1
PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA A.
GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil dengan total luas 153.019 km2, yang meliputi 38.140 km2 luas daratan dan 114.879 km2 luas lautan. Secara geografis, kondisi wilayah Sulawesi Tenggara berada pada koordinat antara 30 - 60 Lintang Selatan dan 120o45’ - 124o06’ Bujur Timur. Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dibatasi oleh Sebelah Utara Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah; Sebelah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sebelah Barat Teluk Bone (Sulawesi Tenggara) dan Sebelah Timur Provinsi Maluku.
Gambar 1. Peta Administrasi
Secara umum topografi Sulawesi Tenggara bergelombang hingga bergunung. Pada beberapa tempat terdapat dataran aluvial seperti Mowewe, Lainea, Ladongi dan lain-lain. Kondisi batuan terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan Sedimen, batuan Metamorfosis dan batuan Beku. Luas masing-masing jenis batuan tersebut adalah Batuan Sedimen seluas 2.579.790 ha, batuan Metamorfosis seluas 754.409 ha dan batuan Beku seluas 479.801 ha.
B.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN
B1.
Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggaratahun 2011 sebanyak 2.277.020 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 60 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara masih bertumpu di Kabupaten Kolaka yakni sebesar 14,85 persen dan Kota Kendari sebesar 13,66 persensedangkan kabupaten yang dibawah 10 persen penyebaran penduduknya Kabupaten Kolaka Utara sebesar 0,57 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Kendari yakni sebanyak 999 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Konawe Utara dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 11 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 2,07 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kota Kendari 3,52 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Wakatobi sebesar minus 0,33 persen.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2 Tabel 1: Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Kabupaten/Kota
Luas (Km2)
1. B u t o n 2. M u n a 3. Konawe 4. Kolaka 5. Konawe Selatan 6. Bomb ana 7. Wakatobi 8. Kolaka Utara 9. Buton Utara 10. Konawe Utara 11. Kota Kendari 12. Kota Bau-Bau Jumlah
Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2011
B2.
Penduduk
2.675 2.890 6.792 6.918 4.514 3.056 426 3.392 1.997 4.877 296 306 38.140
260.801 273.616 246.798 321.506 269.853 142.006 94.846 123.755 55.825 52.560 295.737 139.717 2.277.020
Kepadatan Penduduk Per Km2 97 95 36 46 60 46 223 36 28 11 999 457 60
Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam 5 tahun terakhir menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran terbuka. Perkembangan penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara absolute menunjukkan peningkatan. Namun jumlah pengangguran terbuka cenderung meningkat. Penduduk Usia Kerja, Perkembangan jumlah penduduk usia kerja dalam lima tahun terakhir meningkat, jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 mencapai 1.509.983 jiwa lebih besar dari tahun 2008, dengan jumlah angkatan kerja mencapai 1.016.957 jiwa dan bukan angkatan kerja 493.026 jiwa. Penyebaran penduduk usia kerja paling banyak terdapat di Kabupaten Kolaka dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 153.577 jiwa dan bukan angkatan kerja sebanyak 65.345 jiwa. Tabel 2: Perkembangan Penduduk Usia Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 dan 2012 Kabupaten/Kota
Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja
Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau
125.363 113.242 109.049 133.849 128.095 56.276 50.697 61.891 22.366 23.604 99.980 54.844
2008 Bukan Angkatan Kerja 49.901 40.380 40.027 60.008 39.057 20.524 20.993 18.691 8.544 6.283 70.908 31.778
Jumlah 175.264 153.622 149.076 193.857 167.152 76.800 71.690 80.582 30.910 29.887 170.888 86.622
Angkatan Kerja 104.758 117.209 113.673 153.577 130.423 64.735 41.779 65.431 25.323 23.621 119.144 57.284
