GR
AT IS
REKONSTRUKSI ACEH N0. 12 ■ 7 JANUARI 2006 ■ DUA MINGGUAN ○ ○ ○ ○
PANTON
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Temukan berbagai tulisan yang berkaitan dengan perbaikan ekonomi di Cerita Sampul halaman 4-5
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
○
○
○
○
NYAK MANEH
○
○
Tgk Mustafa peumimpin tanyoe Wajeb tahiro ta kritik lanja Nyoe han geupateh tawiet jaroe Ke jeut neujak woe u jakarta
○
○
○
Di pak peumimpin pih ka meugantoe Ban troek geuwo laju kalon syedara Ka geujanji bak teungoh thon nyoe warga geupuwoe bek le di tenda
○
○
○
Bumoe Aceh ka aman dinoe Hana le laloe GAM ngoen teuntra Beude ka dikoh teuntra dipuwoe Seumoga tanyoe udep seujahtra
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
○
○
○
○
Ada Proyek Fiktif Jerman di Sabang
○
○
○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
○
○
○
2
Wik Sari Banda Aceh
[email protected]
○ ○ ○ ○
○
○
○
Bila Pengungsi Menahan Gatal
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
3
Sembilan Yatim yang Bertahan dengan Bengkel Las
○ ○ ○ ○
Pengungsi “Debat Kusir” dengan Bupati
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
7
Jika kita melintasi jalan menuju Kampung Jawa, tepatnya di kawasan Keudah Banda Aceh, di sisi kiri jalan, kita akan melihat plang nama yang sangat sederhana, “Bengkel Las Berkah”. Dengan bangunan seadanya, serta lahan yang sempit, bengkel ini terus berkarya, menciptakan berbagai bentuk terali dan pagar besi. Bengkel yang baru dibuka sejak 20 Mai 2005 lalu, menurut pemiliknya, Wahyu, semata-mata bukan untuk mencari untung, namun untuk membiayai sembilan orang anggota keluarganya yang kini menjadi anak yatim akibat bencana tsunami, dan menjadi tanggungannya. Menyambung hidup Wahyu, prajurit TNI berpangkat Praka,
sehari-hari berdinas di Makodam Iskandar Muda ini, bertempat tinggal di Rumah Dinas komplek TNI Neusu Jaya. Namun karena rumahnya yang kecil, maklum hanya asrama, dia hanya menampung dirumahnya lima anak yatim, yang masih bersekolah di SD dan SMU. Sedangkan yang kuliah, ditempatkannya di bengkel. “Sekarang bukan untung yang saya pikirkan, tapi bagaimana mereka bisa berusaha untuk menyambung hidup dan memiliki keahlian. Paling tidak kini mereka tidak menjadi anak terlantar,” katanya bersemangat. Untuk membuka usahanya ini, Dia memakai modal sendiri, tanpa ada bantuan pihak lain. “Sekitar Rp.15 juta modal awal yang saya keluarkan untuk usaha ini. Sedangkan penghasilannya tidak besar, tapi cukuplah untuk biaya mereka sekolah dan makan sehari-hari,” kata Wahyu, tanpa mau merinci jumlahnya.
Tidak perlu dikasihani Menurut Yudhi, salah seorang anak yatim yang kini tinggal di bengkel, hubungannya dengan Wahyu sangat dekat. Karena Wahyu adik dari almarhum ayahnya. “Sebelum tsunami Paman Wahyu sering membantu kami, karena ayah telah lama meninggal, jauh sebelum tsunami. Cuma ibu yang menjadi korban tsunami lalu,” kata Yudhi. Yudhi mengaku rata-rata penghasilan kotor perbulan bengkel ini Rp.3 juta lebih. Dan setelah hasilnya dibagi, sisanya dipergunakan untuk biaya makan dan sekolah serta kuliahnya. “Kalau dihitung-hitung, ya pas-pasan memang. Tapi kami sudah bersyukur, karena ada usaha yang dapat dijalankan dan menghasilkan uang, tanpa harus hidup bergantung dari belas kasihan orang,” katanya.■
ANTIKORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ ■ TANYA JAWAB GAM Bentuk Parpol
T:
Apakah GAM jadi membentuk partai politik (parpol) lokal untuk ikut dalam pilkada pada April tahun 2006? T Muksalmina Lambaro, Aceh Besar
Menurut Irwandi Yusuf, GAM belum mengambil keputusan apakah akan membentuk partai politik lokal atau tidak untuk ikut dalam pilkada pada April tahun 2006. Yang sudah dibentuk GAM adalah Komite Peralihan Aceh (KPA). Menurut Irwandi, bisa jadi KPA ini menjadi parpol lokal, untuk kemudian bersaing dalam pilkada. Bisa juga tidak. Jadi, belum ada sebuah kepastian kapan GAM akan membentuk parpol lokal. (Baca Hal 8)
J:
■ DOK GERAK
2
Salah satu kapal yang rusak dan diperbaiki LSM Jerman di sabang.
Ada Proyek Fiktif Jerman di Sabang
Rumah Sakit Gratis Rumah sakit mana saja yang memberikan pelayanan gratis di Banda Aceh ini. Soalnya, kalau Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) meskipun gratis, tapi ramai sekali dan selalu penuh kamarnya. Satu kamar sampai enam orang. Mungkin ada rumah sakit lain yang memberi pelayanan gratis?
T:
Azizah, Barak Kajhu , Aceh Besar Sampai saat ini baru RSUZA yang masih memberi pelayanan gratis kepada siapa pun yang berobat ke rumah sakit ini. Rumah sakit milik pemerintah ini menggratiskan kamar inap, obat, maupun bantuan-bantuan lain sepanjang tersedia di rumah sakit ini. Pelayanan gratis ini memungkinkan karena adanya subsidi dari pemerintah.
