PENGARUH DOSIS PUPUK N, P,DAN K TERHADAP PRODUKSI KUMULATIF DAN KANDUNGAN GIZI RUMPUT RAJA(Pennisetum purpupoides) PADA TANAH ULTISOL YANG DIINOKULASI DENGAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA Glomus manihottis Maslon Peto Lektor Kepala Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Andalas
ABSTRAK Penelitian tentang dosis pupuk N,P, dan K pada tanah Ultisol terhadap produksi kumulatif dan kandungan gizi rumput Raja telah dilaksanakan mulai tanggal 2 April 2005 sampal dengan 15 Me! 2006 (7 kali potong) di Kebun Rumput Penelitlan don Pengembangan Peternakan (KRPP) UPT Peternakan Unand dan Laboratorium Hijauan Pakan Ternak Faterna Unand . Penelitian bertujuan untuk melihat dosis pupuk N, P, dan K terbaik terhadap produksi kumulatif dan kandungan gizi rumput Raja pada tanah Ultisol yang diinkulasi dengan CMA Glomus manihottis . Rancangan percobaan adalah RAK dengan lima perlakuan dan empat ulangan . Perlakuan tersebut adalah : A (tanpa CMA + 100%N,P,dan K), B(CMA+100% N, P, dan K),C (CMA + 75% N, P, dan K),D(CMA +50% N, P, dan K), dan E (CMA +25% N, P, dan K). Dosis pupuk 100 % NPK adalah 200Kg urea 150 kg SP-36 dan 100 kg KCllhalpemotongan . Data diolah dengan sidik ragam, perlakuan yang berbeda diuji dengan BNT . Peubah yang diamati adalah Produksi Kumulatif (Segar dan Bahan Kering); Protein Kasar dan Serat Kasar . Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,01) terhadap produksi, sedangkan terhadap kandungan gizi tidak berpengaruh nyata (P<0,05) . Rata-rata produksi kumulatif perlakuan A,B,C,D dan E berturut-turut adalah : 526,10,813,34, 907,08 ;1010,78 dan 869,64 tonlha/thn untuk produksi segar, 84,18, 27,51,27,01, 26,98 dan 136,53 tonlhalthn untuk produksi bahan kering . Berturut-turut protein kasar : 12,23 ; 13,19 ; 13,36; 13,45 dan 13,39 %BK serta serat kasar masing-masing ;28,83; 27,51 ; 27,01 ; 26,98 dan 27,05 %BK. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis pupuk yang terbaik pada tanah Ultisol yang diinkulasi dengan CMA G . manihotis terhadap produksi dan kandungan gizi rumput raja adalah 50 % N, P dan K. Kata kunci : Dosis NPK, CMA . Rumput Raja, Ultisol, Produksi dan Kandungan Gizi
PENDAHULUAN etersediaan hijauan yang cukup secara kontiniyu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak . Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi hijauan pakan adatah aiokasi penanamannya pada tanah marginal, sedangkan lahan marginal yang sangat luas di Indonesia adalah tanah Ultisol . Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 48,3 juta hektar (27 % tuas daratan Indonesia), yang tersebar di Sumatera, Katimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, sedangkan di belahan dunia ditemukan ± 15 20 % yang tersebar di Afrika Tengah dan Setatan, sebagian Amerika dan Asia Tenggara .
X
Tanah Uttisot tingkat kesuburannya rendah seperti sifat fisik dan biologis yang jelek, dan kesuburan kimia yang rendah sehingga produksi tanaman menjadi rendah . Hardjowigeno (1995) dan Foth (1998) menyatakan bahwa tanah Ultisol kandungan unsur hara pH, ketersediaan unsur hara dan KTKnya rendah, sehingga tanaman yang ditanam produktifitasnya juga rendah . Stevenson (1991) dan Sanchez (1992) menyatakan bahwa Ultisol memiliki kesuburan rendah disebabkan karena pH yang masam, kandungan N, P, K, Ca, Mg, S dan Mo yang rendah serta kandungan At, Fe dan Mn yang tinggi . Peto (1999) menyatakan bahwa produksi hijauan pakan ternak pada tanah Ultisol adatah 50-60 % dari tanah yang subur . Suratmini dan Siregar (1992) melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK sampai tiga kali rekomendasi pada tanah Ultisol menghasilkan produksi yang retatif sama, sebab unsur fosfor banyak diikat At dan Fe serta N dan K hilang melatui leaching ataupun penguapan . Idranada (1988) menyatakan bahwa dalam pemupukan tidak semua hara di setiap tanaman, di mana N yang diserap hanya 30 -40 %, Fosfor 5-12 % dan Katium 10-25 % .