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2012 Bukan Angkatan Kerja 55.386 57.119 51.199 65.345 51.903 31.750 22.564 19.550 10.544 11.568 81.188 34.910
Jumlah 160.144 174.328 164.872 218.922 182.326 96.485 64.343 84.981 35.867 35.189 200.332 92.194
3 Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar mencapai 43,45 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar 47,53 persen. Sementara untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu sekitar 72,62 persen. Gambar 2: Distribusi Penduduk Usia Kerja menurut Pendidikan dan Tipe Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Sulawesi Tenggara 4,69
Sulawesi Tenggara
≤ SD
2,76 6,25
SMTP 43,45
20,77
27,38 SMTA Umum 72,62
SMTA Kejuruan
22,07
Diploma I/II/III/Akademi Perkotaan
Universitas
Pedesaan
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012 Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 (februari) tercatat sebanyak 1.060.349 atau sekitar 0,87 persen dari total angkatan kerja nasioanl, yang terdiri dari 1.023.549 jiwa penduduk bekerja dan 36.800 jiwa pengangguran terbuka. Jumlah angkatan kerja tahun 2012 terbesar terdapat di Kabupaten Kolaka, yaitu mencapai 153.577 orang dan terrendah di Kabupaten Konewa Utara sebanyak 23.621 jiwa
Tabel 3: Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2008 dan 2012 Angkatan Kerja Kabupaten/Kota
Kabupaten Buton Kabupaten Muna Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau
2008 Penduduk Bekerja 120.511 107.308 102.851 129.303 123.396 54.658 48.018 58.169 21.283 22.410 86.188 49.023
2012 Pengangguran Terbuka 4.852 5.934 6.198 4.546 4.699 1.618 2.679 3.722 1.083 1.194 13.792 5.821
Penduduk Bekerja 103.049 111.221 111.546 144.499 128.172 62.980 39.385 64.666 24.899 23.124 110.900 51.438
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Pengangguran Terbuka 1.709 5.988 2.127 9.078 2.251 1.755 2.394 765 424 497 8.244 5.846
4 Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk bekerja di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 (februari) mencapai 1.023.549 jiwa atau bertambah sebanyak 100.431 jiwa dari tahun 2008. Persebaran penduduk bekerja sebagian besar di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih banyak tersedia di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk bekerja masih mengantungkan pendapatnnya di sektor pertanian (40,93%) dan sektor perdagangan (18,54%). Sementara dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah. Untuk penduduk yang bekerja tahun 2012 terbesar di Kabupaten Kolaka, yaitu mencapai sebanyak 144.499 jiwa Gambar 3: Distribusi Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Pendidikan Lapangan Usaha ≤ SD 4,77
Pertanian
SMTP
3,57 8,54
SMTA Umum
45,62
19,43
SMTA Kejuruan
Pertambangan
1,20 4,89
18,09
3,24 40,93
6,40
Diploma I/II/III/Akademi Universitas
Listik-gas-Air Bangunan
18,54
18,06
Industri
6,50
Perdaggngan Angkutan Keuangan
0,20
Jasa
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012 Pengangguran Terbuka. Jumlah pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 (februari) mencapai 36.800 jiwa atau berkurang sebanyak 19.338 jiwa dari tahun 2008. Sementara untuk perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dari 2008-2013 cenderung menurun, TPT tahun 2013 (februari) tercatat sebesar 3,47 persen atau menurun sebesar 2,26 persen dari tahun 2008. Tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong tinggi dibandingkan terhadap TPT nasional. TPT tertinggi tahun 2012 mencapai 10,21% adalah di Kota Bau-Bau . Gambar 4: Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Nasional Tahun 2008-2013. 9,00 8,00
Sulawesi Tenggara
Persen
7,14
6,00 5,00
6,56 5,73 4,74
4,00
TPT_Kab/Kota TPT_Sulawesi Tenggara TPT_Nasional
6,14
5,92
6,00
6,14
4,00
4,04
2,00 0,00
4,61 4,04
3,00
3,47
3,06
2,00 2008
2009
10,21
8,00
7,87
7,00
12,00 10,00
Indonesia
8,39
Gambar 5: Perbandingan Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota terhadap Provinsi dan Nasional Tahun 2012.
2010
2011
2012
2013 (Feb)
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
5
B3.
