OPEN ACCESS DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA A. Ridwan Siregar Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Open access (OA) penting untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Semakin banyak literatur penelitian dengan akses terbuka, akan memberi manfaat lebih besar bagi umat manusia. Bagi negara berkembang seperti Indonesia OA menjadi lebih penting setidaknya karena dua hal. Pertama, ketimpangan terhadap akses artikel jurnal lebih besar di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Harga jurnal berlangganan misalnya terasa sangat mahal bagi negara berkembang karena perbedaan daya beli. OA dapat berarti pemerataan akses antara negara maju dan berkembang. Kedua, literatur OA dari negara berkembang yang sebelumnya kurang dikenal akan mendunia dan membuka peluang untuk berkolaborasi. Jika literatur jurnal OA penting maka gerakan OA juga menjadi penting. Oleh karena itu, pendukung gerakan OA justru seharusnya lebih giat lagi di negara berkembang.
Kampanye gerakan OA internasional pertama dicetuskan di Budapest sepuluh tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Februari 2002, yang dikenal dengan nama Budapest Open Access Initiative (BOAI). Kemudian berikutnya disusul dengan Bethesda Statement on OA Publishing pada bulan Juni 2003, dan Berlin Declaration on OA to Knowledge in the Sciences and Humanities pada bulan Oktober 2003. Pada tahun 2007, MIT meluncurkan OpenCourseWare (OCW) yang memuat materi kuliah secara online. USU pernah memperoleh penghargaan dari OCW Consortium (OCWC) sebagai The Best New Sites of OpenCourseWare di Massachusetts pada tahun 2011 .
Gerakan OA terus berkembang baik yang terorganisir seperti disebutkan di atas maupun yang bersifat perorangan. Di Amerika Serikat misalnya antara lain dikenal Peter Suber dan Aaron Swartz. Yang disebutkan terakhir adalah seorang aktivis internet yang telah populer di bidang teknologi informasi sejak berusia 15 tahun. Ia membantu mengembangkan format web feed RSS dan sebagai penemu situs populer Reddit. Sangat disayangkan Aaron Swartz kemudian ditemukan tewas pada tanggal 19 Januari 2013, mengakhiri sendiri hidupnya karena depresi. Ia didakwa menggunakan jaringan MIT untuk mengunggah terlalu banyak artikel ilmiah dari basis data JSTOR pada tahun 2010, meskipun hal itu dilakukannya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi adalah untuk menunjukkan
kepada dunia bahwa karya akademik seharusnya menguntungkan seluruh umat manusia. Ia yang baru berusia 26 tahun saat itu, mungkin bisa dikatakan sebagai martir ideologi OA.
Cakupan dan Bentuk Open Access
Peter Suber (2012) menyebutkan bahwa literatur OA adalah dalam bentuk digital, bebas biaya, dan bebas dari rintangan hak cipta dan lisensi. Literatur dimaksud adalah artikel jurnal bertinjauan sejawat (peer reviewed) yang disetujui untuk akses bebas dan tersedia bagi siapa saja. Literatur OA dapat disajikan dengan dua cara yaitu: (a) dimuat pada jurnal OA, atau (b) dimuat dalam arsip atau repositori OA. Jurnal OA tentu saja memerlukan biaya produksi seperti untuk tinjauan oleh sejawat, penyiapan manuskrip, dan ruang penyimpanan (server). Biaya ini biasanya dibebankan kepada penulis atau sponsor penulis.
Sedangkan yang dimuat pada arsip atau respositori OA biasanya adalah karya tidak bertinjauan sejawat, tetapi juga disajikan secara bebas kepada siapa saja. Karya jenis ini dapat berupa unreferred preprints, refered postprints, atau keduanya. Jika repositorinya memiliki protokol harvesting metadata dari Open Archive Initiative (OAI), maka pengguna dapat menemukan konten tersebut tanpa harus mengetahui dokumen yang tersedia, di mana lokasinya, dan isinya apa saja. Saat ini tersedia sejumlah perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk membangun dan memelihara arsip seperti itu dan telah banyak digunakan di Indonesia.
Dalam peringatan sepuluh tahun kampanye OA, dinyatakan kembali dua strategi utama BOAI ke depan yaitu: (a) OA melalui repositori (disebut Green OA) dan (b) OA melalui jurnal (disebut Gold OA). Keduanya dipandang dapat digapai oleh para ilmuwan atau peneliti dengan segera dan tidak perlu menunggu perubahan aturan atau market. BOAI menghasilkan sejumlah rekomendasi yang terbagi ke dalam empat aspek yaitu tentang: kebijakan, peggunaan kembali dan lisensi, infrastruktur dan keberlanjutan, dan advokasi dan koordinasi. Secara ringkas beberapa butir yang dianggap penting oleh penulis diuraikan seperti berikut ini.
Tentang kebijakan, direkomendasikan antara lain: Semua perguruan tinggi (PT) hendaknya memastikan bahwa semua artikel ilmiah bertinjauan sejawat dari setiap dosen beserta semua tesis dan disertasi lulusan PT yang bersangkutan dimuat dalam repositori institusi (IR) PT. Jika ada yang berkaitan dengan paten, pemuatannya dapat ditunda tetapi bukan dikecualikan secara permanen. Metadata dari setiap karya hendaknya didepositkan segera jika tersedia, dan teks-penuhnya dapat
2
dimuat menyusul setelah diperoleh izin untuk itu. Setiap PT hendaknya menjadikan kewajiban deposit pada IR sebagai salah satu persyaratan penilaian seperti untuk promosi jabatan bagi para dosen atau peneliti dan bentuk asesmen lainnya.
Tentang penggunaan kembali karya dan lisensi, direkomendasikan untuk menggunakan CC-BY (Creative Common Atribusi BY) atau yang sejenis sebagai pilihan lisensi untuk publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali karya-karya tersebut.
Tentang infrastruktur dan keberlanjutan, direkomendasikan antara lain: Setiap PT hendaknya memiliki IR sendiri, berpartisipasi dalam repositori konsorsium OA, atau melakukan outsourcing pada layanan repositori yang tersedia. Institusi yang tidak berafiliasi dengan PT diberikan hak deposit pada repositori OA. Setiap repositori OA hendaknya memberikan cara untuk harvesting dan deposit pada repositori OA lain. Repositori OA harus memberi kepada penulis hak untuk mengunggah, menggunakan data sitasi yang tersedia, serta menyajikan data tersebut untuk tujuan impact metrics alternatif. PT dan institusi penyandang dana hendaknya membantu penulis untuk membiayai publikasi pada jurnal OA berbasis bayar, dan subsidi pada jurnal OA tidak berbayar. Jika jurnal berlanganan atau jurnal non OA memberikan izin pengarsipan sendiri atau deposit pada repositori OA, izin tersebut harus dinyatakan dengan jelas apakah dalam bentuk human-readable atau machine- readable, atau dengan standar terbuka.
Tentang advokasi dan koordinasi, BOAI merekomendasikan antara lain: Tersedianya standar profesional perilaku untuk publikasi OA. Komunitas OA hendaknya lebih sering bersuara dalam bentuk konser untuk kampanye OA. Kampanye dunia untuk artikel penelitian hendaknya bekerja lebih dekat satu sama lain. Mengartikulasikan dengan lebih jelas disertai dengan bukti tentang keyakinan OA kepada lebih banyak pemangku kepentingan.
Perkembangan Open Access di Indonesia
OA di Indonesia sebenarnya mengalami perkembangan yang menggembirakan tetapi tidak sepesifik untuk jurnal penelitian. Perkembangan utamanya adalah dalam bentuk repositori institusi yang dikenal dengan IR. Hingga saat artikel ini ditulis, terdapat 28 IR perguruan tinggi yang masuk dalam Rankings Web of Repositories oleh Webometrics yang dilakukan sejak tahun 2008. Hasil pemeringkatan ini cukup mengesankan karena 4 di antaranya mampu menduduki peringkat 19 hingga 30 dunia pada edisi Juli 2012 yaitu ITS, USU, Unand, dan Undip. USU sendiri mulai
3
mengembangkan IR pada tahun 2001 bahkan sebelum ada kesadaran tentang OA yang dicetuskan kemudian di Budapest. Dalam Portal Garuda terdapat sebanyak 283 kontributor IR dengan total judul 668.619 dokumen karya Indonesia, termasuk lebih dari 20 judul jurnal. Sedangkan pada Directory of Open Access Repositories (OpenDOAR) terdaftar sebanyak 25 IR.
Selain dalam bentuk IR, penerbit jurnal di Indonesia, yang pada umumnya adalah PT juga mendaftarkan jurnalnya pada Directory of Open Access Journals (DOAJ). Berdasarkan statistik DOAJ, Indonesia berada pada peringkat 35 dari 121 negara, dengan jumlah jurnal sebanyak 45 dari total 8.604 judul dari seluruh dunia (Januari 2013). DOAJ diluncurkan sejak tahun 2002, dan jurnal Indonesia mulai terdaftar sejak tahun 2009. Jumlah ini memang masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah judul jurnal yang terbit di Indonesia. Dalam Indonesian Scientific Journals Database (ISJD) yang dikembangkan oleh LIPI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) saja terdaftar 245 judul jurnal, dan diperkirakan masih banyak lagi yang diterbitkan tetapi tidak bisa ditemukan dengan googling.
Karya penulis Indonesia juga tersedia pada beberapa situs layanan konten dan blog perorangan. Pada situs OCWC seperti disebutkan sebelumnya, terdaftar dua PT yaitu Universitas Sumatera Utara dan Universitas Indonesia.
Gerakan OA di Indonesia
Gerakan OA di Indonesia seperti yang dimaksudkan oleh BOAI yaitu gerakan untuk artikel jurnal ilmiah (scholarly journal) OA belum terlihat dengan nyata. Blog Indonesian Open Access Initiative (IOAI) yang diluncurkan pada tahun 2007, kontennya tidak lagi diremajakan sejak tahun 2008. Jika pun ada gerakan hanya dalam bentuk individual, sedangkan gerakan yang terorganisir dan melibatkan lebih banyak institusi dan/atau perorangan kelihatannya belum menjadi kenyataan. Tetapi dapat dicatat bahwa ada dua pertemuan yang berlangsung tahun 2012 di Indonesia yang membicarakan masalah OA yaitu: Konferensi Infrastruktur Informasi di bidang Sains dan Teknologi: Digitalisasi, Open Access dan Interopabilitas, diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2012, dan Konferensi Creative Common, yang juga diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 11 November 2012.
Dalam Konferensi Infrastruktur Informasi di bidang Sains dan Teknologi, kerjasama Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) dengan Goethe-Institute dibicarakan tentang OA. Dalam pertemuan ini
4
terungkap antara lain bahwa Kementerian Ristek mendigitalisasi 1.860 makalah ilmiah. Selain itu, Kementerian Ristek bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah membuat perangkat lunak untuk e-journal nasional yang disebut Open Journal System (OJS) atau Pustaka Jurnal Ilmiah Indonesia yang diadopsi dan dimodifikasi dari perangkat lunak OJS.
Kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh dari konferensi ini antara lain adalah: Interoperabilitas perlu dikembangkan dengan menggunakan sistem standar terbuka agar kegiatan saling berbagi data dan informasi dapat terwujud; Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan milik Pemerintah dan perguruan tinggi diharapkan mempunyai kemauan untuk saling berbagi data dan informasi melalui interoperabilitas; dan
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya kerjasama yang
diprakarsai oleh Kementerian Ristek, Kementerian Dikbud, dan Perpustakaan Nasional.
Dalam Konferensi Creative Common diluncurkan Creative Common Indonesia (CCI). Pertemuan CCI ini juga membahas tentang perbedaan atara nilai dan harga, di mana walaupun harga sesuatu mahal tetapi belum tentu bernilai. Selain itu, diungkapkan bahwa kita masih menghadapi masalah knowledge devide di mana sebagian orang bisa memperoleh akses terhadap pengetahuan, dan sebahagiannya lagi tidak bisa mengaksesnya. Pertumbuhan informasi sangat pesat dalam sepuluh tahun terakhir, bahkan pertumbuhan di Asia lebih cepat dari pada di negara maju. Disebutkan juga bahwa penulis tidak bisa mendistribusian karya mereka sementara penerbit dapat melakukan apa saja.
Menyadari hal tersebut, kampanye tentang OA di Indonesia perlu digerakkan kembali agar karya Indonesia bisa lebih dikenal oleh dunia dan sebaliknya karya dunia terdistribusi lebih luas sehingga Indonesia bisa menggunakannya dengan cara yang lebih mudah. OA memiliki potensi menjadikan penelitian dari Indonesia lebih dikenal oleh peneliti lain di dunia, demikian juga sebaliknya OA menjadikan penelitian dari negara lain dapat diakses oleh peneliti Indonesia. Selain itu, mempublikasikan hasil penelitian pada jurnal OA dapat membantu kita mengintegrasikan penelitian yang kurang dikenal ke dalam pengetahuan global dan membuka peluang untuk berkolaborasi.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan antara lain bahwa OA yang berkembang di Indonesia lebih pada karya non jurnal tetapi karya tulis akademik apa saja, sedangkan jurnal OA menurut
5
penulis belum menjadi fokus perhatian. Demikian juga halnya dengan gerakan OA di Indonesia belum terbentuk dengan terorganisir tetapi bersifat sporadis. Sehubungan dengan itu, ke depan gerakan OA di Indonesia hendaknya fokus pada hasil penelitian atau artikel jurnal. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang erat antara berbagai kementerian dan lembaga termasuk Kementerian Dikbud, LIPI, Kementerian Ristek, Perpustakaan Nasional, dan kalangan perguruan tinggi.
Rujukan Butterworth, Trevor (2013) Cyber Martyr: The Tragedy of Aaron Swartz. Retrieved January, 27, 2013, from http://www.thedailybeast.com/newsweek/2013/01/20/the-tragedy-of-aaronswartz.html. DOAJ (2013). Directory of Open Journals. Retrieved January, 27, 2013, from http://www.doaj.org/doaj?func=byCountry&uiLanguage=en Garuda (2013) Garba Rujukan Digital. Retrieved January, 27, 2013, from http://garuda.dikti.go.id/jurnal/kontributor Hsieh, Steven (2013) Why Did the Justice System Target Aaron Swartz? Retrieved January, 27, 2013, from http://www.rollingstone.com/politics/news/why-did-the-justice-system-target-aaronswartz-20130123 ISJD (2013) Indonesian Scientific Journal Database. Retrieved January, 27, 2013, from http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Daftar-Jurnal-Hasil-Akreditasi-DIKTI/Page-10.html Laporan Konferensi Infrastruktur Informasi di bidang Sains dan Teknologi : Digitalisasi, Open Access dan Interopabilitas (2013). Retrieved January, 27, 2013, from http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/cid/1/id/11311 Marcus, Jon (2013) Unexpected martyr for the open-access movement. Retrieved January, 27, 2013, from http://www.timeshighereducation.co.uk/story.asp?sectioncode=26&storycode= 422470&c=1 OpenDoar (2013) Directory of Open Access Repositories. Retrieved January, 27, 2013, from http://www.opendoar.org/countrylist.php?cContinent=Asia Prologue: The Budapest Open Access Initiative after 10 years (2013). Retrieved January, 27, 2013, from http://www.opensocietyfoundations.org/openaccess/boai-10-recommendations Suber, Peter (2012) Open Access Overview: Focusing on open access to peer-reviewed research articles and their preprints. Retrieved January, 27, 2013, from http://www.earlham.edu/~peters/fos/overview.htm. Webometrics (2012) Ranking Web of Repositories. Retrieved January, 27, 2013, from http://repositories.webometrics.info/en/Asia/Indonesia Wikimedia Indonesia (2013) Konferensi Creative Commons Asia Pasifik 2012 dan Peluncuran Creative Commons Indonesia/Notulensi Diskusi Publik. Retrieved January, 27, 2013, from http://wikimedia.or.id/wiki/Konferensi_Creative_Commons_Asia_Pasifik_2012_dan_Pelunc uran_Creative_Commons_Indonesia/Notulensi_Diskusi_Publik
6