2
3 ■ Saat Pintu BRR Terbuka untuk GAM
4 ■ Akhirnya
si GAM Pulang kampung
6 ■ 12 Hal MoU yang Harus Diketahui
■ Mengenal Aceh Monitoring Mission (AMM)
REKONSTRUKSI ACEH N0. 4 ■ 17 SEPTEMBER 2005 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
Aceh ka aman hanale prang Bak teken janji Ahtisaari keu saksi Aceh ka dame jinoe hai rakan Bak cari makan hana peule gli Nyang bineh gle beudoh meuladang Pukat jak reuntang nyang bineh pasi Nanggroe teungoh bek weh le di blang Jak mat parang bek gadoeh wet gaki Beudoh hai kawom mita raseuki Hana peu le gli kuntak seunjata Hareukat beusunggoh doa bak khali Bala teurjadi seb ube nyangka T.A. SAKTI
Ayi Jufridar Lhokseumawe
[email protected]
BEBERAPA hari terakhir ini, Marzuki Hajar (30) tidak punya kegiatan berarti. Setelah bangun tidur dan mengerjakan tugastugas ringan di rumah, ia hanya dudukduduk di warung kopi yang ada di desa nya di Simpang Peut, Simpang Kramat, Aceh Utara. Terkadang pemuda itu menjumpai saudara-saudaranya yang sudah beberapa tahun tidak pernah dilihatnya. Kegiatan te r akhir ini menjadi sangat berarti menyusul hadirnya kembali pemuda itu ke tengahtengah keluarga setelah sejak 1989 bergabung dengan GAM. “Saya sudah lama tidak berjumpa dengan saudara. Kesempatan ini kami gunakan untuk berkumpul lagi. Berbagi cerita setelah sekian lama tidak berjumpa. Hanya itu saja kegia-
tan saya setelah kembali ke kampung. Tidak ada kegiatan lain,” ungkap Marzuki saat dijumpai di Lhokseumawe, Sabtu (10/09) sore. Gembira berdamai Sejak berkumpul kembali dengan keluarga, Marzuki mengaku tidak pernah mendapat persoalan apa pun dengan aparat keamanan. Namun bila kebetulan berpapasan dengan mereka, ia mengaku selalu menghindar agar tidak menimbulkan gesekan. “Sebab saya tidak tahu situasi ke depan seperti apa,” katanya. Konon di Desa Paya Kecamatan Simpang Kramat, Aceh Utara, sejumlah mantan anggota anggota GAM memang sempat minum-minum kopi bersama Brimob. Tidak ada gesekan apa pun kendati sebelumnya mereka berada dalam posisi berseberangan. “Bahkan, satu gelas kopi mereka minum berdua. Separuh gelas dituang-
kan ke ceper dan diberikan ke anggota Brimob. Sisanya diminum anggota GAM. Brimob itu juga sempat bagi-bagi rokok,” ungkap Usman, warga Simpang Kramat. Sibuk bersilaturahmi Silaturrahmi juga menjadi kegiatan yang dilakukan Abdullah (25) setelah kembali ke tengah-tengah keluarganya sekitar sepekan lalu. Masalahnya ia sama sekali tidak mempunyai gambaran apa yang akan dilakukan setelah berbaur kembali dengan masyarakat. “Saya stand by saja menunggu perintah. Saya belum tahu melakukan apa. Pa-ling hanya bertemu dengan saudarasaudara saja,” ungkap pemuda yang juga sering bergabung dengan Marzuki ketika masih menjadi gerilyawan GAM di hutan-hutan Aceh Utara.
■
Sideh di Ierupa Rundeng GAM-RI Kuta Helsinki Nanggroe Finlandia Bandua pihak ka mengakui Aceh ka dame aman sijahtera
Disain: Mahdi Abdullah, Foto: Repro/Asri/Manto/Hotli/Mounawardi Ismail/Nani Afrida
PANTON
2
ANTIKORUPSI
CEUREUMeN
Menghilangkan Dendam dan Garansi Maaf Mounaward Ismail Banda Aceh
[email protected]
■ NANI AFRIDA
M
Beberapa narapidana GAM berdoa sebagai wujud syukur, saat pemberian amnesti bagi anggota GAM di Ruutan Jantho.
Saat Pintu BRR Terbuka untuk GAM Maimun Saleh Banda Aceh
[email protected]
‘C
EK OUT’dari prodeo Suka Miskin, Jawa Barat, tak membuat T Kamaruzzaman bebas tugas dari GAM. Kini, mandat dipundak mantan juru runding itu semakin berat.Pimpinan GAM menunjuknya untuk berkonsentrasi pada rekonstruksi Aceh paska tsunami. ”GAM akan mencalonkan wakil-wakilnya untuk berpartisipasi secara penuh pada semua tingkatan dalam komisi yang dibentuk untuk melaksanakan rekonstruksi paska tsunami (BRR).” Demikian pasal ekonomi point sembilan nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dan GAM di Helsinki, Finlandia. BRR buka pintu Kuntoro Mangkusubroto orang nomor satu di lembaga yang dibentuk presiden lewat Kepres Nomor 63/M tahun 2005 itu, menyambut dengan senyum girang. ”Itu saudara-saudara kita, kita buka pintu untuk mereka,” tegas Kuntoro disela penandatanganan MOU pembangunan sekolah bantuan UNICEF di SD Muhammadiyah, Banda Aceh. Namun kartu pengenal BRR, belum jua bergelantung di leher Kamaruzzaman. Ia sendiri belum mengetahui kapan bekerja dan apa posisinya di badan yang pa
ling bertanggungjawab terhadap pembangunan Aceh itu. Kuntoro juga serupa. Ia juga belum mengetahui kapan GAM akan berada dalam jajarannya. ”Setiap saat bisa,” klise kuntoro. Menurutnya, hingga kini Ia belum memiliki ’pegangan’ ihwal implimentasi hasil perundingan tersebut. Tunggu dewan pengarah Pegangan yang dimaksud Kuntoro keputusan Dewan Pengarah BRR tentang berbagai hal menyangkut keterlibatan GAM. Itu artinya, GAM baru akan bekerja usai musyawarah alot dewan yang di Ketuai Widodo AS, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan. Belum lagi anggota Dewan Pengarah berjubel,jumlahnya sampai 15 orang. Tersebut sederet nama pejabat negeri ini semisal Alwi Shihab (Menko Kesra), Aburizal Bakrie (Menko perekonomian), Jusuf Anwar (Menkeu), Djoko Kirmanto (Menteri Pekerjaan Umum), dan Sayed Fuad Zakariya (Ketua DPRD Aceh). Di tingkat lokal ada Bachrumsyah Kasman (Kapolda NAD Irjen Polisi), Addi A. Wahab (Rektor Universitas Syah Kuala), Rusydi Ali Muhammad (Rektor IAIN Arraniri), Muslimin Ibrahim, Ibrahin Hasan, Surya Paloh, Badruzzaman, Arkian Zabua, serta Humam Hamid.
”Kita menuggu keputusan dewan pengarah,” kata Kuntoro. Tak jelas sampai kapan penantian BRR akan berujung. ”Kita belum bicarakan, belum ada undangan duduk bersama.” Kelak. Menurut Konturo, jumlah GAM yang berada di BRR tak berbatas. ”Tidak ada koutakoutaan,” kata laki-laki yang ramah senyum itu. Sudah punya rencana Walau mengaku belum mengetahu posisi dirinya, tugas dan kewenangan, lingkungan kerja, dan desain manajemen BRR, Kamaruzzaman sudah mengatur rencana kerja. Pada tahap awal, Ia akan segera mengunjungi masyarakat. Lazimnya kegiatan lembaga ini. ”Turun kelapangan, saya akan menyerap aspirasi rakyat,” kata Kamurzzaman. Kita butuh need assment, peluang bantuan dan investasi.” Tak hanya pembangunan fisik dan ekonomi masyarakat yang ditargetkan pria yang kehilangan empat keluarga besar saat tsunami ini, Ia selalu berpikir; bagaimana rakyat hidup dalam identitas, makmur serta berorientasi keadilan, sebab itulah visi GAM dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Kamaruzzaman juga tidak begitu mempersoalkan jumlah GAM dalam BRR. Yang terpenting menurutnya, bagaimana BRR bisa mencapai target.
ELIHAT kondisi mutakhir kemajuan perjanjian damai yang berhembus dari Helsinki, Rabithah Taliban Aceh optimis akan berjalan sukses. Mereka melihat kedua pihak juga sudah menunjukkan itikad baik. Thaliban yang juga disebut Ikatan Santri Dayah menilai komitmen mereka sudah dibuktikan dengan dilepasnya tahanan-tahanan yang terkait dengan GAM. Keseriusan GAM dalam berdamai juga bisa dilihat dengan kedatangan jurubicara militer GAM, Sofyan Dawood ke rapat Aceh Monitoring Mission (AMM). Langkah ini sudah merupakan suatu itikad baik mereka dalam mengamankan Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah diteken di Helsinki pada 15 Agustus lalu. “Ini adalah sesuatu yang harus kita dihargai” kata Tgk Faisal Ali, Rais Am Thaliban. Salah satu bentuk penghargaan itu, anggota Thaliban melalui khutbah-khutbah Jumat terus mensosialisasikan butirbutir kesepakatan itu. Lewat penekanan segi agama, adat diharapkan proses reintegrasi bisa berjalan mulus. Sebagai insan beragama, mereka yakin warga Aceh yang mayoritas Muslim bisa menghilangkan rasa dendam itu. Agama Islam memberi garansi dengan memaafkan sesama akan mendapat pahala dari Allah Swt. Majelis adat Peran serupa juga akan dilakoni Majelis Adat Aceh yang mengajak semua elemen bersyukur dengan sudah tercapainya perdamaian. Ketua MAA, H. Badruzzaman mengatakan kita tidak bolah lupa mengabdi kepada Allah Swt. Makanya pakailah momen ini untuk saling memaafkan. Sementara dari segi adat yang sedang dipikirkan MAA adalah, “Bagaimana kita menghilangkan rasa dendam, yang dianjurkan agama,” katanya. Dalam proses damai ini, MAA mengharapkan peran tokoh-tokoh semacam imum meunasah, tuha peuet, tuha
lapan untuk membangun kebersamaan antara warga dengan mantan GAM. Salah satu cara yang dilihat MMA terbaik adalah lewat kegiatan kenduri besar atawa peusijuek, karena berdasarkan budaya Aceh kalau sudah damai berarti kita sudah memasuki babak baru, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di masa silam. Jadi dengan perdamaian ini, dalam kenyataan akan terbina suatu silaturrahmi yang kuat sehingga ke depan bisa bersatu padu. Literatur Aceh menyebutkan dalam menyambut perdamaian kerap digambarkan dengan upacara kenduri yang dibarengi dengan nasihat dan doa bersama. Perempuan Sementara Mitra Sejati Perempuan Indonesia (Mispi) mengatakan sampai sejauh ini pihaknya belum mengambil peran secara nyata. Pun demikian, Mispi menginginkan proses monitoring itu bisa melibatkan kaum wanita. Sampai sejauh ini mereka juga belum tahu, apakah ada NGO dalam kelompok monitoring itu yang mengurusi perempuan. Karena itu, Mispi sendiri mengharapkan ada peran masyarakat dalam memantau proses perdamaian ini. Mispi sangat berharap semua komponen bisa menerima kembalinya mantan anggota GAM ke masyarakat. Mispi yakin warga akan menerima mantan anggota GAM yang sudah dintegrasikan kembali ke masyarakat. Kepada pemerintah juga dihimbau supaya benar-benar memenuhi janjinya. Nah, dalam pengambilan kebijakan, Mispi bercita-cita pemerintah bisa melibatkan perempuan di dalamnya. Dalam konteks lain, Mispi melihat urgensinya peran ulama dan para tokoh masyarakat. Di mana perlu ditekankan juga bahwa kepulangan para anggota GAM itu bukan membawa bencana, akan tetapi mereka adalah bagian dari masyarakat kita. Peran yang pertama diharapkan Mispi bukan hanya pihak luar negeri saja yang dilibatkan dalam memantau proses perdamaian ini.
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Banda Aceh
[email protected]
“A
NDA perhatikan, bagaimana warga akrab dengan GAM.” Sepenggal kalimat itu meluncur dari seorang perwakilan GAM di Banda Aceh. Dia tidak sekedar asal bicara. Telunjuk tangan kanannya menunjukkan selembar foto Panglima GAM Muzakkir Manaf dengan Tim Aceh Monitoring Mission (AMM) yang dicetak dari situs acehkita.com. Foto berwarna itu memperlihatkan Panglima GAM Muzakkir Manaf, Juru Bicara Militer GAM Sofyan Dawood serta dua anggota AMM lesehan di atas sebuah balai. Di belakang mereka, terlihat puluhan warga sipil dari bocahbocah hingga orang tua menyaksikan pertemuan pemimpin GAM dengan AMM di sebuah pedalaman Aceh Utara. “Tidak ada masalah reintegrasi GAM ke masyarakat. Sebab GAM itu adalah anak, cucu, keponakan atau suami dari warga itu sendiri,” ungkap Irwandi Yusuf, Senior Representatif Militer GAM, pekan lalu di Banda Aceh. Kembali ke masyarakat Perkataan reintegrasi mencuat setelah pada butir tiga perjanjian Helsinki RI-GAM yang ditanda-
tangani pada 15 Agustus silam tertulis: “ Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh akan melakukan upaya untuk membantu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan GAM guna memperlancar reintegrasi mereka ke dalam masyarakat” Poin lain adalah “Langkah-langkah tersebut mencakup pemberian kemudahan ekonomi bagi mantan pasukan GAM, tahanan politik yang telah memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak” Juga “ Suatu Dana Reintegrasi di bawah kewenangan Pemerintah Aceh akan dibentuk”. (Dikutip dari naskah asli terjemahan Bahasa Indonesia yang diakui oleh Pemerintah Indonesia dan GAM) Siap Terima Mantan GAM Jika reintegrasi dimaknai mengembalikan GAM kembali bergaul dengan masyarakat dan warga diminta untuk siap menerima GAM, maka simaklah pernyataan Farida (40) yang suaminya Syukri M Amin mendapat amnesti pada 31 Agustus silam di Rumah Tahanan Kelas II B Jantho. Farida yang sabar dan setia menunggu pintu penjara dibuka sejak pukul 07.30 wib ini menyatakan tidak ada kekhawatiran kembali ke kampungnya di Saree Aceh Besar. Dia yakin, suaminya tidak ada masalah dengan warga
Reintegrasi secara Adat Murizal Hamzah Banda Aceh
[email protected]
P
ELAKSANA Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Azwar Abubakar menyebutkan pemerintah akan memfasilitasi pelaksanaan rekonsiliasi dan reintegrasi mantan GAM yang mendapat amnesti dari pemerintah untuk hidup kembali di tengah-tengah masyarakat. Menurutnya, langkah itu dilakukan menyusul kekhawatiran timbulnya dendam terhadap GAM yang ingin pulang kembali dan hidup normal sebagaimana diamanahkan dalam perjanjian damai di Helsinki, Firlandia. Cara sayam atau diyat Untuk menghindari terjadinya dendam di tengah masyara-kat akibat perbuatan GAM di masa lalu, nantinya penyelesaian dengan cara-cara adat yakni sayam atau diyat. “Cara-cara adat seperti ini sering digunakan oleh orang Aceh jika terjadinya perkelahian atau perselisihan yang menyebabkan per-
Beberapa anggota keluarga mantan napi GAM bertemu dengan keluarganya lewat pagar sesaat setelah tiba di Banda Aceh.
desa. Farida dan Syukri sepakat mengarap kebun yang setahun lebih terbengkalai. “Suami saya bukan GAM. Dia hanya ikut-ikutan saja,” belas Farida yang suaminya divonis dua tahun lebih penjara. Ditunggu masyarakat Setali dengan Farida, Muhammad Nazar, Ketua Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA) merasakan sama sekali tidak ada ketakutan kembali ke masyarakat. Nazar yang ditahan di Lembaga Pemasyarakat Malang Jawa Timur menyatakan, malahan GAM yang bebas dari penjara di
Aceh dan Jawa ditunggu-tunggu oleh warga. “Secara nurani, tidak perlu reintegrasi karena sudah sehati,” ungkapnya singkat. Sedikit ganjalan Tak selamanya proses reintegrasi berjalan mulus. Misalnya, Juru Bicara Militer GAM Wilayah Pasee, Teungku Jamaika mengklaim TNI belum membebaskan Nazar (26) menjabat Keuangan GAM Sagoe Gunong Teungku Daereh II Wilayah Blang Pidie yang ditangkap pada, 21 Juli 2005 dan ditahan Pos SGI Kuta
Tuha Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya. Tetapi klaim sepihak dianulir oleh Panglima Komando Daerah Militer Iskandar Muda Mayor Jenderal TNI Supiadin AS membantah keras tuduhan tersebut. Supiadin membenarkan dia setelah selesai diperiksa oleh Kodim, korban diperbolehkan pulang. “Status dia sampai kini bukan tahanan TNI/SGI karena diberi kebebasan untuk berpergian. Untuk lebih transparan, silakan cek langsung ke pos SGI dan Kodim Aceh Barat Daya,” tegas Supiadin.
