GR
AT IS
REKONSTRUKSI ACEH N0. 7 ■ 29 OKTOBER 2005 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON
Transparansi di bidang perumahan bukan hanya soal dana melulu, tetapi juga soal darimana bahan bangunan didapat, apakah dilakukan pertemuan dengan masyarakat sebelum NGO itu membangun rumah, dan lain-lain. Baca halaman 4
Ulon peu ingat NGO sekalian Bek meusom uram Õh neukeurija Seucara teubuka bandum atra nyan Supaya rakan jithéé u luwa Nyang bahsa jinoe geukheun transparan Teurang-teurangan mangat deuh nyata Menyoe buet meusom megidong rakan Adak bak tuhan geutanyoe desya Tiep-tiep neupimpin saboh persoalan Peudeuh bak rakan peutrang bak donya Menyoe teututÕp pane na timang Buet NGO nyan hana seumpurna HASBI BURMAN
2 Strategi SAK BRR Berantas Korupsi
3 Berharap Baju Baru dari Uang Jadup
Semua dimulai dari Mencari Jenazah Keluarga
4
Asri Zaidir Aceh Besar
[email protected]
10 Alasan Mengapa Transparansi Penting
7 Lama Tuha Ditinggalkan “Penghuninya”
ILA Anda sesekali ke pengungsian Kamp 85 Mon Ikeun Kecamatan Lhoknga Aceh Besar, jangan lupa mampir ke warung nasi Nurjannah. Letak warung sederhana itu di depan pengungsian Mon Ikeun. Semula Nurjannah hanya menjual kopi dan rokok. Namun belakangan dia juga menjual nasi. Dagangannya lumayan laku. Malah banyak prajurit yang nge-pos dekat pengungsian juga berlangganan rantang pada Nurjannah. Paska tsunami, Nurjannah memang harus menghidupi dirinya sendiri setelah suami dan tiga anaknya hilang disapu gelombang tsunami. “Saya kebetulan juga mencari
B
jenazah suami dan anak saya,” kata Nurjannah mengenang. Memberi tanda Banyak jenazah yang ditemukan oleh Nurjannah beberapa hari setelah tsunami. Nurjannah memang bukan hanya mencari, tetapi dia juga menggali dan mengais sampah tsunami untuk menemukan jenazah keluarganya. Meskipun sudah begitu banyak jenazah yang ditemukan, tidak ada seorangpun yang dia kenal. “Kendati demikian, semua jenazah saya beri tanda untuk memudahkan relawan mengevakuasi mereka,” katanya kepada Ceureumén. Nurjannah tetap tidak berputus asa.Dia terus mencari keluarganya hingga berhari-hari tanpa mengenal lelah. “Kata orang, ada yang melihat celana
anak saya di bawah kapal tugboat Lhoknga. Saya yakin keluarga saya disana semua,” kata janda yang kini tinggal sendirian di tenda no 45 ini. Diketahui relawan Belakangan, para relawan memergoki Nurjannah yang sedang memberi tanda pada sesosok jenazah. Mereka terkesan dan akhirnya sering memberi bantuan uang yang jumlahnya bervariasi. Dari yang jumlahnya Rp 50.000 hingga Rp 100.000. “Uang itu sebagiannya saya tabung. Dan saya kini bisa membuka warung nasi ini,” katanya sambil tersenyum. Untuk mengetahui cerita tentang para pengungsi hadapi lebaran silakan baca Halaman 3 Rubrik Fokus
ANTIKORUPSI
CEUREUMeN
Strategi SAK BRR Berantas Korupsi
■ ■ ■ TANYA JAWAB
T: Setelah membaca “Abdul Halim Masih Mengevakuasi Korban Tsunami” di Ceureumén, Sabtu 15 Oktober, saya tertarik untuk mengetahui bagaimana menghubungi relawan-relawan tersebut? Selama ini kita terfokus untuk memberikan bantuan kepada pengungsi, yang memang sangat membutuhkan bantuan, namun ada orang-orang seperti Abdul Halim dan kawan-kawan, yang rela menjadi relawan meski kondisi ekonomi mereka pun kadang jauh dari berkecukupan. Bagaimana caranya menyalurkan sumbangan kepada mereka? Diella Dachlan
[email protected]
J: AMM juga bertugas memantau proses perubahan peraturan perundangundangan. Selain itu, seperti disebutkan di MoU, tugas AMM lainnya adalah: ●
●
●
● ●
●
●
Memantau demobilisasi GAM dan decommissioning persenjataannya. Memantau relokasi tentara dan polisi nonorganik. Memantau reintegrasi anggota GAM. Memantau situasi HAM. Memutuskan kasus amnesti yang disengketakan. Menyelidiki dan memutuskan pengaduan dan tuduhan pelanggaran terhadap MoU. Membentuk dan memelihara hubungan dan kerjasama yang baik dengan para pihak.
J : Anda bisa langsung menghubungi nomer telpon selular Abdul Halim yaitu 0815-340-98396
AMM Bila Ada Perselisihan
Kapan Tugas AMM Berakhir
T: Apa yang akan dilakukan AMM jika terjadi perselisihan dalam pelaksanaan MoU?
T :Saya ingin mengetahui kapan Aceh Monitoring Mission (AMM) berakhir tugas di Aceh? Mukhsin Lamlagang, Banda Aceh J: AMM berakhir tugas di Aceh pada 15 Maret 2006 dan masih bisa diperpanjang atas keinginan kedua pihak.