J:
Bisakah Kirim Karikatur? Kami ingin tahu, sampai kapan tabloid Ceureumén terbit dan menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan rehabilitasi dan rekon struksi. Mungkin tidak Ceureumén juga memuat karikatur dari pembaca?
T:
Sri Mulyani Cunda, Lhokseumawe Tabloid Ceureumén yang disponsori oleh Decentralisation Support Facility (DSF) direncanakan terbit sampai dengan bulan Agustus tahun 2006. Karena keterbatasan halaman-nya, untuk saat ini Ceureumén belum membuka ruang untuk karikatur dari pembaca. Namun ke depan, saran Anda akan dipertimbangkan.
J:
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
Indra A. Liamsi Banda Aceh
[email protected]
ETIKA banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing berbondongbondong masuk Aceh, semua dianggap bak “malaikat penolong”. Tapi tunggu dulu, tak semua LSM asing itu berhati “suci”. Ini adalah satu bukti bahwa ada LSM yang cuma menambah kocek pribadi. Caranya; buat proyek fiktif. Hasil investigasi Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh yang diserahkan ke Ceureumén mengindikasikan di Kota Sabang, FIG Forderund Interessengemein Schaft (FIG) Indonesia memiliki sejumlah proyek “bohong-bohongan”. FIG-Indonesia sudah menerima dana sebesar US$ 1.254.900 juta. Dana sebesar itu akan dipakai untuk membangun beberapa fasilitas di Pulo Weh. Di antaranya Pembangunan 5 unit sekolah, pemberian boat dan perbaikan boat untuk nelayan, pembangunan rumah 194 unit, pembangunan balai nelayan. Hanya Rehab Nah dari investigasi itu ditemukan beberapa kejanggalan antara lain, sekolah yang sejatinya dibangun 5 unit, tapi hanya merehab 2 unit gedung sekolah yaitu SMP 3 Balohan dan SD Neg 27 Beurawang. Makanya tak heran kalau yang dikerjakan hanya pengecetan ulang bangunan lama serta membangun beberapa ruang kelas baru. Hal yang sama juga terjadi pada bantuan kapal. Bohongi Warga Mencermati temuan tersebut di atas, GeRAK Aceh minta, kepada Bapel BRR untuk menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut serta memberikan sanksi tegas terhadap penyimpangan yang terjadi. “Kepada perwakilan pemerintahan Jerman agar mengusut kasus tersebut, karena sumber dana untuk bantuan itu berasal dari masyarakat dan pe-
K
merintah Jerman,” pinta Akhiruddin, ketua GeRAK Aceh. Bungkam Koordinator FIG (Forderund Interessengemein Schaft) Indonesia, Hedrianus Edi ketika dihubungi Ceureumén, Sabtu (31/12/05) untuk konfirmasi menyebutkan pihaknya punya bukti tandingan untuk membantah laporan GeRAK. Sayangnya pria yang disapa Edi ini cuma berjanji akan mengirimkan berkas-berkas tersebut. “Buktinya banyak, biar saya fax saja,” katanya. Namun guna mempercepat prosesnya, Ceureumén mengusulkan agar dikirim via email saja. Edi sepakat dengan ide tersebut. Akan tetapi setelah ditunggu selama dua hari, klarifikasi dari FIG-Indonesia hingga media ini naik cetak belum juga dikirim. Begitu juga dengan sejumlah short message service (SMS) juga tak ditanggapi. ■
PROYEK FIKTIF FIG INDONESIA DI SABANG Rencana Proyek 1. Pembangunan 5 unit sekolah 2. Pemberian 70 unit boat 3. Perbaikan 20 unit boat 4. Pembangunan rumah 194 unit, 22 unit di desa Paya Putih 5. Pembangunan balai nelayan Realisasi Proyek 1. Rehab SMP 3 Balohan 2. Rehab SD Neg 27 Beurawang 3. Pengecetan ulang bangunan lama 4. Membangun beberapa ruang kelas baru. 5. Salurkan hanya 25 unit boat. 6. Rumah yang sudah dibangun hanya 1 unit. ■ Sumber GeRAK Aceh
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mounaward Ismail, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Mahdi Abdullah ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Masalah Air Bersih di Pengungsian
Bila Para Pengungsi Menahan Gatal Asri Zaidir Pidie
[email protected]
Penyakit gatal-gatal memang terlihat sepele, namun penyakit ini cukup menganggu. Yang memprihatinkan penyakit ini menyerang anak-anak akibat air yang kotor atau nyamuk yang ada disekitar kamp pengungsian. UDAH lima minggu ini, Marlina terkena gatal-gatal. Hampir di sekujur badannya keluar butiran bentol berwarna merah seperti biang keringat. “Kalau sedang keringatan, gatalnya minta ampun! Rasa gatalnya seperti di dalam daging,” ucap Marlina. Dalam setahun ini Keluarga Marlina mengungsi di Desa
Minta dibuatkan sumur Para pengungsi yang sudah tak tahan dengan kondisi tersebut pernah meminta para pengurus kamp untuk membuatkan sumur bor. Namun menurut sang relawan, air di desa tersebut memang tak layak lagi untuk digunakan. Akhirnya, sebanyak 250 orang pengungsi pun harus bisa bertahan dengan air bantuan dari palang merah yang datang satu kali sehari dengan muatan yang hanya 4000 Liter. Menimpa anak-anak Penyakit gatal-gatal memang terlihat sepele, namun penyakit ini cukup menganggu. Kebanyakan anak-anak menderita penyakit ini di pengungsian akibat air yang kotor atau nyamuk yang ada disekitar kamp pengungsian. Banyak bayi yang kulitnya seharusnya mulus, bintikbintik akibat nyamuk dan atau konsumsi air yang kurang bersih. “Kalau sudah begini, pasti deh anaknya rewel,” kata seorang ibu pengungsi di kawasan Lhoknga Aceh Besar. Si ibu tadi tetap masih bersyukur. “Untung air itu hanya untuk mandi dan mencuci. Kalau digunakan untuk memasak atau minum bagaimana ya?” ■
○
○
○
○
S
Tu Kecamatan Pantee Raja, Pidie. Kampungnya di Desa Keudee Pantee Raja luluhlantak akibat tsunami 26 Desember tahun lalu. Tak ada yang tersisa. Menurut Istri dari Jafaruddin, penyebab penyakit gatalgatal yang merajalela di pengungsian tersebut karena air di sana tak lagi layak untuk digunakan. Paskatsunami, semua air yang keluar dari dalam tanah menjadi bau, kotor dan juga terasa asin. Termasuk tiga sumur di Desa Tu. Air pembawa gatal Marlina pernah nekad memakai air sumur untuk menyegarkan tubuhnya sehabis menjemur ikan asin. Tapi ujungujungnya, Marlina musti dibawa oleh sang suami ke klinik di Ulee Glee karena didera gatal-gatal.”Obat gratis dari Dokter Korea tidak mempan, makanya suami membawa saya ke klinik di Ulee Glee,” kata Marlina. Paskakejadian tersebut Ibu dua anak ini mengaku kapok menggunakan air sumur. Bukan hanya karena gatal-gatal tersebut telah menimbulkan parut luka pada kaki kiri ditubuhnya yang legam. Dia terpaksa mengantri jatah air bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang jumlahnya terbatas.
