OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok
ENDRI ZUNAIDI RITONGA A14104670
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
i
RINGKASAN ENDRI ZUNAIDI RITONGA. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya. Rata-rata kontribusi daging ayam ras di Indonesia sebesar 43 persen per tahun. Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya. Setiap
perusahaan
bertujuan
memaksimumkan
keuntungan,
tidak
terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Kelompok keterbatasan
Bina
Usahatani
sumberdaya,
fluktuasi
Muslim harga
menghadapi jual
dan
kendala belum
seperti
optimalnya
penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan besar. Sedangkan KBTM merupakan peternak berskala besar dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan
keadaan
tersebut,
dapat
disimpulkan
beberapa
permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras ii
pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok. Program linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian rupa sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linier. Hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1 514 964 000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian. Kendalan pakan, batu bara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta tempat pakan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari nol. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas hasil optimalisasi dari perhitungan LINDO digunakan untuk mengetahui kendala aktif yang terdapat pada hasil perhitungan. Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya dikurangi nilainya adalah penggunaan VOD. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah penggunaan DOC serta ketersediaan lahan dan kandang. Lokasi
kandang
Cilodong
merupakan
lokasi
terbaik
dalam
hal
penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12 368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya
iii
produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua merupakan
lokasi
terbaik
dalam
hal
perolehan
keuntungan
per
ekor
dibandingkan lokasi kandang lainnya. Nilai keuntungan per ekor yang diperoleh lokasi kandang Kelapa Dua mencapai Rp 1 145. Lokasi kandang yang penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut dengan biaya produksi per ekor mencapai Rp 14 113, dengan keuntungan per ekor sebesar Rp 507. Lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang keuntungan per ekornya terkecil dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya. Skenario I diperoleh dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan pada tingkat inflasi rata-rata pada tahun 2007. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp 457 543 024. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun 20 persen sebesar Rp 1 434 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di perusahaan peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen menyebabkan keuntungan yang diperoleh KBTM turun sebesar 41,97 persen, sedangkan penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.
iv
Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya tidak melakukan produksi di lokasi kandang Cilebut dan Pemda. Jika tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut, KBTM akan menerima kerugian. Sebaiknya KBTM melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi terutama penggunaan pakan, karena pada kondisi aktual kelebihan ketersediaan pakan mencapai 20 persen. Kelebihan ketersedian pakan tersebut akan meningkatkan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil. Selain itu penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kinerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal 3 500 ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya memiliki pemasok DOC yang tetap, sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Sehingga DOC tidak menjadi faktor produksi langka bagi KBTM. Hal tersebut juga dapat menghindarkan KBTM menerima DOC berkualitas tidak baik. Karena DOC berkualitas tidak baik dapat menyebabkan tingginya konversi pakan dan mortalitas yang tinggi selama periode pemeliharaan. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya menambah jumlah kandang, sehingga jumlah ayam yang dipelihara semakin banyak. Penambahan jumlah kandang dan ayam yang dipelihara akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diterima KBTM.
v
OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok
Oleh ENDRI ZUNAIDI RITONGA A14104670
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
vi
Judul
: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAG KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Nama : Endri Zunaidi Ritonga NRP : A 14104670 Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc NIP. 130 256 389
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 16 September 2008
vii
PERNYATAAN
DENGAN
INI
“OPTIMALISASI
SAYA
MENYATAKAN
PENGGUNAAN
BAHWA
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR
BERJUDUL
PRODUKSI
PADA
PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) DESA CILODONG, DEPOK” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor,
Oktober 2008
Endri Zunaidi Ritonga A 14104670
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Lomba Bidang, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tanggal 22 September 1982 sebagai anak pertama dari 5 bersaudara pasangan Nukman Ritonga dan Patimah. Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN No. 117477 Pinang Awan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Mts. Irsyadul Islamiyah, Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 5 (Plus) Rantauprapat, Labuhan Batu. Selepas SMU tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dengan Program Studi Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang optimalisasi keuntungan dengan faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di peternakan ayam ras pedaging KBTM Desa Cilodong Kecamatan Sukmajaya Depok Jawa Barat selama bulan Mei sampai September 2008. Sumbangsih karya ilmiah berupa skripsi ini seperti setitik kristal garam di lautan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak yang memerlukan. Amin.
Bogor,
Oktober 2008
Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok
Bina
Usahatani
Muslim
(KBTM)
Desa
Cilodong,
Depok”.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya pada : 1. Orang tua terkasih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi serta kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc selaku Dosen Pembimbing atas pengarahan dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi. 3. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi. 4. Eva Yolinda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 5. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang memberikan masukan berharga untuk penyempurnaan proposal penelitian. 6. Tintin Sarianti, SP yang memberikan kritik dan saran berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 7. Shilvia Agung Dhiany selaku pembahas seminar yang memberikan kritik dan saran berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 8. Adik-adikku tercinta, Umar, Pia, Idar dan Aida dan tulangku Togar yang menjadi inspirasiku dalam segala hal.
ii
9. Ira, teman spesial yang selalu menemani, memberikan semangat dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Tanpamu aku tiada berarti. 10. Ummi, Imam atas dukungan dan motivasi selama ini dan membuat keadaan refresh. 11. Dodi, Manman, Dewi atas dukungan dan bersedia hadir pada saat seminar. 12. Teman-teman terbaikku di ekstensi Okta, Inda, Iwan dan semua teman angkatan 12 yang selalu memburu waktu seminarku. 13. Mba Rahmi, Mba Nur, Mba Maya serta segenap staf Proemas yang tanpa lelah membantu kelancaran administrasi perkuliahan. 14. Mas Larno atas saran dan informasi-informasi yang diberikan tentang beternak ayam ras pedaging 15. Bapak H. Ade, Mas Arif dan Mas Jajat dan seluruh staf di KBTM atas kesediaannya meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan rencana.
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................................
2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................
4
1.4. Kegunaan Penelitian ..............................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Usaha Ayam Ras Pedaging .............................................................
6
2.2.
Faktor-faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging ...........................
7
2.2.1. DOC (Day Old Chick) .............................................................
7
2.2.2. Pakan ....................................................................................
7
2.2.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan ....................................
8
2.2.4. Tenaga Kerja .........................................................................
9
2.2.5. Kandang ................................................................................
9
Penelitian Terdahulu .........................................................................
9
2.3.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 14 3.1.1. Teori Produksi ........................................................................ 14 3.1.2. Biaya Produksi ....................................................................... 17
iv
3.1.3. Permintaan Input.................................................................... 19 3.1.4. Penawaran Output ................................................................. 20 3.1.5. Maksimisasi Laba .................................................................. 21 3.1.6. Optimalisasi ........................................................................... 23 3.1.7. Riset Operasi ......................................................................... 23 3.1.8. Program Linier ....................................................................... 24 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 30
4.2.
Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 30
4.3.
Metode Pengambilan Responden ..................................................... 31
4.4.
Metode Pengolahan Data .................................................................. 31 4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis ................................................ 31 4.4.2. Penerimaan Usaha Peternakan KBTM .................................. 32 4.4.3. Biaya Produksi ....................................................................... 32 4.4.4. Keuntungan Usaha Peternakan KBTM .................................. 34 4.4.5. Menentukan Fungsi Tujuan .................................................... 35
4.5.
Analisis Data ..................................................................................... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Keadaan Umum Perusahaan ............................................................ 42
5.2.
Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging ......................................................................... 43
5.3.
Penggunaan Input-input Produksi ..................................................... 44 5.3.1. Faktor Produksi Tetap ............................................................ 44 5.3.2. Faktor Produksi Variabel ........................................................ 47
5.4.
Biaya ................................................................................................. 51
5.5.
Penerimaan....................................................................................... 53
5.6.
Keuntungan....................................................................................... 54
5.7.
Hasil Optimalisasi.............................................................................. 55 5.7.1. Tingkat Keuntungan pada Kondisi Optimal ............................ 55 5.7.2. Tingkat Penggunaan Input-input Produksi pada Kondisi Optimal ............................................................. 55 5.7.3. Analisis Sensitivitas ............................................................... 58
v
5.8.
Analisis Post Optimal ........................................................................ 61 5.8.1. Skenario I............................................................................... 62 5.8.2. Skenario II.............................................................................. 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.
Kesimpulan ....................................................................................... 64
6.2.
Saran ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67 LAMPIRAN ................................................................................................... 69
vi
DAFTAR TABEL
Nomor 1
2
3
Halaman
Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun 2004-2007 ..................................................................................
1
Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk Indonesia Tahun 2000-2005 ..................................................................
2
Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Januari 2007 Sampai April 2008 ................................................
3
4
Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ....................................................................... 45
5
Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ........................................................ 46
6
Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ........................................................ 47
7
Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ........................................................ 48
8
Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode .................................................................................... 49
9
Penggunaan Obata-obatan, Batu bara, Sekam di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ............................................. 51
10 Total Produksi, Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode ..................... 52 11 Total Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Keuntungan per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode ..................... 54 12 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ........................................................ 55 13 Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim ..... 56 14 Analsis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim .......................................... 59 15 Analisis Sensitivitas Fungsi Kendala Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim .......................................................... 61
vii
16 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario I ......................................... 62 17 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario II ........................................ 63
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Kurva Kemungkinan Produksi dan Isirevenue ........................................ 15
2
Kurva Produksi ...................................................................................... 17
3
Minimisasi Biaya Produksi ..................................................................... 19
4
Kurva Permintaan .................................................................................. 20
5
Kurva Penawaran .................................................................................. 21
6
Laba Maksimum .................................................................................... 22
7
Kerangka Pemikiran Operasional........................................................... 29
8
Bagan Organisasi Kelompok Bina Usahatani Muslim ............................. 43
9
Grafik Penerimaan Setiap Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode .... 53
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Keuntungan Aktual dan Optimal Setiap Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging per Periode ..................................................................... 70
2
Model yang Digunakan dalam Optimalisasi............................................ 71
3
Hasil Optimalisasi .................................................................................. 72
4
Model Optimalisasi Skenario I ................................................................ 74
5
Hasil Optimalisasi skenario I .................................................................. 75
6
Model Optimalisasi Skenario II ............................................................... 77
7
Hasil Optimalisasi Skenario II ................................................................ 78
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat kontribusi produksi daging dari berbagai jenis ternak terhadap produksi daging nasional. Rata-rata kontribusi daging ayam ras 43 persen per tahun, dan merupakan kontribusi tertinggi dibandingkan kontribusi produksi daging ternak lainnya. Kemudian kontribusi terbesar kedua adalah produksi daging sapi. Tabel 1. Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun 2004-2007 Produksi Daging Ternak Tahun Tahun Tahun Tahun Jenis Ternak 2004 2005 2006 2007* (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton) Ayam Buras 296,42 301,42 341,25 349,02 Ayam Ras Pedaging 846,09 779,10 861,26 918,48 Ayam Ras Petelur 48,40 45,19 57,63 63,47 Babi 194,67 173,69 195,99 198,88 Domba 66,10 47,30 75,18 84,76 Itik 22,21 21,35 24,53 25,26 Kerbau 40,24 38,10 43,89 45,95 Kuda 1,56 1,59 2,27 2,32 Sapi 447,57 358,70 395,84 418,21 Total 1963,26 1766,44 1997,84 2106,35 Keterangan Sumber
: * Angka sementara : Departemen Pertanian Tahun 2007
Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari sisi konsumsi yang ditunjukkan oleh Tabel 2.
1
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk Indonesia Tahun 2000-2005 Jumlah Penduduk Konsumsi Daging Ayam Pertumbuhan Tahun (ribu orang) (ribu ton) (%) 2000 205 132 875,07 2001 206 280 1 033,55 18,11 2002 207 435 1 179,57 14,12 2003 208 596 1 206,52 2,28 2004 216 382 1 357,94 12,55 2005 219 205 1 365,28 0,54 Sumber : http://www.fao.org, Maret 2007
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Konsumsi terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 1 365,28 ribu ton dengan produksi 779,10 ribu ton. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya. Setiap
perusahaan
bertujuan
memaksimumkan keuntungan,
tidak
terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut Wayan (2001), faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan peternakan ayam ras pedaging adalah : day old chick (doc), pakan, tenaga kerja, vaksin, obat-obatan, kandang, peralatan, energi dan pemeliharaan. Penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal akan menghasilkan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian mengenai optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi sangat diperlukan.
1.2.
Perumusan Masalah Usaha peternakan ayam ras pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim
(KBTM) merupakan salah satu dari peternakan ayam ras pedaging di Indonesia yang menghasilkan daging. Peternakan KBTM mempunyai kandang yang tersebar di beberapa lokasi di daerah Depok.
2
Kelompok keterbatasan
Bina
Usahatani
sumberdaya,
Muslim
fluktuasi
harga
menghadapi jual
dan
kendala belum
seperti
optimalnya
penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Januari 2007 Sampai April 2008 Harga Jual Penerimaan Pertumbuhan Pertumbuhan Rata-rata Tahun Periode (Rp) (%) (%) (Rp/kg) I 1 628 072 266 7 405 II 1 674 700 813 2,86 9 316 25,81 III 1 784 389 810 6,55 11 329 21,61 2007 IV 1 771 996 780 -0,69 11 220 -0,96 V 1 671 456 781 -5,67 10 888 -2,96 VI 1 505 723 411 -9,92 9 850 -9,53 VII 1 595 599 263 5,97 10 300 4,57 I 1 736 584 841 8,84 11 233 9,06 2008 II 1 735 008 428 -0,09 11 200 -0.29 III 1 704 340 988 -1,77 10 322 -7.84 Sumber : Laporan Produksi KBTM, 2008.
Tabel 3 menjelaskan perubahan harga jual terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa perubahan harga jual ayam ras pedaging berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Penurunan harga jual sebesar 9,53 persen mengakibatkan penerimaan turun sebesar 9,92 persen. Tujuan memaksimumkan keuntungan dapat dicapai jika pihak peternakan KBTM mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan perusahaan. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor
3
produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal. Berdasarkan
keadaan
tersebut,
dapat
disimpulkan
beberapa
permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi usaha budidaya ayam ras pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal.
2.
Menganalisis pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.
4
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi
perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut : 1.
Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan keuntungan dapat ditingkatkan.
2.
Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang pendidikan tentang penggunaan metode program linear dalam suatu penelitian.
3.
Memberikan informasi bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan KBTM.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Usaha Ayam Ras Pedaging Menurut Fadilah et al. (2007) usaha peternakan ayam ras pedaging
dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan atau peternak besar) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut : 1. Skala kecil (peternakan rakyat) Jumlah ayam yang dibudidayakan 1 000 sampai dengan 50 000 ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar, kepemilikan bersifat perseorangan. 2. Skala sedang (peternak mapan) Jumlah ayam yang dipelihara 50 000 sampai dengan 500 000 ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini masih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum. 3. Skala besar (skala perusahaan) Peternakan ini sudah bernaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dari 1 000 000. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan.
6
2.2.
Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging 2.2.1. Day Old Chick (DOC) Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003) dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan. Selain itu, keteresediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi
kelangsungan
produksi
ternak
yang
akan
dilakukan.
Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003). Menurut Rasyaf (2003), hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan purna jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan purna jual melalui pelayanan teknis. 2.2.2. Pakan Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi. Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging.
7
Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi (Fadilah et al. 2007). 2.2.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak. Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan. Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua
program
vaksin
dilakukan
berdasarkan
sejarah
penyakit
di
peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan. Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007).
8
2.2.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak (Rasyaf, 2003). Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi (Imaduddin, 2001). 2.2.5. Kandang Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Menurut Rahardi (2003) kandang
dengan tipe postal merupakan
kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha.
2.3.
Penelitian Terdahulu Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu
proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian
9
sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi. Penelitian Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan (starter dan finisher), tenaga kerja, OVK (obat, vitamin, vaksin), pemanas gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati (2006) menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken (PPC) belum optimal. Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar 9 571 ekor, 9 939 ekor, 9 728 ekor, 9 939 ekor, 1 011 ekor dan 9 623 ekor. Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I, II, III, IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal. 10
Berdasarkan penelitian Murni (2006) komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi. Murni (2006) dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan program linear menunjukkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh. Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 516 709 407 per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp 512 851 260 per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp 3 858 147 atau 0,75 persen. Penelitian Wayan (2001) menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di perusahaan CV. Pekerja Keras kurang optimal. Hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, menunjukkan bahwa pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 547 736 625. Sedangkan pada kondisi aktual, total keuntungan yang diperoleh CV. Pekerja Keras hanya mencapai Rp 393 754 928. Oleh karena itu, keuntungan total masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 153 981 634 atau sebesar 28,11 persen. Penelitian Rostini (1993) menyimpulkan bahwa keuntungan total yang diterima oleh Perusahaan Subur Grup dari aktivitasnya di 14 buah farm budidaya ayam Final Stock (FS) broiler, masih dapat ditingkatkan. Peningkatan keuntungan tersebut sebesar Rp 27 932 499, atau sebesar 5,69 persen dari besar keuntungan total pada kondisi aktual yaitu Rp 491 321 288 per tahun (1991).
11
Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu dilakukan dengan cara menurunkan harga jual ayam ras pedaging dan mengurangi penggunaan pakan atau disebut skenario. Penurunan harga tersebut berdasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun tersebut. Besar penurunan harga jual ayam ras pedaging antara 5-10%. Penelitian
Ermayati
(2006),
skenario
I
dilakukan
dengan
cara
menurunkan harga ayam ras pedaging sebesar sepuluh persen. Skenario I menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 15 620 550. Nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp 59 791 770. Sehingga selisih dari kedua nilai tersebut adalah sebesar - Rp 44 171 220. Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan kondisi aktual sebesar - Rp 39 428 784. Skenario II dilakukan dengan mengurangi penggunaan pakan sebesar sepuluh persen. Skenario ini menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 59 736 730. Selisih skenario II dengan kondisi optimal awal sebesar - Rp 55 040. Sedangkan selisih skenario II dengan kondisi aktual sebesar Rp 4 687 396. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, selisih antara keuntungan aktual dan optimal dari penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1, terlihat bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging yang bersifat mandiri (Perusahaan Peternakan Ayam Ras Pedaging CV Pekerja Keras) memiliki persentase selisih antara keuntungan aktual dan 12
optimal yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alokasi sumberdaya usaha peternakan mandiri tidak optimal jika dibandingkan dengan peternakan yang bersifat kemitraan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada skala usahanya. Penelitian Wayan (2001) dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala kecil (30 000 ekor per periode). Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala produksi 200 000 per periode (skala sedang). Selain itu penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian Rostini (1993), Ermayati (2006) dan Murni (2006) dilakukan pada usaha peternakan dengan pola inti plasma. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging mandiri.
13
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Produksi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengubah input atau sumberdaya menjadi output (barang dan jasa). Lipsey et al. (1995) mengungkapkan bahwa perusahaan mengkombinasikan (bauran) berbagai input untuk menghasilkan output disebut sebagai fungsi produksi. Menurut Herlambang (2002) fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara jumlah ouput maksimum yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input. Perusahaan hanya dapat berproduksi pada batasan tertentu (batas kemungkinan produksi). Menurut Nicholson (2002), batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) menunjukkan berbagai variasi jumlah dua barang atau lebih yang dapat diproduksi dari sumberdaya yang terbatas. Batas kemungkinan produksi merupakan pengingat kenyataan ekonomi yang mendasar, bahwa dengan jumlah sumberdaya yang terbatas tidak mungkin memproduksi seluruh jenis barang yang kita inginkan. Selain itu batas kemungkinan produksi menunjukkan adanya biaya imbangan (opportunity cost). Opportunity cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak. Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan (choise) dan biaya imbangan (opportunity cost). Kelangkaan bermakna bahwa perusahaan 14
harus menetapkan pilihan berapa banyak barang yang diproduksi untuk setiap jenisnya. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari beberapa titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Biaya imbangan merupakan biaya dari barang yang diukur dengan hilangnya alternatif penggunaan yang dikorbankan karena memproduksi suatu barang. Kelangkaan mengharuskan perusahaan membuat pilihan, dan pilihan tersebut merupakan biaya. Kurva batas kemungkinan produksi dapat dilihat pada Gambar 1. Y
A a E
b TR1
O
B
TR2 X
Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi dan Isorevenue Sumber : Lipsey et al. 1995
Sepanjang garis kurva pada Gambar 1 menunjukkan kombinasikombinasi produksi yang dapat dicapai, jika perusahaan memanfaatkan sumberdaya
secara
efisien
ditunjukkan
oleh
daerah OAEB.
Batas
kemungkinan produksi yang membatasi antara kombinasi produk yang dapat dicapai dengan yang tidak dapat dicapai, diperlihatkan oleh kurva AEB. Kombinasi produksi X dan Y yang menghasilkan penerimaan yang sama digambarkan dengan kurva isorevenue, ditunjukkan oleh kurva TR1 dan TR2. Penerimaan maksimum perusahaan dicapai pada titik E. Jika
15
perusahaan berproduksi pada titik a dan b, maka kombinasi X dan Y menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pada titik E dengan jumlah output yang sama. Dengan demikian penerimaan tertinggi dicapai ketika kurva isorevenue bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Hubungan antara output dengan input digambarkan dalam fungsi produksi seperti pada Gambar 2. Menurut Doll and Orazem (1984) fungsi produksi dibedakan menjadi tiga daerah berdasarkan elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi. Kurva ini memperlihatkan produk total yang naik secara stabil dengan laju yang semakin meningkat, kemudian semakin berkurang. Titik produktivitas tertinggi tenaga kerja dalam menghasilkan output dicapai pada saat q*. Produksi rata-rata pada titik ini sama dengan produksi marjinal. Jika perusahaan berproduksi lebih kecil dari q* (q 1), tambahan unit tenaga kerja mengakibatkan penambahan jumlah produksi yang lebih besar (elastisitas produksi lebih besar satu). Sedangkan penambahan tenaga kerja akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih sedikit, jika perusahaan berproduksi lebih besar dari q* (q 2). Pada saat q* perusahaan mencapai tingkat produksi tertinggi.
16
Produksi per unit TK
PT
Kuantitas TK Produksi per unit TK
I
II
III
PR q1
q*
q2
Gambar 2. Kurva Produksi
Kuantitas TK PM
Sumber : Lipsey et al. 1995
3.1.2. Biaya Produksi Biaya produksi menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan memilih input-input yang akan diproduksi pada tingkat output tertentu dengan biaya semurah mungkin. Karena input tidak gratis, semakin banyak output diproduksi semakin banyak pula input yang diperlukan, sehingga biaya produksi semakin besar.
17
Jika diasumsikan pakan dan DOC sebagai dua input untuk memproduksi ayam ras pedaging, maka total biaya produksi adalah penjumlahan pengeluaran untuk kedua input tersebut. Menurut Nicholson (2002) untuk meminimumkan biaya produksi, perusahaan seharusnya memilih sebuah titik pada isoquant yang memiliki biaya paling murah. Artinya, perlu mencari seluruh kemungkinan kombinasi input untuk mendapatkan kombinasi harga yang termurah. Kombinasi input termurah dapat dicapai ketika tingkat substitusi marjinal dari tenaga untuk bahan sama dengan rasio input. Prinsip minimisasi biaya diperlihatkan pada Gambar 3. Isoquant q1 menunjukkan seluruh kombinasi bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi q1. Dua garis biaya total (TC) ditunjukkan pada Gambar 3 : TC1
18
TK
TK3
B
TK1
A TC2
TK2
q1
C TC1
Gambar 3. Minimisasi Biaya Produksi
BB
Sumber : Nicholson, 2002
3.1.3. Permintaan Input Jumlah input yang dibeli oleh peternakan ayam ras pedaging disebut juga jumlah yang diminta oleh peternakan ayam ras pedaging. Besarnya ditentukan oleh besarnya harga input tersebut, anggaran perusahaan, harga input lain. Permintaan input adalah permintaan turunan (derived demand) karena jumlahnya tergantung kepada kebutuhan untuk menghasilkan output. Jumlah input yang diminta berbanding lurus dengan jumlah permintaan output perusahaan. Permintaan input merupakan Nilai Produk Marjinal (NPM) dari input tersebut. Pada kondisi optimal, permintaan input dari suatu perusahaan ketika NPM sama dengan harga input tersebut. Jumlah input yang diminta pada setiap tingkat harga pasar dapat dilihat pada Gambar 4. Jika harga input turun dari p1 ke p2 maka besar permintaan input usaha peternakan ayam ras pedaging akan naik dari q 1 ke q2, sebaliknya jika harga naik maka permintaan input menjadi turun.
19
Harga Input (P)
p1
A
p2
B
q1
q2
Jumlah Input (Q)
Gambar 4. Kurva Permintaan Sumber Lipsey et al. 1995
3.1.4. Penawaran Output Banyaknya output yang dijual perusahaan disebut jumlah yang ditawarkan. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah kuantitas yang ditawarkan dengan harga. Suatu hipotesis menyatakan bahwa kebanyakan komoditi, kuantitas yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga, ceteris paribus. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Jika harga output naik dari p1 ke p2, maka kuantitas produk yang ditawarkan naik dari q1 ke q2. Sebaliknya jika harga turun maka kuantitas output yang ditawarkan turun dari q2 ke q1.
20
Harga Output (P)
p2
B
p1
A
q1
q2
Jumlah Output (Q)
Gambar 5. Kurva Penawaran Sumber : Lipsey et al. 1995
3.1.5. Maksimisasi Laba Jika tujuan perusahaan ingin mencapai laba ekonomi terbesar, secara definisi mereka berusaha membuat perbedaan sebesar mungkin antara penerimaan total dengan biaya ekonomi total. Tujuan tersebut dapat dicapai jika perusahaan membuat keputusan berdasarkan konsep marjinal. Laba tambahan (marjinal) dapat diperoleh dari
penambahan produksi per unit
atau penambahan penggunaan input produksi. Selama penambahan laba tersebut positif, maka perusahaan akan memutuskan untuk memproduksi tambahan output atau melakukan penambahan input produksi tersebut. Jika tambahan laba dari aktivitas produksi menjadi nol, perusahaan akan mempertahankan aktivitasnya, karena tidak lagi menguntungkan bila menambah produksi. Hubungan maksimalisasi laba dengan konsep marjinal dapat dilihat pada Gambar 6.
21
Biaya/ Penerimaan Biaya (TC)
Penerimaan (R)
Output per priode Laba
0 q1
q*
q2
Output per priode Laba
Gambar 6. Laba Maksimum Sumber : Nicholson, 2002
Bila perusahaan memulai produksi ayam ras pedaging di bawah q*, peningkatan produksi ayam ras pedaging selanjutnya akan menghasilkan lebih banyak tambahan penerimaan daripada penambahan biaya untuk output tersebut. Jika perusahaan memutuskan untuk meningkatkan produksi ayam ras pedaging di atas q*, maka labanya akan bekurang. Tambahan penerimaan dari kenaikan output di atas titik q* akan segera menurun karena bertambahnya biaya yang terjadi karena ekspansi output itu. Perusahaan memperoleh laba maksimum, jika menghasilkan tingkat output pada saat penerimaan marjinal dari hasil tambahan penjualan satu unit outputnya sama dengan biaya marjinal untuk menghasilkan output tersebut (Nicholson, 2002).
22
3.1.6. Optimalisasi Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan alat
yang
penting
untuk
mengembangkan
model-model
yang
mengasumsikan bahwa para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sedangkan meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya) yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala membagi solusi optimal menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya kendala) dan minimisasi kendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya kendala). Sedangkan optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan diabaikan sehingga penentuan nilai maksimum atau minimum tidak terbatas pada pilihan-pilihan yang tersedia. 3.1.7. Riset Operasi Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar manusia, mesin, saham dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan (Operational Research Society of Great Brtain dalam Mulyono, 1991). Menurut Churchman dan Arnoff dalam Mulyono (1991) riset operasi diartikan sebagai penerapan metode-metode, teknik-teknik, alat-alat terhadap masalah-masalah yang menyangkut operasi-
23
operasi dari sistem-sistem, sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyelesaian optimal. 3.1.8. Program Linear Menurut Buffa dan Sarin (1996) pemrograman linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling besaing sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linear (Mulyono, 1991). Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model program linear adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Tujuan adalah permasalahan yang dihadapi dan ingin dipecahkan serta dicari jalan keluarnya. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif berupa manfaat, keuntungan dan kebaikan yang ingin di maksimumkan atau dampak negatif yang ingin diminimumkan. 2. Alternatif pembanding Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin di bandingkan seperti biaya tertinggi dengan biaya terendah, permintaan tertinggi dengan permintaan terendah. 3. Sumberdaya Sumberdaya yang dianalisis harus ada dalam keadaan terbatas. Keterbatasan tersebut disebut sebagai kendala atau syarat ikatan. 4. Perumusan kuantitatif Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk model matematika. 24
5. Keterkaitan variabel Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus mempunyai hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan. Model dasar dari program linear dapat dirumuskan sebagai berikut: Maksimumkan (minimumkan) :
Untuk Dengan syarat
untuk semua dan semua Keterangan : Xj : peubah pengambilan keputusan atau (yang ingin dicari: yang tidak diketahui) Z : nilai skalar ktriteria pengambilan keputusan ; suatu fungsi tujuan cj : parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan bi : sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan ; disebut pula konstanta atau “nilai sebelah kanan” dari kendala aij : koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier
25
menjadi absah. Asumsi itu menuntut hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik. 1.
Linearity Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan
input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada
tingkat produksi. 2.
Proporsionalitas Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (xj) berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (cjxj) dan juga fungsi kendala (aijxj).
3.
Additivitas Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj) nilai total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan.
4.
Divisibilitas Setiap kegiatan pemrograman linier dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (xj) boleh integer dan non-integer.
5.
Deterministik Semua parameter model (cj, aij, dan bi) diasumsikan diketahui konstan. Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kelompok Bina Usahatani Muslim merupakan usaha peternakan ayam ras pedaging komersil yang mempunyai tujuan utama untuk memaksimumkan 26
keuntungan. Keuntungan maksimum dapat dicapai jika alokasi sumberdaya yang dimiliki digunakan dengan efisien. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal. Pemecahan
masalah
optimalisasi
produksi
dilakukan
dengan
menggunakan model program linear. Model program linear digunakan untuk mencari keuntungan maksimum yang mungkin dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan. Tahap berikutnya adalah analisis post optimal untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter-parameter yang dianalisis. 27
Analisis post optimal dilakukan dengan merubah harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan. Penurunan harga jual ayam ras pedaging didasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2007. Sedangkan nilai penurunan ketersediaan pakan didasarkan pada konversi pakan yang tinggi. Kemudian hasil analisis post optimal dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hasil dari analisis-analisis tersebut merupakan dasar bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan.
28
-
-
Kontribusi produksi daging ayam terhadap produksi daging nasional Konsumsi daging ayam ras tinggi Peluang bagi peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya
-
Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging Kelangkaan DOC Penggunaan tenaga kerja berlebih
Linear Programming
Fungsi tujuan : Memaksimumkan Keuntungan
Fungsi Kendala : DOC, pakan, vaksin dan obatobatan, sekam, minyak tanah, gas, kapasitas kandang, tenaga kerja
Produksi Optimal
Analisis Primal
Analisis Dual
Analisis Sensivitas
Analisis Post Optimal
Keputusan Tingkat Produksi
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional
29
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM). Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai September 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamat langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan dan petugas lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penjualan, pembelian dan lapora keuangan, hasil penelitian terdahulu serta literatur yang relevan. Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp) selama sepuluh periode dari lima lokasi kandang yang dimiliki KBTM. Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada lima lokasi kandang selama sepuluh periode. Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel. Input-input tetap terdiri dari biaya penggunaan lahan dan kandang (Rp) serta biaya penggunaan peralatan kandang (Rp). Sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah biaya DOC (Rp), pakan (Rp), tenaga kerja (Hari kerja Pria atau HKP), biaya vaksin, obat-obatan dan desinfektan (Rp), biaya sekam 30
(Rp), biaya batu bara (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama sepuluh periode sejak Januari 2007 sampai dengan April 2008.
4.3. Metode Pengambilan Responden Responden sebagai sumber data adalah anak kandang, kepala kandang, tenaga kerja ahli, serta bagian keuangan. Anak kandang merupakan tenaga kerja yang bertangung jawab secara langsung terhadap pemeliharaan ayam. Kepala kandang merupakan tenaga kerja yang mengapalai anak kandang dan mengambil
keputusan-keputusan
penting
tentang
pemeliharaan
ayam.
Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang, tenaga kerja ahli dan bagian keuangan. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di lima lokasi kandang yang dimiliki oleh KBTM lokasi kandang Cilodong, Kelapa Dua, Cilebut, Pemda dan Ciluar.
4.4. Metode Pengolahan Data Metode
pengolahan
data
dilakukan
secara
kuantitatif
dengan
menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif solusi produksi yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah. 4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis Data-data yang telah dikumpulkan, disusun dan disederhanakan untuk mempermudah
pengolahan
data.
Koefisien
teknis
dicari
dengan
menganalisis alokasi penggunaan input-input produksi ayam pedaging oleh KBTM selama sepuluh periode pada tahun 2007-2008. Data koefisien teknis digunakan untuk menentukan optimalisasi penggunaan input-input produksi 31
ayam ras pedaging untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh KBTM. 4.4.2. Penerimaan Usaha Peternakan KBTM Penerimaan usaha peternakan ayam ras pedaging KBTM merupakan penjumlahan dari penerimaan output utama. Penerimaan untuk setiap output merupakan hasil kali harga dengan jumlah masing-masing output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana : : Penerimaan yang diterima oleh perusahaan dari setiap lokasi kandang
selama tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi
kandang) : Rata-rata harga jual ayam ras pedaging siap potong per kilogram pada tahun 2007-2008 untuk setiap ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang (Rp/kg) : Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (kg/sepuluh periode/lokasi kandang) 4.4.3. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternakan ayam ras pedaging KBTM untuk penggunaan input-input produksi di setiap kandang selama periode tertentu. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan dari setiap biaya produksi di setiap kandang yang terdapat pada usaha ayam ras pedaging KBTM sebagai berikut :
32
Dimana : : Biaya produksi total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) Secara matematis biaya tetap dihitung dengan rumus di bawah ini :
Dimana : : Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penggunaan lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan
setiap
lokasi
kandang
pada
tahun
2007-2008
(Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penyusutan peralatan kandang yang dikeluarkan oleh peusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) Secara matematis biaya variabel dihitung dengan rumus di bawah ini :
Dimana : : Biaya variabel total yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang)
33
: Biaya pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya DOC yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya pemakaian batu bara yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penggunaan sekam yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) 4.4.4. Keuntungan Usaha Peternakan KBTM Untuk memperoleh persamaan fungsi tujuan harus diketahui terlebih dahulu nilai keuntungan per ekor ayam ras pedaging (cj) setiap kandang ayam ras pedaging yang dimiliki KBTM. Keuntungan dihitung dengan cara mengurangkan biaya produksi terhadap penerimaan setiap lokasi kandang, kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan jumlah output utama yaitu ayam ras pedaging. Secara matematis keuntungan per ekor tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : : Rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging di setiap lokasi kandang milik perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/ekor)
34
: Penerimaan perusahaan dari setiap lokasi kandang ayam ras pedaging selama tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang ayam ras pedaging selama tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap kandang ayam
ras
pedaging
selama
tahun
2007-2008
(ekor/sepuluh
periode/lokasi kandang) 4.4.5. Menentukan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan dalam penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui tingkat produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi optimal sehingga keuntungan maksimum dapat dicapai. Kemudian, tahap berikutnya adalah penentuan fungsi pembatas atau kendala. Kendala yang digunakan dalam penyelesaian optimalisasi ini meliputi seluruh biaya untuk setiap penggunaan input produksi ayam ras pedaging di masing-masing lokasi kandang. Fungsi kendala ditentukan atas dasar keterbatasan perusahaan dalam menyediakan input untuk melakukan proses produksi. Secara matematis, model program linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pembatas :
35
Syarat : Keterangan : Z
: Keuntungan total maksimum yang diterima oleh perusahaan dari hasil optimalisasi alokasi dan penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di lima lokasi kandang selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008) (Rp/sepuluh periode)
cjxj
: Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dari lokasi kandang ke-j selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008) (Rp/sepuluh periode)
cj
: Rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging di masingmasing lokasi kandang ke-j mulai Januari 2007 sampai April 2008 (Rp/sepuluh periode)
xj
: Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang ke-j selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008)
j (1,2,..,5)
: Lokasi kandang ayam ras pedaging mulai dari lokasi yang
pertama sampai lokasi ke lima yang dimiliki KBTM.
36
: Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan DOC per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan VOD per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan sekam per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan batu bara per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tenaga kerja anak kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tenaga kerja ahli per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tempat pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tempat minum per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan induk pemanas (semawar) per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan brooder guard (pembatas) per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan lahan dan kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun 2007-2008 (Rp/ekor) : Jumlah biaya pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun)
37
: Jumlah biaya DOC yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya VOD yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya sekam yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya batu bara yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya anak kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya tenaga kerja ahli yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya tempat pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya tempat minum yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah induk pemanas yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya brooder guard yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun) : Jumlah biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2007-2008 (Rp/tahun)
4.5. Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasi menurut kegiatan-kegiatan untuk selanjutnya dianalisis.
38
Seluruh data yang dianalisis tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Sedangkan tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi : 1. Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang
dapat
menghasilkan
tujuan
maksimal
dengan
tetap
mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang ada. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara kombinasi aktivitas yang terbaik hasil perhitungan dengan aktivitas produksi yang dilakukan peternak. Hasil perbandingan tersebut akan memperlihatkan apakah aktivitas produksi aktual yang dilakukan oleh peternakan sudah optimal atau belum. Kegiatan yang tidak termasuk dalam skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. 2. Analisis Dual Analisis
dual
dilakukan
untuk
mengetahui
penilaian
terhadap
sumberdaya, dengan melihat slack/surplus dan nilai dualnya. Nilai dual (dual price/shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual ini juga menunjukkan batas harga maksimum dari sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Sehingga nilai dual sangat berpengaruh pada keputusan pembelian sumberdaya. Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh peternakan bersifat langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack/surplus = 0 dan nilai dual > 0, maka sumberdaya tersebut termasuk ke dalam sumberdaya yang bersifat langka (pembatas). Kemudian sumberdaya ini 39
masuk ke dalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun, apabila nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka sumberdaya tersebut masuk ke dalam sumberdaya yang berlebih (bukan pembatas). Selanjutnya sumberdaya ini termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan. 3. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui parameter dalam model yang sangat sensitif dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) analisis sensitivitas nilainilai koefisien fungsi tujuan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui selang
kepekaan
dari
koefisien
fungsi
tujuan
yang
dapat
mempertahankan kondisi optimal awal. (2) analisis sensitivitas nilai ruas kanan right hand side (RHS) kendala. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
selang
kepekaan
dari
RHS
kendala
yang
dapat
mempertahankan kondisi optimal awal. Selang kepekaan pada analisis sensitivitas dapat dilihat pada batas maksimum dan minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai RHS pada hasil optimalisasi produksi. Allowable increase menggambarkan batas kenaikan yang diijinkan dari nilai kendala yang tidak mengubah solusi optimal. Sedangkan allowable decrease menunjukkan batas penurunan yang diijinkan dari nilai kendala solusi optimal tidak berubah. 4. Analisis post optimal Selain analisis primal, dual dan sensitivitas, penelitian ini juga melakukan analisis post optimal. Tujuan analisis ini digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal. Pada analisis post optimal dilakukan bebarapa perubahan pada 40
penduga-penduga penting yang disebut skenario. Skenario I dilakukan dengan menurunkan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, karena pada kondisi aktual harga ayam ras pedaging berfluktuasi, dan sangat mempengaruhi penerimaan peternak. Penentuan nilai lima persen didasarkan pada tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2007. Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, karena pada kondisi aktual penggunaan pakan berlebih terlihat dari nilai konversi pakan yang tinggi.
41
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Umum Perusahaan Kelompok Bina Usahatani Muslim merupakan suatu organisasi bisnis milik keluarga yang berlokasi di kawasan Cilodong Depok 2, Kemang Swatama Blok A3 Nomor 4. KBTM berdiri pada awal 1990-an. Unit bisnis yang dimilik KBTM meliputi bisnis ayam pedaging, telur ayam, sapi dan kambing, serta perikanan. Unit bisnis terbesar yang dimiliki KBTM saat ini menyangkut bisnis ayam baik ayam ras pedaging maupun ayam petelur. Produksi KBTM berupa ayam ras pedaging siap potong yang dijual kepada para tengkulak, yang lazim disebut sebagai penangkap. Selain itu KBTM juga mempunyai penangkap yang merupakan anak perusahaan, yaitu bernama PD (Perusahaan Dagang) Sari Rasa. Namun perlakuan KBTM kepada PD Sari Rasa sama dengan para penangkap lainnya yang juga berbentuk PD. Artinya KBTM tidak memberlakukan perlakuan khusus kepada PD Sari Rasa dalam hal prosedur jual beli dan harga jual. PD Sari Rasa tetap harus membayar harga yang ditetapkan sama dengan para penangkap lain. Selain itu KBTM tidak terikat kontrak dengan PD Sari Rasa. Dengan demikian KBTM bebas menjual ayam ras pedaging ke pihak lain dan tidak perlu menyediakan pasokan khusus untuk PD Sari Rasa. Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dimiliki KBTM telah terdaftar resmi dalam GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nusantara) dibawah naungan Departemen Pertanian. Adapun anggota GOPAN tersebut antara lain Pitiekoe, Tunas Mekar Farm (TMF) Perdana Putera Chicken (PPC), Berkah Putra Chicken (BPC), Soma Unggas Jaya, Ranggalawe Farm, Danish Farm,
42
Purnama Farm. Kedelapan peternakan ini sama seperti KBTM berbentuk usaha tradisional. Seluruh unit bisnis di KBTM sebagian besar ditangani oleh keluarga dan warga sekitar tempat usaha KBTM. KBTM dimiliki oleh keluarga besar Haji Ade Mahmud. Adapun bagan struktur organisasi KBTM dapat dilihat dibawah ini. Founder & Owner
Direktur Eksekutif
Direktur Pemasaran
Kepala Kandang
Direktur Produksi
Tenga Ahli
Anak Kandang
Gambar 8. Bagan Organisasi Kelompok Bina Usahatani Muslim
5.2. Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging Berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara per periodenya, maka KBTM termasuk dalam kelompok peternakan berskala besar. Jumlah DOC yang dipelihara per periodenya di setiap lokasi kandang mulai dari 1 500 ekor (lokasi kandang Ciluar) sampai 49 500 ekor (lokasi kandang Cilodong). Pemeliharaan ayam ras pedaging dilakukan dengan sistem all in all out. Sistem ini selain mempermudah pengelolaan juga dapat mengurangi stres pada ayam. Kegiatan pemeliharaan ayam pedaging dimulai dengan melakukan persiapan kandang
yaitu pengeluaran pupuk kandang, penyapuan lantai
kandang kemudian dilanjutkan dengan pencucian kandang dengan air bertekanan tinggi. Tindakan selanjutnya mencuci lantai dengan detergen. Setelah lantai kering dilakukan pengapuran dan fumigasi awal dengan iodin. Selain itu lokasi di sekitar kandang juga dibersihkan serta membersihkan alat-alat 43
seperti brooder guard, tempat pakan, tempat minum, drum serta layar. Setelah kandang dibersihkan, yang harus dilakukan adalah mendiamkan kandang selama dua minggu.
5.3. Penggunaan Input-input Produksi Secara garis besar input-input produksi yang digunakan KBTM dalam proses produksi ayam ras pedaging terdiri dari input produksi tetap dan input produksi variable. 5.3.1. Input Produksi Tetap Input produksi tetap terdiri dari peralatan produksi dan sewa lahan beserta kandang di masing-masing lokasi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya induk pemanas (semawar), lingkar pembatas (brooder guad), tempat pakan dan tempat minum. Induk pemanas (semawar) adalah induk buatan yang dipakai oleh KBTM untuk memelihara DOC sampai umur 14 hari. Induk pemanas yang digunakan menggunakan bahan bakar batu bara. Satu induk pemanas dapat digunakan dapat digunakan untuk 250 ekor ayam. Jumlah induk pemanas yang digunakan di setiap lokasi kandang berbeda tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan iklim lokasi kandang tersebut. Harga satu buah induk pemanas pada tahun 2007 adalah Rp 60 000 dengan daya tahan lebih kurang tiga tahun. Penggunaan induk pemanas terbanyak terdapat pada lokasi kandang Cilodong, dengan koefisien teknis penggunaannya satu buah induk pemanas untuk 175 ekor ayam. Penggunaan induk pemanas yang paling sedikit terdapat pada lokasi kandang Ciluar. Penggunaan induk pemanas yang berlebihan akan mempengaruhi pembiayaan perusahaan. Akibatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan meningkat, sehingga keuntungan yang 44
diperoleh tidak optimal. Jumlah penggunaan induk pemanas untuk masingmasing lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 4. Koefisien teknis penggunaan induk pemanas dapat dilihat pada Tabel 5. Lingkar pembatas (brooder guard) merupakan alat pembatas bagi DOC yang dipelihara antara umur satu sampai tujuh hari. Penggunaan pembatas bersamaan dengan induk pemanas sehingga DOC memperoleh panas yang merata. Pembatas yang digunakan terbuat dari seng. Lingkaran pembatas dibuat dengan tinggi 45 sampai 50 centimeter dengan diameter 2,75 sampai 4 meter. Diameter lingkaran pembatas dibuat berdasarkan kapasitas pemanas dan jumlah DOC yang dipelihara. Satu unit lingkar pembatas dapat digunakan untuk 750 ekor ayam. Harga satu unit lingkar pembatas pada tahun 2007 adalah Rp 129 000 dengan daya tahan pemakaian kurang lebih tiga tahun. Kapasitas penggunaan lingkar pembatas rata-rata 938 ekor per satu unit. Koefisien penggunaan lingkar pembatas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Jumlah Peralatan Kandang yang Digunakan di Setiap Lokasi Kandang Lokasi Tempat Air Semawar Pembatas Tempat Pakan Kandang Minum (buah) (buah) (buah) (buah) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Jumlah
175 35 30 135 111 481
50 10 10 42 38 150
450 145 100 530 466 1 691
450 145 100 530 466 2 014
Tempat pakan yang digunakan di setiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik dengan volume kurang lebih lima liter. Harga satu unit tempat
45
pakan Rp 15 000 dan memiliki daya tahan kurang lebih tiga tahun. Satu tempat pakan mempunya kapasitas untuk 77 ekor ayam. Penggunaan tempat pakan terbanyak terdapat dilokasi kandang Pemda yaitu sebanyak 530 unit untuk 10 000 ekor ayam ras pedaging. Rata-rata koefisien pengunaan tempat pakan di semua lokasi sama yaitu 83 ekor DOC per unit seperti terlihat pada Tabel 5. Tempat air minum yang digunakan di setiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik (sama seperti tempat pakan). Harga tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu Rp 15 000 per unit dan mempunyai daya tahan kurang lebih tiga tahun. Koefisien penggunaan tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu 77 ekor per unit. Penggunaan tempat pakan dan minum di setiap lokasi kandang mempunyai perbandingan satu banding satu seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang Tempat Tempat Air Lokasi Semawar Pembatas Pakan Minum Kandang (DOC/ (DOC/ (DOC/ (DOC/ buah) buah) buah) buah) Cilodong 283 990 110 100 Kelapa Dua 286 1000 69 69 Cilebut 333 1000 100 100 Pemda 281 869 69 69 Ciluar 284 829 68 68 Rata-rata 293 938 83 83
Lahan dan kandang yang digunakan KBTM merupakan lahan yang disewa dari seseorang atau pihak tertentu. Lama kontrak dilakukan berdasarkan periode produksi. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah dan luas kandang yang dikontrak. Setiap satu meter persegi luas kandang dapat diisi
46
8-9 ekor ayam ras pedaging. Sewa kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp 325 sampai dengan Rp 375 per ekor. Tabel 6. Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Jumlah Lokasi Luas Kandang Kepadatan Ternak Kandang 2 Kandang (m ) (ekor/m2) (buah) Cilodong 17 6 188 8 Kelapa Dua 4 1 111 9 Cilebut 4 1 250 8 Pemda 13 4 056 9 Ciluar 11 3 938 8 Jumlah 49 16 542 Rata-rata 3 308 8
5.3.2. Input Produksi Variabel Input produksi variabel yang digunakan meliputi biaya pakan, DOC, vaksin, obat-obatan, desinfektan, tenaga kerja, sekam dan batu bara. Jumlah penggunaan input produksi variabel tergantung pada jumlah ayam ras pedaging yang dipelihara. Pakan yang digunakan oleh KBTM tidak dibedakan menjadi pakan starter dan finisher. Penggunaan jumlah pakan di setiap lokasi kandang berbeda tergantung dari jumlah populasi ayam di lokasi kandang tersebut. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan pakan terbanyak selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Cilodong yaitu 999 400 kilogram. Sedangkan penggunaan pakan yang paling sedikit selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Kelapa Dua dan Cilebut masing-masing 220 050 kilogram dan 255 600 kilogram. Jumlah total penggunaan pakan di lima lokasi kandang selama sepuluh periode mencapai 2 910 435 kilogram. Pihak KBTM memperoleh pakan yang diperlukannya dari PT Japfa Comfeed, PT Charoen Pokphand dan PT Samsung.
47
Tabel 7. Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh periode. Penggunaan Pakan dan Koefisien Penggunaan Pakan DOC per DOC Lokasi Kandang Pakan DOC Pakan/DOC Konversi Pakan (kg) (ekor) (kg/ekor) 444 287 2,249 1,679 Cilodong 999 400 94 016 2,341 1,637 Kelapa Dua 220 050 93 654 2,729 1,922 Cilebut 255 600 301 328 2,421 1,754 Pemda 729 400 284 651 2,480 1,676 Ciluar 705 985 1 217 936 12,220 Jumlah 2 910 435 243 587 2,444 1,733 Rata-rata 582 087
Tabel 7 memperlihatkan nilai konversi pakan masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode. Nilai konversi pakan disebut juga Feed Convertion Ratio (FCR) adalah banyaknya kilogram pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram berat ayam hidup. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa konversi pakan tertinggi terdapat di lokasi kandang Cilebut yaitu 1,922, sedangkan konversi pakan terendah terdapat di lokasi kandang Kelapa Dua sebesar 1,637. Tinggi rendahnya nilai konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kualitas DOC serta mortalitas ayam selama periode pemeliharaan. Tingginya konversi pakan akan menyebabkan peningkatan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Bibit ternak atau DOC yang dipelihara di masing-masing lokasi kandang jumlahnya berbeda untuk setiap periode produksi. DOC yang digunakan biasanya diperoleh dari PT Charoen Pokphand, PT Samsung, PT Cipendawa, PT Wonokoyo, dan PT MBAI (Multi Brider Adi Rama). Jumlah DOC yang dipelihara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi lingkungan yang terdapat pada lokasi kandang, kapasitas kandang, musim dan target produksi. Kualitas DOC yang baik akan sangat mempengaruhi
48
kelancaran proses produksi dan dapat menurunkan tingkat kematian ayam selama periode pemeliharaan. Tenaga Kerja yang terdapat di KBTM terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian keuangan, pemasaran serta bagian produksi. Bagian produksi terdiri bagian tenaga ahli (vaksinator), kepala kandang dan anak kandang. Penggunaan tenaga kerja anak kandang di setiap lokasi kandang berbeda. Jumlah tenaga kerja anak kandang yang menangani secara langsung pemeliharaan ayam disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara dan luas kandang. Seorang tenaga kerja anak kandang di KBTM mampu menangani ayam ras pedaging di satu kandang dengan kapasitas
2 000
sampai 10 000 ekor ayam. Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/lokasi/sepuluh periode) Lokasi Kandang Anak Kandang Tenaga Ahli Cilodong 3 000 100 Kelapa Dua 580 20 Cilebut 600 18 Pemda 2 000 70 Ciluar 1 980 65 Jumlah 8 160 273
Tenaga kerja ahli (vaksinator) merupakan orang yang bertanggung jawab memberi vaksinasi suntik. Peternakan KBTM memiliki seorang vaksinator yang bertugas melakukan vaksinasi ke seluruh lokasi kandang yang membutuhkan vaksinasi suntik. Vaksinasi secara oral dan minum dapat dilakukan sendiri oleh tenaga kerja anak kandang. Pada Tabel 8 dapat dilihat penggunaan tenaga kerja yang bertanggung jawab pada masing-masing bagian.
49
Penggunaan obat-obatan tidak mutlak dilakukan di setiap periode pemeliharaan. Jenis vaksin yang biasa digunakan adalah ND IB, ND Emulsion dan Gumboro A. Antibiotik yang biasa digunakan adalah Therapy, Bactrin Forte dan Enrosol-10. Vitamin yang digunakan adalah Vitra-Doc dan Vitralit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari vaksinasi, feed additive, dan obat untuk pengobatan penyakit. Penggunaan desinfektan, kapur dan cuci kandang termasuk dalam biaya perawatan kandang dan sanitasi. Vaksinasi yang rutin dilakukan adalah vaksinasi ND (Newcastle Dieases) sebanyak dua kali setiap periodenya. Vaksinasi ND pertama diberikan pada saat ayam berumur empat hari melalui tetes mata, dengan dosis 0,5 cc per ekor. Vaksin ND kedua diberikan pada saat ayam berumur lima hari dengan cara suntik bawah kulit (Subcutaneous) dengan dosis 0,2 cc per ekor. Penyuntikan dilakukan di sekitar leher. Sedangkan Vaksin Gumboro diberikan pada saat ayam berumur sembilan hari. Pemberian dilakukan melalui mulut atau cekok (oral) dengan dosis 0,2 cc per ekor. Perawatan kandang terdiri dari kegiatan cuci kandang dan pemberian kapur. Pencucian kandang sangat dipengaruhi kondisi kesehatan lingkungan di sekitar kandang. Apabila kondisi lingkungan sekitar kandang sehat maka biaya cuci kandang yang dikeluarkan kecil, sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat, biaya cuci kandang yang dikeluarkan besar. Biaya pemakaian desinfektan dan fumigasi untuk sterilisasi kandang serta pengapuran
termasuk
dalam
biaya
VOD
(vaksin,
obat-obatan
dan
desinfektan). Sekam digunakan sebagai alas kandang (litter). Tebal litter yang digunakan tergantung pada jenis kandang. Kandang panggung memerlukan 50
ketebalan litter lima centimeter, sedangkan untuk kandang lantai diperlukan litter dengan ketebalan sepuluh centimeter. Kebutuhan sekam untuk 1000 ekor ayam sebesar 50 karung per periode dengan harga Rp 2 500 per karung. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar pemanas. Kebutuhan batu bara tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan suhu dalam kandang. Pada saat musim hujan kebutuhan batu bara meningkat. Untuk 1 000 ekor ayam memerlukan batu bara sebanyak 340 kilogram per periode. Harga batu bara Rp 1 050 per kilogram. Besarnya biaya obat-obatan, sekam, batu bara yang dikeluarkan oleh KBTM dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan Obat-obatan, Batu bara, Sekam di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode. Penggunaan Input-input Produksi Lokasi Kandang Obat-obatan (Rp) Batu Bara (Rp) Sekam (Rp) Cilodong 142 629 051 60 537 500 122 043 600 Kelapa Dua 29 545 009 12 450 000 33 465 600 Cilebut 29 663 664 12 500 000 33 600 000 Pemda 97 771 436 41 200 000 110 745 600 Ciluar 88 170 887 37 912 500 101 908 800 Jumlah 387 780 047 164 600 000 401 763 600
5.4. Biaya Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh KBTM yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya pemasaran tidak termasuk dalam struktur biaya dalam KBTM, karena KBTM tidak melakukan pemasaran sendiri. Pemasaran dilakukan melalui tengkulak (penangkap) yang datang langsung kandang. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh KBTM di masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode dapat dilihat pada Tabel 10. Biaya
51
produksi variabel yang dikeluarkan pada masing-masing lokasi kandang jauh lebih besar dari pada biaya produksi tetap. Persentase biaya produksi variabel yang dikeluarkan sebesar 97 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya tiga persen dari total seluruh biaya produksi. Distribusi biaya produksi pada KBTM adalah sebagai berikut : 21,86 persen biaya DOC, 67,26 persen biaya pakan, dan 2,47 persen biaya obat-obatan. Tabel 10. Total Produksi, Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode Total Biaya Lokasi Biaya Tetap Biaya Variabel Produksi per Ekor Kandang (Rp) (Rp) (ekor) (Rp/ekor) 171 897 500 5 323 161 051 12 368 Cilodong 444 287 41 035 714 1 172 947 559 12 913 Kelapa Dua 94 016 35 400 000 1 286 326 964 14 113 Cilebut 93 654 137 465 714 3 797 376 386 13 058 Pemda 301 328 125 900 357 3 626 201 512 13 181 Ciluar 284 651 511 699 286 15 206 013 472 Total 1 217 936 -
Penggunan biaya produksi tertinggi selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Cilebut, dengan jumlah biaya tetap yang dikeluarkan sebasar Rp 171 897 500 dan biaya variabel sebesar Rp 5 323 161 051. Besarnya biaya produksi tetap dan variabel yang telah dikeluarkan oleh KBTM untuk kelima lokasi kandang selama sepuluh periode adalah sebesar Rp 511 699 286 dan Rp 15 717 712 757. Selain itu Tabel 10 juga memperlihatkan biaya per ekor terbesar terdapat di lokasi kandang Cilebut yaitu Rp 14 113, hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lokasi kandang Cilebut tidak efisien. Sedangkan biaya terkecil terdapat di lokasi kandang Cilodong yaitu Rp 12 368 per ekor, artinya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lokasi kandang Cilodong lebih baik dibandingkan lokasi kandang lainnya.
52
5.5. Penerimaan Penerimaan KBTM berasal dari penjualan output utama berupa ayam ras pedaging siap potong dan output sampingan berupa litter atau kotoran ayam dari seluruh lokasi kandang. Output sampingan ini tidak dihitung dalam total penerimaan, karena hasil penjualan output sampingan diberikan kepada anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi kandang. Penerimaan di masing-masing lokasi kandang berbeda, karena jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan berbeda. Rata-rata harga jual ayam ras pedaging selama sepuluh periode sebesar Rp 9 962 per kilogram bobot hidup. Gambar 9 memperlihatkan penerimaan di masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode. Penerimaan total yang diterima KBTM selama sepuluh periode dari lima lokasi kandang sebesar Rp 16 807 873 381. Penerimaan terbesar diperoleh dari lokasi kandang Cilodong yaitu sebesar Rp 5 954 753 376 selama sepuluh periode. Penerimaan terkecil diperoleh dari lokasi kandang Kelapa Dua sebesar Rp 1 321 587 975 selama sepuluh periode.
PENERIMAAN 6000 5000 Cilodong
4000
Kelapa Dua
3000
Cilebut
2000
Pemda
1000
Ciluer
0 Cilodong
Kelapa Dua
Cilebut
Pemda
Ciluer
Gambar 9. Grafik Penerimaan di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode
53
5.6. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh merupakan hasil pengurangan penerimaan terhadap biaya total pada masing-masing lokasi kandang. Semua lokasi kandang memberikan keuntungan bagi pihak KBTM. Keuntungan total yang diterima dari setiap lokasi kandang selama sepuluh periode sebesar Rp 1 090 160 624. Keuntungan tersebut belum termasuk pajak yang harus dikeluarkan oleh KBTM. Total produksi, penerimaan, total biaya dan keuntungan per ekor ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Total Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Keuntungan per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode Total Penerimaan Keuntungan Lokasi Produksi Total Biaya (Rp) (Rp) (Rp/ekor) Kandang (ekor) Cilodong 444 287 5 954 753 376 5 495 058 551 1 035 Kelapa Dua 94 016 1 321 587 975 1 213 983 273 1 145 Cilebut 93 654 1 369 166 773 1 321 726 964 507 Pemda 301 328 4 041 923 268 3 934 842 100 355 Ciluar 284 651 4 120 441 989 3 752 101 869 1 294 Total 1 217 936 16 807 873 381 15 717 712 757 -
Berdasarkan tabel tersebut keuntungan terbesar diperoleh lokasi kandang Cilodong yaitu Rp 459 694 825, sedangkan keuntungan terkecil diperoleh lokasi kandang Cilebut sebesar Rp 47 439 809. Selain itu Tabel 11 juga memperlihatkan keuntungan per ekor terbesar terdapat dilokasi kandang Ciluar sebesar Rp 1 294. Sedangkan lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang memperoleh keuntungan terkecil sebesar Rp 355 per ekor. Berdasarkan penjelasan di atas, lokasi kandang Cilodong merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Sedangkan lokasi kandang Ciluar merupakan lokasi terbaik dalam hal perolehan keuntungan per ekor dibandingkan lokasi kandang lainnya. Lokasi kandang yang penggunaan faktor-
54
faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas DOC, mortalitas serta harga jual ayam ras pedaging.
5.7. Hasil Optimalisasi 5.7.1. Tingkat Keuntungan Pada Kondisi Optimal Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1 514 964 000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Keuntungan aktual yang diterima KBTM selama sepuluh periode sebesar Rp 1 090 160 624. Jika dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal, maka keuntungan total yang diterima oleh KBTM masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau 28,04 persen. Nilai Reduced Cost pada masing-masing lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Lokasi Kandang Value (ribu ekor) Reduced Cost (ribu rupiah) Cilodong 181705,438 0,000 Kelapa Dua 293146,656 0,000 Cilebut 0,000 0,457 Pemda 0,000 0,846 Ciluar 766178,625 0,000
5.7.2. Tingkat Penggunaan Input-input Produksi Pada Kondisi Optimal Kondisi optimal dapat dicapai jika dilakukan perubahan alokasi penggunaan faktor-faktor produksi di setiap lokasi kandang. Perubahan
55
tersebut dapat berupa pengurangan dan penambahan input-input produksi ayam ras pedaging di setiap lokasi kandang. Nilai reduced cost yang mempunyai nilai lebih besar dari nol dapat diartikan sebagai pengurangan keuntungan yang diterima peternakan apabila menambah produksi satu ekor ayam ras pedaging. Besaran nilai pengurangan keuntungan tersebut sama dengan nilai reduced cost-nya. Berdasarkan tabel tersebut lokasi kandang Cilebut dan Pemda mempunyai nilai reduced cost masing-masing 0,457 dan 0,846. Artinya KBTM akan mendapat kerugian sebesar Rp 457 dan Rp 846 per ekor jika KBTM tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut. Analisis
dual
dilakukan
untuk
mengetahui
penilaian
terhadap
sumberdaya, dengan melihat slack/surplus dan nilai dualnya. Nilai dual (dual price/shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh peternakan bersifat langka (pembatas) atau sebaliknya. Tabel 13 memperlihatkan nilai slack or surplus dan dual masing-masing kendala. Tabel 13. Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Kendala Slack Or Surplus Dual Price Pakan 664,754 0,000 DOC 0,000 6333,476 VOD 0,000 -22,226 Sekam 5,380 0,000 Batu Bara 2,120 -119480,539 Anak Kandang 68,988 0,000 Tenaga Kerja Ahli 1,932 0,000 Tempat Pakan 15,449 0,000 Tempat Minum 15,449 0,000 Induk Pemanas 3,818 0,000 Lingkar Pembatas 1,218 0,000 Lahan dan Kandang 0,000 3,575
56
Setiap lokasi kandang umumnya menyediakan DOC sesuai dengan kapasitas kandang. Berdasarkan Tabel 13, kendala yang nilai slack-nya lebih besar nol adalah kendala pakan, sekam, batu bara, anak kandang, Tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta temapat pakan dan minum. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal. Rata-rata umur panen di KBTM 35 hari dengan nilai konversi pakan (FCR) sebesar 1,733. Umumnya nilai nilai FCR dengan waktu panen 35 hari sebesar 1,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pakan tidak efisien. Tingginya FCR dapat disebabkan oleh bebarapa hal diantaranya pemberian pakan yang berlebihan pada saat pengisian tempat pakan dan kondisi ayam ras pedaging yang dipelihara. Jika ayam dalam kondisi sehat, maka pemberian pakan akan berdampak positif terhadap penambahan bobot badan. Selain itu nilai FCR tinggi dapat juga disebabkan oleh tingginya mortalitas pada saat menjelang panen. Nilai slack untuk kendala penggunaan pakan, lebih besar dari nol yaitu sebesar 664 754 kilogram. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pakan masih lebih besar dari nilai slack-nya, apabila ketersediaannya ditambah tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan, sehingga penyediaan pakan sebaiknya dikurangi. Ayam ras pedaging merupakan unggas yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, tetapi relatif lebih rentan terhadap penyakit. Pelaksanaan fumigasi kandang, vaksinasi yang tepat,
57
serta pemberian vitamin dan antibiotik sangat dibutuhkan sehingga ayam ras pedaging dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai slack dari fungsi kendala VOD sama dengan nol. Faktor kendala VOD merupakan kendala aktif yang dapat mempengaruhi keuntungan optimal apabila ketersediaannya ditambah atau dikurangi. Penambahan ketersediaan faktor kendala VOD mengakibatkan keuntungan total yang diterima oleh KBTM menurun sebesar Rp 22 per ekornya. Penggunaan tenaga kerja dihitung dengan satuan hari kerja pria (HKP). Waktu panen dan jumlah ayam yang dipelihara sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah hari kerja yang dibutuhkan. Pada kondisi normal untuk 1 000 ekor ayam ras pedaging yang dipelihara membutuhkan 52 HKP. Nilai slack kendala tenaga kerja bernilai 68 988 HKP yang berarti ketersediaan tenaga kerja berlebih sebesar nilai slack tersebut. Umumnya satu tenaga kerja mampu memilihara 3 500-4 000 ekor ayam ras pedaging, tetapi pada lokasi kandang Cilebut dan Pemda, masih terdapat anak kandang yang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging. Nilai slack induk pemanas, lingkar pembatas, tempat minum dan tempat pakan bernilai lebih besar dari nol. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan peralatan kandang tersebut berlebih. Artinya penggunaan peralatan
kandang
tersebut
harus
dikurangi
sehingga
tidak
terjadi
perhitunga
LINDO
pemborosan biaya. 5.7.3. Analisis Sensitivitas Analisis
sensitivitas
hasil
optimalisasi
dari
digunakan untuk mengetahui kendala aktif yang terdapat pada hasil perhitungan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa faktor kendala DOC, VOD dan penggunaan lahan kandang merupakan kendala aktif. 58
Faktor produksi yang merupakan kendala aktif mempunyai nilai dual. Angka pada kolom dual price ini menunjukkan peningkatan atau penurunan keuntungan total pada kondisi optimal apabila Righthand Side Ranges (RHS) masing-masing fungsi kendala meningkat atau menurun satu satuan. Kendala aktif yang mempunyai nilai dual positif maka setiap penambahan nilai RHS akan meningkatkan keuntungan total yang diterima oleh KBTM. Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya dikurangi nilainya adalah penggunaan VOD. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah penggunaan DOC serta ketersediaan lahan dan kandang dengan syarat faktor kendala lainnya dianggap tetap. Hasil analisis sensitivitas terbagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas dengan melakukan perubahan pada koefisien fungsi tujuan dan perubahan RHS fungsi kendala. Perubahan pada koefisien fungsi tujuan dan perubahan RHS fungsi kendala dapat berupa penambahan dan pengurangan. Perubahan tersebut tidak merubah solusi optimal. Tabel 14. Analsis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Obj Coefficient Ranges Variable Allowable Allowable Current Coef Increase Decrease Cilodong 1,035 0,196 0,471 Kelapa dua 1,145 0,124 0,289 Cilebut 0,507 0,457 INFINITY Pemda 0,336 0,846 INFINITY Ciluar 0,294 1,281 0,141
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai Allowable Increase koefisien fungsi tujuan semuanya mempunyai nilai tertentu. Sedangkan koefisien fungsi tujuan yang dapat diturunkan sampai batas tak terhingga hanya koefisien fungsi lokasi kandang Pemda. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi kandang Pemda tidak menguntungkan untuk diusahakan.
59
Nilai batas kenaikan koefisien fungsi tujuan pada lokasi kandang Cilodong, Cilebut, Pemda dan Ciluar masing-masing Rp 196 per ekor, Rp 124 per ekor, Rp 457 per ekor, Rp 846 per ekor dan Rp 1 281. Nilai batas kenaikan ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan akan bertambah jika koefisien fungsi tujuan naik lebih kecil atau sama dengan nilai batas tersebut. Besar nilai peningkatan keuntungan tersebut sama dengan selisih keuntungan kondisi awal dengan kondisi setelah perubahan dilakukan dikalikan dengan tingkat produksi optimal. Jika perubahan koefisien fungsi tujuan melebihi nilai allowable increase, maka tingkat produksi optimal akan berubah. Koefisien
fungsi
tujuan
untuk
masing-masing
lokasi
kandang
mempunyai nilai batas penurunan dengan nilai tertentu kecuali lokasi kandang Cilebut dan Pemda, seperti terlihat pada Tabel 14. Nilai allowable decrease menunjukkan bahwa tingkat produksi optimal sangat peka terhadap penurunan koefisien fungsi tujuan. Hal tersebut terlihat dari selisih antara nilai koefisien fungsi tujuan dengan batas penurunan fungsi tujuan yang kecil. Tingkat penurunan koefisien fungsi tujuan yang tidak melebihi batas sensitivitasnya, tidak akan merubah tingkat produksi optimal, tetapi hanya merubah nilai dari fungsi tujuan. Analisis sensitivitas dapat juga dilakukan dengan merubah ruas kanan kendala pembatas dapat dilihat pada Tabel 15. Besarnya nilai perubahan keuntungan optimal sama dengan jumlah perubahan RHS dikalikan dengan nilai dual-nya. Seluruh nilai RHS fungsi kendala mempunyai batasan penambahan dengan nilai tertentu kecuali RHS pakan. Kenaikan ketersediaan DOC, VOD, sekam, batu bara, anak kandang, tenaga kerja ahli, induk pemanas, pembatas, tempat pakan dan minum serta lahan dan kandang akan menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah sebesar nilai dual-nya. Kenaikan 60
ketersediaan input-input tersebut melebihi batas sensitivitasnya akan menyebabkan tingkat produksi optimal berubah. Tabel 15. Analisis Sensitivitas Fungsi Kendala Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Righthand Side Ranges Fungsi Kendala Allowable Allowable Current Rhs Increase Decrease Pakan 3659,898 INFINITY 664,754 DOC 1325,000 5,724 17,323 OVD 387780,063 4860,850 1824,698 Sekam 60,897 5,380 INFINITY Batu Bara 18,269 2,120 INFINITY Upah Anak Kandang 7,218 68,988 INFINITY Tenaga Kerja Ahli 0,602 1,932 INFINITY Tempat Pakan 1,788 15,449 INFINITY Tempat Minum 1,788 15,449 INFINITY Induk Pemanas 0,550 3,818 INFINITY Lingkar Pembatas 0,183 1,218 INFINITY Lahan dan Kandang 487174,406 9951,712 24422,840
Kendala pakan mempunyai batas peningkatan dalam besaran yang tak terhingga. Jika ketersediaan input-input tersebut dinaikkan berapa pun, tidak akan merubah tingkat produksi optimal. Hal ini karena nilai dual-nya sama dengan nol. Batas penurunan nilai RHS fungsi kendala hampir seluruhnya tak terhingga. Artinya berapapun penurunan RHS fungsi kendala tidak akan merubah produksi optimal.
5.8. Analisis Post Optimal Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan usaha mampu bertahan terhadap perubahan faktor luar seperti harga jual ayam ras pedaging dan perubahan ketersediaan pakan. Analisis post optimal dibagi menjadi dua skenario yaitu melakukan penurunan harga jual ayam ras pedaging (skenario I) dan melakukan pengurangan ketersediaan pakan (skenario II). 61
5.8.1. Skenario I Harga jual ayam ras pedaging merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat keuntungan. Tingkat harga jual ayam pedaging yang berfluktuasi mendorong peternak untuk selalu meningkatkan efisiensi produksi agar tetap bertahan di pasar. Harga jual ayam ras pedaging dapat naik atau turun kapan saja. Kenaikan dan penurunan tersebut dipengaruhi permintaan dan penawaran ayam ras pedaging. Skenario I dibuat dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan nilai tingkat inflasi rata-rata pada tahun 2007. Hasil solusi optimal skenario I dapat dilihat pada Lampiran 4. Skenario I menyebabkan tingkat produksi optimal berbeda dengan tingkat produksi optimal versi awal. Solusi optimal skenario I tidak jauh berbeda dengan solusi optimal versi awal. Hal tersebut terlihat dari nilai reduced cost lokasi kandang Cilebut dan Pemda lebih besar dari nol. Artinya lokasi kandang tidak termasuk dalam solusi optimal (Tabel 16). Tabel 16. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario I Lokasi Kandang Value (ribu ekor) Reduced Cost (ribu rupiah) Cilodong 181705,438 0,000 Kelapa Dua 293146,656 0,000 Cilebut 0,000 0,537 Pemda 0,000 0,106 Ciluar 766178,625 0,000
Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp 457 543 024. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan
62
menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen. 5.8.2. Skenario II Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar 20 persen. Hal ini dilakukan karena ketersediaan pakan pada kondisi optimal versi awal berlebih. Nilai slack dari ketersediaan pakan pada kondisi optimal versi awal sebesar 664 754 kilogram. Tidak berbeda dengan skenario I, hasil skenario II juga menyebabkan tingkat produksi optimal berbeda dengan tingkat produksi optimal versi awal. Solusi optimal skenario II tidak jauh berbeda dengan solusi optimal versi awal. Hal tersebut terlihat dari nilai reduced cost lokasi kandang Cilebut dan Pemda lebih besar dari nol. Artinya lokasi kandang tidak termasuk dalam solusi optimal (Tabel 17). Tabel 17. Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging KBTM Skenario II Lokasi Kandang Value (ribu ekor) Reduced Cost (ribu rupiah) Cilodong 593659,625 0,000 Kelapa Dua 22334,873 0,000 Cilebut 0,000 0,999 Pemda 0,000 0,850 Ciluar 613974,750 0,000
Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun lima persen sebesar Rp 1 434 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Hal ini dapat dilihat nilai keuntungan aktual yang diperoleh KBTM lebih kecil dari keuntungan pada kondisi optimal. Dengan demikian keuntungan yang diterima KBTM masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau sebesar 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan LINDO dapat disimpulkan bahwa lokasi kandang Cilebut dan Pemda disarankan tidak beroperasi. Penggunaan input-input produksi seperti pakan, tenaga kerja serta peralatan kandang masih berlebih. Sehingga keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Input-input produksi yang menjadi kendala aktif yaitu DOC, VOD serta penggunaan lahan dan kandang. Input-input tersebut mempunyai nilai dual tidak sama dengan nol. Input-input yang mempunyai nilai dual lebih kecil dari nol merupakan input yang dapat mengurangi keuntungan apabila ketersediaanya ditambah satu satuan. Sebaliknya input-input yang mepunyai nilai dual lebih besar dari nol, akan memberikan dampak positif jika ketersediaannya ditambah. Input produksi yang bernilai negtif yaitu input VOD. Lokasi
kandang
Cilodong
merupakan
lokasi
terbaik
dalam
hal
penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12 368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua 64
merupakan
lokasi
terbaik
dalam
hal
perolehan
keuntungan
per
ekor
dibandingkan lokasi kandang lainnya. Nilai keuntungan per ekor yang diperoleh lokasi kandang Kelapa Dua mencapai Rp 1 145. Lokasi kandang yang penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut dengan biaya produksi per ekor mencapai Rp 14 113, dengan keuntungan per ekor sebesar Rp 507. Lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang keuntungan per ekornya terkecil dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya. Keuntungan
optimal
yang
diperoleh
KBTM
menurun
sebesar
Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal, jika harga jual ayam ras pedaging turun lima persen (Skenario I). Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil sebesar Rp 457 543 024. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun 20 persen sebesar Rp 1 334 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.
6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan KBTM sebaiknya tidak melakukan produksi di lokasi kandang Cilebut dan Pemda. Jika tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut, KBTM akan menerima kerugian. Sebaiknya KBTM melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi terutama penggunaan pakan, 65
karena pada kondisi aktual kelebihan ketersedian pakan mencapai 20 persen. Kelebihan ketersedian pakan tersebut akan meningkatkan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil. Selain itu penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kinerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal 3 500 ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya memiliki pemasok DOC yang tetap, sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Sehingga DOC tidak menjadi faktor produksi langka bagi KBTM. Hal tersebut juga dapat menghindarkan KBTM menerima DOC berkualitas tidak baik. Karena DOC berkualitas tidak baik dapat menyebabkan tingginya konversi pakan dan mortalitas yang tinggi selama periode pemeliharaan. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya menambah jumlah kandang, sehingga jumlah ayam yang dipelihara semakin banyak. Penambahan jumlah kandang dan ayam yang dipelihara akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diterima KBTM.
66
DAFTAR PUSTAKA
Buffa, E.S. dan R.K. Sari. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Terjemahan. Jilid I. Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Doll, J.P. and Frank Orazem. 1984. Production Economics Theory With Application. Jhon Wiley and Sons Inc. Singapore. Ermayati. 2006. Optimalisasi Produksi Usaha Budidaya Ayam Ras Pedaging (Kasus : Kelompok Peternak Mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Fadilah, R., P. Agustin, A. Sjamsirul dan P. Eko. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Jakarta. Ginting, M. 2003. Analisis Tingkat Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Perusahaan Peternakan Ayam Broiler PT. Prima Karsa di Bogor (Studi Kasus di Empat Lokasi Kandang). Skripsi. Program Studi Ekonomi Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Herlambang, T. 2002. Ekonomi Manajerial dan Strategi Bersaing. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Imaduddin, R. 2001. Analisis Kemitraan Pola Perusahaan Inti Rakyat Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging (Kasus PT. Ciomas Adisatwa Sukabumi). Karya Ilmiah Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Lipsey, R.G., P.N. Courant, D.D. Purvis and P.O. Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Terjemahan. Jilid Satu. Edisi Kesepuluh. Binarupa Aksara. Jakarta. Mulyono, S. 1991. Operations Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Murjoko. 2004. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Ayam Ras Pedaging. (Kasus : Kelompok Peternak Plasma di Kabupaten Karang Anyar pada PT. MMS Wilayah Kerja Surakarta, Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Murni, A. 2006. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Mitra CV. Janu Putro di Kec. Pamijahan
67
Kab. Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasi. Terjemahan. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Rahardi, F. dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2003. Manjemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta. Rommie. 1998. Agribisnis Peternakan Ayam Ras Pedaging dan Analisis Keuntungan Serta Efisiensi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Karya ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Rostini, T.1993. Otimalisasi Alokasi dan Penggunaan Input-input Produksi Ayam Broiler pada Perusahaan Peternakan Ayam Terpadu (Subur Grup) di Daerah Kramat Jati, Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Wayan, N, I, A. 2001. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Suatu Kasus pada Perusahaan Peternakan Ayam Pedaging CV. Pekerja Keras, Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
68
69
Lampiran 1. Keuntungan Aktual dan Optimal Setiap Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging per Periode No Penelitian Tahun Keuntungan Keuntungan Nama Peternakan Aktual (Rp) Optimal (%) 2006 1. Ermayati 55 049 334 59 791 770 Kelompok Peternak Mitra PPC Peternakan Ayam Ras Pedaging 2. Murni 2006 512 851 260 516 709 407 CV. Janu Putro Perusahaan Peternakan Ayam Ras 3. Wayan 2001 Pedaging 393 754 928 547 736 625 CV. Pekerja Keras Perusahaan Peternakan Ayam Terpadu 4. Rostini 1993 491 321 288 519 253 787 (Subur Grup)
-4 742 436
Persentase (%) 8,61
-3 858 147
0,75
-153 981 697
39,11
-27 932 499
5,69
Selisih (%)
70 70
Lampiran 2. Model yang Digunakan dalam Optimalisasi MAX
1.03468 X1 + 1.144536 X2 + 0.5065433 X3 + 0.3355364 X4 + 1.294006 X5
SUBJECT TO PAKAN)
0.002249399
X1
+
0.002340599
0.0024206 X4 + 0.0024802 X5 <= DOC)
+
0.0027292
X3
+
3659.898
0.0010901 X1 + 0.0010594 X2 + 0.0010678 X3 + 0.0010938 X4 + 0.0010655 X5 <=
VOD)
X2
1325
0.3210291 X1 + 0.3142551 X2 + 0.3167367 X3 + 0.3244684 X4 + 0.3097508 X5 >=
SEKAM)
387780.1
0.0000545 X1 + 0.00005299999 X2 + 0.00005339999 X3 + 0.0000547 X4 + 0.00005329999 X5 >=
BATUBARA)
0.00001309999 X1 + 0.000017 X2 + 0.00001709999 X3 +
0.0000175 X4 + 0.000017 X5 >= A.KNDNG)
60.897
18.269
0.00006059999 X1 + 0.000058 X2 + 0.00005999999 X3
+ 0.00005479999 X4 + 0.00006289999 X5 >= TK.AHLI)
0.00000202 X1 + 0.000001999999 X2 + 0.000001799999 X3
+ 0.000001917999 X4 + 0.000002063 X5 >= T.PAKAN)
0.55
0.0000010101 X1 + 0.000000999999 X2 + 0.000000999999 X3
+ 0.000001150684 X4 + 0.000001206348 X5 >= LHNKNDNG)
1.788
0.000003535353 X1 + 0.0000035 X2 + 0.000003 X3
+ 0.000003561644 X4 + 0.000003523809 X5 >= BROODER)
1.788
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3
+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= SEMAWAR)
0.602
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3
+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= T.MINUM)
7.218
0.183
0.354 X1 + 0.397 X2 + 0.347 X3 + 0.41 X4 + 0.4 X5 <=
487174.4 END
71
Lampiran 3. Hasil Optimalisasi LP OPTIMUM FOUND AT STEP
5
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1)
VARIABLE
1514964.
