GR
AT IS
REKONSTRUKSI ACEH N0. 8 ■ 12 NOVEMBER 2005 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Ulon peu ingat NGO sekalian Bek meusom uram Õh neukeurija Seucara teubuka bandum atra nyan Supaya rakan jithéé u luwa Nyang bahsa jinoe geukheun transparan Teurang-teurangan mangat deuh nyata Menyoe buet meusom megidong rakan Adak bak tuhan geutanyoe desya Tiep-tiep neupimpin saboh persoalan Peudeuh bak rakan peutrang bak donya Menyoe teututÕp pane na timang Buet NGO nyan hana seumpurna HASBI BURMAN
2 Jadup Dibagikan, Warga Dirugikan
Saat Euforia Mangrove Mereda
■ HOTLI SIMANJUNTAK
3 Balita Hydrocephalus Pascaoperasi
4
Maimun Saleh Aceh Besar
[email protected]
Hasil Rekonstruksi 10 Bulan Tsunami
7 Jangan Lupakan Laweung!
H
ANYA campur tangan Tuhan yang bisa menyembuhkan Dwi Erlina (2,5). Menurut dokter rumah sakit Siloam Gleneagles Hospital yang menangani operasi Dwi Erlina, kepala balita ini tidak bisa mengecil lagi. Dwi Erlina menderita Hydrocephalus (kelebihan cairan di kepala-red). Beberapa waktu lalu, kepalanya sempat seberat 11 kilogram. Terang anak pengungsi asal Perumnas Labuy, Masjid Raya, Aceh Besar ini hanya kuasa berbaring saja. “Karena otot-ototnya sudah didesak cairan,” kata Mairah mengulang keterangan dokter. Upaya yang dilakukan hanya mencegah semakin membesarnya kepala Dwi Erlina. Kepalanya akan terus membesar jika cairan tersumbat. “Apalagi kata dokter otaknya sudah setipis kertas.”
Sudah dioperasi Agustus silam, upaya penyembuhan berlanjut. Kali ini relawan kemanusian dari Muhamadiyah turut membantu. Dwi Erlina diterbangkan ke rumah sakit Siloam Gleneagles Hospital, Karawaci, Tangerang. Biaya pengobatan gratis. “Naik pesawat bersama bapak rombongan Surya Paloh (pemilik Media Group-red),” jelas Maira sambil memencet-mencet kepala anaknya. Seminggu setelah operasi, si bungsu kejang-kejang sekitar 36 jam, “badannya tersentak-sentak,” lantas Maira kembali membawa anaknya ke rumah sakit Zainoel Abidin. Menurut dokter, itu hanya dampak baru operasi. Walau demikian, Dwi Erlina diinapkan dua minggu. Biaya rumah sakit tidak bayar. “Tapi obat-obatan beli sendiri dan ada juga yang dibantu Muhamadiyah. Bantuan wartawan saya pakai untuk beli obat.”
Naikkan berat badan Lain dari itu, Maira terus berupaya membesarkan badan anaknya. Untuk itu Ia rutin memberikan susu yang baik untuk pertumbuhan fisik dan otak anaknya. Maira setiap bulannya membutuhkan sedikitnya Rp 678.000 untuk membeli susu untuk si bungsunya. Dwi Erlina hanya mau minum susu Enfagrow, walau beberapa merek susu sudah coba diberikan ibunya. Menurut Maira, satu kilogram Enfagrow bisa habis dalam lima hari saja. Sementara harga susu mencapai 113.000 perkalengnya. “Lebih banyak beli sendiri dari pada bantuan,” kata Mairah. Sejak menjelang Idul Fitri tahun ini, Maira sedikit kelabakan membeli susu untuk anaknya. Pasalnya, pabrik batu bata milik abangnya tempat ia bekerja berhenti beroperasi. “Saya belum bekerja sekarang,” tegas janda dua anak ini. Andakah yang akan membantu Maira selanjutnya?
ANTIKORUPSI
CEUREUMeN
Jadup Dibagikan, Warga Merasa Dirugikan
■ ■ ■ TANYA JAWAB Bagaimana Status Tanah yang Tak Ada pewarisnya? T: Saya ingin tahu bagaimana status kepemilikan tanah atau harta yang tidak ada pewarisnya sama sekali? Muhammad Lhokseumawe J: Tanah yang tidak memiliki pewaris tidak bisa dibuat sertifikat, melainkan hanya buku tanah saja, hingga ada kejelasan. Kalau tidak ada ahli waris, harta atau tanah itu akan dikelola oleh Baitul Maal setelah ditetapkan oleh Mahkamah Syariah.
Dari Mana Dana AMM T: Saya melihat biaya yang dibutuhkan oleh AMM (Aceh Monitoring Mission) besar sekali. Apalagi mereka pergi ke seluruh Aceh untuk memantau proses perdamaian. Katanya mereka juga masih lama di sini. Itu berarti membutuhkan uang ratusan miliar rupiah, baik untuk gaji, tempat tinggal, maupun biaya-biaya lain. Saya ingin tahu, dari mana mereka memperoleh uang untuk kebutuhan itu? Muhammad Ridha Nagan Raya J: Menurut sumber Ceureumén di AMM, misi AMM dibiayai dengan dana dari Uni Eropa sebesar 9 juta euro. Dan juga kontribusi dari negara-negara anggota Uni Eropa serta negara-negara yang berpartisipasi mengirimkan para pemantaunya (6 juta Euro).