○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
○
○
○
Seorang anak kecil melintas di depan tenda di lokasi pengungsian Pante Raja, Pidie. Kondisi sanitasi dan air bersih yang kurang terjaga di pengungsian menyebabkan banyak pengungsi terkena penyakit gatal-gatal.
DBD, Monster yang Mengintai di Pengungsian Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
ENDATI gatal-gatal menempati urutan pertama yang sering dialami pengungsi, penyakit demam berdarah (DBD) bukanlah hal yang patut tidak diacuhkan. Terlebih di musim hujan seperti sekarang ini. Lokasi pengungsian yang padat biasanya akan berdampak pada peluang berkembangnya nyamuk, termasuk demam berdarah dan malaria.
K
C M Y K
Padahal, lebih dari 60 % dari jumlah sekitar 500 ribu warga selamat dari bencana alam gempa dan tsunami, 26 Desember 2004, itu kini tinggal di barak-barak pengungsian atau pun tenda. Menurut data dinas kesehatan, ada kecendrungan peningkatan penderita DBD, dalam 11 bulan terakhir. Yaitu mencapai di atas 300 kasus, delapan orang diantaranya meninggal dunia. Dinas kesehatan mengaku telah melakukan fogging atau penyemprotan di sejumlah lokasi yang positif terjangkit demam berdarah. ■
Inilah 10 Peringkat Penyakit yang Ngetop di Pengungsian Ceureumén melakukan kunjungan ke beberapa barak dan tenda pengungsian untuk menanyakan penyakit yang sering menyerang pengungsi. Inilah 10 besarnya: 6. Pusing-Pusing 1. Gatal-gatal 7. Deman Berdarah 2. Diare 8. Cacar 3. Batuk 9. Stres 4. Flu 10. Gizi buruk pada anak 5. Malaria
CERITA SAMPUL
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
■ HOTLI SIMANJUNTAK
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
M
Pengangguran di Banda Aceh 2004 : Dari 265.553 penduduk, ada 41.040 yang menganggur 2005 : Dari 209.773 jiwa penduduk, ada 39.984 orang yang menganggur
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
ESKIPUN kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh sedang giat-giatnya dilakukan, namun masyarakat masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Seperti belum ada korelasi antara aktivitas pembangunan dengan kebutuhan tenaga kerja. Memang institusi resmi seperti Disnaker atau BPS belum mempunyai data resmi jumlah penganggur di seluruh Aceh, kecuali untuk Banda Aceh. Namun, setelah tsunami setahun lalu, banyak sektor produksi mati dan ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan. Inflasi tinggi Di sisi lain, memenuhi kebutuhan hidup semakin sulit. Harga-harga melambung. Inflasi di Aceh merupakan yang tertinggi untuk skala nasional, sebagaimana laporan tahunan Bank Indonesia 30 Desember 2005. Di tengah kesulitan mencari kerja, ada saja orang kreatif, yang berusaha bangkit dengan modal keberanian. Mereka bukan saja menciptakan
pekerjaan bagi dirinya, tapi juga membuka peluang besar tersedianya lapangan kerja bagi orang lain. (Baca Munira dan Pondok Lampuuk) PNS jadi favorit Kasubdin Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan (Disnaker) Kota Banda Aceh, Banta Ali, mengatakan, banyak pengusaha yang sulit untuk bangkit, sehingga para pekerja menjadi penganggur. Di sisi lain, investor baru pun tidak ada. Walau survey yang mendata minat pekerjaan belum dilakukan, dapat dipastikan bahwa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pilihan favorit. Salah satu buktinya, tujuan sebagian besar pembuat kartu kuning di Disnaker untuk mengikuti tes PNS. ■
Mira Lamteumen Banda Aceh
■ HOTLI SIMANJUNTAK
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
○
○
○
○
○
○
○
○
Assalamualaikum, Wr Wb Semoga para redaktur dan wartawan Ceureumén dalam kondisi sehat wal-afiat. Saya tergolong pembaca setia tabloid ini. Tentu saja senang karena di media ini saya mendapatkan sesuatu yang lain. Meski selayaknya Ceureumén harus banyak membawa pesan penerbit. Seperti sebuah tabloid yang
Saya sangat prihatin dengan masih banyaknya anak-anak Aceh yang bersekolah di tenda. Terlebih lagi saat musim hujan begini. Contohnya kawasan Kuta Alam, hingga saat ini masih ada yang bersekolah di tenda. Apalagi di Calang dan Lamno. Sekolah di tenda pasti bisa mempengaruhi ilmu yang diserapnya. Saya berharap pemerintah bisa langsung pro-aktif untuk membangun sekolah demi tunas bangsa kita ini. Imbauan ini juga saya sampaikan untuk pihak NGO yang selama ini “mengaku” peduli dengan pendidikan anak-anak Aceh paskatsunami.
Muhammad Azami dan Novia Liza Banda Aceh
[email protected] dan
[email protected]
○
Suka dengan Bahasa Ceureumén
Sekolah Tenda
Sulitnya Mencari Kerja
○
Buchari Hamdan Yahya Jln.T.Iskandar Lr.Mawar No 01 Desa Lamteh Kec Ulee Kareng Banda Aceh
Sjamsul Haris Jln T Nyak Arief No 29 Lamnyong Kec Syiah Kuala Banda Aceh
Program Cash for Work hingga saat ini masih menjadi salah satu pekerjaan yang membantu masyarakat dalam pemulihan
○
Sahabat, satu tahun berjalannya tsunami membuat kita terpana atas segala hal. Dulu ada orang sombong dengan kekayaannya, sombong dengan jabatan dan hanya yakin dengan yang namanya makhluk, lupa akan Allah. Kala tsunami hadir semua orang terpana, air mata pun habis, kejayaan tinggal kenangan, yang ada hanya penyesalan. Kenapa dulu aku tak pernah mengingatmu Ya Allah... Satu tahun tsunami mengingatkan aku pada ayah, ibu, kakak serta adik-adikku tercinta. Mereka semua telah tiada. Aku masih terbayang masa kami kecil dulu. Namun entah di mana mereka sekarang. Jika masih selamat semoga Allah SWT mempertemukan kami. Kalau dia sudah tiada, semoga Allah menempatkannya di posisi yang mulia. Air mata ini kering kalau mengingat masa lalu. Memang tak harus ada kata penyesalan, maju atau kita akan tergilas waktu, Meski pada akhirnya waktu jualah yang membuat kita hanyut dalam kenangan. Sahabat, kita tidak tau apa cobaan yang serupa akan kembali? Apa ini bertanda murka, cobaan atau bertanda kasih sayang pencipta dengan hambanya? Untuk itu kita kembali mengintrospeksikan diri dalam renungan sanubari sukma yang hakiki. Hanya pada-Mu Ya Allah aku berserah, hanya pada-Mu jua aku meminta dan pada-Mu jualah aku mohon ampunan.
diterbitkan pelaksanan rekon dan rehab di Aceh umpamanya. Namun, setelah 10 edisi berarti saya melihat Ceureumén memang beda. Kalau boleh saya katakan tabloid ini hampir menjurus ke sistem pemberitaan media komersil, yakni kritis, tidak tunduk pada pesan sponsor. Dengan kata lain, Ceureumén yang gratis ini ternyata bisa menjalankan fungsinya sebagai media semi komersil yang tidak mati nilai kritiknya. Selain itu, saya juga senang dengan bahasa-bahasa yang ditulis Ceureumén. Karena cukup enak buat dimengerti dan tidak sok ilmiah. Terkadang ada juga wartawan yang tak ingin disebut nggak gaul, lalu nulis amburadul. Pembaca nggak tahu apa yang dimaksud, mungkin juga si penulis sendiri juga tak mengerti apa yang ingin dia sampaikan. Untuk tabloid ini, saya kira sudah cukup dengan gaya dan format sekarang yang lebih bagus dibandingkan dengan media-media lain. Salut deh buat Ceureumén, semoga selalu jaya dan panjang umurnya, tapi jangan besar kepala karena pujian saya, nanti kalau ada yang tak benar akan saya kritik habis-habisan. Terima kasih.
○
Satu Tahun Tsunami “Pada-Mu Aku Berserah”
○
○
○
○
○
○
○
○
○
CEUREUMeN
Pedagang kecil lebih mudah mendapatkan modal usaha.
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
5
TAHUKAH ANDA? Pemerintah menyiapkan dana senilai Rp500 miliar untuk proses re-integrasi terhadap sedikitnya 3.000 orang mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
●
Dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2006 dan belum termasuk dana bantuan internasional.
●
Alokasi dana reintegrasi itu akan diperuntukkan antara lain untuk memperbaiki infrastruktur masyarakat yang rusak, pemberdayaan ekonomi dan membangun kembali rumah-rumah yang terbakar akibat konflik bersenjata. ■
■ HOTLI SIMANJUNTAK
●
m pemulihan ekonomi (kiri), usaha jahit menjahit ini yang dibantu oleh Palang Merah Jerman di Calang Aceh Jaya (kanan).
■ T ZULYADI
itnya Mencari Kerja
Firman Hadi Banda Aceh
[email protected]
EJAUH mata memandang, terdapat hamparan padang rumput yang tumbuh liar luas membentang. Di sela-sela rerumputan liar yang tumbuh tak beraturan itu terlihat cemara-cemara kecil yang ditanam teratur. Di tengah-tengah hamparan itu, terdapat tiga buah bangunan semi permanen yang baru selesai dibangun. Salah satunya milik pasangan suami-istri M Yusuf (50) dan Nursiah (46). Pernah jual ikan M Yusuf dan Nursiah sebelum tsunami rupanya juga pernah berdagang di kawasan pantai Lampuuk ini. Ia berjualan ikan bakar. Setiap harinya mereka bisa meraup keuntungan sebanyak Rp 1 juta. Namun, tsunami telah mengubah semuanya. Tempat usaha mereka yang dulu sudah rata dengan tanah. Tidak ketinggalan, rumah mereka di daerah pasar Lhoknga pun ikut hancur.
S
Dengan menyewa tanah di lokasi pantai itu seharga Rp 350.000 per tahun, pasangan ini mencoba bangkit kembali. “Di sini biasanya pengunjung ramai yang datang di atas pukul 15.00 WIB,” ungkap M. Yusuf, ayah dari tiga orang anak ini dengan yakin. Menurutnya, modal dagang yang telah digunakan sebesar Rp 5 juta, berasal dari pinjaman koleganya. Dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 100 ribu per harinya, pasangan ini optimis untuk melanjutkan usaha mereka. Supaya selalu aman Bahkan mereka berniat untuk membuka warung yang lebih besar lagi dan mempekerjakan beberapa orang di pantai yang dikenal sebagai tempat rekreasi ini. Namun, terlepas dari itu semua, mereka meminta satu pra-syarat lagi untuk memudahkan mereka berusaha, yaitu keamanan. “Kita berharap supaya Aceh terus aman. Agar turis-turis mau datang kembali ke pantai Lampuuk,” kata sang suami sambil tersenyum. ■
Program Pelatihan untuk Pencari Kerja Novia Liza Banda Aceh
[email protected]
ERKAITAN dengan proses rekonstruksi yang sedang dilakukan besar-besaran oleh BRR, dalam waktu dekat ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Banda Aceh akan mengusulkan beberapa pelatihan seperti pertukangan batu dan kayu, pengelasan, pembuatan pagar, tangga, konstruksi bangunan, furniture, las listrik dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lapangan yang sangat mendesak selama proses rekonstruksi, sehingga antara sumber
B
daya manusia dengan kebutuhan lapangan ‘klop’. Peluang pelatihan itu tersendiri banyak dibuka bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), karena kebutuhan lapangan lebih terbuka untuk tingkat SMA. Pernah dilakukan Sebelumnya pelatihan serupa pernah juga dilakukan. Disnaker sebelumnya melakukan program pelatihan untuk tenaga kerja sebelum tsunami, tetapi hanya 17 paket yang diikuti 272 orang. Kini setelah tsunami program ini memblundak menjadi 60 paket yang diikuti oleh 1.302 orang. ■
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Sebuah Pondok Singgah di Lampuuk
○
M Yusuf dan istri di pondok singgah, Lampuuk, Aceh Besar.
○
■ FIRMAN HADI
B
○
AGI yang sering meneliti situs budaya di Aceh, nama kampung Pande, Kec. Kutaraja, Banda Aceh, bukanlah nama yang asing, karena di sana terdapat makam-makam kuno. Tidak jauh dari lokasi makam, terlihat satu tenda yang didirikan di atas pondasi rumah. Kondisinya sudah lusuh. Maklum, usia tenda sama tuanya dengan bencana tsunami yang melanda Aceh. Di tenda inilah Munira (47) dan suaminya Mukhtaruddin (50), meneduh diri dari sengatan matahari dan siraman hujan. Bantuan modal Akibat tsunami, Munira harus mengikhlaskan kepergian empat dari enam anaknya menghadap sang pencipta. Tidak hanya itu. Se-
luruh harta bendanya pun hanyut dibawa air. Namun, Munira bukanlah perempuan yang mudah menyerah, apalagi pasrah dalam menghadapi musibah. Dengan mengandalkan pengalaman jualan sayur dan bantuan modal dari salah satu LSM, nenek yang baru mempunyai satu cucu ini membuka dagangan rokok di tendanya. Mantan penjual sayur ini ternyata juga lihai membaca pasar. Melihat ramainya orang yang bekerja sebagai pembuat tanggul yang tidak ada tempat santai, Munira langsung mengubah tendanya menjadi warung kopi. Di lokasi ini terlihat belasan pemuda singgah ke warungnya untuk sarapan pagi dan minum kopi. “Kalau ramai begini bisa laku Rp 500 ribu setiap harinya,” ucapnya senang. ■
○
Teuku Zulyadi Banda Aceh
[email protected]
○
○
Warung Kopi Munira
○
Munira di depan warung kopinya bantuan UNDP.
6
AKRAB BERSAMA LSM
CEUREUMeN
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa itu juga berlaku untuk rubrik “Akrab bersama LSM”. Kami akan membahas profil LSM dan organisasi yang terlibat dalam proses rekonstruksi Aceh.
CEK BANUN
Beberapa yang Memberikan Modal Usaha Bahagia Ishak dan Boy Nashruddin Agus
[email protected] &
[email protected] Banda Aceh
BRR Ada peluang mendapat bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias. Untuk menggerakkan sektor usaha kecil, BRR menyalurkan kredit lewat Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di beberapa kota di Aceh. Caranya menjadi anggota LKM yang akan dibentuk. Kisaran bantuan antara Rp 2 juta – Rp 20 juta. Tidak ada agunan. Sedangkan waktu pengembaliannya selama 12 bulan. Jenis usaha yang dibantu adalah semua sektor untuk skala mikro. Namun waktu penyaluran kredit ini masih lama, yaitu April 2006. ■
■ MAHDI ABDULLAH
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
UNDP Telur memang tetap menjadi idola untuk lauk. Kali ini Ceureumén menyajikan menu telur yang dimasak khas Aceh. Paling cocok dimasak untuk mereka yang sibuk karena sangat sederhana.
● ●
●
■ HOTLI SIMANJUNTAK
●
Telur Santan ●
Bahan: ● 2 butir telur ● 5 buah cabai merah ● 3 siung bawang merah ● 2 siung bawang putih ● 4 buah asam sunti ● Santan dari setengah butir ke-
● ●
lapa Garam secukupnya Bumbu penyedap Minyak untuk menumis
Cara membuatnya Dadar dua butir telur dengan sedikit garam. Sisihkan ● Haluskan cabai, bawang me●
●
●
rah, bawang putih, asam sunti. Panaskan minyak secukupnya Masukkan bumbu yang sudah dihaluskan ke minyak yang sudah panas Tumis hingga berbau harum Masukkan santan, aduk Bila santan sudah masak, masukkan telur dadar Siap dihidangkan dengan nasi panas. ■
United Nation Development Programme (UNDP) juga memberikan modal usaha untuk korban tsunami khususnya di Kecamatan Meuraxa dan Kutaraja Banda Aceh. Syaratnya masyarakat yang ingin mendapatkan modal usaha memberikan foto kopi kartu keluarga dan pengajuan proposal permohonan peminjaman modal usaha dalam bentuk kelompok. Jumlah modal usaha yaitu Rp 1,5 - 2 juta. ■ ○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
AGAR tubuh bisa beraktivitas haruslah ada energi yang didapat melalui makanan. Namun, jika pola makannya tak baik justru membuka peluang datangnya penyakit, seperti kanker. Kebiasaan makan yang baik adalah makanan rendah lemak, rendah garam, banyak serat, buah-buahan, sayur-mayur, dan daging yang dimasak pada suhu rendah. Makanan yang kaya akan vitamin A dan beta-karoten adalah buah-buahan yang berwarna merah, hijau, dan kuning. Sayuran seperti wortel, tomat, bayam, dan brokoli dapat mencegah kanker paru-paru. Memakan daging yang telah diawetkan atau makanan yang diasinkan, perlu diimbangi dengan konsumsi vitamin C. Ini untuk mencegah timbulnya kanker lambung. Makanan Pencegah: 1. Makanan yang kaya vitamin A dapat mencegah kanker paruparu, ginjal, eksofagus, dan tenggorokan. 2. Makanan yang kaya vitamin C dapat mencegah kanker lambung
○
USAID Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
USAID menyalurkan uang sejumah Rp 330 juta melalui Yayasan Baitul Qiradh, yang merupakan cabang dari Organisasi Pemuda Muhammadyah. Mereka memberikan bantuan khusus kepada pedagang kaki lima yang berada di wilayah Banda Aceh saja, seperti pedagang di pasar Aceh, Peuniti, Peunayong, dan Neusu. Syaratnya masyarakat yang ingin mendapatkan modal usaha memberikan foto kopi kartu keluarga dan pengajuan proposal permohonan peminjaman modal usaha. Jumlah modal usaha yaitu Rp 1,5 - 2 juta. ■
TIPS KESEHATAN
Mencegah Kanker
○
dan eksofagus. 3. Golongan kubis dapat mencegah kanker yang disebabkan oleh zat kimia. 4. Makanan yang mengandung banyak serat dapat mencegah kanker kolon. 5. Kanker buah dada, kolon, prostat, dan uterus dapat dicegah dengan makanan rendah lemak. 6. Kurang gizi dan makanan basi (berjamur) dapat menyebabkan kanker hati. Meskipun demikian, ada juga kanker yang tidak dapat dicegah oleh nutrisi ataupun diet, yaitu kanker otak, mata, leukimia, penyakit hodgkin, dan kanker tiroid. Di sisi lain, ternyata tak cuma tergantung pada jenis makanan dan pola makan. Cara memasak yang benar juga menentukan. Misalnya pembakaran daging yang salah justru dapat menghasikan mutagen. Sedangkan daging dan ikan asap dapat mengandung senyawa benzo-alpha-piren yang dapat menyebabkan kanker. Berhati-hatilah! Jangan memasak daging atau ikan pada suhu yang terlalu tinggi. ■ Sumber: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes, Jakarta, Drs Sriana Azis, Apt
Pemenang TTS No. 11 adalah: 1. Hariadi P. Hulu, Kutacane Aceh Tenggara 2. Ihsanul Amrullah Meulaboh Aceh Barat 3. Mardiana. Z Muara Tiga Pidie 4. Nasriah Prada Utama Banda Aceh 5. Eriawati Montasik Aceh Besar
KAMPUNGKU - ACEH TIMUR
CEUREUMeN
7
Korban Tsunami “Debat Kusir” dengan Bupati
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Kami ingin secepatnya pulang ke Kuala Simpang Ulim, tapi karena anak-anak kami masih bersekolah. Makanya kami bertahan di barak pengungsian. Apalagi di desa kami belum dibangun sekolah SD dan SMP.
Ivo Lestari Aceh Timur
[email protected]
ASIB 153 Kepala Keluarga pengungsi asal Desa Kuala Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur hingga kini belum jelas. Korban tsunami ini masih menempati barak pengungsi di Desa Bantayan, kecamatan yang sama. Sedang Pemerintah Kabupaten Aceh Timur berjanji akan membangun rumah untuk mereka, namun sampai saat ini belum terealisasi. Kenapa? Persoalannya tidak seruwet yang kita bayangkan. Ini terjadi tak
N
lain akibat sikap warga yang bersikeras ingin pulang ke desa asal. Sementara pemkab tak setuju warga tinggal kembali di bibir pantai. Singkat cerita pengungsi ingin rumah bantuan dibangun di desanya. Tapi Pemkab Aceh Timur bersikeras membangun rumah di Desa Bantayan, sembilan kilometer dari desa asal. Sialnya, sudah setahun musibah itu, hingga kini belum deal. Akibatnya pengungsi “telantar” dibarak-barak. Kepala Desa Kuala Simpang Ulim, Basri Saleh kepada Ceureumen menyebutkan, warga keberatan menerima lokasi
IBU NUR
rumah bantuan yang sudah ditetapkan Pemkab. Alasan mereka, letaknya sangat jauh dari tempat mereka mencari nafkah. Tak mentok sampai di situ, pemkab, sebut Basri Saleh juga punya alasan. “Pemkab Aceh Timur menolak lokasi pembangunan rumah bantuan itu di desa asal karena letaknya bibir pantai. Dikhawatirkan akan kembali hancur jika terjadi lagi gelombang tsunami,” ujar dia. Pun demikian, warga tak kehilangan akal. Cara satu gagal, jurus lain pun diputar. Mendengar alasan pemerintah setempat, lalu
warga menawarkan agar lokasi pembagunan rumah itu di geser sekira 400 meter saja dari bibir pantai. Sayangnya, ini juga mentok. Pasalnya pemkab ogah membebaskan areal yang di tawarkan warga itu. “Warga menginginkan rumah bantuan itu dibangun di desa awal, tapi Bupati Azman Usmanuddin mengatakan tidak akan membangun rumah bantuan di desa awal,” ungkap Basri Saleh. Kata dia, jika warga berkeras ingin kembali ke desa asal, pemkab persilakan saja, tapi mereka tak akan membangun rumah di sana. “Kalau mau rumah bantuan ya di lokasi yang sudah ditetapkan pemkab di Desa Bantayan,” kata Basri Saleh menirukan pernyataan Azaman Usmanuddin. Tapi hal itu dianggap mengadangada. Masalahnya di desa lain, Kuala Idi Cut misalnya, rumah malah dibangun 140 meter dari bibir pantai. Lho kok bisa? Tapi itu yang terjadi, LSM asal Belanda (TDH ) telah membangun 42 rumah bantuan untuk 42 Kepala Keluarga pengungsi di desa itu, lokasinya hanya 140 meter saja dari bibir pantai. “Di sana sudah dibangun rumah bantuan yang letaknya 140 meter dari bibir pantai. Kami
menawarkan kepada Bupati Aceh Timur sebuah lokasi baru yang jaraknya 400 meter dari bibir pantai. Tapi katanya tidak bisa, itu terlalu dekat dengan bibir pantai, Mengapa?,” Basri Saleh menggugat. Tapi mau berharap terus dari pemerintah, akhirnya sedikitnya 50 KK pengungsi Desa Kuala Simpang Ulim, sudah kembali ke desanya. Mereka menempati rumah yang dibangun sendiri dari puingpuing bekas yang tersisa setelah dihempas tsunami. Tapi warga sudah membulatkan tekad. “Kami akan pulang, meski tak ada bantuan.” “Kami ingin secepatnya pulang ke Kuala Simpang Ulim, tapi karena anak-anak kami masih bersekolah. Makanya kami bertahan di barak pengungsian. Apalagi di desa kami belum dibangun kembali sekolah SD dan SMP yang rusak akibat tsunami tersebut,” papar Ibu Nur yang diamini sejumlah warga lainnya. Desa Kuala Simpang Ulim adalah desa yang terparah kena tsunami. Seluruh fasilitas pendidikan, kesehatan, pemerintahan dan rumah warga hancur total tersapu gelombang tsunami pada 26 Desember 2004. Tercatat 46 jiwa yang tewas, empat orang hingga saat ini dinyatakan hilang. ■
SOSOK
Puteh: Bertahan dengan Udang Pancing DA Udang Pancing!” Papan nama seperti ini, setahun lalu, menghiasi hampir sepanjang jalan Rama Setia yang melintasi desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Dan barisan pedagang udang pancing inilah yang membuat desa ini dikenal luas oleh warga Banda Aceh, bahkan sebagian warga Aceh Besar. Rasanya, tidak ada pemancing di dua daerah itu yang tidak mengenal Si Teh, Bang Din, atau Ayah. Merekalah yang menjadi the best dalam usaha penjualan udang pancing serta umpan pancing lainnya, seperti kupret (cacing laut). Tapi itu dulu, sebelum tsunami menelan Aceh. Dibuka Puteh Memang, ada lokasi yang sudah dibuka kembali sebagai lokasi penjualan udang pancing, seperti bekas warung kopi yang dulu dibuka Si Teh, persisnya di tepian tali air. Kini usaha yang dulu menjadi markas Si Teh dan Ayah, telah dibuka kembali oleh Pak Puteh (60) tahun, warga Alue Deah Teungoh. Puteh, yang kini hidup bersama
“A
empat anaknya, setelah istri dan dua anaknya yang lain hilang bersama gelombang tsunami, mulai merintis usaha udang pancing ini sejak delapan bulan lalu. Usaha ini dilakoninya karena melihat ramainya pemancing yang datang mencari udang umpan ke desanya . “Mulanya cuma melayani pesanan orang. Tapi karena makin lama makin banyak yang memesan, ya terus di tekuni sampai sekarang,” katanya. Pinjam uang Untuk memulai usahanya ini, dia terpaksa meminjam modal kepada teman-temannya. Modalnya 10 juta rupiah! “Untuk buat bangunan warung ini, hampir menelan biaya Rp.10 juta. Dan syukurnya, sampai sekarang belum ada lirikan dari LSM atau negara donor untuk membantu saya dalam mengusahakan warung kopi dan warung udang pancing ini,” katanya. Dan kegigihan Pak Puteh ini memang patut dicontoh. Kini dia tidak harus bergantung dengan belas kasihan orang. Berbekal semangat untuk terus menyambung hidup, Puteh kini menjadikan udang pancing sebagai primadona bagi usahanya dalam meneruskan hidup paskatsunami ini. “Kalau hari Sabtu dan Mung-
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
Puteh mulai merintis usaha udang pancing ini sejak delapan bulan lalu. Usaha ini dilakoninya karena melihat banyaknya pemancing yang datang mencari udang umpan ke desanya.
