OPTIMASI USAHATANI POLIKULTUR ANTARA CABAI BESAR DENGAN CABAI KERITING Nursahidin1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dr. Dedi Sufyadi, Ir., M.Si.2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Darusman Ir., M.Sc.3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola tanam dan total keuntungan secara aktual yang diterima oleh petani, pola tanam dan total keuntungan secara optimal yang akan diterima oleh petani dan selisih total keuntungan antara analisis aktual dengan optimal. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Metode Studi Kasus pada seorang petani yang melakukan budidaya polikultur antara tanaman Cabai Besar dengan Cabai Keriting yang berlokasi di Desa Nangtang, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Analisis yang digunakan adalah Analisis Usahatani untuk mengetahui total keuntungan yang diterima petani secara aktual. Sedangkan untuk menganalisis total keuntungan secara optimal yang akan diterima oleh petani menggunakan analisis Program Linier (Linear Programming). Berdasarkan hasil penelitian pola tanam yang dilakukan petani secara aktual adalah Cabai Besar dengan luas tanam 4.900 meter persegi dan Cabai Keriting dengan luas tanam 1.400 meter persegi, sehingga total keuntungannya adalah Rp. 12.151.086,00. Pola tanam secara optimal adalah Cabai Besar dengan luas tanam 4.360,64 meter persegi dan Cabai Keriting dengan luas tanam 1.923,14 meter persegi, sehingga total keuntungan yang akan diterima oleh petani adalah Rp. 12.608.599,42 per satu kali produksi. Selisih total keuntungan kedua analisis tersebut adalah Rp. 457.513,42, yang mana hasil analisis Program Linear jauh lebih menguntungkan daripada analisis Usahatani secara aktual. Kata Kunci : Pola Tanam, Usahatani Polikultur, Optimasi. ABSTRACT The objective of this research was to determine the cropping pattern and actual total benefits received by farmer, cropping pattern and optimally total benefit to be received by farmer and difference total benefit between actual analysis with optimal analysis. This research used the case study method to farmer practicing polyculture cultivation between Chili Pepper with Chili Curl which located in Nangtang Village, Subdistrict Cigalontang, Tasikmalaya Regency in West Java Province. Analysis used is Onfarm Analysis to determine the total benefits actually received by farmer. While to analyze optimal total profit to be received by the farmer using Linear Programming analysis. Based on the 1
results of research conducted cropping pattern that has been done by farmer actually is Chili Pepper with 4,900 square meter acreage and Chili Curl with 1,400 square meter acreage, so the total profit is Rp. 12,151,086.00. Optimal cropping pattern is Chili Pepper with 4,360.64 square meter acreage and Chili Curl with 1,923.14 square meter acreage, so the total profit to be received by the farmer is Rp. 12,608,599.42 per one-time production. Difference total profit of these two analysis is Rp. 457,513.42, which the analysis of linear program is much more profitable than the actual analysis. Keyword : Cropping Pattern, Polyculture Farming, Optimization. PENDAHULUAN Komoditas hortikultura pada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan, dan kebun (BAPPENAS, 2004), tapi kini budidaya tanaman hortikulutra tidak hanya sebagai tanaman pekarangan saja melainkan diterapkan pada area yang lebih luas. Kebutuhan akan beberapa tanaman hortikultura yang terus meningkat mengakibatkan perlu adanya campur tangan pemerintah. Beberapa upaya pemerintah untuk mengatasi permintaan tersebut adalah dengan menstabilkan dan meningkatkan jumlah produksi tanaman hortikultura memalui kebijakan-kebijakan yang terdiri dari kebijakan harga komoditas dan penetapan daerah fungsional komoditas. Salah satu tanaman hortikultura yang menjadi sorotan penting pemerintah adalah Cabai Besar. Produksi Cabai Besar di Tasikmalaya terus meningkat hingga tahun terakhir sekaligus menjadikan posisi Tasikmalaya sebagai sentral produksi Cabai terbesar ketiga. Dinas Pertanian Jawa Barat menyebutkan bahwa daerah yang memberikan kontribusi produksi Cabai Besar terbesar di Tasikmalaya salah satunya adalah Kecamatan Cigalontang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Perkembangan Produksi Cabai Besar Kabupaten Tasikmalaya 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)
