NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh M Syukron Rofiq NIM 111 11 045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh M Syukron Rofiq NIM 111 11 045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Di sampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa : Nama
: M Syukron Rofiq
NIM
: 111 11 045
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga,8 September 2015 Pembimbing,
Imam Mas Arum,M.Pd. NIP.19790507 201101 10
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Berjudul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI Oleh M Syukron Rofiq NIM: 111 11 045 Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Sabtu, 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam. Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji
:
Dr.H. Agus Waluyo,M.Ag
Sekretaris Penguji
:
Imam Mas Arum, M.Pd.
Penguji I
:
Mufiq, S.Ag, M. Phil.
Penguji II
:
Siti Rukhayati, M.Ag. Salatiga,29 Agustus 2015 Dekan FTIK
Suwardi,M.Pd NIP. 19670121 199903 10002
v
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: M Syukron Rofiq
NIM
: 111 11 045
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 29 Agustus 2015 Yang menyatakan,
M Syukron Rofiq NIM. 111 11 045
MOTTO
“Suatu hari aku ingin menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain”. (Gaara) "Tanpa arah dan tujuan, tidak ada gunanya seorang manusia hidup di dunia ini" (Guy Maito)
vii
PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim Skripsi ini ku persembahkankan untuk:
Bapakku pahlawanku Pak Joko Achmad Subchi dan Ibunda tercinta Emak Ngatirah yang selalu setia menjaga dan mengasihiku, tak lupa kepada kedua adikku yang super-super M Ahsin Rozaq dan M Nurrochman yang selalu kalah main PS dengan ku.
Kepada Bapak Imam Mas Arum atas bimbingan dan arahannya dan Semua orang yang membantu terselesainya sekripsi ini.
Bang Fuadi atas karya Fenomenalnya, terimakasih bang.
Untuk sahabat-sahabat ku yang telah memotivasi dan selalu memberikan hari yang indah buatku: kang Nur Salim, kang Nahar N Nafi dan kang Emha Arif, semoga mimpi kita di tembok hayalan itu tercapai. Amin
Untuk pengasuh dan pengurus pondok Al-Ishlah Tingkir Lor yang tak lelah membimbing ku ketika aku salah, Mbah yai Slamet Idris, Pak Asyik, Pak Mahsun, Bu Asyiah, dan Untuk teman-teman Pondok Al-Ishlah yang tidak bisa aku sebut satu persatu, terimakasih atas kehangatan kalian dan selalu memberikan rasa nyaman selama ini.
Untuk teman-teman Yaa Bismillah dan dan rekan-rekan LPM DinamikA yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih.
Untuk Guru-guru dan murid-murid pramuka ku di MI Al-Manar yang selalu memberikan keceriaan di sabtu pagi, terimakasih.
Maaf, hanya terimakasih yang dapat aku lantunkan, semoga amal baik kalian semua Dibalas oleh Allah SWT, amin.
KATA PENGANTAR
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah swt atas segala kenikmatan yang bersifat lahir maupun batin yang senantiasa diberikan kepada kita. Shalawat salam semoga senantiasa Allah swt limpahkan kepada teladan kita, Nabi Muhammad saw beserta keluarga, keturunan, dan para sahabat beliau. Semoga Allah memberikan ampunan-Nya kepada para pemimpin yang adil, serta kaum mukminin dan mukminat yang setia kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Novel adalah suatu karya sastra yang sangat umum di semua kalangan baik muda maupun tua. Di antara banyaknya novel ada beberapa novel yang banyak ditemukan nilai-nilai kandungan agama Islam di dalamnya, salah satu diataranya yaitu pedidikan akhlak. Maka dari itu mari kita ambil pelajaran bersama, tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel maupun karya sastra fiksi yang lainnya. Dalam hal ini peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga. 4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan, senyuman, bimbingan, dan meluangkan waktunya dalam membantu terselesainya skripsi ini. 5. Bapak M. Gufron,M.Ag
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
ix
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, karyawan akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 7. Teman-teman baik ku di organisasi, kampus IAIN Salatiga, maupun santri di Ma‟had STAIN Salatiga dan Ma‟had Al-Ishlah Tingkir Lor, Salatiga. 8. Bang Ahmad Fuadi sang penulis Novel Rantau 1 Muara 9. Keluarga tercinta di rumah. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah mencatatnya sebagai amal salih, yang akan mendapat amal balasan yang terbaik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin Salatiga, 17 Agustus 2015 Penulis
M Syukron Rofiq
ABSTRAK Rofiq, M Syukron. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak , dan Novel Rantau 1 Muara. Pendidikan Akhlak merupakan suatu elemen penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu manusia membutuhkan tidak hanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spriritual agar dapat terbentuk menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma-norma Islam. Pendidikan bisa didapat dari mana saja, salah satunya dapat ditemukan pada karya sastra yang berbentuk Novel. Salah satunya yaitu Novel Rantau 1 Muara, yang mana dalam setiap kisah di dalamnya terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan Akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Akhlak pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi? 2.Bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (liblary research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumenter (bibliografis), analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Novel Rantau 1 Muara diantaranya: Nilai Akhlak kepada Allah yang berupa: aqidah /keimanan (iman kepada Allah, meyakini sifat-sifat Allah, meyakini qodho dan qodarnya Allah), Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia {akhlak mahmudah dari diri sendiri (istiqomah, sabar, pantang menyerah, bersyukur, niat lurus, bekerja keras, rendah hati, berlomba-lomba dalam kebaikan, jujur dan berbaik sangka) akhlak terhadap orang lain {akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama)}. (2) karakter tokoh utama diantaranya: Alif fikri: semangat yang tinggi dalam mencapai impiannya, pantang menyerah dalam menghadapi segala cobaan,Mas Aji dan Mas Malaka adalah mentor Alif. Mereka berdua memiliki karakteristik sifat jujur dalam berbagai hal, Dinara memiliki karakter baik dan lincah. Dinara juga seorang istri yang selalu mengingatkan Alif untuk selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah, Mas garuda digambarkan memiliki karakter yang suka menolong, ringan tangan dan patuh terhadap orang tua, Ustad Fariz memiliki watak yang ramah dan juga memiliki wawasan luas tentang agama islam. Ustad Fariz memiliki karakter yang suka menolong dan memiliki semangat yang tinggi untuk bisa mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya.