Prosiding Peternakan 2006
253
Pada pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan hottikultura, salah satu usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas tanaman adatah penggunaan CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskula) . Anas dan Santoso (1992), Husin (1992) menyatakan bahwa Mikoriza adalah hubungan simbiotik mutualisma antara cendawan (myko) dan akar tanaman (ryza), di mana cendawan mendapatkan karbohidrat dari akar tanaman, sedangkan tanaman mendapatkan unsur hara dari bantuan hifa-hifa cendawan . CMA meningkatan penyerapan unsur hara melalui perpanjangan bidang penyerapan, kasangupan hifa menerobos pori-pori mikro dan adanya enzim phospatase yang dihasilkan hifa . Husin (2002) mengatakan bahwa CMA berfungsi untuk perbaikan nutrisi tanaman, resistensi kekeringan, resistensi patogen tular akar, resistensi logam berat, bersifat sinergis dengan mikroba lain, aktif dalam siktus nutrisi dan meningkatkan stabilitas ekosistem . Karti dkk (2000) menyatakan bahwa penggunaan CMA pada rumput gembala dapat meningkatkan produksi hijauan berturut-turut 1138% pada rumput D . decumben, 287% pada rumput B decumben, 665% pada rumput B humidicola dan 479% pada rumput C. plectostachyus . Peto dkk (2003) dalam penelitian rumah kaca metaporkan bahwa penggunaan CMA pada rumput gajah, Raja dan Benggala dapat meningkatkan serapan P, pertumbuhan dan produksi dibandingkan dengan tanpa CMA . Mustazamaah (2004) menyatakan penggunaan CMA G . manihottis menghasilkan pertumbuhan dan produksi rumput Raja tertinggi dibandingkan dengan G . rosae dan G fasciculatum . Husin (1992) ., Troech dan Loynachan (2003) menyatakan bahwa pemakaian CMA pada tanaman jagung dapat menghemat pupuk 3-4 kali, dan menaikan produksi 2-3 kali . Pada penanaman rumput raja yang diinokulasi dengan CMA pemberian 25% SP-36 memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan 10 % SP-36 tanpa CMA (Peto, 2005) . CMA dalam simbiosisnya dapat menghemat 50 % pupuk P, 40 % pupuk N dan 25% pupuk K (Setiadi, 1994) . Telah dilakukan penelitian penurunan dosis pupuk NPK terhadap rumput raja yang diinkulasi dengan CMA G . manihotties, ternyata dosis 50 % NPK (100 Kg urea + 75 Kg SP-36 + 50 Kg KCl) menghasilkan produksi yang tertinggi . Telah dilakukan penelitian lanjutan selama satu tahun (7 kali pemotongan) yang bertujuan untuk melihat dosis NPK yang paling baik terhadap produksi dan kandungan gizi rumput raja pada tanah Ultisol yang diinokulasi dengan CMA G . manihoties . BAHAN DAN METODE
Penetitian dilaksanakan selama 1 tahun dari tanggal 2 April 2005 sampai dengan 15 Mei 2006, bertempat pada UPT Peternakan Universitas Andalas . Mated penelitian adalah tanah Ultisol, pupuk (kandang, Urea, SP-36, KC ( ), CMA G . manihotties . Alat-alat yang dipertukan adalah traktor mini, cangkul, timbangan, meteran, alat-atat laboratorium dan lain-lain . Metode penelitian adalah RAK (Rancangan Acak Ketompok) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan tersebut adalah A : 100 % NPK, B = 100 % NPK + CMA, C = 75 % NPK + CMA, D = 50 % NPK + CMA dan E = 25 % NPK + CMA (100 % NPK terdiri dari : 200 Kg Urea + 150 Kg SP -36 dan 100 Kg Kcl/ha/potong) . Data diolah dengan sidik ragam, perlakuan yang berbeda di uji dengan BNT. Parameter yang diamati adalah produksi kumulatif (produksi segar dan produksi bahan kering) dan kandungan gizi (protein kasar dan serat kasar) . HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Kumulatif Pengaruh perlakuan dosis pupuk NPK terhadap produksi kumulatif rumput raja yang ditanam pada tanah Ultisol dan diinokulasi dengan CMA disajikan pada Tabel 1 .
254
Maslon Peto
Tabel 1 . Produksi kumulatif rumput raja masing-masing perlakuan dosis pupuk NPK . Produksi Kumutatif (ton/ ha/thn) Perlakuan Produksi Bahan Kering Produksi Segar 84,18' A 526,10' b 813,34 134,20b B 907,08 ` 154,31` C d 176,89 D 1010,78 4 136, 52 b E 869, 64b ` Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom adatah berbeda sangat nyata (P<0,01) .
