WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
M O D U L P E L AT I H A N
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
PANAS BUMI UNTUK ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL
All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
PA N D U A N P E L AT I H A N
Indra Sari Wardhani
PANAS BUMI
Achmed Shahram Edianto
UNTUK ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL
Penanggung Jawab
Penulis Naskah Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Henriette Imelda
Narasumber Arimbi Heroeputri
Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo
Penerbit WWF Indonesia
Cetakan Pertama xxxxx 2015
Sumber Foto Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Peter Prokosch Moving Images NL Agency WWF Indonesia WWF Canon
HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : 978-979-1461-53-5
WWF-INDONESIA
2015
DAFTAR ISI Kerangka Panduan Pelatihan Panas Bumi Matriks Silabus Pelatihan Contoh Agenda Catatan Khusus : Panduan untuk Pelatihan Daftar Istilah Penting
06 07 08 09 10
I. ORIENTASI
11
1. Perkenalan Alur Pelatihan 2. Kontrak Belajar 3. Perkenalan Tentang Program Ring of Fire WWF Indonesia
12 13 14
II. MENGENAL ENERGI PANAS BUMI 1. Pengenalan Sistem energi 2. Pengenalan Pembangkitan Listrik 3. Potensi panas bumi di dunia dan Indonesia 4. Dasar hukum dan kebijakan panas bumi di Indonesia
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
III. MENGENAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)
19
1. Dasar dasar sistem panas bumi 2. Pemanfaatan energi panas bumi 3. Pengenalan teknologi panas bumi 4. Pengenalan ekonomi panas bumi 5. Pengenalan PLTP
20 20 21 21 22
IV. DAMPAK PROYEK PLTPB
23 24 24 25
1. Pengenalan siklus proyek dan bisnis PLTP 2. Dampak proyek PLTP dari aspek lingkungan atau wilayah hutan 3. Dampak proyek PLTP dari aspek sosial
V. BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI)
27
1. Dasar dasar Advokasi 2. Bekerjasama dengan Pemerintah dan Sektor Swasta dalam proyek PLTP
28 29
VI. PENUTUP
31
1. Arti Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan 2. Tindak Lanjut
31 31
15 16 16 17 18
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
WWF Indonesia melalui program “Ring of Fire” memiliki komitmen yang tinggi dalam mendorong pengembangan panas bumi yang berkelanjutan di Indonesia hingga tiga kali lipat pada 2020. Berawal di Indonesia dan Filipina, pada 2012 WWF meluncurkan buku pertama berjudul “Igniting the Ring of Fire: A Vision for Developing Indonesia's Geothermal Power”, memetakan berbagai peluang dan tantangan dalam pengembangan panas bumi khususnya di Indonesia. Pada tahun 2013, WWF Indonesia kembali meluncurkan buku kedua berjudul “Panduan Kelestarian Ekosistem untuk Pemanfaatan Panas Bumi” sebagai salah satu masukan bagi pemerintah dan perusahaan untuk mensinergikan pengembangan energi yang lebih ramah lingkungan dengan tetap menjaga kelestarian hutan yang bernilai konservasi tinggi serta kearifan lokal masyarakat mengingat potensi panas bumi banyak terdapat dikawasan hutan. Dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2014, tercantum pentingnya peran dan partisipasi masyarakat
SEKAPUR SIRIH Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat melimpah namun pemanfaatannya hingga saat ini masih belum optimal, salah satunya adalah energi panas bumi. Kondisi geologis akibat pertemuan lempengPasifik, lempeng IndiaAustralia dan lempeng Eurasia menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia.
sipil dalam pengembangan panas bumi. Untuk meningkatkan peran partisipatif tersebut, maka kapasitas masyarakat sipil baik secara teknis maupun institusional perlu ditingkatkan. Sejak pertengahan 2014, dengan dukungan dari SIDA dan WWF Swedia, WWF Indonesia menginisiasi kegiatan “Pengembangan Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil untuk Mendukung Pengembangan Panas Bumi yang Berkelanjutan di Indonesia”. Kegiatan ini dilakukan di 3 pilot lokasi yang memiliki potensi panas bumi cukup besar yaitu Lampung, Aceh dan Jambi. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas organisasi masyarakat sipil sehingga dapat melakukan dialog, advokasi kebijakan dan membangun kemitraan yang strategis dengan pengembang Panas Bumi maupun Pemerintah Daerah terkait pengembangan panas bumi. WWF Indonesia bekerja sama dengan Institute for Essential Service Reform (IESR), salah satu LSM yang bergerak dalam pengembangan energi di Indonesia, menyusun “Modul Pelatihan Panas Bumi” yang ditujukan untuk organisasi masyarakat sipil. Modul pelatihan ini disusun dalam konteks yang mudah dipahami dan mampu memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai aspek teknis
Panas bumi merupakan program prioritas pemerintah dalam rangka mendukung ketahanan dan kemandirian energi serta mendukung upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Pemerintah indonesia telah menetapkan target penggunaan energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada 2025 di dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui Peraturan Presiden No.79 Tahun 2014. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan partisipasi seluruh elemen baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat luas.
pengembangan panas bumi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat, serta aspek institusional yang meliputi kebijakan pengembangan panas bumi dan strategi advokasi kebijakan. Saya berharap modul pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan organisasi masyarakat sipil dalam mendukung pengembangan panas bumi yang berkelanjutan di Indonesia. Modul ini juga dapat menjadi referensi dan materi edukasi bagi semua pihak baik pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat secara luas. Salam Lestari, Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
05
MATRIKS SILABUS PELATIHAN
NO
MATERI
POKOK BAHASAN
Perkenalan Alur Pelatihan I
ORIENTASI
Kontrak Belajar Perkenalan Tentang Program Ring of Fire WWF Indonesia
Pengenalan Sistem energi II
MENGENAL ENERGI PANAS BUMI
Pengenalan Pembangkitan Listrik Potensi panas bumi di dunia dan Indonesia Dasar hukum dan kebijakan panas bumi di Indonesia Dasar dasar sistem panas bumi
III
MENGENAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)
Pemanfaatan energi panas bumi Pengenalan teknologi panas bumi Pengenalan ekonomi panas bumi Pengenalan PLTP
Pengenalan siklus proyek dan bisnis PLTP Dampak proyek PLTP dari aspek lingkungan atau IV
DAMPAK PROYEK PLTP
wilayah hutan Dampak proyek PLTP dari aspek sosial
KERANGKA PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
TUJUAN KHUSUS : V
Peserta pelatihan memahami konsep dasar Energi Panas Bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Peserta pelatihan memahami kebijakan panas bumi di Indonesia dan lembaga-lembaga yang terlibat Peserta pelatihan memahami dampak positif dan dampak negatif dari proyek Panas Bumi bagi masyarakat Peserta pelatihan memahami alternatif solusi masalah panas bumi di atas
TUJUAN UMUM : Peserta pelatihan dapat mengindentifikasikan permasalahan di tingkatnya yang berhubungan dengan kebijakan panas bumi dan proyek PLTP Peserta pelatihan mampu menyusun rencana aksi secara rinci dan sistematis sebagai alternatif pengelolaan panas bumi yang berkelanjutan baik dari sisi lingkungan maupun masyarakat.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
06
VI
BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI)
PENUTUP
Dasar dasar Advokasi Bekerjasama dengan Pemerintah dan Sektor Swasta dalam proyek PLTP Evaluasi dan Refleksi Tindak Lanjut
CONTOH AGENDA
HARI
WAKTU
• Perkenalan Alur Pelatihan • Perkenalan Tentang Program Ring 120 menit
TUJUAN
MATERI
• Peserta memahami tujuan pelatihan dan konsekuensinya
of Fire WWF Indonesia
METODE • Ceramah • Tanya Jawab • Permainan
• Kontrak Belajar • Pengenalan Sistem energi
1
180 menit
• Peserta memahami bermacam jenis
• Ceramah
• Pengenalan Pembangkitan Listrik
energi dan sistem pembangkitan
• Tanya Jawab
• Potensi panas bumi di dunia dan
listrik.
• Permainan
Indonesia
• Peserta mengetahui dimana Wilayah Kerja Panas Bumi yang ada di daerahnya
• Dasar hukum dan kebijakan panas bumi di Indonesia 120 menit
• Peserta memahami kebijakan panas bumi di Indonesia dan
• Ceramah • Tanya Jawab
lembaga mana yang mengelola panas bumi
120 menit
• Dasar dasar sistem panas bumi • Pemanfaatan energi panas bumi • Pengenalan teknologi panas bumi
2
120 menit
• Pengenalan ekonomi panas bumi
• Peserta memahami potensi dan kegunaan panas bumi • Peserta memahami teknologi yang
• Ceramah • Tanya Jawab • Ceramah
digunakan pada panas bumi
• Tanya Jawab
(pemanfaatan langsung dan tidak
• Peragaan
langsung) • Pengenalan PLTP 120 menit
• Pengenalan siklus proyek dan bisnis PLTP
120 menit
• Peserta memahami cara kerja
• Ceramah
PLTP dan model bisnis yang
• Tanya Jawab
dipakai
• Peragaan
• Dampak proyek PLTP dari aspek
• Peserta memahami dampak PLTP
lingkungan atau wilayah hutan
dari aspek lingkungan dan sosial
• Tanya Jawab
masyarakat
• Studi Kasus
• Dampak proyek PLTP dari aspek
• Ceramah
sosial • Dasar dasar Advokasi • Bekerjasama dengan Pemerintah 180 menit
3
• Peserta mampu menyusun rencana
• Kerja Kelompok dan
advokasi yang berdampak positif
Presentasi di Pleno
dan Sektor Swasta dalam proyek
untuk masyarakat yang tinggal di
PLTP
wilayah proyek panas bumi
• Evaluasi dan Refleksi • Tindak Lanjut 90 menit
• Peserta mampu menyusun kesepakatan tindak lanjut paska pelatihan. • Masukan untuk perbaikan materi dan system pelatihan
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
08
CATATAN KHUSUS : PANDUAN UNTUK PELATIHAN
• Diskusi • Mengisi kuesioner
Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah peserta. Prinsipnya, semakin kecil jumlah peserta maka semakin baik, karena memungkinkan proses berlangsung lebih intensif dan semua peserta memperoleh kesempatan yang sama besar. Pengalaman selama ini menunjukan bahwa pelatihan yang efektif biasanya diikuti oleh 15-20 orang peserta saja. Usahakan komposisi peserta tidak homogen, termasuk dari segi perimbangan gender. Hal lain dari peserta adalah sumber perekrutannya. Kalau pelatihan dilakukan di daerah dimana anda, atau organisasi anda, sudah lama bekerja selama ini, mungkin tidak terlalu sulit melalui perekrutan peserta. Sedikit banyak anda sudah kenal baik orang-orang disana. Sebaiknya memang ada survey awal tentang hal ini, jangan asal undang siapa saja yang berminat ikut pelatihan.. Ada satu kesalahan umum yang sangat sering terjadi selama ini yaitu kecenderungan untuk memilih mereka yang nampak aktif, pintar bicara, punya latar pendidikan resmi yang cukup baik, nampak lebih terpelajar, dan ditokohkan oleh warga setempat. Semua ini bisa menjebak karena bisa jadi orang biasa saja yang nampak tidak menonjol dan tidak suka menonjolkan diri ternyata
kemudian mampu menjadi seorang pengorganisir yang handal, penuh dedikasi pada pekerjaan, bahkan tanpa pamrih sekalipun. Terakhir, buku panduan ini memang hanyalah panduan. Sekali lagi, jangan takut mengubah. Sesuaikan dengan kebutuhan yang anda akan lakukan. Ingat, sebagai fasilitator, anda: 1. Bukan guru atau penceramah, 2. Tetapi lebih sebagai pemandu proses belajar dimana peserta akan belajar bersama melalui diskusi antar mereka dan dengan anda, 3. Sehingga anda adalah juga peserta sekaligus yang bisa saja justru belajar dari pengalaman dan pendapat mereka, 4. Dan karena itu, baca dan pahami dengan baik setiap langkah pada uraian proses panduan ini, 5. Tapi, jangan membatasi diri, coba kembangkan dan perkaya proses yang terurai dalam panduan ini secara lebih kreatif.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
09
01
DAFTAR ISTILAH PENTING Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu system Panas Bumi. Wilayah Kerja Panas Bumi yang selanjutnya disebut Wilayah Kerja adalah wilayah dengan batas-batas koordinat tertentu digunakan untuk pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung. Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia, serta survei landaian suhu apabila diperlukan, untuk memperkirakan letak serta ada atau tidak adanya sumber daya Panas Bumi. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan cadangan Panas Bumi. Studi Kelayakan adalah kajian untuk memperoleh informasi secara terperinci terhadap seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan Panas Bumi yang diusulkan. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada Wilayah Kerja tertentu yang meliputi pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan penunjangnya, serta operasi produksi Panas Bumi. Pemanfaatan Langsung adalah kegiatan pengusahaan pemanfaatan Panas Bumi secara langsung tanpa melakukan proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi jenis energi lain untuk keperluan nonlistrik. Pemanfaatan Tidak Langsung adalah kegiatan pengusahaan pemanfaatan Panas Bumi dengan melalui proses pengubahan dari energi panas danjatau fluida menjadi energi listrik
POKOK BAHASAN 1
ORIENTASI (120 MENIT)
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI
10
01. PERKENALAN ALUR PELATIHAN Tujuan • Peserta memahami proses dan tujuan pelatihan sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses pelatihan
Metode • Curah Pendapat
Bahan • Kertas Metaplan • Spidol Warna Warni • Poster Pembangkit Fosil vs Energi Terbarukan (fokus Panas Bumi) • Skema proses pelatihan
02. KONTRAK BELAJAR Tujuan
Waktu • 30 menit
Proses • Peserta dan Fasilitator menuliskan nama masing-masing pada kertas metaplan • Permainan perkenalan dengan bola. Peserta dan fasilitator membentuk lingkaran. Bola dilempar pada salah satu peserta. Peserta yang menerima bola menunjukkan pada metaplan dan menyebutkan namanya sendiri (boleh ditambah dengan informasi apapun yang ingin ia sampaikan mengenai dirinya). Kemudian ia melemparkan bola kepada peserta yang lain dan seterusnya.
• Peserta berkomitmen untuk mengikuti keseluruhan proses belajar
Metode • Curah Pendapat • Pengisian daftar pertanyaan Bahan • Daftar pertanyaan tentang “Harapan saya pada pelatihan ini dan peran serta” • Kertas metaplan
Waktu • 45 menit
• Fasilitator menunjukkan poster Pembangkit Fosil vs Energi Terbarukan. Kemudian fasilitator memancing minat peserta dengan mengajukan pertanyaan terkait gambar tersebut. • Fasilitator menjelaskan skema proses pelatihan secara umum kepada peserta
Proses • Fasilitator melontarkan pertanyaan pancingan, sehingga jawaban dari peserta mengarah ke pengungkapan harapan peserta tentang materi pelatihan tersebut. • Peserta menuliskan harapannya di kertas metaplan • Kertas metaplan ditempelkan pada papan yang tersedia untuk didiskusikan bersama
00
12
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1
13
02 03. PERKENALAN TENTANG PROGRAM RING OF FIRE WWF Tujuan • Peserta memahami tentang program Ring of Fire WWF, termasuk juga mengenai organisasi WWF Metode • Presentasi narasumber • Tanya Jawab Bahan • Leaflet program Ring of Fire • Brosur tentang WWF Indonesia
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator memperkenalkan narasumber dari WWF Indonesia yang akan memaparkan program Ring of Fire • Narasumber mempresentasikan selama 20 menit ttg WWF Indonesia dan program Ring of Fire nya. • Fasilitator mempersilakan peserta untuk tanya jawab dengan narasumber
BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 1 BAHAN 01 : Skema Proses Pelatihan BAHAN 02 : Poster Energi Fosil vs Energi Terbarukan BAHAN 03 : Daftar Pertanyaan “Harapan dan Kontribusi Saya” BAHAN 04 : Leaflet tentang Program Ring of Fire BAHAN 05 : Brosur tentang WWF Indonesia
POKOK BAHASAN 2
MENGENAL ENERGI PANAS BUMI ( 300 MENIT)
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1
14
01. PENGENALAN SISTEM ENERGI Tujuan • Peserta memahami apa yang dimaksud dengan sistem energi
03. POTENSI PANAS BUMI DI DUNIA DAN DI INDONESIA Metode • Diskusi
Tujuan • Peserta memahami potensi dan sebaran panas bumi di Indonesia dan bagaimana perkembangannya
Bahan • Infografik Sistem Energi
Waktu • 60 menit
02. PENGENALAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK
Metode • Diskusi
Bahan • Peta sebaran potensi panas bumi
Waktu • 60 menit
Tujuan • Peserta memahami jenis jenis pembangkitan listrik
Metode • Diskusi
Bahan • Infografik jenis-jenis pembangkit listrik
Waktu • 60 menit
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2
16
Untuk Sub Pokok Bahasan 1-3 Prosesnya digabungkan sebagai berikut: Proses • Fasilitator menempelkan infografik dari system energi dan jenis pembangkitan listrik serta peta sebaran panas bumi di papan yang tersedia atau di dinding ruangan • Fasilitator memberikan waktu selama 30 menit kepada peserta untuk melihat dan mengamati infografik dan peta tersebut. • Fasilitator mengundang Narasumber untuk memberikan penjelasan terkait dng infografik dan peta tersebut selama 30 menit. • Fasilitator mempersilakan peserta untuk melakukan tanya jawab dengan narasumber. • Fasilitator memilih tiga orang untuk menjelaskan kondisi masyarakat dan lingkungan di masing masing daerahnya terkait dengan keberadaan potensi panas bumi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2
17
03 04. DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN PANAS BUMI DI INDONESIA Tujuan • Peserta memahami kebijakan panas bumi dan lembaga apa saja yang terkait dengannya
Metode • Presentasi Narasumber • Diskusi Kelompok
Bahan • Undang Undang No.21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
Waktu • 120 menit
Proses • Fasilitator mengundang narasumber untuk memaparkan kebijakan terkait dengan pengembangan panas bumi di Indonesia. • Narasumber memaparkan situasi dan kondisi serta kerangka regulasi dalam pengembangan panas bumi di Indonesia selama 30 menit. • Fasilitator mempersilakan peserta untuk melakukan tanya jawab dengan narasumber selama 30 menit. • Fasilitator membagikan lembar bacaan dari pasal 65 UU No.21/2014 terkait dengan Peran Serta Masyarakat • Fasilitator membagi peserta dalam dua kelompok, dan masing masing kelompok mendiskusikan pasal 65 tersebut • Fasilitator mengundang wakil dari masing masing kelompok untuk memaparkan peluang peran serta masyarakat yang dapat dilakukan
BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 2 BAHAN 06 : Infografik Sistem Energi BAHAN 07 : Infografik Jenis Jenis Pembangkitan Listrik BAHAN 08 : Peta Sebaran Potensi Panas Bumi (Di Dunia dan Indonesia) BAHAN 09 : Undang Undang No.21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi BAHAN 10 : Lembar Bacaan terkait dengan Pasal 65 UU 21/2014
POKOK BAHASAN 3
MENGENAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) ( 240 Menit)
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2
18
01. DASAR-DASAR SISTEM PANAS BUMI
03. PENGENALAN TEKNOLOGI PANAS BUMI
Tujuan
Tujuan
• Peserta memahami dasar-dasar sistem panas bumi
• Peserta mengetahui teknologi apa yang dipakai dalam pemanfaatan energi panas bumi
Metode • Audio Visual • Presentasi Narasumber
Metode • Diskusi
Bahan • Infografik Sistem Energi
Bahan • Alat Peraga • Poster tentang teknologi panas bumi
Waktu • 45 menit
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator memperkenalkan narasumber lalu memutar film video durasi 10 menit tentang topik yang akan dibicarakan • Narasumber menjelaskan kembali selama 15 menit tentang dasar dasar system panas bumi • Peserta melakukan tanya jawab dengan narasumber
Proses • Fasilitator menempelkan poster tentang teknologi panas bumi yang dipakai oleh pengembang di dinding ruangan. • Fasilitator juga memasang alat peraga (kompor + ceret) untuk menerangkan prinsip dasar teknologi panas bumi • Peserta dipersilakan bertanya dengan narasumber yang mendampingi dalam sesi tersebut
02. PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
04. PENGENALAN EKONOMI PANAS BUMI
Tujuan • Peserta mengetahui dan memahami pemanfaatan energi panas bumi
Tujuan • Peserta memahami biaya pengembangan panas bumi mulai dari tahap pendahuluan hingga beroperasi
Metode • Audio Visual • Presentasi Narasumber
Bahan • Video durasi 10 menit
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator memperkenalkan narasumber lalu memutar film video durasi 10 menit tentang topik yang akan dibicarakan • Narasumber menjelaskan kembali selama 15 menit tentang dasar dasar system panas bumi • Peserta melakukan tanya jawab dengan narasumber
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3
20
Metode • Presentasi Narasumber
Bahan • Lembar bacaan tentang biaya pembangkitan panas bumi
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator mengundang narasumber untuk memaparkan materi tentang ekonomi panas bumi selama 20 menit • Peserta melakukan tanya jawab dengan narasumber dari lembar bacaan yang sudah dibagikan sebelumnya
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3
21
04 05. PENGENALAN PLTP Tujuan • Peserta memahami cara beroperasinya PLTP dan model bisnis yang dipakai
Metode • Audio Visual • Diskusi
Bahan • Video durasi 10 menit
Waktu • 60 menit
Proses • Fasilitator memutar video durasi 10 menit tentang cara beroperasinya PLTP • Fasilitator mengundang narasumber dari perusahaan panas bumi untuk menjelaskan model bisnis PLTP selama 20 menit • Peserta melakukan diskusi dengan narasumber
BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 3 BAHAN 11 : Video dasar dasar panas bumi BAHAN 12 : Video pemanfaatan energi panas bumi BAHAN 13 : Alat Peraga (Kompor dan Ceret) BAHAN 14 : Poster tentang Teknologi Panas Bumi BAHAN 15 : Lembar Bacaan tentang biaya pembangkitan panas bumi BAHAN 16 : Video cara beroperasinya PLTP
POKOK BAHASAN 4
DAMPAK PROYEK PLTP ( 120 Menit)
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3
22
01. PENGENALAN SIKLUS PROYEK DAN BISNIS PLTP Tujuan • Peserta memahami prinsip-prinsip dan cara kerja usaha PLTP
Metode • Ceramah nara sumber • Klarifikasi peserta
Bahan • Presentasi nara sumber
Waktu • 30 menit
Proses • Fasilitator mengundang narasumber untuk menjelaskan siklus proyek dan bisnis PLTP, maksimum 20 menit. • Sesudah presentasi, fasilitator dapat mengundan peserta untuk klarifikasi penjelasan dari narasumber. Dalam titik ini, sebaiknya proses tanya-jawab antara nara sumber diminimalkan sampai keseluruhan materi dalam Pokok Bahasan`IV ini diberikan.
03. DAMPAK PROYEK PLTP DARI ASPEK SOSIAL Tujuan
02. DAMPAK PROYEK PLTP DARI ASPEK LINGKUNGAN DAN WILAYAH HUTAN Tujuan • Peserta memahami dampak PLTP, terhadap lingkungan dan wilayah hutan • Peserta dapat menggali dampak positif dan negatif dari kegiatan PLTP
Metode • Cerita-diri'
Metode • Audio visual • Diskusi
Bahan • Meta plan • Ruangan yang nyaman
Bahan • Film berdurasi 10 menit yang menggambarkan aspek lingkungan dan hutan dengan PLTP
Waktu • 45 menit
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator meminta beberapa peserta untuk menceritakan kemungkinan dampak baik positif maupun negatif yang akan terjadi jika proyek PLTP terjadi • Berdasarkan cerita tersebut, fasilitator memilah/mengklasifikasi dampak tersebut. • Kemudian bersama para peserta bersama melihat kemungkinan – kemungkinan yang dapat ditempuh untuk mengatasi potensi dampak negatif, dan memaksimalkan potensi dampak positif.
Proses • Setelah menonton film tersebut, fasilitator dapat menggali pengetahuan peserta melalui Tanya jawab dengan bimbingan nara sumber
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4
24
• Peserta memahami dampak PLTP, terhadap masyarakat • Peserta dapat menggali dampak positif dan negatif dari kegiatan PLTP
• Spidol
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4
25
05 BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 4 BAHAN 17 : Makalah Nara sumber BAHAN 18 : Video tentang aspek lingkungan dan hutan dan hubungannya dengan PLTP BAHAN 19 : Bahan bacaan tentang aspek lingkungan, hutan dan sosial dari PLTP BAHAN 20 : Bahan bacaan contoh-contoh good practices dari aktivitas PLTP
POKOK BAHASAN 5
BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI) ( 180 MENIT) PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4
26
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
02. BEKERJA SAMA DENGAN PEMERINTAH DAN SEKTOR SWASTA DALAM PROYEK PLTPB 01. DASAR-DASAR ADVOKASI Tujuan • Peserta memahami cara-cara menyuarakan pandangan dan pikirannya atas suatu isu • Peserta dapat mengidentifikasikan siapa kawan, siapa lawan
Metode • Ceramah • Tanya jawab
Bahan • Makalah nara sumber
Tujuan • Peserta memahami ke lembaga mana jika ada permasalahan yang akan dikemukakan • Peserta memiliki keakhlian negosiasi dengan para pihak
Metode • Ceramah • Bermain peran
Bahan • Lembar kerja kasus • Informasi
• Meta plan
Waktu • 120 menit Waktu • 60 menit
Proses • Fasilator mengundang narasumer untuk berbagi mengenai prinsip, tujuan, dan teknik advokasi • Klarifikasi dan Tanya jawab
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5
28
Proses • Fasilitator mengajak peserta untuk melihat kembali hasil dari pokok bahasan 4 tentang mengidentifikasi dampak positif dan negative dari kegiatan PLTP • Fasilitator mengajak peserta untuk bermain peran berdasarkan bahan di atas untuk bernegosiasi kepentingannya • Pada akhir proses, fasilitator merangkum temuan-temuan dalam aktivitas bermain-peran, bersama para peserta.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5
29
06 POKOK BAHASAN 6
PENUTUP 01. EVALUASI DAN REFLEKSI Tujuan • Mendapat input dari peserta tentang materi, proses, bahan-bahan ajar, fasilitator dan nara sumber sehingga penyelenggara dapat memperbaiki di masa mendatang • Pesertadan penyelenggara dapat mengukur diri tentang materi yang disampaikan • Peserta menyadari guna latihan ini pada pengembangan dirinya
Metode • Mengisi Lembar Evaluasi • Berbagi-cerita
Bahan • Lembar Evaluasi • Karton
• Mengisi Lembar Refleksi
• Lembar Refleksi • Spidol
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator menerangkan tujuan sesi ini, kemudian menerangkan cara dan kegunaan mengisi Lembar Evaluasi dan Lembar Refleksi, maksimum 10 menit. • Peserta mengisi Lembar Evaluasi dan Lembar Refleksi, maksimum 15 menit. • Sesudah peserta mengisi, fasilitator meminta untuk melihat diri selama dua hari proses lokakarya ini untuk menemukenali apa yang telah berubah dari peserta setelah mendapatkan materi. • Fasilitator kemudian meminta beberapa peserta untuk berbagi-ceritanya • Fasilitor merangkum kisi-kisi temuan dari proses ini.
BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 5 • BAHAN 21 : Bahan bacaan tentang advokasi • BAHAN 22 : Bahan bacaan tentang mengelola konflik
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 6
31
02. TINDAK LANJUT Tujuan • Ada tindak lanjut yang terukur yang dibangun oleh peserta
Metode • Ceramah
Bahan • Lembar Tindak Lanjut
Waktu • 45 menit
Proses • Fasilitator menerangkan apa yang dimaksud dengan tindak lanjut dengan prinsip TerukurWaktu yang tepat- Realistis. Setelah peserta memahami prinsip-prinsip tersebut, fasilitator meminta peserta untuk mengisi Lembar Tindak Lanjut.
BAHAN-BAHAN POKOK BAHASAN 6 • BAHAN 23 : Lembar evaluasi dan refleksi • BAHAN 24 : Lembar Rencana Tindak Lanjut
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 6
32
15
20
WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
BAHAN POKOK BAHASAN 1
ORIENTASI All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
BAHAN POKOK BAHASAN 1
ORIENTASI
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Indra Sari Wardhani Indra Sari Wardhani Achmed Shahram Edianto Achmed Shahram Edianto Penulis Naskah Penulis Naskah Muhamad Suhud Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Fabby Tumiwa Henriette Imelda Henriette Imelda Narasumber Narasumber Arimbi Heroeputri Arimbi Heroeputri Tim Disain dan Ilustrasi Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo PT. Maginate Kreasindo Penerbit Penerbit WWF Indonesia WWF Indonesia Cetakan Pertama Cetakan Pertama xxxxx 2015 xxxxx 2015 Sumber Foto Sumber Foto Christopher Cheng Ng Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Mauri Rautkari Peter Prokosch Peter Prokosch Moving Images Moving Images NL Agency NL Agency WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Canon WWF Canon
HAK CIPTA : HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : ISBN NO :
978-979-1461-53-5 978-979-1461-53-5
B A H A N 0 1
SKEMA PROSES PELATIHAN
01 120 menit
ORIENTASI MENGENAL ENERGI PANAS BUMI
02 300 menit
03 240 menit
05
MENGENAL PLTP DAMPAK PROYEK PLTP
STRATEGI ADVOKASI
04 120 menit
180 menit
06 90 menit
PENUTUP
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 1
03
B A H A N 0 2
POSTER ENERGI FOSIL VS ENERGI TERBARUKAN
ENERGI FOSIL
ENERGI TERBARUKAN 2
1
VS
3 4 5
Bahan bakar fosil terbentuk dari sisa-sisa organik tanaman dan hewan yang mati ribuan tahun lalu dan tetap terkubur dalam pasir dan lumpur. Tahun-tahun berlalu, lapisan pasir dan lumpur kian menumpuk diatasnya dan berubah bentuk menjadi batuan karena panas dan tekanan. Sisa tumbuhan dan hewan yang terkubur di dalamnya berubah bentuk menjadi batuan karena panas dan tekanan. Sisa tumbuhan dan hewan yang terkubur di dalamnya berubah menjadi bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil haru diekstraksi dari kedalaman bumi dimana mereka terbentuk.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 2
04
Energi Terbarukan adalah energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti: 1
Tenaga Surya,
2
Tenaga Angin,
3
Tenaga Air,
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 2
05
B A H A N 0 4
B A H A N 0 3
DAFTAR PERTANYAAN HARAPAN DAN KONTRIBUSI SAYA
LEAFLET TENTANG PROGRAM RING OF FIRE
HARAPAN DAN KEKUATIRAN SAYA • Saya mengikuti pelatihan ini karena
• Pelatihan ini akan berhasil apabila
• Sesudah pelatihan ini saya berharap memperoleh
• Yang saya khawatirkan dari pelatihan ini adalah
KONTRIBUSI SAYA • Kontribusi saya untuk pelatihan ini adalah
• Pelatihan ini akan berhasil jika saya
Leaflet Tentang Program Ring Of Fire
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 3
06
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 4
07
B A H A N 0 5
BROSUR TENTANG WWF INDONESIA
TENTANG
WWF INDONESIA WWF-Indonesia merupakan yayasan independen yang terdaftar sesuai hukum Indonesia. Dikelola oleh Dewan Penyantun yang terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas dan Dewan Pelaksana. Dewan ini berfungsi sebagai lembaga penentu arahan strategis dan kredibilitas WWFIndonesia. Para anggota dewan berbagi tanggung jawab secara kelembagaan melalui komite operasional. Dua komite yang sedang dalam tahap pengembangan adalah Komite Pendanaan dan Investasi serta Komite Program.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 5
08
Kantor Sekretariat Nasional WWF-Indonesia berada di Jakarta. Perannya memimpin dan berkoordinasi dengan 24 kantor WWF-Indonesia yang tersebar di seluruh negeri. Kantor Sekretariat mengembangkan kebijakan dan prioritas, membantu pertukaran pembelajaran antar kantor, melakukan koordinasi untuk kampanye nasional, memberikan bantuan teknis dan pengembangan kapasitas, serta memberikan dukungan agar kegiatan ditingkat nasional berjalan dengan lancar. Kantor Sekretariat Nasional juga menjaga agar upaya WWFIndonesia selaras dengan Global WWF Network. WWF-Indonesia memiliki sejumlah kantor lapangan (Field Office). Dua dari Kantor lapangan ini, melakukan koordinasi untuk kegiatan dan program di lokasi konservasi. Kantor Lapangan Jayapura merupakan kantor terbesar yang ada dipimpin oleh Benja Mambai. Kantor ini mengkoordinasi seluruh kegiatan WWF-Indonesia di Papua dan Irian Jaya bagian Barat. Kantor Lapangan Mataram, melakukan koordinasi bagi kerja WWFIndonesia di wilayah Nusa Tenggara. Kantor lapangan tersebut melakukan upaya pelestarian di tingkat lokal. Kami bekerja sama dengan pemerintah lokal,
melalui kegiatan proyek praktis di lapangan, penelitian ilmiah, memberi masukan untuk kebijakan lingkungan, mempromosikan pendidikan lingkungan, memperkuat komunitas, dan meningkatkan kesadaran publik terhadap isu lingkungan. WWF-Indonesia merupakan bagian independen dari jaringan dari WWF dan afiliasinya, organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia. Untuk informasi lebih lanjut tentang visi global, sejarah dan keterlibatan kami selama ini untuk mencapai mimpi pelestarian kami yaitu mewujudkan dunia dimana manusia dapat hidup selaras dengan alam
1972
Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon,
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 5
09
Apa misi WWF-Indonesia?
