MAKALAH – 4
PANGGILAN MIMBAR & ALKITAB Oleh Herlianto
[email protected] (Depok, Indonesia)
( Ya
y a
s a
n
b
in a
a
w
a
m
)
*) Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Pneumatologi yang diselenggarakan oleh Gereja Sidang Injil Borneo (SIB) Petaling Jaya, Malaysia, pada tanggal 19 s/d 20 Mei 2012. Penulis adalah ketua YABINA ministry (Yayasan Bina Awam, www.yabina.org) dan telah menulis 37 buku dalam berbagai bidang a.l. yang berkenaan dengan topik ini adalah: Saksi Yehuwa, siapa dan bagaimana mereka? (Kalam Hidup, 1997); Saksi-Saksi Yehuwa, tamu tak diundang yang rajin berkunjung ke rumah-rumah” (Kalam Hidup, 2004); Teologi Sukses (BPK-GM, 2006); Kristen Tauhid (Mitra Pustaka & Yabina, 2007); Saksi-Saksi Yehuwa Mengetuk Pintu Rumah Anda (BPK-GM, 2012); dan Gerakan Pentakosta dan Kharismatik (belum diterbitkan) 1
PENDAHULUAN "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28)
Apakah panggilan mimbar atau altar call itu? Panggilan Mimbar adalah praktek di beberapa gereja di mana dalam kebaktian (biasanya kebaktian kebangunan rohani) hadirin yang ingin membuat keputusan rohani yang baru dalam hidupnya dengan Yesus Kristus diundang untuk angkat tangan, masuk ke ruang konseling, atau maju ke depan mimbar sebagai bukti keputusan itu didepan jemaat. Praktek Panggilan Mimbar biasanya diadakan pada akhir kebaktian setelah adanya lagu-lagu yang mendorong emosi dan kotbah yang berisi dorongan untuk bertobat atau ajakan untuk melayani Tuhan disampaikan dalam kotbah. Dalam Perjanjian Lama, mezbah adalah tempat korban dipersembahkan sebagai bukti janji iman dari mereka yang mempersembahkannya, maka panggilan mimbar pada masa kini menurut mereka yang mempraktekkannya dapat disamakan semacam "korban" yang dipersembahkan dihadirat Allah seperti yang dinyatakan oleh rasul Paulus dalam kitab Roma: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Rm.12:1)
Salah satu tokoh ‘The Great Awakening” (kebangunan besar) pada abad-XIX yaitu Charles G. Finney (1820) adalah yang pertama kali mempopulerkan ‘panggilan mezbah’ untuk mengajak hadirin mengalami pengalaman penghapusan dosa atau panggilan bertobat (meninggalkan dosa-dosa dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang akan menjadikan kelahiran baru). Sejak itu panggilan mezbah/mimbar menjadi tujuan kebaktian-kebaktian kebangunan rohani yang biasanya dihadiri oleh mereka yang baru pertama kalinya mendengar tentang Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat Dunia. Kemudian panggilan mimbar pada gereja-gereja Injili umumnya didahului dengan mengajak jemaat menyanyikan lagu-lagu rohani, biasanya dengan tema undangan atau keputusan, sebelum dilakukan panggilan mezbah/mimbar. Beberapa pengkotbah menggunakan doa orang berdosa, dimana orang-orang harus "diselamatkan" dari dosa-dosa mereka dengan cara panggilan maju ke depan mimbar agar mereka menerima Yesus Kristus sebagai sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Ini adalah kebiasaan di mana pemohon membuat doa meminta dosanya diampuni, mengakui Yesus sebagai Anak Allah yang bangkit dan berjanji kepada Tuhan Yesus Kristus untuk mengikuti-Nya. Biasanya pengalaman ini disebut sebagai ‘kelahiran baru’ (born again). Pada gereja-gereja Pantekosta, mimbar yang biasanya juga dipandang semacam mezbah Perjanjian Lama, dipandang sebagai tempat dimana orang-orang 2
dapat datang dan bertobat dari dosa-dosa mereka dan berdoa untuk menerima Roh Kudus, yang mereka percaya disertai dengan tanda awal berbahasa roh. Kebiasaan panggilan mezbah / mimbar juga ditujukan untuk memperoleh sentuhan atau lawatan Allah melalui penumpangan tangan dimana disamping untuk pengambilan keputusan pertobatan, memperbaharui janji iman, dan menerima karunia roh juga ditujukan untuk menerima kesembuhan ilahi atau menerima mujizat lainnya seperti berkat jasmani dll. Praktek ‘kesembuhan ilahi’ sering merupakan praktek sentral dalam panggilan mezbah / mimbar dalam gereja Pentakosta dan Kharismatik. Di gereja-gereja ekumenis / arus utama (mainline churches) panggilan mimbar tidak umum dilakukan, tapi sesekali ada kebaktian dimana panggilan mimbar dilakukan juga misalnya ditujukan bagi mereka yang ingin melayani salah satu pelayanan di gereja, misalnya paduan suara, guru sekolah minggu, pelawatan, dan lain-lainnya.
AYAT-AYAT ALKITAB YANG DIGUNAKAN Biasanya ucapan rasul Paulus dalam kitab Roma digunakan untuk mendukung praktek panggilan mezbah / mimbar, seperti: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Rm.12:1)
Persembahan diri itu diidentikkan dengan persembahan korban dalam Perjanjian Lama, hanya sekarang bukan korban domba yang dipersembahkan melainkan korban diri sendiri. Demikian juga gereja-gereja tertentu, terutama yang bercorak Injili dan Pentakosta, percaya bahwa seseorang harus membuat pernyataan didepan jemaat akan iman mereka berdasarkan ayat-ayat Kitab Suci ditemukan dalam Alkitab di mana Yesus menyatakan: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat.10:32-33)
Namun perlu disadari bahwa dalam Alkitab tidak ada petunjuk langsung yang mengajarkan panggilan mimbar. Ayat-ayat diatas merupakan undangan/panggilan umum yang diberikan kepada manusia agar kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan dan mengakuinya didepan manusia, suatu persembahan diri yang wajar dan pengakuan dimana kita berada disetiap tempat dan disegala waktu, jadi tidak harus khusus berada dalam panggilan/undangan dalam kebaktian kebangunan rohani. Pada Kisah Para Rasul 2:41, pada hari Pentakosta 3.000 orang bertobat tanpa para rasul melakukan panggilan/undangan mimbar, demikian juga halnya ketika 5.000 orang bertobat tanpa undangan mimbar (Kis.4:4). Jelas disini semua itu terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dari Allah dan tidak karena daya tarik emosional yang digunakan untuk datang ke depan tempat pertemuan. Rasul Yohanes mengatakan bahwa hanya Bapa yang dapat menarik seseorang datang kepada-Nya: 3
“Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.” (Yoh.6:44-45)
Charles Finney mempopulerkan ‘Panggilan Mimbar’ sejak tahun 1820, tapi sebelum itu selama 18 abad begitu banyak orang sudah datang kepada Allah sekalipun tidak mengikuti panggilan untuk maju kedepan mimbar.
KEBERATAN LAIN ATAS PANGGILAN MIMBAR Tidak semua gereja mempraktekkan panggilan mezbah / mimbar, gerejagereja ekumenis / arus utama (mainline churches) tidak biasa melakukan panggilan mimbar, namun kadang-kadang panggilan mimbar untuk mengisi ladang pelayanan juga diadakan sewaktu-waktu. Gereja-gereja Injili biasanya mengadakan panggilan mimbar dalam kebaktian khusus penginjilan atau kebaktian kebangunan rohani, dalam kebaktian mingguan tidak dilakukan, namun sebaliknya gereja-gereja Pentakosta / Karismatik biasa mengadakan panggilan mezbah / mimbar setiap kali dilakukan kebaktian, baik kebaktian umum terlebih kebaktian kebangunan rohani. Ada beberapa keberatan yang disampaikan terhadap praktek panggilan mimbar, yaitu: 1.
Gereja-gereja yang menolak biasanya berpendapat bahwa Alkitab tidak mengacu pada sesuatu yang serupa. Ayat-ayat yang biasa dijadikan acuan bersifat umum, jadi tidak ditujukan kepada praktek panggilan mezbah/mimbar;
2.
Banyak yang keberatan bahwa panggilan mimbar yang dipopulerkan ‘kebangunan besar’ (the great awakening) menggeser tanggung jawab pertobatan dari peran Allah dan karya Roh Kudus lebih pada peran manusia, dan berita obyektif tentang karya penebusan Yesus Kristus yang digeser menjadi pada ‘keputusan manusia’;
3.
Panggilan Mimbar bagi banyak orang merupakan pengalaman yang mendebarkan / menakutkan, karena itu merupakan halangan bagi mereka yang benar-benar bertobat tapi tidak berani melakukan pengakuan secara terbuka dengan maju ke depan mimbar;
4.
Keberatan terhadap panggilan mimbar juga disebabkan panggilan mimbar dapat membingungkan dan menyesatkan orang karena memandang perilaku lahiriah yang merupakan keputusan antara manusia berdasarkan panggilan pendeta/penginjil sebagai bukti perubahan rohani yang berdasarkan hubungan pribadi Allah dengan manusia;
5.
Panggilan Mimbar dapat memberikan orang jaminan yang salah tentang keselamatan mereka karena lebih banyak memanfaatkan tehnik psikologi daripada firman Tuhan, misalnya dengan cerita-cerita yang mengharukan, lagu-lagu pujian dan musik yang syahdu, maupun suasana ruangan yang dibuat remang-remang;
4
6.
Panggilan Mimbar yang biasa menekankan mujizat dan kesembuhan ilahi dengan penumpangan tangan dapat memberi kesan dan menanamkan keyakinan salah bahwa mereka yang tidak memperoleh mujizat dan disembuhkan setelah meminta, berarti ditolak Tuhan. Padahal, mungkin mereka sudah dipulihkan dalam hubungan mereka dengan Tuhan Yesus secara pribadi;
7.
Fakta menunjukkan bahwa dari begitu banyak orang yang maju karena panggilan mimbar hanya sedikit sekali yang benar-benar bertobat dan kemudian dibaptiskan. Kebiasaan gereja-gereja adalah bahwa mereka begitu puas bila mengetahui ‘jumlah’ anggota jemaat yang hadir dan maju dalam kebangunan rohani. Kwantitas lebih dipentingkan dari pada kwalitas. Jika kita ingin jujur pada firman Allah kita harus mengarahkan orang-orang berdosa kepada Kristus dan bukan pada panggilan pendeta / penginjil dari mimbar gereja. Pada tahun 1982 dalam Kongres Penginjilan Sedunia ‘Lausanne II’ di Manila yang dihadiri penceramah, disatu acara, pemandu acara bertanya kepada sekitar 3.000 pendeta/penginjil/aktivis gereja yang hadir, siapa yang bertobat karena kebaktian gereja atau kebangunan rohani. Yang berdiri sekitar 20% saja, tetapi ketika ditanya siapa yang bertobat karena saudara, keluarga, teman main atau kerja dan lain-lain, yang berdiri sekitar 70%. Gambaran ini menunjukkan bahwa sekalipun ‘kelihatannya panggilan mimbar kebangunan rohani berhasil membuat maju begitu banyak orang,’ efektifitasnya yang menunjukkan pertobatan dan iman kepada Allah kecil sekali.
APA YANG DIKATAKAN TUHAN YESUS ? Tuhan Yesus Kristus-lah yang sebenarnya memanggil kita dan ini tidak bisa digantikan oleh manusia: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28)
Kita harus datang kepada Yesus untuk menerima kelegaan itu dan bukan kepada para pendeta/penginjil. Yesus berbicara dalam Injil Yohanes pasal 3 bahwa keselamatan hanya karena ‘karunia Allah’ dan karena ‘kelahiran baru oleh Roh Kudus’: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh.3:16) “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” (Yoh.3:16)
Pertobatan karena panggilan manusia dapat diibaratkan sebagai perbuatan daging sedangkan kelahiran baru adalah perbuatan Roh Kudus. Dalam Suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus dengan jelas menekankan ‘anugerah Allah’ sebagai jalan menerima keselamatan, karena itu panggilan mimbar dapat diumpamakan sebagai ‘jalan perbuatan manusia menuju keselamatan’: 5
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Ef.2:8-9)
Dari pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa: 1.
Panggilan Mimbar bukanlah ajaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus dan para Rasulnya dalam Alkitab:
2.
Panggilan mimbar yang ditujukan untuk mengambil keputusan iman percaya dapat menyimpangkan orang dari Anugerah Allah dan peran Roh Kudus, karena pendeta/penginjil merasa diri mereka sebagai wakil Allah dan umat yang maju juga merasa bahwa ia sudah maju karena kemauannya sendiri jadi pasti mendapat anugerah iman dan mujizat kesembuhan ilahi, dan sebaliknya yang tidak merasakan kesembuhan akan merasa berdosa;
3.
Sekalipun demikian, panggilan mimbar tidak seluruhnya keliru, sebab bila digunakan dengan benar, tanpa manipulasi psikologis dengan ceritacerita sedih, lagu-lagu dan musik yang mengharukan, dan suasana ruangan dibuat remang-remang, panggilan mimbar dapat dilakukan agar mereka dapat dodoakan secara khusus oleh pendeta/penginjil, majelis gereja dan jemaat yang hadir secara khusus;
4.
Adalah salah kalau panggilan mimbar digunakan untuk menerima berkat ilahi, kelimpahan materi, kesembuhan jasmani, karunia roh, dan lainlain yang sebenarnya merupakan hak Allah bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus untuk mengaruniakan kepada umat-Nya;
5.
Panggilan mimbar baik juga untuk memanggil jemaat yang ingin melayani bidang-bidang pelayanan yang sesuai dengan talenta masingmasing karena banyak jemaat tidak tahu kemana harus mendaftar. Mengadakan kebaktian panggilan secara khusus dengan menyediakan meja-meja pendaftaran bidang-bidang pelayanan seperti paduan suara, guru sekolah minggu, musik gereja dan lainnya dapat memudahkan mereka memilih bidang yang dianggap cocok sesuai panggilan Tuhan sendiri;
6.
Akhirnya, janganlah panggilan mimbar menjadi sarana yang menggeser anugerah Allah kepada perbuatan manusia dan pekerjaan Roh Kudus kepada panggilan mimbar.
6