ANALISIS PENGENDALIAN MUTU SIFAT MEKANIS BAJA LEMBARAN DINGIN DENGAN TEKNIK STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PABRIK PENGEROLAN BAJA LEMBARAN DINGIN PT KRAKATAU STEEL - CILEGON
Oleh JUANDI H24061426
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU SIFAT MEKANIS BAJA LEMBARAN DINGIN DENGAN TEKNIK STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA PABRIK PENGEROLAN BAJA LEMBARAN DINGIN PT KRAKATAU STEEL - CILEGON
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh JUANDI H24061426
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Pengendalian Mutu Sifat Mekanis Baja Lembaran Dingin dengan Teknik Statistical Process Control pada Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin PT Krakatau Steel – Cilegon : Juandi : H24061426
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA NIP 19550626 198003 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
ABSTRAK Juandi. H24061426. Analisis Pengendalian Mutu Sifat Mekanis Baja Lembaran Dingin dengan Teknik Statistical Process Control pada Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin PT Krakatau Steel - Cilegon. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis. Era persaingan bisnis yang semakin mengglobal pada dasawarsa terakhir ini sudah mulai terasa bagi para pelaku bisnis di dunia ini. Hal ini ditandai dengan dibukanya beberapa area pasar bebas dan adanya krisis global yang membuat beberapa pelaku usaha meningkatkan daya saingnya di perdagangan global. PT Krakatau Steel (PT KS) merupakan perusahaan pengolahan baja nasional yang terbesar di Indonesia dan menghasilkan produk bermutu terbaik. Oleh karena itu, PT KS harus mempertahankan keunggulan kompetitifnya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan mutu produknya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui keterkendalian mutu sifat mekanis Baja Lembaran Dingin pada Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD) PT KS; (2) Menentukan kapabilitas proses pada proses produksi BLD pada PPBLD PT KS; (3) Menganalisis pengaruh faktor terhadap keragaman mutu sifat mekanis Baja Lembaran Dingin (BLD). Produk yang menjadi fokus penelitian ini adalah sifat mekanis baja yang terdiri dari uji kekerasan dan uji tarik (yield strength, tensile strength dan elongation) BLD dengan 3 spesifikasi, yaitu JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use, JIS G3141 SPCC-SD for Enamel dan JIS G3141 SPCC-SD for General Use. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari pengamatan langsung dan diskusi dengan pembimbing lapangan serta data sekunder berupa data pengujian sifat mekanis BLD dari Laboratorium Metalurgi BLD dan studi pustaka. Analisis kuantitatif menggunakan grafik kendali peubah X-bar, kapabilitas proses, regresi linear sederhana dan berganda yang diproses dengan software Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007. Hasil analisis keterkendalian mutu sifat mekanis BLD menggunakan grafik kendali X-bar, menunjukkan secara umum, mutu produk masih terkendali meskipun ada beberapa produk yang memiliki nilai di luar batas kendali, tetapi karena jumlahnya masih dalam toleransi perusahaan, maka dapat dianggap sebagai penyebab umum (common cause). Analisis kapabilitas proses menunjukkan bahwa secara umum proses baik dan mampu menghasilkan sifat mekanis BLD sesuai spesifikasi, hal ini dilihat dari nilai Cp > 1,33 dan Cpk > 1,00. Analisis regresi menunjukan bahwa BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use, rasio reduksi berpengaruh secara nyata terhadap rataan kekerasan dengan koefisien determinasi 8,7%, BLD spesifikasi JIS G3141 SPCCSD for Enamel, rasio reduksi berpengaruh secara nyata terhadap rataan kekerasan dengan koefisien determinasi 36,9%, BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use, komposisi kimia secara serentak berpengaruh secara nyata terhadap rataan kekerasan dengan koefisien determinasi 8,5 %.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 September 1987 sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Idris dan Ibu Juariah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Dukuh I, Bogor pada tahun 1999, lalu melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Cibungbulang, Bogor dan pendidikan di SMU Negeri 1 Leuwiliang, Bogor serta program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hingga akhirnya lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) atau USMI dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dengan program minor Ilmu Konsumen pada tahun 2007. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti adalah Staf Karikaturnis Koran Kampus IPB pada tahun 2006, Ketua Departemen Seni Kepengurusan Asrama Sylvasari 2007 dan Himpunan Profesi Center Of Management (COM@) pada tahun 2007-2008 sebagai staf Direktorat Finance dan pada tahun 2008-2009 di COM@ sebagai Direktur Produksi Operasi dan Bisnis. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) dan Masa Perkenalan Fakultas
(MPF)
pada
tahun
2008,
Penanggungjawab
Bimbel
COM@
“KUMULASI” tahun 2007-2008, panitia Pemilihan Raya Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM tahun 2007 dan sebagainya. Di luar kampus, penulis pernah menjadi relawan penghitungan cepat (Quick Count) Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2009 yang diadakan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Prestasi non-akademis yang diterima penulis selama masa perkuliahan adalah Juara 1 Lomba Karikatur Ekonomi Syariah SEND (Sharia Economic Expo and Education) yang diadakan oleh Sharia Economic Student Club (SES-C) IPB tahun 2008 dan menjadi Staf Terbaik Direktorat Finance COM@ 2007-2008.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Pengendalian Mutu Sifat Mekanis Baja Lembaran Dingin dengan Teknik Statistical Process Control pada Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin, PT Krakatau Steel - Cilegon sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril dan materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang mengarahkan, membimbing dan memberi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Nurhadi Wijaya, S.TP, MM atas kesediaannya meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Bapak Dwi Murdiyanto selaku manager PPBLD PT Krakatau Steel (Persero) Cilegon, Bapak Zulsafrin Indra selaku Senior Engineer PPBLD dan pembimbing penelitian bagi penulis, Bapak Agus Kusminarto, Ibu Anie Handayani, Mas Widodo, Bapak Sunarto di Pusdiklat PT KS, Bapak Dadang Sudariswan dan pihak-pihak lain di PT KS Cilegon yang telah memberikan kesempatan bagi penulis melakukan penelitian dan memberikan informasi bagi penyelesaian skripsi. 4. Ibunda, ayahanda, keempat kakak, dan kedua adikku yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang, doa yang tulus dan dukungannya, baik moriil maupun materiil yang tak terhingga. 5. Orang tua keduaku, Bapak Ir. Rusdiono beserta keluarga yang banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama masa sekolah, masa kuliah dan penyusunan skripsi ini baik secara moril maupun materil. 6. Reni Kusniawati (Akbid Prima Husada Bogor’07) yang telah banyak mengingatkan serta memberi perhatian dan semangat bagi penulis.
iii
7. Lusy Helfiani, Iju Saparudin, Karno Saputra (ITP’43), Lina Najwatur Rusydi (IKK’43), Viester Dolles (MAN’43) dan Fajar Santiabudi (GFM’43) yang telah memberikan banyak semangat dan berbagi suka duka baik selama masa kuliah maupun dalam proses penulisan tugas akhir ini. 8. Fajar Mody, Fajar Inonk, Qubil dan Gugun yang tergabung dalam The Chapter NCD Band yang memberikan hiburan di kala penat penulis dalam proses penulisan tugas akhir serta teman-teman band yang pernah penulis ikuti selama masa kuliah : Padat Karya (Toniman, Fifin, Bryan, Teguh) dan Chernobyl (Zaenal, Reddy, Lema). 9. Teman-teman satu bimbingan (Okto, Anas, Emma, Vita, Aurora, Mojo, Bryan, Delon, Yulia, Ikbal dan Viester), teman-teman satu angkatan di Manajemen Angkatan 43, pengurus COM@ tahun 2007-2008 dan 2008-2009 Terima kasih atas semua dukungan dan inspirasinya. 10. Teman-teman alumni SMAN 1 Leuwiliang satu perjuangan di IPB’43 : Ihsan N.R. (BIK’43), Fajar S. (GFM’43), Lina N.R. (IKK’43), Nurhudaya, Rizki M.S. dan M. Akhyar NH (TEP’43), Zaenal dan M. Yusuf (AGH’43), Desi D.W. (MAT’43), Kanta S. dan Deden M. (ILKOM’43) dan M. Ahya R. (BDP’43). Terima kasih atas semangat kebersamaan dan inspiransinya. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Tidak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih banyak kekurangannya, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan, agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan
Bogor, Juni 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Mutu .................................................................................. 2.2. Manajemen Mutu Terpadu ............................................................. 2.3. Statistical Process Control ............................................................. 2.4. Grafik Kendali ................................................................................ 2.5. Kapabilitas Proses .......................................................................... 2.6. Analisis Regresi ............................................................................. 2.6.1 Analisis Regresi Linear Sederhana ....................................... 2.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...............................................
6 7 9 11 14 16 16 16 17
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 3.3. Pengumpulan Data ......................................................................... 3.4. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 3.4.1 Grafik Kendali X-bar ............................................................ 3.4.2 Kapabilitas Proses ................................................................. 3.4.3 Analisis Regresi ....................................................................
18 20 20 20 20 21 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ......................................... 4.1.1 Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Perusahaan .............................. 4.1.2 Komitmen Perusahaan .......................................................... 4.1.3 Fasilitas Perusahaan .............................................................. 4.1.4 Struktur Organisasi ............................................................... 4.2. Hasil Produksi PT Krakatau Steel .................................................. 4.3. Unit Penunjang PT Krakatau Steel ................................................. 4.4. Kebijakan Mutu PT Krakatau Steel ................................................ 4.5. PPBLD ...........................................................................................
26 27 28 29 30 31 33 34 34
v
4.6. 4.7. 4.8.
4.9.
4.5.1 Sejarah PPBLD ..................................................................... 4.5.2 Proses Produksi di PPBLD ................................................... 4.5.3 Pengawasan Mutu ................................................................. 4.5.4 Produk PPBLD ...................................................................... 4.5.5 BLD ....................................................................................... 4.5.6 Mechanical Properties Checking .......................................... 4.5.7 Rancangan Mutu Akhir BLD ................................................ Keterkendalian Proses Produksi ..................................................... Analisis Kapabilitas Proses ............................................................ Analisis Regresi ............................................................................. 4.8.1 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use .. 4.8.2 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use ...................................................................................... 4.8.3 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 –SPCC-SD for Enamel .......... 4.8.4 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel 4.8.5 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use .... 4.8.6 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use ...................................................................................... Rekapitulasi Analisis Data .............................................................
34 35 43 44 45 47 50 52 58 61 62
63 64 65 65
65 67
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .............................................................................................. 71 2. Saran ......................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73 LAMPIRAN.................................................................................................... 75
vi
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Produksi dan Konsumsi Baja ASEAN 1998-2006 ...................... Empat era mutu menurut Garvin................................................... Pabrik yang terdapat di PT Krakatau Steel .................................. Classification and symbol ............................................................ Distiction of thermal refining .................................................. Distiction of surface finish ............................................................ Analisis deskriptif uji sifat mekanis BLD .............................. Analisis grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD 3 spesifikasi Standar JIS untuk elongation ................................................. Kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use ................................................................................ 11. Kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel ......................................................................................... 12. Kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use .................................................................................
vii
Halaman 2 7 30 47 48 48 53 55 56 60 60 60
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman Contoh grafik kendali secara umum .............................................. 13 Kerangka pemikiran peneliti ........................................................ 19 Logo PT Krakatau Steel ............................................................... 28 Tata letak PT Krakatau Steel ....................................................... 29 Tata letak pabrik PT Krakatau Steel ............................................. 30 Denah PPBLD ............................................................................. 35 Aliran proses produksi BLD di Pabrik PBLD PT Krakatau Steel .. 38 Baja Lembaran Dingin ................................................................. 46 Mesin Hardness .......................................................................... 49 Grafik kendali X-bar untuk pengujian kekerasan BLD JIS G3141SPCD-SD for Drawing Use ......................................................... 56 11. Output Minitab 14 untuk produk di luar batas kendali .................. 54 12. Analisis kapabilitas proses nilai kekerasan BLD JIS G3141SPCD-SD for Drawing Use ......................................................... 59
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Halaman Peta lokasi PT Krakatau Steel ..................................................... 76 Struktur organisasi PT Krakatau Steel......................................... 77 Aliran proses produksi long product PT Krakatau Steel ............. 78 Aliran proses produksi flat product PT Krakatau Steel ................ 79 Relasi kerja PT Krakatau Steel .................................................. 80 Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use ........................................................................ 81 Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD JIS G3141 SPCC-SD for Enamel ................................................................................ 82 Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD JIS G3141 SPCD-SD For General Use ....................................................................... 83 Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use ... 84 Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use .... 85 Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for Enamel ............ 86 Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhada rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for Enamel ............. 87 Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use .... 88 Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhada rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use .... 89
ix
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Era persaingan bisnis yang semakin mengglobal pada dasawarsa terakhir ini sudah mulai terasa bagi para pelaku bisnis di dunia ini. Hal ini ditandai dengan dibukanya beberapa area pasar bebas oleh beberapa kawasan seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), North America Free Trade Area (NAFTA) dan yang terakhir adalah kawasan perdagangan bebas antara China dan negara-negara ASEAN (AC-FTA) yang mulai digulirkan awal tahun 2010 ini. Kondisi persaingan bisnis ini semakin didramatisir oleh adanya krisis global yang membuat beberapa pelaku bisnis menutup usahanya akibat dampak kerugian dari krisis tersebut. Kondisi di atas membuat para pelaku usaha merancang kembali (reengineering) rencana strategi bisnisnya agar tetap bertahan dan dapat meningkatkan pangsa pasarnya. Secara umum, para produsen memfokuskan diri untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya. Upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dilakukan dengan memperbaiki layanan terhadap konsumen maupun dengan mempertahankan atau malah meningkatkan mutu produk demi meningkatkan kepercayaan pelanggan akan produk tersebut. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga tujuan perusahaan agar tetap bertahan di pasar akan terlaksana. Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang manajemen pemasaran dan operasional. Dilihat dari sudut pandang manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan. Sedangkan dilihat dari sudut manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi
2
kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk dari pesaing (Nasution, 2005). Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) memprediksi permintaan baja nasional di tahun 2010 ini akan meningkat 10%-12% dibandingkan dengan tahun 2009 atau tumbuh menjadi 8 juta ton permintaan baja. Peningkatan permintaan ini didorong oleh keyakinan industri nasional akan pemulihan perekonomian nasional dan dunia, sehingga permintaan atau konsumsi baja ikut terdongkrak naik. Kenaikan permintaan ini diyakini ikut memicu tingkat pemanfaatan kapasitas produksi atau utilisasi industri baja nasional. Hingga saat ini, utilisasi baja nasional naik sekitar 15% menjadi rataan 60%-65% dibandingkan tahun 2009 (Nurmayanti, 2010). Berdasarkan data PT Krakatau Steel (PT KS) pada Tabel 1, mengenai produksi dan konsumsi baja nasional dari tahun 1998-2006, jumlah produksi baja nasional dan konsumsi industri baja nasional tertinggal jauh dari Malaysia dan Thailand. Tercatat pada Tabel 1, Malaysia dan Thailand mulai tahun 2002 mampu mengungguli Indonesia. Berdasarkan tabel tersebut, terhitung rataan kenaikan konsumsi baja Indonesia dalam rentang 4 tahun sekali adalah 27 % dan terlihat produksi baja nasional belum mampu memenuhi konsumsi baja nasional. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Baja ASEAN 1998-2006 (PT Steel dalam Setiawan, 2009) Produksi Konsumsi (dalam ribu ton) (dalam ribu ton) Negara 1998 2002 2006 1998 2002 2.699 2.462 3.759 3.314 4.859 Indonesia 1.903 4.722 5.834 4.087 7.061 Malaysia 884 550 558 2.977 3.735 Filipina 499 545 607 3.245 2.925 Singapura 1.814 2.538 5.210 3.827 9.988 Thailand 306 409 1.400 2.046 4.489 Vietnam 8.150 11.226 17.368 19.496 33.057 Total
Krakatau
2006 6.245 6.779 3.141 2.575 13.416 5.821 37.977
Berdasarkan data tersebut, prediksi permintaan baja sebesar 8 juta ton pada tahun 2010, data prediksi IISIA, hasil peningkatan permintaan 10%20% dari permintaan baja tahun 2009, menjadi peluang PT KS untuk memaksimalkan produksi dan penjualannya sejalan dengan permintaan
3
konsumen baja nasional yang masih belum bisa dilayani maksimal oleh produksi baja nasional yang ada. Terkait hal tersebut, sejumlah pengamat menilai secara umum, kondisi industri baja nasional saat ini relatif tertinggal dan kalah efisien. Utilitisasi kapasitas produksi industri baja relatif sangat rendah (rataan sekitar 56%). Banyak hal yang menyebabkan kondisi ini terjadi, antara lain (1) industri penyedia bahan baku belum berkembang; (2) kurangnya ketersediaan dan meningkatnya harga energi industri baja hulu; (3) ketergantungan permanen industri baja nasional pada bahan baku impor; (4) rendahnya jumlah investasi pembangunan industri; (5) rendahnya pertumbuhan konsumsi baja nasional; (6) rendahnya daya saing dari berbagai sisi; (7) regulasi yang kurang efektif sehingga perlu ada penataan kembali terutama dari sisi pengawasan dan sebagainya (Setiawan, 2009). Direktur Pemasaran PT KS, Irvan K. Hakim, menjelaskan bahwa tingkat utilisasi pabrik KS pada 2010 diperkirakan mampu mencapai 85%, meningkat dibanding utilisasi di saat krisis global 2008 sebesar 50%, dan semester II 2009 sebesar 70%. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan Gross Domestic Bruto (GDP) Indonesia sebesar 5% -7 % pada 2010-2014, maka permintaan baja nasional diperkirakan meningkat nyata. Menurut data yang dapat dipertanggungjawabkan, tingkat konsumsi baja per kapita Indonesia mencapai 31 kg, tergolong rendah dibanding negara-negara Asia. Tingkat pertumbuhan dan konsumsi baja per kapita yang masih rendah, maka di masa datang berpotensi meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (Antara dalam Seputarforex, 2010). Selain itu, dampak pelaksanaan kerjasama perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan China (AC-FTA) terhadap industri baja nasional berdampak nyata dan terlihat dari utilisasi pabrik. Hal ini disebabkan, produsen nasional harus bersaing ketat dengan baja asal China yang masuk ke pasar Indonesia juga dengan dukungan dari pemerintah China itu sendiri (Nurmayanti, 2010). Melihat peluang serta ancaman persaingan yang semakin ketat tersebut, PT KS harus meningkatkan jumlah produksi dan daya saingnya. Selain untuk memenuhi utilisasi baja nasional yang masih
4
defisit, juga untuk menguatkan daya saing dari maraknya baja impor dari luar negeri yang dapat mengancam keberadaan produsen baja dalam negeri, termasuk PT KS itu sendiri. PT KS merupakan perusahaan pengolahan baja nasional yang terbesar di Indonesia. Produk baja yang dihasilkan oleh PT KS merupakan produk bermutu terbaik. Salah satu produk baja yang dihasilkan oleh PT KS adalah lembaran baja dingin (cold rolled coil/sheet) yang menjadi fokus dari penelitian ini. Produk yang diproduksi oleh Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD) atau Pabrik Cold Rolling Mill (CRM), salah satu pabrik produksi hilir yang dimiliki oleh PT KS ini telah terstandarisasi dari sifat mekanisnya (mechanical properties) melalui serangkaian pengujian yang relevan, sehingga penelitian menggunakan teknik Statistical Process Control (SPC) terhadap produk ini akan diketahui sejauhmana keterkendalian dari proses produksinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar perusahaan pada periode tertentu, sehingga menjamin mutu produk yang diproduksi PT KS tersebut. Selain itu, PT KS telah menerapkan standar mutu internasional ISO 9002 sejak tahun 1993 dan secara spesifik dari isi ringkasan yang tertuang dalam Jaminan Proses (Process Assurance) di paragraf 4.20 yang menjelaskan
tentang
pentingnya
penerapan
teknik
statistik
untuk
mengidentifikasi serta memeriksa kapabilitas proses (process capability) dan karakteristik produk. Oleh karena itu, tindakan mempertahankan dan mengendalikan mutu produk menggunakan teknik statistik secara tidak langsung merupakan bagian dari mempertahankan standar mutu ISO 9002 yang telah 17 tahun diterapkan. SPC merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kuantitatif, penentuan dan interpretasi serta pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan, yang dapat menjelaskan proses dalam peningkatan mutu produk untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan (Gaspersz, 1998). Tujuan utama SPC adalah pengurangan variasi sistematik dalam karakteristik mutu
kunci produk, yaitu menstabilkan proses dan mengurangi variasi,
5
sehingga menghasilkan biaya mutu lebih rendah dan mempertinggi posisi dalam kompetisi yang semakin ketat (Montgomery, 1996). 1.2. Perumusan Masalah Perusahaan
dalam
proses
produksinya
memerlukan
suatu
pengendalian karena tidak dapat dipungkiri bahwa suatu proses mengalami variasi dari yang telah distandarisasi oleh perusahaan. Tugas utama perusahaan dalam melihat kondisi ini adalah mencegah variasi yang terjadi melalui suatu pengontrolan sistematik, sehingga nantinya meminimalisasi kemungkinan terjadinya variasi. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah : 1. Apakah mutu sifat mekanis Baja Lembaran Dingin (BLD) pada PPBLD PT KS sudah terkendali secara statistik ? 2. Apakah kapabilitas proses pada proses produksi BLD sudah sesuai harapan ? 3. Apakah faktor yang mempengaruhi keragaman mutu sifat mekanis produk BLD dan seberapa besar pengaruh tersebut ? 1.2. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keterkendalian mutu sifat mekanis BLD pada PPBLD PT KS. 2. Menentukan kapabilitas proses pada proses produksi BLD pada PPBLD PT KS. 3. Menganalisis pengaruh faktor terhadap keragaman mutu sifat mekanis BLD dan mengukur besar pengaruh tersebut.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Mutu Menurut Gaspersz (2005), mutu memiliki dua perspektif definisi, yakni definisi konvensional yang menyatakan bahwa mutu mengacu kepada karakteristik
langsung
dari
suatu
produk
dan
definisi
strategik
mendeskripsikan bahwa mutu berpatok pada segala hal yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. International Standard of Organization (ISO) 8402 (Quality Vocabulary) dalam Gaspersz (2005), mendefinisikan mutu sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuannya
untuk
memuaskan
kebutuhan
yang
dispesifikasikan atau ditetapkan. Mutu seringkali didefinisikan sebagai kepuasan pelanggan atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan. Menurut Deming dalam Ariani (2004), mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang. Setelah dipahami definisi mutu, maka harus diketahui apa yang termasuk dalam dimensi mutu. Dimensi mutu menurut Garvin dalam Nasution (2005), mengidentifikasikan delapan dimensi mutu yang dapat digunakan untuk menganalisis mutu barang, yaitu
(1) Performa, (2)
Keistimewaan, (3) Keandalan, (4) Konformansi, (5) Daya tahan, (6) Kemampuan pelayanan, (7) Estetika dan (8) Mutu yang dipersepsikan. Pada masa sekarang, pengertian jaminan mutu lebih luas daripada sekedar inspeksi. Pengertian kontemporer jaminan mutu modern adalah membangun sistem mutu modern. Pada dasarnya, sistem mutu modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik (Nasution, 2005), yaitu
(1) berorientasi
kepada konsumen, (2) adanya partisipasi aktif dalam proses peningkatan mutu secara kontinu, (3) adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggungjawab yang spesifik untuk mutu, (4) adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya mendeteksi kerusakan dan (5) adanya suatu filosofi yang menanggap bahwa mutu merupakan suatu jalan hidup.