xi
DAFTAR ISI SAMPUL............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ ii JUDUL ................................................................................................................ iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv PENGESAHAN .................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ x ABSTRAK .......................................................................................................... xii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. B. C. D.
Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 Fokus Penelitian ...................................................................................... 5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5 1. Manfaat Teoritik................................................................................ 5 2. Manfaat praktis.................................................................................. 6 E. Metode Penelitian.................................................................................... 6 1. Jenis Penelitian .................................................................................. 6 2. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 7 3. Teknik Analisis Data ......................................................................... 8 F. Penegasan Istilah ..................................................................................... 9 1. Nilai ................................................................................................... 9 2. Pendidikan Akhlak ............................................................................ 10 3. Novel ................................................................................................. 11 G. Sitematika Penulisan Skripsi ................................................................... 12 BAB II BIOGRAFI NASKAH ........................................................................... 14 A. Biografi Ahmad Fuadi............................................................................. 14 B. Karya-Karya Ahmad Fuadi ..................................................................... 15 C. Gambaran Umum Novel Rantau 1 Muara .............................................. 15
D. Unsur Intrinsik Novel .............................................................................. 16 1. Tema Novel ....................................................................................... 17 2. Alur Cerit .......................................................................................... 18 3. Latar atau Setting .............................................................................. 19 4. Penokohan atau Karakter dalam Novel ............................................. 20 5. Sudut Pandan..................................................................................... 24 6. Amanat .............................................................................................. 25 E. Sinopsis Novel ........................................................................................ 25 F. Kelebihan Novel Rantau 1 Muara ........................................................... 26 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ................................................................... 29 A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Rantau 1 Muara .............. 29 1. Nilai Akhlak kepada Allah ................................................................ 29 2. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia ............................ 39 B. Karakteristik Tokoh Dalam Novel Rantau 1 Muara ............................... 58 1. Alif Fikr ............................................................................................. 58 2. Mas Aji dan Mas Malaka .................................................................. 58 3. Dinara ................................................................................................ 59 4. Mas Garuda ....................................................................................... 60 5. Ustad Fariz ........................................................................................ 61 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 63 A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.......................................................... 63 1. Nilai Akhlak kepada Allah .......................................................... 67 2. Nilai Akhlak Kepada Sesama Manusia . ..................................... 75 B. Karakteristik Tokoh Yang Sesuai Dengan Nilai-Nilai Islam ............ 97 1. Alif Fikri...................................................................................... 97 2. Mas Aji dan Mas Malaka ............................................................ 98 3. Dinara .......................................................................................... 99 4. Mas Garuda ................................................................................. 100 5. Ustad Fariz .................................................................................. 102 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 105 A. Kesimpulan ....................................................................................... 105 B. Saran.................................................................................................. 107 C. Implikasi dalam Pendidikan .............................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
