PERAN ORANGTUA ANGKAT DALAM MELINDUNGI HAK ANAK TERLANTAR YANG DIADOPSI DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK BALITA TUNAS BANGSA (PSAA B TB) JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: KHOIRIDA ANINDITA 107054102501
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2011
Khoirida Anindita 107054102501
ABSTRAK Khoirida Anindita Peran Orangtua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Di adopsi Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya, orang tua yang tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberikan pertolongan, sehingga kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Ketika anak tersebut terlantar atau ditelantarkan oleh orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, juga negara. Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi. Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi, dimana yang menjadi informan peneliti adalah dua pasangan suami istri yang telah mengangkat anak dari panti. Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa; Pertama, proses pengangkatan anak di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) dilakukan dengan sangat ketat dan dengan waktu yang relatif lama, untuk melegalkan status sang anak setidak-tidaknya dibutuhkan waktu sampai dengan satu tahun, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kekeliruan di kemudian hari. Kedua, Orangtua angkat telah menjalankan perannya dengan baik, sekuat mungkin kedua pasangan ini melakukan hal yang terbaik untuk anak layaknya anak kandung, hanya dalam hal melindunginya dari penganiayaan, kekerasan atau sampai kepada eksploitasi belum terlihat karena usia anak yang masih balita, kalaupun ada pihak orangtuapun bersiap melindungi serta membela anak mereka. Ketiga dalam hal adopsi menurut hukum Islam dikatakan bahwa anak angkat tidak berhak atas warisan orangtua angkatnya maka kedua pasangan melakukan antisipasi yakni merencanakan akan membuat wasiat, atau harta mereka dihadiahkan kepada anak angkat mereka.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtuaku yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil, serta doa yang tidak penah habis. 2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Arief Subhan, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya. 5. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya.
ii
6. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan dan bantuannya. 7. Dosen-dosen Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini. 8. Pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang sudah mengizinkan saya melakukan penelitian skripsi ini (ibu Sa’diyah) dan pengasuh-pengasuh yang berada di sana (mbak Dewi, mbak Susi ). 9. Keluargaku terutama kembaranku Diyah yang sama-sama berjuang untuk lulus, Kakak-kakakku Oki dan Ira beserta suaminya, adikku Wulan serta ketiga keponakan tersayang Sayo, Saki, Ibin, terimakasih sudah menjadi penghibur setiap saat bagi penulis. 10. Kepada teman-teman Kessos 2007 yang berbagi pengalaman, teman seperjuangan skripsi saya, Chairunnisa, Wiwi juga teman-teman saya yang memberi saya dukungan moril Ayu, Uci, Neti, Said, Najib, Fiqih. 11. Teman terdekat Ferdi yang selalu memberi dukungan setiap saat kepada penulis. Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudahmudahan skripsi ini membawa berkah bagi yang membaca. Amin.
Jakarta, Juni 2011
Khoirida Anindita (107054102501)
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................................. ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah.......................... 3 1. Pembatasan Masalah ........................................................ 3 2. Perumusan Masalah ......................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4 a. Manfaat Praktis........................................................... 4 b. Manfaat Akademis...................................................... 5 E. Metodologi Penelitian............................................................ 5 1. Metode Penelitian .............................................................. 5 2. Jenis dan Sumber data........................................................ 6 3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 7 a. Observasi ..................................................................... 7 b. Wawancara .................................................................. 8 c. Catatan Lapangan......................................................... 9 d. Dokumentasi ................................................................ 9 4. Tempat dan waktu penelitian ............................................. 10 5. Subyek Penelitian .............................................................. 10 a. Pemilihan Kasus........................................................... 10 b. Teknik Analisa Data..................................................... 11 c. Teknik Keabsahan Data................................................ 11 d. Teknik Penulisan.......................................................... 11 F.
Tinjauan Pustaka ................................................................... 12
G.
Sistematika Penulisan ............................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Peran .................................................................... 16 B. Orangtua................................................................................ 16 1. Definisi Orang Tua.......................................................... 16 2. Definisi Orangtua Angkat................................................ 17 iv
C.
D.
Anak...................................................................................... 17 1. Pengertian Anak............................................................... 17 2. Pengertian Anak Terlantar................................................ 18 3. Pengertian Anak Angkat .................................................. 19 4. Hak Anak Angkat ............................................................ 20 Adopsi ................................................................................... 21 1. Definisi Adopsi................................................................. 21 2. Jenis-jenis Adopsi ............................................................. 22 3. Adopsi dalam Islam .......................................................... 23 4. Status Hukum Anak Angkat dalam Islam .......................... 23
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Pengertian Panti..................................................................... 25 B. Sejarah PSAA B Tunas Bangsa.............................................. 25 C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PSAA Balita Tunas Bangsa.... 26 D. Visi dan Misi ......................................................................... 27 E. Tujuan PSAA B Tunas Bangsa .............................................. 28 F. Struktur Organisasi ................................................................ 28 G. Sasaran dan Jumlah Binaan................................................... 29 H. Persyaratan ............................................................................ 29 I. Prosedur Penerimaan ............................................................. 29 J. Kegiatan PSAA B TB ........................................................... 30 K. Sasaran Penerimaan Panti ...................................................... 30 L. Pendanaan Panti ..................................................................... 30 M. Sumber Daya Manusia ........................................................... 30 N. Fasilitas Panti ......................................................................... 34 O. Persyaratan Pengangkatan Anak ............................................. 35 P. Profil Anak-Anak di PSAA B TB ........................................... 36
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA A. Profil ........................................................................................ 38 B. Temuan dan Analisis................................................................ 41 1. Proses Pengangkatan Anak di PSAA B TB ....................... 43 2. Peran Orangtua Angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi ......................................................................... 50 3. Hak-hak anak angkat ......................................................... 50 BAB V PENUTUP..................................................................................... 63 A. Kesimpulan............................................................................ 63 B. Saran-saran ............................................................................ 63
v
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................
vi
DAFTAR TABEL TABEL 1.1 Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa……………………………………………………………………………………32 TABEL 1.2 Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa……………………………………………………………………………………35
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.1Anak merupakan generasi penerus bangsa. Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Dalam masa pertumbuhannya anak membutuhkan perawatan, perlindungan serta kasih sayang, seperti tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Bab II, pasal 2 yang berbunyi : “Anak berhak
atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”. Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan mengembangkan potensi diri dan kemampuannya, anakpun berhak mendapatkan kesejahteraannya baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus. Namun tidak semua keluarga dapat memenuhi hak anak tersebut, karena berbagai kondisi, sering kali anak tidak mendapatkan hak mereka,
1
UU RI No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
1
2
beberapa dari mereka terlantar dan ditelantarkan oleh orang tua mereka dengan alasan tertentu. Padahal dalam Undang-Undang no.23 tahun 2002 pasal 20 tentang perlindungan anak telah menegaskan bahwa terlindungnya hak-hak anak adalah tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, juga negara. Ketika anak tersebut terlantar atau ditelantarkan oleh orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, juga negara. Dalam pasal 72 disebutkan bahwa masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat. Oleh karena itu, penelitian tentang peranan orangtua angkat dalam melindungi hak anak dirasa sangat penting. Melihat fenomena diatas, Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) selaku Panti Sosial di bawah naungan Dinas Sosial Jakarta
dipilih
karena
selain
berupaya
menangani
anak
serta
menyelamatkan anak dari ketelantaran, agar dapat tumbuh kembang secara wajar, Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) juga mencoba
memberikan pembinaan maksimal mulai dari fisik, mental,
sosial dan keterampilan, yang selanjutnya mengembalikan anak kepada keluarga yang sudah teridentifikasi, memberikan bimbingan lanjut dengan
3
cara pindah ke panti sekolah dasar, atau mencarikan orang tua angkat bagi anak terlantar yang sudah diserahkan kepada negara. Tujuannya agar anak terlantar dapat hidup layak dan normal, serta membantu anak agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik jasmaniah maupun rohaniah dan berada di lingkungan keluarga yang harmonis. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peran Orang Tua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Diadopsi”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran pembahasan maka penulis mencoba membatasi permasalahan pada Peran Orangtua Angkat dalam Melindungi Hak Anak Terlantar yang Diadopsi dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, dalam status asuhan sementara. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
tersebut,
penelitian
dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa dalam status asuhan sementara?
4
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi dari Panti Sosial Anak Asuh Tunas Balita.
D. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan masalah perlindungan hak anak. b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan pemahaman bagi orang tua angkat yang mengadopsi anak terlantar dalam berperan serta melindungi hak anak. c. Untuk menambah wawasan umumnya bagi para pembaca dan khususnya pada pekerja sosial agar mendapat gambaran umum tentang bagaimana peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.
5
2. Manfaat Akademis a. Sebagai sarana informasi mahasiswa sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan perlindungan hak anak. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar dan bermakna di lapangan.2 Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi. Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipankutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
2
Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2,h.39
6
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumen-dokumen resmi lainnya.3 Penelitian
deskriptif
ini
penulis
gunakan
dalam
menjelaskan dan menerangkan peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.
2. Jenis dan sumber data Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.4 Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.5
3
Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2,h.39 4 Dr. Lexy J. Moleong, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 112 5 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 113
7
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif deskriptif tentang peranan orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama (orangtua angkat dan pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa). Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.
3. Teknik pengumpulan data Adapun untuk melaksanakan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan adalah melalui: a. Observasi Marshall (1995) dalam Sugiyono, menyatakan bahwa, observasi adalah
“ throught observation, the researcher learn
about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.6 Sanafiah mengklasifikasikan
Faisal
(1990)
observasi
menjadi
dalam
Sugiyono,
observasi
partisipasi,
observasi secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi tak
6
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : ALFABETA, 2009 cet. Ke-13 hal.403
8
berstruktur. Observasi yang penulis lakukan adalah observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa penulis sedang melakukan penelitian, jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau secara tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan yang jika dikatakan terus terang peneliti kemungkinan tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. b. Wawancara Esterberg (2002), mendefinisikan interview/ wawancara sebagai berikut “a meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan
ide
melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.7 Jenis
wawancara
yang
digunakan
adalah
wawancara
semiterstruktur, adalah wawancara dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa 7
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : ALFABETA, 2009 cet. Ke-13 hal.413
9
yang dikemukakan informan. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi pengumpulan data yang diperlukan oleh penulis, penulis melakukan wawancara langsung kepada orangtua angkat, pihak Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang dianggap dapat memberikan informasi kepada penulis ataupun kepada pihak lain yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis dengar, lihat, dan pikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data penelitian.8 Penulis akan mencatat hasil observasi dan wawancara selama masa penelitian berjalan. Hasil catatan tersebut akan digunakan sebagai acuan serta pedoman dalam menguraikan hasil dan temuan lapangan. d. Dokumentasi Metode ini digunakan oleh peneliti guna mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen yang menunjang terhadap penelitian. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan yaitu berupa buku-buku, data kepustakaan, brosur, artikel-artikel baik tertulis maupun melalui internet, catatan, foto-foto dan lain sebagainya yang semuanya memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap peran
8
Moleong,Metode Kualitatif,h.153
10
orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi.
4. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan atau penelitian ini dilakukan di rumah kedua orangtua angkat yang beralamat di Pondok Gede, Perumahan KOSABRI di Jakarta timur, serta di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang beralamat di JL. Bina Marga Jakarta Timur. Sedangkan waktu penelitian terhitung mulai dari masa praktikum yaitu tanggal 1 oktober 2010 sampai Februari 2011. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan Panti tersebut diyakini penulis sebagai panti yang berkontribusi aktif dalam melindungi hak anak terlantar. 5. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah anak terlantar yang diadopsi dari PSAA B TB. Penulis sebagai peneliti berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini. a. Pemilihan kasus Dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemilihan informan. Per tanggal 21 Desember 2011 terhitung delapan anak telah resmi diasuh oleh keluarga barunya melalui proses hukum yang sah. delapan anak tersebut adalah : J, D, E, R, A, P, H, F. Dari ke delapan
11
anak tersebut enam anak berasal dari rumah sakit, satu anak berasal dari Panti Kebun Kosong dan satu anak berasal dari masyarakat. Dari delapan anak tersebut orangtua angkat yang bersedia penulis wawancara hanya orangtua angkat P dan H. b. Teknik Analisa Data Proses awal yang penulis lakukan adalah observasi ke lembaga, serta ke rumah orangtua angkat. Setelah itu penulis melakukan wawancara kepada orangtua angkat juga pengurus Panti PSAA B Tunas
Bangsa
penulis
juga
mengabadikannya
dalam
bentuk
dokumentasi. Penulis mengamati seluruh data dan hasil wawancara secara detail dan melakukan berulang-ulang dari awal penelitian dan selama proses penelitian berlangsung lalu kemudian penulis rangkum dan menyeleksi data-data yang terhimpun sesuai dengan konsepkonsep penelitian. Selanjutnya penulis menyusun dalam catatan lapangan, kemudian diringkas, dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan disusun secara sistematis. Data yang terkumpul selanjutnya penulis analisa secara kualitatif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pernyataan pendapat tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, untuk memahami keterlibatan dengan permasalahan yang sedang diteliti. c. Teknik Keabsahan Data
12
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi.
Teknik
triangulasi
merupakan
teknik
pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini praktikan menggunakan pihak panti sebagai pengecekan data yang penulis peroleh dari orangtua angkat. d. Teknik Penulisan Untuk mempermudahkan dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulis skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian skripsi ini. Penulis menggunakan literatur berupa skripsi. Penelitian skripsi ini disusun dan dianalisa berdasarkan beberapa buku yang menjelaskan teori-teori yang sesuai dengan judul yang penulis bahas serta data yang ditemukan di lapangan.
13
Penulis menggunakan literatur berupa skripsi yang membahas tentang “Peran TBS (Taman Balita Sejahtera) dalam Membantu Perkembangan Psikososial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu ” nama peneliti : Supriadi Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, penelitian menitik beratkan kepada psikososial anak terlantar. Dari skripsi diatas, penulis menemukan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi rujukan penulis lebih menekankan pada segi perkembangan sosial anak terlantar, maka dalam penelitian ini penulis membahas mengenai perlindungan hak anak terlantar yang diadopsi.
G. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat Penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS Bab ini mengemukakan tentang pengertian peran, orang tua angkat, anak terlantar, hak-hak anak, definisi adopsi, adopsi di mata Islam.
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
14
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Panti Sosial Asuha Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) yang meliputi latar belakang berdirinya PSAA B TB, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana. BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA Bab ini memaparkan tentang analisis mengenai peran orang tua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi dari Panti Sosial Anak Asuh Tunas Balita.
BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari skripsi, yang didalamnya menguraikan tentang kesimpulan yang berisi jawaban dari pertanyaan penelitian serta saran-saran yang sifatnya membangun.
15
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Peran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia atau orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan yang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
B. Orang Tua 1. Definisi Orang tua Kartono mendefinisikan, orang tua adalah pria dan wanita yang terkait dalam perkawinan, siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah, ibu dari anak-anak yang dilahirkannya2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah orang tua diartikan dengan “1. Ayah dan ibu kandung, 2. Orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dsb,) 3. Orang yang disegani atau dihormati di kampung”. 3,
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998 h.667 2 Kartini, Kartono, Peran Keluarga Memandu anak (Jakarta : Raja Wali Press, 1952) h 37-38 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999 h.706
16
17
2. Definisi Orang tua angkat Definisi orang tua angkat, menurut Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, adalah sebagai berikut : "Orang tua angkat adalah orang yang diberi kekuasaan untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak berdasarkan peraturan perundangundangan dan adat kebiasaan".
C. Anak 1. Pengertian Anak Anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.4Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan kedua. Anak juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil.5 Adapun tahap-tahap perkembangan anak pada usia 0-18 bulan : a. Dari segi fisik anak sudah mencapai mobilitas, dorongan kuat untuk memanjat, merangkak. Anak juga sudah bisa berdiri dan berjalan, belajar berjalan sendiri, belajar untuk meraih dengan ibu jari dan jari, bisa menyuap sendiri, memindahkan bendabenda kecil dari satu tangan ke tangan lain. b. Dari segi emosional dan sosial anak ingin dipenuhi kebutuhannya, mengembangkan rasa aman, tersenyum secara spontan dan responsif, suka gerakan dipegang, digendong dan diayun, tertawa keras, sosialisasi dengan siapapun, tetapi tahu 4
UU Perlindungan Anak no.23 tahun 2002 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta :Balai Pustaka, 1998) cet ke-1 h.30-31 5
18
ibu atau pemberi asuhan yang utama, merespon gelitik, lebih suka pemberian asuhan utama, bisa menangis ketika orang asing
mendekat,
umumnya
menampilkan
kecemasan,
memperluas ikatan kasih sayang, menunjukkan permanennya benda, tahu orangtuanya ada dan akan kembali, dan menguji batasan. c. Dari segi intelektual/ kognitif anak bisa berbisik, tersenyum dan mengekpresikan kesenangan, mengenali pemberi asuhan utama, menggunakan kedua tangan untuk menangkap benda, memiliki ketertarikan visual yang luas, meletakkan segala sesuatu di mulut, memecahkan masalah sederhana, misalnya memindahkan rintangan ke samping untuk mencapai bendabenda, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain, menanggapi perubahan lingkungan dan dapat mengulangi tindakan yang menyebabkannya, mulai menanggapi kata-kata yang selektif, menunjukkan perilaku disengaja, memprakasai tindakan-tindakan, menyadari benda-benda ada ketika di luar pandangan dan akan mencarinya, tertarik dan memahami katakata, mengatakan kata-kata seperti “mama”, papa.6 2. Pengertian Anak terlantar Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat
6
National Resource Center for Family-Centered Practice and Permanency Planning
19
terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.7 Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.8 Menurut Edi Suharto anak terlantar ialah anak yang berusia lima sampai delapan belas tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan : miskin, tidak mampu, salah seorang dari orang tua atau wali pengampu sakit, salah seorang atau kedua orang tuanya atau wali pengampu atau pengasuh meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu atau pengasuh), sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani rohani maupun sosial. Istilah terlantar dalam hal ini antara lain tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya, orangtua yang tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan.9 3. Pengertian Anak Angkat Anak angkat diberikan definisi sebagai anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan orang tua angkatnya
7
UUD pasal 1 butir 7 4/179 Kamil, Ahmad dkk,Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, jakarta: Raja Grafindo Persada,2008 9 Edi Suharto,Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. http://www.policy.hu/suharto/modul a/makindo 40.htm 8
20
berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.10 Sebagian pakar hukum Islam beristilah anak angkat dengan anak asuh atau hadhanah yang diperluas.
