R. Masri Sareb Putra
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
Literary Journalism Jour dan Perkembangannya di Indonesia R. Masri Sareb Putra Universitas Multimedia Nusantara Scientia Garden, Gading Serpong, Tangerang Jl. Boulevard, Bo Tel (021) 54220808 / 37039777, Fax. (021) 54220800 Telp.
[email protected] Abstract The new journalism s or literary journalism is the new genre in the world of journalism. It is sm considered ‘new’ bbecause it is the hybrid of conventional journalism which takes the shape of eca inverted pyramid aand n uses the style of literature which applies literary elements and reguland tions. The elementss an and the literary style in this type of journalism can be strongly perceived. Thus, it is named ‘l ‘literary journalism’. This type of journalism has long been introduced to ‘li ter the United States ooff America by literary-journalist such as John Hersey, Tom Wolf, Norman Am Mailer, or Gay Talese. Taalese. In Indonesia literary journalism began as early as when Tempo magazine supported by literary-journalist commenced to apply the narrative journalism. b a number nu Kata Kunci:: Literary journalism, jurnalistik sastrawi, jurnalistik, sastra, cerita, hibrida. L j 1. Pengantar Pen ngan ga tar The new jour journalism, atau jurnalistik sastrawi (bukan jurnalisme sastrawi, sebab jurn tidak pernah dua kata sifat menjadi satu, dan ini salah kaprah!) kin kini kembali jadi perbincangan hangat. Teruta Terutama setelah Molly Blair (2006) disertasinya Putting the Story(2 06) (20 0 merilis dis diserta di WHOOLQJ%DFNLQWR6WRULHV&UHDWLYH1RQ¿FWLRQ WHOOLQJJ% J DFN LQ J QWR66WRUL in Tertia Tertiary Journalism ia ary Jou urnaalism Education, yang membahas atau apa yang ass mengenai men engen en nai uunsur-unsur nsu membentuk senyawa mem mbe ben entuk en k se enyaawa jjournalism. Separuh Sepparuhh menggugat, m nggug meng ng gat, Blair menyebut contoh ng apa jenis tu tulisan yang ulis l an ya ang mengandung jurnalistik dan yang n mana yan an ng ttidak. id dak. Lebih lanjut, ia memaparkan secara detail po posisi jurnalistik sastrawi GDODPNRQ¿JXUDVLPHGLDKDULLQL GDODPNRQ¿JXUDVLPHG
8) Reporting and story telling 9) Romantic reporting 10) Feature stories (Bangkok Post) 11) The literature of actuality /LWHUDU\QRQ¿FWLRQ 13) Jurnalistik sastrawi 14) Jurnalisme sastra 15) Faksi (Fakta yang ditulis dengan elePHQGDQNDGLDK¿NVL Apa pun nama yang diberikan pada literary journalism, yang kadang dipertukarkan, yang pasti substansinya sama saja. Yakni fakta, data, informasi, dan wawancara yang dikumpulkan dan ditulis dengan elemen-elemen dan kaidah-kaidah sastra. Atau kebenaran yang dikemas dengan menyentuh hati dan emosi pembaca. Seperti dikemukakan 2. Nama Literary Nam ma Lain L n Li Lit tera Journalism Connery , Setidaknya, terdapat Setiidakny k a, terd dapat 115 nama lain untuk literWhether it’s called ”narrative jourary ry journalism jo j urnnali a sm m. nalism”, ”new journalism”, ”literary jour1)) Thh new The neew journalism j journ nalism”, or ”journalistic narrative”, the type 2)) Narrative Na Nar rat ativee journalism at j ur jo RIZULWLQJGH¿QLHGE\WKHVHWHUPVLVEOHQGRI 3) narrative Journalistic na reporting and storytelling. Although this off 1DUUDWLYHQRQ¿FWLRQZULWLQJ 1DU 1D UDWLYH LYHQRQ¿ LYH shoot of traditional journalism does not em5) Literary fact Li Lit iteraary of fac ploy the pure objectively that is often associ )DFWXDO¿FWLRQ ated with the profession, narrative journalism 7) Documentary narrative n upholds integrity and profesionalism, as its
1
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
writers, astute to human experience, paint pictures and emotions with words. The narrative journalist is necessarily wrapped up in social realism, and is ”in fact, a Romantic Reporter, who assumes that reality is to be found by focusing on internal, rahter than external, human processes and movements; that feelings and emotions are more essential to understanding human life than ideas.” (Connery, 17). Khusus untuk istilah Indonesia, tidak dianjurkan menggunakan ”jurnalisme sastrawi” sebagaimana dipakai oleh kalangan tertentu. Mengapa? Karena ditilik dari kaidah bahasa (hukum menerangkan dan diterangkan) terjadi salah kaprah di dalam pengadaptasian literary journalism. Akhiran –ism dalam Inggris tidak harus diterjemahkan isme, yang berarti: paham, atau aliran. Namun, kerap juga menunjukkan kata benda. Tidak pernah ada dua kata sama-sama kata sifat (menerangkan). Dengan demikian, jurnalime sastrawi salah kaprah sebab berarti aliran jurnalistik yang bersifat atau berkaidah sastra. Istilah yang dianjurkan adalah jurnalistik sastrawi atau jurnalisme sastra. 3. Ruang Lingkup Jurnalistik dan Sastra Ketika membahas ide awal dan proses kelahiran acta diurna, ruang lingkup serta kegiatan jurnalistik, sudah disinggung syaratsyarat jurnalistik. Bahwa di dalam kegiatan reportase terkandung pengertian yang luas, mencakup proses pencarian dan pengumpulan berita, teknik menulis atau melaporkan, mengedit dan menerbitkan berita, serta kewajiban pasca terbit. Dilihat dari menu sajian, atau content, biasanya sebuah media membagi menunya ke GDODP GXD EDJLDQ EHVDU )LNVL GDQ 1RQ¿NVL Dua bagian besar ini masih dipecah-pecah lagi ke dalam rubrik (dari kata Latin ruber = merah yang kemudian mengalami evolusi makna dan diartikan sebagai pita merah, penyekat, atau book mark yang memisahkan ragam tulisan satu dengan yang lain. Di manakah tempat literary journalism
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
R. Masri Sareb Putra
GDODPNRQ¿JXUDVLUDJDPWXOLVDQGDQPHQXVHbuah media? Dahulu, orang menamakannya dengan ”feature” yang diartikan sebagai tulisan/ karangan khas (Goenawan oenawan Mohammad,, 1996) sebagai bahan atau unsur pelengk pelengkap gk p gka dari berita. Seiring dengan berjalannya waktu, y wa aktu, sesuai perkembangan teknologi konteks eknologi ddan an kont teks sosial masyarakat, feature mengalami ure menga ga ami evolusi gal makna. Ia bukan lagi sekadar imb imbuhan mbuhan atau pelangkap, melainkan bagian utuh h dari menu utama itu sendiri. Kini sudah h tidak id ada da la lagi gii dikotomi atau garis-tegas antara berita gas an ntara berit ta dann feature. Terutama daam sajian m sajia an media terkinii di mana banyak berita dijad dijadikan dikan atau disajikan dalam bentuk feature. Seperti ture. S eperti ditegaskan Bruce Itule & Douglas Anderson (2003) uglas A nderson (200 03) 3) dalam News Writing and Reporting Tond Repo orting for T oday’s Media. ´7KHUH LV QR ¿UP OLQH EHWZHHQ D QHZV QHZ HZV HZ Z VWRU\ and feature, particularyy in contemporary contemporarry mem dia when many news stories ”featurized”. ories are ”featurized d”.. For instance, the resultt of an Olympic competition may be hard news: ws: ”Canadian driver Anne Montmogny Montminy miny claimed her secized diving today.” A ond medal in synchronized featurized story might begin: jumpegin: n:: ”As a girl jump ump mppan ru unning be ehhindd ing off a log into the strea strean running behind her house, Anne Monmigny dreamed miggny nnever ever drea amed d she would leap into thee sp spotlight Olympic potligght of Olym mpicc diving competitio.” One approach ne appr roach emphaemp mpha-mp sizes the facts of the event, while feature ventt, wh hile the fea aturee displaces the facts to accomodate ccom modat ate the hhuman uman uman uma interest of the story. Most news ost ne ews w broadcast stt oorr publications combine the he two to reachh a wider audience.” Jelaslah bahwa med media hari tidak edia har ed ri ini ini n tid idak k lagi berpandangan seperti perti ddulu ulu yang menul ganggap dan memosisikan kan feature sebagai g imemeen. n Bai Ba k hhard ard d news w buhan, atau menu suplemen. Baik a-saama di dip erl rlluka ukann me m emaupun soft news sama-sama diperlukan media siar mapun media cetak untuk menjangkau khalayak yang lebih luas h lua uaas llagi. a . agi encat en catat bah ca bbahwa w me wa meSelanjutnya, Bruce dkk.. men mencatat lkan ddan an menentukan dia hari ini mengumpulkan menu yang disajikan dengan mempertim-
2
R. Masri Sareb Putra
bangkan dan berpedoman pada tujuh aspek yang berikut ini. (aktualitas menu yang terikat 1) timeliness (aktualita waktu) olehh w ole aktu) proximity (kedekatan dengan pembaca) 2) pro oxim x ity (kedekata consequence 3) conseq quen u ce (daya terpa atau pengaruh menu itu) interest of the audience (se4) the perceived perceive ved e intere menarik minat khalayak) jauh mana menu u itu m (punya 5) competition (pu punya daya saing dengan pu media lain) (tujuan 6) editorial goals (t tuju atau kebijakan editorial) LQÀXHQFHRIDGYHUWLVHUVDSDNDKPHQX LQÀXHQFHRIDGYH HUWL relevan yang disajikan relev ev van dengan target bidik minat sehingga menarik m in pengiklan untuk sasaran). menjangkau sasar ran). feature dibagi ke dalam lima macam. Lazimnya, featu ure diba 3HUVRQDOLW\ SUR¿OHV 3UR¿O SULEDGL \DQJ 3HUVRQDOL LW\ W\ SUR¿OH untuk membawa pembaca lebih dekat ditulis untu tukk membaw tu mengenal dan me engenal secara pribadi dalam dan luar berita. dan pengamatan, seperti ber errita erita ita. Wawancara da writing, digunakan sedemikihhalnya alnya creative writin lukisan yang an rupa untuk menggambarkan mengg hidup tentang seorang tokoh. 2) Human interest stor stories. Yakni kisahan yang menyangkut menggelitik nurani kemanumenyan me men y gkut atau tau au meng siaan n yang di itulis t s un ditulis untuk menunjukkan suatu atau sisi praktisnya, emopokok se ssecara ecara ddetail etaiil ata sional nal na al, dan an nil lai hi ibura sional, nilai hiburannya. Tred Sebuah 3) Tre ed sstories. tor to oriees. S ebu kisah yang sedang nge-trend tentang seseorang (misalnya binnge-trend nd d tenta n ngg ses nt tangg pop, atau aartis rtis yang sedang skandal) yyang yan g ppunya unyaa ddampak amp pak ppada masyarakat. Jenis menarik karena orang ingin memi i sangat mena ini rik i ka baca atau mendengar ssesuatu ihwal isu terkini yan yang ang m ena en nnarik.. menarik. stories. Sajian yang disuguhkan 4) IIn-depth n-dep depth dep th sto torie to ries. rie s S pada pembaca setelah pad da pemb baca se set telah mengalami proses riset in-depth stories yang medan wawancara, in-d m mu mua u sk skan kkeingintahuan ein ngin gintahua pembaca dan dapat muaskan mengob men go ati t ra ti asa sa pen pe asa mengobati rasa penasaran mereka. 5) Backgrounders. K Ker ap p jug u a dise ug isebut analysis piec (analisis ise Kerap juga disebut be ber itaa) yyang a me ang an membe m rik bingkai, latar, serta berita) memberikan memberikan member b ika k n proyeksi tentang masa depan. Tulisan feature jenis ini membawa pem-
3
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
baca memasuki masa datang, menjelaskan bagaimana keadaan negeri kemudian hari, organisasi, seorang tokoh diangkat menjadi fenomena sosial pada zamannya. Sementara itu, Molly Blair dalam kajian terkininya menempatkan feature dan literary journalism sebagai tiang penyangga yang bersama-sama membangun Creative Writing. Meskipun banyak kesamaan, ditinjau dari gaya publikasinya, keduanya berbeda (lihat diagram). Dengan kata lain, ciri pembeda antara jurnalistik konvensional dan jurnalistik sastra terletak pada struktur dinamiknya . 4.Komprehensi dan Karakteristik Jurnalistik Sastrawi Karena menggunakan kaidah dan elemen-elemen sastra dalam penulisannya, PDNDJHQUHWXOLVDQQDUDWLIQRQ¿NVLLQLGLVHEXW the literature of fact atau fakta yang ditulis secara sastrawi. Istilah lain ialah fakta yang ditulis dengan kaidah dan elemen-elemen ¿NVLGLVLQJNDWIDNVL $GDSXODSDNDU\DQJ menyebutnya the literature of reality (Barbara Laounsberry, 1996). Dalam faksi, seorang jurnalis mengandalkan reportase lanjut, menggunakan rekap publik dan catatan historis, dokumen yang sah, buku harian, catatan pribadi, dan publikasi resmi lainnya, database, dan Web sites. Jurnalistik sastrawi yang efektif mencelikkan pembaca, memberikan pencerahan, menyibak wawasan serta meningkatkan kualitas hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian, pembaca diperkaya bukan saja oleh informasi yang lengkap dan akurat, tetapi mereka juga mafhum lingkungan, dunia luar, institusi, dan aneka peristiwa. Karena itu, jurnalistik sastrawi dituntut untuk: a) Kredibel (akurat dalam merangkai dan menyajikan fakta, patuh pada etika). Jurnalis melakukan observasi. b) Mengandung nilai artistik (kualitas sastra) Di dalamnya sekaligus juga terkand-
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
a) Karya jurnalistik sastra merupakan jendela dan cermin sekaligus (both a window and a mirror). b) Jendela: Menyibak bagi pembaca pandangan unik tentang dunia, jalan hidup, dan subkultur c) Cermin: memberikan pada pembaca hikmah dan pengalaman-pengalaman hidup yang GDSDW PHQMDGL EDKDQ UHÀHNVL SDGD VLWXDVL hidup yang nyata (kondisi kemanusiaan). Faktor pembeda model jurnalistik tradisional dan Literary Journalism tampak pada: a) Konstruksi model jurnalistik tradisional didasarkan pada fakta. b) Konstruksi literary journalism didasarkan pada cita rasa sastra (benar terjadi, rekreatif/ anekdot). Adapun cita rasa sastra terasa pada senyawa naratif dramatik yang mengandung WXMXDQ NRPSOLNDVL DWDX NRQÀLN $GD DZDO tengah, dan akhir dan punya struktur (misalnya, komplikasi, pengembangan, sudut pandang, resolusi). Sementara teknik penulisannya memerhatikan: a) Cita rasa sastra (dramatic narrative) b) Karakterisasi (kedalaman psikologis) c) Deskripsi (sensory/status details) d) Dialog (versus kutipan) e) Point of View (versus “objective” stance) f) Metafor/Simile J *D\DVDVWUDLURQ\V\PEROLVPÀDVK back, foreshadowing) Seorang jurnalis sastrawi semata-mata menulis berdasarkan fakta. Menghindari opini, namun menguji pengamatannya dan berbagai informasi melalui riset, dan selalu melakukan rek dan ricek. Ia juga selalu dituntut menggunakan referensi yang akurat dan tepercaya (check ability). -DGLWXOLVDQNUHDWLIQRQ¿NVLPHPSXQyai berbagai sinonim yang kerap dipertukarkan. Meski demikian, apa pun sebutannya, yang jelas genre ini menggunakan elemenelemen dan kaidah-kaidah sastra dalam penulisannya (a type of writing which uses literDU\VNLOOVLQWKHZULWLQJRIQRQ¿FWLRQ
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
R. Masri Sareb Putra
Jurnalistik sastrawi merupakan bagian GDUL WXOLVDQ QRQ¿NVL NUHDWLI -LND QRQ¿NVL kreatif menggambarkan genre dari suatu tulisan, maka “jurnalistik” k” melukiskan bukan n semata-mata genre tulisan, karya an, namun juga kar arya ar IRWRJUD¿ GDQ HGLWRULDO VHEDJDLPDQD GLW GLWHJDVGL HJ HJD J Vkan Blair (2006: 21), ³7KH WHUP µFUHDWLYH QRQ¿FWLRQ¶ Q¿FWLRQ Q¶ GGHVFULEHV HVFULEHV DD genre of writing, but the term ‘journalism’ ‘journnalism’ describes a genre which includes ncludes nott only writing, but also the work of photographers pho oottographers rs an andd editors. Perhaps for thiss reas reason, ‘journalism’ son, ‘journ nalism’’ is a concept that even the journalism commuhe jour rnalism comm ommuQLW\VWUXJJOHVWRGH¿QHDGHTXDWHO\´ DGHTXDDWHO\´ Karena merupakan hibrida sastra kan hibr rida dari sastr tra dan jurnalistik, sebenarnya mennya karya ya sastra me enjadi inspirasi bagi para pelopor ali aliran juliran baru ju li urnalistik ini untuk mengemas emas factum um m menjadi laporan jurnalistik yang tidak membo membosankan. osan s kan. Sudah sejak lama, bahkan Yunaan ketika zaman Y u una ni kuna dan kekaisaran Romawi, sudah disa disaaGDULEDKZDNDU\DVDVWUD±PHVNL¿NWLI²GDSDW ±PHVNL¿NWLI²GDSDW menjadi sarana pendidikan. kan. Diagram Dinamika struktur jurnalistik nalist stik st tik sastrawi dan da persilangan antara jurnalistik dan listiik da an sastra
Molly Blair, 2006: 143. ks iitu, tu, u, sy yairr-syair ai ai Dalam konteks syair-syair han pengaj pen eng ara raan untu ran uuntuk uk Homeros dijadikan bahan pengajaran mendidik warga Yunanii (Hellas). Kaum terert rtaa putr rt pputra u a ddan an n put uttri pelajar, cerdik cendikia, sert serta putri ni sa astr traa teru rutam ma ppuubangsawan diajarkan seni sastra terutama lis (ar ((arss scri ibendi) i)). isi (ars poetica) dan senii tul tulis scribendi). nghibur, juga mencerKarya sastra selain menghibur,
4
R. Masri Sareb Putra
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
ahkan dan mengasah kehalusan jiwa. Di terkandung banyak hikdalam karya sastra te pesan-pesan moral yang mat kebijaksanaan, pe nilainya Oleh sebab itu, hingga kini nilain nil a ya tiada tara. Ole sekolah-sekolah formal. sastraa di ddiajarkan ajarkan di sek literary journalism terpilih Berikut iini ni karya liter ni dari daftar Top T 100 abad ke-20 jurnalistik Amerika terbaik Amerik i oleh sebuah panel ahli yang ika ik York University School diselenggarakan n New Y of Journalism. Tabel Ta jurnalistik sastrawi Karya jur rnal dunia abad 20 terbaikk dun No No. o. Jurnalis 1. John Hersey 18.. T Tom Wolfe 19.. Norman Mailer 36.. Joseph Mitchell 43.. Gay Talese T 48.. T Tom Wolfe 54.. John McPheee
Kary Karya ya Ju Jurnalistik rn Sastrawi Hiroshima Hiro oshima 1946 Electric Kool-Aid Acid Test Thee Electr Armies of the Night The he Armie he Up in the Ol U Old Hotel and Other Stories
Fame Obscurity F ame and O The Right Stuff McPhee Reader The John M
Tahun 1968 1968 1992 1970 1979 1976
Para peraih karya ka jurnalistik terbaik dunia abad 20 tersebu tersebut adalah jurnalis sekayang ulung. Mereka juga ligus penulis cerita ya membaca. Dengan membaca, esais yang rajin memb jurnalis menemukan ggaya dan kaya dengan variasi Merekalah yang memelopori va var iaa i diksi. Mer ias Me eka kelahiran jurnalistik kelahi hiir jurn hiran na tik ssastrawi, semangat dan nalist ruh ya yyang ng samaa jug ga m juga menginspirasi kelahiran jurnal nal allist i ik k sas straw wi ddi Indonesia yang juga jurnalistik sastrawi dipe elopo po i ooleh por l h jur leh rnali dipelopori jurnalis-sastrawan. Jurnalistik Sastrawi 5. Ju urnalist sttik Sas straw menurut Para Pakar Pak %DQ\DN SDNDU SDNDU FRED PHQGH¿QLVLNDQ dimaksudkan dengan ”jurnalistik apa yang dimaksudka sastrawi”. sas stra t wi” i . i” Ross seorang pe1) Menurut Mennuru urutt W. W. Ro R oss Winterowd, W “Narrative journalism uses the nulis andal. “Narrativ novellist’s techniques nov ovel ist’ss techni ovell hn ques and the reporter’s meticulousness and tic icculo ousn usness e an nd energ eenergy to create a more penetrating view etr trati tr ating vie ati vi i w ooff rreality.” eality 2) DeNeen L. Brown dari The Washington Post menegaskan bahwa literary journalP ost m ene en n gasskan ka ba pada kebenaran, namun harus ism bertumpu beertu umpu pa pad ada ke dibungkus dengan indah. ind “A lead should enter your subject’s thoughts tho and establish an
5
“intimate relationship” with the reader. You’re really saying: sit down and listen to me.” 3) Cynthia Gorney, dekan University of California mencatat, ³
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
tion is urgent, complex, intelligent, and written in a strong and distinctive voice, immersing and transporting the reader. It can come in many forms, including, but not limited to: ~ literary memoir ~ essay ~ satire and parody ~ literary diaries ~ literary journalism. …1,000 to 4,000 words in length.” 9)Wikipedia ³&UHDWLYH QRQ¿FWLRQ VRPHWLPHV NQRZQ DV OLWHUDU\QRQ¿FWLRQ LVDW\SHRIZULWLQJZKLFK XVHVOLWHUDU\VNLOOVLQWKHZULWLQJRIQRQ¿FWLRQ $ZRUNRIFUHDWLYHQRQ¿FWLRQLIZHOOZULWWHQ is factually true and artistically elegant. CreaWLYHQRQ¿FWLRQFRQWUDVWVZLWKRWKHUQRQ¿FWLRQ such as technical writing or journalism, which should also contain accurate information, but is not primarily written in service to its craft.” 6. Jurnalistik Sastrawi di Indonesia Kendati di Indonesia baru populer dekade 1990-an, sebenarnya sejak kelahirannya pada 1970-an majalah Tempo sudah mempraktikkan jurnalistik sastrawi. Teknik reportase, ramuan menulis, manajemen, hingga distribusi Tempo yang khas itu merupakan hasil racikan sendiri. Seperti dipaparkan Goenawan Mohamad, Tempo ketika berdiri merupakan satu-satunya media (cetak) yang menulis laporan dengan teknik bercerita. Kemudian hari, banyak media mengikuti, seakan-akan cara dan teknik penulisan berkisah itu merupakan pakem dan telah lama ada. Padahal, Tempo menemukannya sendiri dengan jatuh bangun dan coba-coba. Tentang hal itu, Goenawan menulis, “Sebelum ada Tempo, hanya ada dua jenis penulisan dalam koran dan majalah di Indonesia: berita yang lempang (straight news) seperti di koran, atau artikel, seperti “kolom”. Tempo lahir dengan menyajikan cara penulisan yang berbeda sama sekali –yang sekarang jadi pola di penulisan jurnalistik Indonesia (dan sering tidak pada tempatnya dipakai): bagaimana menyusun sebuah berita tentang sebuah kejadian sebagai sebuah cerita pendek.” (Sean-
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
R. Masri Sareb Putra
dainya Saya Wartawan Tempo, 1997: 4). Mengapa Tempo begitu mudah memulai dan mengadopsi “jurnalistik-baru” k-baru” ini? Agaknya, itu karena para awak Tempo (jurnalis, fotografer, hingga jajaran pimpinannya) ban banyak nya y yak yang juga sastrawan. Otomatis, mereka merangkai eka merang ng gkai ddan an menulis fakta terpengaruh sastra ruh gaya ssa astra jjuga, uga, ug menggunakan teknik serta cermat erta cerm mat menerapkan elemen-elemen sastra stra dalam penulisan dan laporan jurnalistik mereka. Se Sebagai ebagai contoh, Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, ad, Pu utu W ut ijaya, a, Eka Budianta, Fikri Jufri, Lelilaa Chudori Chudori, i, dan Bondan Winarno. Ditambah mbah kolumniss ya yyang ngg juga sastrawan seperti Ehma maa Ainun Najib, Parakitri T. Simbolon, Christi Christianto ianto Wibisono, Jakob Sumardjo, Korriee Layunn R Rampan, dan ampan, da an 7DX¿N,VPDLO Masih ada jurnalis-sastrawan awal awan yang ngg pada awa wall wa kemunculan jurnalistik sastrawi ddekade e de 80eka an, turut ambil bagian secara aktif me memberimem e berikan warna pada jurnalistik khas stik sastrawi kha haas IInndonesia. Sebagai contoh, Remy Sylado yang bekerja sebagai redakturr majalah Aktuil, Korrie Layun Rampan di majalah Sarinah, Marianne Katoppo yang bekerja ekerja di PSH Grup, Julius Siyaranamual yang bekerja Harian ng be beker k ja di Har rian ia Surya, Titie Said yang bek bekerja majalah kerja e pada maja alahh Kartini, Yudhistira ANM M Massardi Massaardi yang bekbekerja pada beberapa majalah mingguan umum, alah h min ngguan um mum, Seno Gumira Ajidarmaa be bekerja Jakartaekerjja di Jaka artaJakarta, dan Veven Wardhana yang bekerja dhan an na ya ang bekerj rjja di tabloid Citra. Tradisi jurnalistik stik sas ssastrawi trawi par pparaa pelopor itu, diteruskan generasi ber bberikut, ikutt, yang ik juga jurnalis-sastrawan. n. Para jurnalis-sastrawan itu sukses, terbukti penghargaan uktii dari ri pen engha en gha h rga gaaan n tingkat nasional maupun internasional un int in ern rnasi siional ona nal yyang ang mereka raih. Akan tetapi, lepas epas dari pen ppengakuan g uan gak itu, karya-karya merekaa san sanggup “menyihir” an nggu ggupp “men men nyihir” r” pembaca dan menjadi tul tulisan lisan isaan yang y ngg ke kkehadhad dirannya senantiasa ditunggu-tunggu. nggu-tunggu. Sebagai contoh, Ahmadun Y. Herfanda yang rfanda nda nd da yya ang bek bbekerja kerj e a ddii Republika, Ayu Utami di Mat beberapa Matra ra dan n beber b apa pa majalah lain, dan Fira Basuki asukki yang bbekerja eke k rja di di majalah Cosmopolitan.
6
R. Masri Sareb Putra
Fira Basuki, Ahmadun Y. Herfanda, dan Ayu jurnalis-sastrawan yang turut mewarUtami: jurnalis-sastraw jurnalistik sastranai dan menyosialisasikan menyosialisas wi.Selanjutnya, para aawak jurnal Pantau juga wi. menyosialiasikan jurnalistik sastrawi, gencar arr menyosialiasik dengan me me memberikan ppelatihan bagi sejumlah baik tataran lokal maupun najurnalis bai ik ppada ada tata sional. akhir-akhir Baru akh hir-akh ini, perguruan tinggi bagian di dalam pengemturut aktif ambill bag inseminasi bangan dan insem mina jurnalistik sastrawi, secara namun belum seca ara hholistik sebagai sebuah ar kajian ilmu seperti di lluar negeri. dari Hal ini tampak dar ri bbeberapa buku dan subperkuliahan stansi materi perkul ulliah yang masih berpanmenganggap bahwa jurnalistik dangan lama, men ng n nga sastra, atau feature, featu ure, iialah “pelengkap” dari hard news. Padahal, hakikat jurnalistik sasPadaha al, l, hak tra tidaklah ddemikian, emikian ia substansi dengan yang memunyai genre yan ng m emunya tempat dan daya piWHUVHQGLUL NDW WHUVH UVHQGLUL UVH VH GDODP NRQ¿JXUDVL MXUQDOLVWLN modern. karena daya pikatnya, jurmod o ern. Bahkan, kare od nalistik sastra dapat bbersaing dengan beritamedia elektronik berita keras dan kecepatan kecep di dalam men-deliver informasi kepada khalayak. Par Para ara jjurnalis-sastrawan urnalis-sast astrawa dan sastrawan-penuast atau lis itu, u, sadar at tau ttidak, idak telah membawa warnuansa, dan gaya na, nuan ansa, da an an ga aya bbaru jurnalistik yang di Inggris, Amerika, Inggri grr s, A gri merrika, dan Australia memang sulama dah la ama m dip ddipraktikkan. di dipr ipra raktik kkan Sebagaimana dicatat Blair (op.cit.: Blai ir (op p.ci . t.:: 222) 2) “7KH RI WKH FURVVRYHU “7KH H ¿UVW PD PDMRU H[DPSOH PDM H[D between and the journalistic bbet tween the literary lit lit when the London Daily occurred in 1846 wh was Newss w New as published as pub ubblished lis ish with Charles Dickens editor. as fou ffounding nding nd ndi ng edi editor to . In Australia, in the mid tor 1860s, newspapers included in their weekly 186 60s, newspape ap rs in ape publications serialised novels and other litermatter (Morrison, 1993, p.64). In ary ry reading ry reea ng readi n mat atte at te (M te ter 1880s Bulletin began to publish the he la late 188 18 8 0s Th The Bu regularly the works of writers such as HenLawson Patterson (Australian ry Law ry wson on andd Banjo B Government Department of Communications Go Gov G o ern rnme rn mee t D men epartm epa p.1). 1923 the weekly news magazine Time p.1 1). In I 192 9 3 th 92 he week was launched in America, Ameri followed in 1925 by
7
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
the New Yorker and in 1933 by Life, Sport Illustrated and Fortune (Stephens, 1997, p.xxi). In Australia, what would become the world’s highest circulating magazine per capita, Australian Women’s Weekly, also emerged in 1933. While this publication is well known today as a monthly magazine, the Weekly was in newspaper format at its inception (“History: The Australian Women’s Weekly”, 2004, p.1). Apabila dibandingkan dengan Amerika, Inggris, dan Australia yang sudah lebih dulu mempraktikkan jurnalistik sastrawi, kondisi di Indonesia juga kurang lebih sama. Hibrida antara jurnalistik dan sastra pada era 1970-an juga muncul melalui majalah Tempo dan majalah bulanan Intisari dan Trubus. Gaya penulisan, elemen-elemen, maupun struktur jurnalistik di majalah-majalah tersebut mengandung dan menerapkan teknik penulisan sastra. Mengapa terjadi hibrida jurnalistik dan sastra pada media yang disebutkan di atas? Jawabannya tentu karena ideologi dan pengaruh dari warna kepenulisan yang dibawakan oleh para sastrawan yang bekerja di media tersebut. 8. Penutup Jurnalistik sastrawi di Amerika dipelopori jurnalis-sastrawan atau sastrawan-jurnalis, demikian pula halnya di Indonesia. Dimulai Tempo dan Pantau, aliran jurnalistik yang berkisah ini kini hampir dapat ditemukan hampir pada media cetak Indonesia –khususnya majalah berita mingguan dan harian edisi hari Minggu. Para jurnalis Indonesia perlu terus mengembangkan dan meningkatkan karya jurnalistik sastrawi yang bermutu tinggi. Mengapa? Sebab genre jurnalistik ini bukan lagi sekadar imbuhan, atau menu tambahan, dalam sebuah media cetak, akan tetapi merupakan menu utama itu sendiri. Bahkan, dapat dikatakan faktor diferensiasi, sebab fakta yang ditulis dengan kaidah dan elemen-elemen sastra (literary of fact) ini tidak dapat disajikan oleh media mana pun, kecuali media cetak.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
Daftar Pustaka Aminuddin, Drs., MPd. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Atmowiloto, Arswendo. 2004. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Blair, Molly. 2006. Putting the storytelling back into stories: Creative 1RQ¿FWLRQLQWHUWLDU\MRXUQDOLVP education. Bonneff, Marcel. Komik Indonesia. 1998. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Capaldi, Nicholas. 1987. The Arts of Deception: An Introduction to Critical Thinking. Prometheus Books. Connery, Thomas B., ed. 1992. A Sourcebook of American Literary Journalism. New York: Greenwood Press. Creme, Phyllis dan Mary R. Lea. 2003. Writing at University. England: Open University Press. Friedlander/ Lee. 2008. Feature Writing for Newspapers and Magazines. USA: Pearson. Eneste, Pamusuk. 1986. Mengapa & Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta: PT Gunung Agung. Gil Jr., Generoso J. 1993. Wartawan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hernowo (editor). 2004. Quantum Writing. Bandung: Penerbit MLC. Heryanto, Ariel. 1985. Perdebatan Sastra Kontekstual. Jakarta: CV. Rajawali. Hersey, John. 1946. Hiroshima. Hollowell, J. 1977. )DFW ¿FWLRQWKHQHZ MRXUQDOLVPDQGWKHQRQ¿FWLRQQRYHO University of North Carolina Press. Holtz, Herman, 1992. How to Start and Run a Writing & Editing Business. 1992. New York: John Wiley & Sons, Inc. Humes, Edward. 2007. “A Brief ,QWURGXFWLRQWR1DUUDWLYH1RQ¿FWLRQ´ Itule, Bruce and Douglas Anderson. 2003.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
R. Masri Sareb Putra
News Writing and Reporting for Today’s Media. MCGraw Hill International. Kovach, Bill dan Tom Rosentiel. 2007. The Elements off Journalism. Rand Random dom House Inc. Kump, Peter. 1999. Break-Through ak-Through Rapidd Reading. New York: Prenti Prentice tiice Hall Press. MacDougall, Curtis. 1972. 72. Interpretative r ew York: Y Reporting (Six Edition). Ne New The Macmillan. ya Mohamad, Goenawan. 1996. Seandainy Seandainya Saya Wartawan T Tempo. Temp po. Jakarta:: IsaiYayasan Alumnii Temp Tempo. po. Prent, K. CM,dkk. 1969. 9. Kamus Kam mus Latin-Indonesia.. Y Yogyakarta:Kanisius. Yogyak ak rta:Kanisius aka us. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan en Pendi di ikan did Nasional. Kamuss Besar Ba Bahasa Bah asa Indonesia. 2007.. Jakarta: B Balai a i ala Pustaka. Putra Sareb, R. Masri dan an Yenni Hardididjaja. 2007. 07. How to W Write and nd Market a Novel: Panduan bagi Novelis, Pendidik, ik, dan Industri Penerbitan. Bandung: dung: Kolbu. Putra Sareb, R. Masri. 2008. 101 Hari Menulis & Menerbitkan erbittkan ka Novel. Jakarta: Sangkan Paran n Pa aran Media. -. 20 006. Teknik T -----------------------------. 2006. Menulis Berita dann Fea Feature. Jakarta: ature. Jakar rta: PT Indeks. -. 20 008. 101 Writi ing -----------------------------. 2008. Writing rt from ffrrom Businesses You Cann Start a: Brill illlian i t Book. Home. Surabaya: Brilliant g Presentat tion: The T Rae, Leslie. 2005. Using Presentation: Art of Training and Development artaa: G ra edi ram ed daD ire rreectt (terj.) 2005. Jakarta: Gramedia Direct Selling. 00. A 00 ngkkattan t 20 22000 200 0 0 Rampan, Korrie Layun. 2000 2000. Angkatan donesia. Jakarta: dalam Sastra Indonesia. PT Grasindo. --. 22000. 000 00.. Lek 00 ksik sikon o ------------------------------. Leksikon Susastra Indonesia. sia. Jakarta: Balai Pustaka. Featu Fe ature Wri atu W tin in ng” Soules, Marshall. 2004. “Fe “Feature Writing” kitrii T. T. 11997. 997. Simbolon, Parakitri Vademekum Wartawan:
8
R. Masri Sareb Putra
Literary Journalism dan Perkembangannya di Indonesia
Reportase Dasar. Jakarta: Populer Gramedia. Kepustakaan P Smith, Dianne, MJE. “Feature Writing”. Hastings High School Texas: Alief H Houston. 1997. Writing Successful Stine, Jean an Marie. 199 an Self-Help How to Book. New Self-H f-Help f-H -H & H & Sons, Inc. York: John Willey W Adversity Quotient. Stoltz, Paul G. 11997. 997. A York: New Y York k: John Joh Wiley & 1990. Literary Journalism Sims, Norman, ed. d 199 d. Twentieth in the Twen ntiet Century. New York: University Press. Oxford Unive v r version). 2000. The Bangkok Post ((Internet In Feature Stories”. “Teaching F ea Dough, Underwood, Doug gh, 22008. Journalism and Truth and Fiction, the Novel:: Tru 1700-2000. Cambridge. 1700-200 00. Ca 00 Winterowd, W.. Ross. 1990. The Rhetoric of Literature. Illinois: the “O “Other” L Southern Illinois University. Sou ouuthern Illino Manuskrip Man a usk u rip Swingley, “Hot 100” News Writing S wingley, y Sheryl. “Ho T Tips. Sumber internet www.nieman.harvard.edu/narrative ww www .nieman.harv ar ard. arv http://m http://members.tripod.com/dscorpio/ members iimages/literary_elements.ppt ima gess/liteerary Dr. “The Conver Cindy dy Royal Roy oyal and oy and D r. James J Literary ggence gen nce c ooff Li itera Journalism and the World ld d Wide Widde We World Web: The Case of Black haw aw wk Dow wn T hawk Down Tankard” http://www. cindyroyal.com/bhd.pdf cindyr dyr yroyal yr r l.c l. om l.
9
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010