2
Daftar Nilai SKK
Lampiran
3
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
4
Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah awal mula titik temu seorang manusia mengalami perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Pendidikan meningkatkan derajat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Inti dari semua pendidikan di dunia ii adalah pendidikan Akhak, yangana dalam setiap tindakan manusia, Akhlak merupakan tolak ukur penting dalam keseharian hidup manusia. Membahas pendidikan memang tidak ada habisnya, namun jika kita bisa mengupas satu persatu jalan menuju pendidikan tersebut bukan tidak mungkin kita bisa mendapati cara yang paling pas untuk menyalurkan cara mendidik tersebut dengan objek pendidikan. Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1991: 263), Pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang untuk kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.” Menurut Poerwadarminta (1991: 916), Pendidikan dalam arti bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
xv
pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan,
batin, dan
sebagainya. Pada hakikatnya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yang pertama yaitu pendidikan formal yang melibatkan guru, murid, dan kurikulum, dan yang kedua yaitu pendidikan nonformal yang melibatkan pendidikan di luar kelas yang mana pendidikan
dapat
didapatkan dari banyak hal, bisa melalui lingkungan, tempat berbeda dan hal-hal benda mati seperti buku koran dan sebagainya. Sedangkan pendidikan Akhlak Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai
usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1). Sementara kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaaq, berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan
khaliq (penciptaan). Dari
persamaan kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Pencipta) dengan perilaku makhluk (Manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung nilai
akhlak yang hakiki jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan), sehingga akhlak tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, namun juga dengan alam semesta sekalipun. (Assegaf, 2014: 42) Pendidikan Akhlak merupakan inti dari pendidikan islam itu sendiri. Makbulloh (2011: 142) dalam bukunya menjelaskan sedikit tentang akhlak. Akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pemikiran dan pertimbangan yang terlalu lama. Jika sifat tersebut memunculkan tindakan atau perbuatan yang baik yang terpuji menurut tuntunan akal dan syariah, maka sifat itu disebut dengan akhlak yang baik. Akan tetapi jika dari sifat tersebut muncul perbuatan yang buruk lagi jahat, maka disebutlah darinya memiliki akhlak yang buruk. Beralih ke sastra bahwasanya salah satu karya sastra yang berbentuk novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun menurut unsur intrinsiknya. Menurut Kosasih (2006:60), novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh dari problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Sedangkan menurut Burhan (1988: 3) karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri dan interaksinya dengan Tuhan. Novel adalah cerita fiksi yang imajinatif namun didasari kesadaran dan tanggung jawab, dan tentunya juga dapat memberikan hiburan bagi sang pembaca.
xvii
Novel Rantau 1 muara merupakan novel yang menceritakan tentang Alif Fikri yang digambarkan sebagai laki-laki yang selalu berjuang dengan keras untuk mendapatkan apa yang diimpikannya. Kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan jika kita berusaha. Tentunya dengan segala rintangan dan hambatan yang akan membuahkan keberhasilan menjadi terasa manis untuk kedepannya. Dalam novel ini bercerita tentang Alif Fikri seorang lulusan UNPAD (Universitas Padjajaran) yang berjuang menjadi pemburu beasiswa di luar negeri, dan perjuangannya dalam mendapatkan impiannya. Kisah Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini bercerita tentang perjuangan dalam melewati rintangan kehidupan dalam menjadi manusia mandiri, yang terus berusaha menggapai impiannya walau banyak rintangan yang menghalanginya. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan bahwasanya kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras, dengan begitu Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi hambanya yang mau berusaha dan berjuang di jalannya. Man saara ala darbi washala (siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai pada tujuan) adalah mantra utama dari novel ini. Dalam novel ini tentunya juga banyak nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat diambil pelajaran dan dapat dipetik hikmah dari setiap jalan ceritanya. Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka penulis tertarik membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara dalam sebuah skripsi yang berjudul “ NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUAIDI, karena dalam novel tersebut banyak terkandung nilai-nilai pendidikan Akhlak. Keihlasan dalam menjalani hidup, dan terus berusaha menapaki kerasnya kehidupan. Dalam novel tersebut sang pembaca juga dapat mengambil pelajaran bahwasanya impian akan menjadi orang yang berhasil dan sukses di dunia maupun di akhirat dapat diraih jika terus berusaha dan berjalan di jalan-Nya. B. Fokus Penelitian Dari latar belakang diatas maka, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Akhlak pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi? 2. Bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi 2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapan memberikan kontribusi positif bagi pendidikan pada umumnya dan khususnya pengembangan
