KEPADA ALL AH YANG TIDAK DIKENAL P E N J E L A S A N T E O L O G I KO N T E K S T UA L KISAH 17:16-34
PENDAHULUAN Paulus adalah salah satu tokoh sentral dalam Perjanjian Baru. Sebagian besar kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru berawal dari buah pikir dan goresan tangannya. Hal ini menjadi wajar karena Paulus memang memiliki latar belakang pendidikan yang hebat, dididik di sebuah kota pendidikan di Tarsus di tanah Kilikia dan diajar dibawah asuhan langsung seorang guru besar di zamannya yaitu golongan Sanhedrin yang bernama Gamaliel (Kis 22:3).
KEMAMPUAN PAULUS Paulus memiliki kemampuan untuk mengontekstualkan pelajaran dari Yesus kepada berbagai jenis pendengar, termasuk juga kepada para intelektual. Semua ide-ide pokok dalam Perjanjian Lama yang berhasil disinkronkannya dengan ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru.
J. KNOX CHAMBLIN Paulus bertugas untuk meyakinkan orang atas apa yang dituliskannya yaitu bagaimana pandangan dia tentang berita Injil itu bisa diterima oleh orang lain yang belum percaya atau belum yakin dengan berita Injil. Paulus tidak bersukacita jika hanya mampu membuat sebuah konsep baru atau merumuskan teologi mutakhir, tapi Paulus baru akan mengalami sukacita besar jika berita Injil itu sudah tersebar sampai ke ujung dunia (Kis 1:8).
PERJALANAN KE ATENA Perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang cukup berat. Bukan karena Paulus mengalami penganiayaan sampai mati, namun karena Paulus akan berhadapan dengan sebuah kota yang disebut sebagai “kota para filsuf.” Kota yang diisi oleh banyak kaum intelektual, pemikir hebat, dan filsuf-filsuf dimana karya-karya mereka sangat mempengaruhi peradaban, kemajuan teknologi, dan kebudayaan.
PERJALANAN KE ATENA Atena juga adalah sebuah kota para dewa karena begitu banyak dewa yang tergambar dalam rupa-rupa patung yang hampir terdapat di setiap ruas jalan kota itu (Kis 17:16). Ada sindiran yang mengatakan bahwa di kota Atena lebih mudah mencari dewa dibanding mencari manusia. Latar belakang inilah yang membuat perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang berat dan penuh tantangan bagi pemberitaan Injil.
TUJUAN UTAMA KISAH 17:16-33 DITULIS Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Paulus menggunakan sistem keagamaan yang sudah ada, yaitu “kepada Allah yang tidak dikenal” untuk memberitakan Injil menurut Kis 17:16-33. Berikutnya tulisan ini juga akan memaparkan sejarah berdirinya patung “kepada Allah yang tidak dikenal”, apa latar belakang perikop, dan pesan utama yang ingin disampaikan oleh Paulus kepada oleh para intelektual di Atena.
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATENA Atena memang sudah terkenal dengan para pemikir hebat (Cendikiawan) seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Zeno, Phytagoras, Heraklitos, Permanindes, Thales, dan masih banyak lagi filsuf lain dengan berbagai jenis pemikiran dan gaya filsafat masing-masing. Sehingga tidak salah jika ada yang memberi komentar atau gambaran mengenai kota Atena yaitu sebagai “a great university city.”
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATENA Atena juga terkenal sebagai rahim tempat lahirnya sebuah sistem yang sangat terkenal dan dipakai oleh banyak negara dalam pemerintahannya sampai sekarang, yaitu demokrasi. . Kemajuan berpikir membuat mereka berkeyakinan bahwa semua orang punya pemikiran. Setiap orang berhak mengutarakan pemikiran itu dan setiap orang berhak juga untuk mendengarkannya. Demokrasi menjadi semakin terkenal jika melihat kembali sejarah bahwa Socrates adalah korban pertama yang mati terbunuh dalam catatan sejarah akibat kuasa dari demokrasi.
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATENA Atena pernah bertumbuh baik dalam bidang ekonomi dan kekuasaan dalam bidang politik, namun ketika Paulus datang kota itu tidak lagi memiliki kekuasaan politik seperti sedia kala. Kondisi ini bisa terjadi karena pada tahun 146 SM, Atena sudah jatuh kepada kekuasaan imperium Romawi, tetapi karena sejarah besar kota ini, maka pemerintah Romawi membiarkan bangsa ini menjadi bangsa yang bebas atau memerintah sendiri negaranya
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATENA Orang Romawi pun tidak serta merta menjadikan mereka (orang Yunani) sebagai budaknya, tapi justru memanfaatkan kepintaran mereka, sehingga mereka hanya dijadikan sebagai guru yang mengajari penduduk Roma filsafat, seni, dan budaya. Sehingga tradisi sebagai kota para cendekiawan tetap terpelihara walaupun kondisinya sudah tidak seperti dulu lagi, yaitu sebuah kondisi negara yang bebas dan merdeka.