TANYA JAWAB TENTANG WWF INDONESIA
Apa itu WWF? WWF adalah singkatan dari “World Wildlife Fund for Nature”. Nama tersebut merefleksikan komitmen WWF untuk bekerja --tidak hanya terkait isu kehidupan alam liar-tapi juga pada isu-isu lingkungan lainnya yang strategis.WWF adalah salah satu lembaga konservasi terbesar dan sangat berpengalaman di dunia, yang didirikan secara resmi tahun 1961. Sekertariat pusat WWF, yaitu WWF International, bertempat di Gland, Swiss. Sebagai organisasi global, WWF memiliki jaringan kerja yang terdiri dari lebih dari 80 kantor di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Secara global, WWF didukung oleh lebih dari 5 juta supporter.
Misi utama WWF Indonesia adalah melestarikan, merestorasi, dan mengelola ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkeadilan demi keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, melalui upaya: Menerapkan dan mempromosikan praktik-praktik konservasi terbaik yang berbasis sains, inovasi dan kearifan tradisional Memfasilitasi pemberdayaan kelompok-kelompok yang rentan, membangun koalisi dan bermitra dengan masyarakat madani, dan bekerjasama dengan pemerintah dan sektor swasta Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta aksi konservasi di kalangan masyarakat Indonesia Melakukan advokasi dan mempengaruhi kebijakan, hukum, dan institusi terkait untuk mendorong tata kelola lingkungan yang lebih baik
Apa itu WWF Indonesia? Darimana sumber dana WWF-Indonesia? WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 28 wilayah kerja lapangan, tepatnya di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas.Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu supporter di dalam negeri.
WWF-Indonesia tidak menerima dana dari APBN atau APBD, tetapi memperoleh dukungan dana lebih dari 40 lembaga donor, aid agencies, serta dukungan lebih dari total 64.000 supporter kami di seluruh Indonesia (data tahun 2013). Sumber dana & laporan keuangan WWF-Indonesia diaudit oleh auditor terpercaya, dan dipublikasikan secara terbuka setiap tahunnya. Lihat tautan berikut untuk mengunduh laporan tahunan (Annual Report) atau laporan keuangan kami.
Bagaimana status organisasi WWF Indonesia? Pada tahun 1998,WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum Yayasan. Dengan demikian WWF Indonesia memiliki entitas legal, independen, berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki struktur organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan mengembangkan program.
Siapa pengurus Yayasan WWF-Indonesia? The Board of Trustees atau Pengurus Yayasan WWFIndonesia terdiri dari Badan Pembina, Badan Pengurus, dan Badan Pengawas. Mereka merupakanlembaga penentu arahan strategis dan finansial, kebijakan dan perencanaan, monitoring keberhasilan dan kepentinganYayasan WWF-Indonesia didalam jaringan
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 5
10
global WWF. The Board of Trustees mendukung CEO dan Senior Management Team diantaranya dalam tata kelola dan pengembangan insitusi dan menetapkan serta mengimplementasikan rencana strategis organisasi.
Kenapa panda dijadikan logo WWF? Inspirasi awal untuk menjadikan panda sebagai logo WWF datang dari lahirnya seekor panda bernama Chi-Chi ke Kebun Binatang London tidak lama sebelum WWF didirikan.Logo WWF pertama kali didesain oleh ahli lingkungan dan seniman, Gerald Watterson, sedangkan finalisasi logo dilakukan oleh Sir Peter Scott seorang ahli ilmu burung (ornithologist),yang juga pelukis, berkebangsaan Inggris. “Kami menginginkan satwa yang karismatik, terancam punah, dan dicintai oleh banyak orang di dunia.Dengan menggunakan panda sebagai logo, kami juga dapat berhematkarena logo ini hanya memerlukan tinta hitam.” Begitu kata Sir Peter Scott,salah satu pendiri WWF Internasional tentang penggunaan panda sebagai logo WWF. Panda raksasa (giant panda) dimaksudkan sebagai simbol dari semua spesies terancam punah dan mewakilkan komitmen WWF untuk melindungi kehidupan alam liar, termasuk satwa liar dan habitatnya serta seluruhekosistem penting di planet Bumi. Logo ini digunakan oleh WWF diseluruh dunia.
Apakah saya bisa menggunakan logo WWF untuk keperluan pribadi? Gambar panda & tulisan "WWF" pada logo WWF telah terdaftar sebagai merek dagang (trademark) dan sepenuhnya merupakan hak cipta WWF. Logo itu sendiri tidak bisa digunakan atau dibuat ulang dalam berbagai bentuk tanpa izin, kecuali jika logo WWF sudah termasuk ke dalam suatu gambar, banner, e-card, atau presentasi dalam bentuk flash.Logo WWF tetap tidak bisa digunakan untuk mempromosikan produk atau situs selain situs resmi WWF. Dapatkan informasi tentang penggunaan logo dan isi situs WWF di http://www.wwf.or.id/using_site_content/.
Dengan siapa saja WWF bekerja sama? WWF-Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak dari pemerintah (baik di tingkat daerah maupun nasional), korporasi, komunitas masyarakat madani, LSM, akademisi, serta masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. WWF meyakini bahwa pelibatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka serta memberikan pilihan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam sangatlah penting bagi suksesnya upaya konservasi. WWF juga percaya bahwa dialog sangat penting dalam sebuah kerjasama yang kuat dan efektif.
Bagaimana saya bisa mendukung WWF Indonesia? Dukungan untuk WWF-Indonesia dapat diberikan dalam berbagai cara, diantaranya yaitu: • Supporter Supporter WWF-Indonesia adalah komunitas pendukung yang dibentuk oleh WWF-Indonesia untuk melibatkan publik luas dalam mendukung visi dan misi WWF-Indonesia melalui dukungan finansial. Program ini merupakan bagian dari upaya penyadartahuan publik terhadap isu lingkungan sekaligus upaya penggalangan dana demi kesinambungan kerja konservasi. Cara bergabung menjadi Supporter WWFIndonesia, antara lain mendaftar secara online, melalui metode face-to-face, di acara-acara kami atau melalui metode telefundraising. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang cara menjadi suporter di http://www.supporterwwf.org/donate/ atau hubungi staff kami di +62 5761076 pada hari dan jam kerja • Sukarelawan (Volunteer) Pada waktu-waktu tertentu WWF Indonesia membutuhkan dukunganmu sebagai sukarelawan atau volunteer. Kesempatan untuk menjadi sukarelawan atau volunteer WWF-Indonesia akan diumumkan di lini masa akun-akun media sosial WWF-Indonesia. Pantau t e r u s a k u n Tw i t t e r W W F - I n d o n e s i a d i http://www.twitter.com/WWF_ID dan akun Facebook WWF-Indonesia di http://www.facebook.com/ wwfindonesia
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 5
11
Dengan siapa saja WWF bekerja sama? WWF-Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak dari pemerintah (baik di tingkat daerah maupun nasional), korporasi, komunitas masyarakat madani, LSM, akademisi, serta masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. WWF meyakini bahwa pelibatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka serta memberikan pilihan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam sangatlah penting bagi suksesnya upaya konservasi. WWF juga percaya bahwa dialog sangat penting dalam sebuah kerjasama yang kuat dan efektif. Bagaimana saya bisa mendukung WWF Indonesia? Dukungan untuk WWF-Indonesia dapat diberikan dalam berbagai cara, diantaranya yaitu: • Supporter Supporter WWF-Indonesia adalah komunitas pendukung yang dibentuk oleh WWFIndonesia untuk melibatkan publik luas dalam mendukung visi dan misi WWFIndonesia melalui dukungan finansial. Program ini merupakan bagian dari upaya penyadartahuan publik terhadap isu lingkungan sekaligus upaya penggalangan dana demi kesinambungan kerja konservasi. Cara bergabung menjadi Supporter WWFIndonesia, antara lain mendaftar secara online, melalui metode face-to-face, di acaraacara kami atau melalui metode telefundraising. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang cara menjadi suporter di http://www.supporterwwf.org/donate/atau hubungi staff kami di +62 5761076 pada hari dan jam kerja • Sukarelawan (Volunteer) Pada waktu-waktu tertentu WWF Indonesia membutuhkan dukunganmu sebagai sukarelawan atau volunteer. Kesempatan untuk menjadi sukarelawan atau volunteer WWF-Indonesia akan diumumkan di lini masa akun-akun media sosial WWFI n d o n e s i a . P a n t a u t e r u s a k u n Tw i t t e r W W F - I n d o n e s i a d i http://www.twitter.com/WWF_ID dan akun Facebook WWF-Indonesia di http://www.facebook.com/wwfindonesia
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 1 - BAHAN 5
12
15
20
WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
BAHAN POKOK BAHASAN 2
MENGENAL ENERGI PANAS BUMI All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
BAHAN POKOK BAHASAN 2
MENGENAL ENERGI PANAS BUMI
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Indra Sari Wardhani Indra Sari Wardhani Achmed Shahram Edianto Achmed Shahram Edianto Penulis Naskah Penulis Naskah Muhamad Suhud Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Fabby Tumiwa Henriette Imelda Henriette Imelda Narasumber Narasumber Arimbi Heroeputri Arimbi Heroeputri Tim Disain dan Ilustrasi Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo PT. Maginate Kreasindo Penerbit Penerbit WWF Indonesia WWF Indonesia Cetakan Pertama Cetakan Pertama xxxxx 2015 xxxxx 2015 Sumber Foto Sumber Foto Christopher Cheng Ng Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Mauri Rautkari Peter Prokosch Peter Prokosch Moving Images Moving Images NL Agency NL Agency WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Canon WWF Canon
HAK CIPTA : HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : ISBN NO :
978-979-1461-53-5 978-979-1461-53-5
B A H A N 0 6
Tabel 1. Jenis Energi Potensial
DESKRIPSI
JENIS ENERGI Energi Kimiawi
Energi Nuklir
CONTOH
Energi yang tersimpan dalam ikatan
Energi yang tersimpan dalam biomassa,
atom dan molekul.
bahan bakar fossil, dsb
Energi yang tersimpan dalam nucleus
Energi yang terkandung dalam uranium.
(inti) atom dan energi yang mengikat berbagai nukleus tersebut.
Energi mekanis yang
Energi yang tersimpan dalam sebuah
Energi yang tersimpan di pegas atau
tersimpan
obyek karena mendapatkan tekanan
karet yang tertarik.
gaya tertentu.
Energi gravitasi
Energi yang terjadi karena letak atau
Air dalam waduk atau dam adalah
posisi sebuah obyek.
contoh dari energi gravitasi. Saat pintu dam dibuka, energi gravitasi membuat air terjun/turun dan memutar turbin.
Energi kinetis adalah energi yang yang dimiliki sebuah obyek karena gerakannya. Berbagai jenis energi kinetis terangkum dalam tabel berikut ini (2).
Tabel 2. Jenis Energi Kinetis
PENGENALAN SISTEM ENERGI DEFINISI Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja dan kerja yang dihasilkan merupakan transformasi dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Energi merupakan sesuatu yang kita manfaatkan untuk memanipulasi dunia di sekitar kita, baik dengan memanfaatkan kemampuan otot, menggunakan tenaga listrik, atau menggunakan peralatan atau perangkat tertentu, misalnya kendaraan bermotor. Energi dapat berwujud panas (thermal), cahaya, mekanika (mechanical), listrik (electrical), kimiawi (chemical), dan nuklir.
Energi yang berupa gelombang elektromagnetik
CONTOH Sinar matahari
yang merambat dalam berbagai panjang gelombang. Yang termasuk dalam radiat energi diantaranya cahaya yang dapat dilihat (visible light), x-ray, gamma-ray, dan gelombang radio.
Energi termal atau panas
Energi yang ada dalam substansi yang berasal
Panas bumi
dari pergerakan atom atau molekul-molekul dalam substansi tersebut. Pergerakan
Perpindahan obyek atau substansi yang bergerak
Angin, air
dari satu tempat ke tempat lainnya.
Energi Potensial adalah energi yang tersimpan dalam berbagai bentuk, seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini:
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
02
Energi cahaya (radiant energy)
BENTUK-BENTUK ENERGI Energi memiliki dua bentuk utama: energi yang tersimpan atau energi potensial, dan energi yang dipakai untuk bekerja atau energi kinetis. Sebagai contoh, makanan yang kita santap mengandung energi kimiawi, yang akan tersimpan oleh tubuh kita hingga saatnya kita pakai untuk bekerja atau bermain.
DESKRIPSI
JENIS ENERGI
Energi Listrik
Energi yang terjadi karena adanya pergerakan
Cahaya dan listrik yang dipakai
elektron
sehari-hari
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
03
OIL
Illustrasi proses pembentukan energi dari matahari menjadi sumber bahan bakar fosil (batu bara) dan energi listrik
Gambar 2. Proses pembentukan energi Gambar 1. Illustrasi contoh proses konversi energi
KONVERSI ENERGI minyak (sumber energi primer) dibakar Panas Panas untuk memanaskan air Air berubah menjadi uap Uap dipakai untuk menggerakan turbin
Hukum Kekekalan Energi (Termodinamika 1) menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Hukum ini menjadi dasar konversi energi, sehingga energi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kerja yang diharapkan.
Turbin memutar generator listrik Generator menghasilkan energi listrik Energi listrik dipakai untuk menghasilkan cahaya
KONVERSI ENERGI ADALAH PROSES TRANSFORMASI ENERGI DARI SATU BENTUK MENJADI BENTUK YANG LAIN
Konversi energi adalah proses transformasi energi dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain, sehingga dapat dipakai untuk menghasilkan kerja yang diinginkan. Tergantung pada hasil akhir energi yang diinginkan, proses konversi energi yang mengubah energi primer menjadi energi sekunder untuk melakukan kerja, terjadi dalam beberapa langkah atau tahapan. Proses konversi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan peralatan atau perangkat tertentu. Efisiensi konversi energi energi tergantung pada jumlah tahapan yang dilalui dari energi primer untuk menghasilkan energi final. Semakin sedikit tahapan transformasi yang dilalui, semakin sedikit energi yang hilang sehingga efisiensi semakin tinggi. Demikian juga dalam penggunaan energi di dunia modern, tingkat efisiensinya ditentukan oleh efisiensi konversi dari perangkat yang dipakai untuk mengubah bentuk energi satu menjadi energi yang lain.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
04
SUMBER DAYA ENERGI Matahari adalah sumber energi utama bagi bumi kita. Sumber energi primer berupa minyak, gas alam dan batubara adalah energi matahari yang tersimpan dalam material tersebut selama proses yang terjadi selama berjuta-juta tahun. Proses fotosintesa mengubah sinar matahari menjadi energi kimiawi yang tersimpan dalam tanaman. Dalam dunia modern, sumber daya energi diklasifikasikan kedalam energi terbarukan dan energi tidak terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari alam dan dapat terus dipanen atau ditangkap energinya karena sumber daya ini dengan cepat tergantikan oleh proses alami (natural processes). Contohnya adalah energi cahaya matahari, energi angin, biomassa, panas bumi dan air. Sebagian energi ini, kecuali air dan panas bumi merupakan energi yang berasal dari cahaya matahari. Pemanfaatan energi terbarukan baik langsung maupun konversi lebih baik karena dampak lingkungan yang ditimbulkan relatif kecil jika dibandingkan dengan pemanfaatan energi yang tidak terbarukan.
Energi tidak terbarukan adalah energi yang berasal dari bahan bakar fossil (fossil fuel) yang berasal dari tumbuhan dan hewan purba yang mengalami proses pembusukan dalam jangka waktu yang sangat panjang (jutaan tahun) sebelum akhirnya menjadi bahan bakar fossil. Contoh energi fossil adalah batu bara, minyak bumi dan gas alam. Penggunaan batu bara untuk pemanas, metalurgi, dan memasak telah dilakukan sejak 2000an tahun lalu. Penggunaan batu bara yang menggantikan biomassa untuk proses industri dan kemudian pembangkitan listrik yang merupakan merupakan tonggak peradaban modern manusia, dimulai pada sekitar akhir abad 17 awal abad 18. Penemuan minyak bumi pada abad 19 menjadikan dominasi bahan bakar fossil sebagai sumber energi manusia modern selama lebih dari 3 abad terakhir. Berbeda dengan sumber daya energi terbarukan, bahan bakar fossil akan habis setelah dimanfaatkan atau dikonversi energinya. Ketersediaanya tergantung pada jumlah cadangan sumber daya yang tersedia di dalam bumi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
05
B A H A N
Ekstraksi dan/atau pengumpulan sumber energi
Distribusi dan pemanfaatan energi
Konversi energi
Gambar 3. Proses Sistem Energi
SISTEM ENERGI Sistem energi adalah sebuah proses bertahap untuk menghasilkan energi. Proses ini meliputi ekstraksi atau pengumpulan, konversi, distribusi , dan penggunaan atau pemanfaatan energi. Sistem energi tidak terbatas untuk sistem tenaga listrik tetapi lebih luas daripada itu. Walaupun demikian sistem energi seringkali diidentikan dengan sistem kelistrikan.
Batu bara di tambang
Batu bara dikirimkan ke pembangkit listrik, dibersihka, dihaluskan, untuk dibakar di pembangkit
Sistem tenaga listrik terdiri dari: pembangkitan tenaga listrik, sistem penyaluran yang terdiri dari sistem transmisi dan distribusi. Pembangkit tenaga listrik dapat dapat berupa pembangkit listrik yang menggunaan bahan bakar fossil (batu bara, gas dan minyak bumi) atau bahan bakar terbarukan (biomassa, angin, matahari, air, dsb).
Panas yang dihasilkan dari pembakaran batu bara dipakai untuk memanaskan air sehingga mendidih dan bertekanan tinggi. Air bertekanan tinggi di alirkan melalui turbin dengan keceopatan 3000 rpm. Turbin tersambung generator yang mengubah energi kinetis menjadi listrik. Pembangkit berbahan bakar fosil memeproduksi emisi gas rumah kaca dan partikulat.
Listrik dialirkan melalui jaringan tegangan tinggi ke pusat-pusat beban listrik. Sejumlah energi hilang selama proses transmisi dan konversi tegangan.
Blume, Stephen (2007). Electric Power System Basic for the Non-Electrical Professional, IEEE, USA.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
Sumber-sumber energi terbarukan biasanya terkait dengan dampak yang sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap lingkungan.
Bensin adalah energi yang disimpan dalam tangki sepeda motor, mobil atau kapal dan membuat kita bisa bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya.
30%
22%
Di malam hari, lampu-lampu di rumah menggunakan tenaga listrik untuk menghasilkan cahaya.
23%
2025
31%
25%
25%
24%
2050
20%
Carnegie Mellon
http://environ.andrew.cmu.edu/m3/s3/index.shtml. Ristinen, Robert A. dan Kraushaar, Jack J. (1999). Energy and The Environment, John Wiley &
06
Sumber-sumber energi konvensional biasanya terkait dengan polusi terhadap lingkungan kita.
Matahari mengeluarkan cahaya dan energi panas, yang membuat semua tanaman di sekitar kita tumbuh
University (2005): Energy System pada Environmental Decision Making, Science, and Technology, dapat dilihat di
Sons, USA. Smil, Vaclav (2006). Energy: the Beginner's Guide, Oneworld Publishing, England.
Energi adalah hal yang membuat segala sesuatu di sekitar kita terjadi - kita menggunakan energi untuk semua hal yang kita lakukan. Energi ada di semua benda: manusia, tanaman, binatang, mesin, dan elemen-elemen alam (matahari, angin, air dsb)
Tegangan listrik diturunkan kemudian dialirkan melalui jaringan tegangan menengah dan rendah ke pengguna akhir (industri, gedung komersiaal, atau rumah tangga)
UNTUK SISTEM YANG TERPUSAT (SENTRALISASI) JARAK DARI PEMBANGKIT KE PUSAT BEBAN DAPAT MENCAPAI RATUSAN KILO METER. ADAPUN UNTUK SISTEM YANG TERDESENTRALISASI, JARAK DARI PEMBANGKIT UTAMA KE PUSAT-PUSAT BEBAN LEBIH PENDEK KURANG DARI 10KM.
REFERENSI
SISTEM ENERGI
6
BAURAN ENERGI PRIMER ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
Sumber : Kebijakan Energi Nasional, Perpres No.79 th 2014
MINYAK BUMI
GAS BUMI
BATU BARA
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 6
07
B A H A N 0 7
Turbin Uap (Steam)
Turbin Air (Hydro)
Teknologi Sistem Pembangkit
PENGENALAN SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PENGANTAR Pembangkitan tenaga listrik adalah proses membangkitkan energi listrik dari sumber energi primer (bahan bakar). Prinsip pembangkitan listrik ditemukan pada tahun 1820-1830 oleh Michael Faraday. Metode dasar yang masih dipakai hingga kini adalah listrik dibangkitkan oleh pergerakan kumparan kawat atau cakram tembaga diantara kutub-kutub magnet. Sumber energi primer yang dipakai pada pembangkit listrik jenis uap (steam) adalah batu bara, gas alam dan minyak. Bahan bakar nuklir yaitu Uranium yang telah diperkaya dipakai sebagai bahan bakar pembangkit fisi nuklir. Pembangkit listrik non-konvensional dari energi terbarukan mulai dikembangkan sejak 1970an. Saat ini pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan telah mencapai 1560 GW pada 2013 (REN 21, 2014).
Bendungan dan Sungai Pump Storage
Diesel (Minyak Solar) Gas Alam Combine-Cycle
Turbin Angin
Vertical Horisontal
Photovoltaic
Silicon PV cell Thin film PV cell
SISTEM PEMBANGKITAN Pembangkit listrik menghasilkan tenaga listrik yang disalurkan kepada pengguna (konsumen) melalaui jaringan transmisi, gardu-gardu dan jaringan distribusi. Sebuah pembangkit listrik terdiri dari generator 3 fasa, penggerak utama, sumber energi, ruang kendali dan gardu utama. Penggerak utama termasuk mengubah bahan bakar misalnya batu bara, minyak atau gas menjadi bentuk akhir yaitu uap (steam) yang akan memutar turbin. Sistem pembangkitan terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan penggerak utama yaitu jenis turbin dan sumber energi primer. Sistem pembangkitan listrik terbagi dalam 5 jenis sesuai jenis turbinnya: turbin uap, turbin bakar, turbin air, turbin angin, photovoltaic (PV).
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 7
08
Turbin Bakar (Combustion)
Bahan bakar fosil Nuklir (PLTN Fisi) Geothermal Solar thermal
PEMBANGKIT LISTRIK BERDASARKAN JENIS TURBIN/TEKNOLOGI PENGGERAK UTAMA Pembangkit listrik yang menggunakan turbin uap (steam power plant) penggerak utamanya adalah uap panas (steam). Energi panas (heat) yang didapatkan dari pembakaran batubara (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU), panas dari reaksi bahan bakar nuklir (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN), panas yang berasal dari panas bumi (geothermal/PLTP) atau solar thermal, dipakai untuk memanaskan air sehingga menjadi uap yang kemudian dialirkan untuk memutar turbin yang menggerakkan generator listrik. Setelah melalui turbin, uap panas akan didinginkan dan berubah kembali menjadi air yang kemudian didaur ulang untuk dipakai pada proses pemanasan selanjutnya.
Pembangkit listrik yang menggunakan turbin air (hydro power plant), penggerak utamanya adalah air yang mengalir ke bawah karena gravitasi menghasilkan energi kinetis yang memutar turbin dan generator sehingga menghasilkan tenaga listrik. Setelah melewati turbin, air akan dilepaskan kembali ke aliran sungai. Terdapat tiga jenis pembangkit listrik tenaga air: a). Tipe dam. Pada jenis ini air dari sungai dikumpulan pada sebuah bendungan besar yang selanjutnya dialirkan ke penampung air dan dialirkan melalui pipa pesat ke turbin. Tipe ini sangat umum dipakai untuk PLTA.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 7
09
B A H A N
7
JENIS-JENIS PEMBANGKIT LISTRIK b). Tipe pengalihan arus air (diversion). Pada jenis ini, aliran air dari sungai dialihkan jalannya melalui saluran sekunder yang dapat mengalirkan air sampai ke rumah pembangkit. Air diterjunkan dari ketinggian melalui pipa pesat (penstock) untuk memutar turbin yang ada di rumah turbin. Model ini dipakai untuk Pembangkit Listrik Mikro atau Mini-Hydro c). Pump-storage. Prinsip kerjanya adalah menyimpan air untuk dapat dipakai pada saat permintaan listrik tinggi. Pada prinsipnya air yang telah mengalir melalui turbin dipompa kembali ke penampungan (reservoir) pada saat permintaan listrik rendah, sehingga air dapat dipakai kembali saat permintaan listrik tinggi. Pompa air menggunakan listrik yang dihasilkan oleh PLTA. Pembangkit listrik menggunakan turbin bakar (combustion power plant), pembangkit ini cara kerjanya mirip dengan pembangkit turbin uap tetapi penggerak turbin bukan uap panas melainkan gas buang (exhaust gasses). Udara bersih dialirkan kedalam kompresor yang membuat udara bertekanan tinggi. Bahan bakar kemudian diinjeksikan ke udara bertekanan tinggi tersebut, dan dipicu penyalaannya (ignite) sehingga terbakar dan menghasilkan aliran udara panas bertekanan tinggi. Aliran udara panas yang mengalir melalui turbin dan memutar rotor generator sehingga menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga angin. Pembangkit ini mengubah energi kinetik angin menjadi energi listrik. Angin memutar sayap-sayap turbin yang kemudian memutar generator untuk membangkitkan listrik. Terdapat dua tipe turbin angin berdasarkan kedudukan poros tangkai rotor (rotor shaft) yaitu poros horisontal dan poros vertikal. Photovoltaic yaitu teknologi pembangkit listrik yang mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan perangkat converter khusus yaitu modul surya (photovoltaic module). Saat ini ada dua jenis modul surya yang umumnya dipakai: crystalline
REFERENSI
silicon (CSi) dan thin film. Listrik yang dihasilkan berjenis arus searah atau direct current (dc) dan dapat disimpan kedalam battery atau langsung dipakai langsung atau diubah terlebih dahulu menjadi jenis arus bolak-balik atau alternating current (ac).
TIPE PEMBANGKIT LISTRIK BERDASARKAN TANGGAPAN KEBUTUHAN LISTRIK
1. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar BBM (solar). Mesin diesel ini menggunakan ruang bakar dimana ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torak/piston yang kemudian pada poros engkol dirubah menjadi energi putar. Energi putar ini digunakan untuk memutar generator yang merubahnya menjadi energi listrik.
Pembangkit listrik dapat dikategorikan kedalam 3 jenis pembangkit sesuai dengan jadwal penyaluran untuk menanggapi permintaan listrik dari pengguna, yaitu:
3
Pembangkit listrik beban dasar. Pembangkit listrik jenis ini berjalan sepanjang hari dan hampir setiap hari sepanjang tahun untuk menanggapi beban listrik yang konstan. Jenis pembangkit ini cocok menggunakan bahan bakar yang murah, misalnya batubara.
Pembangkit listrik pengikut beban. Pembangkit listrik jenis ini harus mampu mengikuti perubahan beban/permintaan listrik pada periode tertentu. Lebih flexible dibandingkan dengan pembangkit listrik beban dasar, tetapi lebih murah dibandingkan pembangkit beban puncak. Jenis pembangkit yang cocok dengan karakteristik ini adalah pembangkit listrik tenaga gas-up (PLTGU).
Blume, Stephen (2007). Electric Power System Basic for the Non-Electrical Professional, IEEE, USA.
5
11
7
2
8 6
Pembangkit listrik beban puncak. Pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik saat permintaan listrik mencapai puncak pada periode tertentu. Di Indonesia, beban puncak lazimnya terjadi pada pukul 17 – 22. Pembangkit ini harus dapat cepat dinyalakan dan cepat dimatikan sesuai dengan waktu beban puncak. Jenis pembangkit yang cocok dengan karakteristik ini adalah pembangkit listrik tenaga diesel (BBM) atau PLTA jenis pump storage.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 7
10
A. Energi Fosil
4 1
10 9
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Tangki penyimpanan bahan bakar. Penyaring bahan bakar. Tangki penyimpanan bahan bakar sementara (bahan bakar yang disaring). Pengabut. Mesin diesel. Turbo charger. Penyaring gas pembuangan. Tempat pembuangan gas (bahan bakar yang disaring). Generator. Trafo. Saluran transmisi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 7
11
17
21
8 Deaerator, untuk mendapatkan tambahan air akibar kebocoran dan juga mengolah air agar memenuhi mutu air ketel (Boiler) berkandungan NaCl , Cl, 02 dan pH. 9. Boiler feed pump 10. High pressure heater 11. Economizer 12. Steam Drum 13. Boiler
18
11
5
20 19
10
2
1. Barge/Kapal, alat pengangkut bahan bakar minyak (BBM) 2. Pumping house 3. Fuel Pump 4. Electric/diesel motor 5. Air filter, penyaring udara agar partikel debu tidak masuk ke dalam compressor
1
3
6
5
7
8
9
10
6. Compressor, menaikkan tekanan udara untuk dibakar bersama bahan bakar 7. Combustion system, Membakar bahan bakar dan udara serta menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan dan energi tinggi. 8. Gas turbine, mengubah energi gas menjadi energi gerak yang memutar generator..
4
15
14. Super heater 15. Steam turbine 16. Barge (kapal), alat angkut bahan bakar minyak (BBM) 17. Pumping house 18. Fuel Oil Tank 19. Fuel Oil Heater 20. Burner
22
13
Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada pusat listrik tenaga gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi energi listrik.
3. PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)
1. Circulating water pump, berfungsi untuk memompa air 2. Desalination evaporator 3. Destilate pump 4. Make up water tank 5. Denim water tank 6. Condenser 7. Low pressure heater
16
23
12
14
6
9 8
2
3
7
25
1
26
27
9. Stack/Cerobong asap, membuang sisa gas panas dari turbine 10. Generator, menghasilkan energi listrik 11. Main transformer 12. Switch yard 13. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen.
11
12
13
21. Forced Draught fan, menghasilkan udara untuk pembakaran 22. Air heater, berfungsi sebagai pemanas udara 23. Smoke stack, berfungsi membuang sisa gas panas 24. Generator, menghasilkan energi listrik 25. Main transformer, untuk transfer energi listrik antar dua sirkuit dengan induksi elektromagnetik. 26. Switch yard 27. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen
4
24
Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh generator diubah menjadi energi listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU adalah bahan bakar yang dapat berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah wujud padat bahan bakar dan minyak merupakan wujud cairnya.
2. PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
B. Energi Terbarukan 1. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Air adalah sumber daya alam yang merupakan energi primer potensial untuk Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan jumlah cukup besar di Indonesia. Potensi tenaga air tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
11
6
10 2
4 3
1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
5
8
9
7
Sungai/Kolam Tandon, untuk tempat penampungan air Intake, pintu masuk air sungai/tandon Katup pengaman, berfungsi sebagai katup pengatur intake Headrace tunnel, pipa antara tandon dan sebelum masuk penstock Surge tank, berfungsi sebagai pengaman tekanan air yang tiba-tiba naik saat katup pengatur ditutup. Penstock (pipa pesat), untuk mengalirkan dan mengarahkan air ke turbin serta untuk mendapatkan tekanan hidrostatis yang besar. Main stop valce, berfungsi sebagai katup pengatur turbine Turbine, mengubah energi potensial air menjadi energi gerak Generator, menghasilkan energi listrik dari energi gerak Main transformer, untuk transfer energi listrik antar dua sirkuit dengan induksi elektromagnetik. Transmission line, penyalur energi listrik ke konsumen
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 7
14
B A H A N
B A H A N 9
8
UNDANG UNDANG NO.21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI
PETA SEBARAN POTENSI PANAS BUMI
Dunia Daerah potensi panas bumi
KERANGKA 1. Cakupan wilayah panas bumi (laut, daratan, hutan)
Indonesia Jumlah daerah panas bumi : 265 Total potensi : 28,5 GW
Daerah potensi panas bumi
18
a. Ketentuan Mengenai Penggunaan Lahan
18
b. Yang harus dimiliki oleh para pemegang izin
19
c. Pemangku Kepentingan
20
i. Peran Serta Masyarakat
20
ii. Hak-hak Masyarakat
20
iii. Pengawasan dan pembinaan
20
2. Pengusahaan Panas Bumi dan Perizinan
22
3. Regulasi lain yang bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan panas bumi
27
Daerah panas bumi non-vulkanik
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
17
01 CAKUPAN WILAYAH PANAS BUMI (LAUT, DARATAN, HUTAN) Pasal-pasal terkait di dalam UU 21/2014 : pasal 12 dan pasal 13, bagian ketiga pasal 16, pasal 17, pasal 18, pasal 19; Pemanfaatan lahan: pasal 41, pasal 42, pasal 43-46
A. Ketentuan Mengenai Penggunaan Lahan Jika akan menggunakan bidang-bidang tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat, dan/atau Kawasan Hutan di dalam Wilayah Kerja, pemegang izin pemanfaatan langsung atau pemegang izin panas bumi harus menyelesaikan terlebih dahulu mengenai penggunaan lahan dengan pemakai tanah di atas tanah negara atau pemegang hak atau izin di bidang kehutanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Cara penyelesaian yang digunakan untuk ketentuan penggunaan lahan, sebagaimana yang ditentukan di dalam UU adalah : dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan cara jual beli, tukar-menukar, ganti rugi yang layak, pengakuan atau bentuk penggantian lain kepada pemakai tanah di atas tanah negara atau pemegang hak. UU juga mengatur tentang kemungkinan jika kegiatan pengusahaan Panas Bumi dilakukan oleh BUMN yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, penyediaan tanah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
18
B. Yang harus dimiliki oleh para pemegang izin Pemegang izin pemanfaatan langsung atau pemegang izin panas bumi, sebelum melakukan pengusahaan panas bumi di atas tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat, dan/atau kawasan hutan harus:
Undang-Undang 21 tahun 2014 juga telah menetapkan bahwa setiap orang dilarang menghalangi atau merintangi pengusahaan Panas Bumi yang telah memegang:
a. Memperlihatkan:
a. Izin pemanfaatan langsung; atau
1. Izin pemanfaatan langsung atau salinan yang sah; atau 2. Izin panas bumi atau salinan yang sah; b. Memberitahukan maksud dan tempat kegiatan yang akan dilakukan;
b. Izin panas bumi dan telah menyelesaikan kewajiban yang terkait dengan pemanfaatan lahan yang diperlukan untuk kegiatan pengusahaan panas bumi.
c. Melakukan penyelesaian atau jaminan penyelesaian yang disetujui oleh pemakai tanah di atas tanah negara dan/atau pemegang hak. d. Jika seluruh ketentuan untuk memperoleh izin telah terpenuhi oleh pemegang izin pemanfaatan langsung atau pemegang izin panas bumi, maka pemakai tanah di atas tanah negara dan/atau pemegang hak wajib mengizinkan pemegang izin, untuk melaksanakan pengusahaan panas bumi di atas tanah yang bersangkutan.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
19
ii. Hak-hak Masyarakat
C. Pemangku Kepentingan Pasal-pasal yang terkait : Kewenangan Penyelenggaraan Panas Bumi : Bab II Pasal 5, pasal 20, pasal 21; pasal 59-64 (Pembinaan dan Pengawasan), Bab VIII : Peran Serta Masyarakat, pasal 65 Peran Serta masyarakat Peran serta masyarakat sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-Undang adalah sebagai berikut: a. Masyarakat berperan serta dalam menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian wilayah kegiatan pengusahaan Panas Bumi b. Menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau perusakan lingkungan di wilayah kegiatan pengusahaan panas bumi
Hak-hak masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang adalah sebagai berikut: a. Masyarakat berhak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengusahaan panas bumi melalui pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya; b. Masyarakat berhak untuk memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan panas bumi melalui kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dan/atau pengembangan masyarakat sekitar; c. Masyarakat juga berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam kegiatan pengusahaan panas bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. Masyarakat berhak untuk mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat kegiatan pengusahaan panas bumi yang menyalahi ketentuan. iii. Pengawasan dan pembinaan
• Untuk Pengawasan Tidak Langsung
• Untuk Pemanfaatan Langsung
Selain dengan kegiatan di atas adalah Menteri harus melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung yang dilakukan oleh pemegang izin panas bumi.
Pengawasan, pembinaan atas pelaksanaan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung yang dilakukan oleh pemegang izin pemanfaatan langsung di dalam UU 21 akan dilakukan oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masingmasing. Jika yang melakukan kegiatan-kegiatan pengawasan, pembinaan, dan pengawasan adalah Gubernur dan bupati/wali kota, maka mereka wajib untuk mempertanggung jawabkannya kepada Menteri. Hal-hal terkait dengan pengawasan dan pembinaan yang dimaksud di atas adalah hal-hal yang berhubungan dengan keselamanatan dan kesehatan kerja serta lindungan lingkungan.
Pengelolaan lindungan lingkungan dan reklamasi Pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri Pengembangan tenaga kerja Indonesia
Cakupan hal-hal yang termasuk di dalam pembinaan dan pengawasan di bawah pemanfaatan tidak langsung: Eksploras
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
Studi kelayakan
Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi panas bumi
Eksploitasi dan pemanfaatan
Penerapan kaidah keteknikan yang baik dan benar
Keuangan
Kegiatan lain di bidang pengusahaan panas bumi sepanjang menyangkut kepentingan umum
Pengolaan data panas bumi Keselamatan dan kesehatan kerja
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
21
Lintas wilayah kabupaten kota dalam satu provinsi (termasuk kawasan hutan produksi dan hutan lindung)
IZIN
GUBERNUR
Wilayah laut Paling Jauh 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan pulau
PEMANFAATAN LANGSUNG
Wilayah kabupaten/kota termasuk kawasaan Hutan produksi dan kawasan hutan lindung
WALIKOTA/ BUPATI
02
PENGUSAHAAN PANAS BUMI DAN PERIZINAN Pasal-pasal di Undang-Undang 21/2014 : Bab III dari UU 21/2014
Pengusahaan panas bumi yang diakui oleh Undang-Undang 21/2014 adalah sebagai berikut: 1. Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung, seperti untuk wisata, agrobisnis, industri, dan kegiatan lain yang menggunakan Panas Bumi yang pemanfaatannya tidak melibatkan proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi jenis energi lain untuk keperluan non listrik. Izin, sesuai dengan UU No. 21/2014, dikeluarkan kepada perorangan yang memiliki minat untuk melakukan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung. Agar sebuah entitas dapat melakukan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung, maka izin harus diberikan oleh Menteri (terutama) untuk kegiatan-kegiatan panas bumi di wilayah: Lintas wilayah provinsi termasuk kawasan Hutan produksi dan Kawasan Hutan Lindung
Wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi
Izin Pemanfaatan langsung akan diberikan oleh gubernur untuk kegiatan usaha panas bumi yang berada pada: a. Lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi termasuk Kawasan Hutan produksi dan Kawasan Hutan Lindung b. Wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan Izin Pemanfaatan langsung akan diberikan oleh gubernur untuk kegiatan usaha panas bumi yang berada pada: Wilayah kabupaten/kota termasuk Kawasan Hutan produksi dan Kawasan Hutan Lindung; dan Wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi
Kawasan hutan konservasi Kawasan konservasi di perairan; dan Wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas di seluruh Indonesia
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
22
wajib melakukan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung pada lokasi yang ditetapkan dalam izin, serta wajib untuk melakukan pengusahaan Panas Bumi sesuai dengan peruntukannya. 2. Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung, seperti penggunaan Panas Bumi yang pemanfaatannya melalui proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi energi listrik, atau dengan kata lain, yang digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri atau kepentingan umum. Pengusaahan Panas Bumi jenis Tidak Langsung, menjadi prioritas utama dalam pengusahaan Panas Bumi sebagaimana ditetapkan oleh UU 21/2014 pada pasal 10.
Izin pemanfaatan langsung diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan setiap orang. Pada saat orang tersebut mendapatkan ijin yang dikeluarkan sesuai dengan peruntukannya, maka orang tersebut
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
23
Eksplorasi (termasuk studi kelayakan Maksimum 5 Tahun)
0
masa pengajuan perpanjangan (3-5 tahun sebelum)
Eksploitasi (maksimum 5 Tahun)
5
32
35
37
Tahun
Masa Berlaku Izin Panas Bumi Maksimum 37 Tahun Luas Wilayah Kerja ditetapkan dengan memperhatikan sistem Panas Bumi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (pasal 19).
Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung Untuk pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung: a. Wilayah Kerja Penetapan wilayah kerja ditetapkan oleh Menteri, dimana wilayah kerja tersebut dapat ditetapkan pada tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat, kawasan perairan, dan/atau Kawasan Hutan (Pasal 16). Penetapan wilayah ini harus berdasarkan hasil Survei Pendahuluan atau Survei Pendahuluan dan Eksplorasi, yang akan dilakukan oleh Menteri, namun juga oleh gubernur atau bupati/wali kota. Untuk melakukan Survei Pendahuluan atau Survei Pendahuluan dan Eksplorasi, Menteri dapat menugasi pihak lain (Pasal 17) Cara yang dilakukan oleh Menteri dalam melakukan Wilayah Kerja adalah dengan cara lelang, ketentuan mengenai tata cara, syarat penawaran, prosedur, penyiapan dokumen, dan pelaksanaan lelang, diatur dalam Peraturan Pemerintah.
b. Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung Kegiatan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung meliputi kegiatan-kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatan. Berdasarkan dengan izin yang dimiliki, maka Badan Usaha tersebut wajib untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatan, sesuai dengan wilayah kerjanya, yang dapat dilakukan dengan terpadu maupun terpisah. Khusus untuk pemanfaatan pembangkitan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri atau kepentingan umum dilakukan sesuai dengan ketetntuan peraturan perundang-undanganan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Badan Usaha pemegang izin panas bumi harus mengikuti kaidah keteknikan, keuangan, dan pengelolaan yang sesuai dengan standar nasional serta menjunjung tinggi etika bisnis. c. Izin Badan Usaha yang melakukan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung wajib terlebih dahulu untuk memiliki izin panas bumi, yang diberikan oleh Menteri kepada Badan Usaha berdasarkan hasil penawaran wilayah kerja. Izin yang diberikan kepada Badan Usaha harus memuat ketentuan-ketentuan paling sedikit:
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
24
Sedangkan dalam hal kegiatan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung berada pada wilayah konservasi di perairan, pemegang izin panas bumi wajib mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan.
d. Eksplorasi Kegiatan eksplorasi memiliki jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak izin panas bumi diterbitkan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali, masing-masing selama 1 (satu) tahun. Jangka waktu eksplorasi yang tersebut termasuk untuk kegiatan studi kelayakan. Namun, sebelumnya, pemegang izin panas bumi wajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Terkait dengan izin, izin panas bumi dilarang dialihkan kepada badan usaha lain. Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa pemegang izin panas bumi dapat mengalihkan kepemilikan saham di bursa Indonesia setelah selesai melakukan eksplorasi, atas persetujuan menteri.
e. Eksploitasi
Jika Pemerintah melakukan eksplorasi, eksploitasi, dan/atau pemanfaatan, Pemerintah dapat menugaskan badan layanan umum atau badan usaha milik negara yang berusaha di bidang panas bumi.
Eksploitasi dan pemanfaatan memiliki jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak studi kelayakan disetujui oleh menteri. Sebelum dapat melakukan eksploitasi dan pemanfaatan, pemegang izin panas bumi wajib:
Izin panas bumi yang diberikan memiliki jangka waktu paling lama 37 (tiga puluh tujuh) tahun. Menteri dapat memberikan perpanjangan izin panas bumi untuk jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun setiap kali perpanjangan. Apabila pemegang izin panas bumi ingin mengajukan perpanjangan izin, maka pemegang izin panas bumi harus mengajukannya paling cepat 5 (lima) tahun atau paling lambat 3 (tiga) tahun sebelum izin panas bumi berakhir. Menteri adalah pihak yang berwenang dalam memberikan persetujuan atau penolakan terhadap permohonan perpanjangan izin panas bumi paling lambat 1 (satu) tahun sejak persyarata permohonan diajukan secara lengkap
a. Memiliki izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang termasuk dalam studi kelayakan. b. Menyampaikan hasil studi kelayakan kepada menteri untuk mendapatkan persetujuan
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
25
f. Berakhirnya masa berlaku izin panas bumi Izin panas bumi berakhir dapat dikarenakan oleh : 1. Habis masa berlakunya, karena: a. Permohonan perpanjangan izin panas bumi tidak diajukan b. Permohonan perpanjangan izin panas bumi diajukan tapi ditolak g. Sanksi Administratif 2. Dikembalikan, karena: a. Terdapat permohonan tertulis dari pemegang izin panas bumi kepada menteri disertai dengan alasan yang jelas, dan dinyatakan sah setelah disetujui menteri. 3. Dicabut, karena pemegang izin panas bumi: a. melakukan pelanggaran terhadap salah satu ketentuan
Sanksi administratif akan dikenakan kepada badan usaha, apabila badan usaha pemegang ijin panas bumi tidak memenuhi atau melanggar ketentuan-ketentuan, mengenai: Pasal 26 ayat 2: badan usaha pemegang izin panas bumi wajib mengembalikan secara bertahap sebagian atau seluruh wilayah kerja kepada pemerintah
yang tercantum dalam izin panas bumi; b. tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan Dalam pelaksanaan pencabutan izin panas bumi, menteri terlebih dahulu memberikan kesempatan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan kepada pemegang izin panas bumi untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
4. Dibatalkan, karena pemegang izin panas bumi: b. memberikan data, informasi atau keterangan yang tidak benar dalam permohonan, atau dibatalkan karena putusan pengadilan Pada saat berakhirnya izin panas bumi dikarenakan salah satu alasan di atas, pemegang izin panas bumi wajib memenuhi dan menyelesaikan segala kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Menteri kemudian akan menetapkan persetujuan pengakhiran izin panas bumi, setelah pemegang izin panas bumi telah melaksanakan pemulihan fungsi lingkungan di wilayah kerjanya serta kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud.
Pasal 27 ayat 1: izin panas bumi dilarang dialihkan kepada badan usaha lain Pasal 27 ayat 3: Pengalihan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2, baca: pemegang izin panas bumi dapat mengalihkan kepemilikan saham di bursa indonesia setelah selesai malekukan eksplorasi) wajib mendapat persetujuan Menteri Pasal 31 ayat 3: Sebelum melakukan pengeboran sumur eksplorasi, pemegang izin panas bumi wajib memiliki izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 32 ayat 2: Sebelum melakukan eksploitasi dan pemanfaatan, pemegang izin panas bumi wajib: a. Memiliki izin lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang termasuk dalam studi kelayakan b. Menyampaikan hasil studi kelayakan kepada menteri untuk mendapatkan persetujuan
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
26
03
REGULASI LAIN YANG BERSINGGUNGAN DENGAN KEGIATAN-KEGIATAN PANAS BUMI
Beberapa regulasi yang juga terkait dengan pengembangan panas bumi adalah: 1. Regulasi terkait dengan kehutanan, apabila kegiatan pengusahaan panas bumi dilakukan di kawasan hutan 2. Regulasi terkait dengan kelautan, apabila kegiatan pengusahaan panas bumi dilakukan di kawasan perairan laut 3. Regulasi terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 9
27
B A H A N 1 0
LEMBAR BACAAN TERKAIT DENGAN PASAL 65 UU 21/2014 Latar belakang penyusunan dan kronologis singkat proses yang melatarbelakangi penyusunan Undang-Undang ini, adalah :
3. Pengesahan RUU tentang Panas Bumi menjadi Undang-Undang tentang Panas Bumi pada tanggal 26 Agustus 2014 pada sidang Paripurna DPR RI; dan
1. Bahwa Indonesia mempunyai potensi panas bumi yang besar, yang lokasinya tersebar sepanjang jalur gunung api aktif (ring of fire) mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku;
4. Ditandatanganinya Undang-Undang tersebut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 September 2014.
2. Panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang apabila dikembangkan sebagai energi listrik, selain sebagai sumber energi yang ramah lingkungan, juga dimanfaatkan secara berkelanjutan; 3. Masih belum optimalnya pengembangan panas bumi di Indonesia pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003; Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya pengembang panas bumi/pemegang IUP pasca Undang-Undang ini yang telah berproduksi; 4. Potensi panas bumi banyak ditemukan di wilayah hutan lindung dan hutan konservasi; 5. Dalam UU Nomor 27 Tahun 2003 disebutkan bahwa panas bumi merupakan kegiatan penambangan/pertambangan sehingga potensi panas bumi di wilayah hutan konservasi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal; dan 6. Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung sehingga membatasi pengembangan usaha panas bumi. Sedangkan kronologis singkat pembahasan UndangUndang Nomor 21 Tahun 2014, dimulai dengan:
PERAN SERTA MASYARAKAT (Pasal 65 UU No.21 Tahun 2014)
Direktur Panas Bumi EBTKE ESDM menyampaikan bahwa dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi merupakan terobosan besar yang dilakukan Pemerintah bagi dunia usaha panas bumi. “Undang-Undang ini disusun dalam rangka untuk lebih memberikan landasan hukum yang kuat, lebih komprehensif, transparan dan tidak diskriminatif dalam pengusahaan panas bumi”.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 10
28
1. Penyampaian RUU tentang Panas Bumi oleh Presiden kepada Ketua DPR RI melalui surat Presiden RI Nomor R-38/Pres/08/2013 tanggal 13 Agustus 2013; 2. Pembahasan RUU tentang Panas Bumi antara Panitia Kerja Pembahasan RUU tentang Panas Bumi DPR RI dengan Pemerintah yang dilaksanakanmulai bulan Mei s.d. Juli 2014;
Adapun beberapa konsep dan pokok-pokok pengaturan yang terkandung dalam Undang-Undang ini, diantaranya meliputi: 1. Bahwa pengusahaan panas bumi tidak dikategorikan dalam pengertian kegiatan pertambangan; 2. Landasan filosofis kegiatan usaha panas bumi sebagai bagian pemanfaatan dari sumber daya alam bertumpu pada Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Repubilk Indonesia Tahun 1945. Panas Bumi sebagai sumber daya alam yang terkandung di dalam Wilayah hukum Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk kemakmuran Rakyat. Oleh karena itu dalam Undang-Undangan ini dinyatakan bahwa Panas Bumi merupakan kekayaan nasional yang dikuasai Negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 3. Pengaturan mengenai kewenangan penyelenggaraan Panas Bumi baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten Kota. 4. K e w e n a n g a n P e m e r i n t a h u n t u k m e l a k u k a n Eksplorasi, Eksploitasi dan pemanfaatan yang dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau Badan Layanan Umum. 5. Adanya pengaturan yang lebih rinci mengenai pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung maupun pemanfaatan tidak langsung; 6. Pembinaan dan pengawasan terhadap Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi akibat dari perubahan yang semula dilakukan oleh Pemerintah Daerah beralih menjadi kewenangan Pemerintah;
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 10
29
7. Pengaturan bonus produksi pengusahaan panas bumi (production bonus) yang didasarkan kepada persentase tertentu dari pendapatan kotor sejak unit pertama berproduksi; 8. Pengaturan ketentuan peralihan yang lebih jelas untuk pengelolaan wilayah kerja panas bumi yang telah ada sebelum diterbitkannya Undang-Undang ini.
1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Bonus Produksi Pengusahaan Panas Bumi; 2. R a n c a n g a n P e r a t u r a n P e m e r i n t a h t e n t a n g Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung; dan 3. R a n c a n g a n P e r a t u r a n P e m e r i n t a h t e n t a n g Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung.
Sebagai tindak lanjutnya, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 ini mengamanatkan pembentukan beberapa Peraturan Pemerintah, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Peraturan Pemerintah, yaitu:
PERAN SERTA MASYARAKAT UU Panas Bumi yang lama tidak mencantumkan tentang peran serta masyarakat. Namun dalam UU 21/2014 Pasal 65 dicantumkan tentang peran serta masyarakat.
a. memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengusahaan Panas Bumi melalui Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;
(1) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Panas Bumi, masyarakat mempunyai peran serta untuk:
b. m e m p e r o l e h m a n f a a t a t a s k e g i a t a n pengusahaan Panas Bumi melalui kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dan/atau pengembangan masyarakat sekitar;
a. m e n j a g a , m e l i n d u n g i , d a n m e m e l i h a r a kelestarian wilayah kegiatan pengusahaan Panas Bumi; dan b. menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau perusakan lingkungan di wilayah kegiatan pengusahaan Panas Bumi. (2) Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Panas Bumi masyarakat berhak untuk:
c. memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam kegiatan pengusahaan Panas Bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan d. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat kegiatan pengusahaan Panas Bumi yang menyalahi ketentuan.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 2 - BAHAN 10
30
15
20
WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
BAHAN POKOK BAHASAN 3
MENGENAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
BAHAN POKOK BAHASAN 3
MENGENAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Indra Sari Wardhani Indra Sari Wardhani Achmed Shahram Edianto Achmed Shahram Edianto Penulis Naskah Penulis Naskah Muhamad Suhud Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Fabby Tumiwa Henriette Imelda Henriette Imelda Narasumber Narasumber Arimbi Heroeputri Arimbi Heroeputri Tim Disain dan Ilustrasi Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo PT. Maginate Kreasindo Penerbit Penerbit WWF Indonesia WWF Indonesia Cetakan Pertama Cetakan Pertama xxxxx 2015 xxxxx 2015 Sumber Foto Sumber Foto Christopher Cheng Ng Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Mauri Rautkari Peter Prokosch Peter Prokosch Moving Images Moving Images NL Agency NL Agency WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Canon WWF Canon
HAK CIPTA : HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : ISBN NO :
978-979-1461-53-5 978-979-1461-53-5
B A H A N 1 1
lihat lampiran CD
VIDEO DASAR DASAR PANAS BUMI
B A H A N 1 2
BUMI
lihat lampiran CD
VIDEO PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 14,15
03
1 3
2 1 HEAT SOURCE
3. CAP ROCK
2. ALL OF THE WATER FILLED RESERVOIR
1. HEATED ROCKS SURROUNDING MAGMA
(COOLING MAGMA)
3
STEAM RISING
3. CAP ROCK
2. ALL OF THE WATER FILLED RESERVOIR
1. HEATED ROCKS SURROUNDING MAGMA
HEAT SOURCE
Sistem panas bumi bekerja seperti air yang mendidih pada sebuah ketel air (2014)
2 1
1 4
PRODUCTION WELL
1
SEPARATOR
PRODUCTION WELL
W A T E R
BRINE WASTE WATER
GEOTHERMAL ZONE
2
CONDENSATES
CONDENSER
3
PERAGA KOMPOR DAN CERET
B A H A N
B A H A N
TEKNOLOGI PANAS BUMI
GENERATING FACILITY
TURBINES CONDENSER
COOLED WATER
INJECTION WELL
DRY STEAM TECHNOLOGY
GE
AIR & WATER VAPORS
NE
AIR
STEAM DIRECT HEAT USERS
INJECTION WELL
FLASH PLANT TECHNOLOGY
RA TO R
COOLING TOWER AIR
WATER
B A H A N
GE
NE
RA TO R
1 4 +
DIAGRAM SKEMA PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG ENERGI PANAS BUMI
ORGANIC VAPOR
AIR & WATER VAPORS
CONDENSER COOLING TOWER AIR
high pressure (hp) separator
AIR
HEAT EXCHANGER
steam WATER
COOLED WATER
hp turbine and generator
PUMP
PRODUCTION WELL
GEOTHERMAL ZONE
INJECTION WELL
production wells
BINARY TECHNOLOGY
transformer
flasher
3
low pressure (lp) separator cooling tower
steam lp turbine and generator
3 TEKNOLOGI PANAS BUMI brines
1
DRY STEAM TECHNOLOGY
2
FLASH PLANT TECHNOLOGY
production wells gas condenser
3
BINARY TECHNOLOGY
exhauster condensate reinjection wells
brine reinjection wells
hot sink
condensates
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 14
06
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 14
07
B A H A N
1 4 +
DIAGRAM SKEMA PEMANFAATAN LANSUNG PANAS BUMI
B A H A N 1 5
LEMBAR BACAAN TENTANG BIAYA PEMBANGKITAN PANAS BUMI
KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN PLTP SKALA KECIL Agus Sugiyono*
ABSTRAK Energi panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan danmempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP). Kontribusinya PLTP dalam sistem kelistrikan nasional saat ini masih sangat kecil karena ada kendala terutama masalah keekonomiannya. Kebijakan harga patokan tertinggi pembelian listrik dari PLTP oleh PT PLN sebesar 9,7 cent $/kWh, belum banyak membantu pengembangan PLTP ke depan. Kebijakan harga ini sudah mencapai harga keekonomiannya untuk PLTP skala besar (> 30 MW) sedangkan untuk skala kecil (< 5 MW) harga tersebut belum ekonomis. Mengingat sumber energi panas bumi yang ada di Indonesia, yang sebagian hanya bisa digunakan untuk pembangkit skala kecil, maka perlu adanya kebijakan baru khusus untuk pengembangan PLTP skala kecil. Faktor yang mempengaruhi keekonomian PLTP skala kecil ini diantaranya adalah kualitas sumber daya dan kondisi infrastruktur di lokasi tersebut.
Bidang Perencanaan Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PLTP skala kecil mempunyai rentang biaya pembangkitannya sekitar 9-28 cent $/kWh tergantung dari kualitas sumber daya dan kondisi infrastrukturnya. Dengan demikian perlu adanya kebijakan baru yang dapat berupa feed in tariff supaya PLTP skala kecil dapat berkompetisi dalam pengembangan energi terbarukan untuk jangka panjang.
Jakarta, Indonesia *E-mail:
[email protected]
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 14
08
Kata kunci: PLTP skala kecil; biaya pembangkitan;
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
09
1. Pendahuluan Energi panas bumi merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Saat ini pemanfaatan panas bumi untuk PLTP baru mencapai 4,1% dari total potensi yang ada. Kapasitas terpasang PLTP tercatat sebesar 1.197 MW yang tersebar di 9 lokasi yang sebagian besar (93%) berada di Jawa, dan sisanya tersebar di Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Melalui program percepatan 10.000 MW tahap II, pemerintah mentargetkan pemanfaatan PLTP dapat lebih besar lagi. Dalam program ini 70% dari pengembangan pembangkit diharapkan berasal dari tenaga hidro, panas bumi dan energi baru terbarukan lainnya. Sebanyak 43 proyek pembangunan PLTP dengan kapasitas 3.967 MW siap kembangkan dalam program tersebut sampai tahun 2014, sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) No.15/2010. Target pengembangan PLTP ini menyumbang lebih dari 40% dari total target kapasitas terpasang proyek percepatan tahap II yakni sebesar 9.522MW.
Untuk mencapai target pengembangan PLTP tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM 02/2011 yang menugasan PT PLN (Persero) untuk melaksanakan Purchasing Power Agreement (PPA) dengan Independent Power Producer (IPP) untuk pengembangan PLTP dalam program percepatan tahap II seperti yang diatur dalam Peraturan Presiden 04/2010 dan Peraturan Menteri ESDM 15/2010 Harga listrik (ceiling price) dari PLTP ditetapkan sebesar 9,7 cent $/kWh. Meskipun telah diterapkan tarif tersebut, pengembangan PLTP belum dapat dilakukan secara maksimal. Hal ini karena tarif tersebut hanya ekonomis untuk PLTP skala besar (> 30 MW) sedangkan untuk skala kecil (< 5 MW) harga tersebut masih belum ekonomis. Mengingat sumber energi panas bumi yang ada di Indonesia sebagian hanya bisa digunakan untuk pembangkit skala kecil, maka perlu adanya kebijakan baru, khusus untuk pengembangan PLTP skala kecil. Faktor yang mempengaruhi keekonomian PLTP skala kecil ini diantaranya adalah kualitas sumber daya dan kondisi infrastruktur di lokasi tersebut. Permasalahan utama untuk pengembangan PLTP skala kecil terletak pada biaya pengembangan lapangan uap dan tingkat pengembalian investasi. Kebijakan feed in tariff merupakan alternatif kebijakan untuk mengeliminasi permasalahan tersebut dan saat ini sedang dipersiapkan. Kebijakan ini nantinya diharapkan dapat memberi kepastian pengembalian investasi kepada investor. Dalam makalah ini akan diuraikan paramer dan hasil perhitungan biaya pembangkitan PLTP skala kecil yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan feed in tariff tersebut.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
10
2. Potensi Energi Panas Bumi
3. Keekonomian PLTP Skala Kecil
Data dari Badan Geologi, Kementerian ESDM menunjukkan bahwa terdapat total 276 lokasi potensi panas bumi di Indonesia. Di Sumatera terdapat 86 lokasi, di Jawa 71 lokasi, di Kalimantan 8 lokasi, di Sulawesi 55 lokasi, di Bali dan Nusa Tenggara 27 lokasi, di Maluku 26 lokasi, dan di Papua 3 lokasi. Total potensi panas bumi mencapai 29,038 MW.
Potensi panas bumi yang dimiliki wilayah Indonesia bagian Timur, seperti: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara, cukup melimpah. Namun demikian, wilayah-wilayah tersebut masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan bahan bakar minyak (BBM). Kendala dalam pengoperasian PLTD ini adalah biaya pembangkitannya yang sangat besar, karena harga BBM yang mahal. Harga BBM untuk PLTD yang berada di daerah yang sangat terpencil akan cenderung semakin mahal. Dengan semakin meningkatnya harga BBM setiap tahun ini akan menyebabkan biaya operasional PLTD juga menjadi semakin mahal. Oleh karena itu, pemanfaatan PLTP skala kecil untuk menggantikan PLTD mempunyai prospek untuk dikembangkan karena dapat menurunkan biaya pembangkitan listrik yang pada akhirnya akan mengurangi beban subsidi pemerintah.
Dari total 276 lokasi tersebut, sebagian besar (149 lokasi) baru dalam tahap survei awal dan 22 lokasi dalam tahap eksplorasi awal. Sebagian besar lokasi panas bumi tersebut berada di daerah terpencil dan mempunyai skala kecil. Sedangkan 90 lokasi dalam tahap eksplorasi detail dan lokasi yang siap untuk dieksploitasi hanya 8 lokasi. Dari data tersebut terlihat bahwa masih dibutuhkan usaha untuk meningkatkan status eksplorasi hingga siap untuk dieksploitasi. Sistem panas bumi di Indonesia pada umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (> 225 oC). Hanya beberapa sistem yang mempunyai temperatur sedang (125-225 oC). Fluida panas bumi bertemperatur tinggi telah lama d i m a n f a a t k a n u n t u k P LT P, n a m u n d e n g a n perkembangan teknologi yang ada saat ini telah memungkinkan fluida yang bertemperatur sedang dimanfaatkan untuk PLTP skala kecil dengan kapasitas terpasang hingga 5MW. Menurut hasil studi awal dari Kementerian Negara Ristek tahun 2009 yang dilakukan di 4 provinsi di Indonesia bagian Timur, yaitu: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara, terdapat lebih dari 200 unit PLTP skala kecil yang berpotensi untuk dikembangkan. Total kapasitas PLTP tersebut lebih dari 214 MW dengan unit kapasitas PLTP yang kecil (< 5 MW) karena memang kebutuhan energi di daerah tersebut juga kecil.
PLTP skala kecil cocok untuk diterapkan di wilayah Indonesia bagian Timur, antara lain karena: potensi panas bumi di wilayah Indonesia bagian Timur cukup besar pembangkit listrik yang ada saat ini berasal dari PLTD yang mempunyai biaya pembangkitan sangat tinggi penyediaan listrik belum merata ke seluruh masyarakat beban listrik tidak terpusat di suatu daerah tetapi tersebar secara tidak merata penyediaan listrik dari BBM maupun batubara terkendala faktor transportasi, cuaca, ketersediaan sumber dan harga.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
11
Kementerian ESDM
2009
2012
2016
2020
2025
1,179 MW
3,442 MW
4,600 MW
6,000 MW
9,500 MW
BPPT (PLTP Skala Kecil)
Certification and delivery to industries
1. PLTP Binary Cycle
2008: Prototype 2 kW
2012: Pilot Plant 100 kW
2013: Modular Type 1MW
2025: Build 50MW - Cost Down: 30% - Local Content: > 80%
2. PLTP 3 MW Back Pressure
Certification & Delivery
2012: Pilot Plant
2010: - Front End Engineering - ManufactureComponents
3. PLTP 5 MW Condensing
2012: Front End Engineering
2014: Build 5 Units - Cost Down:10% - Local Content: > 70%
2025: Build 200MW - Cost Down: 30% - Local Content: > 80%
Certification and delivery
2014: Pilot Plant
2020: Build 150MW - Cost Down: 10%
2025: Build 600MW - Cost Down:20%
3.1. Teknologi
PLTP Back Pressure
Penerapan teknologi PLTP skala kecil dapat dilakukan baik dengan teknologi konvensional seperti penggunaan PLTP back pressure dan condensing ataupun dengan PLTP binary cycle. Roadmap pengembangan PLTP secara nasional (Kementerian ESDM) dan PLTP skala kecil (BPPT) ditunjukkan pada Gambar 1. Berikut ini akan dibahas secara ringkas masing-masing teknologi tersebut.
Diagram proses PLTP back pressure ditunjukkan pada Gambar 2. PLTP dengan turbin back pressure merupakan sistem pembangkit yang relatif sederhana dan dapat dikembangkan oleh industri manufaktur dalam negeri. PLTP ini sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dalam rangka mempercepat proses industrialisasi di sektor ketenagalistrikan. PLTP ini mempunyai efisiensi yang lebih rendah dari pada PLTP condensing. Teknologi ini sesuai untuk PLTP skala kecil dan dapat digunakan untuk pengembangan tahap awal lapangan panas bumi. Pembangunan PLTP ini relatif cepat dan murah.
Gambar 1. Roadmap Pengembangan PLTP [1].
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
12
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
13
Atmospheric Exhaust
Turbine
Steam
Steam
Steam Generator
Steam
Cooling Tower
Water
Turbine Water
Generator
Separator Condenser
Water
Water Production Well
Production Well
Re-injectionWell
Re-injection Well
CoolingWater Pump
Gambar 2. PLTP back pressure [2]. Gambar 4. PLTP condensing [2].
Turbine Steam
Steam
Generator
Cooling Tower
Water
Heat Exchanger
Feed Pump Production Well
Condenser Separator
CoolingWater Pump
Re-injectionWell
PLTP Binary Cycle
PLTP Condensing
Diagram proses PLTP binary cycle ditunjukkan pada Gambar 3. Pilot proyek pemanfaatan panas bumi dengan PLTP binary cycle sudah dikembangkan BPPT bekerjasama dengan Enersystem (Perancis). Pada tahun 1995 dilakukan commisioning dan bisa berjalan dengan baik. Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-182 oC [1].
Diagram proses PLTP condensing ditunjukkan pada Gambar 4. PLTP condensing yang memiliki sistem pembangkit yang lebih rumit karena perlu adanya proses kondensasi dan cooling system setelah uap keluar dari turbin. BPPT saat ini sedang mengembangkan PLTP skala kecil kapasitas 3 MW dengan teknologi condensing turbine, yang seluruh prosesnya sejak dari rancang bangun sampai dengan manufaktur komponen utamanya dilakukan di dalam negeri.
Fluida kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti iso-butana atau isopentana. Keuntungan PLTP binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi yang bersuhu rendah, selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. Diprakirakan teknologi ini akan banyak dikembangkan dimasa depan.
BPPT telah menyelesaikan pekerjaan rancang bangun PLTP tersebut dan sedang menyelesaikan pembangunan pilot proyek di lapangan panas bumi Kamojang. Berbagai komponen utama dibangun dan dibuat oleh industri nasional, seperti PT Nusantara Turbin & Propulsi untuk pabrikasi turbin, PT Pindad untuk pabrikasi generator listrik, dan PT Boma Bisma Indra untuk pabrikasi komponen balance of plant [1]
Gambar 3. PLTP binary cycle [2].
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
14
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
15
KUALITAS SUMBER DAYA MENENGAH
LOKASI
30
RENDAH
MIN
MAX
MIN
MAX
MIN
MAX
MAJU
4.200
6.325
4.725
8.250
5.250
10.175
SEDANG
4.400
7.475
4.950
9.750
5.500
12.025
TERPENCIL
5.200
9.200
5.800
12.000
6.500
14.800
25 cent $/kWh
TINGGI
Tabel 1. Biaya Investasi PLTP ($/kW).
20 15 10 5
MIN
MAX
Biaya O&M
2,00
3,50
Tabel 2. Biaya Operasi dan Perawatan PLTP ($/kW).
3.2. Keekonomian Secara garis besar struktur biaya pembangkitan PLTP meliputi dua komponen yaitu: biaya investasi serta biaya operasional dan perawatan. Biaya investasi dapat dibagi menjadi biaya investasi eskplorasi, biaya pengembangan lapangan uap, dan biaya investasi pembangkit. Sedangkan biaya operasional dan perawatan meliputi biaya operasional pembangkit listrik, biaya pemeliharaan pembangkit listrik, dan biaya pemeliharaan lapangan dan pembuatan sumur make-up. Ada dua parameter penting yang mempengaruhi besarnya biaya investasi, yaitu kualitas sumber daya dan kondisi infrastruktur di lokasi tersebut. Sumber daya panas bumi dapat mempunyai kualitas tinggi, menengah dan rendah. Sedangkan infrastruktur di lokasi pengembangan panas bumi dapat sudah maju, sedang maupun masih terpencil. Besarnya biaya investasi ditunjukkan pada Tabel 1 dan merupakan total biaya modal langsung serta tidak langsung. Biaya investasi ini sudah termasuk biaya eksplorasi, biaya pengembangan uap dan biaya pembangkit. Semua komponen biaya investasi dalam pembahasan sebelumnya sudah masuk dalam data ini. Biaya investasi di sini tidak menunjukkan satu nilai yang unik tetapi merupakan nilai minimum dan maksimum yang mungkin dan menunjukkan rentang biaya investasi.
Dengan menghitung net preset value (NPV) dari biaya investasi selama umur ekonomis (NPV INV cost) ditambah dengan biaya operasi dan perawatan (O&M cost) maka dapat dihitung biaya pembangkitannya. Rumus yang digunakan ditunjukkan pada Persamaan 1.
BIAYA = PEMBANGKITAN
+ O&M cost
Avail 8,760
Diasumsikan bahwa biaya pembangkitan hanya tergantung dari komponen biaya investasi serta komponen biaya operasi dan perawatan, Dengan menggunakan data dan rumus di atas, biaya pembangkitan PLTP skala kecil ini ditunjukkan pada Gambar 5. Biaya pembangkit PLTP skala kecil berkisar antara 9,05 cent $/kWh sampai dengan 28,36 cent $/kWh. Bila dirata-rata maka biaya pembangkitannya adalah sebesar 15,50 cent $/kWh. Dari gambar terlihat bahwa semakin rendah kualitas sumber daya maka makin mahal biaya pembangkitannya. Begitu juga untuk kondisi infrastruktur di lokasi PLTP, makin tertinggal infrastruktur di lokasi tersebut maka makin tinggi biaya pembangkitannya.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
16
NPV (INV cost)
Infrastruktur Maju
Infrastruktur Sedang
Infrastruktur Tertinggal
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Sedang Rendah
0
kualitas sumber daya
Gambar 5. Biaya pembangkitan PLTP skala kecil.
Biaya Pembangkitan (cent $/kWh)
$/kWh/tahun
Biaya operasi dan perawatan ditunjukkan pada Tabel 2 yang sudah termasuk biaya perawatan lapangan uap serta biaya operasi dan perawatan pembangkit. Dalam menghitung biaya pembangkitan PLTP skala kecil ini, digunakan asumsi discount rate 10%, umur ekonomis 25 tahun dan faktor ketersediaan 95%. Sedang lamanya waktu eksplorasi, eksploitasi sampai pembangunan pembangkit diasumsikan memerlukan waktu selama 2 tahun.
Discount Rate (%)
Gambar 6. Sensitivitas discount rate terhadap biaya pembangkitan.
Biaya pembangkitan juga sangat sensitif terhadap nilai discount rate yang mengindikasikan nilai bunga pinjaman bank yang berlaku pada saat itu. Makin tinggi discount rate maka makin besar biaya pembangkitannya. Sensitivitas discount rate terhadap biaya pembangkitan ditunjukkan pada Gambar 6.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
17
SALAH SATU KENDALA YANG BANYAK DIHADAPI DALAM PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI SAAT INI ADALAH LETAKNYA YANG TERISOLIR JAUH DARI BEBAN 4. Kesimpulan dan Saran Panas bumi sebagai salah satu sumber daya energi terbarukan mempunyai potensi yang cukup besar di Indonesia. Meskipun saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, namun perhatian pemerintah pada sumber energi panas bumi sudah mulai serius. Hal ini terlihat dengan adanya target pemerintah yang cukup ambisius untuk menambah kapasitas PLTP hingga mencapai 3.967 MW pada tahun 2014 dan 9.522 MW pada tahun 2025 dari kondisi sekarang sebesar 1.189MW. Salah satu kendala yang banyak dihadapi dalam pengembangan energi panas bumi saat ini adalah letaknya yang terisolir jauh dari beban, sehingga menyebabkan tingkat keekonomianya kurang menarik. Namun dengan adanya harga minyak bumi yang terus meningkat, maka pengembangan PLTP khususnya untuk skala kecil perlu diperhitungkan guna substitusi PLTD yang masih menggunakan BBM bersubsidi. Untuk mengatasi kondisi ini dapat dibuat kebijakan feed in tariff atau dengan menggunakan skema pendanaan dari clean development mechanism (CDM).
DAFTAR PUSTAKA
Ada dua parameter penting yang mempengaruhi besarnya biaya investasi, yaitu kualitas sumber daya dan kondisi infrastruktur di lokasi tersebut. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa biaya pembangkit PLTP skala kecil berkisarantara 9,05 cent $/kWh sampai dengan 28,36 cent $/kWh, atau rata-rata sebesar 15,50 cent $/kWh.Hasil perhitungan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan feed in tariff. Biaya pengembangan PLTP sangatlah bergantung pada spesifikasi lokasi, karakteristik sumber daya, dan parameter pasar. Data-data rinci yang berkaitan dengan parameter tersebut sangat sulit didapatkan. Dalam kajian ini digunakan studi literatur dari berbagai sumber sehingga hasil yang didapat bukan merupakan nilai eksak yang menyatakan biaya pembangkitan PLTP skala kecil. Biaya pembangkitan yang dihitung merupakan nilai minimum dan maksimum yang menunjukkan rentang biaya yang mungkin. Untuk dapat memperoleh nilai yang lebih eksak diperlukan data lapangan yang lebih rinci.
[1] PTKKE, 2011, Pengembangan PLTP Skala Kecil dan Direct Use, Dipresentasikan pada Kick Off Meeting Pengembangan PLTP Skala Kecil, Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT, Jakarta. [2] Dickson, M.H.
and Fanelli, M., 2004, What is Geothermal Energy? Istituto di Geoscienze e Georisorse, CNR, Pisa. [3] Al-Dabbas, M.A.A., 2009, The Economical, Environmental and Technological Evaluation of Using Geothermal Energy, European Journal of Scientific Research, Vol. 38, No.4, p. 626-642, EuroJournals Publishing, Inc. [4] Shibaki, M., 2003, Geothermal Energy for Electric Power: A REPP Issue Brief, Renewable Energy Policy Project, Washington, DC. 39
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 15
18
B A H A N 1 6
lihat lampiran CD
VIDEO CARA BEROPERASINYA PLTP
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 3 - BAHAN 16
20
15
20
WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
BAHAN POKOK BAHASAN 4
DAMPAK PROYEK PLTP All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
BAHAN POKOK BAHASAN 4
DAMPAK PROYEK PLTP
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Indra Sari Wardhani Indra Sari Wardhani Achmed Shahram Edianto Achmed Shahram Edianto Penulis Naskah Penulis Naskah Muhamad Suhud Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Fabby Tumiwa Henriette Imelda Henriette Imelda Narasumber Narasumber Arimbi Heroeputri Arimbi Heroeputri Tim Disain dan Ilustrasi Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo PT. Maginate Kreasindo Penerbit Penerbit WWF Indonesia WWF Indonesia Cetakan Pertama Cetakan Pertama xxxxx 2015 xxxxx 2015 Sumber Foto Sumber Foto Christopher Cheng Ng Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Mauri Rautkari Peter Prokosch Peter Prokosch Moving Images Moving Images NL Agency NL Agency WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Canon WWF Canon
HAK CIPTA : HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : ISBN NO :
978-979-1461-53-5 978-979-1461-53-5
B A H A N 1 7
MEMAHAMI ENERGI PANAS BUMI DAN PEMANFAATNYA SERTA DAMPAKNYA SUMBERDAYA PANAS BUMI (GEOTHERMAL) Panas bumi telah dimanfaatkan untuk memasak dan pemanasan selama ribuan tahun di sejumlah wilayah di dunia. Energi panas bumi berasal dari energi panas yang terdapat di lapisan bebatuan atau cairan yang ada di bawah lapisan kerak bumi. Energi panas ini berasal dari panas dari inti bumi yang dibawa oleh cairan magma yang menembus lapisan selubung dibawah kerak bumi. Panas yang dibawa oleh cairan magma yang kemudian memanaskan bebatuan karang dan air hingga mencapai temperatur 370 – 400°C. Ketika air dipanaskan pada temperatur ini maka akan tercipta air panas dan uap air panas yang terperangkap dalam retakan-retakan atau pori-pori bebatuan di dalam tanah sehingga kemudian menciptakan penampungan panas bumi (geothermal reservoir). Uap air panas ini dapat muncul di permukaan tanah sebagai sumber air panas. Walaupun sebagian besar uap air panas tersebut tetap tinggal dibawah tanah terperangkap dalam pori-pori bebatuan
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PANAS BUMI Sebuah sistem panas bumi yang dapat dimanfaatkan memerlukan tiga komponen utama: panas, permeabilitas1, dan air. Air hujan atau salju yang meleleh yang kemudian merembes kedalam tanah terus menerus mengaliri lapisan penampungan air panas di dalam tanah tersebut. Energi panas bumi memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh energi lainnya, yaitu dapat dimanafaatkan pada rentang suhu yang luas (dari suhu yang paling rendah sampai yang paling tinggi) dan volume yang rendah. Dimana sumberdaya panas bumi tersedia, dapat dimanfaatkan dengan sedikit mempertimbangkan keekonomian dan efisiensi operasi (USGS, 2003). Panas bumi dapat dipakai sebagai penghasil tenaga listrik, pemanasan langsung untuk proses industri, komersial dan perumahan, pendinginan dan pemanasan untuk gedung/rumah dengan memanfaatkan teknologi pompa panas (heat pump).
Pembangkitan listrik. Untuk membangkitkan listrik dari sumber panas bumi, dibuat dua sumur yang menuju penampungan panas bumi (kedalaman 1,5 – 2 km). Satu sumur dipakai untuk memasukkan air dingin kedalam penampungan panas bumi (geothermal reservoir), sedangkan sumur yang lain membawa uap air panas naik ke permukaan bumi, dimana energi panas dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Pemanasan. Uap air panas dimanfaatkan secara langsung tanpa menggunakan pembangkit listrik atau pompa panas (heat pump) tetapi dengan cara mengalirkan uap panas ke fasilitas atau lokasi dimana uap panas tersebut akan digunakan. Uap panas bumi dapat dipakai untuk berbagai keperluan, misalnya untuk proses industri, pertanian, perikanan, pemanasan ruangan, pemandian air panas, dan sebagainya. Pompa panas (heat pump). Pemanfaatan panas bumi secara langsung untuk memberikan efek pemanasan atau pendinginan untuk ruangan atau gedung didapatkan dengan memanfaatkan pompa panas (heat pump). Teknologi ini memindahkan panas dari luar ke atau dari dalam tanah. Hal ini diperoleh melalui pemanfaatan perbedaan antara temperatur bawah tanah di kedalaman 3 – 100 meter yang konstan dan tidak berubah sepanjang tahun yaitu 10°C dan temperatur di permukaan bumi. Temperatur pada k e d a l a m a n i n i s e b e s a r. U n t u k m e n d a p a t k a n pemanasan atau pendinginan maka ditanam pipa yang berisi cairan yang dapat membawa udara dingin dan panas (refrigerant). Cara kerjanya mirip dengan kerja AC atau pendingin pada kulkas, pompa mendorong udara panas masuk kedalam tanah melalui pipa, dan mendorong udara dingin keluar. Untuk pemanasan, yang didorong adalah udara dingin untuk mengeluarkan udara panas.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
03
Geothermal Reservoir RAINWATER
RAINWATER
HOT WATER
HOT ROCK
HOT ROCK
Diolah dari: geo-energy.org
COOL
HOT
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI
COOL
HEAT COOL
HEAT
HEAT HEAT
COOL
Diolah dari: blog.heatspring.com
1 | Kemampuan sebuah bahan atau material untuk meloloskan partikel dengan menembusnya. Dalam konteks panas bumi, permeabilitas yang dimaksudkan adalah kemampuan bebatuan untuk dilewati oleh uap air atau uap panas.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
04
Pemanfaatan panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik merupakan pemanfaatan panas bumi yang memerlukan biaya dan investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemanfaatan langsung untuk menghasilkan listrik yang bersih. Pembangkitan listrik dari panas bumi memanfaatkan sistem hydrothermal – yaitu memanfaatkan uap panas atau air panas dari dalam tanah dengan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Untuk mendapatkan uap panas atau air panas, dilakukan pengeboran untuk membuat sumur di lokasi atau kawasan yang memiliki sumberdaya panas bumi yang cukup. Sumur ini dipakai untuk menampung dan mengeluarkan uap atau air panas dari dalam bumi keluar, dan untuk memasukkan air dingin kembali kedalam penampung
panas bumi (geothermal reservoir). Panas yang diambil dari dalam bumi dipakai untuk memanaskan ketel uap (boiler) yang kemudian akan menggerakkan turbin uap yang tersambung pada generator. Untuk panas bumi yang memiliki tekanan tinggi, dapat langsung dipakai untuk memutar turbin generator setalah uap yang keluar dari tanah dibersihkan terlebih dulu. Ada tiga jenis teknologi pembangkit tenaga listrik bumi: pembangkit listrik uap kering (dry steams plant), pembangkit uap air panas (flash steams plant) dan pembangkit siklus biner (binary cycle plant).
panas power power power
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
05
DRY STEAM POWER PLANT
TURBINE
GENERATOR
Elec
tricit
y
HAL-HAL YANG MENGHAMBAT PENGEMBANGAN PANAS BUMI Pemanfaatan panas bumi memberikan energi yang bersih, emisi gas rumah kaca yang rendah, dan relatif aman, serta manfaat-manfaat lainnya. Walaupun demikian terdapat sejumlah tantangan untuk penembangan panas bumi.
Pembangkit listrik uap kering (dry steams power plant). Pembangkit listrik jenis ini adalah teknologi paling awal. Pembangkit mengambil uap panas dari dalam tanah melalui sumur. Saat uap panas naik keatas, uap tersebut menggerakkan rotor dalam turbin, yang kemudian menggerakkan generator pembangkit listrik. Pembangkit listrik air panas (flash steams power plant). Cara kerjanya mirip dengan teknologi uap kering, tetapi pembangkit ini memanfaatkan air panas dari dalam bumi yang disalurkan keluar melalui sumur. Temperatur air panas yang dipakai dapat mencapai 150-300°C. Air panas tersebut dimasukkan dalam tangki yang memiliki tekanan lebih rendah daripada air panas yang datang. Saat mencapai tangki tersebut, air panas akan menguap menjadi uap panas yang kemudian menggerakkan rotor dan memutar turbin dan generator pembangkit listrik. Pembangkit listrik siklus biner (binary-cycle power plant). Cara kerjanya lebih rumit dibandingkan dua pembangkit sebelumnya. Pembangkit ini menggunakan air panas dengan temperatur panas sedang sekitar 200°C. Air panas ini dialirkan melalui perangkat penukar panas (heat exchanger) untuk memanaskan fluida (cairan) yang memiliki titik didih lebih rendah daripada air panas bumi. Fluida ini kemudian menguap secara cepat yang selanjutnya menggerakkan turbin dan generator listrik. Setelah menggerakkan turbin, fluida yang sudah dingin kemudian kembali lagi ke penuka panas. Siklus ini terus berulang didalam pembangkit.
Pemanfaatan panas bumi memerlukan investasi awal yang mahal. Salah satu tantangan pemanfaatan panas bumi adalah biaya investasi yang cukup mahal. Pembangunan pembangkitan tenaga listrik panas bumi memerlukan biaya investasi dibandingkan dengan teknologi yang memanfaatkan energi konvensional. Untuk dapat memanfaatkan potensi panas bumi perlu dilakukan sejumlah tahap, termasuk eksplorasi potensi melalui sejumlah uji yang dapat memakan waktu cukup lama. Selain itu diperlukan pengeboran sumur dengan tingkat kedalaman 1,5-2 km untuk mendapatkan penampungan panas bumi (geothermal reservoir) yang cukup ekonomis untuk dikembangkan. Biaya pengeboran satu sumur panas bumi berkisar antara $ 1-4 juta (12,5 – 50 milyar rupiah). Secara total nilai investasi pembangkit listrik panas bumi lebih tinggi 2,5 – 4 kali dibandingkan dengan nilai investasi pembangkit listrik konvensional (misalnya PLTU Batubara).
Potensi dampak lingkungan. Berbagai potensi dampak lingkungan dari pemanfaatan panas bumi dapat berasal dari produksi emisi GRK, bahan kimia beracun, dampak penggunaan air, dan penggunaan serta pemanfaatan lahan.
Injector Well
Rock Layers
FLASH STEAM POWER PLANT
FLASH TANK
TURBINE
GENERATOR
Elec
tricit
Production Well
Pemanfaatan teknologi pompa panas bumi, walaupun efektif dan efisien membutuhkan biaya investasi awal yang tidak murah. Di AS, memasang satu sistem pompa panas bumi untuk bangunan rumah memerlukan investasi sebesar $7500 (100 juta rupiah). Teknologi ini harus bersaing dengan teknologi lain misalnya AC atau heater, dan insulasi ruangan yang nilai investasi awalnya jauh lebih murah. Walaupun demikian dalam jangka panjang, teknologi heat-pump menguntungkan karena memerlukan biaya operasi yang rendah dan dapat mengurangi biaya untuk membayar listrik atau gas alam.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
06
Production Well
Injector Well
y
Rock Layers
BINARY-CYCLE POWER PLANT
TURBINE
GENERATOR Electr
icity
HEAT EXCHANGER
Production Well
Injector Well
Rock Layers
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
07
MENGELOLA RESIKO
Emisi Gas Rumah Kaca. Fluida yang diambil dari dalam bumi mengandung campuran berbagai gas diantaranya karbondioksida (CO2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), dan amonia (NH3). Gas-gas ini jika ikut lepas ke udara dapat berkontribusi terhadap hujan asam dan bau yang PLTP jenis open-loop menghasilkan sekitar 0.045 – 0.08 kg CO2eq per kWh (IPCC, 2011; Bloomfield and Moore, 1999). Untuk jenis close-loop, gas-gas rumah kaca ini tidak terbuang ke udara, melainkan dipompa kembali kedalam tanah sehingga emisi gas rumah kaca yang dihasilkan sangat minim. Sebagai perbandingan pembangkit listrik tenaga gas menghasilkan emisi 0.2-0.8 kg CO2eq per kWh, PLTU Batubara menghasilkan 0.7 – 1.5 kg CO2eq per kWh. Pemanfaatan teknologi terbaru, termasuk sistem close-loop dapat meminimalkan bahkan mengurangi paparan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Bahkan pembuangan emisi GRK dari teknologi siklus biner tidak terjadi alias “0” (Holm, et al, 2012) Cairan (fluida) yang diambil dari dalam perut bumi juga mengandung sejumlah kecil material beracun seperti arsenik, boron, merkuri, garam-garam kimia. Bahanbahan kimia ini keluar dari larutan (fluida) saat air mendingin dan dapat menimbulkan bahaya lingkungan berupa pencemaran air tanah atau pencemaran tanah jika terlepas keluar. Tindakan untuk memasukkan kembali sisa fluida panas bumi kedalam tanah merupakan salah satu bentuk pencegahan dampak lingkungan dari material beracun.
Pembangkit Listrik Panas Bumi menggunakan air untuk pendinginan dan re-injeksi. Tergantung pada jenis teknologi yang dipakai, PLTP menggunakan sekitar 6500 – 15.000 liter air untuk setiap MWh. Rancangan PLTP modern dapat menggunakan menggunakan fluida panas bumi atau air tanah untuk pendinginan. Penggunaan fluida panas bumi akan mengurangi secara signifikan konsumsi air tanah. Sebagian besar PLTP juga menyuntikan kembali cairan yang terpakai untuk menghindari pencemaran dan penurunan tanah. Walaupun demikian, tidak seluruh cairan yang terpakai disuntikan kembali kedalam tanah karena ada sebagian yang hilang dalam bentuk uap air. Dengan demikian dibutuhkan air tambahan dari luar sehingga dapat menjaga penyimpanan (reservoir) geothermal tetap konstan. Volume air yang dibutuhkan tergantung pada jenis dan daya atau kapasitas pembangkit. Dalam hal ini perlu diwaspadai terjadinya kompetisi pemanfaatan air permukaan atau dampak penurunan volume air tanah akibat pemakaian yang berlebihan. Dampak pemanfaatan lahan. Luas lahan yang dibutuhkan oleh PLTP ditentukan oleh sejumlah faktor: kapasitas pembangkit, sifat dan ukuran geothermal reservoir, tipe sistem konservasi energi, tipe sistem pendinginan, pengaturan sumur dan sistem pemipaan, bangunan untuk pembangkit listrik dan fasilitas pendukung serta gardu transmisi. Sebagai gambaran, PLTP terbesar di dunia yaitu Geyser, dengan kapasitas pembangkit 1517 MW menempati kawasan seluas 76 km persegi. Sebagian besar lokasi PLTP panas bumi berada di kawasan yang sensitif secara ekologis oleh karena itu pemegang ijin PLTP harus merancang pemanfaatan lahan dengan seksama sehingga tidak menggunakan lahan yang luas di kawasan hutan pada waktu konstruksi dan eksplorasi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
08
Potensi peningkatan aktivitas seismik/gempa bumi. Lokasi panas bumi juga berada di kawasan “hot spot” yang rentan dengan gempa bumi. Kajian NREL (2012) menyatakan bahwa pengembangan geothermal reservoir, tergantung pada kondisi geologi lokal dapat meningkatkan frekuensi dan magnitude gempa di lokasi tersebut. Kemungkinan ancaman ini harus mampu diantisipasi secara dini (misalnya: pilihan metode atau teknik pengeboran) untuk menghindari konsekuensi dampak yang lebih besar. Salah satu kasus dimana pengeboran panas bumi menghasilkan gempa terjadi pada proyek geothermal di Basel, Swiss. Pengeboran sedalam 4.8 km menembus kerak bumi mengakibatkan terjadinya gempa bumi sebesar 3.4 skala richter. Terdapat kekuatiran bahwa aktivitas pengeboran geothermal di AS, misalnya proyek geothermal AltaRock di California dapat menyebabkan gempa bumi. Selain itu kajian dari University of California Santa Cruz menyimpulkan bahwa fasiltas geothermal Salton Sea di California bagian selatan menyebabkan gempa bumi di lokasi tersebut akibat pengeluaran air keluar dan injeksi air masuk ke dalam tanah (Stephens, 2013).
Panas bumi memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi kita yang semakin berkembang. Sebagai sumber energi yang berasal dari dalam bumi dan sebagai sebuah teknologi, panas bumi memiliki sejumlah resiko dan dampak pada setiap tahap pemanfaatannya. Walaupun demikian, resiko-resiko ini dapat diidentifikasi, dipelajari dan diantisipasi pada tahap sedini mungkin untuk menghindari terjadinya bencana. Selain kecakapan dan kehati-hatian para pengembang panas bumi, kebijakan dan kerangka regulasi pemerintah harus mampu mengurangi faktor-faktor resiko tersebut. Penetapan wilayah kerja panas bumi harus mempertimbangkan faktor kerentanan ekosistem, kerentanan geologi lokal terciptanya gempa yang diinduksi dari kegiatan pengeboran panas bumi, serta potensipotensi bahaya lainnya dari lingkungan dan tanah sekitar. Otoritas pemerintah dan badan regulator harus mengawasi dan melakukan pengawasan terhadap pemilihan teknik dan model pengeboran serta pilihan teknologi pembangkit panas bumi untuk menghindari dampak-dampak lingkungan, ekonomi dan sosial. Tindakan preventif yang didorong oleh kebijakan dan regulasi yang kukuh serta penerapan dan kepatuhan yang baik, serta kehati-hatian dalam operasi perusahaan, memungkinkan pengelolaan resiko yang lebih baik sehingga sumberdaya panas bumi dapat dimanfaatkan energinya untuk mendukung pembangunan manusia.
REFERENSI
Gupta, Harsh and Roy, Sukanta (2007). Geothermal Energy: An Alternative Resource for 21st Century, Elsevier,The Netherland. Holm, Alison, Jennejohn, Dan, Blodgett, Leslie (2012): Geothermal Energy and Greenhouse Gas Emission,
Geothermal Energy Association USA. Diunduh dari: http://geo-energy.org/reports/GeothermalGreenhouseEmissionsNov2012GEA_web.pdf USGS (2003). Geothermal Energy – Clean Power from Earth's Heat, USGS, USA. Diunduh dari http://pubs.usgs.gov/circ/2004/c1249/c1249.pdf Wachtel, Alan (2010): Geothermal Energy, Chelsea Club House, New York, USA. Stephens, Tim (2013): Geothermal Power Facility Induces Earthquake, Study Finds. UC Santa Cruz News Center. Diakses dari http://news.ucsc.edu/2013/07/geothermal-earthquakes.html
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 17
09
B A H A N 1 8
VIDEO TENTANG ASPEK LINGKUNGAN DAN HUTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PLTP
B A H A N 1 9
BAHAN BACAAN TENTANG ASPEK LINGKUNGAN, HUTAN DAN SOSIAL DARI PLTP Matriks Kriteria dan Indikator kelestarian ekosistem hutan wilayah kerja panas Bumi KEMANTAPAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
KEGIATAN OPERASIONAL PANAS BUMI
FUNGSI KAWASAN TETAP K
Survey Pendahuluan dan penetapan Wilayah kerja
K1
Model panas bumi, cadangan terduga dan sasaran lokasi pengeboran eksplorasi di kawasan hutan
K2
Wilayah kerja panas bumi ditetapkan tanpa usulan perubahan fungsi kawasan hutan
KELESTARIAN FUNGSI EKOLOGI POTENSI BIOLOGIS KAWASAN TERJAMIN B
B1
Potensi keanekaragaman hayati kawasan hutan meliputi daftar lengkap jenis flora dan fauna kawasan hutan, jenis-jenis flora dan fauna penting, serta sebaran dan populasi jenis-jenis penting tersebut.
B2
Perilaku dan peta habitat spesies-spesies flora dan fauna penting
KEADAAN FISIK KAWASAN TERJAMIN F
F1
kondisi tutupan lahan terkini, perubahan tutupsn lahan secara historis, dan proyeksi tutupan lahan ke depan
F2
Karakteristik fisik lahan hutan lainnya yang meliputi faktor kelerangan, tanah dan curah hujan
Survey Pendahuluan dan penetapan Wilayah kerja
K3
dampak kegiatan eksplorasi terhadap fungsi kawasan hutan
B3
gangguan yang diakibatkan kegiatan eksplorasi terhadap kondisi biologis kawasan hutan
F3
gangguan yang diakibatkan kegiatan eksplorasi terhadap kondisi fisik kawasan hutan
Survey Pendahuluan dan penetapan Wilayah kerja
K4
kelayakan rencana penguasahaan panas bumi dari segi fungsi kawasan hutan dan tujuan unit managemen hutan bersangkutan
B4
potensi dampak eksploitasi dan pemanfaatan panas bumi terhadap kondisi biologis ekosistem hutan
F4
potensi pengaruh kegiatan eksploitasi dan pemanfaatan panas bumi terhadap kondisi fisik kawasan hutan
B5
Upaya penegndalian dan pemeliharaan potensi biologis kawasan berdasarkan potensi dampak yang akan terjadi akibat kegiatan eksploitasi dan pemanfaatan
F5
Upaya pengendalian dan pemeliharaan kondisi fisik kawasan berdasarkan potensi dampak yang akan terjadi
K5
eksploitasi atau pengeboran pengembangan tidak mengganggu fungsi kawasan dan tujuan pengelolaan hutan
B6
dampak eksploitasi terhadap kondisi biologis kawasan hutan dan upaya penanganannya.
F6
dampak eksploitasi terhadap kondisi fisik kawasan hutan
K6
Pembangunan sarana dan prasarana pemanfaatan (instalasi pipa dari sumur produksi ke pembangkit, bangunan pembangkit/ power plant, instalasi jaringan listrik, perkantoran dll) sesuai zona/blok penelolaan hutan.
B7
Dampak pemanfaatan energi panas bumi terhadap kondisi biologis kawasan hutan
F7
Dampak pemanfaatan energi panas bumi terhadap kondisi fisik kawasan hutan
B8
kontribusi pemanfaatan panas bumi terhadap kualitas pengelolaan potensi biologis hutan
F8
kontribusi pemanfaatan panas bumi terhadap kualitas pengelolaan potensi fisik hutan
Survey Pendahuluan dan penetapan Wilayah kerja
Survey Pendahuluan dan penetapan Wilayah kerja
Sumber : WWF, 2013, Panduan Kelestarian Ekosistem untuk Pemanfaatan Panas Bumi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 18
10
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
11
KATA PENGANTAR Sarulla Operations Ltd., (SOL) adalah perusahaan konsorsium antara PT MEDCO GEOPOWER SARULLA, ORSARULLA INC., SARULLA POWER ASSET LTD., dan KYUDEN SARULLA Pte Ltd. berencana untuk melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla kapasitas 330 MW di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan proyek ini akan memberikan dampak positif, namun di lain pihak adanya rencana ini tidak menutup kemungkinan akan munculnya dampak negatif terhadap komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Dokumen AMDAL kegiatan pengembangan lapangan Sarulla ini telah mendapat persetujuan dari Gubernur Sumatera Utara pada bulan November tahun 2005. Mengingat (a) adanya tambahan kegiatan seperti, pemboran dan pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan air menjadi menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan pengoperasian transmisi listrik internal dari Silangkitang (SIL) ke Namora I Langit (NIL); (d) adanya perubahan pemrakarsa dari PT PLN (Persero) menjadi Sarulla Operations Ltd. (SOL) maka untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut, Dokumen AMDAL tahun 2005 perlu disempurnakan dalam rangka melanjutkan rencana kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla. Sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan KA AMDAL yang dibuat oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor: 973/BPDL-SU/BTL/2008 tertanggal 8 Agustus 2008 maka disusunlah Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), serta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dokumen ini disusun mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedomen Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam melaksanakan kegiatannya, Sarulla Operations Ltd., memiliki komitmen terhadap pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3L). Proyek ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholders), terutama: masyarakat setempat, pemerintah daerah, para pekerja dan para pemegang saham. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan dokumen AMDAL, RKL dan RPL ini, kami ucapkan terima kasih.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)
Jakarta, Juni 2009
Pemrakarsa Proyek, Sarulla Operations Ltd., (SOL)
Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
13
DAFTAR ISI Kata Pengantar
13
Daftar Isi
14
BAB I PENDAHULUAN
16
1.1 LATAR BELAKANG
16
1.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
17
1.2.1 Lokasi Rencana Kegiatan dan/atau Kegiatan SOL
17
1.2.2 Tahapan Rencana Kegiatan
17
1.2.2.1 Tahap Prakonstruksi
19
1.2.2.2 Tahap Konstruksi
20
DAFTAR TABEL
1.2.2.3 Tahap Operasi
25
Tabel I-1
Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
19
1.2.2.4 Tahap Pasca Operasi
25
Tabel I-2
Jumlah Sumur yang akan Dibor di Silangkitang dan Namora I Langit
22
1.2.3 Alternatif yang Dikaji Dalam AMDAL
27
Tabel III-1
Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1.3 PEMRAKARSA KEGIATAN
27
BAB II DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
28
2.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI
28
2.2 TAHAP KONSTRUKSI
28
2.2.1 Komponen Fisika Kimia
28
2.2.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
29
38
DAFTAR GAMBAR Gambar I-1
Tipikal Jalur Transmisi yang MenghubungkanSubstasiun Silangkitang (SIL) dengan Namora I Langit
26
Gambar II-1
Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Prakonstruksi dan Konstruksi
30
29
Gambar II-2
Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Operasi
32
2.3.1 Komponen Fisika Kimia
29
Gambar II-3
Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Pasca Operasi
34
2.3.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
29
2.3 TAHAP OPERASI
2.4 TAHAP PASCA OPERASI 2.4.1 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya BAB III UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
14
Hidup Sarulla Operations Limited (SOL)
29 29 37
DAFTAR PETA Peta I-1
Lokasi Proyek Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla
18
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
15
SOL adalah perusahaan operator yang dibentuk oleh konsorsium antara PT MEDCO GEOPOWER SARULLA, ORSARULLA INC., SARULLA POWER ASSET LTD., dan KYUDEN SARULLA Pte Ltd., berencana untuk melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
01
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang berlokasi di Kecamatan Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara, telah dimulai sejak tahun 1993 oleh Unocal North Sumatera Geothermal (UNSG) yang secara resmi memperoleh kuasa sebagai kontraktor dari PERTAMINA untuk mengembangkan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla. Pemilik konsesi Wilayah Kerja Geothermal (Geothermal Working Area) Sarulla melalui Joint Operation Contract (JOC) dan juga hak langsung (melalui PERTAMINA) dapat menjual tenaga listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sesuai Energy Sales Contract (ESC). Antara tahun 1994 hingga tahun 1997, UNSG telah melakukan berbagai studi teknis dan lingkungan termasuk eksplorasi dan pengembangan potensi sumberdaya geothermal Sarulla serta pembangunan beberapa infrastruktur. Menurut JOC seluruh infrastuktur dan aset adalah milik PERTAMINA dimana UNSG mempunyai hak untuk menggunakan infrastruktur dan aset tersebut. Dalam pelaksanaan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla dengan kapasitas 330 MW, Konsorsium dan Sarulla Operations Ltd. (SOL) telah menandatangani Deed of Assignment dengan PT. PLN (persero); Joint Operation Contract (JOC) dengan PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY; dan Energy Sales Contract (ESC) dengan PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY1 – dan PT. PLN (Persero) pada tanggal 14 Desember tahun 2007.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
16
PT PLN pada tahun 2005 telah menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) PLTP Sarulla dan telah mendapat persetujuan dari Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 21 November 2005. Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesi (PP) No. 27 Tahun 1999 masa berlaku dokumen AMDAL adalah tiga (3) tahun. Mengingat (a) adanya tambahan kegiatan seperti, pemboran dan pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan air menjadi menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan pengoperasian transmisi listrik internal dari SIL ke NIL; (d) adanya perubahan pemrakarsa dari PT PLN (Persero) menjadi Sarulla Operations Ltd. (SOL) maka untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut, Dokumen AMDAL tahun 2005 perlu disempurnakan dalam rangka melanjutkan rencana kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla.
1.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN 1.2.1 LOKASI RENCANA KEGIATAN DAN/ATAU KEGIATAN SOL Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla terletak di Kecamatan pahae Julu dan Kecamatan pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara (Peta I-1). Berdasarkan Perda Kabupaten Tapanuli Utara No. 21 Tahun 2001
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menyebutkan bahwa Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu merupakan kawasan pengembangan lapangan panas bumi.
1.2.2. TAHAPAN RENCANA KEGIATAN Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW meliputi kegiatan : Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla, yaitu: Silangkitang (SIL) dan lapangan Namora I Langit (NIL); Pembangunan dan Pengoperasian PLTP kapasitas 330 MW, masingmasing satu unit di Silangkitang dan dua unit di Namora I Langit dengan kapasitas satu unit 110 MW; Pembangunan jaringan transmisi 150 kV berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dari lapangan Silangkitang (SIL-1) ke lapangan Namora I Langit (NIL1) sepanjang lebih kurang 15 km; Bagian utama pengeboran sumur produksi dan sumur injeksi yang baru akan dikerjakan pada tapak yang sebelumnya telah dikembangkan oleh pengembang kegiatan terdahulu. Beberapa pengeboran akan dilakukan pada lokasi baru, seperti pada NIL. Area yang baru kini digunakan sebagai area pertanian; dan PLTP, baik SIL maupun NIL akan dibangun pada area semak belukar. Lokasi SIL diperkirakan berjarak 500 meter dari wilayah pemukiman terdekat. Lokasi NIL lebih terpencil dari area pemukiman. Rencana kegiatan untuk Lapangan Panas Bumi Sarulla dan Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Berdaya 330 MW ditunjukkan pada Tabel I-1.
1 | PT Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan dari Pertamina yang menangani bidang panas bumi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
17
Tabel 1-1. Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
WAKTU
WAKTU KEGIATAN
0
+10
+20
+30
+40
+50
Pra Konstruksi Konstruksi SIL NIL 1 NIL 2 Operasi SIL NIL 1 NIL 2
1.2.2.1 Tahap Prakonstruksi 1.2.2.1.1. Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Kegiatan ini meliputi studi pendahuluan, detail rancangan pembangunan, dan pembebasan lahan.
1.2.2.1.2. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla Operations Ltd., akan membangun, mengoperasikan dan memelihara pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang 330 MW. Memenuhi kapasitas tersebut akan dibangun tiga unit pembangkit listrik, dengan produksi masing-masing unitnya sebesar sekitar 110 MW. Satu unit pertama akan dibangun di SIL dan dua unit lainnya akan dibangun di NIL. 1. Studi Pendahuluan Proyek ini terdiri dari 3 tahap pembangunan pembangkit listrik, satu di SIL dan dua di NIL (pada lokasi yang sama). Masing-masing fase memiliki kapasitas yang sama (sekitar 110 MW, sehingga total sekitar 330 MW) dan terdiri dari satu unit Ormat Geothermal Combined Cycle Unit
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
18
(GCCU) ditambah 2 unit Konverter Energi Ormat (Brine OEC). GCCU terdiri dari generator turbin steam tekanan balik (backpressure) dan empat Bottoming OEC.
2. Pembebasan Lahan Kegiatan pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan PLTP sudah termasuk dalam kegiatan pembebasan lahan dalam kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi, dan jalan akses yang dibutuhkan. Dalam perencanaan akan dibangun satu unit di Silangkitang dan dua unit di Namora I Langit masing-masing dengan kapasitas 110 MW (Total RINGKASAN EKSEKUTIF SOL SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-5 menjadi sekitar 330 MW). Kebutuhan lahan untuk PLTP adalah seluas kira-kira 7 Ha untuk di SIL dan 12 Ha untuk di NIL sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTP adalah seluas 19 Ha.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
19
1.2.2.2. Tahap Konstruksi 1.2.2.1.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari Silangkitang ke Namora I Langit
1.2.2.2.1. Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla
1. Pembebasan Lahan
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Kegiatan pengadaan lahan dilakukan dengan sistem langsung neegosiasi dan kesepakatan antara pemilik lahan dan SOL yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Lahan yang akan dibebaskan untuk digunakan sebagai tempat berdirinya menara transmisi, bukan sebagai jalur transmisi. Perkiraan jumlah menara yang dibutuhkan adalah 40 menara dengan perkiraan 3 menara untuk satu kilometer. Perkiraan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan menara transmisi adalah 2
Bersama dengan kegiatan mobilisasi alat dilakukan mobilisasi tenaga kerja secara bertahap melalui perusahaan pelaksana konstruksi dan usaha sendiri. Kegiatan mobilisasi juga berlangsung dalam tapak proyek pada tahap konstruksi ini yang berupa pemindahan alat bor dari satu lokasi sumur ke lokasi sumur berikutnya, setelah proses pemboran di salah satu lokasi selesai. Pada saat perpindahan tersebut akan terjadi peningkatan frekuensi pengangkutan di sepanjang jalan antara lokasilokasi tersebut. Tenaga kerja yang akan terlibat pada tahap konstruksi adalah sekitar 100-150 orang. Terdiri dari 5% untuk level administrasi, 30-40% untuk bagian teknisi dan pengawas, dan 55-65% untuk bagian staf.
5. Jalan Penghubung Kegiatan pembangunan jalan penghubung meliputi 3 kegiatan sebagai berikut: • Penguatan dan Pelebaran Jalan Penghubung ke Lokasi Namora I Langit; • Jalan Penghubung ke Lokasi Silangkitang dan Perumahan Karyawan; dan • Jalan Penghubung ke Masing-masing Tapak Sumur.
6. Persiapan Lokasi 2. Mobilisasi Alat dan Bahan Kegiatan konstruksi diawali dengan kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan proyek. Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia, yaitu dari pelabuhan laut Belawan, alat dan bahan akan diangkut menuju lokasi melalui jalan lintas Sumatera (Medan – Tarutung). 3. Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari dua jenis kegiatan utama yang meliputi penebangan vegetasi, dan pengupasan dan pengurugan tanah.
4. Konstruksi Sipil Kegiatan konstruksi sipil terdiri dari dua jenis kegiatan utama yang meliputi perbaikan jalan dan jembatan yang ada di Lintas Sumatera di lokasi proyek dan pondasi tiang pancang.
Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan serta Pengoperasian PLTP Sarulla akan melakukan pemboran terhadap 10 sumur di SIL, dan 25 sumur di NIL yang merupakan sumur produksi dan sumur reinjeksi (Tabel I-2). Sumur reinjeksi memiliki asumsi tingkat keberhasilan sumur produksi hingga 90%. Maka dari itu jumlah kegagalan produksi sumur diperkirakan 1 untuk SIL dan 2 untuk NIL.
7. Lokasi Sumur Produksi Empat tapak sumur produksi mula-mula dibutuhkan untuk mengembangkan wilayah ini yang tiga diantaranya adalah tapak yang telah ada (SIL-1, NIL-1 dan NIL-2). Tapak baru yang diusulkan NIL WJ-P1 terletak sekitar 1 km sebelah selatan tapak NIL-1.
8. Lokasi Sumur Reinjeksi Empat tapak sumur reinjeksi (2 tapak di SIL dan 2 tapak di NIL) diperlukan untuk sumur-sumur start-up., yang tiga di antaranya merupakan tapak yang sudah ada. Tapak-tapak ini akan terletak jauh dari wilayah produksi sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko pendinginan lapangan sumur. Satu tapak baru yaitu NIL WJ-R1 direncanakan akan dibangun di lapangan NIL.
9. Fasilitas Konstruksi Sementara dan Tempat Tinggal Pekerja, Wilayah Kerja Kontraktor akan menyediakan semua fasilitas bangunan sementara, meliputi perkantoran, tempat tinggal pekerja, tempat penyimpanan bahan dan wilayah kerja. 10. Tempat Pembuangan dalam Tanah Semua bahan yang tidak terpakai dan berlebih dari pekerjaan yang berlangsung selama tahap konstruksi akan dikumpulkan dan ditimbun secara landfill di suatu tempat oleh kontraktor. 11. Drainase Sementara selama Pekerjaan Penyiapan Lokasi Proyek Sistem drainase sementara akan disediakan oleh Kontraktor selama pekerjaan konstruksi penyiapan lokasi proyek dan pekerjaan konstruksi lainnya. Sistem drainase sementara akan meliputi selokan sementara, lubang pengumpul dan tanki sedimentasi untuk pengolahan air berlumpur.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
21
Tabel 1.2 Jumlah Sumur yang akan Dibor di Silangkitang dan Namora I Langit LAPANGAN Eksisting
Baru
Total
Target Kapasitas Output (Mwe)
Produksi
2
3 (termasuk 1 kegagalan)
5
110
Reinjeksi
0
5
5
untuk total cairan yang perlu diinjeksikan
LAPANGAN
Kapasitas sumur rata-rata (Mwe/sumur)
27,5
SIL
NIL Produksi
2
19 (termasuk 2 kegagalan)
19
220
Reinjeksi
0
6
6
untuk total cairan yang perlu diinjeksikan
Sumber: West JEC Tabel 3.1.1-1
12,9
Catatan : Jumlah sumur disesuaikan dengan hasil uji sumur
1.2.2.2.2 Pembangunan PLTP 12. Pemboran dan Uji Produksi Pemboran sumur dilakukan baik untuk sumur produksi maupun sumur reinjeksi. Sebanyak 32 sumur akan dibor masing-masing di lokasi SIL dan NIL. Pekerjaan pemboran sumur akan dilakukan dengan alat bor (rig) konvensional yang mampu membor hingga kedalaman 3500 meter, alat bor akan dilengkapi dengan peralatan pencegahan semburan liar dan ala pendeteksi H2S. Dalam proses pemboran akan menggunakan lumpur bor berupa water base mud (WBM) yang berfungsi menjaga agar dinding sumur tidak runtuh sewaktu dibor. Pada kedalaman tertentu akan dipasang selubung sumur guna menjaga keruntuhan dinding sumur dan mengatasi kebocoran dari atau ke formasi. Setelah pemboran selesai akan dipasang kepala sumur yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengatur laju aliran fluida dari dalam sumur. Bahan-bahan kimia yang digunakan memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS). Tujuan dilakukan kegiatan pemboran adalah untuk membuat sumur produksi dan reinjeksi.
1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan pada saat kegiatan puncak dapat mencapai sekitar total 750 orang.
Lokasi proyek akan disiapkan dengan memindahkan semua tanah pucuk, menimbun dan meratakan tanah ke tingkat ketinggian yang telah ditentukan. Di lokasi NIL, keberadaan pohon-pohon di dalam lokasi pembangkit telah diidentifikasi, kegiatan pembukaan lahan seperti penebangan pohon dan perataan lahan akan dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, seperti tidak melakukan pembakaran. Secara rinci masing-masing kegiatan untuk lokasi pembangkit dan perumahan karyawan dengan perincian sebagai berikut:
2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Peralatan besar akan didatangkan dari Medan. Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia yaitu melalui jalan lintas Sumatera (Medan – Tarutung). Material yang dapat diperoleh dari daerah setempat sedapat mungkin akan digunakan. Material dibawa melalui jalan darat dengan menggunakan truk berkapasitas memadai.
3. Penyiapan Lahan Lahan yang disiapkan antara lain untuk pondasi bangunan di komplek PLTP yang terdiri dari bangunan PLTP, bangunan turbin, kondensor dengan pendingin udara, pemipaan, switchyard dan gedung kantor. Pada pelaksanaan di lapangan, kegiatan penyiapan lahan ini dilakukan bersamaan dengan penyiapan lahan untuk kegiatan pengembangan lapangan panas bumi di Silangkitang dan Namora I Langit.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
22
4. Penyiapan Lahan untuk Lokasi Pembangkit dan Perumahan Karyawan
• Lokasi Pembangkit Silangkitang Ruang Tata Letak : sekitar 260m x 260m Ketinggian : 504 m dpl • Lokasi Pembangkit Namora I Langit Ruang Tata Letak : sekitar 260m x 385m Ketinggian : 830 m dpl
Persiapan tapak proyek, yang terdiri dari pembangunan jalan menuju lokasi PLTP, sarana pemisahan uap konstruksi PLTP dan sarana pendukung lainnya; Perbaikan jalan penghubung yang telah ada atau yang baru menuju lokasi pembangkit dan tapak-tapak sumur; dan Pembangunan konstruksi gedung PLTP dan pembangunan sarana pendukung.
Bangunan pada proyek ini akan didesain dan dibangun berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002 atau standar internasional lain yang setara
6. Konstruksi Mekanik dan Listrik Kegiatan konstruksi mekanik meliputi pekerjaanpekerjaan: pemasangan peralatan PLTP, seperti: generator turbin uap dan alat-alat bantu, unit-unit OEC, kondensor dengan pendingin udara, overhead crane, dan lain-lain.
• Perumahan Karyawan Luas : sekitar 2 hektar 5. Konstruksi PLTP Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan sipil dan bangunan konstruksi. Pembangunan pekerjaan konstruksi sipil dilaksanakan di lokasi jalan menuju PLTP dan sarana pendukung lainnya. Batu dan pasir yang diperlukan akan diperoleh dari quarry yang sudah memiliki ijin dari pemerintah yang berwenang. Kegiatan dalam konstruksi sipil terdiri dari :
Pekerjaan konstruksi listrik meliputi: pekerjaan perakitan dan pemasangan generator, alat kontrol dan relay-relay, transformer, switchgear, dan fasilitas penerangan. Pekerjaan lainnya adalah pengecatan dan pemasangan insulator pipa. Insulator pipa digunakan dengan tujuan menstabilkan suhu dan tekanan steam dan brine dari sumur menuju pembangkit listrik.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
23
1.2.2.3 Tahap Operasi 1.2.2.3.1 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Menurut pengoperasian suatu sistem produksi uap yang mampu memasok uap ke PLTP yang membangkitkan tenaga listrik, sistem produksi uap terdiri dari sumber produksi, kepala sumur, kran atau katup pengaman, sistem pipa sumur, pemisah uap, berupa separator dan brine accumulator serta peralatan kontrol. Fluida panas bumi yang berasal dari resevoir akan dialirkan ke separator untuk memisahkan steam dan brine pada tekanan optimum. Steam dan brine digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas sekitar 330 MW. Secara skématis memperlihatkan hubungan antara komponen uap dan brine. Dalam keadaan darurat, kolam penampungan brine akan dipergunakan sebagai penampungan sementara sebelum dipompakan ke sumur reinjeksi. Perkiraan tenaga kerja yang akan diperlukan pada tahap ini adalah 200 orang.
1.2.2.2.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan, penyiapan lahan dan pemasangan transmisi. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah sekitar 60 orang.
dalam bentuk spot-spot yaitu tempat untuk berdirinya menaramenara penyangga kabel. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini meliputi mesin pemotong kayu, parang, alat pemadat, dan beberapa peralatan
2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan
4. Pemasangan Menara Transmisi
Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia. Material yang diperlukan untuk kegiatan proyek sedapat mungkin akan didapat dari daerah setempat. Untuk material-material yang tidak terdapat di daerah setempat akan di datangkan luar. Material akan dibawa melalui jalan darat menggunakan truk-truk berkapasitas memadai melalui jalan menuju tempat penyimpanan (gudang atau laydown area) di sekitar lokasi proyek.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pemasangan menara menarabtempat dudukan kabel Satuan Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Menara-menara ini dibangun dengan jarak tertentu. Jaringan transmisi ini dimulai dari stasiun SIL-1 menuju lapangan NIL-3 dengan tegangan 150 kV. Panjang jaringan transmisi ini sekitar 15 km.
3. Penyiapan Lahan
Titik interkoneksi antara PLN dengan pembangkitpembangkit Sarulla adalah pada menara akhir (dead end) di lapangan pembangkit NIL yang akan dipasang segera berdekatan dengan perbatasan pembangkit NIL.
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari 2 jenis kegiatan utama yaitu penebangan/pembersihan vegetasi, dan pengupasan tanah. Kegiatan penyiapan lahan ini tidak sepanjang rencana jaringan kabel transmisi (15 km) tetapi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
24
1.2.2.3.2 Pembangunan PLTP Uap yang dipasok dari lapangan panas bumi SIL dan NIL dieksploitasi dari suatu sistem panas bumi yang mengandung cairan panas bumi (brine) sekitar 70%. Sebelum dialirkan ke turbin, uap dimurnikan dengan alat pemisah (separator) sehingga memiliki kualitas kering sekitar 99,95% dan kandungan gas yang tak terkondensasi sekitar 2,1% berat di SIL dan sekitar 3,7% berat di NIL. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah penerimaan tenaga kerja, dan operasional turbin uap dan kondenser.
1.2.2.3.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit SIL dan NIL akan dikirimkan ke jaringan kabel transmisi Sumatra milik PLN melalui substasiun yang akan dibangun oleh PLN di dekat pembangkit NIL. Kabel transmisi antara substasiun PLN dan lapangan pembangkit Namora I Langit akan
bertegangan 150 kV, dua (2) sirkuit dengan kapasitas cukup per sirkuit untuk mengangkut listrik penuh dari unitunit pembangkit Sarulla. Kegiatan utama yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah penerimaan tenaga kerja dan pemeliharaan fasilitas transmisi. 1.2.2.4 Tahap Pasca Operasi Tahap pasca operasi dilakukan pada akhir kegiatan proyek AMDAL. Tahap pasca operasi akan diambil alih oleh pihak kontraktor proyek. 1.2.2.4.1 Penutupan Sumur Produksi dan Sumur Reinjeksi Penonaktifan sumur akan dilakukan sesuai prosedur penutupan sumur. Penanaman kembali rumput dan tanaman lokal akan dilakukan pada lokasi tapak sumur. Adapun proses penutupan sumur adalah sebagai berikut : Pengisian kembali sumur bor. Sumur akan ditutup dengan semen berketebalan minimal 30 m. Lapisan semen akan berada di atas casing shoe. Lapisan semen lainnya akan diletakkan di atasnya. Lumpur dengan berat jenis sama atau lebih yang juga digunakan sebagai Lumpur pengeboran akan digunakan untuk mengisi lapisan diantara kedua lapisan semen; dan Sumur produksi dan sumur reinjeksi akan ditutup dengan prosedur penutupan permanen. 1.2.2.4.2 Penonaktifan Jaringan Pipa dan Fasilitas Pendukung Setelah tahap operasi berakhir, jaringan pipa, pompa, dan alat pemisah akan tidak diaktifkan. Penonaktifan akan melalui tahapan berikut : Pipa, pompa, dan peralatan pendukung lainnya akan dibongkar kemudian diangkat dengan truk dan dibawa kepada pembeli besi bekas atau dibuang ke area pembuangan yang telah ditentukan; dan Tapak sumur akan ditanami dengan rumput dan tanaman lokal.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
25
1.2.2.4.3 Penonaktifan PLTP Seluruh pembangkit tenaga listrik tidak akan dipergunakan lagi setelah masa operasi berakhir. Seluruh peralatan yang masih dapat dipergunakan akan dibongkar dan dipergunakan kembali dalam proyek lainnya di dalam atau di luar Indonesia, dan yang sudah tidak dapat dipergunakan akan dijual; Sisa bangunan dan peralatan akan dihancurkan. Reruntuhannya akan dijual kepada pembeli puing bangunan atau dibuang ke tempat pembuangan yang telah ditentukan; Lokasi pembangkit tenaga listrik akan direhabilitasi melalui penanaman kembali dengan rumput dan tanaman lokal lainnya; Tanah akan dijual apabila sudah tidak diperlukan lagi; dan Pemberhentian tenaga kerja SOL sesuai dengan hukum dan peraturan tenaga kerja yang berlaku.