Cigalontang 157 3.053 230 2.315 107 1.071 166 1.010 463 4.925
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya 2013
2
Kecamatan Cisayong 87 1.533 129 3.680 119 2.665 156 3.339 113 1.230
Taraju 112 3.224 128 4.751 200 3.984 177 3.150 145 3.240
Pertanian di Cigalontang untuk komoditas Cabai Besar masih dikatakan sebagai pertanian rakyat, karena hampir semua pemilik lahan masih bisa dikategorikan sebagai petani kecil. Dua ciri yang menonjol pada petani kecil diantaranya adalah kecilnya kepemilikan lahan dan penguasaan sumberdaya serta rendahnya pendapatan yang diterima oleh petani (Soekartawi, 1986). Salah satu upaya yang bisa dilakukan pada lahan yang terbatas yaitu dengan intensifikasi pertanian. Intensifikasi dapat dilakukan dengan cara penggunaan bibit unggul, teknologi yang tepat guna, ataupun pengaturan pola tanam yang tepat. Pengaturan pola tanam seringkali dilakukan pada usahatani polikultur. Pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam periode tertentu (Sudiarto, 1996). Penerapan usahatani polikultur tentunya sangat dipengaruhi oleh keterbatasanketerbatasan faktor produksi. Selain lahan sebagai faktor utama dilakukannya usahatani polikultur faktor lainnya adalah ketersediaan tenaga kerja. Tenaga kerja sangat berperan penting dalam kegiatan budidaya, apabila dihadapkan pada keterbatasan tenaga kerja maka petani harus mampu mengkombinasikan ketersediaan tenaga kerja dengan luas lahan dalam setiap aktifitas usahataninya agar tidak melebihi dari jumlah yang disediakan. Petani harus mampu membuat keputusan yang tepat dari keterbatas-keterbatas usahatani yang dijalankannya. Salah satu upaya yang bisa diterapkan adalah dengan melakukan analisis kombinasi faktor-faktor produksi secara optimal dalam hal ini berupa tenaga kerja dan luas lahan, sehingga dari hasil analisis tersebut petani mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengalokasikan faktorfaktor produksinya dan keputusan tersebut diharapkan petani mampu mendapatkan keuntungan secara maksimal. Melihat kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih mendalam mengenai : (1) Bagaimana pola tanam dan total keuntungan secara aktual yang diterima oleh petani. (2) Bagaimana pola tanam dan total keuntungan secara optimal yang akan diterima oleh petani?, dan (3) Berapa selisih total keuntungan antara analisis aktual dengan optimal?. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola tanam dan total keuntungan secara aktual, pola tanam dan total keuntungan secara optimal yang akan diterima oleh petani dan selisih total keuntungan antara analisis aktual dengan optimal.
3
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada seorang petani yang melakukan usahatani jenis polikultur yaitu antara komoditas Cabai Besar dan Cabai Keriting. Pemilihan responden dan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra produksi Cabai Besar dan responden memiliki lahan tanam yang paling luas dan produksi yang kontinuitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kerangka Analisis Keuntungan aktual dari usahatani polikultur antara Cabai Besar dengan Cabai Keriting per satu kali produksi (Rahmi Aufa, 2011) adalah : Π = TR - TC Keterangan : Π = Total keuntungan (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya eksplisit dan implisit (Rp) dimana pendapatan dihitung dengan persamaan : I = TR - TCₑ
Keterangan : I = Total pendapatan (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TCₑ = Total biaya eksplisit (Rp) dan penerimaan dihitung dengan persamaan : TR = Py . Y
Keterangan : TR = Total penerimaan (Rp) Py = Harga jual (Rp/kg) Y = Jumlah produksi (Kg) Analisis yang digunakan adalah analisis program linear melalui model maksimisasi yaitu dengan memaksimumkan keuntungan bersih dari petani (Subagyo, 2000). Tabel 5. Matrik Dasar Linear Programming Aktifitas atau Kegiatan Tingkat Kegiatan Fungsi Tujuan (Z) Fungsi Batasan/Kendala : 1 2 3 4 5 6 7
Penggunaan Faktor Produksi per Unit Kegiatan X1 X2 C1 C2 Kebutuhan Faktor Produksi a11 a12 a21 a22 a31 a32 a41 a42 a51 a52 a61 a62 a71 a72
