HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH DAN FAKTOR LAINNYA DENGAN OBESITAS SENTRAL (LINGKAR PINGGANG) PADA PEGAWAI DI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI TAHUN 2013 Nuzulvia Damayanty1 dan Fatmah2 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Penelitian dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Penelitian di Kementerian Perindustrian RI melibatkan 122 pegawai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Variabel dependen pada studi ini ialah obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang. Variabel independen ialah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, riwayat genetik, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Analisis bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan lingkar pinggang. Para pegawai diharapkan mulai mengontrol asupan makanan dan gaya hidup. Kata kunci: lingkar pinggang, obesitas sentral, umur, riwayat genetik, persen lemak tubuh Abstract This cross sectional study was held in April-Mei 2013 comprised 122 employees at Ministry of Industry. The objective of study was to determine the association of some risk factors in waist circumference as an abdominal obesity indicator. Dependent variables of this study was abdominal obesity that was measured by waist circumference and the independent variable consist of sex, age, aducational background, nutritional knowledge, genetic history, Body Mass Index (BMI), Body Fat Percentage (BFP), smoking status, physical activity, and nutrient intake (intake of energy, protein, fat, and carbohydrate). Data were collected through waist measurement, Body Fat Percentage, anthropometry, questionnaires, and food models as supporting tools for 2x24 hours food recall. Bivariate analyses showed that age, BMI, BFP, intake of energy, protein, fat, and carbohydrate were correlated with a statistically significant in was circumference. Meanwhile, this study also indicated a significant difference between the sex and smoking status with circumference. It is suggested to employees to start controlling food intake and lifestyle.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Key words: waist circumference, abdominal obesity, age, genetic history, Body Fat Percentage Pendahuluan Latar Belakang Masalah Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi dan riwayat genetik dengan obesitas sentral (Hill et al., 2006; Jennifer, 2005; Gutierrez et al, 2004; Galuska & Khan, 2001). Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh juga terbukti memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sentral (Nurviati, 2012). Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi obesitas sentral namun dapat diubah antara lain kebiasaan merokok dan aktivitas fisik serta asupan zat gizi (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang (Clair et al., 2011; Mustelin et al., 2009; Drapeu et al., 2004; Erlinda & Susmiati, 2009). Obesitas sentral tidak hanya terjadi di negara maju, juga obesitas sentral telah banyak ditemui di negara berkembang khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, beberapa penelitian juga menunjukkan hasil bahwa prevalensi obesitas sentral tergolong tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi obesitas sentra di Indonesia sebesar 18,8%. DKI Jakarta termasuk kedalam tiga provinsi tertinggi prevalensi obesitas sentral yaitu sebesar 27,9%. ). Obesitas sentral menjadi faktor risiko penting untuk beberapa risiko penyakit degeneratif (Balitbangkes, 2008). Penyakit degeneratif yang berhubungan dengan obesitas sentral tersebut meliputi dyslipidemia, diabetes mellitus, hipertensi dan sindrom metabolik (Wildman et al., 2005; Grievink et al., 2004), penyakit kardiovaskuler dan penyakit jantung koroner (Ghandehari et al., 2009; Arsenault et al., 2010), dan penyakit stroke kategori Transient Ischemic Attack (TIA) (Winter et al., 2008). Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas sentral dapat berdampak terhadap peningkatan risiko kematian (Demerath et al., 2007). Salah satu yang rentan terkena obesitas sentral adalah pegawai kantoran lantaran minim melakukan gerak tubuh, karena kegiatan sehari-harinya dilakukan dalam keadaan duduk. Masalah obesitas sentral ini nantinya akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai. Berdasarkan hasil observasi awalan, didapatkan sebesar 43% pegawai di Kementerian Perindustrian memiliki nilai lingkar pinggang yang melebihi cut off point lingkar pinggang sehat. Hal ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan angka prevalensi obesitas sentral secara nasional yaitu 18,8%.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Tinjauan Teoritis Menurut berbagai peneliti, obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak tubuh kronis yang disertasi dengan penumpukan lemak viseral di daerah perut (Jeffry, 2009). Obesitas sentral juga diartikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh disertai dengan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh terutama pada bagian viseral perut (Rezaeian & Salem, 2007). Menurut World Health Organization (2000) sendiri menjelaskan bahwa obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Terdapat berbagai macam pengukuran untuk menentukan obesitas sentral diantaranya adalah dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), persentase lemak tubuh, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan lingkar pinggang (LP). Adapula pengukuran yang lebih akurat dalam mengukur lemak perut yaitu dengan CT-scan (computed tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging) atau DXA (Dual X-ray Absorptiometry). Namun kelemahan dalam menggunakan alat tersebut ialah kurang efektif dan memerlukan biaya yang mahal (WHO, 2000 dalam Gibson, 2005). Namun, beberapa studi membuktikan bahwa pengukuran menggunakan lingkar pinggang merupakan metode yang sangat kuat berhubungan dengan timbunan lemak viseral dibandingkan dengan pengukuran RLPP (Zhu et al., 2002). ). Batas ambang atau Cut off point besar lingkar pinggang yang dapat meningkatkan risiko komplikasi metabolik ialah untuk penduduk barat, National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) merekomendasikan cut off point lingkar pinggang ≥ 102 cm untuk pria dan ≥ 88cm untuk wanita (Flegal, 2007). Sedangkan untuk penduduk Asia dengan lingkar pinggang ≥ 90 cm pada pria dan ≥ 80cm pada wanita (WHO, 2011). Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral antara lain umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, aktivitas fisik, merokok, alkohol, genetik, ras/etnik, asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat. Umur diketahui memiliki pengaruh terhadap kejadian obesitas sentral. Dengan bertambahnya usia, melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktivitas fisik umumnya jumlah lemak pada tubuh seseorang akan meningkat (Purwati, 2000). Perbedaan jenis kelamin diketahui juga mempengaruhi terjadi obesitas sentral. Di sebagian besar Negara maju tingkat obesitas sentral lebih tinggi terjadi pada pria dibandingkan wanita. (Al-Riyami, 2003). Hal ini dikarenakan wanita dan pria dewasa memiliki perbedaan dalam distribusi lemak di tubuhnya. Pria dewasa lebih cenderung mengalami obesitas sentral (Hill et al., 2006). Obesitas tubuh bagian atas atau disebut obesitas sentral banyak didapati pada pria. Sosial ekonomi juga diketahui memiliki hubungan dengan obesitas sentral. Status sosial ekonomi tinggi menunjukkan hubungan positif yang konsisten dengan obesitas pada
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
masyarakat di negara berkembang (Monteiro, 2004). Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu predictor terkait dengan obesitas sentral. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah risiko obesitas sentral (Ball et al., 2007). Pendidikan yang tinggi juga dimungkinkan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan gizi (Auliyah, 2012). Mustelin et al (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan lingkar perut. Aktivitas fisik menurunkan obesitas sentral melalui penggunaan lemak daerah perut, sebagai hasil redistribusi jaringan adiposa. Pada perokok berat cenderung memiliki ukuran lingkar pinggang, distribusi lemak tubuh dan IMT yang tingi daripada perokok ringan karena pada perokok berat cenderung memiliki gaya hidup yang tidak baik seperti rendahnya tingkat aktivitas fisik dan diet yang buruk (Chiolero et al., 2008). Konsumsi minuman beralkohol secara berlanjut dapat meningkatkan lemak perut sebagai risiko untuk penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya (Dorn et al., 2003). Selain itu, faktor genetik juga mempengaruhi kejadian obesitas sentral. Sesorang dengan orang tua yang gemuk cenderung diturunkan pada anaknya. Penelitian Auliyah (2012) menunjukan hubungan antara riwayat genetik dengan obesitas sentral. Perbedaan ras diketahui memiliki hubungan dengan obesitas sentral berdasarkan lingkar pinggang. Terdapat batas ambang (cuttoff) yang berbeda untuk lingkar pinggang yang sehat menurut jenis kelamin dan ras (Caroll et al., 2010). Hal ini dikarenakan adanya variasi dari lingkar pinggang antar populasi. Pola asupan gizi seperti tingginya asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan serat, juga diketahui memiliki hubungan dengan obesitas sentral. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional (potong lintang). Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan faktor risiko yang meliputi karakteristik individu (jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, dan riwayat genetik), nilai antropometri individu (IMT, persen lemak tubuh), gaya hidup individu (kebiasaan merokok dan aktivitas fisik), serta asupan gizi individu (asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat) yang dihubungkan dengan variabel dependen yaitu obesitas sentral yang diukur melalui lingkar pinggang. Estimasi obesitas sentral diperoleh melalui pengukuran nilai lingkar pinggang. Intrumen pada penelitian ini berupa kuesioner. Data aktivitas fisik diperoleh melalui kuesioner GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire). Data IMT diperoleh malalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Sementara itu, data asupan gizi diperoleh melalui food recall selama 2 hari (2x24 jam).