UU Pemerintahan Aceh T: Apakah AMM juga ikut memantau proses pembuatan UU pemerintahan Aceh, karena ada kemungkinan terjadinya banyak pelanggaran MoU jika isi undang-undang ini tidak dipantau? Mahdalena Bireuen
Fakhrurrazi Lhokseumawe J: Sesuai dengan MoU, setiap perselisihan akan dimusyawarahkan bersama pada berbagai tingkat. Dalam kasus perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara yang disebutkan tadi, maka Kepala Misi Monitoring akan melaporkan langsung kepada Menteri Koordinator Politik dan Hukum RI, pimpinan politik GAM, dan Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative (CMI) serta memberitahu Komite Politik dan Keamanan Uni Eropa. Setelah berkonsultasi dengan para pihak, Ketua Dewan CMI akan mengambil keputusan yang mengikat para pihak.
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
Rp S
p R
S
R
p
MAHDI ABDULLAH
Bagaimana Menghubungi Abdul Halim?
■
2
Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
Pengumuman! Telah lahir Satuan Anti-Korupsi (SAK). Ini adalah gebrakan terbaru Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) dalam sebulan ini. Badan ini didirikan dengan tujuan: mencegah korupsi, mendidik untuk tidak melakukan korupsi, dan menyelidiki praktek korupsi. Uniknya lagi, wadah ini justru akan mengawasi sepak terjang pegawai BRR, termasuk Semua urusan rehabilitasi dan rekonstruksi NAD-Nias. Karena menurut orang nomer satu BRR, Kuntoro Mangkusubroto, BRR harus bersih dengan noda korupsi! Perbaiki sistem Menurut Kepala SAK BRR, Kevin Evans, intisari dari pencegahan adalah memastikan bahwa sistem kerja yang dirancang dan disusun dapat mengurangi potensi indikasi praktek korupsi. Menurutnya, bukanlah sebuah prestasi jika semua orang masuk penjara. “Kalau semua masuk penjara bukan sebuah prestasi, itu berarti sistemnya juga harus diperbaiki. Harus ada perbaikan sistem su-
paya orang bisa hidup dengan cara halal,” katanya. Tingkatkan kesadaran Sedangkan mendidik untuk tidak melakukan korupsi agar masyarakat sadar korupsi berakibat merugikan mereka. “Kita menyampaikan informasi kepada semua lapisan masyarakat yang ujung-ujungnya mereka sadar dan tidak mau menjadi korban dari perilaku yang korup,” kata Evans kepada Ceureumén. Menurutnya, korupsi dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. “Makanya perlu diperkuat integritas, sehingga kebal terhadap perilaku korup,” katanya lagi. Nah, ketika semuanya tidak dapat dicegah, maka pihaknya akan menyelidiki dan menginvestigasi, kemudian menyerahkan
kepada aparat penegak hukum untuk mengusutnya. 85 kasus Sejak masa beroperasinya, SAK ini sudah menerima 85 pengaduan. Semua kasus diperiksa dengan teliti. Dan untuk sementara belum ada kasus yang dianggap terindikasi korupsi dalam 85 kasus tadi. Namun, jika ada kasus-kasus yang dinvestigasi berindikasi merugikan negara, maka pihaknya akan menyampaikan laporannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut Evans, setiap pelapor dijaga kerahasiaan jati dirinya. Itu sebabnya, masyarakat tidak perlu khawatir atau ragu-ragu untuk menyampaikan pengaduan kepadanya. Nah, tunggu apa lagi?
Anda melihat ada indikasi korupsi yang dilakukan oleh pihak BRR di daerah Anda? Atau ada yang tidak beres dalam rekonstruksi dan melibatkan BRR? Silakan Anda melakukan pengaduan ke SAK BRR: Jl. Ir. Muhammad Taher No. 20 Lueng Bata, Banda Aceh, 23247 Telp 0651-636666, Fax 0651-637777. Kontak person: Kevin Evans,
[email protected]
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
D
ELAPAN bulan pasca tsunami, pekerjaan Farida (32) kini mutlak sebagai Ibu rumah tangga. Wanita asal Calang itu tak lagi berkeliling bersama vespa bututnya menjajakan pakaian kredit. Barang dan pakaian yang dibeli dengan modal 3 juta hasil pinjaman dari sebuah Bank, ludes disapu tsunami di rumahnya, Ajun, Aceh Besar. Kini Farida tinggal dalam tenda No.24 B, di kamp pengungsian komplek TVRI, Gue Gajah, Aceh Besar, bersama dua anak dan suaminya, Bustamam. Sebenarnya, Farida mengaku ingin sekali kembali berdagang seperti sebelum tsunami. Namun apa daya, Agen tempat dia biasa mengambil barang tak mengizinkan lagi dia untuk ngebon. Tambah gelisah Kegelisahan Farida bertambah. Beberapa hari lagi lebaran akan tiba. Jangankan untuk baju baru anak-anak, kue untuk menghias meja tak terbuat oleh ibu berkulit hitam ini. Sedang Bustamam sang suami mengaku hanya pasrah. Dia tak mampu berjanji apa-apa untuk keluarganya. sebagai cleaning service di rumah yang dipakai se-
bagai kantor Aceh Monitoring Mission (AMM),Bustamam mengaku hanya bergaji kecil. Menunggu jadup Keluarga Bustamam kini sedang menunggu pembagian uang jadup yang sudah mandeg selama dua bulan. Bukan apa-apa, menurut mereka hanya dengan uang itulah mereka dapat berlebaran. Apalagi sampai saat ini belum ada satu pun LSM yang datang untuk memberikan bantuan lebaran kepada para pengungsi. “Belum ada yang kasih bantuan. Yang ada cuma dari CARE kasih bahan-bahan makanan bulanan,” ucap Farida. Hal senada juga dikatakan oleh Ahmad Yusuf (38), sesama pengungsi di kamp Gue Gajah, Mata Ie, Aceh Besar. Lelaki yang bekerja sebagai sopir truck pengangkut logistik di Mercy Corps ini juga sangat mengharapkan pembagian uang jadup agar dapat segera dituntaskan. Alasannya, anak-anak sudah merengek ingin dibelikan baju lebaran. “Kalau bisa seperti janjinya, sebelum lebaran sudah dibagikan jadupnya. saya sudah bingung mau bilang apa sama anak-anak, mereka minta baju lebaran,” ucap Ahmad sedih. Belum ada rencana Apa yang dikatakan oleh be-
■ ASRI ZAIDIR
Berharap Baju Baru dari Uang Jadup
Keluarga Farida di tenda pengungsian Gue Gajah, Aceh Besar.