4
RHS Faktor Produksi yang Tersedia N →
Rata-rata Zmaks
≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ ≤
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7
Z
Zmaks C1 C2
1,2,3,4,5,6 7 a11 a21 a31 a41 a51 a61 a12 a22 a32 a42 a52 a62 b1 b2 b3 b4 b5 b6 a71 a72 b7
= Nilai yang dioptimalkan yaitu nilai maksimasi keuntungan maksimal usahatani antara Cabai Besar dengan Cabai Keriting setelah adanya optimasi. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp) = Keuntungan maksimal dari kedua komoditas cabai tersebut (Rp) = Keuntungan produksi Cabai Besar per meter persegi dalam satu periode produksi (Rp) = Keuntungan produksi Cabai Keriting per meter persegi dalam satu periode produksi (Rp) = Kendala tenaga kerja dari bulan Juli hingga bulan Agustus = Kendala luas lahan = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 1 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 2 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 3 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 4 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 5 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Besar pada bulan ke 6 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 1 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 2 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 3 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 4 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 5 (HOK) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tanaman Cabai Keriting pada bulan ke 6 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-1 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-2 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-3 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-4 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-5 (HOK) = Tenaga kerja yang tersedia pada bulan ke-6 (HOK) = Luas tanam yang dibutuhkan oleh tanaman Cabai Besar (𝑚2 ) = Luas tanam yang dibutuhkan oleh tanaman Cabai Keriting (𝑚2 ) = Luas tanam yang tersedia (𝑚2 )
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1).
Sumber daya tanah atau luas pertanian, dan jumlah tenaga kerja dapat disediakan pada kondisi tertentu adalah terbatas.
5
(2). (3). (4). (5). (6).
Bahwa dalam suatu usaha pertanian dimungkinkan adanya beberapa alternatif usahatani yang dapat dilaksanakan di atas lahan tersebut. Setiap macam usahatani di tempat tertentu juga memerlukan tingkat teknologi yang tertentu pula, sehingga koefisien input-output juga sudah tertentu pula. Teknologi yang digunakan dianggap baru dan tetap tiap kali proses produksi dan pada saat penelitian. Harga input dan output dianggap tetap tiap proses produksi dan merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian. Semua hasil produksi tiap produk dianggap habis.
PEMBAHASAN Identitas Responden Responden pada penelitian ini bernama Bapak Nono yaitu petani yang melakukan usahatani polikultur antara komoditas Cabai Besar dan Cabai Keriting di sebidang lahan yang dimilikinya. Bapak Nono Suryadi merupakan warga asli Desa Nangtang Kecamatan Cigalontang. Variabel yang digunakan dalam mengidentifikasi petani responden adalah umur, pendidikan, pengalaman usaha tani padi sawah, tanggungan keluarga dan kepemilikan luas lahan. Tingkat umur seseorang sangat mempengaruhi terhadap produktifitas kinerjanya, terutama dalam bidang pertanian. Petani harus mampu memenejerial usahataninya dengan benar agar usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan maksimal. Umur Bapak Nono Suryadi yaitu 48 tahun, dan umur tersebut tergolong usia produktif. Sesuai dengan pendapat dari Said Rusli (1984) yang menyatakan bahwa usia produktif pada aktivitas kerja berkisar antara 15 sampai 64 tahun. Pendidikan merupakan suatu proses yang sifatnya memberikan ilmu dan keterampilan sebagai langkah untuk memperluas kinerja seseorang. Dalam bidang pertanian, pengetahuan akan budidaya serta tekniknya sangat diperlukan. Melalui pendidikan, seorang petani akan lebih mampu mengatur segala kebutuhan budidaya seperti memperhitungkan biaya, resiko, keuntungan dan lain-lain. Tingkat pendidikan formal Bapak Nono yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Informalnya pernah mengikuti sekolah lapang pada saat diadakan penyuluhan akan komoditas Cabai Besar. Pengalaman usahatani Cabai Besar dan Cabai Keriting yang dilakukan oleh Bapak Nono dapat dikatakan cukup lama. Usahatani yang dipegangnya merupakan usaha yang diturunkan dari keluarganya, dan sejak kecil pengalaman mengenai budidaya Cabai Besar
