PENGARUH PEMBERIAN SARI LIDAH BUAYA ( ALOE VERA) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH ACAK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK Nurul Panglipuringtyas dan Sandu Siyoto STIKes Surya Mitra Husada Kediri ABSTRACT Backround : Diabetes mellitus is a type of disease caused by decreasingof insulin hormone produced by pancreas gland. Usually, treatment of diabetes with controlling weight, regulate food or diet, exercise and pharmacological treatment with drugs. But other treatments with alternative therapies using medicinal herbs, one of them with aloe vera extract that can reduce glucose level in diabetic. Purpose of the research is to determine influence of giving aloe vera exstract against decrease of glucose level on patient of Diabetes Mellitus Type II in Work Area of “Puskesmas Karangan” Trenggalek. Method : Design on the research using quasy experimental with research design of two group pretest-posttest with control group. Total population are 35 respondents. Sampling technique using purposive sampling generate 20 sample. Independent variable is giving aloe vera exstract and the dependent variable in the research is random glucose level. Research was held April 13 to May 26, 2013. Data analysis the Independent T-test. Conclusion : Research showed that from 10 respondents were given aloe vera extract as many as 7 respondents (70%) who decrease their random glucose level and 3 respondents (30%) who go up their random glucose level. While from 10 respondents were not given aloe vera extract, as many as 9 respondents (90%) who go up their random glucose level and 1 respondent (10%) who decrease random glucose level. Independent T-test found that sig (2-tailed) 0.001 over from significance level α 0.05. Conclusion of the research is H0 is rejected, there is an influence of giving aloe vera extract against decrease of glucose level on patient of Diabetes Mellitus Type II on “Puskesmas Karangan” Trenggalek on Year 2013. Objektive : Based on the result, it can be showed that giving of aloe vera juice proven or can reduce random blood sugar level on patient of Diabetes Mellitus Type II caused containing compound of aloe emodin, glucomanannan, and acemanan that useful to improve function of pancreas and increases insulin production. Keyword : Diabetes Mellitus, Aloe Vera Extract, Random Glucose Level.
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus atau kencing manis sudah banyak terjadi di kalangan masyarakat, sehingga masyarakat juga sudah tidak asing lagi dengan penyakit Diabetes ini. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna, sehingga kadar glukosa didalam tubuh akan meningkat. Gula yang meliputi polisakarida, digosakarida, disakarida dan monosakarida merupakan sumber tenaga yang menunjang keseluruhan aktivitas manusia (Mirza, 2009). Menurut Sahab (2006), seluruh gula akan diproses menjadi glikogen oleh hormon insulin tersebut, dan pada penderita Diabetes Mellitus biasanya akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan penglihatan menjadi kabur, gejala lain akibat adanya kadar glukosa yang terlalu tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal penyakit jantung koroner. Banyak orang awam menganggap bahwa penyakit Diabetes adalah penyakit baru, bahkan ada kalanya menganggap penyakit tersebut identik dengan makan kentang dan akhirnya potong kaki (Hendrawan, 2011). Penyakit Diabetes Mellitus saat ini hampir merambah seluruh dunia, tidak hanya negara - negara maju saja yang terserang penyakit ini, akan tetapi negara – negara berkembang pun sekarang nampaknya sudah mulai memiliki probilitas terserang penyakit ini. Menurut Nurahmani (2012), angka mengejutkan dilansir oleh beberapa Perhimpunan Diabetes Internasional memprediksi jumlah penderita DM lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih 300 juta di tahun 2025. Berdasarkan hasil penelitian epidemiologis bahwa terjadi adanya perbedaan antara daerah urban dengan daerah rural, hal ini ditunjukkan adanya gaya hidup yang mempengaruhi kejadian Diabetes. Pada tahun 2005 di Jawa Timur angka di daerah urban dan di daerah
rural tidak jauh berbeda yaitu 1,43% di daerah urban dan 1,47% di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM) yang sekarang dikategorikan sebagai Diabetes tipe pankreas di Jawa Timur sebesar 21,2% dari seluruh Diabetes di daerah rural (Perkeni, 2007). Penderita Diabetes Mellitus di Kabupaten Trenggalek khususnya wilayah Karangan berdasarkan kunjungan rawat jalan di Puskesmas Karangan pada tahun 2009 sebanyak 312 penderita dan sampai pada bulan Oktober 2012 didapatkan kunjungan penderita Diabetes Mellitus sebanyak 221 penderita Menurut Adrian (2012), gula dalam darah yang disebut glukosa berasal dari dua sumber yaitu dari makanan dan yang diproduksi oleh hati. Gula dari makanan yang masuk melalui mulut dicernakan di usus, kemudian diserap ke aliran darah. Glukosa ini merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar dapat melakukan fungsinya, glukosa membutuhkan bahan lain yang disebut dengan insulin. Hormon insulin ini diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans (island of langerhans) dalam pankreas. Setiap kali makan, pankreas memberi respon dengan mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah. Insulin membuka pintu sel agar glukosa bisa masuk sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi turun. Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, tumbuhan ini mengandung zat aloe emodin, sebuah senyawa organik dari golongan antrakuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase 3 beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah (Rina & Bandung, 2012). Penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemik yang diberi sari lidah buaya diduga berasal dari efek antioksidan yaitu dengan mencegah oksidasi glukosa dan menurunkan potensi enzim-enzim yang berperan dalam
pemindahan gugus fosfat glukosa yang merupakan tahap awal proses glikosilasi. Selain itu juga dapat meningkatkan aktifitas sel beta pankreas dalam menstimulasi biosintesis dan sekresi insulin (Putri, 2012). Menurut Airlina (2009), pada penelitian percobaan yang dilakukan ke manusia, sari lidah buaya ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pengontrolan gula darah setelah mengkonsumsinya dan menghasilkan efek penurunan gula darah. Untuk itu peningkatan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus dapat dikontrol dengan menggunakan sari lidah buaya. Sehingga kadar gula darah bisa diketahui dalam kondisi normal (Hery, 2011). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian Eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Populasi penelitian ini adalah semua penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja puskesmas karangan yang tidak mengkonsumsi obat farmakologi dan kadar gula darah mencapai > 200mg/dl < 400 mg/dl ejumlah 35 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. pada pelaksanaan penelitian sampel didapat 20 orang.Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalaha data primer untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap penurunan kadar dula darah acak tipe II. Instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah pengecekan kadar gula darah menggunakan gluko test. Pengolahan data yang dilakukan dengan Entry, editing, coding, scoring, tabulating. Proses selanjutnya adalah analisa data. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji Independent t-test dengan α= 0,05 dengan menggunakan computer untuk menilai apakah ada pengaruh pemberian sari lidah buaya ( Aloe Vera ) terhadap penurunan kadar gula darah acak pada penderita diabetes mellitus tipe II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK SUBJEK Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia responden kelompok perlakuan, usia responden kelompok kontrol, jenis kelamin responden kelompok perlakuan, jenis kelamin responden kelompok kontrol, karakteristik pendidikan responden kelompok perlakuan, karakteristik responden kelompok kontrol, karakteristik lama menderita DM pada responden kelompok perlakuan, karakteristik lama menderita DM responden kelompok kontrol. karakteristik pekerjaan pada responden kelompok perlakuan, karakteristik pekerjaan pada responden kelompok kontrol. karakteristik riwayat penyakit pada responden kelompok perlakuan,karakteristik riwayat penyakit pada responden kelompok kontrol. 1. Karakteristik Umur Responden Kelompok Perlakuan.
Diagram 4.1 Distribusi frekuensi umur responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.1 didapatkan bahwa umur responden penderita DM Tipe II pada kelompok perlakuan yang paling banyak
kelompok umur 40-50 tahun sebesar 40% dan > 61 tahun sebesar 40%. 2. Karakteristik Umur Responden Kelompok Kontrol
Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.4 didapatkan bahwa jenis kelamin penderita DM Tipe II kelompok kontrol yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 90% 5. Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden Kelompok Perlakuan
Dari diagram 4.2 didapatkan bahwa umur responden penderita DM Tipe II pada kelompok kontrol yang paling banyak kelompok umur > 61 tahun sebesar 40%. 3. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Kelompok Perlakuan
Diagram 4.3Distribusi frekuensi jenis kelamin responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.3 didapatkan bahwa jenis kelamin penderita DM Tipe II kelompok perlakuan sama banyak yaitu laki-laki dan perempuan masing-masing 50% 4. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Kelompok Kontrol
Diagram 4.4Distribusi frekuensi jenis kelamin responden penderita DM Tipe II kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan
Diagram4.5 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013. Dari diagram 4.5 didapatkan bahwa pendidikan terakhir penderita DM Tipe II paling banyak adalah SMA sebesar 50% 6. Karakteristik Pendidikan Responden Kelompok control
Terakhir
Diagram 4.6 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden penderita DM Tipe II kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013. Dari diagram 4.6 didapatkan bahwa pendidikan terakhir penderita DM Tipe II paling banyak adalah SD dan SMA masing-masing 40%.
7. Karakteristik Lama Menderita DM pada responden kelompok perlakuan.
Diagram 4.7 Distribusi frekuensi lama menderita responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.7 didapatkan bahwa lama menderita DM tipe II kelompok perlakuan yang paling banyak adalah selama 1-5 tahun sebesar 50%. 8. Karakteristik Lama Menderita DM pada responden kelompok control
Diagram 4.8 Distribusi frekuensi lama menderita responden penderita DM Tipe II kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.7 didapatkan bahwa lama menderita DM tipe II kelompok kontrol yang paling banyak adalah selama 1-5 tahun sebesar 50%. 9. Karakteristik Pekerjaan pada responden kelompok Perlakuan
Diagram 4.9 Distribusi frekuensi pekerjaan responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.9 didapatkan bahwa pekerjaan responden DM tipe II kelompok perlakuan yang paling banyak adalah IRT sebanyak 30% 10. Karakteristik Pekerjaan pada responden kelompok kontrol
Diagram 4.10 Distribusi frekuensi pekerjaan responden penderita DM Tipe II kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.10 didapatkan bahwa pekerjaan responden DM tipe II kelompok perlakuan yang paling banyak adalah Petani sebanyak 40%. 11. Karakteristik Riwayat penyakit responden kelompok perlakuan
pada
Kadar Gula Darah Acak GDA Naik GDA Turun
Diberikan Sari Lidah Buaya n 3 7
% 30 70
Jumlah 10 100 Diagram 4.11 Distribusi frekuensi riwayat penyakit responden penderita DM Tipe II kelompok perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.11 didapatkan bahwa riwayat penyalit responden DM tipe II kelompok perlakuan yang paling banyak adalah Hipertensi sebanyak 60% 12. Karakteristik Riwayat penyakit responden kelompok control
pada
ANALISA DATA Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 10 responden yang diberikan sari lidah buaya sebanyak 7 responden (70%) yang kadar gula darah acaknya turun dan 3 responden (30%) kadar gula darah acaknya naik. Sedangkan dari 10 responden yang tidak diberikan sari lidah buaya sebanyak 9 responden (90%) yang kadar gula darah acaknya naik dan 1 responden (10%) kadar gula darah acaknya turun. Dengan uji Independent t-test didapatkan bahwa nilai Sig (2-tailed) 0,001 lebih dari taraf signifikan α 0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah H0 ditolak, yaitu ada pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah acak di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek Tahun 2013. KARAKTERISTIK VARIABEL. 13. kadar gula darah acak yang diberikan sari lidah buaya pada kelompok perlakuan. Tabel 4.1 menunjukan Distribusi frekuensi kadar gula darah acak yang diberikan sari lidah buaya pada penderita DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei2013. Tabel 4.1 didapatkan bahwa kadar gula darah acak yang diberikan sari lidah buaya yang nilai gula darah acaknya turun pada 7 responden sebesar 70%.
Diagram 4.12 Distribusi frekuensi riwayat penyakit responden penderita DM Tipe II kelompok kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Dari diagram 4.11 didapatkan bahwa riwayat penyalit responden DM tipe II kelompok kontrol yang paling banyak adalah Hipertensi sebanyak 45%.
14. Kadar gula darah acak yang tidak tidak diberikan sari lidah buaya pada kelompok kontrol . Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kadar gula darah acak yang tidak diberikan sari lidah buaya pada penderita DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek pada tanggal 13-26 Mei 2013 Kadar Gula Darah Acak
Tidak diberikan Sari Lidah Buaya n %
GDA Naik GDA Turun Jumlah
9 1
90 10
10
100
Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa kadar gula darah acak yang tidak diberikan sari lidah buaya yang nilai gula darah acaknya naik pada 9 responden sebesar 90%.