1.2.3 ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM AMDAL Pengembangan Lapangan panas Bumi Sarulla dan PLTP di Kabupaten Tapanuli Utara sudah menentukan lokasi pengembangan lapangan dan teknologi PLTP dengan kata lain tidak memiliki alternatif yang akan dikaji dalam studi AMDAL. Lokasi kegiatan baik lapangan SIL maupun NIL masingmasing akan dikembangkan untuk dimanfaatkan potensi panas buminya sebagai PLTP. Listrik yang dihasilkan akan ditransmisikan ke jaringan PLN.
1.3 PEMRAKARSA KEGIATAN Perusahaan : SARULLA OPERATIONS LTD., (SOL) Alamat : Graha Niaga Lt. 8 Jl. Jend. Sudirman Kav. 58 Jakarta 12190 - Indonesia
Sumber: WestJEC, 2007
Gambar 1-1 Tipikal Jalur Transmisi yang Menghubungkan Substasiun Silangkitang (SIL) dengan Namora I Langit
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
26
1.2.2.4.4 Pembongkaran Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL
Telpon : 021-2505459
Pada tahap ini beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah pembongkaran jaringan transmisi dan pembersihan lokasi dari sisa sisa bahan yang dibongkar. Peralatan yang masih dapat digunakan akan dimanfaatkan di tempat lain atau oleh fihak lain. Revegetasi akan dilakukan bila pada saat tahap pasca operasi diperlukan.
Penanggung Jawab : Aries Pardjimanto
Faksimili : 021-5225877 Posisi : Direktur
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
27
Kebisingan. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan; pemboran sumur dan uji produksi dan konstruksi PLTP akan menimbulkan dampak penting terhadap kebisingan. Tingkat kebisingan yang akan timbulkan oleh kegiatan tersebut akan meningkat dari rona sebelum kegiatan dimulai. Sedangkan kebisingan yang timbul diperkirakan tidak akan mengganggu kenyamatan masyarakat sekitar proyek. Transportasi. Dampak terhadap komponen lingkungan gangguan lalu lintas pada tahap konstruksi disebabkan kegiatan mobilisasi alat dan bahan dari dan ke lokasi pembengunan proyek. Kegiatan transportasi
2.3 TAHAP OPERASI 2.3.1 KOMPONEN FISIKA KIMIA Tahap operasional PLTP dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas udara terutama H2S dan kebisingan. Dampak ini akan berlangsung terus menerus selama operasional PLTP berlangsung terus, dengan tingkat emisi tergantung dari komposisi gas yang dikeluarkan dari operasinal PLTP. Resiko dampak yang mungkin terjadi terhadap masyarakat dan makluk hidup disekitar proyek dinilai cukup tinggi. 2.3.2 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
2.2.2 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
02
Komponen sosial ekonomi budaya yang terkena dampak penting kegiatan proyek ini adalah kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat, dan keresahan masyarakat. Pada kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak positif terhadap kesempatan kerja dan berusaha serta pendapatan masyarakat.
DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 2.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang menimbulkan dampak penting adalah pembebasan lahan terhadap kepemilikan dan pengusahaan lahan serta keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat yang ditimbulkan akibat kegiatan pembebasan lahan disebabkan oleh beberapa hal; ganti rugi tidak sesuai dengan keinginan masyarakat atau pendekatan yang digunakan tidak sesuai dengan gaya dan adat istiadat setempat.
2.2 TAHAP KONSTRUKSI 2.2.1 KOMPONEN FISIKA KIMIA Kualitas Udara. Dampak terhadap komponen lingkungan kualitas udara pada tahap konstruksi disebabkan kegiatan uji produksi. Kegiatan uji produksi akan memberikan dampak terhadap kualitas udara melalui emisi gas H2S.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
28
Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi diperkirakan akan menambah sekitar 960 orang tenaga kerja konstruksi, yang diprakirakan akan berlangsung selama satu dua tahun. Penambahan tenaga kerja ini pada akhirnya akan menambah peluang berusaha bagi masyarakat sekitarnya khususnya hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pekerja konstruksi seperti pemondokan, warung dan rumah makan, toko kelontong, serta jasa transportasi. Penambahan peluang bekerja dan usaha pada akhirnya akan membawa dampak pada bertambahkan pendapatan masyarakat baik melalui pendapatan langsung sebagai karyawan SOL atau kontraktor, sebagai pengusaha yang tumbuh sebagai pendukung kegiatan konstruksi maupun sebagai sebagai karyawan usaha sekunder.
Pada tahap operasi yang menimbulkan dampak penting terhadap kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat, dan keresahan masyarakat adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi. Jumlah tenaga kerja yang diterima pada tahap ini lebih sedikit dibandingkakan tahap konstruksi, mengingat pada tahap operasi lebih banyak memerlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus. Keresahan masyarakat disebabkan oleh proses seleksi tenaga kerja yang akan bekerja pada tahap operasi. Proses seleksi tenaga kerja yang akan bekerja pada tahap operasi lebih membutuhkan keahlian khusus, sehingga jika warga yang merasa mampu dan memenuhi syarat untuk bekerja ternyata kemudian tidak dapat bekerja karena satu lain hal. Kedua, keresahan juga dapat terjadi jika penduduk merasa jumlah tenaga kerja pendatang lebih banyak dibanding tenaga kerja lokal.
2.4 TAHAP PASCA OPERASI 2.4.1 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Komponen lingkungan yang terkena dampak penting pada tahap pasca operasi adalah kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat, dan keresahan masyarakat. Pekerja operasi akan dilepaskan dari pekerjaannya pada tahap pasca operasi. Proses pelepasan tenaga kerja ini pada akhirnya akan membawa dampak pada pengurangan peluang berusaha sehingga berdampak lanjutan terhadap penurunan pendapatan masyarakat.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
29
TAHAP PRAKONSTRUKSI
TAHAP KONSTRUKSI
TAHAP KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
DAMPAK PRIMER
DAMPAK SEKUNDER
DAMPAK TERSIER
Pembebasan lahan
Kepemilikan dan Penguasaan lahan
Keresahan masyarakat
Penerimaan tenaga kerja
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
Pendapatan masyarakat
Mobilisasi peralatan dan bahan
TSP dan kebisingan
Frekuensi lalu lintas darat
Angka kesakitan
Keresahan masyarakat
Penyiapan lahan
Komposisi jenis dan jenis-jenis dilindungi
Laju limpasan air permukaan
PLTP
Lapangan Panas Bumi
Transmisi
Konstruksi PLTP
Pemboran dan uji produksi
Pemasangan Transmisi
Erosi tanah
Kebisingan
Gas H2S
Laju aliran air sungai (debit air)
pH, TSS, TDS, temperatur, H2S, dan logam (As, Ba, B, Cd, Cr6+, Co, Cu, Fe, Pb, Mg, Mn, Hg, Ni, K, Se, Na dan Zn)
Keresahan masyarakat
TSS dalam air
Kelimpahan plankton dan bentos
Gambar II-1 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Prakonstruksi dan Konstruksi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
30
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
31
TAHAP PASCA OPERASI
TAHAP KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
Pembongkaran/perapihan lokasi lapangan panas bumi, PLTP dan transmisi
DAMPAK PRIMER
Kesempatan kerja
Rehabilitasi/revegetasi lahan
Komposisi jenis dan jenis-jenis dilindungi
DAMPAK SEKUNDER
DAMPAK TERSIER
Erosi tanah
Laju aliran air permukaan
Pelepasan tenaga kerja
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
TSS dalam air
Pendapatan masyarakat
Kelimpahan plankton dan bentos
Keresahan masyarakat
Gambar II-2 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Pasca Operasi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
32
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
33
TAHAP OPERASI TAHAP KEGIATAN
Penerimaan tenaga kerja
JENIS KEGIATAN
DAMPAK PRIMER
DAMPAK SEKUNDER
DAMPAK TERSIER
Kesempatan kerja
Kesempatan usaha
Pendapatan masyarakat
Lapangan Panas Bumi
PLTP
Reinjeksi air panas dan brine
Operasional turbin uap dan kondenser
Temperatur air
Kebisingan
Gas H2S
Transmisi
Penyaluran arus bertegangan tinggi
pH, dan H2S dalam air
Tingkat medan listrik dan magnet
Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat
Gambar II-3 Bagan Alir Dampak Penting Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Operasi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
34
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
35
03
UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan Proyek Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap aspek lingkungan: fisika kimia, biologi, aspek lingkungan sosial budaya dan aspek lingkungan kesehatan masyarakat. Untuk itu disusun Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) untuk digunakan sebagai acuan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Dampak penting yang diprakirakan akan terjadi, terhadap aspek lingkungan fisik-kimia, biologi, sosekbud dan kesmas akan diantisipasi dengan melakukan pengelolaan melalui pendekatan: pencegahan, penanggulangan (untuk dampak negatif) dan pengembangan (untuk dampak positif). Tahap berikutnya dilakukan pemantauan dampak lingkungan, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat keberhasilan dari program rencana pengelolaan yang dilakukan. Secara detail Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan proyek, dapat dilihat dalam dokumen RKL dan RPL. Sedangkan Matriks RKL dan RPL dapat dilihat pada Tabel III-1.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
37
Tabel III-1
Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sarulla Operations Limited (SOL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting
Rencana Pengelolaan
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Jangka Waktu dan Frekuensi
A. Tahap Pra Konstruksi Komponen Ekonomi, Sosial dan Budaya
Kepemilikan dan Penguasaan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan
Kepemilikan lahan
Menyiapkan rencana kegiatan dan berkoordinasi dengan instansi terkait, terhadap areal yang akan dibebaskan.
Luas dan tata letak areal lahan yang dibebaskan oleh SOL
Mendata total kebutuhan lahan untuk proyek Mengumpulkan data kepemilikan tanah, luas tanah, status hukum tanah yang akan dibebaskan dari pemilik tanah dan Badan Pertanahan Nasional
Melakukan sosialisasi publik pada setiap kegiatan pembebasan lahan Melakukan pendekatan secara persuasif kepada pengguna/pemilik hak atas lahan untuk mencari informasi tentang status kepemilikan hak dan luas lahan.
Areal di wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla yang terletak di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Selama tahap prakonstruksi
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Selama tahap pra konstruksi
Membuat peta kepemilikan tanah bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional
Menelusuri, memastikan dan mencatat kepemilikan hak atas lahan. Proses pelepasan hak atas lahan akan diselenggarakan oleh perusahaan dan berkoordinasi dengan instansi yang berwenang (BPN Tapanuli Utara, Camat atau Kepala-kepala Desa). Melakukan kesepakatan bersama antara pemrakarsa dan pemilik hak atas lahan mengenai nilai dan bentuk kompensasi terhadap pelepasan hak atas lahan dan tanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keresahan Masyarakat
Kegiatan pembebasan lahan
Keresahan masyarakat.
Membuat rencana kerja (work plan) yang berisi mekanisme pembebasan lahan, sistem kompensasi lahan dan rencana pemantauan. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi secara akurat mengenai kegiatan pembebasan lahan
Keresahan masyarakat
Mendata dan mencatat setiap keluhan yang timbul akibat proses pembebasan lahan
Melakukan pembebasan lahan secara adil dan terbuka
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
38
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
39
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting
Rencana Pengelolaan
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Jangka Waktu dan Frekuensi
B. Tahap Konstruksi Komponen Fisika - Kimia
H2S
Pemboran Sumur dan Uji Produksi
Konsentrasi H2S di udara ambien
Mengamankan lokasi sumur dan membatasi zona aman untuk penduduk sekitar.
Meningkatnya konsentrasi H2S di udara ambien
Mengukur konsentrasi H2S di udara ambien menggunakan alat pemantau Standard Nasional Indonesia
Tapak-tapak sumur dan desa-desa di sekitar tapak-tapak sumur
Pemantauan dilakukan satu minggu sekali selama kegiatan pengeboran dan uji produksi berlangsung
Keresahan masyarakat
Mendata dan mencatat setiap keluhan yang timbul akibat proses pembebasan lahan
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Selama tahap pra konstruksi
Pekerja yang bekerja di sekitar lokasi sumur harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pekerja. Pada lokasi-lokasi uji produksi akan dipasang alat sistem pemantau H2S. Memasang rambu-rambu ”Dilarang Masuk” bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan uji produksi. Mengevakuasi penduduk sekitar lokasi sumur jika paparan H2S melebihi ambang batas. Jika berdasarkan hasil pemantauan, konsentrasi H2S melebihi baku mutu yang ditetapkan, maka produksi sumur akan dikurangi sedemikian rupa sehingga konsentrasi H2S di udara ambien berada di bawah baku mutu.
Keresahan Masyarakat
Pemboran Sumur dan Uji Produksi
Kebisingan
Mobilisasi peralatan dan bahan Konstruksi PLTP
Pemeliharaan kendaraan konstruksi. Memperlambat laju kendaraan angkut dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Pemasangan silencer guna mereduksi kebisingan. Pemakaian ear muff bagi pekerja disekitar lokasi uji produksi. Memasang rambu rambu ” Dilarang Masuk” bagi mereka yang tidak berkepentingan pada saat dilakukan pemboran sumur. Menanam pohon-pohon yang memiliki kanopi/tajuk yang lebar untuk mengurangi kebisingan seperti bambu. Sosialisasi kepada masyarakat sekitarnya, yang berdekatan dengan lokasi proyek.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
40
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
41
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting
Rencana Pengelolaan
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Mencatat jumlah, persentase, daerah asal tenaga kerja yang bekerja di SOL dan kontraktor melalui penelaahan data tenaga kerja yang tersedia di SOL dan kontraktor
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara.
Jangka Waktu dan Frekuensi
Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Kesempatan Kerja
Penerimaan tenaga kerja konstruksi
Kesempatan kerja
Menyediakan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi dari perusahaan
Kesempatan Kerja
Mendorong kontraktor-kontraktor untuk memperkerjakan sebanyak mungkin tenaga kerja lokal.
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
Kantor SOL di lokasi proyek
Kesempatan Usaha
Kegiatan-kegiatan konstruksi
Kesempatan usaha
Menyediakan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk berpartisipasi dalam penyediaan barang dan jasa.
Kesempatan Usaha
Melakukan pengumpulan data mengenai pembelian barang dan jasa oleh SOL dan kontraktor serta kontrak-kontrak yang diberikan kepada pengusaha lokal oleh SOL
Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
Melakukan pengumpulan data mengenai pertumbuhan usaha-usaha lokal sebelum, selama dan setelah tahap konstruksi
Pendapatan Masyarakat
Kegiatan-kegiatan konstruksi
Pendapatan masyarakat
Menyediakan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi dari perusahaan
Pendapatan Masyarakat
Mengumpulkan data pendapatan masyarakat dari badan-badan pemerintah setempat
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara.
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
Keresahan Masyarakat
Mencatat adanya keluhan tentang tenaga kerja lokal, pemboran sumur dan uji produksi dan pemasangan jaringan transmisi
Desa sekitar proyek (Desa Sibaganding, Desa Lumban Jaean, Desa Simataniari, Desa Silangkitang, Desa Sigurunggurung, Desa Pardomuan Nainggolan, Desa Pardamean Nainggolan)
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
Menyediakan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk berpartisipasi dalam penyediaan barang dan jasa.
Keresahan Masyarakat
Penerimaan tenaga kerja
Keresahan masyarakat
Pemboran sumur Pemasangan Jaringan Transmisi
Membuat rencana kerja (work plan) penerimaan tenaga kerja lokal, kegiatan pemboran dan pemasangan jaringan transmisi Mensosialisasikan secara akurat mengenai kegiatan penerimaan tenaga kerja beserta persyaratannya secara terbuka dan adil Sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana pemboran sumur Sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana pemasangan transmisi
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
42
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
43
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Transportasi
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting Mobilisasi peralatan dan bahan
Gangguan lalu lintas darat
Rencana Pengelolaan
Memasang dan memelihara ramburambu lalu lintas
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Jangka Waktu dan Frekuensi
Gangguan lalu lintas darat
Melakukan pengumpulan data jumlah kecelakaan lalu lintas yang dialalmi pekerja-pekerja SOL dan kontraktor serta rekaman kecelakaan di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan proyek
Jalan-jalan yang dilalui kendaraan proyek di Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap konstruksi
Konsentrasi H2S di udara ambien
Mengukur konsentrasi H2S di udara ambien menggunakan alat pemantau H2S sesuai dengan SNI
Sumur-sumur produksi
Pada sumur-sumur produksi: sekali setiap tiga bulan
Menutup bak truk guna menghindari ceceran material di sepanjang jalan Bekerja sama dengan kontraktor profesional dalam penyediaan jasa pengangkutan peralatan dan bahan Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) berkala untuk truk pengangkut dilakukan sesuai jadwal Melakukan inspeksi jalan secara reguler bekerjasama dengan instansi pemerintah yang berwewenang untuk memastikan kondisi jalan tetap baik dan tidak ada akivitas masyarakat disekitar jalan yang dapat mengganggu lalu lintas Mengoperasikan kendaraan-kendaraan berat selama non-peak-hour
C. Tahap Operasi Komponen Fisika - Kimia
H2S
Pengoperasian PLTP
Konsentrasi H2S di udara ambien
Jika konsentrasi H2S pada lokasi-lokasi pemantauan yang telah ditentukan melebihi baku mutu kebauan 0,02 ppm berdasarkan hasil pemantauan, emisi H2S dari PLTP akan dikontrol menggunakan teknologi seperti LO-CAT sulfur recovery unit sampai konsentrasi H2S memenuhi baku mutu kebauan tersebut. Mengamankan lokasi PLTP dan membatasi zona aman untuk penduduk sekitar.
Lokasi PLTP Desa-desa di sekitar tapak-tapak sumur
Pada lokasi PLTP: sekali setiap tiga bulan Pada desa-desa: sekali setiap tiga bulan
Pekerja yang bekerja di sekitar lokasi PLTP harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pekerja. PLTP akan dilengkapi dengan alat pemantau H2S.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
44
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
45
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Kebisingan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting Pengoperasian PLTP
Kebisingan
Rencana Pengelolaan
Pemakaian penutup telingan (ear-muff) bagi pekerja di sekitar PLTP
Parameter Dampak Penting Tingkat kebisingan
Metode Pemantauan
Mengukur tingkat kebisingan di udara ambien menggunakan metode yang sesuai dengan SNI
Pemasangan peredam guna mengurangi kebisingan
Lokasi Pemantauan
Sumur-sumur produksi Lokasi PLTP Desa-desa di sekitar tapak-tapak sumur
Menanam pohon-pohon yang memiliki kanopi/tajuk yang lebar untuk mengurangi kebisingan seperti bambu
Jangka Waktu dan Frekuensi Pada sumur-sumur produksi: sekali selama tiga bulan denga masa pengukuran 24 jam selama tahap operasi Pada lokasi PLTP: sekali selama tiga bulan denga masa pengukuran 24 jam selama tahap operasi Pada desa-desa: sekali selama tiga bulan denga masa pengukuran 24 jam selama tahap operasi
Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Kesempatan Kerja
Penerimaan tenaga kerja
Kesempatan kerja
Menyediakan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi dari perusahaan
Kesempatan Kerja
Mendorong kontraktor-kontraktor untuk memperkerjakan sebanyak mungkin tenaga kerja lokal.
Mencatat jumlah, prosentase, daerah asal tenaga kerja yang bekerja di SOL dan kontraktor melalui penelaahan data tenaga kerja yang tersedia di SOL dan kontraktor
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Kesempatan Usaha
Kegiatan-kegiatan operasi
Kesempatan usaha
Menyediakan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk berpartisipasi dalam penyediaan barang dan jasa.
Kesempatan Usaha
Menyediakan panduan untuk pengusaha pengusaha lokal agar memenuhi standar perusahaan
Melakukan pengumpulan data mengenai pembelian barang dan jasa oleh SOL dan kontraktor serta kontrak-kontrak yang diberikan kepada pengusaha lokal oleh SOL
Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Melakukan pengumpulan data mengenai pertumbuhan usahausaha lokal sebelum, selama dan setelah tahap operasi
Pendapatan masyarakat
Kegiatan-kegiatan operasi
Pendapatan masyarakat
Menyediakan kesempatan kerja kepada masyarakat setempat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi dari perusahaan Menyediakan kesempatan kepada pekerja lokal untuk berkembang.
Pendapatan Masyarakat
Mengumpulkan data pendapatan masyarakat dari badan-badan pemerintah setempat
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
46
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
47
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Keresahan Masyarakat
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting Penerimaan tenaga kerja
Keresahan masyarakat
Pengoperasian jaringan transmisi
Rencana Pengelolaan
Membuat rencana kerja (work plan) penerimaan tenaga kerja lokal secara adil dan terbuka
Parameter Dampak Penting Keresahan Masyarakat
Metode Pemantauan
Mencatat adanya keluhan tentang tenaga kerja lokal dan pengoperasian jaringan transmisi
Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengoperasian pemasangan transmisi
Lokasi Pemantauan
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Jangka Waktu dan Frekuensi Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Kualitas Air Permukaan
Sumur-sumur bor, sump pit, sumur-sumur produksi (selama uji produksi) yang berpotensi menghasilkan limbah bahan berbahaya beracun (B3) maupun nonB3
Logam-logam berat, bahan berbahaya dan beracun
Limbah Padat Domestik: Membuang limbah padat di TPA (tempat pembuangan akhir) Limbah Cair: Mengolah limbah cair domestik dari seluruh aktivitas di wilayah proyek di Instalasi Pengolahan Limbah Cair Domestik Kondensat dan brine yang dihasilkan selama uji produksi dan operasional PLTP akan dinjeksikan ke dalam sumur reinjeksi. Membangun sump pit yang dilapisi lapisan kedap air. Air yang dikumpulkan di sump pit digunakan di proses pengeboran sebagai komponen lumpur bor, setelah itu dikembalikan ke dalam sumur. Limbah B3: Serpihan-serpihan di dalam lumpur bor ditampung di dalam sump pit. Lumpur bor akhir ditampung di dalam sump pit Memastikan bahwa peralatan dan bahan yang dibeli oleh SOL tidak mengandung PCB, asbestos, ODS (ozone depleting substances) dan bahan lainnya yang dilarang untuk digunakan sesuai peraturan yang berlaku
Limbah padat: jenis dan jumlah limbah padat yang dikumpulkan, diangkut, dibuang di TPA dan didaurulang. Limbah cair domestik: BOD, COD, TSS dan pH. Jenis dan jumlah limbah B3 Tumpahan: jenis dan jumlah tumpahan/ceceran
Mengukur jumlah limbah padat yang dihasilkan dengan menghitung jumlah truk yang membawa limbah padat masuk dan membuang limbah ke TPA
Lokasi TPA limbah padat domestik
Mengumpulkan, menyiapkan dan menganalisis contoh air dari saluran keluar semua IPAL domestik sesuai dengan protokol SOL yang didasarkan kepada SNI , serta mengukur pH, konduktivitas, dan suhu pada saat pengambilan contoh air dilakukan (in situ).
Lokasi sumur (sump pit dan pembuangan limbah lumpur)
Instalasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Sumur–sumur penduduk di SIL dan NIL
Limbah Padat: Setiap saat limbah padat dibuang ke TPA Instalasi Pengelolaan Air Limbah Domestik: Satu kali per bulan Di lokasi sumur: 2 kali masing-masing saat pemboran dan setelah pemboran.
Sungai Batang Toru
Memantau pelaksanaan prosedur operasi standar (SOP) pencegahan tumpahan oli dilakukan secara benar Memantau pelaksanaan SOP penanganan dan pembuangan limbah B3 dilakukan secara benar Melakukan uji TCLP terhadap lumpur bor, limbah lumpur dan serbuk bor
Menetralkan air aki dan menyimpan aki (lead acid batteries) bekas dengan aman Mengumpulkan minyak bekas dan menampungnya ke dalam drum dan menyerahkannya kepada perusahaan pengelola limbah B3 yang terdaftar untuk dikelola lebih lanjut Memasang pelapis sekunder (secondary containment)di sekitar bahan-bahan yang mudah terbakar dan berbahaya sesuai kebutuhan Secara berkala memberikan pelatihan kepada karyawan dalam penanganan limbah B3.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
48
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
49
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting
Rencana Pengelolaan
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Jangka Waktu dan Frekuensi
Program Pengembangan Masyarakat
Penyediaan Fasilitas dan Jasa Pendidikan
Meningkatnya kebutuhan akan layanan dan fasilitas pendidikan
Layanan dan fasilitas pendidikan bagi penduduk lokal
Bekerjasama dengan pihat terkait dalam bidang pendidikan formal dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat lokal
Penyediaan layanan dan fasilitas pendidikan bagi penduduk lokal.
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas program dan implementasi proyek yang menggunakan dana yang disediakan oleh SOL
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali dalam setahun selama kegiatan pelaksanaan program pengembangan masyarakat berlangsung
Penyediaan Jasa Kesehatan Masyarakat
Meningkatnya permintaan lokal layanan dan fasilitas kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan masyarakat
Bekerjasama dengan pihak terkait dalam bidang kesehatan
Penyediaan layanan dan fasilitas kesehatan masyarakat.
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas program dan implementasi proyek menggunakan dana yang disediakan oleh SOL
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali dalam setahun selama kegiatan pelaksanaan program pengembangan masyarakat berlangsung
Puskesmas-puskesmas di sekitar proyek
Inisiatif Peningkatan Usaha Pertanian dan Teknik Budidaya Pertanian
Rendahnya pengetahuan mengenai komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi dikalangan pemuda tani
Produktivitas pertanian di areal SOL di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Bekerjasama dengan pihat terkait dalam bidang pertanian setempat
Produktivitas pertanian di area SOL di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas program dan implementasi proyek menggunakan dana yang disediakan oleh SOL
Desa sekitar Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
1 (satu) kali dalam setahun selama kegiatan pelaksanaan program pengembangan masyarakat berlangsung
Rendahnya ketertarikan generasi muda untuk menekuni bidang pertanian Terbatasnya input produksi pertanian Terbatasnya input sarana produksi pertanian berkualitas tinggi Tingkat penggunaan alat-alat pertanian yang rendah dikalangan petani
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
50
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
51
Rencana Pengelolaan Lingkungan Komponen dan Aktivitas Lingkungan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Sumber Dampak Parameter Dampak Penting
Rencana Pengelolaan
Parameter Dampak Penting
Metode Pemantauan
Lokasi Pemantauan
Jangka Waktu dan Frekuensi
E. Tahap Pasca Operasi Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Kesempatan Kerja
Pelepasan tenaga kerja
Keresahan Masyarakat
Sosialisasi kepada pekerja mengenai rencana pelepasan
Kesempatan Kerja
Mencatat jumlah, prosentase, daerah asal tenaga kerja yang bekerja di SOL dan kontraktor melalui penelaahan data tenaga kerja yang tersedia di SOL dan kontraktor
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali dalam tahap pasca operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Kesempatan Usaha
Berakhirnya tahap operasi proyek
Kesempatan usaha
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai berakhirnya kegiatan proyek
Kesempatan Usaha
Melakukan pengumpulan data mengenai pembelian barang dan jasa oleh SOL dan kontraktor serta kontrak-kontrak yang diberikan kepada pengusaha lokal oleh SOL
Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali dalam tahap pasca operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Melakukan pengumpulan data mengenai pertumbuhan usaha usaha lokal sebelum, selama dan setelah tahap konstruksi
Pendapatan Masyarakat
Berakhirnya kegiatan proyek
Pendapatan masyarakat
Sosialisasi kepada pekerja mengenai rencana pelepasan
Pendapatan Masyarakat
Mengumpulkan data pendapatan masyarakat dari badan-badan pemerintah setempat
Memberikan kompensasi yang layak kepada pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku Sosialisasi kepada masyarakat mengenai berakhirnya kegiatan proyek.
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
Keresahan Masyarakat
Pelepasan tenaga kerja
Keresahan masyarakat
Membuat rencana pelepasan tenaga kerja Sosialisasi rencana pelepasan kepada tenaga kerja
Keresahan Masyarakat
Mencatat adanya keluhan tentang tenaga kerja lokal, dan penyaluran arus listrik bertegangan tinggi.
Desa-desa di sekitar wilayah kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla yang terdapat di Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara
Satu kali per tahun selama tahap operasi
Kantor SOL di lokasi proyek
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
52
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 19
53
B A H A N 2 0
BAHAN BACAAN CONTOH-CONTOH GOOD PRACTICES DARI AKTIVITAS PLTP Siang itu, wangi gula merebak di udara ketika air nira dalam wajan mulai mendidih. Perlahan, uap panas bumi yang disalurkan ke dalam tungku melalui instalasi pipa PT Pertamina Geothermal Energy Cluster 13 membuat air nira mengental. Pipa itu mengalirkan uap panas nyaris tanpa henti. Hebatnya, sumber energi yang berlimpah itu diperoleh secara gratis. Tiap hari pabrik pengolahan gula PT Gula Aren Masarang menyerap 22.000 liter nira rakyat dan menghasilkan 3 ton gula semut.
LIMBAH GEOTERMAL Pemanfaatan panas bumi untuk pabrik gula aren terbilang sederhana. Pabrik gula aren ini hanya memanfaatkan uap yang tersisa setelah dipakai untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Di pembangkit listrik tenaga panas bumi lainnya, sisa uap itu biasanya dialirkan ke kolam pendingin. Lalu, setelah jadi air, diinjeksikan lagi ke dalam tanah. Yusuf Wungouw, petani gula aren di Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Senin (30/7/2012), menyadap nira di atas pohon aren miliknya. Dari hasil sadapan pohon aren ini, ia mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
01
MEMANEN GULA AREN DARI PANAS BUMI
KOMPAS.com – Dikepung gunung api tidak hanya berarti bencana. Energi panas bumi yang berlimpah menjadi sumber listrik dan ”limbahnya” bisa dipakai menggerakkan ekonomi rakyat melalui pengolahan nira menjadi gula semut. Gunung Soputan dan Lokon yang terlihat menjulang dari Kota Tomohon, Sulawesi Utara, sepertinya tak pernah tidur. Gunung Lokon yang berstatus Siaga sejak 24 Juli 2011 terus menyemburkan belerang sepanjang tahun. Sementara Gunung Soputan meletus dan menyemburkan asap hingga 5.000 meter dari puncak pada Minggu, 26 Agustus 2012. Namun, bagi warga Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, dua gunung api yang hanya sejarak 15 kilometer itu adalah berkah. Sejak 2001, sistem geotermal yang muncul dari aktivitas kegunungapian di kawasan ini telah menghasilkan listrik 60 megawatt (MW) dan memasok sekitar 60 persen kebutuhan listrik Sulawesi Utara. Sejak 2007, sisa energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk mengolah air nira menjadi gula.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
54
Namun, di Lahendong, sebagian uap sisa itu juga dialirkan menuju pabrik gula yang dibangun berdampingan dengan pembangkit listrik itu. ”Kami hanya membeli dan memasang pipa. Uap sisa ini diberikan gratis oleh PT Pertamina sebagai bagian dari CSR (corporate social responsibility) mereka karena yang menikmati adalah para petani,” kata Willie Smits, Ketua Yayasan Masarang, yang mengelola pabrik gula aren di Lahendong. Sebanyak 6.285 petani, menurut Smits, ikut menikmati berkah ”limbah” geotermal tersebut. Energi panas bumi ini juga menyelamatkan 200.000 pohon per tahun jika dibandingkan dengan banyaknya kayu bakar untuk mengolah nira menjadi gula aren secara tradisional. Keuntungan yang bisa dinikmati petani meningkat dan kerja juga menjadi efisien. Jika dengan cara tradisional bisa memakan waktu setengah hari untuk memanen nira dan mengolahnya menjadi gula, dengan dukungan ”limbah” panas bumi hanya dibutuhkan waktu kerja ratarata 4,2 jam per hari.