LATAR BELAKANG KISAH 17:16 “Kota itu penuh dengan patung-patung berhala” (Kis 17:16). Ini merupakan sebuah indikasi bahwa kota ini merupakan sebuah kota yang memiliki tingkat spiritualitas dan hidup kerohanian yang tinggi. Pemujaan mereka kepada banyak dewa tampaknya merupakan sebuah tradisi yang dipelihara masyarakat Atena ketika itu yang sangat sulit untuk dilepaskan hingga pada saat kedatangan Paulus. Ketergantungan mereka terhadap berbagai mitos, dewa-dewa, dan hal-hal ilah supranatural memang sudah ada sejak dahulu kala.
PAUSINAS (SEJARAWAN) Jumlah patung yang terdapat di Atena melebihi jumlah patung yang ada di seluruh daerah Yunani. Fakta-fakta sejarah ini setidaknya memberikan sebuah gambaran betapa religiusnya masyarakat Atena ketika itu dan betapa rindunya mereka untuk mengenal Allah yang sejati.
KISAH 17:16 Dalam penantiannya, Paulus melihat bahwa kota Atena dipenuhi dengan patung-patung berhala. Hal ini mendatangkan kesedihan bagi Paulus (ay. 16b). Term “sedih” dalam ayat ini diterjemahkan Alkitab NIV sebagai kesedihan Paulus dengan mengatakan, “he was greatly distressed.” Terjemahan bebasnya adalah “dia mengalami kesusahan atau kesedihan yang sangat mendalam.”
KESEDIHAN PAULUS Sehingga bisa dikatakan bahwa kesedihan Paulus adalah sebuah kesedihan yang bercampur dengan “kemarahan yang kudus” dikarenakan hasratnya yang sangat menggebu-gebu untuk memberitakan injil kepada orang-orang di depan matanya yang mendedikasikan diri pada penyembahan berhala. Ada keinginan besar dalam diri Paulus untuk sesegera mungkin memberitakan kabar Injil kepada mereka. Hasratnya sangat membara untuk segera memberitakan Injil kepada masyarakat di Atena.
PENJELASAN KISAH 17:17 Jika Paulus memberitakan Injil ke luar Yerusalem, maka tempat pertama yang dicarinya adalah rumah ibadat tempat berkumpulnya orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah (ay. 17a). Namun dalam persinggahannya di kota Atena kali ini, Paulus memiliki cara yang sedikit agak berbeda dimana dia pun singgah di pasar untuk bertukar pikiran dengan orang-orang yang dijumpainya setiap hari.
PENJELASAN KISAH 17:18 Setiap hari Paulus bertukar pikiran, berdiskusi, dan (mungkin) berdebat dengan orang-orang yang berada di pasar. Perlu juga diketahui bahwa pasar yang dimaksud dalam ayat ini adalah ἀγορᾷ yang berarti suatu tempat yang ramai dikunjungi oleh orang dimana disana sering terjadi debat publik dalam membicarakan sesuatu. Alkitab mencatat bahwa orang-orang yang sering berkumpul disana adalah orang-orang yang berasal dari golongan Epikuros dan Stoa.
Orang-orang dari golongan inilah yang sering bertanya jawab dengan Paulus (ay. 18). Mereka menyebut Paulus dengan sebutan ‘si peleter”. Perlu dipahami bahwa sebutan ini adalah sebuah ejekan mereka terhadap Paulus karena “peleter” berarti orang yang berlagak tahu. Mereka mengatakan bahwa Paulus adalah orang yang mengajarkan dewa-dewa asing sebab Paulus mengajarkan tentang Injil Kristus.
EPIKUROS Golongan ini didirikan oleh seseorang yang bernama Epikuros yang lahir di Samos (341-271 SM) dan dalam pertumbuhannya mendapat pendidikan di Atena. Tujuan dari filsafatnya adalah untuk menciptakan kebahagiaan manusia. Itulah alasannya mengapa kebanyakan dari filsafatnya banyak membicarakan tentang etika.
