DOI: 10.17969/jtipi.v7i1.2828
http://jurnal.unsyiah.ac.id/TIPI
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal
TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP KOPI CAMPURAN ROBUSTA DENGAN ARABIKA
LEVEL OF CONSUMERS PREFERENCES ON COFFEE BLEND OF ROBUSTA AND ARABICA
Elsera Br Tarigan*, Dibyo Pranowo, Tajul Iflah INFO ARTIKEL Submit: 25 Januari 2015 Perbaikan: 28 Februari 2015 Diterima: 10 Maret 2015 Keywords: coffee, blending coffee, preference of coffee and organoleptic
ABSTRACT
Coffee is the third most consumption beverage after water and tea. The popularity of coffee as beverage makes coffee consumption becomes a habit in rural and urban communities. Arabica and robusta coffee is the most widely sell in the market. Both have distinctive characteristics, arabica has an excellent taste and high selling prices, whereas robusta has high productivity and affordable by the consument. Improving the quality and price of coffee, this study conducted robusta and arabica coffee blending and acceptance tested using the 32 respondents who are semi-skilled respondents. Hedonic test is done to see consumer acceptance of blended coffee between robusta and arabica with a ratio of 3: 1, 2: 1, 1: 1 and robusta as control. The parameters observed were color, aroma, flavor, acidity, body, after taste and overall, using a Likert scale. Respondents consisted of 59.4% men and 40.6% women, with the age range <30 years around 12.5%, 30-40 years around 40. 6% and above 40 years around 46.9%.Female respondents generally drank coffee <5 times a week, while men> 16 times a week, where the most respondents consume coffee instant. The result of hedonic test of four types of coffee served, male preferred blended coffee 3: 1 specially color, aroma and flavor. However female also prefer blended coffee 3: 1 with dominant variable color and aroma. The correlation between age and the variables especially taste and after-taste for the older male respondents increasingly like the taste of coffee served, and in contrary with the women .
1. PENDAHULUAN Kopi merupakan tanaman perkebunan strategis yang biasa dikonsumsi dalam bentuk minuman yang bersifat menyegarkan. Pada awal perkembangannya kopi hanya terbatas diproduksi dan dikonsumsi di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, tetapi sekarang meluas ke seluruh dunia dan banyak dikonsumsi di Eropa dan Amerika (Grigg, 2002). Perkembangan kopi yang pesat membuat minuman ini sudah menjadi bagian dari kebiasaan dan budaya masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Konsumsi kopi berbeda dengan konsumsi minuman lainnya, karena faktor ketenangan dan kefokusan yang Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Jl. Raya Pakuwon Km. 2 Parungkuda, Sukabumi 43357 *email:
[email protected]
diperoleh tanpa efek samping seperti minuman beralkohol. Ada banyak jenis kopi yang beredar di pasaran, tetapi secara umum yang terbesar adalah jenis arabika dan robusta. Kopi arabika dan robusta berbeda dari segi penampilan fisik, kesesuaian agroekologi (iklim dan ketinggian tempat), sifat kimia, dan penyajiannya yang berpengaruh terhadap citarasanya. Intensitas cahaya mempengaruhi citarasa dan kadar kafein kopi robusta. Intensitas cahaya sedang akan menghasilkan citarasa yang optimal, sedangkan intensitas cahaya yang semakin tinggi akan mengakibatkan kadar kafein menjadi semakin tinggi (Erdiansyah dan Yusianto, 2012). Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap optimalisasi fermentasi yang pada akhirnya mempengaruhi citarasa (Balaya et al., 2013). Semakin tinggi tempat pertanaman maka citarasa kopinya semakin baik. Kopi arabika memiliki citarasa yang khusus, namun body-nya tidak sebaik robusta dan target