MENGGERAKKAN EKONOMI Matahari baru saja terbit ketika Armi Mende (35) selesai memanen air nira dari hutan sekunder di pinggiran Kota Tomohon. Empat jeriken ukuran 20 liter hampir terisi penuh nira yang disadap sore sebelumnya. Warga Lahendong ini lalu menuang nira ke wajan. Ia memasak nira itu dengan kayu bakar. Dia harus terus mengaduk air nira itu hingga mengental, kemudian mencetaknya dalam batok kelapa. Menyadap nira dan mengolahnya menjadi gula aren adalah rutinitas yang nyaris tak pernah dilewatkan Armi meski hari Minggu sekali pun. Sekali mayang telah dipotong, menyadap nira, atau dalam bahasa Minahasa disebut batifar, tak boleh absen. ”Absen sehari saja bisa merusak mayang,” kata Armi. Setiap pagi dan sore, ayah tiga anak itu mengambil nira. Hasil sadapan pagi rata-rata 50 liter dan sore hari 25 liter. Dengan rata-rata 75 liter nira per hari, Armi mampu memproduksi 15 batok gula aren per hari. Gula aren dibeli pengepul dengan harga Rp 8.000 per batok. Artinya, omzet kotor Rp 120.000 per hari. Jika dijual langsung ke PT Gula Aren Masarang, nira dihargai Rp 1.500 per liter. Jadi, hasil panen 75 liter per hari menghasilkan omzet bersih Rp 112.500. ”Saya lebih memilih menjual air nira langsung ke pabrik karena tidak perlu memasak seharian sehingga bisa melakukan pekerjaan lain. Saya juga tidak perlu membeli kayu,” kata Armi. Tingginya minat petani membuat Smits berancang-ancang mengganti pipa pemasok gas panas bumi menjadi berdiameter 10 inci (25,4 sentimeter) agar bisa memproduksi 9 ton gula aren per hari. ”Ke depan, kami harap bisa menyerap 100.000 liter nira per hari,” katanya. Smits juga menyiapkan industri aren berbasis koperasi desa. Setiap desa diharapkan mendirikan koperasi untuk mengelola pabrik mini di desa masing-masing. ”Sudah ada beberapa investor yang tertarik membangun pabrik mini ini,” katanya.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
55
02
PANAS BUMI UNTUK MINYAK ATSIRI
KOMPAS.com — Indonesia, khususnya Garut, Jawa Barat, memiliki potensi yang sangat besar dalam industri minyak atsiri di dunia, terutama minyak akar wangi atau vetiver root oil. Selama ini puluhan penyuling akar wangi di Garut terjepit di antara dua persoalan: krisis bahan bakar dan tengkulak yang mencekik. Anggota koperasi berhak menjadi pemegang saham pabrik mini itu maksimal 49 persen. Sisanya tetap dipegang investor. Dengan sistem ini, petani berhak mendapat bagian keuntungan pabrik mini. ”Cara menjadi pemegang saham cukup dengan menyediakan nira di bawah harga. Selisih harga itu digunakan untuk membeli saham,” katanya. Smits mengklaim bahwa pabrik gula aren Masarang yang memanfaatkan panas bumi tersebut merupakan yang pertama di dunia. Ini merupakan upaya pengoptimalan potensi panas bumi yang berlimpah di negeri ini. Indonesia memiliki potensi panas bumi 40 persen dari cadangan dunia atau mencapai 29.038 MW. Lokasinya tersebar di 276 titik, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, sampai Papua. Potensi ini merupakan yang terbesar di dunia. Namun, potensi itu baru dimanfaatkan 1.332 MW (4,7 persen dari potensi), yang menempatkan Indonesia di bawah Filipina (2.000 MW) dan Amerika Serikat (2.700 MW). Jika potensi panas bumi ini dioptimalkan, Indonesia tak hanya bisa menjadi superpower energi listrik, sebagaimana disampaikan Al Gore di Jakarta beberapa waktu lalu. Panas bumi juga bisa memberikan banyak nilai lebih untuk menggerakkan ekonomi rakyat.
Kebijakan pemerintah akhir tahun 2005 tentang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga BBM lebih dari 100 persen telah menempatkan para penyuling di ambang kehancuran. Biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar utama penyulingan naik lebih dari dua kali lipat. Sementara harga minyak akar wangi kerap tak menentu akibat ulah para tengkulak. Kondisi semakin sulit tatkala banyak penyuling yang ditangkap polisi gara-gara membeli minyak tanah dalam jumlah besar. Aturan pembatasan pembelian menjadi tembok penghalang menyakitkan bagi penyuling yang membutuhkan 250 liter minyak tanah untuk sekali menyuling selama lebih kurang 24 jam. Terlebih untuk bisa keluar dari jerat elsi mereka kerap ”menyetor” uang jutaan rupiah kepada polisi. Dampaknya, kini, dari 30 penyuling akar wangi, 20 di antaranya kolaps. Lahan akar wangi seluas 2.400 hektar yang tersebar di lima kecamatan pun menyusut menjadi sekitar 1.000 hektar. Mereka yang masih bertahan menyiasati persoalan bahan bakar ini dengan memakai solar atau oli bekas sebagai bahan bakar. Upaya efisiensi bahan bakar dengan menaikkan temperatur dan mempersingkat lama pembakaran membuat minyak akar wangi gosong karena disuling dengan tekanan 5-6 bar dalam waktu lebih singkat.
Krisis bahan bakar itu menginspirasi sekumpulan anak muda asal Garut yang tersebar di berbagai perguruan tinggi yang tergabung dalam Paguyuban Mahasiswa Asal Garut (Asgar Muda). Mereka menelurkan gagasan pemanfaatan panas bumi sebagai bahan bakar penyulingan. Sebuah gagasan yang—meskipun bukan hal baru—harus diapresiasi karena lahir dari generasi muda di sebuah bergantung kepada bahan bakar fosil. Mereka menilai kondisi Garut sangat ironis. Panas bumi dari sumur-sumur di kawah Kamojang dan Darajat di Garut menghasilkan listrik ratusan megawatt yang bisa dinikmati masyarakat luas. Namun, di tengah potensi energi panas bumi yang melimpah ruah itu masih ada penduduk Garut yang kelangsungan ekonomi keluarganya terganggu akibat kesulitan bahan bakar. Ketua Dewan Pembina Asgar Muda Goris Mustaqim berpikiran, mengapa tidak sumur-sumur panas bumi Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang idle dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyuling akar wangi. Selain ramah lingkungan, energi terbarukan dan minim polusi ini juga dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar lain. Serangkaian uji coba telah dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) guna menemukan kalkulasi tekanan, temperatur, dan lama penyulingan yang pas menggunakan panas bumi. Hasil uji coba diperoleh bahwa dengan tekanan optimum 2-3 bar dan lama penyulingan 20 jam bisa dihasilkan rendemen akar wangi hingga 2 persen, lebih besar daripada selama ini sebesar 0,3 persen. Dengan demikian, kesimpulannya, penggunaan panas bumi pada penyulingan akar wangi dapat meningkatkan rendemen dan kualitas minyak akar wangi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
57
MINYAK AKAR WANGI DALAM AKAR AKAN MENEMBUS JARINGAN-JARINGAN AKAR (HIDRODIFUSI) DAN IKUT DALAM FASA UAP. Secara sederhana, proses destilasi akar wangi memakai panas bumi juga tidak berbeda jauh dengan menggunakan bahan bakar lainnya. Uap panas bumi yang bertekanan sekitar enam bar dengan suhu 145 derajat celsius masuk ke penukar panas dengan kapasitas (debit) 500 kilogram per jam. Air yang berasal dari kolam dipompakan ke penukar panas sehingga tekanan uap turun menjadi tiga bar dan temperaturnya menjadi 120 derajat celcius. Uap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi akar wangi yang telah kering. Penyulingan berlangsung sekitar 20 jam dengan tekanan yang dinaikkan bertahap hingga maksimal tiga bar. Minyak akar wangi dalam akar akan menembus jaringan-jaringan akar (hidrodifusi) dan ikut dalam fasa uap. Campuran uap dan minyak lalu didinginkan di kondensor. Setelah terkondensasi, minyak dan air dipisahkan pada tangki pemisah, air berada di bawah, sedangkan minyak akar wangi berada di atas air.
Bahkan, untuk menyokong idenya itu, Asgar Muda, bekerja sama dengan PT Rekayasa Industri (Rekin), telah membuat lsius alat penyuling akar wangi berbahan bakar panas bumi. Alat yang dibuat di Laboratorium Teknik Kimia ITB tersebut selesai dikerjakan pada 2008. Sayangnya, PGE yang diharapkan bisa memberikan panas bumi dari sumur idle-nya untuk dimanfaatkan para penyuling tak juga terealisasi karena alasan elsiu. Alat penyulingan yang sudah dibuat pun akhirnya tidak pernah digunakan dan hanya disimpan di PT Rekin. Dosen panas bumi ITB, Dr Nenny Miryani Saptadji, sangat menghargai gagasan anak-anak muda dari Asgar Muda tersebut. Dari sisi kalkulasi teknis produksi, ide itu tidak diragukan lagi. Akan tetapi, gagasan tersebut akan menghadapi dua kendala utama: suplai panas bumi dan permainan tengkulak. Nenny mengingatkan, tidak pas jika pemberdayaan penyuling akar wangi dilakukan dengan mengharapkan pemberian uap gratis dari pemerintah. Penyuling akan sulit mandiri jika terus disubsidi. Selain itu, pemanfaatan langsung panas bumi jelas lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar lain. ”Sebenarnya tidak ada sumur yang menganggur. Sumursumur yang ditutup sementara itu merupakan bagian dari strategi operasional PGE. Sumur tersebut ditutup sementara untuk meningkatkan kembali tekanannya. Jadi, suatu saat akan digunakan lagi. Ini merupakan bagian dari okan,” ujar Nenny.
Nenny yakin, jika hanya untuk kepentingan uji coba, PGE tidak akan keberatan. Akan tetapi, ketika berbicara bisnis, akan lain ceritanya. Destilasi minyak akar wangi hanya membutuhkan panas bumi bersuhu rendah (di bawah 125 derajat ), sedangkan kebanyakan sumur panas bumi yang ada sekarang bertemperatur tinggi (225-350 derajat elsius). Sementara menurunkan suhu panas bumi dari sumur yang ada pun dinilai buang-buang energi. Jalan tengah yang mungkin dilakukan ialah Asgar Muda meminta bantuan PGE mencarikan kawasan potensial panas bumi bersuhu rendah. Akan lebih baik jika dengan pengeboran yang dalamnya tidak lebih dari 1 k i l o m e t e r. ” B i a y a u n t u k m e n g e b o r d u a s u m u r berkedalaman 2 kilometer-2,5 kilometer saja mencapai Rp 50 miliar. Pertamina bisa saja dimintai bantuan untuk mencarikan kawasan panas bumi bersuhu rendah. Tapi pertanyaannya kemudian, siapa yang mau membiayai pengeboran sumurnya?” kata Nenny.
Andai saja harga jual minyak akar wangi tinggi dan tidak dikendalikan oleh tengkulak, ujar Nenny, ada kemungkinan bisnis minyak akar wangi memakai panas bumi akan menarik secara ekonomis. Dengan demikian, investasi dengan mengebor sumur sekitar 500 meter dengan biaya Rp 10 miliar, misalnya, tetap menjanjikan karena harga jual minyak akar wangi di dunia tinggi.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
59
lingkungan dan pemanfaat jasa adalah segala bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya, sedangkan tata kelola jasa lingkungan adalah system dan mekanisme operasional yang mengatur hubungan yang saling menguntungkan antara penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan, dengan obyek jasa lingkungan yang teridentifikasi dengan baik, terukur dan ternilai, dengan berlandaskan pada kesepakatankesapakatan antara penyedia dan pemanfaat (voluntary), dan/atau dengan didasarkan pada aturan dan perundangundangan yang berlaku (mandatory).
03
MEKANISME JASA LINGKUNGAN
Mekanisme jasa lingkungan dimulai dari adanya aliran jasa yang dihasilkan oleh lahan atas upaya-upaya ramah lingkungan yang dilakukan masyarakat (provider) di hulu yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat di hilir (user), atas dasar pemanfaatan jasa lingkungan tertentu tersebut masyarakat di hilir melakukan transaksi/ kompensasi/imbal jasa atas upaya-upaya ramah lingkungan kepada masyarakat di hulu. Adanya aliran jasa lingkungan dari hulu ke hilir, kemudian adanya aliran kompensasi/imbal jasa dari masyarakat hilir ke hulu yang menjadi dasar terbangunya hubungan hulu hilir dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), meskipun pendekatan mekanisme pembayaran yang digunakan oleh pengelola DAS di Indonesia berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh karakteristik DAS dan konsep yang dikembangkan.
Mekanisme jasa lingkungan dimulai dari adanya aliran jasa yang dihasilkan oleh lahan atas upaya-upaya ramah lingkungan yang dilakukan masyarakat (provider) di hulu yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat di hilir (user), atas dasar pemanfaatan jasa lingkungan tertentu tersebut masyarakat di hilir melakukan transaksi/ kompensasi/imbal jasa atas upaya-upaya ramah lingkungan kepada masyarakat di hulu. Adanya aliran jasa lingkungan dari hulu ke hilir, kemudian adanya aliran kompensasi/imbal jasa dari masyarakat hilir ke hulu yang menjadi dasar terbangunya hubungan hulu hilir dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), meskipun pendekatan mekanisme pembayaran yang digunakan oleh pengelola DAS di Indonesia berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh karakteristik DAS dan konsep yang dikembangkan. Secara umum pembayaran jasa lingkungan merupakan pemberian imbal jasa berupa pembayaran dan/atau kompensasi kepada pengelola lahan untuk jasa lingkungan yang dihasilkan lahan tersebut, ketika mereka mengadopsi sistem tata guna lahan dan produksi yang ramah lingkungan. Didasarkan pada definisi tersebut maka pembayaran jasa lingkungan merupakan suatu sistem yang melibatkan penyedia jasa lingkungan, pemanfaat jasa lingkungan dan tata kelola jasa lingkungan. Penyedia jasa adalah ekosistem, sumber daya alam, orang dan/atau masyarakat yang menghasilkan jasa
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
60
Enabling factor dari implementasi jasa lingkungan, apabila adanya keinginan untuk menjalankan konsep penyedia (willingness to accept) dan pemanfaat jasa lingkungan (willingness to pay), yang diwujudkan dengan perikatan dan/atau perjanjian (kontrak), yang mencantumkan jumlah pembayaran, tengat waktu kontrak, sistem dan mekanismenya. Dalam konteks model implementasi PES di Krueng Peusangan dan Aceh, diperlukan upaya untuk membangun kesadaran dan pemahaman para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dari kedua DAS, guna menumbuhkan keinginan-keinginan tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan oleh kelompok kerja (working group) yang dibentuk oleh inisiator dengan melibatkan para pemangku kepentingan, baik dari kalangan pemerintah, private sector, maupun masyarakat. Tugas dan fungsi kelompok kerja itu adalah untuk membangun kesadaran, pemahaman, kesepakatan dan partisipasi masyarakat di hulu yang merupakan penyedia jasa, masyarakat di hilir yang merupakan pemanfaat jasa lingkungan dan lembaga pemerintah yang terkait dengan proses, baik di tingkat propinsi dan maupun di tingkat kabupaten untuk juga terlibat, mendukung dan memperkuat upaya yang dilakukan oleh kelompok kerja PES di kedua DAS tersebut, sesuai dengan karakteritik masing-masing DAS. Disamping membangun kesiapan para pemangku kepentingan dalam implementasi model PES di kedua DAS tersebut, kelompok kerja harus pula menyiapkan rencana strategi dan rencana aksi pengelolaan PES yang
lmencakup tata kelola dan kelembagaannya, dengan berlandaskan pada keseimbangan aspek-aspek ekologi, sosial dan ekonomi yang diharapkan tidak saja akan mampu menjaga dan mempertahankan kualitas dan kuantitas lingkungan, tetapi juga mampu mendorong masyarakat untuk keluar dari perangkap kemiskinan dan memperluas akses masyarakat di hulu untuk upaya peningkatan derajat hidup. Tata kelola dan kelembagaan jasa lingkungan yang dimaksud adalah membangun lembaga pengelola jasa lingkungan, yaitu lembaga penghubung (intermediary) yang bersifat independen (independent body) dan berfungsi untuk menghubungkan kepentingan penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan dalam pelaksanaan system pembayaran jasa lingkungan, yaitu mekanisme pembayaran dan/atau kompensasi yang diberikan kepada pengelola lahan yang menghasilkan jasa lingkungan, yang dituangkan dalam kontrak hukum meliputi aspek teknis dan operasional. Tipologi mekanisme pembayaran jasa lingkungan dapat dilakukan secara:
1. PEMBAYARAN LANGSUNG (DIRECT PAYMENT) Pembayaran langsung merupakan pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh pemanfaat kepada penyedia jasa lingkungan, sistem pembayaran yang diberlakukan didasarkan pada hasil negosiasi dan kesepakatan kedua belah pihak yang dituangkan kedalam perikatan dan/atau perjanjian (kontrak). Dalam nilai pembayaran yang disepakti oleh pemanfaat dan penyedia, dimasukan pula biaya transaksi (transaction cost) untuk kepentingan pengelolaan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan identifikasi dan inventarisasi lahan sebagai landasan pembayaran dan biaya manajemen, termasuk didalamnya biaya untuk fasilitasi transaksi dan pelaksanaan kegiatan monitoring;
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
61
Jasa Lingkungan
PENYEDIA JASA LINGKUNGAN
PEMANFAAT JASA LINGKUNGAN
Kompensasi •
Pembayaran langsung ( Direct Payment )
Jasa Lingkungan
2. PEMBAYARAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT PAYMENT) Pembayaran tidak langsung, merupakan pembayaran jasa lingkungan oleh pemanfaat kepada penyedia jasa lingkungan melalui lembaga perantara (intermediary). Mekanisme pembayaran jasa lingkungan tidak langsung, didasarkan pada hasil proses negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan ke dalam perikatan dan/atau perjanjian (kontrak) antara lembaga perantara dengan pemanfaat dan antara lembaga perantara dengan penyedia jasa lingkungan.
PEMANFAAT JASA LINGKUNGAN
PENYEDIA JASA LINGKUNGAN
LEMBAGA INTERMEDIARY Kompensasi
•
Pembayaran tidak lansung ( Indirect Payment )
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
62
Transaksi Pembelian
Tipologi mekanisme pembayaran jasa lingkungan tidak langsung ini, lebih kompleks dibandingkan dengan mekanisme pembayaran secara langsung. Disamping itu lembaga perantara yang disepakati oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam DAS, harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan akuntabilitas, independensi dan profesional serta mengedepankan prinsip-prinsip good corporate governance dalam melakukan pengelolaan jasa lingkungan. Mengingat dana
yang dikelola merupakan dana yang berlandaskan kepercayaan (trust fund) untuk kepentingan pengelolaan DAS lestari, maka sistem dan mekanisme pengelolaan harus dilakukan secara transparan dan dimungkinkan untuk dilakukan audit oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan telah diatur dalam sistem dan mekanisme pengelolaan.
3. PEMBAYARAN DENGAN SKEMA TERTENTU Pembayaran jasa lingkungan dengan skema tertentu merupakan pembayaran yang melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait, seperti; private sector, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, lembaga keuangan, investor international, dan lain sebagainya. Sistem dan mekanisme yang diberlakukan didasarkan pada ketentuan aturan dan perundang-undangan yang disepakati oleh para pemangku kepentingan yang terlibat dan pembagian peran dari masing-masing pemangku kepentingan tersebut diatur secara jelas dan tegas.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
63
Masyarakat Nasional dan Internasional
FKDC
PEMERINTAH
Pemanfaat Jasa Lingkungan non Pemerintah
LPJL
LSM / KONSULTAN
Kelompok Penyedia Jasa Lingkungan Reforestation Forest Management Forest Protection
Financial Flow Carbon Credit Benefit Verification Technical Assistance and Monitoring Audit
• Pembayaran tidak langsung ( Indirect Payment )
TUGAS DAN FUNGSI KELOMPOK KERJA ITU ADALAH UNTUK MEMBANGUN KESADARAN, PEMAHAMAN, KESEPAKATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI HULU YANG MERUPAKAN PENYEDIA JASA
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
64
04
CONTOH PROGRAM CSR PERUSAHAAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA 1. PROGRAM CSR PT SUPREME ENERGY Sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan, PT Supreme Energy menjalankan program CSR melalui 4 pilar yaitu pendidikan dan kesehatan, perbaikan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat dan program berpartisipasi pada kegiatan masyarakat 1.1 PENDIDIKAN DAN KESEHATAN PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) melaksanakan pemberian bantuan komputer bagi beberapa sekolah menengah dan beberapa Balai Desa di Kecamatan Rajabasa pada tahun 2012. PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) melaksanakan peluncuran program beasiswa pada tahun 2013. Target penerima manfaat program beasiswa ini 600 siswa yang berada di SD, SMP, dan SMA di 7 Kecamatan di Kabupaten Solok Selatan.
PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) melaksanakan program khitanan massal bagi 192 anak di 3 kecamatan Rajabasa, Kalianda, Penengahan pada bulan Desember 2014.
1.2 PEMBERDAYAAN EKONOMI PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) melaksanakan program pelatihan mesin jahit di 4 jorong antara lain Jorong Pekonina, Taratak Tinggi, Kampung Baru (Nagari Alam Pauh Duo) dan Jorong Pinangawa (Nagari Pauh Duo Nan Batigo). 1.3 PERBAIKAN INFRASTRUKTUR PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) pada bulan November 2012 SERB melaksanakan pembuatan saluran air bersih di Desa Sukaraja, Lampung Selatan . PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) melakukan renovasi Masjid Tunggul Bute, Desa Tunggul Bute, Sumatera Selatan pada tahun pada tahun 2013. PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) melakukan renovasi Masjid Banding di Desa Banding, Lampung Selatan pada tahun 2012.
1.4 PARTISIPASI KEGIATAN MASYARAKAT DAN LAINNYA PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) memberikan bantuan Cepat Tanggap Bencana terhadap para korban banjir bandang, 17 Desember 2012 kepada Bupati Solok Selatan H. Muzni Zakaria M.Eng di Kecamatan KPGD pada 17 Desember 2012.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
66
2. CHEVRON INDONESIA Sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan, PT Supreme Energy menjalankan program CSR melalui 4 pilar yaitu pendidikan dan kesehatan, perbaikan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat dan program berpartisipasi pada kegiatan masyarakat 2.1 MENINGKATKAN STANDAR HIDUP Chevron berkomitmen untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi dimana kami beroperasi. Upaya kami berfokus pada peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja untuk mendorong kemandirian masyarakat. Bersama para mitra, kami mengidentifikasi program-program yang dapat meningkatkan standar hidup. 2.2 MENDUKUNG USAHA MASYARAKAT Chevron mendukung program-program yang menawarkan pelatihan dalam bidang pertanian, perikanan dan pengembangan usaha kecil. Program Local Business Development (LBD), yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2001, membantu perusahaan kecil dan koperasi di Riau, Kalimantan Timur dan Jawa Barat. Program ini dimaksudkan untuk membantu mengembangkan perusahaan kecil dan koperasi di daerah operasi kami untuk menjadi pemasok barang dan jasa yang andal dan dapat bersaing secara profesional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam enam tahun terakhir, LBD telah memberikan lebih dari 6.100 kontrak kepada pengusaha LBD dan menciptakan sekitar 41.000 jenis lapangan pekerjaan. Melalui lokakarya LBD, wirausahawan binaan mendapat pelatihan tentang Kesehatan, Lingkungan dan Keselamatan (Health, Environment, and Safety/HES),
prosedur pengadaan barang, etika bisnis, manajemen proyek, aspek-aspek teknis dan manajemen keuangan untuk mengembangkan kapasitas mereka. Tahun 2008, program LBD mendapat pengakuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam bentuk Penghargaan Padma untuk Solidaritas Sosial.
2.3 MENGEMBANGKAN WIRAUSAHA Sementara itu, program pengembangan usaha berbasis masyarakat kami di Kalimantan timur dan Jawa Barat menawarkan pemberian bantuan pinjaman melalui lembaga keuangan mikro serta memberikan pelatihan manajemen bisnis untuk kelompok usaha kecil dan koperasi. Pada tahun 2009, kami membantu mendirikan tiga koperasi lokal di Salak, yang merupakan salah satu tempat operasi panas bumi kami. Hanya dalam waktu tiga tahun, koperasi ini telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 1.500 usaha mikro, dengan nilai lebih dari USD400.000. Kami juga turut membantu memberdayakan sekelompok penyandang cacat dan perempuan di Balikpapan dengan menerima pelatihan, perlengkapan, material dan pemasaran untuk menghasilkan produk batik ramah lingkungan. Bantuan serupa juga kami tawarkan kepada sekelompok wanita di Rumbai melalui pembentukan Rumbah Batik Cempaka. Pelatihan dan bantuan dalam produksi kerajinan juga diberikan kepada perempuan di tiga kabupaten yang berbeda di Kalimantan Timur. Para wanita ini dilatih untuk mengubah limbah rumah tangga dan plastik non-daur ulang menjadi produk kerajinan seperti, dompet, bunga buatan, dan tas.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
67
Pada akhir 2012, kami dan mitra kami, Yayasan Swisscontact Indonesia mengembangkan program Coconut Sector Enhancement for Sustainable Livelihood yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan para petani dan pengolah kelapa serta gula aren di tujuh menunjang hidup berkelanjutan dengan tujuan utama peningkatan pendapatan petani kelapa lokal dari prosesor kelapa serta gula aren di tujuh Kelurahan di Penajam Paser Utara Kabupaten, Kalimantan Timur melalui penerapan praktik pertanian dan pengolahan yang baik. Pada akhir Desember 2013, program ini telah memberikan manfaat kepada lebih dari 284 dan 956 penerima manfaat langsung dan tidak langsung. Sementara 39 usaha kecil telah berhasil meningkatkan pendapatan mereka melalui pengurangan biaya produksi, diversifikasi produk, dan kualitas produk yang lebih baik. Lebih dari 620 peternak di Darajat, Jawa Barat, mendapatkan manfaat dari program peternakan domba terpadu, yang mencakup pelatihan teknis pada program penggemukan, pengelolaan limbah ternak, biopestisida dan biogas serta pembiayaan mikro. Pusat UKM di Darajat berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan konsultasi bisnis untuk usaha kecil dan menengah serta menampilkan lebih dari 115 produk yang dibuat oleh 32 kelompok di daerah tersebut. Melalui program pengembangan ini pendapatan masyarakat meningkat hingga sebesar 40 persen. Kami mempromosikan upaya konservasi dalam operasi panas bumi di Salak untuk mencegah eksploitasi hutan lebih lanjut. Kami mendukung usaha kecil dan menengah dengan menawarkan program pelatihan untuk petani dalam menunjang hasil panen. Kami turut memperkenalkan praktik pertanian terpadu kepada suku Sakai di Riau dengan menyediakan pertanian, perikanan dan pelatihan ternak serta bantuan
teknis. Pada tahun 2013, sebuah koperasi didirikan untuk membantu petani Sakai dalam mengelola hasil perikanan, peternakan itik dan pertanian mereka serta pemasaran produk dan distribusi.
2.4 INFRASTRUKTUR Kami telah mendukung masyarakat Riau sejak tahun 1950an dengan membuka area yang sebelumnya terisolasi di Riau Timur melalui pembangunan jalan sepanjang 180 kilometer, yang menghubungkan Pekanbaru dan Dumai. Kami juga menghubungkan jalan tersebut dengan jalan yang menuju Provinsi Sumatera Utara malalui wilayah Bangko. Kontribusi penting kami lainnya adalah membangun Jembatan Siak, jembatan pertama di atas Sungai Siak yang menghubungkan daerah selatan Pekanbaru dengan daerah utara pada tahun 1977, serta menghubungkan bagian barat Sumatera (Provinsi Sumatera Barat) dengan bagian timur (wilayah Dumai di Provinsi Riau). Pada tahun 2012, kami ikut berkontribusi dalam perayaan Pekan Olahraga Nasional ke 18 (PON XVII) yang pertama kali digelar di Riau. Dukungan kami diantaranya melalui pembangunan Balai Tanjak Laksana Chevron yang merupakan gedung serbaguna yang berada di Komplek Olahraga Rumbai. Bangunan 47.000 meter persegi ini mampu mengakomodasi 1.500-2.000 penonton dan akan memberikan manfaat jangka panjang untuk berbagai macam kegiatan. Kami turut membantu mempromosikan PON dengan membuat dan mengatur pusat media utama di Perpustakaan Pusat Riau untuk para jurnalis yang meliput kegiatan empat tahunan ini. Kedua fasilitas ini juga digunakan untuk kegiatan The Islamic Solidarity Games pada pertengahan tahun 2013. Estimasi nilai bantuan kami untuk PON 18 mencapai USD6,4 juta.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 4 - BAHAN 20
68
15
20
WWF IN NUMBERS IMPROVED ENABLING ENVIRONMENT
WWF S SUSTAINABILITY CRITERIA
By 2015, an improved enabling environment conducive to geothermal energy and other RES will be in place in Indonesia and the Philippines.
By 2015, WWF’s Sustainability Criteria shall have beenaccepted by the geothermal industry as a best practice benchmark,has significantly improved geothermal energy’s social acceptability and built broad stakeholder support.
WWF S 100% RENEWABLE VISION By 2015, Indonesia has agreed to national renewable energy targets for 2030 in line with WWF’s 100% renewable vision, including a target for ending energy poverty by 2030. By 2015, the targets for the Philippines will be moreambitious than the 2030 target announced by government.
RECYCLED Supporting responsible use offorest resources www.fsc.org Cert no.BV COC 008904 (c) 1996 Forest Stewardship Council
BAHAN POKOK BAHASAN 5+6
BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI) & PENUTUP All rights reserved. | WWF-Indonesia. | © 2015
BAHAN POKOK BAHASAN 5
BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI)
Penanggung Jawab Indra Sari Wardhani Achmed Shahram Edianto
Penulis Naskah Muhamad Suhud Fabby Tumiwa Henriette Imelda
Narasumber Arimbi Heroeputri
Tim Disain dan Ilustrasi PT. Maginate Kreasindo
Penerbit WWF Indonesia
Cetakan Pertama xxxxx 2015
Sumber Foto Christopher Cheng Ng Mauri Rautkari Peter Prokosch Moving Images NL Agency WWF Indonesia WWF Canon
HAK CIPTA : Sepanjang tidak ditujukan untuk tujuan komersial, penggandaan dan penyebaran modul ini dapat dilakukan tanpa ijin dari penerbit
ISBN NO : 978-979-1461-53-5
B A H A N 2 1
BAHAN BACAAN TENTANG ADVOKASI 1. TUJUAN
4. MEMBENTUK TIM INTI
Tujuan dari kegiatan advokasi adalah untuk melakukan perubahan masyarakat kea rah yang lebih baik dan adil. Dalam tahap yang lebih konkrit advokasi selalu merujuk kepada perubahan sistem hukum, yaitu Materi, Struktur, dan Budaya. Materi adalah isi kebijakan yang ingin diubah, Struktur adalah kelembagaan (Negara) yang dianggap mampu mendukung perubahan kebijakan tersebut, dan Budaya adalah cara pandang masyarakat, penyelenggara dan aparat penegak hukum dalam menjalankan materi hukum tersebut.
Berbicara tentang masyarakat tentu saja akan melibatkan banyak orang dengan banyak kepentingan dan rentang kapasitas yang berbeda. Karena itu penting dibentuk Tim Inti berdasarkan kesepakatan. Tim Inti adalah sekelompok orang atau organisasi yang dari awal memiliki sikap, tujuan, dan arahan yang sama dalam beradvokasi. Di dalam tim ini setiap informasi dan perencanaan strategis advokasi diolah bersama secara terbuka. Tim inti lah yang menjadi pengatur setiap kegiatan advokasi, menyusun strategi, membangun argumen dan sikap-sikap yang dipilih, termasuk membuat Siaran Pers, dan Kronolis Kasus. Adalah Tim inti wajib melakukan pemantauan dan evaluasi dalam tiap tahap advokasi, dan melaporkan kepada masyarakat yang memberikannya mandat. Kepercayaan kunci utama yang perlu dijaga.
Menentukan tujuan advokasi sejak awal adalah penting bagi keberhasilan advokasi. Apakah yang diinginkan sekedar perubahan materi (isi atau teks) dari suatu kebijakan/peraturan, atau sampai adanya perubahan budaya hukum. Mengingat masing-masing bagian dari sistem hukum tersebut memerlukan pendekatan dan kedalaman yang berbeda dari langkah-langkah advokasi.
2. DATA AWAL Bermulanya suatu advokasi bisa dipicu dari mana saja, umumnya advokasi terjadi ketika ada suatu masalah yang dirasakan meresahkan masyarakat. Seperti adanya undang-undang baru ataupun adanya proyek baru di lingkungan kita yang dirasa meresahkan. Berawal dari kondisi di atas, biasanya masyarakat berkumpul mencari informasi, berbagi perasaan dan pandangan. Dari kondisi di atas ini dapat dikategorikan sebagai data awal yang dapat dikembangkan menjadi informasi yang akurat untuk memulai langkah advokasi.
BAGAIMANA MENYUARAKAN SUARA KITA (ADVOKASI)
• Dasar dasar Advokasi • Bekerjasama dengan Pemerintah dan Sektor Swasta dalam proyek PLTP
PEGANGAN FASILITATOR: TAHAPAN-TAHAPAN ADVOKASI (BERDASARKAN BAGAN ADVOKASI) Bagaimana advokasi dijalankan? Umumnya advokasi dijalankan jika dirasakan ada 'suatu masalah' atau 'potensi masalah' yang menyebabkan perubahan kepada kehidupan msyarakat, dan masyarakat ingin memperbaiki kondisi tersebut. Untuk mencapai tujuan advokasi, diperlukan tahapan-tahapan advokasi sebagai berikut:
3. SIKAP Setelah mendapatkan informasi dasar, seperti bentuk kegiatan, siapa penanggung jawab kegiatan, apa potensi dampak kegiatan tersebut, masyarakat dapat menentukan sikapnya. Sikap tersebut dapat berupa persetujuan, penolakan, meminta klarifikasi lebih lanjut, atau juga mengajukan syarat-syarat agar kehidupan masyarakat tidak dirugikan dengan kehadiran suatu proyek atau kebijakan baru. Yang penting perlu kejelasan sikap apa yang dipilih masyarakat, karena sikap akan menjadi mandat dari kegiatan advokasi selanjutnya.
5. MENGGALANG SEKUTU Disadari bahwa kita tidak dapat bekerja sendirian untuk mencapai tujuan advokasi, karena itu usaha untuk menggalang sekutu, yaitu mereka yang (potensi) mendukung kerja dan tujuan advokasi kita perlu dilakukan. Sekutu adalah pihak-pihak yang memiliki sikap dan tujuan sama atas masalah yang diadvokasi tetapi tidak memiliki kepedulian khusus terhadap masalah yang hendak diadvokasi. 6. MENGIDENTIFIKASI MASYARAKAT Siapa yang kita bela haruslah diketahui. Kelompok masyarakat mana, jumlahnya berapa, laki-laki dan perempuan, anak-anak, dan lansia, apa ada yang memiliki kebutuhan khusus. Bagaimana mereka terpapar dan menerima dampak, dampak apa yang mereka rasakan, bagaimana dampak itu berpengaruh kepada mereka, dsb. Indentifikasi masyarakat adalah penting agar tidak terjadi kesalahan mendasar (dalam membangun sekutu misalnya), juga dalam merumuskan tuntutan (biasanya berdasarkan kebutuhan dan dampak yang dialami mereka).
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
03
7. PENGORGANISASIAN
10. KONSEP ALTERNATIF
Dalam sebuah advokasi, pengorganisasian adalah vital. Di titik inilah terjadi pemberdayaan masyarakat, baik dari penentuan sikap, pengetahuan, ketrampilan, bahkan juga dalam penyelesaian konflik internal jika terjadi. Kegiatan pengorganisasian menyangkut banyak hal, mulai dari identifiksi persoalan sampai kepada pencarian solusi alterntif dari masalah yang dipersoalkan.
Perlu juga disiapkan konsep alternatif dari kebijakan atau aktivitas usaha yang kita kritik, yang memenuhi rasa keadilan masyarakat. Karena jika tidak, maka usaha advokasi akan sia-sia kalau sekedar berhenti dalam isu menolak atau merubah kebijakan.
8. RENCANA STRATEGIS Setelah tim inti terbentuk, dan data awal dianggap cukup, maka perlu dibangun rencana strategis. Rencana strategis menyangkut juga capaian jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang akan dipakai sebagai acuan setiap kegiatan advokasi. Rencana Strategis yang dilakukan oleh tim inti harus bersifat lentur agar mudah mengantisipasi perubahan mendadak. Setiap rencana harus tercatat dan memiliki indicator-indikator pencapaian serta memiliki alur kerja atau pentahapan. Jika tidak, maka akan sulit dilihat apakah pekerjaan advokasi sudah dijalankan, dan sampai di mana capaiannya.
9. MENGEMAS ISU Setelah melakukan identifikasi persoalan dan merumuskan tuntutan, maka perlu mengemas isu yang akan dilempar ke publik. Ada dua tujuan dalam mengemas isu; pertama, menggalang dukungand ari masyarakat luas, dan kedua, membangun tekanan kepada pengambil kebijakan. Dalam mengemas isu perlu diperhatikan gaya bahasa dan etika berbahasa, karena dalam kemasa isu ini sebenarnya merepresentasikan siapa kita, dan apakah kita memang layak mendapat dukungan masyarakat. Karena itu teknik-teknik berkomunikasi (lisan, dan visual) menjadi penting agar pesan yang ingin kita sampaikan tepat sasaran.
Konsep alternatif dapat dikembangkan dari banyak hal, dari penelitian, studi kasus, studi dokumen, dialog intensif, dan lain-lain. Konsep alternatif yang baik tentu saja harus mencerminkan kebutuhan pihak yang melakukan advokasi. 11. LITIGASI Litigasi atau berperkara di pengadilan, adalah salah satu cara melakukan advokasi. Pada satu titik, mungkin saja diperlukan jalan litigasi ini. Biasanya jalan litigasi ini ditempuh, jika masyarakat memiliki potensi untuk menang (terutama dari segi analisa hukumnya), proses litigasi bersifat terbuka (biasanya sebagai cara untuk mendobrak informasi yang ditutup-tutupi dari perusahaan atau penyelenggara Negara), juga sebagai cara untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat luas. Di Indonesia, proses litigasi sudah berkembang dengan mengadopsi kepentingan masyarakat, seperti dimungkinkannya gugatan class action (gugatan yang lakukan oleh banyak orang, tapi dapat diwakilkan kepada sekelompok orang atas dasar kesamaan kerugian atau penderitaan), Hak gugat Organisasi, (gugatan dapat dilakukan oleh organisasi atas suatu kasus, walaupun organisasi tersebut tidak langsung terdampak dari kasus itu), juga individu atau sekelompok orang dapat mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi ketika merasa hak-hak konstitusinya terlanggar.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
04
12. KAMPANYE Kampanye dilakukan melalui media massa, seperti Koran, radio atau televisi. Kampanye juga dapat dilakukan dengan membuat selebaran, leaflet, kaos, poster dll. Jadi media kampanye dan pilihan bahasa bisa apa saja, tapi yang penting dijaga adalah kesatuan pesan yang disampaikan harus selaras. Tujuan kampanye adalah mensosialisasikan masalah yang diadvokasi kepada masyarakat luas agar mendapatkan dukungan dari masyarakat. Karena itu perlu dilihat gaya bahasa dalam kampanye, medianya seperti apa dan siapa/masyarakat apa yang akan menjadi sasaran kampanye.
13. MELANCARKAN TEKANAN Pemegang kebijakan tidak akan melakukan perubahan atas kebijakannya jika tidak dibujuk atau mendapat tekanan. Karena itu, segala bentuk tekanan perlu diciptakan agar advokasi berhasil. Tekanan dapat dilakukan dengan cara kampanye terus-menerus, njuk rasa, boikot, surat, petisi dll. Masing-masing metode melakukan tekanan memiliki konsekwensinya sendiri, baik dalam potensi mencapai tujuan, maupun dalam potensi mendapatkan gangguan. Karena itu tim inti harus jeli melihat kekuatan dan kelemahan 'lawan', juga harus memiliki pengetahuan yang cukup atas segala bentuk-bentuk tekanan di atas. Gangguan disini adalah usaha dari pihak lawan untuk mematahkan usaha advokasi kita. Ini bisa dimulai dari rayuan, iming-iming, kepada tim inti atau beberapa anggota tim inti untuk memecah belah, sampai bentukbentuk kriminalisasi. Dilaporkan ke polisi, ditangkap polisi, di tahan, dll.
14. MEMPENGARUHI PEMEGANG KEBIJAKAN Perubahan kebijakan tidak akan tercapai, jika sang pemegang kebijakan tidak mau untuk melakukan perubahan tersebut. Karena itu kegiatan advokasi berupa membujuk dan menekan pemegang kebijakan agar menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan keinginan rakyat menjadi penting. Pemegang kebijakan perlu diajak bicara mengenai kasus yang diadvokasi. Pembicaraan dapat dilakukan melalui audiensi, lobi, seminar, dengar pendapat dll. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana usaha mempengaruhi kebijakan ini harus menarik perhatian si pemegang kebijakan, karena merekalah pemegang otoritas untuk merubah kebijakan yang juga memiliki setumpuk pekerjaan dan tuntutan lain selain tuntutan dari kita. Karena itu, mengungkapkan masalah secara logis dalam berbagai bentuk tulisan sampai tatap muka menjadi penting.
LITIGASI ATAU BERPERKARA DI PENGADILAN, ADALAH SALAH SATU CARA MELAKUKAN ADVOKASI.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
05
Unjuk rasa mogok, boikot Lancarkan Tekanan Bangun Gerakan Basis Pengorganisasian Masyarakat Pendidikan Politik Siapkan Barisan Pendukung (dana, logistik, informasi, akses).
BENTUK LINGKAR INTI (Alies)
Kajian Kebijakan
Kumpul Data / Info
Perencanaan Strategis
PILIH ISSU STRATEGIS Tetapkan Sikap & Nalar
Kemas Issu Semenarik Mungkin
Galang Sekutu (alliance) Sebanyak Mungkin
Pelatihan Teknis
Pengaruhi Pendapat Umum
Pengaruhi Pembuat & Pelaksana Kebijakan
kampanye siaran pers pernyataan
PERUBAHAN KEBIJAKAN PUBLIK : Isi / Naskah Tatanan Budaya lobbi, mediasi, negosiasi, kolaborasi
Lakukan Pembelaan
class action jurisorudensi
legal drafting counter draft judicial review Ajukan Konsep Tanding diskusi, seminar, dll Analisis Data / Info
LAKUKAN PEMANTAUAN / EVALUASI
BAGAN ARUS KEGIATAN ADVOKASI TERPADU
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
06
TEKNIK DASAR ADVOKASI Sebuah Catatan Pengantar
Pada dasarnya, berbagai program advokasi yang dilakukan oleh banyak kalangan (NGO, Organisasi Massa, dsb), seperti aksi protes, selebaranselebaran, unjuk rasa, protes, dsb. Mempunyai kesamaan sasaran, yakni suatu kebijakan tertentu dari pemerintah yang menyangkut kepentingan publik (public policy).
Meskipun sangat mungkin hasil dari kegiatan yang mereka nyatakan itu berbeda, namun tujuan atau sasaran akhirnya sebenarnya sama saja, yakni terjadinya perubahan peraturan atau kebijakan publik (policy reform). Dengan demikian advokasi tidak lain adalah merupakan upaya untuk memperbaiki atau merubah kebijakan publik sesuai dengan kehendak atau kepentingan mereka yang mendesakkan terjadinya perbaikan atau perubahan tersebut. Sekarang, pertanyaannya adalah “apakah yang dimaksud dengan kebijakan publik itu” ?. Salah satu kerangka analisis yang dapat digunakan untuk memahami suatu kebijakan publik adalah dengan melihat kebijakan tersebut sebagai suatu 'sistem hukum' (system of law) yang terdiri dari: Isi hukum (content of law); yakni uraian atau penjabaran tertulis dari suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk perundang-undangan, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
07
Tata laksana hukum (structure of law); yakni semua perangkat kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku (lembaga hukum dan para aparat pelaksananya). Budaya Hukum (culture of law) ; yakni persepsi, pemahaman, sikap penerimaan, praktek-praktek pelaksanaan, penafsiran terhadap dua aspek sistem hukum diatas isi dan tata laksana hukum. Dalam pengertian ini juga tercakup bentuk-bentuk tanggapan (reaksi, response) masyarakat luas terhadap pelaksanaan isi dan tatalaksana hukum yang berlaku. Sebagai suatu kesatuan sistem (systemic). Tiga aspek hukum tersebut saling tumbuh dan berkait satu sama lain. Karena itu, idealnya, suatu kegiatan atau program advokasi harus juga mencakup sasaran perubahan ketiganya. Karena, dalam kenyataannya perubahan yang terjadi pada salah satu aspek saja tidak dengan serta merta membawa perubahan pada aspek lainnya. Dengan demikian sasaran perubahan terhadap suatu kebijakan publik mestilah mencakup ketiga aspek hukum atau kebijakan tersebut sekaligus. Dengan kata lain, suatu kegiatan atau program advokasi yang baik adalah yang secara sengaja dan sistematis memang dirancang untuk mendesakkan terjadinya perubahan baik dalam isi, tata laksana maupun budaya hukum yang berlaku. Kaidah ini tidak menafikan bahwa perubahan bisa terjadi secara bertahap atau berjenjang, dimulai terlebih dahulu dari salah satu aspek hukum tersebut yang memang dianggap sebagai titik tolak paling menentukan (crucial starting point), kemudian berlanjut (atau diharapkan membawa pengaruh dan dampak perubahan) ke aspek-aspek lainnya. Tetapi ini hanyalah masalah penentuan strategi dan prioritas dari kegiatan advokasi, tanpa harus mengorbankan prinsip dasarnya sebagai suatu upaya kearah perubahan kebijakan secara menyeluruh.
ADVOKASI YANG BAIK ADALAH YANG MEMANG TERFOKUS HANYA PADA SATU MASALAH ATAU ISSU STRATEGIS KEB AKAN PUBLIK
KERANGKA DASAR KERJA Kebijakan publik (sistem hukum) sebagai sasaran advokasi, ketiga aspeknya terbentuk melalui suatu prosesproses yang khas. Isi hukum dibentuk melalui prosesproses legislasi dan jurisdiksi, sementara tata laksana hukum dibentuk melalui proses-proses politik dan manajemen birokrasi, dan budaya hukum terbentuk melalui proses-proses sosialisasi dan mobilisasi. Masingmasing proses ini memiliki tata caranya sendiri, karena itu, kegiatan advokasi juga harus didekati secara berbeda, dalam hal ini harus mempertimbangkan dan menempuh proses-proses yang sesuai dengan asal-usul ketiga aspek sistem hukum ini dibentuk. Proses-proses legislasi dan jurisdiksi ; proses ini meliputi seluruh proses penyusunan rancangan undang-undang atau peraturan (legal drafting) sesuai dengan konstitusi dan sistem ketatanegaraan yang berlaku,mulai dari pengajuan gagasan, atau tuntutan tersebut, pembentukan kelompok kerja dalam kabinet dan parlemen, seminar akademik untuk penyusunan naskah awal (academic draft), penyajian naskah awal kepada pemerintah, pengajuan kembali ke-parlemen sampai pada akhirnya disetujui atau disepakati dalam pemungutan suara diparlemen. Proses-proses politik dan birokrasi; proses ini meliputi semua tahap formasi konsolidasi organisasi pemerintah sebagai perangkat kelembagaan dan pelaksana kebijakan publik. Bagian terpenting dan paling menentukan dalam keseluruhan proses ini adalah seleksi, rekruitment dan induksi para aparat pelaksana pada semua tingkatan birokrasi yang terbentuk. Karena itu, seluruh tahapan tersebut sangat diwarnai oleh kepentingan-kepentingan diantara berbagai kelompok yang terlibat didalamnya, mulai dari lobby, mediasi, negosiasi dan (dalam pengertiannya yang buruk) bahkan sampai pada praktek-praktek intrik, sindikasi, konspirasi dan manipulasi.
Skema itu juga memperlihatkan bahwa suatu sistem kegiatan advokasi, walaupun sasarannya adalah perubahan kebijakan publik sebagai bagian dari sistem hukum, namun tidak berarti hanya dapat dilakukan melalui jalur-jalur 'legal' (proses-proses legitasi dan jurikdiksi) saja, tetapi juga melalui jalur-jalur 'paralegal' (proses politik dan birokrasi serta proses-proses sosialisasi dan mobilisasi). Barangkali memang perlu diperingatkan kembali disini bahwa salah satu tujuan kegiatan advokasi, khususnya dalam rangka pembentukan opini (pendapat umum) dan penggalangan dukungan massa, bukanlah semata-mata membuat orang 'sekeda tahu' tetapi juga 'mau terlibat dan bertindak'. Hal yang terakhir ini jelas lebih menyangkut soal afeksi (perasaan, keprihatinan, sikap, dan perilaku) ketimbang soal kognisi (pengetahuan, dan wawasan) seorang. Jelasnya advokasi bukan cuma urusan mempengaruhi'isi kepala', tetapi juga 'isi hati' orang banyak.
advokasi yang baik adalah yang memang terfokus hanya pada satu masalah atau issu strategis kebijakan publik tertentu. Dengan demikian, langkah awal terpenting dalam kegiatan advokasi adalah memilih dan menetapkan issu kebijakan publik apa yang benar – benar strategis dijadikan sebagai sasaran advokasi. Untuk menetapkan strategis atau tidaknya sebuah issu kebijakan publik, paling tidak dapat dilakukan atas dasar beberapa indikator sebagai berikut : 1. Taraf penting dan mendesaknya (urgensi) tuntutan
masyarakat luas yang mendesakkan perlunya segera perubahan kebijakan publik tersebut. 2. Kaitan dan relevansi perubahan perubahan tersebut
terhadap kepentingan atau kebutuhan nyata masyarakat luas, terutama lapisan atau kalangan mayoritas yang memang sering tidak diuntungkan oleh kebijakan negara. 3. Besaran dan luasnya dampak positif yang dapat
dihasilkan jika perubahan kebijakan itu terjadi. 4. Kesesuaian dengan agenda kerja utama jaringan
organisasi advokasi yang memang menjadikan issu kebijakan publik tersebut sebagai sasaran utamanya.
Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mendesakkan terjadinya perubahan sosil (sosial movement) secara bertahap maju melalui serangkaian perubahan kebijakan publik. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa suatu perubahan sosial yang lebih besar dan luas bisa terjadi (atau paling tidak, bisa dimulai) dengan merubah satu persatu kebijakan-kebijakan publik yang memang strategis atau sangat menentukan dalam kehidupan masyarakat luas. Maka, suatu kegiatan
Proses-proses sosialisasi dan mobilisasi; proses ini meliputi semua bentuk kegiatan pembentukan kesadaran dan pendapat umum (opini) serta tekanan
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
08
massa terorganisir yang, akhirnya akan membentuk suatu pola perilaku tertentu dalam mensikapi suatu masalah bersama. Karena itu, proses-proses ini terwujud dalam berbagai bentuk tekanan politik (politica pressure), mulai dari penggalangan pendapat dan dukungan (kampanye, debat umum, rangkaian diskusi dan seminar, pelatihan), pengorganisasian (pembentukan basis basis massa dan konstituen, pendidikan politik kader) sampai ke tingkat pengerahan kekuatan (unjuk rasa, mogok, boikt, dan blokade).
1 | Disarikan dari tulisan Roem Topatimasang dengan judul “Advokasi Kebijakan Publik; Ke Arah Suatu Kerangka Kerja Terpadu“, dalam buku “Merubah Kebijakan Publik”, Roem Topatimasang, dkk (peny), Pact Indonesia & Insist, 2000.
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 21
09
B A H A N 2 2
BAHAN BACAAN TENTANG MENGELOLA KONFLIK
MEMAHAMI KONFLIK Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda tentang hidup, memiliki kepentingan yang berbeda pula. Kita masing-msing memiliki sejarah dan karakter yang unik, dilahirkan dengan cara hidup tertentu dan dengan jenis kelamin yang berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan jika bertemu dan bekerja dengan orang lain, kita akan mengalami perbedaan dalam cara pandang, sikap, pola berpikir dalam hidup ini. Ketika masyarakat mempelajari suatu masalah secara bersama mereka sering menganggap bahwa mereka akan sampai pada suatu analisis yang sama. Kenyataannya tidak demikian, Karena selain perbedaan-perbedaan 'alami' seperti yang diuraikan di atas, ada perbedaan yang disebabkan oleh status, kekuasaan, kekayaan, usia, peran menurut gender, keanggotaan dalam satu kelompok, dsb. Dalam situasi yang sama indicator posisi itu dalam masyarakat sering menentukan keinginan kelompok yangberbeda. Ketika sasaran dan kepentingan mereka bertentangan atau tidak sesuai, maka terjadilah konflik. Konflik tidak sama dengan kekerasan. Konflik adalah hubungan antara dua atau lebih pihak yang tidak memiliki sasaran yang tidak sejalan. Sementara kekerasan adalah tindakan yang mengucilkan, mengabaikan, melalui katakata, sikap yang menyebabkan kerusakan mental, materi bahkan fisik.
Langkah-langkah di bawah ini mungkin dapat membantu untuk menciptakan perdamaian atau kesepakatan diantara para pihak:
1. VISI/SASARAN Pelajari kembali apa yang sebenarnya ingin dicapai. 2. PERUBAHAN Apa atau siapa yang perlu diubah agar memungkinkan anda untuk mencapai sasaran? Berapa banyak perubahan yang sudah dicapai? 3. PIHAK-PIHAK Siapa saja pihak utama dalam situasi ini? Pemetaan situasi ini akan sangat membantu untuk melihat pihak mana yang terlibat, dan di mana posisinya dalam hubungannya dengan pihak lain. 4. PERSEPSI Apa kebutuhan dan kekhawatiran pihak-pihak itu? Bagaimana persepsi setiap pihak terhadap masalah itu, dan terhadap pihak lainnya? Bagaimana sikap dan perilaku masing-masing pihak dan pada bagian mana peranan mereka dalam situasi ini? 5. ISU-ISU
STRATEGI MENGELOLA KONFLIK Dari analisa ke strategi, yaitu mempelajari suatu situasi beralih untuk mempengaruhinya. Analisis dapat mengungkapkan berbagai kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Tiap orang atau tiap kelompok akan memiliki peluang tertentu, bergantung pada posisinya dalam situasi itu dan kemampuan khusus mereka.
Selain isu-isu yang sudah jelas, isu-isu apa yang merupakan akar penyebab dalam konteks ini? Apa implikasi khusus dari isu-isu itu, dan bagaimana isuisu itu mempengaruhi tiap pihak dan perannya dalam konflik?
Tidak ada tindakan atau strategi tunggal yang akan menghasilkan perdamaian. Perdamaian dicapai melalui tanggung jawab bersama dan gabungan tindakan yang memunculkan perbedaan yang sesungguhnya.
1 | Bahan disarikan dari Simon fisher dkk, Mengelola Konflik Ketrampilan dan Strategi untuk Bertindak, The British Council, Jakarta, 2001
Mengelola konflik adalah bagian dari advokasi, karena dalam setiap interaksi potensi berbeda pendapat akan mungkin muncul. Jika konflik dibiarkan atau bahkan dianggap tidak ada, maka berpotensi untuk merusak keberhasilan suatu advokasi. PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 22
11
06 PERDAMAIAN DICAPAI MELALUI TANGGUNG JAWAB BERSAMA DAN GABUNGAN TINDAKAN YANG MEMUNCULKAN PERBEDAAN YANG SESUNGGUHNYA.
6. KEPENTINGAN Bagaimana setiap pihak berhubungan dengan sasaran anda? Apakah dengan tercapainya sasaran anda maka pihak lain akan terhalang dalam mencapai sasarannya? Anda mungkin perlu memperhatikan lapisan-lapisan dalam masing-masing pihak mengenai pemahaman pihak lain dalam situasi ini. Bagaimana masing-masing pihak menentukan kepentingannya? Jika suatu pihak bertindak menurut kepentingannya sendiri, apakah kebutuhannya akan terpenuhi? Siapakah yang mempunyai kepentingan pribafi dalam konflik yang sedang berlangsung? Apakah ada kepentingan bersama yang dapat diajukan? 7. STRATEGI Strategi apa yang dapat anda gunakan sehingga segala sesuatunya mendukung anda untuk mencapai sasaran? Inilah saatnya anda memutuskan cara-cara intervensi apa yangseharusnya dilakukan dan hal-hal yang perlu anda selesaikan. 8. PELIBATAN Bagaimana memasukkan kepentingan, kebutuhan dan kekhawatiran pihak lainnya dalam strategi anda?
Strategi anda mungkin akan lebih sukses jika anda tetap mengingat sasaran anda dan juga hubungannya dengan pihak lainnya. Jika anda membangun hubungan yang baik dengan pihak lain, maka mungkin mereka akan memahami tindakan anda dengan lebih baik dan mengurangi rasa khawatirnya. Anda mungkin menemukan bahwa walaupun kepentingan dan sasaran anda berbeda, mungkin saja tetap bisa saling mendukung. 9. SEKUTU Apakah anda memiliki cukup banyak kesamaan kepentingan dengan pihak lainnya untuk membentuk suatu aliansi. Dapatkan anda membentuk koalisi yang lebih besar 10. RESIKO Adakah bahaya lain yang tidak anda perhitungkan? Apakah anda dapat membuat situasi menjadi lebih buruk? Bagaimana anda menguji strategi anda dengan resiko paling kecil/ Apa yang harus dipelajari agar dapat menentukan apakah strategi yang diambil berhasil? POKOK BAHASAN 6
11. TINDAKAN Sekaranglah waktunya untuk melaksanakan keputusan yang anda ambil melalui metode penyusunan strategi ini.
PENUTUP ( 90 Menit)
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 5 - BAHAN 22
12
B A H A N 2 3
LEMBAR EVALUASI DAN REFLEKSI EVALUASI UMUM Lembar ini adalah lembar penilaian umum Anda terhadap keseluruhan materi yang telah Anda ikuti. Pada bagian sebelah kanan tercantum beberapa buah pernyataan yang harus Anda nilai secara jujur. Kerena itu Anda tidak perlu mencantumkan identitas apapun pada lembar penilaian ini, sebab penilaian itu terutama bukan untuk menilai Anda, tetapi mencari umpan balik bagi kepentingan latihan ini di masa mendatang. Untuk itu, Anda cukup melingkari salah satu angka pada skala kontinum 0-5 disebelah kiri setiap pernyataan. Angka 0-5 itu menunjukkan taraf pencapaian, kesesuaian dan pemahaman terhadapnya.
0
1
2
3
4
5
Apakah latihan ini sesuai dengan harapan anda sebelum latihan ?
0
1
2
3
4
5
Apakah anda memperoleh manfaat dari latihan ini bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas anda ?
0
1
2
3
4
5
Dibandingkan sebelum latihan, apakah pemahaman anda tentang panas bumi meningkat ?
0
1
2
3
4
5
Apakah latihan ini memberikan kemampuan yang anda butuhkan untukpengembangan ketrampilan advokasi anda ?
0
1
2
3
4
5
Apakah latihan ini telah memberikan rangsangan bagi diri anda untukbekerja dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab ?
0
1
2
3
4
5
Apakah latihan ini telah memberikan rangsangan bagi diri anda untuk lebih meningkatkan kegiatan advokasi anda ?
0
1
2
3
4
5
Apakah latihan ini telah membantu anda memperkaya gagasan dan memperluas wawasan untuk melaksanakan tugas secara kreatif ?
Jika anda merasa perlu untuk mengikuti latihan semacam ini lagi, maka topik atau masalah apa saja yang anda rasa masih perlu ditambahkan ?
Mengapa ?
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 6 - BAHAN 23
15
EVALUASI METODOLOGI LATIHAN Dalam latihan ini dipergunakan berbagai jenis metoda atau cara penyajian materi latihan, sebagaimana tercantum pada bagian sebelah kanan. Diantara berbagai jenis metoda tersebut, tentu ada yang anda anggap paling efektif dan efisien atau paling menarik dan sesuai dengan daya tangkap anda. Berilah penilaian pada skala 0-5 pada beberapa jenis metoda tersebut :
0
1
2
3
4
5
Ceramah/Kuliah
0
1
2
3
4
5
Diskusi Kelompok
0
1
2
3
4
5
Permainan Simulasi/Bermain Peran
0
1
2
3
4
5
Studi Kasus
0
1
2
3
4
5
Obrolan tidak resmi diluar jam latihan di kelas (saat istirahat di kamar tidur, saat makan malam bersama, dsb)
Mengapa demikian ?
EVALUASI FASILITATOR LATIHAN Sepanjang latihan ini, anda telah ditemani oleh suatu Team Pemandu (fasilitator) Latihan. Berilah penilaian dengan angka 0-5 pada skala kontinum di bagian kiri didepan nama setiap anggota team tersebut.
Nama Fasilitator/Nara Sumber 0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
Komentar anda yang lain tentang Team Fasilitator ? (boleh ditujukan secara khusus pada salah seorang) :
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 6 - BAHAN 23
17
B A H A N 2 4
LEMBAR RENCANA TINDAK LANJUT NO
KEGIATAN
LOKASI
WAKTU
BIAYA
PIHAK YANG TERLIBAT
PENANGGUNG JAWAB
PANDUAN PELATIHAN PANAS BUMI | POKOK BAHASAN 6 - BAHAN 24
19