berapa pengungsi dibenarkan oleh Oya Moh Akbar, Media Officer dari Islamic Relief. Menurut Oya, saat ini Islamic Relief salah satu LSM yang giat membantu Aceh memang belum berencana melakukan apa-apa dalam menghadapi hari lebaran Iedul Fitri. Namun Islamic Relief akan tetap
melakukan yang terbaik. “Saat ini kami sedang menyelesaikan beberapa program yang sedang berjalan. Seperti pemberian 18.000 paket bantuan untuk pengungsi yang sampai hari ini belum selesai dibagikan,” kata Oya. Oya menambahkan, walau
demikian, Islamic Relief tetap memiliki rencana memeriahkan hari kemenangan bagi umat Muslim ini. “Kami ada rencana dan memfokuskan pada lebaran qurban. Dan terget kami adalah pengungsi yang di dalam tenda,” ucap Oya lagi.
“Kalau bisa seperti janjinya, sebelum lebaran sudah dibagikan jadupnya. saya sudah bingung mau bilang apa sama anak-anak, mereka minta baju lebaran,” ucap Ahmad sedih.
Kuburan Massal, Alternatif Kunjungan Lebaran Maimun Saleh Banda Aceh
[email protected]
DUL Fitri kali ini dirasakan berbeda di Siroen, Lambaro, Aceh Besar. Tahun ini, sedikitnya ribuan orang akan mendatangi kampung ini. Tidak dalam rangka bersilaturrahmi, melainkan melayat saudara mereka yang dimakamkan di kuburan masal korban tsunami. “Sedikitnya 50 ribu orang dikubur disini,” kata Abdul Majid, 48 tahun, penjaga kuburan masal. Membuat balai Untuk menyambut para pelayat, terlihat beberapa pekerja sibuk membuat balai-balai tempat berteduh dan berdoa. Sejauh ini baru ada dua balai berukuran 7x3 meter yang sudah kelar dibangun. Sementara satu balai besar dengan model rumah Aceh
■ HOTLI SIMANJUNTAK
I Setiap hari NGO Turki Pasiad membagi-bagikan nasi bungkus untuk berbuka puasa di Banda Aceh.
Yang memberi Paket Lebaran untuk Pengungsi Maimun Saleh Banda Aceh
[email protected]
1. Kerajaan Uni Emirat Arab Kerajaan ini menyerahkan 10.000 paket untuk pengungsi yaang terdiri dari 10 kilogram beras, mie instan, tepung, gula dan
sebuah kitab Al-Quran. Total bantuan mencapai 160.000 dolar. 2. Badan Baitul Mal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menyalurkan zakat fakir dan miskin untuk 523 anak yatim dan kaum fakir uzur yang
berkedudukan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, dengan total nilainya sebesar Rp100 juta. Setiap anak yatim mendapat santunan berupa uang tunai Rp150.000, ditambah sehelai kain sarung untuk masingmasing penerima.
masih belum rampung. Menurut Ismail, 55 tahun, kepala tukang balai berukuran 7 x 9 meter tersebut bisa memuat sedikitnya 80-an pelayat. Belum mampu Selain itu di kuburan masal terbesar ini juga akan dibangun meunasah (surau). Namun sayangnya, surau berukuran 10 x 12 meter itu tidak mungkin mampu diselesaikan Idul Fitri ini. “Paling baru bisa selesai sehabis lebaran,” kata Ismail. “Gambar-nya sudah ada di kantor camat. Ismail menjelaskan, suplai kayu yang tersendat-sendat penyebab utama keterlambatan pembangunan balai. Padahal, balai terbesar sudah mulai dikerjakan di awal ramadhan. Dirinya juga mengaku jumlah balai saat ini kurang. “Setidaknya satu balai lagi.”
CERITA
CEUREUMeN
10 Alasan Menga Mana Tanggungjawab BRR Saya cukup kaget ketika mendapat informasi akan ada sejumlah negara donor yang akan mengalihkan bantuannya dari Aceh. Bukan itu saja, ada lagi ribuan obat-obatan untuk korban bencana gempa bumi dan tsunami akhir tahun lalu masih menumpuk di RSU dr Pringadi Medan. Namun muncul indikasi obat itu diselewengkan untuk kepentingan komersil. Hingga kini, obat-obatan itu masih tersimpan dalam jumlah yang banyak di gudang obat yang berada di lantai tiga rumah sakit umum yang berada di Jalan HM Yamin Medan. Dari tulisan yang berada pada kotak-kotak tersebut diketahui obat-obatan itu antara lain berasal dari sejumlah negara donor seperti Malaysia dan Thailand. Obat-obatan itu, tiba di RSU Pringadi Medan sejak Februari 2005, namun sejak beberapa bulan lalu sudah tidak dipergunakan lagi karena pasien korban tsunami yang dirujuk ke rumah sakit milik Pemkot edan ini sudah tidak ada lagi. Itu sebabnya obat-obatan itu bertumpuk di gudang. Demikian antara lain, informasi yang saya baca di detikcom, pekan lalu. Menurut hemat saya ini bukan kejadian yang pertama. Tentu kita masih ingat kasus terhambatnya bantuan untuk korban tsunami di Pelabuhan Belawan. Sebagai korban tsunami, kami ingin bertanya sebenarnya itu tugas siapa, Pemda atau BRR. Tapi jika mengingat kehadiran BRR yang dibentuk khusus untuk rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh, seharusnya itu itu juga menjadi tugas mereka. Bukan mengalihkan kepada pihak lain, Pemda misalnya. Tapi hingga kini saya lihat BRR belum tergerak hatinya untuk itu. Lalu dimana tanggung jawab BRR terhadap korban tsunami? Sarbini Dusun Meurah Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Aceh Lon Ka Dame Kita sudah lama mendambakan negeri kita yaitu negeri Aceh ini damai.Hari demi hari kita lewati dengan baku tembak, mayat-mayat berserakan, dan pertumpahan darah yang selalu terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam ini. Seluruh warga yang ada di sebagian wilayah Tanah Rencong selalu dihantui dengan perasaan takut dan was-was. Kebanyakan di antara mereka ada yang kehilangan suami, isteri, anak dan juga sanak famili. Mereka harus tinggal di dalam rumah untuk menghindari baku tembak dan pertumpahan darah. Sebagai contoh rata-rata sebagian besar daerah Aceh Besar hanya sedikit penghuni laki-laki yang menetap di sana, kebanyakan bocah kecil yang tinggal bersama ibunya, itupun jika orang yang bersenjata tidak menyandera bocah kecil itu, maka hilanglah canda, tawa, tangisan dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Dengan kehadiran perdamaian mari kita menyongsong Aceh benar-benar kondusif serta dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh.