7
2.2. Manajemen Mutu Terpadu Hasil studi tentang keberhasilan perusahan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil mengembangkan konsep mutu dalam perusahaan, melahirkan konsep yang disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management atau TQM atau MMT). MMT didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kinerja secara terus menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia (SDM) dan modal yang tersedia (Gaspersz, 2005). Menurut Garvin dalam Nasution (2005), mutu sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir-akhir ini. Dalam hal ini, membagi pendekatan modern terhadap mutu atas empat era mutu, yaitu inspeksi, pengendalian mutu secara statistik (statistical quality control atau SQC), manajemen mutu secara statistik, jaminan mutu dan manajemen mutu strategik. Keempat era mutu tersebut secara ringkas tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Empat era mutu menurut Garvin (Nasution, 2005) Tahap Gerakan Mutu Karakteristik
Inspeksi (1980an)
Pengendalian Mutu Statistik (1930-an)
Jaminan Mutu (1950-an)
Perhatian utama
Deteksi
Pengendalian
Koordinasi
Pandangan utama terhadap mutu
Suatu masalah untuk dipecahkan
Suatu masalah untuk dipecahkan
Suatu masalah untuk dipecahkan, tetapi secara proaktif
Penekanan
Jaringan produksi keseluruhan, dari desain Keseragaman sampai pasar, produk dan kontribusi Keseragaman dengan dari semua Produk pengurangan kelompok inspeksi fungsional untuk memecahkan kegagalan mutu
Manajemen Mutu Strategik (1980-an) Pengaruh strategik Peluang kompetitif
Kebutuhan pasar dan konsumen
8
Lanjutan Tabel 2. Tahap Gerakan Mutu Karakteristik
Metode
Peranan Profesional mutu
Yang bertanggungjawab atas mutu
Orientasi dan pendekatan
Inspeksi (1980an)
Pengendalian Mutu Statistik (1930-an)
Jaminan Mutu (1950an)
Manajemen Mutu Strategik (1980-an)
Perencanaan strategik, Penaksiran Alat dan teknik Program penentuan dan statistik dan sistem tujuan dan pengukuran pengarahan organisasi Penetapan tujuan, Mencari dan Pengukuran pendidikan Inspeksi, memecahkan mutu, dan pelatihan, penyortiran, masalah dan perencanaan kerjasama penghitungan, penerapan mutu dan antar dan metode perancangan departemen, penggolongan statistik program. dan perancangan program Setiap orang dalam Departemen organisasi, Departemen pemanufakturan Semua dengan inspeksi dan departemen kepemimpinan perekayasaan yang kuat dari manajemen puncak Mutu Mutu yang Mutu Builts Mutu Inspects in Controls in in Manages in
Pakar mutu W. Edwards Deming dalam Heizer and Render (2006) menggunakan 14 poin untuk menandai penerapan TQM. Hal ini dikembangkan menjadi enam konsep program TQM efektif, yaitu
(1)
continuous improvement, (2) pemberdayaan karyawan, (3) benchmarking, (4) just-in-time (JIT), (5) konsep Taguchi, serta (6) pengetahuan alat TQM yang terdiri dari lembar pengecekan (check sheet), diagram pencar (scatter diagram), diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (fishbone chart), diagram Pareto, flow charts, histogram dan grafik kendali (control chart). Seiring dengan volume dan kompleksitas pemanufakturan, mutu menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an dan reliability engineering
9
pada
tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorong timbulnya
penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian mutu, yang akhirnya mengarah pada
konsep
control charts dan Statistical Process
Control (SPC). Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari TQM (Nasution, 2005). 2.3. SPC Penjelasan
tentang TQM sebelumnya menyebutkan bahwa SPC
merupakan salah satu dari enam konsep TQM dan SPC merupakan salah satu dari konsep yang fundamental pada TQM. Pengendalian proses secara statistik (SPC) merupakan suatu terminologi yang digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistik dalam memantau dan meningkatkan kinerja proses menghasilkan produk bermutu. Pada tahun 1950-an sampai 1960-an digunakan terminologi pengendalian mutu secara statistik (Statistical Quality Control atau SQC) yang memiliki pengertian sama dengan pengendalian proses secara statistik (SPC) (Gaspersz, 1998). Menurut Gaspersz (1998), SPC adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kuantitatif, serta penentuan dan interpretasi dari pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan, yang dapat menjelaskan proses dalam peningkatan mutu produk untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Menurut Heizer dan Render (2006), pengendalian proses secara statistik adalah sebuah teknik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standar. Menurut Montgomery (1996), tujuan utama pengendalian proses secara statistik adalah pengurangan variasi sistematik dalam karakteristik mutu kunci produk. Variasi dari suatu proses terdiri dari dua macam penyebab (Ariani, 2004), yaitu penyebab umum (random cause atau chance cause atau common cause) yang sudah melekat pada proses, dan penyebab khusus (assignable cause atau special cause) yang merupakan kesalahan berlebihan. Idealnya, hanya penyebab umum yang ditunjukkan atau yang tampak dalam proses, karena hal tersebut menunjukkan bahwa proses dalam kondisi stabil dan dapat diprediksi. SPC menstabilkan proses dan mengurangi variasi, sehingga menghasilkan biaya mutu lebih rendah dan
10
mempertinggi posisi dalam kompetisi yang semakin ketat. Heizer and Render (2006) mendefinisikan biaya mutu ke dalam empat kategori utama biaya, yaitu (1) biaya pencegahan, (2) biaya penaksiran, (3) kegagalan internal dan (4) biaya eksternal. Langkah-langkah pengendalian proses secara statistik meliputi : (a) merencanakan penggunaan alat-alat statistik, (b) memulai menggunakan alatalat statistik, (c) mempertahankan atau menstabilkan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus yang dianggap merugikan, (d) merencanakan perbaikan proses terus-menerus melalui pengurangan variasi penyebab umum dan (e) mengevaluasi dan meninjau ulang terhadap penggunaan alat-alat statistikal tersebut (Gaspersz, 1998). SPC memliki berbagai manfaat bagi organisasi yang menerapkannya. Menurut Antony et, al dalam Ariani (2004), ada beberapa manfaat dari SPC, yaitu: 1. Tersedianya informasi bagi karyawan, apabila akan memperbaiki proses. 2. Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan khusus terjadinya kesalahan 3. Tersedianya bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk berbagai pihak. 4. Menghilangkan penyimpangan, karena sebab khusus untuk mencapai konsistensi dan kinerja yang lebih baik. 5. Pengertian yang lebih baik mengenai proses. 6. Pengurangan waktu yang berarti dalam penyelesaian masalah mutu. 7. Pengurangan biaya pembuangan produk cacat atau ditolak (reject), pengerjaan ulang (rework) terhadap produk cacat, inspeksi ulang, dan sebagainya. 8. Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan produk dalam memenuhi spesifikasi pelanggan. 9. Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik daripada hanya sebatas asumsi saja. 10. Perbaikan proses, sehingga mutu produk menjadi lebih baik, biaya lebih rendah, dan produktivitas meningkat.
11
Menurut Xie and Goh dalam Ariani (2004), ada tiga aspek penting dalam SPC untuk mengadakan perbaikan proses, yaitu (1) aspek manajemen seperti dukungan, pelatihan, kerja tim, dan sebagainya, (2) aspek SDM seperti penolakan terhadap perbaikan, konflik antar operator dan komputer dan (3) aspek operasional seperti alat-alat SPC, prioritas proses, prosedur tindakan korektif dan sebagainya. SPC dapat diterapkan pada setiap proses. Perangkat yang digunakan dalam SPC adalah (a) histogram, (b) lembar periksa (check sheet), (c) diagram Pareto, (d) diagram sebab-akibat atau biasa disebut diagram tulang ikan Ishikawa, (e) stratifikasi, (f) diagram pencar (scatter diagram) dan (g) grafik kendali (control chart) (Gaspersz, 1998).
Perangkat SPC yang
digunakan untuk penelitian ini adalah grafik kendali. Untuk mengetahui sejauhmana proses produksi tetap menghasilkan produk yang dalam batasan spesifikasi dan sebaliknya dilakukan analisis kapabilitas proses (Gaspersz, 2005). 2.4. Grafik Kendali Grafik kendali adalah grafik dengan batas kendali atas dan bawah di mana nilai pengukuran statistika beberapa contoh atau subgrup dipetakan (Gaspersz, 2005). Grafik kendali digunakan untuk mengetahui apakah suatu proses berada dalam keadaan terkendali secara statistik dan menentukan
kapabilitas
proses,
yang
selanjutnya
digunakan
mengendalikan proses secara terus menerus (Gaspersz, 1998). Montgomery (1996) menyatakan bahwa grafik kendali, grafik yang pertama kali ditemukan oleh Dr. Walter A. Shewhart dan dinamakan juga dengan grafik kendali Shewhart, dapat digunakan oleh manajemen sebagai alat guna mencapai tujuan tertentu berkenaan dengan mutu proses. Garis tengah dan batas-batas pengendali dapat merupakan nilainilai standar yang dipilih oleh manajemen, untuk membuat proses dalam keadaan terkendali pada tingkat mutu. Grafik kendali berfungsi sebagai alat penaksir parameter tertentu seperti rataan, simpangan baku, bagian yang sesuai dan sebagainya. Sebagian taksiran, mempunyai dampak cukup besar pada banyak masalah, keputusan manajemen yang terjadi
12
dalam putaran produk, termasuk keputusan membuat atau membeli, peningkatan pabrik dan proses yang mengurangi variabilitas proses dan perjanjian kontrak dengan langganan atau penjual mengenai mutu produk. Berdasarkan sifat atribut dan peubah dari parameter mutu yang diukur, ada dua macam bagian pengendalian proses, yaitu grafik pengendalian atribut dan grafik pengendalian peubah. Grafik kendali atribut digunakan untuk mengendalikan sifat-sifat atribut seperti cacatnormal, baik-buruk, tolak-terima, dan lain-lain. Grafik kendali peubah digunakan untuk mengendalikan sifat-sifat yang dapat diukur dengan piranti fisik, misalnya berat satuan, kadar air, kadar gula, berat jenis, dan sebagainya (Soekarto, 1990). Data peubah menunjukan karakteristik mutu berdimensi kontinu yang dapat mengambil nilai-nilai kontinu dalam kemungkinan tidak terbatas, seperti panjang, kecepatan, bobot, volume, dan lain-lain. Data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan YA atau TIDAK, seperti sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, dan lainlain. Grafik kendali x-bar (rataan) dan R (range) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai dimensi kontinu, sehingga grafik kendali x-bar dan R (range) sering grafik kendali untuk data peubah. Grafik kendali x-bar menjelaskan apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat atau rataan suatu proses. Grafik kendali R menjelaskan apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi (berkaitan dengan perubahan homogenitas produk). Pembuatan grafik kendali individual X dan MR (Moving Range) diterapkan pada proses yang menghasilkan output relatif homogen. Menurut Tapiero (1996), Grafik kendali x-bar digunakan untuk mengetahui tingkat mutu proses rataan, sedangkan grafik kendali R digunakan untuk mengetahui kisaran atau keragaman mutu. Grafik kendali p didasarkan pada unit produk yang cacat, dimana pengendalian mutu didasarkan pada unit produk secara keseluruhan.
13
Produk dinyatakan cacat apabila mengandung paling sedikit satu titik spesifik yang tidak memenuhi syarat. Grafik kendali c digunakan dalam hubungan dengan jumlah cacat yang muncul dalam contoh dengan unit tetap. Contoh grafik kendali dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut Gaspersz (1998), setiap grafik kendali memiliki : 1. Sumbu y yang melambangkan karakteristik mutu output 2. Sumbu x melambangkan nomor contoh 3. Garis tengah atau central line 4. Sepasang batas kendali, dimana satu batas kendali ditempatkan di atas garis tengah dikenal sebagai upper control limit (UCL) dan batas kendali lainnya ditempatkan di bawah garis tengah dikenal sebagai lower control limit (LCL). K A R A K T E R I S T I K
Batas Pengendali Atas (UCL)
Garis Tengah (CL)
Batas Pengendali Bawah (LCL)
Nomor sampel atau waktu
Gambar 1. Contoh grafik kendali secara umum (Montgomery,1996) Menurut Ishikawa (1989), tujuan pembuatan grafik kendali adalah untuk menentukan perubahan apa yang terjadi dalam proses produksi dengan dasar pergerakan titik-titik. Oleh karena itu, dalam menggunakan grafik kendali secara efektif, maka terlebih dahulu harus menentukan kriteria untuk mengevaluasi apa yang menjadi perhatian sebagai suatu ketidaknormalan. Berdasarkan grafik kendali, suatu proses produksi dikatakan dalam kondisi terkendali jika memenuhi syarat berikut : (1) semua titik terletak di dalam batas kendali dan (2) pengelompokkan titik-titik tidak membentuk suatu bentuk yang khas.
14
2.5. Kapabilitas Proses Kapabilitas proses adalah kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang diinginkan. Kapabilitas proses ditentukan oleh variasi, yang secara umum dicirikan oleh suatu performansi proses yang terbaik. Oleh karena itu, kapabilitas proses berhubungan dengan variasi proses. Jika proses memiliki kapabilitas yang baik, maka proses tersebut menghasilkan produk yang dalam batasan spesifikasi dan sebaliknya (Gaspersz, 2005). Analisis kapabilitas proses merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan program peningkatan mutu. Manfaat dari analisis kapabilitas proses terhadap peningkatan mutu yang menurut Montgomery (1996) sebagai berikut: 1. Memperkirakan seberapa baik proses akan memenuhi toleransi. 2. Membantu pengembang atau perancang produk dalam memilih atau mengubah proses. 3. Membantu dalam pembentukan selang untuk pengendalian selang antara pengambilan contoh. 4. Menetapkan persyaratan penampilan bagi alat baru. 5. Memilih di antara penjual yang bersaing. 6. Merencanakan urutan proses produksi, apabila ada pengaruh interaktif proses pada toleransi. 7. Mengurangi variabilitas dalam proses produksi. Analisis kapabilitas proses merupakan kegiatan yang mendukung keberhasilan dalam penerapan SPC. Hal ini disebabkan kriteria keberhasilan penerapan SPC termasuk pengurangan dalam tingkat pengerjaan ulang produk cacat, tingkat pembuangan produk cacat, pengurangan waktu siklus, peningkatan kepuasan pelanggan, peningkatan kemampuan proses, perbaikan pemahaman proses pada karyawan yang berada pada berbagai tingkat yang berbeda dalam organisasi, pengurangan kebutuhan akan kegiatan pengecekan dan sebagainya (Rungasary et al dalam Ariani, 2004). Ada dua pengukuran kuantitatif yang biasa digunakan untuk mengetahui kapabilitas suatu proses (Heizer dan Render, 2006), yakni (1)
15
rasio kapabilitas proses (process capability ratio - Cp) dan (2) indeks kapabilitas proses (process capability index - Cpk). 1. Rasio Kemampuan Proses (Cp) Proses dikatakan mampu jika nilainya berada di antara batas spesifikasi atas (Upper Specification Limit atau USL) dan batas spesifikasi bawah (Lower Specification Limit atau LSL). Standar keputusan kapabilitas proses dari nilai Cp adalah sebagai berikut (Tham dalam Ariani, 2004) : a. Cpk < 1 berarti proses tidak memuaskan. b. 1 < Cpk < 1,6 berarti proses relatif sama atau berada di tengah kemampuan. c. Cpk > 1,6 berarti proses menunjukkan kemampuan yang tinggi 2. Indeks Kapabilitas Proses (Cpk) Cpk
menghitung perbandingan antara dimensi yang diharapkan
dengan yang aktual dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan. Ariani (2004) menjabarkan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai gambaran dalam analisis kemampuan proses dan nilai indeks C pk, yaitu : a. Nilai Cp tidak dapat berubah seperti perubahan pusat proses. b. Nilai Cp = Cpk apabila proses berada pada kondisi terpusat. c. Nilai Cpk selalu sama atau lebih kecil daripada nilai Cp d. Standar Cpk secara de facto sama dengan 1, yang menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi. e. Nilai Cpk < 1, menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. f. Nilai Cp < 1 menunjukkan proses tidak baik dan tidak layak. g. Nilai Cpk = 0, menunjukkan rataan, nilai Cpk = 1 berarti sama dengan batas spesifikasi. h. Nilai Cpk negatif, menunjukkan rataan berada di luar spesifikasi. i. Nilai Cp yang dikehendaki adalah ≥ 1 j. Nilai Cp =1, menunjukkan bahwa rentangan proses sama dengan spesifikasi.
16
2.6. Analisis Regresi 2.6.1 Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana merupakan hubungan secara linear antara satu peubah independen (X) dengan peubah dependen (Y). Analisis ini berguna untuk mengetahui arah hubungan (positif atau negatif) antara peubah independen dengan peubah dependen dan untuk memprediksi nilai dari peubah dependen jika nilai peubah independen mengalami peningkatan atau penurunan. Data yang digunakan, biasanya berskala interval atau rasio (Priyatno, 2008). 2.6.2 Analisis Regresi Berganda Hubungan sebuah peubah dependen dengan lebih dari satu peubah independen disebut analisis regresi linear berganda. Tujuan analisis regresi berganda adalah untuk memprediksi nilai peubah dependen menggunakan nilai-nilai peubah independen yang diketahui (Sulaiman, 2004). Asumsi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik adalah : (1) Nilai residual (jarak antara nilai sebenarnya dengan garis model taksiran) harus berdistribusi normal dan (2) Tidak terjadi multikolinear (adanya korelasi kuat antara peubah independen).
Pengolahan
menggunakan
Minitab
14,
pengujian
normalitas dari nilai residual menggunakan metode KolmogorovSmirnov (KS) yang menggunakan taraf nyata (α) 5%. Nilai residual dinyatakan berdistribusi normal, jika KS yang terhitung kurang dari nilai KS pada tabel atau bisa dilihat dari P-value lebih dari 15%. Jika asumsi normalitas residual pada suatu model regresi sudah dipenuhi maka model regresi yang telah dibuat dapat digunakan. Pengukuran multikolinear menggunakan Minitab 14 menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF > 10, maka model regresi taksiran tidak baik yang berakibat multikolinear dalam model (Iriawan dan Astuti, 2006).
17
2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan Beberapa penelitian tentang pengendalian mutu dengan menggunakan teknik SPC yang pernah dilakukan adalah : 1. Fauza, SA (2005). Pengendalian Proses Produksi Chicken Stick dengan Menggunakan Statistical Process Control (SPC). Studi Kasus di PT. Charoen Pokphand Indonesia. Hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa sebagian perangkat SPC yang digunakan adalah (1) diagram Pareto menggambarkan bahwa jenis penolakan paling besar untuk produk Chicken Stick Champ adalah produk rusak (72,5%) dan kategori kerusakan produk Chicken Stick Champ yang paling sering terjadi adalah produk pendek/kecil (34,5%) dan (2) diagram sebab akibat yang menyatakan bahwa penyebab utama produk pendek/kecil dan bengkok adalah kurangnya pengaturan suhu adonan sebelum dan selama berada di mesin forming (metode). Kapabilitas prosesnya cukup rendah (nilai Cp < 1,00 dan Cpk <1,00) sehingga beberapa tindakan pengendalian proses harus dilakukan untuk meningkatkan nilai Cp dan Cpk >1 atau bahkan Cp dan Cpk >1,33. 2. Fatimah, NY (2006), Penggunaan Grafik Kendali Mutu pada Vulcanizing Process di PT. Bridgestone Tire Indonesia, Bekasi. Penelitian ini menggunakan analisis grafik kendali dan kapabilitas proses, dengan hasil bahwa vulcanizing process sudah terkendali secara statistik dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan, yaitu nilai Cp ≥ 1,33 dan nilai Cpk ≥ 1,00, tetapi masih ada nilai kapabilitas yang rendah untuk internal press steam (Kg/cm) mesin 15-10 dengan Cp sebesar 0,94 dan Cpk 0,78.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pelaksanaan proses produksi suatu output berupa produk tidak dapat dipungkiri suatu reject dan rework produk pasti terjadi. Reject dan rework ini terjadi karena produk tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan dapat disebabkan oleh pengendalian proses yang belum optimal, sehingga mengakibatkan turunnya produktivitas dan naiknya biaya produksi. Oleh karena itu, diperlukan perangkat pengendalian proses untuk mengendalikan reject dan rework produk, agar dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi, maka SPC merupakan salah satu solusi dari permasalahan ini. Penggunaan pengendalian proses secara statistik (SPC) merupakan satu tipe dari umpan balik, yang bermaksud meningkatkan mutu secara efektif dan bersifat preventif, sebab pengendalian proses dilakukan sedini mungkin dan mencegah terjadinya cacat yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan
maupun
ketidakpuasan
dari
konsumen.
Dengan
menggunakan prinsip ini, dilakukan pengujian keterkendalian komponen mutu produk, yaitu sifat mekanis (mechanical properties) BLD yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian kapabilitas proses untuk masingmasing komponen sifat mekanis BLD. Tahap selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi komponen mutu akhir produk, yaitu nilai rataan kekerasan BLD yang dianggap sebagai sifat mekanis yang paling dilihat terkait mutu akhir BLD. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sifat mekanis BLD tersebut akan dilihat faktor yang paling kuat pengaruhnya dibandingkan faktor lainnya dengan
analisis
regresi
untuk
menilai
sejauhmana
faktor
tersebut
mempengaruhi sifat mekanis baja dan tahap berikutnya penanganan sistem produksi oleh pihak berwenang di PT Krakatau Steel. Berdasarkan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan mutu produk tersebut, mengefektifkan penggunaan bahan baku dan mengefisienkan biaya produksi.
19
Tercapainya tiga kondisi tersebut maka akan berdampak positif bagi perusahaan, yaitu terbukanya peningkatan peluang perluasan pasar, peningkatan keuntungan dan daya saing perusahaan, serta peningkatan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Dengan kondisi tersebut maka perusahaan dapat berkembang, karena mampu menghadapi persaingan. Kerangka pemikiran peneliti dapat dilihat pada Gambar 2. PT Krakatau Steel (PT. KS) Standarisasi Mutu Produk oleh Perusahaan Analisis Keterkendalian Mutu Produk Analisis Kapabilitas Proses Uji Pengaruh Peubah dengan Analisis Regresi Penanganan Sistem Produksi PT KS
Peningkatan Mutu Produk
Efektivitas Penggunaan Bahan Baku
Efisiensi Biaya Produksi
Peningkatan Peluang Perluasan Pasar
Peningkatan Keuntungan dan Daya Saing
Peningkatan Kepuasan dan Kepercayaan Pelanggan
Perusahaan Semakin Berkembang Gambar 2. Kerangka pemikiran peneliti
20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Divisi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD/CRM) PT Krakatau Steel yang beralamat di Jl. Industri 5, Krakatau Steel, Cilegon, Banten selama 1 bulan (13 April – 12 Mei 2010). 3.3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta diskusi dengan pembimbing penelitian di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan pustaka dan literatur-literatur dari instansi terkait. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan diskusi (brainstorming) dilakukan untuk mengetahui metode pengendalian mutu produksi dan permasalahan yang ada dalam proses produksi terkait pengendalian mutu. Data yang digunakan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 14 dan Microsoft Excel. Minitab 14 digunakan untuk pengolahan data tentang pengendalian mutu dan regresi. Microsoft Excel digunakan untuk merapikan data mentah agar mudah dipindahkan dan diolah dalam worksheet Minitab 14. 3.4.1 Grafik Kendali X-bar Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan grafik kendali X-bar adalah: 1. Langkah 1 Pengumpulan data peubah. Data diambil selama 15 bulan (Januari 2009–Maret 2010) dari hasil uji sifat mekanis BLD yang dilakukan oleh Laboratorium Metalurgi PPBLD. Data 15 bulan tersebut mencakup semua BLD yang diproduksi selama periode itu untuk tiap spesifikasi. Data tersebut dianggap sebagai data populasi pada
21
periode tersebut. Data yang dikumpulkan terdiri dari data rataan uji kekerasan, uji yield strength, uji tensile strength, uji elongation, rasio reduksi di unit Tandem Cold Mill (TCM) dan komposisi kimia yang dianggap mempengaruhi sifat mekanis BLD yang diproduksi. 2. Langkah 2 Mencari nilai rataan (x) dan simpangan baku () untuk tiap parameter sifat mekanis yang akan dibuat grafik kendalinya. …
x= =
∑( (
)
)
............................ (1) .................................. (2)
Keterangan: xn : rataan nilai pengamatan ke-n n : jumlah pengamatan 3. Langkah 3 Menghitung batas kendali 3 berdasarkan hasil perhitungan pada Langkah 2. Perhitungan batas kendali bawah (LCL), garis tengah (Central Line atau CL) dan batas kendali atas (UCL) adalah sebagai berikut: LCL = x + 3 .................................. (3) CL = x ............................................ (4) UCL = x - 3 .................................. (5) Keterangan: x : rataan hasil perhitungan (1) : simpangan baku hasil perhitungan (2) 4. Langkah 4 Pembuatan grafik kendali X-bar berdasarkan batas kendali pada perhitungan Langkah 3 dan selanjutnya menempatkan data ke dalam grafik kendali X-bar 3.4.2 Kapabilitas Proses Kapabilitas proses dihitung jika proses terkendali dilihat dari grafik kendali X-bar. Periode pengumpulan data dilakukan pada semua BLD yang diproduksi selama 15 bulan pengamatan dan PPBLD
22
memiliki toleransi produk cacat di bawah 2,5%, jika terdapat data yang menyimpang dari batas kendali statistik, tetapi masih dalam rentang toleransi, proses dikatakan terkendali. Perhitungan parameter-parameter untuk analisis kapabilitas proses adalah: Cp (Indeks kapabilitas proses) =
............ (6)
Cpk = min [CPL, CPU] ....................................... (7) CPU =
....................................................... (8)
CPL =
........................................................ (9)
Keterangan: USL: Upper Specification Limit atau batas spesifikasi atas
yang
ditetapkan perusahaan LSL: Lower Specification Limit atau batas spesifikasi bawah yang ditetapkan perusahaan µ:
Nilai rataan data
3.4.3 Analisis Regresi Analisis regresi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dan seberapa besar faktor penyebab terhadap nilai rataan kekerasan BLD. Jenis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Regresi Linear Sederhana Regresi linear sederhana adalah regresi satu peubah dependen dengan satu peubah independen yang berhubungan linear. Persamaan regresi linear sederhana adalah : Y = a + bX .......................................... (10) di mana : Y = peubah dependen X = peubah independen a = bilangan konstan (intersep persamaan) b = koefisien arah regresi linear a diperoleh melalui rumus :
23
a=
(∑ ) (∑
∑
) – (∑ ) (∑ – (∑ )
)
................ (11)
b diperoleh melalui rumus : b=
∑
∑
(∑ ) (∑ ) (∑ )
........................... (12)
Interpretasi analisis regresi linear sederhana yang diolah menggunakan Minitab 14 dalam penelitian ini adalah : a. Persamaan regresi linear sederhana yang terbentuk untuk memprediksi nilai peubah dependen yang ditargetkan. b. Nilai uji t dan P-value untuk melihat nyata peubah independen terhadap peubah dependen dengan taraf nyata 5%. Peubah independen berpengaruh nyata terhadap peubah dependen jika Pvalue < 5%. c. Nilai R-Sq (koefisien determinasi) untuk melihat seberapa besar (persentase) peubah independen dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada peubah dependen dan sisanya dijelaskan oleh faktor di luar persamaan regresi yang terbentuk. d. Nilai uji F dan P-value pada Analysis of Variance (ANOVA) yang menjelaskan nyatanya model regresi yang terbentuk secara simultan. Peubah independen secara simultan mempengaruhi peubah independen , jika P-value < α, di mana α atau pada taraf nyatanya 5%. e. Gambar kurva linear uji normalitas nilai residual menggunakan metode KS. Dalam hal ini, jika P-value > 5% maka model regresi linear sederhana yang digunakan adalah baik. b. Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat hubungan dan pengaruh lebih dari satu peubah independen terhadap satu peubah dependennya. Persamaan regresi linear berganda adalah (untuk n peubah independen) (Usman, 2003) : Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+… bnXn + e ................................ (13) di mana : Y = peubah dependen
24
Xn = peubah independen ke-n a
= bilangan konstan (intersep persamaan)
bn = koefisien arah regresi peubah independen ke-n e
= galat atau sisaan (residual) Perhitungan a maupun b menggunakan rumus yang digunakan
untuk menghitung a dan b untuk regresi linear sederhana. Interpretasi
analisis
regresi
linear
berganda
yang
diolah
menggunakan Minitab 14 adalah : a. Nilai uji t dan P-value untuk melihat nyatanya masing-masing peubah independen terhadap peubah dependen.dengan taraf nyata 5%. Suatu peubah independen tertentu mempengaruhi secara nyata terhadap peubah dependen jika P-value < 5%. b. Nilai VIF untuk melihat korelasi atau hubungan antarpeubah independen atau disebut dengan multikolinear, yaitu jika VIF >10 ditemui multikolinear dalam persamaan regresi yang terbentuk. Regresi linear berganda yang baik adalah jika tidak terdapat multikolinear dalam model. c. Nilai R-Sq (koefisien determinasi) untuk melihat seberapa besar (persentase)
peubah
independen
secara
simultan
dapat
menjelaskan variasi yang terjadi pada peubah dependen dan sisanya dijelaskan oleh faktor di luar persamaan regresi yang terbentuk. Selain itu, nilai R-Sq ini jika diakarkan akan diperoleh nilai koefisien korelasi berganda seperti yang dijelaskan sebelumnya. d. Nilai uji F dan P-value pada Analysis of Variance (ANOVA) yang menjelaskan tingkat signifikan model regresi yang terbentuk secara simultan. Semua peubah independen dalam persamaan secara simultan mempengaruhi peubah dependen jika P-value < α, di mana α atau taraf nyata yang digunakan adalah 5%.
25
e. Gambar kurva linear uji normalitas nilai residual menggunakan metode KS. Dalam hal ini, jika P-value > 5% maka model regresi linear berganda yang digunakan adalah baik.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Krakatau Steel adalah Industri Baja Terpadu yang menghasilkan produk baja dari hulu sampai hilir, meliputi besi sponge, batang kawat, slab baja, baja canai panas (baja lembaran panas) dan baja canai dingin (BLD). Perusahaan ini didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970 sebagai badan usaha milik Negara (BUMN) dengan kapasitas awal produksi 150.000 ton baja per tahun. Awal pendirian resmi PT Krakatau Steel didasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Krakatau Steel, dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan penyelesaian pembangunan Proyek Baja Trikora, serta mengembangkan industri baja dalam arti luas. Pendirian PT Krakatau Steel disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie nomor 34 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta dan diperbaiki dengan naskah nomor 25 tanggal 29 Desember 1971. Pembangunan PT Krakatau Steel tahap I dengan kapasitas produksi 500.000 ton per tahun didasarkan Keputusan Presiden nomor 30 tanggal 27 Agustus 1975. Pada tanggal 27 Juli 1977, Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil dan Pelabuhan Khusus Cigading PT Krakatau Steel, disusul kemudian peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik Billet Baja, Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000 liter per detik), serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979. Tanggal 24 Februari 1983 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Slab Baja, Hot Strip Mill dan Pabrik Besi Spons unit 2 PT Krakatau Steel. Dalam upaya peningkatan mutu produksi, dilakukan penggabungan usaha (merger) PT CRMIU dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991. Pada tahun
27
1996, PT Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonomi (unit penunjang) menjadi anak-anak perusahaan, yaitu: 1. PLTU 400 MW menjadi PT Krakatau Daya Listrik. 2. Penjernihan Air Krenceng menjadi PT Krakatau Tirta Industri 3. Pelabuhan Khusus Cigading menjadi PT Krakatau Bandar Samudera 4. Rumah Sakit Krakatau Steel menjadi PT Krakatau Medika Berdasarkan PP No. 35 tahun 1998, pada tanggal 10 Agustus 1998 PT Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT Pakarya Industri (Persero). Pada tahun 1999, PT Pakarya Industri (Persero) berubah nama menjadi PT Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) dengan total aset Rp. 16 triliun dan pemerintah melalui Forum Rapat Umum Pemegang Usaha (RUPS) Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah membubarkan PT BPIS. 4.1.1 Visi, Misi, Nilai dan Target Perusahaan Visi perusahaan merupakan sesuatu yang akan menjadi kendali dan menjadi tujuan akhir perusahaan. Visi PT Krakatau Steel adalah : “Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.” (An integrated steel company with competitive to grow continuously toward a leading global enterprise). Misi merupakan pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya serta mengidentifikasi cakupan operasi perusahaan dalam definisi produk dan pasar. Misi dari PT Krakatau Steel adalah: “Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa” (Providing the bestquality steel products and related services for the prospery of the nation). PT Krakatau Steel memiliki nilai perusahaan (corporate value), yaitu : 1. Competence (mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri dan semangat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap mental demi peningkatan kinerja berkesinambungan).
28
2. Integrity
(mencerminkan
komitmen
tinggi
terhadap
setiap
kesepakatan, aturan dan ketentuan, serta undang-undang yang berlaku,
melalui
loyalitas
profesi
dalam
memperjuangkan
kepentingan perusahaan). 3. Reliable (mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen dan janji, dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan). 4. Innovative (mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki mutu dan hasil kerja di atas standar). Sasaran utama yang ingin dicapai oleh PT Krakatau Steel adalah : (1) kepuasan pelanggan, (2) efisiensi di segala bidang, (3) keberhasilan memproduksi
baja,
baik
komersial
maupun
spesial,
dan
(4)
menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang profesional. Adapun Logo PT Krakatau Steel ditunjukan oleh Gambar 3.
Gambar 3. Logo PT Krakatau Steel 4.1.2 Komitmen Perusahaan Manajemen dan karyawan PT Krakatau Steel menyatakan komitmen untuk 1. Mengerti, memahami, memenuhi dan bila memungkinkan melebihi kebutuhan stakeholders melalui implementasi standar perusahaan dan perbaikan proses secara terus menerus. 2. Mengirim produk secara tepat waktu dan bebas cacat dengan biaya kompetitif, serta mengupayakan tidak terjadinya kecelakaan,
29
mencegah penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan gangguan keamanan. 4.1.3 Fasilitas Perusahaan PT Krakatau Steel terletak di sentra industri strategik di kawasan industri Cilegon, Banten dengan luas 350 Ha, kawasan industri Krakatau di Jalan Industri No.5 PO BOX 14 Cilegon 42435 (Gambar 4 dan Lampiran 1). Kantor pusat PT Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, Jalan Gatot Subroto Kav. 54 Jakarta. Dengan didukung oleh infrastruktur yang lengkap seperti fasilitas kawasan industri, pelabuhan, pembangkit listrik 400 MW, pusat penjernihan air, teknologi informasi dan telekomunikasi dan rumah sakit telah menjadikan perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang.
Gambar 4. Tata letak PT Krakatau Steel Beberapa pertimbangan lokasi pemilihan pabrik PT Krakatau Steel di kawasan industri Cilegon, Banten adalah : 1. Dekat dengan laut, sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk menggunakan kapal. 2. Dekat dengan daerah pemasaran (Ibukota). 3. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas. 4. Adanya akses transportasi darat (Tol Jakarta-Merak dan kereta api). Saat ini perusahaan memiliki 6 (enam) pabrik yang masingmasing mempunyai spesifikasi fungsi dan hasil produksinya serta merupakan satu rantai produksi yang berupa industri hulu sampai industri hilir dengan rincian pada Tabel 3 dan Gambar 5.
30
Tabel 3. Pabrik yang terdapat di PT Krakatau Steel (Krakatau Steel, 2010) Unit Produksi Pabrik Besi Sponge Pabrik Billet Baja Pabrik Slab Baja Pabrik Baja Lembaran Canai Panas Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD) Pabrik Baja Batang Kawat
Kapasitas (Ton/Tahun) 2.000.000 600.000 2.000.000 2.400.000 950.000
450.000
Produk Besi Sponge Baja Billet Baja Slab Baja Lembaran Panas (coil & plates) Baja Lembaran Dingin (coil & sheets) Baja Batang (coil)
Kawat
PT Krakatau Steel menjalankan aktifitas bisnisnya didukung kurang lebih 5.653 karyawan (2008) dengan jenjang pendidikan mulai dari pendidikan menengah (SMA dan SMK), Sarjana (S1), dan Pascasarjana (S2 dan S3) dari berbagai disiplin ilmu.
Gambar 5. Tata letak pabrik PT Krakatau Steel 4.1.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi PT Krakatau Steel ini berdasarkan fungsional berbentuk garis dan staf secara terbatas. Dalam struktur organisasi PT Krakatau Steel, jabatan Direktur Utama tidak termasuk dalam struktur kepegawaian, karena diangkat langsung oleh Menteri Negara BUMN.
31
Dalam pelaksanaanya, Direktur Utama dibantu oleh lima direktur yang memimpin beberapa direktorat, yaitu: 1. Direktorat Logistik Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi pengadaan material (bahan baku, bahan pembantu), serta suku cadang untuk kegiatan operasional pabrik. 2. Direktorat Produksi Bertugas
merencanakan,
melaksanakan,
mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi, metalurgi dan koordinasi produksi. 3. Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum Bertugas
merencanakan,
melaksanakan,
mengembangkan
kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan kerja, serta merencanakan organisasi, hubungan
masyarakat
(public
relations)
dan
administrasi
pengelolaan kawasan serta keselamatan kerja. 4. Direktorat Keuangan Bertugas merencanakan, melaksanakan
dan
mengembangkan
kebijaksanaan di bidang keuangan. 5. Direktorat Pemasaran Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan di bidang pemasaran produk. 4.2. Hasil Produksi PT Krakatau Steel PT Krakatau Steel yang merupakan pabrik baja terbesar di Indonesia yang banyak menghasilkan baja setengah jadi dengan berbagai variasi jenis dan ukuran dengan proses pengolahan berbeda. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ada enam pabrik yang terintegrasi di PT Krakatau Steel, yang menjadi satu kesatuan dalam menghasilkan produk tersendiri. Keenam pabrik di lingkungan PT Krakatau Steel dan hasil produksinya adalah: 1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) Pabrik besi spons menghasilkan produk besi spons (sponge iron) yang merupakan bahan baku bagi pabrik lainnya. Besi spons diproduksi melalui
32
pereduksian langsung bahan baku berupa bijih besi (pellet). Pabrik besi spons terdiri dari dua unit pabrik yaitu Hyl I dan Hyl II yang masingmasing berkapasitas 1.000.000 ton per tahun. Selain itu, terdapat satu unit pabrik lainnya, yaitu Hyl III (fluidized) dengan kapasitas 2x 670.000 ton 2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel plant) Pabrik billet baja menghasilkan billet baja dengan ukuran penampang : 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, dengan panjang 6 m, 10 m dan 12 m dengan spesifikasi standar S11 0412-1981. Bahan baku utama pabrik billet baja adalah sponge iron yang dihasilkan oleh pabrik besi spons. Pabrik billet baja mempunyai kapasitas produksi 500.000 ton baja per tahun. 3. Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) Pabrik Slab Baja menghasilkan slab baja dengan ukuran tebal 200 mm, lebar 950-2.080 mm, panjang maksimum 12.000 mm, dan berat maksimum 30 ton. Pabrik Slab Baja ini mempunyai kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun, di mana bahan baku utamanya adalah sponge iron. Selain itu, Pabrik Slab Baja II dapat menghasilkan produk dengan kapasitas 1.200.000 ton per tahun. 4. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Plant) Pabrik Batang Kawat menghasilkan batang kawat (wire rod) dengan diameter 5,5-14 mm yang disediakan dalam bentuk gulungan dengan spesifikasi menurut standar SII 0242-1984 dan JIS 3505. Bahan baku utama pabrik ini adalah billet baja. Pabrik Batang Kawat memproduksi dengan kapasitas 220.000 ton per tahun. 5. Pabrik Baja Lembaran Canai Panas (Hot Strip Mill/HSM) Pabrik Baja Lembaran Canai Panas memproduksi baja lembaran panas dengan pengerolan panas. Bahan baku utama pabrik ini adalah slab baja. Produk baja yang dihasilkan Pabrik HSM adalah Hot Rolled Coil (HRC) atau Baja Lembaran Panas (BLP) dan Plat Baja. Pabrik HSM memiliki kapasitas produksi 1.000.000 ton per tahun.
33
6. PPBLD (Cold Rolling Mil atau CRM) Pada PPBLD, BLP yang dihasilkan oleh pabrik HSM dilakukan pengerolan dingin untuk mendapatkan produk baja lembaran dengan ketebalan dari 0,18 mm-3 mm. Produk yang dihasilkan oleh pabrik CRM adalah baja lembaran dingin (cold rolled coil) dalam bentuk coil maupun lembaran (sheet). Kapasitas produksi pabrik CRM adalah 950.000 ton per tahun. 4.3. Unit Penunjang PT Krakatau Steel Hingga saat ini, PT Krakatau Steel memiliki 10 anak perusahaan sebagai penunjang unit produksi yang tersebar di kawasan industri Cilegon, yaitu: 1. PT KHI Pipe Industries, pabrik yang menggunakan Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (HSM) dari PT Krakatau Steel yang memproduksi jenis pipa. 2. PT Krakatau Wajatama (PT KW), pabrik yang menggunakan billet baja sebagai bahan dasar guna memproduksi baja tulangan, baja profil, dan kawat baja. 3. PT Pelat Timah Nusantara (PT Latinusa), pabrik yang memproduksi plat timah (Tin Plate). 4. PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS), merupakan perusahaan yang mengoperasikan pelabuhan khusus Cigading, sebagai tempat bongkar muat produk dan berbagai komoditas keperluan PT Krakatau Steel 5. PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), merupakan perusahaan yang mengoperasikan pembangkit listrik guna memasok kebutuhan listrik PT Krakatau Steel. 6. PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), merupakan perusahaan yang memasok kebutuhan air di industri PT Krakatau Steel 7. PT Krakatau Engineering (PT KE), merupakan perusahaan yang mendukung bidang perekayasaan industri PT Krakatau Steel. 8. PT Krakatau Information Technology, merupakan perusahaan yang mendukung pengembangan teknologi informasi.
34
9. PT Kawasan Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan jasa kawasan industri, sarana olahraga, rekreasi dan hotel. 10. PT Krakatau Medika (PT KM), merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan (Rumah Sakit PT Krakatau Steel). 4.4. Kebijakan Mutu PT Krakatau Steel Beberapa kebijakan terkait mutu oleh PT Krakatau Steel adalah sebagai berikut : 1. Melakukan
inovasi
dan
perbaikan
berkelanjutan
(continuous
improvement) dengan melaksanakan sistem manajemen mutu (SMM) untuk meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan perusahaan. 2. Mengembangkan teknologi dan proses yang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen dan stakeholder lainnya. 3. Mengendalikan
mutu
produk
mulai
dari
pemasok,
penerimaan,
penyimpanan, proses produksi sampai ke pelanggan. 4. Mengevaluasi mutu dengan menggunakan metode statistik dan atau metode lainnya yang relevan 5. Mendokumentasikan seluruh proses secara sistematis agar mempunyai kemamputelusuran yang baik dari hulu sampai hilir. 6. Memastikan metode pengujian dan kalibrasi sesuai dengan standar nasional dan internasional, serta pelayanan kepada pelanggan secara profesional. 4.5. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin 4.5.1 Sejarah PPBLD Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) atau Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD) merupakan bagian dari PT Krakatau Steel yang awalnya didirikan pada tanggal 19 Februari 1983 dengan nama PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (CRMIU). PT CRMIU terletak di Kawasan Industri Berat Krakatau, Cilegon, dengan luas pabrik 101.392 m2 di atas tanah seluas 400.000 m2. PT CRMIU diresmikan pada tanggal 23 Februari 1987 oleh Presiden Soeharto sebagai pabrik
35
lembaran baja dingin pertama di Indonesia. Saat itu kepemilikan saham dipegang oleh 3 pihak, yakni PT Krakatau Steel (40%), PT Kaolin Indah Utama (40%) dan satu perusahaan asing dari Perancis, Sestiacier S.A. (20%). Salah satu tujuan pendiriannya untuk memenuhi kebutuhan (demand) akan lembar baja tipis yang setiap tahunnya meningkat pada masa itu. Secara komersial, PT CRMIU mulai beroperasi pada bulan April 1987 dengan menghasilkan baja canai dingin dengan ketebalan 0,18– 3,00 mm. Kapasitas produksi terpasang pabrik adalah 850.000 ton baja per tahun dengan kemungkinan mencapai 1.500.000 ton baja per tahun untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun mancanegara. PT CRMIU menyerap SDM 1.500 orang. Pada bulan September 1991, PT CRMIU bergabung (merger) dengan PT Krakatau Steel sebagai salah satu unit produksi dan kepemilikan saham dikuasai oleh PT Krakatau Steel. Sejak saat itu PT CRMIU resmi berganti nama menjadi Divisi PPBLD. Denah PPBLD dan unit-unit di dalamnya ditunjukkan oleh Gambar 6
Gambar 6. Denah PPBLD 4.5.2 Proses Produksi PPBLD Pabrik PBLD adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri baja dengan menggunakan proses canai dingin (cold rolling), untuk mendapatkan lembaran baja tipis. Canai dingin merupakan proses penipisan baja lembaran dengan cara melintaskan
36
baja lembaran (hot rolled coil atau HRC) ,yang dihasilkan oleh pabrik HSM, melalui rol-rol penggiling tanpa dipanasi terlebih dahulu guna mengurangi ketebalan sesuai dengan permintaan (demand) konsumen. Teknologi canggih yang digunakan berasal dari Perancis, Spanyol, dan Amerika Serikat, baik untuk perangkat keras (hardware) maupun lunak (software). Ahli teknologi telah disiapkan dengan tenaga-tenaga terampil di dalam maupun di luar negeri, seperti Perancis, Belanda, Italia, dan Taiwan. Bahan baku pabrik PBLD berasal dari pabrik HSM berupa HRC. Proses produksi utama dari divisi PPBLD adalah: 1. Pickling (pengangkatan kotoran) 2. Cold Reduction (pengerolan dingin) 3. Cleaning (pembersihan permukaan) 4. Annealing (penghalusan butir) 5. Tempering (penghalusan permukaan) 6. Cutting (pemotongan) 7. Packaging (pengepakan) Spesifikasi BLD yang dipesan oleh konsumen diterjemahkan ke dalam data-data setting (Production Order Line-Up dan Quality Planning Data) berdasarkan rancangan mutu produk yang ditetapkan untuk proses produksi mulai dari proses Steel Making, hingga proses di PPBLD. Selanjutnya, secara bertahap pada masing-masing unit di PPBLD, data-data tersebut digunakan untuk melaksanakan proses produksi dan pengendalian produksi yang dituangkan dalam bentuk Technical Standard Engineering (TSE) dan Standard Operating Procedure (SOP). Proses produksi di PPBLD melewati beberapa unit operasi yang tidak harus semua produk harus melewati proses tersebut. Unit-unit operasi berikut prosesnya dijabarkan sebagai berikut : 1. Continuous Pickling Line (CPL) Bahan baku yang masih berupa coil (gulungan) dari hasil produksi HSM yang biasa disebut dengan HRC atau BLP, masih
37
mengandung scale (besi oksida yang terbentuk diatas permukaan baja setelah proses pemanasan). Fungsi dari CPL ini adalah untuk membersihkan lapisan oksida besi dari permukaan Hot Rolled Strip (HRS), HRC yang sudah diproses lebih lanjut menjadi bentuk strip (baja tipis yang mirip dengan hot-rolled sheet, tetapi normalnya lebih sempit (dengan lebar sampai 12 inci) dan diproduksi agar ketebalannya terjaga. Strip juga mungkin dipotong dari lembaran baja (dengan menggunakan mesin slitting), yang akan diproses lebih lanjut. Proses ini berlangsung dengan melewati HRS pada tangki cairan asam yang terdiri dari 4 buah tangki. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah ketidakseragaman dan untuk menghilangkan ketidakteraturan permukaan. Proses eliminasi senyawa oksida dilakukan secara mekanik (menggunakan scale breaker) dan juga secara kimiawi (menggunakan HCl). CPL juga dipakai dalam proses oiling baja lembaran panas (kondisi pickled dan oiled). Lembaran yang sudah dibersihkan selanjutnya diratakan bagian pinggirnya dan dipotong. Setelah itu HRS diratakan bagian pinggirnya dan dipotong untuk proses selanjutnya di Tandem Cold Reduction. Limbah dari cairan pembersih yang disebut waste pickle liquor diolah kembali menjadi regenerated acid dan oksida besi. Oksida besi dari proses ini dapat dimanfaatkan dalam industri pewarnaan dan ferrite. 2. Continuous Tandem Cold Mill (CTCM) Kelanjutan atas proses yang telah berlangsung di unit CPL, coil selanjutnya diproses di CTCM untuk mendapatkan ketebalan strip yang diinginkan melalui proses pengerolan dingin (cold rolling) yakni proses pengerolan yang dilakukan pada kondisi di bawah suhu rekristalisasi. Selain itu, tujuan pengerolan dingin adalah untuk memperoleh permukaan yang halus dan padat dengan atau tanpa pemanasan selanjutnya serta untuk mendapatkan sifatsifat mekanik yang dapat dikontrol.
38
CTCM didesain untuk dioperasikan secara otomatis melalui pengontrolan yang terkomputerisasi dan terbagi dalam tiga bagian, yaitu: a. Bagian Awal (Entry Section) Coil yang berasal dari CPL yang disimpan di gudang sementara N-2 diangkut dengan overhead crane dan ditempatkan di conveyor coil. Dari sini, coil dimasukkan ke roll untuk membuka gulungan saat proses berlangsung. Setelah ditempatkan di roll, ujung coil dimasukkan ke dalam unit roll pertama.
Gambar 7. Aliran Proses Produksi BLD di Pabrik PBLD PT Krakatau Steel b. Unit Pengerolan (Mill Stand) Masing-masing unit pengerolan memiliki penutup di salah satu sisinya untuk mengganti roll utama atau roll pendukung. Kombinasi
roll
utama
dan
roll
pendukung
ini
dapat
menghasilkan reduksi ketebalan tertentu. Pada unit roll pertama
39
sampai
keempat
masing-masing
dipasang
alat
pengukur
ketegangan lembaran, dengan sistem radioaktif, dipasang pada roll pertama, dan dua alat sejenis dipasang pada unit roll kelima. Untuk mendinginkan dan melumasi roll utama dan roll pendukung, dipasang sistem penyemprot cairan pendingin (coolant) pada masing-masing unit roll. Selain itu, dilakukan pemasangan sistem pengaturan ketebalan lembaran dan alat untuk membuang kabut yang mungkin terjadi akibat proses pendinginan dengan coolant. Komputer yang digunakan untuk mengendalikan proses ini adalah 4 buah komputer tipe PDP 11/44 dan 10 unit programmable logic controller. c. Bagian Pengiriman (Delivery Coil Handling Equipment) Bagian ini terdiri dari deflector roll, outboard bearing, belt wrapper, exit coil car, exit walking beam conveyor, dan coil bender. Coil yang diproses di 5 unit pengerolan CTCM langsung digulung dan diikat. Setelah diikat, coil ditempatkan di conveyor dan selanjutnya diangkat oleh overhead crane ke gudang N-3. Di bagian ini coil menunggu proses selanjutnya yang dapat berlangsung di Batch Annealing Furnace (BAF), Electrolytic Cleaning Line (ECL), atau di Continuous Annealing Line (CAL). 3. ECL Setelah
mengalami
proses
penipisan
ketebalan
dalam
pengerolan, sisa lapisan minyak dan gemuk (pelumas padat) yang ada di permukaan lembaran baja harus dihilangkan. Untuk keperluan ini, ECL menggunakan arus listrik berdensitas tinggi sehingga proses elektrolis berlangsung untuk mengangkat dan menghilangkan lapisan minyak dan gemuk. Proses di ECL berlangsung di dalam larutan sabun panas yang mengandung alkalin. Di dalam larutan elektrolit ini, lembaran baja dihubungkan dengan salah satu kutub listrik dari generator. Bila lembaran baja menjadi anoda (+), gas oksigen akan dihasilkan oleh permukaan lembaran baja. Volume gas yang
40
dihasilkan ditentukan oleh muatan listrik yang lewat. Bila lembaran baja menjadi katoda (-), gas hidrogen akan terbentuk. Proses pembentukan gas ini berfungsi seperti sikat yang membersihkan lapisan minyak dan gemuk. Minyak dan gemuk yang dilepaskan akan dikumpulkan oleh bahan pembentuk emulsi yang ada pada laporan pembersih. Dalam sistem roll bermuatan di mana lembaran baja dilewatkan melalui roll, arus listrik mengalir saat lembaran baja menyentuh roll. ECL ada dua jenis, yaitu ECL 1 untuk membersihkan coil dengan arus listrik yang tinggi (25.000amp, max) dan ECL 2 dengan menggunakan arus yang lebih rendah (max 6000 amp). Perbedaan lainnya adalah material yang diproses di ECL 2 lebih tebal (>0,4mm). Setelah melewati ECL, coil siap diproses lebih lanjut di BAF, atau langsung digulung untuk dijual. 4. BAF Setelah mengalami pengerolan dingin, coil untuk spesifikasi tertentu dari ECL atau TCM dipanaskan terlebih dahulu dan kemudian didinginkan secara bertahap di udara (annealing process) di tungku annealing berbentuk lonceng. Lembaran baja yang telah mengalami penarikan dan pengerasan di unit pengerolan tidak cocok lagi untuk dicetak. Oleh sebab itu, lembaran baja harus melewati pemanasan pada suhu kisaran 590o-700oC, untuk mendapatkan sifatsifat yang tepat, baik dari segi keuletan, kemampuan tarik yang lebih panjang, kehalusan permukaan atau kemampuan untuk dibentuk pada proses turunannya. 5. CAL Fungsi dari annealing adalah mengkristalisasi (pengahalusan butir-butir) lembaran baja setelah proses canai dingin. Setelah mengurangi tebal dari CTCM, struktur kristal baja mengalami penarikan, pemecahan dan pengerasan sehingga mengurangi kemampuan teknis-teknis tertentu. Dalam proses annealing, lembaran baja dipanaskan sampai suhu 700oC (tergantung mutu
41
yang diinginkan) selama beberapa saat, lalu didinginkan perlahanlahan. CAL terdiri dari : a. Bagian Penerimaan (Awal) Coil di bagian ini dibuka dari gulungannya untuk mulai diproses. Bagian ujung coil lalu diratakan dan di las dengan pangkal coil berikutnya. Setelah dilas, ketebalan baja diukur dengan sinar-X. Untuk membersihkan minyak dan pelumas kotoran yang tersisa, lembaran baja melewati serangkaian unit pembersih : tangki pra pengerasan, tangki pembersih, instalasi penggosok, tangki pembilas dan tangki pengering. b. Bagian Pemrosesan Proses annealing terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian pemanas, bagian di mana suhu dijaga pada suhu pemanasan, dan bagian pendingin. c. Bagian Akhir Pada bagian ini terdapat alat penghubung coil, yang menggulung coil sampai panjang tertentu, lalu dipotong dan dilanjutkan dengan penggulungan berikutnya. Bagian ini dilengkapi juga dengan pendeteksi lubang dan alat untuk mengambil contoh untuk kendali mutu (dari potongan baja yang sudah di annealing). d. Sistem Kontrol Dua sistem kontrol yang penting dalam CAL adalah pengontrol aliran baja dan alat pengontrol suhu. Alat pengontrol aliran baja terdiri dari pengontrol ketegangan, pengontrol kecepatan, dan pemandu aliran. Dua alat kontrol yang diatur oleh PLC (Programmable Logic Controller) dan TPS (Thyristor Power Supply) yang menerima masukan dari beberapa sensor seperti sakelar dan pembangkit pulsa, sel foto, tachometer, dan lainnya. Untuk pemandu aliran dilengkapi dengan beberapa sistem pemandu, seperti pemandu agar aliran tetap berat di tengah jalur,
42
pemandu di pinggir, potensiometer, dan kamera video. Alat kontrol suhu dilengkapi dengan sensor seperti thermocouple dan sensor inframerah. Selain itu, terdapat pula alat penganalisa gas untuk menganalisa volume dan tekanan H2, uap air, dan O2 dalam tungku. 6. Temper Pass Mill (TPM) Pengerolan temper atau TPM adalah operasi pengerolan dingin yang memiliki prinsip yang sama dengan proses pengurangan ketebalan di TCM. Hal yang membedakannya adalah pada TPM bertujuan untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu, kondisi permukaan tertentu, dan memperbaiki bentuk lembaran baja. Pengurangan ketebalan yang terjadi di TCM adalah 50% - 90%, berbeda dengan pengurangan ketebalan di TPM yang cuma 0,1% 5%. Fungsi pengerolan temper ini adalah menstabilkan dan merubah sifat baja, memperbaiki bentuk lembaran baja, serta merubah pola dan tekstur baja. 7. Cold Roll Finishing (CRF) Setelah lembaran baja keluar dari TPM, lembaran baja canai dingin (cold rolled coil) kemudian diproses sesuai permintaan konsumen. CRM memiliki 4 bentuk pemrosesan akhir, yaitu : a. Preparation Line Unit ini memproses lembaran baja dengan ketebalan 0,18 – 0,6 mm. Coil melewati unit ini dari TPM untuk diukur dan diperiksa. Produk yang cacat (reject) dipisahkan dan coil yang baik dibawa ke pengepakan (packaging) untuk dikirim ke konsumen. Pada unit ini, coil diminyaki (tergantung pesanan), dipotong-potong menurut berat sesuai pesanan pelanggan. b. Recoiling Line Unit ini memproses coil dari TPM untuk pemeriksaan akhir yang dikehendaki konsumen. Coil diperiksa dimensinya, kerusakan permukaannya dan diminyaki bila dikehendaki konsumen. Coil
43
dapat
juga
diratakan
bagian
pinggirnya
bila
konsumen
menghendaki. c. Shearing Line Unit ini memproses coil dengan memotongnya menjadi lembaran-lembaran dengan panjang tertentu. Di unit ini lembaran baja juga dapat diratakan sesuai dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, lembaran diperiksa setelah pemotongan dan lembaran yang diensinya tidak tepat akan dibuang (rejected). d. Slitting Line Unit ini berfingsi untuk memotong coil dalam lebar yang tertentu. Sebuah coil diiris menjadi beberapa coil dengan lebar tertentu tergantung pemesanan konsumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak semua output akhir PPBLD ini harus melewati sepuluh unit proses produksi yang ada di PPBLD. Proses produksinya disesuaikan dengan pesanan konsumen. Ada sebagian produk yang setelah diproses di CPL lalu mauk ke CTCM, setelah itu masuk ke dalam warehouse (finished good) dan siap untuk dijual atau dikirim ke konsumen, dan ada juga sebagian produk yang masuk proses di CPL lalu ke CTCM, BAF, TPM, PRP, baru kemudian masuk ke warehouse. 4.5.3 Pengawasan Mutu PPBLD Masing-masing unit di PPBLD memiliki inspeksi mutu tersendiri yang bertujuan untuk menjaga mutu dari produk yang diproses di unit tersebut. Secara umum, tindakan inspeksi mutu di masing-masing unit terdiri dari 5 tahapan, yaitu : 1. Entry: berupa verifikasi data fisik dan tambahan pengecekan lain yang berbeda untuk tiap unit yang berbeda 2. Threading: berupa pemeriksaan dimensi produk, permukaan, bentuk produk, dan tambahan pengecekan lain yang berbeda untuk tiap unit yang berbeda
44
3. Normal Run: pemeriksaan bentuk kerataan oiling, ketebalan produk, dan tambahan pengecekan lain yang berbeda untuk tiap unit yang berbeda 4. Tail Out: pemeriksaan dimensi, permukaan, bentuk, roughness, cleanliness, dan tambahan pengecekan lain yang berbeda untuk tiap unit yang berbeda 5. Exit: pemeriksaan bobot, kondisi coil, kondisi pemotongan bekas las, dan labelling. PPBLD telah menerapkan standar mutu ISO 9002 : 1993 dalam mengendalikan mutu produknya, sehingga hanya produk yang memiliki mutu terbaik yang dikirimkan kepada konsumen. Produk BLD yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka mutunya akan di down grade dan dijual dengan grade mutu tersebut jika mutu BLD tersebut lebih rendah dari spesifikasi. 4.5.4 Produk PPBLD Secara keseluruhan, output utama dari PPBLD dibagi ke dalam 2 macam bentuk, yaitu : 1. CRC, yang bentuk akhirnya berupa gulungan baja (coil) 2. CRS, yang bentuk akhirnya berupa lembaran baja (sheet). Berdasarkan ukurannya, output PPBLD terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Light, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,2 mm, dengan kapasitas produksi 500 ton/shift. 2. Medium, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,21 – 0,59 mm, dengan kapasitas produksi 700 ton/shift. 3. Heavy, yaitu baja dengan ukuran ketebalan di atas 0,6 mm, dengan kapasitas produksi 1.300 ton/shift. Berdasarkan alur produksinya, PPBLD menghasilkan 4 macam produk, yaitu : 1. Pickle dan Oil: Unit CPL merupakan akhir proses produksi 2. As Rolled: Unit TCM merupakan proses akhir tanpa melewati prosesdown stream selanjutnya
45
3. Full Hard: Tidak melewati proses annealing (tidak melalui unit BAF atau CAL). 4. Soft: Melewati proses annealing (melalui Unit Batch Annealing Furnace/BAF atau Unit Continuous Annealing Furnace/CAL). Pembuatan produk akhir PPBLD ini bergantung pada pesanan pelanggan sehingga perusahaan tidak memproduksi secara massal produk yang homogen dalam jumlah tetap selama periode tertentu yaitu sebanyak 950.000 ton baja per tahun. 4.5.5 BLD
Baja lembaran dingin (BLD) yang banyak dikenal dengan nama baja putih (white steel) adalah salah satu bentuk produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan dingin. Baja putih ini memiliki sifat tipikal berbeda secara nyata dengan baja hitam atau baja lembaran panas. Baja lembaran dingin memiliki mutu permukaan yang lebih baik, lebih tipis dan dengan ukuran yang lebih presisi, serta mempunyai sifat mekanis yang baik dan formability yang sangat bagus. Baja dalam kategori ini umumnya dimanfaatkan dalam proses pembentukan karena material ini memiliki formability, weldability dan mutu roughness yang lebih baik. Baja putih juga dipakai untuk aplikasi dalam industri galvanizing (zinc-coating), enamelware (porcelain-coating), dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaleng makanan berlapis timah (tin mill-black plate) dalam industri makanan dan minuman. Untuk lembaran baja yang dikuatkan (annealed sheet), kisaran ketebalan baja putih yang dihasilkan PT Krakatau Steel adalah 0,20 hingga 3,00 mm, sedangkan untuk unannealed (dalam bentuk gulungan) ketebalan maksimum 2,00 mm. PT Krakatau Steel memiliki fasilitas vacuum degasser dan ladle metallurgy untuk menghasilkan baja dengan mutu khusus, seperti baja karbon sangat rendah dan Interstitial Free Steel (IF Steel) yang cocok digunakan untuk menghasilkan produk dengan mutu extra deep drawing. Untuk dapat memenuhi kebutuhan baja lembaran dingin
46
dengan formability dan mutu permukaan yang tinggi, Krakatau Steel menggunakan fasilitas batch annealing furnace khusus dengan atmosfer hidrogen murni.
Gambar 8. Baja Lembaran Dingin
BLD yang diproduksi oleh PPBLD diklasifikasikan atau dispesifikasikan berdasarkan mutu akhir BLD tersebut dan pembagian ini didasarkan pada standard mutu baja internasional, salah satunya berdasarkan standar Japan Industries Steel (JIS) Hal ini terkait dengan sifat mekanis BLD yang dijelaskan di bagian selanjutnya. Penelitian ini dibatasi tiga spesifikasi BLD, yaitu: 1. BLD spesifikasi JIS SPCD-SD for Drawing Use BLD spesifikasi ini merupakan BLD dengan mutu terbaik dari tiga BLD yang dibahas dalam penelitian ini. Indikator mutu akhir dari BLD lebih fokus pada nilai kekerasannya. Semakin lunak baja, akan semakin
mudah
untuk
dibentuk
(formability),
tetapi
tidak
mengakibatkan cacat pada baja tersebut, dan mutu semakin baik. Untuk standar PPBLD PT KS, batasan kekerasan BLD jatuh pada rentang 30–48 HRB. Dimensi BLD spesifikasi ini adalah ketebalan 0,40–2,00 mm, lebar 914 & 1219 mm, serta panjang 508 mm (untuk coil) dan 760-4880 mm (untuk lembaran). Proses produksi BLD spesifikasi ini adalah CPL–CTCM–CPL2–BAF–TPM–CRF. BLD spesifikasi ini merupakan bahan baku untuk pembuatan suku cadang
47
otomotif (automotive parts), household electrical appliances, dan drawing quality. 2. BLD spesifikasi JIS SPCC-SD for Enamel BLD spesifikasi ini memiliki nilai kekerasan maksimum 55 HRB, lebih keras daripada BLD spesifikasi SPCD-SD for Drawing Use, karena itu tingkatan mutunya di bawah spesifikasi SPCD-SD for Drawing Use tersebut. Dimensi BLD spesifikasi ini adalah ketebalan 0,20 – 3,00 mm, lebar 762 – 1250 mm, panjang 508 mm (coil) dan 762 – 4.880 mm. Proses pembuatan BLD spesifikasi ini adalah CPL-CTCM–ECL2–BAF–TPM–CRF atau CPL–CTCM– BAF–TPM–CRF. BLD spesifikasi ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan enamelware atau peralatan dapur seperti panci, teflon, dan sebagainya. 3. BLD spesifikasi JIS SPCC-SD for General Use BLD spesifikasi ini memiliki nilai batas kekerasan maksimal 55 HRB dan tingkatan mutu sama dengan SPCC-SD for Enamel, tetapi masih di bawah tingkat SPCD-SD for Drawing Use. Dimensi BLD spesifikasi ini memiliki ketebalan 0,20–3,00 mm, lebar 762–1.250 mm, panjang 508 mm (coil) dan 762–4.880 mm. BLD spesifikasi ini digunakan sebagai bahan baku produksi suku cadang otomotif (automotive parts), petromax, kompor,dan untuk tujuan umum (ekspor). Proses pembuatan BLD spesifikasi ini adalah CPL– CTCM–ECL–BAF–TPM–CRF
atau
CPL–CTCM–BAF–TPM–
CRF. 4.5.6 Mechanical Properties Checking Ketika suatu konsumen melakukan pemesanan Baja Lembaran Dingin, maka ada paten mutu dari PPBLD seperti dimuat pada Tabel 46. Tabel 4. Classification and Symbol (Krakatau Steel, 2010) Classification Class 1 Class 2 Class 3
Symbol SPCC SPCD SPCE
Remark For General Use For Deep drawing use For Extra deep drawing use
48
Tabel 5. Distinction of Thermal Refining (Krakatau Steel, 2010) Distinction of Thermal Refining As annealed Normal refining 1/8 hardness 1/4 hardness 1/2 hardness Full hardness
Symbol for thermal refining A S 8 4 2 1
Tabel 6. Distinction of Surface Finish(Krakatau Steel, 2010) Distinction of Surface Finish
Symbol of Surface Finish
Dull Finish
D
Bright Finish
B
Remark Dull-finished by roll and the surface of which is made rough mechanically or chemically Smooth-finished by roll and the surface of which is smoothly finished
Berdasarkan Tabel 4-6, konsumen akan menentukan jenis dan spesifikasi BLD yang dipesan. Sudah menjadi tanggungjawab dari PPBLD sebagai produsen untuk tetap menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Maka dari itu, PPBLD untuk mengevaluasi mechanical properties (sifat mekanis) dari BLD yang dikirim dengan beberapa jenis pengujian, yaitu Uji Kekerasan (Hardness Test) Uji Tarik (Tensile Test), Uji Erichsen dan Uji Metalografi. Sifat mekanis BLD dalam penelitian ini hanya diukur dari nilai pada uji kekerasan dan uji tarik, yaitu : 1. Uji Kekerasan Kekerasan suatu logam didefinisikan sebagai ketahanan terhadap penekanan (indentation). Uji kekerasan dilakukan dengan membuat goresan atau melakukan penekanan terhadap contoh (sample) BLD menggunakan mesin hardness. Contoh BLD untuk uji kekerasan diambil dari 3 (tiga) area vertikal (kepala, tengah, dan ekor) yang masing-masing area vertikal tersebut memiliki 3 area horisontal (kanan, tengah dan kiri). Oleh karena itu, contoh yang digunakan
49
berjumlah sembilan contoh yang kemudian rataan dari sembilan contoh tersebut merupakan nilai kekerasan satu produk BLD yang diukur.
Gambar 9. Mesin Hardness Metode uji kekerasan yang digunakan PPBLD adalah metode Superficial Rockwell karena metode ini digunakan untuk mengukur kekerasan material tipis. Satuan yang dipakai untuk BLD yang diproduksi PPBLD PTKS adalah HRB atau Hardness Rockwell skala B. Skala B merupakan spesifikasi pengukuran kekerasan metode Seperficial Rockwell menggunakan indentor (penekan) bola baja yang dikeraskan berdiameter 1/16 inci dan menggunakan beban mayor 100 kg 2. Uji Tarik Uji tarik (tensile test) dilakukan untuk mengetahui sifat material terhadap beban tarik. Data yang diperoleh dari uji tarik merupakan parameter-parameter yang menjelaskan tentang sifat mekanis terkait pengujian ini. Parameter-parameter uji tarik yang digunakan dalam penelitian ini adalah yield strength (kekuatan elastik), tensile strength (kekuatan tarik) dan elongation (keuletan) 1) Yield Strength Yield strength (kekuatan elastik) adalah kemampuan material untuk menerima beban atau tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi plastik. Kekuatan elastik ini penting sekali dalam perancangan karena tegangan yang bekerja tidak boleh
50
melebih yield point dari bahan supaya tidak terjadi deformasi plastik. Satuan yield strength adalah kg/mm2. 2) Tensile Strength Kemampuan material untuk menerima beban atau tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya putus disebut dengan tensile strength (kekuatan tarik). Yield strength ini sering dianggap data terpenting yang diperoleh dari hasil pengujian tarik, karena perhitungan-perhitungan kekuatan dihitung atas dasar kekuatan tarik ini yaitu kg/mm2. 3) Elongation Elongation atau keuletan merupakan kemampuan material untuk dideformasi tanpa mengakibatkan terjadinya retak ataupun patah. Manfaat pengukuran parameter ini adalah penting dalam mengetahui besarnya deformasi yang akan dilakukan pada proses rolling, extruding, forging, drawing dan lain sebagainya. Manfaat lainnya untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut
jika
menemukan
deformasi
yang
dapat
menyebabkan kerusakan material dengan elongation tinggi. Elongation dinyatakan dengan persentase (%). 4.5.7 Rancangan Mutu Akhir Baja Lembaran Dingin Empat faktor yang diajukan PPBLD dan dianggap mempengaruhi mutu akhir produk BLD, yaitu : 1. Pengaruh Komposisi Kimia Pada penelitian ini, pengaruh komposisi kimia yang dianggap mempengaruhi sifat mekanis baja karbon rendah (jenis baja yang menjadi fokus penelitian ini) adalah unsur C (Karbon), Mn (Mangaan), Al (Alumunium), dan N (Nitrogen). Unsur C dan Mn memiliki hubungan positif dengan nilai kekerasan BLD, artinya peningkatan proporsi kedua unsur tersebut yang terkandung dalam BLD dapat meningkatkan nilai kekerasan baja. Unsur Al dan N juga memiliki hubungan positif terhadap kekerasan BLD dan kedua unsur ini juga memiliki fungsi tambahan, yakni meningkatkan
51
formability (kemampuan untuk dibentuk). Keempat unsur kimia ini dianggap mempengaruhi nilai kekerasan baja dan menjadi hipotesis dalam penelitian ini. 2. Pengaruh Suhu Panas di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) Suhu panas di HSM yang biasa digunakan sebagai parameter pengukuran adalah suhu keluar BLP dari finishing-stand, atau biasa disebut Finishing Temperature (FT) dan suhu sebelum digulung (Coiling Temperature atau CT). Nilai FT dan CT ini mempengaruhi sifat mekanis baja. Dalam penelitian ini, FT dan CT dari data yang digunakan adalah konstan, maka pengaruh FT dan CT tidak menjadi hipotesis dalam penelitian ini. 3. Pengaruh Reduksi Ketebalan Reduksi atau penipisan ketebalan BLD yang dilakukan di unit TPM dengan rasio penipisan sesuai dengan permintaan pelanggan. Rasio penipisan atau rasio reduksi dapat dihitung menggunakan rumus: Rasio Reduksi (%) = (
) x 100% ........................ (14)
Di mana t0 adalah ketebalan awal BLD atau sama dengan ketebalan BLP dari pabrik HSM dan t1 adalah ketebalan BLD akhir yang siap untuk didistribusikan kepada konsumen. t1 dianggap konstan, karena merupakan ketebalan akhir yang telah disesuaikan dengan permintaan konsumen. Oleh karena itu, pengaturan rasio reduksi lebih ke arah pengaturan t1 atau ketebalan BLP sebagai bahan baku BLD. Pengaturan rasio reduksi yang dapat mempengaruhi sifat mekanis baja juga menjadi hipotesis dalam penelitian ini. 4. Pengaruh Proses Annealing PPBLD memiliki dua unit annealing process yaitu batch annealing dan continuous annealing,
dimana pada
proses ini
BLD
mendapatkan perlakuan pemanasan dalam suhu tertentu untuk mendapatkan sifat mekanis BLD tertentu. Sama dengan FT dan CT, dalam penelitian ini faktor annealing process dianggap konstan karena memiliki nilai sama, maka menjadi hipotesis dalam penelitian ini.
52
4.6. Keterkendalian Proses Produksi Analisis grafik kendali untuk data peubah, merupakan grafik yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai mutu proses (Ariani, 2004). Grafik kendali X-bar membantu dalam menganalisis sejauh mana rataan data peubah produk yang dihasilkan sesuai dengan standar pengendalian yang ditetapkan perusahaan. Analisis grafik kendali X-bar dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui keterkendalian proses produksi yang datanya berasal dari pengujian mechanical properties BLD yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi PPBLD selama periode Januari 2009–Maret 2010, dan salah satunya dilihat data hasil uji kekerasan (hardness) baja. Sifat kekerasan tersebut merupakan salah satu uji kendali mutu yang dilakukan quality control PPBLD agar sifat mekanis (mechanical properties), maupun dimensi baja yang dihasilkan sesuai dengan pesanan dan keinginan pemesan. Selain uji kekerasan, dalam pengujian mechanical properties dilakukan juga uji tarik atau kekuatan baja (tensile test), yang diukur dari tiga parameter pengukuran, yaitu yield strength, tensile strength dan elongation. Pada kenyataannya, yang menjadi fokus uji kendali mutu BLD hanyalah uji kekerasan, sedangkan uji kekuatan dilakukan untuk memberikan referensi kepada pemesan agar spesifikasi produk yang dipesan sesuai dengan kebutuhan produksi mereka yang memproduksi output turunan dari BLD ini. Artinya PPBLD menyatakan keputusan terhadap kondisi keterkendalian tensile
test
tidak
sevital
pengambilan
keputusan
terhadap
kondisi
keterkendalian kekerasan BLD. Uji kekerasan (hardness test) dilakukan dengan mengambil tiga contoh di tiga sisi yang berbeda (kanan, kiri dan tengah) untuk masing-masing area BLD yang diukur (ekor, tengah dan kepala). Tetapi karena observasi dilakukan pada populasi atau data BLD keseluruhan untuk spesifikasi tertentu selama periode 15 bulan tersebut, maka batas kendali yang digunakan adalah 3 dengan populasi yang dihitung dari rataan terhadap rataan kesembilan contoh ( x ) yang diukur untuk tiap BLD.
53
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, spesifikasi produk yang diukur dalam penelitian ini adalah JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use, JIS G3141 SPCC-SD for Enamel, dan JIS G3141 SPCC-SD for General Use. Alasan pemilihan ketiga spesifikasi produk BLD ini dikarenakan ketiga produk tersebut memerlukan pengendalian mutu khusus, mengingat tiga spesifikasi produk ini merupakan spesifikasi produk dengan tingkat mutu tinggi. Selain itu, demi mencapai pengendalian mutu yang terbaik dari ketiga spesifikasi produk ini, pengujian kekerasan benar-benar diuji dari kesembilan area BLD, sehingga datanya merupakan terlengkap dan lebih akurat daripada spesifikasi BLD yang lain. Analisis grafik kendali X-bar untuk masing-masing spesifikasi produk diukur dengan 4 analisis grafik kendali X-bar, yaitu pengukuran kekerasan, yield strength, tensile strength dan elongation, yang keempatnya merupakan uji sifat mekanis baja yang dilakukan agar mutu BLD yang dihasilkan benarbenar terjamin, sehingga tidak ada permasalahan. Hasil analisis deskriptif data uji sifat mekanis baja untuk tiap spesifikasi ditunjukkan oleh Tabel 7, yang selanjutnya menjadi acuan analisis keterkendalian mutu BLD yang diukur menggunakan grafik kendali X-bar. Mengacu pada hasil analisis deskriptif pada Tabel 7, data mean (x) dan simpangan baku () menjadi dasar penentuan batas kendali menggunakan grafik kendali X-bar. Hasil analisis keterkendalian mutu menggunakan grafik kendali X-bar ini dapat dilihat pada Tabel 8. Gambar grafik kendali X-bar ditunjukkan pada Gambar 11. Tabel 7. Analisis deskriptif uji sifat mekanis BLD SPCC-SD
SPCD-SD DU x Kekerasan
EN x
GGU
x
36,25
3,50
43,24
4,28
44,37
3,80
Yield Strength
173,58
15,36
199,86
17,39
196,56
20,44
Tensile Strength
283,82
9,44
310,32
14,43
310,98
16,69
45,39
2,38
39,88
3,88
43,22
3,61
Elongation
54
Keterangan : ………
a. x =
, di mana x adalah rataan dari pengambilan contoh di
sembilan area berbeda b. =
∑( (
) )
Pola pergerakan khusus yang ditunjukkan titik-titik di beberapa grafik kendali X-bar tersebut tidak dapat dijadikan patokan keterkendalian proses (run test) seperti yang dijelaskan dalam teori SPC. Hal ini disebabkan data mentah dari Laboratorium Metalurgi BLD tidak menyediakan keterangan spesifik mengenai waktu kapan masing-masing produk tersebut dilakukan uji mechanical
properties,
sehingga
tidak
dapat
dianalisis
perbedaan
keterkendalian proses untuk tiap periode waktu yang lebih pendek, misalkan periode per bulan. Oleh karena itu, patokan yang dipakai untuk menganalisis keterkendalian proses dari grafik tersebut hanya titik merah atau output produk out of statistical control (OC). Kedua patokan tersebut ditunjukkan dari hasil pengolahan data melalui software Minitab 14. Selain pengujian kekerasan, pengujian tarik sebagai pengujian mekanis baja lainnya juga dirasa perlu untuk dilihat keterkendalian prosesnya. Pengujian tarik ini terbagi menjadi tiga parameter yaitu yield strength, tensile strength, dan elongation. Gambar 10 memperlihatkan output dari analisis keterkendalian mutu tensile strength BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use. Output tersebut menunjukkan produk BLD nomor 96 memiliki nilai tensile strength di luar batas kendali atau di luar batas jarak 3σ dari garis tengah. Adapun output lainnya bisa dilihat pada lampiran. Ringkasan analisis dari grafik kendali X-bar untuk sifat mekanis BLD untuk tiga spesifikasi dapat dilihat pada Tabel 8. Xbar Chart of TS Test Results for Xbar Chart of TS TEST 1. One point more than 3,00 standard deviations from center line. Test Failed at points: 96
Gambar 10. Output Minitab 14 untuk Produk di Luar Batas Kendali
55
Tabel 8. Analisis grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD 3 spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD DU Uji Sifat Mekanis
OC
OSC
LCL
CL
UCL
LSL
USL
n
Kekerasan
25,75
36,25
46,75
30
48
168
0
0
0
0
Yield Strength
125,2
173,58
222,8
*
240
168
0
0
0
0.00
249
283,82
319,7
270
*
168
1
0,59
4
2,38
0,30 - 0.40
45,39
45,39
52,68
33
*
36
0
0
0
0
0,60 – 1,00
38,02
45,39
52,68
38
*
84
0
0
0
0
1,00 – 1,60
38,02
45,39
52,68
39
*
35
0
0
0
0
1,60 -2,50
38,02
45,39
52,68
40 * 13 0 JIS G3141 SPCC-SD EN
0
0
0
LCL
CL
UCL
LSL
Kekerasan
30,4
43,24
56,08
Yield Strength
147,7
199,9
252
267
310,3
< 0,25
28,04
0,25 – 0,30
Tensile Strength
Elongation
n
%
n
%
OC n %
OSC n %
297
0
0,00
0
0
297
0
0,00
0
0
*
297
2
0,67
0
0
28
*
5
0,00
0
0
51,52
28
*
101
1
0,99
0
0
39,88
51,52
31
*
57
0
0,00
0
0
28,04
39,88
51,52
34
*
109
0
0,00
0
0
0,61 – 1,00
28,04
39,88
51,52
36
*
15
0
0,00
0
0
1,01- 1,60
28,04
39,88
51,52 37 * 10 0 JIS G3141 SPCC-SD GU
0,00
0
0
LCL
CL
UCL
LSL
USL
n
Kekerasan
32,97
44,37
55,77
*
55
Yield Strength
135,2
196,56
257,9
*
Tensile Strength
260,9
310,98
361,1
0,30 – 0,40
32,39
43,22
0,41 – 0,60
32,39
0,61 – 1,00
USL
n
*
55
*
260
353,6
270
39,88
51,52
28,04
39,88
0,31 – 0,40
28,04
0,41 – 0,60
Tensile Strength
Elongation
Elongation
0
OC
OSC
n
%
n
%
2421
15
0,62
11
0,45
260
2421
9
0,37
6
0,25
270
*
2421
11
0,45
1
0.
54,05
31
*
486
2
0,08
1
0,04
43,22
54,05
34
*
726
5
0,21
9
0,372
32,39
43,22
54,05
36
*
643
0
0
2
0,08
1,01 – 1,60
32,39
43,22
54,05
37
*
639
1
0,04
1
0,04
1,61 -2,50
32,39
43,22
54,05
38
*
337
2
0,08
0
0,04
> 2,50
32,39
43,22
54,05
39
*
77
1
0,04
0
0
Keterangan : a. LCL : Lower Control Limit atau nilai batas kendali bawah b. CL : Center Line atau garis tengah c. UCL : Upper Center Limit atau nilai batas kendali atas d. LSL : Lower Specification Limit atau nilai batas spesifikasi bawah
56
e. USL : Upper Specification Limit atau nilai batas spesifikasi atas f. n : frekuensi atau jumlah data g. OC : Out of Statistical Control atau nilai di luar batas kendali statistik ( > 3 atau < 3 h. OSC : Out of Specification Control atau nilai di luar batas spesifikasi (> USL atau
Grafik Kendali X-bar Kekerasan SPCD-SD DU UCL=46,75
Sample Mean
45
40 _ _ X=36,25
35
30
LCL=25,75
25 1
18
35
52
69
86 103 Sample
120
137
154
Gambar 11. Grafik Kendali X-bar untuk Pengujian Kekerasan BLD JIS G3141 for Drawing Use Khusus untuk pengujian elongation, batas spesifikasi parameter ini dibagi berdasarkan kategori ketebalan BLD, hal ini sesuai dengan standar JIS (Japanese Industrial Standard) tentang sifat mekanis baja lembaran dingin. Pembagian parameter elongation ini bisa dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Standar JIS untuk Elongation
SPCC
0,25 – 0,30 min 28
0,30 – 0,40 min31
Elongation (%) 0,40 0,60 – 1,00 – 0,60 1,00 1,60 min 34 min 36 min 37
1,60 – 2,50 min 38
over 2,50 min 39
SPCD
min 30
min 33
min 36
min 40
min 41
Symbol of grade
min 38
min 39
Berdasarkan Tabel 8, semua spesifikasi BLD terlihat tidak terkendali secara statistik karena masih memiliki BLD dengan nilai yang di luar batas
57
kendali, atau berjarak 3σ dari garis tengah. Jumlah yang di luar batas kendali itu sangat sedikit jumlahnya, atau masih dalam rentang toleransi perusahaan, maka perusahaan menganggap bahwa persentase produk di luar batas kendali statistik atau di luar batas spesifikasi yang di bawah 2,5% dari total BLD untuk tiap spesifikasi selama periode Januari 2009–Maret 2010 itu terjadi karena penyebab umum. Ariani (2004) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya variasi proses terdiri dari 2 jenis, yaitu penyebab umum (common cause) yang sudah melekat pada proses, dan penyebab khusus (assignable cause) yang merupakan kesalahan yang berlebihan. PT Krakatau Steel mulai menerapkan standar mutu ISO 9002 pada tahun 1993 yang di dalamnya tercantum pentingnya penerapan teknik-teknik statistik dalam mengidentifikasi dan memeriksa kemampuan proses dan karakteristik produk (paragraf 4.20 dalam QUALITY SYSTEM 1SO 9002 yang menyangkut Process Assurance). Pada tahun 1997, PPBLD mulai menerapkan
metode
pengendalian
proses
statistik
(SPC)
dalam
mengendalikan proses produksi BLD, maka upaya perbaikan proses akan semakin meningkatkan pengendalian mutu dan mengurangi produk yang tidak sesuai spesifikasi. Setelah hasil analisis keterkendalian proses tercapai atau dengan kata lain ketidakketerkendalian proses untuk sifat mekanis BLD tiga spesifikasi berjumlah sangat sedikit untuk periode yang sangat lama dan perusahaan menganggap itu sebuah kewajaran atau hal ini terjadi karena penyebab umum (common cause), maka akan diuji seberapa layak kapabilitas proses dan mampu menuhi batas spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat dipantau melalui analisis kapabilitas proses. Fungsi grafik kendali hanya untuk melihat masalah apa yang terjadi dari suatu proses, tapi tidak dapat memberitahu masalah yang terjadi dan cara mengatasinya (Evans, 1991), karena itu tidak cukup mengambil keputusan hanya berdasarkan hasil grafik kendali dalam menentukan keterkendalian proses yang terkait dengan pemenuhan spesifikasi perusahaan atau pelanggan.
58
4.7. Analisis Kapabilitas Proses Analisis kapabilitas proses digunakan untuk menaksir apakah proses sudah memenuhi spesifikasi tertentu. Dalam hal ini, ada 2 parameter untuk melihat karakteristik dari analisis ini, yaitu Cp dan untuk mengukur apakah proses capable atau tidak, Cpk untuk mengukur proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Pengolahan data untuk analisis kapabilitas proses ini menggunakan bantuan software Minitab 14. Ariani (2004) memberikan penilaian Cp sebagai berikut : a. Cp > 1 berarti proses masih baik (capable) b. Cp < 1 berarti proses tidak baik (not capable) c. Cp = 1 berarti proses sama dengan spesifikasi konsumen Namun demikian, dalam kenyataannya, rasio kapabilitas proses (Cp) minimal harus sama dengan 1,33 (Ariani, 2004). Dalam hal ini, Ariani (2004) memberikan penilaian Cpk sebagai berikut : a. Cpk ≥ 1 berarti proses disebut capable (baik) b. Cpk ≤ 1 berarti proses dikatakan not capable (tidak baik) Hasil analisis kapabilitas menggunakan bantuan software Minitab 14 dicontohkan pada Gambar 12. tentang analisis kapabilitas proses untuk nilai kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use. Analisis kapabilitas proses pada gambar mendefinisikan kemampuan proses dalam memenuhi spesifikasi atau mengukur kinerja proses. USL merupakan batas spesifikasi atas yang ditetapkan perusahaan, sama halnya dengan Target untuk spesifikasi rataan yang distandarisasi perusahaan dan LSL untuk batas spesifikasi atas. Hasil perhitungan analisis yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 10 sampai Tabel 12. Analisis kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use (DDU) untuk masing-masing sifat mekanis diperlihatkan oleh Tabel 10. Parameter uji kekerasan menunjukkan Cp 1,71 dan Cpk 1.19 yang mengindikasikan bahwa proses dikatakan telah terfokus, stabil, dan dapat diprediksi karena Cp >1,33 dan Cpk >1,0 (Ariani, 2004). Parameter yield strength atau parameter lain yang hanya memiliki satu batas spesifikasi akan hanya ada Cpk sebagai parameter penilaian kapabilitas
59
proses. Nilai Cpk 2,88 menunjukkan bahwa proses untuk penentuan yield strength sesuai dengan spesifikasi konsumen. Parameter tensile strength yang juga hanya memiliki batas kendali atas mengindikasikan bahwa proses belum mampu menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi parameter ini, karena memiliki nilai Cpk 0,98 (Ariani, 2004). Parameter elongation memiliki batas spesifikasi yang bebeda untuk tiap ketebalan, sehingga kapabilitas proses (Cp dan Cpk) dihitung untuk tiap ketebalan tersebut. Process Capability Hardness JIS G3141 SPCD-SD DU LSL
USL
P rocess Data LS L 30 Target * USL 48 S ample M ean 36,25 S ample N 168 S tDev (Within) 3,5
P otential (Within) C apability Cp 1,71 C PL 1,19 C PU 2,24 C pk 1,19 C C pk 1,71
30 O bserv ed P erformance % < LS L 0,00 % > U S L 0,00 % Total 0,00
33
36
39
42
45
48
E xp. Within P erformance % < LS L 3,71 % > U S L 0,04 % Total 3,75
Gambar 12. Analisis kapabilitas proses nilai kekerasan JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use Kapabilitas proses secara keseluruhan parameter elongation dihitung berdasarkan rataan nilai kapabilitas Cp dan Cpk untuk tiap ketebalan. Nilai kapabilitas proses untuk parameter elongation BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use adalah Cpk 2,143 (Tabel 10), karena elongation hanya memiliki batas spesifikasi bawah maka tidak ada nilai Cp untuk parameter elongation. Nilai Cpk > 1 mengindikasikan bahwa proses mampu memproduksi BLD yang sesuai dengan spesifikasi untuk parameter elongation. Tabel 11 memperlihatkan kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel untuk masing-masing sifat mekanis. Parameter kekerasan memiliki Cpk > 1,00 dan tidak memiliki Cp, karena hanya menyebutkan batas spesifikasi atas. Hal ini berarti proses mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi nilai kekerasan. Sama halnya dengan parameter yield strength, tensile strength, dan elongation hanya memiliki Cpk ≥ 1, yang berarti proses dikatakan baik (Ariani, 2004)
60
Tabel 10. Kapabilitas proses JIS G3141 SPCD-SD DU Uji Sifat Mekanis Kekerasan Yield Strength Tensile Strength 0,30 – 0,40 0,60 – 1,00 Elongation (Berdasarkan 1,00 – 1,60 Ketebalan) 1,60 -2,50 Rataan
Rataan 36,25 174,00 284,36 45,35 45,35 45,35 45,35 45,35
Kapabilitas Proses Cp Cpk CPU CPL 1,71 1,19 2,24 1,19 * 2,88 2,88 * * 0,98 * 0,98 * 3,47 * 3,47 * 2,07 * 2,07 * 1,79 * 1,79 * 1,51 * 1,51 * 2,21 * 2,21
Tabel 11. Kapabilitas proses JIS G3141 SPCC-SD EN Uji Sifat Mekanis Kekerasan Yield Strength Tensile Strength < 0,25 0,25 – 0,30 0,31 – 0,40 Elongation (Berdasarkan 0,41 – 0,60 Ketebalan) 0,61 – 1,00 1,01- 1,60 Rataan
Rataan 43,24 199,86 310,32 39,88 39,88 39,88 39,88 39,88 39,88 39,88
Kapabilitas Proses Cp Cpk CPU CPL * 1,83 1,83 * * 2,31 * 2,31 * 1,86 1,86 * * 2,04 * 2,04 * 2,04 * 2,04 * 1,53 * 1,53 * 1,01 * 1,01 * 0,67 * 0,67 * 0,49 * 0,49 * 1,30 * 1,30
Tabel 12. Kapabilitas proses JIS G3141 SPCC-SD GU Uji Sifat Mekanis
Rataan
Kekerasan Yield Strength Tensile Strength 0,30 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 1,00 Elongation (Berdasarkan 1,01 – 1,60 Ketebalan /mm) 1,61 – 2,50 > 2,50 Rataan
44,37 196,56 310,98 43,22 43,22 43,22 43,22 43,22 43,22 1,36
Kapabilitas Proses Cp Cpk CPU CPL * 1,86 1,86 * * 2,07 1,95 * * 1,64 * 1,64 * 2,26 * 2,26 * 1,70 * 1,70 * 1,33 * 1,33 * 1,15 * 1,15 * 0,96 * 0,96 * 0,78 * 0,78 * 1,36 * 1,36
61
Kapabilitas proses BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use (GU) yang ditunjukkan oleh Tabel 12. terlihat mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi nilai kekerasan BLD. Parameter kekerasan, yield strength, tensile strength, dan elongation, walaupun tidak memiliki nilai Cp, memiliki proses yang mampu menghasilkan produk dalam batas spesifikasi baik, karena Cpk ≥ 1 (Ariani, 2004). 4.8. Analisis Regresi Analisis regresi untuk sifat mekanis tiap spesifikasi BLD terhadap kekerasannya, adalah: 1. Regresi sederhana antara rataan kekerasan dengan rasio reduksi di TCM untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use. 2. Regresi berganda antara rataan kekerasan dengan masing-masing unsur kimia yang dianggap mempengaruhi kekerasan BLD untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use 3. Regresi sederhana antara rataan kekerasan dengan rasio reduksi di TCM untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel 4. Regresi berganda antara rataan kekerasan dengan masing-masing unsur kimia yang dianggap mempengaruhi kekerasan BLD untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel 5. Regresi sederhana antara rataan kekerasan dengan rasio reduksi di TCM untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use 6. Regresi berganda antara rataan kekerasan dengan masing-masing unsur kimia yang dianggap mempengaruhi kekerasan BLD untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use 4.9.1 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau keterkaitan yang dihasilkan dari perubahan rasio reduksi terhadap rataan kekerasan yang dianalisis dengan bantuan software MINITAB 14, dimana rataan kekerasan sebagai peubah dependen dan rasio reduksi sebagai peubah independennya.
62
Persamaan analisis regresi sederhana rataan kekerasan terhadap rasio reduksi, adalah: Y = 24,1 + 0,170 X Dimana : Y = rataan kekerasan X = rasio reduksi Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, diperoleh persamaan model regresi rataan kekerasan = 24,1 + (0,170 rasio reduksi). Nilai intersep 24,1 menyatakan nilai dugaan rataan kekerasan pada saat rasio reduksi sama dengan nol akan memiliki nilai rataan kekerasan 24,1 HRB dan nilai 0,170 disebut koefisien regresi rasio reduksi yang bermakna jika peubah rasio reduksi dinaikan 1%, maka rataan kekerasan akan naik 0,170 HRB. Nilai koefisien regresi rasio reduksi adalah positif yang menunjukan dengan peningkatan rasio reduksi mengakibatkan peningkatan rataan kekerasan. Hasil analisis regresi sederhana menunjukan bahwa rasio reduksi berdasarkan uji memiliki pengaruh nyata terhadap rataan kekerasan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2, bahwa P- value memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05, yaitu 0,000. Sedangkan untuk nilai determinasi dapat dilihat pada nilai R-Sq 8,7 % berarti bahwa 8,7 % variasi contoh jumlah rataan kekerasan dijelaskan oleh faktor rasio reduksi dan sisanya (91,3%) dijelaskan oleh fakor lainnya. Berdasarkan grafik probabilitas normal residual yang dapat dilihat pada Lampiran 10 menunjukan bahwa residual yang terbentuk hampir mendekati garis lurus, sehingga residual yang terbentuk telah mengikuti distribusi normal. Nilai KS adalah 0,049 dan P- value lebih besar dari 0,15. 4.9.2 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use Sebelum
melihat
lebih
jauh,
berdasarkan
lampiran
11,
memperlihatkan bahwa berdasarkan P-value pada uji t untuk masingmasing unsur kimia, tidak ada satu pun unsur kimia yang berpengaruh nyata terhadap rataan kekerasan. Hal ini terlihat dari masing-masing P-
63
value uji t unsur kimia bernilai > 5% atau taraf nyata yang dipakai. Selain itu, secara serentak, komposisi kimia tidak berpengaruh terhadap rataan kekerasan, berdasarkan P-value uji F (0,833) > 5%. 4.9.3 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel Besar pengaruh atau keterkaitan yang dihasilkan dari rasio reduksi terhadap rataan kekerasan untuk BLD JIS G3141 SPCC-SD for Enamel dapat diketahui dari hasil analisis menggunakan MINITAB 14, dimana rataan kekerasan sebagai peubah dependen dan rasio reduksi sebagai peubah independennya. Persamaan analisis regresi sederhana rataan kekerasan terhadap rasio reduksi: Y = 11,5 + 0,391X Dimana : Y = rataan kekerasan X = persentase rasio reduksi di TPM Berdasarkan hasil analisis regresi di atas diperoleh persamaan model regresi rataan kekerasan = 11,5 + (0,391 rasio reduksi). Nilai intersep 11,5, menyatakan nilai dugaan rataan kekerasan pada saat rasio reduksi sama dengan nol, yaitu 11,5 HRB dan nilai 0,391 disebut koefisien regresi rasio reduksi yang bermakna, jika peubah rasio reduksi dinaikan 1%, maka rataan kekerasan akan naik sebesar 0,391 HRB. Nilai koefisien regresi rasio reduksi adalah positif yang menunjukan dengan peningkatan rasio reduksi mengakibatkan peningkatan rataan kekerasan. Hasil analisis regresi sederhana menunjukan bahwa rasio reduksi berdasarkan uji memiliki pengaruh nyata terhadap rataan kekerasan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 12 bahwa P- value memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05, yaitu 0,000. Sedangkan nilai determinasi dapat dilihat pada nilai R-Sq yaitu 36,9%, yang berarti 36,9% variasi contoh rataan kekerasan dijelaskan oleh faktor rasio reduksi dan sisanya (63,1%) dijelaskan oleh fakor lainnya.
64
Berdasarkan grafik probabilitas normal residual yang dapat dilihat pada Lampiran 12 menunjukan bahwa residual yang terbentuk hampir mendekati garis lurus, sehingga residual yang terbentuk telah mengikuti distribusi normal. Ada beberapa informasi yang dapat diperoleh, diantaranya adalah rataan dan simpangan baku regresi masing-masing 2,624463 x 10-14 dan 3,4 dengan jumlah pengamatan sebanyak 297 pengamatan. Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov 0,023 dan P- value lebih besar dari 0,15, maka residual regresi linier telah mengikuti distribusi normal. Jika persamaan regresi yang diperoleh digunakan untuk menentukan nilai tengah rataan kekerasan dari batas kendali 3 yakni 43,24 maka diperoleh nilai rasio reduksi 81%. Melihat koefisien determinasi yang menggambarkan bahwa rasio reduksi tidak terlalu menjelaskan keragaman nilai rataan kekerasan secara dominan maka hal ini tidak bisa dijadikan patokan utama untuk mengatur nilai rataan kekerasan karena masih ada faktor-faktor lain di luar model yang dominan ikut mempengaruhi. 4.9.4 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel Pengaruh antara rataan kekerasan dengan masing-masing unsur kimia yang dianggap mempengaruhinya dapat diuji dengan analisis regresi berganda dengan menggunakan MINITAB 14. Persamaan analisis regresi berganda komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use adalah : Y = 38,4 + 0,584 X1 + 0,0558 X2 + 0,0152 X3 + 0,0100 X4 Dimana: Y = rataan kekerasan (HRB) X1= proporsi unsur C (%) X2= proporsi unsur Mn (%) X3= proporsi unsur Al (%) X4= proporsi unsur N (%) Berdasarkan grafik probabilitas normal residual yang dapat dilihat pada Lampiran 13 menunjukan bahwa residual yang terbentuk tidak
65
mengikuti distribusi normal. Hal ini disebabkan karena nilai KS (0,03) kurang dari nilai taraf nyata 5, maka persamaan regresi dikatakan tidak baik. 4.9.5 Pengaruh Rasio Reduksi terhadap Rataan Kekerasan untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use Rasio reduksi tidak mempengaruhi rataan kekerasan. Hal ini terlihat dari P-value, baik uji t (P-value 0,457) maupun uji F (P-value 0,457), bernilai lebih besar dari taraf nyata 5%. Selain itu, dengan koefisien determinasi 0,0%, mengindikasikan bahwa peubah ini sama sekali tidak menjelaskan perubahan dari rataan kekerasan. Secara lebih lengkap, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14. 4.9.6 Pengaruh Komposisi Kimia terhadap Rataan Kekerasan BLD untuk BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use Pengaruh antara rataan kekerasan dengan masing-masing unsur kimia yang dianggap mempengaruhinya dapat diuji dengan analisis regresi berganda dengan menggunakan MINITAB 14. Persamaan analisis regresi berganda komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use adalah : Y = 34,9 + 75,4X1 + 22,6X2 + 13,3X3 + 238X4 Dimana: Y = rataan kekerasan (HRB) X1= proporsi unsur C (%) X2= proporsi unsur Mn (%) X3= proporsi unsur Al (%) X4= proporsi unsur N (%) Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa komposisi kimia berdasarkan uji F memiliki pengaruh nyata terhadap rataan kekerasan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 15 bahwa P- value memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05, yaitu 0,000. Sedangkan nilai determinasi dapat dilihat pada nilai R-Sq yaitu 8,5%, yang berarti 8,5% variasi contoh rataan kekerasan dijelaskan oleh faktor rasio reduksi dan sisanya (91,5%) dijelaskan oleh fakor lainnya.
66
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Lampiran 15, diperoleh hasil analisis yang menunjukan bahwa semua unsur (C, Mn, Al, N) memiliki nilai VIF < 10, berarti tidak terdapat korelasi kuat antar peubah independen , sehingga ada kesesuaian model terpenuhi. Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa secara serentak, komposisi kimia berpengaruh secara nyata, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 15 yang ditunjukan oleh nilai P-value (0,000) pada ANOVA kurang dari 5%. Sedangkan secara parsial, hanya unsur C, Mn, dan N berpengaruh nyata terhadap rataan kekerasan. Hal ini juga dapat dilihat pada Lampiran 15 yang ditunjukan oleh nilai P- value dari ketiga peubah independen tersebut (C, Mn, dan N) memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05, sedangkan P-value unsur Al (0,188) lebih besar dari α = 0,05 sehingga unsur Al secara nyata tidak mempengaruhi keragaman nilai rataan kekerasan. Ketiga unsur yang mempengaruhi keragaman nilai rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use, yakni C, Mn, dan N, jika berdasarkan nilai uji t terlihat bahwa unsur Mn paling berpengaruh (nilai t = 9,51), disusul dengan unsur C (t = 8,26), dan kemudian unsur N (t = 5,61). Berdasarkan grafik probabilitas normal residual yang dapat dilihat pada Lampiran 15 menunjukan bahwa residual yang terbentuk hampir mendekati garis lurus, sehingga residual yang terbentuk telah mengikuti distribusi normal. Ada beberapa informasi yang dapat diperoleh, diantaranya adalah rataan dan simpangan baku regresi masing-masing 3,56005 x 10-15 dan 3,633 dengan jumlah pengamatan sebanyak 2421 pengamatan. Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov 0,016 dan P- value lebih besar dari 0,15, maka residual regresi linier telah mengikuti distribusi normal. 4.9. Rekapitulasi Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana mutu sifat mekanis baja terkendali secara statistik, menentukan kapabilitas proses produksi BLD pada PPBLD PTKS, serta mengidentifikasi faktor-faktor
67
yang diduga mempengaruhi keragaman mutu sifat mekanis baja serta menganalisis sejauh mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhinya. Analisis untuk mengetahui keterkendalian mutu produk adalah menggunakan grafik kendali X-bar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh suatu gambaran mutu sifat mekanis baja yang tidak terkendali secara statistik karena masih ada beberapa produk yang memiliki nilai dalam batas kendali statitik (3), tetapi masih dianggap suatu kewajaran oleh perusahaan karena jumlahnya masih di bawah batas toleransi perusahaan. Analisis selanjutnya adalah menggunakan analisis kapabilitas proses untuk mengetahui sejauh mana proses capable dan mampu menghasilkan produk di luar batas kendali statistik. Berdasarkan hasil analisis ini, diperoleh gambaran kondisi proses secara statistik di mana proses masih dikatakan baik (capable) dan mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar atau spesifikasi perusahaan. Hal ini terlihat dari nilai Cp>1,33 maupun Cpk >1,00 untuk hampir semua sifat mekanis dari 3 spesifikasi BLD yang diukur dalam penelitian ini. Hanya sifat mekanis tensile strength untuk BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use yang memiliki nilai Cpk<1,00, yang berarti proses produksi BLD spesifikasi ini belum mampu menghasilkan produksi yang sesuai dengan spesifikasi tensile strength untuk produk ini. Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi sifat mekanis BLD, dimana dalam hal ini hanya parameter rataan kekerasan BLD sebagai sifat mekanis yang diukur. Faktor-faktor tersebut adalah komposisi kimia yang dapat mempengaruhi kekerasan baja, pengaruh rasio reduksi BLD, pengaruh temperatur proses coiling dan temperatur akhir BLP di pabrik HSM serta faktor pemanasan coil di unit BAF. Dalam penelitian ini, hanya dibatasi dua faktor pertama, karena menurut perusahaan, dua faktor terakhir memiliki nilai konstan dan dapat diabaikan dalam penelitian ini. Setelah diketahui faktor-faktor tersebut, selanjutnya adalah mengukur pengaruh masing-masing kedua faktor, rasio reduksi dan komposisi kimia, terhadap keragaman nilai kekerasan BLD menggunakan analisis regresi. Rasio reduksi hanya memiliki satu peubah independen, sehingga untuk
68
mengukur pengaruh terhadap keragaman rataan kekerasan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Komposisi kimia memiliki empat peubah independen, dalam hal ini adalah unsur C, Mn, Al, dan N yang diduga, maka menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengukur pengaruhnya terhadap keragaman rataan kekerasan. Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh gambaran: (1) rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use dipengaruhi secara nyata oleh rasio reduksi dengan koefisien determinasi 8,7%; (2) rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for Enamel dipengaruhi secara nyata oleh rasio reduksi dengan koefisien determinasi 36,9% serta (3) rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use dipengaruhi secara nyata oleh komposisi kimia dengan koefisien determinasi , tetapi secara parsial, unsur Al tidak berpengaruh secara nyata. Melihat koefisien determinasi masing-masing dari hasil analisis regresi yang bernilai kecil, maka faktor yang terukur berpengaruh secara nyata tersebut belum cukup mampu menjelaskan keragaman nilai rataan kekerasan. Penelitian selanjutnya baik yang dilakukan oleh internal maupun dari eksternal PT KS sebaiknya mencari faktor lain atau mencari metode analisis statistik pengukur hubungan peubah yang lain yang dapat memaksimalkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh sehingga pihak manajemen PT KS dapat mengambil langkah yang lebih tepat dan terarah secara spesifik dalam penanganan proses produksi, yaitu mengendalikan rataan nilai kekerasan BLD sebagai mutu akhir yang sangat diperhatikan dalam pembuatan BLD sesuai pesanan konsumen. Penelitian ini selain berguna memperlihatkan keterkendalian mutu dan kondisi kapabilitas proses, juga untuk mengenalkan metode statistik dasar yang berfungsi untuk mengukur pengaruh peubah-peubah yang dapat dikendalikan secara kuantitatif untuk mencari nilai peubah dependen yang diharapkan. Beberapa faktor lain yang dianggap mempengaruhi keragaman nilai kekerasan adalah pemasukan material bahan baku impor. PT KS mendatangkan baja slab impor sekitar 600 ribu ton per tahun. PT KS memiliki beberapa jenis proses pembuatan baja yaitu blast furnace, DRI,
69
pada proses steel making ada yang mengunakan arc furnace, basic oxygen furnace dimana tingkat kemurnian masing-masing tipe memiliki perbedaan tersendiri. Selain itu, terdapat perbedaan nyata dalam hal pembelian material bahan baku impor dari kawasan Eropa Timur, India, Australia atau Benua Amerika, dimana tiap tempat tersebut memiliki kandungan bahan tambang yang berbeda dan memiliki kemungkinan dapat menghasilkan kandungan residual element (Cr, Ni, Cu) material impor yang lebih tinggi. Kandungan residual element ini dapat mempengaruhi kekerasan atau sifat mekanis BLD yang dihasilkan. Dalam standar spesifikasi unsur ini tidak dinyatakan berapa jumlah
kandungannya
karena
umumnya
dalam
spesifikasi
hanya
menyebutkan unsur C, Mn, Si, P dan S. Selain itu, pengaruh finishing dan coiling temperature yang memiliki nilai di luar standar yang ditentukan perusahaan. Secara spesifik, hal ini terjadi jika ada permasalahan di pabrik HSM, di mana nilai optimal untuk finishing temperature adalah 890 ° - 910°C dan coiling temperature maksimum 570°C tidak terpenuhi pada proses produksi BLP tersebut, faktor ini diduga dapat menyebabkan keseragaman butir kristal pada BLP, makin halus butir akan didapat keseragaman sifat mekanis. Pengaruh lain adalah faktor alat dimana nozzle burner pada BAF yang memiliki ukuran di luar standar. Secara optimal, diameter nozzle burner seharusyna 1.0 mm, jika alat tersebut kotor akibat dari hasil proses produksi, keausan nozzle burner akan mengakibatkan diameternya semakin membesar yang dapat mempengaruhi suhu yang dihasilkan untuk memanaskan coil. Proses penanganananya adalah pemeriksaan lubang nozzle burner di BAF yang berjumlah 12 ea per furnace yang tidak mudah dilakukan, apalagi jika suhu sudah tinggi (> 300°C), kalaupun akan diganti maka burner harus dimatikan terlebih dahulu, dengan menutup valve SFO, kemudian setelah temperature rendah (< 100°C) baru nozzle burner dibuka dan diganti, jika ini terjadi akan menurunkan suhu yang dihasilkan, tetapi jika nozzle burner tidak diganti maka akan menghasilkan over temperature, kondisi dilematis tersebut yang menjadi permasalahan umum pada furnace dengan bahan bakar SFO. Oleh karena itu, mulai bulan Juni 2010, telah dilakukan program
70
konversi bahan bakar dari SFO menjadi natural gas yang berguna bagi pemerataan distribusi suhu yang optmal. Beberapa faktor di atas dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mengukur pengaruh dari masing-masing nilai kuantitatif dari faktor-faktor tersebut terhadap rataan kekerasan secara statistik, sehingga penanganan produksi dapat lebih optimal dan terarah.
71
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan a. Empat sifat mekanis BLD (kekerasan, yield strength, tensile strength, dan elongation) untuk spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use, JIS G3141 SPCC-SD for Enamel dan JIS G3141 SPCC-SD for General Use sudah terkendali walaupun masih ada BLD yang memiliki nilai di luar batas 3 tapi jumlahnya sedikit dan dianggap wajar karena masih di bawah nilai toleransi yang ditetapkan perusahaan untuk produk di luar batas kendali mutu. Kapabilitas proses untuk keempat sifat mekanis untuk 3 spesifikasi BLD memiliki proses baik (capable) dan dapat menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dengan baik karena nilai Cp > 1,33 (Rataan Kekerasan BLD Spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use) dan Cpk > 1,00 (Keempat sifat mekanis dari 3 BLD yang diukur). Namun terdapat nilai kapabilitas yang rendah untuk tensile strength BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use dengan Cpk 0,98. b. Hasil analisis regresi sederhana menunjukan bahwa rasio reduksi berpengaruh secara nyata terhadap rataan kekerasan BLD untuk spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use dan JIS G3141 SPCC-SD for Enamel dengan koefisien determinasi 8,7% untuk spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use
dan 36,9% untuk spesifikasi JIS G3141
SPCC-SD for Enamel. Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa hanya unsur karbon (C), mangaan (Mn), dan nitrogen (N) yang berpengaruh nyata terhadap rataan kekerasan BLD JIS G3141 SPCC-SD for General Use. Koefisien determinasi untuk hubungan komposisi kimia dengan rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for General Use 8,5%. 2.
Saran a. PT Krakatau Steel harus tetap mempertahankan kondisi keterkendalian mutu produknya, khususnya mempertahankan keterkendalian mutu produk
72
dalam rentang statistik (3) dan kapabilitas proses dengan Cp > 1,33 dan Cpk > 1,00. b. Terkait nilai kapabilitas tensile strength BLD JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use yang rendah, maka perlu ada peninjauan ulang batas spesifikasi
standarnya
atau
peninjauan
proses
produksinya
agar
permasalahan nilai kapabilitas proses yang rendah tersebut dapat ditelusuri dan ditingkatkan nilai Cpk untuk menjamin mutu produk yang terbaik. c. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap faktor yang diduga terhadap keragaman nilai rataan kekerasan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Mutu Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Mutu). Andi, Yogyakarta. Evans, J. R. 1991. SPC for Quality Improvement : A Learning Guide to Learning SPC. Prentice Hall, New Jersey. Fauza, S.A. 2005. Pengendalian Proses Produksi Chicken Stick dengan Menggunakan Statistical Process Control (SPC) Studi Kasus di PT Charoen Pokphand Indonesia. Skripsi pada Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fatimah, N.Y. 2006. Penggunaan Grafik Kendali Mutu pada Vulcanizing Process di PT Bridgestone Tire Indonesia, Bekasi. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gaspersz, V. 1998. Statistical Process Control, Penerapan Teknik-Teknik dalam Manajemen Bisnis Total. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gaspersz, V. 2005. Total Quality Management. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Heizer, J. and B. Render. 2006. Operations Management. Prentice Hall, New Jersey. Iriawan, N dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Ishikawa, K. 1989. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. Krakatau Steel. 2010. Company Profile. Krakatau Steel, Cilegon. Montgomery, D.C. 1996. Introduction to Statistical Quality Control. John Willey and Son, Inc, New York. Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia, Bogor. Nurmayanti. 2010. Permintaan Baja Tumbuh 10%-12% Tahun Ini. http://www.kontan.co.id. [3 Februari 2010]. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom, Yogyakarta. Seputarforex. 2010. Penjualan Baja Krakatau Steel Rp. 19 Triliun 2010. http://www.seputarforex.com. [10 Februari 2010]
74
Setiawan, R. 2009. Ketangguhan Industri Baja Nasional Dipertanyakan. http://reviewindonesia.com. [3 Februari 2010]. Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan Mutu dan Standarisasi Mutu Pangan. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor. Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Penerbit ANDI, Yogyakarta Tapiero, C.S. 1996. The Management of Quality and Its Control. Chapman and Hall, London. Usman, H dan R.P.S. Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi PT. Krakatau Steel
76
77
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT Krakatau Steel
78
Lampiran 3. Gambar aliran proses produksi Long Product PT Krakatau Steel
79
Lampiran 4. Gambar aliran proses produksi Flat Product PT Krakatau Steel
80
Lampiran 5. Relasi kerja PT Krakatau Steel
Lampiran 6. Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD spesifikasi JIS G3141 SPCD-SD for Drawing Use Grafik Kendali X-bar Kekerasan SPCD-SD DU
Grafik Kendali X-bar YS SPCD-SD DU 220
UCL=46,75
UCL=219,7
45
40 _ _ X=36,25
35
Sample Mean
Sample Mean
200
30
180
_ _ X=173,6
160
140 LCL=127,5
LCL=25,75
25 1
18
35
52
69
86 103 Sample
120
137
120
154
1
18
Grafik Kendali X-bar TS SPCD-SD DU 320
52
69
86 103 Sample
120
137
154
Grafik Kendali X-bar EL SPCD-SD DU 54
1
UCL=312,14
310
UCL=52,53
52 50
290
_ _ X=283,82
280 270
Sample Mean
300 Sample Mean
35
48 _ _ X=45,39
46 44 42
260
40 LCL=255,5
250 1
18
35
52
69
86 103 Sample
120
137
154
LCL=38,25
38 1
18
35
52
69
86 103 Sample
120
137
154
81
Lampiran 7. Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel Grafik Kendali X-bar Kekerasan SPCC-SD EN
Grafik Kendali X-bar YS SPCC-SD EN UCL=56,08
55
50
225
45
_ _ X=43,24
40
Sample Mean
Sample Mean
UCL=252,0
250
_ _ X=199,9
200
175 35 150
LCL=30,4
30 1
31
61
91
121
151 181 Sample
211
241
271
LCL=147,7 1
31
Grafik Kendali X-bar TS SPCC-SD EN
121
151 181 Sample
211
241
271
1
70
1
UCL=353,6
340
60
320
_ _ X=310,3
300
Sample Mean
Sample Mean
91
Grafik Kendali X-bar EL SPCC-SD EN
1
360
61
UCL=51,52
50
_ _ X=39,88
40 280 LCL=267,0
30
LCL=28,24
260 1
31
61
91
121
151 181 Sample
211
241
271
1
31
61
91
121
151 181 Sample
211
241
271
82
Lampiran 8. Grafik kendali X-bar sifat mekanis BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for General Use Grafik Kendali X-bar Kekerasan SPCC-SD GU 60
1
1
Grafik Kendali X-bar YS SPCC-SD GU
1
11 1
1
500
1 1 1
UCL=55,77
55
_ _ X=44,37
45 40
Sample Mean
Sample Mean
400 50
300
1
1
11 1
30
243
LCL=135,2
1
485
727
969
UCL=257,9 _ _ X=196,6
LCL=32,97
1
100
1
1
1211 1453 1695 1937 2179 2421 Sample
1
243
485
727
969
1211 1453 1695 1937 2179 2421 Sample
Grafik Kendali X-bar EL SPCC-SD GU
Grafik Kendali X-bar TS SPCC-SD GU 600
60
11 11
1
UCL=54,08
50
1 1 1 1
11
1
1
1
300
UCL=361,1 _ _ X=311,0
Sample Mean
500 Sample Mean
11 1 11
200
35
400
1
_ _ X=43,22 40
30
1
11 1
1
LCL=32,36 1
20 LCL=260,9 1
200 1
243
485
727
969
1211 1453 1695 1937 2179 2421 Sample
10
1
1
243
485
727
969
1211 1453 1695 1937 2179 2421 Sample
83
84
Lampiran 10. Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCDSD for Drawing Use. Regression Analysis: H_AVE versus Reduksi The regression equation is H_AVE = 24,1 + 0,170 Reduksi
Predictor Constant Reduksi
Coef 24,051 0,17037
S = 3,35300
SE Coef 3,070 0,04271
R-Sq = 8,7%
T 7,84 3,99
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 8,2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 166 167
SS 178,90 1866,28 2045,18
MS 178,90 11,24
F 15,91
P 0,000
Probability Plot of RESI1 Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-10
-5
0 RESI1
5
10
7,380340E-15 3,343 168 0,049 >0,150
85
Lampiran 11. Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCDSD for Drawing Use. Regression Analysis: H_AVE versus C; Mn; Al; N The regression equation is H_AVE = 37,7 + 35,4 C - 10,8 Mn + 12,2 Al - 237 N Predictor Constant C Mn Al N
Coef 37,658 35,37 -10,79 12,23 -237,1
S = 3,52640
SE Coef 2,440 35,62 11,54 29,75 373,7
R-Sq = 0,9%
T 15,44 0,99 -0,94 0,41 -0,63
P 0,000 0,322 0,351 0,682 0,527
VIF 4,4 4,3 1,0 1,0
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source C Mn Al N
DF 1 1 1 1
DF 4 163 167
SS 18,20 2026,98 2045,18
MS 4,55 12,44
F 0,37
P 0,833
Seq SS 1,81 9,25 2,13 5,01
Durbin-Watson statistic = 1,02107
Probability Plot of RESI1 Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-10
-5
0 RESI1
5
10
6,407573E-15 3,484 168 0,051 >0,150
86
Lampiran 12. Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCCSD for Enamel Regression Analysis: H_AVE versus reduksi The regression equation is H_AVE = 11,5 + 0,391 reduksi
Predictor Constant reduksi
Coef 11,545 0,39084
S = 3,40585
SE Coef 2,422 0,02976
R-Sq = 36,9%
T 4,77 13,13
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 36,7%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 295 296
SS 2001,0 3421,9 5423,0
MS 2001,0 11,6
F 172,51
P 0,000
Probability Plot of RESI1 Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-10
-5
0
5 RESI1
10
15
2,624463E-14 3,400 297 0,023 >0,150
87
Lampiran 13. Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCC-SD for Enamel. Regression Analysis: H_AVE versus C; Mn; Al; N The regression equation is H_AVE = 38,4 + 0,584 C + 0,0558 Mn + 0,0152 Al + 0,0100 N
Predictor Constant C Mn Al N
Coef 38,382 0,5841 0,05583 0,01522 0,01004
S = 4,22527
SE Coef 1,883 0,3015 0,06042 0,03129 0,01630
R-Sq = 3,9%
T 20,38 1,94 0,92 0,49 0,62
P 0,000 0,054 0,356 0,627 0,539
VIF 1,7 1,7 1,0 1,2
R-Sq(adj) = 2,6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source C Mn Al N
DF 1 1 1 1
DF 4 292 296
SS 209,91 5213,06 5422,97
MS 52,48 17,85
F 2,94
P 0,021
Seq SS 187,50 12,37 3,28 6,77
Durbin-Watson statistic = 1,11676
Probability Plot of RESI1 Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-20
-15
-10
-5 0 RESI1
5
10
3,779992E-14 4,197 297 0,057 0,030
88
Lampiran 14. Output Minitab 14 untuk analisis regresi rasio reduksi terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCCSD for General Use Regression Analysis: H_AVE versus Reduksi The regression equation is H_AVE = 43,9 + 0,00621 Reduksi
Predictor Constant Reduksi
Coef 43,9377 0,006208
S = 3,79921
SE Coef 0,5809 0,008341
R-Sq = 0,0%
T 75,64 0,74
P 0,000 0,457
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 2419 2420
SS 7,99 34915,87 34923,86
MS 7,99 14,43
F 0,55
P 0,457
Probability Plot of RESI1 Normal
99,99
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 80 50 20 5 1
0,01
-15
-10
-5
0 RESI1
5
10
15
-1,42285E-14 3,798 2421 0,021 <0,010
89
Lampiran 15. Output Minitab 14 untuk analisis regresi komposisi kimia terhadap rataan kekerasan BLD spesifikasi JIS G3141 SPCCSD for General Use. Regression Analysis: H_AVE versus C; Mn; Al; N The regression equation is H_AVE = 34,9 + 75,4 C + 22,6 Mn + 13,3 Al + 238 N
Predictor Constant C Mn Al N
Coef 34,8805 75,416 22,634 13,32 238,19
S = 3,63639
SE Coef 0,7241 9,136 2,380 10,11 42,50
R-Sq = 8,5%
T 48,17 8,26 9,51 1,32 5,61
P 0,000 0,000 0,000 0,188 0,000
VIF 1,1 1,1 1,1 1,1
R-Sq(adj) = 8,4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source C Mn Al N
DF 1 1 1 1
DF 4 2416 2420
SS 2976,31 31947,56 34923,86
MS 744,08 13,22
F 56,27
P 0,000
Seq SS 1459,03 1092,34 9,48 415,45
Durbin-Watson statistic = 1,36946
Probability Plot of RESI1 Normal
99,99
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 80 50 20 5 1
0,01
-15
-10
-5
0
5 RESI1
10
15
20
-3,56005E-15 3,633 2421 0,016 >0,150