GR
AT IS
REKONSTRUKSI ACEH N0. 9 ■ 26 NOVEMBER 2005 ■ DUA MINGGUAN
PANTON
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
Musibah itu terasa amat dahsyamengkaramkan sepotong tanah mulia dibibir Selat Malaka. Bukan saja tatanan kehidupan yang padam. Kisah peradaban pun melayang. Sampai tandatanda Aceh pernah jaya juga karam tanpa pusara. Baca halaman 4-5
Keurajeun Aceh meugah bukon lee Ditheue le kafee sampoe u luwa Saudagar teuka laot deungon glee Dijak bloe pade kopi ngon lada Nanggroe jih luwah kaya ngon hasee Watee geukoh pade meugunja-gunja Rata jeut gampong rakyat meudikee Leupie ngon hate damee seujahtra Bak jameun dinoe seudeh that hate Aceh meugulee lam parek donya Bansa yang ceubeueh jinoe pih tan lee Abeh dum reuye dalam ie raya HARMAINI ISMA
2 SAK BRR Diminta Usut Kasus CC Lhoknga
Antara Kebutuhan dan Persediaan Kayu
■ MANTO
3 Dibutuhkan: Mercusuar untuk Laut Aceh Hasbi Azhar Banda Aceh
[email protected]
Sambal Goreng Tempe Pedas Manis
7 Warga Gampong Pandee dan Nisan Raja
P
ERNAHKAN Anda mendengar Mercusuar? Bagi masyarakat Aceh yang berakti fitas di darat, fungsi mercusuar memang tidak ada. Namun menara tinggi dengan lampu itu ternyata sangat bermanfaat bagi pelaut ataupun nelayan. Mercusuar menjadi petunjuk agar para nelayan tidak salah arah atau yang lebih buruk lagi menabrak karang di perairan laut Aceh. Saat ini dari Aceh Besar hingga Meulaboh, tidak ada satupun mercu suar di Aceh yang aktif. Yang memiliki mercu suar hanyalah pelabuhan Sabang. Sering tersesat Karena gelap, banyak kapal yang terpaksa harus rela tersesat. Terutama kawasan pulau seperti Pulo Breuh dan Pulo Bunta. Padahal itu merupakan jalur sibuk. Para nelayan bolak balik membawa ma-
terial rekonstruksi ke dua pulau yang terkena tsunami itu. “Boat kami pernah melewati Pulo Breuh, padahal yang kami tuju adalah Desa Lapeng,” cerita Fahmi salah seorang staff Green Camp yang ditugaskan membawakan bahan bakar serta seng untuk gudang disana. Menurut Fahmi, pawang juga tidak berani berlayar terlalu dekat kepulau karena takut menabrak batu. Jadi sepi Sejak mercusuar mati, kawasan Pulo Nasi dan Pulo Bunta otomatis sepi di malam hari. Para nelayantidak mau mengambil resiko saling menabrak di kegelapan. Apalagi kawasan itu menjadi lintasan yang paling berbahaya di Pulo Aceh. “Kami berharap ada pihak yang mau memasang rambu suar di Kuala Aceh sesegera mungkin” kata Muktar salah seorang nelayan. Menurutnya Kuala Aceh sangat berbahaya bagi boat yang keluar dan masuk
tanpa henti siang malam. Apalagi Kuala Aceh adalah lintasan yang paling sibuk dan paling ramai di Banda Aceh. ■
■ HASBI AZHAR
6
ANTIKORUPSI
CEUREUMeN
SAK BRR Diminta Usut Kasus CC Lhoknga
■ ■ ■ TANYA JAWAB T: Kami menemukan adanya ketidakadilan dalam pembuatan rumah di kawasan Lhoknga, Aceh Besar. Apakah kami harus melapor hal ini kepada BRR atau kepada pihak kepolisian? Yusuf, Lhoknga Aceh Besar J: Jika menemukan adanya ketidakadilan atau indikasi korupsi dalam pembangunan rumah tersebut bisa disampaikan langsung laporannya kepada SAK BRR (Satuan Antikorupsi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) NAD-Nias. Apa pun persoalan dalam rekonstruksi yang berkaitan dengan ketidakadilan, indikasi korupsi, bisa dilapor ke SAK BRR. Lembaga ini akan melakukan investigasi dan melaporkan lagi kepada institusi penegak hukum seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau kejaksaan untuk ditindaklanjuti. Anda bisa juga melaporkan langsung kepada pihak kepolisian atau kejaksaan jika menemukan adanya indikasi penyelewengan atau penyalahgunaan uang publik, baik yang berkaitan langsung dengan rekonstruksi pascatsunami maupun yang tidak ada kaitannya. Hubungi saja Kevin Evans dari SAK BRR di Kantor BRR, jalan Lorong Muhamad Taher No 20 Lhueng Bata Banda Aceh. Telp 0651-636666 T: Katanya Amerika Serikat akan membantu memberikan lagi dana integrasi kepada Aceh yang berjumlah Rp 90 miliar. Yang menajdi pertanyaan, apakah dana integrasi itu kembali akan diterima oleh GAM. Apakah kami yang korban konflik itu tidak akan mendapatkan dana bantuan tersebut?
J: Plt. Gubernur NAD Azwar Abubakar yang ditanyai Ceureumén mengatakan, untuk menyalurkan dana hibah murni dari Amerika Serkat itu, pihaknya akan membentuk tim guna menentukan siapa yang berhak menerimanya. Dikatakannya, dana sekitar 9 juta dolar itu bukan diserahkan untuk GAM, melainkan untuk proses reintegrasi. Siapa saja penerimanya masih akan dibahas.
Anak-anak pengungsi belajar di sekolah alternatif yang ada di Children Centre (CC) di pengungsian di TVRI Gue Gajah, Aceh Besar. Banyak pihak NGO dan donor yang menaruh perhatian kepada anak-anak korban tsunami di Aceh dengan memberi bantuan khusus. ○
T: Saya ingin mengetahui, kapan tanaman bakau ditanam di seluruh Aceh? Mahmud Langsa J: Sebetulnya, dengan didukung oleh LSM, beberapa lokasi pinggir pantai sudah pernah ditanam bakau seperti di kawasan Ulee Lheue, Kecamatan Meraxa, Aceh Besar. Akan tetapi, banyak yang tidak berhasil tumbuh dengan baik. Menurut pihak BRR, salah satupenyebab kegagalan itu karena masyarakat belum mengetahui teknik pembenihan yang benar dan penguasaan terhadap kualitas tanah dan air masih rendah. Menurut Deputi bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Usaha BRR Iskandar, BRR akan menyosialisasikan lebih jauh kepada masyarakat teknik penanaman yang benar. Caranya, melalui peluncuran buku tentang mangrove, seminar, maupun pameran. Bahkan untuk merangsang masyarakat dalam menanam bakau maupun tanaman pantai lainnya, BRR berencana memberikan bantuan ekonomi bagi kelompok masyarakat yang mau menanam berbagai tanaman pantai, termasuk bakau. ■
Salamah Pidie Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
○
○
○
○
○
○
○
○
○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
2
Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
L
SM GeRAK (Gerakan Antikorupsi) Aceh telah mengadukan ke SAK BRR (Satuan Antikorupsi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) NAD-Nias kasus yang berindikasi terjadinya penyimpangan di Children’s Center Kementerian Pemberdayaan Perempuan (CC-KPP) Lhoknga, Aceh Besar. Kepala Divisi Kampanye dan Pendidikan Publik GeRAK Aceh Zulfikar mengatakan, berkas tersebut telah diserahkan ke SAK BRR, Rabu (16/11) lalu. Dia meminta untuk segera diusut kasus itu. “Berkas pengaduan kami diterima oleh Ade Didik Isnandar, staf SAK BRR. Kita berharap SAK BRR segera dapat mengusutnya,” katanya. Ada dugaan korupsi Selain itu, katanya, ada sejumlah pernyataan dari Kordinator CC Usman Basuni yang berbeda dengan temuan GeRAK. Antara lain, kata Zulfikar, menyangkut dana CC yang dikatakan belum turun seluruhnya. Padahal, menurut data yang diperoleh GeRAK, KPP telah melakukan delapan kali transfer dana untuk program children’s food Children Center Lhoknga itu dengan nilai seluruhnya Rp 668 juta (lihat tabel). Transfer terakhir pada 1 Juli 2005 dengan nilai Rp 150 juta. Menurut data GeRAK yang copiannya ikut diberikan kepada Ceureumén, untuk festival anak juga ada anggaran tersendiri, yakni mencapai Rp 30 juta. Bantah Indikasi Korupsi Dalam suratnya yang ditujukan kepada Ceureumén, Usman Basuni yang merupakan Koordi-
dugaan yang sangat subjektif dan ceroboh. Alokasi dana saja cuma Rp 668 juta. Penggunaan dana tersebut selain untuk pemberian makanan tambahan, juga dipergunakan dalam kegiatan besar, antara lain: Festival anak pengungsi di Jenggala, outbond di Lamkruet, dan outbond tingkat provinsi di Darussalam, pentas seni. “Sedangkan dana komunikasi yang diduga dikorupsi Rp 9 juta juga tidak benar dan fitnah, karena dana komunikasi yang sudah didroping ke Lhoknga hingga 15 Agustus baru Rp 3.500.000. Dana ini peruntukannya untuk komunikasi manajemen,” kata Basuni dalam suratnya. Dana berikutnya juga belum didroping dari pihak donor, karena pertanggungjawaban dana kegiatan bulan Mei 2005 belum selesai dilikuidasi. Saat ini operasional CC ditangani oleh Dinas Sosial Provinsi NAD untuk menjaga kontinuitas kegiatan. ■
nator Children Center Kementerian Pemberdayaan Perempuan (CCKPP) NAD, membantah semua berita negatif seperti ditulis Ceureumén nomor 6, 15 Oktober 2005, dalam rubrik antikorupsi. Antara lain, Usman mengatakan: Setelah dilakukan pengecekan dan penelusuran, tidak ditemukan adanya penyimpangan penggunaan dana children food. Menurutnya Indikasi korupsi yang ditulis Ceureumén bahwa di CC lain program children food masih jalan, sedangkan di Lhoknga tidak, dapat dijelaskan bahwa sejak bulan April, pemberian makanan tambahan bagi anak-anak rentan diberikan secara selektif berdasarkan prioritas kebutuhan anak, sehingga tiap-tiap kabupaten implementasinya berbedabeda. “Keadaan di Lhoknga tidak bisa disamakan dengan keadaan di Lhokseumawe dan daerah lain,” katanya Belum ditransfer Soal dugaan adanya korupsi Rp 700 juta, menurut Basuni itu
Rekapitulasi Dana Children’s Center Lhoknga, Aceh Besar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Children food Communication Photocopy Rent for motorcycle Mineral water Karosene Peralatan Electronic equipment Reunification Lumpsum/DSA staf CC Transpor Banda Aceh – Jakarta Transpor Lokal Festival anak Total ■
: : : : : : : : : : : : :
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
668.000.000 3.500.000 3.500.000 4.000.000 1.200.000 600.000 2.300.000 1.000.000 9.440.000 928.700.000 37.888.850 5.000.000 30.000.000
:
Rp
1.695.128.850
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
3
CEUREUMeN
Antara Kebutuhan dan Persediaan Kayu Hasbi Azhar dan Muhammad Azami Banda Aceh
■ HOTLI SIMANJUNTAK
R
Seorang pekerja sedang mengergaji kayu untuk pembuatan hunian sementara di Desa Siron Aceh Besar. Hanya sedikit LSM menggunakan kayu alternatif seperti pohon kelapa untuk membangun rumah pengungsi.
Azhar Sulaiman Keuchik Desa Alue Naga Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Ada dampak yang tidak baik soal penebangan hutan di kemudian hari. Mungkin solusinya, pemerintah bisa mengurangi penggunaan kayu dengan membangun rumah dari beton, juga dengan menggunakan alternatif pengganti kayu.