Mounaward Ismail Banda Aceh
[email protected]
M
ISWAR Fuady dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi - SoRAK Aceh, memberi sejumlah alasan mengapa transparansi itu penting. Berikut poin-poinnya.
1. Untuk media akses informasi masyarakat dan penyediaan publik service yang efektif dan akuntabel 2. Untuk menjamin adanya partisipasi publik 3. Untuk menjamin adanya pengawasan publik 4. Untuk pemenuhan kebutuhan akan complain (keluhan) 5. Untuk pencegahan penyimpangan (KKN) 6. Untuk kebutuhan penyempurnaan sistem dan mekanisme yang membuka peluang KKN 7. Untuk acuan analisis dampak manfaat publik 8. Untuk menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi 9. Untuk menaati peraturan dan konsensus yang mewajibkan adanya transparansi 10. Untuk menjaga kepentingan pengalokasian anggaran publik
■ HOTLI SIMANJUNTAK
4
SIAP BANGUN: Seorang pemulung melintas di depan sebuah plang nama desa, ya tsunami yang belum memiliki rumah.
Rina Maulina Jl Merpati N0.20 Kp Keuramat Banda Aceh
NGO dan Transparansi
Demo Jadup Saya sangat prihatin dengan makin banyaknya demonstrasi menuntut dibaginya jatah hidup (jadup) yang dilakukan pengungsi. Itu merupakan bukti bahwa hingga bulan ke-10 musibah tsunami Aceh, pemerintah (baca : dinas sosial) masih saja belum profesional dalam pembagian jadup pengungsi. Saya berharap agar jadup itu bisa langsung dibagikan kepada pengungsi tanpa harus didemo terlebih dahulu. Kasihan para pengungsi, sudah Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, tidak mendapatkan dana kompensasi BBM, ee jadupnya telat pula. Herlina Sari Tijue, Sigli
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
Mounaward Ismail Banda Aceh
[email protected]
RANSPARANSI di bidang perumahan bukan hanya soal dana melulu, tetapi juga soal darimana bahan bangunan didapat, apakah dilakukan pertemuan dengan masyarakat sebelum NGO itu membangun rumah, dan lain-lain. Berikut tiga NGO/LSM yang mengurusi pembangunan rumah di Aceh:
T
1. Oxfam ● Lebih dulu melakukan asessment dan berkonsultasi dengan kepala desa ● Oxfam membuat rumah Tipe 36 yang model dan gambaran jelas soal denah rumah dan tidak bisa ditawar lagi. ● Menurut Kafrizal yang menjadi Information Officer, dalam setiap proyeknya, Oxfam menempatkan papan pengumuman berisi contoh rumah yang akan mereka bangun, sehingga warga punya gambaran bentuk bantuan yang akan mereka terima. Termasuk kotak saran yang bertujuan, supaya warga bisa menyampaikan unegunegnya. ● Semua bahan baku, biaya pembuatan semua diinformasikan ke masyarakat. Misalnya bahwa masing-masing rumah menghabiskan biaya –sebelum kenaikan BBM – sebesar Rp 28.5 juta, sudah termasuk biaya pembuatan.
2. CRS (Catolic Relief Service) ● Lembaga ini mendorong partisipasi masyarakat untuk membangun rumah, termasuk juga aspirasi perempuan. Pertemuan itu dilakukan secara rutin untuk menyaring masukan, seperti apa keperluan mereka, bentuk rumah dan lain-lain. ● Bahan bangunan berasal sebanyak mungkin dari masyarakat lokal. Juga termasuk kontraktornya. Pihak CRS tidak menerima bahan kayu tanpa ada dokumen perizinan dari Departemen Kehutanan. ● CRS akan membangun 18.000 rumah permanen tipe 45 selama 5 tahun. Akhir tahun ini akan selesai 750 buah. Masing-masing rumah bernilai 52-57 juta rupiah. 3. Muslim Aid ● Menurut Country Director Muslim Aid Indonesia Fadlullah Wilmot, Muslim Aid Memberi kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya soal pemba-ngunan rumah mereka. Pertemuan rutin setiap minggu. ● Muslim Aid membuat rumah panggung khas Aceh di Kampung Jawa. Jumlahnya 150 buah dengan harga 41-42 juta rupiah per-unitnya. ● Bentuk rumah bisa berbeda-beda, tetapi harus sesuai dengan anggaran yang ada. Dan NGO ini selalu memberikan informasi soal anggaran.