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
12
pasarnyapun khusus, sedangkan kopi robusta memiliki pasar yang lebih strategis karena bisa ditanam di ketinggian rendah, toleran terhadap hama dan penyakit, mengandung antioksidan dan kafein tinggi. Kopi instan yang beredar di pasaran Indonesia merupakan jenis robusta, mempunyai rendemen hasil ekstraksi yang tinggi, sementara kopi arabika biasanya digunakan untuk memperbaiki citarasa dan aroma (Clarke and Macrae, 1987 dalam Capek et al., 2014). Di sisi lain, kopi yang banyak diminati di pasaran internasional merupakan campuran dari jenis arabika dan robusta dengan perbandingan tertentu (Downey and Boussion, 1996 dalam Romano et al., 2014).Kopi arabika dan robusta yang dicampur umumnya akan menghasilkan produk kopi yang memiliki nilai jual lebih tinggi serta diharapkan digemari lebih banyak konsumen, karena kopi yang dihasilkan memiliki kualitas citarasa, body dan warna yang terbaik. Kopi robusta dalam bentuk campuran berperan dalam meningkatkan nilai ekstraksi dan menyaring rasa asam pada kopi arabika. Sedangkan peran kopi arabika (bersifat agak asam) dapat mengurangi rasa pahit dan secara umum meningkatkan aroma yang dihasilkan (Bicchiet al., 1997). Dalam mencampur antara kopi arabika dan robusta ini perlu diperhatikan komposisi atau formula yang sesuai sehingga kualitas yang diinginkan dari kopi tersebut dapat terpenuhi. Untuk menghasilkan formulasi yang sesuai dengan preferensi konsumen terhadap pencampuran kedua jenis kopi ini maka perlu dilakukan suatu pengujian. Teknik pengujian secangkir kopi sering disebut dengan cupping coffee. Teknik ini diawali dengan melihat intensitas warna, menghirup aroma kopi, merasakan kopi, mengukur intensitas semua rasa, kekuatan rasa, mouthfeel (kepenuhan), keasaman, tingkat kepahitan, body (kekentalan) dan aftertaste (Gemilang, 2013). Tetapi dalam penelitian ini uji hedonik hanya menggunakan parameter warna, rasa, keasaman, body, aftertaste dan overall. Hal ini dilakukan karena ke-7 parameter tersebut dianggap sudah dapat mewakili terhadap pengujian penerimaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen umum terhadap kopi campuran robusta dengan arabika pada berbagai perbandingan.
2. MATERIAL DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) dimulai bulan Juli-Oktober 2014. Bahan dan metode Kopi arabika dan robusta yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil pertanaman di kebun percobaan Balittri. Jenis kopi arabika yang digunakan adalah Java Preanger Typica dan robusta jenis Lokal Cahaya Negeri. Pemanenan dilakukan pada buah kopi yang sudah matang fisiologis (kulit buah berwarna merah). Pengolahan dilakukan dengan metode semi basah yang meliputi sortasi, pengupasan kulit buah, fermentasi, pencucian lendir, penjemuran (kadar air 40%), pengupasan kulit cangkang, penjemuran biji (kadar air 11-13%). Kopi yang sudah kering kemudian disangrai pada suhu 110ºC (robusta) dan 120ºC (arabika) dan dihaluskan dengan menggunakan grinder. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pencampuran antara kopi robusta dengan arabika dengan perbandingan 3:1, 2:1, 1:1, dan sebagai kontrol digunakan kopi robusta. Masing-masing perlakuan ditimbang sebanyak 200 g kemudian diseduh dengan air panas (± 90ºC) dan disajikan kepada 32 orang panelis yang merupakan konsumen terbiasa minum kopi. Kopi yang diuji disajikan secara acak dengan menggunakan kode tiga digit angka acak menggunakan gelas yang tak berwarna secara serentak. Netralisir dilakukan pada saat pergantian antara kopi satu dengan kopi lainnya dengan memakan creaker dan meminum air putih. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah penilaian tingkat kesukaan konsumen terhadap warna seduhan dan komponen uji hedonik kopi campuran (warna, aroma, rasa, keasaman, body, after taste dan overall). Pengukuran peubah dirancang dalam bentuk skala Likert dengan pembobotan sebagai berikut: 1 = sangat suka; 2 = suka; 3 = sedang; 4 = tidak suka; 5 = sangat tidak suka. Skala likert digunakan karena sangat baik dalam mengukur sikap, karakter, dan tipe kepribadian dalam suatu prosedur dalam merubah hasil bersifat kualitatif menjadi kuantitatif dari suatu penelitian sosial (Boone and Boone, 2012). Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis ragam satu arah (one way anova) dan dilanjutkan dengan uji LSD taraf 5%. Disamping itu, dilakukan
13
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
juga analisis korelasi antara umur konsumen dengan tingkat kesukaan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden untuk pengujian kopi blended dapat dilihat pada Tabel 1. Responden yang menjadi panelis terdiri dari 59.4% pria dan 40.6% wanita. Jenis kelamin responden sangat penting dalam kaitannya dengan adanya perbedaan tujuan konsumsi kopi. Burnett (1999) menyebutkan bahwa dalam mengonsumsi kopi, pria cenderung berdasarkan rasionalitas waktu, sedangkan bagi wanita, konsumsi kopi merupakan satu proses pembudayaan sikap lembut dan sopan. Selain gender, umur panelis menjadi penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap sensitivitas indera perasa. Setelah usia 30 tahun akan terjadi penurunan fungsi jaringan tubuh sebesar 1% per tahunnya. Usia 75 tahun ke atas memiliki sensitivitas indera perasa tertinggal hanya 36% (Hendra, 2003 dalam Sunariani et al., 2007). Panelis dalam penelitian ini memiliki kisaran umur < 30 tahun sebanyak 12.5%, 30-40 tahun sebanyak 40.6% dan diatas 40 tahun sebanyak 46.9%. Tabel 1. Karakteristik responden No
Uraian
Jenis Kelamin 1 Pria 2 Wanita B. Umur 1 ˂30 tahun 2 30 – 40 tahun 3 ˃40 tahun C. Frekuensi minum kopi/minggu 1 ˂5 kali 2 5-10 kali 3 11-15 kali 4 ˃16 kali D. Jenis kopi yang dikonsumsi 1 Non 2 Kopi Hitam 3 Kopi Instan
Jumlah (orang)
Persentase
19 13
59.4 40.6
4 13 15
12.5 40.6 46.9
11 6 4 11
34.4 18.8 12.5 34.4
3 13 16
9.4 40.6 50.00
A.
Ditinjau dari frekuensi konsumsi kopi responden mengonsumsi kopi <5 kali sebanyak 34.4% yang merupakan panelis wanita, sedangkan konsumsi yang lebih dari 16 kali sebanyak 34.4% yang didominasi oleh panelis pria. Kebiasaan mengonsumsi kopi yang tinggi pada pria berkaitan dengan kebiasaan lainnya seperti merokok, berkumpul dan bergadang (Fediraet al., 2014). Kandungan kafein pada kopi bermanfaat dalam meningkatkan kinerja dari beberapa susunan saraf pusat yang bermanfaat untuk menyegarkan dan meningkatkan semangat kerja. Kopi yang paling banyak dikonsumsi oleh panelis adalah jenis kopi instan (50.0%), sedangkan kopi hitam sebanyak
