NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL RANAH 3 WARNAKARYA A. FUADI Harsono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah wujud nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi dan (2) bagaimanakah implikasinya pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Ranah 3 Warna karya A. Fuadi dan implikasi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan karakter yang ditemukan di antaranya yaitu religius, jujur, tanggung jawab, percaya diri, berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif, cerdas, tangguh, ingin tahu, peduli , santun, demokratis, peduli lingkungan, dan nasionalis. Nilai pendidikan karakter yang paling banyak ditemukan adalah karakter relegius sedangkan nilai pendidikan karakter yang paling sedikit ditemukan adalah karakter demokratis. Adapun implikasi nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi dapat terapkan pada perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran bahasa, serta penentuan tema mata pelajaran dan penerapan pada empat aspek keterampilan berbahasa Indonesia. Kata kunci: pendidikan karakter, Ranah 3 Warna Karya sastra mengungkapkan bermacam-macam permasalahan kehidupan manusia, diantaranya adalah masalah psikologis, sosiologis, sejarah, agama, dan lainlain. Permasalahan itu dituangkan oleh sastrawan dengan bahasa sebagai medianya. Menurut Semi, (1988:8) karya sastra melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia serta menjadi wadah penyampai ide-ide yang dipikirkan
dan dirasakan oleh sastrawan. Karya sastra akan selalu menarik perhatian karena mengungkapkan penghayatan manusia yang paling dalam tentang perjalanan hidupnya di segala tempat di dunia ini. Dalam hal ini karya sastra dapat memberikan gambaran tentang kehidupan dan konflik yang dihadapinya. Noor (2011, 64:65) menyatakan karya sastra mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan tentang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 591
moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan. Mangunwijaya (dalam Noor, 2011:19) menegaskan bahwa karya sastra yang baik selalu bernilai relegius. Artinya, sastra akan selalu mengajak menuju kehidupan yang lebih baik dan benar. Paling tidak, sastra akan menyajikan bahan perenungan yang memadai bagi manusia untuk secara arif memilih diantara dua jalan: kebaikan dan keburukan, dengan disertai gambaran (tamsil) akibat-akibat yang bakal ditimbulkannya. Manusia yang memiliki kepekaan pikiran dan kebeningan hati tentu akan memilih menghindar dari kesengsaraan dengan jalan menempuh berbagai laku kewajiban. Salah satu bentuk karya sastra yang mengupas kehidupan manusia dan masyarakat adalah novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menghadirkan berbagai gambaran kehidupan yang dituangkan oleh pengarang dalam bentuk tulisan. Novel merupakan suatu organisasi yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu termasuk di dalamnya masalah pendidikan. Masalah pendidikan merupakan tema menarik untuk dibicarakan dalam karya sastra. Sastra dan pendidikan memiliki keterkaitan erat, karena sastra dan pendidikan memiliki objek yang sama, yaitu manusia dan kemanusian. Melalui pendidikan manusia mampu menciptakan hal bermanfaat untuk manusia lainnya. Manusia yang memiliki wawasan yang kuat adalah manusia yang memperoleh pendidikan, baik dari keluarga,
sekolah, masyarakat, ataupun lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertangung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (dalam Gunawan,2012:23-24). Pendidikan karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, kultur serta adat-istiadat. Novel Ranah 3 Warna merupakan novel kedua dari trilogi yang ditulis oleh A. Fuadi. Dengan teknik penulisan yang lincah dan gaya penyampaian yang lembut, penulis berhasil mengenalkan sosok tokoh utama dengan petualangan yang penuh dengan pelajaran yang bermakna. Kehidupan tetap berjalan lancar, meski hidup mereka dalam kondisi sederhana menuntut untuk tetap mandiri dan bertahan hidup dalam mencapai impian. Hal ini merupakan kepiawaian penulis dalam bercerita, segala kekurangan dan keterbatasan hidup bukan hanya sebagai sebuah ironi ataupun tragedi, melainkan dapat pula berbentuk ria dan suka cita, angan dan kebahagian serta kelucuan masa remaja yang berada di bawah pengaruh jiwa keingintahuan yang sangat besar. Melalui tokoh utama, pengarang mengungkapkan bahwa diperlukan sikap gigih seseorang dalam meraih pendidikan. Nilai pendidikan yang terselip di dalamnya, disampaikan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 592
