DOI: 10.17969/jtipi.v7i1.2816
http://jurnal.unsyiah.ac.id/TIPI
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal
KAJIAN PERUBAHAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK IKAN BELEDANG DALAM KEMASAN POLYPROPYLENE RIGID
STUDY OF QUALITY CHANGES DURING STORAGE AND SHELF LIFE PREDICTION OF BELEDANG FISH CHIPS IN RIGID POLYPROPYLENE PACKAGING Yessy Rosalina* dan Evanila Silvia INFO ARTIKEL Submit: 8 Januari 2015 Perbaikan: 20 Februari 2015 Diterima: 3 Maret 2015 Keywords: total microbes, shelf life, Arrhenius model, beledang fish chips, polipropylene
ABSTRACT
This research aims to determine the quality changes during storage and shelf life of beledang fish chips in rigid polypropylene packaging. Observation of quality based on the moisture content and total microbes were done on 0 and 30th days at 25°C, 30°C and 35°C with 3 replicates at each storage temperature. Shelf life prediction of beledang fish chips based on moisture content changes at 25oC, 30oC dan 35oC was measured using Arrhenius Model. The result shows that there is a change in water content and total microbes in beledang fish chips during storage. At storage temperature of 35oC, the chips have moisture content changes and total microbes on the 30th day of storage which are 4% and 10 x 104Cfu. The shelf life of beledang fish chips in polypropylene rigid packaging at storage temperature of 25oC, 30oC and 35oC is 9 months 28 days, 10 months 3 days, and 10 months 8 days respectively.
1. PENDAHULUAN Produksi Ikan Beledang (Trichiurus lepturus) di Provinsi Bengkulu pada tahun 2011 cukup besar mencapai 1269,1 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012). Hal ini menyebabkan masyarakat banyak yang mengolahnya menjadi berbagai macam produk yang mempunyai nilai tambah. Bentuk olahan ikan beledang yang menjanjikan dan menjadi favorit adalah keripik. Keripik merupakan produk diversifikasi makanan ringan (snack food) yang kering dan renyah (crispy). Produk ini digemari oleh masyarakat luas karena rasanya enak, mudah dibawa (disimpan), mempunyai citarasa yang gurih serta dapat Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu *email:
[email protected]
dinikmati kapan saja. Saat ini keripik ikan beledang yang beredar di pasaran terutama Kota Bengkulu seringkali belum dikemas dengan baik. Padahal kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari penurunan pada beberapa karakteristik mutu selama masa penyimpanan baik yang dapat dilihat secara fisik maupun non fisik (Sumiyarto, 2013). Penurunan mutu dapat menyebabkan terjadinya penurunan umur simpan produk (Suwita, dkk., 2013). Keripik ikan beledang merupakan jenis makanan kering yang mengandung lemak sehingga dalam penyimpanannya perlu menjaga atau mempertahankan kerenyahan produk agar terhindar terjadinya ketengikan. Untuk itu, parameter utama yang harus diperhatikan adalah kadar air, karena kerenyahan suatu produk sangat erat kaitannya dengan kadar air. Selain itu, kadar air juga dapat menunjukkan aktivitas mikroba pada produk. Hal ini didukung oleh Herawati (2008) faktor yang berpengaruh nyata pada
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
2015
1
penurunan mutu produk adalah perubahan kadar air dalam produk dan menurut Saleh dkk (2013), kadar air merupakan variabel yang diketahui merupakan parameter kritis masa kedaluwarsa suatu produk. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui tingkat ketahanan produk selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu selama penyimpanan dan pendugaan umur simpan dari keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigid. Pemilihan kemasan berbahan polypropylene pada penelitian ini dikarenakan jenis plastik ini relatif aman digunakan untuk makanan atau bahan pangan (Mareta, 2011), kemampuan permeabilitasnya terhadap uap air dan gas, sifat fisik dan tingkat transparansinya (kebeningan) serta harga. Melalui pendugaan umur simpan, dapat diketahui umur suatu produk dapat disimpan sebelum dikonsumsi. Kendala yang sering dihadapi oleh industri pangan dalam penentuan umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, oleh karena itu diperlukan metode pendugaan umur simpan cepat, mudah, murah, dan mendekati umur simpan yang sebenarnya (Herawati, 2008). Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode percepatan atau Accelerated Shelf Life Test (ASLT) dengan model Arrhenius, yaitu teknik pendugaan umur simpan produk pangan yang sensitif oleh perubahan suhu (Pranoto dkk., 2012) 2. MATERIAL DAN METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah oven, timbangan analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri, inkubator, blender, dan hand tally counter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keripik ikan beledang, aquades, media PDA (Potato Dextrose Agar), kemasan polypropylene rigid ketebalan 0,36 mm, dan label kemasan. Parameter Pengamatan Parameter mutu yang digunakan untuk pendugaan umur simpan dalam penelitian ini adalah kadar air keripik dan total mikroba (TPC) ikan beledang kering dalam kemasan polypropylene rigid pada suhu penyimpanan keripik ikan beledang yaitu 25oC, 30oC dan 35oC dengan 3x ulangan. Pengamatan kadar air dilakukan pada hari ke-0 hingga hari ke-30, setiap 3 hari untuk masing-masing suhu penyimpanan. Sedangkan pengamatan perubahan mutu berdasarkan total mikroba (TPC) produk dilakukan pada penyimpanan hari ke-0 dan ke-30
2
pada masing-masing dilakukan pengamatan.
suhu
penyimpanan,
Analisa Data Menurut Kusnandar dkk (2010); Anagari dkk (2011); dan Pranoto dkk (2012), metode pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) yaitu dengan cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang menyebabkannya cepat rusak baik pada suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang lebih tinggi. Metode akselerasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dengan akurasi yang baik. Metode ASLT model Arrhenius banyak digunakan untuk pendugaan umur simpan produk pangan yang mudah rusak oleh reaksi kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi Maillard, denaturasi protein dan sebagainya. Secara umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat pada suhu yang lebih tinggi yang berarti penurunan produk semakin cepat terjadi. Salah satu produk pangan yang dapat ditentukan umur simpannya dengan model Arrhenius adalah produk chips/snack dan produk pangan lain yang mengandung lemak tinggi (berpotensi terjadinya oksidasi lemak), atau yang mengandung gula pereduksi dan protein (berpotensi terjadinya reaksi browning). Model Arrhenius ini menggunakan data perubahan parameter mutu selama penyimpanan. Menurut Petrou dkk (2002) dan Riyanto dkk (2012), data yang diperoleh dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diukur dengan lama penyimpanan, persamaannya yaitu : dimana : y = variabel yang diukur x = masa simpan a = nilai variabel yang diukur pada saat mulai disimpan b = laju kerusakan (k) Nilai k yang diperoleh dari persamaan regresi diterapkan pada persamaan Arrhenius menjadi laju penurunan mutu yaitu : dimana : k = konstanta penurunan mutu k¬¬0 = konstanta (tidak tergantung pada suhu) E = energi aktivasi (Joule) T = suhu mutlak (oC + 273) R = konstanta gas, 1,986 kal/mol Setelah didapatkan laju penurunan mutu keripik ikan beledang, kemudian dapat dihitung
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
No. 1 , 2015
umur simpan keripik ikan beledang berdasarkan masing-masing suhu penyimpanan dengan persamaan sebagai berikut :
Tabel 1. Perubahan Mutu Keripik Ikan Beledang dalam Kemasan PolypropyleneRigid Total Mikroba (x104) Cfu Bahan
dimana : Ts = umur Simpan T = suhu absolut dalam oK (oC + 273) B = laju penurunan mutu 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu selama Penyimpanan Pada keripik ikan beledang, kadar air merupakan salah satu parameter utama pada produk pangan (Herawati, 2008) karena sangat berhubungan dengan kerenyahan dan peningkatan aktivitas mikroba dalam produk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, bahwa semakin tinggi peningkatan kadar air keripik ikan beledang maka semakin tinggi juga peningkatan jumlah mikroorganismenya. Uji TPC dilakukan untuk mengetahui tingkat sanitasi dari produk keripik ikan beledang. Hasil uji terhadap keripik ikan beledang dalam kemasan selama 30 hari penyimpanan menunjukkan perubahan jumlah mikroorganisme yang berbeda. Pada suhu penyimpanan 25oC terjadi kenaikan dari hari ke 0 dengan jumlah mikroorganisme 30 x 104 Cfu menjadi 210x104 Cfu. Pada suhu penyimpanan 30oC juga terjadi kenaikan mikroorganisme menjadi 40 x 104 Cfu. Namun pada suhu penyimpanan 35oC jumlah mikroorganisme mengalami penurunan menjadi 10x104 Cfu walaupun masih belum memenuhi standar SNI yang ditetapkan. Rincian perubahan mutu keripik ikan beledang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa total mikroorganisme keripik ikan beledang mengalami peningkatan pada penyimpanan dengan kemasan polypropylene rigid di suhu 25oC dan 30oC sedangkan pada suhu 35oC terjadi sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan polypropylene rigid tidak mampu mempertahankan mutu keripik ikan beledang pada penyimpanan dengan suhu 25oC dan 30oC. Hal ini disebabkan pada kedua suhu tersebut memiliki kelembaban yang tinggi dibanding pada suhu 35oC (suhu ruang) sehingga suhu yang paling sesuai untuk penyimpanan keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigid adalah pada suhu 35oC karena mikroorganisme tidak mampu tumbuh atau berkembang biak.
Keripik Ikan Beledang
SNI 32713.12009 (kerupuk ikan)
Hari ke0
Penyimpanan suhu 25oC Penyimpanan suhu 30oC Penyimpanan suhu 35oC
30
Kadar Air (%) SNI 32713.12009 (kerupuk ikan)
Hari ke0
210 5
30
40 10
30
6.20 12
2.78
5.80 4.00
Tingginya total mikroorganisme pada keripik ikan beledang pada hari ke-0 inilah yang menyebabkan produk ini tidak memenuhi standar SNI 3-2713-1.2009 sebelum masa penyimpanan. Tingginya total mikroorganisme pada hari ke-0 ini, seringkali disebabkan penggunaan bahan baku yang kurang baik dan teknik pengolahan keripik yang kurang memperhatikan sanitasi. Hal ini didukung oleh Silvia (2013), bahwa kualitas ikan kering yang dihasilkan masyarakat seringkali masih rendah sehingga hal ini menyebabkan hasil olah dari ikan kering pun belum memenuhi standar SNI yang ditetapkan. Pendugaan Umur Simpan Kadar air keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigid selama penyimpanan cenderung meningkat pada ketiga suhu yaitu 25oC, 30oC dan 35oC. Semakin rendah suhu penyimpanan, maka tingkat kenaikan kadar air semakin tinggi. Kecenderungan kenaikan nilai kadar air dipengaruhi oleh sifat permeabilitas (Tabel 2) kemasan polypropylene yang cukup tinggi dibanding kemasan HDPE (High Density Polyethylene) dan OPP (OrientedPolypropylene) (Yam, 1995; Sampurno, 2006 dan Wijaya, 2007) sehingga uap air dan oksigen dari lingkungan mampu masuk melewati bahan kemasan. Walaupun menurut Julianti dan Mimi (2006); dan Buckle dkk (2009), sebenarnya kemasan polypropylene cukup baik untuk digunakan pada makanan kering karena sifatnya yang tahan terhadap lemak, kedap uap air dan stabil pada suhu tinggi dibanding kemasan LDPE(Low Density Polyethylene), PC (Polycarbonate) dan PS (Polystyrene). Selain itu, tampilan polypropylene yang mengkilap dapat menambah daya tarik produk yang dikemas.
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
3
Tabel 2. Kemasan
Sifat
Permeabilitas
dari
Beberapa
Permeabilitas Laju Transmisi Uap Air Jenis Kemasan
(g/m2.hari) @ 38oC dan RH 90%
Laju Transmisi Oksigen (ml.25 mic/m2.hari.atm) @ 25oC
Aluminium Foil
0–1
0–1
OPP(Oriented Polypropylene)
3,9 – 6,2
1500
HDPE (High Density Polyethylene)
4,7 – 7,8
2868
PP (Polypropylene)
9,3 – 11
3340
PET(Polyester)
16 – 20
47 – 62
LDPE (Low Density Polyethylene)
16 – 23
7750
EVOH (Ethylene Vinyl Alcohol)
22 – 124
0,5 - 2034
PC
150
4650
PS
108 - 155
3875 - 5425
Berdasarkan hasil regresi di atas dapat dilihat bahwa koefisien korelasi (R2) berkisar 0,830– 0,964 yang artinya korelasi (hubungan) antara suhu dan kadar air cukup erat terhadap perubahan mutu keripik ikan beledang sehingga parameter kadar air digunakan untuk pendugaan umur simpan keripik ikan beledang. Persamaan diatas kemudian didapat nilai penurunan mutu (k) yang diperoleh dari slope (kemiringan) dari masing-masing suhu. Nilai Ln k diperoleh dari penghitungan Ln terhadap nilai k. T menyatakan suhu yang mutlak dalam satuan Kelvin. Nilai k, Ln k, T, dan 1/T dari berbagai suhu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil nilai k, Ln k, T, dan 1/T dalam penghitungan nilai tambah k
Ln k
T ( oK )
1/T
Suhu 25 C
0,094030
-2,36415
298
0,003356
Suhu 300 C
0,118786
-2,13043
303
0,003300
Suhu 350 C
0,119536
-2,12414
308
0,003247
Suhu 0
Sumber :Sunoto (2006); Sampurno (2006) Selain pengaruh sifat permeabilitas bahan kemasan, kelembaban udara lingkungan dan sifat higroskopis dari keripik ikan beledang juga dapat menyebabkan produk menyerap uap air dari lingkungan melewati bahan kemasan tersebut yang menyebabkan peningkatan kadar air (Wijaya, 2007). Terjadinya peningkatan kadar air hingga ke taraf tertentu pada keripik ikan beledang akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu sehingga produk kehilangan kerenyahannya dan menimbulkan reaksi oksidatif yang merangsang terjadinya ketengikan.
Setelah didapatkan nilai k dari masing-masing suhu penyimpanan kemudian dilakukan plot arrhenius dengan membandingkan nilai Ln k. Nilai 1/T dan Ln k dari perhitungan tabel diatas kemudian akan di plotkan dan didapatkan grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan kenaikan kadar air.
Hasil dari penghitungan nilai kadar air selama waktu penyimpanan terhadap ketiga suhu dapat dilihat pada Gambar 1 . Gambar 2. Penentuan Persamaan Arrhenius Plot data antara 1/T (suhu penyimpanan) dan Ln k akan mendapatkan persamaan regresi linier penurunan mutu keripik ikan beledang, dengan persamaan : Gambar 1. Perubahan Kadar Air pada Berbagai Suhu Penyimpanan Hasil regresi linier pada produk keripik ikan beledang yang disimpan pada suhu 25oC, 30oC, dan 35oC pada persamaan sebagai berikut : Suhu 25oC Y = 0,094030x + 2,727533 R2 =0,834 Suhu 30oC Y= 0,118786x + 1,599151 R2 =0,830 Suhu 35oC Y= 0,119536x + 0,600651 R2 =0,964
4
Y = –2214 x + 5,102 Nilai slope dari persamaan tersebut merupakan nilai –E/R dari persamaan Arrhenius konstanta gas (R = 1986 kal/mol), dari nilai itu kemudian dapat diperoleh nilai energi aktivasi dari keripik ikan beledang adalah :
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
No. 1 ,
2015
–E/R = –2214 K –E = –2214 x 1986 kal/ mol E = 437004 kal/mol Nilai intersep dari persamaan linier merupakan nilai Ln K0 dari persamaan Arrhenius, sehingga : Ln K0 = 5,102 K0= 164,236 Setelah nilai K0 diperoleh maka dapat disusun persamaan Arrhenius berdasarkan nilai E/R dan K0 sebagai berikut : K = K0e –E/RT K = 164,236 e –2214(1/T) Setelah persamaan arrhenius penurunan mutu keripik ikan beledang didapat, maka dapat dihitung laju penurunan mutu pada produk keripik ikan beledang sebagai berikut : Suhu 298oK (25 oC) K = K0e –E/RT K = 164,236 e –2214(1/T) K = 164,236 e –2214(0,003356) K = 164,236 e –7,430184 K = 0,000006099 Laju penurunan mutu keripik ikan beledang berdasarkan perubahan kadar air pada suhu penyimpanan 25 oC adalah 0,0006099% per hari Suhu 303oK (30oC) K = Koe –E/RT K = 164,236 e –2214(1/T) K = 164,236 e –2214(0,003300) K = 164,236 e –7,3062 K = 0,000008115 Laju penurunan mutu keripik ikan beledang berdasarkan perubahan kadar air pada suhu penyimpanan 30oC adalah 0,000811% per hari Suhu 308oK (35oC) K = Koe –E/RT K = 164,236 e –2214(1/T) K = 164,236 e –2214(0,003247) K = 164,236 e –7,188858 K = 0,000010632 Laju penurunan mutu keripik ikan beledang berdasarkan perubahan kadar air pada suhu penyimpanan 35oC adalah 0,00106% per hari.
Setelah didapatkan laju penurunan mutu, kemudian dapat dihitung umur simpan keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigiduntukmasing-masing suhu penyimpanan adalah : Suhu 298oK = 298 + 6,009E-6 = 9 bulan 28 hari Suhu 303oK = 303 + 8,115E-6 = 10 bulan 3 hari Suhu 308oK = 308 + 1,0632E-5 = 10 bulan 8 hari 4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Suhu penyimpanan 35oC memiliki perubahan kadar air dan total mikroba terendah pada penyimpanan hari ke-30 yaitu 4% dan 10 x 104 Cfu. 2. Umur simpan keripik ikan beledang dalam kemasan polypropylene rigid pada suhu penyimpanan 25oC adalah 9 bulan 28 hari, suhu 30oC adalah 10 bulan 3 hari, suhu 35oC adalah 10 bulan 8 hari. DAFTAR PUSTAKA Anagari, H., Mustaniroh, S.A., dan Wignyanto. 2011. Penentuan Umur Simpan Minuman Fungsional Sari Akar Alang-alang dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) (Studi Kasus di UKM “R.Rovit” Batu – Malang). Agrointek 5 (2) : 118 – 125. Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. 2009. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu. 2012. Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahunan Tahun 2011. Bengkulu. Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpanpada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 27(4) : 124–130. Julianti, E., dan Mimi, N. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Kusnandar, F., Adawiyah, D.R., dan Fitria, M. 2010. Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit dengan Metode Akselerasiberdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 21 (2) : 117 – 122. Mareta, D.T., dan S. Nur, A.2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin.Mediagro 7 (1) : 26 – 40. Petrou, A.L., Roulia, M., dan Tampouris, K. 2002. The use of the Arrhenius Equation in The Study of Deterioration and of Cooking of Food-Some Scientific and Pedagogic Aspect Chemistry Education: Research and Practice in Europe 3(1): 87–97. Pranoto, Y., Marseno, D.W., dan Haryadi. 2012. Perkiraan Umur Simpan Kacang Rendah Lemak dilapisi dengan Carboxymethyl Cellulose menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Test (ASLT). Agritech 32 (3) : 301 – 307. Riyanto, R., Supriadi., Suparmo., dan Heruwati, E.S. 2012. Persamaan Prediksi Umur Simpan Filet Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dikemas Vakum dalam HDPE. JPB Perikanan 7 (2) : 105 – 116.
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
2015
5
Saleh, E.R.M., Noor, E., Djatna, T., dan Irzaman. 2013. Prediksi Masa Kedaluwarsa Wafer dengan Artificial Neural Network (ANN) berdasarkan Parameter Nilai Kapasitansi. Agritech 33 (4) : 450 – 457. Sampurno, R.B. 2006. Aplikasi Polimer dalam Industri Kemasan.Jurnal Sains Materi Indonesia. Edisi Khusus Oktober : 15 – 22. Silvia, E. 2013.Aplikasi Quality of Function Deployment untuk Meningkatkan Kualitas Ikan Bleberan Kering di Kota Bengkulu. Jurnal Agroindustri 3 (2) : 116 – 123. Sumiyarto, N., Silvia, E., dan Rosalina, Y. 2013.Pemilihan Kemasan Primer Keripik Ikan Beledang dan Analisis Nilai Tambah. Jurnal Agroindustri 3 (1) : 14 – 22. Sunoto, R. 2006. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Kualitas dan Umur Simpan Kripik Nangka (Artocarpus heterophylla Lamk).[Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Suwita, I.K., Kristianto, Y., dan Purwaningsih F.Y. 2013. Pendugaan Umur Simpan Sirup Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), Madu dan Ekstrak Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) dengan Model Arrhenius dan Model Q10.Jurnal Agromix 2 (2) : 18 – 35. Wijaya, C.H. 2007. Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z dengan Metode Arrhenius. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Yam, K.L., dan Lee, D.S. 1995. Design of Modified Atmosphere Packaging for Fresh Produce in M.L. Rooney (Ed.) Active Food Packaging : p. 55 – 73. Chapman and Hall, New Zealand.
6
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
No. 1, , 2015