Aspek-aspek Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran Geografi Oleh : 1. Yulyana Sue Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, 2. Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo, 3. Supatin, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo Alamat : Jalan Jendral Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, KP 96128. ABSTRAK Yulyana Su’e. NIM. 451 409 039 “Aspek-aspek kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran Geografi” (Suatu Penelitian Di SMA Negeri 1 Kwandang). Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Geografi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah bimbingan bapak Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd dan ibu Supatin, M.Pd. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Aspek-aspek kreativitas siswa apa saja yang terdapat dalam pembelajaran geografi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan mengambil subjek penelitian pada siswa kelas X1 IPS1 SMA Negeri 1 Kwandang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 17 orang yang terdiri dari empat orang pengamat. Kreativitas adalah sebuah cara mengapresiasikan diri kita terhadap suatu masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas dan merupakan hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh dalam menemukan sesuatu yang baru. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek-aspek kreativitas siswa SMA Negeri I Kwandang khususnya kelas X1 IPS1 dalam pembelajaran geografi terdiri dari sebelas indikator yaitu ke lancaran berpikir, keluwesan berpikir, rasional berpikir, elaborasi, menilai, imajinatif, keaslian berpikir, menghadapi tantangan, ingin tahu, berani mengambil resiko, menghargai.
Kata kunci: kreativitas siswa, aspek-aspek belajar siswa
PENDAHULUAN Pada
dasarnya
pendidikan
adalah
suatu
proses
membantu
manusia
mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka dan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya. Sedangkan tujuan umum pendidikan sendiri yaitu meletakkan dan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut. Oleh karena itu, peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Seseorang tidak akan pernah berpikir dan bertindak kreatif selama pola pikirnya terikat atau bahkan oleh berbagai peraturan maupun berbagai perilaku yang dibentuk oleh kebiasaan. Masyarakat yang tertutup apalagi peranan kekuasaan terlalu besar pengaruhnya terhadap kehidupan akan sulit diharapkan memperoleh semangat kreativitas. Pendidikan geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat di mana dalam pendidikan geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terhadap kondisi sekelilingnya yang menekankan pada aspek keruangan,kelingkungan dan kewilayahan. Mata pelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi keruangan masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Dalam hal ini proses pendidikan tersebut, tentunya tidak lepas dari kegiatan pengajaran yang merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan. Untuk itu di harapkan kepada guru atau pendidik dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, karena gurulah yang berperan langsung membina siswa dalam interaksi pembelajaran begitu pula untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar. Sehingga apa yang diharapkan dalam meningkatkan kreativitas siswa dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru sebagai pendidik perlu memiliki berbagai metodologi mengajar, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak maka
siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya. Rendahnya kreativitas siswa dalam belajar geografi dirasakan di SMA Negeri 1 Kwandang khususnya pada kelas IPS1. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan materi pelajaran, tampak siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru dan terlihat dari indikasi adanya beberapa orang siswa yang tidak serius sewaktu mendengarkan penjelasan guru seperti membuat tulisan-tulisan yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran, berbisik-bisik dengan temannya atau bahkan kelihatan mengantuk. Perilaku tersebut tentunya berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Geografi, sehingga prestasinyapun menjadi rendah. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka proses pembelajaran geografi harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang di milikinya, baik fungsi kognitif, afektif, maupun potensi psikomotorik agar menjadi anak didik yang mampu memahami,
maupun
menyikapi
isu-isu
penting
tentang
geografi.
Untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian kompetensi tersebut,
maka
siswa
dituntut
untuk
memiliki
kemampuan
dan
mampu
mengembangkan kreatifitasnya sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi positif antara siswa dengan guru, siswa denga siswa, dan siswa dengan lingkungannya. Rendahnya kreativitas belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya aktivitas bertanya rendah, metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru kurang sesuai dengan konsep yang disampaikan, dan rendahnya minat baca siswa. Permasalahan ini tidak berasal dari guru, tetapi kurangnya kreativitas siswa dalam memgembangkan pembelajaran. Disamping itu juga guru lebih sering memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah dengan formulasi
judul Aspek-aspek Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan tujuan untuk mengetahui aspek-aspek kreativitas siswa dalam pembelajaran geografi. KAJIAN TEORITIK Kreativitas Kreativitas
secara
etimologis
adalah memunculkan sesuatu yang baru
tanpa ada contoh sebelumnya. Para pakar yang lain mendefinisikan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang biasa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat. Kreativitas
adalah
proses
yang
terwujud
dalam
kemampuan
untuk
mengekspresikan pemikiran-pemikiran tanpa ada yang mencegah dan tanpa diiringi adanya rasa takut untuk di remehkan orang lain Maslow dalam Al Khalili, (2005 : 15). Kreativitas adalah sebuah cara mengapresiasikan diri kita
terhadap suatu
masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas dan merupakan hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh Novianti Ati, (2010 : 01) Manusia kreatif adalah orang yang mampu berpikir kreatif. Orang dikatakan mampu berpikir kreatif
jika ia mampu menemukan ide dan gagasan
baru atas pengetahuan yang lama, dan juga mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kreativitas adalah sebuah cara mengapresiasikan diri kita terhadap suatu masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas dan merupakan hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh dalam menemukan sesuatu yang baru, sesuai bakat yang dimiliki melalui proses berfikir yang kreatif. Perkembangan Kreativitas Kreativitas merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu bangsa yang sedang berkembang, untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif. Menurut Maslow dalam Utami, (2012 : 31) kreativitas begitu bermakna dalam
hidup dan perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, karena hal ini merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Guilford dalam Munandar, (2012 :13) menyatakan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kreativitas sangat penting dalam diri anak dan harus didukung oleh motivasi tinggi untuk berkembangnya potensi kreativias seseorang, hal ini dimulai sejak usia dini yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri dalam satu kesatuan baik cara berfikir logis,sikap, perasaan yang pada akhirnya optimalisasi potensi kreatif tersebut dapat tercapai. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut Al-Khalili (2005 : 33) Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu ; (a) faktor perenungan, (b) faktor kecerdasan, (c) faktor kebebasan, (d) fleksibil itas,(e) orisinalitas, (f) faktor pendorong,dan (g) faktor lingkungan Aspek-Aspek Kreativitas Williams (2005 : 29) sebagaimana kreativitas yang didefinisikan memiliki beberapa aspek mendasar yaitu ; (a) kelancaran (fluency), (b) ketangkasan , (c) fleksibilitas,(d) orsinalitas, dan (e) elaborasi Menurut Trefingger (dalam Kudrat Umar, 2004 : 24) berpikir kreatif sebagai aktivitas pribadi muncul dalam bentuk yaitu ; (a) menilai,(b) imajinatif, (c) keaslian berpikir, (d) tertantang oleh kemajuan, (e) ingin tahu, (f) berani Mengambil Risiko, (g) menghargai, dan (h) memiliki Prinsip Membangkitkan Kreativitas Di Kelas Guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tapi juga sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umunya. Namun, guru juga dapat melumpuhkan rasa ingin tahu alamiah anak, merusak
motivasi, harga diri dan kreativitas. Guru-guru yang baik dan buruk dapat mempengaruhi anak lebih kuat dari pada orang tua. Karena guru lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak dari pada orang tua (Munandar, 2012:109) Amabile dalam Munandar, (2012:109) menyatakan bahwasanya guru dapat melatih keterampilan bidang pengetahuan dan keterampilan teknis dalam bidang khusus, seperti bahasa, matematika atau seni. Guru juga dapat mengajarkan keterampilan kreatif, cara berfikir menghadapi masalah secara kreatif, atau teknikteknik untuk memunculkan gagasan-gagasan orisinil. Keterampilan seperti ini dapat diajarkan secara langsung, tapi paling baik disampaikan melaui contoh. Untuk menciptakan suasana belajar kreatif dikelas. Terlebih dahulu yang harus diperhatikan adalah pengaturan fisik kelas, sedemikian rupa setting kelas dibuat agar anak terangsang untuk belajar lebih aktif. Sebagai langkah awal, guru dapat menciptakan budaya bebas berpendapat, mengungkapkan perasaan dan pengalaman, bertanya dan menambah atau menanggapi pembicaraan dikelas. Guru dapat memulai dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat menimbulkan minat memancing rasa ingin tahu anak. Selanjutnya anak didorong untuk memberikan gagasan berkaitan dengan bahan yang sedang dipelajari menemukan cara untuk menguasai bahan pengetahuan tertentu. Kegiatan belajar kreatif sering membutuhkan lebih banyak kegiatan fisik dan diskusi di kelas. Tentu saja dalam hal ini guru tetap harus berfungsi sebagai fasilitator yang dapat mengelola kelas agar belajar kreatif tetap dapat berlangsung dengan tertib dan tetap memperhatikan secara individual, hendaknya guru lebih fleksibel dan terbuka terhadap pendapat murid, memberikan klarifikasi tanpa anak merasa dikritik atau dinilai. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pada dasarnya semua anak mempunyai potensi untuk kreatif, walaupun tingkat kreativitasnya berbeda-beda, sehingganya perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang. Untuk membangkitkan kreativitas siswa di kelas,
guru banyak berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran harus dapat memberikan peluang pada peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran perlu menekankan ketrampilan memproses agar peserta didik mampu menemukan, membangun dan mengembangkan pengetahuan maupun kemampuan yanng dimiliki.Agar anak semakin muncul kemampuan kreativitasnya, orang tua perlu memberikan
rangsangan-rangsangan
yang
dapat
menumbuhkan
kemampuan
kreativitasnya. Kreativitas seorang anak bisa muncul jika terus diasah sejak dini. Hakekat Geografi Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Hakikat Geografi sebagai ilmu, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponen keseluruhan. Geografi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan tingkat keluasan ilmu geografi. Permukaan bumi sebagai lingkungan yang memengaruhi kehidupan manusia, di mana manusia mempunyai pilihan untuk membangun atau merusaknya. Menurut R. Bintarto dalam Bagja Waluya (2009 : 12) merumuskan geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwaperistiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Geografi merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing-masing aspek-aspek keruangannya. Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Dalam mengkaji aspek-aspek tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan faktor letak, distribusi (persebaran), interrelasi serta interaksinya. Untuk memberikan citra tentang aspek-aspek geografi dan lokasi gejala-gejala alam
kepada siswa, maka proses pembelajaran yang berlangsung harus mampu memberikan penjelasan konkrit kepada siswa tentang materi pelajaran geografi. Berdasarkan konsep ilmu geografi yang dikemukakan, dapat dilihat bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan objek material geografi adalah geosfer yang terdiri atas litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer, dengan menekankan antroposfer sebagai makhluk yang paling berperan dalam biosfer. Serta objek formal geografi adalah cara pandang dan cara berpikir terhadap gejala yang ada di permukaan bumi, baik keadaan fisik maupun keadaan sosialnya. Oleh karena itu pembelajaran geografi meliputi ; (a) kehidupan manusia dan kebudayaannya ditentukan oleh alam, dan (b) manusia dan kebudayaannya tidak ditentukan oleh alam, tetapi manusia mempunyai peranan aktif terhadap alam, sehingga manusia dapat memilih kebudayaannya, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinan kemungkinan. Pembelajaran Geografi Pembelajaran menurut Degeng dalam bukunya Hamzah B.Uno (2006: 2) adalah upaya membelajarkan siswa. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara yang akan dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai . Pembelajaran
geografi
merupakan
pembelajaran
tentang
aspek-aspek
keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pembelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi peserta didik didorong utuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk poal muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis dipermukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.
Kerangka Pemikiran Penulis berpendapat bahwa, salah satu pemikiran yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan ini banyak dilandasi oleh kemampuan kognitif yaitu intelektual, sikap yang terbuka, dan sikap yang bebas. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia untuk bisa menyelesaikan masalah dengan menggunakan pemikiran secara kreatif, seperti menemukan dan menciptakan ide baru. HASIL DAN PEMBHASAN HASil No
Kreativitas
PERTEMUAN I SB
B (%)
C (%)
PERTEMUAN II K (%)
(%)
SB
B (%)
C (%)
(%)
PERTEMUAN III K
SB
(%)
(%)
B (%)
C (%)
K (%)
1.
Kelancaran Berpikir
4,41
69,12
23,53
2,94
57,35
42,65
0
1,47
52,95
47,06
0
0
2.
Keluwesan Berpikir
2,94
36,76
49,99
10,29
44,12
51,47
0
0
57,35
41,18
1,47
0
3.
Rasional Berpikir
7,35
60,29
32,36
0
20,59
60,29
19,12
0
51,47
48,53
0
0
4.
Elaborasi
7,35
54,41
33,82
4,41
20,59
60,29
19,12
0
52,94
47,06
0
0
5.
Menilai
1,47
13,24
36,77
48,53
1,47
26,47
36,77
35,29
42,65
54,41
1,47
0
6.
Imajinatif
0
16,18
41,18
42,65
0
27,94
41,18
30,88
19,12
55,89
19,12
5,88
7.
Keaslian Berpikir
0
27,94
52,94
19,12
38,24
55,88
5,88
0
17,65
70,59
11,76
0
8.
Menghadapi Tantangan
4,41
38,24
47,06
10,29
48,53
51,47
0
0
50
48,53
1,47
0
9.
Ingin Tahu
1,47
60,29
36,77
1,47
39,71
60,29
0
0
58,83
41,17
0
0
10
Berani Mengambil Resiko
19,12
60,29
20,59
0
48,53
51,47
0
0
52,94
45,59
1,47
0
11
Menghargai
33,82
61,77
4,41
0
42,65
54,41
2,94
0
39,70
60,29
0
0
PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat dikemukakan bahwa dari sebelas indikator untuk pertemuan pertama, kedua dan ketiga kategori nilai yang mereka capai mengalami peningkatan karena berdasarkan observasi kemarin pada saat proses pembelajaran guru tersebut dalam memberikan materi kepada siswa ada trik yang guru terapkan dalam kelas sehingganya siswa juga dalam merespon materi tersebut baik yaitu memberikan saran kepada siswa untuk belajar tetapi tidak berarti bahwa anak tidak perlu diberi pengarahan,mereka diarahkan sehingganya siswa
tersebut menunjukan minat tanpa merasa adanya ketegangan dan dan juga merasa tertekan pada saat pembelajaran berlangsung,dan juga siswanya didorong untuk belajar dengan cara yang menurut mereka terbaik dan nyaman pada saat pembelajaran. Dalam masalah pemberian nilai disini gurunya untuk masalah penilaian siswanya dilibatkan dalam menilai pekerjaan mereka sendiri, sehingganya siswa tidak merasa kecewa dengan hasil yang mereka capai, kemudian guru tersebut memperhatikan bagian-bagian yang di anggap gampang oleh siswa dan meberikan penghargaan (penguatan) tetapi untuk bagian-bagian yang dianggap susah oleh siswa gurunya mengajak siswa untuk mencari cara lain supaya siswa tersebut memahami kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Inilah cara guru mata pelajaran dalam menerapkan proses pembelajaran dalam kelas. Adapun presentase peserta didik mengenai aspek-aspek kreativitas terhadap pembelajaran geografi berdasarkan data diatas diuraikan sebagai berikut : Pada aspek kelancaran berpikir pada pertemuan pertama
yang memiliki kategori kreativitas
siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 69,12%, dan pada pertemuan Kedua yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 57,35% dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 52,95% dimana pada aspek kelancaran berpikir yang terdiri dari 3 deskriptor yaitu sudah tercapai deskriptornya siswanya banyak yang mengajukan pertanyaan dan menjawab lebih dari satu jawaban. Pada aspek keluwesan berpikir pada pertemuan pertama yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Cukup 49,99%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 51,47%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 57,35%, dimana pada aspek keluwesan berpikir yang terdiri dari 3 deskriptor ini walaupun pada aspek ini masih ada siswa yang memilki kategori cukup namun pencapaian aspek ini sudah
baik karena kategori sangat baik memiliki persentasi yang lebih besar, dari pada kategori baik dan cukup. Pada aspek rasional berpikir pada pertemuan pertama yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik
60,29%, dan untuk
pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 51,47%, dimana pada aspek rasional
berpikir yang terdiri dari 3 deskriptor yaitu sudah tercapai
deskriptornya siswanya banyak mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha untuk memikirkan cara-cara yang baru, Namun masih perlu peningkatan. Pada aspek elaborasi pada pertemuan pertama yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 54,41%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 52,94%, dimana pada aspek elaborasi yang terdiri dari 3 deskriptor masih ada deskriptor yang tidak muncul sehingganya terlihat pada kategori baik untuk pertemuan pertama dan kedua meningkat dan
pada
pertemuan yang ketiga meningkat di karenakan siswa banyak yang sudah mengerti bagaimana cara mengembangkan gagasan atau karya orang lain dan mengetahui bagaimanacara memecahkan masalah selangkah demi selangkah jadi bagi siswa masih perlu banyak belajar lagi. Pada aspek menilai
pada pertemuan pertama yang memilki kategori
kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Kurang 48,53%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Cukup 36,77%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 54,41%, dimana pada aspek menilai yang terdiri dari 3 deskriptor ini walaupun pada aspek ini masih ada siswa yang memilki kategori cukup dan kurang namun pencapaian aspek ini sudah baik karena kategori baik memiliki persentasi yang lebih besar, dari pada kategori
cukup dan kurang, dikarenakan siswa masih banyak yang belum mengetahui alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan dan menentukan pendapatnya berdasarkan keyakinannya, Jadi bagi siswa masih perlu banyak belajar lagi untuk bisa menentukan pendapatnya berdasarkan keyakinannya dan mampu memberikan alas an yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan . Pada aspek imajinatif
pada pertemuan pertama yang memilki kategori
kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Kurang 42,65%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Cukup 41,18%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 55,89%, dimana pada aspek imajinatif yang terdiri dari 3 deskriptor ini walaupun pada aspek ini masih ada siswa yang memilki kategori cukup dan kurang namun pencapaian aspek ini sudah baik karena kategori baik memiliki persentasi yang lebih besar, dari pada kategori cukup dan kurang, dikarenakan siswa masih banyak yang belum
mengetahui
bagaiman cara membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi dan memikirkan apa yang akan dipikirkan oleh orang lain. Jadi bagi siswa masih perlu banyak belajar lagi. Pada aspek keaslian berpikir pada pertemuan pertama yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 52,94%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 55,88%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 70,59%, dimana pada aspek keaslian berpikir yang terdiri dari 3 deskriptor
yaitu
sudah tercapai
deskriptornya siswanya mampu memberikan gagasan yang jarang di berikan oleh orang lain. Pada aspek menghadapi tantangan pada pertemuan pertama yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Cukup 47,06%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada
kategori Baik 51,47%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 50%, dimana pada aspek menghadapi tantangan yang terdiri dari 3 deskriptor ini walaupun pada aspek ini masih ada siswa yang memilki kategori cukup namun pencapaian aspek ini sudah baik karena kategori baik dan sangat baik memiliki persentasi yang lebih besar, dari pada kategori cukup dikarenakan ada juga siswa yang antusias dalam menyelesaikan tantang dan berusaha untuk berhasil tanpa mencari gampang . Pada aspek ingin tahu
pada pertemuan pertama yang memilki kategori
kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29%, dan untuk pertemuan kedua yang memilki kategori kreativitas sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29%, dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 58,83%, dimana pada aspek ingin tahu yang terdiri dari 3 deskriptor ini pencapaian aspek ini sudah baik karena memiliki kategori baik dan sangat baik yang cukup tinggi, dikarenakan siswa banyak yang ingin menambah ilmunya dengan senang menjejaki buku-buku gigih dan terus mencoba. Pada aspek berani mengambil resiko pada pertemuan pertama yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29%, dan pada pertemuan Kedua yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 51,47% dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Sangat Baik 52,94% dimana pada aspek berani mengambil resiko yang terdiri dari 3 deskriptor yaitu sudah tercapai deskriptornya
dilihat dari kategori yang di capai dikarenakan siswanya
banyak yang berani menerima ugas sulit meskipun berpeluang gagal. Pada aspek menghargai pada pertemuan pertama yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 61,77%, dan pada pertemuan Kedua yang memilki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 54,41% dan untuk pertemuan yang ketiga yang memiliki kategori kreativitas siswa sangat tinggi terdapat pada kategori Baik 60,29% dimana pada
aspek berani mengambil resiko yang terdiri dari 3 deskriptor yaitu sudah tercapai deskriptornya di lihat dari kategori yang di capai dari pertemuan pertama sampai pertemuan yang ketiga kategorinya baik, di karenakan siswanya mengetahui cara menghargai pendapat orang lain dan menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kreativitas adalah sebuah cara mengapresiasikan diri kita terhadap suatu masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas dan merupakan hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh dalam menemukan sesuatu yang baru yang diindikasikan oleh aspek-aspek kreativitas siswa dalam pembelajaran geografi yaitu ke lancaran berpikir, keluwesan berpikir, rasional berpikir, elaborasi, menilai, imajinatif, keaslian berpikir, menghadapi tantangan, ingin tahu, berani mengambil resiko, menghargai. Saran Berdasarkan hasil simpulan penelitian, menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
Dalam pembelajaran, sebaiknya guru geografi selalu berusaha menciptakan kondisi psikologis yang nyaman pada diri siswa, dengan tidak bersikap yang dapat menimbulkan kecemasan, sehingga siswa bisa bertindak dan berpikir kreativ..
Dalam proses pembelajaran geografi, sebaiknya siswa mengurangi rasa kecemasan belajar geografi agar bisa lebih tenang dan nyaman dalam belajar. Karena kecemasan yang berlebihan bisa berakibat buruk dan mengganggu kinerja fungsi-fungsi
kognitif
siswa,
seperti
dalam
berkonsentrasi,
mengingat,
pembentukan konsep dan pemecahan masalah di mana Mengatasi kesan diri negatif terhadap geografi, Mengajukan pertanyaan, artinya seorang siswa harus membiasakan diri untuk mengajukan pertanyaan bila mengalami kesulitan,
Jangan semata-mata mengandalkan memori sendiri dalam belajar, Cari bantuan bila kamu tidak memahaminya, Kembangkan rasa tanggung jawab bila mendapat kesuksesan dan kegagalan. DAFTAR PUSTAKA Al-khalili, A. (2005). Mengembangkan Kreativitas Anak.Jakarta : Pustaka Al-Katsur. Endarto, S. & P. (2009). Geografi I. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Hamalik, O. (2006). Proses belajar mengajar. Jakarta : Rineka cipta. Munandar, U. (1999). Pengembangan KreativitasAnak Berbakat. Jakarta : PT Rineka Cipta. Novianti, A. (2009). Hidup Dalam Kreativitas. Banten: Talenta Pustaka Indonesia Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Umar M. K. (2004). Aspek Kreatif Dalam Proses kognitif. Gorontalo. IKIP Negeri Gorontalo Uno, H. B. (2011). Perencanaan Pembelajaran. jakarta: Bumi Aksara Waluya B. (2009). Memahami geografi SMA X. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.