Kondisi Pendidikan
Perkembangan kondisi pendidikan menurut indikator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Pada tahun 2011 Rata-rata Lama Sekolah mencapai 8,21 tahun berada di atas rata-rata nasional dan Angka Melek Huruf mencapai 91,95% berada di bawah rata-rata nasional. Sementara untuk perbandingan RLS antar kabupaten/kota, RLS tertinggi terdapat di Kota Kendari (11,37 tahun) dan terendah Kabupaten Buton (6,93 tahun). Sementara untuk AMH mencapai 91,95 persen lebih rendah dari AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kota Kendari (98,63%) dan terendah di Kabupaten Buton (86,60%). Gambar 6: Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2011 93,5 92,58 92,19
92,5 91,87
92
%
100 98 96 94 92 90 88 86,60 86 84 82 80
92,91 92,99
93
91,45
91,5 91
Gambar 7: Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
90,90 91,51 91,33 91,33 91,30 91,42
90,5
91,85 91,95
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
2011
Buton Utara
2010
Konawe Utara
2009
Kolaka Utara
2008
Wakatobi
2007
Bombana
2006
Konawe Selatan
2005
Kolaka
89,5
Konawe/Kab…
AMH_NASIONAL
92,99 91,95
Muna
Buton
AMH_SULAWESI TENGGARA
90
98,63
AMH_Kab/Kota AMH_Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS 2010
Gambar 8:
Gambar 9:
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2011
Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
Tahun 8,3
8,11
8,1 7,60
7,71
8 7,92
7,94
7,47
7,52
Kota Bau-Bau
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kota Kendari
Sumber: BPS, Tahun 2011
Buton Utara
2011
Konawe Utara
2010
Kolaka Utara
2009
Wakatobi
2008
Bombana
2007
Konawe Selatan
6,5
Kolaka
RLS_Nasional
Konawe/Kab…
6,7
Muna
RLS_SULAWESI TENGGARA
2006
2 0
6,9
2005
4
Buton
7,30
7,40
6 Tahun
7,72
7,3 7,1
10
7,74
7,57
7,5
11,3655031 9
RLS_Kab/Kota RLS_Sulawesi Tenggara RLS_Nasional
12
7,90
7,9 7,7
8,21
6
B4.
Kesehatan
Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah Sulawesi Tenggara selama periode terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), dan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik. Angka Kematian Sulawesi Tenggara (AKB), Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), kondisi AKB menunjukan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2010), AKB tahun 2010 sebesar 27,3 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kondisi AKB Provinsi Sulawesi Tenggara masih tergolong tinggi dan berada di atas rata-rata AKB nasional. Status Gizi Sulawesi Tenggara, Kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan indikator status gizi Sulawesi Tenggara, merupakan gangguan pertumbuhan bayi yang terjadi sejak usia dini (4 bulan) yang ditandai dengan rendahnya berat badan dan tinggi badan, dan terus berlanjut sampai usia Sulawesi Tenggara. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya status gizi ibu hamil. Perkembangan status gizi Sulawesi Tenggara untuk persentase Sulawesi Tenggara gizi buruk/kurang meingkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2007, dan masih tinggi dibandingkan nasional Gambar 9: Perkembangan Angka Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Nasional 2005-2010
Gambar 10: Perkembangan Status Gizi Sulawesi Tenggarata Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Nasional 2007 dan 2010
35
25
30
28,9
28,2
27,5
26,8
26,2
25,5
25
17,9
20 13
15
20 10 15
4,9 5
10 32
31
30
29,1
28,2
27,3
2005
2006
2007
2008
2009
2010
5
Sulawesi Tenggara
AKB_INDONESIA
6,8 6,5
15,9 16,3
22,7 22,8
Gizi Buruk (%)
Gizi Kurang (%)
Gizi Buruk/ Kurang
0
2007
2010
Nasional 2010
Sumber: BPS, Tahun 2011
Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan AHH Provinsi Sulawesi Tenggara dan kabupeten/kota dalam lima tahun terakhir meningkat, sejalan dengan perkembangan AHH secara nasional. AHH Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 mencapai 68,00 tahun masih lebih rendah dibandingkan terhadap AHH nasional. Sementara untuk perbandingan AHH antar kabupaten/kota taun 2011 di Provinsi Sulawesi Tenggara, AHH tertinggi berada di Kota Bau-Bau sebesar 68,00 tahun lebih tinggi dari AHH provinsi dan nasional, dan terendah di Kabupaten Kolaka Utara (65,69 tahun).