SAMPUL
CEUREUMeN
pa Transparansi Itu Penting
Akibat Kurang Transparansi Mounaward Ismail/Muhammad Azami Banda Aceh
ENGAN menggunakan gayung kecil, pagi itu Rohani menciduk segayung demi segayung air yang menggenangi lantai dalam rumahnya. “Hujan semalam lebat sekali, makanya jadi begini,” katanya. Dan ternyata bukan cuma rumah Rohani, puluhan rumah yang lain pun serupa: air menggenangi lantai rumah setiap hujan lebat. Akibatnya meski telah menerima kunci rumah 2 September lalu, hampir semua dari 178 pemilik belum menghuni rumah itu. “Gimana mau pulang, tidak ada sumur, tidak ada WC, juga tidak ada listrik. Kalau air masuk menggenangi lantai, masih bisa dibuang. Tapi, kalau tidak ada WC, bagaimana?” kata beberapa perempuan yang ditemui di kamp pengungsian Weu Raya, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, pekan lalu. Tidak terus terang Rumah itu dibangun oleh Mercy Malaysia. Dan belakangan pembangunan rumah dilakukan oleh kontraktor lokal. Perubahan kualitas rumah terasa lebih baik walaupun
D
kan di bangun beberapa NGO di Desa Lambaro Skep. Kendati sudah sepuluh bulan tsunami, masih banyak masyarakat korban
BANGUN RUMAH: Seorang pekerja bangunan sedang membor sebuah balok yang akan digunakan dalam pembangunan rumah di wilayah Lhok Seudu, Aceh Besar.
Indra A. Liamsy Banda Aceh
[email protected]
“P
EUE yang dibie nyan ta teurimong, nan mantong bantuan,” kata Nurbaiti (35) dengan nada ikhlas mengutarakan itu. Keikhlasan wanita asal Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh ini, bukan berarti pasrah karena musibah. Ucapan itu tidak kita pahami sebagai bentuk ketidakberdayaan para korban tsunami. Tapi ada aura lain yang mencerminkan bahwa musibah itu cobaan Allah Swt. Sebagai komunitas yang hidup dalam suasa-
na keagamaan, praktis wajib tabah menerima musibah. Bantuan titipan Para NGO atau LSM kini memang menggalang bantuan untuk para korban di negerinya masing-masing. Tentu saja “titipan” para donatur di belahan benua manapun menginginkan “amanah” itu bisa dinikmati warga yang sedang menderita. Mengingat faktor itulah, transparansi diperlukan dalam penyaluran bantuan.Karena sukses tidaknya bisa berakibat pada pencairan dana selanjutnya. Jika dikelola dengan baik, tentu perputaran bantuan akan mengalir terus, sehingga para
korban pun bisa menikmatinya. Pada intinya, mereka –NGO/ LSM— cuma bertindak sebagai pengelola bantuan untuk kerja sosial ini. Mereka bukan “dewa” penolong, dan harus tetap diawasi. Kurang pemahaman Lantas, sejauhmana para korban memahami pentingnya keterbukaan (transparansi) dalam penyaluran bantuan? Kelihatannya pemahaman ini yang masih kurang. Rata-rata korban mengaku ikhlas menerima bantuan yang diberikan, terutama rumah. Tentu saja ini tak terlepas dari anutan yang sudah mendarah daging serta menjadi filosofi hidup orang Aceh. “Namanya juga bantuan, kita harus terima dengan ikhlas. Kita tidak bisa menuntut lebih banyak,” papar Basyariah, warga Lampaseh Aceh. Makanya tak heran jika terkadang, warga “bernyanyi” dengan nada-nada ikhlas. “Peue yang na nyan ta teurimong, nan mantong bantuan ata gob bie.” Pun demikian, patut juga dicatat, keterbukaan alias transparansi tak boleh dianggap kata mati.
■ HOTLI SIMANJUNTAK
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Bantuan dan Transparansi
tetap tidak bersumur dan berWC. Menurut warga, seandainya lebih transparan dari awal, rumah buatan Mercy Malaysia itu akan Lebih baik. “Kalau donaturnya kurang dana, kan bisa mengurangi yang lain sehingga kami tetap punya sumur dan WC, juga memilih papan dari kayu yang lebih baik, sehingga tidak masuk air,” kata seorang perempuan. Sedangkan pihak Mercy Malaysia yang ditanyai Ceureumen mengatakan, direncanakan sumur dan WC dibangun oleh LSM lain. Tidak berani protes Nasib yang tak elok juga dialami sejumlah warga di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam. Rumah tipe 36 yang dibangun sebuah NGO asing berinisial HH ini dianggap sudah tidak sesuai dengan rumah contoh yang dibangun sebelumnya kendati para warga tahu biayanya. Warga juga mengaku tidak tahu banyak sistem kerja lembaga donor itu. Sampai-sampai warga tidak bisa protes dengan kualitas dan bangunan yang salah bestek. Nah lo
MASIH DI TENDA: Beberapa anak pengungsi korban tsunami sedang bermain-main di depan rumah tenda mereka, di desa Lambaro Skep. Masih banyak masyarakat yang tidak faham pentingnya transparansi dalam proses rekontruksi.
5
6
CEUREUMeN
CEK BANUN
I. Beberapa Hal Pengukuran Tanah ● ● ●
MAHDI ABDULLAH
●
■
●
BPN akan mendata semua areal tanah yang terkena tsunami secara gratis Anak kecil, bayi atau perempuan dapat terdata sebagai pemilik tanah Masyarakat dapat mengajukan protes soal pengukuran tanah pada : 1. Kantor BPN 2. Tim monitoring NGO 3. CSO Forum Pertanahan (Forum ini diben tuk oleh BPN dan NGO yang konsen pada urusan pertanahan) 4. Media (cetak maupun elektronik) Konsultan independen yang profesional akan mengumpulkan semua komplain/protes dari masyarakat melalui lembaga-lembaga di atas, dan menjamin penyelesaiannya tidak lebih dari 12 hari. Pengukuran tanah, tidak berarti harus menghentikan pembangunanrumah dan rekonstruksi infrastuktur.