40.6%. Panelis wanita sebagian besar mengonsumsi kopi instan sedangkan panelis pria dominan mengonsumsi kopi hitam. Konsumsi kopi instan paling banyak dikonsumsi wanita karena penyajiannya yang praktis, cepat dan rasanya yang manis. Sebagaimana penelitian MartinezCordero et al. (2015) menyebutkan wanita memiliki sensitivitas terhadap rasa manis (sukrosa) lebih tinggi daripada pria. Armada (2008) juga menyebutkan pertimbangan pembelian kopi instan adalah sifatnya praktis, rasa, aroma kopi, kekuatan warna kopi dan iklan. Uji Hedonik Analisis sensori kopi dilakukan dengan menyajikan kopi seduhan murni (tanpa bahan tambahan) yang akan menghasilkan rangsangan kemis dan psikis kepada responden. Hasil pengukuran dari responden semi terlatih berupa reaksi psikologis dalam bentuk sensasi dan persepsi yang bersifat subyektif yang ditentukan oleh panelis sendiri (Mulato dan Suharyanto, 2012). Parameter analisis sensori yang diujikan adalah warna, aroma, rasa, keasaman, body, after taste dan overall. Indera penglihatan merupakan sensor paling awal untuk mengetahui kualitas kopi seduhan secara kualitatif yang ditinjau berdasarkan warna dan tekstur permukaan cairannya. Hasil uji hedonik peubah warna seduhan kopi dapat dilihat pada Tabel 2 dimana terlihat perbedaan yang signifikan terhadap kopi yang disajikan, kecuali formula 3:1 dan 2:1. Rerata yang diperoleh terlihat responden lebih menyukai kopi dengan formula robusta : arabika (3:1). Hal ini menunjukkan responden lebih menyukai kopi yang cenderung kental, tetapi tidak sepekat kopi robusta sendiri. Kekentalan atau kepekatan kopi dideskripsikan dengan tingginya kandungan protein dan serat kopi (Penggabean, 2011). Kopi robusta cenderung mengandung protein lebih tinggi daripada arabika (Farah, 2014), sehingga arabika lebih encer daripada robusta. Aroma merupakan salah satu atribut terpenting dalam menilai kualitas seduhan kopi. Aroma kopi yang ditangkap oleh indera penciuman merupakan hasil penguapan senyawa organik volatile (Mulato dan Suharyanto, 2012). Berdasarkan aroma kopi seduhan yang disajikan, diketahui bahwa aroma antara kopi robusta dengan campuran kopi robusta-arabika dengan perbandingan 1:1 tidak berbeda nyata dan berbeda nyata untuk kopi formulasi 3:1 dan 2:1. Rerata yang diperoleh menunjukkan responden cenderung menyukai kopi dengan campuran 3:1. Komposisi kopi robusta dengan bagian yang lebih
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
14
banyak dibandingkan dengan bagian kopi arabika lebih disukai untuk dikonsumsi oleh responden karena formulasi ini menghasilkan aroma kopi yang lebih baik. Tabel 2. Penilaian tingkat kesukaan responden terhadap warna seduhan dan komponen uji hedonik kopi campuran Kopi campuran (robusta: arabika)
Warna seduhan
Peubah ujihedonik
1:0 3:1
2.09
2:1
2.31c
2.63b
1:1
a
a
Aroma
Rasa
Keasaman
Body
2.72b
3.47a
3.53a
3.44a
3.03a
3.19a
c
c
b
a
a
a
After
Overall
taste
3.59
2.19
3.34
3.25ab
2.81
2.88
2.75
2.88
2.78c
3.09ab
3.16a
2.88a
2.91a
2.91bc
a
a
a
a
3.50
3.28
3.25
3.28
3.44a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% Selain aroma, rasa juga berperan dalam menentukan kualitas seduhan kopi yang pengukurannya menggunakan indera pengecap. Rasa yang dihasilkan berasal dari senyawa organik non-volatil dan mineral dalam fase cair yang bisa dirasakan oleh indera pengecap (Mulato dan Suharyanto, 2012). Kopi robusta dengan campuran robusta-arabika 1:1 memberikan rasa yang tidak berbeda nyata dengan 1:0, namun berbeda nyata untuk kopi campuran 2:1 dan 3:1. Campuran kopi 1:0, 1:1 dan 2:1 cenderung lebih tidak disukai oleh panelis. Sedangkan kopi campuran 3:1 memberikan rerata dibawah 3 yaitu 2.81 yang menunjukkan responden lebih menyukai campuran kopi tersebut. Peubah keasaman pada kopi merupakan atribut yang sangat penting karena tingkat keasaman kopi tertentu menandakan varian citarasa dalam kopi. Dari uji statistik, tidak ada perbedaan keasaman yang dirasakan responden terhadap keempat formulasi kopi yang disajikan. Tekstur kopi terkait densitas dan viskositas yang di dalam kopi sering disebut dengan body. Di dalam mulut, body sering digambarkan seperti kehalusan dan kepekatan kopi yang dirasakan oleh permukaan lidah. Sensasi body ditimbulkan oleh keberadaan senyawa lipida dan polisakarida yang terlarut dalam larutan kopi (Mulato dan Suharyanto, 2012).Berdasarkan rerata hasil analisis sensori parameter body diperoleh kopi seduhan formulasi 3:1, tidak ada perbedaan yang nyata pada body yang dirasakan responden terhadap keempat seduhan kopi yang disajikan. Parameter after taste merupakan kesan yang tertinggal di dalam mulut yang diperoleh dengan
15
cara menghirup dan menahan seduhan kopi selama beberapa detik dengan memompa pangkal tenggorokan secara cepat (Panggabean, 2011). Berdasarkan rerata uji hedonik diperoleh bahwa secara statistik, keempat kopi yang disajikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengujian after taste. Hal ini disebabkan para responden diduga masih belum memahami pengujian after taste. After taste merupakan salah satu pengujian yang masuk dalam penilaian mutu kopi seduhan yang kompleks. Statistik Uji Hedonik terhadap Panelis Pria dan Wanita Tahap awal analisis statistik dilakukan korelasi yang bermanfaat untuk mengukur hubungan antar umur responden dengan tingkat kesukaan kopi yang disajikan dalam Tabel 3. Hasilnya parameter rasa dan aftertaste berkorelasi dengan penerimaan responden pria dan wanita. Responden pria dengan umur semakin tua semakin menyukai rasa dan aftertaste kopi yang disajikan, berbanding terbalik dengan panelis wanita yang semakin tua semakin tidak menyukainya. Tabel 3. Korelasi antara umur responden dengan kesukaan terhadap peubah uji uji hedonik Komponen uji hedonik Umur Warna konsumen seduhan Aroma
Rasa
Keasam an
Body
After taste
Overall
Pria
-0.05
0.01
-0.24*
-0.08
0.09
-0.10*
-0.11
Wanita
-0.06
0.16
0.30*
0.11
0.12
0.30*
0.13
Keterangan : * nyata pada taraf 5% Analisis statistik lanjutan terhadap uji hedonik terhadap empat taraf perbedaan antara keempat campuran kopi tersebut. Berdasarkan nilai rerata responden secara keseluruhan, responden lebih menyukai kopi campuran 3:1 yang berbeda nyata terhadap kopi campuran 2:1 dan sangat berbeda nyata terhadap kopi campuran 1:1 dan robusta sebagai pembanding. Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi kesukaan pria dan wanita terhadap kopi (Tabel 4 dan 5). Pria yang umumnya pengkonsumsi kopi di Indonesia memiliki keragaman lebih tinggi terhadap penilaian warna, aroma dan rasa kopi daripada wanita. Responden pria lebih menyukai kopi seduhan campuran 3:1 berdasarkan peubah warna, aroma dan rasa. Peubah warna seduhan kopi berkaitan dengan kandungan protein. Melanoidin yang merupakan senyawa turunan protein (hasil reaksi Maillard)
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
2015
yang bertanggung jawab atas karakteristik warna seduhan kopi (Farah, 2014). Flavor atau aroma yang dihasilkan pada saat kopi diseduh berkaitan dengan kandungan karbohidrat. Kopi jenis arabika memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi daripada robusta, sehingga aroma arabika lebih baik daripada robusta (Farah, 2014). Namun hasil penelitian ini menunjukkan kopi dengan campuran arabika lebih tinggi tidak disukai oleh responden. Sehingga mengakibatkan kopi dengan komposisi robusta lebih tinggi lebih diterima oleh responden. Untuk peubah keasaman, tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap ke-4 campuran kopi yang disajikan. Padahal dalam penelitian (MartinezCordero et al., 2015) pria memiliki tingkat sensitifitas lebih tinggi daripada wanita. Begitu juga untuk semua parameter body, aftertaste dan overall, rata-rata responden lebih menyukai campuran kopi 3:1. Secara statistik parameter keasaman, body, aftertaste dan overall menunjukkan tidak ada perbedaan nyata terhadap keempat jenis kopi seduhan yang disajikan. Peubah warna, aroma, rasa, keasaman, body dan overall yang paling disukai panelis wanita berdasarkan nilai rata-rata uji hedonik adalah kopi campuran 3:1. Secara statistik, peubah warna dan aroma kopi seduhan antara campuran 3:1 dan 2:1 tidak berbeda nyata, sedangkan untuk rasa, keasaman, body, aftertaste dan overall tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara keempat campuran kopi yang disajikan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibanding pria. Penelitian Johnson-Kozlow et al. (2001) yang menilai 12 fungsi kognitif pada pria dan wanita berdasarkan lama mengkonsumsi kopi yang sama menunjukkan wanita memiliki fungsi kognitif lebih baik terhadap perasa kopi dibanding pria. Keseragaman peubah rasa kopi oleh panelis wanita dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi kopi oleh panelis wanita, yang berdasarkan karakter responden pria lebih sering mengkonsumsi kopi daripada wanita. Hasil uji hedonik yang dihasilkan responden wanita memberikan keragaman yang lebih rendah dibandingkan responden pria. Hal ini disebabkan pria cenderung lebih sering mengkonsumsi kopi dibandingkan wanita.
Tabel 4.Penilaian tingkat kesukaan responden pria terhadap komponen uji hedonik kopi campuran Kopi campuran (robusta: arabika)
Warna seduhan
Peubah ujihedonik
1:0 3:1
Aroma
Rasa
Keasaman
Body
After taste
Overall
2.64 b
3.37 a
3.42 a
3.47 a
2.89 a
3.05 a
3.16 a
2.06 c
2.16 c
2.68 b
2.79 a
2.84 a
2.79 a
2.89 a
2:1
2.32 bc
2.79 b
3.16 ab
3.21 a
2.84 a
3.00 a
3.05 a
1:1
3.58 a
3.37 a
3.63 a
3.32 a
3.21 a
3.32 a
3.47 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Tabel 5. Penilaian tingkat kesukaan responden wanita terhadap komponen uji hedonik kopi campuran Kopi campuran (robusta: arabika)
Warna seduhan
Peubah ujihedonik
1:0 3:1
Aroma
Rasa
Keasaman
Body
After taste
Overall
2.85 b
3.62 a
3.69 a
3.38 a
3.23 a
3.38 a
3.38 a
2.15 c
2.23 b
3.00 a
3.00 a
2.62 a
3.00 a
2.62 a
2:1
2.31 bc
2.38 b
3.00 a
3.08 a
2.92 a
2.77 a
2.69 a
1:1
3.62 a
3.31 a
3.31 a
3.23 a
3.31 a
3.23 a
3.38 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% KESIMPULAN 1.
2.
3.
Secara umum, responden lebih menyukai campuran kopi 3:1 terutama pada peubah warna, aroma, rasa dan overall. Ditinjau dari jenis kelamin, responden pria menganggap warna seduhan, aroma dan rasa campuran 3:1 lebih baik dibanding campuran lainnya. Sedangkan menurut responden wanita, hanya warna seduhan dan aroma yang lebih baik. Semakin tinggi umur konsumen pria maka semakin menyukai komponen rasa, dan sebaliknya untuk konsumen wanita. Disamping itu, semakin tinggi umur konsumen wanita maka semakin tinggi ketidaksukaannya terhadap aftertaste . Peubah rasa dan aftertaste memiliki korelasi terhadap penerimaan responden pria dan wanita. Penerimaan responden pria memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peubah warna, aroma dan rasa, sedangkan responden wanita memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peubah warna dan rasa.
