39
OPTIMALISASI PENGAJARAN MATEMATIKA DI SULAWESI TENGGARA MELALUI PROGRAM KUALIFIKASI Kadir dan Safari
Jurusan PMIPA /Matematika FKIP Unhalu, Kampus Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari, 93232
Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai kemampuan mahasiswa matematika program kualifikasi baik Diploma-1, Diploma-2 maupun Diploma-3 di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unhalu Kendari yang dilihat dari hasil yang mahasiswa peroleh pada mata kuliah dasar, yaitu Kalkulus I, Kalkulus II, Statistik Dasar, Pengantar Dasar Matematika, Teori Bilangan dan Geometri. Dari hasil penelitian terhadap 272 mahasiswa kualifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan dasar matematika mereka sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Untuk itu, dalam pemberlakuan pengajaran mahasiswa berorientasi pada penguasaan konsep serta prinsip-prinsip dasar keilmuan, pembentukan pola pikir, serta ketajaman analisis sintesis, sehingga mampu mengembangkan segala hasil pembelajarannya lebih lanjut. Kata Kunci: Pengajaran matematika, program kualifikasi A. Pendahuluan 1. Latar belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Sumber daya yang dapat menciptakan, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lian, pendidikan dapat dikatakan barkualitas apabila kemampuan dan pengetahuan para lulusannya dapat berguna untuk perkembangan selanjutnya. Mengingat pentingnya peran pendidikan, maka pemerintah berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga belajar, penyempurnaan materi pelajaran, pengadaan buku-buku penunjang proses belajar mengajar serta pengadaan alat-alat peraga. Namun hasil yang dicapai dari usaha tersebut kurang memenuhi harapan yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya nilai rata-rata NEM SMU khususnya di Sulawesi Tenggara yang selalu berada di bawah nilai enam serta evaluasi keberhasilan dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) di mana Sulawesi Tenggara selalu berada pada urutan 5-6 provinsi terakhir di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran yang dilaksanakan selama kurun waktu 6-12 tahun akhir pertumbuhannya relatif kecil (Maonde, 2001). Keadaan ini merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan khususnya guru matematika di setiap jenjang pendidikan formal. Setiap guru harus mampu menguasai bahan ajar secara mendalam, terstruktur, dan bermakna sehingga dapat mengarahkan dan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari matematika. Menurut Samana (1994:18), penyebab rendahnya daya serap siswa terhadap bahan ajar adalah faktor guru, yaitu guru kurang menguasai bahan ajar dan kurang cakap dalam membimbing siswa belajar. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap kelancaran belajar siswa, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)
40
siswa untuk memahami pelajaran yang disajikan. Menurut Sudarminta (2000:261), rendahnya mutu guru tampak dari gejal-gejala: (1) Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan; (2) Ketidaksesuaian antara bidang studi yang dipelajari dengan kenyataan lapangan yang diajarkan; (3) Kurang efektifnya cara pengajaran; dan (4) Kurangnya wibawa guru di hadapan murid. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sudijarto (1993:113) menyatakan bahwa sebagian besar guru pada saat ini malaksanakan tugas tidak sesuai dengan kemampuannya.
Hal ini
ditunjukkan dengan hasil studi konsorsium ilmu pendidikan, bahwa pada tingkat SLTP, 60% guru berpendidikan PGSLTP dan SLTA, kualifikasi Diploma-2 (D-2) 10%, kualifikasi Diploma-3 (D-3) 3% dan sisanya di atas Diploma-3 (D-3). Di antara para guru tersebut banyak yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dalam hal pengajaran matematika, penguasaan bahan ajar masih relatif rendah. Seperti diungkapkan oleh Soedjadi (1994:302), bahwa: (i) pada umumnya bekal pengetahuan guru matematika yang diterima tidak memadai terutama kedalamannya; (ii) terdapat kelemahan yang sangat jelas dalam hal pengajaran geometri; dan (iii) tidak mengetahui secara baik bagaimana proses belajar matematika yang harus dikelolanya. Untuk mengatasi kelemahan di atas, Depatemen Pendidikan Nasional mengembangkan proyek kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) dalam rangka meningkatkan kualitas guru SLTP di Sulawesi Tenggara dengan memberikan kesempatan kepada guru yang berkualifikasi D-1, D-2, dan D-3 untuk belajar kembali guna meraih kualifikasi Sarjana (S-1). Melalui program tersebut, diharapkan setiap guru dapat meningkatkan kemampuan dasar keguruan dan penguasaan materi matematika sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran matematika. Menurut Cece Wijaya (1991:5), kemampuan dasar sangat penting dimiliki oleh setiap guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan belajar terdiri dari kemampuan merencanakan pembelajaran dan kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi. Kemampuan inilah yang paling esensial yang harus dimiliki oleh setiap guru sebagai pengajar dan merupakan pencerminan dari penguasaan guru atas kompetensinya. Kemampuan ini harus selalu di mutakhirkan melalui pembinaan yang terus menerus dalam rangka mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.
Rumusan masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a.
Bagaimaka tingkat kualifikasi guru matematika yang mengikuti program kualifikasi di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu?
b.
Bagaimana tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu?
MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 39-49
41
3.
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a.
tingkat kualifikasi guru matematika di Sulawesi Tenggara yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu.
b.
gambaran tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa program kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu.
B. Kerangka Teoritis 1.
Sistem pendidikan nasional Pengkajian teori tentang sistem pendidikan nasional dalam penelitian ini dibagi dalam
beberapa bagian, yaitu hakekat pendidikan nasional, peranan LPTK dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan, dan kualifikasi tenaga kependidikan. a.
Hakekat pendidikan nasional Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan dan pengajaran dan atau latihan bagi peranan dimasa mendatang. Pendidikan bertujuan menghasilkan berbagai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kepribadian serta tingkah laku yang berkaitan dengan peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Pendidikan pada umumnya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar. Sudijarto (1993:38) menyatakan bahwa lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai terjemahan amanat Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas memberikan peranan dan fungsi sistem pendidikan nasional untuk mengembangkan peserta didik secara utuh yang kemudian dikembangkan pendidikan sekolah yang mampu berperan secara efektif dan efisien sebagai lembaga pengembangan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, tercapainya tujuan pendidikan nasional yang demikian komprehensif sangat tergantung pada kemampuan dan dedikasi tenaga kependidikan yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik. b. Peranan LPTK dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan Sudijarto (1993:105) mengemukakan bahwa LPTK merupakan lembaga utama yang bertanggung jawab atas keberhasilan guru yang mampu merencanakan dan mengelola terjadinya proses belajar mengajar yang bermutu, yaitu secara epistemologi, psikologi, dan moral yang relevan dengan tujuan pendidikan IPTEK. Untuk itu LPTK harus terus menata dan mengembangkan kemampuannya secara kelembagaan agar dapat terlaksana sistem dan proses pendidikan dengan kualifikasi profesional. Kualitas lulusan LPTK dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: kualitas input, kualitas kurikulum, kualitas dosen, kualitas sarana penunjang, kualitas pengeloloaan, kualitas penilaian (baik dalam proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran), dan pengaruh dari luar LPTK.
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)
42
Dengan demikian, LPTK harus mampu menciptakan suasana yang bernuansa akademis agar mutu lulusan mendapatkan pengakuan masyarakat. Dalam rangka penyesuaian kurikulum Sailan (2000:11), menyatakan bahwa kurikulum LPTK disusun dengan mengacu pada pergeseran paradigma, yakni dari paradigma keilmuan ke paradigma kompetensi lulusan yang profesional. Pola kurikulum tersebut diadopsi dari pola pikir yang berkembang di dunia internasional seperti tersebut dalam 4 pilar pembelajaran UNESCO, yakni: (1) Learning to know; (2) Learning to do; (3) Learning to live together; dan (4) Learning to be. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai suatu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mempunyai fungsi pokok dalam mempersiapkan tenaga kependidikan yang kelak mampu menjalankan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesional. Dengan demikian, keberhasilan sistem pendidikan nasional sangat ditentukan oleh peran LPTK dalam menciptakan tenaga profesional dengan kualitas keilmuan yang memadai. c.
Kualifikasi tenaga kependidikan Menurut Sudijarto (1993:108), dalam menanggapi tantangan dan kesempatan sehingga
dapat berperan melaksanakan misi dan fungsi sistem pendidikan nasional diperlukan tenaga kependidikan pada umumnya dan tenaga guru pada khususnya dengan tingkat kualifikasi dan kualitas kemampuan profesional yang memadai. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka keberhasilan pendidikan nasional sangat tergantung pada tenaga kependidikan baik sebagai pelaksanan kurikulum maupun sebagai pembimbing, pengawas, penyuluh, dan administrasi. Menurut Sudarminta (2000:263), guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkannya secara efektif dan efesien serta berkepribadian yang mantap. Kecakapan keguruan mengandalkan unsur kreativitas dalam penerapannya yang dalam nuansa emosional yang khas dari setiap guru dalam pengajarannya. Tindakan keguruan yang bersifat autentik (tindakan pendidik yang sebenarnya mesti bertolak dari keputusan nilai yang diyakini oleh guru yang bersangkutan) dan seluruh proses pengajaran hendaknya menyatu dalam diri guru yang bersangkutan. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sudijarto (1993:105) mengemukakan bahwa guru adalah suatu jabatan profesional karena tugas guru yang sesungguhnya adalah tugas yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus telah mengikuti pendidikan dan latihan pada tingkat pendidikan tinggi bidang pendidikan. Guru dengan kualifikasi ini diharapkan akan mampu: (a) menyusun rencana strategis kegiatan belajar mengajar; (b) mengembangkan program belajar mengajar; (c) memimpin dan membina proses belajar mengajar; (d) menilai dan mengkaji hasil belajar mengajar; dan (e) mendiagnosis kegiatan belajar dan menyusun program perbaikan belajar mengajar.
MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 39-49
43
Dalam hal pembelajaran matematika, segala upaya pembenahan matematika sekolah harus mendapat perhatian atau menjiwai proses pendidikan tenaga kependidikan matematika. Menurut Soedjadi (1994:11), tenaga kependidikan matematika adalah seorang yang berfungsi sebagai guru matematika sekolah atau pengawas matematika, peneliti matematika, pengembang model matematika atau pengelola atau koordinator matematika. Oleh karena itu, maka kualifikasi tenaga guru matematika dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran matematika merupakan sesuatu hal yang segera dilaksanakan seiring dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Hakekat belajar dan konsep matematika Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu yang di dalamnya terdiri dari sistem yang selalu menggunakan konsep-konsep abstrak. Masing-masing sistem bersifat deduktif, sehingga dapat berlaku umum di dalam menyelesaikan segala persoalan yang memiliki dasar-dasar yang sama. Djaali (1979:97) menjelaskan bahwa matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem yang masing-masing sistem mempunyai struktur tersendiri yang bersifat deduktif. Matematika berkenan dengan ide, struktur, dan hubungannya disusun menurut urutan yang logis yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk nyata. Dalam mempelajari matematika perlu diketahui karakteristik matematika. Menurut (Hudoyo:1989), karakteristik yang dimaksud antara lain: (i) dalam matematika banyak kesepakatan; (ii) sangat dipertahankan adanya konsistensi atau taat asas; (iii) objek matematika bersifat abstrak; (iv) materi matematika bersifat hirarkis. Dengan karakteristiknya yang sedemikian, maka dalam belajar matematika harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana. Hakekat dari belajar