ASESMEN MAKROEKONOMI
BOKS 1 Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara
Pada tanggal 23 April 2008 KBI Kendari melakukan seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Salah satu materi yang disampaikan dalam seminar tersebut adalah Penelitian “Daya Saing Ekonomi Daerah: Perspektif, Profil, dan Pengukurannya Di Kabupaten/Kota Di Indonesia”, Seminar daya saing lebih difokuskan pada daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara. Konsep penelitian daya saing ekonomi daerah ini mengadopsi model The European Commision, yang mengelompokkan variabel-variabel ke dalam 2 (dua) kelompok yakni input dan output. Di dalam kelompok input terdapat 37 (tiga puluh tujuh) variabel sedangkan dalam kelompok output terdapat 3 (tiga) variabel. Variabel-variabel dalam kelompok input inilah yang menjadi faktor utama pembentuk daya saing ekonomi suatu daerah yang tercermin pada besaran variabelvariabel output yang dihasilkan, guna pencapaian target outcome yakni pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ke-37 variabel dalam kelompok input digolongkan ke dalam 5 kategori indikator input besar yakni : i) perekonomian daerah; ii) ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia (SDM); iii) lingkungan usaha produktif; iv) infrastruktur, SDA dan lingkungan; v) perbankan dan lembaga keuangan. Sementara itu, 3 variabel output yakni: i) kinerja ekonomi daerah PDRB per kapita; ii) produktivitas tenaga kerja; iii) tingkat kesempatan kerja. Berdasarkan hasil pemeringkatan daya saing daerah dari 434 (empat ratus tiga puluh empat) kabupaten/kota di Indonesia yang diteliti, menunjukkan bahwa :
Tidak terdapat kabupaten/kota khususnya di Sulawesi yang termasuk dalam 10% peringkat teratas. Catatan bahwa “kabupaten/kota yang mempunyai daya saing tinggi tidak selalu terkait dengan SDA yang tinggi”.
Secara umum daerah-daerah di Sulawesi Tenggara berada pada pada peringkat menengah, meskipun demikian terdapat beberapa daerah di Sulawesi Tenggara yang termasuk dalam kategori “10% peringkat terbawah”, antara lain : Kabupaten Konawe Selatan Bombana Wakatobi
Score 1.09 1.06 0.94
Peringkat 394 404 425
Lebih lanjut hasil pemeringkatan tersebut dipetakan dalam 4 kuadran, dengan kategori:
23
ASESMEN MAKROEKONOMI
Kuadran
Kategori input
Kategori Output
Jumlah Kabupaten/Kota
I
Tinggi
Tinggi
74
II
Tinggi
Rendah
56
III
Rendah
Rendah
282
IV
Rendah
Tinggi
22
Secara umum daerah-daerah di Sulawesi Tenggara berada di Kuadran III. Meskipun input rendah namun daerah di Sulawesi Tenggara mampu menghasilkan output yang hanya sedikit dibawah output nasional. Kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara termasuk dalam kuadran III, antara lain:
Kabupaten
Ranking Daya Saing
Buton
418
Konawe
353
Muna
337
Bau-bau
237
Konawe Selatan
394
Bombana
404
Wakatobi
425
Beberapa data yang digunakan untuk mendukung penelitian tersebut antara lain adalah:
1.
Persentase penduduk dengan latar belakang pendidikan tertinggi universitas
% Penduduk Dengan Pendidikan Tertinggi Universitas Di Sulawesi Tenggara Kab. Ko laka Utara Kab. Wakato bi Kab. B o mbana Kab. Ko nawe Selatan
Rata2 % pnddk dgn pendidikan tertinggi universitas
Ko ta B au-bau Ko ta Kendari Kab. M una Kab. Ko laka Kab. Ko nawe Kab. B uto n
-
1
2.10 2
3
4
5
6
7
8
9
24
ASESMEN MAKROEKONOMI Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa persentase terbesar penduduk dengan latar belakang pendidikan tertinggi universitas adalah Kota Kendari. Namun demikian, secara umum hanya sedikit penduduk di Sulawesi Tenggara yang memiliki latar belakang pendidikan tertinggi universitas. Pada tahun 2007, hanya terdapat + 7% dari total angkatan kerja yang memiliki latar belakang pendidikan tertinggi universitas. Kondisi ini mencerminkan bahwa kualitas SDM Provinsi Sulawesi Tenggara masih perlu ditingkatkan. 2.
Indeks kemahalan konstruksi di Sulawesi Tenggara
Indeks Kemahalan Konstruksi di Sulawesi Tenggara Kab. Ko laka Utara
rata2 indeks kemahalan konstruksi
Kab. Wakato bi Kab. B o mbana Kab. Ko nawe Selatan Ko ta B au-bau Ko ta Kendari Kab. M una Kab. Ko laka Kab. Ko nawe Kab. B uto n
-
20
40
60
80
100
120
140
150
160
180
Indeks kemahalan konstruksi menggambarkan tingkat kemahalan untuk melakukan kegiatan usaha. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa secara umum indeks kemahalan di Sulawesi Tenggara hampir sama untuk semua kabupaten/kota. Namun demikian, indeks kemahalan konstruksi di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi dengan angka indeks rata-rata 150.
25
ASESMEN MAKROEKONOMI 3.
Poverty gap
Poverty Gap Index di Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Utara Kab. Wakatobi Kab. Bombana Kab. Konawe Selatan rata2 poverty gap index
Kota Bau-bau Kota Kendari Kab. Muna Kab. Kolaka Kab. Konawe Kab. Buton
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
0.94
1.00
1.20
1.40
1.60
Poverty Gap Index atau The Depth of Poverty merupakan perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis kemiskinan tersebut. Dari data diatas tampak bahwa poverty gap index yang paling baik adalah Kota Kendari dengan angka indeks 0,40. Meskipun demikian, rata-rata poverty gap index di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,94. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa masih banyak masyarakat Sulawesi Tenggara yang berada dibawah garis kemiskinan. 4.
Rasio ketergantungan
Rasio ketergantungan di Sulawesi Tenggara (%) Kab. Kolaka Utara Kab. Wakatobi
rata2 rasio ketergantungan
Kab. Bombana Kab. Konaw e Selatan Kota Bau-bau Kota Kendari Kab. Muna Kab. Kolaka Kab. Konawe Kab. Buton
-
Rasio
ketergantungan
20
(dependency
40
ratio)
60
yaitu
62
80
angka
100
perbandingan
yang
menunjukkan besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif. Usia produktif
26
ASESMEN MAKROEKONOMI (15 – 64 tahun) selain menanggung kebutuhan hidup dirinya juga menanggung kebutuhan hidup golongan usia muda (0 – 14 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke atas). Dari data tersebut tampak bahwa rata-rata rasio ketergantungan di Sulawesi Tenggara masih cukup tinggi yaitu 62%. Hal ini menunjukkan bahwa struktur kependudukan di Sulawesi Tenggara berada pada usia tidak produktif yaitu antara golongan muda dan golongan tua yang pada akhirnya menjadi tanggungan kelompok penduduk golongan produktif.
Dari deskripsi hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah daerah guna meningkatkan daya saing Sulawesi Tenggara yaitu: 1.
Melakukan identifikasi komoditi unggulan yang disertai dengan pengelolaan komoditi unggulan tersebut baik dalam hal on farm maupun off farm guna meningkatkan daya saing.
2.
Melakukan penelitian yang mendalam terhadap berbagai peraturan daerah (perda) guna mengidentifikasi perda yang kurang kondusif untuk iklim investasi sehingga dapat
dilakukan
deregulasi
guna
menghasilkan
perda-perda
yang
dapat
mendukung iklim investasi dan mampu meningkatkan kesempatan kerja. 3.
Meningkatkan kualitas infrastruktur yang antara lain dengan optimalisasi realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan. Berdasarkan kondisinya, pada tahun 2006 jalan yang dalam kondisi rusak dan rusak berat di Sulawesi Tenggara mencapai 36,25% dari total panjang jalan 7.782,62 Km. Sementara itu, berdasarkan laporan realisasi APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara 2007 diketahui bahwa realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan hanya 79,10% dari anggaran artinya bahwa terdapat dana sebesar 20,90% dari anggaran yang belum/tidak terealisasi.
27