REKONSTRUKSI ACEH N0. 17 ■ 18 MARET 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Ta mudek u gle takoeh bak bili Peutren u pasi taloe jeurengkha Gubernur baro kalheueh meujanji bekle pengungsi tinggal di tenda Bukon le sayang bintang meuriti Oh wate pagi ka padam cahya Leupah sayang lon e peungungsi sithoen tsunami mantoeng lam tenda Kuala Aceh batee meuriti Hotel Renggali toe laot tawa Hana meuharap kamoe keu janji Tapi bukeuti neuci peunyata SULAIMAN A. GANI
2 Sindikasi Penjualan Boat Bantuan
3 Melirik Mutu Bantuan Rumah
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Pendidikan Terbentur Tata Kota
7
Rahmad Lhokseumawe
[email protected]
Jika RI-GAM Berselisih Paham
8 Makna dalam Kesendirian
M
ALANG benar murid-murid SDN 12 Moun Geudong Lhokseumawe. Pembangunan sekolah mereka terpaksa dihentikan karena terbentur tata kota. Sekolah yang dibangun oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Save The Children memiliki anggaran Rp 1,8 milyar! Dan penghentian pembangunan sekolah ini dikecam habis-habisan oleh masyarakat Mon Geudong. “Seharusnya dengan pembangunan sekolah itu, maka orang tua tidak perlu mengantar anak-anaknya ke Lhokseumawe untuk sekolah,” kata warga Lhokseumawe Zainuddin M Noer. Maklum, hingga saat ini warga Mon Geudong harus mengantar anak-anak
mereka ke sekolah yang cukup jauh. Bila Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe mempersoalkan letak sekolah tersebut dapat melanggar tata ruang kota, Zainuddin mengaku heran mengapa tidak dilaksanakan sebelumnya. Terbukti SMU N 2 justru dibangun di tempat yang sama. Terus berjuang Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan Pemko Lhokseumawe Martono Abu Amar mengatakan pihaknya akan berusaha sekuat tenaga mempertahan kan letak dan kedudukan SDN 12 Moun Geudong, karna menurutnya, bangunan senilai 1,8 milyar itu bukan nilai yang sedikit. “Bila bangunan itu kita bangun dengan dana APBD Kota Lhokseumawe, jelas kita tidak akan pernah mampu,” katanya.
Tidak sesuai tata kota Sementara itu, Ketua Lembaga Independen Pemberdayaan Masyarakat Gampong ( LIPMAGA) Dr H Baharuddin Hasan mengatakan bahwa berdasarkan Deklarasi Pusong, kawasan Moun Geudong itu tidak akan dibangun bangunan. Tempat itu direncanakan untuk kawasan olah raga saja. “Jadi, pembangunan SDN 12 yang didirikan pada lokasi tempat sarana olah raga itu, terpaksa dihentikan,” ujar Baharuddin. Selain tidak memiliki izin mendirikan bangunan, juga dapat merusak tata ruang kota, seperti yang pernah dikatakan Pj Walikota Lhokseumawe MarzuTulisan tentang tata kota bisa dibaca ki Mohd Amin di Halaman 4-5 baru-baru ini. ■
2
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ ■ TANYA JAWAB Isu Politik di Ceureumén
T:
Mengapa tabloid ini tidak pernah menulis perkembangan politik lokal di Aceh? Mirza Mahasiswa Fakultas Hukum Unsyiah
J:
Tabloid Ceureumén tidak mengangkat isu-isu politik. Hanya memfokuskan diri pada isu-isu kemanusiaan dan perkembangan proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan Nias.
Apa Tugas AMM Sekarang?
T:
Saya ingin tahu apa tugas Aceh Monitoring Mission (AMM) saat ini di Aceh. Apalagi dengan berakhirnya masa penarikan pasukan TNI/Polri dan penghancuran senjata GAM.
Sebagian nelayan menjual kembali boat bantuan.
Anto Siron Aceh besar
Ada Sindikasi Penjualan Boat Bantuan
J:
Anto yang baik. AMM telah menyelesaikan dua tugas pokoknya yaitu mengawasi penarikan pasukan TNI/Polri dan peletakkan senjata GAM. Kini tugas AMM berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama GAM dan RI yang tersisa adalah 1. Memantau re-integrasi anggota GAM yang aktif ke masyarakat 2. Memantau situasi hak dan asasi manusia dan memberikan bantuan 3. Memantau proses perubahan peraturan per-undang-undangan. 4. Memutuskan kasus amnesty yang disengketakan 5. Menyelidiki dan memutuskan pengaduan dan tuduhan pelanggaran terhadap nota kesepahaman bersama 6. Membentuk dan memelihara hubungan dan kerja sama yang baik dengan para pihak
Kapan Qanun antikorupsi?
T:
Saya sangat setuju pelaksanaan Syariat Islam, tetapi penerapannya bukan hanya pada masyarakat kecil, juga pada koruptor. Kapan qanun antikorupsi ini di-
buat?
Helfi Mutiara Bereuneun Pidie
J:
Helfi yang baik, qanun antikorupsi akan dibuat setelah Rancangan Undang-undang Penyelenggaraan Pemerintahan Aceh (RUU-PPA) yang saat ini sudah berada di DPR RI disahkan. Menurut Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Muslim Ibrahim Setelah tiga qanun yaitu mengatur tentang judi (maisir), minuman keras (khamar) dan zina (khalwat). Ke depan akan dibuat beberapa qanun lagi dan diantaranya adalah qanun tentang korupsi.
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
S
EKRETARIS Panglima Laot Aceh M Adli Abdullah mengaku resah beberapa waktu lalu. Ia bingung atas banyaknya telepon dari Panglima Laot di seluruh Aceh. Isi teleponnya semua keluhan, yaitu seputar banyaknya boat bantuan yang diperjualbelikan oleh masyarakat penerimanya. Para panglima laot tentu saja merasa malu, jika donor yang membantu sampai tahu perilaku sebagian kaum nelayan ini. “Bagaimana cara mengatasinya, Pak,” kata Adli, mengutip Panglima Laot. Daerah yang benyak melakukan penjualan, menurut laporan yang diterimanya, adalah Peudada, Bireun, Aceh Utara. Sedangkan di kawasan pantai barat antara lain Aceh Jaya dan Meulaboh. Ada puluhan laporan yang diterima dari daerah setempat bahwa sebagian nelayan menjual kembali boat bantuan. Koordinasi Menurut Adli, untuk menghilangkan tindakan tak terpuji ini, para donatur atau lembaga yang memberikan bantuan boat harus berkoordinasi dengan panglima laot. Sehingga yang menerima pun tergolong yang layak dan berhak mendapatkan bantuan. Masalahnya, jelas Adli, sebagian pelaku jual beli boat bantuan itu tergolong orang yang sebenarnya tak berhak mendapatkan. ”Karena mereka umumnya memang bukan nelayan, ya mereka menjualnya,” katanya. Selain itu, banyak juga nelayan yang mendapatkan boat bantuan lebih dari satu unit. Biasanya kalau sang Ayah sudah memperoleh boat, sang anak pun mendapatkan-
nya lagi. Bahkan ada yang satu keluarga mendapatkan dua hingga tiga unit boat. Akibatnya, sebagian boat yang dimiliki dijual. Tidak libatkan Panglima Laot Aceh Utara, Pawang Yusuf, mengatakan, paling banyak kasus boat bantuan yang diperjualbelikan di daerahnya adalah boat bantuan Menteri Sosial. “Boat bantuan banyak diberikan kepada nelayan sambilan. Yang benaran malah tidak dapat,” ungkapnya. Menurut data Panglima Laot Aceh, jumlah boat bantuan hingga kini mencapai 7.000 unit di seluruh Aceh. Kebutuhannya sendiri juga tak jauh beda dari jumlah itu. Namun, katanya, sebagian yang mendapatkan bukanlah yang berhak, alias tidak berprofesi sebagai nelayan. Ada sindikat M Adli tidak bisa merinci secara pasti siapa saja yang terlibat dalam memperjualbelikan boat bantuan pemerintah maupun LSM dalam dan luar negeri itu. Ia juga belum mau mempublikasikan pelaku jual-beli itu. Namun, dari laporan masyarakat nelayan, sepertinya sudah ada sebuah sindikat. Sudah ada jaringan antar daerah untuk menampung hasil jual-beli ini. Boat bantuan untuk nelayan Kabupaten Bireuen biasanya diperjualbelikan di Banda Aceh hingga ke Aceh Jaya. Begitu juga sebaliknya, boat dari pantai barat dijual ke pantai timur. Yang dijual tidak cuma boat utuh. Kadangkadang mesinnya saja atau hanya alat tangkap. Memalukan memang, sehingga para panglima laot ini meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut. ■
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mohammad Avicenna, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Melirik Mutu Bantuan Rumah Asri Zaidir Aceh Besar/Pidie
[email protected]
R
ASYIDAH (40) tekun memasukan biji kemiri ke dalam karung. Sesekali diusap wajahnya yang berkeringat dengan selendang yang terlilit di kepalanya.”Sudah sepuluh tahun kami kerja begini,” ucapnya. Sore itu dia tak sendiri. Ada tujuh rekannya yang lain, dan semuanya pengungsi. Mereka membantu mengikat karung berisi kemiri dan memasukannya ke dalam rumah Rasyidah yang sudah berubah fungsi menjadi gudang. “Habis dari pada tidak ditempati, ya dipakai untuk gudang saja,” ucap Rasyidah. Rasyidah dan pengungsi Desa Lamnga Kecamatan Mesjid raya Aceh Besar memang mendapatkan bantuan rumah permanen dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lokal, Serasih Indonesia namanya. Tanpa sumur dan dapur Di Lamnga, LSM tersebut membangun 140 rumah untuk pengungsi korban tsunami. Namun karena dianggap tak layak, banyak dari mereka yang akhirnya merubah fungsi rumahnya. Termasuk Rasyidah. Alasan mereka karena rumah tersebut belum sepenuhnya selesai dibangun. Karena tak memilik plafon, sumur dan dapur. Selain itu, kualitas kayunya pun buruk. “Bagaimana kalau mau ke belakang, di mana ambil air?” jawab Rasyidah balik bertanya. Dengan alasan tersebut Rasyidah tetap memilih untuk bertahan di barak. Menurutnya itu lebih baik. Sebab dia memiliki lima orang anak yang semuanya masih sekolah. Setiap pagi mereka membutuhkan air untuk mandi sebelum berangkat menimba ilmu. “Di barak kebutuhan akan air dapat terpenuhi. Karena setiap hari truk pen-
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang warga Lam isek sedang menyelesaikan pembangunan atap rumah bantuan miliknya. Banyak masyarakat menolak rumah bantuan yang telah di siapkan NGO akibat kwalitas bangunan yang tidak memenuhi standar
gangkut air selalu mampir ke sana,” kata Rasyidah terus terang. Juga di Pidie Tak hanya Rasyidah yang merasa kecewa dengan pembangunan rumah bantuan untuk korban tsunami dari LSM Serasih Indonesia ini. Nuridah (50) pengungsi asal Desa Ceubrek, Kecamatan Sipang Tiga, Pidie, juga mengalami hal yang sama. Di Sigli, rumah buatan Serasih juga membuat pengungsi kecewa. “Rumah bantuan dibuat seperti asal-asalan,” keluh Nuridah. Kini para pengungsi tersebut berharap ada donor lain yang mau membantu mereka memperbaiki kekurangan
rumah mereka. Karena untuk mengeluarkan dan dari kocek sendiri mereka tak mampu.”Kalau bisa dibantu untuk merehabnya, kamui tidak ada dana,” harap Rasyidah. Akan berkordinasi Koordinator Wilayah LSM Serasih Deny Andreas mengatakan mengaku tidak mengerti mengapa masyarakat di Lamnga tidak menempatinya. Saat ditanyakan apakah warga enggan menempati karena berkualitas rendah, Deny membantahnya. Dikatakan, kalau warga mengeluh karena ada kerusakan-kerusakan kecil, maka itu lantaran rumah tersebut sudah lama di-
biarkan. Pembangunannya sendiri sudah selesai pada Juni 2005. Dan pihaknya pun akan memperbaiki jika ada kerusakan. ”Ya, kena air, kena hujan. Jadi, tak terurus maka ada kerusakankerusakan kecil dan sekarang akan kita perbaiki,” katanya Sedangkan sumur yang juga tidak ada, karena ada tawaran dari LSM lain untuk membangunnya. “Mungkin akan dibangun sumur bor, sehingga lebih bagus airnya,” katanya. Deny mengaku LSM Serasih akan berkonsultasi dan bekerjasama dengan BRR untuk menyelesaikan persoalan ini. ■
Spesifikasi Wajib Terpenuhi Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
H
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Puluhan rumah sementara, yang akhirnya tidak bisa di gunakan dan di tempati akibat mutu bangunan yang tidak sesuai dan tidak layak huni
C M Y K
INGGA kini, sudah puluhan ribu rumah di Aceh yang dibangun oleh berbagai organisasi atau lembaga. Namun, rumah-rumah itu ada yang dihuni, ada juga yang tidak. Penyebabnya macam-macam, mulai soal kualitas hingga tak tersedianya fasilitas dasar. Dr Agussalim, Tenaga Ahli BRR di Bidang Infrastruktur, Perumahan, dan Pertanahan, mengungkapkan terjadinya fenomena itu di lapangan. Dua pengawasan Menurutnya, selama ini ada dua pengawasan yang dilakukan dalam pembangunan perumahan yang dikoordinasikan oleh BRR. Pertama, katanya, pengawasan proyek yang dilaku-kan oleh konsultan pengawas. Kedua, tambahnya, pengawasan yang dilakukan oleh dewan
pengawas. “Pengawasan yang dilakukan oleh dewan pengawas lebih berkonsentrasi pada benefit (keuntungan) dari pembangunan rumah,” timpal Dr Nazamuddin, pakar ekonomi dari Unsyiah yang juga banyak mengawasi pembangunan rumah oleh berbagai LSM/lembaga. Harus sesuai standar Perlu dicek apakah sebuah rumah yang telah dibangun itu dihuni atau tidak. Jika tidak dihuni, berarti tidak ada benefit atau manfaat dari pembangunan rumah dimaksud. Penyebab tak dihuni macammacam, bisa saja atas pertimbangan kelengkapan, fungsional, maupun aspek kesehatan. “Selain aspek kelengkapan dan fungsional, sebuah rumah juga harus memenuhi standar dasar kesehatan. Misalnya harus ada WC, air bersih, sistem pengbuangan limbah, ventilasi atau sirkulasi udara,” kata Agussalim lagi. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
Syariat Islam dan Kesehatan SAYA selalu menaruh perhatian terhadap apa yang telah berlaku terhadap masyarakat Aceh dan dengan cara saya sendiri dan keluarga selalu berusaha untuk membantu apa yang boleh dan patut saya bantu. Saya juga merupakan pihak yang selalu mengikuti perkembangan terbaru tentang apa yang berlaku di Aceh dan pembangunan masyarakatnya. Walaupun saya bukan orang Aceh, akan tetapi saya dapat bercakap dalam bahasa Aceh dengan cukup baik. Saya juga sangat tertarik dengan apa yang dituliskan dalam Ceureumén dan semoga tulisan tersebut terutama yang berkaitan dengan masalah kesihatan akan menjadi maklumat kepada pembaca untuk menjaga kesihatan mereka dengan baik. Saya harap usaha ini dapat diteruskan. Satu komen saya yang berkaitan dengan gambar yang diterbitkan mengenai pemeriksaan wanita hamil (http:// e-aceh-nias.org/files/ceureumen15.pdf). Sepatutnya gambar tersebut yang menampakkan aurat wanita Islam tidak diterbitkan dalam Ceureumén. Dalam perubatan dalam Islam, kita berusaha untuk menjaga aurat pesakit dan hanya yang bersifat kecemasan (Emergency) sahaja yang tidak dapat kita elakkan dari pendedahan aurat. Perkara tersebut mungkin berlaku disebabkan ketidakfahaman dari pihak yang terlibat yang belum memahami mengenai hukum-hakam dalam Islam. Sebab saya melihat ada nama-nama yang terlibat dalam Ceureumén tersebut ada non Muslim, akan tetapi mereka mahu membantu untuk menghasilkan maklumat yang boleh membantu masyarakat termasuk dalam bidang kesihatan. Ini tidak salah mereka. Mereka perlu diberi kefahaman dan tunjuk ajar. Terima kasih kepada mereka yang bukan Islam, tetapi mahu membuat kerja-kerja yang baik untuk masyarakat di Aceh. Hanya ini pandangan dan saranan saya. Semoga Ceureumén dapat terus menghasilkan maklumat yang baik untuk pembaca. Saya juga, kalau diperlukan, dapat memberi sumbangan tulisan yang berkaitan dengan kesihatan oral masyarakat. Sekian dan atas perhatian diucapkan terima kasih.
Kabar Blue Print Tak Lagi Nyaring Novia liza & Teuku Zulyadi Banda Aceh nol_wonderland @yahoo.com
S
UDAH 10 bulan Mus, bertahan hidup di pinggiran sungai itu Alue Naga Aceh Besar. Tentu saja ini lokasi hunian sementara. Begitu juga dengan M. Husen. Keduanya merasa tak tahan hidup jauh dari laut. Laut bukan semata-mata “ladang” garapan, namun juga imperium mereka. Atas dasar itulah, mereka tetap bersikukuh bertahan di kampung yang bila mengingat “kalimat” pemerintah masuk kategori merah, “Kawasan Terlarang”. Terlarang dalam konotasi tak dibolehkan mendirikan bangunan tempat hunian. Bukan cuma di Alue Naga, kasus yang sama juga merata terjadi di kawasan parah dirusak gelombang maut tsunami. Katakanlah di Krueng Raya, Lamteungoh Peukan Bada, Meulaboh, Calang, Aceh Jaya dan sebagainya. Makanya tak heran, bila kebanyakan para korban mengabaikan larangan. Sebab bagaimana pun, kampung asal cukup strategis untuk bertahan hidup sesuai dengan pekerjaan sebelumnya. Mus menyadari betul masalah ini. Makanya bantaran sungai Lamnyong dinilai amat strategis untuk berlaut, apalagi letaknya di “tumit”
kampung mereka.
Tak Tahu Blue Print Tinggal dekat laut, apa tidak takut disalahi pemerintah, apalagi sudah ada warning? Kebanyakan warga mengaku itulah pilihan mereka. Tak ambil pusing dengan yang namanya blue print (cetak biru). Memang ada beberapa di antara mereka yang mengaku pernah mendengar benda itu. “Kalau kampung kami sudah selesai, kami pasti digusur dari sini. Ini kan tanahnya Pemerintah, apalagi ini masih darurat makanya kami masih bartahan di sini,” tukas Husen. “Pihak pemerintah boleh saja melarang kami tinggal didekat laut tapi ini kan keinginan kami semua.” Namun selama ini mereka hanya mengangapnya sebagai isu yang ditiupkan oleh orangorang tertentu. “Kami pernah dengar tidak boleh mendirikan rumah 2 kilo meter dari laut. Tapi di Ulee Lheue dan Peukan Bada, Aceh Besar banyak kok yang melanggarnya,” tambah Mus lagi. Warga Ulee Lheue dan Peukan Bada dan desa-desa pantai lainnya memang tak salah. Isu blue print itu awalnya memang terdengar nyaring. Namun sejak pertama kali Kepala BRR Aceh Nias, Kuntoro Mangkusubroto menginjak kaki di tanah tsunami, dia bilang, “ Blue print bukan harga mati.” ■
Pemandangan kota Calang di lihat dari atas pesawat. Kota Calang akan pindah sekitar 8 kilometer ke arah darat untuk perluasan kota sekaligus untuk menghidari hancurnya kota jika ada tsunami lain.
Dr. Ayu Abdullah BDS (Australia), M.Com.Med. (Malaysia) Head of Department and Principal Dental Officer Tamworth Base Hospital New South Wales, Australia
Kami Kok Tak Dapat Ceureumén Sudah lama kami mendengar kehadiran Tabloid Ceureumén yang diterbitkan Multi Donor di Banda Aceh. Sayangnya hingga kini kami belum pernah melihat tabloid itu. Menurut informasi, tabloid itu dibagi gratis ya?. Kemudian, media yang disisipkan dalam Serambi Indonesia itu katanya secara otomatis bisa kita peroleh, karena sudah membeli selembar koran Serambi Indonesia. Namun, kenyataannya banyak yang tidak diselipkan oleh para agen. Saya merasa kecewa dengan kejadian seperti ini. Seharusnya, baik pihak percetakan maupun pengelola Tabloid Ceureumén bisa memantau proses ini. Jangan sampai pengungsi dan para keluarga korban tsunami tidak mendapatkan informasi yang disajikan Tabloid Ceureumén. Siapa tahu didalamnya ada kabar penting. Kalau sekali tidak dapat kan rugi. Begitulah uneg-uneg saya, semoga bermanfaat dan ke depan Ceureumén menjadi lebih tebal dan lebih baik lagi. Amin. Evri Yenni Perumnas Krueng Geukueh Lhokseumawe
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
■ HOTLI SIMANJUNTAK
BRR Menata Aceh dengan Rencana Induk Mohammad Avicena Banda Aceh
[email protected]
M
ASIH ingat dengan blueprint atau masterplan? Sudah pasti tahu dengan cetak biru itu. Pada awalnya, blue print ini sempat membuat was-was korban tsunami di Tanah Rencong.Pendek kata hebohlah. Pasalnya, warga tak boleh lagi membangun rumah dekat pantai. Tapi harus jauh 2 kilometer dari pinggir laut. Lalu setelah 15 bulan musibah dahsyat itu berlalu masihkah pembangunan Aceh memedomani cetak biru? “Kita tetap mengacu pada rencana induk,” kata Tuanku Mirza Keumala, jurubicara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias kepada Ceureumén, akhir pekan lalu. Rencana induk itu tidak jauh beda dengan blueprint atau masterplan. Hanya saja BRR AcehNias ”alergi” memakai istilah blueprint yang kelahirannya digagas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Bappeda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). “Kita tidak mengenal istilah blueprint. Dalam perpu cuma disebut rencana induk,” sambung Mirza lagi. Bagi Mirza keduanya tidak jauh
beda. Namun pada intinya tetap bermaksud menata Aceh menjadi lebih baik pascamusibah dahsyat 26 Desember 2004 itu. Persoalan psikologis Pun demikian bukan berarti tanpa persoalan. Dia mengakui, pembangunan rumah warga yang begitu dekat dengan bibir pantai tetap menempati sebuah sudut dari persoalan rencana induk. “Ini sudat terkait dengan persoalan psikologis,” tambahnya lagi. “Apapun yang kita bilang pasti mereka akan tetap bertahan, dan akan sangat merepotkan.” Makanya, sambung Mirza, pihaknya memahami kondisi satu hingga tiga bulan setelah tsunami. Di mana arus balik warga yang ingin melihat harta bendanya tak mampu dibendung.Karena itu BRR amat mempertimbangkan dan memenuhi ikatan psikologis masyarakat terhadap tanah miliknya, apalagi itu satu-satunya harta benda mereka. Barangkali atas dasar itulah, Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto, ketika pertama bertugas di Aceh langsung buka suara. “Blueprint bukan harga mati,” tukasnya saat itu. Akan tetapi secara prinsipil BRR tetap mengacu pada rencana induk, ucap jurubicara BRR, Mirza Keumala. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
5
Print Tak Lagi Nyaring
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Tidak mengemas informasi secara apik dan bisa dibaca masyarakat.
LSM Mengacu pada Duek Pakat Masyarakat
Walhi: Apakah Ada Pencegahan? Mohammad Avicena
mana saja itu. “Walhi juga tidak ingin menyampaikan wilayah yang memiliki kanIREKTUR Wahana Lingkundungan beracun kepada masyarakat gan Hidup Indonesia (Walhi), karena takut akan muncul keceCut Hendon mengatakan masan, tapi bagimana pun Walhi cukup sepakat dengan Kepala BRR, tetap akan berupaya menyampaikan Kuntor Mangkusubroto yang mendalam bahasa yang lebih preventif,” gatakan ruang Aceh memang harus kelit dia. diatur. Dan kini masyarakat Aceh se- Khusus dalam proses tataruang, dang mengatur sendiri tataruangnya. masterplan, blueprint atau rencana inNamun, yang disesalkan Walhi duk serta apapun namanya, Walhi pemerintah tidak mengemas inforsendiri mengaku punya pegangan. masi secara apik dan bisa dibaca Menurur Hendon, untuk memmasyarakat, tentang ada daerah rabangun tata ruang setidaknya ada wan terhadap bencana. Sehingga tiga persoalan yang wajib diperhatipublik tidak tahu, apakah kawasan kan. Masalah itu adalah,(1) keselaitu layak atau tidak untuk dihuni matan dan kesejahteraan warga. “Itu kembali. menjadi prioritas, di Banda Aceh kita “Lantas pertanyaan Walhi adakah tidak melihat dampak jangka panBRR dan Pemerintah menyalur infojang bagi masyarakat dari segi ini,” masi yang valid, mana daerah yang urainya. layak dan tidak,” kata Cut Hendon Lalu, (2) Kelangsungan Pelayanpenuh tanda tanya. an Alam dan (3) Produktifitas WarInfomasi itu, kata dia, bis menjadi ga untuk Masa Depan. “Bagaimana acuan bagi masyarakat yang kemukeberlanjutan ekonomi dan budaya dian bisa merencanakan kembali didalam tata ruang itu. Ini tidak bisa pembangunannya, lalu apakah boleh tanpa proses pelibatan masyakat,” kembali atau tidak? sebut Hendon. Titik beracun Kemudian, pihak Walhi juga berCut Hendon menyebutkan, dari tanya, “Adakah BRR merespon ini hasil riset Walhi mereka menemukan untuk menyampaikan secara mitigabukti ada 100 titik di Aceh mengasi (pencegahan) kepada masyarakat ndung gas beracun (B3). Sayangnya yang berdiam di wilayah berbahaya dia enggan menyebutkan daerah tersebut?” ■ Banda Aceh
[email protected]
D
Mohammad Avicena
kan mereka,” ujar pria yang disapa Yon ini. Tidak abaikan AKTOR psikologis ter- Oxfam sendiri kata dia, nyata ikut mempetidak mengabaikan berbagai ngaruhi rehab dan rerencana pemerintah yang kon di Aceh. Hubungan dicetus BRR Aceh Nias, teruemosional itu amat dominan tama yang sudah dituangkan dalam hal ini. Atas asumsi dalam bluepint. Yon memahaitulah, sebagian menganggap mi bahwa blueprint yang proses rehab dan rekon mesudah disepakati bersama ini ngabaikan masterplan. Nyamasih terlalu umum. tanya tidak. Akan tetapi, pihaknya Media Officer Oxfam, Yon tetap menganut aturan Tayrun kepada Ceureumén baku yang sudah ditetapmengatakan pihaknya memkan instansi terkait. Dia bangun rumah warga bermencontohkan dari segi dasarkan duek pakat peutuha penggunaan material bankampung. Atau dalam bagunan, batu, bata, semen hasa kerennya Community dan standar bangunan. Meeting. “Hasil community “Persoalan teknis ini tetap meeting inilah yang menjadi kita ikuti sesuai dengan acuan kita dalam membanstandar PU,” paparnya. gun rumah. Tentu saja ini Menurut Yon, pihaknya sudah sesuai dengan keingisenantiasa menghargai bluenan warga,” katanya. print dan upaya tata ruang Kendati selalu mengacu yang dilakukan BRR dalam pada hasil duek pakat, naproses membangun kembai mun Oxfam tidak memberi tanah rencong. “Kita tidak toleransi jika lokasi rumah mau mengabaikan itu. Bluewarga yang dibangun itu terprint salah satu alat untuk lalu dekat dengan bibir panmerekonstruksi Aceh yang tai. Meski begitu bukan besudah kita sepakati bersararti korban tak dapat bantuma,” tandas mantan jurnaan. “Kita tetap memperhatilis ini. Banda Aceh
[email protected]
F
Beraudiensi Hal senada juga diungkapkan Direktur Muslim Aid Indonesia, H Fadhullah Wilmot. Dia mengatakan dalam pembangunan rumah, pihaknya tetap mengacu pada aturan yang dibuat BRR, yakni sesuai rencana induk. “Kita juga tetap membangun rumah sesuai dengan aturan. Sejak masuk pertama kali ke sebuah lokasi kita sudah audensi dengan pemerintahan setempat,” kata pria yang akrab disapa Haji Wilmot ini. Namun karena unsur psikologis korban yang membuat mereka sedikit memberi toleransi. Lalu jika kemudian datang bencana serupa? “Kita juga sudah sebarkan leaflet mekanisme penyelamatan saat bencana,” sambung Yon Tayrun. Hanya saja dia menyesakan sikap pemerintah yang tak proaktif mensosialisasikannya ke masyarakat. Yon sendiri mengaku salut dengan simulasi penyelamatan bencana yang dibuat pemerintahan Sumatra Barat. Tetapi di Aceh tidak. Nah!■
6
CEUREUMeN
TIPS KESEHATAN
CEK BANUN
Mengusir Flu Udara yang sering berubah menyebabkan serangan flu. Parahnya lagi, serangan flu kerapkali disertai demam dan sakit kepala yang sangat mengganggu. Risiko terserang flu biasanya meningkat pada lansia (berusia lebih dari 65 tahun) atau pengidap penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabtes, paruparu, asma. Berikut tips mengusir flu ■ KUATKAN TUBUH ANDA Tubuh yang sehat dan pikiran tenang merupakan benteng utama Anda terhadap flu. Redakan stres Anda, tidurlah yang cukup (8 jam, tapi bagi sebagian orang tidur lelap tanpa terbangun selama 6 jam sudah cukupmemuaskan), dan berolahraga secara teratur.
■
■ CUCI TANGAN Kebanyakan penularan virus flu terjadi akibat kontak jabat tangan. Sering-seringlah mencuci tangan setiap kali Anda berjabat tangan atau berkunjung ke tempat umum, apalagi jika hendal memegang makanan. Disarankan mencuci tangan menggunakan air hangat yang mengalir selama 15 detik, lebih baik lagi bila menggunakan sabun antiseptik. Setiap kali usai berkunjung di tempat umum, misalnya mal atau pasar, cuci tangan lebih teliti. Selain bagian telapak tangan dan selasela jari tangan.
MAHDI ABDULLAH
DI ACEH tidak sulit mencari ikan teri. Banyak ikan teri yang dijual di banyak tempat di pasar. Bahkan Anda bisa mendapatkannya langsung di pengeringan Ikan. Kali ini ada resep ikan teri yang cukup sederhana namun enak bila disantap dengan nasi.
Tumis Teri Tempe
Bahan: ● 100 gram teri, goreng ● 200 gram tempe, potong bentuk korek api, goreng ● 4 lembar daun salam ● 4 lembar daun jeruk, buang tulangnya ● 2 sendok teh kecap manis ● ½ sendok the gula merah ● 1 sendok teh garam ● 2 sendok makan minyak untuk menumis Bumbu iris · 4 butir bawang merah ● 2 siung bawang putih ● 3 buah cabai merah
■ REPRO: SEDAP
●
■ CUKUP MINUM Selama ‘musim’ flu, usahakan Anda minum dalam jumlah yang mencukupi. Biasanya sekitar 2.000 ml. Namun bisa lebih, terutama jika Anda berada di lingkungan yang lebih banyak menguras cairan tubuh, misalnya berada terus-menerus dalam ruangan ber-AC, melakukan aktivitas fisik yang berat, berada di bawah terik matahari. Jangan sampai Anda kekurangan minum.
2 buah cabai hijau
Cara membuatnya ● Tumis bumbu iris, daun salam, lengkuas dan daun jeruk sampai harum ● Tambahkan teri dan tempe, aduk rata ● Masukkan kecap manis dan gula merah dan garam. ● Aduk rata
■ PERKAYA ASUPAN NUTRISI Diantara minuman yang Anda habiskan, sebagian dianjurkan berupa jus buah segar. Selain menyegarkan, jus buah berlimpah vitamin C serta betakaroten, yang merupakan antioksidan kuat pelawan flu yang ampuh. Hindari makanan awetan/olahan/instan yang telah banyak mengalami kerusakan gizi, kecuali makanan olahan tradisional dengan cara fermentasi seperti tempe dan yogurt. Utamakan makanan segar. Tanaman jejamuan yang rasanya pahit umumnya bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, seperti daun pepaya, daun sambiloto, batang brotowali, pare. Mengkonsumsi jamu paitpaitan ini terbukti sangat bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan mencegah flu. ■
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 17 1
3
2
4
5 6
7 8
9
10 12
14
13
11
Mendatar 1. Pemindahan tempat 5. Ukuran kecil 6. Seperti 7. Satuan berat 8. Musuh tanaman 9. Bertanya ( Inggris ) 10. Surat izin mengemudi 12. Pilihan 14. Piagam yang tertulis pada batu
4.
Menurun 1. Nama binatang 2. Ikat pinggang kimono 3. Hasutan
Mendatar: 1. Cendekia, 5. Landak, 8. Koperasi, 12. Warung, 15. Sensitif.
Mulai edisi ini, pengumuman pemenang TTS akan diumumkan setiap dua edisi berikutnya.
Kebal terhadap kuman penyakit 5. Hiasan atau songkok pada kepala raja 9. Sering 11. Sungai di propinsi Su-matera Selatan 13. Jumpa JawabanTTS Ceureumén No. 16
Menurun: 1. Capek, 2. Nol, 3. KUD, 4. ATK, 6. Are, 7. Aus, 9. Ora, 10. Run, 11. Insaf, 12. WTS, 13. Run, 14. Got.
DAMAI KITA, KITA JAGA
DAMAI
CEUREUMeN
7
Jika RI-GAM Berselisih Paham Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
A
PA yang harus dilakukan Aceh Monitoring Mission (AMM)jika RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berselisih paham tentang implementasi butir-butir perjanjian damai (MoU)? Misalnya, jika RI atau GAM merasa ada implementasi atau kebijakan salah satu pihak yang bertentangan dengan MoU. Memang, semua persoalan diharapkan dapat diselesaikan. Namun, jika pun rumit, toh sudah disusun sebuah mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan kedua pihak. Di MoU yang diteken di Helsinki, 15 Agustus 2005, ada pasal-pasal yang menjelaskan bagaimana perselisihan diselesaikan. Berikut adalah poin-poin yang tersebut dalam MoU sebagai langkah dalam menyelesaikan perselisihan: ● Sebagai satu aturan, perselisihan yang terjadi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh Kepala Misi Monitoring, melalui musyawarah dengan para pihak dan semua pihak memberikan informasi yang dibutuhkan secepatnya. Kepala Misi Monitoring akan mengambil keputusan yang akan mengikat para pihak. ● Jika Kepala Misi Monitoring menyimpulkan bahwa perselisihan tidak dapat diselesaikan sebagaimana tersebut di atas, maka perselisihan akan dibahas bersama oleh Kepala Misi Monitoring dengan wakil senior dari setiap pihak. Selanjutnya, kepala misi monitoring akan mengambil keputusan yang akan mengikat para pihak. ● Dalam kasus-kasus dimana perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui salah satu cara sebagaimana disebutkan di atas, Kepala Misi Monitoring akan melaporkan secara langsung kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, pimpinan politik GAM dan Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative, serta memberitahu Komite Politik dan Keamanan Uni Eropa. Setelah berkonsultasi dengan para pihak. Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative akan mengambil keputusan yang mengikat para pihak. ■
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Para aggota AMM sedang berbaris di lapangan Blang Padang saat peletakan senjata tahap terakhir.
Pieter Fieth, Ketua AMM:
Kedua Pihak Harus Tingkatkan Dialog
Berkemungkinan Selisih Paham
Apa-apa saja yang menyebabkan terjadinya selisih paham? Rancangan Undang-undang Penyelenggaraan Pemerintahan Aceh (RUUPPA) yang kini sedang dibahas di DPRRI. Dalam sejumlah kesempatan pihak GAM mengatakan akan melakuka protes resmi ke AMM jika isi UU-PPA kelak dinilai mereka bertentangan dengan MoU.
●
Amnesti bagi tahanan politik GAM. Hingga kini pihak GAM masih saja menuntut penglepasan orang-orang yang dianggapnya tahanan politik.
●
Illegal grup. AMM sudah mengatakan secara resmi bahwa illegal grup atau kelompok illegal harus dilucuti. Bahkan pihak AMM akan meminta surat jaminan dari pemerintah Indonesia untuk pelucutan kelompok illegal ini. Sebelumnya, pihak RI berulang kali membantah adanya kelompok illegal atau sering disebut sebagai milisi, di Aceh. ■
●
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Perwakilan RI, Bambang Dharmono, AMM, Pieter Feith, dan mewakili GAM, Irwandi sedang memberikan keterangan pers di media centar Aceh.
A
PAKAH AMM juga akan memantau pelaksanaan Pilkada yang kemungkinan dimulai pada Juli 2006? AMM diberikan tugas untuk memantau proses perubahan perundang-undangan, seperti yang tercantum dalam Nota Kesepakatan pasal 5 ayat 2 butir e. Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Aceh saat ini tengah didiskusikan oleh DPR di Jakarta dan AMM menghormati kerja dari parlemen nasional. AMM tidak akan mencampuri kerja mereka. Jadi AMM tidak akan memantau Pilkada? Sesuai dengan Nota Kesepakatan RUU PA harus disahkan selambat-lambatnya pada 31 Maret. AMM tidak akan memantau Pilkada, namun AMM akan hadir di Aceh hingga sebelum pelaksanaan Pilkada sebagai sebuah faktor stabilisasi. Pemantauan Pilkada tampaknya akan dilakukan oleh misi Pemantau Pemilu Uni Eropa yang terpisah, menyusul undangan dari Pemerintah Indonesia. Ada kemungkinan tugas AMM diperpanjang lagi?
AMM secara resmi telah diperpanjang hingga 15 Juni. Perpanjangan ini adalah berdasarkan undangan dari Pemerintah Indonesia dan perpanjangan ini juga didukung oleh GAM. Tugas-tugas AMM tetap sama, seperti yang tercantum dalam Nota Kesepakatan pasal 5 ayat 2. Meski sudah enam bulan diteken, menurut Anda, apakah MoU masih harus disosialisasikan kepada masyarakat? Ya, Nota Kesepakatan saat ini tengah disosialisasikan. Kantor-kantor wilayah AMM telah melakukan usaha-usaha yang baik dalam mensosialisasikan Nota Kesepakatan bersama-sama dengan perwakilan daerah pemerintah Indonesia dan GAM sejak bulan November, dan hal tersebut akan terus dilakukan hingga kedepan. Apa tujuannya? Tujuannya adalah agar sosialisasi ini dilaksanakan di setiap kabupaten di Aceh. Bahkan Tim Sosialisasi menerjunkan tim gabungan antara pemerintah Indonesia dan GAM diseluruh pelosok Aceh untuk mensosialisasikan Nota Kesepakatan. Ada banyak kendala? Masih banyak yang harus dilakukan. AMM menghimbau semua pihak untuk meningkatkan proses sosialisasi. Menurut Anda, apa hal-hal krusial yang menentukan perdamaian untuk Aceh kedepan? Komitmen dari kedua belah pihak terhadap kesepakatan yang telah mereka tandatangani di Helsinki pada 15 Agustus 2005 adalah tentu saja sesuatu yang fundamental. Adalah juga sangat penting bagi kedua pihak untuk meningkatkan dialog langsung dan mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan Nota Kesepakatan tanpa harus melalui AMM. Selain itu? RUU-PPA akan disahkan dan Pilkada akan dilaksanakan. Usaha-usaha reintegrasi juga harus dipercepat dan sosialisasi harus tetap dilanjutkan. Masyarakat harus memahami Nota Kesepakatan agar bisa mendukungnya dan mereka harus bisa mendukung diri sendiri serta keluarganya secara ekonomi. Adalah sangat penting untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. ■
BUDAYA
CEUREUMeN
8
Mengungkit Makna dalam “Kesendirian” Teuku Kemal Fasya Yogyakarta
T
ERPAJANG lukisan Lian Sahar! Lihat saja, entah dengan perenungan melalui kerangka referensi teknis seni rupa, atau dengan kekosongan yang terus menghantam-hantam relung jiwa. Perhatikan saja pelanpelan tapi, dan tahan komentar-komentar!. Silakan jika ingin menambah permainan psikologis dengan menyatukan indera penglihatan dan aspek cogitans Anda yang mengajarkan cara mengekspresikan bentuk visual dan membandingkannya. Ada garis, gestur, komposisi, dan warna yang terbuka demi penafsiran dan metafor. Sebagian seniman dan pakar seni mengelompokkan lukisan-lukisan model ini ke dalam aliran surealisme-ekspresionis atau abstrak. Namun apalah artinya kategori jika dibandingkan dengan pengalaman melihat? Saya memiliki bahasa tersendiri yang mungkin dapat dijadikan tanda. Pesan dini saya: tak ada yang tuntas sebagai kebenaran ketika disadari yang harus di”Tangkap” adalah sesuatu yang secara konvensional dan sosial “belum” bernama. Pengalaman yang liar Suatu waktu saya perhatikan lukisan Lian Sahar yang berbentuk bongkahanbongkahan batu padat, gelap, dan dingin. Fokus makna sekelebat sirna ketika tahu ada sebuah garis tepi yang agak menonjol. Oh, bukan! Itu adalah pahatan muka dari seorang suku pedalaman. Sembur-guratnya menunjukkan ia seorang lelaki. Mungkin saja bentuk kepala dari seorang kepala suku Indian yang terkesan keras dan berwibawa. Bahasa yang terbuka! Untuk apakah Lian Sahar mengesankan suku Indian itu? Apakah karena pengalaman masa lalunya ketika sempat berjalan-jalan ke Amerika dan melihat ada komunitas masyarakat asli yang terpuruk dan dianggap sebagai tontonan eksotis turis; sebuah negeri yang akhirnya dikuasai
penjarah-penjarah Inggris dan Irlandia? Mungkin saja, tapi sebenarnya Anda kurang perlu tahu, karena yang terjadi dalam ekspresi lukisan justru pengalaman yang liar lepas kendali dan setiap seniman mengerti sekali untuk siapa dan seperti apa meng-capture (memenjarakan) keliarannya itu. Atau juga tentang lukisan tiga perempuan. Garis yang menghujani bentuk perempuan bidadari itu sangat minimalis. Sekilas hampir tiada beda dengan sketsa, namun yang membendakannya hanya ia berwarna. Pilihan warna merupakan politik tanda yang lain lagi yang sangat mungkin melahirkan beberapa referens. Setuju atau tidak, ketiga perempuan yang terkesan manja dan nakal ini sebenarnya potret biografis perempuan kerontang yang terpangut derita. Amati saja bentuk matanya yang hitam, hampir-hampir tidak dapat dikenali lagi kepribadiannya dan dari mana ia berasal. Garis matanya gelap dan tak memancarkan energi syahwat apapun. Siapakah perempuan-perempuan itu? Perempuan palestina? Perempuan Aceh? Perempuan yang terpaksa jadi pelacur lalu ditinggalkan peminatnya setelah kecantikannya pelan-pelan hangus oleh usia dan dusta? Teks Lukisan tak lain dari sebuah teks yang terbuka. Ia berbeda dengan foto, karena foto merupakan irisan yang mewakili sejarah, perilaku, konteks archia (asal-usul) atau telos (tujuan) tertentu. Lukisan tidak demikian. Lukisan hadir sebagai bentuk ekspresi yang membuka dan membebaskan imagi. Lukisan apalagi yang abstrak, sejujurnya tidak perlu mewakili kebenaran sosial-historis apapun. Oleh sebab itu beberapa pelukis tidak merasa ada gunanya memberikan caption untuk sekadar memuaskan pengunjung atau kolektor. Ketika ia harus bernama, mungkin keberadaannya tak lebih sebagai tempelan semata, tak merepresentasikan gambar di atasnya. Caption tidak mentotalisasi seluruh par-
■ MAHDI ABDULLAH
Lian Sahar
ticulus wacana sebuah gambar atau lukisan. Ia bahkan dapat mendistorsi. Lukisan boleh disebutkan sebagai bentuk yang paling mutlak dari peran teks-seperti disampaikan oleh Roland Barthes-sebagai bentuk dari “kematian pengarang”. Martin Heidegger hingga Jacques Derrida telah mengupayakan untuk mendestruksi logosentrisme tulisan, akan tetapi teks seperti ini tidak benar-benar dapat dimusnahkan dari pesan “kepengarangannya”, terlebih lagi ia mewakili figur zaman kefilsafatan yang begitu mengikat. Murni dan otentik Namun, dalam lukisan, teks dapat dikonstruksikan secara cepat dan pasti ke dalam pemahaman turbulensi waktu sang penikmat-pengamat (yang merdeka tentu saja), karena ia sebagai produk “tulisan” (ecriture) yang sangat netral untuk ditafsirkan. Lukisan tentu saja bentuk kesenian yang murni dan otentik. Ia dapat menghidupkan sekaligus mendekonstruksi sendi-sendi pendidikan yang terlanjur macet oleh positivisme, banalisme realitas politikekonomi, visualisme televisi, simulacra, dan hampir seluruh industri kebudayaan modern yang pincang oleh dehumanisme. Lukisan, apalagi yang abtrak, adalah cara melihat diri sendiri tanpa didaktika dan pedagogi. Bagaiman hal tersebut dapat operasional dalam kehidupan konkret dan sosial? Tentu saja dengan refleksi dan sikap tak takut
Mahdi Abdullah Banda Aceh
[email protected]
T
■ KATALOG
Makna Ketika kita telah sampai di ruangan yang tidak lagi mempermasalahkan kebenaran, disinilah tersdia sajian istimewa untuk menikmati lukisan. Itulah pengalam utama yang terus terasah setiap kali kita menikmati novel absurd atau menonton opera nontematik. Dalam lukisan abstrak, ruang toleran terkesan sangat ramah. Anda akan bisa melihat-lihat apa saja atau bahkan mengupas makna lukisan Pablo Picaso (untuk kubisme-nya), Jacson Pollock, Affandi, Tamara De Lempicka, Frida Kahlo, Srihadi Sudarsono, AD Pirous (untuk lukisan non-kaligrafinya), Hanafi, atau Heri Dono dengan keriangan hati dan perspektif sendiri. Ya, di antara pijakan waktu itulah Lian Sahar mengurai kesenangan, kedudukan, kerumitan, rasa ingin tahu, kemeriahan, dan kesendiriannya dalam karya-karya yang sebagian berpesta dalam pameran ini. Itulah a hundred song of solitude-nya Lian Sahar. Kesendirian yang memetakan makna. Selamat berpameran dan ulang tahun Pak Lian! Salam takzimk, selamat panjang umur, dan semoga keberuntungan datang tak henti-henti. Waktu memang dapat memanggang politik dan kekuasaan, tetapi ia tak kuasa membekukan seni dan imajinasi, apalagi yang abstrak. (Pengajar di jurusan Antropologi FISIP Universitas Malikul Saleh Lhokseumawe, Aceh)
Keprihatinan dalam Dialog Kebudayaan Aceh HE ACEH Cultural Institute (ACI) baru saja melaksanakan dialog kebudayaan Aceh di Museum Negeri Aceh, Banda Aceh, Sabtu (11/3). Dari dialog tersebut telah melahirkan sejumlah agenda dan pemikiran. Keprihatinan Dari dialog kelompok Fisik Budaya, muncul beragam keprihatinan dengan punahnya piranti budaya dan praktisi setelah tsunami menerjang Aceh. Seperti yang diungkapkan oleh Nurdin AR, Kepala Museum Negeri Aceh bahwa Utoh rumoh Aceh kini telah sangat langka, bahkan sebelum tsunami pun telah sulit kita temukan. Inovasi ornamen Aceh seakan telah terjadi stagnan dalam penggarapannya. Fisik kota, misalnya Banda Aceh yang sedang giat-giatnya
Lian Sahar. “Engkaukah itu, Oh”. Mixed media, 77 x 107 Cm. 2001
untuk salah.
melaksanakan perencanaan pembangunan kota baru dan kota lama, betapa sayangnya karena bangunanbangunan yang memiliki latar sejarah telah raib, dan khasanah arsitektur yang digolongkan lama pun dihancurkan begitu saja sebelum tsunami. Jadi tak jelas nanti, mana kota lama dan yang mana kota baru yang sedang dibangun. Keprihatinan serupa juga terungkap pada manuskrip hikayat, seperti hancurnya pusat dokumentasi Aceh, dan tidak adanya museum seni rupa modern di Aceh, padahal karya seni rupa Aceh kini boleh dibilang maju. Dialog budaya yang berlangsung itu, dibagi dalam tiga kelompok pembahasan, antara lain kelompok fisik budaya, ideal budaya, dan kelompok material budaya. Hasil dari pada dialog tersebut akan diboyong ke Kongres Kebudayaan Aceh yang rencananya akan dilaksanakan pada 8-11 April 2006, di Museum Negeri Aceh, Banda Aceh. ■