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Subjek dalam penelitian ini adalah 122 orang pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian yang berjenis kelami laki-laki dan perempuan. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pegawai yang tidak bersedia terlibat dalam penelitian, sedang hamil, dan pegawai yang sedang ditugaskan di luar negeri atau luar kota dengan rentang waktu yang lama. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini termasuk kedalam purposive sampling. Pengumpulan data terdiri dari tahapan pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, berat badan dan tinggi badan menggunakan instrument penelitian. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner mengenai karakteristik dan gaya hidup individu serta wawancara mengenai data asupan makanan (asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat) 2x24 jam yaitu pada hari weekday dan weekend pada hari yang berbeda. Setelah seluruh data responden terkumpul, dilakukan pengecekan kuesioner oleh petugas pengumpul data untuk menghindari kesalahan penngisian kuesioner. Analisis data menggunakan software SPSS versi. analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dari setiap variable yang diteliti, baik variabel dependen maupun variable independen. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan atau perbedaan antara variabel dependen dengan independen menggunakan uji t-independen, uji anova, dan uji korelasi regresi sederhana. Hasil Penelitian Hasil Analisis Univariat Hasil analisis univariat meliputi hasil analisis variabel dependen dan independen. Disajikan dalam table berikut: Tabel 1. Distribusi Menurut Lingkar Pinggang Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013
Statistik
Laki-laki (n = 67)
Lingkar Pinggang (cm) Perempuan (n = 55)
Rata-rata Standar deviasi Median Minimum Maksimum
93,25 11,19 94 72 127
86,37 10,16 85 64,5 117
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Total (n = 122) 90,15 11,23 89 64,5 127
Pada tabel 5.2 diperlihatkan nilai rata-rata lingkar pinggang pegawai berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan serta total responden. Nilai rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing kelompok tersebut adalah 93,25 ± 11,19 cm, 86,37 ± 10,16 cm, dan 90,15 ± 11,23 cm.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur (tahun) Pendidikan Terakhir ≤ SMA >SMA Pengetahuan Gizi Riwayat Genetik Ada riwayat Tidak ada riwayat
n (122)
%
67 55
54,9 45,1
50 72
63 59
Rata-rata ± SD
Minimum
Maksimum
41,63 ± 10,66
25
55
11,75 ± 3,83
2
18
41 59
51,6 48,4
Pada table 2 diperlihatkan dari total responden yaitu 122 orang, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67 orang (54,9%) sedangkan perempuan 55 orang (45,1%). Ratarata umur responden adalah 41,63 tahun. Rata-rata responden berpendidikan terakhir ≤ SMA dengan gambaran pengetahuan gizi yang tergolong rendah. Untuk gambaran riwayat genetik diperoleh sebesar 51,6% responden mengaku memiliki riwayat genetik gemuk sedangkan 48,4% mengaku tidak memiliki riwayat genetik gemuk. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Nilai Antropometri Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel IMT (kg/m2) PLT (%)
Rata-rata 26,88 32,58
Standar Deviasi 4,46 6,41
Minimum Maksimum 17,77 37,60 16,40 47,20
Berdasarkan pengukuran antropometri, diperoleh nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh. Rata-rata IMT responden adalah 26,88 ± 4,46 dengan rentang nilai
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
17,77 – 37,60. Sedangkan untuk rata-rata persen lemak tubuh responden adalah 32,58 ± 6,41 dengan rentang nilai 16,40 – 47,20. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Gaya Hidup Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok Aktivitas Fisik Berat Sedang Ringan
n (122)
%
28 94
23 77
33 44 45
27 36,1 36,9
Sebesar 23% pegawai dengan status merokok sedangkan 77 % memiliki status tidak merokok. Sementara dari aktivitas fisik, sebesar 27% memiliki aktivitas berat, 36,1% memiliki aktivitas sedang, dan 36,9% memiliki aktivitas ringan. Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Asupan Gizi Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Asupan Energi (kalori) Asupan Protein (gram) Asupan Lemak (gram) Asupan Karbohidrat (gram)
Rata-rata 2261,5
Standar Deviasi Minimum 612,57 1005,30
Maksimum 4025,60
71,37
19,50
28
122,80
72,74
28,14
20,20
140,80
328,16
92,05
133,30
555
Berdasarkan tabel 5 bahwa rata-rata asupan energi responden adalah 2261,5 ± 612,57 kalori dengan rentang nilai 1005,30 – 4025,60. Sementara rata-rata asupan protein responden adalah 71,37 ± 19,50 gram dengan rentang nilai 28 – 122,80. Rata-rata asupan lemak adalah 72,74 ± 28,14 gram dengan rentang nilai 20,20 – 140,80 gram. Sedangkan rata-rata asupan karbohidrat responden adalah 328,16 ± 92,05 gram dengan 133,30 – 555 gram.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Hasil Analisis Bivariat Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Nilai Lingkar Pinggang Menurut Jenis Kelamin Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Total (n) 67 55
Mean ± SD (Lingkar Pinggang) 93,25 ± 11,20 86,37 ± 10,16
Nilai p 0,001
Berdasarkan analisis menggunakan uji t-independen terdapat perbedaan rata-rata lingkar pinggang yang signifikan antara responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel 7. Analisis Korelasi dan Regresi Umur dengan Nilai Lingkar Pinggang Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Umur (tahun)
Total (n) 122
R 0,310
R2 0,096
Persamaan garis LP = 76,571 + (0,326 x Umur )
Nilai p 0,001
Hubungan umur dengan nilai lingkar pinggang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang. Nilai r berpola positif, artinya semakin bertambahnya umur maka nilai lingkar pinggang juga mengalami kenaikan. Tabel 8. Distribusi Rata-rata Nilai Lingkar Pinggang Menurut Pendidikan Terakhir Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Pendidikan Total (n) Mean ± SD (Lingkar Nilai p terakhir Pinggang) ≤ SMA 50 92,52 ± 10,77 0,050 > SMA 72 88,50 ± 11,32 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai lingkar pinggang antara pegawai yang pendidikan > SMA dengan yang ≤ dengan SMA. Tabel 9. Analisis Korelasi Pengetahuan Gizi dengan Nilai Lingkar Pinggang Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Variabel Pengetahuan Gizi
Total (n) 122
Korelasi (r) -0,047
Nilai p 0,611
Hasil uji korelsi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan/lemah antara pengetahun gizi dengan nilai lingkar pinggang pegawai. Tabel 10. Distribusi Rata-rata Nilai Lingkar Pinggang Menurut Riwayat Genetik Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Riwayat Genetik Ada riwayat Tidak ada riwayat
Total (n) 63 59
Mean ± SD (Lingkar Pinggang) 93,01 ± 11,39 87,09 ± 10,30
Nilai p 0,003
Hasil uji t-independen menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata lingkar pinggang yang signifikan antara responden yang memiliki riwayat gemuk dengan yang tidak memilik riwayat gemuk. Tabel 11. Analisis Korelasi dan Regresi Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak Tubuh dengan Nilai Lingkar Pinggang Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel IMT (kg/m2) PLT (%)
Total (n) 122 122
R 0,777 0,299
R2 0,603 0,089
Persamaan garis LP = 37,560 + (1,956 x IMT) LP = 73,087 + (0,524 x PLT)
Nilai p 0,000 0,001
Hasil uji korelasi didapatkan bahwa Indeks Massa Tubuh dan persen lemak tubuh dengan nilai lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang signifikan. Semakin tinggi nilai IMT dan persen lemak tubuh maka semakin bertambah nilai lingkar pinggang. Tabel 12. Distribusi Rata-rata Nilai Lingkar Pinggang Menurut Kebiasaan Merokok Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Kebiasaan Merokok Ya Merokok Tidak Merokok
Total (n) 28 94
Mean ± SD (Lingkar Pinggang) 94,57 ± 12,06 88,83 ± 10,69
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Nilai p 0,029
Hasil uji t- independen menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata lingkar pinggang antara responden yang memiliki kebiasaan merokok dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Tabel 13. Distribusi Rata-rata Nilai Lingkar Pinggang Menurut Aktivitas Fisik Pegawai Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2013 Variabel Aktivitas Fisik Berat Sedang Ringan Total
Total (n) 33 44 45 122
Mean ± SD (Lingkar Pinggang) 88,43 ± 10,55 88,99 ± 11,04 92,55 ± 11,73 90,15 ± 11,23
Nilai p
0,193
Hasil uji anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan nilai lingkar pinggang. Tabel 14. Analisis Korelasi dan Regresi Asupan Gizi dengan Nilai Lingkar Pinggang Pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 Variabel Total (n) R R2 Persamaan garis Nilai p Asupan Energi 122 0,385 0,149 LP = 74,162 + (0,007 x AsupanEnergi) 0,000 Asupan Protein 122 0,309 0,096 LP = 77,438 + (0,178 x Asupan Protein) 0,001 Asupan Lemak 122 0,260 0,068 LP = 82,602 + (0,104 x Asupan Lemak) 0,004 Asupan KH 122 0,370 0,137 LP = 75,334 + (0,045 x Asupan KH) 0,000 Hasil uji korelasi didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan obesitas sentral berdasarkan nilai lingkar pinggang.
Pembahasan Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai lingkar pinggang pada responden laki-laki dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hill et al., 2006 dimana pria dewasa lebih cenderung mengalami obesitas sentral dibandingakan wanita. Dikarenakan wanita dan pria memiliki perbedaan dalam distribusi lemak ditubuhnya. Pria memiliki massa otot dan tulang yang besar serta memiliki proporsi lemak perut atau abdomen yang lebih besar dibandingkan perempuan yang memiliki proporsi lemak tubuh yang cenderung tinggi dan lemak banyak tersimpan di bagian tubuh peripheral seperti pada pinggul dan paha (Gibson, 2005).
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang nyata positif dan signifikan antara umur dengan nilai lingkar pinggang. Yang artinya, semakin bertambahnya umur, maka semakin bertambah pula nilai lingkar pinggang. Penelitian Jennifer et al (2005) juga mendapatkan umur secara positif berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral. Dengan bertambahnya usia, melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktivitas fisik sehingga umumnya jumlah lemak pada tubuh seseorang akan meningkat (Purwati, 2001). Pendidikan terakhir dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai lingkar pinggang antara responden berpendidikan ≤ SMA dengan responden berpendidikan > SMA. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zimmerman (2000) bahwa lulusan SMA lebih banyak mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan nilai lingkar pinggang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri et al, (2005) yang menunjukkan bahwa pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian obesitas sentral. Menurut Auliyah (2012) hal ini dapat dikarenakan tingkat pengetahuan tidak menjamin individu untuk berprilaku makan yang sehat. Individu dengan pengetahuan tinggi maupun rendah memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami obesitas sentral bila gaya hidupnya tidak sehat karena hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan serta kurangnya kesadaran dari masingmasing individu. terdapat perbedaan rata-rata nilai lingkar pinggang yang signifikan antara responden yang memiliki riwayat gemuk dengan yang tidak memiliki riwayat gemuk dimana nilai lingkar pinggang lebih besar pada responden yang memiliki riwayat genetik gemuk dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat genetik gemuk. Orang tua yang obesitas cenderung memiliki keturunan yang obesitas pula (Hill, 2000). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan dengan kekuatan sangat kuat atau sempurna antara IMT dengan nilai lingkar pinggang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Smith (2007) yang menyatakan bahwa IMT dan nilai lingkar pinggang memiliki hubungan yang nyata positif dan signifikan secara statistik di Negara Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa antara persen lemak tubuh dengan nilai lingkar pinggang memiliki hubungan yang signifikan dengan kekuatan yang sedang dan berpola positif yang artinya, semakin tinggi persen lemak tubuh maka semakin tinggi pula nilai lingkat pinggang. Penelitian dengan hasil yang sama juga dilakukan oleh Flegal et al.,
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
(2007) pada 12.201 dewasa yang menyatakan bahwa persen lemak tubuh berhubungan secara signifikan dengan lingkar pinggang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa responden perokok lebih banyak yang
mengalami obesitas sentral atau nilai lingkar pinggang melebihi dari cut off point dibandingan responden bukan perokok dan hubungan ini bermakna secara statistik. Penelitian Chiolero et al (2008) menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan resistensi insulin dan berhubungan dengan akumulasi lemak perut. Pada penelitian ini aktivitas fisik dengan nilai lingkar pinggang tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil berbeda juga didapatkan penelitian pada penduduk Turki dengan usia ≥ 20 tahun yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral (Erem et al., 2004). Menurut peneliti, hal ini terjadi karena terdapat faktor lain seperti responden dengan aktivitas fisik yang berat cenderung memiliki asupan energi yang juga tinggi. Hasil dari uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan hubungan sedang serta nyata positif antara asupan energi dengan nilai lingkar pinggang. Semakin tinggi asupan energi maka nilai lingkar pinggangnya akan semakin tinggi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kuala Lumpur Malaysia pada wanita usia 20-59 tahun menunjukkan hubungan yang signifikan korelasi positif antara asupan energi dengan nilai lingkar pinggang (Lee et al., 2010). Secara teori, konsumsi energi yang berlebih akan disimpan di jaringan tubuh dalam bentuk lemak. Asupan makanan yang berlebihan dengan penurunan pengeluaran energi menimbulkan keseimbangan energi positif (Jalal dkk., 2008). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan nilai lingkar pinggang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian di etnis Asia yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan lingkar pinggang (Oshiro, 2006). Konsumsi protein yang berlebihan di dalam tubuh akan dikonversikan ke dalam bentuk lemak oleh hati yang selanjutnya disimpan dalam bentuk lemak (Garrow, 2001). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan nilai lingkar pinggang. Konsumsi asupan lemak yang berlebihan dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan tubuh. Proporsi lemak yang disimpan dalam tubuh pada umunya meliputi 50% di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intramuskuler (Gibson, 2005). Studi prospektif kohort oleh Koh-Banerjee et al, (2003) menunjukkan peningkatan konsumsi lemak secara signifikan berhubungan dengan peningkatan lingkar pinggang sebesar 2,7 cm.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
penelitian ini menunjukkan bahwa antara asupan karbohidrat dengan lingkar pinggang terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai lingkar pinggang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Korea dengan responden usia 40-64 tahun juga menunjukkan asupan karbohidrat berhubungan positif dengan lingkar pinggang (Park, 2008; Merchant, 2005). Kelebihan asupan
karbohidrat diubah menjadi lemak untuk disimpan sebagai cadangan
energi di dalam jaringan lemak.
Kesimpulan 1. Rata-rata lingkar pinggang pegawai Sekretarian Jenderal Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013 adalah 90,15 cm. Hasil ini melebihi cut off point lingkar pinggang sehat. 2. Sebagian besar pegawai Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata umur pegawai adalah 41,63 tahun dan memiliki tingkat pendidikan tinggi. Untuk pengetahuan gizi pegawai tergolong rendah. Rata-rata pegawai memiliki riwayat genetik gemuk dan sebagaian besar responden adalah perokok dengan aktivitas fisik yang tergolong tingkat ringan. Rata-rata asupan makronutrien pegawai melebihi dari angka yang dianjurkan. 3. Berdasarkan analisis t-independen dan anova, antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan lingkar pinggang yang signifikan. Dari segi pendidikan terakhir, terlihat tidak ada perbedaan rata-rata nilai lingkar pinggang antara pegawai yang berpendidikan ≤ SMA dengan yang > SMA. Untuk riwayat genetik, terdapat perbedaan rata-rata nilai lingkar pinggang yang signifikan antara pegawai yang memiliki riwayat gemuk dengan yang tidak memiliki riwayat gemuk. Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai lingkar pinggang yang signifikan antara pegawai yang merokok dengan yang tidak merokok. Serta tidak adanya perbedaan yang rata-rata nilai lingkar pinggang yang signifikan antara pegawai dengan aktivitas fisik berat, sedang, dan ringan. 4. Berdasarkan analisis korelasi, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan karbohidrat terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai lingkar pinggang. Namun, pengetahuan gizi tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai lingkar pinggang pada pegawai di Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2013.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Saran 1. Bagi pegawai dengan nilai lingkar pinggang yang berisiko obesitas sentral disarankan untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas sentral seperti, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi kebiasaan merokok, dan menjaga asupan makanan. 2. Mempertahankan berat badan bagi pegawai yang sudah memiliki berat badan ideal. 3. Menyelenggarakan penyuluhan dan sosialisasi mengenai apa itu obesitas sentral, apa saja faktor penyebab obesitas sentral, serta bagaimana dampak yang ditimbulkan dari obesitas sentral. 4. Membuat jadwal olahraga yang rutin seperti senam setiap satu minggu sekali. Serta meningkatkan fasilitas olahraga agar pegawai dapat olahraga dengan mudah. 5. Pembuatan media komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang berisi pemantauan status gizi serta gizi seimbang. Media tersebut dapat berupa poster ataupun majalah yang berfungsi untuk memberikan informasi sehingga timbul kesadaran untuk menjaga status gizi karyawan. 6. Menyediakan timbangan berat badan di setiap biro sehingga setiap pegawai dapat memantau berat badannya. 7. Merekrut tenaga ahli gizi di klinik kesehatan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Tenaga ahli ini berguna untuk memberikan informasi bagi pegawai yang ingin berkonsultasi mengenai gizi dan makanan serta beberapa jenis diet. Daftar Pustaka Al-Riyami, A.A., & Afifi, M.M. (2003). Prevalence and correlates of obesity and central obesity among omani adults. Saudi Medical Journal, 24(6) Arsenaults, B.J et al. (2010). Physical inactivity abdominal obesity and risk of coronary heart disease in apparently healthy men and women. International Journal of Obesity, 34, 340347 Auliyah, Aidah. (2012). Hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan faktor lainnya dengan obesitas sentral pada pegawai Satlantas dan Sumda di Polresta Depok tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi Universitas Indonesia.
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Ball, K., Timperio, A., Salmon, J.O., Giles-Corti, B., Roberts, R., & Crawford, D. (2007). Personal, social and environmental determinants of educational inequalities in walking: a multilevel study. Journal of Epidemiology, 61(2), 108-114 Carrol, Joan F et al. (2009). Impact of race/ethnic on the relationship between visceral fat and inflammatory biomarkers. Obesity, 17:1420-1427 Chiolero, A., Faeh, D., Paccaud, F., & Cornuz, J. (2008). Consequence of smoking for body weight, body fat distribution, and insulin resistance. The American Journal of Clinical Nutrition, 87(4) Clair, Calore et al. (2011). Dose-dependent positive association between cigarette smoking, abdominal obesity and body fat: cross-sectional data from a population-based survey. Biomed Central Medical, 11(23), 1471-2458 Demerath, Ellen.W et al. (2007). Anatomical patterning of visceral adipose tissue: race, sex, and age variation. Obesity, 15 (12), 2984-2993 Dorn, Joan et al. (2003). Alcohol drinking patterns differentially affect central adiposity as measured by abdominal height in women and men. The Journal of Nutrition, 133(8) Drapeau, Vicky et al. (2004). Modifications in group-consumption are related to long-term body-weight changes. The American Journal of Clinical Nutrition, 80, 29-37 Erem, Cihangir et al. (2004). Prevalence of obesity and associated risk factors in a Turkish population (Trabzon city, Turkey). Obesity Research, 7(12):1117-1127 Erlinda, Vitria., & Susmiati. (2009). Pola konsumsi orang dewasa Minangkabau dan hubungannya dengan ukuran lingkar pinggang. Artikel Penelitian Dosen Muda. Padang: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Flegal, K.M. (2007). Waist circumference of healthy men and women in the united states. International Journal of Obesity, 31, 1134-1139 Galuska, D.A., & Khan, L.K. (2001). Obesity: a public Health Prespective dalam present knowladge in nutrition. Washington DC: ILSI Press
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Ghandehari, H., Le, V., Kamal-Bahl, S., Bassin S.L., & Wong, N.D. (2009). Abdominal obesity and the spectrum of global cardiometabolic risks in US adults abdominal obesity and global risk. International Journal of Obesity, 33, 239-248 Gibson, Rosalind.S. (2005). Principles of nutrition assessment 2nd ed. USA: Oxford University Press Grievink, L., Alberts, J.F., O’Niel, J., & Gerstenbluth, I. (2004). Waist circumference as a measurement of obesity in the Netherlands antilles. European Journal of Clinical Nutrition, 58, 1159-1165 Gutierrez-Fisac, Juan.L., Lopez, Esther., Banegas, Jose.R., Graciani, Auxiliadora., Rodriguez-Artalejo. (2004). Prevalence of overweight and obesity in elderly people in spain. Obesity, 12 (4) Hill, J.O., Catenacci, V.A., & Wyatt, H.R. (2006). Modern Nutrition in Health and Disease, (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams Wilkins Hill, William.G. (2000). Maintenance of quatitative genetic variation in animal breeding programmes. Elsevier Science, 99-109 Jalal, Fasli., Indrawati, Nur., Liputo., Susanti, Novia., & Oenzil, Fadil. (2008). Lingkar pinggang, kadar glukosa darah, trigliserida, dan tekanan darah pada etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Media Medika Indonesia, 43 (3) Jeffrey, A, et al. (2009). Stronger relationship between central adiposity andc-reactive protein in older women than men. Source Menopause, 16:84-89 Jennifer, L.K., Sojung Lee., Heymsfield, Steven.B., & Ross, Robert. (2005). Waist circumference and abdominal adipose tissue distribution: influence of age and sex. The American Journal of Clinical Nutrition, 81 (6), 1330-1334 Kantachuvessiri, A., Sirivichayakul, C., Kaewkungwai, J., Tungtrongchitr, R., & Lotrakul, M. (2005). Factors associated with obesity among workers in a metropolitan waterworks authority. Southeast Asian J Trop Med Public Health, 36(4), 1057-1065 Koh-Banerjee, Pauline et al. (2003). Prospective study of the association of changes in dietary intake, physical activity, alcohol consumption, and smoking with 9-y gain in waist
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
circumference among 16 587 US men. American Society for Clinical Nutrition, 78, (4), 719-727 Lee, CL., Noriman, AK, & Ismail, MN. (2010). Association of energy intake and macronutrient composition with overweight and obesity in malay women from klang valley. Malaysian Journal Nutrition, 16(2): 251-260 Merchant, A.T et al. (2005). Protein intake is associated with abdominal obesity in a muliethnic population. Tha American Jurnal of Nutrition, 135, 1196-1201 Monteiro, C.A., Moura, E.C., Conde, W.L., & Popkin, B.M. (2004). Socioeconomic status and obesity in adult populations of developing countries: a review. Bulletin of the World Health Organization. 82(12) Mustelin, L., Silventoinen, K., Pletilainen, K., Rissanen, A., & Kaprio, J. (2009). Physical activity reduces the influence of genetic effects on BMI and waist circumference: a study in young adult twins. International Journal of Obesity, 33, 29-36 Nurviati, R.F. (2012). Hubungan karakteristik individu dan gaya hidup dengan indikator obesitas sentral (lingkar pinggang) pada pegawai kantor pusat PT. Wijaya Karya, Jakarta Timur tahun 2012. Skripsi. Depok: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Oshiro, C., vijayadeva, V., Daida, Y., Novotny, R., Grove, J., & LeMarchand, L. (2006). The Journal of Federation of American Society for Experimental Biology, 20, A583 Park, S., Park, M.S., & Ko, J.A. (2008). The association between carbohydrate intake and waist circumference. Korean Journal of Obesity, 17(4), 175-181 Purwati, Susi. (2001). Perencanaan menu untuk penderita kegemukan. Jakarta: Penerbit Swadaya Rezaeian, Mohsen., & Zinat, Salem. (2007). Prevalence of obesity and abdominal obesity in a sample of urban adult population within South East of Iran. Journal of Medical Science, 23 (2) Smith et al. (2007). Abdominal obesity, waist circumference and cardiometabolic risk: awareness among primary care physicians, the general population and patient at risk, the shape of the nation survey. Current Medical Research and Opinion, 23(1):29-47
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013
Wildman, Rachel.P., Dongfeng Gu., Reynolds, Kristi., Xiufang Duan., Xiqui Wu., & Jiang He. (2005). Are waist circumference and body mass index independently associated with cardiovascular disease risk in chinese adults. The American Journal of Clinical Nutrition, 82, 195-202 Winter, Yaroslav et al. (2008). Contribution of obesity and abdominal fat mass to risk of stoke and transient ischemic attacks. Journal of the American Heart Association, 39, 3145-3151 World Health Organization. (2011.) Waist circumference and waist-hip ratio: report of a WHO expert consultantion, geneva. WHO Document Production Zhu S., Heymsfield S.B., Toyoshima H. (2005). Race-ethnic specific waist circumference cut off for identifying cardiovascular disease risk factors. American Journal Clinical Nutrition, 8:09-15
Hubungan karakteristik…, Nuzulvia Damayanty, FKM UI, 2013