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
16
DAFTAR PUSTAKA Armada, N. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen Kopi Bubuk Instan (Kasus di Giant Botani Square, Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Balaya, M., Barlaman, F., Suwasono, S., Djumarti. 2013. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Biji Kopi Arabika Hasil Pengolahan Semi Basah dengan Variasi Jenis Wadah dan Lama Fermentasi (Studi kasus di Desa Pedati dan Sukosawah Kabupaten Bondowoso). AGROINTEK Volume 7, No. 2 Agustus 2013. Bicchi, C.P., Binello, A.E., Pellegrino, G.M., and Vanni. A.C. 1997. Characterization of Roasted Coffee and Coffee Beverages by Solid Phase Microextraction-Gas Chromatography and Principal Component Analysis. J. Agric. Food. Chem (45): 4680-4686. Boone, H. N., and Boone, D. A., 2012. Analyzing Likert Data. Journal of Extention. Vol. 50:2. 2TOT2 Burnett, J. 1999. Liquid Pleasures: a Social History of Drinks in Modern Britain. London, Routledge, 1999; 262pp Capek, P., Pauloviciva,E., Matulova, M., Mislovicova, D., Navarini., L., Liverani, F.S. 2014. Coffee Arabica Instant Coffee-Chemical View and Immunomodulating Properties. Carbohydrate Polymers 103, 418-426. Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Instant Coffee: Technology (Vol.2). Elsevier Applied Science, London. Downey, G., Boussion, J. 1996. Authentication of Coffee Bean Variety by Nearinfraredreflectance Spectroscopy of Dried Extract. Journal of the Science ofFood and Agriculture, 71, 41–49. Erdiansyah, N. P., dan Yusianto. 2012. Hubungan Intensitas Cahaya di Kebun dengan Profil Citarasa dan Kadar Kafein beberapa Klon Kopi Robusta. Pelita Perkebunan. 28(1) 2012, 14-22. Farah, A. 2014. Coffee Constituents. Akses 11 Desember 2014. IFTPressBook. www.ift.org. Flament, I & Y.B Thomas. 2001. Coffee Flavor Chemistry. John Wiley, Canada. Gemilang, J. 2013. Rahasia Meracik Kopi Ternikmat dari Berbagai Penjuru Dunia. Araska, Yogyakarta. Grigg, D. 2002. The Worlds of Tea and Coffee: Pattern of Consumtion. Geo-Journal 57, 283-294. Hendra Budiman. 2003. Nutrisi pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Atma Jaya. 2(1). hlm. 51-4.Anonymous. 1989. Health of the Eldery. Technical Report Series 779. Geneva. Johnson-Kozlow, M., Kritz-Silverstein, D., Barrett-Connor, E and Morton, D. 2002. Coffee Consumption and Cognitive Function among Older Adults. American Journal of Epidemiology, 156 (9), 842-850. Martinez-Cordero, E., Malacara-Hernandez, J.M. and MartinezCordero, C. 2015. Taste Perception in Normal and Overweight Mexican Adults. Appetite (89), 192-195. Mulato, S., dan Suharyanto, E. 2012. Kopi, Seduhan dan Kesehatan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Panggabean, E., 2011. Buku Pintar Kopi. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta. Rahman, A. L. dan Permadi, G. 2011. Secangkir Kopi Meracik Tradisi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Romano, R., Santini, A., Grotteglie, L. L., Manzo, N., Visconti, A., and Ritieni, A. 2014. Identification Markers Based on Fatty Acid Composition to Differetiate between Roasted Arabica and Canephora (Robusta) Coffee Varieties in Mixtures. J. Of Food Composition and Anlysis 35, 1-9. Sunariani, J., Yuliati, dan Afiah, B. 2007. Perbedaan Persepsi Pengecap Rasa Asin Antara Usia Subur dan Usia Lanjut. Majalah Ilmu Faal Indonesia. Vol. 6/3.
17
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala