PERBEDAAN KUALITAS NUTRISI HIJAUAN PADA MUSIM HUJAN DAN KEMARAU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DI KAMPUNG BARUNAGRI, LEMBANG, BANDUNG UTARA
SKRIPSI FELLA ANINDITA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRACT Differences nutrition quality of forage during wet and dry seasons and their impact on milk production and quality in Barunagri village, Lembang Regency F. Anindita, I. G. Permana, Despal Availabilities of quality forages fluctuated during the year. In dry season, where plants grow slower and their qualities drop rapidly, is one of the hardest season for dairy farmer. High cattle stocking rate and limited available land hit the farmer harder. Barunagri village is one of the cattle stocking rate in Lembang Regency. The farmer experienced the difficulties of affording forage during dry season for several years. The research was aimed to studying the influence of season on availability quality forage and their impact on milk production and quality. The study have been conducted during wet and dry season (2007/2008) and observed 27 respondent from 8 different farmer groups. The study used both primary and secondary data. Parameter observed in the study included availability of quality forage, feed intake, milk production and quality. The data were described or analyzed used T-test. During dry seasons, forage qualities and availabilities as well as milk production were significantly lower in compare to wet season. However, milk fat contents were higher during dry season. Although Barunagri farmer had difficulties in affording high quality forages for their cows during dry seasons, but the farmer provided forage with lower quality and added with some agriculture by product that could maintained body weight of the animal but lowering milk production. Keywords: forage quality, dry season, milk production, milk quality
RINGKASAN FELLA ANINDITA.D24053495. 2009. Perbedaan Kualitas Nutrisi Hijauan Pada Musim Hujan dan Kemarau Serta Pengaruhnya terhadap Produksi dan Kualitas Susu di Kampung Barunagri, Lembang, Bandung Utara. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Dr.Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr : Dr. Despal, SPt, MSc. Agr
Kawasan peternakan sapi perah di Lembang dibawah pengelolaan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Bandung Utara. KPSBU berperan utama dalam pemasaran susu, penyediaan pakan, pemberian pinjaman kepada anggota, penyediaan barang kebutuhan rumah tangga dan sarana produksi, pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah. Para peternak di KPSBU Lembang mengalami kesulitan hijauan pada musim kemarau dan berdampak langsung terhadap produksi susu. Kampung Barunagri merupakan salah satu kawasan yang memiliki permasalahan ketersediaan hijauan pada musim kemarau karena lahan untuk menanam hijauan yang terbatas sehingga peternak harus membeli ataupun menyewa lahan untuk menanam hijauan dari luar kawasan ini. Pada saat musim kemarau dengan curah hujan rendah menyebabkan kualitas hijauan menurun karena kurangnya pengairan dan intensitas matahari yang tinggi menyebabkan rendahnya kualitas hijauan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh musim terhadap kualitas dan ketersediaan hijauan serta produksi dan kualitas susu di peternakan sapi perah yang berlokasi di Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 - Mei 2009 di peternakan sapi perah Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara, Jawa Barat. Jumlah peternak yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 peternak yang berasal dari delapan TPS. Acuan yang digunakan pada penelitian adalah kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Informasi yang ditanyakan didalam kuisioner terdiri dari i) identitas peternak, ii) kepemilikan ternak, iii) manajemen pengelolaan hijauan, iv) cara peternak mendapatkan hijauan, v) manajemen pemberian pakan dan air minum, dan vi) produksi dan kualitas susu. Sampel hijauan didapatkan langsung dari tempat penanaman dan pada saat hijauan akan diberi pada ternak. Masing-masing hijauan dikelompokkan dan dijemur supaya dapat melalui analisis proksimat. Data kualitas susu diperoleh dari bagian QC di KPSBU Lembang. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan Uji-T. Hasil analisis secara deskriptif dan uji-T menunjukkan bahwa kualitas hijauan pada musim hujan cenderung lebih baik dibandingkan dengan musim kemarau. Produksi susu pada sapi laktasi awal berbeda nyata (p<0,05) lebih besar pada musim hujan. Kualitas susu yang dinilai dari kadar protein susu cenderung lebih baik pada musim hujan dibandingkan musim kemarau. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meskipun peternak kesulitan mengadakan hijauan berkualitas pada musim kemarau namun peternak pada kampung Barunagri sudah berupaya menggunakan hijauan yang tersedia seperti
rumput lapang, jerami padi dan hijauan lainnya dengan kadar BK dan SK yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan penurunan BB ternak dan produksi susu terutama untuk ternak muda ( laktasi satu dan dua ) namun belum berdampak pada kualitas susu. Kata-kata kunci
: kualitas, hijauan, susu, musim
ii
PERBEDAAN KUALITAS NUTRISI HIJAUAN PADA MUSIM HUJAN DAN KEMARAU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DI KAMPUNG BARUNAGRI, KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG UTARA
FELLA ANINDITA D24053495
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PERTERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERBEDAAN KUALITAS NUTRISI HIJAUAN PADA MUSIM HUJAN DAN KEMARAU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DI KAMPUNG BARUNAGRI, KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG UTARA
Oleh: FELLA ANINDITA D24053495
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 8 Oktober 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Idat G Permana, MSc. Agr NIP. 19670506 199103 1 001
Dr. Despal, SPt., MSc. Agr NIP. 19701217 199601 2 001
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr NIP. 19670107 199103 1 003
Dr. Ir. Idat G Permana, MSc. Agr NIP. 19670506 199103 1 001
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 April 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tri Setya Budhy dan Ibu Hesti Widowati. Penulis mengawali pendidikan di TK Bunga Bhakti, Jakarta dan diselesaikan pada tahun 1993. Penulis mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi Kebon Jeruk pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan pertama dimulai penulis pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 111 Kemanggisan, Jakarta Barat. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 78 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2005 melalui program Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima pada Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kualitas Nutrisi Hijauan pada Musim Hujan dan Kemarau serta Pengaruhnya terhadap Produksi dan Kualitas Susu di Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Mayor Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan nutrisi hijauan dan ketersediannya pada musim hujan dan musim kemarau terhadap produksi dan kualitas susu di peternakan sapi perah yang berlokasi di Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara, Jawa Barat. Skripsi ini diharapkan bisa menjadi suatu bahan pertimbangan usaha ternak sapi perah di Wiliyah Kerja KPSBU, khususnya Kampung Barunagri, Lembang, Bandung Utara. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis ataupun semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis berharap karya kecil ini dapat menjadi salah satu karya terbaik yang bisa penulis persembahkan terutama untuk keluarga tercinta. Amin!
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .........................................................................................
i
ABSTRACT............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP.................................................................................
iv
KATA PENGANTAR.............................................................................
v
DAFTAR ISI...........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xi
PENDAHULUAN...................................................................................
1
Latar Belakang............................................................................. Perumusan Masalah ..................................................................... Tujuan .........................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
4
Usaha Peternakan Sapi Perah ....................................................... Iklim dan Cuaca........................................................................... Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah............ Pengaruh Iklim terhadap Hijauan Pakan Sapi Perah.......... Sapi Holstein-Friesian (FH) ......................................................... Lahan dan Air .............................................................................. Kepemilikan Ternak Sapi Perah ................................................... Tenaga Kerja ............................................................................... Manajemen Pemeliharaan Ternak ............................................... Manejemen Pemberian Pakan........................................... Pemerahan Sapi................................................................ Ketersediaan hijauan ........................................................ Kebutuhan Zat-zat Makanan Sapi Perah....................................... Bahan Kering ................................................................... Energi .............................................................................. Protein.............................................................................. Penggunaan Tanaman dan Pakan Ternak ..................................... Rumput Gajah Lokal.................................................................... Rumput Gajah Taiwan ................................................................. Bobot Badan ................................................................................ Susu............................................................................................. Produksi Susu................................................................... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas, Kuantitas dan Susunan Susu ...................................................................
4 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 8 8 9 9 9 10 10 11 11 12 13 14
METODE................................................................................................
16
Lokasi dan Waktu ........................................................................ Materi Penelitian.......................................................................... Ternak Penelitian ............................................................. Peralatan .......................................................................... Metode Penelitian ........................................................................ Lokasi Penelitian.............................................................. Teknik Pengambilan Data ................................................ Identitas Peternak ............................................................. Jumlah Pemberian Pakan.................................................. Teknik Sampling Hijauan ................................................. Analisis Ketersediaan Hijauan.......................................... Analisis Kualitas Hijauan ................................................. Pengukuran Bobot Badan Sapi ......................................... Analisis Susu.................................................................... Analisis Data.................................................................... Analisis Dekriptif ................................................. Analisis Statistik ...................................................
16 16 16 16 16 16 16 17 17 17 17 18 18 18 18 18 18
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................
19
Keadaan Umum Lokasi................................................................ Keadaan Geografis Kecamatan Lembang ......................... Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU)......... Karakteristik Peternak.................................................................. Umur Peternak ................................................................. Tingkat Pendidikan Peternak ............................................ Pengalaman Beternak ....................................................... Penguasaan Sumber Daya ............................................................ Kepemilikan Lahan .......................................................... Kepemilikan Ternak dan Struktur Populasi Ternak........... Ketersediaan Tenaga Kerja............................................... Manajemen Pemeliharaan Ternak ................................................ Pemeliharaan Ternak........................................................ Manajemen Pemberian pakan ........................................... Manejemen Penyediaan Hijauan dan Ketersediaan Lahan. Pemberian Air Minum...................................................... Jenis dan Komposisi Nutrisi Hijauan............................................ Jenis Hijauan.................................................................... Komposisi Nutrisi Hijauan ............................................... Pemberian Pakan ......................................................................... Bobot Badan ............................................................................. Body Score Condition (BSC) ....................................................... Produksi Susu ............................................................................. Kualitas Susu .............................................................................
19 19 20 21 21 22 23 24 24 25 26 26 26 27 28 29 30 30 33 34 35 35 36 37
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................
39
vii
Kesimpulan.................................................................................. Saran ...........................................................................................
39 39
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
41
LAMPIRAN............................................................................................
42
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kualitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada Berbagai Umur Potong di Musim Basah .....................................................
11
2. Rataan Kepemilikan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang ....
25
3. Manajemen Pemberian Pakan di Kampung Barunagri, Lembang .
28
4. Penyediaan Hijauan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang.....
28
5. Tingkat Kesulitan Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang ......
29
6. Kualitas Hijauan Musim Hujan dan Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang ....................................................................
33
7. Pemberian BK, PK, dan SK Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
34
8. Rataan Bobot Badan di Kampung Barunagri, Lembang ...............
35
9. Rataan Body Score Condition (BCS) di Kampung Barunagri, Lembang ......................................................................................
36
10. Rataan Produksi Susu di Kampung Barunagri, Lembang..............
36
11. Kualitas Susu di Kampung Barunagri, Lembang ..........................
37
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kurva Produksi,Lemak dan Protein Susu Pada Sapi FH ...............
13
2. Peta Provinsi Jawa Barat..............................................................
19
3. Umur Petetnak di Kampung Barunagri, Lembang ........................
22
4. Tingkat Pendidikan di Kampung Barunagri, Lembang .................
22
5. Pengalaman Beternak di Kampung Barunagri, Lembang..............
24
6. Kandang Sapi Perah.....................................................................
24
7. Lahan Penanaman Hijauan...........................................................
24
8. Jumlah Pemberian Air Minum di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
30
9. Jenis Rumput Pada Musim Hujan di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
31
10. Jenis Rumput Pada Musim Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
32
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuisioner .....................................................................................
46
2. Karakteristik Umur Peternak di Kampung Barunagri, Lembang...
52
3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Peternak di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
52
4. Karakteristik Pengalaman Beternak di Kampung Barunagri, Lembang......................................................................................
53
5. Populasi Ternak di Kampung Barunagri, Lembang ......................
53
6. Analisis Proksimat Hijauan Pada Musim Hujan ...........................
54
7. Analisis Proksimat Hijauan Pada Musim Kemarau ......................
55
8. Analisis Uji T Pemberian BK (Bahan Kering)..............................
56
9. Analisis Uji T Pemberian PK (Protein Kasar)...............................
56
10. Analisis Uji T Pemberian SK (Serat Kasar)..................................
56
11. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 1 .................................
56
12. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 2 .................................
57
13. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 ..............................
57
14. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 1 ...............................
57
15. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 2 ...............................
57
16. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 ............................
58
17. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 1 ................
58
18. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 2 ................
58
19. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 .............
58
20. Analisis Uji T Kualitas Lemak Susu.............................................
59
21. Analisis Uji T Kualitas Protein Susu ............................................
59
22. Analisis Uji T Kualitas Laktosa Susu ...........................................
59
23. Analisis Uji T Kualitas Solid Susu ...............................................
59
24. Analisis Uji T Kualitas Titik Beku Susu.......................................
60
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan usaha sapi perah merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik mengingat potensi sumberdaya alam Indonesia yang memungkinkan secara agroklimatis dan potensi sumberdaya hijauan dan limbah pertanian yang tersedia akan tetapi pengembangan usaha sapi perah tersebut menjadi bermasalah jika tidak disertai dengan pengolahan dan jaminan pasar susu dengan harga yang baik. Susu merupakan produk utama ternak sapi perah yang memiliki nilai gizi tinggi. Kebutuhan dan permintaan susu nasional semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi susu. Hal ini menyebabkan produktivitas susu sapi harus ditingkatkan supaya dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan susu nasional (Nugroho, 2008). Saat ini produk susu nasional baru mencapai 25-30% kebutuhan konsumsi nasional sedangkan Indonesia membutuhkan sekitar 2,5 juta ton per tahun, sehingga harus mendatangkan susu dan produk olahannya dari luar negeri, terutama dari Australia dan New Zealand. Kondisi ini sangat jelas menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi, sehingga apabila terjadi gejolak pasokan dari luar negeri maka akan menyebabkan kenaikan harga akibat dari kekurangan stok susu di dalam negeri. Gejolak harga tersebut dapat ditekan jika produksi dalam negeri dapat ditekan jika produksi dalam negeri dapat ditingkatkan melalui peningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah. Kawasan peternakan sapi perah di Lembang dibawah pengelolaan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Bandung Utara. KPSBU berperan utama dalam pemasaran susu, penyediaan pakan, pemberian pinjaman kepada anggota, penyediaan barang kebutuhan rumah tangga dan sarana produksi peternak, pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah, dan sebagai suplier makanan ternak. Peranan KPSBU sangat membantu peternak sapi yang berada di bawah kawasannya
Salah satu permasalahan di KPSBU Lembang adalah masalah penyediaan dan kualitas hijauan (Prabowo, 2009). Para peternak mengalami kesulitan hijauan pada musim kemarau dan berdampak langsung terhadap produksi susu. Salah satu kawasan yang memiliki permasalahan ketersediaan hijauan adalah Kampung Barunagri. Lahan untuk menanam hijauan di Kampung Barunagri terbatas sehingga peternak harus membeli ataupun menyewa lahan untuk menanam hijauan dari luar kawasan ini. Selain itu pengairan hijauan pada masing-masing lahan sangat tergantung dari curah hujan yang ada sehingga pertumbuhan dan pemanenan hijauan menjadi terhambat. Ketersediaan rumput untuk pakan sapi di kawasan peternakan Lembang kurang mencukupi untuk kebutuhan ternak. Biasanya peternak memperoleh hijauan di sekitar pekarangan rumah atau membeli rumput untuk mencukupi kebutuhan ternaknya tercukupi, namun karena lahan yang semakin sempit peternak terpaksa mencari ke daerah yang lain seperti di Subang yang berjarak 60 Km dari Lembang (Prabowo, 2009). Pada saat musim kemarau curah hujan menurun menyebabkan kualitas hijauan menurun karena kurangnya pengairan ditambah lagi dengan intensitas matahari yang tinggi menyebabkan kualitas hijauan cepat menurun. Kualitas hijauan dapat diketahui dengan pengujian kandungan nutrisi yang terkandung didalam hijauan itu sendiri. Respon produksi dan kualitas susu juga dapat digunakan sebagai acuan ketersedian hijauan berkualitas. Perumusan Masalah Kualitas dan ketersediaan hijauan sepanjang tahun merupakan salah satu masalah dalam pengembangan sapi perah sehingga produksi dan kualitas susu yang dihasilkan masih rendah. Perbedaan musim juga langsung berdampak pada kandungan nutrisi pada hijauan. Hal ini terutama pada peternakan dengan populasi sapi perah yang padat seperti Kampung Barunagri, Lembang. Kajian kualitas hijauan dan fluktuasinya belum banyak di lakukan walaupun semua peternak sudah merasakan dampak dari permasalahan tersebut sejak dulu.
2
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketersediaan dan kualitas nutrisi hijauan pada musim hujan dan kemarau terhadap produksi dan kualitas susu di peternakan sapi perah yang berlokasi di
Kampung Barunagri,
Kecamatan Lembang, Bandung Utara, Jawa Barat.
3
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan energi, memiliki jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang tetap, pakan yang relatif mudah, kesuburan tanah dapat dipertahankan, menghasilkan pedet yang bisa dijual (Sudono et al., 2003). Skala usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Pendapatan suatu usaha peternakan akan berubah dengan reorganisasi usaha peternakan tersebut dengan maksud utuk meningkatkan pendapatan peternak. Faktor-faktor produksi yang dapat diatur untuk reorganisasi usaha sapi perah adalah 1) jumlah sapi yang diperah, 2) luas lahan yang ditanami hijauan pakan ternak, 3) kandang, 4) peralatan, 5) tenaga kerja (Sudono, 2002). Iklim dan Cuaca Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa di bawah kondisi yang terkontrol, kenaikan suhu lingkungan menurunkan efisiensi penggunaan makanan (Williamson et al, 1993). Pada musim kering, penurunan kadar air pada tanaman ternak akan menaikkan keperluan ternak akan air. Kandungan zat makanan yang menurun juga menyebabkan kadar mineralnya menjadi sangat tinggi dan suhu lingkungan yang naik menyebabkan naiknya keperluan ternak akan air sehingga dapat menurunkan produktivitas ternak (Williamson et al, 1993). Kenaikan suhu lingkungan menurunkan efisiensi penggunaan makanan. Kadar air yang tinggi pada tanaman dapat mempengaruhi total pakan yang dikonsumsi. Kandungan serat kasar berhubungan terbalik dengan jumlah curah hujan (Williamson et al, 1993). Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah Pengaruh iklim pada produksi ternak menurut Valtorta (2006) dapat dilihat pada empat hal, yaitu a) pengaruh pada ketersediaan dan harga bijian pakan ternak, b) pengaruh pada produktivitas dan kualitas pastura hijauan pakan ternak, c)
perubahan pada penyebaran hama dan penyakit ternak, dan d) pengaruh langsung dari cuaca dan kondisi yang ekstrim pada kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pengaruh iklim pada sapi perah secara langsung terjadi pada konsumsi pakan harian, kemampuan sapi untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuhnya, mensintesis air susu dan reproduksi (Williamson et al, 1993). Pengaruh Iklim terhadap Hijauan Pakan Sapi Perah Williamson et al (1993) menuliskan bahwa hijauan yang tumbuh di daerah yang curah hujannya lebih tinggi umumnya akan mengandung kadar air yang lebih tinggi pula sehingga dapat menurunkan intake bahan kering oleh ternak. Panjang hari dan temperatur juga memiliki pengaruh pada kualitas hijauan. Umumnya, hari yang panjang dan temperatur yang hangat akan memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan laju pembentukan serat oleh tanaman sehingga nilai nutrisinya menjadi berkurang. Kandungan protein kasar pada tanaman yang rendah menyebabkan rendahnya produksi sapi (Williamson et al, 1993). Sapi Holstein-Friesian (FH) Bangsa sapi Holstein-Friesian (FH) adalah bangsa sapi yang paling menonjol di Amerika Serikat. Sapi ini berasal dari Negeri Belanda, yaitu North Holland dan West Friesland, kedua daerah itu memiliki padang rumput yang bagus. Sapi ini berwarna hitam dan putih, produksi susunya banyak namun kadar lemaknya relatif rendah. Kisaran berat lahir pedet dan berat induknya adalah 45 kg dan 675 kg, produksi rata-rata susu adalah 5750 – 6250 kg/tahun (Blakely et al, 1991). Lahan dan Air Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang penting dan harus diselidiki tingkat kesuburan lahan tersebut. Pada dasarnya lahan yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan miskin hara tidak dapat atau sulit ditingkatkan kesuburannya. Disamping itu tipologi iklim (curah hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam jumlah yang banyak, karena peternakan sapi perah selalu membutuhkan air untuk minum, pembersihan kandang dan kamar susu. Untuk setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air minum sebanyak 3,5 – 4 liter. (Sudono, 1999).
5
Kepemilikan Ternak Sapi Perah Usaha ternak sapi perah di Indonesia didominasi oleh skala kecil dengan kepemilikan ternak kurang dari empat ekor (80%), 4-7 ekor (17%) dan lebih dari tujuh ekor (3%). Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu nasional sekitar 64 persen disumbangkan oleh usaha ternak sapi perah skala kecil, 28 persen dan delapan persen diproduksi oleh usaha ternak sapi perah skala menengah dan usaha ternak sapi perah skala besar (Swastika et al., 2005). Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki peranan penting bagi usaha peternakan sapi perah baik yang berasal dari dalam maupun luar keluarga. Karena tanpa adanya tenaga kerja mustahil suatu usaha peternakan dapat berjalan. Tenaga kerja sangat berhubungan dengan kegiatan dalam usaha ternak yang meliputi kegiatan penyediaan pakan, pemberian pakan, melakukan vaksinasi, membersihkan ternak, mengawinkan ternak, menjual hasil dan melakukan pembersihan kandang ternak (Siregar, 2000). Penggunaan ketenagakerjaan di bidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Perhitungan efisiensi tenaga kerja sapi perah diperoleh dengan melihat perbandingan antara jumlah sapi yang dimiliki dalam satuan ternak (ST) serta jumlah curahan tenaga kerja (Sinaga, 2003). Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengarui besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan macam tenaga kerja yang diperlukan (Soekartawi, 2002 ). Manajemen Pemeliharaan Ternak Manejemen Pemberian Pakan Pedet yang baru lahir langsung diberikan kolostrum dari induknya untuk antibody yang melawan serangan penyakit. Setelah itu, pedet segera dipisahkan dari induknya namun tetap mendapatkan kolostrum selama dua atau tiga hari lagi. Pada hari selanjutnya, pedet dapat diberikan susu pengganti dengan takaran 8% berat badan. Pedet sudah dapat diberikan pakan starter pada umur tujuh hari (Blakely et al, 1991). Sapi dara dipelihara dengan baik pada umur 13 sampai 15 bulan sudah mencapai berat yang cukup sehingga pada umur dua tahun sudah dapat berproduksi.
6
Pemberian jerami dan konsentrat hanya bilamana perlu saja. Sapi dara diharapkan terus tumbuh sampai melahirkan dan mungkin membutuhkan tambahan gizi agar kondisinya baik pada saat kelahiran (Blakely et al, 1991). Sebelum melahirkan, sapi harus dikering kandangkan selama dua atau tiga bulan, yaitu tidak diperah susunya. Sapi kering diberikan pakan jerami atau hijauan namun konsentrat hanya diberikan bila diperlukan saja (Williamson et al, 1993). Salah satu yang menetukan berhasilnya peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Sapi perah yang produksi susunya tinggi, bila tidak mendapat pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya (Williamson et al, 1993). Bahan pakan berserat merupakan pakan utama sapi perah seperti rumput dan hijauan. Bahan pakan tersebut mengandung kadar serat kasar yang tinggi, tetapi kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum akan menyebabkan ransum sulit dicerna. Tetapi sebaliknya bila ransum mengandung kadar serat kasar yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Kebutuhan minimum serat kasar dalam ransum sapi perah untuk sapi dara dan sapi jantan dewasa 15 persen dari bahan kering, sedangkan untuk sapi betina dewasa yang sedang laktasi dan kadar serat kasar dalam ransum minimum 17 persen dari bahan kering. Bila kurang, maka kadar lemak susu yang dihasilkan akan lebih rendah dari normal (Williamson et al, 1993). Pemerahan Sapi Sebelum sapi diperah, kandang tempat dimana sapi itu diperah harus dibersihkan atau dicuci dahulu dan dihilangkan dari bau-bauan, baik berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan yang berbau (silase), karena air susu mudah sekali menyerap bau-bauan yang dapat mempengaruhi kualitas susu (Williamson et al, 1993). Selain itu, bagian badan sapi sekitar lipatan paha dan bagian belakang dicuci atau dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut terjatuh dalam susu pada waktu sapi diperah. Bila terdapat air susu yang abnormal yang dihasilkan oleh seekor sapi, maka sapi ini harus diperah yang terakhir dan air susunya dipisahkan dari air susu yang normal, sehingga tidak merusak kualitas air susu lainnya yang normal (Sudono, 1999). Sebaiknya sapi yang hendak diperah diberikan pakan konsentrat dahulu supaya sapi tersebut tenang. Jangan diberi rumput atau hijauan lainnya sebelum atau
7
selama diperah untuk menjamin air susu yang dihasilkan tetap bersih dan memiliki kualitas yang baik (Blakely et al, 1991). Pada umumnya sapi diperah dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, tetapi adapula pemerahan yang dilakukan lebih dari dua kali sahari. Ini dikerjakan pada sapi-sapi yang berproduksi tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter perhari dapat diperah tiga kali sehari, sedangkan sapi-sapi yang berproduksi 25 liter atau lebih dapat diperah empat kali sehari. (Sudono, 1999). Ketersediaan hijauan Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok HMT ialah bangsa rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru dsb. Hijauan diberikan kepada ternak dalam bentuk, yaitu segar atau kering. Hijauan memegang peranan penting bagi ternak, yaitu mengandung hampir semua zat dibutuhkan oleh hewan. (Aksi Agraris Kanisius, 1995). Faktor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan tanaman adalah suhu lingkungan, curah hujan, panjangnya hari dan intensitas radiasi cahaya. Kadar air yang tinggi pada tanaman makanan ternak dapat mempengaruhi total makanan yang dimakan (Payne, 1969). Kandungan nutrisi tanaman makanan ternak lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan dengan pada musim kering. Hal ini disebabkan korelasi positif antara curah hujan dengan protein kasar dan korelasi negatif antara curah hujan dengan serat kasar pada hijauan. (Williamson et al, 1993). Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman yang dipakai, jumlah radiasi sinar, tersedianya kelembaban tanah dan zatzat makanan untuk tanaman dan cara pengelolaan. Tersedianya air tanah tergantung pada jumlah curah hujan, musim dan tipe tanah (Williamson et al, 1993). Kualitas hijauan tergantung terutama pada curah hujan yang efektif dan intensitas radiasi sinar matahari. Kebutuhan Zat-zat Makanan Sapi perah Sapi perah yang sedang berproduksi susu harus diberi makanan dengan kandungan nutrisi yang seimbang karena zat-zat tersebut setelah dicerna akan
8
digunakan untuk metabolisme air susu (Davis, 1962). Kebutuhan zat makanan sapi perah untuk pertumbuhan diperhitungkan atas kebutuhan hidup pokok sedangkan untuk produksi adalah berdasarkan jumlah susu yang dihasilkan dan kandungan kadar lemaknya (Sigit, 1985). Zat-zat makanan yang dibutuhkan ternak ruminansia adalah bahan kering (BK), energi, protein, mineral dan vitamin (Chuzaemi et al, 1988). Bahan Kering Pemberian jumlah zat makanan didasarkan pada bahan keringnya (Sutardi 1981). Konsumsi BK untuk sapi perah adalah antara 2,5-3% dari bobot badannya (GKSI-CCD, 1995). Chuzaemi et al (1988) menjelaskan bahwa besarnya konsumsi BK dipengaruhi oleh bobot badan ternak, jenis ransum, umur atau kondisi ternak, jenis kelamin, kandungan energi bahan pakan dan tingkat stress ternak. Energi Kebutuhan energi untuk sapi perah adalah berdasarkan kebutuhan untuk hidup pokok, produksi susu, kadar lemak susu dan reproduksi (Schmidt et al., 1988). Energi sangat dibutuhkan untuk mendukung fungsi normal tubuh hewan seperti pernafasan, pencernaan, metabolisme, pertumbuhan dan produksi susu (Etgen et al., 1987). Menurut Chuzaemi et al (1988) kekurangan energi pada sapi laktasi akan menyebabkan turunnya produksi susu dan bobot badan. Etgen et al. (1987) menyatakan bahwa apabila sapi mengkonsumsi energi yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan, kesulitan melahirkan, dan infeksi penyakit pada laktasi yang akan datang. Protein Protein dibutuhkan seekor ternak untuk memperbaiki dan pertumbuhan jaringan, sintesis hormon, sintesis susu, produksi antibodi dan proses fisiologis tubuh yang lain. Kadar protein dalam ransum yang direkomendasikan adalah sebesar 1018% dalam BK ransum (Etgen et al., 1987). Kebutuhan protein tergantung dari ukuran tubuh, umur dan produksi susunya. Pada saat puncak produksi, kebutuhan protein akan meningkat hingga tiga kali lipat (Church, 1991). Bath et al. (1985) menjelaskan bahwa kekurangan protein pada sapi laktasi akan meyebabkan turunnya produksi, kehilangan protein dalam tubuh, dan
9
mengurangi nafsu makan namun kelebihan protein dalam ransum tidak akan menyebabkan gangguan dalam tubuh ternak akan dirombak menjadi energi dan sebagiannya lagi akan dikeluarkan melalui urin. Setiap kenaikan kadar lemak susu sebesar 0,5% dibutuhkan penambahan protein kasar sebesar 0,05 pond. Penggunaan Tanaman dan Pakan Ternak Penggunaan
tanaman
pakan
ternak
yang
diproduksi
sendiri
perlu
dimaksimumkan, karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan lahan untuk ditanami tanaman pakan ternak. Efisiensi produksi tergantung pada cara pemberian makanan yang ekonomis, dan pakan hijauan (hay, pasture dan silase) harus berasal dari tanaman sendiri, sedangkan pakan konsentrat dapat dibeli dari luar. Rumput Gajah Lokal Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan suhu dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong atau dipanen. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan kering tiap tahun 20-40 ton/Ha. Produksi HMT tersebut banyak menyerap hara tanah. Jika tidak dipupuk hasilnya akan segera menurun drastis dan gulma akan menyerang. Walaupun Rumput gajah jarang ditanam dengan legum, namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik (Manglayang, 2006). Menurut Moran (2005), pertumbuhan Rumput gajah sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Pada saat musim basah, rumput ini mengalami laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan saat musim kering. Oleh karena itu, umur panen rumput gajah yang tumbuh di musim penghujan harus diatur sebaik mungkin agar tidak mengalami penurunan kualitas atau nilai nutrisnya.
10
Tabel 1. Kualitas Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) pada Berbagai Umur Potong di Musim Basah Umur Potong
Tinggi
Protein Kasar
Serat Kasar
(Minggu)
(cm)
(%)
(%)
4
50
10,8
28,5
6
75
8,8
32,2
8
135
8,0
32,8
10
150
7,8
33,0
12
150
4,6
31,9
Sumber: Moran, 2005
Rumput Gajah Taiwan Rumput gajah Taiwan cukup besar, dapat mencapai 4 -5 meter. Kultivar ini yang disenangi dan dianjurkan oleh BIB Lembang untuk ditanam. Batangnya lunak, daun lebar berbulu lembut, tingkat nutrisi cukup baik. Ciri ciri lain adalah pada batang muda pangkal batang bawahnya berwarna kemerah merahan. Namun beberapa rekan peternak di Lembang kurang menyukai kultivar ini karena lunaknya batang tersebut sehingga cenderung mudah roboh apabila diterpa angin kencang. Produktivitas tinggi, bisa mencapai 300 ton / hektar per tahun dengan kondisi pemupukan dan pemeliharaan optimal. Selain itu, Rumput gajah Taiwan (juga King Grass) membutuhkan air yang cukup banyak. Produksi Rumput gajah per rumpun bisa lebih dari 7 kilogram (basah) per panen (Manglayang, 2006). Bobot Badan Sapi-sapi yang berproduksi tinggi pada periode kering kandang tidak dapat menghabiskan pakan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi awal laktasi dan akan bertumpu pada cadangan lemak tubuh untuk kebutuhan susu. Hal ini menyebabkan penurunan bobot badan sehingga bobot badan harus dikembalikan sebelum kelahiran serta laktasi berikutnya (Blakely et al, 1991). Kekurangan air pada musim kemarau dapat menurunkan bobot badan karena kehilangan air tubuh, selain itu juga menurunkan pakan yang di konsumsi (Payne, 1965). Bobot badan berbanding lurus dengan produksi susu sehingga semakin tinggi
11
bobot badan maka produksi susu juga akan meningkat. Sapi dengan ukuran yang besar akan lebih toleran pada produksi susunya (Schmidt et al, 1974 ). BCS merupakan suatu metode penilaian secara subjektif melalui teknik penglihatan dan perabaan untuk menduga cadangan lemak tubuh terutama untuk sapi perah pada periode laktasi dan kering (Edmonson et al., 1989). Susu Susu merupakan sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula menjadi bagian penting dari bahan makanan manusia, berapapun usianya. Komposisi yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber makanan yang esensial. Susu juga merupakan sumber makanan yang fleksibel karena dapat diatur kadar lemaknya sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen (Blakely et al, 1991). Schmidt et al (1974), menyatakan bahwa susu sangat penting untuk kebutuhan karena tiga kandungan penting, yaitu protein, kalsium, dan riboflavin. Protein mengandung banyak asam amino esensial yang terkandung didalam bijibijian pada pakan. Ambing seekor betina terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran sekitar 20% lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir tesebut bebas satu sama lain (Blakely et al, 1991). Puncak produksi susu pada sapi perah terjadi pada bulan ketiga sampai keenam setelah melahirkan. Pada Gambar 1 secara umum produksi susu memiliki hubungan yang berbanding terbalik terhadap persentase protein dan lemak susu. Ketika jumlah produksi susu meningkat komposisi persentase kedua komponen lainnya menurun. Persentase protein dan lemak susu berada pada titik yang rendah selama puncak laktasi kemudian meningkat secara bertahap hingga akhir laktasi. Kandungan laktosa mengalami penurunan tajam hingga akhir laktasi dan kandungan abu mengalami kenaikan tajam pada laktasi akhir.
12
Gambar 1. Kurva Produksi, lemak dan protein susu pada sapi FH Sumber: ( Schmidt, 1971)
Produksi Susu Produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama 45-60 hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Periode laktasi normal pada sapi-sapi yang dikawinkan dan beranak setiap 12 bulan adalah 305 hari (Tillman et al., 1986). Produksi susu, lemak susu, maupun bahan kering tanpa lemak mengalami penurunan karena suhu lingkungan yang tinggi. Suhu optimal untuk produksi susu sapi yang berasal dari daerah dingin adalah 10oC dan suhu kritis yang menyebabkan terjadi penurunan tajam produksi susu adalah 21-27oC pada sapi FH. Kandungan lemak susu sapi yang berasal dari daerah dingin turun perlahan-lahan sampai suhu lingkungan mencapai 29oC kemudian kandungan lemaknya meningkat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pada suhu diatas 29oC penurunan produksi susu lebih cepat dibandingkan dengan penurunan pada kadar lemaknya (Williamson et al, 1993). Penurunan produksi susu karena stress panas lebih terlihat saat ternak berada pada pertengahan masa laktasi (Yousef, 1984). Menurut Ensminger (1971) masa laktasi dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu 1) awal laktasi (mulai beranak sampai dengan lima bulan setelah beranak), 2) pertengahan laktasi (mulai lima sampai tujuh bulan setelah beranak), dan 3) akhir laktasi ( mulai dari tujuh sampai sepuluh bulan setelah beranak/masa kering).
13
Tingkat produksi susu juga bervariasi tergantung umur sapi. Sapi yang beranak pada umur dua tahun dapat diharapkan produksinya meningkat sebesar 25% untuk mencapai tingkat produksi maksimum. Kebanyakan sapi mencapai produksi maksimum pada laktasi keempat sampai keenam kemudian produksi tiap tahunnya menurun (Blakely et al, 1991). Faktor-Faktor Mempengaruhi Produksi dan Kualitas Susu Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan komposisi susu sapi perah selama laktasi menurut Schmidt et al, (1974) secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor fisiologis dan lingkup lingkungan. Faktor fisiologis adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus (berahi), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan serta makanan dan tata laksana. Pada umumnya variasi dalam produksi susu dan lemak pada beberapa peternakan sapi perah disebabkan oleh perbedaan dalam makanan dan tata laksananya. Makanan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu rendah (Sudono, 1999). Kondisi sapi betina pada waktu beranak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi susu dan lemak susu pada laktasi berikutnya, terutama pada bulanbulan pertama laktasi. Pemberian pakan yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya jelek pada waktu sapi itu sedang dikeringkan dapat menaikkan produksi susu sebesar 10-30% (Sudono, 1999). Pemberian air adalah penting untuk produksi susu, karena 87% dari susu terdiri atas air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu yang dihasilkan sapi, suhu sekelilingnya dan macam makanan yang diberikan. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1:3,6. Air yang dibutuhkan minum setiap hari per liter susu yang dihasilkan dibutuhkan adalah sebanyak empat liter. Sebaiknya sapi diberi minum secara tidak terbatas (Sudono, 2003). Kualitas susu meliputi cita rasa, aroma susu, kandungan bakteri, sifat-sifat fisik dan sifat kimiawinya. Sapi perah dengan ambing yang sehat akan memproduksi susu yang mengandung bakteri. Tempat pemerahan susu (kandang) harus bersih dan berventilasi baik sehingga tidak tercemar dengan bau-bauan, kotoran, dan bakteri
14
(Williamson et al, 1993). Puncak produksi susu berbanding terbalik dengan nilai lemak dan protein susu (Schmidt et al, 1971). .
15
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 - Mei 2009 di peternakan sapi perah Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dalam dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Materi Ternak Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak sapi perah yang dimiliki oleh 27 responden yang terdapat pada Kampung Barunagri, Kecamatan Lembang, Bandung Utara. Ternak tersebut berasal dari segala umur, jenis kelamin, dan kondisi reproduksi yang berbeda-beda. Peralatan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, timbangan, plastik, dan kuisioner. Metode Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi peternak dilakukan atas dasar tingkat kesulitan dalam penyediaan hijauan oleh pihak KPSBU pada kawasan peternakan sapi perah di Kampung Barunagri, Lembang, Bandung Utara. Jumlah TPS pada kampung ini adalah sebanyak 24 TPS dan responden berasal dari delapan TPS yang berbeda. Pemilihan TPS dilakukan oleh pihak KPSBU secara acak dan sudah mewakili jumlah populasi, yaitu 30% dari total populasi. Jumlah peternak terpilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 peternak. Teknik Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dilakukan langsung ke peternak dengan teknik wawancara berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan sebagai bahan acuan, sedangkan data sekunder
diperoleh dari pihak Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU). Informasi yang ditanyakan didalam kuisioner terdiri atas: 1. Identitas peternak 2. Kepemilikan ternak 3. Manejemen pengelolaan hijauan 4. Cara peternak mendapatkan hijauan 5. Manajemen pemberian pakan dan air minum, dan 6. Produksi dan kualitas susu. Secara lengkap kuisioner diperlihatkan pada lampiran. Seluruh kuisioner diisi sebanyak dua kali dengan periode yang berbeda, yaitu musim kemarau dan hujan. Identitas Ternak Data setiap ternak sapi perah dicatat meliputi: 1. Umur ternak, diduga melalui catatan peternak dan pendugaan melalui data reproduksi 2. Periode laktasi yaitu banyaknya kali laktasi sejak beranak pertama 3. Lingkar dada, untuk menduga bobot badan Jumlah Pemberian Pakan Pengukuran jumlah pemberian pakan dilakukan pada tiap ekor ternak. Pakan hijauan ditimbang sesuai pemberian pada setiap ekor ternak. Alat yang digunakan adalah timbangan dengan kapasitas 100 Kg. Teknik Sampling Hijauan Sampel hijauan diambil dari beberapa peternak. Sampel tersebut berasal dari lokasi penanaman hijauan dan yang berasal dari kandang pada saat sapi akan diberikan pakan. Hijauan yang dikoleksi kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan ditimbang. Sampel tersebut selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari, digiling dan dilakukan analisis proksimat. Analisis Ketersediaan Hijauan Analisis ketersedian hijauan juga dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan kontinuitas hijauan sepanjang tahun. Hijauan yang digunakan adalah hijauan yang ditanam para peternak dilahan pastura yang mereka miliki. Data yang diambil
17
adalah berat hijauan per m2 dan beberapa pertanyaan penunjang yang sudah dipersiapkan pada kuisioner. Analisis Kualitas Hijauan Kualitas hijauan ditentukan dengan analisis proksimat yang terdiri atas kadar air, kadar abu, protein kasar dan serat kasar. Pengukuran Bobot Badan Sapi Bobot badan diukur berdasarkan estimasi dari lingkar dada (LD). Lingkar dada sapi laktasi diukur dengan cara melingkarkan sekeliling rongga dada di belakang sendi bahu dengan menggunakan meteran (cm). Lingkar dada digunakan untuk mengestimasi bobot badan. Estimasi bobot badan ini menggunakan rumus Schoorl (Sudono, 2002), yaitu: BB = ( LD-22)2 100 Analisis Susu Data kualitas susu yang meliputi kadar lemak susu, protein susu, laktosa susu, dan titik beku susu diperoleh dari bagian Quality Control , KPSBU Lembang. Data ini dikelompokkan berdasarkan masing-masing TPS yang ada dan pengujian kualitas susu dilakukan 15 hari sekali. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan pada kondisi umum lokasi penelitian, karakteristik peternak, dan karakteristik usaha peternakan sapi perah KPSBU Lembang. 2. Analisis Statistik Analisis statistik menggunakan uji T untuk melihat perbedaan masing-masing variabel antar musim (Sprent, 1991) dilakukan pada kandungan nutrisi hijauan, perubahan bobot badan ternak, pemberian pakan, produksi, dan kualitas susu.
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Geografis Kecamatan Lembang Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 45 kecamatan di Kabupaten Bandung yang berjarak 36,5 km dari Kabupaten Bandung dan merupakan salah satu kawasan yang cocok dalam pengembangan sapi perah. Kecamatan Lembang berbatasan dengan: Kabupaten Subang di sebelah Utara, sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, sebelah Selatan Kota Bandung dan Kecamatan Parompong, Kabupaten Bandung sebelah Barat.
Gambar 2. Peta Provinsi Jawa Barat dan Banten Luas total wilayah Kecamatan Lembang adalah 8.952,48 ha yang terdiri atas 16 desa dan 43 dusun. Berdasarkan topografinya Kecamatan Lembang memiliki ketinggian tempat 1.200 – 1.257 m dpl. Temperaturnya berkisar antara 15,6 – 16,8oC pada musim hujan dan 30,5 – 32,7oC pada musim kemarau. Keadaan lingkungan tersebut sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan berketinggian minimal 800 m dpl dan bersuhu 18,3oC. Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang terbagi kedalam enam kategori, yaitu lahan sawah yang meliputi: a) sawah irigasi dan sawah tadah hujan, b) lahan
kering yang meliputi pekarangan, c) bangunan, halaman, penggembalaan atau padang rumput, tegal dan pemukiman, d) lahan basah yang meliputi tambak dan kolam atau empang, e) lahan perkebunan yang meliputi perkebunan rakyat dan Negara, f) lahan fasilitas umum yang meliputi kas desa, lapangan dan perkantoran pemerintahan, serta lahan hutan yang meliputi hutan lindung dan hutan produksi. Sebagian besar lahan di Kecamatan Lembang digunakan untuk lahan kering sebesar 3.499,95 ha atau sebesar 39,10 %. Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) KPSBU didirikan pada tanggal 8 Agustus 1971 yang diprakarsai oleh 35 orang peternak. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memperkuat posisi tawar peternak sapi perah di Lembang akibat harga susu yang ditetapkan oleh loper-loper susu dan swasta yang seringkali tidak memuaskan. Jumlah anggota KPSBU mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga tahun 2006 mencapai 5.970 orang dengan populasi sapi 15.947 ekor, sedangkan produksi susu pada tahun 2007 mencapai 121.000 kg per hari. KPSBU memiliki visi dan misi dalam menjalankan usaha ini. Visi dari KPSBU adalah menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota, sedangkan misi yang dimiliki adalah mensejahterakan anggota melalui layanan prima dalam industri persusuan dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM dan kemitraan strategis. Kegiatan usaha dan bisnis di KPSBU antara lain pemasaran susu segar, pabrik makanan ternak yang menghasilkan konsentrat untuk seluruh populasi sapi perah di Lembang, penyediaan pelayanan kesehatan ternak, dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah, Waserda (warung serba ada) yang menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dan kandang, dan pemberian bantuan modal pada peternak. Usaha-usaha untuk mengembangkan koperasi ini pun terus berlanjut sampai sekarang dengan terjalinnya beberapa kerjasama baik dalam bentuk pemberian pelatihan untuk sumberdaya manusia baik karyawan maupun anggota-anggota KPSBU serta penyediaan alat-alat dan jasa pendukung usaha peternakan bagi anggotanya.
20
Struktur organisasi KPSBU terdiri atas pengurus dan badan pengawas. Pengurus beserta karyawan bertugas mengelola koperasi sedangkan Badan Pengawas bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. Pelaksanaan operasional KPSBU mendapat binaan dari Departemen Koperasi dan Dinas Peternakan Tingkat Kabupaten atau Propinsi. Rapat anggota tahunan (RAT) yang berisi laporan pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan tugasnya, menetapkan kebijakan umum dan membuat rencana kerja memegang kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi koperasi dilakukan setahun sekali. KPSBU memiliki 21 kelompok peternak yang tersebar di seluruh kawasan Lembang. Masing-masing kelompok memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda-beda.
Salah
satunya
adalah
kampung
Barunagri
yang
memiliki
permasalahan tentang ketersediaan hijauan pada musim kemarau. Kampung Barunagri memiliki 24 TPS (Tempat Penampungan Susu) dan memiliki jumlah peternaksebanyak 152 orang. Jumlah ternak pada tahun 2008 mencapai 438 ekor, yang terdiri dari 299 ekor sapi laktasi, 86 ekor sapi dara, dan 53 ekor pedet. Karakteristik Peternak Hasil pengukuran karakteristik peternak di kampong Barunagri dibedakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berternak. Data tersebut diperoleh dari wawancara yang dilakukan pada saat penelitian. Pengambilan data ini hanya dilakukan dalam satu periode karena responden yang digunakan pada kedua musim sama. Umur Peternak Umur peternak dikelompokkan dalam empat bagian berdasarkan klasifikasi umur peternak. Rataan umur peternak di Kampung Barunagri adalah 50 tahun. Pada Gambar 3 terlihat bahwa sebanyak 18,52% peternak masih tergolong dalam peternak muda dan 44,45% tergolong dalam usia produktif.
21
14.81%
18.52%
25.93% 40.74%
20-35 th
36-45 th
45-64 th
>64 th
Gambar 3. Umur Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Sebagian peternak tergolong pada usia produktif, yaitu 20-45 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja yang ada sangat potensial dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah karena umumnya peternak muda masih memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan peternak tua. Hal ini menunjukkan usaha sapi perah di Kampung Barunagri merupakan usaha yang menarik untuk dijalankan dan juga dapat membantu mengurangi permasalahan yang selalu terjadi pada musim kemarau. Tingkat Pendidikan Peternak Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan peternak umumnya adalah lulusan SD, yaitu 70,37%. Sisanya adalah peternak dengan pendidikan SLTP sebesar 14,81% dan SLTA sebesar 7,41%, hanya 7,41% yang mendapatkan pendidikan Sarjana.
7.41%
7.41%
14.81%
70.37% SD
SMP
SMA
Sarjana
Gambar 4. Tingkat Pendidikan Peternak di Kampung Barunagri, Lembang
22
Rendahnya tingkat pendidikan pada kawasan ini menyebabkan tingkat keterampilan peternak dalam pemeliharaan sapi perah masih sederhana. Peternak yang memiliki pendidikan sampai S1 diharapkan dapat membantu peternak lain yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dalam mentransfer
teknologi dalam
pemeliharaan ternak. Selain itu, keberadaan penyuluh supaya memudahkan dalam sosialisasi pemeliharaan sapi perah yang baik. Salah satu teknik pemeliharaan yang harus diperbaiki adalah teknik pemerahan susu. Peternak harus mengetahui tentang pentingnya kebersihan kandang dan cara pemerahan susu yang baik sehingga kualitas susu yang diperah dapat dijaga. Pengalaman Beternak Dalam menjalankan usahanya, responden umumnya telah memiliki pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun maupun diperoleh dari penyuluh KPSBU. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usaha ternak sapi perah sampai penelitian ini dilakukan. Ketersediaan tenaga kerja berpengalaman dan terdidik akan sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha peternakan sapi perah. Data pengalaman beternak pada kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagian peternak memiliki pengalaman berternak 21-30 tahun, yaitu 59,26% bahkan terdapat 11,11% yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun. Sebanyak 18,52% memiliki pengalaman beternak kurang dari 10 tahun dan 11,11% memiliki pengalaman 11-20 tahun. Pengalaman beternak yang bervariasi pada kawasan ini menandakan bahwa usaha berternak sapi cukup menarik untuk dijalani karena untuk menjalankan usaha ini tidak ada batasan umur. Mayoritas pengalaman beternak yang lama menandakan bahwa peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola peternakan yang dimiliki dengan baik, seperti memperbaiki mengadakan pengairan pada ladang pastura dan memperbaiki manajemen pemeliharaan sapi perah.
23
11.11%
18.52% 11.11%
59.26% 1-10 th
11-20 th
21-30 th
>30 th
Gambar 5. Pengalaman Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Penguasaan Sumber Daya Kepemilikan Lahan Peternak pada kawasan ini umumnya memiliki lahan untuk memproduksi hijauan dalam mencukupi kebutuhan pakan ternaknya. Rata-rata kepemilikan lahan untuk setiap peternak adalah sebesar 1748,25 m2. Jenis kepemilikan lahan umumnya milik sendiri atau menyewa. Peternak biasanya menyewa lahan pada PT. Perhutani. Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan pakan ternaknya peternak juga mengambil hijauan dari lahan perkerbunan, pinggiran sawah dan hutan. Lahan yang dibutuhkan peternak tidak hanya untuk memelihara sapi melainkan juga untuk penanaman hijauan untuk pakan ternak. Sebagian peternak memiliki ataupun menyewa lahan untuk menanam hijauan, namun terdapat peternak yang membeli maupun mengambil tanaman liar untuk penyediaan hijauan bagi ternak terutama pada saat musim kemarau.
Gambar 6. Kandang Sapi Perah
Gambar 7. Lahan Penanaman Hijauan
24
Kepemilikan dan Struktur Populasi Ternak Pada kawasan Kampung Barunagri rata-rata ternak yang dimiliki adalah 1-11 ekor. Jumlah kepemilikan ternak ini berbeda antar setiap musim hujan dan kemarau. Rataan kepemilikan ternak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Pada musim hujan, jumlah rata-rata kepemilikan sapi adalah 3,0 ekor/peternak dan musim kemarau adalah 3,59 ekor/peternak. Rata-rata jumlah sapi laktasi pada kedua musim tidak terlalu mengalami perubahan karena persentase sapi laktasi pada musim hujan adalah 56,79% dan pada musim kemarau adalah 56,70%. Tabel 2. Rataan Kepemilikan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang Jenis Sapi
Musim Hujan
Musim Kemarau
Ekor
ST
Persen (%)
Ekor
ST
Persen (%)
Laktasi
1,70
1,70
56,79
2,04
2,04
56,70
Kering
0,33
0,33
11,11
0,19
0,19
5,15
Dara
0,41
0,205
13,58
0,70
0,35
19,59
0,04
0,01
1,23
0,30
0,075
8,25
0,52
0,13
17,28
0,30
0,075
8,25
Pejantan
0,00
0,00
0,00
0,07
0,07
2,06
Jumlah
3,00
2,375
100,00
3,59
2,8
100,00
Pedet Betina Pedet Jantan
Kepemilikan ternak di Kampung Barunagri memiliki struktur populasi ternak yang berbeda-beda pada setiap musimnya. Jumlah ternak pada musim kemarau lebih banyak dibandingkan dengan musim hujan. Pada Gambar 6 dan 7 dapat dilihat bahwa para peternak memelihara sapi perah dalam berbagai kondisi, yaitu sapi perah yang sedang berproduksi (laktasi) tetapi juga memelihara sapi perah non produksi, yaitu sapi yang sedang kering kandang, dara, pedet jantan, pedet betina dan pejantan. Persentase sapi laktasi pada kedua musim tidak banyak perubahan karena masih dalam kisaran 56%. Jumlah sapi kering lebih banyak pada musim hujan, yaitu 11,11% namun pada sapi dara lebih tinggi, yaitu 19,59%. Peningkatan ini disebabkan sebagian peternak menjual sapi yang dimilikinya pada musim hujan untuk menutupi
25
kerugian yang dialami pada musim kemarau. Persentase sapi laktasi pada kedua musim masih dibawah ideal yang seharusnya 70-80% (Siregar, 1992). Pedet merupakan keuntungan tambahan bagi para peternak karena dapat dijual. Biasanya peternak menjual pedet jantan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan ternak yang dimiliki. Penjualan pedet disebabkan peternak kurang mengetahui cara pemeliharaan pedet yang baik. Pejantan jarang dimiliki oleh peternak disebabkan sudah ditetapkan sistem perkawinan ternak dengan menggunakan metode Inseminasi Buatan (IB). Pada musim kemarau terdapat peternak yang memelihara sapi jantan untuk dijual sebagai sapi potong dengan harga yang relatif baik. Ketersediaan Tenaga Kerja Pada kawasan ini mayoritas tenaga kerja yang memelihara ternak sapi perah berasal dari anggota keluarga sendiri. Setiap tenaga kerja asal keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing, yaitu membersihkan kandang, menyediakan hijauan, memberikan pakan dan minum pada ternak, pemerahan dan penyetoran susu. Peternak sudah mengajarkan tata cara pemeliharaan ternak kepada anakanaknya untuk bekal di masa yang akan datang. Rata-rata jumlah tenaga kerja pada musim hujan dan kemarau adalah 1,35 orang. Rata-rata seorang pekerja pada musim hujan dapat memelihara 2,21 ternak dan pada musim kemarau adalah sebanyak 2,65 ternak. Pada peternakan yang memiliki ternak lebih dari lima ekor umumnya memakai tenaga kerja dari luar anggota keluarganya. Peternak yang memiliki pendidikan sampai tingkat sarjana juga tidak menangani pemeliharaan ternak sendiri karena mereka menganggap peternakan sebagai penghasilan tambahan atau hobi saja. Produktivitas tenaga kerja tersebut masih dibawah standart yang seharusnya dapat mencapai 7 ekor per peternak (Sudono, 1983) Manajemen Pemeliharaan Ternak Pemeliharaan Ternak Pemeliharaan ternak yang dilakukan di Kampung Barunagri meliputi kebersihan kandang, memandikan ternak, pemerahan susu, dan pemberian pakan.
26
Pembersihan kandang umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari sebelum pemerahan dilakukan. Ternak dimandikan bersamaan pada saat kandang dibersihkan. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kontaminasi terhadap susu. Pada saat pemerahan, kebersihan sapi harus sangat diperhatikan terutama kebersihan ambing. Susu yang diperah dimasukkan kedalam milk can lalu di setorkan ke masing-masing TPS (Tempat Penampungan Susu) yang sudah ditentukan. Volume susu yang disetorkan diukur dan dicatat untuk menentukan jumlah pembayaran pada masing-masing peternak. Pembayaran susu yang dihasilkan dilakukan pada awal dan tengah bulan. Besarnya pembayaran sesuai dengan produksi susu yang disetorkan dan kualitas susu masing-masing kelompok setelah pengujian di KPSBU. Pemeliharaan sapi laktasi pada umumnya sama dan tidak dibedakan berdasarkan umur maupun lama laktasi. Semua ternak laktasi mendapatkan pakan yang sama karena peternak kurang memahami tentang kebutuhan masing-masing ternak yang dimiliki namun pada sapi kering kandang tidak mendapatkan pakan konsentrat melainkan hanya mendapatkan pakan hijauan dengan jumlah yang sama karena sapi ini tidak memproduksi susu. Manajemen Pemberian Pakan Pemberian pakan sapi perah sangat tergantung dari ketersediaan pakan. Pengamatan manajemen pakan meliputi cara pemberian pakan hijauan dan konsentrat terhadap ternak sapi perah. Data hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak (70,37%) memberikan pakan hijauan terlebih dahulu. Keadaan ini berlaku pada kedua musim baik pada musim hujan maupun kemarau. Pada kedua musim, konsentrat diberikan secara basah, yaitu dengan mencampurkan konsentrat dengan ampas tahu, ampas singkong dan air. Hal ini dilakukan karena pemberian air minum yang diberikan secara terpisah tidak kontinu.
27
Tabel 3. Manajemen Pemberian Pakan di Kampung Barunagri, Lembang Persentase Peternak (%) Musim Hujan
Musim Kemarau
a. Hijauan
70,37
70,37
b. Konsentrat
29,63
29,63
a. Kering
0
0
b. Basah
100
100
100
100
No
Uraian
1
Pakan Yang Diberikan Terlebih Dahulu
2
3
Cara Pemberian Konsentrat
Sumber air Mata Air
Sumber air bersih yang didapatkan oleh peternak pada kawasan ini berasal dari mata air sehingga perbedaan musim tidak mempengaruhi ketersediaan air bersih. Air bersih yang didapatkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari peternak dan pemeliharaan ternak sapi perah yang mereka miliki. Pada pemeliharaan ternak digunakan untuk memandikan sapi, pembersihan kandang dan pemberian air minum. Manajemen Penyediaan Hijauan dan Ketersediaan Lahan Hijauan memegang peranan penting bagi ternak sapi perah, yaitu sebagai sumber energi utama. Oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup. Namun demikian, tidak seluruh peternak memiliki lahan hijauan. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebanyak 74,07% peternak di musim hujan menanam sendiri hijauan untuk pakan ternaknya, sedangkan pada musim kemarau hanya 70,37%. Tabel 4. Penyediaan Hijauan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang Persentase Peternak (%) Penyediaan Hijauan
Musim Hujan Musim Hujan
Menanam sendiri
74,07
70,37
Membeli dan menggunakan tanaman liar
25,93
29,63
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 5), pada musim kemarau hampir seluruh peternak (96,3%) di Kampung Barunagri mengalami kesulitan dalam penyediaan
28
hijauan. Namun demikian pada musim hujan hampir tidak ada peternak (3,7%) yang mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh curah hujan pada musim kemarau yang sedikit sehingga pertumbuhan tanaman melambat dan frekuensi pemanenan hijauan berkurang sehingga produksi hijauan menurun. Tabel 5. Tingkat Kesulitan Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang Kesulitan Hijauan Sulit Tidak Sulit
Persentase Peternak (%) Musim Hujan
Musim Hujan
0
96,3
100
3,7
Sebetulnya sumber mata air di kawasan tersebut cukup tersedia namun belum ada upaya peternak untuk mengalirkan ke lahan hijauan yang mereka miliki. Pada saat musim kemarau, peternak hanya mengandalkan dari air hujan untuk pengairan hijauan yang ditanamnya. Jarak yang harus ditempuh peternak untuk mencari hijauan pada musim kemarau lebih jauh dibandingkan pada musim hujan karena hijauan yang berada disekitar kandang tidak mencukupi. Namun ada beberapa peternak yang menyewa mobil untuk mengambil hijauan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hijauan lebih sedikit. Pemberian Air Minum Pemberian air minum penting untuk produksi susu. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu yang dihasilkan, temperatur lingkungan dan jenis pakan yang diberikan. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1:4 (Sudono,1999). Pemberian air minum pada ternak di Kampung Barunagri dapat dilihat pada Gambar
8. Peternak umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam pengadaan air sepanjang musim sehingga musim kemarau tidak menghambat peternak untuk memberikan air minum ke ternak mereka bersih karena seluruh peternak mendapatkan air langsung dari mata air dan langsung disambungkan menggunakan pipa langsung ke kandang masing-masing peternak. Di Kampung Barunagri, cara pemberian air minum pada sapi perah dilakukan dengan dua cara, yaitu diberikan bersamaan dengan pakan konsentrat dan diberikan secara terpisah. Rataan jumlah pemberian air minum pada musim hujan adalah 49
29
liter/ekor/hari sedangkan pada musim kemarau rataan pemberian air minum lebih tinggi, yaitu sebesar 63 liter/ekor/hari. Perbedaan jumlah pemberian air minum ini disebabkan oleh persentase kandungan bahan kering hijauan pada kedua musim.
80.00
70.37
70.00
Persen
60.00 50.00
36.84
36.84
40.00
21.05
30.00 20.00
7.41
11.11 5.26
11.11
60 liter
90 liter
120 liter
10.00 0.00
30 liter
Jumlah Pemberian Air Minum Musim Hujan
Musim Kemarau
Gambar 8. Jumlah Pemberian Air Minum di Kampung Barunagri, Lembang Jenis dan Komposisi Nutrisi Hijauan Jenis Hijauan Hijauan yang tersedia pada musim hujan dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sehingga peternak tidak perlu mencari banyak alternatif hijauan dalam pemberian pakan hijauan. Jenis hijauan yang tersedia adalah Pennisetum purpureum, Pennisetum purpureum
varietas Taiwan, rumput lapang, dan rumput sawah.
Pemberian hijauan pada ternak didominasi oleh rumput gajah karena produksi tanaman ini cukup tinggi pada musim hujan.
30
Pennisetum purpureum
Pennisetum purpureum (Taiwan)
Rumput Lapang
Rumput Sawah
Gambar 9. Jenis Rumput pada Musim Hujan di Kampung Barunagri, Lembang Pada Gambar 9 dapat dilihat jenis rumput yang digunakan pad musim hujan. Produksi hijauan pada musim hujan dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak. Pemanenan hijauan pada musim hujan lebih sering dibandingkan dengan musim kemarau. Pemanenan pada musim hujan dilakukan sampai tiga kali sedangkan pada musim kemarau hanya dua kali. Hijauan yang umum digunakan adalah Pennisetum purpureum, yang terdiri dari varietas lokal dan varietas Taiwan. Rumput gajah varietas Taiwan baru digunakan pada satu tahun terakhir. Karakteristik tanaman ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan runput gajah lokal namun ukuran tanaman lebih besar dan tinggi. Rumput lapang yang digunakan berasal dari berbagai macam tempat sehingga terdiri dari beberapa jenis tanaman namun yang paling menonjol adalah rumput Brachiaria decumbens.
31
Pennisetum purpureum
Jerami Padi
Brachiaria decumbens
Legum Pohon (Cerem)
Stylosanthes guianensis
Rumput Lapang 3
Rumput Sawah
Paku Sigung
Paku Tangkal
Gambar 10. Jenis Rumput Pada Musim Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang Pada musim kemarau produktivitas dan ketersediaan hijauan relatif berkurang sehingga selain rumput gajah dan rumput lapang. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa peternak juga memanfaatkan hijauan lain seperti jerami padi, paku-pakuan (paku Tangkal dan paku Sigung), dan legum pohon (cerem) untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput lapang yang digunakan umumnya adalah Brachiaria decumbens. Penyediaan pakan, peternak baru mengutamakan jumlah atau kuantitas pakan, tapi belum memperhatikan kandungan nutrisi pakan yang diberikan.
32
Komposisi Nutrisi Hijauan Kualitas hijauan pada musim hujan dan kemarau berbeda. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kandungan BK pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh pengairan pada saat penanaman hijauan baik sehingga kadar BK hijauan menjadi rendah. Rendahnya kadar BK hijauan diikuti juga dengan rendahnya kadar SK hijauan pada musim hujan namun nilai PK hijauan lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim kemarau. Tabel 6. Kualitas Hijauan Musim Hujan dan Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang Musim Hujan BK No
Sampel
PK
SK
%
1
R. Lapang
14,50
16,54
29,83
2
Pennisetum purpureum
28,80
12,65
32,68
3
R. Sawah
24,10
10,01
27,06
13,34
11,96
28,28
4
Pennisetum purpureum varietas Taiwan
Musim Kemarau 1
Brachiaria decumbens
26,04
14,27
21,99
2
Stylosanthes guianensis
24,42
11,24
20,22
3
R. Lapang 3
25,08
8,89
23,03
4
Paku Tangkal
46,09
7,90
21,13
5
Paku Sigung
35,69
11,10
20,30
6
Pennisetum purpureum
34,69
11,78
20,65
7
R. Sawah
22,13
15,27
21,92
8
Jerami Padi
77,07
6,11
24,61
9
Legum Pohon (Cerem)
22,93
8,97
25,17
Kadar BK hijauan pada musim kemarau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan. Nilai BK tertinggi terdapat pada jerami padi, yaitu sebesar 77,07%. Selain itu terdapat hijauan paku tangkal yang memiliki kadar BK hijauan cukup tinggi yaitu 46,09%. Tingginya kadar BK hijauan berbanding terbalik dengan
33
kadar PK hijauan. Kualitas hijauan pada musim hujan lebih baik dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini dapat dilihat dari nilai PK hijauan pada musim hujan lebih tinggi. Pemberian Pakan Konsumsi BK untuk sapi perah adalah sekitar 2,5-3% dari bobot badannya (GKSI-CCD, 1995). Jumlah pemberian BK, PK, dan SK hijauan dapat dilihat pada Tabel 7 Pemberian BK berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan dengan musim hujan. Rata-rata pemberian BK pada musim hujan adalah sebesar 14,34±8,52 (kg/ekor/hari) sedangkan pada musim kemarau adalah 20,79±8,68 (kg/ekor/hari). Hal ini disebabkan jenis pakan yang diberikan mengandungan BK lebih tinggi dengan volume pemberian yang relatif tetap. Kadar BK hijauan tersebut berpengaruh nyata pada pemberian SK hijauan yang semakin meningkat namun tidak berpengaruh pada pemberian PK. Rata-rata pemberian PK relatif stabil sepanjang tahun, yaitu sebesar 1,84±1,77 (kg/ekor/hari) pada musim hujan dan 1,82±0,08 (kg/ekor/hari) pada musim kemarau. data pemberian BK, PK, dan SK hijauan pada ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pemberian BK, PK dan SK Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang Rataan Pemberian Pemberian
Rataan±SD (Kg/ekor/hari)
Uji T
Musim Hujan
Musim Kemarau
BK
14,34±8,52
20,79±8,68
0,006*
PK
1,84±1,77
1,82±0,08
0,442
SK
2,84±1,95
4,66±2,03
0,002*
Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
Berdasarkan uji T, pemberian BK dan SK nyata (p<0,05) lebih besar pada musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh lebih tinggi kadar BK dan SK hijauan pada musim kemarau. Peternak lebih banyak memberikan pakan hijauan berupa jerami padi dan rumput lapang yang memiliki kadar serat kasar sangat tinggi.
34
Bobot Badan Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata–rata BB sapi pada musim hujan lebih tinggi dibadingkan dengan musim kemarau. Perbedaan BB ini dikarenakan konsumsi pakan yang lebih tinggi pada musim hujan. Hal ini sejalan dengan Prihatman (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka akan terjadi kelebihan panas tubuh sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Meningkatnya BB sapi juga disebabkan oleh umur dan periode laktasi, semakin tinggi periode laktasi maka semakin tinggi pula BB sapi perah. Nilai BB sapi laktasi ke 3-7 berbeda nyata lebih besar pada musim hujan (p<0,05). Rata-rata BB sapi laktasi ke 3-7 pada musim hujan adalah 428,80±42,14 dan 407,07±34,37 pada musim kemarau. Hal ini menandakan bahwa perbedaan musim dapat mempengaruhi kenaikkan BB sapi. Tabel 8. Rataan Bobot Badan di Kampung Barunagri, Lembang Bobot Badan Sapi Laktasi Parameter
Rataan±SD (Kg/ekor/hari)
Uji T
Musim Hujan
Musim Kemarau
Laktasi 1
408,37±28,28
389,27±45,51
0,226
Laktasi 2
410,734±23,41
397,248±37,47
0,169
Laktasi 3-7
428,80±42,14
407,07±34,37
0,011*
Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
Banyak faktor yang menyebabkan BB pada musim kemarau lebih rendah jika dibandingkan dengan musim hujan, yaitu konsumsi air minum, konsumsi pakan, aktivitas ternak dan lain-lain. Rata-rata BB paling besar terjadi pada sapi laktasi 3-7 disebabkan oleh umur ternak yang semakin besar. Selain itu, konsumsi pada ternak tersebut dapat disimpan sebagai cadangan energi karena sapi laktasi 3-7 sudah tidak mengalami pertumbuhan seperti sapi laktasi awal (Blakely et al, 1991). Body Score Condition (BSC) BSC merupakan skor kondisi tubuh yang memiliki nilai antara 1-5 ( 1= sangat kurus, 3= sedang, 5= sangat gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantara selang itu (Edmonson et al, 1989). Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan
35
BSC pada setiap musim tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya nilai yang berbeda nyata pada setiap sapi laktasi. Pada Tabel 9 dapat dilihat BSC sapi laktasi di Kawasan Kampung Barunagri. Tabel 9. Rataan Body Score Condition (BSC) di Kampung Barunagri, Lembang BSC Sapi Laktasi Periode Laktasi
Rataan±SD (Kg/ekor/hari)
Uji T
Musim Hujan
Musim Kemarau
1
2,88±0,25
2,64±0,69
0,278
2
2,75±0,27
2,88±0,36
0,191
3-7
2,89±0,38
2,85±0,40
0,337
Rataan BSC pada musim hujan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim kemarau namun tidak pada sapi laktasi dua. Hal ini disebabkan oleh jumlah sapi laktasi 2 pada musim kemarau lebih banyak sehingga variasi data yang ada lebih banyak jika dibandingkan dengan musim hujan. Sapi laktasi diatas tiga memiliki rataan BSC yang lebih tinggi dibandingkan dengan laktasi awal karena BB pada laktasi awal juga menurun sehingga berpengaruh langsung terhadap BSC. Nilai rata-rata BSC pada kedua musim tidak terlalu menunjukkan banyak perbedaan, yaitu 2,5-3. Produksi Susu Pakan memegang peranan sangat penting karena digunakan untuk hidup pokok, produksi susu dan pertumbuhan bagi sapi dewasa. Pada umumnya, rataan produksi susu sapi perah di kawasan ini pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau yaitu 17,05 liter sedangkan pada musim kemarau adalah sebesar 15,67 liter. Pada sapi laktasi satu dan dua, produksi susu musim kemarau lebih rendah dibandingkan dengan musim hujan berbeda nyata dengan nilai masingmasing 0,042 dan 0,006. Rata-rata produksi susu pada musim hujan sapi laktasi 1 adalah 18,5±5,32 dan sapi laktasi 2 adalah 18,4±3,05. Pada Tabel 10 dapat dilihat perbedaan produksi susu di kedua musim.
36
Tabel 10. Rataan Produksi Susu di Kampung Barunagri, Lembang Rataan Produksi Susu Sapi Laktasi Periode Laktasi
Rataan±SD (Kg/ekor/hari)
Uji T
Musim Hujan
Musim Kemarau
1
18,5±5,32
11,86±3,02
0,042*
2
18,4±3,05
12,5±7,30
0,006*
3-7
16,89±8,29
18,15±7,32
0,253
Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
Produksi susu yang cenderung meningkat pada musim kemarau tidak berbeda nyata pada sapi laktasi 3 keatas. Rata-rata produksi susu sapi laktasi 3-7 pada musim hujan adalah 16,89±8,29. Dengan demikian penurunan produksi susu ini akan sangat berdampak pada sapi-sapi muda khususnya pada laktasi satu dan dua. Hal ini disebabkan oleh sapi dewasa memiliki cadangan tubuh yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak muda yang masih tumbuh. Produksi susu cenderung meningkat pada musim hujan, hal ini sejalan dengan Bamualim, et al (1994) yang menyatakan bahwa produksi ternak ruminansia masih sangat rendah terutama disebabkan oleh kuantitas dan kualitas hijauan yang kurang memadai terutama pada musim kemarau. Kualitas Susu Dalam penelitian ini, parameter kualitas susu yang diukur adalah lemak, protein, laktosa dan solid susu. Pengujian kualitas susu dilakukan secara rutin oleh KPSBU yang dilakukan enam kali per bulan. Waktu pengambilan sampel tidak diketahui oleh peternak supaya data yang didapat benar-benar akurat tanpa ada manipulasi. Data kualitas susu dapat dilihat dari tabel 11.
37
Tabel 11. Kualitas Susu di Kampung Barunagri, Lembang Kualitas Susu Sapi Laktasi Parameter
Rataan±SD (Kg/ekor/hari)
Uji T
Musim Hujan
Musim Kemarau
Lemak
3,36±0,21
3,52±0,29
0,113
Protein
3,05±0,10
2,94±0,15
0,052
Laktosa
5,03±0,09
4,93±0,05
0,000*
Solid
11,45±0,23
11,39±0,38
0,361
Titik beku
530,81±5,31
528,38±4,61
0,17
Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan lemak susu pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan, akan tetapi kandungan protein susu terjadi sebaliknya. Rata-rata kualitas lemak susu adalah 3,5 sedangkan kualitas protein adalah 3. Peningkatan kualitas susu disebabkan oleh jumlah serat kasar dari hijauan yang dikonsumsi pada musim kemarau lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan Schmidt et al. (1998) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi serat kasar yang tinggi akan membentuk asam asetat yang tinggi sehingga kadar lemak susu meningkat. Menurut data diatas, kadar protein dalam susu mengalami peningkatan pada musim hujan. Data lemak susu pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dari musim hujan (p=0,113). Nilai laktosa dan titik beku susu pada musim kemarau mengalami penurunan namun kondisi sebaliknya terjadi pada solid susu.
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pada kawasan Kampung Barunagri, perbedaan musim berpengaruh langsung terhadapat ketersediaan dan kualitas hijauan. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan peternak dalam mendapatkan hijauan dan menurunnya kualitas hijauan pada musim kemarau. Musim juga berpengaruh pada produksi susu namun berdampak langsung pada kualitas susu. Meskipun peternak kesulitan mengadakan hijauan berkualitas pada musim kemarau namun peternak pada kampung Barunagri sudah berupaya menggunakan hijauan yang tersedia seperti rumput lapang, jerami padi dan hijauan lainnya dengan kadar BK dan SK yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan penurunan BB ternak dan produksi susu terutama untuk ternak muda ( laktasi satu dan dua). Saran Peternak perlu di beri pengarahan tentang cara pengelolaan ladang pastura sehingga produksi hijauan pada musim kemarau dapat mencukupi kebutuhan ternak.
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karuniah dengan cinta-Nya penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orangtua tercinta (Alm.Tri Setya Budhy dan Hesty Widowati), dan semua keluarga saya yang telah memberikan doa, motivasi dan menemani penulis selama pembuatan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Idat G. Permana, MSc. Agr dan Dr. Despal, SPt, MSc. Agr sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan membantu mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembahas seminar Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr, dosen penguji sidang Dr. Ir. Rarah RAM., DEA dan Ir. M. Agus Setiana, MS yang telah memberikan masukan terhadap materi tulisan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada pihak KPSBU terutama kepada para penyuluh yang telah memberikan fasilitas dan membantu pada saat penelitian berlangsung. Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada staf Departemen INTP dan staf AJMP Fakultas Peternakan, IPB yang telah membantu segala administrasi. Kepada Gladys, Fieta, Riani, dan semua sahabat-sahabat INTP’42 yang telah membantu penulis selama proses pembuatan skripsi dan juga untuk Afsitin (Afi) yang selalu menemani pada saat pengambilan data di Lembang. Terima kasih juga kepada teman-teman di kosan “Dadangers” Arisa, Dinda, dan Gladys, teman-teman “Gaguna’s” yang selalu membantu dan memberi semangat pada saat penulisan skripsi. Akhirnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua teman-teman maupun pihak yang belum disebutkan diatas satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, September 2009
DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius. 1995. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius, Yogyakarta Manglayang. 2006. Kombinasi Rumput Gajah King Grass dan Areuy bulu (Pueraria phaseoloides) di Desa Cimahi, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut. [http://manglayang.blogsome.com/2005/12/31/hijauan-pakan-ternak rumputgajah- Pennisetum-purpureum/trackback/] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2000. Pemeriksaan curah hujan di Indonesia. Departemen Perhubungan Indonesia. Jakarta. Bamualim, A. 1994. Usaha Peternakan Sapi Perah di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil–Hasil Penelitian Peternakan dan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak/Balai Informasi Pertanian Noelbaki, Kupang 1- Februari 1994. Bath, D. L.,F. N. Dickinson, H. A. Tucker and R. D. Appleman. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems and Profits. 3rd Ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Blakely, J dan D.H.Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press. Edisi No.4. Yogyakarta. Church, D. C. 1991. Livestock Feed and Feeding. Prentice Hall International, Inc. Engelwood Cliffs, New Jersey. Chuzaemi, S dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia). Universitas Brawijaya, Malang. Davis, R. F. 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall Inc., USA. Dwijoseputro. 1982. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. Edomson, A.J., I.J. Lean, L.D. Weaver, T. Farver, and G. Webster. 1989. A body condition scoring chart for holstein dairy cows. J. Dairy Sci. 80: 101-112. Ensminger. 1971. Dairy Cattle Science.1st Ed, The Interstate Printers and Publisher Inc., Danville, Illinois. Etgen, W.M., R. E. James and P. M. Reaves. 1987. Dairy Cattle and Feeding Management. John Wiley and Sons, Canada. GKSI-CCD, Denmark. 1995. Petunjuk Praktis Berternak Sapi Perah. GKSI-CCD Denmark, Jawa Timur. Mansjoer, S., A.G. Ruskhan dan M. Hardaniati. 2002. Glosorium Peternakan. Pusat Bahasa, Jakarta. Moran, J. 2005. Tropical Dairy Farming Feeding Management for Small Holder Dairy Farming in the Humid Tropics. Landlink Press. Payne, W. J. A. 1969. Problems of Nutrition of Ruminants in the Tropics, in: Cuthbertson, Sir D. P. (ed), Nutrition of Animal of Agriculture Importance, Part 2, Int. Encyc. FoodNutrit., Vol. 17, Pergamon: Oxford.
Prabowo, W. H. 2009. Rumput untuk ternak saja harus beli. Artikel: Kompas www.kompas.com [ 21 Juli 2009]. Prihatman, K. 2000. Pakan Ternak. Bappenas, Jakarta. Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. W. H. Freeman, San Fransisco. Schmidt, G. H. dan L. D. van Vleck. 1974. Principle of Dairy Science. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. Schmidt, G. H., L. D. van Vleck. and M. P. Hutjens. 1998. Principle of Dairy Science. 2nd Ed. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. Sigit, N. A. 1985. Makanan sapi perah dan cara pemberiannya. Makalah. Pertemuan Konsultasi Peternakan Sapi Perah di Salabintana, Sukabumi. Sinaga, M. R.2003. Pendugaaan Fungsi Biaya Usaha Ternak Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternakan Bogor. Bogor. Siregar, S,B. 2000. Aspek ekonomi suplementasi pakan konsentrat pada sapi perah laktasi. Media Peternakan. Vol. 23:25:30. Siregar, S. B. 1992. Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah. Wartoza 2 (3-4): 23-27. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudono, A. 1983. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Ternak Direktorat Jendral Peternakan.Departemen Pertanian. Jakarta. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudono, A. 2002. Penuntun Praktikum Budidaya Sapi Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Peternakan Bogor. Bogor. Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Swastika, D.K., M.O.A. Manikmas., B. Sayaka., K. Kariyasa. 2005. The Status and Prospect of Feed Crops in Indonesia. ESCAP, United Nations. Tillman, A. D., H.Hartadi., dan S. Lebdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Valtorta, S.E. 2006. Animal Production in http://www.ascr.agri.missouri.edu [ 21 Juli 2009].
Changing
Climate
Williamson, G dan W. J. A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
42
Yousef, M.K.1984. Heat Production: Mechanism and Regulation. In: M.K.Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I: Basic Principle. CRC Press Inc., Florida.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Kuisioner PERBEDAAN KUALITAS NUTRISI HIJAUAN PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DI KAMPUNG BARUNAGRI, KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG UTARA Nama
: ………………………….
Alamat
: ………………………….
Tanggal Wawancara : …………………………. KUISIONER A. IDENTITAS PETERNAK 1. Tempat, tanggal lahir
: ………………….
2. Umur
: ………….. Tahun
3. Pengalaman beternak
: …………... Tahun
4. Pendidikan
: SD / SLTP / SLTA / S1
5. Jumlah Anggota Keluarga
: ………………….
6. Jumlah/Orang yang bekerja di peternakan
: …………………..
7. Pendidikan Non Formal
: (Pelatihan/Kursus/Magang)
No
Jenis Pendidikan
Tahun
Tempat
B. PEMILIKAN TERNAK Jenis Sapi
Banyaknya (ekor)
Status Pemilikan (milik sendiri/sewa/gaduh/orang lain)
Laktasi Kering Dara
45
Pedet Betina Pedet Jantan C. IDENTITAS SAPI LAKTASI No / Nama Sapi
Bobot Badan (cm LD)
Body Score
Umur Ternak (Th)
Kali laktasi
Bulan Laktasi
Produksi Susu (liter/e/h)
1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. ....................... D. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN 1. Berapa kali anda memberi makan sapi anda? a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. Lainnya.................
2. Waktu pemberian pakan? Hijauan
: ................., .......................... ,...................
Konsentrat
: .................., .......................... , ..................
3. Mana yang anda berikan terlebih dahulu hijauan/ konsentrat? .......................................................................................................... E. MANAGEMENT PEMBERIAN KONSENTRAT 4. Jenis konsentrat yang diberikan ? MAKO / IPTEKDA / Lainnya ........................... 5. Bahan tambahan konsentrat ? Ampas Tahu / Onggok / Dedak / Ampas Bir /....................../..................... 6. Bagaimana cara anda memberikan konsentrat kepada sapi anda? a. Kering
b. Basah
c. Alasannya................................................
7. Jumlah Pemberian Pakan Konsentrat Sapi Laktasi
46
Ulangan 1 No / Nama Sapi
Hijauan (kg/e/h)
Konsentrat MAKO (kg/e/h)
Dedak (kg/e/h)
Ampas Tahu (kg/e/h)
Onggok (kg/e/h)
Hijauan (kg/e/h)
Konsentrat MAKO (kg/e/h)
Dedak (kg/e/h)
Ampas Tahu (kg/e/h)
Onggok (kg/e/h)
Lainnya ............. (kg/e/h)
1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. ....................... Ulangan 2 No / Nama Sapi
Lainnya ............. (kg/e/h)
1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. ....................... F. MANAJEMENT PEMBERIAN HIJAUAN 8. Jenis hijauan apa saja yang anda berikan per hari? Rumput lapang / Rumput gajah / Rumput raja / Jerami / ........................ 9. Bagaimana cara anda memberikan hijauan kepada sapi anda? a. Utuh
b. Dicacah
c. Lainnya..........................
10. Dimana anda biasanya mendapatkan hijauan/ rumput? Kebun sendiri / Hutan / Sawah / Membeli / ...................... / …………... 11. Jika memiliki kebun rumput, berapa luasannya? ................... ha 12. Tanaman/hijauan apa yang biasanya anda tanam? ................................................................................................................. (Komposisi Botani, prediksi produksi hijauannya) 13. Apakah anda membutuhkan biaya untuk mendapatkan hijauan? a. Ya
b.Tidak
14. Jika jawaban anda Ya, berapa biaya tersebut?
47
.......................................................................................................... 15. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hijauan? Pada musim Hujan ................./jam
Jarak tempuh ............ km
Pada musim Panas .............../jam
Jarak tempuh ............ km
16. Untuk berapa lama anda menyimpan hijauan untuk konsumsi sapi anda? .......................................................................................................... 17. Apakah anda mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan hijauan? a. Ya
b. Tidak
18. Jika Ya, berapa lama dan pada bulan apa biasanya kesulitan hijauan? .......................................................................................................... 19. Apa yang anda lakukan untuk mengatasinya? .......................................................................................................... 20. Apakah anda pernah melakukan pengawet hijauan? .......................................................................................................... 21. Berapa banyak hijauan yang anda berikan per hari? Ulangan 1 No / Nama Sapi
Rumput Gajah (kg/e/h)
Rumput Lapang (kg/e/h)
Jerami (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
Rumput Gajah (kg/e/h)
Rumput Lapang (kg/e/h)
Jerami (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
............. (kg/e/h)
1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. ....................... Ulangan 2 No / Nama Sapi
1. ....................... 2. ....................... 3. ....................... 4. ....................... 5. .......................
48
G. MANAJEMENT PEMBERIAN AIR MINUM 22. Apakah anda mendapatkan kesulitan mendapatkan air bersih? a. Ya
b. Tidak
23. Apakah air minum selalu tersedia bagi sapi? Ya / Tidak 24. Berapa banyak air minum yang anda berikan per hari? ................................................................................................................... 25. Dari mana anda mendapatkan sumber air minum? Mata Air/Sumur/ PM/ Sungai/................................................................... 26. Apakah anda mendapatkan kesulitan dalam mendapat air minum untuk ternak? a. Ya
b. Tidak
27. Kapan anda mendapatkan kesulitan tersebut? .......................................................................................................... 28. Jika Ya, bagaimana cara mengatasi ? 29. Kualitas air minum ? .......................................................................................................... H. PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU 30. Apakah produksi susu selama ini sudah mendatangkan keuntungan bagi anda? a. Sudah
b. Belum
c. Lainnya.............................
31. Berapa banyak produksi susu yang dihasilkan per hari/sapi? (lihat Tabel) 32. Menurut anda, apakah kualitas susu yang dihasilkan sudah baik? .......................................................................................................... 33. Menurut anda, apa saja yang maempengaruhi produksi dan kualitas susu? .......................................................................................................... 34. Apakah musim juga mempengaruhi kualitas susu? a. Ya
b. Tidak
35. Pada musim apa yang menyebabkan produksi dan kualitas susu menurun? a. Kemarau
b. Hujan
36. Apakah penurunan tersebut dapat membuat anda menjadi rugi? a. Ya
b.Tidak
37. Berapa harga susu/ liter saat ini?
49
.......................................................................................................... 38. Apakah menurut anda harga tersebut sudah sesuai? a. Sudah
b.Belum
I. DATA KAPASITAS TAMPUNG RUMPUT POTONGAN 39. Berapa luas lahan yang anda miliki? ........................................................ 40. Apakah rumput yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan hijauan pada ternak sepanjang tahun? a. Ya
b. Tidak
41.Jika jawaban diatas tidak, pada bulan apa anda mendapatkan kesulitan tersebut?................................................................................................... 42.Apakah anda menanam semua hijauan disini sendiri? a. Ya
b. Tidak
43.Apakah anda selalu menanam hijauan diatas lahan ini tanpa henti? a. Ya
b. Tidak
44.Data Luasan lahan: Luas lahan
:
Berat hijauan : PERTANYAAN MUSIM HUJAN Konsumsi Ternak 1. Jenis hijauan apa yang diberikan kepada ternak per hari? Rumput lapang / Rumput gajah / Jerami / ......................../......................... 2. Apakah jenis hijauan yang diberikan kepada ternak berbeda dengan pada saat musin kemarau? a.Ya
b. Tidak
c. Alasan................................
3. Apakah peternak tetap mengalami kesulitan untuk mendapatkan hijauan pada musim hujan? a. Ya
b. Tidak
4. Apakah peternak tetap memberikan jerami kepada ternak? a. Ya
b. Tidak
5. Musim hujan sejak bulan apa? ......................................................................................................................
50
6. Apakah musim juga mempengaruhi banyak konsumsi hijauan pada ternak? a. Ya
b. Tidak
7. Apakah produksi dan kualitas susu pada musim hujan meningkat? a.Ya
b.Tidak
8. Berapa besar peningkatan/penurunan yang terjadi? ...................................................................................................................... 9. Apakah peternak mengurangi pakan konsentrat pada sapi? a.Ya
b, Tidak
c.Alasan................................
10. Apakah peternak mengalami keuntungan/ kerugian? 11. Berapa besar keuntungan atau kerugian yang yang ditimbulkan? ..................................................................................................................... 12. Apakah pada saat musim hujan, peternak menyimpan hijauan untuk disimpan sebagai persediaan pada saat musim kemarau? a. Ya
b. Tidak
13. Berapa lama biasanya peternak menyimpan hijauan sebagai persediaan? ..................................................................................................................... 14. Apakah harga susu dari KPSBU pada saat musim hujan naik? ..................................................................................................................... 15. Apakah peternak mengurangi konsumsi konsentrat pada ternak? .................................................................................................................... 16. Apakah peternak mengalami kesulitan air untuk hijauan atau konsumsi air pada ternak? a. Ya
b.Tidak
c. Alasan...................................................................................................... 17. Bagaimana
anda
mengatasi
kesulitan
air
tersebut?
..................................................................................................................... KEPEMILIKAN DAN LUASAN LAHAN YANG DIMILIKI 1. Berapa Luasan Lahan yang anda miliki? .................................................................................................................... 2. Apakah Lahan ini milik anda sendiri? a. Ya
b. Tidak
3. Tanaman apa saja yang anda tanam di lahan ini?
51
.................................................................................................................... 4. Berapa kali anda memotong/panen hijauan? a. Musim kemarau? ............................................................................ b. Musim hujan? ................................................................................. 5. Berapa produksi untuk sekali pemanenan? a. Musim kemarau? ............................................................................ b. Musim Hujan? ................................................................................ 6. Berapa jarak antar tanaman yang anda tanam? ..................................................................................................................... No
Jenis Hijauan
Berat hijauan
% Hijauan
Lampiran 2. Karakteristik Umur Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Kategori
Jumlah
Persentase
20-35 tahun
5
18,52
36-45 tahun
7
25,93
45-64 tahun
11
40,74
>64 tahun
4
14,81
Lampiran 3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Kategori
Jumlah
Persentase
SD
19
70,37
SMP
4
14,81
SMA
2
7,41
S1
2
7,41
52
Lampiran 4. Karakteristik Pengalaman Beternak di Kampung Barunagri, Lembang Kategori
Jumlah
Persentase
1-10 tahun
5
18,52
11-20 tahun
3
11,11
21-30 tahun
16
59,26
>30 tahun
3
11,11
Lampiran 5. Populasi Ternak di Kampung Barunagri, Lembang Hujan
Kemarau
Jumlah (ekor)
Persentase (%)
Jumlah (ekor)
Persentase
Laktasi
46
56,79
55
56,70
Kering
9
11,11
5
5,15
Dara
11
13,58
19
19,59
Pedet Betina
1
1,23
8
8,25
Pedet Jantan
14
17,28
8
8,25
Jumlah
81
100
97
100
53
Lampiran 6. Analisis Proksimat Hijauan Pada Musim Hujan No
Sampel
Kadar Air
Abu Berat. Segar
Protein
Berat. Kering
Berat. Segar
Serat Kasar
Berat. Kering
Berat. Segar
Berat. Kering
%
54
1 R. Lapang
14,2
12,605
14,69
14,185
16,535
25,41
29,83
2 R. Gajah Lokal
17,8
12,245
14,9
10,395
12,645
26,865
32,68
3 R Sawah
13,92
11,755
13,655
8,62
10,01
23,29
27,06
4 R. Gajah Taiwan
17,515
10,135
12,29
9,86
11,955
23,325
28,275
Lampiran 7. Analisis Proksimat Hijauan Pada Musim Kemarau Abu Kadar Air No
55
Berat. Segar
Protein
Berat. Kering Berat. Segar
Sampel
Serat Kasar
Berat. Kering
Berat. Segar
Berat. Kering
%
1 R. Lapang 1
12
12,13
13,78
12,56
14,27
19,35
21,99
2 R. Lapang 2
12,21
12,44
14,17
9,87
11,24
17,75
20,22
3 R. Lapang 3
13,29
8,79
10,14
7,71
8,89
19,97
23,03
4 Pakuan 1
11,8
14,75
16,72
6,97
7,9
18,64
21,13
5 Pakuan 2
11,96
12,27
13,94
9,77
11,1
17,87
20,3
6 R. Gajah
9,3
18,33
21,21
10,68
11,78
18,73
20,65
7 R. Sawah
14,32
13,69
15,98
13,08
15,27
18,78
21,92
8 Jerami
9,98
16,28
18,08
5,5
6,11
22,15
24,61
9 Cerem
13,2
6,97
8,03
7,79
8,97
21,85
25,17
Lampiran 8. Analisis Uji T Pemberian BK (Bahan Kering) Hujan
Kemarau
Rataan
14,593
21,966
Ragam
50,771
67,462
Jumlah Data
23
23
Derajat Bebas
43
Uji T
0,001 Lampiran 9. Analisis Uji T Pemberian PK (Protein Kasar) Hujan
Kemarau
Rataan
1,923
2,259
Ragam
1,020
0,768
Jumlah Data
23
23
Derajat Bebas
43
Uji T
0,118 Lampiran 10. Analisis Uji T Pemberian SK (Serat Kasar) Hujan
Kemarau
Rataan
4,566
5,045
Ragam
5,415
3,620
Jumlah Data
23
23
Derajat Bebas
42
Uji T
0,224 Lampiran 11. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 1 Kemarau
Hujan
Rataan
389,270
408,367
Ragam
2070,998
799,838
Jumlah Data
7
3
Derajat Bebas
6
Uji T
0,226
56
Lampiran 12. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 2 Kemarau
Hujan
Rataan
397,103
416,395
Ragam
1481,925
517,217
Jumlah Data
19
4
Derajat Bebas
7
Uji T
0,111 Lampiran 13. Analisis Uji T BB Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 Kemarau
Hujan
Rataan
407,072
428,800
Ragam
1181,352
1775,647
34
35
Jumlah Data Derajat Bebas
65,000
Uji T
0,011
Lampiran 14. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 1 Hujan
Kemarau
Rataan
2,875
2,643
Ragam
0,063
0,476
Jumlah Data
4
7
Derajat Bebas
8
Uji T
0,223
Lampiran 15. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 2 Hujan
Kemarau
Rataan
2,750
2,875
Ragam
0,075
0,128
Jumlah Data
6
20
Derajat Bebas
11
Uji T
0,191
57
Lampiran 16. Analisis Uji T BCS Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 Hujan
Kemarau
Rataan
2,889
2,853
Ragam
0,144
0,160
Jumlah Data
36
34
Derajat Bebas
67
Uji T
0,351
Lampiran 17. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 1 Kemarau
Hujan
Rataan
11,86
18,50
Ragam
9,14
28,33
Jumlah Data
7
4
Derajat Bebas
4
Uji T
0,042 Lampiran 18. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 2 Kemarau
Hujan
Rataan
12,50
18,40
Ragam
53,32
9,30
Jumlah Data
20
5
Derajat Bebas
17
Uji T
0,01 Lampiran 19. Analisis Uji T Produksi Susu Pada Sapi Kali Laktasi 3-7 Kemarau
Hujan
Rataan
18,15
16,89
Ragam
53,57
68,68
Jumlah Data
33
35
Derajat Bebas
66
Uji T
0,25
58
Lampiran 20. Analisis Uji T Kualitas Lemak Susu Kemarau
Hujan
Rataan
3,523
3,363
Ragam
0,082
0,046
Jumlah Data
8
8
Derajat Bebas
13
Uji T
0,113 Lampiran 21. Analisis Uji T Kualitas Protein Susu Kemarau
Hujan
Rataan
2,937
3,050
Ragam
0,023
0,010
Jumlah Data
8
8
Derajat Bebas
12
Uji T
0,052 Lampiran 22. Analisis Uji T Kualitas Laktosa Susu Kemarau
Hujan
Rataan
4,928
5,034
Ragam
0,003
0,008
Jumlah Data
8
8
Derajat Bebas
11
Uji T
0,007 Lampiran 23. Analisis Uji T Kualitas Solid Susu Kemarau
Hujan
Rataan
11,391
11,449
Ragam
0,147
0,054
Jumlah Data
8
8
Derajat Bebas
12
Uji T
0,361
59
Lampiran 24. Analisis Uji T Kualitas Titik Beku Susu Kemarau
Hujan
Rataan
528,375
530,813
Ragam
21,290
28,174
Jumlah Data
8
8
Derajat Bebas
14
Uji T
0,172
60