xix
nilai-nilai pendidikan pada umumnya, dan pendidikan Akhlak khususnya, melalui pemanfaatan seni sastra terutama novel. 2. Manfaat praktis secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu: a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi sang pembaca khususunya pelajar akan manfaat dari membaca novel, khususnya yang mengandung pendidikan Islam di dalamnya. b. Bagi civitas academica , penelitian ini diharapkan Dapat menjadi bahan wacana keilmuan bagi media sebagai sarana yang baru dalam menunjang pendidikan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan untuk di masa yang akan datang. c. Bagi dunia sastra, diharapkan Dapat menjadi alternatif dalam memahami nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam karya sastra (khususnya novel) terlebih bagi penyuka karya sastra pada umumnya. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian perpustakaan, data dan sumber penelitian dapat diperoleh dari buku maupun artikel sumber terkait. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
analisis (descriptive of analyze research). Menurut Moleong (2005: 29) deskripsi analisis ini mengenai bibiliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis, yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudia dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan. 2. Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002 : 206). Dalam dokumentasi ini dilakukan dalam beberapa buku dan sumber yang lain seperti: majalah, artikel dan sebagainya yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelusuran dokumentasi ini berguna bagi penyususnan skripsis ini. Melalui dokumentasi sang penulis dapat mendeskripsikan apa yang terdapat dalam sumber
xxi
penelitian, dan menghubungkannya dengan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis berusaha mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuaidi tahun 2013 sebagai sumber data primer. Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil beberapa data dari beberapa artikel yang terkait, karya tulis yang lain, hasil diskusi yang berkaitan dengan penelitian demi memperkaya manfaat untuk kajian dan analisis. 3.
Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) yaitu konten yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara. Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan idi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan ini komunikasi adalah pesan yang terkandungsebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48). Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis dan sebagainya, sehingga dapat diketahui isi pesan secara tepat(Ratna, 2009:49).
Adapun tahapan-tahapan yang peneliti gunakan dalam pengolahan isi adalah: a. Tahapan deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. b. Tahapan interpretasi, yaitu tahapan dimana peneliti menjelaskan teksteks dalam novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak. c. Tahapan analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak. d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari pembahasan dalm novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak. F. Penegasan Istilah Supaya pembaca dapat memahami beberapa istilah yang terdapat dalam tulisan ini, maka peneliti akan menjabarkan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam tulisan yaitu: 1. Nilai Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1991: 677). Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam
masyarakat
(Muhaimin
dan
Abdul
Mujib,
1998:
110).Pendidikan Islam adalah pendidikan menurut Islam yang bersumber dari Al-Qura‟an dan Al-Hadist. Dalam hal ini, pendidikan xxiii
Islam dapat diwujudkan pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangakan dari sumbersumber dasar tersebut atau bertolak dari spirit Islam (Muhaimin, 2003: 23) 2. Pendidikan Akhlak Soerganda Poerbakawatja (1981: 257) mengatakan pendidikan adalah
suatu perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk
mengelihkan pengetahuannya, pengelamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Sedangkan menurut Muhaimin (2004: 21-22) pendidikan dari perspektif perkembangan manusia adalah : “Manusia merupakan makhluk yang termulia di atara makhlukmakhluk yang lain, Allah menjadikannya dalam sebaik-baik bentuk dan kejadian, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan dapat diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan”
Dari dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia sempurna, yang dapat berguna bagi manusia yang lain. Terlebih lagi pendidikan dapat diartikan sebagai usaha membatu mengarahkan anak oleh generasi tua (pendidik) supaya dapat berkembang sesuai tujuan yang diimpikan, yaitu menjadi manusia yang sempurna, manusia yang berkepribadian baik dan bermanfaat bagi sesamanya. Sedangkan
pendidikan Akhlak menurut Hasbullah (2009: 1) adalah Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1). 3. Novel Secara etimologis novel berasal dari kata latin novella yang berarti kabar atau pemberitaguan. Novella diturunkan menjadi kata inovelis yang berarti baru. Novel merupakan bagian dari prosa ragam sastra, dan yang meliputi ragam prosa satra adalah novel dan roman (Winna 2012: 22). Dari segi struktur sebuah novel sastra maupun novel populer mengandung unsur-unsur yang paling lengkap. Novel menyediakan cerita dengan peristiwa, tokoh dan latar sehingga penulis dianggap berdialog dengan orang lain (Ratna 2004: 314). Nurgiantoro (2007: 4) mengatakan bahwasanya novel sebagai sebuah karya fiksi yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun dengan berbagai unsur intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, dan sudut pandang yang bersifat imajinatif.