matematika itu adalah mempelajari atau memahami ide-ide yang terkandung dalam simbol-simbol dan hubungan antara ide-ide yang terkandung di dalamnya dengan alur pemikiran yang sistematis sebelum menempatkannya dalam situasi yang nyata. Dengan demikian, untuk mencapai keberhasilan dalam mempelajari matematika harus memulai tahapan-tahapan : (1) memahami makna yang terkandung di dalam simbol; (2) memahami makna dari suatu konsep yang berupa gabungan dari simbolsimbol; dan (3) menerapkan dalam situasi nyata (Djaali, 1979). Konsep merupakan objek yang sangat mendasar. Oleh sebab itu pemahaman akan suatu konsep sangat penting dalam mempelajari matematika. Dienes dalam Muhammad (1995:1), menyatakan bahwa ada tiga jenis konsep dalam matematika yaitu: (i) konsep murni matematika; (ii) konsep notasi, dan (iii) konsep terapan. Konsep murni matematika merupakan gagasan-gagasan matematika, yaitu mengenai klasifikasi objek matematika dan relasi-relasinya yang dapat disajikan
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)
44
dengan cara yang bebas, misalnya : 6, 8, XII, 1120 (basis dua). Konsep notasi matematika adalah sifat-sifat objek matematika sebagai akibat langsung dari cara objek itu disajikan, misalnya dalam sistem bilangan desimal 275, artinya 2 ratusan, ditambah 7 puluhan, ditambah 5 satuan, adalah akibat langsung dari notasi posisi yang menentukan bilangan 275. Sedangkan konsep terapan matematika adalah aplikasi konsep murni dan konsep notasi matematika untuk memecahkan soal matematika dan bidang studi lain yang bersangkutan. Konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsep-konsep terdahulu dan juga fakta-fakta. Sedangkan untuk menjelaskan suatu konsep digunakan definisi. Objek matematika terdiri atas fakta, konsep, operasi dan prinsip. Semuanya bersifat abstrak. Karena objek matematika bersifat abstrak, dalam mengajar matematika perlu diperhatikan taraf berpikir siswa, misalnya siswa yang masih berada dalam taraf operasi konkrit atau siswa yang berada pada taraf operasi formal. Untuk siswa yang masih berada dalam taraf operasi konkrit, sangat diperlukan benda-benda konkrit untuk menjelaskan konsep matematika yang bersifat abstrak. Misalnya untuk menjelaskan konsep matematika dalam geometri diperlukan alat peraga. Sebaliknya, bagi siswa yang telah berada dalam taraf operasi formal, mungkin saja tidak dibutuhkan lagi alat peraga. Demikian pula dengan siswa yang belajar matematika, karena objeknya yang abstrak, maka diperlukan tingkat pemahaman dan ketelitian yang tinggi serta butuh latihan untuk menambah pemahaman suatu konsep matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis, maka dalam belajar matematika harus dilaksanakan
secara
kontinu,
artinya
belajar
matematika
harus
dilakukan
secara
berkesinambungan dalam urutan yang logis. Misalnya konsep A mendasari konsep B, maka konsep A harus di kuasai lebih dahulu baru mempelajari konsep B. Demikian pula jika konsep B mendasari konsep C, maka tidak boleh mempelajari konsep C tanpa menguasai konsep B terlebih dahulu. Itulah sebabnya, dalam mengajarkan suatu topik matematika harus memperhatikan materi prasyaratnya. Materi prasyarat itu harus disampaikan dahulu sebelum materi inti diajarkan. 3. Metode pengajaran matematika Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar terdapat teori mengajar secara umum. Namun dengan ciri khas matematika sebagai suatu ilmu, maka metode pengajaran matematika juga menghendaki bentuk-bentuk metode tertentu yang digunakan. Menurut Irwan (2000:23), metode adalah berkaitan dengan cara mengajar guru untuk mencapai tujuan pengajaran.
Hal ini
merupakan jawaban terhadap pertanyaan kurikulum matematika, yakni bagaimana materi pelajaran itu diajarkan sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif. Mengajar
matematika
merupakan
suatu
kegiatan
mengajar
agar
siswa
dapat
meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap khususnya dalam bidang matematika. Untuk
MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 39-49
45
meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap, maka guru harus pandai-pandai mencari relevansinya dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dalam rangka peningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika, maka guru dituntut menguasai bahan yang akan diajarkan dan metode pengajarannya. Dalam memilih suatu metode mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) metode mengajar hendaknya sesuai dengan tujuan instruksional; (b) metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa; (c) metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan psikologi belajar. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dan studi dokumenter. Artinya, dalam mengumpulkan data sampai pada uraian pembahasan hanya mengkaji data-data, fakta-fakta, pendapat-pendapat pada buku-buku perpustakaan yang relevan, yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam karya ilmiah ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah nilai akhir mata kuliah dasar mahasiswa kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000 yang diambil pada data Program Studi Pendidikan Matematika dan dari Pengelola Program kualifikasi FKIP Universitas Haluoleo Kendari. Data yang terkumpul dianalisis secara deskritif untuk melihat tingkat kualifikasi guru yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika serta untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. Penganalisasian data dan pembahasan hasil analisis dilakukan sehingga dimunculkan keberadaan mahasiswa program kualifikasi pendidikan Matematika FKIP Unhalu D. Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Tingkat kualifikasi guru matematika Pada bagian ini penulis mengetengahkan jumlah mahasiswa program kualifikasi Diploma
Satu (D1), Diploma Dua (D2), dan Diploma Tiga (D3) ke strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000. Berdasarkan data BAAK FKIP Unhalu bahwa jumlah mahasiswa yang mengikuti program kualifikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu pada Tahun pelajaran 1999/2000 sebanyak 272 orang dengan jenjang pendidikan masing- masing D1 berjumlah 50 orang, D2 berjumlah 74 orang, dan D3 berjumlah 148 orang. Dari data tersebut, seluruh mahasiswa jenjang D3 telah menyelesaikan studinya. Sehingga jumlah mahasiswa matematika program kualifikasi saat penelitian ini dilaksanakan adalah sebanyak 124 orang.
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)
46
2.
Penguasaan konsep dasar matematika Untuk mengetahui tingkat penguasan konsep dasar matematika mahasiswa matematika
program kualifikasi, penulis menggunakan data Nilai Akhir mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus I, Kalkulus II, Pengantar Dasar Matematika, Geometri, Teori Bilangan, dan Statistik Dasar. Keenam mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah prasyarat dan menjadi dasar untuk mata kuliah selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo dalam Muhammad (2000:4), bahwa dalam setiap mempelajari materi matematika harus mengetahui terlebih dahulu materi prasyaratnya. Tabel 1 Nilai Mata Kuliah Kalkulus I No
Jenjang
1.
Diploma Satu
A 11
B 17
2.
Diploma Dua
-
-
3.
Diploma Tiga
11
Jumlah
Nilai C 22
Jumlah
D -
E -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
22
-
-
50
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika. Dari Tabel 1 di atas, terlihat bahwa nilai akhir mahasiswa kualifikasi pada mata kuliah Kalkulus I untuk D1, nilai A sebanyak 11 orang, nilai B sebanyak 17 orang dan nilai C sebanyak 22 orang. Dengan demikian, kemampuan dasar matematika mahasiswa masih tergolong sedang. Mahasiswa pada jenjang D2 dan D3 tidak memprogramkan mata kuliah kalkulus I pada semester pertama, karena telah diprogramkan ketika mengikuti kuliah di Universitas Terbuka atau ketika kuliah program diploma, sehingga dalam tulisan ini nilai tersebut tidak dicantumkan . Tabel 2 Nilai Mata Kuliah Kalkulus II No.
Jenjang
B 8
Nilai C 35
D 6
E -
Jumlah
1.
Diploma Satu
A 1
2.
Diploma Dua
7
27
35
5
-
74
3.
Diploma Tiga
-
-
-
-
-
-
Jumlah
8
35
70
11
-
124
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika. Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa nilai akhir mahasiswa kualifikasi pada mata kuliah Kalkulus II untuk mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 1 orang, nilai B sebanyak 8 orang, nilai C sebanyak 35 orang, dan nilai D sebanyak 6 orang. Mahasiswa jenjang D2 mendapat nilai A sebanyak 7 orang, nilai B sebanyak 27 orang, nilai C sebanyak 35 orang, dan nilai D sebanyak 5 orang. Dengan demikian terlihat bahwa hasil belajar mahasiswa dengan kualifikasi D2 lebih baik dari D1. Sementara itu, mahasiswa D3 telah memprogramkan mata kuliah tersebut sebelum mengikuti program kualifikasi di program studi pendidikan matematika FKIP Unhalu.
MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 39-49
47
Tabel 3 Nilai Mata Kuliah Statistik Dasar No.
Jenjang
B 13
Nilai C 24
D 8
E -
Jumlah
1.
Diploma Satu
A 5
2.
Diploma Dua
-
-
-
-
-
-
3.
Diploma Tiga
-
-
-
-
-
-
Jumlah
5
13
24
8
-
50
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika. Dari Tabel 3 di atas, terlihat bahwa untuk mata kuliah Statistik Dasar, mahasiswa jenjang D2 dan D3 tidak memprogramkan mata kuliah tersebut, karena telah diprogramkan pada saat kuliah di Universitas Terbuka atau Universitas lain ketika mengikuti program diploma. Berdasarkan tabel 3 di atas juga, mahasiswa D1 yang memperoleh nilai A, B, C dan D berturut-turut sebanyak 5 orang, 13 orang, 24 orang, dan 8 orang. Dengan demikian kemampuan mahasiswa kualifikasi untuk mata kuliah ini masih tergolong rendah. Tabel 4 Nilai Mata Kuliah Pengantar Dasar Matematika No.
Jenjang
B 18
Nilai C 26
D 4
E -
Jumlah
1.
Diploma Satu
A 2
2.
Diploma Dua
16
20
31
7
-
74
3.
Diploma Tiga
-
-
-
-
-
-
18
38
57
11
-
124
Jumlah
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika. Dari Tabel 4 di atas, mahasiswa kualifikasi jenjang D3 tidak memprogramkan mata kulia Pengantar Dasar Matematika, sebab telah diprogramkan sebelum mengikuti program kualifikasi di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu. Berdasarkan tabel tersebut juga, nilai akhir mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 2 orang, nilai B sebanyak 18 orang, nilai C sebanyak 26 orang, dan nilai D sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A, B, C, D berturut-turut sebanyak 16, 20, 31, dan 7 orang. Tabel 5 Nilai Mata Kuliah Teori Bilangan No.
Jenjang
B 12
Nilai C 38
D -
E -
Jumlah
1.
Diploma Satu
A -
2.
Diploma Dua
13
36
24
1
-
74
3.
Diploma Tiga
28
82
34
4
-
148
Jumlah
41
130
96
5
-
272
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika.
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)
48
Dari Tabel 5 di atas, mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A, D dan E tidak ada, nilai B sebanyak 12 orang, dan nilai C sebanyak 38 orang. Untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A sebanyak 13 orang, nilai B sebanyak 36 orang, nilai C sebanyak 24 orang, dan nilai D sebanyak 1 orang. Untuk mahasiswa jenjang D3 nilai A sebanyak 28 orang, nilai B sebanyak 82 orang, nilai C sebanyak 34 orang, dan nilai D sebanyak 4 orang. Tabel 6 Nilai Mata Kuliah Geometri No.
Jenjang
B 14
Nilai C 35
D -
E -
Jumlah
1.
Diploma Satu
A 1
2.
Diploma Dua
3
29
37
5
-
74
3.
Diploma Tiga
5
69
72
2
-
148
Jumlah
9
112
144
7
-
272
50
Sumber : Data Primer Program Studi Pendidikan Matematika. Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai mata kuliah Geometri untuk mahasiswa jenjang D1 yang memperoleh nilai A sebanyak 1 orang, nilai B sebanyak 14 orang, nilai C sebanyak 35 orang. Kemudian untuk mahasiswa jenjang D2 yang memperoleh nilai A, B, C dan D berturut-turut sebanyak 3, 29, 37, dan 5 orang. Sedangkan untuk mahasiswa dengan jenjang D3 yang memperoleh nilai A sebanyak 5 orang, nilai B sebanyak 69 orang, nilai C sebanyak 72 orang, dan nilai D sebanyak 2 orang. Artinya, penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah Geometri masih tergolong sedang. Mengetahui berbagai hasil yang telah diperoleh dan dianalisis dapatlah dijelaskan bahwa pada prinsipnya kemampuan rata-rata mahasiswa program kualifikasi yang merupakan guru-guru matematika di Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap matematika dasar sudah cukup baik. Namun demikian, dengan masih banyaknya nilai para guru tersebut pada keenam mata kuliah dasar matematika yang mendapatkan nilai C dan D, maka kita masih perlu prihatin terhadap kenyataan ini khususnya pada proses pembelajaran matematika di kelas. Keprihatinan dimaksud mengarah pada apa yang dapat diajarkan pada siswa jika penguasaan terhadap materi yang diajarkan masih pada kategori maksimal sedang secara rata-rata. Pada sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin pesat. Penggunaan matematika sebagai dasar dari ilmu-ilmu tersebut juga semakin diperlukan. Permasalahan yang muncul sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan matematika sebagai alatnya juga semakin hari semakin kompleks. Dapat dibayangkan apa yang dapat dilakukan para anak didik jika matematika yang membangun pola pikir konstruktif, logis dan sistematis tidak diajarkan seoptimal mungkin akibat penguasaan materi matematika yang kurang oleh para pengajarnya. Walaupun ini tidak dapat disamaratakan untuk semua guru, namun hal ini berlaku secara merata di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara tempat di mana para guru yang mengikuti program kualifikasi ini
MIPMIPA, VOL. 1, NO. 1, Januari 2002: 39-49
49
mengabdikan ilmunya dalam membina dan mendidik kader-kader penerus perjuangan bangsa. Oleh karena itu, kiranya sustainability dari program kualifikasi ini perlu terus dilaksanakan baik bagi guru-guru matematika di SD, SLTP, maupun di SMU pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik pada taraf pendidikan formal maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran. E. Kesimpulan Dari berbagai uraian di atas dapat dismpulkan bahwa: (1) Tingkat kualifikasi guru matematika yang mengikuti program kualifikasi pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Tahun Pelajaran 1999/2000 adalah diploma satu (D1) sebanyak 50 orang, diploma dua (D2) sebanyak 74 orang, dan diploma tiga (D3) sebanyak 148 orang. (2) Tingkat penguasaan konsep dasar matematika mahasiswa kualifikasi yang ditunjukkan oleh nilai akhir pada mata kuliah Kalkulus I, Kalkulus II, Statistik Dasar, Pengantar Dasar Matematika, Teori Bilangan dan Geometri, sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Daftar Pustaka Cece, Wijaya dan Tabrani, Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Djaali. 1984. Pengaruh Kebiasaan Belajar, Sikap dan Kemampuan Dasar terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Sekolah Menengah Pertama di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: FPMIPA IKIP. Hudoyo, H. 1979. Penggunaan Kurikulum Matematika di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. Irwan. 2001. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Konsep Matematika Melalui Metode Ekspositori. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Maonde, Faad. 2000. Tinjauan Kurikulum Matematika dalam Pembelajaran Jenjang Persekolahan. Makalah dalam Seminar Pendidikan Matematika Se-Sulawesi Tenggara. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Muhammad Sudia. 2000. Penguasaan Konsep dan Strategi Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Pendidikan Matematika Se-Sulawesi Tenggara. Unhalu Kendari. Tidak Dipublikasikan. Sailan, Zalili. 2000. Visi, Misi dan Strategi LPTK dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kependidikan. Makalah pada Sarasehan Kualitas Pendidikan di Sulawesi Tenggara. Universitas Haluoleo Kendari. Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia. Soedjadi. 1994. Orientasi Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan II di Medan. Jakarta: Grasindo. Sudarminta, J. 1998. Citra Guru. Kumpulan Artikel BASIS. Zamroni. 1999. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-5 Nomor 020. Jakarta: Balitbang. Depdiknas.
Optimalisasi Pengajaran Matematika di Sulawesi Tenggara melalui Programn Kualifikasi (Kadir dan Safari)