(P<0,01) produksi Dari sidik ragam ternyata bahwa dosis pupuk NPK mempengaruhi kumulatif rumput Raja . Dosis 100 % NPK tanpa CMA menghasilkan produksi kumutatif terendah, hat ini disebabkan karena tidak seluruh unsur NPK yang diberikan pada rumput diserap tanaman karena pada tanah Ultisol unsur hara banyak hilang melalui leaching dan penguapan (seperti N dan K), sedangkan P akan diikat oleh Al dan Fe . Rendahnya unsur hara yang tersedia dan diserap tanaman (gambar 1) akan menyebabkan pertumbuhan rumput Raja lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan CMA, begitu juga sebaliknya (gambar 2) . 110
Cd
iuna
400
107,32
10 90
3302
80 71,82 70
2921
2832
60
52,92
49,76
50
1642
aC.
40
cV
30
V N
20 10
A
B Pertakuan
C
D
E
A
B
C
D
E
Pertakuan
Gambar 1 . Serapan N dan P rumput raja masing-masing perlakuan .
Pertumbuhan yang rendah akan menyebabkan produksi hijauan yang rendah . Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa produksi tanaman merupakan biomasa tanaman yang terdiri dari jaringan tanaman beserta senyawa-senyawa dan air yang dikandungnya . Prawiranata dkk (1989) menyatakan bahwa produksi segar dan bahan kering erat kaitannya dengan pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman dan jumtah anakan), pertumbuhan vegetatif yang sama akan menghasilkan produksi yang sama pula, semakin baik pertumbuhan vegetatif maka produksi juga semakin tinggi . Dari dosis 50 % NPK + CMA menghasilkan produksi kumulatif yang tertinggi, hat ini disebabkan karena pada pertakuan D kondisi unsur hara dalam keadaan berimbang karena adanya bantuan CMA dalam penyerapan unsur hara . Pada perlakuan B dan C produksi lebih rendah dari D disebabkan adanya pemberian pupuk yang tinggi menyebabkan aktivitas CMA terganggu sehingga serapan unsur hara rumput raja lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan D (gambar 1) . Hat ini sesuai dengan pendapat Anas dan Santoso (1992) ., Fakuara (1992) dan Setyadi (1994) bahwa CMA aktifitasnya sangat rendah pada tanah yang tingkat kesuburannya yang tinggi .
Prosiding Peternakan 2006
255
250
74 di
233 730
226
218
23,00 193 18,14 16,14 100 10,29 50
A
B
C
D
A
E
B
C
D
E
Pertakuan
Pertakuan
Gambar 2 . Jumlah anakan dan tinggi rumput raja masing-masing perlakuan .
Dosis 25 % NPK + CMA (E) produksi kumulatif lebih rendah dari D disebabkan karena jumlah pupuk yang diberikan paling rendah dan tanah Ultisol sangat rendah tingkat kesuburannya menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan unsur hara rumput gaja dan CMA, sedangkan CMA itu sendiri bukan sebagai sumber unsur hara . Anas dan Santoso (1992) dan Husin (2002) bahwa pada tanah yang tingkat kesuburan rendah penggunaan CMA harus diikuti dengan pemupukan sebab CMA hanya membantu penyerapan unsur hara, bukan sebagai sumber unsur hara . Kandungan Gizi Pengaruh perlakuan dosis pupuk NPK terhadap kandungan gizi rumput Raja yang ditanam pada tanah Ultisol yang diinokulasi dengan CMA disajikan pada Tabel 2 . Sidik Ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK tidak mempengaruhi (P > 0,05) terhadap kandungan gizi rumput Raja . Tabel 2 Kandungan gizi rumput Raja Masing-masing perlakuan dosis pupuk NPK . Kandungan gizi (% BK) Perlakuan Protein Kasar 12,23 A 13,19 B C 13,36 D 13,45 13,39 E Keterangan : Antar pertakuan berbeda tidak nyata ( P> 0,05) .
Serat Kasar 28,83 27,51 27,01 26,98 27,05
Tidak berbedanya kandungan gizi rumput raja masing-masing perlakuan disebabkan karena partisi assimilat kebahagian batang dan daun tanaman rumput Raja untuk setiap perlakuan adalah sama, sehingga komposisi zat-zat makanan pada bagian yang sama juga akan sama . Dalam penelitian ini dapat kita lihat bahwa partisi asilimilat antara semua perlakuan adalah sama yaitu pada ratio batang dan daun, di mana ratio batang dan daun setiap perlakuan relatif sama . (gambar 3) . Penyerapan unsur hara yang tinggi pada perlakuan D berguna untuk mengimbangi produksi yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya pada perlakuan yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya pada perlakuan A, B, C dan E . Bregard et al (2001) menyatakan bahwa kandungan gizi sangat dipengaruhi oleh partisi asimilat dan ratio batang dan daun . Bila jumlah batang lebih tinggi dari daun, maka kandungan serat kasar tinggi dan protein kasar rendah, begitu juga sebaliknya bila ratio batang dan daun sama kandungan gizinya juga sama .
2 56
Maslon Peto
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis pupuk 50 % NPK (100 Kg urea, 75 Kg SP36, 50 Kg SP-36/potong) pada rumput Raja yang ditanam pada tanah Ultisol dan diinokulasi dengan CMA G manihottis memberikan hasil yang terbaik .
0,93 1
0,92
0,90
A
B
088 ,
0,89
0,5
C
D
E
Gambar 3 . Ratio batang dan daun rumput raja musing-musing pertakuan .
DAFTAR PUSTAKA Anas, I dan D . A Santos . 199 . Mikoriza Vesikular Asbuskular dalam S .Harran dan N . Ansori . Buku Bioteknologi Pertanian 2 . PAU-IPB, Bogor : 258-327 Bregard, A ., .G Belager, . R . Michuad and G . F . Tembly . 2001 . Bimass partitioning, forage nutritive value yield of contrasting genotypes of Timothy . Crop . Sci : 41 (1212 -1219) . Fakura, Y . 1992 . Mikoriza Teori dan Kegunaannya dalam Praktek . PAU-IPB, Bogor . Foth, H .D . 1998 . Dasar-dasar Ilmu Tanah . Terjemahan UGM, Yogyakarta . Hardjowigeno, S . 1992 . Keragaman sifat tanah podzolik merah kuning di Indonesia . Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia . Vol 2 (1) : 13-23 . Husin, E . F . 1992 . Perbaikan beberapa sifat fisik tanah podzolik dengan pemberian pupuk hijau Sesbania rostrata dan inokulasi mikroza vesicular arbuskular serta efeknya terhadap serapan hara dan hasil tanoman jagung . Disertasi . Fakultas Pasca Sarjana . Universitas Padjajaran, Bandung . , 2002 . Respon beberapa tanaman terhadap pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula . Pusat Studi dan Pembangunan Agen Hayati (PUSPAHATI) . Universitas Andatas, Padang . 81-94 . Idranada . 1998 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Penerbit PT . Bina Aksara, Jakarta . Karti, P . D . M . H ., S . Jayadi, . A . Murtiani, . Y . Mariani . 2000 . Pengaruh inokulasi CMA terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan unsur hara pakan ternak . Pros . Sem . Nas . Mikoriza 1 . Bogor . AMI PUA-IPB dan Batitan Kehutanan dan Perkebunan, Bogor .
Prosiding Peternakan 2006
257
Peto, M . 1999 . Produktifitas hijauan makanan ternak pada tanah Podzalik Merah Kuning . Lembaga penelitian . Universitas Andalas . Padang . Laporan Penetitian . , Suyitman dan N . Jamaran . 2003 . Respon rumput pakan ternak terhadap CMA . Laporan Hasit Penelitian Program Semi Que . UNAND - Dikti, Padang . . 2005 . Pengatuh jenis CMA dan dosis pupuk fosfor terhadap produktifitas rumput Raja (Pennisetum purpupoides) pada tanah jenis Ultisol . Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang . Prawiranata, W ., S . Harran dan P . Tjondronegoro . 1989 . Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan . Institut Pertanian Bogor, Bogor . Salisbury, F . B dan C . W . Ross . 1995 . Fisiologi tanaman Teriemahan,. Lukman, Sumaryono dan S . Niki Solihiin . Penerbit ITB, Bandung . Sanchez, P . A . 1992 . Soil management for tropical pastures production . In Properties and Management soil in the tropic . Jhon Willey and Sons . New York . Pp : 533 -590 . Stevenson, F . J . 1991 . Effect of pH on Phosphase Adsorption and isotopire echange in acid soil at low and high addition of soluble phosphate . J . Soil . Sci . 58 : 48 -61 . Suratmini, P dan M .E . Siregar . 1992 . Studi kesuburan tanah Ultisol daerah Sembawa, Sumatera Selatan untuk pembangunan hijauan makanan ternak . Prosiding Pengalakan da Komunikasi Hasil -hash Penelitian Teknologi Pakan dan Tanaman Pakan . BPT . Ciani . Bogor . 59-65 . Teroech . Z . I and T . E . Lonachan . 2003 . Endomycorrhyzal fungal survical in continous corn, soybean and follow . Argron Jour . 95 : 224 - 230 .
258
Maslon Peto