Damai, Kok BBM Naik T: Setelah RI dan GAM
menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Helsinki, harga BBM malah naik hingga dua kali lipat. Begitu juga dengan barang-barang yang lain. Saya heran, mengapa begitu. Soalnya, dulu saat masih sering kontak senjata antara GAM dengan RI, harga BBM tidak naik. Kok, setelah diteken MoU jadi lebih mahal harganya? Rabiah Geumpang, Pidie. J: MoU atau Nota Kesepahaman yang diteken oleh RI dengan GAM di Helsinki, 15 Agustus lalu, tidak mengatur soal harga BBM di Indonesia. Yang diatur adalah persoalan yang berhubungan dengan upaya mencapai perdamaian, antara lain menyangkut penarikan pasukan TNI/Polri maupun penyerahan senjata milik GAM. Juga soal-soal lain seperti pemberian amnesti dan rencana pembentukan partai politik lokal. Keputusan menaikkan harga BBM adalah keputusan yang diambil oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan keputusan ini tidak ada hubungannya dengan MoU.
Anggota AMM Bisa diganti? T: Bisakah para pemantau di AMM diganti-ganti atau memang sudah dikontrakkan secara permanen mereka itu? Atau mereka punya kontrak yang berbeda-beda? Aminah Beureunuen, Pidie J: Para pemantau AMM memiliki kontrak yang berbeda-beda, tergantung pada fungsi dan tugasnya masing-masing.
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
■ HOTLI SIMANJUNTAK
2
Penduduk sedang duduk di bawah tenda, hingga saat ini penyaluran jadup masih bermasalah.
Daspriani Y Zamzami Banda Aceh
[email protected]
B
AGI warga korban gempa dan tsunami di Aceh, mungkin uang lauk pauk yang dibagikan pada akhir Oktober lalu sangat diharapkan. Selain untuk memenuhi kebutuhansehari-hari, mungkin berharap dapat sedikit disisihkan untuk memenuhi kebutuhan berhari raya, yang di depan mata. Akan tetapi, tidak demikian yang dirasakan oleh sebagian warga Desa Ajun, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Sebagian warga yang saat musibah tsunami mengungsi ke Desa Lampeuneurut ini mengatakan, telah terjadi penyelewengan pembagian jatah dana lauk pauk (dana Jadup) yang memang menjadi hak bagi warga korban bencana. “Kami waktu itu diinstruksikan mengambil Jadup, pada jumat pekan lalu, tapi ketika saya datang proses pembagian sudah selesai, hanya dalam waktu 30 menit. Masa demikian cepat proses pembagiannya padahal warga yang seharusnya mendapat jatah pembagian itu banyak,” jelas Mutia, salah seorang pengungsi. Dilarang datang Selain itu, menurut Tia, proses pembagian dilakukan oleh empat orang laki-laki, dan kemudian menyerahkan uang kepada warga yang ada saat itu juga. “Ketika ada seorang ibu yang hendak me-
manggil warga lain, ibu itu malah dibentak dan dilarang memanggil warga lain, padahal itu kan memang sudah menjadi hak mereka, kenapa dilarang datang?” ujarnya. Pada saat pembagian, menurut beberapa warga, jatah uang Jadup dikurangi dari jumlah anggota keluarga. “Masa ada ibu dengan 7 anggota keluarga hanya mendapat jatah untuk 4 orang. Namun, ada yang cuma beranggotakan 2 orang, tapi menerima uang untuk 3 orang,” sebutnya lagi. Nama dicoret Warga pengungsian di Desa Lampeuneurut juga menyesalkan tindakan sang camat, yang menurut mereka, tidak mengakomodasi keperluan warga untuk mendapatkan Jadup. “Kata camat, kami tidak dapat Jadup lagi di Lampeunerut, tapi ke kecamatan asal yakni Peukan Bada, tapi sampai di Pekan Bada juga tidak dapat. Ketika kami tanya bagaimana caranya, pak camat hanya menyuruh kami membuat surat tanpa menyebutkan surat apa, dan karena kami datang terlambat sedikit, kami tidak dapat Jadup dan nama kami dicoret, kenapa ya?” ujar Tia, seorang pengungsi, diiyakan oleh beberapa temannya. Hingga saat ini para pengungsi dijatahkan akan mendapat Jadup untuk bulan September, namun pembagian Jadup tidak di
terima oleh sebagian warga. Warga bahkan menilai pembagian dana Jadup masih ada nuansa korupsi dan kolusi oleh pihak pemerintahan desa dan kecamatan. Boleh lapor Secara terpisah, Camat Darul Imarah Baharuddin S.Sos mengatakan, selama ini pihaknya telah mencoba membagi dana Jadup sesuai dengan aturan yang ada. Jadup selama ini dibagikan di barak-barak atau di tenda pengungsian. Pembagiannya dilakukan oleh keuchik atau kepala barak. Dikatakannya, selama ini belum pernah ada pembagian dana Jadup yang dilakukan di kantor camat. Kalaupun pernah ada, katanya, hanya untuk beberapa orang yang tak sempat mengambil di barak, tenda, atau tempat pengungsian lainnya. “Misalnya ada 5-10 orang yang tidak sempat mengambil di tenda atau barak, itu diambil di kantor camat. Akan tetapi, mereka juga harus membawa surat keuchik,” katanya. Selain itu, katanya, kalau pun Jadup dibagi, ada data yang sangat akurat siapa penerimanya. Data itu pun diperolehnya dari aparat di desa. “Jadi, ada data akurat, tidak bisa pembagian sembarangan seperti itu,” katanya lagi. Baharuddin menambahkan, jika ada penyelewengan, dirinya meminta dilaporkan saja kepada pihak yang berwajib.