PEMBAHASAN A. Pemberian sari lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah acak pada penderita DM Tipe II Pada Kelompok Perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa karakteristik berdasarkan usia kategori yang paling dominan adalah usia > 61 tahun dengan nilai sebesar 40% atau 4 orang dari total 10 responden. Sedangkan kategori menurut usia yang paling kecil dibandingkan dengan kategori yang lain adalah pada usia 51-60 tahun dengan nilai sebesar 25% atau 2 orang. Usia >61 tahun masa yang dapat digolongkan ke dalam masa tua. Masa dimana fungsi tubuh yang dimiliki oleh manusia semakin menurun terutama fungsi pankreas sebagai penghasil hormon insulin. Menurut (Simbarjo, 2008) dalam ilmu penyakit dalam mengatakan bahwa peningkatan usia di Indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan diabetes mellitus. Hal ini disebabkan peningkatan gaya hidup seseorang yang tidak terjaga dalam mengkonsumsi makanan dan kurangnya aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian terhadap 10 responden menunjukan bahwa kategori pendidikan yang paling dominan adalah yang memiliki tingkat pendidikan SMA berjumlah 4 responden atau 45%. Sedangkan kategori yang paling rendah tingkat pendidikan PT dengan banyaknya responden 1 responden atau 5%.
Pendidikan seseorang bukanlah jaminan satunya indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo,2010) pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam penigkatan pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya satu bab saja, tetapi ada sub bidang lain yang akan juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi, kepribadian dan lainnya. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat glukometer sebelum diberikan sari lidah buaya, bahwa kadar gula darah pada responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan kadar gula darah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah pola konsumsi bahan makanan responden serta responden yang tidak mengkonsumsi obat-obatan medis dan tidak rutin memeriksakan kesehatanya. Berdasarkan penelitian ini responden cenderung tetap mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung karbohidrat/glukosa dan lemak yang cukup tinggi, sehingga mengalami penigkatan kadar gula darah sebelum makan atau minum karena tidak di imbangi oleh asupan gula yang sesuai dengan jumlah kebutuhan tubuh. Salah satu hal juga yang mempengaruhi kadar gula darah responden adalah riwayat penyakit seperti hipertensi hal ini menyebabkan kadar gula darah responden tinggi karena terjadi gangguan pada fungsi organ tubuh. Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa kadar gula darah acak yang diberikan sari lidah buaya yang nilai gula darah acaknya turun pada 7 responden sebesar 70%. Menurut Agus, 2009 bahwa kandungan kimia lidah buaya yaitu mulai dari getah atau daging daun digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan. Pemakaian luar digunakan untuk menyuburkan pertumbuhan rambut. Daun lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti
radang, anti jamur, anti bakteri dan regenerasi sel. Dari tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa ada 3 responden (30%) setelah diberikan sari lidah buaya kadar gula darah acaknya naik. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tidak serasinya makanan dan pengobatan serta disertai dengan penyakit lain seperti hipertensi. Bisa juga diakibatkan karena kurang telitinya peneliti mengawasi pengkonsumsian sari lidah buaya selama penelitian. Dari fakta hasil penelitian dan teori diatas didapatkan kesesuaian, bahwa sebanyak 7 responden mengalami penurunan kadar gula darah setelah mengkonsumsi sari lidah buaya. B. Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada Kelompok Kontrol Tanpa Pemberian Sari Lidah Buaya. Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa kadar gula darah acak yang tidak diberikan sari lidah buaya nilai gula darah acaknya naik pada 9 responden sebesar 90%. Usia yang paling dominan pada kelompok kontrol yang menderita diabetes adalah usia >61 tahun. Dari Hasil Penelitian juga didapatkan bahwa 1 responden rutin mengkonsumsi obat, 3 responden tidak rutin mengkonsumsi obat dan 5 responden tidak mengkonsumsi obat sama sekali. Kadar Gula Darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus halus dan dibawa oleh darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah menjadi energi atau zat lain yang diperlukan tubuh (Sulistiawati, 2011). Proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) ke dalam sel terganggu, akan menyebabkan glukosa tidak dapat terserap ke dalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.
Penyerapan glukosa ke dalam sel dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin. Dari fakta penelitian dan teori di atas terdapat keserasian, kelompok yang tidak diberi perlakuan cenderung kadar gula darahnya meningkat, itu dikarenakan responden tidak mengkonsumsi obat secara teratur dan mengontrol diet sesuai anjuran medis. C. Pengaruh pemberian sari lidah buaya dan tidak diberikan sari lidah buaya terhadap kadar gula darah acak pada penderita DM Tipe II. Setelah dilakukan analisa uji SPSS menggunakan uji Independent t-test pada hasil penelitian tersebut didapatkan nilai Sig (2-tailed) =0,001 yang berarti < 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap kadar gula darah acak pada penderita DM tipe II. Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemi atau peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Pada keadaan setelah makan terjadi penyerapan makan seperti tepungtepungan (karbohidrat) di usus yang akan menyebabkan kadar gula darah meningkat. Diabetes Melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna, sehingga kadar glukosa didalam tubuh akan meningkat. Menjaga kadar gula darah merupakan salah satu faktor penting dalam mengontrol diabetes. Hal ini karena tubuh kekurangan insulin yang berperan dalam mengatur gula darah (baik karena tubuh tidak bisa memproduksi atau memproduksi dalam jumlah kurang). Insulin bekerja mengolah gula dan glukosa dari makanan yang dikonsumsi dan mengubahnya menjadi energi yang bisa digunakan tubuh.
Diabetes Melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna, sehingga kadar glukosa didalam tubuh akan meningkat. Menjaga kadar gula darah merupakan salah satu faktor penting dalam mengontrol diabetes. Hal ini karena tubuh kekurangan insulin yang berperan dalam mengatur gula darah (baik karena tubuh tidak bisa memproduksi atau memproduksi dalam jumlah kurang). Insulin bekerja mengolah gula dan glukosa dari makanan yang dikonsumsi dan mengubahnya menjadi energi yang bisa digunakan tubuh. KESIMPULAN 1. Hasil pengukuran kadar gula darah acak yang diberikan sari lidah buaya terjadi penurunan pada 7 responden sebesar 70%.. 2. Hasil pengukuran kadar gula darah acak yang tidak diberikan sari lidah buaya terjadi peningkatan pada 9 responden sebesar 90%. 3. Berdasarkan hasil uji statistik SPSS dengan menggunakan uji Independent t test di atas didapatkan bahwa nilai Sig (2-tailed) 0,001 karena < 0,05 hal ini berarti H0 ditolak maka ada pengaruh pemberian sari lidah buaya terhadap kadar gula darah acak pada penderita diabetes melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Karangan Kabupaten Trenggalek. SARAN 1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dalam memberikan pelayanan pada klien Diabetes Mellitus bisa memberikan alternatif lain dalam menstabilkan kadar gula darah yaitu dengan menyarankan klien untuk mengkonsumsi sari lidah buaya 2. Bagi Penderita DM
Diharapkan responden dapat menggunakan sari lidah buaya sebagai salah satu alternatif yang dapat menurunkan kadar gula darah sehingga tidak tergantung pada OAD, sehingga adanya perubahan pada gaya hidup, konsumsi makanan yang tidak mengandung gula, serta diet yang sesuai. 3. Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat pengaruh terapi sari lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus, tidak hanya pada penurunan kadar gula darah saja tapi penelitian ini juga dapat dijadikan refrensi tambahan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah pemahaman akan pentignya obat herbal yang merupakan obat tradisional sebagai obat alternatif bagi pasien yang menderita diabetes mellitus. DAFTAR PUSTAKA Adrian, Fellix. 2012. Makanan dan Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya Ajat Jatmika & Sabtoningsih. 2010. Meraup Laba dari Lidah Buaya. Jakarta: Argo Media Pustaka Alimul, A. Aziz. 2009. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Marganti, Alisa. 2012. Panduan Hidup Sehat Bebas Diabetes. Yogyakarta: Araska Maulana, Mirza. 2009. Mengenal Diabetes Mellitus, Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kata Hati Nadesul, Hendrawan. 2011. Sehat Itu Murah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Nazir, Mochammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nurahmani, Ulfa. 2012. STOP! Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Familia Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2007. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe II di Indonesia. Jakarta: FKUI. Prawiranata W, S Harran dan Tiodronegoro. 2003. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bogor: FMIPA, Jurusan Biologi Rina dan Bandung. 2012. Herbal Legendaris untuk Kesehatan Anda. Jakarta: PT. Eleks Media Komputindo Sahab, Alwi. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI. Simbarjo & Indrawati. 2008. Diet Kalori Terbatas. Surabaya: Bagian Ilmu Gizi RSUD dr. Soetomo Soeryoko, Hery. 2011. 25 Tanaman Obat Ampuh Penakluk Diabetes Mellitus. Yogyakarta: PT. Andi Offset Sulistiawati, N. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Konsentrasi 75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofak daripada Konsentrasi 50% dan 25% pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan. Denpasar: Universitas Udayana Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Yulianto. H, Eko. 2012. Sejuta Khasiat Lidah Buaya. Jakarta: Pustaka Diantara