Hubungan Antara Status Gizi, Sarapan, Asupan Gizi Sarapan, Kualitas dan Kuantitas Tidur Malam dengan Konsentrasi pada Siswa Kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta Apriyan Pratama dan Ahmad Syafiq (Pembimbing) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ABSTRAK Skripsi ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan hubungan antara status gizi, sarapan, asupan gizi sarapan kualitas dan kuantitas tidur malam dengan konsentrasi pada siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013. Penelitian ini melibatkan 51 siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta dan menggunakan dua tes untuk menguji konsentrasi, yaitu Tes Digit Simbol dan Tes Bourdon Wiersma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal (62,7%), dinyatakan sarapan (51%), asupan energi sarapan yang cukup (60,8%), asupan protein sarapannya cukup (54,9%), asupan fe sarapannya kurang (80,4%), asupan zn sarapannya kurang (70,6%), kualitas tidur malam cukup baik (56,9%) dan kuantitas tidur malam cukup (51%). Konsentrasi siswa sebagian besar rendah (52,9%) berdasarkan Tes Digit Simbol dan (51%) berdasarkan Tes Bourdon Wiersma. Hasil uji hubungan menunjukan terdapat hubungan antara sarapan, asupan energi sarapan, asupan protein sarapan dan asupan fe sarapan dengan konsentrasi serta tidak terdapat hubungan antara status gizi (indeks IMT/U), asupan zn sarapan, kualitas dan kuantitas tidur malam dengan konsentrasi. Kata kunci: status gizi; sarapan; asupan gizi sarapan; kualitas; kuantitas tidur; konsentrasi ABSTRACT This cross-sectional study aimed at the association between nutritional status, breakfast, breakfast intake nutrition, quality and quantity night sleep with a concentration in class 7 SMP Negeri 239 Jakarta in 2013. The study included 51 7th grade students of SMP Negeri 239 Jakarta and use two tests to examine the concentration, the Digit Symbol Test and Bourdon Wiersma Test. The results showed that most respondents had normal nutritional status (62.7%), stated breakfast (51%), adequate breakfast energy intake (60.8%), breakfast sufficient protein intake (54.9%), the intake of fe breakfast less (80.4%), the intake of breakfast zn less (70.6%), quality of sleep a night is quite good (56.9%) and sufficient quantity of sleep a night (51%). Low concentrations of most of the students (52.9%) based on Digit Symbol Test (51%) based on Bourdon Wiersma Test. The test results showed an association relationship between breakfast, breakfast energy intake, protein intake and intake fe breakfast breakfast with concentration and there was no correlation between nutritional status (BMI / U index), zn intake of breakfast, the quality and quantity of sleep a night with concentration. Keyword: nutritional status; breakfast; breakfast nutritio; quality; quantity of sleep; concentration
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005).Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pendidikan. dimana hal tersebut dipengaruhi dari tingkat konsentrasi siswa saat melakukan kegiatan belajar di sekolah. Konsentrasi yang rendah dapat menyebabkan proses belajar menajdi kurang dan SDM juga menjadi kurang berkualitas. Menurut Surya (2009) konsentrasi adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Sementara konsentrasi yang efektif adalah suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukan dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta mudah karena orang yang akan bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya (Lestari, 2012). Ada banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi seseorang, beberapa diantaranya adalah status gizi, sarapan, asupan zat gizi dan durasi tidur. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi (Supariasa, 2001). Menurut Hidayat (1999) gizi kurang dapat menyebabkan gangguan motivasi belajar, gangguan kemampuan berkonsentrasi dan tidak bergairah. Kekurangan gizi pada masa remaja juga akan berdampak pada aktvitas siswa di sekolah antara lain, lesu, mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, tingkat konsentrasi rendah dan penurunan prestasi di sekolah (Elnovriza, 2008). Pada sebuah penelitian yang dilakukan Masdewi,dkk (2011) menyimpulkan bahwa status gizi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa dimana prestasi tersebut timbul karena konsentrasi yang baik pada siswa. Faktor lainnya yang mempengaruhi konsentrasi adalah sarapan. Sarapan termasuk ke dalam salah satu Tiga Belas Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS). Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi dan memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2002). Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa sarapan berhubungan dengan konsentrasi seperti penelitian oleh Whitney dan Hamilton (1990) dalam Faridi (2002) menyatakan bahwa anak yang biasa sarapan pagi mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak sarapan pagi. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Saidin (1991) pada anak sekolah dasar di pedesaan di wilayah Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa kebiasaan tidak sarapan berpengaruh pada konsentrasi anak
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