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Saat Euforia Mangrove Mereda Mounaward Ismail Aceh Besar
[email protected]
Kondisi Baik 30.000 hektar Kondisi Sedang 286.000 hektar Kondisi Rusak 25.000 hektar ■ Sumber: Dinas Kehutanan NAD
Beberapa warga sedang menanam bibit bakau di kawasan Mesjid Ulee Lheue Banda Aceh. Bibit bakau yang ditanah untuk menghijaukan pesisir biasanya berasal dari luar Aceh, sehingga menjadi alasan banyaknya bakau yang mati.
kondisi baik tanah maupun kadar garam air. Sebab bibitnya didatangkan dari luar Banda Aceh. Ia mengatakan warga yang terlibat menaman bibit bakau tersebut mendapat bayaran dari salah satu lembaga donor Rp200-Rp300 Per batangnya. Setelah menaman, tanaman itu dibiarkan hidup sendiri tidak ada penanganan lebih lanjut. Warga sendiri, kata Sulaiman, tidak pernah berpikir bagaimana rawatan selanjutnya tanaman itu. “Itu kita maklumi, biasanya sekali tanam bibit langsung tumbuh tanpa perawatan lebih lanjut. Seperti hutan-hutan bakau sebelum tsunami, tidak ada rawatan khusus.” Tidak ada yang peduli Kini mangrove menjadi kisah terlupakan. Tidak lagi terdengar ada program penghutanan pesisir pantai berair payau dengan mangrove, baik dari lembaga donor A sampai Z yang beroperasi di Aceh pascatsunami. Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) pun masih terkesan diam. Padahal siapa pun tahu pentingnya mangrove untuk lingkungan Aceh, termasuk untuk mengurangi dampak tsunami.
Fungsi Mangrove (Bakau) BANYAK yang hingga saat ini belum menyadari pentingnya tanaman mangrove atau bakau.Padahal tanaman ini menjadi metropolitannya rantai makanan untuk lingkungan dan juga memberi banyak keuntungan ekonomi untuk manusia. Berikut diantaranya? · Penghasil Kayu Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon dapat menghasilkan kayu untuk pertukangan dan industri lainnya. · Tempat pemijahan berbagai jenis ikan Dengan adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relatif tenang. Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya
plankton (hewan yang menjadi makanan). · Menjaga kelestarian terumbu karang Yang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam. · Mencegah abrasi dan erosi di pantai Sehingga keutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. · Sebagai perisai hidup Apabila terjadi bencana tsunami, namun dampak yang ditimbulkannya tidak akan separah seperti yang terjadi di Aceh. Menurut informasi, 50 persen kekuatan hempasan gelombang dapat diredam oleh hutan mangrove.
Syarat Tumbuhnya Mangrove ■ HOTLI SIMANJUNTAK
Data Mangrove di Aceh Sebelum tsunami
■ HOTLI SIMANJUNTAK
D
UA TIGA bulan pascatsunami kata bakau atau mangrove begitu kental terucap hampir semua lapisan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Tak terkecuali warga korban tsunami yang kembali lagi ke kampung asal di kawasan bibir pantai. Seiiring perjalanan waktu, serta dicetuskannya cetak biru pembangunan ulang Aceh pascabencana, pemerintah merancang khusus peruntukan bagi mangrove. Saat itupula, pemerintah serta lembaga donor berlombalomba memprogramkan penanaman mangrove di sepanjang pantai yang tergerus tsunami. Kawasan yang pernah ditanami mangrove sepanjang kawasan pesisir dari Leupung, Lhok Nga, Krueng Cut, dan Kahju, Kabupaten Aceh Besar. Kemudian pesisir pantai Kota Banda Aceh seperti di Ulee Lheue, Asoe Nanggroe, Deah Baro, serta Tibang. Banyak yang mati Namun lebih dari enam bulan pasca penanaman tidak lagi terdengar sejauh mana perkembangan tanaman tersebut. Malah ada kabar menyedihkan, ribuan batang bibit mangrove mati. Di kawasan Lhok Nga, misalnya, mangrove yang mati itu tampak seperti ranting kering tidak berdaun, terpancang di tanah terendam air payau. Dari sekian banyak bibit yang telah ditanam hanya tampak berdaun segar beberapa helai, tidak lebih dari lima. Di lokasi lainnya, seperti Ulee Lheue juga mengalami hal yang sama, kering bagai ranting tertancap di air laut. Beberapa warga mengatakan tidak mengetahui penyebab matinya bibit mangrove itu. “Biasanya di tempat ini bakau selalu hidup,” kata Sulaiman, salah seorang warga Meuraxa. Dibawa dari luar Menurut dia, sebelum tsunami lokasi penanaman merupakan kawasan hutan bakau. Oleh karena itu ia merasa bibit mangrove yang ditanaman itu tidak cocok dengan
HUTAN mangrove tumbuh di daerah pesisir yang memiliki ciri khusus antara lain : 1. Topografi pantai yang relatif landai dengan kemiringan 0-5 derajat celsius, sehingga pantai relatif terlindung dari ombak yang besar dan angina
2. Terdapat suplai air tawar dan air laut 3. Terpengaruh arus pasang surut 4. Suhu terendah 25 derajat Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius (kisaran fluktuasi tidak lebih dari 50 C) 5. Daerah tropik atau subtropik ■ Dari berbagai sumber
CERITA
CEUREUMeN
Inilah Hasil Rekonstru Kampung Jawa Juga Butuh Tanggul Pasca tsunami, hampir semua kampung yang berada dekat bibir pantai tak luput dari rembesan air asin, tepatnya air laut pasang purnama. Kampung-kampung seperti Deah Teungoh, Deah Baro, Lampaseh Aceh atau bahkan Lampaseh Kota, Tibang serta Gampong Jawa dan lain-lain tentu saja tak terlepas dari dampaknya. Nah, persoalan di Gampong Jawa yang letaknya persis disisi Krueng Aceh juga tak luput dari ancaman pasang ini. Warga sudah lama mengharap supaya Pemerintah Kota Banda Aceh, Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) atau donatur lainya untuk membangun segera tanggul. Tanggul ini amat diharapkan mengingat warga sudah mulai menempati perkampungannya. Jika ini tidak digubris maka kondisi warga juga tetap sama. Meski sudah ada yang punya rumah, namun hidupnya tidak aman. Ya itu tadi akibat air laut yang masuk menggenangi rumah-rumah kami. Mohon perhatian instansi terkait. Terima kasih. Nurbaiti Warga Gampung Jawa Kecamatan Kutaraja Banda Aceh
Pakai Tenaga Lokal Ada informasi menarik yang kami dapati dari berbagai media mengenai pembangunan rumah. Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) menargetkan membangun sekitar 80.000 lebih rumah. Ini sebuah angka yang amat luar biasa. Nah, menyangkut dengan tenaga kerja, kami sebagai “pengacara” alias pengangguran banyak acara, sangat mengharapkan kepada BRR, LSM lokal dan NGO luar untuk menggunakan tenaga lokal dalam proses rekotruksi ini. Pemakaian tenaga lokal bukan tanpa alasan. Selama ini sudah cukup banyak “pengacara” di Aceh yang kehilangan pekerjaaan selama konflik dan ditambah lagi musibah tsunami. Karena itu kami harapkan
potensi lokal ini dimanfaatkan dengan benar. Untuk mengakomodir ini, hendaknya Pemda NAD atau BRR membuat sebuah badan khusus guna menyaring dan kemudian menyalurkan tenaga-tenaga kerja lokal ini. Sekian dulu saran saya, semoga mendapat “lirikan” para petinggi yang menjadi penanggungjawab rekonstruksi di Nanggroe Aceh. Terima kasih Tabloid Ceureumén yang sudah memuat komentar ini. Samsul Lamnyong, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Jangan Cuma Kapling Kampung Pada satu sisi, kami dan warga korban tsunami di Aceh, khususnya Kota Banda Aceh amat bersyukur banyak lembaga yang membantu. Baik bantuan rumah, program padat karya dan sebagainya. Ini amat-amat membantu warga yang sudah tidak punya mata pencaharian apa-apa. Namun yang amat kami sayangkan, ada “oknumoknum” LSM yang bisa cuma mengkapling-kapling kampung. Fatal akibatnya. LSM lain tidak bisa masuk, sedangkan LSM yang sudah kadung mengklaim itu wilayah kerja mereka juga tidak berbuat apa-apa. Sementara yang rugi adalah warga. Setelah menjadi korban tsunami, ada pula lembaga yang mengkorbankan mereka. Akibatnya korban tidak mendapatkan bantuan rumah hingga kini. Untuk itu kami harapkan BRR untuk menertibkan LSM-LSM semacam ini. Terima kasih.
Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
A
RRA (Aceh Reconstruction and Rehabilitation Appraisal) mencoba memberi penilaian mengenai pelaksanaan proses rekonstruksi dan rehabilitasi di Nanggroe Aceh Darussalam. Ini adalah program pemantauan yang dilakukan mulai Juli – September 2005, dimana kecenderungan umum diidentifikasi. Program ARRA dilaksanakan di 5 kabupaten/kota di Aceh, di antaranya Banda Aceh, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Jumlah responden yang diwawancara mencapai 996 yang kebanyakan terdiri dari korban tsunami. Pelayanan yang sangat mendasar yang diangkat Ceureumén didasarkan pada laporan ARRA dan wawancara langsung Ceureumén dengan pengungsi, antara lain menyangkut perumahan dan air bersih, kesehatan, jatah hidup, pemulihan ekonomi, dan pendidikan.
