ISSN 1411 – 0393
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA Titik Mildawati Staf Pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRAK Artikel ini membahas peranan teknologi informasi yang merupakan perpaduan antara teknologi komputer dengan teknologi komunikasi yang diperlukan dalam era informasi. Salah satu bentuk teknologi informasi adalah dengan munculnya internet yang merupakan jaringan informasi yang mempunyai jangkauan yang besar dan luas dan adanya bisnis e-commerce yang merupakan alternatif lain bagi pebisnis. Disamping itu juga perkembangan teknologi informasi di Indonesia, hambatan dan harapannya. Kata Kunci : teknologi informasi, internet, bisnis e-commerce
1. PENDAHULUAN Teknologi Informasi merubah sesuatu dengan cepat. Teknologi informasi yang merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi, mengganti paradigma industrial menjadi paradigma post-industrial yang berarti juga merubah perilaku lingkungan bisnis atau pebisnis, yang berarti bahwa teknologi informasi memperoleh kedekatan antara pebisnis dengan pelanggannya, karena ini mempersingkat jarak dan waktu sehingga akan mengurangi kesenjangan jarak dan waktu permintaan konsumen dan pemenuhan kebutuhannya. Dengan adanya perubahan dalam lingkungan bisnis ini, akan menyebabkan perubahan dalam bentuk pengambilan keputusan manajemen yang berarti bahwa struktur organisasi dengan adanya teknologi informasi ini menuntut suatu struktur yang cepat terbentuk dan terbentuk kembali sebagai akibat adanya perubahan yang cepat. Sejarah perkembangan ekonomi terbagi menjadi tiga era yaitu era pertanian (agricultural era), era industrial (industrial era), dan era informasi (information era) (Robert K. Elliot, 1992). Sebelum tahun 8000 sebelum masehi, orang hidup dari berburu, meramu, memancing, sehingga mereka makan dari apa yang diperolehnya dan berpindah–pindah (nomaden). Kemudian 10.000 tahun sesudahnya sampai tahun 1650, mulailah era yang disebut era pertanian dengan dimulainya hidup menetap dan menanami lahan 101
Tekonologi Informasi dan Perkembangannya (Titik Mildawati)
pertanian. Mulai tahun 1650 dimulailah era industrial dengan diketemukannya mesin uap yang membantu tenaga manusia di pabrik yang merubah bahan mentah menjadi bahan jadi, pertumbuhan kota dimana pabrik berada, meluasnya pasar industri. Pada tahun 1955 diketemukan transistor dan instalasi komputer komersial pertama (meskipun komputer pertama menggunakan vacuum tubes yang menggabungkan komputer dengan semi konduktor) dimulailah era informasi. Pada era informasi, penggerak sistem bukan manusia seperti era pertanian atau mesin dalam era industrial, tetapi informasi. Sistem akuntansi pada era industrial ini hanya mempertimbangkan kekayaan atau aktiva berwujud, menitik beratkan pada produk, akuntansi dicatat pada saat terjadinya, dan organisasi yang berbentuk hirarki. Sedang sistem akuntansi era ketiga adalah menitik beratkan pada perubahan sumber daya dan proses. Karena manager era informasi harus merubah bentuk organisasi yang mempermudah pelaksanaan sumber daya dan proses. Sumber daya dan kewajiban yang diukur dalam sistem era ketiga harus juga berubah, sehingga sistem akuntansi era ketiga harus memungkinkan bentuk organisasi yang berbentuk jaringan (network) yaitu suatu bentuk organisasi yang memungkinkan anggota untuk bergerak cepat, besar dan akhirnya hilang. Sumber daya yang menggerakkan perusahaan era ketiga adalah informasi yang merupakan asset, seperti juga asset yang lain yaitu penelitian dan pengembangan, manusia, pengetahuan, data, dan kapasitas untuk inovasi. Asset ini tidak terlihat pada neraca era kedua. Sistem akuntansi era ketiga harus menyajikan informasi pada waktu yang sebenarnya (real time) dalam bisnis dengan tidak menunggu sampai terjadinya peristiwa baru kemudian mencatatnya. Dalam praktek, banyak perusahaan yang seluruhnya menggunakan komputer pabrik intergrasian yang merupakan kegiatan proses kontinyu. Nilai tambah yang luar biasa ini, adalah bisa melihat barang dalam proses yang ada dalam shoop floor (tempat produksi) per minggu atau per bulan tanap adanya penghitungan barang secara manual dan dengan cara menghentikan seluruh kegiatan.
2. TEKNOLOGI INFORMASI Teknologi informasi diperlukan dalam era ketiga, sehingga sistem akuntansi bisa dijalankan. Teknologi informasi memungkinkan perusahaan era ketiga untuk mengumpulkan, menganalisis, melaporkan, dan menyebarkan informasi tipe baru: ( Robert Elliott, 1992 )
Automated Data Capture : Ini adalah keuntungan yang besar yang ditawarkan oleh teknologi informasi, kesempatan untuk merancang interface customer, karyawan, suplier dengan jalan interaksi data yang dicapture secara automatis. Instantaneous Acces and Processing : Ini merupakan keuntungan dimensi waktu teknologi informasi. Sistem akuntansi era ketiga harus memungkinkan untuk menganalisis dan bereaksi ke data pasar pada waktu yang sesungguhnya atau real time. Data dan analisis harus bisa diacces oleh pengguna atau user segera.
102
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 101-110
Geographical Freedom : Ini merupakan dimensi ruang dari keuntungan teknologi informasi. Sistem akuntansi era ketiga harus ditujukan pada semua aspek perusahaan tanpa mengesampingkan daerah yang terpencil yang berarti bahwa informasi dari manapun dalam perusahaan dapat diacces oleh manajer dengan segera.
Fully Versatile Analysis and Reporting : Teknologi informasi memungkinkan sistem akuntansi era ketiga untuk melaksanakan analisis baru dan melaporkan format baru seperti yang dibutuhkan. Manajer perusahaan era ketiga harus mempunyai data yang dilaporkan dalam cara yang diminta, juga jika laporan tidak pernah diminta sebelumnya.
Capacity For Additional Data Types : Teknologi informasi memungkinkan manajer untuk menambah informasi baru ke sistem informasi baru tanpa merancang ulang seluruh struktur.
Acces To External Data Bases : Teknologi informasi bisa memungkinkan sistem akuntansi era ketiga untuk membuka data base eksternal. Banyak informasi yang dibutuhkan pada sistem akuntansi era ketiga mengenai pesaing dan gambaran pasar lain. Juga informasi akan bisa digunakan dari data base masyarakat dan harus diatur sesuai permintaan manajemen.
Teknologi memang diperlukan untuk membentuk sistem akuntansi era ketiga, tetapi tidak cukup hanya itu. Teknologi yang digunakan dalam sistem harus didesaign untuk dapat melayani kebutuhan perusahaan, harus menggambarkan visi perusahaan dan strategi managerial, dan harus integral untuk struktur, style dan tujuan perusahaan. Maka kapabilitas teknologi harus dimanage secara efektif sehingga bisa mendorong perubahan perilaku seseorang yang memanfaatkan teknologi untuk persaingan yang menguntungkan. Teknologi informasi bisa menyebabkan pergeseran cara praktik dan perubahan cara berpikir, misalnya jika sebelumnya dalam praktik bisnis optimal sering kali dianggap prinsip utama, hal ini bisa ditunjukkan dengan perubahan prinsip optimal yaitu dengan kehadiran teknologi informasi telah membuat prinsip ini dipertanyakan lagi yaitu bukan optimalisasi yang memegang peranan penting, melainkan inovasilah yang memegang kunci. Begitu cepatnya inovasi demi inovasi sehingga optimalisasi dengan sebuah inovasi mudah dipatahkan oleh optimalisasi dengan inovasi berikut, sehingga dengan adanya inovasi baru yang berkembang dengan cepat membuat prinsip optimalisasi bukan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu usaha. Teknologi informasi di bidang komputer berkembang dengan sangat pesat, mulai dari kemajuan di bidang cost/performance dari komputer, arsitekturnya yang dikenal dengan client/server, penampilan yang membuat teknologi informasi semakin mudah digunakan,
Teknologi Informasi dan Perkembangannya
103
media penyimpanannya yang berkapasitas lebih besar dan lebih dapat diandalkan, kemajuan dibidang artificial intellegence sampai penampilan secara fisiknya yang semakin kecil dan portable. Secara teknis kemajuan di bidang teknologi informasi sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi mampukah perusahaan memanfaatkannya secara optimal, ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah dan kompleks. Dalam mengimplementasikan teknologi informasi perlu adanya keseimbangan 5 elemen sistem informasi yaitu : hardware, software, sumber daya manusia, data dan fasilitas/prosedur (termasuk strategi ). Internet yang merupakan salah satu hasil teknologi informasi adalah sumber daya informasi yang mampu menjangkau seluruh dunia. Begitu luas dan besarnya sumber daya informasi tersebut, sehingga tidak ada satu orangpun, satu organisasipun, atau bahkan satu negarapun yang mampu menangani sendiri. Namun demikian internet bukan hanya sekedar jaringan dan daya guna internet bukan dari komputernya itu sendiri tetapi dari sumber daya informasi yang diperoleh dari internet. Komputer adalah dalam hubungannya dengan internet penting karena komputer melakukan pekerjaan memindahkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, dan mengeksekusikan program–program yang memberi kesempatan mengakses informasi. Internet bisa dipandang sebagai perpustakaan global, sehingga seluruh pemakai dapat berpartisipasi dalam segala waktu ( internet tidak pernah tutup ), selain itu tidak perduli siapa pemakainya, internet selalu menerima dan internet tidak pernah melihat bagaimana seseorang berpenampilan, internet tidak memandang apa warna kulit seseorang, apa agama yang dianutnya, dimana tinggal, apa status sosial. Internet memberi kesempatan pada pemakainya di seluruh dunia untuk berkomunikasi dan menaikkan sumber daya informasi tersebut. Seseorang dapat berkomunikasi dengan pemakai lain di seluruh dunia dengan mengirim dan menerima electronic-mail (e-mail) atau dengan membentuk hubungan dengan komputer lain dan memasukkan pesan–pesan dari dan ke komputer tersebut. Seseorang dapat memakai bersama–sama sumber informasi dengan berpartisipasi dalam kelompok diskusi atau dengan menggunakan program dan sumber daya informasi yang tersedia secara gratis. Dalam internet akan berkomunikasi dengan orang–orang dari negara–negara yang berbeda, bekerja sama dan memakai bersama–sama sumber daya informasi. Orang memakai bersama waktu mereka, usaha mereka, dan karya mereka. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri. Sumber daya informasi ada karena beberapa orang dan beberapa kelompok memberikan waktu, usaha dan karya mereka, mereka mempunyai ide, menyusunnya, menciptakan sesuatu yang berguna, dan membuatnya tersedia untuk setiap pemakai di seluruh dunia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah manusia dalam jumlah yang tidak terbatas dapat berkomunikasi secara cepat dan mudah, serta tidak membedakan apapun tentang manusia. Teknologi Informasi, disamping memberi banyak manfaat dalam bisnis, manajemen harus menyadari adanya resiko dan ancaman kerugian dari teknologi informasi, oleh karena itu para manajer perlu berhati–hati dalam memformulasikan rencana/strategi peng
104
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 101-110
gunaan teknologi informasi serta dalam pelaksanaannya. Teknologi Informasi seringkali digunakan dalam peningkatan produktifitas dalam perusahaan, namun begitu ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tertundanya sukses dalam pemanfaatan teknologi informasi yang bisa diuraikan sebagai berikut :
Biaya tinggi : Dibandingkan dengan harga peralatan tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpanan, walaupun sudah mendapat potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih mahal. Proses penguasaan teknologi yang lambat. Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility. Hambatan dari pekerjaan, masih sering terjadi keadaan dimana kumpulan pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis. Masih banyaknya teknologi informasi yang kurang handal yaitu hardware yang mendadak rusak atau software yang masih banyak error. Kurang siapnya organisasi dalam manajemen perubahan, pengambilan keputusan, koordinasi dan lain–lain. Manajemen yang keliru : Penggunaan komputer oleh manajemen seringkali masih kurang tepat : kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk tujuan yang kurang tepat. Ketidak keterpaduan antara desaign perangkat lunak dengan penggunaan dan pemakaiannya.
3. BISNIS E – COMMERCE DI INDONESIA Dalam artikel ini, penulis memfokuskan pada electronic-commerce atau e-commerce dan perkembangannya di Indonesia yang merupakan salah satu contoh manfaat teknologi informasi yang menggunakan internet. E-commerce merupakan bentuk lain perdagangan yang tradisional yang menawarkan barang secara fisik. Dengan semakin banyaknya supplier yang menawarkan di mall atau toko, supplier bisa mengembangkan dan mengganti cara lain dalam menawarkan produknya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis komputer yaitu dengan memanfaatkan internet. E-commerce merupakan cara baru bagi pebisnis dalam melakukan bisnis, sehingga ini bukan cara atau alat untuk mendapatkan penghasilan atau penghematan biaya, jika hasil yang diperoleh dengan digunakannya e-commerce adalah menambah penghasilan atau mengurang penghasilan, maka ini merupakan dampak yang positif penggunaan e-commerce. Keuntungan yang paling utama dalam penggunaan e-commerce adalah bahwa pasar yang mampu dijangkau tidak hanya pasar lokal tetapi pasar secara global, yang tidak terbatas oleh waktu, geografis, pelaku, sehingga transaksi dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan siapa saja.
Teknologi Informasi dan Perkembangannya (Titik Mildawati)
105
Seperti dikemukakan diatas bahwa bisnis teknologi informasi banyak menghadapi masalah terutama masalah mengenai tingginya kos yang berhubungan dengan teknologi tersebut, di pihak lain ada pendapat yang menyatakan bahwa bisnis yang mengandalkan teknologi informasi tidak selalu membutuhkan investasi yang mahal, sehingga semakin banyak orang mengalihkan bisnis mereka ke bisnis e-commerce. Salah satu yang menjadi daya tarik bisnis ini adalah tingginya nilai sebuah perusahaan e-commerce, meskipun untuk mendirikannya tidak membutuhkan investasi yang besar, misalnya Verisign sebuah perusahaan teknologi informasi di Amerika Serikat yang pendapatannya setahun hanya USD 25 juta, tetapi kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai USD 20 sampai USD 25 milyar. Bisnis ini menjadi bisnis yang bermodal kecil dan harga murah pada saat ini ( present value ), tetapi berdasar future value harganya menjadi besar. (Andi Sutejo, 2000 ). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendirian bisnis e-commerce tidak bisa dikatakan mahal, investasinya cukup USD 25.000,00 dan perusahaan sudah bisa membuka bisnis ini dan berjualan dengan membuka mal yang besar. Nilai perusahaan bisa sedemikian tinggi, ini memerlukan perhitungan khusus misalnya diukur dengan menggunakan indikator jumlah jaringan dan jumlah pelanggan (subscriber) yang ada. Pengukuran ini bisa dianalog dengan sebuah mall yang bisa diukur dengan jumlah pengunjungnya yang datang di mall tersebut. Jika setiap anggota dinilai dengan sekian dollar, maka jaringan sebuah perusahaan e-commerce yang sedemikian luas akan menjadi asset yang tidak ternilai. Dalam memulai bisnis e-commerce, salah satu yang terpenting dan harus disiapkan sebelumnya dengan sungguh–sungguh adalah kesiapan negara serta sertifikat yang menjadi pengaman belanja lewat jaringan on line ini, misalnya untuk mengantisipasi seandainya pelanggan sudah membayar, tetapi barang yang sudah dibayar tidak dikirim, ini membutuhkan infrastruktur hukum. Disamping itu, membutuhkan juga infrastruktur komunikasi yang murah karena bisnis e-commerce ini erat hubungannya dengan satelit atau fiber optic. Yang disebut dengan bisnis e-commerce bukan hanya seseorang bisa membuat home page atau melihat melalui internet saja, tetapi membutuhkan juga dukungan infrastruktur yang lengkap yaitu adanya sertifikasi seperti yang telah dikemukakan di depan, sistem dan prosedur yang memadai dalam berbisnis di jalur ini, manajemen, garansi produk yang diperdagangkan apakah produk yang dikirim sesuai dengan yang diorder baik dari segi kwantitas, kwalitas, maupun pengirimannya, antisipasi akses global, kemajemukan bahasa, perbedaan mata uang dan lain–lain. Dalam hal infrastruktur teknologi, Indonesia dipandang sudah siap menyelenggarakan e-commerce karena Indonesia sudah mempunyai satelit, sudah berkembang dan semakin banyaknya perusahaan penyedia jasa internet (Internet Service Provider), dan berbagai macam produk yang tersedia dan bisa diperdagangkan, sehingga bagian yang terbesar menelan dana investasi sudah dipenuhi. Hal tersebut di atas, adalah hal–hal yang mendukung adanya bisnis e-commerce, disamping itu ada hal yang menjadi kendala utama dalam pengembangan bisnis e
106
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 101-110
commerce adalah pengetahuan masyarakat termasuk pebisnis yang masih rendah. Pebisnis umumnya kurang pengetahuan dan informasi, sedangkan masyarakat yang menjadi sasaran sebagai pelanggan belum mengerti dan paham mengenai masalah teknis seperti pembayaran dan pengiriman barang. Dari uraian mengenai e-commerce tersebut diatas dapat diketahui bahwa perkembangan yang pesat dalam penggunaan teknologi informasi di negara maju, ternyata tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan negara Singapore dan Hongkong yang masih dalam wilayah Asia. Di negara–negara tersebut di atas, semakin banyak individu yang memenuhi keperluannya lewat internet dan ada kecenderungan semua sistem diinternetkan, mulai dari toko kelontong, koperasi, media informasi / berita atau hiburan, dan bursa saham. Hal ini membawa bermacam–macam kemudahan, kelancaran dan keefisienan serta mampu memperluas jaringan pasar secara cepat tanpa harus mengeluarkan biaya promosi yang banyak ( Info Financial, 2000 ). Faktor yang paling mendasar dari lambatnya penerapan teknologi informasi di Indonesia bersumber pada budaya masyarakatnya yang masih terbiasa pada kehidupan yang bersifat tradisional. Permasalahan teknologi informasi di Indonesia meliputi hal–hal sebagai berikut : KNA III, 1996)
Budaya masyarakat Indonesia yang masih banyak mengandalkan pada pekerjaan manual karena murahnya biaya tanaga kerja. Pembangunan teknologi informasi masih dilakukan secara sektoral. Belum ada instansi pemerintah yang menangani secara khusus. Satu–satunya kontrol terhadap pembangunan teknologi informasi di Indonesia adalah penyaringan usulan pembangunan teknologi informasi oleh Bapenas. Dan tentunya hal tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan proyek teknologi informasi di kalangan instansi pemerintah. Belum adanya keseragaman pangkalan data secara nasional dan keseragaman dalam hal pemakaian perangkat keras dan perangkat lunak. Hal ini disebabkan pula oleh karena tidak adanya instansi yang merencanakan pembangunan teknologi informasi secara terpadu. Masih adanya budaya proteksi industri / perusahaan tertentu. Dalam hal prasarana telekomunikasi : tarif saluran telekomunikasi data dinilai masih sangat mahal sertaa kualitas kurang memadai.
Meskipun begitu, semangat untuk menerjuni teknologi informasi terus berlanjut bersamaan dengan tren globalisasi yang menuntut seseorang untuk membuka diri dengan terhadap perkembangan lingkungan dunia luar mempunyai andil besar dalam perkem
Teknologi Informasi dan Perkembangannya (Titik Mildawati)
107
bangan teknologi informasi, pengaruh teknologi informasi menyebar seluruh dunia tidak lagi hanya diseputar negara–negara maju melainkan juga di negara–negara berkembang termasuk Indonesia. Bagi Indonesia, meskipun selama ini dirasakan memang agak terlambat dalam mengaplikasikannya dikarenakan berbagai hal yang memang menjadi kendala dalam perkembangannya, kemajuan di bidang teknologi informasi diyakini sebagai hal yang harus diikuti terus, misalnya PT. Astra Graphia Tbk, saat ini sudah mengembangkan e-bisnis untuk pelanggannya yang berada di luar negeri, saat ini pihaknya terus mempelajari ecommerce karena berniat mengembangkannya. Menguasai di bidang ini merupakan keharusan, setidaknya terus mempelajari kemajuan di bidang teknologi informasi, ini dilakukan sambil terus–menerus mengaplikasiannya ke dalam pekerjaan sehari–hari. (Warta Ekonomi, 2000 ). Disamping itu juga Lippo Life yang sebelumnya adalah perusahaan di bidang asuransi jiwa, mengalihkan usahanya ke bidang cyber internet dan e-commerce dengan mengubah nama menjadi Lippo E-net menginvestasikan sebesar 2 trilyun untuk mengembangkan dan membangun cyberspace di Indonesia yang diharapkan merupakan penyedia infrastruktur cyberspace ketiga terbesar sesudah Indosat dan Telkom ( Info Financial, 2000 ). Disamping itu, jika dilihat di bursa efek, diperkirakan akan makin banyak perusahaan berbasis internet siap untuk mendapatkan big payout melalui proses IPO. Saham–saham teknologi informasi di BEJ mulai diminati para investor, hal ini bisa dilihat dari menguatnya beberapa saham emiten teknologi informasi BEJ yang disertai dengan kapitalisasi pasar yang tinggi di bursa efek secara umum pada minggu–minggu pertama dan kedua bulan Januari 2000, misalnya saham Lippo Life harga awalnya tahun ini ( per tanggal 4 Januari 2000 ) harganya berada di posisi Rp.475,00 pada tanggal 13 Januari 2000 mencapai Rp. 950,00 dengan tren yang meningkat baik. Saham Metrodata pernah mencapai titik tertinggi pada posisi Rp. 3.275,00 pada tanggal 11 Januari 2000 dari posisi perdagangan awal tanggal 4 Januari 2000 sebesar Rp. 2.350,00 sedang Astra Graphia mencapai posisi tertinggi Rp. 10.000,00 pada tanggal 11 Januari 2000 dari posisi perdagangan awal tanggal 4 Januari 2000 sebesar Rp. 6.100,00 ( Warta Ekonomi, 2000 ). Pada dasarnya orang membeli saham teknologi informasi mewakili dunia ekonomi masa depan ( new ekonomi ) yang akan dipacu oleh teknologi informasi atau internet akan mengubah cara hidup manusia, sehingga ini akan menarik bagi investor.
4. HARAPAN UNTUK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA Filosofi top manajemen di Indonesia masih banyak enggan atau kurang memanfaatkan teknologi informasi di Indonesia karena masih banyak yang menitik beratkan pada peningkatan efisiensi dan produktivitas, hal ini menunjukkan kenyataan bahwa kesadaran
108
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 101-110
akan pentingnya teknologi informasi masih belum merupakan hal yang penting dan kesadaran ini merupakan baru terjadi pada level bawah dan menengah. Usaha untuk memulai kesadaran tersebut bisa dimulai dari salah satu profesi yaitu akuntan sebagai seseorang yang membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dengan meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi informasi, sehingga hal tersebut memberi kontribusi yang sangat besar terhadap strategi perusahaan. Dari sini terlihat bahwa meluasnya penerapan teknologi informasi di Indonesia, tentunya akan mempunyai dampak khusus pada profesi akuntan, sehingga : ( KNA III, 1996 )
Akuntan tidak dapat lagi memfokuskan dirinya pada masalah sekitar akuntansi. Akuntan diharapkan kontribusinya dalam penentuan strategis perusahaan dengan melakukan analisa terhadap aktivitas perusahaan. Akuntansi diharapkan pemahamannya terhadap kekuatan perusahaan yang dihasilkan oleh perpaduan antara strategi bisnis dengan teknologi informasi. Dengan meningkatnya kesadaran teknologi informasi, diharapkan communication gap yang selama ini sering terjadi dapat berkurang.
Dengan dimulainya akuntan dalam pengambil alihan teknologi informasi diharapkan akan memberi dampak semakin berkembangnya teknologi informasi di Indonesia.
5. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi yang merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi merupakan hal yang diperlukan dalam era ketiga yaitu era informasi. Salah satu bentuk teknologi informasi adalah dengan munculnya internet yang merupakan jaringan informasi yang mempunyai jangkauan yang besar dan luas yang tidak membatasi waktu, tempat, maupun penggunanya. Dan salah satu bentuk dari internet yang berada dalam jalur bisnis adalah adanya bisnis e-commerce yang merupakan cara atau alat lain yang bisa digunakan pebisnis untuk memasarkan usaha selain usahanya secara tradisional / mall. Kemajuan teknologi informasi yang pesat di negara maju tidak dibarengi dengan perkembangan yang pesat di Indonesia. Hambatan ini terutama karena filosofi manajemen yang lebih menitik beratkan efisiensi dan produktifitas dari pada kebutuhan teknologi informasi itu sendiri. Tetapi di sisi lain, perkembangan teknologi informasi ada, hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang bisnis teknoogi informasi dan semakin maraknya saham–saham teknologi informasi di bursa efek, ini menunjukkan bahwa bisnis teknologi informasi sudah mulai berkembang di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi bisa dimulai dari akuntan sebagai staf yang membantu manajer dalam pengambilan keputusan dengan meningkatkan pengetahuan akuntan terhadap teknologi informasi.
Teknologi Informasi dan Perkembangannya (Titik Mildawati)
109
6. DAFTAR PUSTAKA Andy Sutedjo, 2000, Berinvestasi di Bisnis E-Commerce, Warta Ekonomi, No.41/TH.XI/ 28 Pebruari Info Financial, 2000, Lippo Life Berbisnis Cyber Internet dan E-Commerce, 16/XI/02 Pebruari. Info Financial, 2000, Teknologi Informasi makin Diminati Investor, 16/XI/02 Pebruari. Konensi nasional Akuntansi III, 1996 Muhamad Ihsan dan Prananda Herdiawan, 2000, Di Antara Mimpi dan Masa Depan, Warta Ekonomi, No.41/Th.XI/28 Pebruari. Robert K. Elliot, 1992, The Third Wave Breaks on the Shores of Accounting, Accounting Horizon, June. Warta Ekonomi, 2000, Ekonom dan Ekonomi Baru, No.3/TH.XI/31 Januari.
110
Ekuitas Vol.4 No.2 Juni 2000 : 101-110