Sumber Kayu untuk Rekonstruksi Keterangan Jumlah Kayu 1. Hasil Rampasan adalah 92.690 m3 kayu bulat dan 2.072 m3 kayu gergajian 2. Sumbangan beberapa industri kayu adalah 950 m3 kayu gergajian dan plywood 22.700 lbr
akibat terjadinya penebangan liar, jika tidak ada peningkatan kontrol dari berbagai pihak. ■
3. Kayu hasil landclearing dari Riau, Jambi, Sumut adalah 428.493 m3 kayu bulat* 4. Kayu yang berasal dari Pelepasan kawasan hutan adalah 1,6 juta m3 kayu bulat* * Sebagai suplai untuk kebutuhan nasional lainnya. ■ Sumber: Rencana induk rehabilitasi dan rekonstruksi NAD – Nias
Rekomendasi Walhi Aceh ● ● ●
Melakukan penghitungan ulang daya dukung hutan Aceh. Untuk menghadapi persoalan kebutuhan kayu, direkomendasikan: Menggunakan kayu dari luar Aceh atau
● ●
kayu impor. Menggunakan material nonkayu untuk perumahan dan fasilitas lainnya. Meminta Pemda untuk segera mungkin melakukan moratorium hutan Aceh.
Mengapa Penebangan Liar Marak? ●
●
Ada permintaan kayu dari berbagai pihak yang mempunyai komitmen untuk membangun perumahan. Mereka tidak mempersoalkan apakah kayu itu sebagai hasil illegal logging atau bukan. Pembenaran bahwa, “Rumah harus dibangun,
● ● ●
karena situasi masyarakat memprihatinkan.” Mahalnya harga kayu di pasaran. Adanya permainan dan beking dari oknum aparat. Penampungan kayu ilegal ke perusahaan yang punya izin resmi.
○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
EKONSTRUKSI dan rehabilitasi Aceh harus terus berjalan. Namun, pada sisi lain, ada keterbatasan sumber daya alam dalam melakukan proses rekonstruksi, khususnya sumber daya hutan. Sebab, salah satu material paling penting untuk pelaksanaan rekonstruksi adalah sumber daya hutan. Menurut hitungan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan Greenomic Indonesia, dibutuhkan lebih dari satu juta meter kubik kayu untuk membangun lebih dari 100 ribu unit rumah. Belum lagi untuk kebutuhan kayu untuk membangun boat nelayan atau fasilitas umum lain seperti gedung sekolah, Puskesmas, dan pesantren. Dari mana kayu? Salah satu cara yang paling mungkin dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut adalah dengan menaikkan jatah produksi nasional. Kalau jatah tebang nasional dinaikkan, otomatis akan berpengaruh terhadap jatah tebang provinsi. Akan tetapi, menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, ini jelas akan membawa risiko besar terhadap hutan. Selama ini pun, hutan di Indonesia, sudah banyak mengalami tekanan. Khusus Aceh, akan berdampak pada kondisi hutan alam Aceh. Kalau jatah tebang daerah ditambah, akan mengakibatkan hutan alam yang terdiri dari kawasan konservasi dan kawasan lindung terbuka peluang untuk dikorbankan. Ditambah lagi maraknya aktivitas penebangan liar, yang semakin memperparah kondisi hutan alam Aceh. Tidak cukup Saat ini Aceh memiliki kawasan hutan konservasi seluas 1.066.733 ha dan kawasan hutan lindung seluas 1.844.500 ha, dengan total luas 2.911.233 ha. Sedangkan jatah produksi untuk Provinsi NAD tahun 2005 hanya 47.500 m3 atau setara dengan 20.000 m3 kayu olahan. Tentu ini tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan kayu dalam fase rehabilitasi dan rekonstruksi sebesar 1.459.252 m3 kayu gergajian atau sebanyak 2.918.504 m3 kayu bulat. Seperti halnya data yang diperoleh Ceureumén dari Walhi Aceh, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi NAD Andi Basrul mengakui, aktivitas penebangan liar semakin meningkat di seluruh Aceh pascatsunami ini. Andi Basrul menduga, sebagian besar kayu itu digunakan untuk kebutuhan rekonstruksi. Kebutuhan kayu yang begitu tinggi, yang tidak diimbangi dengan persediaan, ber-
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Beberapa pekerja sedang membangun hunian sementara di kawasan Desa Siron Aceh Besar. Kebutuhan kayu menjadi sangat penting di masa rekonstruksi di Aceh paska tsunami. ○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
CERITA
CEUREUMeN
Banda Aceh - Aceh Besar
[email protected]
Isma Dahniar Desa Tgk Laweung, Kec Muara Tiga, Pidie
Bill Clinton Datang Lagi Ada kabar menarik yang menyebutkan Utusan Khusus PBB untuk Wilayah Tsunami, Bill Clinton akan kembali berkunjung ke Nanggroe Aceh Darussalam, dan Colombo di Sri Lanka. Kita harapkan kedatangan mantan Presiden Amerika Serikat itu dapat membawa perubahan yang berarti dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias. Sebagai korban tsunami, kami tidak minta agar uang dikucurkan lebih banyak lagi. Sebab banyak dana bukan menambah korban tsunami sejahtera. Karena sibuknya mereka mengurus bantuanbantuan tersebut, rumah untuk para korban pun lama dibangun. Banyak masalah yang membalut-balut di lembaga yang berwenang mengawasi proses pembangunan kembali Aceh dan Nias. Seharusnya kedatangan utusan khusus PBB ini bisa sedikit mendesak agar proses birokrasi bisa dipangkas, sehingga bantuan bisa segera sampai ketujuan. Terima kasih. Iskandar Desa Lamdingin, Kec Kuta Lama Kota Banda Aceh.
Perhatikan Budaya
Komplek pekuburan Kerkhof pascatsunami. Tidak terawat.
mentasi dan Informasi Aceh. Buku-buku tersebut seperti diakui Sekretaris PDIA, Ridwan Aswad yang ditanyai Ceureumén
terdapat buku-buku “langka”. Selain itu ada lagi ribuan buku koleksi mereka yang musnah tak berbekas, mulai dari yang kitab tu
Situs Cagar Budaya di Banda Aceh 1. 2. 3. 4. 5.
Makam Tuan Di Kandang Makam Raja Raja Kampung Pandee Makam Putroe Ijo Makam Saidil Mukammil Makam Putroe Meurah
Situs Cagar Budaya yang rusak 1. 2. 3. 4. 5.
Kompleks Makam Syiah Kuala di Desa Dayah Raya, Kec Syiah Kuala Masjid/Makam Tgk Dianjong, Kel Peulanggahan, Kec Kutaraja Makam Sultan Jamalil Lail (Poteu Jamaloi) di Kampung Baro, Kec Baiturrahman Makam Saidil Mukammil, Kel Merduati Kec Baiturrahman Makam Tuan Di Pakeh, Punge Blang Cut.
Situs Cagar Budaya di Aceh Besar 1. Kompleks Makam Tgk Tujoh & Makam Bentara Giging, Desa Lambada Kleng, Kec Baitussalam 2. Kompleks Benteng Indrapatra , Desa Ladong, Kec Masjid Raya 3. Kompleks Benteng Iskandar Muda, Desa Beurandeh, Kec Masjid Raya 4. Kompleks Masjid Kuno Indra Purwa Desa Lamguroen, Kec Peukan Bada 5. Sasana Budaya Rumoh Cut Nyak Dhien, Desa Lampisang, Kec Peukan Bada 6. Kompleks Makam Maharajalela, Desa Lamgarot, Kec Ingin Jaya
Situs Cagar Budaya di Aceh Utara
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
○
○
○
○
Memang musibah tsunami ini terkenal amat dahsyat. Selain sudah menghancurkan banyak rumah dan meminta ratusan ribu korban jiwa, dia juga sudah menghilangkan jejak-jejak sejarah Aceh yang luar biasa. Kita tahu bagaimana kisahkisah kejayaan para raja-raja Aceh tempo dulu. Sebelum tsunami kita sudah sering melihat nisan-nisan para syuhada itu. Di Gampong Pandee banyak makam-makam para raja-raja. Tapi sayang pemerintah amat minim menaruh perhatian. Seakan-akan semua bagai lupa bahwa itu “bukan” bagian dari masa keemasan
Saksi Sejarah itu Pun Hanyut
Batu nisan peninggalan raja-raja di tengah tumpukan sampah akibat tsunami akhir tahun lalu. Foto direkam di sekitar Gampong Pandee.
1. 2. 3. 4. 5.
Kompleks Makam Sultan Malikussaleh Kompleks Makam Tgk 44 Desa Beringin Kec Samudra Kompleks Makam Ratu Nahrisyah, Desa Krueng, Kec Samudra Kompleks Makam Sidi Abdullah Desa Krueng, Kec Samudra Kompleks Makam Tgk Batee Balee, Desa Krueng, Kec Samudra 6. Kompleks Makam Said Syarif Desa Mancang, Kec Samudra 7. Makam Panglima Prang Peutua Dolah, Kec Baktia Barat 8. Rumoh Cut Mutia di Matangkuli
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Mahyuddin Peunayong Banda Aceh
K
ITA bagai terjaga dari mimpi, ketika tsunami merusak negeri ini; Aceh. Musibah itu terasa amat dahsyat mengkaramkan seonggok tanah mulia dibibir Selat Malaka. Bukan saja tatanan kehidupan yang padam. Kisah peradaban pun melayang. Sampai tanda-tanda Aceh pernah jaya juga hilang tanpa pusara. Tidak berbekas Patut diakui gempa, bumi dan tsunami di Tanah Rencong tercatat sebagai bencana terbesar dalam 100 tahun terakhir. Bukan saja lebih 132 ribu tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Akan tetapi lebih 500 ribu warga Aceh pun menjadi pengungsi. Dan sayangnya, mereka masih menempati barak penampungan sementara dan tenda darurat. Dibalik itu tahukah Anda bahwa sejarah Aceh yang mahsyur itu juga ikut hancur? Tidak sedikit bekas tapak sejarah yang porakporanda dipermak bencana. Tapi tsunami juga menjadi bagian dari sejarah Aceh. Hilang jejak Namun pada sisi lain tsunami, juga ikut melantak warisan yang dulu pernah jaya, bukti atau buku sejarah misalnya. Pada musibah itu sedikitnya ada 6.588 judul buku dengan jumlah 9.243 eksemplar yang hancur di Pusat Doku-
○
Peringatan satu tahun tsunami sudah didepan mata. Saya membaca di media lebih 500 ribu warga Aceh menjadi pengungsi dan masih menempati barak penampungan sementara dan tenda darurat. Lalu, apakah dalam setahun tsunami itu kita tonjolkan? Jawabannya sudah barang tentu bukan. Lantas apa pula yang harus kita lakukan untuk mengobati perasaan trauma —yang meski sudah lama— masih terasa. Mungkin dengan memberikan kembali fasilitas hidup untuk mereka yang selama ini sudah rusak akibat tsunami. Seperti rumah, tempat usaha dan sebagainya. Bukankah bantuan yang mengalir ke Aceh juga cukup dahsyat? Kami tahu, bantuan tersebut bukan milik pribada para NGO. Mereka hanya mengelola dana itu, baru kemudian disalurkan kepada korban. Dengan kata lain NGO-NGO itu juga punya pola “bisnis” dalam menjalankan programnya di Aceh. Oleh karena itu jangan karena untuk mencari keuntungan yang besar mengorbankan masyarakat. Kami tidak berpikiran negatif, malah kami berterima kasih buat Anda semua. Namun jika dilihat realisasi bantuan menjelang setahun tsunami, wajar masyarakat bertanya. Ke mana mengalir bantuan yang banyak itu?
Aceh. Karena itu, sebagai orang yang amat sedih melihat realitas ini cuma berharap kepada sejarawan dan elemen-elemen yang berkompeten agar tidak mengenyampingkan kondisi ini. Hanya itu komentar singkat saya, terima kasih.
○
Menjelang Setahun Tsunami
■ MANTO
Mounaward Ismail
■ ASRI ZAIDIR
4
Rumah Cut Nyak Dhien
Tempat Berlindung Warga dari Tsunami
lisan jawoe hingga buku berbahasa Belanda. Singkatnya, tsunami juga membuat bukti sejarah yang tertulis
juga ikut hanyut. Begitu pula dengan situs dan benda-benda purbakala tidak luput dari jilatan gelombang raya. ■
■ MANTO
W
ALAU gelombang tsunami “hanya” setinggi tiga meter menggapai anjungan (teras) situs sejarah rumah Cut Nyak Dhien, namun atap rumah pahlawan nasional itu tetap saja jebol. Pasalnya tak sedikit warga menyelamatkan diri di sana. ”Sekitar 300-an warga di sini dan orang-orang dari berbagai penjuru naik ke atap,” kata Mariani (34) salah seorang penjaga mengenang. Akibat desak manusia dan arus laut itulah, rumah peninggalan sejarah yang terletak di Desa Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar berantakan. Namun, tiga bulan usia tsunami, baru atap yang diperbaiki. Sedangkan perpustakaan hingga kini belum direnovasi. Masih Semrawut Akibat gempa, perabot-perabot duplikat yang berada di serambi (lantai dua) berhamburan dan ada satu dua yang rusak. Tiang penyangga lantai rumah juga turut bergeser. Hanya sumur peninggalan Belanda yang tidak retak. Masih untung foto-foto perjuangan Cut Nyak Dhien juga selamat. ”Itu foto dibawa dari Belanda,” terang Mariana yang mengaku sudah 12 tahun menjaga rumah isteri Teuku Umar itu. Rumah Cut Nyak Dhien sendiri dipugar kembali antara 1981-1982. Hanya pondasi dan sumur yang masih asli. Itupun karena “kebal”
Rumah Cut Nyak Dhien di Desa Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar.