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
7 Gambar 11: Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2005-2011 tahun 70 69,5 69 68,5
68,47
68,70
68,08
68 67,5
66,75
67,00
67,20
67,40
67,60
67,80
AHH_Kab/Kota AHH_Sulawesi Tenggara
72 71 70 69 68 67 66 65 64 63
69,65
68,00
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
Buton Utara
Konawe Utara
Kolaka Utara
Wakatobi
Bombana
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Konawe Selatan
AHH_NASIONAL
65
Kolaka
AHH_SULAWESI TENGGARA
65,5
Konawe/Kab Kendari
66
Muna
66,5
70,69 69,65 68
Buton
67
69,00
69,21
69,43
Gambar 12: Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupeten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
Sumber: BPS, Tahun 2011
Indikator kesehatan lainnya yang menggambarkan kinerja dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah kondisi kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan proses melahirkan. Kondisi ini dapat ditunjukkan melalui data persentase kelahiran Sulawesi Tenggara menurut penolong kelahiran terakhir. Perkembangan dari persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dalam lima tahun terakhir di Provinsi Sulawesi Tenggara terus meningkat namun masih lebih rendah dari angka nasional. Gambar 13: Perkembangan Persentase Kelahiran Sulawesi Tenggarata Ditolong Tenaga Menis terhadap Nasional Tahun 2004-2011 90 80
71,53
70,47
72,41
72,53
74,87
77,34
79,82
70 60 %
50
45,70
43,16
47,25
46,36
52,79
48,72
53,15
81,25
57,17
40 30 20 Sulawesi tenggara
10
Indonesia
0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, Tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2011
8
B5.
Kondisi Kemiskinan
Perkembangan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2008-20132, secara absolut menurun sebesar 134,19 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013 (maret) 302 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2013 (maret) mencapai 12,83 persen atau menurun sebesar 6,70 persen dari tahun 2008. Kondisi kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%). Gambar 13: Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Nasional Tahun 2008-2013. 25,00 19,53 20,00
18,93
17,05 14,56
15,00
%
15,42
14,15
316
302
11,37
330
11,67
401
12,49
434
5,00
13,33
12,83
435,90
10,00
13,06
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)
Sulawesi Tenggara
500,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 -
NASIONAL
Sumber: BPS, Tahun 2012
Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2011 terdapat di Kota Kolaka yaitu sebanyak 56,90 ribu jiwa dan Muna sebanyak 44,30 ribu jiwa, dan terendah di Buton Utara sebesar 6,80 ribu jiwa. Sementara untuk penyebaran tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Kolaka Utara sebesar 18,76% dan tingkat kemiskinan terendah di Kota Kota Kendari sebesar 7,46%. Tabel 5: Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 kabupaten/kota Buton Muna Konawe/Kab Kendari Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Konawe Utara Buton Utara Kota Kendari Kota Bau-Bau SULAWESI TENGGARA
Pendududk Miskin (000) 2006 2011 Δ 2006-2011 68,1 43,70 24,40 78,0 44,30 33,70 67,8 40,20 27,60 75,8 56,90 18,90 48,2 34,10 14,10 24,2 20,90 3,30 24,5 16,40 8,10 26,7 23,30 3,40 9,80 -9,80 6,80 -6,80 30,5 22,20 8,30 23,1 15,80 7,30 466,8 334,30 132,50
Presentase Kemiskinan (%) 2006 2011 Δ 2006-2011 25,20 16,64 8,56 26,95 16,14 10,81 25,59 16,24 9,35 27,82 17,62 10,20 20,51 12,57 7,94 22,60 14,68 7,92 24,99 17,10 7,89 28,09 18,76 9,33 17,34 -17,34 12,80 -12,80 12,51 7,46 5,05 18,90 11,24 7,66 23,37 14,61 8,76
Keterangan: *) data kemiskinan Kabupaten/Kota 2011 belum tersedia Sumber : BPS, Tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
9
B6.