sekolah dasar. Penelitian lain oleh Wardoyo (2009) menyatakan terdapat hubungan antara sarapan dengan daya konsentrasi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lestari (2012) yang menunjukan adanya korelasi yang signifikan antara sarapan dengan konsentrasi belajar. Dan juga penelitian yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan pagi dengan konsentrasi di sekolah (Kurniasari, 2005). Selain sarapan, faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi adalah asupan gizi. Masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak salah satu diantaranya adalah kekurangan Energi Protein (KEP) yang sangat mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005). Defisiensi zat gizi mikro seperti Fe dan Zn menyebabkan anemia yang juga menyebabkan daya ingat dan daya konsentrasi menjadi rendah (Ristrini, 1991). Wardoyo (2009) pada penelitiannya menyatakan bahwa di sekolah berbeda prestasi di Kabupaten Kediri terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan daya konsentrasi. Lalu pernyataan lain menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein makan pagi dengan konsentrasi di sekolah (Kurniasari, 2005). Lalu Penelitian yang dilakukan Ama (1987) yang menyatakan bahwa anemia mempengaruhi daya konsentrasi, daya persepsi dan perhatian anak sekolah dasar. Dan juga kualitas dan kuantitas tidur malam yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi saat disekolah. Kekurangan tidur berdampak buruk bagi tubuh, baik bagi fisik maupun psikologis. Secara fisik, kekurangan tidur akan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga orang yang kurang tidur akan lebih rentan terserang virus, bahkan virus yang ringan sekalipun. Secara psikologis, kekurangan tidur menyebabkan emosi menjadi tidak stabil dan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi berkurang. Kemampuan otak untuk menghafal, contohnya menghafal pelajaran. Selain kemampuan otak yang menurun, kurang tidur juga menyebabkan seseorang menjadi kurang perhatian, lambat, linglung, mengalami gangguan belajar dan bahkan turunnya prestasi akademik. Penelitian James F. Pagel, MD di University of Colorado (2008), dilaporkan sebanyak 69.7% mahasiswa dengan grade-point average (GPA) rendah mempunyai gangguan tidur. Mahasiswa dengan GPA rendah 65.6% terbangun di malam hari dan sulituntuk kembali tidur serta 72.7% sulit berkonsentrasi sepanjang hari. Sekolah Menengah Pertama merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke dunia remaja. Kelas 7 merupakan periode transisi sekolah dari tingkat Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama yang menimbulkan banyak perubahan pada diri remaja baik dari sistem pembelajaran maupun lingkungan sekolah yang sangat mempengaruhi konsentrasi siswa.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Rumusan Masalah Konsentrasi pada anak usia sekolah sangat penting karena saat belajar berlangsung, konsentrasi menjadi faktor penentu yang amat penting bagi keberhasilan belajar. Apabila siswa tidak dapat berkonsentrasi dan terganggu oleh berbagai hal diluar kaiatannya dengan belajar seperti status gizi yang kurang, tidak sarapan, asupan gizi yang kurang serta kualitas dan kuantitas tidur malam yang kurang yang mereka tidak sadari, maka proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. Siswa kelas 7 merupakan periode transisi sekolah dari tingkat sekolah dasar ke sekolah menengah pertama yang menimbulkan banyak perubahan pada diri remaja baik dari sistem pembelajaran maupun lingkungan sekolah yang sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. . Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran konsentrasi, status gizi, sarapan, asupan gizi sarapan dan kualitas dan kuantitas tidur malam dan untuk mengetahui adanya hubungan antara status gizi, sarapan, asupan gizi sarapan, kualitas dan kuantitas tidur malam dengan konsentrasi pada siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta.
TINJAUAN TEORITIS Konsentrasi Terjadinya proses belajar membutuhkan konsentrasi pelakunya. Tanpa konsentrasi, maka peristiwa belajar itu sesungguhnya tidak ada dan tidak berlangsung. Tanpa konsentrasi, maka hasil belajar pun tentu sangat rendah atau tidak optimal. Menurut Surya (2009) konsentrasi adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2009). Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986). Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Indeks Antropometri Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan memiliki hubungan yang liner dengan tinggi badan. Dalam keadaaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pengukuran antropometri menggunakan IMT/U merupakan rekomendasi WHO 2007 sebagai dasar untuk mengukur ststus gizi usia 5-19 tahun. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimase pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada anak gizi kurang. Batas indeks IMT/U menurut rujukan WHO : 1. Sangat Kurus bila Z Score terletak < -3 SD 2. Kurus bila Z Score terletak < -2 SD 3. Normal bila Z Score terletak – 2 SD ≤x≤ 1 SD 4. Lebih bila Z Score terletak > 1 SD 5. Obesitas bila Z Score terletak > 2 SD Sarapan Sarapan ini penting karena makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum berangkat kerja atau sebelum berangkat sekolah memberikan tenaga untuk badan selama mulai kerja, antara pukul 08.00-11.00 WIB. Jarak waktu makan malam dengan makan pagi cukup lama, yaitu sekitar 10-12 jam (Moehji, 1989). Jika sarapan tidak dilakukan, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah yang mengambil cadangan lemak. Dalam keadaan seperti ini, tubuh tidak berada dalam keadaan baik untuk melakukan aktifitas. Sehingga anak akan terganggu konsentrasinya (Moehji, 1989).
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Asupan Gizi Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin, dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik (Krummel & Etherton, 1996). Energi dimanfaatkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi yaitu metabolisme basal, aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, perkembangan serta pembuangan zat sisa. Saat berpikir otak membutuhkan energi yang berasal dari glukosa, hanya untuk berpikir otak dapat menggunakan energi mencapai 20-30% total energi yang ada di dalam tubuh, karena itu energi sangat dibutuhkan untuk berkonsentrasi dan berpikir, karena itu juga otak disebut organ yang paling boros energi (Devi, 2010). Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein memiliki peran yang sangat penting. Kebutuhan protein pada anak usia sekolah digunakan untuk pertumbuhan sel baru, pemeliharaan jaringan dan penggantian sel yang rusak seperti sel otak, tulang dan otot. Agar anak juga tidak mudah terserang sakit protein berperan penting untuk pembentukan antibody, karena infeksi penyakit membuat konsentrasi dan produktifitas anak di sekolah menurun. Zat besi asupan hariannya duperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air dan kulit. Kebutuhan akan zat besi meningkat selama masa kehamilan, masa balita, anak usia sekolah dan remaja, zat besi dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang yang cepat sehingga membutuhkan zat besi yang banyak. Menurut Kisworini (2005), kurangnya zat besi dalam tubuh menyebabkan anemia baik karena pola makan yang tidak memadai maupun karena adanya peningkatan kebutuhan zat besi, sedangkan anak yang menderita anemia digambarkan sebagai apatis, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan sekelilingnya. Kurang zat besi mempunyai hubungan dengan enzim aldehid-oksidase di dalam otak yang mengakibatkan menurunnya kemampuan memperhatikan sesuatu. Anemia juga menyebabkan daya ingat dan daya konsentrasi menjadi rendah (Ristrini, 1991). Dan juga anemia pada anak sekolah mengakibatkan gangguan pada proses belajar, baik karena menurunnya daya ingat ataupun berkurangnya kemampuan berkonsentrasi (Jalal, 1998). Zinc (Zn) yang biasanya juga disebut dengan Seng merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Zinc berperan di dalam bekerjanya
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan protein. Maka bila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Shankar, 1998). Defisiensi Zn akan mempengaruhi pembentukan Hb, menurunkan pengambilan (uptake) Fe ke dalam eritrosit, menurunkan produksi eritrosit, dan mempenga-ruhi absorpsi Fe di mukosa usus (Murray, 2003). Hal ini akam menyebabkan anemia yang mempengaruhi daya konsentrasi, daya persepsi dan perhatian anak sekolah dasar (Ama, 1987). Tidur Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986) atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan, hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi respons terhadap rangsangan dari luar. Kebutuhan tidur pada manusia tcrgantung pada tingkat perkembangan,
Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia. Umur
Tingkat Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur
0-1 bulan
bayi baru lahir
14-18 jam/hari
1-18 bulan
masa bayi
12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun
masa anak
11-12 jam/hari
3-6 tahun
masa prasekolah
11 jam/hari
6-12 tahun
masa sekolah
10 jam/hari
12-18 tahun
masa remaja
8,5 jam/hari
18-40 tahun
masa dewasa
7-8 jam/hari
40-60 tahun
masa muda paruh baya
7 jam/hari
masa dewasa tua
6 jam/hari
60 tahun ke atas Sumber : Hidayat (2008)
Namun jumlah kebutuhan tidur normal pada manusia adalah 7-8 jam (Adamkova et al, 2009). Kualitas tidur dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya menurut Nashori (2004), kualitas tidur dapat mengacu pada aspek tidur lebih awal dan bangun lebih awal.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi, sarapan, asupan gizi sarapan, kualitas dan kuantitas tidur malam dengan konsentrasi pada siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2013 di SMP Negeri 239 Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta yang dipilih secara acak dengan teknik simple random sampling menggunakan Microsoft excel dengan formula RANDBETWEEN, hadir saat pengambilan data berlangsung dan bersedia mengisi Tes Digit Simbol, Tes Bourdon Wiersma, dan lembar kuesioner. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi. n=
!!!∝/! !! !!! ! !!!! !! (!!!!) ! !! (!!!! )
!
!! ! !!
Dari perhitungan sampel tersebut selanjutnya dilakukan pemilihan sampel dari populasi target dengan tahapan sebagai berikut:
Populasi target Populasi studi
Seluruh Siswa SMP Negeri 239 Jakarta Siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun ajaran 2012/2013
Eligible subjek Intended subjek
Populasi studi yang memenuhi kriteria
Sampel yang diteliti Actual subjek
Sampel yang didapatkan di lapangan, yaitu 51 orang
Sumber data yang diperoleh dari penilitian ini adalah data primer yang berupa hasil uji Tes Digit Simbol, Tes Bourdon Wiersma, hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan,
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
hasil wawancara dan jawaban kuesioner. Analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat (chi square).
HASIL PENELITIAN Hasil analisis univariat menunjukan proporsi konsentrasi rendah sebesar 52,9% dan konsentrasi tinggi sebesar 47,1% pada Tes Digit Simbol, dan proporsi konsentrasi rendah sebesar 51% dan konsentrasi tinggi sebesar 49%.pada Tes Bourdon Wiersma. Pada status gizi proporsi sangat kurus 3,9%, kurus 5,9%, normal 62,7%, gemuk 17,6% dan obesitas 9,8%. Lalu proporsi siswa yang tidak sarapan 49% dan yang sarapan 51%. Sementara itu proporsi siswa yang asupan energi sarapannya kurang sebesar 39,2% dan yang cukup 60,8. Selanjutnya proporsi siswa yang asupan protein sarapannya kurang sebesar 45,1% dan yang cukup 54,9%. Lalu proporsi siswa yang asupan fe sarapannya kurang sebesar 80,4% dan yang cukup 19,6%. dan proporsi siswa yang asupan zn sarapannya kurang sebesar 70,6% dan yang cukup 29,2%. Pada proporsi siswa yang kualitas tidur malamnya kurang baik sebesar 43,1% dan yang cukup baik 56,9%. Sedangkan proporsi siswa yang kuantitas tidur malamnya kurang sebesar 49% dan yang cukup 51%. Hasil analisis bivariat menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi (indeks IMT/U) dengan konsentrasi melalui dua tes, yaitu Tes Digit Simbol dan Tes Bourdon Wiersma. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,208 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,352 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Ada hubungan yang bermakna antara sarapan dengan konsentrasi melalui dua tes, yaitu Tes Digit Simbol dan Tes Bourdon Wiersma. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Ada hubungan yang bermakna antara asupan energi sarapan dengan konsentrasi. baik dengan Tes Digit Simbol ataupun Tes Bourdon Wiersma. p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Ada hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi. baik dengan Tes Digit Simbol ataupun Tes Bourdon Wiersma, p = 0,001 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Ada hubungan yang bermakna antara asupan fe sarapan dengan konsentrasi, baik dengan Tes Digit Simbol ataupun Tes Bourdon Wiersma, p = 0,002 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,004 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zn sarapan dengan konsentrasi, baik dengan Tes Digit Simbol ataupun Tes Bourdon Wiersma, p = 0,0232 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,025 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur malam dengan konsentrasi melalui
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
dua tes, yaitu Tes Digit Simbol dan Tes Bourdon Wiersma. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,443 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,903 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur malam dengan konsentrasi melalui dua tes, yaitu Tes Digit Simbol dan Tes Bourdon Wiersma. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,895 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,482 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma.
PEMBAHASAN Konsentrasi Hasil penelitian di SMP Negeri 239 Jakarta memperlihatkan bahwa siswa yang memiliki konsentrasi rendah berdasarkan Tes Digit Simbol sebesar 52,9% dan konsentrasi tinggi sebesar 47,1%, ini menunjukan bahwa pada siswa SMP Negeri 239 Jakarta lebih besar yang memiliki konsentrasi rendah dibanding yang memiliki konsentrasi tinggi. Hal serupa juga terlihat pada Tes Bourdon Wiersma, yaitu 51% menunjukan konsentrasi rendah dan 49% konsentrasi tinggi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsentrasi pada siswa SMP Negeri 239 Jakarta Masih banyak yang kurang hal ini dapat menyebabkan proses belajar menajdi kurang dan SDM juga menjadi kurang berkualitas. Status Gizi Status gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi (Supariasa, 2001). Menurut Hidayat (1999) gizi kurang dapat menyebabkan gangguan motivasi belajar, gangguan kemampuan berkonsentrasi dan tidak bergairah. Kekurangan gizi pada masa remaja juga akan berdampak pada aktvitas siswa di sekolah antara lain, lesu, mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, tingkat konsentrasi rendah dan penurunan prestasi di sekolah Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi sangat kurus sebesar 3,9%, kurus 5,9%, normal 62,7%, gemuk 17,6% dan obesitas 9,8%. Hal ini menunjukan masih 9,8% siswa SMP Negeri 239 yang memiliki masalah gizi kurang walaupun nilai ini masih dibawah nilai prevalensi kurus pada kelompok anak 6-12 tahun dan 13-15 tahun hampir sama sekitar 11 persen (Riskesdas, 2010). Indikator IMT/U digunakan sesuai rekomendasi WHO 2007 sebagai dasar untuk mengukur status gizi usia 5-19 tahun. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan overestimate pada anak gizi kurang. Sementara hasil analilis bivariat memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna antara satus gizi dengan konsentrasi p = 0,208 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
hubungan yang tidak bermakna pada antara status gizi dengan konsentrasi p = 0352 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma, hal ini sejalan dengan penelitian Wardoyo (2009) di SD berbeda prestasi di Kabupaten Kediri yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dan daya konsentrasi. Tetapi bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Masdewi,dkk (2011) menyimpulkan bahwa status gizi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa, ini dapat diartikan bahwa konsentrasi bukan faktor satu-satunya yang berkontribusi dalam prestasi belajar siswa. Sarapan Siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang dinyatakan tidak sarapan pada penelitian ini sebesar 49% lebih kecil dibanding dengan siswa yang dinyatakan sarapan yaitu sebesar 51%. Dan juga masih lebih kecil jika dibandingkan dengan Badan Pusat Statistik (2006) hanya 15,2% anak sekolah dasar di Majalengka yang memiliki kebiasaan sarapan, dengan kata lain 84,8% anak sekolah dasar di Majalengka tidak terbiasa sarapan. Sibuea (2002) menemukan terdapat 57,5% anak sekolah di Medan tidak pernah sarapan pagi, sementara itu lebih tinggi dibanding dengan
penelitian Kurniasari (2005) menemukan 25% anak sekolah dasar di
Yogyakarta jarang melakukan sarapan Hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara sarapan dengan konsentrasi p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan menunjukan hubungan yang bermakna pula antara sarapan dan konsentrasi p = 0,000 (p<0,05) hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidin (1991) pada anak sekolah dasar di pedesaan di wilayah Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa kebiasaan tidak sarapan berpengaruh pada konsentrasi anak sekolah dasar. Penelitian lain oleh Wardoyo (2009) menyatakan terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan daya konsentrasi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lestari (2012) yang menunjukan adanya korelasi yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar. Ketika tidur di dalam tubuh tetap berlangsung oksidasi untuk menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan jantung, paru-paru, dan alat-alat tubuh lainnya. Oksidasi ini akan mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah sehingga ketika bangun di pagi hari kadar glukosa darah sudah berkurang. Untuk menaikkan kadar glukosa darah, maka tubuh akan mengambil cadangan hidrat arang dan bila cadangan tersebut habis, maka tubuh akan mengambil dari cadangan lemak. Dalam keadaan seperti ini tubuh tidak akan melakukan pekerjaan dengan baik, sehingga sarapan sangat dianjurkan (Suhardjo 1989).
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Khomsan (2002) menyatakan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbang 25% dari kebutuhan total energi harian. Sarapan dapat dilakukan antara pukul 06.00-08.00, namun waktu ini bukan acuan keharusan. Sebagai bagian dari pola makan, sarapan dapat disesuaikan dengan ritme dimulainya aktivitas pagi hari. Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Sarapan juga dapat meningkatkan
konsentrasi belajar, menyerap pelajaran sehingga prestasi belajarnya pun
menjadi lebih baik (Depkes RI, 1996). Asupan Energi Sarapan Hasil penelitian menunjukan siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang asupan energi sarapannya kurang sebesar 39,2%, dan yang cukup sebesar 60,8%, jika dirata-rata asupan energi sarapan yang diperoleh adalah 417,7 Kkal ini tergolong baik setelah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 yaitu 512,2 Kkal (25% dari AKG). Sementara hasil bivariat memperlihatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi sarapan dengan konsentrasi p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga memperlihatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi sarapan dengan konsentrasi p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma. hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasari (2005) Hubungan Frekuensi dan Asupan Gizi Makan Pagi dengan Kadar Hemoglobin dan Konsentrasi di Sekolah pada Murid Kelas V dan VI SDN Jetis I dan SDN Jetishardjo I Yogyakarta yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan pagi, asupan energi protein dengan konsentrasi di sekolah. Oleh tubuh energi dimanfaatkan untuk berbagai fungsi yaitu metabolisme basal, aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, perkembangan serta pembuangan zat sisa. Saat berpikir otak membutuhkan energi yang berasal dari glukosa, hanya untuk berpikir otak dapat menggunakan energi mencapai 20-30% total energi yang ada di dalam tubuh, karena itu energi sangat dibutuhkan untuk berkonsentrasi dan berpikir, karena itu juga otak disebut organ yang paling boros energi (Devi, 2010). Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dari makanan yang tersedia di tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan digunakan untuk mempertahankan fungsi organ, selanjutnya untuk pertumbuhan, dan terakhir untuk aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Akibatnya, anak tersebut akan mengurangi tingkat aktivitasnya serta menjadi letargi dan apatis. Perilaku ini akan berdampak terhadap interaksi sosial, kemampuan untuk berkonsentrasi, serta kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
kompleks. Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak terhadap fungsi kognitif secara keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan, 2010). Gangguan terhadap fungsi kognitif pada akhirnya dapat mengganggu prestasi siswa di sekolah. Asupan Protein Sarapan Hasil penelitian menunjukan siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang asupan protein sarapannya kurang sebesar 45,1%, dan yang cukup sebesar 54,9%, jika dirata-rata asupan protein sarapan yang diperoleh adalah 11,9 g ini tergolong baik setelah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 yaitu 12,5 g (25% dari AKG). Hasil uji bivariat membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi p = 0,001 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga ada hubungan bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi p = 0,000 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma, hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasari (2005) Hubungan Frekuensi dan Asupan Gizi Makan Pagi dengan Kadar Hemoglobin dan Konsentrasi di Sekolah pada Murid Kelas V dan VI SDN Jetis I dan SDN Jetishardjo I Yogyakarta yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi makan pagi, asupan energi protein dengan konsentrasi di sekolah. Seperti yang kita tahu, protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein memiliki peran yang sangat penting. Kebutuhan protein pada anak usia sekolah digunakan untuk pertumbuhan sel baru, pemeliharaan jaringan dan penggantian sel yang rusak seperti sel otak, tulang dan otot. Agar anak juga tidak mudah terserang sakit protein berperan penting untuk pembentukan antibody, karena infeksi penyakit membuat konsentrasi dan produktifitas anak di sekolah menurun. Fungsi protein paling umum dalam berbagai penyuluhan dan pendidikan gizi ditekankan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan protein pada anak sekolah dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan yang tidak normal juga kerusakan fisik dan mental (Devi, 2010). Asupan Fe Sarapan Hasil penelitian menunjukan siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang asupan Fe sarapannya kurang sebesar 80,4%, dan yang cukup sebesar 19,6%, jika dirata-rata asupan fe sarapan yang diperoleh adalah 1,9 mg ini tergolong kurang setelah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 yaitu 5 mg (25% dari AKG).
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Hasil uji bivariat membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan fe sarapan dengan konsentrasi p = 0,002 (p<0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga ada hubungan bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi p = 0,004 (p<0,05) pada Tes Bourdon Wiersma, hal ini sejalan Kurniasari (2005) Hubungan Frekuensi dan Asupan Gizi Makan Pagi dengan Kadar Hemoglobin dan Konsentrasi di Sekolah pada Murid Kelas V dan VI SDN Jetis I dan SDN Jetishardjo I Yogyakarta yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kadar Hb dengan konsentrasi di sekolah. Dengan didukung penelitian Wahyuningsih (2012) pada remaja putri SMAN 1 Panarukan yang menyimpulkan semakin tinggi intake Fe maka semakin tinggi pula kadar hemoglobin. Pada anak usia sekolah dan remaja zat besi dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang yang cepat sehingga membutuhkan zat besi yang banyak. Menurut Kisworini (2005), kurangnya zat besi dalam tubuh menyebabkan anemia baik karena pola makan yang tidak memadai maupun karena adanya peningkatan kebutuhan zat besi, sedangkan anak yang menderita anemia digambarkan sebagai apatis, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan sekelilingnya. Kurang zat besi mempunyai hubungan dengan enzim aldehid-oksidase di dalam otak yang mengakibatkan menurunnya kemampuan memperhatikan sesuatu. Anemia juga menyebabkan daya ingat dan daya konsentrasi menjadi rendah (Ristrini, 1991). Dan juga anemia pada anak sekolah mengakibatkan gangguan pada proses belajar, baik karena menurunnya daya ingat ataupun berkurangnya kemampuan berkonsentrasi (Jalal, 1998). Asupan Zn Sarapan Hasil penelitian menunjukan siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang asupan Zn sarapannya kurang sebesar 70,6%, dan yang cukup sebesar 29,4%, jika dirata-rata asupan zn sarapan yang diperoleh adalah 1,4 mg ini tergolong kurang setelah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 yaitu 3,5 mg (25% dari AKG). Hasil uji bivariat membuktikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan zn sarapan dengan konsentrasi p = 0,232 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga ada hubungan bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi p = 0,025 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma, hal ini sejalan dengan Sartono, et al. (2007) yang menyatakan tidajk ada hubungan yang signifikan konsumsi zn dengan prestasi belajar. siswa SLTP Kota Palembang. Zinc umumnya ada di dalam otak, dimana zinc mengikat protein. Kekurangan zinc akan berakibat fatal terutama pada pembentukan struktur otak, fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku dan emosi (Black, 1998). Menurut Eschlemen (1996), zinc adalah suatu komponen dari beberapa sistem enzim, yang berfungsi di dalam sintesa protein, transport
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
karbon dioksida dan di dalam proses penggunaan vitamin A. Prasad (1996) mengatakan bahwa defisiensi zinc menyebabkan stunting dan hypogonadism pada anak laki-laki petani Iranian. Defisiensi Zn akan mempengaruhi pembentukan Hb, menurunkan pengambilan (uptake) Fe ke dalam eritrosit, menurunkan produksi eritrosit, dan mempenga-ruhi absorpsi Fe di mukosa usus (Murray, 2003). Hal ini akam menyebabkan anemia yang mempengaruhi daya konsentrasi, daya persepsi dan perhatian anak sekolah dasar (Ama, 1987). Kualitas dan Kuantitas Tidur Malam Hasil penelitian menunjukan siswa SMP Negeri 239 Jakarta yang yang kualitas tidur malamnya kurang baik sebesar 43,1% dan yang cukup baik 56,9% dan juga yang kuantitas tidur malamnya kurang sebesar 49%, dan yang cukup sebesar 51%, Hasil uji bivariat membuktikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kualitas tidur malam dengan konsentrasi nilai p = 0,443 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan p = 0,903 (p>0,05) pada Tes Bourdon Wiersma dan juga tidak ada hubungan bermakna antara kuantitas tidur malam dengan konsentrasi nilai p = 0,895 (p>0,05) pada Tes Digit Simbol dan juga tidak ada hubungan bermakna antara kuantitas tidur malam dengan konsentrasi p = 0,482 (p>0,05 ) pada Tes Bourdon Wiersma, hal ini bertentangan dengan penelitian James F. Pagel, MD di University of Colorado (2008), dilaporkan sebanyak 69.7% mahasiswa dengan grade-point average (GPA) rendah mempunyai gangguan tidur. Mahasiswa dengan GPA rendah 65.6% terbangun di malam hari dan sulit untuk kembali tidur serta 72.7% sulit berkonsentrasi sepanjang hari. Jam tidur yang baik berkisar antara 7-8 jam perhari, walaupun ada beberapa orang yang tidur kurang dari jumlah tersebut. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Carpenter dan Graham menyatakan bahwa para remaja sering kali mengalami gangguan kekurangan tidur (sleep deprivation). Menurutnya, remaja sering terlambat tidur dan bangun lebih siang karena adanya perubahan denyut jantung yang diakibatkan oleh perubahan hormon yang dihasilkan oleh otak. Selain itu, perkembangan teknologi seperti permainan lewat komputer, internet, video dan televisi juga menjadi penyebab utama kurangnya tidur pada remaja (Hakam, 2006). Saat kita mengalami kurang tidur, hal pertama yang terimbas adalah masalah ingatan dan konsentrasi. Misalnya, kesulitan menemukan suatu kata atau ungkapan untuk sesuatu yang sedang dipikirkan (Rafknowledge, 2004). Disamping itu, kekurangan tidur jangka panjang dan pendek menyebabkan gangguan pada pikiran, bicara, daya ingat, konsentrasi, dan pertimbangan (Samiuddin, 2000).
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara status gizi indeks IMT/U, asupan zn sarapan, kualitas dan kuantitas tidur malam dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 berdasarkan Tes Digit Simbol maupun berdasarkan Tes Bourdon Wiersma. 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 17,5 (95% CI : 4,29-71,36). Siswa yang tidak sarapan mempunyai peluang 17,5 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang sarapan berdasarkan Tes Digit Simbol. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 22,05 (95% CI : 5,18-93,74). Siswa yang tidak sarapan mempunyai peluang 22,05 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang sarapan berdasarkan Tes Bourdon Wiersma. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 54,63 (95% CI : 6,26-476,43). Siswa yang asupan energi sarapannya kurang mempunyai peluang 54,63 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan energi sarapannya cukup berdasarkan Tes Digit Simbol. 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 65,14 (95% CI : 7,36-576,28). Siswa yang asupan energi sarapannya kurang mempunyai peluang 65,14 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan energi sarapannya cukup berdasarkan Tes Bourdon Wiersma. 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 7,6 (95% CI : 2,14-27,04). Siswa yang asupan protein sarapannya kurang mempunyai peluang 7,6 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan protein sarapannya cukup berdasarkan Tes Digit Simbol. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 9 (95% CI : 2,49-32,57). Siswa yang asupan protein sarapannya kurang mempunyai peluang 9 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan protein sarapannya cukup berdasarkan Tes Bourdon Wiersma.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
8. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan fe sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 15 (95% CI : 1,8135,47) Siswa yang asupan protein sarapannya kurang mempunyai peluang 15 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan protein sarapannya cukup berdasarkan Tes Digit Simbol. 9. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan fe sarapan dengan konsentrasi siswa kelas 7 SMP Negeri 239 Jakarta tahun 2013 dengan nilai OR = 14 (95% CI : 1,62121,84). Siswa yang asupan protein sarapannya kurang mempunyai peluang 14 kali memiliki konsentrasi rendah dibandingkan responden yang asupan protein sarapannya cukup berdasarkan Tes Bourdon Wiersma.
SARAN Sarapan, Asupan energi, protein, fe sarapan berhubungan dengan konsentrasi sehingga diharapkan kepada pihak sekolah agar mengedukasi semua siswa SMP Negeri 239 Jakarta agar sarapan sebelum berangkat sekolah agar lebih berkonsentrasi dalam pelajarannya sehingga prestasi siwa SMP Negeri 239 Jakarta akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Adamkova V, Hubacek JA, Lanska V, Vrablik M, et al. 2009. Association between duration of the sleep and body weight. Physiological Research Parague : Institute for Clinical and Experimental Medicine Almatsier, S, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum Ama Faisol, 1987. Pengaruh Anemia Gizi Terhadap Konsentrasi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Serta Cara Penanggulanganya. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XVII No. 3 Apriadji,WH, 1986. Gizi Keluarga. Seri Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Ariawan, Iwan, 2005. Sample Size and Sample Design for Nutritional Research. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Arnelia, 2003. Pola Asuh Belajar dan Prestasi Belajar Anak SD PascaPemulihan Gizi Buruk, Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: PUSLITBANG. Black, M.M, 1998. Zinc Deficiency and Child Development. Am J Clin Nutr. Depkes RI, 1996. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Edisi II. Jakarta.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Depkes RI, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta. Depkes RI, 2005. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Bangsa Indonesia. Jakarta. Devi, Nirmala, 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Elnovriza, dkk. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Asupan Gizi. Universitas Andalas. Eschelemen, M.M, 1996. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy. Third edition. Lippincott: Raven Publisher. Faridi, Ahmad, 2002. Hubungan Sarapan Pagi dengan Kadar Glukosa Darah dan Konsentrasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Gibson, RS, 2005. Principles of Nutritional Assessment Ed. Ke-2. New York: Oxford University Press. Guyton, A.C, 1986. Textbook of Medical Physiology. 7th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hakam, Atien, 2006. Efek Kurang Tidur
Pada Kecerdasan Emosi Remaja. Jakarta:
Eramuslim Hakim, Thursan, Drs, 2002, Mengatasi gangguan konsentrasi: plus teknik-teknik latihan konsentrasi, Jakarta : Puspa Swara. Hadi, Hamam, 2005, Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran, UGM. Hartriyanti, Y & Triyanti, 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hidayat, A Aziz Alimul, 2008. Keterampilan Dasar Praktk Klinik Kebidanan Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Muhamad
Sugeng. 1999. Hubungan Status Gizi Dan Kondisi Belajar Dengan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Undergraduate thesis, Diponegoro University. Irianto, Djoko Pekik, 2007, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan, Yogyakarta: Penerbit Andi. Jalal, Fasli. 1998. Gizi Dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII Untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas. Serpong : Widya Karya Pangan Dan gizi, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010, tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Khan, Abdullah, 2010. The Relationship Between Breakfast, Academic Performance and Vigilance in School Aged Children. Tesis: Murdoch University. Khomsan, A, 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Pustaka. Kisworini P, Mulatsih S Triasih S, 2005. Anemia Defisiensi Besi: Clinical Practice Guideline Anemia Defisiensi Besi. Yogyakarta: Medika-Fakultas Kedokteran UGM. Krummel DA, Kris Etheron PM, 1996. Nutrition in Woman Health. Maryland: Aspen Publisher, Inc. Kurniasari, Rita, 2005. Hubungan Frekuensi dan Asupan Gizi Makan Pagi dengan Kadar Hemoglobin (Hb) Darah dan Konsentrasi di Sekolah pada Murid Kelas V dan VI SDN Jetis I dan SDN Jetishardjo I Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Lestari, D Yuliartha, 2012, Hubungan Antara Pagi Dengan Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar, Malang : UMM Scientific Journal. Masdewi, dkk., Korelasi Perilaku Makan dan Status Gizi terhadap Prestasi Belajar Siswa. Moehji, S, 1989. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Murray, Robert K. et. al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nashori, H.F, 2004. Hubungan antara Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UII dan Dikti Depdiknas. Nix, S, 2005. William’s Basic Nutrition & Diet Therapy, Twelfth Edition. USA: Eksevier Mosby Inc. Pagel , James F & Carol F. Kwiatkowski, 2010.
Sleep Complaints Affecting School
Performance at Different Educational Levels. USA: University of Colorado School of Medicine. Prasad , Hastled, 1996. Report of A Meeting Baltimore. Zinc for Child Health. Maryland. Rafknowledge, 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Ristrini, 1991. Anemia Akibat Kurang Zat Besi Masalah dan Program Penanggulangannya. Majalah Medika No I Tahun 1991. Saidin, Sukati, dkk, 1991. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dengan Konsentrasi Belajar. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbangkes, Depkes RI. Samiudin, Zishan, 2000. Insomnia pada HIV dan Penatalaksanaannya. Research Initiative Treatment Action. Warta AIDS. Yayasan Spiritia. Sediaoetama, Achmad Djaeni, 2004. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013
Setiawati, Dewi, 2005. Hubungan Status Gizi dengan Menrache pada Siswi Sekolah Dasar Negeri Baros I dan II Kota Cimahi Tahun Ajaran 2004/2005. Jakarta: Universitas Respati Indonesia. Shankar, A.H. and Prasad, A.S. 1998. Zinc and immune function: the biological basis of altered resistance to infection. Am J Clin Nutr. Soemantri, A.g, 1978. Hubungan Anemi Kekurangan Zat Besi dengan Konsentrasi dan Prestasi Belajar. Semarang: Universitas Diponegoro. Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit EGC. Surya, Hendra, Drs, 2009. Meenjadi Manusia Pembelajaran, Jakarta : PT Elex Media Kompetindo. Triarsana, Diyah, 2009, Gizi Baik Tingkatkan Konsentrasi Anak, Bogor : Puslitbang Gizi dan makanan. Wiryo, 2002, Peningkatan Gizi Bayi dan Ibu Hamil, Jakarta: Sagung Seto. Wardoyo, Hanum Aprilia, 2010. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi, Asupan Gizi, Status Gizi dan Status Anemia dengan Daya Konsentrasi Siswa di SD Berbeda Prestasi . Surabaya: Universitas Airlangga. Wardlaw, G.M, 2007. Prespective in Nutrition. 7th ed. New York: McGraw-Hill.
Hubungan Antara ..., Apriyan Pratama, FKM UI, 2013