tegak pada permukaan tanah/ lantai yang rata tanpa memakai alas kaki(sandal, sepatu) b) Posisikan Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jarijari kaki c) Pandangan mata lurus kedepan d) Kedua lengan menggantung santai menempel didinding tembok e) Pada waktu mengukur TB, punggung, tumit, pantat dan belakang kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan mata lures ke depan, lengan menggantung di sisi 2. Pengukuran Berat Badan a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan tanpa pegas b) Alat sudah ditera c) Letakkan di lantai yang rata posisikan angka sampai menunjukkan angka nol d) Hasil pengukuran dibaca pada skala dengan ketelitian 0,1 cm e) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala Cara Pengukuran : a) Lansia berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal mungkin, tidak membawa beban atau benda apapun dan tanpa alas kaki (sandal, sepatu) b) Mata menutup lurus kedepan, dan tubuh tidak membungkuk c) Pembacaan dilakukan pada alat secara langsung 3. Pengukuran Panjang Depa Kondisi/ Syarat Pengukuran a) Lansia yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus mendatar/ horizontal dan dan tidak dikepal b) Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan c) Panjang depa tidak dianjurkan diukur dalam posisi berbaring atau telentang karena dapat mengurangi tingkat ketelitian hasil pengukuran sehingga hasilnya kurang akurat (WHO 1995)
15
Cara P ngukuran : a) La sia berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi to bok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok. b) Ba ian atas kedua lengan hingga ujung telapak tangan me empel erat didinding sepanjang mungkin c) Pe bacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulal dari ba ian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tan an kiri 4. Pengu uran Tinggi Lutut a) Ko disi Sprat Pengukuran Tin ggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan se ingga sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan se eorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang tid k dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya b) Al e ^ Pengukuran : Pe ggaris kayu / stailess stell dengan mata pisau menempel pa a sudut 9011 pada kaki kiri Cara p ngukuran : a) La sia diukur dalam posisi duduk atau berbaring / tiduran dia as lantai atau kasur deengan permukaan rata / flat tanpa me ggunakan bantal atau alas kepala (topi) apapun b) Se itiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering de gan tulang paha membentuk sudut 90 c) Pe ggaris kayu/ stailess stell ditempatkan diantara tumit sampai ba ian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan pada ala ukur dengan ketelitian 0,1 cm. 5. Pengu uran Tinggi Duduk Kondis syarat pengukuran : a) Bil lansia tidak dapat berdiri tegak dan atau merentangkan ke ua tangannya sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral cla n tidak dikepal. b) Jik salah satu atau kedua pergelangan tangan tidak dapat dil ruskan karena sakit atau sebab lainnya Alat P ngukuran : a) AI ukur antropometer terdiri dari bangku duduk dari kayu de gan panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 40 cm bagi Ian is laki-laki dan 35 cm bagi lansia perempuan. 16
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding Cara Pengukuran a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu sampai lantai b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak , kepala dan tulang belakang / punggung menempel rapat ke dinding c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi) e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap lurus ke depan t7 Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di atas kepala , setelah dikurangi tinggi bangku Dengan mengkaitkan dua variabel antropometri tersebut di atas dapat diperoleh Indeks Massa Tubuh ( IMT) dengan perhitungan sebagai berikut :
a) IMT (Indeks Massa Tubuh) Cara menghitungnya sebagai berikut berat badan (kg) tinggi badan ( m) x tinggi badan (m)
IMT
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT yang digunakan di Indonesia.
IMT
Status Gizi
< 17,0
Sangat Kurus
17,0-18,4
Kurus
18,5-25,0
Normal
25,1-27,0
Gemuk
> 27,0
Obese
Sumber : Kadarzi Depkes, 2004 b) IMT (Indeks Massa Tubuh ) untuk lanjut usia dengan kondisi khusus (tidak dapat berdiri atau bongkok ) dapat merujuk pada tabel BB/TL, BB/PD, BB/TD (terlampir), 17
rv
e
W^MsNh
'%V,
c) Lingka perut Diguna an untuk menentukan obesitas sentral. Cara pengukurannya adalah dengan berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan dan p a hari pemeriksaan mengenakan pakaian yang ringan. Pengu uran dilakukan dalam posisi berdiri tegak dengan kedua tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang terendah dan Kri to iliaka pada garis aksila tengah (mid- axillary line) diberi tanda ngan pena. Pita pengukur non elastic diletakkan melintang di perte gahan antara kedua tanda tersebut melingkari perut secara horizon al. Kemudian dilakukan pembacaan dalam sentimeter. Selam dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernapas biasa (Gibso , 2005). Klasifikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas sentral ika lingkar perut pada laki-laki >_ 90 cm dan perempuan >_ 80 cm. b. Biokimia Data bioki is meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain yang m mberikan informasi mengenai status gizi guna menegakkan diagnosis g zi. Berikut ini alah beberapa parameter biokimia yang sering digunakan: 1. Albumi rendah/hipoalbuminemia mengindikasikan adanya defisie i protein, stress akut, katabolisme, overload cairan, gagal hati, p bedahan. Albumin tinggi/hiperalbuminemia kemungkinan dehidra i dan gagal ginjal. Selain dalam darah, kadar albumin juga dapat d periksa dalam urin. 2. Asam f lat serum rendah mengindikasikan adanya defisiensi asam folat, vitamin B12, anemia makrositik, penggunaan obat-obatan tertentu 3. Glukos darah tinggi/hiperglikemia mengindikasikan adanya peruba an metabolisme karbohidrat, kelebihan intake energi, kanker, diabetes mellitus, infus dekstrosa yang berlebihan, infeksi, respon stres, penggunaan obat-obatan. Glukosa darah rendah/ hipoglik mia, kemungkinan penghentian makanan parenteral total yang endadak, pemberian insulin yang berlebihan. Selain itu glukosa dapatjuga diperiksa dengan urin reduksi. 4. Hemogl bin rendah mengindikasikan kemungkinan adanya defisien i protein, Fe, anemia, perdarahan. 5. Natrium serum tinggi/hipernatremia mengindikasikan adanya defisit volume airan, pemberian natrium yang berlebihan, kehilangan air 18
bebas yang terjadi sekunder akibat interaksi obat. Natrium serum rendah/hiponatremia, kemungkinan kelebihan cairan, kehilangan natrium lewat saluran cerna, sonde dengan formula susu rendah natrium untuk waktu yang lama. c. Minis Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang dirasakan seperti penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme berupa mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan. Berikut ini beberapa contoh tanda klinis : 1. Penurunan berat badan mengindikasikan defisiensi energi, penurunan berat badan secara akut kemungkinan defisiensi cairan, sedangkan peningkatan berat badan kemungkinan kelebihan intake energi. 2. Rambut pudar, kering, mudah patah mengindikasikan defisiensi protein, rambut mudah dicabut tanpa rasa sakit kemungkinan defisiensi protein, rambut rontok kemungkinan defisiensi protein, seng, biotin / kelebihan vitamin A, hilangnya pigmen rambut pada sekeliling kepala, kemungkinan defisiensi protein dan tembaga. 3. Mimisan (Epistaksis) mengindikasikan defisiensi vitamin K, pembesaran tiroid kemungkinan defisiensi iodium. 4. Hepatomegali mengindikasikan defisiensi protein atau kelebihan vitamin A, ascites kemungkinan defisiensi protein dan atau kelebihan intake cairan. 5. Kehilangan massa otot kemungkinan defisiensi energi . 6. Parestesia (sakit dan perasaan geli atau sensasi yang berubah pada anggota gerak),ataksia (penurunan perasaan getaran dan posisi tremor penurunan reflek tendon), konfabulasi, disorientasi mengantuk, letargi kemungkinan defisiensi vitamin B dan C . d. Riwayat makan Mengkaji data riwayat makan yaitu mengkaji kebiasaan makan klien secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif digunakan Formulir Food Frequency (FFQ) dan dari hasilnya dapat diketahui seberapa sering seseorang mengkonsumsi bahan makanan sumber zat gizi tertentu. Secara kuantitatif digunakan Formulir Food Recall dan dari hasilnya dapat diketahui berapa besar pencapaian asupan energi dan zat gizi seseorang terhadap angka kebutuhan gizi.