Perkembangan IPM
Perkembangan IPM Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2004-2011 semakin membaik, IPM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 mencapai 70,55 masih rendah dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77), dengan ranking IPM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 menduduki peringkat ke 25 secara nasional setelah Gorontalo dan peringkat ke 5 di Pulau Sulawesi setelah Gorontalo. Perbandingan IPM antar kabupaten/kota tahun 2011, IPM tertinggi adalah Kota Kendari dan menduduki peringkat ke-66 secara nasional, dan IPM terrendah adalah Kabupaten Bombana yaitu 67,85 dan berada diperingkat ke-425 secara nasional. Gambar 14: Perkembangan IPM Provinsi dan Nasional Tahun 20042011 74,00 72,00 70,00
69,57
70,08
70,59
72,27
68,69
68,00 66,00
71,17
71,76
67,52 67,80
68,32
69,00
69,52
70,00
Gambar 15: Perbandingan IPM Kabupaten/Kota terhadap dan Nasional, Tahun 2011 IPM_Kab/Kota
72,77
70,55
66,69
64,00
78 76 74 72 70 68 66 64 62
67,85
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
Buton Utara
Konawe Utara
Kolaka Utara
Wakatobi
Bombana
Konawe Selatan
Kolaka
Konawe/Kab…
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
72,77 70,55
Muna
Indonesia
60,00
76,07
Buton
SULAWESI TENGGARA
62,00
IPM_Sultra
IPM_Nasional
Sumber: BPS Tahun 2011
C.
PEREKONOMIAN DAERAH
C1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai 36.601 miliar rupiah lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB dengan migas Provinsi Sulawesi Tenggara menyumbang sebesar 0,74 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi). Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan migas sebesar 14.020 miliar rupiah, sementara tanpa migas sebesar 14.020 miliar rupiah Tabel : Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2008-2012. Miliar Rupiah Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHB Dengan Migas Tanpa Migas 22.203 22.203 25.656 25.656 28.377 28.377 32.113 32.113 36.601 36.601
PDRB ADHK Dengan Migas Tanpa Migas 10.011 10.011 10.769 10.769 11.654 11.654 12.698 12.698 14.020 14.020
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
10 Struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara 2011, didominasi bersarnya kontribusi dari sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 31,71 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,62 %), dan sektor pengangkutan dan komunikasi (9,21%). Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (9,21%), dan sektor bangunan (8,56%) Gambar 17: Struktur Perekonomian PDRB ADHB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
31,71
5,93
12,03
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
9,21
5. BANGUNAN 18,62
6,93
8,56
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6,08
0,93
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA
Sumber: BPS tahun 2011
Jika dilihat perbandingan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas 2011 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, menunjukan adanya kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi, dimana PDRB tertinggi mencapai 7.261 miliar rupiah (Kabupaten Kolaka) dan PDRB terrendah sebesar 931 miliar rupiah (Kab. Wakatobi). Tabel 6: Perbandingan Nilai PDRB ADHB Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara Tahun 2011. (Rp. miliar) KABUPATEN/KOTA Kab. Buton Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau
2007 1.190 1.677 1.582 4.320 1.497 691 460 1.254 525 613 2.849 1.254
2008 1.476 2.084 1.958 5.094 1.912 878 568 1.493 650 765 3.631 1.559
2009 1.734 2.419 2.319 5.403 2.324 1.012 706 1.713 768 919 4.326 1.877
Sumber: BPS tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2010* 1.927 2.612 2.532 6.212 2.633 1.124 807 1.886 848 1.027 4.851 2.083
2011** 2.252 2.914 2.812 7.261 2.958 1.256 931 2.134 959 1.157 5.501 2.339
11 Perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 10,41% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara adalah: pertambangan (35,12%), sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (18,23%), dan sektor bangunan (12,7%). Gambar 18: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Nasional Tahun 2004-2012, (%) % 12
10,41
10 8
7,51
7,31
7,68
5,69
5,50
6 4
5,03
7,96
6,35
7,27
7,57
8,22
6,22
6,01
8,96
6,49
6,23
4,63
2
Sulawesi Tenggara Nasional
0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota, seluruh kabupaten/kota rata-rata tumbuh positif, dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Kolaka dengan laju pertumbuhan sebesar 13,07%, dan pertumbuhan terrendah di Kabupaten Bombana dengan laju pertumbuhan sebesar 7,53% dan Kabupaten Muna dengan laju pertumbuhan ekonomi 7,82%. Tabel 7: Laju Pertumbuhan PDRB dengan Migas ADHK 2000 Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 (persen) KABUPATEN/KOTA Kab. Buton Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota Kendari Kota Baubau SULAWESI TENGGARA
2007 7,52 6,72 6,64 9,23 7,12 7,14 6,07 5,88 5,03 5,13 7,48 7,54 7,96
2008 8,70 7,76 7,30 2,17 9,38 8,24 7,21 3,64 7,57 9,40 10,49 7,79 7,27
Tahun 2009 8,60 7,81 9,71 1,96 11,68 7,74 13,67 7,08 10,56 11,99 11,88 10,79 7,57
Sumber: BPS, 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2010* 7,71 6,78 6,66 12,01 9,71 8,04 11,49 7,24 9,14 8,22 9,75 9,12 8,19
2011** 10,85 7,82 7,90 13,07 8,06 7,53 10,43 8,92 9,33 9,01 10,06 9,35 8,68
12 PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Sulawesi Tenggara dan kabupaten/kota dari tahun 20052012 meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 15.786 ribu/jiwa lebih rendah dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita tertinggi mencapai 22.585 ribu/jiwa terdapat di Kabupaten Kolaka dan terrendah sebesar 8.846 ribu/jiwa di Kabupaten Bombana. Gambar 19: PDRB Perkapita ADHB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2012, (Ribu Rupiah)
Gambar 20: PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara,Tahun 2011
20000
33.748 30.795
35000
15000
27.029 23.881 21.365
30000 25000
22585
25000
PDRB Perkapita_Sulawesi Tenggara Indonesia (PDB)
40000
8846
10000 5000
17.361 15.786 14.892 14.103 12.653 12.558 11.689 15000 10.308 8.528 10000 6.422 7.402 20000
0 Kota Baubau
Kota Kendari
Konawe Utara
Buton Utara
Kolaka Utara
Wakatobi
Bombana
Konawe Selatan
Kolaka
PDRB Perkapita_Kab/Kota PDRB Perkapita_Sulawesi Tenggara
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
D2.
Konawe
Muna
Buton
5000
Investasi PMA dan PMDN
Perkembangan realisasi nilai investasi PMA selama lima tahun terakhir (2006-2011) Provinsi Sulawesi Tenggararata-rata meningkat, nilai realisasi investasi PMA tahun 2011 tercatat sekitar 17,4 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2010 (14 juta US$) atau sekitar 0,09 persen dari total PMA nasional dengan jumlah proyek sebanyak 28 proyek.Sementara untuk perkembangan nilai realisasi investasi PMDN kecenderungan meningkat, nilai investasi PMDN tahun 2011di Provinsi Sulawesi Tenggaramencapai 59miliar rupiah meningkat dari nilai PMDN 2010 (19,2 miliar rupiah) atau sekitar 0,08persen dari total PMDN secara nasional dengan jumlah proyek sebanyak8 proyek. Tabel 8: Perkembangan Realisasi Nilai Investasi PMA dan PMDN Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2012 Tahun
PMA Juta US$
PMDN Proyek
Rp. Miliar
Proyek
2010
13,97
10
19,20
5
2011
17,00
28
59,04
8
2012
35,72
41
907,34
6
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
13
E.
PRASARANA WILAYAH
E1.
Jaringan Irigasi
Pembangunan jaringan irigasi merupakan langkah strategis dalam mendukung peningkatan produksi pangan, serta dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional.Luas Potensial jaringan irigasi diSulawesi Tenggara meliputi 65.835 hektar atau 0,89 persen dari jaringan irigasi potensial di Indonesia., Sementara untuk jaringan irigasi terbangun tersier sekitar 46,945 hektar dan luas jaringan irigasi utama sekitar 61.268 hektar.Sementara menurut kewenangan, sekitar 19.471 hektar atau sekitar 29 persen kewenangan pusat, 19.491 hektar (29%) kewenangan provinsi, dan 28.268 hektar (42%) kewenangan kabupaten/kota.
E2.
Infrastruktur Jalan
Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 7518,91 km, Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index), Departemen PU), kualitas jalan Nasional Tidak Mantap di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 mencapai 216,97 km yang terdiri dari 8,95 kondisi jalan rusak ringan dan 6,58 persen dengan kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap sepanjang 1157,35 km atau sekitar 82,84 persen dari total panjang jalan Nasional di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density), kerapatan jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,22. Km/Km²lebih rendah dari kerapatan jalan tingkat nasional (0,23 Km/Km²). Sementara panjang jalan menurut kondisi permukaan jalan, jalan beraspal di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi 47 persen dari total panjang jalan, dan sisanya 28 persen jalan kerikil, 34 persen jalan tanah dan lainnya. Tabel 9: Panjang Jalan Menurut Provinsi dan Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km) Provinsi
Negara
Provinsi
Kab / Kota
Jumlah
Sulawesi Tenggara
7518,91
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab/Kota
Tabel 10: Kondisi Kemantapan Jalan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Berdasarkan Kerataan Permukaan Jalan (IRI) Status : Awal Agustus 2011 Panjang Kepmen PU (km) 1.397,05
Kondisi Permukaan Jalan (km) Baik 974,76
Sedang 182,59
Rusak Ringan 125,02
Kondisi Kemantapan (km)
Rusak Berat 91,94
Mantap 1.157,35
Tidak Mantap 216,97
Kondisi Permukaan Jalan (%) Baik 69,77
Sedang
Rusak Ringan
13,07
Rusak Berat
8,95
Sumber: Subdit Informasi dan Komunikasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kementrian PU
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kondisi Kemantapan (%)
6,58
Mantap 82,84
Tidak Mantap 15,53
14
F.
POTENSI SUMBERDAYA ALAM
F1.
Sumber Daya Lahan
Secara keseluruhan, luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 3.814.000 ha, sebagian besar merupakan (digunakansebagai) hutan negara. Penggunaanlahan diklasifikasikan ke dalam 12kategori yaitu; sawah, tanahpekarangan/ tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tanah tegal/ kebun, tanah ladang/ huma, tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak dapat ditanami, tanah tambak/kolam/ tebat dan empang, tanah lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan tanaman kayu-kayuan, tanah hutan negara, tanah perkebunan dan tanahlain-lain. Konversi lahan menunjukkan adanya dinamika pemanfaatan tanah, dimana telah terjadi peningkatan pemanfaatan lahan ladang tambak, kolam, tebat dan empang.
F2.
Potensi Pertanian
Setidaknya terdapat delapan jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Sulawesi Tenggara yaitu: padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka selain memanfaatkan produksi lokal, Depot Logistik (Dolog) Provinsi Sulawesi Tenggara telah memasok beras dari luar wilayah. Produksi padi mencakup padi sawah dan padi ladang. Kualitas produksi padi dan palawija adalah: gabah kering giling (padi), pipilan kering (jagung), biji kering (kedelai dan kacang tanah), dan umbi basah (ubi kayu dan ubi jalar).
F3.
Potensi Perikanan dan Kelautan
Jumlah Produksi perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010 adalah sebanyak 270.950,0 Ton dengan nilai 862.990 juta. Jika dibandingkan tahun 2009 nilai tersebut mengalami penurunan yaitu 1.218.424,4 Ton dengan nilai 2.576.534 juta. Kabupaten yang menghasilkan produksi perikanan laut tetinggi yaitu Kabupaten Buton (47.691,3 Ton) dan Kabupaten yang produksi perikanan darat tertinggi yaitu Kabupaten Kolaka (32.008,3 Ton).
F4.
Potensi Sumberdaya Mineral
Di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat tiga perusahaan pertambangan besar, yaitu P.T Aneka Tambang (pertambangan nikel) yang terletak di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, P.T Sarana Karya (pertambangan aspal) yang terletak di Banabungi, Kabupaten Buton. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan yang ketiga adalah PT. Bakrie Prima yang mengelola Pertambangan Marmer di Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Masyarakat Sulawesi Tenggara menggunakan tenaga listrik atau penerangan listrik yang pada umumnya diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan masyarakat pedesaan yang tidak terjangkau dengan jaringan listrik dari PLN menggunakan tenaga listrik non PLN dan lampu minyak tanah.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA