DOI: 10.17969/jtipi.v7i1.2832
http://jurnal.unsyiah.ac.id/TIPI
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal
KANDUNGAN LIKOPEN DAN KAROTENOID BUAH TOMAT (Lycopersicum pyriforme)PADA BERBAGAI TINGKAT KEMATANGAN: PENGARUH PELAPISAN DENGAN KITOSAN DAN PENYIMPANAN LYCOPEN AND CAROTENOID CONTENTS OF TOMATO (Lycopersicum pyriforme) ON DIFFERENT MATURITY STAGES: INFLUENCE OF CHITOSAN COATING AND STORAGE
Melly Novita*, Satriana, dan Etria Hasmarita INFO ARTIKEL Submit: 26 Feruari 2015 Perbaikan: 25 Maret 2015 Diterima: 31 Maret 2015 Keywords: chitosan, tomatoes, lycopen, carotenoid
ABSTRACT Tomato as a young fruit has light green to dark green, hairy, and has a sour taste, bitter, and bad smelling because it contains lycopersicin. However, after its mature became slightly yellow, bright red or dark, yellowish red, yellow or dark red, and it tastes will be good because of more mature the fruit, content of lycopersicin disappeared. Carotenoids especially lycopene and β-carotene is a major component that determines the color of ripe tomatoes. This study was conducted to determine the changes in the content of carotenoids and lycopene along with a change in color in tomatoes were coated with chitosan during storage. The experiment was arranged in completely randomized factorial design (CRD). The first factor was level of maturity (M) that consisted of three (3) levels: M1 = breaker green tomatoes(0-10% red skin), M2 = half-ripe tomatoes (30-60% red skin), M3 = red tomatoes (> 70% red skin). The second factor was storage time (P) consisted of 5 (five) levels: P1 = 0 day, P2 = 5 days, P3 = 10 days = 15 days P4, P5 = 20 days, with 2 replications. Analysis conducted on tomatoes include: analysis of lycopene, carotenoids, and sensory test of skin color. The results showed that the chitosan-coated tomatoes had higher levels of lycopene and carotenoids content than the tomatoes without treatment (control). Level of maturity in tomatoes significantly effect on the formation of lycopene and carotenoids content during storage. In addition to the chitosan coating tomatoes are also able to maintain the color of tomatoes during storage.
1. PENDAHULUAN Warna pada buah-buahan dan sayuran disebabkan oleh pigmen yang dikandungnya. Pigmen secara umum terbagi ke dalam empat kelompok yaitu klorofil, antosianin, flavonoid, dan karotenoid (Winarno, 2002). Buah tomat mengandung pigmen karotenoid, terutama likopen dan β-karoten yang merupakan komponen utama penentu warna pada buah tomat masak. Warna dan tekstur pada tomat segar merupakan atribut kualitas utama, yang secara langsung berhubungan dengan pemasaran. Karotenoid selain sebagai penentu warna, juga bermanfaat bagi kesehatan (Liu et al., 2008). Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah kuala Banda Aceh *
[email protected]
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Petunjuk kualitas buah dibedakan atas 3, yaitu: (1) bagian luar meliputi warna kulit, bentuk buah, kekerasan dan ukuran buah; (2) bagian dalam meliputi jumlah biji, ketebalan daging dan keadaan lendir; (3) kualitas rasa meliputi rasa manis, asam, kekenyalan, dan jumlah air buah. Petunjuk kualitas bagian luar dan rasa mempunyai nilai yang penting bagi konsumen, sedangkan petunjuk kualitas bagian dalam kurang penting (Ameriana, 1995). Beberapa karakter kualitas konsumsi segar adalah kekerasan buah, keseragaman bentuk, ukuran, kerusakan atau kelainan fisik pada buah dan warna (Tigchelaar, 1986 dalam Setijorini dan Sulistiana, 2001). Buah tomat merupakan buah klimaterik yang memiliki umur simpan yang relatif singkat. Setelah dipanen, buah tomat masih melakukan proses metabolisme, yang memerlukan energi yang diperoleh dari cadangan makanan. Metode yang digunakan untuk menghambat proses metabolisme pada buah tomat dapat diatasi diantaranya dengan penyimpanan atmosfer No. 1 , 2015
35
terkendali (Siddiqui et al., 1996), namun metode ini memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu metode lain yang lebih praktis dan ekonomis dilakukan untuk meniru mekanisme atmosfer terkendali yaitu dengan penggunaan bahan pelapis (coating). Menurut Baldwin (1994), kitosan adalah salah satu alternatif sebagai bahan pelapis alami yang tidak beracun dan aman bagi kesehatan. Pelapisan atau coating adalah suatu metode pemberian lapisan tipis pada permukaan buah untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan kontak dengan oksigen, sehingga proses pemasakan dan reaksi pencoklatan buah dapat diperlambat. Menurut El Ghaouth et al., (1992) coating kitosan (1% dan 2 % dalam 0.25 N HCl) dapat mengurangi kecepatan respirasi dan produksi etilen pada tomat. Tranggono dan Sutardi (1990), menyebutkan bahwa mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif dan menurunkan suhu udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pasca panen harus dipertimbangkan secara hati-hati untuk buah dan sayuran segar sejak buah dipanen hingga dikonsumsi. Selama periode ini perubahan biokimia bisa terjadi yang mempengaruhi nilai gizi buah atau sayuran, seperti kandungan likopen, total padatan terlarut dan hilangnya berat (Javanmardi dan Kubota, 2006). Selain itu, pada periode ini juga bisa terjadi perubahan warna kulit buah tomat dari hijau menjadi merah yang disebabkan oleh pigmen klorofil dan karotenoid. Karotenoid adalah kelompok pigmen non polar yang terdiri dari senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau turunannya (Winarno, 2002). Disamping sebagai zat warna, beberapa karotenoid memberikan aktivitas sebagai antioksidan dan provitamin A. Senyawa karotenoid dapat dibagi atas 3 golongan yaitu (1) karoten yaitu karotenoid hidrokarbon seperti likopen dan β-karoten, (2) xantofil merupakan derivat dari karoten yang mengandung oksigen, dan (3) asam karotenoid yaitu derivat karoten yang mengandung gugus karboksilat. Warna khas dari buah tomat disebabkan oleh likopen, karoten, xantofil, dan zat warna klorofil yang merata dalam bagian buah yang padat. Likopen atau yang sering disebut sebagai αkaroten adalah suatu karotenoid pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Zat ini berfungsi sebagai antioksidan, yaitu penangkal radikal bebas yang bermanfaat bagi kesehatan. Buah tomat mensintesis likopen dalam jumlah banyak selama pemasakan, yaitu mencapai 90%
36
dari fraksi karotenoid total (Salunkhe et al., 1991 dalam Setijorini dan Sulistiana, 2001). Perombakan pigmen klorofil dibarengi dengan sintesis pigmen likopen sehingga warna buah menjadi kemerahan (Pantastico, 1993 dalam Setijorini dan Sulistiana, 2001). Penelitian yang dilakukan Jiang dan Tsang (2005) membuktikan bahwa coating kitosan (2% kitosan dalam 5% asam asetat) mampu menghambat penurunan kandungan antosianin dan peningkatan aktivitas polyphenol oxidase pada penyimpanan leci. El Ghaouth et al.(1992) juga melaporkan bahwa coating kitosan dalam HCl mampu mempertahankan tekstur, tingkat keasaman dan warna pada buah tomat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pelapisan kitosan pada berbagai tingkat kematangan buah tomat terhadap kandungan likopen dan karotenoid yang merupakan penentu warna buah tomat. 2. MATERIAL DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah tomat varietas cosmonot yang dipanen dengan tingkat kematangan yang berbeda (hijau penuh sampai mulai muncul warna kuning (0-10% kulit merah), setengah masak (30-60% kulit merah), dan masak penuh (>70% kulit merah))dan memiliki ukuran yang seragam yang diperoleh dari dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Kitosan diperoleh dari CV. Kimindo Indonesia. Bahan untuk analisis adalah aquadest, indikator phenolphthalein 1%, NaOH 0,1N, larutan amilum 1%, aseton, dan heksan. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan gelas, kertas saring, pisau, timbangan analitik, dan alat untuk analisis yaitu spektrofotometer UV-vis. Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Faktorial Acak Lengkap (RFAL). Faktor I: tingkat kematangan yang terdiri atas 3 (tiga) taraf, yaitu: K1= tomat hijau penuh (0-10% warna kulit merah), K2= tomat setengah masak (30-60% warna kulit merah), K3= tomat masak penuh (>70% warna kulit merah). Faktor II: lama penyimpanan yang terdiri dari 5 (lima) taraf, yaitu: P1= 0 hari, P2= 5 hari, P3= 10 hari, P4= 15 hari, P5= 20 hari. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 2 (dua) kali ulangan, sehingga diperoleh 30 (tiga puluh) satuan percobaan. Untuk melihat pengaruh dari setiap perlakuan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis Of Variance). Bila terdapat pengaruh antara perlakuan terhadap parameter yang diuji, maka
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, No. 1 , 2015 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
akan dilanjutkan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Prosedur Penelitian Tomat dengan tiga tingkat kematangan yang berbeda dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan kotoran. Kemudian tomat dikeringkan dengan menggunakan kain bersih atau tisu. Larutan kitosan dibuat dengan konsentrasi 1% dalam 200 ml akuades untuk merendam 1 buah tomat. Tomat dicelupkan ke dalam larutan kitosan 1% tersebut selama 10 menit dengan kondisi tomat terendam sempurna di dalam larutan kitosan (El Ghaouth et al.,1992 dengan modifikasi). Kemudian tomat ditiriskan dan dikeringkan sampai larutan kitosan pada permukaan tomat tidak menetes lagi. Tomat yang sudah dilapisi dengan kitosan selanjutnya disimpan pada suhu ruang dan dilakukan analisis pada hari 0, 5, 10, 15, dan 20 penyimpanan. Analisis yang dilakukan terhadap tomat yang telah dilapisi dengan kitosan meliputi: kandungan likopendan karotenoid (Goodwin dan Briton, 1988), dan uji organoleptik warna yaitu uji deskripsi dengan metode skala likert dimana warna dideskripsikan pada skala 1 sampai 5 (1= hijau penuh, 2=hijau kekuningan, 3=merah kekuningan, 4= merah, 5= merah penuh).Satu gram sampeltomat yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan kemudian tambahkan 15 ml aseton-heksan dengan 4:5 yaitu 40 ml aseton dan 50 ml heksan. Campuran diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit dilanjutkan dengan homogenizer selama ± 2 menit. Larutan disentrifuge selama 10 menit pada 4000 rpm, kemudian diambil larutan bagian atas menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam volumetri 25 ml. Endapannya selanjutnya ditambahkan 2 ml aseton-heksan dan di sentrifuge kembali, diulang sebanyak dua kali. Ditambahkan aseton-heksan hingga mencapai tanda batas. Pengukuran menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 450 nm untuk analisis total karotenoid dan 505 nm untuk analisis likopen.Kadar karotenoid dan likopen dihitung dengan menggunakan rumus: Karotenoid (g / g ) Abs (450 nm) x Volume (25 ml ) x 4 berat contoh (1 g )
Likopen (g / g ) Abs (505 nm) x Volume (25 ml ) berat contoh (1 g )
3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Likopen Likopen merupakan kelompok pigmen karotenoid berwarna kuning tua sampai merah JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
tua yang bertanggung jawab terhadap warna merah pada tomat. Kadar likopen buah tomat yang dihasilkan pada penelitian ini dengan berbagai perlakuan berkisar antara 57,99- 98,15 mg/100g bahan dengan rata-rata 79,60 mg/100g bahan, sedangkan tomat tanpa pelapisan (kontrol) mempunyai kadar likopen berkisar antara 20,9080,51 mg/100g dengan nilai rata-rata 47,72 mg/100g bahan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan kadar likopen pada tomat yang dilapisi kitosan lebih tinggi dibandingkan tomat tanpa perlakuan (kontrol). Kandungan klorofil buah lambat laun berkurang selama proses pematangan seiring dengan sintesis pigmen karotenoid (Pantastico, 1993). Menurut Jiang dan Tsang (2005); El Ghaouth et al. (1992), pelapisan dengan kitosan menurunkan kecepatan respirasi sehingga menghambat pematangan dengan mengurangi produksi etilen dan karbondioksida. Gambar 1 menunjukkan pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat kematangan terhadap kadar likopen tomat.
Gambar 1. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat kematangan terhadap kadar likopen tomat. Tabel 1. Kadar Likopen (mg/100 g bahan) Buah Tomat Tanpa Pelapisan (kontrol) Tingkat KematanganTomat 0-10% Kulit Merah 30 - 60% Kulit Merah > 70% Kulit Merah
Lama Penyimpanan 0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari 20 Hari 74.00 36.97 40.20 43.00 20.90 76.70
47.40
42.50
40.10
30.11
80.51
74.07
46.80
38.50
33.50
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa kadar likopen tomat pada tingkat kematangan awal cenderung meningkat selama penyimpanan. Sedangkan kadar likopen tomat pada tingkat kematangan lebih lanjut cenderung tidak terjadi perubahan. Hal ini diduga karena adanya pembentukan likopen di dalam tomat yang terjadi seiring dengan proses pematangan tomat, sehingga kadar likopen pada tomat dengan tingkat kematangan >70% kulit merah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tomat tingkat No. 1 , 2015
37
kematangan 0-10% kulit merah. Menurut Pantastico (1993) didalam Setijorini (2001), perombakan pigmen klorofil sejalan dengan sintesis pigmen likopen sehingga warna buah menjadi kemerahan. Buah tomat mensintesis likopen dalam jumlah banyak selama pemasakan yaitu mencapai 50% dari fraksi karotenoid total. Selain itu kadar likopen juga menunjukkan indeks warna pada tomat, jadi semakin merah warna tomat maka semakin banyak pula kandungan likopen didalamnya. Menurut Davies (2000), kandungan likopen dalam tomat sangat dipengaruhi oleh proses pematangan dan perbedaan varietas (misalnya varietas yang berwarna merah mengandung lebih banyak likopen dibandingkan yang berwarna kuning). Likopen berperan sebagai antioksidan dan memiliki pengaruh dalam menurunkan resiko berbagai penyakit kronis termasuk kanker (Kailaku et al., 2007). B. Karotenoid Karotenoid adalah suatu senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau turunannya. Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye dan merah oranye yang berasal dari hewan maupun tanaman. Beberapa karotenoid yang banyak terdapat pada tanaman tertentu adalah β-karoten pada buah-buahan yang kuning dan merah, likopen pada tomat dan kapsanthin pada cabai merah. Kandungan karoten didalam buah biasanya berhubungan dengan kandungan vitamin A di dalamnya (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar karotenoid tomat pada berbagai perlakuan berkisar antara 180,24-303,03 mg/100g bahan dengan nilai rata-rata sebesar 248,99 mg/100g bahan, nilai yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan tomat tanpa perlakuan (kontrol) yang memiliki kadar karotenoid sekitar 56,90-214,20 mg/100g bahan dengan nilai rata-rata 113,05 mg/100g bahan (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pelapisan kitosan pada tomat mampu menghambat laju respirasi yang akhirnya dapat mempertahankan kadar karotenoid tomat selama penyimpanan. Kitosan memiliki kemampuan untuk membentuk film sehingga menghambat difusi gas di permukaan buah, yang akhirnya akan menghambat produksi etilen (Baldwin et al., 1994). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan, tingkat kematangan dan interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat kematangan berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap kadar karotenoid pada tomat. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat kematangan kadar karotenoid tomat dapat dilihat pada
38
Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat kematangan terhadap kadar karotenoid tomat. Tabel 2. Kadar Karotenoid (mg/100 g bahan) Buah Tomat Tanpa Pelapisan (kontrol) Tingkat KematanganTomat 0-10% Kulit Merah 30 - 60% Kulit Merah > 70% Kulit Merah
0 Hari 123.00
Lama Penyimpanan 5 Hari 10 Hari 15 Hari 20 Hari 111.90 142.50 72.30 152.30
214.20
132.70
146.10
181.20
161.10
56.90
174.70
150.10
190.10
170.10
Gambar 2 di atas menunjukkan kadar karotenoid pada tomat dengan berbagai tingkat kematangan selama 20 hari penyimpanan. Dari Gambar juga terlihat bahwa karotenoid pada tomat cenderung meningkat selama 20 hari penyimpanan. Hal ini diduga karena terjadinya proses pematangan pada tomat sehingga menyebabkan kadar karotenoid pada tomat cenderung meningkat. Selama proses pematangan degradasi klorofil terjadi seiring dengan sintesis karotenoid, sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi pigmen karotenoid yang menyebabkan warna buah menjadi merah. Menurut Muchtadi dan Sugiono (1992), karotenoid sangat peka terhadap panas, cahaya, dan oksidasi. Oksidasi yang terjadi pada karotenoid dapat menyebabkan perubahan warna pada buah dan menyebabkan penurunan aktivitas vitamin A. C. Uji Organoleptik warna Warna merupakan suatu fenomena yang melibatkan baik komponen fisik maupun fisiologis untuk menerima persepsi cahaya. Warna merupakan komponen eksternal yang sangat menentukan penerimaan konsumen terhadap suatu bahan atau produk. Uji organoleptik untuk parameter warna memiliki nilai berkisar antara 1,53-4,43 dengan nilai rata-rata 3,15, yang menunjukkan tingkat penerimaan panelis terhadap warna tomat cenderung suka. Pengaruh lama penyimpanan dan tingkat kematangan terhadap nilai organoleptik warna tomat dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
No. 1 , 2015
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik warna tomat Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai penerimaan organoleptik panelis terhadap warna tomat cenderung disukai selama penyimpanan. Hal ini diduga karena tomat yang dilapisi kitosan mampu mempertahankan warna dari tomat sehingga warnanya tetap menarik (mengkilap, tanpa adanya kerutan) sehingga cenderung disukai oleh panelis hingga 20 hari penyimpanan. Nilai organoleptik warna juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan tomat (Gambar 4).
Gambar 4. Pengaruh tingkat kematangan terhadap nilai organoleptik warna tomat Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin masak tomat semakin disukai oleh panelis. Hal ini disebabkan karena tomat dengan tingkat kematangan >70% kulit merah mempunyai kadar likopen dan karoten yang lebih tinggi sehingga warna merah pada tomat merata dan cenderung lebih disukai oleh panelis. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pelapisan kitosan pada buah tomat dengan berbagai tingkat kematangan selama 20 hari penyimpanan, dapat disimpulkan bahwa pelapisan kitosan pada tomat mampu menghambat laju respirasi selama penyimpanan sehingga dapat memperlambat penurunan kadar likopen dan kadar karotenoid dibandingkan dengan tomat tanpa perlakuan (kontrol), tingkat kematangan pada tomat signifikan terhadap pembentukan kadar likopen dan karotenoid, yang pada akhirnya mempengaruhi warna dari buah tomat selama penyimpanan. JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 7, ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Ameriana, M. 1995. Pengaruh Petunjuk Kualitas Terhadap Persepsi Konsumen Mengenai Kualitas Tomat. Buletin Penelitian Hortikultura.27(4): 8-14. Baldwin, EA., 1994. Edible coatings for fresh fruits and vegetables: past, present and future. Dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO, editors. Edibles coatings and films to improve food quality. Lancaster. Technomic Pub. CO. Inc. Davies, J. 2000. Tomatoes and Health. Journal of Social Health. June : 120(2) : 81-82. El-Ghaouth A, Ponnampalan R, Castaigne F, and Arul J. 1992. Chitosan coating to extend storagelife of tomatoes. HortScience 27 : 1016-1018. Goodwin,T.W. and Briton, G. 1988. Distribution and Analysis Of Carotenoids In ‘Plant Pigments’ (Ed TW Goodwin) PP.61-132- (Academic Press Limited. San Diego). Javanmardi, J dan C. Kubota. 2006. Variation of Lycopene, Antioxidant Activity, Total Soluble Solids and Weight Loss of Tomato During Postharvest Storage. Postharvest Biology and Technology. 41:151-155. Jiang, dan Tsang, G. 2005. Lycopene in Tomatoes and Prostate Cancer. http://www. healthcastle.com [15 Mei 2010]. Kailaku, S. I., K. T. Dewandari dan Sunarmani. 2007. Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk Kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian.3,50-58. Liu, L.H., D. Zabaras, L.E. Bennett, P. Aguas, dan B.W. Woonton. 2008. Effects of UV-C, Red Light and Sun Light on The Carotenoid Content and Physical Qualities of Tomatoes During Post-Harvest Storage. FoodChemistry. 115:495-500. Muchtadi, TR., dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Pantastico, ER.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan Dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Setijorini, L.E dan S.Sulistiana. 2001. Studi Tentang Penggunaan Kalsium Klorida (CaCl2) Dalam Mempertahankan Kualitas dan Menghambat Proses Pemasakan Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Selama Penyimpanan. Laporan yang dipublikasikan oleh Universitas Terbuka. UI, Jakarta. Siddiqui S, Brackmann A, Streif J, and Bangerth F. 1996. Controlled atmosphere storage of apples: cell wall composition and fruit softening. J. of Hort. Sci. 71: 613620. Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan teknologi pasca panen. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Universitas Gadjah Mada. Press, Yogyakarta. Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press, Bogor.
No. 1 , 2015
39