19
e. Riwayat Personal Penguml ulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat dan supl men yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan data umL m pasien, sebagai berikut:
Riwayat bat dan suplemen yang dikonsumsi
Sosial Bud ya
Riwayat Pe yakit
Data umum pasien
• Obat yang digunakan balk berdasarkan resep maupun obat bebas yang berkaitan dengan masalah gizi • Suplemen gizi yang dikonsumsi • Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama • Situasi rumah • Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial • Akses sosial • Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi • Riwayat penyakit dulu dan sekarang • Riwayat pembedahan • Penyakit kronik atau resiko komplikasi • Riwayat penyakit keluarga • Status kesehatan mental/emosi • Kemampuan kognitif • Umur • Jenis kelamin • Jenis Pekerjaan • Status dalam keluarga • Tingkat pendidikan
2. MENEGAK N DIAGNOSIS Setelah men apatkan data mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat, pola makan, entuk dan frekuensi makan serta pantangan makan, lakukan pengkajian data dengan menganalisis asupan gizinya dan dibandingkan dengan AKG erta anjuran gizi sesuai dengan penyakitnya, uraikan kepada klien, analisis permasalahan yang dihadapi.
20
3. INTERVENSI GIZI Intervensi gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi yang sudah ditegakkan pada diagnosis gizi. Pemecahan masalah yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti dukungan keluarga, sosial ekonomi, pemanfaatan pekarangan, dll. Sebelum melakukan intervensi gizi perlu melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: a. Cara perhitungan kebutuhan gizi : 1. Perhitungan Kebutuhan Energi. Berikut ini beberapa cara untuk menghitung kebutuhan energi : a) Harris dan Benedict Merupakan cara yang banyak digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki : BEE = 66 + 13,7 (BB) + 5 (TB) - 6,8 (umur) Perempuan : BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) - 4,7 (umur) Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adaiah : Stress ringan = 1,3 x BEE Stress sedang = 1,5 x BEE Stress berat = 2,0 x BEE Kanker = 1,6 x BEE b) Rule of Thumb ( menggunakan BB ideal) Cara cepat untuk menghitung kebutuhan energi adaiah : Laki-laki : 30 Kkal/ kgBB Perempuan : 25 Kkal / kgBB 2. Perhitungan kebutuhan protein a) Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lanjut usia adalah sekitar 0,8 gram/ kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi. b) Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein nabati lebih banyak dari protein hewani. Sumber protein nabati yang dianjurkan adaiah kacang-kacangan dan produk olahannya. Sumber protein hewani yang dianjurkan adaiah ikan, daging dan ayam tanpa lemak, susu tanpa lemak. 21
3. Perh tungan kebutuhan lemak a) da lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 202 % dari kebutuhan energi dengan rasio lemak tidak jenuh I mak jenuh = 2: 1 b) lesterol merupakan sejenis lemak yang hanya terdapat di akanan hewani terutama pada otak, hati, daging berlemak, k ping telur, konsumsinya harus dibatasi. Kolesterol tidak elebihi 300 mgr / hari didalam makanan. 4. Perh ungan kebutuhan karbohidrat Peng unaan karbohidrat relatif menurun pada lanjut usia, kare kebutuhan energi juga menurun. Lanjut usia disarankan men onsumsi karbohidrat komplek dari pada karbohidrat sede ana, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Perhi ungan kebutuhan karbohidrat didasarkan kepada sisa dari total ener setelah dikurangi energi dari protein dan lemak. Dianjurkan lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat 60-65% dari total kebutuhan energ. 5. Perhi ungan kebutuhan vitamin dan mineral Perhi ngan kebutuhan vitamin dan mineral didasarkan kepada angk kecukupan gizi yang dianjurkan. Namun untuk kondisi tertentu vitami dan mineral diberikan dalam jumlah yang lebih tinggi atau lebih endah dibandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. a) K Isium b) Vi amin D c) Z it besi d) A am folat e) Sodium f) B'2 (sianokobalamin) 6. Serat^ Kebut han serat 25-30 gram/ hari 7. Kebu uhan cairan Masu an cairan perlu diperhatikan karena adanya mekanisme rasa haul an menurunnya cairan tubuh total (penurunan massa lemak). Lanju usia membutuhkan cairan antara 1,5 - 2 liter per hari (6-8 gelas) 22
b. Preskripsi Diet 1. Preskripsi Diet yaitu batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Diet memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal. 2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan 3. Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan slang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman makan. Intervensi gizi meliputi : 1. Pemberian makanan Memberikan makanan pada lanjut usia sesuai kebutuhan gizi dan penyakitnya. Dilakukan di puskesmas perawatan, RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 2. Konseling Gizi Suatu pendekatan yang digunakan dalam pelayanan gizi untuk membantu lanjut usia dan keluarganya dalam memahami dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang paling sesuai dengan kondisinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling gizi a) Aspek Sasaran b) Meliputi faktor kejiwaan lanjut usia : pesismistis,apatis, melankolis, depresi, pelupa, kekanak-kanakan, keras kepala, dll. Oleh sebab itu lanjut usia perlu didampingi keluarga saat menerima konseling gizi. c) Aspek Konselor d) Dalam memberikan konseling kepada lanjut usia dan keluarganya diperlukan kesabaran , kejujuran, sikap santun, empati, bahasa sederhana dan mudah dimengerti serta menjadi pendengar yang balk dan menguasai isi pesan.
23
e) Aspe Pesan 1) B ntuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan 2) P rsi kecil tapi sering, jarak antara dua waktu makan tidak k rang dari 3 jam 3) Bi sakan sarapan pagi dan makan malam lebih awal 4) Pi ihlah jenis makanan selingan yang sehat, seperti : buah b ahan segar, dan makanan yang direbus 5) P rilaku makan sesuai dengan prinsip gizi seimbang bagi lansia 6) M kanan yang dikukus, dipanggang, direbus lebih balk daripada di oreng. 7) D njurkan memilih makanan dengan bumbu yang tidak m rangsang
c. Rujuk n Pada asus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih I njut rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. 4. MONITORIN DAN EVALUASI Melakukan k jian ulang dan mengukur perkembangan dengan jadwal tertentu (monitoring), membandingkan hasil saat ini dengan status sebelumnya, ujuan intervensi, atau rujukan standar (evaluasi), termasuk juga monitori g respon pasien terhadap intervensi. Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien /klien rhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu : a. Monitor erkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi p sien/ klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai ya g diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain: mengecek pemahaman dan keta an diet pasien/ klien, mengecek asupan makan pasien/klien, menentu n apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/ preskripsi diet, menentukan apakah status pasien/ klien tetap atau berubah, nengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif, mengum lkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkemb gan dari kondisi pasien/ klien
b. Menguku hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/ perubaha yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. 24
Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi. c. Evaluasi hasil, Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan monitoring dan evaluasi di atas kita akan mendapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi 2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral 3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik 4) Dampak terhadap pasien/ klien terkait gizi Pengukuran yang terkait dengan persepsi pasien/ klien terhadap intervensi yang diberikan dan dampakn pada kualitas hidupnya.
25
BAB IV PE AYANAN GIZI MASYARAKAT Pelayanan gizi mas arakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga, kelompok lanjut usia posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll) clan panti werdha. A. KELUARGA Keluarga merupE kan unit terkecil dalam masyarakat yang keberadaannya sangat penting ui tuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lanjut usia akan merasa am an dan tenteram bila berada di dalam lingkungan keluarga yang memberikar perhatian dan dukungan pada lanjut usia dalam menjalani sisa hidupnya. Pelayanan gizi I njut usia yang berada di keluarga dilakukan oleh tenaga kesehatan melalu pendampingan tenaga kesehatan terhadap anggota keluarga dalam meningkat an dan mempertahankan status gizi lanjut usia. Pelayanan gizi lanjut usia di eluarga terdiri dari: a. Pendidikan gi Pendidikan gi zi pada lanjut usia yang dilakukan di rumah pada prinsipnya memberikan >endidikan pada lanjut usia dan keluarganya yang bertujuan agar lanjut us a: 1) Mendapa kan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya (sehat/sakit). 2) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal. 3) Mengatas perubahan fungsi saluran pencernaan yang menyertai proses pe nuaan. 4) Mencega dan menghambat osteoporosis dan mencegah terjadinya ganggua gizi (kegemukan/obesitas atau kurang gizi termasuk kurang zat gizi m kro). b. Penyediaan akanan Penyediaan akanan pada lanjut usia sebaiknya dilakukan oleh anggota keluarga ata pengasuh khusus untuk lanjut usia. Tenaga kesehatan dan ahli gizi dari uskesmas melakukan kunjungan rumah untuk memberikan nasehat diet an membantu menyusun menu untuk lanjut usia. c. Rujukan Pada kasus rtentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih lanjut seperti ^tidak ada asupan makan selama 3 hari terakhir dan terjadi 26
penurunan status gizi ( menjadi semakin kurus , lemah , lesu) dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan kesehatan Iebih lanjut. B. KELOMPOK LANJUT USIA Kelompok lanjut usia ( Poksila ) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ( UKBM ), sebagai wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat , dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama dengan Iintas sektor , LSM, swasta dan organisasi sosial dengan kegiatan utama adalah upaya promotif dan preventif. Kegiatan Kelompok Lanjut Usia dilakukan oleh kader terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan. Pelayanan gizi pada kelompok lanjut usia diberikan dalam bentuk : 1. Penyuluhan gizi Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih . Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia. 2. Pemantauan status gizi Pemantauan status gizi menggunakan KMS lanjut usia yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan, dilakukan secara berkala (sebulan sekali) bersama - sama dengan pemeriksaan kesehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan oleh kader yang dibimbing oleh tenaga kesehatan. 3. Konseling gizi. Diberikan pada lanjut usia yang membutuhkan diet khusus seperti menderita penyakit denegeratif yang dapat dilakukan di Poksila atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi lanjut usia . Contoh makanan tambahan terlampir. C. PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) merupakan suatu institusi dibawah naungan Dinas Sosial yang merawat para lanjut usia. Kegiatan pelayanan gizi di panti werdha meliputi : 1. Penyuluhan gizi Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dari dinas kesehatan , puskesmas 27
atau dari fasIlitas pelayanan kesehatan swasta . Topik penyuluhan gan masalah gizi yang ada pads lanjut usia. 2. Pemantauan s tus gizi
Pemantauan dibantu oleh t pemeriksaan dengan mengg
atus Gizi dilaksanakan oleh pengurus PSTW atau kader naga kesehatan secara berkala bersama-sama dengan sehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan setiap bulan nakan KMS lanjut usia.
3. Penyelenggar Penyusunan d memperhitung kegiatan ini s dapat berlang lampiran.
n makanan t clan menu dapat dilakukan untuk kelompok namun tetap an kebutuhan individu lanjut usia yang dirawat. Untuk aiknya panti memiliki ahli gizi sendiri agar pelayanannya ung dengan Iebih baik. Contoh menu dapat dilihat pada
4. Konseling gizi ng memerlukan konseling gizi pada lanjut usia di PSTW, Pada kasus diberikan kons ling oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan yang terlatih. Bila ada masalah I bih lanjut sebaiknya dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
28
BAB V PENUTUP Pelayanan gizi lanjut usia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan program kesehatan lanjut usia . Diharapkan Pelayanan gizi lanjut usia menjadi salah satu program prioritas Kabupaten / Kota untuk meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia secara berkesinambungan. Buku Pedoman Pelayanan gizi lanjut usia bagi Tenaga Kesehatan ini diharapkan dapat menjadi pegangan /rujukan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi lanjut usia sehingga dapat hidup sehat , aktif dan produktif melalui pelayanan gizi yang bermutu.
29
Lampiran 1. KMS Lan^ia dan Brosur Makanan Sehat untuk Lanjut Usia
30