Menurut
M.J
Koenen-J.
Endopols’Verlarend-
handwoordenboek der nederlandse Taal, adopteren berarti mengambil anak untuk diberi bantuan sebagai perlindungan.11 4.
Hak anak angkat 1. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. 3. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orangtua. 4. Berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. 5. Dalam hal karena sesuatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku.
10 Syamsu Andi, dkk. Hukum Pengangkatan Anak Perpspektif Islam, Jakarta:Kencana,2008 11 Martoesedono, Amir. Tanya Jawab pengangkatan anak dan masalahnya, Jakarta:Dahara Prize.
21
6. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. 7. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya. 8. Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi sesuai dengan
minat
dan
bakat
dan
tingkat
kecerdasan
demi
pengembangan diri.. D. Adopsi 1. Definisi Adopsi Hoetomo, menyebutkan bahwa adopsi ialah pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri, “mengadopsi” adalah mengambil atau mengangkat anak orang lain secara sah menjadi anak sendiri. Adopsi menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris “adoption”, yang berarti pengangkatan atau pemungutan sehingga sering dikatakan “ adoption of child “ yang artinya pengangkatan atau pemungutan anak. Anak yang diadopsi disebut “anak angkat”, peristiwa hukumnya disebut “pengangkatan anak” 12
12
http: // anggara. Org/ 2006/ 09/ 27/ tentang-pengangkatan anakadopsi.
22
2. Jenis – jenis adopsi. Menurut Hoopes (dalam Brodzinsky & scechter 1990), berdasarkan ikatan kekeluargaan antara keluarga yang mengadopsi dengan adoptee, adopsi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Within-Family Adoption. Adoptee dari jenis adopsi ini berasal dari keluarga sendiri yang diadopsi secara ilegal, kakek-nenek, paman- bibi, sepupu bisa mengadopsi anak ini karena orang tua kandungnya tidak mampu untuk membesarkan anak itu karena satu dan lain hal. Adopsi orangtua tiri yang sering terjadi pada kasus orang tua yang telah meninggal atau menikah lagi juga termasuk dalam jenis withinfamily adoption. b. Non-Family or Non-Relative Adoption Adoptee ini berasal dari keluarga yang tidak memiliki ikatan keluarga
dengan
mengadopsi
ketika
keluarga orangtua
adopsi.
Kebanyakan
kandungnya
tidak
keluarga mampu
membesarkan anaknya. Ada pula keluarga yang mengadopsi dengan alasan untuk menolong. Misalnya menyediakan rumah dan kasih sayang bagi si anak. Adoptee bisa melalui lembaga seperti yayasan atau rumah sakit atau langsung melalui orangtua yang ingin menyerahkan anaknya untuk diadopsi. Kedua proses adopsi di atas dapat disahkan melalui pengadilan. Sepasang suami-istri bisa mengadopsi keponakannya lalu mengajukan
23
permohonan pengesahan melalui pengadilan. Sebaliknya sepasang suami istri yang tidak mempunyai hubungan darah dengan anak yang diadopsinya mungkin saja tidak mengikuti proses resmi di pengadilan karena mereka berhubungan langsung dengan orangtua kandung dan perantaranya. Sehingga baik within family adoption maupun nonfamily or non-relative adoption dapat tergolong adopsi resmi maupun tidak.13 2. Adopsi dalam islam Dalam fiqih, adopsi disebut dengan istilah tabbani, secara etimologis kata tabbani yaitu mengambil anak. Mahmud Syaltut ulama dan pemikiran Islam Mesir (Ensiklopedia Islam, 1999) adopsi dapat dikemukakan dengan dua pengertian : a. Mengambil anak orang lain untuk diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang, dan diperlakukan sebagai anak sendiri oleh orangtua angkatnya tanpa memberi status anak kandung kepadanya. b. Mengambil anak orang lain untuk diberi status anak kandung, sehingga ia berhak memakai nasab orangtua angkatnya dan mewarisi harta peninggalannya dan hak-hak lainnya sebagai hubungan anak dan orangtua. 3. Status Hukum anak angkat dalam Islam ( Ensiklopedia Hukum Islam, 1997). Status hukum anak angkat dalam islam dari segi kewarisan ialah menurut ulama fiqih, dalam islam ada 13
Badriah, Laila, (2009). Gambaran Penerimaan Diri Anak Adopsi. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
24
tiga faktor yang menyebabkan seseorang saling mewarisi, yakni karena hubungan kekerabatan atau seketurunan (al-qarabah), karena hasil perkawinan yang sah (al-musaharah), dan karena faktor hubungan
perwalian
antara
hamba
sahaya
dan
wali
yang
memerdekakannya atau karena faktor saling tolong menolong antara seseorang dengan orang yang diwarisinya semasa hidupnya. Anak angkat tidak termasuk kedalam tiga faktor tersebut, oleh karena itu antara dirinya dan orangtua angkatnya tidak berhak saling mewarisi satu sama lain. Namun, Islam tidak menutup kemungkinan anak angkat mendapat bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya. Caranya ialah hibah atau wasiat dengan ucapan atau tulisan dari ayah angkatnya sebelum meninggal, dengan ketentuan paling banyak, sepertiga dari harta warisan.
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA
A. Pengertian Panti Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa (PSAA B TB) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar.
B. Sejarah (PSAA B TB) Banyaknya masalah bayi yang terlantar di DKI Jakarta, diantaranya adalah bayi yang dibuang, bayi yang ditinggalkan orang tuanya di Rumah Sakit, ataupun bayi hasil hubungan diluar nikah, yang hal tersebut merupakan masalah yang perlu mendapat penanganan. Pada saat itu lembaga Pemerintah maupun swasta yang menangani masalah yang dimaksud masih sangat terbatas, sehingga timbul gagasan dari Dinas Sosial untuk mendirikan sebuah penampungan guna menangani masalah tersebut. Gagasan itu baru direalisasikan pada tahun 1985, dengan didirikannya sebuah panti dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, diberi nama Panti Asuhan Balita yang mempunyai daya tampung 50 orang. Setelah dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta dengan Nomor SK 1640/1986 tertanggal 31 Agustus 1986, panti tersebut mulai dioperasikan.
25
26
Pada tahun 1966, tepatnya tanggal 1 Mei 1966, seluruh Panti Sosial dibawah binaan Dinas Sosial dirubah namanya, salah satunya adalah Panti Asuhan Balita menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa 01 Cipayung, tanpa merubah fungsi dan tugas pokoknya. Kemudian dengan adanya pengembangan organisasi, maka diterbitkan SK Gubernur DKI Jakarta nomor 163 tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis di lingkungan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.22
C.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi PSAA Balita Tunas Bangsa Kedudukan PSAA B TB merupakan unit pelaksanaan teknik dinas bintal dan kessos dalam pelayanan, pembinaan anak balita terlantar, yang bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kessos, anak terlantar usia 5 tahun ke bawah yang meliputi asuhan dan perlindungan, perawatan, sosialisasi dan pengembangan, penitipan anak, penyaluran dan bina lanjut. Adapun fungsi PSAA B TB : 1. Pelaksanaan
pendekatan
awal
meliputi
penjangkauan,
observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi. 2. Pelaksanaan
penerimaan
meliputi
registrasi,
persyaratan
administrasi, penempatan dalam panti dan penitipan dalam taman asuhan anak. 22
Brosur terbaru PSAA B TB
27
3. Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta asuhan dan perlindungan sosial. 4. Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan, pengungkapan, pemahaman masalah dan potensi. 5. Pelaksanaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, pendidikan non formal dan pengembangan kepribadian. 6. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kemampuan bermasyarakat, kehidupan dalam keluarga dan kesiapan pendidikan. 7. Pelaksanaan penyaluran dan pembinaan lanjut, meliputi penempatan
anak,
monitoring,
konsultasi,
asistensi,
pemantapan, dan terminasi.23
D.
Visi dan Misi PSAA B TB Visi
Panti
Sosial
Asuhan
Anak
Balita
Tunas
Bangsa
adalah
menyelamatkan anak dari keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar. Misi panti adalah, mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak dan normatif juga agar anak mempunyai disiplin tinggi, percaya diri, penuh semangat dan tanggung jawab.
23
Office PSAA B TB
28
E.
Tujuan PSAA Balita Tunas Bangsa Tujuan PSAA B TB adalah sebagai berikut : 1.
Sebagai upaya pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani balita terlantar.
2.
Agar balita terlantar dapat hidup layak dan normatif.
3.
Sebagai
upaya
Dinas
Sosial
Provinsi
DKI
Jakarta
untuk
menyelamatkan anak balita dari keterlantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar. F. Struktur Organisasi KEPALA PANTI Dra. Mariana Msi
SUB.BAGIAN TATA USAHA
Yenti Kemala. Aks
Kasie Asuhan dan Perawatan
Kasie Sosialisasi dan Pengembangan
R. Yuliani Purwika S.sos
Hj. Sa’diyah S.sos
29
G. Sasaran dan Jumlah Binaan PSAA Balita Tunas Bangsa Adapun sasaran panti ialah anak terlantar berusia 0-5 tahun, anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar usia 0-5 tahun, keluarga tidak mampu yang berkapasitas tampung sebanyak 60 anak.
H. Persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial di PSAA B TB Persyaratannya ialah laki-laki atau Perempuan yang berusia 0-5 tahun, berstatus terlantar, sehat fisik dan mental serta berdomisili DKI Jakarta I. Prosedur Penerimaan Penerimaan PSAA Balita Tunas Bangsa ini dari berbagai macam tempat, yaitu: 1) Penyerahan dari Rumah Sakit menyerahkan ke panti dengan surat rekomendasi dari Dinas Sosial DKI Jakarta/Sudin Sosial setempat. Kelengkapan, surat kelahiran, serat penyerahan, berita acara penyerahan dan study case. 2) Penyerahan dari kepolisian, penyerahan langsung ke panti, surat penyerahan. 3) Penyerahan dari lembaga sosial, pemerintah atau swasta, surat pengantar penyerahan, laporan sosial yang bersangkutan (sosial study). 4) Penyerahan dari keluarga/masyarakat, menyerahkan langsung ke panti, membuat surat pernyataan/perjanjian diatas materai yang cukup, keterangan dari lurah setempat.
30
J. Kegiatan PSAA Balita Tunas Bangsa Kegiatan di PSAA B TB ialah kegiatan yang mmemfokuskan kepada, pelayanan kesehatan dan gizi, kesejahteraan sosial, mental dan spiritual, pendidikan pra sekolah, pendidikan taman kanak-kanak, rekreasi serta penyaluran Bina lanjut.
K. Sasaran Penerimaan Panti Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa adalah anak terlantar usia 0 tahun s/d 5 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.
L. Pendanaan Panti Sumber pendanaan, barang, dan properti yang dimiliki panti itu semua dari subsidi Pemerintah yaitu dari Pemda DKI Jakarta melalui APBD setiap tahun.24
M.
Sumber Daya Manusia Seluruh pegawai di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa berjumlah 33 orang. Dengan jumlah pegawai wanita 26 orang dan jumlah pegawai laki-laki 7 orang. 24
Brosur PSAA B TB
31
Tabel 1. 1. Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa No
Nama
Golongan
Jabatan
Pangkat/Pendidikan
1
Dra. Mariana. M.si
IV/a
Kepala Panti
Pembina/S2
2
Yenti Kemala. Aks
III/d
Ka. Sub. Bag
Penata Tk. I/S1
Tata Usaha 3
Yuliani Purwita.
III/c
S.sos. Msi 4
Hj. Sadiyah. S.sos
Ka. Sie. Asuhan
Penata Tk. I/S2
& Perawatan III/c
Ka. Sie.
Penata Tk. I/S1
Sosialisasi & Pengembangan 5
Lely Yuliati. SE
III/d
Staf Sie Asuhan
Penata Tk. I/S1
& Perawatan 6
Marsuni
III/b
Staff Tata Usaha
Penata Muda Tk. I/STM
7
Sekarwati
III/b
Staff Sie.
Penata Muda Tk.
Sosialisasi &
I/SMA
Pengembangan 8
9
Sri Marsiyanti
Siti Handayani
III/b
III/b
Staff Sie. Asuhan
Penata Muda Tk.
& Perawatan
I/SMEA
Staff Sie.
Penata Muda Tk.
32
Sosialisasi &
I/SBPLB
Pengembangan 10
Endang Rusmiati
III/b
Staff Tata Usaha
Penata Muda Tk. I/SMA
11
Tri handayani. SH
III/a
Staff Tata Usaha
Penata Muda/S1
12
Dewi Aryati
III/a
Staff Sie
Penata Muda/S1
Ningrum
Sosialisasi & Pengembangan
13
Tiurma Junita
II/d
Staff Tata Usaha
Manalu 14
15
Ponirah
Rohaya
Pengatur Tk. I/SMPS
II/d
II/c
Staff Sie Asuhan
Pengatur Tk.
& Perawatan
I/SMEA
Staff Sie Asuhan
Pengatur/SMP
& Perawatan 16
Kamiludin
II/a
Staff Tata Usaha
Pengatur Muda/SMA
17
18
19
20
Nurleni
Fitri Yulianti
Mukinah
Nurli Tinambunan
II/a
II/a
II/a
II/a
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMA
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMEA
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMEA
Staff Sie Asuhan
Pengatur
33
21
22
23
24
25
26
Mukiyana Mahera
Welas Asih
Ningrum Kusumah
Christina Saptarini
Dian Eva Yanti
Eno Narseno
II/a
II/a
II/a
II/a
II/a
II/a
& Perawatan
Muda/PGAN
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMU
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMPS
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMEA
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMA
Staff Sie Asuhan
Pengatur
& Perawatan
Muda/SMPS
Staff Tata Usaha
Pengatur Muda/SMU
27
Wahyuni
I/c
Staff Sie Asuhan
Juru/SMP
& Perawatan 28
Tasirin
I/c
Staff Tata Usaha
Juru/SMP
29
I Wayan Budi Arta
I/c
Staff Tata Usaha
Juru/SMP
30
Susmiyati
I/c
Staff Sie Asuhan
Juru/SMP
& Perawatan 31
Saimin
I/c
Staff Tata Usaha
Juru/SMP
32
Rundiyani
I/c
Staff Tata Usaha
Juru/SMP
33
Jumhur
I/c
Staff Tata Usaha
Juru/SMP
34
Jumlah Pegawai Pramu yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa dibagi dalam berbagai macam tugas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1. 2 Personalia PSAA Balita Tunas Bangsa No
Pramu Berdasarkan Tugas
Jumlah
1
Perawat Pemakanan PMKS
3
2
Perawat Kebersihan PMKS
4
3
Pengasuh
5
4
Petugas Dapur
1
5
Sopir
1
6
Petugas Cuci Pakaian
1
7
Petugas Komputer
1
Total
16
N. Fasilitas Panti 1. Ruang kantor yang di dalamnya terdiri dari ruang tamu, ruang meeting, meja, kursi, tv, komputer, telpon, lemari. 2. satu ruang Tata Usaha (TU) 3. Ruang Asrama yang terdiri dari tiga kamar yaitu kamar arjuna, kamar srikandi dan kamar dewi shinta. 4. Satu ruang belajar 5. Dua Ruang makan, yaitu ruang makan pegawai dan ruang makan anakanak.
35
6. Satu ruang dapur 7. Satu aula pertemuan 8. Satu Musola 9. Satu taman bermain 10. Alat transportasi terdapat dua buah mobil. 11. Peralatan komunikasi terdapat satu telepon, satu mesin tik, dan satu mesin fax. 12. Satu ruang cuci 13. Satu gudang 14. Satu ruang isolasi 15. Satu ruang poliklinik 16. Dua rumah mest yang terdapat di dalam panti.
O. Persyaratan Pengangkatan anak (Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 110/HUK/2009). 1. Usia Pernikahan minimal 5 tahun 2. Usia suami dan istri minimal 30 tahun 3. Surat permohonan izin pengangkatan anak kepada kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta 4. Surat pernyataan dari keluarga suami dan istri 5. Surat pernyataan dari Suami dan Istri calon orang tua angkat (COTA) 6. Fotocopi surat nikah 7. Surat keterangan catatan kepolisian suami dan istri.
36
8. Surat keterangan kesehatan suami dan istri dari rumah sakit pemerintah 9. Surat keterangan dari Dokter Ahli Kandungan/Kebidanan 10. Surat Keterangan Kesehatan Jiwa dari Dokter 11. Fotocopi Kartu Keluarga 12. Surat Keterangan lahir/akte kelahiran COTA 13. Surat pernyataan wali nikah (bila yang diadopsi bayi/anak perempuan).