6
ini sudah dimilikinya dari mulai persiapan lahan hingga penanganan pasca panen. Namun berdasarkan kepemilikan sendiri, Bapak Nono mulai menjalankan usaha dari sejak 2005 hingga sekarang. Semakin lama pengalaman yang dimilikinya maka semakin baik Bapak Nono mengambil keputusan terhadap usahatani yang dijalankannya akan mampu mengetahui resiko kegagalan, memperhitungkan masa panen serta memperhitungkan keuntungan yang harus diperolehnya, karena menurut Bapak Nono selama menjalankan usahatani Cabai Besar dengan Cabai Keriting ini, tidak pernah mencapai kerugian yang besar. Responden memperkerjakan 2 orang tenaga kerja pria dari luar keuarga dan 5 orang tenaga kerja wanita dari luar keluarga. ketersediaan ini dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang menganggur dan tenaga kerja buruh di daerah tersebut semakin langka. Walaupun demikian Responden tetap mengambil kombinasi penggunaan ketersediaan lahan dan tenaga kerja. Tenaga kerja ini dibutuhkan mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pengendalian OPT, pemanenan dan juga pengangkutan hasil produksi. Tidak luput juga tenaga kerja pria luar keluarga tersebut membantu menyediakan saprotan seperti penyediaan pupuk dan sebagainya untuk bisa memenuhi kebutuhan hara pada lahan tersebut. Responden memiliki tanggungan keluarga sebanyak empat orang, diantaranya istri, dua orang anak dan juga responden sendiri. Sampai saat ini urusan kebutuhan rumah tangga diperoleh dari keuntungan usahatani yang dijalankannya, karena pekerjaan responden sepenuhnya ada pada kegiatan usahataninya. Selama berumah tangga peran istri juga masuk sebagai tenaga kerja pada kegiatan usahataninya. Walaupun demikian karena usia responden dan istrinya termasuk produktif maka sedikit banyak peran istri memberikan kontribusi terhadap kuntungan usahatani yang dijalankannya Lahan milik responden merupakan lahan terbesar dan milik sendiri di daerah tersebut, dan selama memiliki lahan, lahan tersebut hanya digunakan untuk tanaman padi, Cabai Besar dan Cabai Keriting. Total luas lahan yang dimilikinya adalah 650 bata atau sekitar 9.100 meter persegi atau 0,91 hektar. Luas lahan tersebut digunakan untuk tanaman padi sebanyak 200 bata atau 2.800 meter persegi atau 0,28 hektar, 350 bata atau 4.900 meter persegi atau 0,49 hektar digunakan untuk tanaman Cabai Besar dan sisanya yaitu 100 bata
7
atau 1.400 meter persegi atau 0,14 hektar digunakan untuk budidaya tanaman Cabai Keriting. Pola Tanam dan Total Keuntungan Secara Aktual yang Diterima oleh Petani 1). Pola tanam secara aktual usahatani polikultur yang diterapkan oleh petani responden dalam membudidayakan Cabai Besar dan Cabai Keriting, diperoleh pola tanam yaitu Cabai Besar – Cabai Keriting dengan luas tanam untuk masing-masing komoditas adalah 4.900 meter persegi untuk tanaman Cabai Besar dan 1.400 meter persegi untuk tanaman Cabai Keriting. Petani menggunakan tenaga kerja sebanyak sembilan orang yang terdiri dari tiga orang tenaga kerja pria termasuk satu orang tenaga kerja pria dalam keluarga dan tujuh orang tenaga kerja wanita termasuk satu orang tenaga kerja wanita dalam keluarga. terdapat beberapa hari yang banyak menggunakan seluruh tenaga kerja yang tersedia, tetapi ada beberapa hari yang tidak menggunakan seluruh tenaga kerja yang ada, waktuwaktu tersebut yang paling banyak menggunakan atau menyerap banyak tenaga kerja adalah pada saat pengolahan lahan, penanaman serta panen dengan menghabiskan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 225 hari orang kerja, dan waktu-waktu yang tidak banyak menyerap tenaga kerja diantaranya adalah pada saat pengendalian organisme tanaman serta pemupukan yaitu sekitar 29 hari orang kerja. 2).Total Keuntungan Secara Aktual Total Keuntungan Secara Aktual yang Diterima oleh Petani Per Satu Kali Produksi Komoditas
Penerimaan (Rp)
Cabai Besar Cabai Keriting Total Sumber : Data Primer diolah.
