Spiritual Leadership Memoderasi Pengaruh antara Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Relegius ( Studi Kasus Di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kab. Kendal ) Oleh : Fasochah E-mail
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Relegius dan juga apakah Spiritual Leadership memoderasi pengaruh antara Motivasi Spiritual Karyawan dengan Kinerja Relegius . Penelitian dilakukan di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kab.Kendal yang berjumlah 4.954 orang, sedangkan sampelnya diambil sebanyak 100 orang dengan menggunakan rumus slovin dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling. Metode analisis menggunakan analisis Moderating Regretion Analisis ( MRA ) atau uji Interaksi . Hasil pengujian hipotesis penelitian dapat diketahui bahwa nilai t hitung untuk Pengaruh antara Motivasi Spiritual terhadap Kinerja relegius adalah sebesar 2,745 > t tabel 1,658 dan angka signifikasi 0,009 < 0,05 maka hipotesis ada pengaruh antara variabel Motivasi Spiritual terhadap Kinerja Relegius terbukti . Nilai t hitung Interaksi antara Motivasi Spiritual Dengan Spiritual Leadership terhadap Kinerja Relegius sebesar 2,540 > 1,658 dan angka signifikasi 0,016 < 0,05 maka hipotesis variable Spiritual Leadership sebagai Variable Moderating pengaruh antara Motivasi Spiritual dengan Kinerja Relegius terbukti dengan β positip berarti memperkuat. Kata kunci = motivasi Spiritual, Spiritual Leadership , Kinerja Relegius.
Latar Belakang dan Perumusan Masalah. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang fitri yang pemenuhannya tergantung pada kesempurnaan manusia dan kematangan individu (Ancok, 1995; Najati, 1982). Nampaknya ada kontribusi yang besar tentang pentingnya spiritual seseorang yang berpengaruh pada psikis seseorang dalam bekerja, dimana secara siknifikan akan berpengaruh dengan peningkatan kerja (Mc Cormick, Donald W, 1994 ; Strawbridge, William J. et-al, 1997 : miftraff, Ian I, Elizabeth A Dentor, 1999, Lewis Jefrey S, Gary D. Geroy, 2000). Dunia Leadership sekarang sedang bergeser kearah yang baru. Tekanan persaingan dan kondisi ekonomi global yang semakin sulit membuat organisasi membutuhkan para pemimpin yang tidak sekedar piawai dalam strategi bisnis dan memiliki kompetensi tehnis yang mumpuni dibidang usaha tertentu,tetapi lebih itu dibutuhkan pemimpin yang mampu menjaga ketangguhan emosinya
1
menghadapi berbagai tekanan pekerjaan ,baik tekanan kehidupan personal,tekanan dari klien,maupun orang-orang dilingkungan pekerja. Spiritual Leadership yaitu apabila seseorang pemimpin dapat mengejawantahkan nilai-nilai spiritual kedalam praktek kepemimpinan seharihari (FX Sri Martono,BI edisi minggu,134). Pengertian kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1991 : 41) adalah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk berfikir dan berperilaku guna menghasilkan kinerja yang tinggi dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi dalam situasi tertentu. Oleh karena itu hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja dapat ditunjukkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melaksanakan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Sasaran yang dicapai adalah untuk meningkatkan kinerja yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan perusahaan Pertama kali, Max Weber mengkaji hubungan etos kerja dengan agama. Salah satu hasil dari penelitiannya mengatakan bahwa agama ternyata mampu membangun dan meningkatkan kekuatan kerja serta motivasi menuju pada kenyataan yang riil. Cliffford Geertz sebagai penerus Max Weber (dalam Swasono, 1988) juga melakukan penelitian di Kota Gede Yogyakarta. Hasil penelitiannya membagi masyakarat Islam di Kota Gede Yogyakarta menjadi tiga golongan: santri, abangan dan priyayi. Ternyata golongan santri yang melaksanakan ajaran Islam secara puritan (shaleh) bersemangat memiliki aktivitas dan industri yang tinggi. Sedangkan dua golongan yang lain: abangan dan priyayi menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang umumnya tidak bergairan dan tidak dinamis. Hal ini karena dua golongan tersebut memiliki motivasi spiritual yang rendah. Burhanudin dan Nasir juga pernah meneliti pengaruh ajaran tarekat Qadariah Naqsibandiyah (TQN) terhadap perilaku ekonomi para penganutnya. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa keyakinan teologis yang berakar pada ajaran tersebut berimplikasi positif terhadap etos kerja para penganutnya (Kahmat, 2000). Lebih khusus, terkait dengan aktivitas ibadah Nizami dalam Ancok (1995) juga mengkaji pentingnya shalat yang penuh aktivitas, fisik dan ruhani dapat mengantarkan si pelaku dalam kondisi seimbang jiwa dan raga, sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja. Demikian juga dengan Shaleh (2000), mengkaji tentang pentingnya shalat tahajut terhadap peningkatan perubahan respon ketahanan tubuh imunologik. Hal ini tentunya akan mempengaruhi aspek jasmani dan ruhani individu karena berarti individu memiliki motivasi ibadah yang baik sehingga diharapkan kinerjanya akan meningkat. Penelitian Beehr, Johnson dan Nieva (1995)
2
menyimpulkan bahwa ketaatan beragama (religiosity) juga berhubungan dengan kualitas hidup. Beberapa survey social menunjukkan bahwa pemeluk aktif agama lebih puas dengan keseluruhan hidup mereka disbanding pemeluk yang tidak aktif (Biet Hallami & Argyle, 1997). Salah satu dari empat pendekatan model organisasi yang berorientasi pada spiritualitas dan agama, menjelaskan bahwa agama dan spiritualitas memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kerja karyawannya. Hal ini karena adanya persahabatan dengan sesama pemeluk agama sehingga dapat menyediakan dukungan social yang mengarah pada peningkatan kebahagiaan dan kesehatan mental, sehingga secara signifikan akan meningkatkan kinerja (Mitroff, Ian I., Elizabeth A Denton, 1999). Muafi 2003), meneliti tentang Pengruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Relegius ,studi empiris di kawasan industri Rungkut Surabaya,hasil penelitiannya mengatakan bahwa motivasi spiritual,motivasi ibadah ,motivasi akidah dan motivasi muamalah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja relegius dan Motivasi muamalah memiliki pengaruh yang dominan terhadap kinerja relegius juga tidak ada perbedaan relegius antara karyawan operasional dan non operasional di kawasan industry Rungkut. Kabupaten Kendal termasuk daerah yang agamis dimana terdapat beberapa pondok pesantren dan sebagian besar penduduknya beragama Islam dan taat menjalankan syariat Islam, dalam kehidupan sehari-haripun terlihat nyata kehidupan yang agamis. Potensai industri yang terdapat dalam kawasan industri di Kabupaten Kendal ada 17.544 unit usaha industri besar, kecil dan menengah dengan perincian industri besar 36 unit usaha sedangkan industri kecil dan menengah 17.508 unit usaha. Jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 20.580 orang pada industri besar dan 43.741 orang ada di industri kecil dan menengah,namun yang sudah tersentralisasi ada 2.086 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebesar 4.954 orang. Potensi masyakarat muslim yang menjadi sumber daya perusahaan tentunya diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawannya secara religius. Tetapi nampaknya fenomena yang terjadi masih banyak perilaku yang tidak religius, seperti : karyawan yang tidak melakukan sholat pada saatnya jam sholat juga tidak menjalankan puasa pada saat puasa Romadhon , dan banyak perilaku lainnya yg tidak mencerminkan orang yang agamis,misalnya tidak menyisihkan zakat dari hasil kerja yang sudah memenuhi nishob nya juga dalam pembayaran infaq maupun shodaqoh. Sedangkan kalau dilihat dari Kinerja yang ada belum optimalnya penggunaan hari jam kerja dimana karyawan datang seenaknya demikian juga pemiliknya
3
karena bekerja di sektor informal yang banyak berupa home industri., shingga menyebabkan produktivitas kerja nyapun kurang maksimal. Selain motivasi spiritual, spiritual leadership juga ikut mempengaruhi kinerja religius karyawan. Makna bekerja sebagai seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset, fikir, dzikir untuk mengakualisasikan sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik/khoiro ummah (Tasmara, 1995).. Setelah memperhatikan fenomena yang ada dan juga peneltian-penilitian sebelumnya , maka perlu diteliti kembali kasus-kasus yang ada dengan pengembangan model sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan Terhadap Kinerja Religius dengan Spiritual Leadership sebagai variable Moderating” (Studi Kasus Di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Kendal). Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah Motivasi Spiritual berpengaruh terhadap Kinerja Religius karyawan di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Kendal.(b) Apakah Spiritual Leadership merupakan variable moderating antara pengaruh Motivasi Spiritual terhadap Kinerja Religius karyawan di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Kendal. Landasan Teori. 1.. Kinerja Religius Kinerja perusahaan merupakan hasil dari semua laporan manajemen yang dilakukan secara terus menerus (Helfert, 1991). Sedangkan, menurut Prawirosentono (1997) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dalam pandangan Islam, menilai kinerja religius seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator (Zadjuli, 1999) antara lain : niat bekerjanya adalah karena Allah, dalam bekerja menerapkan kaidah/norma/syariah secara kaffah, motivasinya adalah spiritual dengan mencari “keberuntungan” di dunia dan akherat, menerapkan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian hidup, menjaga keseimbangan antara mencari harta dengan beribadah, bersyukur kepada Allah dengan cara tidak konsumtif, mengeluarkan ZIS( Zakat,Infaq dan Sodaqoh) dan menyantuni anak yatim
4
dan fakir miskin. Sebagai manusia dituntut untuk bekerja dengan sebaikbaiknya (dengan sungguh-sungguh). Kinerja yang religious selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kualitas kinerja religius tidak sama dengan kinerja biasa. Oleh karenanya, manusia sangat disarankan untuk dapat mengauasi ilmu pengetahuan dan teknologi agar bias menjadi manusia yang prestatif dan bermanfaat untuk kepentingan umat di dunia. Dalam Q.S As Zumar ayat 9 : “Katakanlah: samakah orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan ?”. Hanya orang-orang mengertilah yang dapat memikirkannya. Kinerja religius sendiri biasa didekati dengan tiga variable : kinerja fisiologis religius, kinerja psikologi religious dan kinerja spiritual (Wibisono, 2002). Kinerja fisiologi religius berarti individu harus menyadari bahwa alam dan segala isinya harud dimanfaatkan sepenuhnya untuk produksi secara efisien dan efektif, menyadari bahwa individu memiliki kemampuan bekerja dan berproduksi yang harus dikerahkan segala potensinya menuju manusia yang prestatif, teknologi harus dimanfaatkan secara tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyadari sepenuhnya bahwa modal adalah sebagai salah satu factor produksi yang harus dimanfaatkan secara efisien dan terbatas dari riba. Kinerja psikologi religius berarti individu harus menyadari bahwa kesehatan adalah anugerah yang harus dimanfaatkan untuk bekerja dan berproduksi, hubungan sosial dengan rekan sekerja/kelompok kerja harus harmonis untuk meningkatkan kinerja, penghargaan (hadiah) harus disyukuri sebagai perwujudan dari punishment perusahaan serta terus meningkatkan kualitas diri (aktualisasi diri) guna meningkatkan kinerja. Sedangkan kinerja spiritual berarti individu harus menyadari bahwa tawakal kepada Allah harus dibarengi dengan ihtiar, bekerja dan berproduksi, jujur dalam bekerja dan berproduksi, menjaga kualitas pekerjaan, dan bekerja dan berproduksi dengan ikhlas karena Allah. 2.Motivasi Spiritual. Kinerja organisasi perusahaan tidak dapat dilakukan hanya kerja lebih keras (work horder), namun diperlukan kerja yang lebih cerdas (work smater). Kekayaan organisasi perusahaan dapat dilipatgandakan dengan cara meningkatkan kualitas human capital, dimana salah satunya dapat dicapai melalui peningkatan motivasi karyawan yang secara signifikan akan berpengaruh pada kinerja perusahaan. Maslow membagi dua klasifikasi motivasi: motivasi primer dan motivasi spiritual. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang fitri yang pemenuhannya tergantung pada kesempurnaan manusia dan kematangan individu (Ancok, 1995; Najati, 1982). Nampaknya ada kontribusi yang besar tentang pentingnya spiritual
5
seseorang yang berpengaruh pada psikis seseorang dalam bekerja, dimana secara signifikan akan berpengaruh dengan peningkatan kinerjanya (McCormick., Donald W, 1994; Strawbridge, William J. et-al, 1997; Mitroff, Ian I., Elizabeth A Denton, 1999; Lewis Jefrey S., Gary D Geoy, 2000). . Perbedaan metode motivasi Barat dengan Islam, bahwa Islam disamping memberikan insentif material dan keuangan juga menggunakan insentif spiritual. Insentif spiritual terbukti diyakini lebih kuat daripada material. Hal ini bukan berarti mengabaikan motivasi material dan keuangan. Kajian empiris mengenai pentingnya motivasi spiritual disamping material diteliti juga oleh Mitroff, Ian I dan Elizabeth A Denton (1999). Max Weber mengatakan bahwa ada suatu hubungan langsung (fungsional) antara system nilai suatu agama dengan kegairahan bekerja para pemeluk agama tersebut (Swasono, 1988), Dalam kondisi sekarang ada indikasi meningkatnya spiritualisme terutama di kalangan masyarakat Amerika. Sebagian besar masyarakat Amerika mulai percaya bahwa Tuhan adalah kekuatan spiritual yang positif dan aktif (Kahmat, 2000; Mitroff, Ian I., Elizaberth A Denton, 1999). Makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh asset, fikir dan dzikir untuk mengaktualisasikan sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik/khoiroummah (Tasmara, 1995). Selanjutnya, Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga : 1. Motivasi Akidah, adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak dari hati. Jadi, motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam yang muncul akibat kekuatan akidah tersebut. Allport dan Ross (1967 dalam Beit Hallahmi, B & Argyle, 1997) lebih menyebut motivasi akidah tersebut sebagai sikap intrinsic. Dimensi akidah ini menunjukkan pada seberapa besar tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatic. Ini dimensi keimanan mencakup iman kepada Allah, para Malaikat, Rasul-Rasul, kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. Ibadah merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba Allah dengan Tuhannya yang tata caranya ditentukan secara rinci dalam Al Qur’an dan Sunnah Rasul (Anshari, 1993). 2. Motivasi Ibadah merupakan motivasi yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki agama, seperti sholat, doa, dan puasa. ibadah selalu bertitik tolak dari aqidah. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, Ibadah masih berada dalam taraf proses, sedangkan output dari ibadah
6
adalah muamalat. Muamalat merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dengan benda atau materi (Anshari, 1993). 3. Motivasi Muamalat ini berarti mengatur kebutuhan manusia seperti : kebutuhan primer (kebutuhan pokok), sekunder (kesenangan) dengan kewajiban untuk dapat meningkatkan kinerja dan kebutuhan primer (kemewahan) yang dilarang oleh Islam. Oleh karenanya manusia diharapkan dapat bekerja dan berproduksi sebagai bagian dari muamalat menuju tercapainya rahmatan lil alamin. Disimpulkan bahwa tuntutan akan kebutuhan spiritual begitu mendesak bagi kemanusiaan universal sehingga dalam persoalan-persoalan yang paling sederhana sekalipun harus diupayakan tetap menuju pada alur spiritualitas. Oleh karenanya kajian motivasi spiritual sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja yang religius. 3. Spiritual Leadership Pengertian kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1991 : 41) adalah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk berfikir dan berperilaku guna menghasilkan kinerja yang tinggi dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi dalam situasi tertentu. Oleh karena itu hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja dapat ditunjukkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melaksanakan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Sasaran yang dicapai adalah untuk meningkatkan kinerja yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Spiritual Leadership yaitu apabila seseorang pemimpin dapat mengejawantahkan nilai-nilai spiritual kedalam praktek kepemimpinan sehari-hari (FX Sri Martono,BI edisi minggu,134). Adapun indikator nilai-nilai spiritual yang dimaksud adalah:Kebenaran,Keadilan , Kejujuran dan Kesederhanaan yang tercermin dalam relasi dan interaksinya dengan sesama ini sesuai dengan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu Sidiq,Amanah Tabligh dan Fathonah. Untuk itu dengan Spiritual Leadership akan mampu meningkatkan Kinerja Relegius. Kerangka Pemikiraan dan Hipotesis. Dari beberapa penelitian terdahulu dan juga fenomena yang ada yaitu kaitannya pengaruh antara Motivasi dengan Kinerja dengan pengembangan model, maka kerangka pemikiran ini berbentuk sebagai berikut:
7
Spiritual Leadership (X2)
H2
Motivasi Spiritual (X1) o Motivasi Akidah o Motivasi Ibadah o Motivasi Muamalat
Kinerja Religius (Y) o Kinerja Fisiologis Religius o Kinerja Psikologis o Kinerja Spiritual
H1
Model matematis : Y = b1X + b2 Z + e1 1. Variabel independent X1 = Motivasi Spritual 2. Variabel Moderating X2 = Spiritual Leadership. 3. Variabel dependent Y = Kinerja Religius 4. Z = X1 x X2 ( interaksi X1 dg X2 ) Dengan mendasarkan pada rumusan masalah dan teori dan kerangka pemikiran pemikiran diatas maka hipotesisi dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah ada Pengaruh antara motivasi spiritual dengan Kinerja relegius (b) Apakah Spiritual Leadership merupakan variabel moderasi antara pengaruh motivasi spiritual dengan kinerja relegius. MaxWeber dalam Swasono(1988), mengkaji hubungan etos kerja dengan qgama hasilnya mengatakan bahwa agama ternyata mampu membangun dan meningkatkan kekuatan kerja serta motivasi menuju pada kenyataan yang riil. Cliffort Geertz (dalam Swasono ,1988) ,juga melakukan di kota gede Yogyakarta .Hasil penelitian membgi masyarakat Islam di kota Gede Yogyakarta menjadi tiga golongan,santri,abangan dan priyayi.ternyata golongan santri yang melaksanakan ajaran islam secara puritan(sholeh) bersemangat memiliki akivitas perdagangan dan industri yang tinggi sedangkan dua golongan lainnya menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang umumnya tidak bergairah dan dinamis.Hal ini karena kedua golongan tersebut mempunyai motivasi spiritual yang rendah. Burhannudin dan Natzir(2000), meneliti pengaruh ajaran Tarekat Qadariah Naqsibandiyah terhadap perilaku para pengikutnya.Hasil penelitiannya
8
mengatakan bahwa keyakinan Teologis yang berakar ajaran tersebut berimplikasi positif terhadap etos kerja para penganutnya. Muafi 2003), meneliti tentang Pengruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Relegius ,studi empiris di kawasan industri Rungkut Surabaya,hasil penelitiannya mengatakan Bahwa motivasi spiritual,motivasi ibadah ,motivasi akidah dan motivasi muamalah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja relegius Motivasi muamalah memiliki pengaruh yang dominan terhadap kinerja relegius dan Tidak ada perbedaan relegius antara karyawan operasional dan non operasional di kawasan industry Rungkut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hipotesisi 1 (H1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Diduga ada pengaruh yang positip antara motivasi spiritual terhadap kinerja religious Pengertian kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1991 : 41) adalah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk berfikir dan berperilaku guna menghasilkan kinerja yang tinggi dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi dalam situasi tertentu. Oleh karena itu hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja dapat ditunjukkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melaksanakan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Sasaran yang dicapai adalah untuk meningkatkan kinerja yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan perusahaan.Mengacu pada uraian diatas maka hipotesis2 (H2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Diduga ada pengaruh yang positip antara Motivasi Spiritual terhadap kinerja religius dengan spiritual leadership sebagai variable moderating METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan khusus di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Kendal yang sudah tersentralisasi berjumlah 4.954 karyawan yang tersebar di beberapa sentra industri kecil dan menengah di 2.586 unit usaha. Adapun sample diambil dengan menggunakan Rumus Slovin (Iqbal Hasan M, 2002) ,yang berjumlah 100 responden. Selanjutnya tehnik pengambilan sampel dilakukan secara Proporsional random sampling berdasarkan jenis industri yang ada di kawasan sentra industri
9
kecil dan menengah di Kabupaten Kendal.,kemudian untuk menentukan respondennya dilakukan dengan pengundian. Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel penelitian yaitu motivasi spiritual(X1 =variabel bebas), Spiritual Leadershipship( X2- variabel moderating) dan Kinerja religius( Y = variabel terikat ). Motivasi Spiritual terdiri dari 3 indikator dengan 3 item pertanyaan yaitu 1) Bekerja karena Kewajiban dari Alloh, 2) Bekerja adalah ibadah 3) Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup ( Anshari, 1993 ) , adapun Spiritual Leadership terdiri dari 4 indikator dengan 4 item pertanyaan yaitu 1)Pemimpin harus benar dalam segala ucapan nya, 2) Pemimpin harus adil, 3) Pemimpin harus jujur dan 4) Pemimpin harus sederhana yang tercermin dalam intraksi dengan sesama ( Fx Srimartono, Bisnis Indonesia ,edisi 134 ) . Sedangkan Kinerja Religius ada 3 indikator dengan 8 item pertanyaan.yaitu 1) dalam bekerja menuju manusia yang prestatif. 2) Penggunaan tehnologi yang ramah lingkungan 3) Modal terbebas dari riba 4) Penghargaan harus disyukuri, 5) Hukuman dilaksanakan dengan ikhlas,6) Bekerja dengan iklas,7) Bekerja dengan jujur, 8) Tawakkal dalam bekerja ( Wibisono ,2002) Pengukuran terhadap indikator-indikator di atas dilakukan dengan menggunakan skala Likert sebagai berikut :Sangat setuju,setuju, netral,kurang setuju.tidak setuju dengan skore masing-masing 5,4,3,2,dan 1. Uji validitas dilakukan dengan program SPSS dengan semua butir valid sedangkan uji reliabilitas menggunakan CrombachAlpha dalam penelitian ini kesemua variable menghasilkan Crombach alpha > 0,6 berarti reliable .Analisis yang digunakan untuk untuk mengetahui pengaruh adalah program SPSS dengan model Uji Interaksi atau MRA( Moderating Regresion Analysis ),sedangkan untuk menguji hipotesis adalah dengan uji t,dimana jika t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi < α = 0,05 berarti hipotesisi terbukti. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam penelitian ini hasil dari Adjusted R2= 0,511 berarti 51,10 % variasi dari Kinerjaa relegius bisa di jelaskan oleh variasi motivasi spiritual sedangkan sisanya yaitu 48,90 % dipengaruhioleh variabel lain di luar model. Dan F tabel = 17,560 > F hitung = 3,92 dengan tingkat signifikansi 0,000. Berdasarkan pengujian R 2 dan uji F dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi layak digunakan.Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel -1.
10
Tabel -1 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model
Adjusted R 2
F Sig’
1 0,511 17,560 Sumber : Data Primer yang diolah,2011
0,000
Dengan menggunakan Analisis uji Interaksi (MRA), hasil yang didapat (1) Ada pengaruh antara Motivasi Spiritual dengan Kinerja religious denganβ=0,432 dengan t hitung 2,742> t tabel =1,658 dengan tingkat signifikansi 0,009 < α = 0,05 berarti hipotesisi 1 terbukti, (2) Spiritual Leadership merupakan variabel moderating antara motivasi spiritual dengan Kinerja religious dengan β = 0,221 dengan t hitung = 2,540 > t tabel = 1,658 dengan tingkat signifikansi 0,016 < 0,005 berarti bahwa spiritual leadership memperkuat pengaruh antara motivasi spiritual terhadap kinerja religious terbukti atau hipotesis 2 terbukti.Adapun Persamaan regresinya adalah : Y = 0,432 X1 + 0,22 Z + e Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada tabel-2. Tabel-2 Koefisien Regresi Model Standardized Coefficient Beta X1 0,432 Z O,221 Dependen Variabel Y. Z = interaksi antara X1 dan X2 ( Z = X1 x X2 )
t
Sig
2,745 0,009 2,540 0,016
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI . Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1 Hasil pengujian hipotesisi menunjukkan bahwa nilai t hitung dari pengaruh variabel Motivasi Spiritual terhadap Kinerja Relegius = 2,743 > t tabel = 1,658 dengan angka siknifikansi 0,009 < α = 0,05( Signifikan ) . Dengan demikian hipotesis ( H1 ) bahwa Motivasi Spiritual berpengaruh positip terhadap Kinerja Relegius karyawan pada Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kab Kendal terbukti 2.Hasil analisis Regresi Moderasi atau uji interaksi menunjukkan bahwa t hitung dari interaksi antara variabel Motivasi Spiritual dengan Variabel Spiritual
11
Leadership Terhadap variabel Kinerja Relegius = 2,540 > t tabel = 1,658 dengan angka signifikansi 0,0016 < α =0,05 ( Signifikan ) dengan β2 yang positip .Dengan demikian bahwa hipotesis ( H2 ) Variabel Spiritual Leadership memoderasi positip pengaruh variabel Motivasi Spiritual terhadap Kinerja Religius terbukti. Implikasi Kebijakan Sebagai suatu penelitian empiris penelitian ini dapat menghasilkan temuantemuan yang bermanfaat bg pimpinan perusahaan dan karyawan. Dalam Paradigma spiritualisme potensi manusia untuk berkinerja harus menjadikan hidup yang lebih positip dan produktif untuk mencapai prestasi kerja yang relegius. Pimpinan perusahaan harus memperhatikan motivasi spiritual karyawan . Pentingnya memberikan pengetahuan, pemahaman dan melaksanakan motivasi spiritual misalnya untuk memulai bekerja harus baca basmalah dan baaca hamdalah untuk mengakhiri pekerjaannya. Agar hasil yang didapat mendapat barokah dan rahmat dari Alloh.. Di butuhkannya Pimpinan yang agamis untuk memperkuat motivasi karyawan dalam meningkatkan kinerjanya yang relegius.Pimpinan yang selalu bertindak jujur, adil tidak sombong dalam interaksinya dalam kehigupan sehari-hari dengan sesama dan selalu menjunjung tinggi kebenaran. Kelayakan Kinerja Relegius akan tercermin pada hasil produksi yang islami, yang harus dilaksanakan dalam pencapaian kerja yang relegius adalah dalam bekerja menerapkan kaidah / norma/ syariah secara kaffah.Disamping itu sebaiknya pimpinan perusahaan mengarahkan karyawan pada perkembangan kepribadian islami yaitu menerapkan kepribadian muslim dalam menjalankan suatu profesi dan menjaga kesehatan mental dan spiritual. Keterbatasan Penelitian. Ada beberapa keterbatasan dalam Penelitian ini, yaitu : 1.Kinerja Religius di pengaruhi oleh Motivasi Spiritual yang dimoderasi oleh Spirituan Leadership agar lebih variatip untuk penelitian selanjutnya perlu menambahkan variabel- independen lainnya misalnya Kepuasan kerja dan juga variabel Moderating lainnya misalnya Lingkungan kerja dan sebagainya... 2. Lingkup kajian ini hanya di Kawasan Industri Kecil dan Menengah Kab, Kendal agar lebih luas lingkungannya maka penelitian yang akan datang perlu memperluas kajiaannya di Kawaean Industi Kecil dan Menengah di jawa Tengah ataupun dengan menambah industri besar ataupun menambah jumlah respondennya. 3.Agar dilakukan di lokasi yang nyaman dan tenang dalam beribadah yang memiliki lokasi penelitian yang ber nuansa islami sehingga dapat lebih diamati secara realistis.
12
DAFTAR PUSTAKA Ancok Jamaludin ( 1994 ),Psychologi Islam,Pustaka Pelajar, Yogyakarta. As’ad, M, (2003), Psikologi Industri ; Seri Sumber Daya Manusia, Liberty, Yogyakarta. Augusty, Ferdinand, (2006), Metode Penelitian Manajemen Seri Pustaka Kunci 07/2006, BP Undip, Semarang. Anshari ( 1993 ), Wawasan Islam. Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam dan Ummatnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Beehr-TA,Johson ,LB & Nieva,R (995 ), Occupational StressCOPING OF Police and their Spouse, journal of Organizational Behavior ,16, p 3-25. Chapra,Umar (2000) , Islam dan Pembangunan Ekonomi Gema Insani Press, Jakarta. Gymnastiar Abdullah (2002), Menjadi Muslim Prestatif. Mensinergikan keunggulan Harmoni dzikir, fikir, ikhtiar, MQS Pustaka Grafika Bandung. Hasibuan, M, (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Heidjrachman dan Husnan, Suad, (2002), Manajemen Personalia, BPFE – Yogyakarta. Imam Ghozali ( 2001), Analisis Multivariate dengan Program SPSS,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kartono, K, (1992), Pemimpin dan Kepemimpinan, Raja Grafindo Persada, Jakarta Martoyo, S (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE – Yogyakarta. Mc Cormick, Donald W ( 1994 ) ,Spirituality and Manajement, Journal of Managerial Strategy,Bradford 9,p. 5-11 Muafi (2001 ) Studi empiriss Pengaruh Merk Perintis pada Proses Pemiliham Merk dan alasan Berperilaku beli terhadap Merk Pilihan, Wahana Vol 4,No 2 Agustus Muafi (2003), Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan Terhadap Kinerja Relegius Studi Empiris di Kawasan Industri Rungkut Surabaya( SIER ) ,Jurnal Siasat Bisnis, FE UII. Yogyakarta. Najati, Muhammad Usman(1982) < Al Qur!an Wa Liman Nafs, Darus Syuruq, Kairo Tasmara Toto (1995 ) Etos Kerja Pribadi Muslim, Dana Bakti Wakaf, Jakarta. Wibisono Abdullah( 2002) Pengaruh Motivasi Spiritual terhadap Kinerja Karyawan Industri Manufaktur di Batamindo, Disertasi : Universitas Airlangga Surabaya _______,Bisnis Indonesia(Tabloid Mingguan),edisi 103,134,139.
13
14