xxv
Selanjutnya memang dalam sebuah novel terkadang cerita dibuat-buat dengan sedemikian rupa agar sang pembaca dapat membayangkan sebuah cerita kehidupan yang terasa benar adanya. Hal ini dibuat olah pengarang yang memodifikasi diksi dalam novel, dibuat mirip semiripsemirip miripnya dan dianalogikan seperti di dunia nyata, lengkap dengan cerita-cerita, kejadian dalam novel yang disamakan dengan berbagai sudut pandang dan latar yang sesuai. G. Sitematika Penulisan Skripsi Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab, antara lain: BAB I yakni
PENDAHULUAN.
Bab
ini
akan
membahas
mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang BIOGRAFI NASKAH. Pada bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Ahmad Fuadi, karya-karya Ahmad Fuadi, unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Rantau 1 Muara, dan keunggulan dari novel Rantau 1 Muara. BAB III menjelasakan tentang DESKRIPSI PEMIKIRAN. Pada bab ini akan menjelaskan tentang deskripsi pemikiran dan hasil temuan penulis mengenai: Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara dan karakter tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara. BAB IV menjelaskan tentang PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan memberikan pembahasan tentang: nilai-nilai pendidikan
Akhlak yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara dan karakter tokoh utama dalam novel Rantau 1 Muara. BAB V adalah PENUTUP. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, dan penutup.
xxvii
BAB II BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Ahmad Fuadi Ahmad Fuadi lahir di Negari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir danau Maninjau Sumatra Barat tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkannya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh sunggu akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dia jalani dalam tugas-tugas reportase dibawah bimbingan para wartawan senior tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk sekolah S-2 di School of Media and Public Affair, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga seorang wartawan Tempo adalah mimpinya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah mereka menjadi koresponden tempo dan wartawan Voice of America (VOA). Berita bersejarah seperti 11 September dileporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House, dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang Scholarship hunter, fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapatkan kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Italia, dan Inggris. B. Karya-Karya Ahmad Fuadi Ahmad Fuadi merupakan pengarang novel trilogi Negri 5 Menara dan Ranah 3 Warna merupakan seorang santri yang berhasil mewujudkan mimpinya terbang sampai Amerika. Bahkan Novel Negri 5 Menara telah diangkat ke layar lebar tahun 2011 dan buku ini mendapat beberapa penghargaan, di antaranya: nominasi Khatulistiwa Award 2010 versi anugrah pembaca indonesia, sedangkan tahun 2011, Fuadi dianugrahi Liputan6 award, SCTV untuk kategori motivasi dan pendidikan, penulis terbaik IKAPI dan juara 1 karya terbaik Perpusnas. Buku novel pertamanya yang berjudul Negeri 5 Menara mampu terjual 10.000 eksemplar dalam waktu 9 bulan. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negri 5 menara yang berjudul Ranah 3 warna telah diterbitkan sejak 23 januari 2011 dan novel yang ketiga yang berjudul Rantau 1 Muara telah diterbitkan menyusul Novel yang kedua yaitu pada bulan Mei 2013. C. Gambaran Umum Novel Rantau 1 Muara
xxix
Novel Rantau 1 Muara merupakan ovel ke tiga dari trilogi Negri 5 Menara yang mana merupakan best seller pertama dari Ahmad Fuadi. Novel Rantau 1 Muara merupakan lanjutan dari novel Ranah 3 Warna yang sebelumnya. Jika dalam novel Ranah 3 Warna bercerita tentang seorang lulusan pondok yang bernama Alif Fikri yang melanjutkan pendidikan di UNPAD Bandung, sedangkan pada novel Rantau 1 Muara bercerita tentang Alif Fikri yang sedang menggelagak, sudah separuh dunia dia kelilingi, tulisannya yang sudah banyak tersebar di banyak media dan dia diwisuda dengan nilai yang terbaik. Perbedaan yang lain dari novel yang sebelum nya yaitu tentang mantra yang digunakan oleh pemeran utama Alif Fikri, jika pada novel yang sebelumnya menggunakan mantra man shobaro dzafiro (barang siapa yang sabar maka akan beruntung) maka dalam novel Rantau 1 Muara ini menggunakan mantra man saara ala darbil washala (barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan). D. Unsur Intrinsik Novel Menurut winna (2012: 19) mengatakan bahwa unsur intinsik dalam novel seperti organ-organ penting dalam tubuh novel, jika salah satu elemen tidak hadir atau berfungsi dengan baik, maka keseluruhan novel tersebut berpotensi menjadi timpang. Dari pendapat di atas dapat kita ambil penjelasan bahwasanya unsur intrinsik adalah suatu unsur utama yang membangun terbentuknya suatu karya sastra terutama novel. Unsur intrinsik dalam novel juga berguna
untuk menghidupkan cerita dalam novel sehingga bisa diketahui seberapa bagusnya novel tersebut terbuat. Dari uraian di atas dapat kita jabarkan tentang unsur-unsur pembangun novel antara lain: 1. Tema Novel Tema adalah gagasan yang membangun suatu cerita (Kosasih, 2012: 60). Menurut Winna (2012: 22) tema juga bisa disebut genre dalam penulisan. Genre dilihat dari fungsinya yaitu suatu identitas yang biasanya sering digunakan untuk mendiskripsikan seorang penulis. Dari beberapa penjelasan di atas tentang penjelasan tema dalam novel, dapat kita tarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan suatu cerita yang dibangun oleh masing masing pengarang cerita tersebut. Bagaimana cerita itu ada dan karakter apa yang ada dalam cerita tersebut adalah bagian dari sebuat tema dalam pembentukan suatu novel. Tema yang diambil dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yaitu pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Dalam novel ini juga sangat kental sekali mengusung mantra ajaib yang terdapat dalam novel tersebut. Mantra yang berbunyi “man saara ala darbi washala” yang artinya barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan samapai, merujuk tema dari mantra di atas novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi bercerita tentang keberhasilan seseorang dalam
xxxi
meraih impiannya dengan terus berpegang terus kepada jalan Tuhannya.
2. Alur Cerita Alur adalah bagaimana cerita itu bisa mengalir (Winna, 2012: 111). Novel menarik biasanya memiliki plot yang padat dan alur yang enak dibaca. Plot yang padat membuat pembaca tertarik untuk mengikuti kisah sang pelaku utama mulai dari awal hingga akhir. Sedangkan alur yang baik membuat perpindahan adegan tidak terasa sehingga membuat pembaca semakin menikmati pembacaannya. Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi terdapat alur maju dan alur mundur.Cerita alur maju dalam novel ini dapat dilihat ketika sang tokoh utama Alif Fikri melegalisir ijazah dan bersiap untuk mencari pekerjaan, atau bahasa halusnya waktu untuk mengamalkan ilmunya di masyarakat. “”Kamu enak lif, banyak pengalaman luar negerinya. Pasti banyak yang manggil wawancara,” kata Wira kepadaku ketika kami sama sama antre mendapatkan cap legalisasi...(Fuadi, 2013: 11)” Sedangkan alur mundur dalam novel ini terdapat ketika sang tokoh utama Alif berkerja di ABN, pada waktu itu ia teringat inget ketika masih berkerja di Derap. “di kantor ABN yang punya media radio, televisi dan internet, aku dan dinara seperti mengalami dẽjấ vu keriuhan news room, rapat redaksi, tenggat waktu, dan berbagai liputan menarik mengingatkan kami kepada Derap. Bedanya di ABN tidak ada rapat senin ajang presentasi usulan berita yang membikin perut
kembung dan bikin anggota badan panas dingin seperti yang kami rasakan saat bekerja di Derap” (Fuadi, 2013: 312). Alur mundur lainnya juga di temukan novel Rantau 1 Muara, yaitu ketika sang tokoh utama teringat kembali masa lalunya saat masih menjadi santri di Pondok Madani. “Dulu ketika masih sekolah di Pondok Madani, aku penggembira tim basket. Ikut main tapi tidak pernah masuk tim inti asrama, tentunya karna kalah tinggi dengan teman-teman yang lain” (Fuadi, 2013: 313)
3. Latar atau Setting Menurut Winna (2012: 154) setting adalah salah satu elemen penting yang membawa pembaca masuk dalam cerita. Nurgiyantoro (2007: 227) menjelaskan tentang setting atau latar: a. Latar tempat yaitu lokasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerita novel tersebut. b. Latar waktu, yaitu kapan cerita dalam novel tersebut di jalankan. c. Latar sosial, yaitu latar yang mengarah kepada hubungan sosial dalam suatu tempat yang ada dalam cerita novel tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil pengertian bahwasanya latar yaitu penjelasan mengenai tempat, waktu suasana tempat dalam cerita dan keadaan sosial yang ada dalam cerita novel. Latar dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi berlatar pada tiga tempat. Tempat yang pertama yaitu di Bandung tempat di mana Alif sang tokoh utama dalam novel ini kuliah di UNPAD. Latar
xxxiii
berpindah ke Jakarta tempat Alif berkerja menjadi wartawan Derap dan berpindah ke Washington DC tempat di mana Alif menuntut ilmu S-2 dan mendapat perkerjaannya sebagai wartawan ABN. Sedangkan untuk latar waktunya ada tiga macam yaitu saat masa kuliah di Bandung, ketika menjadi wartawan di Derap dan ketika melanjutkan S-2 di Amerika dan berkerja di sana. 4. Penokohan atau Karakter dalam Novel Penokohan adalah karakter utama dalam pembentukan dalam suatu cerita yang ada dalam novel. Karkter juga berpengaruh dalam bagus tidaknya novel tersebut dibaca. Penokohan atau pemberian karakter merupakan salah satu unsur intrinsik dari karya sastra, jika ide merupakan fondasi, maka karakter atau penokohan adalah roda yang menggerakkan cerita (Winna, 2012: 54). a. Protagonis Protagonis atau yang sering disebut sebagai „karakter baik‟ yaitu karakter utama yang didukung oleh pembaca. Karakter protagonis biasanya dikembangkan oleh penulis selama cerita berlangsung. Karakter protagonis selalu berkembang menjadi lebih kuat, lebih baik, dan selalu terlihat bagi sang pembaca novel (Winna, 2012: 55). Adapun karakter protagonis dalam novel Rantau 1 Muara yaitu: 1)
Alif Fikri
Merupakan tokoh utama dalam novel Rantau 1 muara berasal dari desa Bayur, pinggir danau Maninjau, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Setelah lulus dari dalah satu perguruan
tinggi
di
Bandung
ia
sempat
terlanda
kebingungan mau meneruskan kemana jalan hidupnya, dia lulus pada saat yang kurang pas. Alif fikri seorang lulusan UNPAD pada awal 90‟an, saat itu Indonesia dicekik krisis ekonomi dihoyak reformasi. Lowongan pekerjaan sulit ia dapatkan, walaupun kepercayaan dirinya sempet goyah namun ia tetap tabah dalam menghadapi cobaan dalam hidupnya. Secercah harapan muncul ketika Alif diterima sebagai wartawan di Jakarta. Dan ketika menjadi seorang wartawanlah Alif fikri menemukan tujuan hidupnya, kebiasaan menulis sejak masih di PM ( Pondok Madani) ia lanjutkan hingga ia manjadi wartawan profesional. b. Karakter pendukung/tokoh tambahan Karakter pendukung dalam suatu novel hanya sekelebat muncul atau disebut dan tidak memiliki peran lebih jauh dari itu (Winna, 2012: 57). Lebih jauh Nurgiantoro (2007: 165) menjelaskan bahwasanya karakter pendukung atau tambahan yaitu tokoh yang permunculannya sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
xxxv
utama. Adapun karakter pendukung dalam Novel Rantau 1 Muara yaitu:
1) Mas Aji Mas Aji adalah jendral dari para wartawan di Derap, mas Aji adalah orang yang memmiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, dia selalu berperang dengan ketidak adilan ia menjadi simbol derap dalam kejujuran. Di lain pihak mas Aji adalah orang yang menjadi atasan Alif ketika berkerja sebagai wartawan di majalah Derap, seseorang yang dikenal sebagai pendiri dari kebebasan pers di masa pak Harto, lulusan dari sekolah tehnik namun justru menjadi penyair
dan
akhirnya
menjelma
menjadi
seorang