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
32.250.000,00
18.326.870,00
8.440.400,00
11.250.000,00 43.500.000,00
6.466.249,00 24.793.119,00
3.710.686,00 12.151.086,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan melakukan pola tanam Cabai Besar – Cabai Keriting dengan luas tanam masing-masing komoditas yaitu 4.900 meter persegi – 1.400 meter persegi, petani mendapatkan total penerimaan sebesar Rp. 43.500.000,00, total penerimaan ini diperoleh dari jumlah penerimaan kedua komoditas tersebut, yang mana untuk masing-masing nilai penerimaan diperoleh dari jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga jual yang berlaku. jumlah hasil produksi komoditas Cabai Besar adalah
8
4.300 kilogram dengan harga jual yaitu Rp. 7.500,00, dan untuk jumlah hasil produksi tanaman Cabai Keriting yaitu 1.250 kilogram dengan harga jual Rp.9.000,00 Total pendapatan yang diterima oleh petani yaitu sebesar Rp. 24.793.119,00, total pendapatan ini diperoleh petani dari jumlah antara masing-masing penerimaan dari tiap komoditas setelah dikurangi biaya eksplisit. Biaya eksplisit tersebut beberapa diantaranya adalah benih, pupuk, pestisida, peralatan pertanian dan lain-lain. Penerimaan dari Cabai Besar sebesar Rp. 32.250.000,00 dengan total biaya eksplisitnya sebesar Rp. 13.923.130,00 diperoleh pendapatan Cabai Besar sebesar Rp. 18.326.870,00. Penerimaan dari Cabai Keriting sebesar Rp. 11.250.000,00 dengan total biaya eksplisitnya sebesar Rp. 4.783.751,00 maka diperoleh pendapatan untuk komoditas Cabai Keriting adalah sebesar Rp. 6.466.249,00 Selanjutnya setelah diketahui jumlah pendapatan dari komoditas Cabai Besar dan Cabai Keriting maka petani mendapatkan total keuntungan sebesar Rp. 12.151.086,00. Total keuntungan ini diperoleh petani dari pendapatan masing-masing komoditas setelah dikurangi oleh biaya-biaya implisitnya. Biaya implisit yang ada pada penelitian ini meliputi bunga Bank yang berlaku untuk komoditas cabai, upah untuk tenaga kerja dalam keluarga serta harga lahan yang dianggap sebagai lahan sewa. Pendapatan dari Cabai Besar sebesar Rp. 18.326.870,00 dengan total biaya eksplisitnya sebesar Rp. 9.886.470,00 diperoleh keuntungan dari Cabai Besar sebesar Rp. 8.440.400,00. Pendapatan dari budidaya Cabai Keriting sebesar Rp. 6.466.249,00 dengan total biaya implisit yaitu sebesar Rp. 2.755.563,00 diperoleh keuntungan dari Cabai Keriting sebesar Rp. 3.710.686,00. Pola Tanam dan Total Keuntungan Secara Optimal yang akan Diterima oleh Petani 1). Pola Tanam Secara Optimal a. Distribusi penggunaan lahan petani diharuskan untuk melakukan pola tanam Cabai Besar dan Cabai Keriting. Pola tanam tersebut mengharuskan petani untuk mengalokasikan lahan tanam sebanyak 4.360,64 meter persegi untuk komoditas Cabai Besar dan 1.923,14 meter persegi untuk komoditas Cabai Keriting. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang paling optimal karena telah dikombinasikan dengan penggunaan tenaga kerjanya. Selain itu dengan
9
menerapkan pola tanam ini petani akan mendapatkan keuntungan lebih daripada aktualnya. Jumlah lahan tanam yang terpakai adalah 6.283,78 meter persegi dan nilai tersebut menyebabkan surplus lahan tanam. Walaupun demikian surplus tersebut tidak akan mengurangi terhadap aktifitas dari kegiatan pengalokasian faktor kendala lainnya. Nilai surplus tersebut sebesar 16,22 meter persegi dan apabila ditarik kesimpulan secara logika, sisa lahan tersebut merupakan lahan yang tidak terpakai akibat dari pengaturan jarak tanam antar bedengan. b. Distribusi Penggunaan tenaga kerja Penggunaan tenaga kerja Secara Optimal Faktor Produksi TK. Juli TK. Agustus TK. September TK. Oktober TK. Nopember TK. Desember