EPIKUROS Inti dari filsafat Epikuros adalah pernyataannya yang mengatakan bahwa “tidak ada sesuatu pun yang ada yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak ada dan tidak ada sesuatu yang ada yang kemudian musnah menjadi tidak ada.” Dunia ini diciptakan oleh pergerakan atom yang turun naik dan akhirnya karena pergerakannya yang terus menerus akan menciptakan alam semesta (mirip dengan teori big bang dimasa kini). Dunia ini diciptakan dari kombinasi-kombinasi atom yang saling bergerak dan bereaksi satu dengan yang lain.
EPIKUROS Manusia terdiri dari jiwa. Jiwa adalah atom bulat dan licin. Sehingga jiwa menjadi seperti sebuah tubuh halus yang terdapat dalam sebuah tubuh yang kasar. Ketika tubuh yang kasar mati, maka tubuh halus (jiwa) akan larut dalam atom-atom semesta. Implikasinya adalah tidak mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, ada penghukuman di dunia akhirat, dan mengajarkan agar tidak perlu takut terhadap maut. Setelah mati, tubuh tidak akan menikmati apa-apa dan tidak menderita apa-apa. Tidak ada nasib karena semua yang terjadi dalam diri manusia ditentukan oleh dirinya sendiri
EPIKUROS Tujuan hidup ini adalah hedonis yaitu sebuah kondisi dimana tercipta harmoni antara tubuh dan jiwa, dimana batin tenang dan tubuh sehat. Ini hanya bisa tercapai jika keinginan dipuaskan, sehingga keinginan akan menjadi semakin sedikit dan menuju ketiadaan keinginan. Semakin sedikit keinginan maka akan semakin besar kebahagiaan.
STOA Didirikan oleh Zeno dari Citium di Siprus (336-264 SM). Ia mengajar di gang di antara tiang-tiang (yun. stoa poikilia) dan dari sinilah asal kata nama golongannya yaitu golongan Stoa.
STOA Pandangannya sangat materialistis, sehingga menolak segala sesuatu yang imaterial, yaitu menganggap yang imaterial itu tidak ada. Zeno percaya akan adanya Tuhan, namun mengatakan bahwa Tuhan itu adalah bersifat materi. Zeno mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta dari alam semesta. Seiring waktu Dia akan terkorupsi dan kondisi ini menyebabkan Dia sudah tidak menjadi Tuhan lagi. Kekuatannya yang besar terserap dalam segalanya. Sehingga, Allah yang material itu identik dengan alam.
STOA Menurut Zeno, dunia ini dikuasi oleh logos yaitu akal dan rasio ilahi. Dalam logos inilah terdapat tata tertib dunia, mengatur segala sesuatu pada tujuan, dan segalanya takluk pada hukum logos.
STOA Jiwa adalah sesuatu yang bersifat materi. Inilah yang mendasari dia dengan mengatakan bahwa jiwa adalah pusat dari tubuh manusia. Jika jiwa mati, maka jiwa akan larut ke dalam jiwa semesta.
EPIKUROS DAN STOA Sama-sama tidak percaya ada kehidupan setelah kematian, ada kebangkitan setelah kematian, dan ada penghakiman setelah kematian.
AEROPAGUS Areopagus adalah sebuah tempat yang disiapkan khusus untuk membicarakan hal-hal penting yang berkenaan dengan topik-topik seperti ilmu politik, masalah-masalah sosial, kebudayaan, filsafat,dsb
DAMPAK AJARAN PAULUS Apa yang dilakukan Paulus ternyata sangat memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat Atena kala itu. Ajaran Paulus mungkin menimbulkan gejolak dalam sistem kehidupan sosial masyarakat Atena, sehingga topik yang diangkat oleh Paulus yaitu mengenai Injil Kristus tampaknya perlu didengarkan oleh banyak orang di Atena dan para penatua di Areopagus akan mengambil keputusan mengenai ajaran Paulus tersebut.
KISAH 17:20-21 Orang-orang di Atena senang dan menghabiskan banyak waktu untuk mendengar segala jenis pengajaran yang baru. Mereka rela meninggalkan pekerjaan sehari-hari demi mendengar orang memperdebatkan hal-hal baru mengenai filsafat atau ajaran agama tertentu. Karena itu, pemerintah yang berkuasa mengalami kesulitan karena semua kegiatan harus diliburkan jika ada perdebatan di Areopagus, sehingga hal ini membawa dampak pada sektor ekonomi dan tentunya akan merembes pada sektor-sektor yang lain.
KISAH 17:23-31 bercerita tentang apologetika Paulus kepada orang-orang di Atena. Dimulai dengan menyanjung orang-orang Atena sebagai orang-orang yang religius (ay. 22). Strategi Paulus berikutnya adalah dia menggunakan salah satu patung atau altar yang terdapat di Atena yang di atasnya bertuliskan “kepada Allah yang tidak dikenal” (ay. 23).