Ritual Peusijeuk untuk Sang Negosiator
tumpahan darah. Mudahmudahan dengan cara sayam ini, proses reintegrasi GAM ke tengah masyarakat bisa berjalan lancar,” ungkap Azwar optimis. Disiapkan dana Untuk keperluan proses reintegrasi, sambung Azwar, Pemda Aceh menyiapkan dana jika diperAmni bin Ahmad Marzuki sedang di peusijuek di rumah keluarganya di kawasan Kandang, Aceh lukan dalam Utara, beberapa hari setelah mendapat amnesti, setelah perjanjian damai antara GAM-RI ditandapenyelesaian tangani di Helsinki. cara adat seNani Afrida wasan Kandang Aceh Utara. perti sayam. Dia yakin, di satu Lhokseumawe Seluruh sanak saudara, tak sisi, GAM akan men-dapat
[email protected] peduli laki-laki atau perempuan pemaafan atau amnesti dari ATA mantan nego- meneteskan air mata. Ya, sudah pemerintah dan bisa kembali siator GAM Amni bertahun-tahun Amni tidak puke tengah masyarakat. Untuk bin Ahmad Marzu- lang ke kampungnya. Lelaki ini itu juga perlu pemaafan oleh ki terlihat berkaca-kaca. Dia sempat mendekam di tahanan semasyarakat sehingga proses memeluk semua orang yang telah perjanjian damai antara Inreintegrasi mereka tidak termenyambutnya di depan pin- donesia dan GAM gagal tahun kendala karena faktor dentu rumah sederhana di ka- 2003 lalu. dam tadi.
M
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Murizal Hamzah
■ NANI AFRIDA
Akhirnya si GAM Pulang Kampung
Dipeusijuek Sebuah tikar dua lapeh sudah disiapkan di tengah ruangan yang pengap karena banyaknya tamu. Amni duduk dengan khusuk di tikar itu. Sebuah talam berisi ketan kuning dan on sineujuek terlihat tak jauh dari tikar. Seorang wanita tua melakukan ritual Peusijuek pertama untuk Amni. Air diciprat-cipratkan ke badan Amni dengan on sineujuek sementara shalawat Nabi Muhammad SAW berkumandang dari mulut para tamu. Ritual itu diakhiri dengan ketan kuning yang disuapkan ke mulut Amni oleh si wanita tua yang ternyata sang nenek dari Amni sendiri. Begitu. Berulang kali. Dengan orang yang berbeda-beda. Peusijuek memang budaya masyarakat Aceh. Bukan hanya untuk menyambut kedatangan orang jauh seperti Amni, tetapi juga untuk pernikahan, kelahiran, panen, atau pun sembuh dari sakit dan marabahaya. “Saya sangat bahagia, telah kembali ke tengah keluarga,” kata Amni sambil tersenyum.
4
CERITA
CEUREUMeN
“Tidak Ada Dendam di Antara Kami” Aceh Besar
[email protected]
K
AWASAN Cot Keueng terkenal sebagai basis GAM. Sebelum tanggal 15 Agustus, suasana daerah ini amat mencekam. Hampir tidak ada yang berani keluar pada malam hari. “Dulu, begitu magrib kami langsung menutup toko,” kata seorang pemilik warung kopi di Keude Cot Keueng. Suasana kontras terlihat setelah MoU diteken. Seperti halnya polisi yang sudah berani berolahraga di jalan bebas, malam hari pun sudah mulai hidup. “Kalau ada
permainan bola seperti minggu kemarin, saya menutup toko hingga pukul 02.00 dini hari. Soalnya banyak yang nonton,” kata seorang pemilik warung. GAM masih takut Kalau masyarakat sudah mulai berani, tidak halnya dengan anggota GAM. Sangat sedikit yang berani pulang setelah MoU diteken. Hasballah, salah seorang anggota GAM sendiri mengaku nekat. Banyak teman seperjuangannya yang masih memilih gunung. “Yang pulang sekitar 10-an orang. Jumlah kami sekitar 100-an orang untuk Cot Keueng dan sekitarnya,” kata Hasballah. Sebe-
Yang Belum Jelas di MoU
N
OTA Kesepahaman (MoU) antara RI dengan GAM hanya memuat hal-hal yang pokok saja. Berikut antara lain poin-poin yang masih menimbulkan banyak pertanyaan dari berbagai pihak: Pengadilan HAM Belum ada penegasan di MoU apakah pengadilan terhadap kejahatan HAM masa lalu dibolehkan. Apakah menggunakan azas retroaktif atau tidak. Retroaktif adalah pemberlakuan secara surut sebuah produk hukum. Kalau tidak berlaku surut, maka jika undangundang Pemerintahan Aceh misalnya disahkan pada tanggal 31 Maret 2006, maka kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi sebelum itu tidak bisa diusut. Tapi, mungkin perlu ditegaskan bahwa pelanggaran HAM yang merupakan tindak pidana tetap bisa diproses di Pengadilan Negeri sesuai dengan Kitab Hukum Pidana yaitu tidak dibiarkan saja.
●
Partai Lokal Belum ada penjelasan yang memuaskan apakah memungkinkan terbentuknya partai lokal yang ha-rus memenuhi persyaratan nasional. Itu karena,dalam UU Nomor 31 tahun 2002, dikatakan bahwa Parpol harus mempunyai kepengurusan sekurangkurangnya 50 persen dari jumlah Provinsi, 50 persen dari jumlah Kabupaten/Kota pada setiap Provinsi yang bersangkutan, dan 25 persen dari jumlah kecamatan pada setiap Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Selain itu,menyangkut soal kepengurusan, disebutkan bahwa Parpol harus mempunyai kepengurusan tingkat nasional. Dan kepengurusan tingkat nasional berkedudukan di ibukota negara, Jakarta.
●
narnya banyak yang ingin turun, tapi belum berani. Persoalannya, menurut Hasballah, hingga pekan lalu masih ada pos aparat keamanan yang letaknya tak jauh dari kampung mereka. Penyebab lainnya, mereka belum yakin akan benarbenar damai. “Banyak yang masih khawatir, masih takut. Kalaupun pulang sebentar, setelah itu mereka balik lagi ke gunung,” katanya. Itu sebabnya, ketika di sejumlah daerah lain sibuk diadakan peusijuek, mereka masih memilih gunung untuk mengisolasi diri. Meski sering pulang pasca-MoU 15 Agustus, Hasballah sendiri mengaku tidak pernah tidur di rumah. “Saya belum berani tidur di rumah,” bebernya. Tidak ada dendam Seorang penduduk setempat, Safari (43), menegaskan bahwa penduduk di desanya sangat berharap semua anggota GAM pulang kampung dan kembali bergabung dengan masyarakat seperti biasa. “Dengan begitu, kami bisa menyatu kembali dengan mereka. Semua mereka anak-anak kami,” kata Ayah dari tiga anak ini. Seorang penduduk lainnya, Syamsuddin (25), juga mengatakan hal serupa. “Tidak ada yang dendam di antara kami,” katanya. Tapi, keinginan Safari itu tak bisa dipastikan dapat terwujud segera. Masalahnya, semata-mata soal kepercayaan antara kedua pihak. “Buat apa kami adakan peusijuek penyambutan mereka, kalau mereka masih belum saling percaya. Nanti malah ribut lagi,” kata seorang tokoh masyarakat . Hasballah sendiri mengaku bersyukur. Ia masih berumur panjang, meski harus kehilangan satu mata kirinya. “Kami yang selamat cuma sepertiga, termasuk saya. Ya, tinggal sekitar 100-an orang. Sebanyak 200-an telah meninggal oleh berbagai sebab. Semoga kali ini benar-benar damai,” katanya.
SEORANG prajurit TNI-AU sedang mengawal kepulangan ratusan mantan narapidana yang terlibat Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Lapangan terbang Iskandar Muda Aceh Besar dari berbagai penjara di pulau Jawa. Pemerintah Indonesia secara resmi memberikan amnesti dan abolisi bagi anggota GAM sebagai salah satu implementasi dari nota kesepaha
■ Sumber: Hasil Diskusi praktisi hukum dan HAM di Banda Aceh
12 Hal Nota Kesepaham 1
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Muhammad Azami
RIBUAN masyarakat Aceh sedang menyaksikan penandatanganan perjanjian damai melalui televisi, di Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Setelah beberapa kali maju ke meja perundingan, GAM-RI kembali menandatanganmi MoU untuk menghentikan pertikaian antara RI-GAM yang sudah belangsung sejak tahun 1979.
Penggunaan senjata oleh personel GAM setelah MoU dianggap sebagai pelanggaran terhadap MoU dan hal itu akan membatalkan amnesti.
2
GAM harus melakukan demobilisasi (penarikan mundur) 3.000 pasukan militernya.
3
GAM juga harus menyerahkan 840 pucuk senjatanya dalam empat tahap.
4
Pemerintah RI akan menarik semua ele-
man tentara dan polisi nonorganik dari Aceh.
5
Sisa pasukan organik setelah relokasi: TNI 14.700 personil Polisi 9.100 personil
6
Tahap penyerahan senjata GAM dan penarikan TNI/Polisi nonorganik: 15 September – 31 Desember 2005.
7
Semua kejahatan sipil yang dilakukan oleh aparat militer di Aceh akan diadili pada pengadilan sipil di Aceh.
AMPUL Mayjen TNI Supiadin AS:
Saya Ingin Damai Segera Te
■ HOTLI SIMANJUNTAK
A
man yang telah ditandatangani di Helsinki Finlandia. Para mantan narapidana yang terlibat GAM ini semula ditempatkan ke Penjara Pulau Jawa karena penjara di Aceh tidak mampu menampung tahanan. Narapidana yang dibawa ke penjara di daerah Jawa adalah narapidana yang divonis diatas 3 tahun penjara.
n yang Harus Diketahui 8
9 10
Anggota polisi organik Aceh akan memperoleh pelatihan khusus di Aceh dan di luar negeri dengan penekanan pada penghormatan terhadap HAM Semua penduduk Aceh akan diberikan kartu identitas baru sebelum bulan April 2006. Dalam tempo satu tahun atau paling lambat 18 bulan sejak MoU diteken, peme-
rintah akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian Parpol lokal.
11
Aceh berhak menguasai 70 persen hasil dari semua cada-ngan hidrokarbon dan sumberdaya alam lainnya.
PA saja yang Anda harapkan dengan MoU ini? Saya ingin damai ini benar-benar terwujud. Bagaimana implementasi MoU? Ternyata masih ada perampokan.Yang paling banyak mengeluh guru, terutama di Pidie, Bireuen, dan Aceh Timur. Menurut Anda, bagaimana caranya agar MoU ini benar-benar membawa kedamaian? Semua pihak yang terlibat punya potensi untuk menggagalkan. Rakyat punya potensi untuk menggagalkan, misalnya dengan melakukan balas dendam. GAM punya potensi menggagalkan, misalnya jika senjata tak diserahkan. TNI pun punya potensi menggagalkan, jika tidak bisa menahan diri. Jadi, semua pihak punya potensi untuk menggagalkan dan menyukseskan. Jadi, semua pihak harus memberi kontribusi untuk menyukseskan, bu-
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ Irwandi Yusuf:
Kalau Gagal, Kami Rug
S
EBERAPA besar keyakinan Anda bahwa MoU ini akan sukses? Memang dalam implementasi di lapangan, ada sedikit fraksi. Ya, maklum saja, namanya anak muda, baik TNI maupun GAM. Yang menangani ini orang tua. Saya menangani anggota saya, TNI menangani anggotanya juga. Misalnya saja soal salah paham di lapangan atau semangat tempur yang berlebihan. Biasalah model-model begitu. Tiga puluh tahun kita berperang! Selama ini banyak juga orang yang bermain dan mengatasnamakan GAM. Mengapa GAM tak setuju disaksikan langsung oleh TNI saat senjata diserahkan? Ya, karena yang kita serahkan bukan kacang. Ada bom, granat, dan sebagainya. Di MoU tidak ada ketegasan, apakah kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu bisa diusut kembali. Bagaimana menurut Anda? HAM ini berlaku universal dan sesuai dengan prinsip-prinsip Nuremberg. Anda
Konflik yang Memakan Konflik yang terjadi sejak tahun 1976 di Aceh banyak memakan belah pihak, tetapi juga rakyat kecil. Berikut tabel pelanggaran Tahun
12
Untuk mendukung trans-paransi, pemerintah akan mengizinkan akses penuh bagi perwakilan media nasional dan internasional ke Aceh.
Meninggal
2001 2002 2003 2004 2005*
1.006 203 406 373 79
Penangkapan
Penculikan
531 45 225 173 5
133 81 132 72 25
* Januari - Juni Mengenai MoU dan proses damai bisa juga Anda simak pada program PEUNEGAH ACEH di stasiun-st
Mayjen TNI Supiadin AS:
Saya Ingin Damai Segera Terwujud
man yang telah ditandatangani di Helsinki Finlandia. Para mantan narapidana yang terlibat GAM ini semula ditempatkan ke Penjara Pulau Jawa karena penjara di Aceh tidak mampu menampung tahanan. Narapidana yang dibawa ke penjara di daerah Jawa adalah narapidana yang divonis diatas 3 tahun penjara.
■ MANTO
kan untuk menggagalkan. Apa yang mestinya dilakukan rakyat? Rakyat jangan menjadi penonton. Jangan diam. Awasi GAM, awasi TNI, awasi AMM. Patuhilah MoU. Apa harapan Anda? Mari semua pihak mematuhi MoU ini. Mari kita tidak lagi melihat ke belakang, tetapi memikirkan konsep ke depan yang lebih baik. GAM jangan mikir dirinya sendiri, TNI jangan memikir dirinya sendiri. Tak boleh ada ego primordial. Misalnya, ketika pemerintah sedikit lambat, lantas menjadi tidak sabar. Pemerintah punya birokrasi dan aturan. Mungkin perlu diberikan waktu. Semua pihak harus bersabar untuk kedamaian.
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ Irwandi Yusuf:
Kalau Gagal, Kami Rugi
S
EBERAPA besar keyakinan Anda bahwa MoU ini akan sukses? Memang dalam implementasi di lapangan, ada sedikit fraksi. Ya, maklum saja, namanya anak muda, baik TNI maupun GAM. Yang menangani ini orang tua. Saya menangani anggota saya, TNI menangani anggotanya juga. Misalnya saja soal salah paham di lapangan atau semangat tempur yang berlebihan. Biasalah model-model begitu. Tiga puluh tahun kita berperang! Selama ini banyak juga orang yang bermain dan mengatasnamakan GAM. Mengapa GAM tak setuju disaksikan langsung oleh TNI saat senjata diserahkan? Ya, karena yang kita serahkan bukan kacang. Ada bom, granat, dan sebagainya. Di MoU tidak ada ketegasan, apakah kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu bisa diusut kembali. Bagaimana menurut Anda? HAM ini berlaku universal dan sesuai dengan prinsip-prinsip Nuremberg. Anda
pelajari saja. Kita tidak membicarakan masalah itu sekarang. Kita kembalikan saja masalah HAM sebagai hal yang universal, sesuai dengan prinsip-prinsip uang universal, prinsip Nuremberg yang mengatur pengadilan HAM. Seberapa besar komitmen GAM untuk kesuksesan MoU ini? Anda tahu, GAM dan seluruh rakyat Aceh sangat rugi jika MoU gagal. Kami sudah meletakkan senjata, lalu MoU gagal? Kami sangat rugi! Makanya kami punya komitmen yang sangat kuat untuk perdamaian melalui MoU ini. Ini bukan saatnya lagi hajar-menghajar.Tahu sendirilah, ini semangat MoU dan semangat persahabatan. Tetapi, di lapangan ternyata masih ada juga pengutipan Pajak Nanggroe? Ya, kita usahakan meminimalkan dan menghilangkannya. ■ MUHAMMAD AZAMI
■ HOTLI SIMANJUNTAK
A
PA saja yang Anda harapkan dengan MoU ini? Saya ingin damai ini benar-benar terwujud. Bagaimana implementasi MoU? Ternyata masih ada perampokan.Yang paling banyak mengeluh guru, terutama di Pidie, Bireuen, dan Aceh Timur. Menurut Anda, bagaimana caranya agar MoU ini benar-benar membawa kedamaian? Semua pihak yang terlibat punya potensi untuk menggagalkan. Rakyat punya potensi untuk menggagalkan, misalnya dengan melakukan balas dendam. GAM punya potensi menggagalkan, misalnya jika senjata tak diserahkan. TNI pun punya potensi menggagalkan, jika tidak bisa menahan diri. Jadi, semua pihak punya potensi untuk menggagalkan dan menyukseskan. Jadi, semua pihak harus memberi kontribusi untuk menyukseskan, bu-
Konflik yang Memakan Korban Konflik yang terjadi sejak tahun 1976 di Aceh banyak memakan korban jiwa. Bukan saja dikedua belah pihak, tetapi juga rakyat kecil. Berikut tabel pelanggaran sejak 2001-2005 Tahun
Meninggal
2001 2002 2003 2004 2005* * Januari - Juni
1.006 203 406 373 79
Penangkapan
Penculikan
Penyiksaan
531 45 225 173 5
133 81 132 72 25
662 259 323 161 47
Lainnya 18 1 41 0 0 ■ Sumber Koalisi NGO HAM
Mengenai MoU dan proses damai bisa juga Anda simak pada program PEUNEGAH ACEH di stasiun-stasiun radio kota Anda yang didukung oleh
KAMPUNGKU - TIRO
CEUREUMeN
7
Indra A. Liamsy Pidie
[email protected]
D
ALAM belantara konflik Aceh, nama Tiro menduduki urutan tertinggi. Dia seakan-akan menjadi ikon kekerasan. Makanya jangan heran jika tema konflik terhidang, nama daerah itu menyelip sebagai menu wajib. Memang, sekilas Tiro laksana kawasan angker. Angker bukan karena banyak kuburan massal, atau tulang berulang manusia korban konflik. Akan tetapi, letak geografisnya dekat bukit barisan seakan-akan membuat dia seram. Benarkah? Toh, tak selamanya benar, kendati kesan ini begitu membumi di Aceh. Namun warga di sana tidak demikian adanya. Padahal daerah ini cukup potensial dari sumber daya alam. Akibat lebel tak sedap, bisa jadi warga cukup “tersiksa” dengan status itu. “Siapa pun dia yang tinggal di Aceh, tak perlu takut masuk ke Tiro,” kata Ridwan, seorang warga Desa Mancang kepada Ceureumen, Rabu (7/9/05) memberi garansi. Teungku Syik Ditiro Dulunya, Tiro memang sudah
amat identik dengan seorang ulama. Siapa lagi kalau bukan Teungku Syik Ditiro. Ulama pejuang yang bernama asli Muhammad Saman inilah yang membuat kafe Belanda takut bin kecut. Apalagi bila para pejuang Aceh sudah meresapi makna Hikayat Prang Sabi. Belanda diyakini mati berdiri. Dalam ranah konflik, bicara Tiro selalu menarik. Sengaja atau tidak, dia menjadi semacam barometer mengukur suhu kekerasan di Serambi Makkah. Tapi siapa nyana bila warga di sana sendiri merasa “terkurung” dengan nama besar daerah. “Daerah kami terisolir. Warga luar nggak berani masuk ke kampung kami,” tambah pria itu. “Bukan itu saja, masyarakat juga nggak berani ke kebun, padahal cukup banyak hasil bumi di sini.” Tiro Rindu Damai Tiro adalah satu dari 30 kecamatan yang ada dalam Kabupaten Pidie. Nama resminya biasa ditulis Kecamatan Tiro/Truseb yang dibagai dalam empat mukim; Tiro, Truseb, Daya dan Blang Keudah serta 19 gampong atau desa. Luas wilayahnya 88,68 Km2, dengan jumlah penduduk 6.494 jiwa yang terdiri dari 3.085 jiwa
■ MOUNAWARDI ISMAIL
Sudah Lama Tiro Rindu Pelukan Damai
Nurbaiti warga Keude Tiro sedang menggoreng penganan di depan pasar itu.
laki-laki dan 3.409 jiwa kaum hawa. Tak banyak warga di sini yang menjadi pegawai negeri, wiraswasta, pedagang. Mayoritas petani. “80 persen warga kami hidup sebagai petani,” kata Camat Tiro, Jufrizal.
Senyum Habibah Kembali Merekah Indra A. Liamsy Pidie
[email protected]
■ MOUNAWARDI ISMAIL
M
ATAHARI baru sejengkal condong ke Barat, ketika Pasar Tiro disinggahi Ceureumen, Rabu (7/9/05) lalu. Teriknya tak begitu menyengat. Akan tetapi suhu itu cukup membuat panas pria berkumis tebal telanjang dada. Kaos coklatnya dia sangkutkan ke pundak. Ada belasan pria dewasa di dalam warung bercat biru itu. Kelihatannya mereka sedang rehat sejenak atawa sekadar menyeruput kopi. “Nyan keuh lagee nyoe kamoe di sinoe, leueh bu leuho, jeup kupi dua neuk- Ya… beginilah kami di sini, habis makan siang minum kopi sedikit,” kata Muhammad Nafi Rasyid. Semua pria di warung itu kenal dengan rupa warga Gampong Mancang, Tiro yang berumur 45 tahun ini. Dia satu dari lima mantan anggota GAM yang mendapat amnesti dan abolisi dari pemerintah pada 31 Agustus silam. Kini dia sudah kembali bersua dengan keluarga. Dia terlihat begitu akrab dengan warga kampungnya. Senyumnya mengembang begitu diajak ngobrol. “Selama pulang dari Jawa, kegiatan saya hanya pergi ke sawah,” kata M Nafi membuka suara. Pria yang diganjar hukum tiga tahun penjara ini menunjukkan muka senang. Dari tiga tahun masa hukuman, yang sempat dijalani hanya satu tahun tujuh bulan di LP Pekalongan, Jawa Tengah. Nafi ditangkap pada 18 Agustus 2003 silam. Dengan mengantongi surat pembebasan No. Wg.Ee-PS01.02-3660 dia bebas melenggang ke mana saja. Tapi hanya satu yang
Muhammad Nafi Rasyid dan istrinya.
membuat suami Habsah bin Thalib ini sumringah. Bisa berkumpul dengan isteri dan lima anak-anaknya. “Kalau tak ada damai, entah kapan saya bisa pulang kampung. Saya juga tak menduga bisa bebas secepat ini,” ujar mantan pengutip pajak nanggroe ini. Nafi cukup yakin, perjanjian damai kali akan langgeng. Karena itu dia berharap kedua pihak mematahui butir-butir kesepakatan itu. “Sudah banyak warga yang korban. Kita juga sudah lelah dengan konflik,” katanya. Isteri Nafi, Habibah juga menyambut baik perdamaian ini. Dia amat senang dengan sudah seidenya RI dan GAM untuk berdamai. “Kalau tidak, cukup lelah saya dalam menghidupi keluarga. Syukur sekarang keluarga kami sudah utuh lagi,” katanya seraya mengumbar senyum sembari melirik ke arah suaminya, Nafi. ■
Angka statistik Jufrizal yang tak lain putra asli Tiro, nggak perlu dibantah. Gugusan bukit barisan di kawasan itu amat potensial. Ada ratusan hektar kebun coklat, kopi, pinang dan tanaman keras lainnya milik warga. “Kini masyarakat sudah berani kembali ke kebun,” ujarnya singkat. Warga Tiro menyambut syukur kesepakatan Helsinki. Bentuk antusiasnya mereka adalah dengan membuang ketakutan. “Jinoe kamoe ka meujeut jak lom u gle-Sekarang kami sudah berani lagi ke gunung,” kata Abdullah, warga setempat. Sebelumnya, secara tersirat tak ada larangan warga tak boleh ke kebun yang umumnya di pergunungan. Namun akibat gencarnya operasi pihak TNI yang menguber terus gerilyawan membuat warga takut sendiri. “Kami tak ingin jadi korban kalau tiba-tiba terjadi kontak senjata,” sambung dia. Banyak yang berubah pasca-penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus lalu. “Memang ini yang diinginkan masyarakat, suasana aman dan damai,” kata Jufrizal. Bukan cuma warga “pribumi” yang merasa daerahnya angker. Jufrizal yang menjadi orang nomor satu di sana juga merasakan hal yang sama. “Kesan itu harus dihilangkan,” ucap mantan sekretaris kecamatan ini. Tiro dalam Konflik Sama halnya dengan daerah lain, Tiro juga masuk dalam “gugusan” konflik di Kabupaten Pidie. Lingkaran kekerasan bersenjata yang merantai kawasan ini di-
anggap cukup parah. Padahal tidak begitu adanya. Harus diakui, kalau kaum gerilyawan menjadikan Tiro sebagai pusat komando-nya. Akan tetapi, semua aksi militer GAM tidak selamanya berlangsung di daerah ini. Itu bisa dilihat dari statistik kekerasan di daerah tersebut. Dalam kurun lima tahun terakhir, setidaknya ada dua kali terjadi insiden yang merugikan warga. Pertama pada 14 Oktober 2000, di mana terjadinya pembakaran belasan rumah toko di pusat pasar Tiro. Ini ekses dari terjadi kontak senjata di Gle Siblah, sekira 800 meter sebelah Utara pasar itu. Masih pada tahun yang sama dan akibat yang sama pula, sejumlah rumah warga Gampong Mancang juga ludes dilalap si jago merah. “Sekarang rumah mereka sudah dibangun kembali oleh pemerintah,” kata sang camat. Satu lagi, di tanah leluhur pendiri GAM ini tidak banyak gerilyawan yang ditangkap lalu diselakan ke Pulau Jawa. Ini bisa dilihat dari mantan GAM yang sudah mendapat amnesti dari pemerintah. Ada enam warga. Logikanya jika di situ “pentagon”nya GAM, jumlah yang ditangkap bisa dalam jumlah besar. Tapi ini tidak. Itulah yang kemudian menjadi argumen warga di sana untuk mengatakan bahwa Tiro tidak seangker dan seseram yang dibayangkan. Nurbaiti, seorang ibu rumah tangga di Pasar Tiro mengakui sekarang kondisinya jauh lebih ramah bin stabil dan kondusif pasca-penekenan MoU di Helsinki. “Makanya kami sangat antusias menyambut perdamaian ini. Semoga tak ada lagi ketakutan. Kami rindu negeri ini damai selamanya,” harap dia. Tentu rindu dengan damai selama konflik yang kian tua. ■
Tgk Bulqaini Tanjungan (37) Pimpinan LPI Markaz Al Islah Al Aziziyah, Lueng Bata
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna biasanya butuh waktu lama. Begitu pula dengan perdamaian Aceh, guna memperoleh hasil maksimal butuh kesabaran dan ketekunan kita dalam menghadapinya. Tidak bisa secara instan kita harap damai itu tercapai. Karena itu wajar jika ada kerikil tajam yang menghadang. Yang paling utama mari kita pupuk kedamaian, agar dia terus bersemi.
Ali Akbar (34) Tukang Listrik, Mns Balek Kec Meuredue Pidie.
CEUREUMeN
Jamaliyah (13) Desa Ladang Rimba Kec Trumon Timur, Aceh Selatan
Semua rakyat Indonesia, khususnya rakyat Aceh mengucapkan syukur menyambut perdamaian ini. Semoga damai abadi betul-betul bersemi di Aceh. Pemerintah juga harus menaruh perhatian buat para korban. Karena itu perhatikanlah pendidikan agama dan kesejahteraan mereka. Kita perlu pasok pendidikan agama untuk mereka. Jika bukan lewat jalur ini, nantinya cukup mudah disentil lagi oleh pihak yang tak ingin Aceh aman.
SUARA DAMAI
Sekarang saya tidak dendam, meski ayah saya menjadi korban. Sebab sesama orang Islam dilarang menyimpan dendam. Saya ikhlaskan saja, karena sudah takdirnya kalau ajal ayah ditangan orang. Kepada pembunuhnya saya harap sadar dan jangan mengulangi lagi. Saya bersyukur dan senang sekali mendengar berita perdamaian ini.
Epi Muliadi (29) Desa Dayah Tanoh, Kec Mutiara Timur, Kab Pidie
Get that! (bagus sekali) karena masalah Aceh tidak akan selesai dengan kekerasan. Melihat tanda-tanda yang ada saya yakin perdamaian akan terus ada. Meski saya belum yakin 100 persen, tapi saya harap aman selalu.
Nurdin (52) Lamjamee, Sibreh Kec Kuta Malaka, Aceh Besar.
Perjanjian Helsinki adalah langkah awal dari sebuah keberhasilan Indonesia dan Aceh khususnya. Masalahnya apakah kedua pihak (RI-GAM) betul berdiri di atas kesadaran yang utuh atau sekadar memberi kesan damai. Untuk mewujudkan secara utuh harus datang dari hati nurani yang bertikai.
Adi Badjuri (60) Dosen Komunikasi UIN Jakarta, mantan Jurnalis Pelita, Republika dan TPI
Dengan kondisi sudah aman ini, mari kita bangun Aceh kembali menjadi lebih baik. Tapi jangan lupa dengan kami anak-anak yatim yang menjadi korban selama konflik. Pemerintah kami harap memberi perhati-an kepada kami. Kami butuh pendidikan untuk masa depan.
Agustina (12) Desa Darussalam Kec Samalanga. Bireuen
Seorang mahasiswi sedang memberikan setangkai bunga bagi pengendara mobil di sekitar simpang lima Banda Aceh.
Iranda Novandi (28) Wartawan Banda Aceh.
Masyarakat berada pada dua pilihan. Tapi pada intinya kita netral-netral aja. Karena itu yang paling penting adalah kedamaian itu sendiri. Dengan situasi daerah menjadi lebih kondusif, kita harap masyarakat bisa kembali menggeluti kegiatannya. Saya optimis. Dan saya rasa pasukan saya pun optimis dan bersedia menjalankan semua yang tertera dalam MoU. Buktinya kini mereka sudah mengumpulkan senjata mereka untuk diserahkan kepada AMM.
Tgk. Suadi Sulaiman (26) Jubir Militer GAM Wilayah Pidie
Yang jelas kedua belah pihak harus menjalankan isi perdamaian serta komit dalam upaya mengimplementasikan butir-butir MoU di Aceh. Adapun "insiden" kecil yang sempat muncul belakangan ini, itu harus dilihat sebagai bunga-bunga dari perdamaian bukan bumerang untuk memecahkan perdamaian."
■ ASRI
8