Tersedia (HOK) 93,0 48,6 18,4 2,0 40,2 69,6
Optimal (HOK) 93,0000 40,2162 18,2230 1,8851 35,3658 69,6000
Sisa (HOK) 0,0000 8,3838 0,1770 0,1149 4,8342 0,0000
Sumber : hasil Analisis dengan Linear Programming
Bulan Juli dan Desember seluruh tenaga kerja yang tersedia habis terserap, karena pada kedua bulan tersebut kegiatan usahatani yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Seperti yang diketahui bahwa awal bulan merupakan tahap penyiapan dan pengolahan lahan dan bulan terakhir merupakan tahap panen. Terdapat surplus tenaga kerja pada bulan Agustus hingga Nopember dengan masing-masing nilai sisa tersebut adalah 8,3838, 0,1770, 0,1149 dan 4,8342 HOK. Nilai surplus tersebut sama halnya dengan surplus luas lahan, yang mana menurut Mulyono (2007) dalam Karmini (2008) menyebutkan nilai tersebut tidak akan merubah solusi optimal. 2). Keuntungan secara Optimal Total Keuntungan Secara Optimal yang Diterima oleh Petani Per Satu Kali Produksi Komoditas
Luas lahan (m2 )
Keuntungan (Rp/m2 )
Jumlah (Rp)
Cabai Besar
4.360,64
1.722,5307
7.511.336,27
Cabai Keriting
1.923,14
2.650,4899
5.097.263,15
Total
6.283,78
12.608.599,42
Sumber : hasil Analisis dengan Linear Programming
10
Tabel di atas menunjukkan bahwa pola tanam seperti ini akan memberikan total keuntungan kepada petani sebesar Rp. 12.608.599,42. Nilai tersebut diperoleh dari jumlah keuntungan masing-masing komoditas, yang mana keuntungan untuk masing-masing komoditas diperoleh dari hasil kali antara luas lahan optimal dengan keuntungan tiap meter perseginya. Keuntungan tiap meter persegi diperoleh dari konversi keuntungan masing-masing komoditas pada kondisi aktual tiap satu meter persegi. Luas lahan optimal untuk Cabai Besar adalah 4.360,64 meter persegi dan keuntungan tiap meter perseginya adlah Rp. 1.722,5307 sehingga keuntungan yang diperoleh untuk usahatani Cabai besar adlah Rp. 7.511.336,27. Sedangakan untuk luas lahan optimum untuk Cabai Keriting adalah 1.923,14 meter persegi dengan dan keuntungan tiap meter perseginya adalah Rp. 2.650,4899, sehingga keuntungan yang diperoleh dari usahatani Cabai Keriting adalah sebesar Rp. 5.097.263,15. Selisih Keuntungan Antara Analisis Aktual dengan Optimal Komoditas Cabai Besar Cabai Keriting Total Cabai Besar Cabai Keriting Total Selisih
Luas lahan (m2 )
Keuntungan (Rp/m2 ) Aktual 4.900,00 1.722,5307 1.400,00 2.650,4899 6.300,00 Optimal 4.360,64 1.722,5307 1.923,14 2.650,4899 6.283,78 16,22
Jumlah (Rp) 8.440.401,00 3.710.686,00 12.151.086,00 7.511.336,27 5.097.263,15 12.608.599,42 457.513,42
Sumber : Hasil Analisis aktual dan Optimal
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah keuntungan antara aktual dengan optimal. Nilai-nilai tersebut terdiri dari Rp. 12.151.086,00 untuk analisis aktual dan Rp. 12.608.599,42 untuk analisis Optimal. Nilai Aktual sebesar Rp. 12.151.086,00 diperoleh dengan mengorbankan seluruh luas lahan yang ada, sedangkan untuk solusi optimal petani hanya harus mengorbankan 6.283,78 meter persegi atau sekitar 99,74 persen dari luas lahan yang dimilikinya. Walaupun demikian luas lahan dari solusi optimal akan membawa petani pada keuntungan sebesar Rp. 12.608.599,42. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa solusi optimal jauh lebih besar menguntungkan untuk petani. Nilai selisih antara hasil aktual dan optimal adalah sebesar Rp. 457.513,42. Apabila petani menerapkan hasil Optimasi ini pada kondisi yang sama, maka petani dapat memanfaatkan nilai selisih ini untuk kebutuhan keluarga, ditabung ataupun digunakan untuk menambah modal pada usahatani selanjutnya. 11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpukan sebagai berikut : 1).