DON RICHARDSON memaparkan penjelasan tentang kisah dibalik altar “kepada Allah yang tidak dikenal” ini. Konon katanya dalam peradaban Atena kuno, pernah terjadi wabah penyakit yang sangat dahsyat. Dalam kepercayaan mitologi Atena kuno, ini merupakan sebuah pertanda bahwa para dewa di kahyangan sedang marah karena manusia lalai dalam memberi persembahan. Namun mereka sama sekali tidak tahu dewa mana yang sedang marah kepada mereka, sehingga mereka memutuskan untuk memberi persembahan kepada semua dewa yang ada di Atena ketika itu.
DON RICHARDSON Setelah memberikan persembahan, justru yang terjadi adalah yang sebaliknya, wabah penyakit sama sekali tidak berhenti. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya, “Dewa mana lagi yang belum diberikan persembahan?” Hal ini membuat mereka bertanya kepada peramal (oracle), namun tidak satu pun yang tahu penyebabnya. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bertanya kepada peramal lain yang berada di Knossos, bernama Epimenides
EPIMENIDES "... masih ada tuhan lain yang bersangkutan dalam wabah ini - dewa yang namanya tidak kita kenal... dan yang karena itu tidak diwakili oleh berhala di kotamu. Dewa ini cukup besar dan cukup baik untuk melakukan sesuatu mengenai hal wabah, kalau saja kita memohon bantuannya.
EPIMENIDES MEMERINTAHKAN agar disediakan domba hitam dan putih yang akan dilepaskan bebas di padang rumput untuk makan. Setiap domba yang bergerak tidak dibatasi, namun cukup diikuti oleh satu orang gembala. Epimenides berkata, “Jika ada domba yang tidak makan, tapi memilih untuk berbaring di padang rumput beritahukan kepadaku, karena domba itu akan dipersembahkan kepada dewa yang akan melepaskan kita dari wabah ini.” Tidak lama berselang ada domba yang berbaring dan di atas tempat domba itu berbaring didirikanlah sebuah altar.
EPIMENIDES BERDOA “O thou unknown god! Behold the plague afflicting this city.” Singkat cerita, wabah itu pun berhenti. Altar itu diberi nama sebutan Ἀγνώστῳ θεῷ sampai ketika Paulus datang ke Atena. Paulus menggunakan ketidakmampuan orang-orang di Atena untuk mengenal Allah sebagai jembatan untuk memperkenalkan Allah yang sejati kepada mereka.
EMPAT ARGUMENTASI PAULUS TENTANG ALLAH: 1. Allah sebagai pencipta (ay. 24). 2. Allah yang tidak kekurangan apa-apa, sehingga tidak perlu dilayani manusia. (ay. 25). 3. Allah yang dekat dan sebagai penyebab kehidupan (ay. 27-28) 4. Allah bukan materi (ay. 29).
GAYA PENDEKATAN PAULUS KEPADA ORANG ATHENA Terlihat jelas gaya Paulus dalam menyebarkan ajarannya sangatlah berbeda jika dia mengajar pada sebuah komunitas yang memiliki latar belakang Yahudi atau torah. Sehingga pendekatan yang dilakukan Paulus adalah dengan mengadopsi gaya pemikiran mereka sendiri, yaitu dengan mengutip pandangan mereka tentang yang ilahi (lih. ay. 24-29), yaitu sebagai pencipta dan pemelihara.
PAULUS MENGUTIP LANGSUNG PUJANGGA YUNANI yaitu Epimenides dan Aratus yang mengatakan, “Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” Paulus menggunakan pendekatannya dengan menggunakan pendekatan commond ground sebagai jembatan agar orang Atena paham dengan apa yang akan dipaparkan oleh Paulus berikutnya.
KISAH 17:30-31 Paulus kemudian melanjutkan ajarannya dengan mengatakan, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
TITIK KONFLIK ANTARA PAULUS DAN ORANG-ORANG ATENA Paulus mengajarkan ada kehidupan setelah kematian dan ada penghakiman setelah kematian. Dua pokok pikiran ini sangat bertentangan dengan konsep pemikiran kaum Epikuros dan Stoa yang sama-sama tidak mempercayai hal itu, yakni adanya kehidupan setelah kematian. Inilah yang membuat orang-orang di Atena memberikan respons negatif (mengejek) terhadap ajaran Paulus dengan mengatakan, “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” (ay. 32).