■ HOTLI SIMANJUNTAK
4
Kesehatan
Peningkatan Standar Rumah Sakit Warga Podiamat Banda Aceh “Seharusnya rumah sakit gratis untuk mengobati korban tsunami dan orang miskin.” Warga Kecamatan Peukan Bada “ Dana untuk kesehatan kan besar, apa salahnya membuat rumah sakit yang bagus mutu dan pelayanannya. Dan yang penting gratis untuk orang kecil seperti kami.” MASALAH kesehatan menjadi masalah yang cukup serius setelah Aceh terkena tsunami. Kebanyakan masyarakat mengeluhkan kurangnya fasilitas dan pelayanan rumah sakit sehingga
harus dirujuk ke luar Aceh. Inilah rekomendasi dari ARRA: ● Pemda harus mengatasi minimnya sarana dan prasarana. ● Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh
●
●
perlu didorong menjadi rumah sakit bertaraf internasional, sehingga pengobatan penyakit serius tidak perlu dirujuk ke luar Aceh. Perlu dibuat mekanisme standar menyangkut upaya pelibatan penduduk dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan. BRR dan pemerintah harus memastikan bahwa keluhan masyarakat atas pelayanan kesehatan ditangani bersama dengan organisasi penyedia layanan kesehatan.
Mahyuddin Peukan Bada, Aceh Besar
Terima Kasih Turki Saya sangat senang melihat partisipasi LSM Turki membersihkan kota Banda Aceh. Dan menjelang setahun bencana tsunami mereka masih setia membersihkan kota. Terima kasih Turki. Muhammad Rizal Lamlagang Banda Aceh
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
Jatah Hidup (Jadup)
Seharusnya Disesuaikan dengan BBM Warga Dusun Sederhana Darussalam “Kami hanya mendapatkan jadup sekali, itu pun masih lebih beruntung karena ada warga lain yang belum dapat sama sekali.” Warga Desa Lambaro Skep “Sekarang BBM naik, uang jadup jelas tidak ada nilainya. Seharusnya ada penyesuaian.”
● ● ●
●
PEMERINTAH pusat berjanji akan memberikan dana jatah hidup (Jadup) atau uang lauk pauk sejakbulan Desember 2005. Kenyataannya, kebanyakan warga baru menerima sebanyak tiga bulan. Malah ada juga
yang tidak menerima sama sekali meskipun yang bersangkutan masih tinggal di tenda atau barak. Rekomendasi ARRA soal Penyaluran Jadup ● Pemerintah perlu mengkaji kembali besaran Jadup untuk korban tsunami sesuai dengan
●
kebutuhan hidup minimum. Perlu pendataan yang akurat penerima Jadup. Pendistribusiannya harus tepat waktu. Pemda harus melaporkan Pertanggungjawaban secara cepat ke pusat. Masyarakat harus dilibatkan dalam pelayanan Jadup. Harus ada penindakan sesuai dengan aturan terhadap siapa pun yang melakukan penyelewengan dalam penyaluran dana Jadup
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang anggota pengungsi asal Aceh Jaya, sedang mendirikan tenda sebagai tempat berteduh sementara.
Perumahan dan Air Bersih
Dicari: Rumah dengan Standar Minimum Khaidil Anwar (Kepala Desa Lamdingin) “Kami maunya bukan hanya dibangun rumah tetapi juga infrastuktur lain seperti WC , sekolah dan penunjang ekonomi lain.”
T
IPE dan kualitas rumah yang dibuat untuk korban gempa dan tsunami ternyata berbeda-beda. Ada tipe 27, 36, 42, 45, sampai 70. Sedangkan kualitasnya juga beragam. Ada yang tidak punya sumur, WC, dan saluran sanitasi seperti got. Ada pula yang dinilai lebih baik dan lebih lengkap dari kebutuhan minimal. Menurut laporan ARRA, setelah melakukan pengama-
Banda Aceh
[email protected]
Iskandar - Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) “Akan didirikan ratusan unit Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Lembaga ini akan memberikan bantuan kredit tanpa agunan kepada masyarakat yang menjalankan usahanya dengan nilai 2-20 juta rupiah.” PROGRAM pemulihan ekonomi merupakan program yang paling sering dijanjikan pada masyarakat korban. Namun, di lapangan, ternyata tak semua program yang dijanjikan itu terealisasi. Akses masyarakat untuk mendapatkan bantuan dari pihak lain umumnya berkurang, setelah ada organisasi lain yang menjanjikan ikut membantu. Masalah muncul saat organisasi yang menjanjikan ternyata tidak menepati, atau sangat terlambat, memenuhi janjinya. Kondisi ini tidak kondusif bagi percepatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Ada rekomendasi dari ARRA soal ini: ● Dalam penerapan model
●
●
●
dana bergulir, hendaknya mekanisme diputuskan secara bersama-sama. Perlu dibentuknya forumforum usaha kecil di tingkat kabupaten/kota sebagai upaya komunikasi antara penyedia layanan dan masyarakat. Program pemulihan ekonomi hendaknya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk kelompok perempuan yang tidak terakomodasi di dalam program-program yang telah diberikan. Pelatihan keterampilan hendaknya juga diikuti dengan permodalan, pelatihan untuk pemasaran, serta fasilitasi untuk mendapatkan akses pasar dari produk.