Pola tanam secara aktual yaitu Cabai Besar dengan luas tanam 4900 meter persegi dan Cabai Keriting dengan luas tanam 1400 meter persegi. Jumlah produksi Cabai Besar adalah 4.300 kilogram dan Cabai Keriting 1.250 kilogram. Total keuntungan yang diterima oleh petani adalah Rp. 12.151.086,00
2).
Pola tanam secara Optimal yaitu Cabai Besar dengan luas tanam 4.360,64 meter persegi dan Cabai Keriting dengan luas tanam 1.923,14 meter persegi. Keuntungan Cabai Besar tiap 1 meter persegi adalah 1.722,5307 dan Cabai Keriting tiap 1 meter persegi Rp. 2.650,4899. Total keuntungan yang diterima oleh petani adalah Rp. 12.608.599,42
3).
Selisih keuntungan anatar analisis aktual dan optimal adalah sebesar Rp. 457.513,42. Solusi optimal lebih besar daripada solusi aktual.
Saran 1).
Apabila petani dihadapkan pada kondisi produksi yang sama pada saat penelitian, petani disarankan menggunakan solusi optimal daripada solusi aktual. Petani akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 12.608.599,42. Selisih perbedaan nilai keuntungan Rp. 457.513,42 dari nilai aktual. Nilai tersebut bisa dimanfaatkan oleh petani untuk kebutuhan keluarga, ditabung atau digunakan untuk modal usahatani selanjutnya.
2).
Perlu dilakukan penelitian lanjutan, agar hasil dari penelitian usahatani polikultur ini akan jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. (http://www.bps.go.id/eng. 10/05/2013). BAPPENAS. 2004. “Hortikultura” (online). http://www.bappenas. go.id/. [10 Mei 2013]. Dii Daa. 2011. “Pola Tanam” (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian. [10 Mei 2013]. Dinas Pertanian Jawa Barat. 2013. Produksi Sayuran Tahun 2007-2011 Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
12
Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Realisasi Cabai Kabupaten Tasikmalaya 2007-2011. J. Supranto. 1983. Linier Programming. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Mulyono. 2007. Optimalisasi Lahan Usahatani Tomat dan Mentimun dengan Kendala Tenaga Kerja (Pendekatan Program Linier). Jurnal. EPP Volume 5. Samarinda Pangestu Subagyo, Marwan Asri, Titani Handoko. 2000. Dasar-Dasar Operations Research Edisi 2. Yogyakarta : BPFE. Rahmi Aufa. 2011. Analisis Usahatani Cabai Besar pada Usahatani Organik dan Anorganik di Kelurahan Landasan Ulin Utara Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru, Jurnal. Agribsinis Pedesaan. UNLAM Said Rusli, 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES, Jakarta. Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 1992. Linier Programming Teori dan Aplikasinya Khususnya Dalam Bidang Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Syukur,
(http://www.investor.co.id/agribusiness/produksi-cabai-indonesia-masih-men cukupi/57456. 10/05/2013).
Sudiarto. 1996. Pola Tanam Kumis Kucing dan Variasi Kandungan Kimianya, jurnal. (tidak dipublikasikan). Jakarta Wikipedia. 2013. “Cabai Besar” (online). http://id.wikipedia.org. [10 Mei 2013] Wikipedia. 2013. “Intensifikasi” (online). http://id.wikipedia.org. [9 Mei 2013]
13