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
○
gu, rata-rata bisa dapat Rp.150-200 ribu sehari. Tapi kalau hari biasa paling Rp.40 ribu,” kata Puteh. Sementara warung kopi, tambahnya, dibuka untuk menyediakan sarapan dan kopi bagi para pemancing yang datang membeli udang, sambil menunggu udang disiapkan. Ternyata, masih ada udang pancing di Alue Deah Tengoh, dan itu masih menjadi primadona di desa ini. ■
■ WIK SARI
Wik Sari
[email protected] [email protected]
PUTEH
DAMAI
CEUREUMeN
8
Setelah 30 Tahun
■ FOTO-FOTO: HOTLI SIMANJUNTAK
Habis TNA Terbitlah KPA
Seorang ibu sedang memperhatikan pasukan TNI yang ditarik di Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara sebagai implementasi dari perjanjian damai (kiri). Muzakkir Manaf (baju biru) mantan Panglima GAM sedang memberikan konferensi pers sehubungan dengan bubarnya TNA (kanan).
Mounaward Ismail Banda Aceh
[email protected]
IBIR jurubicara militer GAM, Sofyan Dawood terasa kelu, ketika membacakan amanat tertulis Panglima Tinggi Teuntara Neugara Aceh (TNA). Amanat itu berisi instruksi mendemobilisasi sayap militer GAM yang tak lain TNA. Hari itu, 27 Desember 2004, akan dicatat menjadi hari bersejarah bagi mereka. “Atas nama pasukan GAM, saya mendapat kehormatan untuk mengumumkan bahwa Teuntara Neugara Aceh atau pasukan tempur GAM sekarang telah didemobilisir atau dibubarkan,” ujar mantan Panglima GAM Wilayah Pasee ini dalam jumpa pers itu akhir Desember. Lalu, “Sekarang TNA beralih menjadi bagian masyarakat sipil guna memperkokoh perdamaian, stabilitas dan harmoni di Aceh. Untuk tujuan tersebut, kami telah membentuk sebuah komite yang bernama KPA (Komite Peralihan Aceh),” sam-
B Namun biar itu terasa bak pil kina, dengan besar hati tetap dilakukan dalam kerangka MoU…
bung Sofyan lagi.
Ibarat pil kina Maka sejak detik itu, tak ada lagi aksiaksi militerisasi dari komando Pusat Di Tiro. Senjata sudah di-decommissioning, (dimusnahkan) semuanya. Setelah dilucuti, tentu TNA tunggu apalagi selain membubarkan diri. Tetapi, siapa sangka kalau pembubaran itu lebih berat ketimbang penyerahan senjata? Dan itu diakui oleh Sofyan Dawood sendiri. “Semua itu dalam kerangka Kesepahaman damai (MoU). Kalau tidak, kita tak mau,” tukasnya serius. Praktis, langkah ini terasa amat pahit bagi organisasi perlawanan yang sudah berusia 30 tahun ini. Namun biar itu terasa bak pil kina dengan besar hati itu semua dilakukan dalam kerangka MoU. Kekuatan TNA saat didemobilisir sedikitnya ada 3.000 personel. Dan semuanya akan ditampung dalam KPA.
KPA jadi parpol? Kendati gairah membentuk partai lokal sesuai dengan MoU ada, namun, kata Sofyan KPA belum tentu akan menjadi organisasi yang dimaksud. “Saya kira jelas, di alam demokrasi ini siapa saja boleh berpolitik, asal memenuhi syaratnya, undang-undang mengizinkan itu dan sesuai dengan kemampuan masingmasing mereka,” tukas Sofyan. Lantas, kalau pun KPA menjadi partai lokal, lanjut Sofyan, pihaknya akan melihat dulu undang-undang yang berlaku nanti. “Jika memungkinkan kita akan menyesuaikan diri nanti seperti syarat dan aturan UU yang berlaku nanti,” tambahnya. Kemungkinan GAM membentuk partai lokal sendiri memang terkuak lebar. Namun hingga saat ini mereka sedang meninjau lebih jauh guna menghadapi partai lokal. “Sekarang banyak peluang untuk memikirkan mana yang lebih bagus,” kata Sofyan.
Yang Perlu Diketahui Tentang KPA ● ●
●
KPA akan “mengawal” anggotanya kembali ke kehidupan sipil. Alasan pembentukan KPA adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa merusak perjanjian damai. Para mantan TNA ini harus tetap terkordinasi sehingga ada sanksi-sanksi jika mereka melanggar kesepakatan yang dilakukan Lembaga ini akan berupaya menguatkan anggotanya lewat pemberdayaan ekonomi.
● ●
●
KPA dipimpin oleh mantan Panglima GAM Muzakkir Manaf. KPA itu sendiri akan berada di 17 wilayah yang selama ini masuk dalam “provinsi” GAM. Masing-masing wilayah memiliki seorang jurubicara. Pun demikian tidak semua mantan panglima wilayah menjadi Ketua KPA. KPA akan terus ada sampai semua anggota TNA mendapat posisi dan kehidupan layak sebagai sipil dalam masyarakat.
INFO DAMAI ●
● ●
Pasukan TNI berbaris saat upacara pelepasan di Pelabuhan Krueng Geukuh Aceh Utara.
Aceh Monitoring Mission (AMM) akan diperpanjang keberadaannya di Aceh selama enam bulan setelah masa tugasnya. Sebelumnya masa tugas AMM akan berakhir bulan Maret 2006. Jumlah polisi di Aceh paskapenarikan pasukan “tinggal” 9100 personil saja. Sedangkan jumlah TNI di Aceh “tinggal” 14.700. Semuanya organik.