●
●
Kita Tangani Bersama Muhammad Azami
Masih Kurangnya Akses (jalur)
●
Harus memperhatikan sanitasi lingkungan, seperti adanya saluran drainase dan septic tank yang memadai. BRR harus menekankan bahwa rumah yang dibangun harus di bawah standar minimum yang ditetapkan. Pembangun rumah harus terintegrasi, misalnya adanya drainase dan sistim sanitasi lingkungan. Penyedia layanan diharap lebih transparan, baik mengenai harga maupun kualitas rumah yang dibuat, sehingga memudahkan pengawasan oleh masyarakat.
Azwar Abubakar:
Beberapa anak desa Ajun sedang mengambil air dari kontainer yang di sediakan oleh beberapa NGO. Hingga menjelang bulan masa rekontruksi aceh, masih ba-nyak masyarakat yang tinggal di tenda.
Pemulihan Ekonomi
tan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan rumah, antara lain: ● Rumah tidak jauh dengan lokasi usaha pengungsi. ● Aspek kesetaraan. Untuk menjaga rasa keadilan dalam penyediaan rumah, maka harus melibatkan masyarakat. ● Hendaknya di lokasi yang berdekatan tidak dibangun rumah dengan tipe yang jauh berbeda, sehingga tidak timbul kecemburuan.
●
P
LT Gubernur NAD Azwar Abubakar mengatakan, pihaknya akan terus mengimbau berbagai pihak untuk membangun rumah yang kualitasnya sesuai dengan kebutuhan minimal. “Misalnya dalam setiap pembangunan rumah itu harus memperhatikan sanitasi dan lain-lain. Kalau ada yang kurang-kurang dalam pembangunannya kita te-
rus mengimbau agar dilengkapkan, misalnya per-soalan sanitasi,” katanya kepada Ceureumén. Azwar Abubakar Menurut Azwar pihak yang bangun rumah banyak dilakukan NGO-NGO. Mereka berkomitmen akan membangun 130.000 rumah.
Soal jadup Sedangkan menyangkut dana Jadup, katanya, banyak persoalan yang muncul dalam penyalurannya. Begitu pula dengan aspek pendidikan dan kesehatan pengungsi. “Tentu saja banyak masalah yang muncul di lapangan. Tetapi, yang penting, semua persoalan itu kita berusaha menangani secara bersama-sama,” katanya, saat ditanyai Ceureumén menyangkut laporan ARRA.
Pendidikan
Kebutuhan Beasiswa dan Bangunan Sekolah Marlina (siswa) “ Buat anak korban tsunami dan warga miskin seharusnya mendapatkan beasiswa dan fasilitas gratis.” Pada umumnya di seluruh kabupaten/kota telah dilakukan rehabilitasi, rekonstruksi dan relokasi fasilitas pendidikan yang mengalami kerusakan akibat bencana. Di beberapa tempat di Banda Aceh dan Aceh Besar, relokasi fasilitas pendidikan terkendala dalam pelaksanaannya akibat keterbatasan lahan. Sedangkan rekomendasi ARRA di antaranya adalah :
●
●
●
●
Pemerintah daerah, perlu segera melakukan penambahan guru. Ini penting untuk menjaga kualitas pendidikan pascabencana. Perencanaan pendidikan, pembangunan fasilitas, maupun pengembangannya, hendaknya dilakukan secara komprehensif dan transparan dengan mempertimbangkan kebutuhan kelompok rentan, seperti anak yatim dan cacat. Perlu disediakan alat transportasi untuk bersekolah jika berjauhan dengan tempat pengungsian. Harus ada mekanisme bersama dalam pemberian beasiswa yang disampaikan dengan tepat sasaran, adil, dan proporsional.
6
CEUREUMeN
CEK BANUN Soal Mendapatkan Bantuan Rumah ●
●
●
●
■
MAHDI ABDULLAH
●
Masyarakat korban gempa dan tsunami melapor ke desa dan menyatakan bahwa keluarganya adalah korban tsunami dan hingga sampai hari ini belum ada NGO/Donor yang memfasilitasi pembangunan rumahnya. Keuchik mengumpulkan informasi dan melaporkannya ke kecamatan. Camat berkewajiban mengundang NGO/ Donor untuk mendapat kepastian siapa yang bertanggung jawab menyelesaikan pembangunan kembali rumah yang terkena bencana di daerahnya Kepastian dari NGO/Donor untuk membangun kembali rumahnya dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama yang disampaikan ke seluruh warga di masing-masing desa. Masyarakat korban bencana harus secara rutin mengecek pengembangan informasi pembangunan kembali rumah ke keuchik dan bila perlu sampai ke kecamatan.
INFO Nomor Kontak Ketua/wakil Tim Ajudikasi Provinsi Aceh Kabupaten Aceh Besar (Bagian I)
Banyaknya bantuan mi instan terkadang menyebabkan kita bingung. Mau diapakan mi instan itu? Dimasak biasa sudah bosan. Kali ini Mala warga Banda Aceh memberikan resep alternatif untuk membuat mi instan lebih variatif. Bahannya sederhana dan mudah didapat.
MARTABAK MIE CERIA
Cara membuatnya : • Rendam mi instan dengan air panas selama lebih kurang 1 menit kemudian ditiriskan, sisihkan bumbunya • Iris bawang merah • Iris cabe rawit
■ YAYAN
Bahan : 1 bungkus mi instan 1 butir telur ayam 1 siung bawang merah 5 cabe rawit Minyak goreng secukupnya
• Campur bumbu mi instan, telur ayam, bawang dan
TEKA TEKI SILANG CEUREUMeN NO 8 1
2
12
15
9
4
7
6
5
8
3
10
13
11
14
cabe rawit lalu dikocok pelan. • Lalu campurkan semua bahan tadi dengan mi yangsudah ditiriskan aduk perlahan • Lalu gorng bahan tersebut seperti menggoreng telur dadar, hingga kecoklatan. • Dimakan dalam keadaan hangat lebih enak.
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
MENDATAR: 1. Pemindahan penduduk dari daerah yang berbahaya 5. Kebal terhadap kuman penyakit 7. Tulang rusuk 8. Alat, pegawai pemerintah 12. Uji 13. Sangkut 15. Jatuh cinta MENURUN: 1. Baik dan buruk tentang hak dan kewajiban moral 2. Sisa pembakaran 3. Sehat 4. Kasihan 6. Cahaya 9. Peradangan jaringan tubuh
AJUDIKASI adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya. 1. Kecamatan Baitussalam Aceh Besar (Desa Baet, Blang Krueng, Cadek, Cot Paya, Kahju, Klieng Meuria, Labuy, Lam Asan, Lam Ujung, Lambada Lhok, Lambateung, Lampineung, Mireuk Lam Reudep) Kontak person Nur Hidayat Agam (Ketua) 0813-602-60645 Wilson Tambunan (Wakil) 0813-315-75227 F Syamsuddin (Wakil) 0812- 780-0458 2. Kecamatan Lhoknga Aceh Besar ( Desa Lamkruet, Lempaya, Meunasah Meusjid, Mon Ikeun, Nusa, Seubun Keutapang, Tanjong/Lamcok, Keuh, Meunasah Balee, Meunasah Baro, Meunasah Lambaro, Meunasah Manyang, Mon Ikeun, Naga Umbang, Weu Raya) Kontak Person Supeno (Ketua) 0815- 558-58468 Suparyanto (Wakil) 0813-879-3695 Muslani (Wakil) 0813-258-83993
yang memungkinkan timbul rongga tempat mengumpulnya nanah, bisul 10. Anak buah kapal 11. Pekerjaan yang sama yang dilakukan berulang dalam waktu yang lama 12. Tidak 14. Buluh
10. Misi, 12. SAR.
Jawaban TTS Ceureumen No.7 Mendatar: 1. Haru, 3. Per, 5. Sakral, 6. Ide, 7. Nias, 9. AMM, 11. Adopsi, 13. Moa, 14. Rugi Menurun: 1. Hati, 2. Uda, 3. Perisai, 4. Rela, 5. Sentosa, 8. Saum,
3. Drs Muzammil Ali Juli Cot Mesjid, Bireuen
Pemenang TTS Ceureumen No. 7 adalah: 1. Amarullah Sungai Pauh, Langsa 2. Zira Ulfia Laweueng, Pidie
4. Eriawati Montasik, Aceh Besar 5. Garizsa Afianda Batuphat Barat, Lhokseumawe
KAMPUNGKU PIDIE
CEUREUMeN
7
Jangan Lupakan Laweueng! Pidie
[email protected]
N
URMALA (35) mengaku merinding mengingat peristiwa akhir Desember lalu. “Saya tak ingin mengingat lagi.” kata warga Desa Blang Beutong, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie yang lebih dikenal dengan kawasan Laweueng itu. Desa Nurmala yang terletak dibibir Selat Malaka ini ikut rusak dilantak tsunami, 26 Desember 2004. Di Kecamatan Muara Tiga sedikitnya ada 12 gampong yang bernasib sama dengan 600an desa lain yang kena tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Empat dian-taranya rusak parah yaitu Tupeng Gapu di Desa Tgk Syik Dilaweueng, Ujong Pie, Blang Raya dan Desa Batee. Tidak Parah Memang kalau dibandingkan dengan desa-desa lain di wilayah yang dekat dengan pusaran gempa, di kawasan Laweueng ini memang tidak ada apaapanya. “Hanya satu korban jiwa di sini,” timpal Mudawali, seorang pekerja di LSM Italia di sana. Kenapa Laweueng tak separah kawasan lain? Para nelayan di sana punya argumentasi yang masuk akal. Menurut mereka, kekuatan gelombang tsunami di pesisir laut Laweueng atawa Selat Malaka, daya dobraknya kurang karena arus mengalir ke satu arah. Banyak rumah hancur Kendati terkena tsunami yang banyak menghancur-
SOSOK