tak sanggup dimakan api, ketika Belanda membakarnya pada 1893. Hampir setahun tsunami berlalu, kediaman Cut Nyak masih sembrawut. Kedua penjaga mengaku kesulitan dana. Untuk kebersihan saja dana yang disediakan hanya Rp 100.000 diambil dari total honor mereka yang hanya Rp 145.000. ”Kami merawatnya seperti rumah sendiri,” kata Mariana. Buku Sejarah Dibawa Tsunami Saat tsunami surut, sedikitnya ada 500 judul buku sejarah dibawa serta. Sayang memang. Hanya puing-puing rak buku yang tersisa diperpustakaan itu. Isinya semua musnah, tak ketinggalan tulisan heroik dan “sepak terjang” ketika menggasak Belanda juga telah tiada. Perpustakaan itu sendiri bera-
da di perkarangan rumah. Di dalamnya terdapat koleksi buku-buku yang terbilang langka. Mayoritas terbitan tahun 1970-an dan 1980-an. Menurut Ibrahim Yusuf (32) salah seorang penjaga rumah Cut Nyak Dhien, saat tsunami datang pintu perpustakaaan sedang dibuka , sehingga semua buku dibawa air. ”Dibuka karena hari minggu banyak pengujung yang datang,” kata Ibrahim yang sudah 15 tahun merawat rumah bersejarah tersebut. Hingga kini kondisi perpustakaan masih memprihatinkan, kaca pecah, pintu yang hanya diganjal meja ringsek, dan di dalam masih kelihatan berantakan. Tentu, sama berantakannya tatkala rumah itu dijadikan pelindung warga saat bencana. ■
Kompleks Benteng Indrapatra, Desa Ladong, Kec Masjid Raya
Asri Zaidir
■ MAIMUN
■ ASRI ZAIDIR
Banda Aceh
[email protected]
ALKISAH abad ketujuh sesudah masehi, Bangsa Harsya terdesak setelah berperang melawan Bangsa Huna. Perang saudara terus berlangsung di India. Bangsa Harsya terpaksa mencari negeri yang damai untuk berlidung. Sampailah mereka di Aceh, dilahan seluas empat hektar yang terletak di tepi pantai di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar. Di sana, empat buah benteng dibangun oleh bangsa Harsya dengan memakai batu gunung, sebagai basis pertahanan bangsa pelarian tersebut. Sejarah benteng ini cukup panjang. Benteng berarsitektur Hindu ini juga sempat dijadikan sebagai basis pertahanan oleh Kerajaan Islam Darussa-
lam saat melawan penjajahan Portugis. Pintu benteng hancur Sebelum Tsunami, Benteng Indrapatra sudah berulang kali dipugar oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala AcehSumut. Tujuannya tentu saja supaya situs sejarah ini tak terlupakan kita semua. Namun pascatsunami, benteng ini terkesan terabaikan. Dari pantauan Ceureumén, disekitar benteng terlihat puing batako berserak. Hewan-hewan ternak peliharaan warga pun berkeliaran seenaknya dihalaman, dan meninggalkan kotoran disekitarnya. ”Pintu benteng hancur akibat tsunami, makanya hewan masuk,” ucap Syaiful Bahri (30), warga Desa Ladong yang ditemui Ceureumén di sekitar benteng. Nisan berpatahan Nasib situs ini tak jauh dengan beda dengan Benteng Kerkoff. Makam yang diresmikan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1839 kini terlihat tak serapi saat sebelum tsunami.
Padahal di areal makam tersebut terkubur 2.200 serdadu Belanda dan Marsose yang tewas saat perang melawan para pejuang Aceh. Menurut seorang pekerja, sebelum tsunami keadaan makam tersebut memang sudah banyak yang rusak. Nisan-nisan banyak yang sudah patah. Keadaan itu diperparah lagi dengan datangnya tsunami akhir tahun lalu yang menjebolkan pagar dan merobohkan beberapa nisan warisan Belanda tersebut. Kondisi makam memang berubah dari sebelum tsunami.
■ ASRI ZAIDIR
■ ASRI ZAIDIR
Benteng Indrapatra dan Kerkhoff yang Nyaris Terlupakan Rumput hijau yang dulu terpangkas rapi kini tumbuh dengan liar. Bahkan ada disebagian tempat yang ketinggian rumputnya mencapai betis. Untuk merawat makam seluas dua hektar tersebut, hanya ada tiga orang yang merawatnya. Gaji mereka diberikan oleh Yayasan Sixteen Pocut Found, sebuah yayasan di Belanda yang beranggotakan anak dan cucu dari para prajurit Belanda dikubur dimakam tersebut. Aceh memang banyak memiliki situs sejarah. Namun bila peninggalan tersebut tidak dilestarikan apalagi dijaga, bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang, generasi Aceh bukan tidak mungkin akan lupa akan sejarahnya. ■
6
CEUREUMeN
CEK BANUN Akte Kelahiran merupakan hak anak dan menjadi kewajiban orang tua untuk membuatnya.
Biaya pembuatan akte kelahiran untuk anak pertama adalah Rp 4000 dan anak selanjutnya Rp 8000
INFO
■
MAHDI ABDULLAH
Akte Kelahiran dapat dibuat di Dinas catatan Sipil di Kota Anda.
Nomor Kontak Ketua/Wakil Tim Ajudikasi Provinsi Aceh Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh (Bagian II)
AJUDIKASI adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.
Tempe merupakan penganan mudah dan murah di dapat di pasar. Berbagai masakan lezat bisa diciptakan dari tempe yang terbuat dari kacang kedelai ini. Bergizi pula. Putri warga Banda Aceh akan memberikan resep mudah mengolah tempe.
SAMBAL GORENG TEMPE PEDAS MANIS Bahan : Tempe 2 batang Cabe Merah ½ Ons Cabe Hijau ½ Ons Bawang Merah 5 siung Bawang Putih 1 Siung Royco Rasa Ayam 1 bungkus Minyak Goreng secukupnya Gula Pasir 2 Sdm
● ● ● ● ● ●
● ●
Cara Membuatnya : 1. Potong tempe ukuran 1x1 cm atau sesuai selera.
2. Rajang kecil-kecil cabe merah, cabe hijau 3. Bawang merah dan bawang putih diiris tipis 4. Goreng tempe hingga harum dan sisihkan 5. Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum 6. Kemudian masukkan cabe merah dan cabe hijau yang sudah dirajang 7. Tambahkan royco, gula, dan aduk hingga layu 8. Kecilkan api kompor dan
TEKA TEKI SILANG CEUREUMeN NO 8 1
2
3
6
5 7 9
4
8
10
11 13
14
16
15
12
masukan tempe yang sudah digoreng. 9. Aduk hingga bumbu merata dan matikan api kompor. 10.Sambal goreng tempe pedas manis siap disajikan. Tips : Lebih enak dimakan dengan nasi hangat. Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
MENDATAR: 1. Perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain 5. Berdoa (latin) 6. Pakar 7. Kepunyaan 9. Gusi 11. Perguruan Tinggi Negeri 13. Zaman 14. Gila 15. Diulang; Percuma 16. Isi atau bagian terpenting dari sesuatu MENURUN: 1. Situasi yang bertentangan dengan apa yang diharapkan
3. Kecamatan Peukan Bada I Aceh Besar (Desa Ajuen, Beuradeun, Gampong Baro, Gurah, Keneu Ue, Lam Badek, Lam Isek, Lam Lumpu, Lam Manyang, Lam Rukam, Lambaro, Lampisang, Lamteungoh, Lamtutui) Kontak person : Imam Hadi (Ketua) 081360467928 Robert Sirait (Wakil) 08127523718 Tri Purwadi (Wakil) 081360487945 4. Kecamatan Peukan Bada II Aceh Besar (Desa Lambadeuk, Rima Jeuneu, Rima Keuneurom, Lam Awee, Lam Geu Eu, Lam Hasan, Lam Keu-
2. 3. 4. 8. 10. 11. 12.
Tuhanku Gelombang kecil Sukar, rumit Perhatian Negara di Benua Afrika Sesudah Keberanian
mok, Lam Pageu, Lamguron, Lamteh, Meunasah Tuha, Paya Trieng) Kontak Person: M Arfath (Ketua) 081360017208 Asnaedi (Wakil) 081510715188 5. Kecamatan Kuta Raja Banda Aceh (Keudah, Lampaseh Kota, Merduati, Peulanggahan) Kontak Person: Jauhari Asikin (Ketua) 085260105852 Alamat : Jalan Cumi-cumi no 9 Lampriet Banda Aceh 6. Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh (Alue Naga, Deah Raya, Jeulingke, Lamgugop) Kontak Person: Usman (Ketua) 08121977221 Ojak Butar-Butar 081361556124 Sigit A Jumantara 081329275099
Rutin, 12. Tak, 14. Aur Pemenang TTS Ceureumén No. 8 adalah: 1. Rahmat. M Seulimum, Aceh Besar
Jawaban TTS Ceureumén No. 8
2. Rahmat Yatim Langsa Kota.
Mendatar: 1. Evakuasi, 5. Imun, 7. Iga, 8. Aparatur, 12. Tes, 13. Sangkut, 15. Kasmaran
3. Masriah Sabang
Menurun: 1. Etika, 2. Abu, 3. Afiat, 4. Iba, 6. Nur, 9. Abses, 10. ABK, 11.
4. Zahara-Rafidah Suka Jaya, Sigli 5. Zulkarnain Pidie
KAMPUNGKU - PANDE (BANDA ACEH)
CEUREUMeN
7
Maimun Saleh Banda Aceh
[email protected]
N
ISAN para raja-raja dan para laksamana tergeletak dipingir jalan, tercecer diantara puing-puing reruntuhan bangunan. Begitulah kondisi ketiga makam bersejarah di Gampong Pandee, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, usai tsunami tahun 2004 lalu. Ceceran nisan-nisan para raja tersebut jauh lebih parah diawal tsunami. ”Dibawa sekitar 30-an meter dari kompleks Kuburan Raja-raja Gampong Pandee,” kata Adian Yahya Abu, 52 tahun, salah seorang warga setempat. Padahal makam para raja dan laksamana membuat Gampong Pandee kesohor. Gampong Pandee juga sempat dikenal sebagai interport (pelabuhan internasional). Namun sayang jauh sebelum tsunami terjadi bekasnya tidak terawat lagi. Tsunami telah menghilangkan bekas interport itu. Tak hanya makam para raja dan laksamana yang membuat Gampong Pandee kesohor. Lampau, di sini juga ada lokasi pengrajin emas. Tepatnya di Kuta Diblang, yang kini diabadikan menjadi nama salah satu lorong di kampong
SENI & BUDAYA
itu. Hasil kerajinan dijual ke Malaysia, Turki, Perancis, sampai Inggris. Namun, pengrajin emas tidak berasal dari Gampong Pandee. “Sebelum tsunami, habis turun hujan masyarakat disini sering dapat dirham (mata uang Arab Saudi-red) di Kuta Diblang,” kata Adian Yahya Abu. Dikutip satu persatu Tsunami membuat kondisi semakin parah di sana. Dan Adian Yahya Abu mencemaskan itu. Ia mengalang masyarakat untuk memungut kembali nisan-nisan dan memulangkannya ketempat semula. Sejatinya, warga tidak sanggup mengangkat nisan tua itu. “Dibantu kutip mengunakan beko minta bantu sama PP (kontraktor Pembangunan Perumahan-red),” kata Adian Yahya Abu. Laki-laki yang mulai suka pada sejarah sejak duduk di kelas empat sekolah dasar ini, mengkontrol sendiri proses ‘bersih-bersih’ yang dilaksanakan PP di kampungnya usai tsunami. Adian Yahya Abu melakukannya dengan alasan, “agar situs-situs bersejarah tidak rusak, hilang atau terbuang.” jelas satu-satunya warga pakar sejarah Gampong Pandee ini. Walau mengaku tidak bisa membaca tulisan yang tertera pada nisan-nisan kuno tersebut, sehingga sulit mengidentifikasi nisan siapa,
■ ASRI
Warga Gampong Pandee Mengutip Nisan Raja
BATU NISAN: Seorang warga Kampung Pandee sedang melihat batu nisan peninggalan raja yang tercecer ke luar komplek makam akibat tsunami akhir tahun lalu.