secara langsung, maupun tidak langsung oleh penulis. Dalam hal ini pembaca berperan penting dalam memahami nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel yang dibacanya. Penulis tertarik untuk meneliti nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi. Peran tokoh pada dasarnya memperlihatkan karakternya. Minderop (2005:2) berpendapat bahwa karakterisasi adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Dengan kata lain, penokohan, perwatakan ataupun karakterisasi menyaran pada hal yang sama, cara melukiskan watak tokoh. Sumardjo (1986: 56) mengatakan dalam pelukisan karakter atau perwatakan yang baik adalah menggambarkan watak dalam setiap ceritanya, sehingga pembaca melihat dengan jelas watak pelakunya melalui semua tingkah laku, semua yang diucapkannya, semua sikapnya dan semua yang dikatakan orang lain tentang tokoh ini dalam seluruh cerita. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau lengkapnya : pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing) (Abrams, 1981:21), atau teknik penjelasan, ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic) (Altenbernd & Lewis,1966:56), atau teknik diskursif (discursive), dramatic, dan kontekstual (Kenny,1966:34-6). Teknik yang pertama disebut pelukisan secara langsung, sedangkan teknik yang
kedua disebut pelukisan secara tidak langsung (dalam Nurgiyantoro,2005:194). Nurgiantoro (2005:200) mengemukakan 8 teknik pelukisan karakter tokoh, yaitu: (1) teknik cakapan; (2) teknik tingkah laku; (3) teknik pikiran dan perasaan; (4) teknik arus kesadaran; (5) teknik reaksi tokoh; (6) teknik reaksi tokoh lain; (7) teknik pelukisan latar; (8) teknik pelukisan fisik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan metode deskriptis. Menurut Moleong, (2007:6), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, data yang diambil berdasarkan apa yang dikatakan orang yang meliputi kata-kata, dan gambar untuk menjelaskan permasalahan yang ada. Menurut Surackhmad (1990:139), metode deskriptif merupakan prosedur atau cara pemecahan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Menurut semi (1993:23) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan tanpa menggunakan angka-angka tetapi menggunakan ke dalam penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermineutik. Hermineutik menurut Ricouer (dalam Sumaryono, 1999: 107) merupakan ” teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan teks”. Hermeneutik merupakan tafsir sastra. Hermeneutik
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 593
berusaha memahami makna karya satra yang ada di balik struktur. Dikatakan demikian karena pemahaman makna tidak hanya pada simbol, melainkan memandang sastra sebagai teks yang di dalamnya terdapat konteks yang bersifat polisemi (Sumaryono dalam Endrawarsa, 2006:42). Hermeneutik beranggapan bahwa teks sastra harus ditafsirkan atas dasar logika linguistik. Juhl (dalam Endawarsa, 2006:43) mengatakan bahwa pemaknaan novel harus lebih menukik pada maksud pengarang yang terungkap dalam novel berupa apa saja. Pendekatan hermeneutik tidak hanya mengupas bagian luar teks sastra tetapi lebih mengarah ke dalam arti yang terselubung dalam teks, yang sebenarnya merupakan maksud pengarang. Hermeneutik menempatkan dirinya pada proses penafsiran yang tersurat sekaligus tersirat. Ketajaman peneliti sastra dengan pendekatan ini sangat diperlukan. Semakin tajam kepekaan peneliti sastra, semakin terbuka makna dan amanat yang akan disampaikan dalam novel tersebut. Endawarsa menekankan empat langkah yang harus ditempuh peneliti sastra yang menggunakan hermeneutik yaitu: (1) menentukan arti langsung yang primer, (2) bila perlu menjelaskan arti implisit, (3) menentukan tema, dan (4) memperjelas maksud-maksud simbolis. Sedangkan Recoeur seperti dikutip Sumaryono dalam Endawarsa menjelaskan tiga langkah pemahaman yang dapat ditempuh peneliti dengan hermeneutik yaitu: (1) penghayatan simbol-simbol tentang bepikir pada teks, (2) pemberian makna pada simbol dan penggalian makna yang tepat, dan (3) berpikir filosofis (2006:45).
Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti bertindak sebagai pelaku dalam menafsirkan makna dari datadata yang telah diperoleh dalam teks novel. Menurut Moleong (2000: 121), penelitian yang menggunakan human instrumen berarti peneliti bertindak sebagai perencana,pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Semi (1993:24), menambahkan dalam penelitian kualitatif peneliti langsung sebagai instrumen kunci, ia mengarahkan segala kemampuan intelektual, pengetahuan, dan keterampilan dalam mengumpulkan data dan mencatat segala fenomena yang diamatinya. Untuk mempermudah pengelompokan data dan analisis data dalam penelitian novel Ranah 3 Warna peneliti dibantu dengan instrumen berupa format panduan penelitian dalam bentuk tabel. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data penelitian ini adalah novel Ranah 3 Warnakarya A. Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta tahun 2011 dengan jumlah halaman 473 dan terdiri dari 51 bagian. Data penelitian ini berupa data deskriptitif, berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kalimatkalimat yang menjelaskan nilai pendidikan karakter yang diungkapkan dalam bentuk monolog, dialog, paparan pengarang, dan narasi/deskripsi peristiwa digunakan dalam novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi. Data kebahasaan yang tertulis dalam novel ini digunakan untuk mengungkapkan nilai karakter tokoh utama Alif Fikri sesuai
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 594
dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian tidak dianggap sebagai tahapan tersendiri, melainkan suatu proses yang berlangsung bersama antara pengidentifikasian dan penyelesaian.Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik obsevasi dan dokumentasi. Teknik observasi berupa pengamatan secara mendalam terhadap novel Ranah 3 Warna. Teknik dokumentasi berupa pendokumenan atau penulisan temuan data dalam tabel pengumpul data sesuai dengan klasifikasi data penelitian. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1)memahami novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi secara intensif untuk mendapat gambaran makna dari novel tersebut dengan berulangulang, 2) membaca dengan intens dan menandai setiap bagian yang berkenaan dengan nilai pendidikan karakter sesuai dengan fokus kajian, 3) mengumpulkan setiap data tentang nilai pendidikan karakter. Setiap kode data dibuat dengan huruf dan angkan sebagai penjelas data yang terkumpul, Mengaklasifiksikan data sesuai dengan permasalahan untuk dicatat dalam tabel sebagai instrumen pembantu yang berbentuk tabel, Memberikan kodifikasi data temuan dalam tabel data sesuai dengan kodifikasi yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan dalam tabel data disajikan dengan menggunakan kodifikasi sesuai klasifikasi fokus kajian. Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 2000:103) adalah
proses mengatur urutan latar, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis terhadap data dilakukan dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Adapun langkah analisis dimulai (1) identifikasi data sesuai dengan rumusan masalah, (2) data diklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis berdasarkan indikator permasalahan dan tujuan peneilitian, (3) data yang sudah siap diinterpretasikan dengan memberikan makna, (4) mendeskripsikan hasil analisis, dan (5) menarik kesimpulan dan mengujinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Pertama, Dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, nilai karakter yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi adalah relegius. Perwujudan nilai karakter relegius tokoh utama berupa meyakini bahwa Allah Maha Tahu, Maha Mengerti, dan Allah Maha Adil. Hal tersebut dibuktikan dengan menempatkan keyakinan dalam dirinya bahwa semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin tinggi pula posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Sehingga tokoh utama berkeyakinan bahwa hanya Allah yang mengetui
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 595
apa yang terbaik pada dirinya seperti kutipan data berikut. Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik (Fuadi, 2012:208). Kedua, dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi adalah karakter jujur, tanggung jawab, percaya diri, berfikir logis, berfikir kritis, berfikir kreatif, berfikir inovatif, cerdas, tangguh, dan ingin tahu. Karakter jujur digambarkan dengan keberaniannya melawan kecurangan, karena kecurangan merupakan salah satu perbuatan yang tidak terpuji, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Kecurangan berdampak pada kerugian diri sendiri. Tokoh utama takut melakukan kecurangan berupa perjokian karena dia masih mengingat ajaran ibu dan ajaran di Pondok Madani. Perilaku jujur tokoh utama ini sejatinya dilatih atau dibiasakan sejak kecil sehingga terpatri sampai setelah dewasa seperti kutipan berikut.
Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan (Fuadi, 2012:8). Karakter tanggung jawab tokoh utama diwujudkan dengan menepati janji yang telah diucapkan kepada Bang Togar untuk menyelesaikan tulisan tepat waktu. Dia berusaha keras untuk menyelesaikan janji tersebut dengan penuh tanggung jawab dan tidak lalai. Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu (Fuadi, 2012:71). Karakter percaya diri diwujudkan dengan rasa percaya diri yang tinggi dengan kesiapan dirinya memaksimalkan usaha untuk bisa kuliah. Dengan percaya diri yang tinggi, ia siap membalikkan semua pandangan sebelah mata atas kemampuannya untuk masuk ke perguruan tinggi. Tokoh utama
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 596
mengibaratkan dirinya seperti Tim Nasional Sepak bola Denmark di Piala Eropa tahun 1992 yang kemudian menjadi juara. Saat itu, Tim Nasional disebut sebagai tim lemah karena hanya sebagai tim pelengkap. Kemudian Denmark disebut sebagai tim dinamit yang meledak. Hal tersebut pada kutipan data berikut. Siap, Yah. Jadi ambo bertekad akan memaksimalkan usaha persis seperti Denmark. Membalikkan penilaian semua orang yang memandang sebelah mata!’’ (Fuadi, 2012:25) . Karakter berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dibuktikan dengan kemampuan berfikir dan pengambilan keputusan yang diperoleh melalui analisis kemampuan dirinya untuk masuk ke ITB. Tokoh utama mampu berfikir realistis bahwa dirinya dengan waktu yang sedikit tidak mungkin mengikuti ujian masuk ITB. Dengan karakter berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatifnya dia harus mengambil jurusan IPS daripada masuk jurusan teknik ITB. Hal tersebut dibuktikan dengan data berikut. Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan, ITB (Fuadi, 2012:10-11). Nilai pendidikan karakter cerdas tokoh utama digambarkan dengan
kemampuan berargumentasi dan meyakinkan Pak Danang agar tulisannya dapat dimuat dengan menggunakan kata-kata yang efektif. Ia menggunakan Rational Persuasion. Rational Persuasion adalah siasat meyakinkan orang lain dengan menggunakan argumen yang logis dan rasional. Tokoh utama meyakinkan Pak Danang bahwa artikelnya layak dimuat dengan argumentasi bahwa Palestina akan menjadi negara yang berdaulat jika didukung dengan diplomasi PBB dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat. Kemampuan Tokoh utama dengan rational persuasion digambarkan dalam kutipan data berikut. Aku cepat-cepat memberi latar belakang, ‘’ Pak Danang, tulisan ini saya persiapkan dengan latar belakang teoritis yang kuat yang saya pelajari di kampus. Juga telah melalui sebuah diskusi kritis dengan senior saya. Intinya, saya punya argument ilmiah bahwa kalau Palestina didukung dengan tekanan diplomasi PBB dan negara Arab, dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat, maka Palestina akan berhasil menjadi negara yang berdaulat(Fuadi, 2012:149). Gambaran nilai karakter tangguh yang dimiliki tokoh utama diwujudkan dengan belajar dengan keras siang dan malam. Walaupun badannya kurus, pucat dan mata memerah, dia tidak peduli, karena dia meyakini perjuangan tersebut adalah penentu masa depannya. Ketangguhannya dalam belajar yang keras, menjadikan kedua orang tuanya cemas dan khawatir. Hal tersebut terdapat pada kutipan data berikut.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 597
Kalau aku lihat di cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib sama depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. ‘’ Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, ‘’ kata Amak ketika datang ke kamarku membawa sekadar goreng pisang atau teh telur (Fuadi, 2012:12). Karakter rasa ingin tahu digambarkan dengan tokoh utama yang berusaha keras meyakinkan Togar kalau dirinya mempunyai keinginan yang tinggi untuk bisa menulis. Meyakinkan Togar merupakan dorongan rasa ingin tahunya untuk menulis. Walaupun Togar adalah orang Batak yang keras, tetapi tokoh utama tidak mau menyerah karena belajar menulis adalah tujuannya. Bang, aku ingin sekali bisa menulis. Tapi menulis sekaliber Abang. Tidak hanya di majalah kampus, tapi ingin dimuat media nasional.’’ Dia menatapku sebentar. Mengernyitkan kening, mungkin tidak yakin dengan apa yang dia dengar. ‘’Benar, kau ingin menulis bagus?’’ ‘’Sudah tujuanku, Bang. Aku ingin belajar sama Abang.’’(Fuadi, 2012:67). Ketiga, data nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan antar sesama yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karyaA. Fuadi