P. Profil Anak-Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung Jumlah anak di panti seluruhnya ada 89 orang. Anak yang berada di dalam panti ini berusia 0-5 tahun. Dalam 89 anak ini, 25 anak sudah berada dalam asuhan orang tua adopsi dan sudah tidak tinggal di dalam panti. Anak yang sudah dapat diadopsi yaitu anak yang sudah berstatus aman, sedangkan anak yang tidak dapat diadopsi adalah anak titipan atau anak yang masih mempunyai orang tua atau keluarga lainnya. Anak-anak panti yang berusia 5 tahun di sekolah kan panti di luar panti. Adapun jumlah anak yang bersekolah taman kanak-kanak di luar panti berjumlah 12 orang. Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun belajar di dalam panti yang dibimbing oleh guru dari luar panti. Dalam menitipkan anak di dalam panti ini terdapat beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh orang tuan yang menitipkan anaknya, seperti: 1) Bila selama 3 bulan tidak diambil atau dijenguk, maka anak akan menjadi anak Negara (diserahkan sepenuhnya kepada panti).
37
2) Tidak menuntut PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung, apabila keluarga atau anak kami tersebut di atas meninggal dunia, karena komplikasi atau penyakit yang diderita dan sebab-sebab lainnya. 3) Bersedia menerima kembali apabila ternyata anak kami tersebut telah sampai atau selesai perawatan atau pembinaan sesuai dengan surat pernyataan yang berlaku. Jadi, anak-anak yang berstatus titipan harus dijenguk oleh keluarganya.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA A. PROFIL Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas informan yang akan menjadi obyek dari skripsi ini. Yaitu dua anak terlantar dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang saat ini telah diadopsi serta dua dari delapan pasangan suami istri yang bersedia penulis wawancara. 1. H Nama
:H
Tanggal lahir
: 26 November 2009
Tanggal masuk panti : 15 Januari 2010 Umur
: 1 tahun 6 bulan
Fisik
: Kulit hitam, rambut ikal.
Psikis
: Sensitif, periang.
2. Bapak angkat H Nama
: DZ
Umur
: 37 tahun
Pendidikan terakhir
: S1 akuntansi
Usia perkawinan
: 7 tahun
Ibu angkat H Nama
: WS
Umur
: 34 tahun
38
39
Pendidikan terakhir
: S1 Akuntansi
Usia perkawinan
: 7 tahun
Klien adalah satu dari delapan anak yang diadopsi per bulan Desember 2010. Setelah dilahirkan H ditinggal di rumah sakit RSIB Budi Kemuliaan oleh kedua orangtuanya dan akhirnya pihak rumah sakit menyerahkan H ke panti. Dengan keinginan serta ketertarikan DZ dan WS akhirnya merekapun mengadopsi H 1. P Nama
:P
Tanggal Lahir
: 31 Agustus 2009
Tanggal Masuk Panti : 26 Juli 2010 Umur
: 1 tahun 9 bulan
Fisik
: Kulit sawo matang, rambut lurus.
Psikis
: Riang, tidak takut pada orang yang baru
dikenalnya. 2. Bapak angkat P Nama
:S
Umur
: 34 tahun
Pendidikan terakhir
: S1 Teknik
Usia perkawinan
: 10 tahun
3. Ibu angkat P Nama
: KI
40
Umur
: 32 tahun
Pendidikan terakhir
: D1 PAUD
Usia perkawinan
: 10 tahun
Sama halnya dengan H, klien P juga termasuk salah satu dari delapan anak yang diadopsi perbulan Desember 2010. Ibunda klien dahulu sempat stress karena ditinggal suaminya dan dijaring razia pada saat hamil P. Kemudian ibunda klien dikirim ke panti khusus rehabilitasi “Panti Kebun Kosong”, pihak panti menemani ibu klien sampai klien dilahirkan kemudian karena jiwa ibunda klien masih terganggu akhirnya klien diserahkan ke Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Setelah kedua klien diasuh oleh pihak panti, pihak pantipun berusaha mencari keluarga besar lainnya, cara terakhir yang ditempuh pihak panti ialah mengiklankan klien dalam kolom panggilan sebuah surat kabar. Jika sampai dengan jangka waktu hampir dua bulan tidak ada pihak yang mencari maka status H dan P dinyatakan aman dan berhak untuk diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat orang lain sesuai dengan UU RI no.23 tahun 2002 pasal 7 ayat 2 tentang perlindung anak yang berbunyi : “Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau
41
anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
B. TEMUAN DAN ANALISIS Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi. Dengan cara menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelaskan dibab II. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa hal mengenai peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi juga sekilas tentang proses pengangkatan anak. Ketika
anak
tersebut
terlantar
atau
ditelantarkan
oleh
orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, juga negara. Dalam pasal 72 disebutkan bahwa Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Masyarakat bisa perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga sosial masyarakat dan lain-lain. Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat.
42
Sesuai dengan pasal ini, maka pasangan DZ dan WS serta S dan KI telah menjadi orangtua angkat. Untuk menjadi orangtua angkat harus melalui proses sesuai prosedur-prosedur yang berlaku di panti. Sebagaimana dapat dilihat pada bagan 1 sebagai berikut.
43
1. Proses Pengangkatan Anak/ Adopsi di Panti PSAA B TB
Disetujui Adopsi melalui PSAA Balita Cipayung
Permohonan Masyarakat
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Adopsi melalui Yayasan
Asuhan Sementara dalam Keluarga selama 6 bulan
Sidang Tim PIPA (Pertimbang
Sidang Ketetapan Pengadilan
an Izin Pengangkat an Anak) Private Adoption
Sumber : Berasal dari Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa
Tidak Disetujui
Orangtua Angkat
44
Dari bagan tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk proses pengangkatan anak dimulai dari membuat surat permohonan masyarakat yang dibuat dan ditujukan untuk kepala dinas sosial provinsi
DKI
Jakarta
perihal
memohon
izin
untuk
pengangkatan anak. Ada dua macam permohonan, melalui lembaga/ yayasan, dan melalui privat adopsi, untuk privat adopsi karena sudah ada anaknya maka langsung mengajukan surat permohonan ke kepala dinas. Kalau melalui panti atau yayasan ada tahap orangtua observasi dan bersosialisasi terlebih dahulu dengan anak, setelah memilih anak, barulah mengurus
surat
permohonan
berikut
persyaratan-
persyaratannya. Dalam hal ini, kedua pasangan tersebut mengangkat anak melalui lembaga yakni Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. “...ada dua macem permohonan ada dari lembaga/ yayasan atau privat adopsi, privat adopsi tu, masyarakat sudah ada, hanya kalo privat adoption sudah ada anaknya jadi langsung ke dinas sosial barulah diproses apa saja..”1 Untuk
surat
permohonan,
karena
kedua
orangtua
mengangkat anak melalui jalur lembaga maka dibuatlah surat permohonan oleh pihak panti yang ditandatangani oleh kedua orangtua angkat tersebut. Isi dari surat permohonan ialah memohon izin kepada pihak Dinas Sosial untuk mengangkat anak dari panti, disertai lampiran berupa identitas suami istri, 1
Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011
45
penghasilan suami istri, motivasi yaitu pernyataan tertulis bahwa mereka belum mempunyai anak, juga pernyataan bahwa keluarga
besar
kedua
belah
pihak
harus
menyetujui,
menyatakan tidak keberatan atau mendukung sepenuhnya orangtua mengangkat anak dari panti beserta duabelas syaratsyarat sesuai peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia. Adapun persyaratan pengangkatan anak sesuai peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 110/ HUK/ 2009 : 1. Usia pernikahan minimal 5 tahun 2. Usia suami istri minimal 30 (tiga puluh) tahun 3.
Surat permohonan Izin Pengangkatan Anak kepada Kepala Dinas
4. Surat pernyataan dari suami istri 5. Fotocopy surat nikah 6. Surat SKCK dari Polda Metro Jaya 7. Surat keterangan kesehatan suami istri dari rumah sakit pemerintah 8. Surat keterangan dokter ahli kandungan/ kebidanan 9. Surat keterangan kesehatan jiwa dari dokter 10. Foto copy kartu keluarga 11. Surat keterangan lahir / akte lahir 12. Surat pernyataan wali nikah (bila yang diadopsi bayi/ anak perempuan)
46
Pihak panti kemudian memastikan bahwa kedua pasangan DZ dan WS serta S dan KI telah memenuhi persyaratanpersyaratan diatas, setelah itu
berkas-berkas tersebut
diserahkan ke Dinas Sosial. “.......kita melakukan apapun semua sesuai persyaratan, jadi persyaratan dan prosedur seperti itu yang harus kita laksanakan, karena perlu diketahui juga, dipanti balita tidak ada biaya apapun, tidak ada biaya sama sekali mengadopsi itu......Kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan 5 tahun, usia 30 tahun, anak ada silahkan...”2 Setelah mendapat balasan dari Dinas Sosial, keluarlah surat tugas, lalu pihak panti atau yayasan mengunjungi/ visit 1 ke rumah orangtua angkat dengan membuat laporan sosial. “...nanti kita isi ...barulah nanti keluar...kita kerumahnya visit...visit adalah laporan sosial orangtua angkat itu wajib, karena itu salah satu persyaratan nanti di sidang tim PIPA dan putusan pengadilan nanti, itu harus ada laporan sosial...” 3
Isi dari laporan sosial tersebut adalah kronologis pernikahan, alasan mengangkat anak, usaha apa saja yang telah dilakukan orangtua. “...Didalam laporan sosial itu adalah awal mulai menikah, penyebab tidak punya anak, penyebab-penyebab adopsi, karena dalam surat itukan ada surat keterangan dari dokter, ginekolog itu, diperkuat dgn surat itu dia akan bercerita, mulai menikah, tanggal sekian-sekian sekian....1 taun pertama belum punya anak, apa aja usaha dia. belum udah kedokter,periksa ini itu, pindah dokter lagi, pindah dokter lagi...akhirnya dia sampailah ke alternative..dan akhirnya memutuskan, upaya kita udah cukup gitu, lalu dia ini deh...”4 2
Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 4 Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 3
47
Dalam hal ini, pasangan DZ dan WS memutuskan untuk mengangkat anak karena setelah 7 tahun perkawinan, mereka belum juga dikaruniai anak, mereka sudah memeriksakan diri ke dokter, kemudian sang Ibu disarankan untuk program bayi tabung, namun karena beresiko tinggi sampai saat ini Ibu WS belum menjalankan program bayi tabung. “Ya Alasan pertamanya karena emang kepengen.udah cek dan saya kayanya cenderung ke bayi tabung. Bayi tabung itu...mungkin dari segi materinya kita bisa nyari ya tapi kemungkinannya Itu yang bikin saya e.. ragu gitu ya..”5 Pertimbangan usia pasangan inipun menjadi alasan mengapa mereka akhirnya mengadopsi anak, usia mereka yang sudah memasuki kepala tiga membuat mereka berpikir, bagaimana jika nantinya anak masih kecil dan mereka sudah memasuki usia yang sudah tidak produktif lagi, dengan alasan itulah akhirnya pasangan DZ dan WS
memutuskan untuk
mengadopsi anak. “..yaa mau nunggu sampai kapan lagi, pada saat itu kan usiaku udah tiga puluh enam istri udah tiga puluh tiga ...kalau ternyata Allah kasih umur kita udah empat puluh tahun lebih kasihan anaknya juga kan,pada saat anaknya mungkin baru umur sepuluh tahun... saya udah pensiun, kalau nanti anak-anak udah dewasa kan orangtua kan kembali ke anak kecil lagi kan mereka pasti butuh perhatian kalau anak udah dewasa yaudah kalau masih kecil? ya begitulah kira-kira. jadi kita putusin daripada nunggu belum dikasih-kasih ..kita putusin .ambil sekarang, dengan asumsi umur H duapuluh, kita kan masih kuat kerjalah ...baru umur lima puluh lima ya kan, istri juga masih empat puluh sembilan...masih ada kesempatan gitu,
5
Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011
48
daripada nunggu yang gak pasti..toh siapa tau mungkin dengan cara kaya gini ya mungkin rejeki kita lewat dia kan...”6 Tidak jauh berbeda dengan pasangan DZ dan WS, pasangan S dan KI pun mengadopsi anak karena keinginan mereka yang sangat kuat setelah sepuluh tahun perkawinan namun tidak juga dikaruniai anak, keinginan tersebut kemudian dilandasi dengan niat sang ayah yang ingin membahagiakan dan memberikan kepeduliannya terhadap anak-anak terlantar. “..ingin membahagiakan dan memberikan kepedulian kita terhadap anak-anak….anak-anak yang belum ada yang memperhatikannya…”7 Pasangan ini telah mengupayakan berbagai cara untuk segera mempunyai keturunan, mulai dari rumah sakit sampai dengan pengobatan alternatif, tidak sedikit biaya yang dikeluarkan pasangan ini, namun tidak kunjung membuahkan hasil, akhirnya diputuskanlah bahwa mereka akan mengangkat anak. “..Udah…udah tiga kali mbak,alternatif sudah tidak terhitung ,sampai daerah mana ya, Yogya iya Bekasi, Jakarta, muter-muter..wooh… ada yang 1 kali dateng 1,7 juta..iyaaa..ada yang sekali datang 4.750.000 pernah…sangking pengennya…tapi intinya bahwa itu adalah ibadah, amal jariah insya Allah dapat yang penting kita kan niat nya baik...”8 Setelah kurun waktu enam sampai sepuluh bulan, anak kemudian diasuh oleh keluarga barunya selama enam bulan, proses ini disebut asuhan sementara, setelah itu pihak panti/ yayasan melakukan home visit ke-2 yang bertujuan membuat 6
Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tangga 15 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 mei 2011 8 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 7
49
laporan perkembangan anak, isi dari laporan perkembangan anak ialah mengenai aktifitas anak, dilihat aktifitas anak dari bangun sampai tidur, setelah dibuat laporan perkembangan, lalu masuk ke sidang tim PIPA untuk mengecek berkas-berkas yang ada mulai dari identitas, laporan sosial sampai ke laporan perkembangan anak, jika sudah cocok dan layak, maka tim PIPA
akan
merekomendasikan
berkas
tersebut
untuk
disidangkan di sidang ketetapan pengadilan. Rekomendasi tim PIPA
berlaku
selama
satu
tahun,
kemudian
orangtua
membawanya ke sidang ketetapan pengadilan. Dalam hal ini kedua pasangan yakni DZ dan WS serta S dan KI masuk ke dalam tahap asuhan sementara. Untuk privat adopsi, setelah home visit, kemudian langsung ke sidang ketetapan pengadilan. Jika disetujui maka anak resmi secara legal diangkat/ diasuh oleh keluarga angkatnya. Jika tidak disetujui maka berkas kemudian di cek ulang dan kembali lagi ke tahap awal yakni permohonan masyarakat. Proses pengangkatan anak ini memerlukan waktu enam sampai sepuluh bulan untuk sampai pada tahap asuhan sementara, dan enam bulan untuk melegalkan status anak sebagai anak angkat, hal ini dilakukan panti untuk menghindari adanya kekeliruan dikemudian hari, oleh karena itu identitas anak diperhatikan betul dan harus sampai pada titik aman.
50
2. Peran Orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi Karena anak terlantar merupakan tanggung jawab salah satunya masyarakat, maka cara masyarakat berperan dalam perlindungan anak adalah menjadi orangtua angkat bagi anakanak terlantar. Peran orangtua angkat yang dibahas peneliti adalah dalam hal melindungi hak-hak
anak angkat, sejauh
mana orangtua memenuhi hak anak angkat layaknya anak kandung. Hak-hak anak angkat yang dimaksud antara lain : a. Berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan,
serta
mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dari segi fisik anak dalam usia 9-18 bulan, dikatakan berkembang apabila anak sudah mencapai mobilitas, dorongan kuat untuk memanjat, merangkak. Anak juga sudah bisa berdiri dan berjalan, belajar berjalan sendiri, belajar untuk meraih dengan ibu jari dan jari, bisa menyuap sendiri, memindahkan benda-benda kecil dari satu tangan ke tangan lain. Berdasarkan pengamatan penulis, H dan P sudah bisa memanjat, berjalan, meraih sesuatu dengan jari, memindahmindahkan benda-benda kecil ke tempat lain. Namun dalam
51
hal menyuap, H dan P masih disuapi oleh kedua orangtua anak. Dalam hal memberikan kesempatan H untuk hidup dan tumbuh orangtua H memberikan yang terbaik kepada H seperti menyediakan asupan makanan yang bergizi dan proporsional. “seperti makanan si ya pasti memberikan yang terbaik buat dia gitu kan, ya...bergizi, gak kurang tapi juga gak berlebihan dengan usia dia gitu kan ya, yang penting cukup untuk dia e..punya stamina buat ...main...” 9 Orangtua H juga
mengganti susu yang biasa
dikonsumsi H, dipanti dengan merk yang kualitasnya lebih bagus. “e..saya ganti dengan Bebelac, mau dia, gak ada masalah sih hanya penyesuaian sedikit saja sih. Hanya buang air kayanya agak mencret tapi e...selanjutnya enggak malah kayanya cocok, nafsu makannya juga naik, minum susunya juga kuat.”10 Sama
halnya
dengan
orangtua
P,
mereka
juga
memperhatikan susu, serta gizi yang ada pada makanan. “Caranya banyak banget. satu dari segi fisik, fisik kan pertumbuhan dia kan, perhatiannya ya, rutin cek kesehatan, kemudian memperhatikan susu,makan gizinya itu penting…” 11 Dan pihak pantipun dalam laporan perkembangannya akan memperhatikan tumbuh kembang sang anak sebagai bentuk pantauan panti kepada orangtua dalam memenuhi hak anak. 9
Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 11 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 10
52
“Kita liat selama enam bulan, setelah enam bulan nanti kita liat perkembangannya gitu, liat keadaannya kalau anak itu dipelihara dengan baik kan anaknya tambah seger, tambah segalanya misalkan dari panti berapa kilo, begitu dirumah sudah naik jadi berapa kilo berarti kan ada kenaikan berat badan selama enam bulan, otomatis kan memberikan asupan gizinya bagus,”12 Dalam hal berpartisipasi secara wajar, H dan P setiap pagi dan sore, setelah dimandikan, mereka dilepas ke halaman untuk bermain bersama teman-temannya. b. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Kedua adoptan sama-sama tidak ingin membuang identitas asli sang anak, namun sebagai kedua orangtua yang baru, terbesit di hati mereka untuk memberinya sebuah
nama,
maka
salah
satu
jalan
adalah
mengkombinasikannya. Ayah angkat H menyelipkan nama awal sesuai dengan nama pengarang buku kesukaan istrinya, dan menambahkan nama belakang yang sama dengan nama ayah angkat H agar nantinya H tidak merasa asing ditengah-tengah keluarga.
Akhirnya H dirubah menjadi
“ASZ”. Sebagaimana telah dijelaskan oleh pasangan DZ dan WS “O..sederhana aja si..saya ngefans sama Habiburrahman Elshirazy tu...terus saya ambil elshirazinya 12
Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011
53
aja, terus yang H karena kan awalnya H, saya gak mau ngilangin nama aslinya, Z ikutin nama bapaknya ..biar nyambung aja, itu juga karena nama abinya gitu aja..” 13 “...kalau identitas kita gak berusaha ngilangin identitas asli dia tapi kita juga pasti kan pasti punya keinginan untuk kasih nama sendiri ya, jadi kita combain ...identitas dari kita, dengan identias dia....... belakangnya ya biar dia gak terlalu ngerasa asing juga belakangnya kita tambahin Z.” 14 Ayah angkat P menambahkan nama P menjadi PFA yang berarti P membuka pintu rahmat. “..Ini namanya juga sudah saya rubah, secara dilingkungan tapi secara sertifikasi belum karena harus nunggu sidang dulu, PFA, yang artinya membuka pintu rahmat..”15 Ibu P memilih tidak merubah nama awal karena prosesnya lama dan susah “Nama sih dari sananya gak kita ilangin ya, kita tambahin aja, masalahnya kalau kita ilangin kita ganti siapa….klo biasa dipanggil P..kita pangil A..identitas darisananya si kita pertahanin…anak si bisa..pasti bisa adaptasi..tapi ya lamaa prosesnya…nama yang pertama udah lama, jadi susah….kalau diganti nama susah….” 16 c. Berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya , dalam bimbingan orangtua. Sesuai dengan PP 54 pasal 3 2007 menyebutkan bahwa : (1) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat. 13
Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 15 Mei 2011 15 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 16 Wawancara pribadi dengan Ibu KI pada tanggal 29 Mei 2011 14
54
(2) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat. Mengacu pada hal tersebut pihak pantipun dari awal sudah mengcover anak asuhannya agar mendapatkan orangtua yang seiman, jangan sampai agama anak yang ada pada data awal itu berbeda dengan orangtua angkatnya. “Agama harus..,kalau agama kan harus seagama dengan agama orangtua. Itu dalam PP 54 2007 ..dipertegas oleh menteri sosial tentang peraturan permensos secara teknis diatur no. 110/2009 itulah aturan teknisnya seperti itu, karena tidak boleh agama berbeda orangtua dengan anak....” 17 Dalam hal berpikir dan bekspresi kedua orangtua ini, memberikan kebebasan penuh kepada apa yang dilakukan selama tidak berbahaya dan masih dalam pantauan, karena menurut Ibu P melarang anak sama dengan menghambat kreatifitas anak “Kita bebasin dia, dalam arti bebasin selama gak berbahaya...karena aku tau anak kecil kaya gitu pasti keingintauannya dia itu tinggi..terus kebetulan waktu H ada...kita ke dokter anak ya konsultasi,mereka juga bilang kalau anak mau apa-apa biarin aja, itu keinginan mereka jangan dihambat dia mau apa aja, yaudah kita bebasin selama gak berbahaya ya sambil kita ajarin...anak kecil kan peniru ulung kan...jadi kita bebasin dia berekspresi apa aja selama gak berbahaya,gitu aja sih..”18 “Berpikir, saya gak begitu banyak melarang, dalam hal itu yaa.. sekiranya membahayakan.....karena aktifitas anak itu...ni anaknya agresif banget, apa aja pengen dicoba, apa aja pingin tau aj...kita damping kita bebaskan tapi masih dalam pemantauan kita,selama gak membahayakan kita lepas, kita memberikan kebebasan dalam hal apapun yang membuat dia lebih aktif, lebih pinter, dalam hal pemikiran, gerakan, Tapi tetep kita dampingilah...”19 17
Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 15 Mei 2011 19 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 29 Mei 2011 18
55
“Kita si ngasih kebebasan ya mbak…tapi kalau ya udah berbahaya kaya kompor ya kita teriak donk ya..P….gitu, Saya intinya si memberikan kebebasan dia ya mbak, selama gak berbahaya….nanti kalau di cut kan ini…kreatifitasnya kan jadi tidak bisa…”20 d. Berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. Kedua orangtua H & P akan memberitahu kepada anaknya bahwa mereka adalah anak angkat saat mereka siap. “..Kita tetep bakalan kasih tau si, tapi pada saat yang tepat gitu.....”21 Orangtua P
juga mendukung penuh jika anak
ingin mencari
keberadaan orangtua mereka “….kita harus ..kita kasih tau, kita bantu cari orang tuanya..gak boleh memutus dalam agama islam, bin nya aja gak boleh,Kasian lah itu hak dia…semaksimal mungkin berusaha, tapi kalau dicari koq gak ketemu ya…aku udh maksimal, siapa sih yang gak mau ketemu orangtuanya, pasti….melanggar hak dan melanggar agama,harus berusaha tau ...”22 Dalam penyampaiannya orangtua H memilih saat H dewasa. “..yang pastinya mah dewasa ya tapi dewasa ya belum tentu juga ya.gak bisa ditarget juga ya..”23
Orangtua P pun demikian, hanya orangtua P menargetkan pada saat P akan menikah karena menilai jika masih kecil akan menganggu perkembangan anak, jika sudah remaja dikhawatirkan akan mengalami shock.
20
Wawancara pribadi dengan Ibu KI pada tanggal 29 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 22 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 23 Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 21
56
“...Harus, harus..nanti menjelang pernikahan..kalau masih umur 17tahun, aku bilang jangan..itu kalau orang lempar bola ya lagi kenceng-kencengnya, mentalnya kenceng banget, kalau kecil menganggu perkembangan, kalau gede kan…stress kabur, apalah apa, kalau sudah menjelang pernikahan kan....”24 Dalam UU no. 23 tahun 2002 pasal 40 pun sudah dipertegas dalam ayat 1 disebutkan bahwa, orangtua wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orangtua kandungnya. ayat 2, pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak. Dalam hal
memenuhi hak anak untuk dibesarkan dan
diasuh oleh orangtuanya sendiri., panti sangat berusaha keras dalam mencari identitas anak jikalau ditemukan keluarganya maka akan diserahkan kepada keluarga untuk diasuh dan dibesarkan, jika keluarga tetap ingin menyerahkan, pihak panti memberi motivasimotivasi, terkadang orangtua berubah fikiran dan mengambil kembali anaknya. “orangtua yang menyerahkan kemari kita beri motivasi, bener ni anaknya mau diserahin?karena orangtuanya normal,bener mau diserahin?kita motivasi dia terus gini,,gini,,gini..akhirnya dia mau memelihara lagi dengan bantuan keluarga besarnya kan bagaimanapun juga tetep keluarga yang terbaik” 25
24 25
Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011
57
e. Dalam hal karena sesuatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku. Mengacu pada PP 54 2007 Pasal 2 “Pengangkatan anak bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Jika status anak sudah ada pada tahap aman, pihak panti pun berpartisipasi aktif dalam hal mencarikan anak tersebut agar mendapatkan orangtua angkat sehingga terjamin seluruh hakhaknya sesuai dengan misinya yakni mengembalikan anak balita terlantar ke dalam kehidupan yang layak dan normatif.
f. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. Berdasarkan pengamatan penulis dalam hal pelayanan kesehatan dan jaminan sosial , sebagai orangtua baru mereka merasa panik jika anak sakit, mereka mempersiapkan segala sesuatunya, seperti tersedianya obat-obatan, nomer telepon rumah sakit, asuransi dari kantor.
58
Untuk imunisasi, orangtua H melanjutkan pemberian imunisasi sesuai dengan kartu kesehatan yang diberikan pihak panti. Namun berbeda dengan orangtua P, sampai dengan saat ini orangtua P belum bersedia melanjutkan imunisasi sang anak karena berpegang teguh pada syariat dimana memasukkan kuman itu tidak boleh. “ karena saya juga memang ada silang pendapat yang berkait, apa namanya ada pendapat yang gak membolehkan. Karena sesuai syariat kan sebenarnya gak boleh……Karena satu, bahan yang dikasih itu…kuman tu gak boleh dimasukkan, makanya sampai sekarang….karena jujur saya percaya syariat….saya sih belum kearah situ lah, nanti..saya baca-baca lagi dapat darimana sih? sampai ketemu titik salah atau bener gitu lo,yakin…”26
g. Berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya. Dalam hal pendidikan orangtua H memilih memasukkan H ke playgroup pada saat H memasuki usia 2 tahun, untuk saat ini pendidikan H masih sebatas pendidikan internal, seperti sengaja menyediakan saluran tv khusus anak-anak agar H tidak menonton tontonan dewasa, mengajarinya huruf hijaiyah, juga kosakatakosakata baru. “Saat ini sih, sampai saat dua tahun menjelang rencana saya sih, H dengan pendidikan di dalam rumah aja, diajarin ngaji, huruf hijaiyah terus apa sih namanya..misalkan, kipas ya...biar gak bisa ngomongnya tapi nanti dia nunjuk gitu...ini apa...gitu, karena dia
26
Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011
59
kan belum ngomong yaa..tapi inget...sebates masih pendidikan di dalam...”27 “Yang pasti memberikan pendidikan sesuai usianya kan ya..terus ya memberikan apa...rencananya malah bundanya mau 2 tahun masuk ke playgroup...kalau sekarang paling kita arahin ke ini ...mainan-mainan edukasi terus sengaja nyetel tv yang khusus untuk anak-anak jadi ya biar dia gak melulu nonton sinetron kan ya...masalahnya kan anak segini lagi masa emas katanya.”28 Orangtua P mengaku akan berusaha menyekolahkan P hingga jenjang tertinggi, merekapun sudah menyiapkan target-target, untuk saat ini P sudah dimasukkan ke PAUD. Dalam pendidikan internal keluarga, orangtua P akan marah kalau P berbuat salah. “Pendidikan sih…saya usahain sampai tinggi ya mbak ya…sampai bener-bener jadi orang…sampai kuliah gitu, karena sangat penting pendidikan, selain penting ibadah juga sih…29 “Pendidikan, ya intinya target, target anak kita seharusnya udah tau,target anak sebelum sekolah kan ada indikasi-indikasi oo..ini bakatnya kemana..ini kemana-kemana..sementara ini masih PAUD dulu untuk perkenalan,nanti setelah TK baru lebih jelas “30
h. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan Berdasarkan pengamatan peneliti, anak menyatakan pendapatnya masih dalam bentuk gerakan yang kemudian berusaha diartikan dan disanggupi oleh orangtua angkat
27
Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 28 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 15 Mei 2011 29 Wawancara pribadi dengan Ibu KI pada tanggal 29 Mei 2011 30 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 28
60
“...Emang suka ada, tapi dalam gerakan....” 31 Dalam hal memenuhi haknya dalam mendapatkan informasi, ibu H menyampaikannya dengan cara halus, karena H orangnya yang keras. “...Waah mesti...dengan halus, karena saya tau sifatnya dia yang gak bisa dikerasin, memberi pengertian tu gak usah terlalu keras, agak keras aja dia udah gak bisa....dia merasa kalau kita kasih masukan dia merasa dipaksa gitu lo, jadi kaya di e...dimarahin..gitu, padahal kita ngasih tau..gitu.......kaya gini H...jangan gini,,,,gak mau, mending H..ganti yang ini yaa,,,lebih masuk gitu...dia tu kata jangan sama gak boleh tu peka banget....”32 “...Kalau untuk pembelajaran ya itu, kita ngasihnya pelan...,,kalau pembelajaran gitu nanti dia akan tau sendiri,,,,ada juga yang dia tau dari luar..jadi misalkan kita ajak jalan-jalan nanti dia melihat ada yang aneh..ya kita kasih tau, ini kucing, ini apa....”33 Dalam
hal
memenuhi
haknya
dalam
mendapatkan
informasi, orangtua P melakukannya dengan cara bertahap dan menunggu sampai kondusif, dimana sang anak tidak sedang sibuk dengan kegiatannya. “..oo...bertahap, saya sering....apapun itu....jadi semua informasi harus kita kasih tau ya, pelan-pelan...informasi apapunlah buat dia..informasi yang kira-kira ilmu buat dia, apa aja..ada barang baru o..ini ini, cepet penangkapannya dia trus kita kasih tau..ini cicak...begitu,,,intinya jangan sampai kita ngasih tau secepat kilat...yaa diulang-ulang diiniin berapa kali...daya tangkepnya cepet...cuman, kalau lagi diajarin tu bandelnya bener,,,,tapi tau dia,,,tapi harus tau celahnya, saat dia tidak sibuk dengan kegiatannya, baru kita kasih tau...”34
31
Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 28 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 28 Mei 2011 33 Wawancara pribadi dengan Bapak DZ pada tanggal 28 Mei 2011 34 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 29 Mei 2011 32
61
i. Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi sesuai dengan minat dan bakat dan tingkat kecerdasan demi pengembangan diri. Dalam hal beristirahat kedua orangtua p mengikuti jam tidur anak ketika di panti. “istirahatnya dia masih kaya di panti si mbak, jam sepuluh makan..jam setengah enam pagi bangun, jam setengah delapan tidur lagi sampai jam sepuluh terus bangun tidur makan, abis makan tidur lagi…”35 Menurut pengamatan penulis H dan P dapat dengan baik berbaur dengan teman-teman sebayanya, setiap sore sehabis mandi, mereka bermain, juga mengenal baik tetangga-tetangganya. Kedua orangtua ini juga menyediakan waktu sepenuhnya pada hari libur untuk bermain bersama anaknya baik jalan-jalan atau sekedar dirumah. “sabtu minggu saya ajak main kemana,renang,atau dirumah saya yang jaga sabtu minggu.saya gak mau kemanamana”.36 “Mungkin secara rekreasi insya Allah gak kurang karena saya itu seneng banget saya ajak, ke kantor atau mungkin kapan lagi … rekreasi si insya Allah,,,udah seneng banget ini anak nya diajak kemana-mana,tiap minggu pagi jalan-jalan,diajak renang…”37
35
Wawancara pribadi dengan Ibu KI pada tanggal 29 Mei 2011 Wawancara pribadi dengan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 37 Wawancara pribadi dengan Bapak S pada tanggal 8 Mei 2011 36
62
j. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. Dikatakan dalam UU no. 23 tahun 2002 , bahwa orangtua adalah orang yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh anaknya. Apabila orangtua maupun keluarga
tidak
dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual dan sosial maka langkah yang terbaik adalah dengan cara mengalihkan fungsi kewajiban dan tanggung jawab kepada lembaga yang mempunyai kewenangan itu, kemudian upaya terakhir yang dilakukan panti ialah mempromosikan anak tersebut kepada calon adoptan. “..baru sesi terakhir orangtua angkat supaya anak tidak terlantar lagi kan gitu kan intinya...”38
38
Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa 1. Orangtua angkat yakni pasangan DZ dan WS serta S dan KI telah menjalankan perannya dengan baik, anak mendapatkan perawatan, perlindungan, pengasuhan, serta pendidikan yang layak sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sekuat mungkin kedua pasangan ini melakukan hal yang terbaik untuk anak layaknya anak kandung. Ibu Sa’diyah selaku pekerja sosial, telah menjalankan tugasnya dengan baik yakni menyelamatkan anak dari ketelantaran agar dapat berkembang secara wajar dan mengembalikannya kedalam kehidupan yang layak dan normatif. B. Saran-Saran Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran-saran: 1.
Untuk orangtua angkat karena menjadi orangtua adalah hal baru, maka penting kiranya untuk memperbanyak referensi tentang cara menangani anak, apalagi saat ini anak ada pada usia emas.
2.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas wilayah penelitian bukan hanya di PSAA B TB saja, melainkan dari pantipanti lain yang tersebar di luar Jakarta.
63
64
3.
Untuk PSAA B TB dalam kurun waktu satu tahun, periode 20092010 adalah suatu prestasi bagi panti telah berpartisipasi aktif dalam proses pengangkatan anak, dengan menghasilkan delapan adoptan pada tahun itu, namun alangkah baiknya jika promosi anak yang telah berstatus aman ini lebih digencarkan, mengingat usia anak yang jika sudah memasuki usia dua tahun akan lebih susah beradaptasi dengan calon adoptan..
DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka, 1998) cet ke-1 . Badriah, Laila, (2009). Gambaran Penerimaan Diri Anak Adopsi. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Burhan Bugin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998). Dr. Lexy J. Moleong, MA. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) . Kamil, Ahmad dkk,Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2008. Kartini, Kartono, Peran Keluarga Memandu anak (Jakarta : Raja Wali Press, 1952). Martoesedono, Amir. Tanya Jawab pengangkatan anak dan masalahnya, Jakarta:Dahara Prize. National Resource Center for Family-Centered Practice and Permanency Planning. PP 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : ALFABETA, 2009 cet. Ke-13 hal.403. Syamsu
Andi, dkk. Hukum Jakarta:Kencana,2008
Pengangkatan
Anak
UUD pasal 1 butir 7 4/179 UU RI No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
65
Perpspektif
Islam,
66
Website : http://definisi-pengertian.blogspot.com/ 2010/ 05/ definisi-anak.html http: // anggara. Org/ 2006/ 09/ 27/ tentang-pengangkatan anakadopsi
Edi, Suharto,Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.http://www.policy.hu/suharto/modul a/makindo 40.htm Wawancara : Wawancara pribadi dengan Bapak DZ dan Ibu WS pada tanggal 15 Mei 2011 dan 28 Mei 2011. Wawancara pribadi dengan Bapak S dan Ibu KI pada tanggal 8 Mei 2011 dan 29 Mei 2011. Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’diyah pada tanggal 24 Mei 2011.
Subyek wawancara
: Ibu WS, wawancara ke 1
Topik wawancara
: Profil / hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 15 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah WS
Informasi relevan
: Ibu WS merupakan salah satu dari delapan orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam tiga sore, cuaca mendung namun sejuk karena habis hujan, suasana cukup ramai ada nenek, adik beserta suami berbincang di ruang tengah, sedangkan saya bersama ibu WS berada di ruang tamu mengadakan wawancara dengan menggunakan sarana handphone untuk merekam dan kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting.
Namanya bu? Umur? Berarti memenuhi syarat ya bu? Pendidikan? H anak pertama? Nama lengkapnya siapa bu?
Udah pernah liat aktenya belum bu? Panti yang bikin ya?
Bagaimana ibu memberikan kesempatan hidup tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara wajar pada anak?
Kalau kesempatan dia untuk tumbuh?
Susunya tetep? Itu susunya sama atau beda dengan yang
Nama lengkap saya? WS Umur pas bulan ini 34 tahun Ya..memenuhi syarat minimal 30 tahun Pendidikan Alhamdulillah selesai S1 bulan ini juga Iya baru H aja, nanti kalau mau dikasih tau nama lengkapnya ESZ, itu nama planning kita ya, nanti kalau memang nanti udah syarat-syarat udah menjadi anak saya, nanti saya urus.selama ini kan daftar nama yang tercantum dipanti H e.. belum pernah si ditunjukin tapi katanya ada Mungkin ya.panti bikin berdasarkan emm tanggal lahir, tapi nanti sih saya belum terlalu ini. o..memberi kesempatan hidup, Ya kalau saya si memberi kesempatannya seiring bertumbuhnya dia ya seperti apa adanya aja..ya seperti anak saya jadi yaa...e...ya gitu aja deh jawabannya.perlindungan ya pasti seperti anak sendiri. Oya, seperti makanan si ya pasti memberikan yang terbaik buat dia gitu kan, ya, bergizi, gak kurang tapi juga gak berlebihan dengan usia dia gitu kan, yang penting cukup untuk dia e..punya stamina buat...main buat gitu kan? Pasti itu susu mah kebutuhan pokok
dipanti?
Itu Lingkungan sini udah tau apa belum?
Tapi hendra sama anak –anak lain main kan?
Udah lancar ya jalannya?
Bagaiman ibu melindungi H dari Kekerasan dan diskriminasi?maksudnya kekerasan dari luar, mungkin ada omongan-omongan gak enak.
e..gak saya ganti dengan bebelac, mau dia, gak ada masalah sih hanya penyesuaian sdikit saja sih.hanya buang air,kayakna agak mencret tapi e selanjutnya enggak malah kayanya cocok, nafsu makanya juga naik heeh, terus susunya juga kuat. Yaa.. gitu koi,Pokoknya gak ada perbedaanlah..kalau saya dijejerkan dengan kalau saya sih karena saya belum pernah merasakan punya anak sendiri saya gak tau bedanya tapi yang pasti kalau saya dibedain dengan orang yang punya anak sendiri mereka menilai saya gak ada bedanya..kalau mereka tau secara sekilas tau e...maksudnya belum tau kalau itu, kan mungkin mereka mikirnya kaya anak saya sendiri gitu lo. Sepertinya si tau cuma gak pernah nanya ke saya, karena kan mereka waktu saya pindah kesini kan saya maksudnya belum bawa dia...jadikan tau-tau ada dia ya pasti mereka tau, cuma secara gambling menanyakan enggak. karena enak ya orang disini..tetangganya baik, dan kayanya cenderung gak mau memasuki area privasi orang ya maksudnya akrab tapi taulah batasannya mereka juga mikirlah..karena kalau saya pikir sih karena kan taraf pendidikan juga mempengaruhi ya..ee..udah ngerti tapi heeh gak inilah... Main..main dia..main banged..malah masih anak bawang dia,masih kecil, anak kecil yang bisa maen kecuali bayi ya, bayi mah gak maen. Cuma gitu mainnya, puas banget kalo maen. Udah-udah lari...terakhir dibawa masih merangkak, merembet-rembet doank dia, 15 bulan pas kemaren sekarang dah 1 tahun setengah, dibawa kan dia umur setahun sebulan. o..gitu, kalo saya si Karena saya belum nemu ya omongannya belum..maksudnya belum pernah melaksanakannnya maksudnya melakukannya gitu ya, cuma ya kalau memang ada saya rencananya ya saya akan bela dia...tapi saya kan umpama sama yang ngomong apa saya pendekatannya mungkin beda-beda, orang kan ....beda ya ininya, basicnya bedakan ada tipe orang begini,
Selama ini ada omongan-omongan yang? Jadi awalnya namanya el itu darimana?
Keluarga besar udah tau? Alasan pertama ibu mengadopsi kenapa?
Kenapa di tunas bangsa
Mengadopsi anak di panti itu ribet gak sih?
kalau dia ngomongnya gimana ya saya penyampaiannya juga...ya mungkin kalau orangnya keras saya agak kerasin gitu aja sih..tapi sampai detik ini gak ada, omongan juga gak ada, Alhamdulillah,ya mbak,mudah-mudahan sih enggak..kasian... Ooh..enggak-enggak, sampai saat ini gak ada o.Sederhana aja sih..saya ngefans sama Habiburrahman Elshirazy itu...terus saya ambil Elshirazynya aja, terus yang hendra karena kan awalnya hendra, saya gak mau ngilangin nama aslinya ,zulkarnain ikutin nama bapaknya ..biar nyambung aja.itu juga karena nama abinya gitu aja. Udah tau, gak masalah. Ya Alasan pertamanya karena emang kepengen.udah cek dan saya kayanya cenderung ke bayi tabung. Bayi tabung itu...mungkin dari segi materinya kita bisa nyari ya tapi kemungkinannya Itu yang bikin saya e.. ragu gitu ya..saya sih tetep berusaha dengan bayi tabung .. cuma kan dengan kemungkinan itu seumpama saya gagal saya masih punya el gitu lo.kalau gitu masih ada penghibur..jadi kalau misalkan gagal gak down banget gitu aja sih... Awalnya brosing heeh,brosing-brosing, suami, terus kayana memungkinkan lebih deket gitu kan waktu itu sih.. binarogo rumah kan...cari yang disayap ibu,cuma udah pindah rumah kan jadi jauh banget.udah mulai caricari disini, mungkin karena jodoh ya ternyata koq dapet yang deket gitu malah nyamperin, deket kan.kesitu kan deket kan Awalnya sih gitu. Sebenernya sih ribet gak ribet ya semuanya tergantung dia sih...kalo kitanya gak serius banget.tapi.karena kita udah chemistrynya udah dapet gitu ya.ribet juga yaa..dijalanin tapi..e...karena berharapnya sih mudahmudahan berhasil.itulah kalau dibilang mungkin kalau cinta ngalahin segalanya kaya gitu kali ya. Mau apa juga,mau ujan juga saya datengin dulu. Ya saya resign juga saya jabanin karena saya mau focus gitu kan..ya pikir saya akh,nanti saya juga bisa kerja lagi kan.akhirnya kan sekarang saya udah kerja kan.udah kerja lagi udah sebulan.yaudah mulai bisa jalan kuliah dah kelar ya saya kerja lagi.ya saya piker udah gak
Umur perkawinan ibu sudah berapa tahun? Agama hendra dari awal itu apa?dari kecil? Ibu kategorinya melihat hendra apanya dulu? Agamanya dulu atau wajahnya dulu?atau dari segi apanya?
inilah.selama selagi ada rejeki kan saya umur pernikahan 8tahun, genap 8 tahun
e..Indikasi si dia islam Kalau wajah si relative ya. Dulu dia item gitu tapi waktu itu koq ngajak ngomong-ngomong gitu ya. Auouo gitu rame banget gitu. Lamalama ngangenin.saya mah awalnya gak yang harus ini enggak.karena yaah.... Tapi percaya gak percaya yah pas pulang kenapa ya pada mirip ya kaya yang lain juga kan.mungkin karena udah masuk kehati udah disamperin setiap hari,udah Terbayanag – bayang akhirnya mungkin yaa mungkin allah adil, Bagaimana cara Ibu memberi hak untuk Berfikir hm..ya saya natural aja berfikir serta berekspresi sesuai dengan lah...maksudnya begini ya berfikir ya berfikir tingkat kecerdasan usianya? dengan usianya kalo nanti dia sekolah nanti kan berfikirnya kan berkembang dengan sendirinya ya dia bertanya ya kita harus jawab yang paling penting si saya e..melihat sifatnya dulu ni..e..dia sifatnya apa.keliatan kerasnya si iya, soalnya itu menentukan ..gimana penyampaian saya nanti setelah dia besar untuk mengetahui siapa dia.jadi itu saya gak bisa bilang o nanti lo saya kasih taunya pas dia umur segini kan mesti saya liat dulu sifatnya dia karena jangan sampai saya salah waktu nanti takutnya e .dianya jadi gak bisa nerima e itu yg saya takutkan. Apalagi dia anak laki kalau anak perempuan mungkin e..sebatas ya taulah mungkin....kalo laki saya takut, karena laki tu langkahnya panjang jadi.... Saya juga laki pelajarin ini apaa sifatnya...apakah nanti dia keras tapi kalau bawaannya keras sih diubah kan ya ...tapi saya si pengennya walaupun dia keras ke arah yang baik bukan keras ke arah yang salah, jadi nanti waktu penyampaian ...... Kita tetep bakalan kasih tau si, tapi pada saat yang tepat gitu...gitu si koi. Kira-kira itu orangtuanya masih tidak jelas e..terakhir informasinya si dia ditinggal di atau sudah meninggal atau? rumah sakit, orangtuanya disurvey e.udah gak ada...gitu kan dia kan ngontrak ya.. pas disurvey si...dicari gak ada kontrakannya. Terus dikasih ke yang punya kontrakan takutnya kan dia balik lagi..e...gak ada kabar, diiklanin,takutnya kan e orangtua tapi kan ada keluarga besar ada yang mau misalkan
Di itu penulisannya kolom begitu?yang ada loker-loker gitu
Terus kalau suatu saat orangtuanya ada gimana?
Kira-kira kalau ada orangtuanya bakal dikasih gak ya?
budenya,kalau mau pasti boleh..tiga sampe...tiga kali dua minggu per dua minggu diperpanjang lagi iklan yang ketiga...ditunggu lagi sebulan karena kan takutnya kan orang baru baca....baru bu yuli bener-bener bilang aman...aduh deg-degan ni Koran takut ada yang klamp.saya masih ada ni korannya. panggilan, kolom panggilan,judulnya panggilan panggilan kepada orangtuanya,kan ada datanya dirumah sakit dia tinggalin ktp juga koq..kemaren saya ditunjukin ktpnya cuma pas diliat ternyata kontrakan,dan kontrakannya kosong. ya kalau saya sih percayanya sih .mungkin mereka karena keadaan bukannya karena gak sayang anak mungkin ya.bukannya gak dikehendakin ya...ya karena keadaanlah, mikirnya positif aja. Kalau kata panti sih kalau kaya gitu biasanya bilang ke panti dulu,nanti ...kalau kita gak,kan kita udah legal,udah penyerahan.
e..Liat usianya kali, kalo saya pribadi sih saya gak mau secara hati sih tapi e..untuk saat ini saya belum mau berfikir kesana,ngerawat sambil deg-degkan kan...bukannya saya mau menghilangkan identitasnya ya saya sih berharap aja toh saya juga gak menyia-nyiakan dia..orang tua kandung kalau gak ada kontak batin jadi asing sendiri Bagamaina ibu memberi tahu identitas sang Menunggu waktu yang tepat, yang pastinya anak? mah dewasa ya tapi dewasa ya belum tentu juga ya.gak bisa ditarget juga ya Tapi nanti klo suatu saat hendra tau dari Kalo tau dari orang lain Ya mau gak mau kita orang lain? mesti jelasin,saya sih cuma berdoa mudahmudahan jangan itu si doa saya Bagaimana Ibu menjamin terpenuhinya hak Oo...kalau masalah kesehatan sih ya saya gak anak untuk memperoleh kesehatan dan bingung soalnya kan dari kantor udah di jaminan sosial? cover, udah dapet perbulan .karena dikantor suami ada kebijakan.karena bosnya tau.nanti dipakai kalau udah ada akte,kata bosnya ...udah gak usah...jadi itu diluar perkiraan jadi ya saya bisa menjamin lah...selama ini sih kalau sakit kalau memang harus ke dokter yak e dokter.gak sih gak gak ada penyakit serius, cuma kalau dia sih kalau panas emang panas banget pernah sampai 41,heeh makanya saya sedia
Bagaimana Ibu memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan?
Nanti planingnya H masuk playgroup,TK, SD gitu ya? Bagaimana Ibu memenuhi hak anak dalam beristirahat dan memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain, berekreasi, sesuai minat serta bakat sang anak?
Masih pakai popok bu?
Bagaimana Ibu memenuhi hak anak angkat dalam melindunginya dari sasaran penganiayaan penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi?
Poris, bye-bye fiver udah siap....saya takut aja step. Tapi belum pernah sih cuma 41 itu dah panas banged udah siap deh.. Udah siap telepon rumah sakit Kerumah sakit harum di kalimalang,...kalau konsultasi anak saya di Jakarta barat...iya waktu pertama kan saya konsultasi tentang imunisasinya kan belum lengkap, konsultasi anak aja tapi gak ada masalah, saya kan gak terlalu ngerti kalo dokter anak kan mungkin dia ,saya ke specialis aja....kan ada daftarnya dari panti....waktu penyerahan dikasih semacam kartu posyandu. Ooh yaa sekolah ya sesuai umurnya, ini juga lagi mikir, mau masukin playgroup,...tapi saya baru dapet informasi katanya si minimal dua tahun, udah mengenal bukannya belajar cuma berteman yang bener-bener ini lo,pertimbangan saya si daripada ke mall mandi bola gitu-gitu,emang ada mandi bola juga gitu tapi kan lebih terarah gitu.tapi kan ada pendidikannya sedikit sepatah dua patah kata gitu.kalo sekedar di mall kan main gak ada arahannya. Pengennya sih gitu,playgroup juga jangan yang, takutnya dia bosen gitu,asal dia udah bisa sosialisai udah punya temen.gitu aja sih. Istirahat sih, kalau istirahat harian ya tidur, kalau sore ya main tetep punya hak dia buat main ya saya kasih buat main,tapi kalau sakit saya kurung,soalnya dia gak berasa kalo sakit, tau-tau dia udah panas aja gitu,jeritjerit didalem juga biarin aja saya kurung dulu.soalnya dia sih rasa mainnya tinggi, saya sih selama dia sehat saya sih gak masalah .. .sabtu minggu saya ajak main kemana,renang,atau dirumah saya yang juga sabtu minggu.saya gak mau kemana-mana. Masih kalau tidur, kalau enggak mah aduh, banyak banget pipisnya makannya kuat minumnya kuat makanya badannya keras,sekel. Adududu...jauh- jauh, haduuh jangan sampai d,kayana belum kepikir sampe segitu, emang kalau kejadian saya maju duluan deh, yaiyalah saya mah sekuat tenaga kalo emang merasa gak nyaman ya saya lakuin,ya selayaknya inilah orangtua melindungi
anaknya sendiri samalah gak ada bedanya itu aja..
Kan sekarang banyak tu bu eksploitasi Ya kalau kita sesuaikan segini kemampuan anak,diskriminasi bagaimana menjauhkan dia ya,kadang-kadang dia ..ya kalau saya hendra dari hal semacam itu? sih...mengarahkan aja, semua orangtua pasti punya obsesi gak mungkin gak...liat dulu anaknya baik seperti apa, baik atau enggak...sesuai sama apa yang diharapkan... Misalkan bayi tabungnya berhasil?bagaimana Ya enggaklah pastinya ya pastinya gak ada perlakuan dengan hendra? perbedaan.gak terfikir untuk itu...gak ada makanya kemarin bu yana membesarkan hati saya sabar aja ya bu mungkin apa-apa yang didapet kapan-kapan bisa sulit untuk melepas.... Kalau nanti ibu sudah meninggal kira2 Yaa kepengennya si....kalo allah memberikan persiapan apa buat hendra untuk mnjamin rejeki sih saya akan memberi bekal dia..ya kehidupan dia selanjutnya? mungkin dalam betuk Warisan, saya yang terpenting buat saya sekarang sih bagaimana memberikan pendidikan yang baik,pendidikan yang bagus, akhlak yang bagus karena warisan itu relative ya akan abis...kalau nanti saya kepengennya sih.....kalaupun saya ...akan abis, tapi gak punya akhlak buat apa akan ketauan kan nanti jadinya apa.pengennya si tiga unsur itu terpenuhi akhlak, pendidikan, harta. Kalau anak angkat kan tidak berhak Itu kan teorinya yah kalau prakteknya si saya mndapatkan warisan, bagaimana caranya? gak setuju, teteplah kalau saya seumpama dikasih kesempatan...karena ya saya bilang itu.saya gak pernah nganggep dia anak angkat.saya akan.membela dia untuk mendapatkan yang sama, iya atau hadiah pokoknya bentuknya dia sama gitu,tapikan kalo kita wasiatkan jadi tetap berlaku kan...
Subyek wawancara
: Bapak DZ, wawancara ke 1
Topic wawancara
: Profil dan hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 15 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah DZ
Informasi relevan
: Bapak DZ merupakan salah satu dari 8 orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam 4 sore, cuaca pada saat itu hujan deras, jadi agak berisik, suasana di rumah cukup ramai ada nenek, adik beserta ibu WS berbincang di ruang tengah, sedangkan saya bersama Bapak DZ berada di ruang tamu mengadakan wawancara dengan menggunakan sarana handphone untuk merekam dan kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting. Kadang-kadang H muncul untuk sekedar member salam, lalu kembali bermain di ruang tengah.
Nama? Umur ? Pendidikan terakhir? Bekerja di? Yang pertama kan Bagaimana cara bapak memberikan kesempatan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berpartisipasi secara wajar?
DZ 37 jalan...jalan-jalan.. S1 Akuntansi Perusahaan ekspedisi Yang pasti memberikan pendidikan sesuai usianya kan ya..terus ya memberikan apa, kesehatan la yaa...makanan-makanannya atau minuman-minumannya.memperhatikan pertumbuhannya la ya..rencananya malah bundanya mau dua tahun masuk ke playgroup...kalau sekarang paling kita arahin ke ini ...mainan-mainan edukasi terus sengaja nyetel tv yang khusus untuk anak-anak jadi ya biar dia gak melulu nonton sinetron kan ya el ya...masalahnya kan anak segini lagi masa emas katanya. Kenapa alasanku dia gak salah satu alasanku kenapa gak mau dirawat sama.pembantu karena mereka kan relative gak terlalu care sama anak mereka cuma ya sekedar pekerjaan makanya pembantu biasanya kita cuma ngerjain pekerjaan rumah aja anak tetep kita yang pegang sekeluarga sama mbahnya gitu....karena kalo kita percayakan anak sama pembantu khawatirnya karena
Bagaimana Bapak melindungi kekerasan dan diskriminasi?
Orangtua sudah tau?
Lingkungan sini udh tau?
H
mereka gak terlalu care ya..kadang suka kurang bagus gitu.... Paling cepet nangkepnya anak segini kan paling cepet nangkepnya gitu...gitu aja sih..plus kita berusaha memberikan perhatian atau kasih sayang,anggep aja anak sendiri kan gitu, udah gitu kan mereka tumbuh kembangnya jadi positif kan ya....gak minder...gak apa....paling itu aja si, kalo untuk pendidikan kita udah planning-planing si yaa...yaa kita berusaha masukin dia kesini.. dari Yaa...kita anggep dia sebagai anak sendiri, dan kebetulan keluarga besar kita ya, yang tau kita sengaja batasin yang tau itu hanya orangtua plus ada beberapa keluarga , jadi kita berusaha melindungi identitas dia, jadi kalau ada orang lain yang nanya itu ya kita bilang ambil dari saudara...karena kan takutnya ke psikologinya dia, dia kan udah ngerti nanti kalau diejek-ejek gitu ya. ..lingkungan kan juga....sama saudara kita bilang ini ngambil dari saudara jauh...kalau saudara dia ini ngambil dari aku. Orangtua tau ...dan satu atau dua kakak, mereka welcome banget udah kaya cucu mereka sendiri Kebanyakan Pada saat kita pindah belum ada H ya..jadi mereka pasti tau kalau kita ngangkat anak ya..paling kalau mereka tanya ya kita selalu bilang yang tadi...itu ngambil dari anak saudara....dan kebetulan sekali lingkungan sini .yaa mereka itu gak terlalu usil gitu,..gak mau terlalu tau sampai kedalam, pokoknya asal hubungan tetangga bagus yaudah .....gak terlalu usil atau berusaha ngorek-ngorek gitu.tapi kita kenal baik si sama tetangga malah disini bapakbapaknya kompak, tiap bulan ada acara,kayak arisan, bakar-bakar.anakanaknya juga diajak main kan mereka akrab ya akrab tapi mereka gak mau terlalu terlibat.ini anak siapa, atau kamu dari keluarga mana gak mau tau gitu.gak mau terlalu ngurusin rumah tangga orang...untungnya gitu di support sama lingkungan juga kan terkadang ada tetanga yang mau tau,dari mana diomongin trus. ....Makanya disupport sama lingkungan juga sih jadi insya allah si dalam keluarga dia tidak didiskriminasi juga, terus di lingkungan
juga mereka juga welcome gitu Bagaimana cara Bapak memberi nama, Kalau kewarganegaraan udah pasti Indonesia identitas juga status kewarganegaraan pada yaa...kalau identitas kita gak berusaha anak? ngilangin identitas asli dia tapi kita juga pasti kan pasti punya keinginan untuk kasih nama sendiri ya Jadi kita kombain ...identitas dari kita, dengan identias dia,kebetulan ibunya penggemar Habiburahman Elshirazy itu yaudah akhirnya pake nama El.terus H nya gimana supaya gak ilang, nah ini yang waktu itu ada perdebatan,yaudah akhirnya kita sepakat syah H aja belakangnya ya biar dia gak terlalu ngerasa asing juga belakangnya kita tambahin zulkarnain. Niat mengadopsi itu Alasan utamanya apa? Kita kan rumah tangga 7 tahun perkawinan kita percaya si anak kan termasuk rejeki ya.kita mesti datang menjemput rejeki,yang namanya anak gak mesti lahir dari rahim kita kan..itu kan tergantung ,,,apa yaa.e..ini kita ya...dia itu anak angkat..kalo kita merasa anak sendiri .yaaa...gak ada bedanya tergantung didikan kita jangan...yaa mau nunggu sampai kapan lagi, pada saat itu kan usiaku udah tiga puluh enam istri udah tiga puluh tiga ...kalau ternyata Allah kasih umur kita udah empat puluh tahun lebih kasihan anaknya juga kan,pada saat anaknya mungkin baru umur sepuluh tahun... saya udah pensiun, kalau nanti anak-anak udah dewasa kan orangtua kan kembali ke anak kecil lagi kan mereka pasti butuh perhatian kalo anak udah dewasa yaudah kalau masih kecil?ya begitulah kira-kira. Jadi kita putusin daripada nunggu belum dikasih-kasih ..kita putusin .ambil sekarang, dengan asumsi umur el duapuluh, kita kan masih kuat kerjalah ...baru umur lima puluh lima ya kan, istri juga masih empat puluh sembilan...masih ada kesempatan gitu, daripada nunggu yang gak pasti..toh siapa tau mungkin dengan cara kaya gini ya mungkin rejeki kita lewat dia kan, mungkin yaa anak yang dititpin sama Allah itu ya yang bukan lewat rahim istri tapi rahim orang lain, kita nanti dengan cara itu e..punya hak untuk hidup ya mungkin lebih baik kalo secara pandangan kita tapi gak tau rencana allah ya, kan otomatis dengan kita kasih kesempatan begitu kan ya kita mungkin juga dapet pahala..
Kita si gak ngarepin pahalanya ya, pertama mungkin buat anak keberuntungan buat mereka dan kita juga beruntung yang pasti aku pecaya emang udah jodoh..udah diatur sama Allah....aku percaya itu sebetulnya anak kita cuman kebetulan aja lahirnya dari rahim orang lain.. Bapak memilih H itu melihat agamanya atau Kalau agama sih gak liat ya...agama sih aku mukanya atau? gak kepikiran waktu itu karena bayi kan belum ada agamanya ya, bayi kan belum bisa milih... ....jadi gak ada criteria khusus....malah ...aq juga gak tau alasan milih hendra kenapa.. Kira- kira kalau H agamanya bukan islam Ya ..Kalau boleh sama panti kita ambil kira-kira mau diambil gak? sih,tapi yang pasti dipanti gak disetujuin.yaa namanya anak kecil semua belom ada agamalah ya...ada agama setelah didik sama orangtuanya , orangtuanya Kristen ya mereka jadi Kristen, Islam ya jadi islam, Bagaimana cara Bapak Memberi hak H untuk Kita bebasin dia, dalam arti bebasin selama berfikir berekspresi ,sesuai dengan tingkat gak berbahaya...karena aku tau anak kecil kecerdasan usianya? kaya gitu pasti keingintauannya dia itu tinggi..terus kebetulan waktu H ada...kita ke dokter anak ya konsultasi,mereka juga bilang kalau anak mau apa-apa biarin aja, itu keinginan mereka jangan dihambat dia mau apa aja.yaudah kita bebasin selama gak berbahaya ya sambil kita ajarin...anak kecil kan peniru ulung kan...jadi kita bebasin dia berekspresi apa aja selama gak berbahaya,gitu aja sih Nanti kalau H sudah besar, bagaimana cara Mungkin aku dilema ...biar bagaimanapun bapak ngasih tau identitas sebenarnya? dia harus tau. Saat dia usianya sudah mapan, emosi sudah stabil, karena kalau belum stabil pasti akan shock....tapi tetep sii..cuman kan aku ada contoh beberapa temen mereka mereka merupakan anak adopsi mereka pada saat dikasih tau mereka shock...terus dia cari orangtuanya tapi, kalau kita orangtua angkat mendidiknya dengan baik dengan benar pasti dia akan balik lagi..yaa pasti dia akan berpikir...jadi kita ambil contoh begitu. Kira-kira nanti bapak mendukung dia gak Nanti kan dia pada saat dia sudah stabil udah saat nanti dia mencari orangtuanya? siap...kalo kita ngarep mendidik dengan baik dia bisa menilai sendiri.soalnya saya ambil contoh cerita bos saya, beliau anak angkat dan dia berusaha mencari orang tuanya lalu setelah itu sekedar tau lalu kembali lagi ke orangtua angkat tersebut..karena ikatan batin selama dua puluh tahun gak bisa ilang gitu
Bagaimana bapak menjamin terpenuhinya hak anak dalam kesehatan?
Bagaimana bapak memenuhi hak anak dalam beristirahat, memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain dan lain lain ?
Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan hendra bagaimana cara bapak melindungi H dari ancaman eksploitasi?
Bagaimana bapak menjamin kehidupan anak berikutnya ketika bapak telah meninggal sedangkan anak tidak berhak mendapatkan warisan ?
aja kan... Mungkin usia-usia SMA ya kita kasih tau kalau dia sudah siap. Dalam menjaga kesehatan obat-obatan sudah siap, susu kita ganti yang bagus, makanan yang bagus seperti ikan tuna karena prinsipnya gitu, gak papa orangtua makan ikan asin yang penting anaknya makan enak..lagi masa emas kalau kita asupan bagus insya allah perkembangannya kan juga bagus.... yaa...untuk kesehatan sudah ada asuransi terpercaya . Ya kalo udah malem pasti tidur ya, sehari hari kan sama mbahnya ya, dari jam sepuluh sampai jam duabelas itu tidur, kalau malem agak susah ya, mungkin kalo kecapean main baru bisa tidur,tapi kalo kita nyampe dia belum tidur, pasti malah ngajak main itupun kita paksa tdur. Kalo rekreasi ya mungkin kalo ada waktu paling kita jalan-jalan sebulan sekali, tapi biasa kita berenang,kita jalan-jalan kemana kek..yang pasti kalau sabtu minggu,sayang kalau dilewatin. Dia juga gitu,kaya tau aja.sabtu minggu aja gak mau lepas dari bunda sama abinya. Kalo eksploitasi aku belum bisa ngomong karena belum waktunya tapi kalau rencana orang tua ya ada ya..aku ada planningplanning kaya udah gede masuk kesini, kesini tapi hanya sebatas itu …nanti dia yang pilih sendiri yg pasti pendidikan SD yang utama dibanding semua kalau menurut aq si. Karena sd itu basic ya, kalo diawal sudah dapat yang bagus kedepannya kan akan lebih baik Kaya kalau kita punya anak kandung ya gak kita bedain, …rencana kita mau aktifin asuransi ya.. Jadi asuransi itu bisa diambil ketika udah SMA, dan kalau kita meninggal itu kan anak jadi terbengkalai, tapi kalau anak kita ikutin asuransi kalau kita meninggal di tengah jalan nanti pihak asurannsi yang meneruskan tabungan sampai anak istilahnya udah umur dua puluh, kalau untuk umur segitu ya udah mandiri lah ya, istilahnya udah biasa menghidupi sendiri
Subyek wawancara
: Ibu KI, wawancara ke 1
Topik wawancara
: Profil dan hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 8 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah KI
Informasi relevan
: Ibu KI merupakan salah satu dari 8 orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam 5 sore, cuaca pada saat itu sejuk,mendung, suasana di rumah sepi, hanya ada ibu KI, suami dan P, suami Ibu KI bermain dengan P, di teras rumah, sedangkan saya bersama ibu KI berada di ruang tamu mengadakan wawancara dengan menggunakan sarana handphone untuk merekam dan kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting. Terkadang sambil mengendong P
Namanya? Umur? Lulusan? Alasan mengadopsi
Tau informasi P dri siapa?
Berarti yang pertama kali milih P? Kenapa memilih tunas bangsa?
KI 32 tahun D1 Paud Pertama karena ingin menyejahterakan anak aja, Kedua ya...pertama kali liat anak-anak panti saya nangis. Terus ya Bapaknya yang bilang....tadinya si juga kita mikir ya mbak...masa mau begini terus sii sampai kapan...ah sudahlah... Yaudahlah kalo siap...ini ada anak ini nii...yaudah. pas diajak kesana saya nangis...tadinya sibelum ngeh putranya yang mana. Bapaknya yang ngasih tau.... Bapaknya duluan...liat aja kaya anak bapaknya.... Awalnya Bapaknya juga, semua dari bapaknya...saya mah ngikutin aja ya mbak,saya juga orang rumahan gak pernah main-main...saya orangnya juga bingungan ni...ke tunas bangsa bolak-balik gak appalapal...ampe nyasar..ke perumahan ....ke mabes...padahal dah bolak balik tapi pake mobil, tetep aja nyasar . Soalnya saya orang rumahan mbak terus terang, gak kemana-mana.yang pertama dia, suami gak ngijinin kan..padahal dari panti ketentuannya harus seminggu harus ada, apa kunjungan minimal empat kali
Ibu tau asal-usul P Info panti ya?
Bagaimana Ibu memenuhi hak anak dalam tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai tingkat kecerdasan usianya?
Kalau nanti Ibu meninggal, bagaimana ibu menjamin kehidupan P selanjutnya?
seminggu,kalau aku kan bisanya sabtu minggu kalo ngikutin suami...makanya aku bela-belain aja abis pulang ngajar jam dua jam tiga bablass aja... Tau Katanya sih orangtuanya itu...tuna wisma..kena razia gitu, ada yang ngambil dirawat sampai ibunya melahirkan, semuanya dibiayai sama panti. Di rumah sakit... Orang tua yang ketauan ibunya aja sih, bapaknya gak ketauan,,, Kan pas pertama bu sa’diyah bilang “putra ini udah titik aman si...keluarganya juga udah ngomong” Kalau tumbuh kembangnya sih biasa, kasih makan terus kasih,...inikan istilahnya masih berkembang,ya kasih rangsangan, jadikan terus terang ya saya kan orangtua baru jadi bener-bener belum tau cara ngerawat anak gimana jadi banyak nanya..bagaimana klo anak sakit, bagaimana kalau anak ini...tapi Alhamdulillah di kampus juga dikasih tau kan psikologi perkembangan anak, ya Alhamdulillah juga si, dapet pengetahuan dari kampus juga, dari lingkungan juga,pendidikannya gimana terus rangsangan dia...dia kan juga lagi belajar ngomong belajar ini, lagi masa emas emasnya, lagi lucu-lucunya, jengkelin juga, ngemesin juga iya. Saya si otodidak aja... Dia ,rejeki anak yaa...kita mah gak terlalu ini mbak, kita mah orangnya santai...kalo aku terus terang gak mikirin...ya mikirin tapi gak terlalu gimana...yaa..usahaalah...
Subyek wawancara
: Ibu Sa’diyah S.Sos, wawancara ke 1
Topic wawancara
: Proses pengangkatan anak
Hari/ Tanggal
: Rabu, 24 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu PSAA B TB
Informasi relevan
: Ibu sa’diyah menjabat sebagai ketua bagian sosialisasi dan perkembangan anak dipanti PSAA B TB , beliau dibantu dua staffnya menangani langsung proses terjadinya pengangkatan anak dipanti, mulai dari penerimaan orang tua, pengumpulan berkas-berkas, survey ke rumah orangtua angkat, sampai kepada mendampingi orangtua angkat pada sidang tim PIPA(Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak)
Kondisi Khusus
: pada jam 9 pagi, cuaca cerah, suasana ramai karena hari kerja, saya diajak ke ruang tamu oleh staf panti, lalu staf panti tersebut memanggil beliau di ruangannya, pada saat saya berada di ruang tamu saya menyiapkan handphone untuk merekam wawancara serta kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting.
Bagaimana panti memantau kondisi anak angkat?setelah diserahkan kepada orangtua angkat
Kita liat selama 6 bulan, setelah 6 bulan nanti kita liat perkembangannya gitu,liat keadaanya kalau anak itu dipelihara dengan baik kan anaknya tambah seger, tambah segalanya misalkan dari panti berapa kilo, begitu dirumah sudah naik jadi berapa kilo berarti kan ada kenaikan berat badan selama 6 bulan, otomatis kan memberikan asupan gizinya bagus, disini juga diberikan tapi kan kasih sayang yang tidak mereka dapat...... Barulah setelah diliat perkembangan barulah kita buat di laporan perkembangan, laporan perkembangan anak itu memang dibutuhkan pada saat sidang tim PIPA, PIPA adalah Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak ya, harus melewati proses,nah dibacalah berkasberkas itu berkas-berkasnya kita kumpulkan,lalu, dibacalah oleh tim. Oya....laporan perkembangan ini bagus maka akan dinilai berarti layak menjadi orangtua asuh, gitu ...memang....setelah kita liat
Itu berkas-berkasnya seperti apa aja?
Ada persyaratan apa ya?fisik atau apa atau agama ?
Misalkan dari rumah sakit itu udah tertera agamanya ya bu?
perkembangannya...mendapatkan hak-haknya seperti itu...otomatis, perhatian kasih sayang..segala macam untuk tumbuh kembangnya ya...... Baru setelah itu sidang tim dibaca,disana berkas udah kita bawa 3-4 hari sebelum sidang PIPA, PIPA kan akan mempelajari jadi gak mendadak,udah dipelajari baru di sidang itu diputuskan oke..memenuhi persyaratan Berkas-berkas yang dikasih ke tim, itu berkas orangtua, diantaranya ada 15 poin ya..kan ada kan persyaratannya untuk menjadi orang tua angkat? Naah itu...juga kemudian berkas-berkas anak, ..anak masuk sini, perkembangan anak masuk sini perkembangan apa aja, kesehatan segala macam diberikan kepada tim nah setelah itu nanti misalkan perkembangan anak,status anak, maksudnya misalkan anak itu dari rumah sakit,belum tau ya status aman atau tidaknya kan dari panti dicari kembali kan orangtuanya sampai kemana orangtuanya, sampai titik terakhir penghabisan kita mencari orangtua, kalau gak ketemu juga kita panggil melalui iklan, nah itu ada buktinya disitu dalam satu bundel itu, jadi tim tau upaya kita sampai dimana gitu, untuk mencari orangtua anak ini, ternyata memang tidak diketemukan baru sesi terakhir orangtua angkat.supaya anak tidak terlantar lagi kan gitu kan intinya, Agama harus,kalau agama kan harus seagama dengan agama orangtua. Itu dalam PP 54 2007 ..dipertegas oleh menteri sosial tentang peraturan permensos secara teknis diatur no. 110/2009 itulah aturan teknisnya seperti itu, karena tidak boleh agama berbeda orangtua dengan anak Ada, sepertinya kita masuk rumah sakit, kita kan akan ditanya data awal kita kan, nama, alamat, agama kan ada kan kita disitu, naah,,, walaupun orang terkadang alamat palsu, bener kan ada alamatnya disitu...kadang kan kalau kita cari gak ketemu kalau memang dari lahir dia sudah niat meninggalkan anaknya kali ya, jadi alamatnya salah tu gak diketemuin mau dicari kemana juga gak ada gitu, jadi makanya...terakhir kita panggil melalui Koran, gak dateng juga ditunggu...itulah salah satu upaya kita agar tidak terjadi apa-apa di kemudian hari, karena pertama dia sudah meninggalkan, kedua dia sudah kita cari gak
Itu masuk pertimbangan gak bu?wajah
Waktu ibu melepas anak angkat ke orang tua ada edukasi-edukasi tidak?
Apalagi bu yang diedukasikan kepada orangtua angkat?
ketemu,untuk anak di...disini anak banyak, semua terpenuhi kebutuhan dasarnya, tapi kasih sayangnya yang dia gak dapet paling dari pengasuh atau dari penjenguk tapi kan itu hanya sebentar, kalau dirumah kan orangtua dengan ibu bapaknya kan liat P kaya gitu, bahagianya ya sama kaya bapaknya, wajahnya mirip..... e.kalo disini karena kita tidak memberikan anak, ni bu ni anak ini, tidak seperti itu gak tau kalau di yayasan lain ya, karena ada juga yang e..tidak bisa begitu..ya kita beda-beda, di balita tidak seperti itu, silahkan saja ibu melihat anak ,observasi dulu, melihat dulu terus ada kemiripan,,supaya tidak terjadi apa ya... jadi beban psikologi anak di masyarakat nanti,...kalau beda kan kasian... ibu bapaknya matanya belo....... .naah psikologi di masyarakat kan keliatan, tapi nantinya anak angkatpun tidak boleh diumpetin, tetep dia harus dikasih tau ke masyarakat kalau dia memang anak angkat, mungkin ada syaratnya dan ada tahapan-tahapannya gitu,kalau secara fisik aja sudah membedakan kan kasian nanti.......lah kita kan status anak aman, dia memilih anak itu ya silahkan kalau kita kasih nih anak ini, kalau ibunya seneng bapaknya gak suka mau apa, kalau barang kalau gak cocok bisa diumpetin ditaro di gudang, ya kan?ini orang harus penuh kasih sayang, harus komunikasi terus, harus klop.kalau gak ada ya kasian Ada, kita menyarankan dia konsultasi ke psikolog anak, karena psikolog lebih tau kan... saat kapan bapak harus memberitahukan anak kalau dia sebagai anak angkat,apalagi didalam pernyataan perempuan tidak boleh ,orangtua tidak boleh menjadi wali,.....makana hrus dikasih tau kalau kamu bukan anaknya mamah...misalnya..nanti yang nikahkan wali hakim kan...itulah saat-saat dimana, kapan kita harus memberi tahu kepada orangtua. Kepada orangtua? Rata-rata itu aja, nanti kan kita kan akan memantau setiap tahun, kalau dia sudah putus pengadilan kita pantau perkembangan dia sampai dia berumur 18 tahun, karena kan umur 18 tahun anak kan masih berstatus anak kan ya, kita bisa juga melalui telepon atau dateng, yang pasti si kita harus dateng ya, tapi karena rata-rata disini kita sudah ada kayak keluarga ,kekeluargaan kalau disini gak ada yang sifatnya......kemaren juga
Terus, rata-rata alasan mereka mengadopsi itu?
Harus ditanya dulu ya alasannya?
Cuma kalau untuk anak kedua atau ?
Pernah nolak gak bu?
Setiap bulan atau setiap tahun bu?anak
baru ada adoptan yang datang kok, Cuma iya kita telepon-teleponan, gimana kabarnya? Perkembangannya? Seneng mereka, dah kaya saudara deh, kita membina hubungan seperti itu Rata-rata ya otomatis ya kalau dia ingin memberikan masa depan anak-anak, karena memang suatu amanah katanya, tapi ya kalau ada juga yang menemani saya di hari tua, itu pasti cuma yang pertama itu memberikan masa depan, sama juga kaya orangtua kandung memberikan masadepan kepada anaknya, apapun akan diberikan buat anaknya, Jadi gak ada, akh saya mau ngambil anak supaya nanti bisa saya suruh-suruh, gak ada..gak boleh gitu Ya iya,ibu mau ngapain disini karena saya gak punya anak bu, usaha susah, kan dia bercerita kaya apa aja,dia akan mengatakan bahwa ...biar punya temen...dan yang terpenting daripada itu,...ya maksud saya juga seperti itu bu jadi gimana sih, cuma tidak bisa mengungkapkan yang sebenarnya, ini amanah saya bu, Terbaik buat anak, cuma gak bisa bahasanya aj Kalau, karena untuk adopsi sendiri syaratnya maksimal punya satu anak boleh mengadopsi, kalo sudah punya dua anak, gak boleh memang dalam aturan permensos 110 2009 itu diatur gitu kalau,jadi ada batasan usia minimal 30 tahun maksimal 55 tahun, umur perkawinan lima tahun, punya anak minimal satu, boleh ngadopsi, kalau anak dua gak boleh ngadopsi,kalaupun anaknya laki-laki semua.....karena dalam syarat itupun tidak melihat laki atau perempuan dia harus tetep tidak boleh mengadopsi lagi, jadi berikan saja kepada orang yang bener-bener banyak memang banyak yang membutuhkan. Ya ditolak lah, ada juga yang kaya gitu.......kita melakukan apapun semua sesuai persyaratan, jadi persyaratan dan prosedur seperti itu yang harus kita laksanakan, karena perlu diketahui juga, dipanti balita tidak ada biaya apapun, tidak ada biaya sama sekali mengadopsi itu...... Kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan 5 tahun, usia 30 tahun, anak ada silahkan.......tapi kalau belum minimal 5 tahun gak bisa, biar kurang 4 bulan atau 5 bulan..tunggu aja lagi usianya, karena yang mau mengadopsi banyak Ya gak mesti si ya, tiap bulan sih ada aja, ada
bayi dititpkan atau diserahkan ke panti?
Penganiayaan anak ?
Kalau statusnya aman berarti gak bisa diganggu gugat?
Pernah ada kasus gak bu, misalkan anak tiba-tiba pengen diambil?
Tolong dijelasin prosedur pengangkatan anaknya bu
satu, dua kadang, kadang- kadang dua bulan sekali... Kebanyakan yang dari polisi, dari rumah sakit, dari panti tindak kekerasan, jadi perempuanperempuan yang hamil...yang tidak bertanggung jawab pasangannya....kan dia kan agak depresi... Gak mungkin..karena yang milih mereka sendiri.. Kalo antar panti kita ya.. anak ditaro sini dulu sambil kita mencari alamat orangtua nanti kalau dah ketemu, kita atas nama panti, kalau kita cari nanti biasanya keluarga besarnya datang kesini, kalau memang mau diambil ya silakan karena yang terbaik memang keluarga, kalau memang, aduh bu saya gak mampu akhirnya ...diserahin ke orangtua angkat, kan banyak yang ngadopsi. berarti statusnya anak aman Gak bisa...kan orangtuanya sendiri yang nyerahin...keluarga besarnya...kadang kalau orangtuanya depresi kan gak boleh, kalau keluarga besarnya sudah menyerahkan kan kakek neneknya, Uanya semua, setuju ya sudah Ada, banyak makanya orang tua adoptan gak boleh terlalu sayang sama anaknya...kan jadi tunggu dulu sampai status aman, kita kan berjalan dari pengalaman-pengalaman anak walaupun sudah ada disini,tapi dicari-cari keluarga besarnya ada diambil oleh kekelurga besarnya, pengalaman ada anak, ada lima keluarga yang nyenengin, akhirnya apa? orangtua yang menyerahkan kemari kita beri motivasi, bener ni anaknya mau diserahin? karena orangtuanya normal,bener mau diserahin? kita motivasi dia terus gini,,gini,,gini..akhirnya dia mau memelihara lagi dengan bantuan keluarga besarnya kan bagaimanapun juga tetep keluarga yang terbaik. Prosedur ini ya, kalo orang mau ngadopsi dari masyarakat itu menyerahkan kepada kepala dinas ya, permohonannya itu dari masyarakat mengajukan kepada kepala dinas kalau ini kan sudah melalui lembaga sini ya, jadi dia mngajukan ke kepala dinas tu alurnya, karena kan disini ada lembaga, kalau di lembaga ada permohonannya ada,ada dua macem ada dari lembaga/ yayasan atau privat adopsi, privat adopsi tu, masyarakat sudah ada, hanya kalo privat adoption sudah ada anaknya jadi langsung ke dinas sosial barulah diproses apa saja persyaratan-persyaratannya sama juga
Jadi seumpama anak tersebut menghubungi panti untuk mengetahui orangtua kandungnya?
halnya dengan yayasan, hanya pada private adoption itu tidak ada tahapan observasi, sosialisasi, karena anak sama orangtua, kalo lembaga kan ada observasi dulu, sosialisasi dulu terus selanjutnya...udah mengajukan permohonan persyaratan-persyaratan nanti masuk semua lengkap barulah dibawa ke dinas sosial dari dinas sosial, nanti kita isi ...barulah nanti keluar...kita kerumahnya visit...visit adalah laporan sosial orangtua angkat itu wajib, karena itu salah satu persyaratan nanti di sidang tim PIPA dan putusan pengadilan nanti, itu harus ada laporan sosial... Didalam laporan sosial itu adalah awal mulai menikah, penyebab tidak punya anak, penyebab-penyebab adopsi, karena dalam surat itukan ada surat keterangan dari dokter, ginekolog itu, diperkuat dengan surat itu dia akan bercerita, mulai menikah, tanggal sekiansekian sekian....satu tahun pertama belum punya anak, apa aja usaha dia. belum udah kedokter,periksa ini itu, pindah dokter lagi, pindah dokter lagi...akhirnya dia sampailah ke alternatif..dan akhirnya memutuskan, upaya kita udah cukup gitu, lalu dia ini deh...hal-hal yang terpenting adalah menanyakan agamanya apa, berapa tahun pernikahan,usia berapa tahun sekarang, ada izin gak dari orangtua,dari keluarga besar kedua belah pihak, jadi kalau misalkan dari keluarga besar tidak ada izin nanti kalau anak itu berkumpul dengan keluarga besar merasa asing tidak mndapatkan kasih sayang, tidak mendapatkan perhatian........ Jadilah mereka membuat pernyataan bahwa keluarga mereka setuju, .....Dan kalo udah semua baru...ke..visit disana ada penghasilannya berapa, pengeluarannya berapa, motivasinya apa sih mengadopsi anak..... terus lingkungannya bagaimana, kita harus tau juga, apakah dia menarik diri atau membuka diri dari situ kita bisa melihat karakter dia,kelihatan kalau orang yang gak bergaul kan ...dan anak angkatnya tidak boleh diumpetin, tetep harus dikasih tau.... Karena kita begitu ketat ya ininya, dalam hal status anak ya...kita juga ada filefilenya..makanya nanti kalau setelah sidang filefile anak itu menjadi bukti ini lo kamu darisana, mama bikin surat ke kepala dinas, ini lo persyaratan-persyaratannya gitu... Baru sidang tim pipa, memberikan berkas-
Kan di akte udah ada namanya tu bu, nanti kalo orangtua angkat mau ngerubah lagi bagaimana? Kalau gak tau orangtuanya bu? Sidangnya berapa lama bu?
Bagaimana cara ibu memantau dan memastikan anak itu terpenuhi haknya oleh orangtua angkat? Untuk terlindungnya anak dari kekerasan?
Pendidikannya diliat juga?
Ada kejadian gak bu?misalkan anak angkat itu sudah besar dan orangtua tersebut meninggal tapi masih dalam umur delapan belas tahun itu gimana? Ada gak bu yang setengah-setengah gitu orangtuanya?
berkas orangtua ya..gitu ada aktenya, dibuatkan aktenya...harus ada, kalau gak ada gak bisa disidang....tetep akte lama...setelah itu dibelakangnya ditulisin kalau masuk pengadilan kan sudah diputus oleh pengadilan...akte nya dibawa lagi ke catatan sipil, nanti di catatan sipil ditulis bahwa pada tanggal sekian, misal tanggal 2 juni 2011 putusan hakim pengadilan Jakarta timur no..sekian sekian sekian....telah diputuskan calon orangtua angkat yang bernama.....mengangkat anak yang bernama... Ya itu urusan catatan sipil gitu..mau diganti apa enggak...kita hanya mendampingi dia sampai sidang tim PIPA...kalau balita, membuat akte itu sesuai dengan orangtua kandung... Yaa anak yang tidak diketahui identitas orangtuanya... Pengadilan?ee....paling semingguan deh, kan dari sidang tim Pipa rekomendasi ke pengadilan, orangtua suruh bawa ke pengadilan...rekomendasi berlaku selama satu tahun...bukan urusan balita lagi, balita hanya sampai disini saja anak itu diproses sampai kepada sidang tim pipa...udah dari situ orangtua sendiri yang membawanya ke pengadilan... Tapi kalau anak ya dari awal tidak terpaksa, kan tidak terpaksa ibu tidak memberikan anak, nih anak, tidak terpaksa kan...itu kan memang keinginan dia, anak pilihan dia, otomatis dia akan memberikan kasih sayang, dia kan biasanya untuk anak ada asuransi kesehatan, pendidikan, rata-rata seperti itu....dari kecil aja anak baru satu tahun udah disekolah-sekolah TK kan, playgroup gitu.....karena rata-rata pada mampu-mampu...berarti kan kita bisa liat secara itu, apa yang diberikan oleh dia, bener secara kasih sayang yang bener-bener kepada anak....itu bisa keliatan, boro-boro tindak kekerasan lagi. Kita kasih anak berdasarkan pilihan dia, kalau paksaan mungkin..... Pendidikanya? ya iya..kan biasanya orangtua ngomong...biasanya orangtua masukin anaknya ke playgroup...orang kalau yang mampu secara ekonomi kan apa aja dilakukan.... Gak...sampai saat ini sih gak ada ya...sehatsehat aja...gak ada laporan ibu ini meninggal...nanti kalo sudah putusan pengadilan mungkin ke keluarga besar.... Gak akh..kayana si sayang, ya itu aja kembali ke pilihan awal..
Subyek wawancara
: Ibu WS, wawancara ke 2
Topik wawancara
: Hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 29 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah WS
Informasi relevan
: Ibu WS merupakan salah satu dari delapan orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam 7 pagi, cuaca pagi yang sejuk karena, suasana cukup ramai ada nenek, pembantu baru beserta suami berbincang di ruang tengah, sedangkan saya bersama ibu WS berada di ruang tamu mengadakan wawancara dengan menggunakan sarana handphone untuk merekam dan kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting.
Bagaimana cara ibu memberikan hak H untuk berekspresi?
Bagaimana ibu melindungi H dari kekerasan fisik?
Cara ibu melindungi H dari diskriminasi gimana bu?
Hemm,,,berekspresi ya...kalau saya sih intinya ngebebasin aja...kaya anak lain..apapun dia ekspresi dia ya, paling kan dia serba ingin tau..ee...serba deh semuanya, semuanya dipegang, semua pengen tau saya sih gak masalah selama gak berbahaya asal didampingi, karena H anaknya aktif mbak, harus didampingin terus... Kalo bakatnya H itu sukanya ya ngotakngatik barang gitu, makanya mainannya juga yang bongkr pasang.... Dia gak boleh dilarang, kadang saya suka lupa...jangan gitu seharusnya, e...gini ya gitu, keras dia orangnya... Kalau saya si membebaskan e...e..apapun... e....kalau kaya gitu sih, selama ini belum pernah..kalau seandainya tetep begitu ya saya akan membela dia, dari siapapunlah dari keluarga sendiri, apalagi orang lain. Diskriminasi...e..ya sama yaa...sama jawabannya seperti yang tadi, mau yang dari keluarga, atau dari orang lain ya saya akan melindungi dia. Tapi kalau memang itu gak bisa ya..saya belum iniya belum pernah juga jadi bingung ngejawabnya, tapi pada saatnya nanti saya akan cari jalan keluarnya lah.....kalaupun nanti terjadi saya akan mencoba browsing,mencari tau atau gimana cara
Bagaimana ibu mendengar dan menerima pendapat si H?
Apakah ibu nanti akan membebaskan H memilih agamanya?
Bagaimana ibu memberikan informasi kepada H?
Untuk saat ini, apa yang ibu berikan kepada el dalam hal pendidikan?
Bagaimana ibu melindunginya dari ,penelantaran, kekejaman, dari unsur kekerasan? Kalau misalkan H udah tau asal usul identitasnya, ibu mendukung gak kalau H mencari orangtua kandungnya?
menanganinya Emang suka ada, tapi dalam gerakan.... Yaa...selama ini si saya masih dalam koridor mengarahkan dia ke jalan yang baik, misalkan dia yang kira-kira...ya namanya anak kecil... Enggak..yaa e..karena saya tau asalnya dia muslim, dan saya berkeyakinan muslim, gak ada alasan saya untuk ...dan karena saya yakin dengan agama saya ya saya berusaha ngasih yang terbaik gitu lo... Waah mesti...dengan halus, karena saya tau sifatnya dia yang gak bisa dikerasin, memberi pengertian tu gak usah terlalu keras, agak keras aja dia udah gak bisa....dia merasa kalau kita kasih masukan dia merasa dipaksa gitu lo, jadi kaya di e...dimarahin..gt, padahal kita ngasih tau..gitu.......kaya gini H...jangan gini,,,,gak mau, mending H..ganti yang ini yaa,,,lebih masuk gitu...dia tu kata jangan sama gak boleh tu peka banget.... Saat ini sih, sampai saat dua tahun menjelang rencana saya sih, H dengan pendidikan di dalam rumah aja.diajarin ngaji, huruf hijaiyah terus pa sih namanya..misalkan, Ven ya Ven...biar gak bisa ngomongnya tapi nanti dia nunjuk gitu...ini apa...gitu, karena dia kan belum ngomong yaa..tapi inget...sebates masih pndidikan di dalam... Kalau saya sih, menjauhkan H dari orangorang tertentu ya, yaaa dalam arti damai aj, ya Alhamdulillah keluarga yaaa...hidup dalam kasih sayang aja...mudah-mudahan.... Em...ya kalau secara batin mungkin bertentangan ya, tapi kalau saya sih beranggapan sesuatu yang dilarang...apalagi anak laki pasti malah dilanggar, walaupun mungkin gak terang-terangan gitu ya, bisa aja sembunyi-sembunyi, apalagi dia anak laki ya, langkahnya lebih panjang...buat saya sih gak masalah kalau dia kaya gitu, toh nanti dia akan memilih mana yang....harus dia pilih....saya berikan yang terbaik kok...
Subyek wawancara
: Bapak DZ, wawancara ke 2
Topik wawancara
: Hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 29 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah WS
Informasi relevan
: Bapak DZ merupakan salah satu dari delapan orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: pada jam 8 pagi, cuaca pada saat itu sejuk, karena masih pagi, sedangkan saya bersama Bapak DZ berada di ruang tamu mengadakan wawancara dengan menggunakan sarana handphone untuk merekam dan kertas beserta pulpen, untuk mencatat hal-hal penting.
Bagaimana bapak memberikan kesempatan hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan tingkat kecerdasan usianya?
Bagaimana bapak melindungi H dari kekerasan?
Terpenuhinya hak untuk kesehatan?
Bagaimana Bapak melindungi H dari sasaran penganiayaan?
Ni karna H masih kecil ya, ya kita si gak ngebatesin dia selama itu gak berbahaya gitu. Ya kalau itu pasti ya, kaya susu...ya pokoknya kita kasih yang terbaik ya..makanan, susunya terus juga masalah kesehatannya juga, kaya prinsipku kemaren biarlah orangtua makan ikan asin, yang penting anaknya makan daging gitu, karena masa seginikan lagi masa pertumbuhan otaknya ya Ya sejauh ini si kita belum pernah ada kekerasan ya.... Kita tu kalo bilangin dia gak bisa keras, nanti malah nangis dia...kalau sama bundanya paling ngambek.... O gitu, untuk saat ini sih aku kasih vitamin juga ya, kaya minyak ikan gitu....terus ya...apa si ya ngikutin asuransi personal ya, Cuma kan sidangnya belum keluar putusan, jadi ya saat ini asuransi dari kantor aja. Rencana kedepan sih, mau aku bikinkan asuransi pendidikan. Pihak luar ya...yaa...untungnya, sejauh ini lingkungan kita mendukung, jadi kalo misalkan iya, ya dia gak jauh dari lingkungan keluarga, misalkan sama mbahnya minimal ada yang ngawasin, untuk meminimalisir kekerasan dari luar, tetep dipantau keluarga....untuk saat ini mungkin
Kalau ini pak, e...nanti kalau bapak meninggal bagaimana menjamin kehidupan H selanjutnya? Hak waris kan nanti si H gak berhak pak? Bagaimana bapak memberikan informasi kepada H?
hanya itu yang bisa kita lakuin yah....mungkin untuk kedepannya bisa dikasih ilmu apa gitu, supaya dia bisa membela dirinya.. e....misalkan gitu kan tadi aku bilang aku akan menyiapkan tabungan pendidikan sampai dia usia 25 tahun...yang kedua ya paling....dia tetep dapet warisan... Tapi kan itu e...kalau e...kalau misalkan buat H...mungkin aku bikini wasiat. Kalau untuk pembelajaran ya itu, kita ngasihnya pelan...,,kalau pembelajaran gitu nanti dia akan tau sendiri,,,,ada juga yang dia tau dari luar..jadi misalkan kita ajak jalanjalan nanti dia melihat ada yang aneh..ya kita kasih tau, ini kucing, ini apa....
Subyek wawancara
: Bapak S, wawancara ke 2
Topic wawancara
: Hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 29 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah S
Informasi relevan
: Bapak S merupakan salah satu dari 8 orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam 03.30 sore, suasana agak terik, Bapak S sekeluarga baru bangun dari tidurnya, kemudian beliau bersiap-bersiap mandi juga solat, dan saya menjaga P sembari bermain.
Bagaimana bapak memberikan kesempatan Untuk umur-umur sekarang ini emang berpartisipasi secara wajar? kita gak perlu jor-joran banget ya mbak dalam hal bergaul, memang pada waktu tertentu aja, kaya kondisi sore misalkan, kondisi amanlah dari anak-anak yang misalkan lingkungan yang tidak baik,,,kan ada tu anak-anak yang omongannya yang gak benerlah ya..ya perlu kita ini....minimal lingkungan tetangga dulu..itu tetep kita kasih, walaupun insentitasnya gak terlalu sering....lebih sering dirumah.... Bagaimana bapak melindungi H dari Terkait anak angkat itu ya?o...teteplaah diskriminasi? kita ini, tapi lingkungan sini ....alhamdulillah, jadi justru tetanggatetangga kita sangat mendukung, udah..udah pada tau,,dan sangat mendukung, bahkan katanya mirip saya, jadi sangat sangat mendukung Alhamdulillah, dah saya anggep kaya anak saya sendiri, Gak lah, kondisi sangat mendukung...sampai saat ini belum...sampai ada yang ngomong kok gak dari dulu gitu.. Terus bagaimana bapak memberi hak Berfikir, saya gak begitu banyak untuk berfikir dan berekspresi? melarang, dalam hal itu yaa.. sekiranya membahayakan.....karena aktifitas anak itu...ni anaknya agresif banget, apa aja pengen dicoba, apa aja pingin tau aj...kita damping kita bebaskan tapi masih dalam pemantauan kita,selama gak
Berekpresi misalkan?
Bagaimana bapak mendengar pendapatnya putra, memberi informasi terhadap sesuatu?
Bagaimana cara bapak melindungi P dari eksploitasi, ketidak adilan, atau perlakuan salah lainnya?
Bagaimana cara bapak melindungi P dari sasaran penganiayaan, penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi?
membahayakan kita lepas, kita memberikan kebebasan dalam hal apapun yang membuat dia lebih aktif, lebih pinter, dalam hal pemikiran, gerakan, Tapi tetep kita dampingilah... Bakat kayanya di olahraga, kalau main bola seneng banget, sama air juga seneng banget kayanya renang sama bola... oo...bertahap, saya sering....apapun itu saya... o...jadi semua informasi harus kita kasih tau ya, pelan-pelan...informasi apapunlah buat dia.. informasi yang kira-kira ilmu buat dia, apa aja..ada barang baru o..ini ini, cepet penangkapannya dia terus kita kasih tau..ini cicak...begitu,,,intinya jangan sampai kita ngasih tau secepat kilat...yaa diulang-ulang diiniin berapa kali...daya tangkepnya cepet...cuman, kalau lagi diajarin tu bandelnya bener,,,,tapi tau dia,,,tapi harus tau celahnya, saat dia tidak sibuk dengan kegiatannya, baru kita kasih tau..kalau dia lagi aktif gitu, gak bisa...seperti itu... Sementara si...menjaga dia secara intensif aja, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan..jadi kita memantau..terutama ibunya yaa....kepedulianlah terutama... Kita ikutin dia...kadang memang klo umur-umur segitu apa yang dia senengin dulu kan...tapi dalam hal-hal yang wajarlah ya..selama dia hobi ya kita ikutin... Dalam hal ada kasus.... Tetep kita belainlah secara formalitas, kalo dia gak salah ya itu tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk membela dia, karena jangan sampai... Kalau memang bener ya jangan sampai dia dilecehkan seperti itu... Kita juga harus melihat kondisi dia....biasanya ya kita lindungi...sebagai orangtua ya kita harus tampil didepan...kalau memang sampai dia dilecehkan seperti itu.....
Subyek wawancara
: Ibu KI, wawancara ke 2
Topik wawancara
: Hak anak
Hari/ Tanggal
: Minggu, 29 Mei 2011
Tempat
: Ruang tamu rumah Ibu KI
Informasi relevan
: Ibu KI merupakan salah satu dari delapan orangtua adoptan yang bersedia untuk diwawancara.
Kondisi Khusus
: Pada jam 03.30 sore, suasana agak terik, ibu KI sekeluarga baru bangun dari tidurnya, kemudian beliau bersiap-bersiap mandi juga solat, dan saya menjaga P sembari bermain.
Bagaimana ibu melindungi P dari kekerasan dan diskriminasi?
Bagaimana ibu memberi nama P
Terus bagaimana ibu memberi hak untuk berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan seusianya?
Terus bagaimana ibu memberi tahu identitasnya putra?
Kalau dalam memperoleh pendidikan?
Diskriminasi….perasaan belum ada ini sih mbak, kalau misalkan terjadi ya…kita peluk..kita lindungi aja…kalo dari luar anak segini kan belum ngerti yaa, kita peluk kan dari kecil kita asuh kan….anak itu bukan dari Rahim kita aja sih… Nama sih dari sananya gak kita ilangin ya, masalahnya kalau kita ilangin kita ganti siapa….kalau biasa dipanggil P..kita pangil A..identitas darisananya sih kita pertahanin…anak sih bisa..pasti bisa adaptasi..tapi ya lamaa prosesnya…nama yang pertama udah lama, jadi susah….kalau diganti nama susah…. Kita sih ngasih kebebasan ya mbak…tapi kalau ya udah berbahaya kaya kompor ya kita teriak donk ya..P….gitu, dia kalau belum pegang masih penasaran….kaya kalau dia pegang pulpen…gak mau tuh corat-coret di kertas gambar, dia ngerasa terbatasi ruang geraknya….jadi bisa ancur ni tembok, dicoret-coret… Saya intinya sih memberikan kebebasan dia ya mbak, selama gak berbahaya….nanti kalau di cut kan ini…kreatifitasnya kan jadi tidak bisa… Masih lama itu mbak…gimana ya …ya ini kalau dia udah mau nikah, udah siap….kalau masih SD…masih berontak…sebaiknya pas dia sebelum marriage…kita kasih tau dia pelan-pelan… Pendidikan si…saya usahain sampai tinggi ya mbak ya…sampai bener-bener jadi orang…sampai kuliah gitu, karena sangat
Kalau kesehatan bu? Bagaimana menjaminnya?
Terus kalau memenuhi hak anak dalam beristirahat, memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain, berekreasi ?
Jadi yang suka ngajak jalan bapaknya ya?
Dia berbaur tu bu di PAUD?
Terus bu, bagaimana ibu melindungi putra dari eksploitasi dan perlakuan salah
penting pendidikan, selain penting ibadah juga sih…dia pinter gitu, kalau sinetron dia gak mau liat, tapi kalau yang siaran pagi yang agama itu dia tonton sampe selesai…tiap pagi kalau mau berangkat gitu kan ngeliatin….udah pinter milih sendiri dia…dibela-belainlah kalau pendidikan yah… Kesehatan dia? yaa….kita ini aja sih, kalo ada yang sakit…kalau bisa ditangani sendiri ya..tangani sendiri…kalau enggak, bawa ke dokter….alhamdulillah sih…daya tahan tubuhnya kan kuat…kalau sakit saya kompres saya apa…kalau anak sakit udah panik banget….tapi Alhamdulillah gak papa… Kalau saya si mbak kalau dia dipegang orang gitu….biarinlah kita capekcapek..takutnya…gak terlalu fokus ke anak sih… Kalau waktunya istirahata kita istirahat, kalau siang maen….istirahatnya dia masih kaya dipanti si mbak, jam sepuluh makan..jam setengah enam pagi bangun, jam setengah delapam tidur lagi sampai jam sepuluh, terus bangun tidur makan, abis makan tidur lagi….terus kalo siangsiang main sampai jam 12…puas-puasin deh tu…setiap hari pasti ada tingkahnya yang baru…misalnya maah mandi..biasanya aku yang ngajak ayo mandi le..aku lupa eh..dia yang ngingetin mah mandi..gitu… Terus kalau sama orang, cari perhatian kali ya…sama orang tu gak mau ngomong, tapi banyak gerak..kalau sama aku waah bawelnya…teriak-teriak dah kaya…aktif anaknya, kadang sampai kewalahan.. Gak juga…bapaknya kan ketemunya Cuma sabtu minggu, jalan-jalan si darisana ke sini dah jalan-jalan, maen di PAUD kan udah puas main, kalo disini main lagi, anak akan cape…kadang-kadang juga sih..gak papa… Udah sering…cepet mbak, untuk beradaptasi dia cepet mbak…kaya ayahnya dia sosialisasinya cepet kalau aku kan susah… Yaa..kalau anak baru umur segini yaa…kita bilangin aja ke temennya….
lainnya? Cara ngejelasinnya gimana bu?
Rencananya mau dirahasiain?
Bagaimana ibu memenuhi haknya, melindungi P dari sasaran penganiayaan atau pemberian hukuman yang tidak manusiawi?
Kalau melindungi dari peristiwa kekerasan?
Alhamdulillah lingkungan mendukung….mereka pada tau… Jelasinnya ya…siapa yang nanya jawab..yang gak nanya yaudh diemin aja…bilangnya dari rumah sakit, kalau bilangnya dari panti kayanya kurang ini ya…kasian anak…yaa…taunya sih dari rumah sakit…sampai sekarang sih belum ada yang tau kalau P dari panti Enggak..enggak juga sih…yaa gimana nanti kesepakatan aja…tapi kemaren buat saksi kan?saudara berarti sudah tau..cuman dari orangtua aku belum tau ya…kalau misalkan ada yang nanya, darimana?dari rumah sakit…orangtuanya mana?gak tau gak jelas..kalau tetangga tetangga jauh taunya saudara… Anak kan amanah kita ya..semarah apapun kita gak boleh mukul..kalo dia nakal banget hanya boleh kaki… Kalo ada apa-apa kita jauhin aja dia apa yang bikin dia bahaya gitu… Kalo dari luar, ya kita lindungi…kalo udah gede lain lagi ceritanya..untuk mainan yang membahayakan, paling mainannya aja yang kita singkirin….. Dari luar ya? Kalau dianiaya orang pasti kita bela…otomatis apalagi anak segini kan…. Ada…anak yang lebih gede dari dia dorong dia, eeh….dede kan masih kecil..belum tau..abis putranya gini…gini..gini…ya P nya nangis….e…P kan masih kecil, belum ngerti…gitu kan gak mungkin kan marahin anaknya orang..ya gitu paling kita kasih pengertian sih…putra kan masih kecil, gak tau….