ANALISIS KORELASI KOMPLEKSITAS MATERI, DAYA DUKUNG, DAN INTAKE SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG Oleh I Ketut Agus Setyawan ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara aspek-aspek penentu KKM (kompleksitas materi,daya dukung dan intake siswa) dengan pencapaian riil KKM mata pelajaran Biologi pada siswa SMP Negeri di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.Untuk tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ex post facto, dengan studi korelasional yang melibatkan seluruh SMP Negeri di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pencatan dokumen prestasi belajar biologi siswa. Instrumen tes digunakan untuk mengukur data kompleksitas, daya dukung dan intake di berikan kepada masing-masing guru biologi yang mengajar di kelas kelas VII semester dua pada KTSP SMP tahun 2010. sedangkan prestasi belajar siswa diperoleh dengan pencatatan dokumen nilai raport biologi pada tahun 2010. Instrumen tes yang disusun dikalibrasi untuk mengetahui validitasnya dan reliabilitasnya, Pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif, regresi sederhana dan regresi ganda. Kata Kunci : Kompleksitas materi, daya duku, intake siswa, dan prestasi belajar biologi siswa A COMPLEXITY CORRELATIVE ANALYSIS, SUPPORTING CAPACITY, AND STUDENT’ INTAKE TOWARDS THEIR BIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT AT THE JUNIOR HIGH SCHOLL (SMP) AROUND BADUNG REGENCY by I Ketut Agus Setyawan ABSTRACT
The study was conducted in order to find out a correlation between several aspects determining material complexity, supporting capacity, and student’ intake and their real biology achievement at the SMPs around Badung regency. It was conducted by employing a quantitative ex-post facto design with correlation study involving a total number of 30 different schools as the students’ biology learning achievement. The test instrument was used to measure data complexity, supporting capacity and intake which was administered to every biology teaching at the class VII, second semester based on the school based curriculum in 2010. While the data of students learning achievement was obtained by designed of the students scores of biology in their 1
school report card in 2010. The instrument designed was the calibrated in order to know its validity and reliability. The data analysis was done descriptively by using simple regression, and multiple regression. Key words: Complexity, supporting capacity, intake, and student’ biology learning achievement.
belajar
1. Pendahuluan Kurikulum
Tingkat
Satuan
untuk
memahami
dan
menghayati, (3) belajar untuk mampu
Pendidikan (KTSP) yang merupakan
melaksanakan
penyempurnaan dari kurikulum berbasis
efektif, (4)
kompetensi
pada
bersama dan berguna untuk orang lain,
untuk
dan (5) belajar untuk membangun dan
menjamin pencapaian tujuan pendidikan
menemukan jati diri melalui proses
nasional. Standar nasional pendidikan
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
terdiri
proses,
menyenangkan.
tenaga
Sementara
standar
(KBK)
nasional
atas
kompetensi
mengacu
pendidikan
standar
isi,
lulusan,
dan
berbuat
secara
untuk
hidup
belajar
itu,
dalam
rangka
kependidikan, sarana dan prasarana,
mengendalikan mutu hasil pendidikan
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
sesuai standar nasional pendidikan yang
pendidikan. Dua dari kedelapan standar
dikembangkan
nasional
Nasional
pendidikan
tersebut,
yaitu
oleh
Badan
Standar
Pendidikan,
pemerintah
Standar
Penilaian
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
menetapkan
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama
Pendidikan dengan Peraturan Menteri
bagi
Pendidikan Nasional no 20 tahun 2007.
satuan
pendidikan
dalam
mengembangkan kurikulum. Panduan
Dimana
pengembangan
disebutkan bahwa : Standar penilaian
antara
lain
kurikulum agar
dapat
disusun memberi
dalam
Permen
pendidikan adalah yang
Mendiknas
standar
nasional
berkaitan
dengan
kesempatan peserta didik untuk (1)
pendidikan
belajar untuk beriman dan bertakwa
mekanisme, prosedur, dan instrumen
kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
penilaian hasil belajar peserta didik dan
2
Penilaian pendidikan adalah proses
berbicara soal sistem yang dinamik, tak
pengumpulan dan pengolahan informasi
tertebak dan tak pasti, yang memenuhi
untuk menentukan pencapaian hasil
sifat-sifat ketidaklinieran sistem. Lebih
belajar peserta didik. Sebagai acuan
jauh sistem kompleks merupakan sistem
dalam penilaian maka satuan pendidikan
yang berusaha dilihat secara holistik
perlu menetapkan kriteria ketuntasan
(Hokky situngkir:2003).
minimal (KKM).
Dalam penetapan
Daya dukung merupakan potensi-
KKM, seorang guru atau kelompok guru
potensi yang dimiliki oleh sekolah
mata pelajaran harus berdasarkan 3
dalam melaksanakan
aspek kriteria yaitu kompleksitas, daya
terutama
dukung dan intake siswa.
pelaksanaan
kurikulum
ditetapkan
sekolah.Daya
dukung
merupakan
ketersediaan
sarana
Tingkat kompleksitas merupakan kesulitan/kerumitan kompetensi
setiap
dasar,
indikator,
dan
standar
prasarana
suatu program,
dalam
yang
mendukung yang
menunjang
telah
proses
kompetensi yang harus dicapai oleh
pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah
peserta didik. Dalam hal ini guru harus
bersangkutan atau satuan pendidikan.
betul-betul
tingkat
Sarana dan prasarana pendidikan yang
materi.
sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
Kompleksitas materi diberikan skor
harus dicapai peserta didik seperti
sesuai tingkat kerumitanya. Materi yang
perpustakaan,
sangat kompleks/sukar diberi skor yang
alat/bahan untuk proses pembelajaran;
rendah,
Ketersediaan
kerumitan
mencermati dari
suatu
materi
yang
tidak
laboratorium,
tenaga,
dan
manajemen
komplek/dianggap mudah. Dalam hal
sekolah, dan kepedulian stakeholders
ini kajian kompleksitas menjadi sangat
sekolah (Depdiknas,2008). Jika daya
dekat dengan biologi dan dinamika non-
dukung tinggi maka skor yang diberikan
linier. Ia dekat dengan biologi karena
tinggi, dan jika daya dukungnya rendah
memang
maka skor yang diberikan juga rendah.
sebagian
besar
modelnya
dibangun dengan inspirasi model-model dalam
biologi.
dinamika
Ia
non-linier
dekat karena
Intake
siswa
merupakan
dengan
kemampuan awal yang dimiliki oleh
kita
siswa pada mata pelajaran tertentu. 2
Pengetahuan awal ini dapat berpengaruh langsung
maupun
tidak
langsung
Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa
terdapat
hubungan
intake,
terhadap proses pembelajaran (Dochy
kompleksitas dan daya dukung dengan
dalam
pencapaian
Santyasa,
2004).
Dalam
Kriteria
Ketuntasan
penentuan KKM, intake siswa dapat
Minimal (KKM) pada mata pelajaran
berupa rata-rata rapot siswa semester
biologi. Sejauh mana hubungannya
sebelumnya, rata-rata nilai NUN pada
variabel tersebut di kabupaten Badung
jenjang sekolah sebelumnya, dapat juga
belum ada yang meneliti. Oleh karena
guru memberikan test untuk mencari
itu, dalam kesempatan ini penulis
kemampuan awal siswa.
melakukan penelitian dengan
judul
Prestasi belajar merupakan hasil
“Analisis Korelasi Kompleksitas Materi,
belajar yang dicapai setelah melalui
Daya Dukung, dan Intake Siswa dengan
proses
kegiatan
mengajar.
Prestasi Belajar Biologi Pada Sekolah
Prestasi
belajar
ditunjukkan
Menengah Pertama (SMP) Negeri Di
melalui
nilai
belajar dapat
yang
diberikan
oleh
Kabupaten Badung”
seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu
mengharapkan
mengahasilkan
pembelajaran
maksimal.
Dalam
akan yang proses
pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu
faktor
berpengaruh
utama dalam
yang
sangat
keberhasilan
pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat
keberadaan
guru
dalam
proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.
2. Metode Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian ex-post
facto,
karena
gejala
yang
diselidiki ada secara wajar dan tidak dimanipulasi. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 30 orang guru dan 30 siswa yang tersebar di seluruh SMP Negeri di Kecamatan Kuta. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi baik sederhana maupun ganda, kemudian dilanjutkan dengan analisis determinasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel,
3
yakni tiga variabel bebas dan satu
Negeri di kabupaten Badung atau
variabel
bebasnya
dengan kata lain bahwa kompleksitas
adalah: kompleksitas materi (X1), daya
materi berkontribusi terhadap prestasi
dukung (X2), dan intake siswa (X3),
belajar
sedangkan variabel terikatnya adalah
Badung.
prestasi
Data
variabel kompleksitas materi terhadap
menggunakan
prestasi belajar sebesar 25,4 %. artinya
kuesioner dengan model skala Likert.
sekitar 25,4 % variasi dalam variabel
Untuk menganalisis data digunakan
prestasi belajar dapat dijelaskan oleh
analisis korelasi dan regresi.
variabel kompleksitas materi, sedangkan
terikat.
belajar
diperoleh
Variabel
biologi
dengan
(Y).
SMP
Negeri di kabupaten
Sumbangan
efektif
(SE)
sisanya ditentukan oleh variabel lain. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Temuan pertama menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang positif dan
signifikan
antara
kompleksitas
materi terhadap prestasi belajar melalui persamaan garis regresi
Y
= 32,848 +
Hasil
dari
menunjukkan kompleksitas
penelitian
bahwa materi
ini
tingkat menentukan
prestasi belajar yang dalan hal ini adalah prestasi Biologi (IPA terpadu) siswa SMP. Hal ini mendukung pendapat yang
0,419 X1 dengan Freg = 30,125 (p<0,05).
dikemukakan
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi
menyatakan system yang kompleks
positif
antara
adalah system yang sulit, yang tidak
kompleksitas materi dengan prestasi
mungking membatasi deskripsi tentang
belajar sebesar 0,720 dengan p<0,05.
system
Hal ini berarti makin baik kompleksitas
parameter atau variable penyusunnya
materi, makin baik prestasi belajar.
tanpa kehilangan hal fungsional dan
Variabel kompleksitas materi dapat
esensial nya secara keseluruhan. Artinya
menjelaskan makin tingginya prestasi
untuk menelaah sesuatu yang kompleks
belajar
diperlukan tingkat penalaran tertentu
yang
signifikan
sebesar 51,8 %. Ini dapat
dijadikan kompleksitas
suatu materi
indikasi
bahwa
sehingga
dapat
dipakai
sepotong.
Dugdale(2002)
tersebut
hasilnya
dengan
tidak
yang
beberapa
sepotong-
sebagai prediktor prestasi belajar SMP
4
Demikian juga dengan standar kompetensi,
dan
yang cermat, kreatif dan inovatif dalam
indikator yang disajikan pada bidang
penyelesaian tugas/pekerjaan; (g) waktu
studi tertentu, dalam pencapaian sangat
yang cukup lama untuk memahami
ditentukan
tingkat
materi tersebut karena memiliki tingkat
kompleksitasnya. Semakin kompleks
kesulitan dan kerumitan yang tinggi,
suatu indikator, kompetensi dasar, dan
sehingga dalam proses pembelajarannya
standar kompetensi maka semakin sulit
memerlukan pengulangan/latihan;
(h)
untuk mencapainya secara utuh.
tingkat
dan
dari
kompetensi
dasar
menerapkan konsep; (f) peserta didik
oleh
kemampuan
penalaran
Kenyataan ini juga mendukung
kecermatan yang tinggi agar peserta
penjelasan
didik
Depdiknas
(2008)
bahwa kompleksitas meteri merupakan kesulitan/kerumitan kompetensi
setiap
dasar,
indikator,
dan
dapat
mencapai
ketuntasan
belajar. Pemberian
skor
kompleksitas
standar
yang dilakukan oleh guru di sekolah
kompetensi yang harus dicapai oleh
dalam penelitian ini menunjukan adanya
peserta didik. Suatu indikator dikatakan
korelasi ,didukung kenyataan yang ada
memiliki tingkat kompleksitas tinggi,
yaitu; (1). Sebagian besar guru yang
apabila dalam pencapaiannya didukung
mengampu mata pelajaran IPA Terpadu
oleh
(Biologi) adalah lulusan S1 (MIPA),
sekurang-kurangnya
satu
dari
sejumlah kondisi sebagai berikut. (a).
sehingga
kompetensi
guru
memadai
dalam
memahami
dengan
benar
guru
memahami
cukup suatu
kompetensi yang harus dibelajarkan
indikator, kompetensi dasar dan standar
pada peserta didik; (b) guru yang kreatif
kompetensi IPA terpadu (Biologi), (2)
dan
metode
Sekitar 50 % guru sudah memahami
pembelajaran yang bervariasi; (c) guru
SKBM, atau KKM, (3). Sebagian besar
yang
dan
guru sudah pernah mengikuti pelatihan
yang
KBK dan KTSP terutama pelatihan tata
inovatif
dengan
menguasai
kemampuan
pengetahuan
sesuai
bidang
diajarkan; (d) peserta didik dengan kemampuan peserta
didik
penalaran yang
tinggi;
cara penentuan KKM.
(e)
Hal ini juga didukung oleh
cakap/terampil
penelitian yang dilakukan oleh I made 5
Tumbuh, dimana kebiasaan belajar dan kemampuan guru dalam mengelola PBM
yang
indikator
merupakan
dari
salah
kompleksitas
dapat menjelaskan makin tingginya prestasi belajar sebesar 51,2%, ini dapat
satu materi
berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa.
dijadikan suatu indikasi bahwa daya dukung berkontribusi terhadap prestasi belajar
SMP
Negeri di kabupaten
Dengan demikian dugaan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif
dan
signifikan
kompleksitas materi dengan prestasi
Badung.
Sumbangan
efektif
(SE)
variabel daya dukung terhadap prestasi belajar sebesar 26,4 %. artinya sekitar
belajar SMP Negeri di kabupaten Badung telah terbukti secara empirik dalam penelitian ini. Temuan
26,4 % variasi dalam variabel prestasi belajar dapat dijelaskan oleh variabel
kedua
menunjukkan
bahwa terdapat kontribusi yang positif
daya
prestasi
belajar
melalui
persamaan garis regresi: Y = 31,276 +
sedangkan
sisanya
ditentukan oleh variabel lain.
dan signifikan antara daya dukung terhadap
dukung,
Hasil ini mendukung penjelasan dalam buku Manajemen Sekolah yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2007 yang menyebutkan bahwa daya dukung
0,444 X2 dengan Freg = 29,416 (p<0,05).
merupakan
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi
dimiliki
potensi-potensi oleh
sekolah
yang dalam
melaksanakan suatu program, terutama positif yang signifikan antara daya
dalam
mendukung
pelaksanaan
dukung dengan prestasi belajar sebesar
kurikulum
0,716 (p < 0,05) dengan kontribusi
sekolah. Sifat dan kualitas kurikulum
yang
telah
ditetapkan
yang ditawarkan di suatu sekolah sebesar 51,2 %. Ini berarti, makin baik
terkait erat dengan daya dukung yang
daya dukung, maka makin baik pula
tersedia dan paling penting seberapa
prestasi belajar. Variabel daya dukung
baik
penggunaannya.
Sumber
daya 6
sangat
penting
dapat
Tetapi daya dukungnya rendah apabila
menyelesaikan suatu pekerjaan. Jenis-
sekolah tidak mempunyai sarana untuk
jenis sumber daya dapat berupa ;
melakukan percobaan atau guru tidak
manusia, bahan, dana,
mampu
teknologi
untuk
dan
informasi,
waktu.
Dalam
menyajikan
pembelajaran
dengan baik.
pengelolaan sumber daya menggunakan
Semakin
terpenuhinya
beberapa prinsip sebagai berikut; (1)
kebutuhan atau daya dukung pada
Semua potensi sumber daya perlu
pembelajaran maka pencapaian KKM/
diidentifikasi dan digunakan dengan
prestasi belajar siswa juga akan semakin
baik,
optimal. Ini dapat dilihat pada SMP
(2)
Sumber
daya
harus
didayagunakan secara produktif, (3)
Negeri yang
Sumber daya lokal perlu diidentifikasi
prasarana
atau jika mungkin dihasilkan.
menunjukan prestasi belajar /prestasi
Kenyataan ini juga mendukung penjelasan
pada
panduan penetapan
bahwa
meliputi ; ( a) Sarana
daya dan
yang
sarana dan
lebih
lengkap
belajar siswa secara rata-rata lebih rendah dibanding SMP swasta.
KKM yang dikeluarkan Depdiknas 2008 menyebutkan
memiliki
Dengan demikian, sangatlah tepat
dukung
bila variabel daya dukung dilibatkan
prasarana
dalam penelitian ini dan telah terbukti
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
bahwa
kompetensi yang harus dicapai peserta
hubungan yang positif dan signifikan
didik
dengan
seperti
laboratorium,
perpustakaan, alat/bahan
dukung
produktivitas
mempunyai
kinerja
SMP
untuk
Negeri di kabupaten Badung. Dengan
proses pembelajaran; (b) Ketersediaan
demikian dugaan yang menyatakan
tenaga,
dan
bahwa terdapat hubungan yang positif
kepedulian stakeholders sekolah. Daya
dan signifikan antara daya dukung
dukung untuk
dengan prestasi belajar SMP Negeri di
apabila
dan
daya
manajemen
sekolah,
Indikator
sekolah
ini tinggi
mempunyai
sarana
prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan,
dan
guru
mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik.
kabupaten Badung telah terbukti dalam penelitian ini. Temuan
ketiga
menunjukkan
bahwa terdapat kontribusi yang positif 7
dan signifikan antara intake siswa
seseorang terhadap sesuatu atau keadaan
terhadap
sekitar
prestasi
belajar
melalui
menurut
perspektifnya yang
persamaan garis regresi Y = 39,780 +
diperlihatkan dalam wujud tindakan
0,373 X3 dengan Freg = 25,617 (p<0,05).
nyata.
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi
tersebut
positif yang signifikan antara intake
ilmiah
siswa dengan prestasi belajar
sebagian lainnya berupa pengetahuan
sebesar
Sebagian dapat
dari
pengetahuan
berupa
pengetahuan
knowledge)
(scientfic
dab
knowledge).
0,691 (p < 0,05) dengan kontribusi
sehari-hari
sebesar 47,8 %. Hal ini berarti makin
Makna
tinggi intake siswa, maka makin tinggi
pengetahuan
pula prestasi belajar. Variabel intake
dipertanyakan dan diuji berdasarkan
siswa
realita yang ada. Pengetahuan umum
dapat
menjelaskan
makin
(everyday
dari
preposisi
ini
bahwa
tersebut
tingginya prestasi belajar sebesar 47,8
adalah
%, ini dapat dijadikan sebagai indikasi
dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan
bahwa
ini
intake
siswa
berhubungan
pengetahuan
tidak
pun
sebagian
eksternal
dapat
dan
berupa
dengan prestasi belajar SMP Negeri di
pengetahuan ilmiah dan sebagian berupa
kabupaten Badung. Sumbangan efektif
pengetahuan
(SE) variabel intake siswa terhadap
pembelajar memperoleh pengetahuan di
prestasi belajar sebesar 26,3%.. artinya
lembaga pendidikan,
sekitar 26,3 % variasi dalam variabel
mempunyai
prestasi belajar dapat dijelaskan oleh
tentang
variabel
Gagasan
tersebut
pengetahuan
pribadi
intake
siswa,
sedangkan
sisanya ditentukan oleh variabel lain.
sehari-hari.
suatu
Sebelum
mereka sudah gagasan-gagasan
peristiwa-peristiwa
ilmiah.
merupakan mereka,
yaitu
ini
gagasan-gagasan yang terbentuk melalui
mendukung pendapat Harlen (dalam
belajar formal maupun informal dalam
Dahar,1988) yang membedakan antara
memahami
pengetahuan
(Personal
sehari-hari. Beberapa gagasan tersebut
knowledge) dan pengetahuan umum
adalah idiosinkratik, sebagian besar dari
Hasil
dari
penelitian
pribadi
(Public
knowledge).
Pengetahuan
pribadi
merupakan
pemahaman
pengalaman-pengalaman
gagasan tersebut bersifat pengetahuan
8
sehari-hari
dari
pada
pengetahuan
ilmiah.
Gagasan-gagasan bawaan ini memiliki kecendrungan
sebagai dasar bagi
Penelitian ini juga mendukung keberhasilan pembelajaran berikutnya. pendapat
Osborne
(1985),yang Demikian juga dengan pendapat
menyatakan adanya gagasan-gagasan awal pada anak didik . Gagasan ini ada yang
menyebutkan
sains
anak
Ausubel bahwa
(1978)
yang
menyatakan
pembelajaran
yang
tidak
memperhatikan gagasan-gagasan yang telah dimiliki siswa, akan membuat
(children’s
sains),
(misconception),
miskonsepsi
kerangka
alternatif
(alternative framework), ada pula yang
miskonsepsi-miskonsepsi
mereka
menjadi lebih kompleks dan stabil. Dalam
hubungannya
dengan
pengetahuan awal dalam proses belajar, menyebut
ide-ide
anak
(children’s
idea). Gagasan ini pada umumnya bersifat resisten, dalam arti bahwa
terdapat tiga kelompok asumsi yang dianut
oleh
dalam proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui
kepala
memahami
gagasan-gagasan
siswanya sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, agar guru dapat
dalam
kosong,
asumsi
dominansi guru, dan asumsi dominansi siswa. Pada asumsi dominansi siswa ini mengakui individu
dan
guru
menjalankan sebagai pendidik yaitu asumsi
gagasan tersebut cukup sulit diubah
para
bahwa pebelajar
masing-masing telah
memiliki
gagasan-gagasan (pengetahuan awal) sebelum
mereka
mengikuti
pembelajaran tentang topik-topik yang akan dipelajari. Pembelajar mungkin
menyiapkan strategi pembelajaran untuk dapat mengubah gagasan atau konsepsi siswa yang masih berupa pengetahuan
akan
berhasil
tersebut rendahnya
dalam
tergantung
pembelajaran dari
kemampuan
awal
tinggi yang
dimiliki oleh siswa tersebut. sehari-hari menjadi pengetahuan ilmiah.
9
Hal
ini
penelitian
I
mendukung
Made
Tumbuh
hasil yang
berkorelasi
dengan
prestasi
belajar
dalam hal ini prestasi belajar biologi (IPA terpadu) siswa pada Sekolah
menemukan
bahwa
intelegensi
berkontribusi terhadap prestasi belajar
Menengah
Pertama di Kabupaten
Badung. Temuan keempat menunjukkan
siswa. Juga mendukung hasil penelitian
bahwa terdapat kontribusi yang positif yang
dilakukan
oleh
I
wayan
Arthanayasa yang menemukan bahwa pengetahuan
awal
mempengaruhi
dan signifikan secara bersama-sama antara
kompleksitas
materi,
daya
dukung, dan intake siswa terhadap prestasi belajar melalui persamaan garis
prestasi belajar siswa. Terkait
regresi
dengan
Y
= 9,407 + 0,205 X1 + 0,229
penetapan
X2 + 0,206 X3 dengan Freg = 30,869
kreteria ketuntasan minimal (KKM)
(p<0,05). Ini berarti secara bersama-
sangat
sama variabel kompleksitas materi, daya
memperhatikan
kemampuan
awal(intake) siswa. Penetapan intake di
dukung,
kelas VII dapat didasarkan pada hasil
menjelaskan
seleksi pada saat penerimaan
prestasi
didik
baru,
Nilai
peserta Ujian
dan
intake tingkat
belajar
siswa
dapat
kecenderungan
SMP
Negeri
di
kabupaten Badung. Dengan kata lain
Nasional/Sekolah, rapor SD, tes seleksi
bahwa
masuk
sedangkan
dukung, dan intake siswa berhubungan
penetapan intake di kelas VIII dan IX
dengan persepsi kinerja SMP Negeri di
berdasarkan kemampuan peserta didik
kabupaten Badung. Dari hasil analisis
di kelas sebelumnya. Penjelasan ini
juga diperoleh koefisien korelasi ganda
didukung dengan kenyataan bahwa
sebesar
dalam penentuan skor intake siswa
berarti,
ditentukan dengan tes TPA dan nilai
kompleksitas materi, daya dukung, dan
UN.
intake
atau
psikotes;
Simpulan dari uji hipotesis ini menunjukan
bahwa
intake
siswa
kompleksitas
0,884
daya
dengan p<0,05.
secara
siswa
materi,
Ini
bersama-sama
berkontribusi
positif
dengan persepsi kinerja SMP Negeri di kabupaten Badung sebesar 78,1 % 10
artinya sekitar 78,1 % variasi dalam variabel prestasi belajar dapat dijelaskan
4. Penutup Berdasarkan hasil uji hipotesis,
oleh variabel kompleksitas materi, daya
dapat disimpulkan bahwa
dukung, dan intake siswa sedangkan
kontribusi yang positif dan signifikan
sisanya ditentukan oleh variabel lain
secara terpisah dan simultan antara
yang
tinggi
kompleksitas materi, daya dukung, dan
kompleksitas materi, makin baik daya
intake siswa terhadap prestasi belajar
dukung, dan makin tinggi intake siswa,
biologi SMP Negeri di Kecamatan Kuta.
makin tinggi pula prestasi belajar. Bila
Dari simpulan yang dikemukakan
dilihat
tidak
diteliti.
Makin
terdapat
koefisien determinasi ketiga
di atas dapat diketahui gambaran nyata
variabel tersebut, tidak sepenuhnya
bahwa variabel prediktor yang diteliti,
bahwa variabel-variabel tersebut dapat
baik secara terpisah maupun simultan
memprediksikan prestasi belajar.
mempunyai kontribusi terhadap prestasi
Kekuatan
hubungan
ketiga
belajar
biologi
SMP
Negeri
di
variabel bebas dengan prestasi belajar
Kecamatan Kuta. Untuk itu, upaya
secara berurutan adalah intake siswa,
untuk meningkatkan dampak ke tiga
daya dukung, dan kompleksitas materi.
variabel tersebut harus diperhatikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
Upaya-upaya
bahwa sebelum dan setelah diadakan
menerapkan gaya kepemimpinan kepala
pengendalian, terdapat hubungan yang
yang efektif, menciptakan daya dukung
positif
yang kondusif, dan meningkatkan intake
dan
signifikan
antara
kompleksitas materi, daya dukung, dan
tersebut
antara
lain:
siswa.
intake siswa secara simultan maupun secara terpisah dengan persepsi kinerja SMP Negeri di kabupaten Badung. Atas dasar tersebut, variabel kompleksitas materi, daya dukung, dan intake siswa dapat
dijadikan
prediktor
kecenderungan prestasi belajar
SMP
DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lewis R. 1997. Psychological Testing and Assesment. London:Allyn & Bacom A Viacom Company. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Negeri di kabupaten Badung 11
Candiasa, I Made. 2004. Analisis Butir. IKIP Negeri Singaraja. Dayton, C. Mitchell. 1970. Design of Educational Experiments. New York : Megraw-Hill Book Company. Havighurust, R.J.et al. 2968, Society and Education. Allyn and Bacon Inc. Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta : PT Grasindo.
Tumbuh, Made. 2007. Kontribusi Intelegensi, Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar dan kemampuan Guru dalam Mengelola Proses Belajar mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Denpasar. Tesis. ( Tidak Diterbitkan) Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor faktor Yang mempengaruhinya., Jakarta : Rineka Cipta.
Universitas Pendidikan Singaraja. 2008. Penulisan Tesis. Undiksha.
Siegel Sidney. 1994. Stastistik Non Parametrik. Jakarta: Gramedia.
Zulaiha. Rahmah. 2007. Analisis Butir Soal Secara Manual. Pusat PenilaianBadan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Sugiyono S. 2008. Statisitk untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Ganesha Pedoman Singaraja:
12