II. Sertifikat Gratis ●
●
Cumi Balado Sunti
Cara membuat Rebus cumi-cumi yang sudah diberi garam dengan sedikit air hingga matang ✤ Haluskan semua bumbu ✤ Panaskan minyak goreng secukupnya ✤ Tumis satu siung bawang merah hingga kekuningan ✤ Masukkan semua bumbu dan beri sedikit garam. Aduk hingga masak ✤ Masukkan cumi-cumi dan sisa air rebusan ✤ Aduk dan tambahkan bumbu penyedap ✤ Siap dihidangkan ✤
Bahan: ✤ ½ kg cumi-cumi segar, dibersihkan dan dipotong sesuai selera ✤ Garam secukupnya ✤ Minyak goreng ✤ Penyedap rasa Bumbu yang dihaluskan 40 gr cabe merah ✤ 2 siung bawang putih ✤ 4 siung bawang merah ✤ 1 buah tomat ✤ 4 buah asam sunti ✤
TEKA TEKI SILANG CEUREUMeN NO 5 1
2
3
4
5 6 7 9
8 11
13
12
14
10
■ HOTLI SIMANJUNTAK
CUMI-cumi merupakan bahan makanan yang mudah ditemukan. Untuk memasaknya pun tidak sulit. Berikut resep memasak cumi-cumi yang sederhana namun istimewa. Cocok untuk teman nasi saat berbuka puasa.
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
●
●
Dalam program sertifikat gratis, sebelum tim BPN melakukan pengukuran dan menerbitkan sertifikat tanah, harus ada kesepakatan seluruh warga di lokasi yang terkena tsunami. Mereka harus sepakat beberapa hal yaitu: 1. Batas bidang tanah yang ada di kelurah an/gampong dengan memasang patok tanda batas untuk setiap bidang tanah. 2. Kepemilikan tanah harus disepakati oleh warga, termasuk perwalian jika perlu. 3. Penandaan seluruh bidang tanah dalam peta bidang tanah (sket) Jika kesepakatan telah tercapai, segera ajukan permohonan ke kantor pertanahan atau tim ajudikasi BPN untuk menyatakan kelurahan Anda siap dilakukan pendaftaran tanah. Pada setiap langkah: Kesepakatan bersama, penentuan batas, waris, wali dan kelompok sedesa harus dicatat. Formulir pencatatan di atas tersedia dan bisa diperoleh di BPN
MENDATAR 1. Rawan hati karena mendengar atau melihat sesuatu 3. Pegas 5. Suci, keramat 6. Gagasan 7. Pulau di wilayah Sumatera Utara yang diguncang gempa berat 9. Aceh Monitoring Mission 11. Pengangkatan anak orang lain menjadi anak sendiri secara sah 13. Belut bertelinga 14. Tidak untung
4. Ikhlas 5. Aman dan tenteram, sejahtera 8. Puasa (Arab) 10. Pengutusan yang dikirim oleh suatu negara untuk tugas khusus di bidang politik dan lain-lain 12. Search and rescue
MENURUN 1. Diulang; waspada 2. Kakak laki-laki, abang 3. Tameng
Menurun 1. Perempuan, 2. Nuh, 3. Lambung, 4. Pelacuran, 7. Amatir, 11. NAD
Jawaban TTS Ceureumen No.6 Mendatar 1. Puan, 3. Lap, 5. Hamil, 6. Era, 8. Menu, 9. Neu, 10. Untung, 12. Nur, 13. Dian.
Pemenang TTS Ceureume No.6, adalah: 1. Nanda Utari Lamno, Aceh Jaya 2. Agil Sukajaya-Laweung, Sigli 3. Masriah Jl KH Agussalim, Sabang 4. Muhammad SPd Kel Keuramat Banda Aceh 5. Ratna Sari Tualang Teungoh Kota Langsa
Anda bisa mengirimkan jawaban Anda ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Bagi lima pemenang akan diberikan bingkisan yang menarik berupa Kamus Bahasa Inggris dari Ceureumen.
KAMPUNGKU BLANG PIDIE
CEUREUMeN
Desa Lama Tuha Ditinggalkan “Penghuninya” ASYARAKAT Desa Lama Tuha Blang Pidie masih ingat betul saat tsunami belum memporak porandakan desa mereka. “Kondisi alam wilayah Lama Tuha bak surga bagi aneka mahluk seperti burung, ikan, rusa, kera dan lainnya,” kata Husain, seorang masyarakat Lama Tuha. Desa ini memang bukan hanya dihuni oleh manusia, tetapi juga oleh satwa yang menjadi andalan kehidupan masyarakat. Hutan bakau Masyarakat Desa Lama Tuha banyak bergantung dari udang, ikan dan kepiting untuk dimakan dan dijual. Dan itu mudah didapat karena ada 130 hektar hutan bakau (mangrove) yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat. Namun kendati keindahan alamnya yang luar biasa, desa ini sangat miskin. Bahkan termiskin di Kabupaten Aceh Barat daya (Abdya). Masyarakat desa ini kebanyakan berpendidikan rendah dan sangat terisolir. Untuk menjangkau wilayah ini, harus meng-
M
gunakan rakit. Anak-anak usia sekolah terpaksa berhenti sekolah dan harus bekerja membantu orang tua mereka untuk mencari kayu bakar, menangkap ikan, udang atau kepiting. “Bila mereka mendapat hasil banyak maka sebahagian digunakan untuk dimakan dan sebagian lagi dijual untuk membeli kebutuhan rumah tangga,” kata Husain. Rumah semua Ketika tsunami datang semua berubah. Dan kendati sepuluh bulan sudah berlalu namun ekosistem mangrove yang rusak belum juga diperbaharui. Masyarakat desa juga masih di lokasi pengungsian di Kecamatan Susoh, 3,5 km dari Desa Lama Tuha. Beberapa warga mengakui, kawasan itu sekarang tidak lagi bisa diandalkan. “Kepiting, udang, serta ikan amat jarang ditemui, kami kesulitan sekali, jangankan untuk dijual, dimakan sehari-hari saja sulit mendapatkannya,” kata Husain. Selain berharap rumah, dia bersama ratusan warga di sana berharap agar kawasan itu bisa ditanami mangrove lagi. Sehingga sat-
■ INDRA PATRA
Indra Patra Blang Pidie – Abdya
[email protected]
Naik rakit menuju Desa Lama Tuha.
wa, udang dan kepiting bisa kembali tinggal disana. “kami ingin menjadikan desa ini “rumah” bagi semua. Baik kami semua juga para satwa seperti dulu,” sebutnya.
Nama Desa : Luas Desa : Luas Hutan Mangrove : Jumlah penduduk :
Lama Tuha kecamatan Kuala Batee Blang Pidie 9100 hektar 130 hektar 300 jiwa 74 Kepala Keluarga
SOSOK
Abdul Majid Penjaga Setia Kuburan Masal Maimun Saleh Aceh Besar
[email protected]
■ ASRI
S
EJAK hari pertama tsunami terjadi, Abdul Majid, 48 tahun, saban malam mengelilingi kuburan masal di Siroen, Lambaro, Aceh Besar. Ia menjaga tulang para korban tsunami tidak dibawa anjing. “Sering anjing bawa tulang manusia,” kata Abdul Majid yang biasa dipanggil Abdul. Lain dari itu, patroli malam di kuburan masal yang dilakukan Abdul juga untuk mengesankan kuburan masal tidak angker. “Jenazah di sinikan tidak normal, warga sekitar ada yang takut, padahal tidak apa-apa,” jelas pria berkulit legam ini. Tak hanya itu yang dilakukan Abdul, setiap hari ia membersihkan kuburan masal agar para keluarga yang ditingalkan tidak sedih melihat kuburan masal itu. Agar kuburan masal tak gersang, Ia menanam batang pepaya dan berbagai jenis bungga di di atas kuburan. “Semuanya saya ambil dari rumah,” kata pengembala yang hanya memiliki satu kambing ini. Tanpa pamrih Abdul merawat kuburan masal tanpa pamrih. Walau hingga kini tidak satupun
pihak yang membayar upah padanya. “Saya ingin mencari pintu taubat di sini. Kalau adik kasih, berarti orang pertama.”katanya pada Ceureumén Merawat kuburan masal tentu membutuhkan biaya besar. Sementara Abdul sama sekali tidak memiliki uang. Ia sempat membuat dua celeng yang kemudian ditaruh di pintu masuk kuburan masal. Dituduh Sedekah para pelayat selanjutnya disumbangkan ke masjid di seberang jalan kuburan masal. Selebihnya disedekahkan ke kelompok dalae kampung setempat. Dan bagian lainnya diperuntukkan untuk membeli karpet, seng dan berbagai kebutuhan perawatan lainnya. “Saya pernah dituduh makan uang kuburan, makanya tubuh saya hitam,” kata Abdul dengan nada yang parau. Namun Abdul menolak menyebut nama orang yang menuduh dan memintanya mencopot celengan. Menjelang lebaran Idul Fitri, Abdul resah tak kepalang. Pasalnya, sedikitnya 1.000 orang diperkirakan akan melayat ke kuburan masal yang dija-ganya. Sementara tempat berteduh masih kurang. “Meunasah saja kemungkinan siap habis lebaran,” kata Abdul.
7
DAMAI
CEUREUMeN
8
Apa Kabar Mantan Kombatan? Ayi Jufridar Lhokseumawe
[email protected]
ARI-HARI belakangan ini barangkali menjadi hari yang sangat panjang bagi Fauzi (26). Tidak ada kegiatan berarti selain berkumpul dengan rekan-rekan setelah lama tidak saling bersua. Setelah ditandatangani nota kesepahaman perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), 15 Agustus silam, praktis Fauzi berhenti menjadi kombatan. Setelah turun gunung dan berkumpul lagi dengan keluarga, Fauzi mulai menjalani hari-hari yang panjang. “Setelah damai, senjata kami serahkan kepada pimpinan. Kami pun pulang ke kampung masingmasing, berbaur kembali dengan keluarga dan masyarakat. Tidak ada kegiatan apa pun yang kami lakukan,” papar Fauzi yang bergabung dengan GAM sejak 1998 silam. Butuh kerja Di tengah suasana seperti sekarang, apa sebenarnya yang paling dibutuhkan Fauzi? Pemuda asal Lhokseumawe itu mengatakan butuh pekerjaan. Jawaban itu serupa dengan yang pernah disampaikan sejumlah anggota GAM Wilayah Batee Iliek (Bireuen). “Namun seperti apa pekerjaannya, saya tidak tahu. Yang jelas tidak mungkin saya menjadi pegawai negeri, apalagi kalau sam-
■ HOTLI SIMANJUNTAK
H
Para mantan anggota GAM berdiri di dekat senjata yang di serahkan ke pihak AMM, di Sabang baru-baru ini. Saat ini terdata sekitar 3000 mantan anggota GAM yang harus ditangani setelah mereka tidak lagi memiliki pekerjaan sebagai tentara GAM.
HAK mantan GAM Setelah Menyerah (Menurut Kesepahaman Helsinki) ●
●
Diberikannya dana re-integrasi bagi mantan GAM (jumlah yang telah disetujui kemudian adalah Rp 1.000.000 setiap bulan selama 6 bulan). Menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan atau jaminan sosial
●
yang layak dari pemerintah apabila mereka tidak mampu bekerja. Pasukan GAM memiliki hak untuk memperoleh pekerjaan sebagai polisi dan tentara organik di Aceh tanpa diskriminasi sesuai dengan standar nasional.