berupa karakter peduli, santun, dan demokratis. Karakter peduli diwujudkan dengan kepekaan sosial tokoh utama untuk menyantuni anak yatim dengan memberikan uang 7 ribu kepada pengurus panti asuhan. Menyantuni anak yatim dalam islam mempunyai keutamaan yang besar, dalam Hadits yang shahih disebutkan bahwa barangsiapa yang menyantuni anak yatim maka kedudukannya tinggi di surga, dan dekat dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, diisyaratkan seperti dekatnya jari tengah dan jari telunjuk yang direnggangkan. Hal tersebut tampak dalam kutipan data berikut. Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah (Fuadi, 2012:155). Selain karakter peduli, dalam hubungannya dengan sesama, tokoh utama mempunyai karakter santun yang diwujudkan dengan tutur kata yang santun, halus, dan sopan. Tutur kata tokoh utama disampaikan dengan santun dan tidak menyalahi prinsip kesantunan berbahasa. Hal tersebut tampak pada kutipan data berikut. ”Maaf, Den Kasep, bulan ini belum belum dapat arisan. Mungkin bulan depan ya,Dik,’’ kata Ibu Tin, seorang istri jenderal dengan logat Sunda yang halus. Ibu Tin salah satu langganan terbaikku. Sebelumnya dia telah membeli kain bordir kerancang dan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 598
kapalo peniti, mukena, dan cairan pembersih serbaguna. ‘’Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi,‘’ kataku pamit (Fuadi, 2012:119). Karakter demokratis tokoh utama diwujudkan dengan mengusulkan keinginannya melalui musyawarah dengan teman-temannya dan tidak memaksakan kehendaknnya kepada orang lain. Tokoh utama mau menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan kemauan sendiri, berusaha untuk memperoleh titik tengah bila terjadi perbedaan pendapat seperti kutipan data berikut. Aku mengeleng-geleng dan mengacungkan jari. ‘’ Rus, itu terlalu biasa. Aku usul kita bikin sekalian yang benar-benar monumental. Bagaimana kalau di puncak tertinggi Saint-Raymond? Namanya Mont Laura. Baru kemarin aku meliput para atlet ski lokal yang meluncur di puncaknya. Ada dataran di puncak bukit itu yang sering dipakai untuk kegiatan pramuka, lengkap dengan tiang bendera. Dan ada jalan mobil sampai pinggang bukit sehingga tidak terlalu terjal untuk mendaki, ‘’kataku (Fuadi, 2012:391). Keempat, nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi berupa karakter peduli lingkungan. Tokoh utama peduli pada lingkungan dengan dibuktikan membantu menggali salju. Banyanknya salju yang turun dan menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besa menggerakkan tokoh utama untuk
membersihkannya seperti kutipan data berikut. Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal untuk bergotong royong. Dengan skop kami menggali salju yang menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar. Ferdinand dan Mado melambaikan tangan ke tetangga di kiri-kanan yang juga sibuk bekerja seperti kami (Fuadi, 2012:375). Kelima, data nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi berupa karakter nasionalis.. Karakter nasionalis dibuktikan dengan adanya ketergugahan pada makna lagu-lagu kebangsaan. Salah satunyalirik ‘’ bagimu negeri jiwa raga kami’’. Lagu tersebut membangkitkan karakter dan jiwa nasionalis tokoh utama. Dia merasa siap mati demi bangsa Indonesia. Karakter nasionalis tokoh utama yang membumbung tinggi tentang arti cinta tanah air. Dia siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk Indonesia seperti kutipan data berikut. Acara ditutup dengan Raisa tampil ke depan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya, memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’ kami nyanyikan panjang dengan sepenuh hati. Badanku rasanya ringan terbang melayang , meresapi sensasi yang sulit aku lukiskan. Bahkan ketika nyanyian telah berakhir, di dadaku masih
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 599
terus bergaung lirik, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’. Rasanya aku bahkan siap mati demi bangsa ini (Fuadi, 2012:228). Pembahasan tentang nilai pendidikan karakter pada novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi meliputi : (1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) dengan diri sendiri, (3) dalam hubungannya dengan sesama, (4) dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) dalam hubungannya dengan kebangsaan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa Dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, tokoh utama mempunyai karakter relegius. Relegius merupakan sikap yang berkaitan dengan nilai, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya (Kemendiknas, 2010:8). Karakter relegius diwujudkan dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, selalu mengikatkan diri pada syariat Allah, meyakini ketentuan Allah, berlaku ikhlas terhadap keputusan Allah, meminta perlindungan dan petunjuk hanya kepada Allah, percaya kepada ayat-ayat Allah, meminta permohonan ampun kepada Allah, berlaku sabar terhadap cobaan dan ujian Allah, mampu memahami Allah dan melaksanakan semua ajaranNya, keyakinan terhadap hari depan, bersyukur kepada Allah, dan berbaik sangka terhadap Allah. Nilai karakter relegius mewarnai jalannya kehidupan tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna.
Perwujudan karakter relegius tersebut dilatarbelakangi oleh dasar keilmuan dan keyakinan tokoh utama Alif karena pernah menjadi santri di Pondok Madani. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri Dalam hubungannya dengan diri sendiri, tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi mempunyai nilai karakter jujur, tanggung jawab, percaya diri, berfikir kritis, logis, inovatif,dan kreatif, cerdas, tangguh, dan ingin tahu. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan pihak lain (Kemendiknas, 2010;8). Karakter jujur tokoh utama diwujudkan dengan teguh memegang amanah yang dipercayakan, mempunyai tekad dan inisiasi keputusan untuk melakukan sesuatu, menyampaikan apa adanya, menepati janji, mempunyai kesamaan antara perkataan hatinya dengan apa yang dilakukan, berkata benar (tidak bohong) , berbuat sesuai aturan, menepati janji yang diucapkan, dan satunya kata antara niat dengan perbuatan. Semua perwujudan tersebut memberikan kesan kepada pembaca bahwa tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna menceritakan kehidupan tokoh yang jujur dalam kehidupan sehari-hari. Segala yang dilakukan dalam bentuk karakter jujur tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna merupakan rangkaian dalam setiap alur cerita. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 600
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME (Kemendiknas, 2010;10). Karakter tanggung jawab tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan kesanggupan diri untuk memikul dan melaksanakan tugas serta kewajipan dengan sempurna, dapat dipercaya dan dapat diandalkan atas suatu perbuatan atau tindakan dapat mempertanggung jawabkan semua perbuatan dan tindakan yang dilakukan. Percaya diri merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya (Kemendiknas, 2010;10).Karakter percaya diri tokoh utama diwujudkan dengan keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya, optimis dalam menghadapi segala hal tentang diri dan harapan serta kemampuan, objektif memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki (Kemendiknas, 2010:9). Karakter berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif tokoh utama Alif Fikri dapat dibahas sebagai berikut; Karakter berfikir logis tokoh utama diwujudkan dengan mendasarkan setiap tindakan pada proses berfikir yang logis, menganalisa apakah kesimpulan yang diperoleh dari
analisis pikiran itu masih masuk akal atau tidak, dan menanggapi permasalahan berdasarkan fakta. Karakter berfikir kritis tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan, bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan, dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis, berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dilaksanakan. Karakter berfikir kreatif tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan menciptakan ide-ide baru, Mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan, berfikir secara kreatif tentang metode dan bahan yang berbeda dalam upaya menanggulangi situasi yang baru atau sukar, memiliki banyak ide dan kemauan, mencoba dengan sesuatu yang baru, dan melihat masalah sebagai peluang. Karakter berfikir Inovatif tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan tidak merasa cepat puas dengan keadaan yang ada dan selalu mempertanyakan otoritas dan rutinitas serta mengkonfrontasikan asumsi-asumsi yang ada, tanggap terhadap kebutuhan dari dalam dan proaktif dalam memprakarsai proyek-proyek baru, menghargai setiap usaha, memiliki imaginasi yang tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke depan, memunculkan ide-ide baru dan mempertahankannya, memandang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 601
sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah kemungkinan, memimpikan dan menghayalkan sesuatu yang besar-besar, memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang aneh dan mengagumkan, melampaui wilayah yang dianggap menyenangkan, berani mencoba dan menanggung kegagalan, menginkubasi setiap masalah dan tantangan, mencari dan merenungkan berbagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Cerdas adalah kemampuan unik dan futuristik dalam mendayagunakan otak untuk memaksimalkan kreativitas dalam kehidupan dan sikap memahami semua alasan di balik apa saja yang terjadi (Samani dan Hariyanto, 2012:128). Nilai pendidikan karakter cerdas tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan kemampuan berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata , gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas, mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mempunyai pandangan hidup yang bersifat rasional, membuat sketsa ide dengan jelas, membedakan berbagai macam emosi, mudah mengakses potensi dan perasaan diri, menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Tangguh adalah sikap tidak hilang harapan di dalam sesuatu perkara dan bersikap optimis serta berfikir jauh ke depan. Serta merampungkan tujuan yang benar pada waktu yang tepat, tanpa takut adanya penentang, tanpa takut adanya rintangan (Samani dan Hariyanto, 2012:128). Nilai pendidikan karakter tangguh tokoh utama Alif Fikri diwujudkan
dengan kesadaran bahwa kesulitan adalah episode yang harus dijalani. Tidak ada kamus mundur atau menghindar, meyakini bahwa setiap kesulitan sudah tepat ukurannya bagi setiap orang, meyakini bahwa ada banyak hikmah di balik kesulitan, tidak putus asa terhadap cobaan, meyakini bahwa setiap ujian pasti ada ujungnya, meyakini bahwa setiap kesulitan yang disikapi dengan cara terbaik akan mengangkat derajatnya di hadapan Allah, tahan pada setiap tantangan, meyakini bahwa dirinya mampu untuk mewujudkan apa yang diinginkan, memunculkan banyak alternatif dan opsi untuk bisa sampai pada sasaran yang dituju, berpikir dalam konteks peluang, kemampuan, kemungkinan, dan menjauhi pikiran–pikiran tentang keterbatasan, kekurangan dan ketidakmampuan. Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar(Kemendiknas, 2010:10). Nilai pendidikan karakter ingin tahu tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan Keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman rahasia alam, selalu bertanya atas hal yang belum diketahui atau dipahami, mencari informasi atas hal hal yang belum diketahui dari berbagai sumber (buku, majalah, dll), tidak merasa puas terhadap suatu hal yang diperoleh, mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama Dalam hubungannya dengan sesama tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi mempunyai nilai karakter
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 602
peduli, santun, dan demokratis. Peduli adalah sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan dan keberpihakan pada untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi (Samani dan Hariyanto, 2012:128). Nilai pendidikan karakter peduli tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan Menunjukkan kepedulian, perasaan iba, empati dan tanggung jawabterhadap sesama, saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing dalam melakukan kerjasama, saling berbagi ilmu dan pengetahuan untuk kemajuan bersama, saling tolong-menolong dan bahu-membahu dengan sesama, menjaga dan memupuk harga diri setiap pihak dalam melakukan kerjasama, bahu-membahu untuk mencapai tujuan bersama tanpa mengesampingkan norma-norma yang berlaku, dan Ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku kepada orang lain (Kemendiknas, 2010:10).Nilai pendidikan karakter santun tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, berbuat baik kepada orang tua, memuliakan orang tua, bertutur kata menurut norma yang berlaku, menjunjung tinggi adat istiadat setempat, berpenampilan rapi dan sopan, berpandangan positif terhadap orang lain, menggunakan tuturan dengan bahasa yang baik dan santun, dan merasa bahagia dapat menolong orang lain. Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Kemendiknas,
2010:9).Nilai pendidikan karakter demokratis tokoh utama Alif Fikri diwujudkan dengan mengutamakan musyawarah, mengutamakan persamaan derajat, mengutamakan keseimbangan hak&kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, dan mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan Dalam hubungannya dengan sesama tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi adalah nilai karakter peduli lingkungan. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Gunawan, 2012:34). Peduli lingkungan diwujudkan dengan mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan, menunjukkan kepedulian, perasaan iba dan tanggung jawab terhadap lingkungan, mempunyai keyakinan bahwa manfaat lingkungan merupakan bagian dari kehidupan, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, memelihara lingkungan, menjaga lingkungan untuk kebaikan bersama, tidak merusak lingkungan, melestarikan lingkungan hidup. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan Dalam hubungannya dengan kebangsaan tokoh utama Alif Fikri
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 603
memunyai karakter nasionalis. Nasionalis adalah cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya (Gunawan, 2012:34). Karakter nasionalis diwujudkan dengan mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan, menunjukkan kepedulian, perasaan iba dan tanggung jawab terhadap lingkungan, mempunyai keyakinan bahwa manfaat lingkungan merupakan bagian dari kehidupan, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab, memelihara lingkungan, menjaga lingkungan untuk kebaikan bersama, tidak merusak lingkungan, melestarikan lingkungan hidup. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analaisis data yang ditemukan dapat disimpulkan Pertama, nilai karakter dalam novel Ranah 3 Warna dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah nilai relegius yang meliputi; bertawakkal atas usaha yang dilakukan, mempunyai akidah yang kuat, ikhlas, meyakini ketetapan Allah, sabar dalam cobaan hidup, dan berbaik sangka kepada Allah. Kedua, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri antara lain; jujur meliputi; menolak untuk berbuat curang, mempunyai inisiasi yang kuat terhadap keputusan yang dibuat, dan menepati janji tepat waktu. Tanggung jawab meliputi: tidak lalai pada janji yang dibuat dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh. Percaya diri meliputi; optimis terhadap keinginan dan cita-cita serta
rasa optimis dengan berjuang sekuat tenaga. Berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif meliputi; kemampuan menganalisa dalam mengambil keputusan, menganalisa peluang, berusaha memperbaiki kesalahan, menyampaikan keinginan yang benar, mempunyai kreasi dan ide yang tinggi, tanggap dan proaktif terhadap tujuan yang telah ditentukan, Cerdas meliputi: menyadari kemampuan, menyadari peluang yang dihadapi, mempunyai kepekaan yang tajam, dan mampu berargumentasi. Tangguh meliputi; belajar dengan keras, mampu bekerja di bawah tekanan, tangguh menghadapi cobaan, dan tidak menyarah. Ingin tahu berupa mempunyai keinginan yang tinggi untuk tahu. Ketiga, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama yang meliputi nilai karakter peduli, santun, dan demokratis. Peduli meliputi; membalas kebaikan orang tua, peduli pada anak yatim, dan membantu sesama teman. Santun meliputi; menyayangi dan menghormati kedua orang tua, berpandangan positif pada orang lain, bertutur kata dengan santun, dan berterima kasih pada sesama. Demokratis berupa tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Keempat, nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan meliputi nilai karakter peduli lingkungan berupa membantu menjaga, membersihkan, dan melestarikan lingkungan. Kelima, nilai karakter dalam hubungannya dengan nilai kebangsaan berupa sikpa nasionalis yang meliputi; cinta pada negara Indonesia, tidak mempermalukan Indonesia di negera asing, siap mati demi bangsa Indonesia, bangga pada lambang, simbol negara, dan pada lagu
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 604
kebangsaan, memperingati hari besar kepahlawanan, dan rindu pada upacara bendera saat berada di negara asing. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh mengenai nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna terdapat beberapa hal yang disarankan kepada berbagaipihak, antara lain sebagai berikut. Dalam pengajaran sastra, Novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi hendaknya dapat dijadikan alternatif sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra Indonesia di sekolah. Bagi pendidik dapat dijadikan sumber dan referensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bahasa indonesia yang berkarakter. Bagi penikmat sastra, sebagai hiburan yang bermanfaat serta diharapkan mampu menumbuhkan ketajaman berfikir kritis melihat fenomena kehidupan sosial. Bagi sosiolog, sebagai bagian referensi dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Bagi mahasiswa dapat melakukan penelitian sejenis dengan bidang kajian yang berbeda sehingga akan diperoleh hasil bervariasi dan dapat memperkaya khasanah sastra Indonesia. Bagi lembaga pendidikan, sebagai tambahan bahan bacaan atau referensi perpustakaan dan pengembangan bahan ajar untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah.
Implementasi. Bandung: Alfabeta. Minderop, Albertime. (2005). Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Muhlas, Samani dan Hariyanto, 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J, Prof. DR. MA. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University press. Noor, Rohinah M.2011. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Yokyakarta: Ar Ruz Media. Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika Teori Baru Mengenal Interpretasi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Surachmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah:Dasar Metode dan Teknik. Bandung:Tarsito. Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Tim. 2010. Panduan untuk Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Fuadi,A. 2012. Ranah 3 Warna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gunawan, Heri, 2012. Pendidikan Karakter, Konsep dan NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 605