Adian Yahya Abu yakin bahwa dirinya dan warga telah meletakkan nisan pada tempat sebenarnya. Kenapa warga begitu peduli? “Kalau tidak peduli nanti dikutuk nenek moyang kita,” itulah alasannya. Selain itu, Ia takut jika nisan-nisan tidak dikembalikan, kelak orang-orang lupa pada sejarah. “Itukan ulama besar,” timpal Adian Yahya Abu lagi. Kini, satu saja keinginan yang mengelayut dipikirannya; memagari kuburankuburan. Turki Ingin Membantu Suatu hari, secara kebetulan Adian Yahya Abu disapa seorang Turki saat sedang menulis
AD Pirous Jadikan Batu Nisan sebagai Inspirasi Mahdi Abdullah Banda Aceh
[email protected]
T
AK bisa dipungkiri bahwa batu nisan Aceh yang bertatahkan kaligrafi, dan banyak terdapat di berbagai pelosok, telah mengilhami para pelaku seni rupa atau seniman sebagai motivasi penciptaan visual perupaan. Saat batu-batu nisan itu didatangkan dari Champai, India ke Aceh, serta batu nisan---juga bertuliskan kaligarfi---produksi Kampung Meuraxa, Banda Aceh, tentu, tidak dimaksudkan untuk dijadikan sumber inspirasi dikemudian hari atau sebagai manuskrip masif (hidup) bagi generasi sesudahnya. Kenyataannya, hingga kini dapat menyeruak ruang dan waktu dengan keabadian pesan-pesannya. Berserakan Batu-batu artistik yang bertulis itu, kini telah berserakan di manamana, dan rubuh oleh deraan tsunami Desember tahun lalu. Perupa AD Pirous, guru besar Intitute Teknologi Bandung, telah menjadikan batu yang dipenuhi oleh stilisasi rupa selur dan “hiasan” kaligrafi Arab itu sebagai inspirasi tentang waktunya. Dinamika kebudayaan Di posisi ini, seniman tak perlu
■ REPRO
di perpustakaan Ali Hasyimi. “Dimana desa warga berketurunan Turki,” tanya laki-laki itu padanya. Lalu, Adian Yahya Abu membawa warga Turki tersebut ke Gampong Pandee. Di Gampong Pandee, Adian Yahya Abu menunjukkan makam Makhdum Abi Abdullah Syekh Abdurrauf Baghdadi yang tidak lain merupakan cucu Sultan Malik Syah Saljuki Sultan ke empat di Turki. Melihat buruknya kondisi makam salah seorang pembawa Islam ke Aceh abad ke 10 itu, warga Turki itu menangis. Sejak itu, Turki berniat membantu renovasi makam-makam bersejarah di Gampong Pandee. “Tapi belum jelas kapan akan dimulai,” Kata Adian Yahya Abu.■
mencampakkan tradisi, tak pula mempertentangkan dunia modern dan dunia tradisi. AD Pirous dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan bahwa “Sewajarnyalah seorang seniman peka terhadap kebudayaan silamnya dan arif menyimak dinamika kebudayaan sekarang yang sedang berkembang. Paduan sikap inilah yang akan menempatkan kita berpijak lebih kukuh pada bumi dan lingkungan sendiri dalam berjalan jauh menempuh arus perkembangan kebudyaan dunia,”katanya. Kerinduan masa silam Kesadaran akan menjumput benda-benda lama yang terdapat di kampungnya, Aceh, justru ketika Pirous belajar di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Reposisi ini terjadi ketika Pirous melihat koleksi benda-benda Islam Timur Tengah di Metropolitan Museum, New York. Kerinduan pada masa silam itu, ia cuatkan kedalam bentuk karya kekinian yang modern, hingga menjadikan karyanya memperoleh posisi tersendiri di kancah dunia seni rupa Indonesia. Penjelajahan Dari batu nisan berpahatkan kaligrafi itu, Pirous menjelajahi pengalam artistik dengan penuh
ketegangan-ketegangan dalam mensiasati kenyataan yang sedang dialaminya di kurun waktu yang bersinggungan dengan kehidupan modern. Oleh karena perannya sebagai perupa yang sadar akan kekuatan lokal tersebut maka ia di posisikan sebagi perupa yang punya peran penting dalam memajukan seni rupa Islami dalam percaturan seni rupa Indonesia. Kasab Aceh Tak hanya berkutat di kaligrafi yang sumbernya batu nisan saja, ia pun melirik seni hias kasab Aceh. Banyak karyanya terinspirasi oleh bentukbentuk stilisasi ornamen Aceh ke dalam bentuk gubahan barik, garis dan komposisi warna dalam karya-karya barunya kemudian. Dari karya AD Pirous, seakan memunculkan ucapan bahwa proses penghayatan dan penyadaran pengalaman spiritual yang besinggungan dengan pengalaman keseharian tak akan menjadikan karya seni itu lapuk seperti batu nisan yang menjadi sumber inspirasinya. Ia baru, dan baru terus. Itulah seni! ■
DAMAI
CEUREUMeN
8
Pascaperdamaian
Maimun Saleh Ulee Glee Pidie
[email protected]
ZAINUDDIN (61) masih ingat terkepung aparat TNI saat sedang darurat militer. Banyak teman-teman Zainuddin yang merupakan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tewas di perbukitan Pucok Krueng Ulim, Kecamatan Bandar Dua Pidie. ”Sehabis diserang kami terpaksa lari. Tetapi kemudian kembali lagi untuk mencari rekan yang tertembak,” kata Zainuddin. Tidak dikubur Karena serba darurat seperti status Aceh, prosesi penguburan para anggota GAM yang tewas dilakukan juga seadanya. Bahkan ada juga yang tidak sempat dikuburkan. Menurut mantan tetua GAM yang ikut GAM sejak 1989 ini,
walau tidak sempat menguburkan dengan semestinya, gerilyawan yang selamat tetap menandai lokasi tertembak rekannya. ”Jadi tidak lupa,” katanya. Dicari kembali Walhasil sepekan usai perjanjian, ratusan warga dari berbagai desa di Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Pidie mencari tulang belulang gerilyawan GAM yang masih berada di bukit tersebut. Pencarian kerangka gerilyawan yang diwakili setidaknya lima orang setiap desa tersebut, dilakukan warga dengan berjalan kaki sehari penuh menuju perbukitan Pucok Kreung Ulim, kecamatan yang sama. Pencarian sendiri dipimpin adik komandan GAM wilayah setempat. “ Yang mencari kebanyakan saudara-saudara anggota GAM itu sendiri,” jelas Zainuddin.