kan rumah penduduk, bantuan di kawasan Laweueng ini relative minim. Padahal , “Di sana banyak keluarga yang rumahnya rusak. “Sekarang mereka sudah mengungsi ke Beutong. Kalau pulang mereka mau dan kehilangan mata pencaharian. Ini yang harus mendapat bantuan segera dari pemerintah,” tukas Mudawali.. Tak heran kini Nurmala masih menanti bantuan untuk merehab rumah. “Rumah saya memang tidak hancur total. Saya juga tidak punya uang untuk merehab Mala menunjukkan rumahnya yang hancur, namun belum mampu diperbaikinya. sendiri, sedangkan bantuan pun hingga kini belum jelas,” mi-nim. Namun, ekses dari hempasan merintah. “Kami baru lima bulan mengelombang maut bernama tsunami bin dapat jadup,” sambung M Saleh (45), papar wanita yang dipanggil Mala ini. Hingga kini baru 43 unit rumah yang smong alias ie beuna itu membuat nasib warga Desa Blang Beutong, tetangga sudah dikerjakan sebuah LSM asal Jer- keluarga nelayan kehilangan tempat ting- Nurmala. Kembali ke desa man. Sedangkan LSM Italia Alisie se- gal. Menurut data yang dimiliknya, warKendati dapat jadup, bukan berarti lama ini cuma menyokong warga membersihkan kampung mereka dari lum- ga yang menjadi korban tsunami di mereka sudah mulai kembali “hidup”. pur laut lewar program cash Laweueng ada 600-an jiwa lebih. Mere- Nurmala dan M Saleh mengaku tidak ka menempati barak di dua lokasi; di betah tinggal di barak. Mereka ingin sefor work. Ribuan pengungsi SMP 2 Curee dan Simpang Beutong, gera kembali ke desanya. Camat Muara Tiga, di pinggir jalan Banda Aceh-Medan, Untuk rumah tempat tinggal, semenAzhari Yacob, SH ke- atau sekitar 12 km dari lokasi desa ben- tara mereka memperbaiki dengan mepada Ceureumén cana. nempelkan potongan kayu sisa tsunami. mengatakan dari sisi Selain itu ada 2.707 jiwa yang “Kami berharap agar pemerintah tidak korban jiwa memang mendapat santunan jatah hidup dari pe- melupakan desa kami,” kata Nurmala lagi. ■ MOUNAWARD
Mounaward Ismail
Cintanya Fadlullah Wilmot Mounaward Ismail Banda Aceh
[email protected]
■ SITI RAHMA
C
INTA H. Fadlullah Wilmot kepada Aceh sudah mendarah daging. Aceh bagi pria ini menjadi kampungnya yang kedua. Tak salah memang, sejak dia mengenal Aceh, hatinya langsung tertaut dengan daerah Serambi Makkah ini. Cintanya juga tertambat dihati dara manis asal Aceh Barat. Bagi generasi “tua” Aceh, nama pria asal Inggris ini tidak asing lagi di telinga mereka. Tidak percaya? Pria yang lahir pada 21 Agustus 1943 ini pada 1964-1977 ternyata pernah menjadi guru Bahasa Inggris di Universitas Syiah Kuala. “Memang saya dulu mengajar Bahasa Inggris di Unsyiah,” kata suami Asma Abdul Gani ini kepada Ceureumén. Pindah ke Malaysia Pria yang akrab disapa Abi ini sudah 30 tahun menetap di Malaysia bersama isteri dan anak-anaknya. Kabarnya, akibat kondisi politik Orde Baru, membuatnya segera hijrah ke Negeri Jiran. “Tak terasa sudah tiga puluh tahun tinggal di Malaysia,” katanya masih dalam bahasa Aceh. Salah satu tokoh panutan Wilmot adalah ulama kharismatik Aceh Tgk Daud
Beureueh. Boleh dibilang mantan Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo itu bapak angkat Fadlullah. Kedua kerap korespondensi. Hingga kini pun, dia masih menyimpan rapi surat-surat kiriman Abu Beureueh. Mimpi jadi kenyataan Sudah lama, Abi mimpi kembali ke Aceh. Kini dalam usia 62 tahun baru dia menjejakkan kaki lagi di Tanah Rencong. Itu pun setelah musibah internasional tsunami menghempas sebagian wilayah Aceh Lewat Muslim Aid Serving Humanity yang dipimpinnya, Abi menggalang dana dari warga Muslim di Inggris dan Australia untuk membantu rakyat Aceh. Dana-dana itulah yang dipakainya buat membangun ratusan unit rumah. Bantu rumah Rumah-rumah bantuan Muslim Aid bisa kita lihat di Gampong Jawa, di Sabang dan sejumlah lokasi lain. Menariknya, desain rumah bantuan itu benar-benar rumah tradisional Aceh. “Rumoh Aceh yang kita bangun ini kita sesuaikan dengan keinginan warga,” katanya. Dalam menjalankan programnya Abi mengusung prinsip ikhlas, tidak setengah dan sungguh-sungguh. Selamat Abi!
DAMAI
CEUREUMeN
1
Suasana lebaran yang pertama setelah tsunami menerpa Aceh. Kegembiraan silih berganti dengan kesedihan, saat teringat sanak keluarga yang tidak ikut merayakan Lebaran tahun ini. Foto searah jarum jam 1) Anak kecil menyertai ibunya saat Sholat Ied di Masjid Raya. 2) Seorang ibu sedang mendengarkan ceramah di Masjid Raya Baiturrahman. 3) Bahtiar Abdullah, seorang petinggi GAM sedang bertamu di rumah salah seorang panghuni barak Kuta Baro. 4) Beberapa remaja masjid sedang megikuti pawai obor, saat malam takbiran menyambut Idul Fitri. Foto dan Teks: Hotli Simanjuntak
4
3
2
8