VALUE
REDUCED COST
X1
181705.437500
0.000000
X2
293146.656250
0.000000
X3
0.000000
0.457273
X4
0.000000
0.846351
X5
766178.625000
0.000000
ROW
SLACK OR SURPLUS
DUAL PRICES
PAKAN)
664.754456
0.000000
DOC)
0.000000
6333.475586
VOD)
0.000000
-22.225697
SEKAM)
5.380040
0.000000
BATUBARA)
2.119873
0.000000
A.KNDNG)
68.988495
0.000000
TK.AHLI)
1.931965
0.000000
T.PAKAN)
15.449074
0.000000
T.MINUM)
15.449074
0.000000
SEMAWAR)
3.818274
0.000000
BROODER)
1.217966
0.000000
LHNKNDNG)
0.000000
3.575291
72
NO. ITERATIONS=
5
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
COEF
INCREASE
DECREASE
X1
1.034680
0.195813
0.471206
X2
1.144536
0.123677
0.297867
X3
0.506543
0.457273
INFINITY
X4
0.335536
0.846351
INFINITY
X5
1.294006
1.281068
0.141006
RIGHTHAND SIDE RANGES ROW
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
RHS
INCREASE
DECREASE
PAKAN
3659.897949
INFINITY
664.754456
DOC
1325.000000
5.724411
17.323267
VOD
387780.062500
4860.850098
1824.698364
SEKAM
60.896999
5.380040
INFINITY
BATUBARA
18.268999
2.119873
INFINITY
A.KNDNG
7.218000
68.988495
INFINITY
TK.AHLI
0.602000
1.931965
INFINITY
T.PAKAN
1.788000
15.449074
INFINITY
T.MINUM
1.788000
15.449074
INFINITY
SEMAWAR
0.550000
3.818274
INFINITY
BROODER
0.183000
1.217966
INFINITY
LHNKNDNG
487174.406250
9951.711914
24422.839844
73
Lampiran 4. Model Optimalisasi Skenario I MAX
0.3645327 X1 + 0.4416833 X2 - 0.2244274 X3 + 0.3496685 X4 + 0.5702352 X5
SUBJECT TO PAKAN)
0.002249399
X1
+
0.002340599
0.0024206 X4 + 0.0024802 X5 <= DOC)
+
0.0027292
X3
+
3659.898
0.0010901 X1 + 0.0010594 X2 + 0.0010678 X3 + 0.0010938 X4 + 0.0010655 X5 <=
VOD)
X2
1325
0.3210291 X1 + 0.3142551 X2 + 0.3167367 X3 + 0.3244684 X4 + 0.3097508 X5 >=
SEKAM)
387780.1
0.0000545 X1 + 0.00005299999 X2 + 0.00005339999 X3 + 0.0000547 X4 + 0.00005329999 X5 >=
BATUBARA)
0.00001309999 X1 + 0.000017 X2 + 0.00001709999 X3 +
0.0000175 X4 + 0.000017 X5 >= A.KNDNG)
60.897
18.269
0.00006059999 X1 + 0.000058 X2 + 0.00005999999 X3
+ 0.00005479999 X4 + 0.00006289999 X5 >= TK.AHLI)
0.00000202 X1 + 0.000001999999 X2 + 0.000001799999 X3
+ 0.000001917999 X4 + 0.000002063 X5 >= T.PAKAN)
0.55
0.0000010101 X1 + 0.000000999999 X2 + 0.000000999999 X3
+ 0.000001150684 X4 + 0.000001206348 X5 >= LHNKNDNG)
1.788
0.000003535353 X1 + 0.0000035 X2 + 0.000003 X3
+ 0.000003561644 X4 + 0.000003523809 X5 >= BROODER)
1.788
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3
+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= SEMAWAR)
0.602
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3
+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= T.MINUM)
7.218
0.183
0.354 X1 + 0.397 X2 + 0.347 X3 + 0.41 X4 + 0.4 X5 <=
487174.4 END
74
Lampiran 5. Hasil Optimalisasi Skenario I LP OPTIMUM FOUND AT STEP
17
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1)
VARIABLE
632617.6
VALUE
REDUCED COST
X1
181705.437500
0.000000
X2
293146.656250
0.000000
X3
0.000000
0.537344
X4
0.000000
0.106449
X5
766178.625000
0.000000
ROW
SLACK OR SURPLUS
DUAL PRICES
PAKAN)
664.754456
0.000000
DOC)
0.000000
5319.502930
VOD)
0.000000
-19.676025
SEKAM)
5.380040
0.000000
BATUBARA)
2.119873
0.000000
A.KNDNG)
68.988495
0.000000
TK.AHLI)
1.931965
0.000000
T.PAKAN)
15.449074
0.000000
T.MINUM)
15.449074
0.000000
SEMAWAR)
3.818274
0.000000
BROODER)
1.217966
0.000000
LHNKNDNG)
0.000000
2.492427
75
NO. ITERATIONS=
17
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
COEF
INCREASE
DECREASE
X1
0.364533
0.136506
0.553717
X2
0.441683
0.103876
0.102825
X3
-0.224427
0.537344
INFINITY
X4
0.349669
0.106449
INFINITY
X5
0.570235
1.505392
0.120274
RIGHTHAND SIDE RANGES ROW
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
RHS
INCREASE
DECREASE
PAKAN
3659.897949
INFINITY
664.754456
DOC
1325.000000
5.724411
17.323267
VOD
387780.062500
4860.850098
1824.698364
SEKAM
60.896999
5.380040
INFINITY
BATUBARA
18.268999
2.119873
INFINITY
A.KNDNG
7.218000
68.988495
INFINITY
TK.AHLI
0.602000
1.931965
INFINITY
T.PAKAN
1.788000
15.449074
INFINITY
T.MINUM
1.788000
15.449074
INFINITY
SEMAWAR
0.550000
3.818274
INFINITY
BROODER
0.183000
1.217966
INFINITY
LHNKNDNG
487174.406250
9951.711914
24422.839844
76
Lampiran 6. Model Optimalisasi Skenario II MAX
1.03468 X1 + 1.144536 X2 + 0.5065433 X3 + 0.3355364 X4 + 1.294006 X5
SUBJECT TO PAKAN)
0.002249399
X1
+
0.002340599
0.0024206 X4 + 0.0024802 X5 <= DOC)
+
0.0027292
X3
+
2910.435
0.0010901 X1 + 0.0010594 X2 + 0.0010678 X3 + 0.0010938 X4 + 0.0010655 X5 <=
VOD)
X2
1325
0.3210291 X1 + 0.3142551 X2 + 0.3167367 X3 + 0.3244684 X4 + 0.3097508 X5 >=
SEKAM)
387780.1
0.0000545 X1 + 0.00005299999 X2 + 0.00005339999 X3 + 0.0000547 X4 + 0.00005329999 X5 >=
BATUBARA)
0.00001309999 X1 + 0.000017 X2 + 0.00001709999 X3 + 0.0000175 X4 + 0.000017 X5 >=
A.KNDNG)
60.897
18.269
0.00006059999 X1 + 0.000058 X2 + 0.00005999999 X3 + 0.00005479999 X4 + 0.00006289999 X5 >=
TK.AHLI)
0.00000202 X1 + 0.000001999999 X2 + 0.000001799999 X3 + 0.000001917999 X4 + 0.000002063 X5 >=
T.PAKAN)
0.55
0.0000010101 X1 + 0.000000999999 X2 + 0.000000999999 X3 + 0.000001150684 X4 + 0.000001206348 X5 >=
LHNKNDNG)
1.788
0.000003535353 X1 + 0.0000035 X2 + 0.000003 X3 + 0.000003561644 X4 + 0.000003523809 X5 >=
BROODER)
1.788
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3 + 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >=
SEMAWAR)
0.602
0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3 + 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >=
T.MINUM)
7.218
0.183
0.354 X1 + 0.397 X2 + 0.347 X3 + 0.41 X4 + 0.4 X5 <= 487174.4
END
77
Lampiran 7. Hasil Optimalisasi Skenario II LP OPTIMUM FOUND AT STEP
8
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1)
VARIABLE
1434298.
VALUE
REDUCED COST
X1
593659.625000
0.000000
X2
22334.873047
0.000000
X3
0.000000
0.999486
X4
0.000000
0.849939
X5
613974.750000
0.000000
ROW
SLACK OR SURPLUS
DUAL PRICES
PAKAN)
0.000000
952.277283
DOC)
0.000000
46.493778
VOD)
0.000000
-3.607322
SEKAM)
5.366051
0.000000
BATUBARA)
0.325205
0.000000
A.KNDNG)
68.672203
0.000000
TK.AHLI)
1.908492
0.000000
T.PAKAN)
13.015689
0.000000
T.MINUM)
13.015689
0.000000
SEMAWAR)
3.790499
0.000000
BROODER)
1.179659
0.000000
LHNKNDNG)
22562.062500
0.000000
78
NO. ITERATIONS=
8
RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:
OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
COEF
INCREASE
DECREASE
X1
1.034680
0.195813
0.001175
X2
1.144536
0.000643
0.297867
X3
0.506543
0.999486
INFINITY
X4
0.335536
0.849939
INFINITY
X5
1.294006
INFINITY
0.001437
RIGHTHAND SIDE RANGES ROW
CURRENT RHS
ALLOWABLE
ALLOWABLE
INCREASE
DECREASE
PAKAN
2910.435059
84.708458
6.986227
DOC
1325.000000
0.308849
12.830630
VOD
387780.062500
4332.598633
100.084351
SEKAM
60.896999
5.366051
INFINITY
BATUBARA
18.268999
0.325205
INFINITY
A.KNDNG
7.218000
68.672203
INFINITY
TK.AHLI
0.602000
1.908492
INFINITY
T.PAKAN
1.788000
13.015689
INFINITY
T.MINUM
1.788000
13.015689
INFINITY
SEMAWAR
0.550000
3.790499
INFINITY
BROODER
0.183000
1.179659
INFINITY
LHNKNDNG
487174.406250
INFINITY
22562.062500
79