■ MAIMUN
Kerangka Jenazah Anggota GAM Juga Turun Gunung
Seorang warga sedang menunjukkan kuburan massal anggota GAM yang tewas saat kontak senjata dengan TNI di pedalaman Ulee Glee, Aceh Pidie.
Saat itu warga menemukan 15 jenazah yang kemudian dibawa ke desa Alue Sane Gharu, salah satu desa di kaki bukit. Disana dikuburkan enam kerangka. Sementara sebagian kerangka yang ditemukan dibawa kembali pihak keluarga. Ditemukan lagi Hingga beberapa hari usai penguburan kembali kerangka GAM, warga masih menyisakan liang lahat yang menganga untuk dua jenazah.
Menurut Zainuddin, salah seorang warga yang sedang mencari kayu bakar menemukan kerangka yang diyakini juga gerilyawan GAM. “Belum sempat diambil lagi,” kata Zainuddin.
Marzuki Ishak Sekretaris Camat Bandar Dua menyatakan bahwa ada 112 gerilyawan GAM yang ada di Ulee Glee. “Mereka tersebar di beberapa wilayah Ulee Glee,” kata Marzuki.■
Korban Konflik di Ulee Glee Sipil meninggal Sipil Hilang Sipil Luka
105 10 300
jiwa jiwa jiwa
(1990-2005) (2003-2004) (1990-2005)
■ Sumber : Kantor Camat Ulee Glee Pidie
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Sosialisasi Damai Lebih Berdengung di Pengungsian Lamno
INFO DAMAI INFO DAMAI INFO DAMAI
Seorang anggota Aceh Monitoring Mission (AMM) sedang menyusun senjata milik dalam dalam acara pemusnahan senjata di Calang Aceh Jaya. Tahap ketiga pemusnahan senjata milik GAM dilakukan di pantai Barat Aceh. Daerah itu kebanyakan merupakan daerah yang terkena tsunami. Kendati memiliki masalah teknis, namun penyerahan senjata berlangsung dengan sukses. Terkumpul lebih 210 dari senjata diserahkan, termasuk dari kawasan Aceh Tengah.
Penyerahan Senjata GAM Tahap I (Banda Aceh, Bireun, Pidie) Diserahkan Diterima Ditolak Dipertanyakan RI
: : : :
279 243 36 17
pucuk pucuk pucuk pucuk
Tahap II (Sabang, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Tamiang) Diserahkan Diterima Dipertanyakan Ditolak
: : : :
291 233 35 58
pucuk pucuk pucuk pucuk ■ Sumber: Aceh Monitoring Mission
Asri Zaidir Lamno Aceh Jaya
[email protected]
H
ASANUDDIN (38), yang lebih beken dengan nama Alex sedang berleha-leha di warung yang hari itu kebetulan tutup bersama beberapa rekannya para pengungsi. Di pintu warung yang menjual rokok dan kopi itu terpampang sebuah poster berisikan butir-butir kesepakatan damai antara GAM dan RI yang didapat dari sebuah harian lokal. “Dulu tidak bisa kerja karena tidak aman, sekarang malah karena yang lain,” terdengar seorang pengungsi berkomentar. Bosan konflik Pengungsi Desa Kuala yang numpang tinggal di Desa Ujong Meuloh Kecamatan Lamno Aceh Jaya memang sudah cukup puas dengan konflik. Semua telah mereka rasakan. Dari jaga malam, larangan membawa senter saat malam, sampai dengan ancaman-ancaman dari pihak yang bertikai. “Dulu jangankan keluar sendiri kalau malam untuk minum kopi, antar orang sakit saja harus ramai-ramai, takut ada masalah,” ucap Alex. Saling melempar senyum Usai penandatangan MoU 15 Agustus lalu, Alex Cs pun dapat menarik nafas lega. Menurutnya saat ini kedua belah pihak sudah mulai menahan diri.
Bahkan warga pun sering menyaksikan kedua belah pihak saling melempar senyum saat berpapasan di Peukan Lamno. “Mereka kalau ketemu saling tegur. Malahan ada yang cukur rambut ditempat yang sama,” ucap Alex sambil tertawa. Cukup sosialisasi Mengenai sosialisasi kesepakatan damai sendiri, Alex merasa cukup puas. Pak keuchik ditempatnya mengungsi sering meminta warga berkumpul dibalai untuk mendengarkan penjelasan tentang isi dan maksud dari perjanjian damai tersebut. “Keuchik tempat kami ngungsi sering mengumpulkan warga di balai dan memberitahukan tentang kesepakatan damai. Contohnya ini,” Ucap Alex, sambil menunjuk poster di pintu kedai kopi yang berisi butir kesepakatan damai. Kini perdamaian yang diimpikan perlahan mulai terwujud. Namun bukan berarti masalah sudah selesai. Sedikitnya 450 warga Desa Kuala yang mengungsi di tenda membutuhkan tempat tinggal yang layak agar dapat menyambung hidup. Mereka pun ingin kembali bekerja seperti dulu. Bosan sudah mereka menumpang hidup pada bantuan orang lain. “Kalau bisa, rekonstruksi di Lamno harus seiring dengan berjalannya perdamaian,” kata Alex yang bercita-cita bertani dan berkebun.■
