PANGAN SARI KELOMPOK RUMAH PANGAN LESTARI YANG MENJADI INSPIRASI GUBERNUR BALI Nyoman Suyasa dan Budiari Penanggung Jawab MKRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali KWT Pangan Sari Kelompok Wanita Tani (KWT) Pangan Sari berlokasi di Cengkilung yang merupakan sebuah banjar (RW) yang terletak di wilayah Desa Peguyangan Kangin, kecamatan Denpasar Utara, merupakan sebuah wilayah transisi antara perkotaan dan pedesaan atau wilayah peri urban dimana masyarakatnya hanya sebagian yang masih menggeluti pertanian. Dari hari kehari lahan pertanian terus menyusut, hampir setiap tahun ribuan hektar lahan di Bali menyusut karena alih fungsi. Paling banyak digunakan untuk pemukiman dan wilayah Denpasar merupakan wilayah yang paling tinggi penyusutannya. Namun ditengah-tengah alih fungsi lahan dan perubahan pola kehidupan ternyata masih ada segelintir wilayah yang memiliki masyarakat yang tidak tergoda dengan adanya perubahan, terutama perubahan terhadap pola hidup dari mandiri menjadi pola konsumtif. Pangan Sari merupakan kelompok wanita tani yang didirikan berawal dari kegiatan MKRPL yang diadakan oleh BPTP Bali. Pada awalnya untuk membentuk kelompok ini banyak menemui kendala, terutama
masalah kepercayaan
terhadap program-program yang akan di laksanakan pemerintah. Jumlah anggota kelompok awal adalah 20 orang dan setelah berjalan selama 1 tahun anggota kelompok berkembang menjadi 44 orang, dan bahkan saat ini telah menjadi 86 orang. Perkembangan jumlah anggota kelompok ini tidak terlepas dari kesuksesan yang dialami oleh kelompok Pangan Sari sehinggga masyarakat yang tadinya hanya melihat dan raguragu akhirnya mau bergabung untuk turut serta dalam kegiatan KRPL yang dilaksanakan di desa mereka. Anggota kelompok yang kesemuanya adalah wanita, memiliki pekerjaan yang beragam dari buruh tani sampai dengan PNS, namun memiliki komitmen yang sama yaitu memajukan desa mereka dengan melaksanakan kegiatan KRPL di wilayah mereka dengan sungguh-sungguh. Anggota dengan rata-rata berumur 35,9 tahun, yang termuda baru berumur 20 tahun sedangkan yang paling senior mencapai umur 60 tahun, namun semangat mereka sama. Jumlah anggota keluarga anggota kelompok rata-rata adalah 5,9
atau 6 orang, paling sedikit 4 dan tertinggi adalah 7 orang. Ternyata pekerjaan yang beragam ternyata dilatarbelakangi pendidikan yang beragam pula, dimana pendidikan tertinggi mencapai 15 tahun (S1) sedangkan terendah 2 tahun (SD tidak tamat). Walaupun baru seumur jagung kelompok pangan Sari memiliki komitmen yang tinggi. Hal ini terlihat dari sepak terjang dan aktivitas kelompok, setiap minggu (hari sabtu sore) anggota kelompok melakukan gotong royong bersama terutama dalam hal mengelola Kebun bibit desa (KBD) milik kelompok. Bagi anggota yang berhalangan hadir dikenakan denda Rp. 2000 ,- per sekali hadir per orang. Walaupun nilainya tidak besar namun cukup untuk membuat anggota malu untuk membolos. Sebagai tali pengikat, anggota kelompok juga sepakat untuk menabung setiap anggota Rp. 5000,- setiap bulan, dalam setiap pertemuan bulanan. Sehingga setiap bulan terkumpul dana Rp. 100.000,dan saat ini kelompok telah memiliki dana Rp. 2.500.000 (dua setengah juta rupiah). Kesuksesan kelompok Pangan Sari juga tidak terlepas dari tangan dingin I Made Jondra yang merupakan Kepala dusun Cengkilung dan kesabaran Ni ketut Murni yang berperan sebagai ketua kelompok. Pangan Sari Menjadi Inspirasi Gubernur Bali Kunjungan Gubernur Bali, Mangku Pastika ke KWT Pangan sari di cengkilung, nampaknya membuat pemimpin Bali ini sangat terkesan. Dalam kunjungan tersebut beliau berjanji memberikan dampak yang nyata terhadap kegiatan KRPL di Bali. Dan mewanti-wanti setiap SKPD di provinsi agar instansinya menyiapkan tempat untuk memajang tanamantanaman pangan seperti KRPL di kantor masing-masing. Beliau menyatakan “ setiap orang setiap hari perlu makan dan apabila bahan-bahannya tersedia disekitar pekarangan rumah kan tidak perlu repot-repot ke warung/pasar, cukup memetik di rumah saja dan gratis lagi, tidak perlu mengeluarkan biaya. Hal-hal seperti ini perlu dipahami oleh masyarakat, sehingga nantinya bisa semakin mandiri, dengan demikian ketahanan pangan akan terwujud dengan sendirinya” Kunjungan ke Kelompok Pangan Sari ternyata menggugah pengambil kebijakan di Bali tersebut untuk membuat kegiatan serupa di semua instansi P2KP dan BPMPD yang ada di semua kabupaten di Bali, kunjungan ke KWT Pangan Sari ternyata menjadi “Inspirasi seorang Gubernur” untuk menjadikannya sebuah program di daerah, utamanya Bali sebagai wilayah yang dipimpinnya.
KRPL diusulkan menjadi sebuah program
kegiatan di semua kabupaten di Bali, dimana kegiatan tersebut nantinya harus berdampingan dengan kegiatan SIMANTRI (sistem pertanian terintegrasi) milik Pemda kerjasama dengan BPTP Bali. “Kenapa harus berdampingan ?” Tanya beliau sewaktu
memaparkan program tersebut. Simantri merupakan kawasan pemeliharaan ternak sapi dalam kandang koloni, yang selain menghasilkan ternak (anak),
ternak tersebut juga
menghasilkan kompos dan biourin yang bermutu hasil olahan kelompok Simantri dengan metode fermentasi. Dengan lokasi yang berdampingan antara KRPL dengan Simantri diharapkan kedua program tersebut dapat saling memberikan kontribusi satu sama lainnya. Kompos dan biourin yang dihasilkan di Simantri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan media tanam di KRPL, sedangkan sisa-sisa sayur yang tidak termanfaatkan dijadikan substitusi pakan ternak. KRPL/PUSPASARI yang dilaksanakan oleh Pemda kabupaten dan dikoordinasikan oleh BPMD Provinsi Bali No
Kabupaten
1 2 3 4
Buleleng Tabanan Gianyar Badung
5 6 7 8
Karangasem Klungkung Jembrana Bangli Jumlah
Jumlah KRPL yang dialokasikan 6 7 4 4 8 7 4 9 49
SKPD yang melaksanakan BPMPD P2KP BPMPD Dinas Pertanian, perkebunan dan kehutanan P2KP P2KP BPMPD P2KP
Di Provinsi Bali sendiri melalui BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa) program
KRPL
diubah
menjadi PUSPASARI (Pusat Pangan
Lestari),
dan
melalui BPMPD atau P2KP di kabupaten kegiatan ini di sebarkan
ke
desa-desa
yang dirasakan layak untuk dilaksanakan. Untuk tahun anggaran 2013
aju merah-red) Pangan Sari
KRPL di Bali yang di kelola oleh BPMD Provinsi berjumlah 49 lokasi yang tersebar di 8 kabupaten. Kegiatan ini merupakan wujud nyata daripada kepedulian seorang Mangku Pastika, selaku Gubernur Bali yang mengimplementasikan hasil kunjungannya ke kelompok Pangan Sari di Cengkilung menjadi kegiatan di masyarakat Bali. Terobosan Inovasi Teknologi Dalam melaksanakan kegaiatn MKRPL di Cengkilung beberapa inovasi dilakukan untuk keberhasilan program tersebut. Salah satu inovasi teknologi yang diaplikasi pada kegiatan ini adalah
menerapkan pola bididaya secara organik. Mulai dari perbenihan,
pembibitan sampai dengan pemupukan dan pemberantasan hama penyakit dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan an organik. Pupuk kompos berasal pupuk kandang yang difermentasi menggunakan Rumino Baccillus dari BPTP Bali atau fermentor Orgadex, dari Balai Penelitian. Demikian pula dengan perawatan tanaman disiram menggunakan biourin yang telah difermentasi juga menggunakan Rumino Baccilus dikombinasikan dengan Azba (Azotobacter), menggunakan teknologi dari BPTP Bali. Dengan demikian semua produk yang dihasilkan di KWT Pangan Sari adalah organik. Semua teknologi yang diterapkan di KWT Pangan Sari sebelumnya diajarkan oleh pendamping melalui Sekolah Lapang (SL), sehingga kegiatan tersebut dapat berlanjut dan dilakukan di masing-masing anggota KWT. Bagi anggota yang tidak memiliki ternak akan menggunakan kompos dan
biourin yang dihasilkan oleh Simantri, dan disubsidi oleh kelompok dari hasil penjualan bibit dan hasil panen tanaman di KBD (kebun bibit desa). Anggota Pangan sari merupakan sosok yang aktif berinovasi, hal ini terlihat dari pola mereka untuk membibitkan tanaman yang mereka butuhkan di masing-masing rumah, selain membuat pembibitan di KBD. Dengan membibitkan tanaman di rumah mereka bisa menanam jenis tanaman yang disukai dan jumlah yang mereka inginkan.
Foto Pemanfaatan pekarangan rumah di Cengkilung (Pangan Sari)