Empat Hal Penting Soal Reintegrasi Mantan GAM ◆ ◆ ◆ ◆
Tersedianya lapangan kerja Tersedianya modal usaha bagi yang ingin berwiraswasta Adanya pelatihan ketrampilan sebagai bekal Perlakuan tidak diskriminatif
Hari-hari belakangan ini, anak muda gondrong itu lebih sering berada di Lhokseumawe karena tidak ada kegiatan apa pun yang bisa ia lakukan. “Di Lhokseumawe saya punya saudara. Daripada suntuk di kampung, saya mainmain ke Lhokseumawe. Lagipula, saya punya banyak kawan di sana,” katanya. Menurut pemuda itu, rekan-rekannya sesama anggota GAM di Bireuen juga banyak yang membutuhkan pekerjaan. Sejauh ini mereka pun tidak mempunyai kegiatan berarti selain berkumpul dengan keluarga dan rekan-rekan yang sudah lama tidak berjumpa. Belum dapat dana integrasi Kendati dana integrasi sudah dibagikan sebelum lebaran, Fauzi mengaku belum menerimanya. Ia menyerahkan sepenuhnya dana tersebut kepada pimpinan untuk memutuskan, sebab melalui
Ingin Jadi PNS
Sulitkan Mendapat SKCK? URAT Keterangan Catatan Kriminal atau yang kerap dikenal dengan nama SKCK merupakan hal yang mutlak perlu bagi para pencari kerja. Bagaimana bila yang ingin mendapatkan SKCK adalah GAM? Menurut Humas Polda NAD Kombes Pol Joko Turohman, tidak ada prosedur yang memberatkan para anggota GAM ini mendapatkan SKCK.
S
Caranya: Jika tidak memiliki KTP, buatlah surat keterangan dari Keusyik ◆ Surat keterangan itu dibawa ke Polsek seperti biasa. ◆ Pembuatan SKCK tidak dipungut biaya “Kalau mantan GAM itu tidak melakukan pelanggaran setelah amnesti, dia pasti dapat SKCK,” kata Joko Turohman ◆
pimpinan GAM-lah dana itu mengalir. “Sebab tidak mungkin kami sendiri yang mengambil,” ujar Fauzi. Sedangkan Maulana mengaku hanya menerima Rp 160.000 menjelang meugang puasa kemarin. Masalah perut Kendati
■ NANI AFRIDA
pai diminta KTP Merah Putih, saya tidak punya,” sahut Fauzi. Saat disinggung pekerjaan yang sesuai keterampilan, sambil tertawa ia menyahut keterampilan yang dimilikinya hanya mengangkat senjata. Hal itu senada dengan pengakuan Maulana Nurdin (18), warga Desa Sama Gadeng Kecamatan Jeunieb. Maulana yang terakhir menjadi ajudan Tgk Darwis Djeunieb itu mengaku sangat membutuhkan pekerjaan.
sudah menjadi wacana, namun banyak masyarakat meminta agar pemerintah cepat merespon kebutuhan para mantan kombatan itu. “Pemerintah daerah jangan menganggap sepele persoalan ini. Kalau pemerintah terlambat merespon, kita khawatirkan anggota GAM akan mencari cara lain untuk mendapatkan uang,” ungkap seorang warga Lhokseumawe, Zulfikri Yacob (50) ketika ditanya tanggapannya soal masalah re-integrasi itu. Menurut putra mantan tokoh DI/TII Aceh, Yacob Ali itu, masalah pemerasan yang kembali marak belakangan ini harus segera diambil solusinya. Salah satunya adalah dengan menyiapkan lapangan pekerjaan bagi anggota GAM dan segera merealisasikan janji-janji yang pernah diucapakan agar kepercayaan terhadap pemerintah bisa tumbuh. Zulfikri mengaku pernah ditanyai Pieter Feith dalam sebuah kesempatan saat penyerahan senjata. Ketua AMM itu bertanya kepadanya apa potensi terbesar yang bisa menggagalkan perdamaian. “Saya katakan, masalah perut paling berpotensi membuat perjanjian damai ini menjadi gagal. Makanya, pimpinan daerah seperti bupati jangan menganggap kecil masalah ini,” ucap Zulfikri.
Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
DLI—begitu nama pemuda mantan GAM yang tak ingin disebut jati dirinya ini— sangat berkeinginan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebelum masuk menjadi anggota GAM, 5 tahun lalu, dia cuma bertani. Itulah yang dapat dilakukan pemuda yatim-piatu ini selulus SMA. “Paling-paling cuma menanam cabai, boh timen taiwan (semangka), atau jagung,” katanya, pekan lalu. Selebihnya, ia tak punya pengalaman. Bukan apa-apa. Pria berbadan kurus ini tak punya ke-
A
Perwakilan GAM di AMM, Irwandi Yusuf sedang memperlihatkan senjata milik GAM yang di serahkan ke pihak AMM, di Sabang baru-baru ini.
terampilan lain, seperti halnya puluhan teman sebaya di kampungnya. “Makanya saya ingin menjadi pegawai negeri, Bang,” katanya lagi. Dia juga mengaku sudah mendengar desas-desus akan dibuka lowongan menjadi PNS sehabis lebaran. “Kalau bisa, kami-kami ini diprioritaskanlah. Bukan cuma diprioritas lulusnya, paling tidak dipermudah syaratnya,” harapnya. Ia bahkan mengaku dari awal sudah agak sulit mengurus berbagai surat-surat administrasi menjadi PNS. “Mengurus surat-surat itu kan pakai uang semua. Semua pihak minta uang, mulai dari desa sampai kabupaten,” katanya.