wartawan yang amat disegani. 2) Mas Malaka Mas malaka adalah teman seperjuangan mas Aji di majalah Derap. Mas Malaka mempunyai perawakan santai sering memakai sarung saat rapat dan senang membawa gitar kemana-mana. Mas malaka dan mas aji sering disebut dynamic duo dalam memimpin Derap ketika bergerak di bawah tanah. Mereka di kenal pula suka menyanyi dan berduet bersama. Mas Malaka merupakan atasan Alif yang mempunya sikap yang
bijaksana, semua itu ternilai saat alif terpaksa harus dibenci olah sebagian reporter dari media lain karna tidak mau menerima uang suap dari salah satu tempat liputan berita. 3) Dinara Dinara adalah teman kerja Alif ketika menjadi seorang wartawan di Derap. Dinara adalah orang asli Jakarta, seorang lulusan UI di Depok. Dinara adalah rekan kerja Alif Fikri tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara. Dinara memiliki mata bulat, cantik, lincah dan memiliki daya tarik terhadap lawan jenis. Dinara adalah teman kerja Alif dan juga menjadi teman hidup Alif. Sesudah Alif dan Dinara menikah Dinara diboyong Alif ke Washington, Amerika serikat untuk hidup bersamanya. 4) Mas Garuda Mas Garuda adalah kakak angkat alif selama tinggal di Washington, dia merupakan warga indonesia yang menjadi tenaga kerja di Amerika, tempat asalnya adalah Jawa Timur. Mas Garuda adalah manusia yang baik hati dan palung suka menolong antar sesama ini dibuktikan ketia Alif belum memiliki tempat tinggal di Washington untuk
xxxvii
kuliahnya, dan mas Garuda menawarkan tempat tinggal bersamanya dengan gratis. Mas Garuda di Amerika memiliki banyak jabatan, di antaranya kurir khusus untuk dokumen dan surat penting, pengantar koran, pizza man, dan penjual tempe. 5) Ustadz Fariz Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari Indonesia, beliau juga lulusan Pondok Madani seperti Alif. Ustad Faris sering memberikan petuah petuah kepada warga di area sekitar DC selama satu tahun. Ustad Faris adalah ustad yang berasal dari PM, ketika beliau masih di Pondok Madani beliau juga pernah menjadi munsyi, konsultan santri, penasihat konsul santri yang berasal dari tanah minang 5. Sudut Pandang Sudut pandang merupakan hal yang sangat mendasar yang dilakukan oleh pengarang dalam menjalankan suatu cerita dalam novel yang dikarangnya. Sudut pandang dalam novel ini menggunakan sudut –pandang orang pertama, karna dalam novel ini sang pengarang menyebut dirinya dengan nama aku, saya, dan aden. sejak subuh tadi aku sudah bangun. Ini hari penting. Yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Minggu lalu aku menghela nafas lega ketika sebuah surat dari perusahaan multinasional berbunyi: “selamat, kami gembira mengabarkan
bahwa anda kami terima sebagai staff di tim marketing dan komunikasi...”( Fuadi, 2013: 31).
6. Amanat Amanat adalah pesan dari sang pengarang novel yang hendak disampaikannya melalui novel yang ia buat. Amanat merupakan penjelasan utuh yang terdapat dlaam novel tersebut. terkadang amanat secara langsung dapat ditemukan pembaca langsung ada dalam novel tersebut. namun tak jarang sang pengarang menimbulkan
amanat
seperti
bayang-bayang kemana
arah
pembacaan dimulai dari sanalah sang pembaca paham kemana arah suatu novel menemukan amanatnya. Adapun amanat dari novel ini adalah perenungan dan mengajak kepada sang pembaca jangan sampai menyerah terhadap keadaan. Manusia tidak sendiri, manusia memiliki Allah sebagai tuhan tempat kembali dan bersimpuh. Manusia harus bisa bermanfaat terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Kutipan dalam novel: Hidup kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik turun dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek kepada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu kemana arah tujuan akhirku diujung cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu (Fuadi, 2013: 395). E. Sinopsis Novel
xxxix
Kepercayaan diri alif sedang menggelegak. Sudah separuh dunia sudah ia kelilingi, tulisannya sudah tersebar keberbagai media, dan dia diwisuda dengan nilai terbaik perusahaan mana yang tak tergiur merekrutnya?. Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90‟an Indonesia dicekik krisis ekonomi dan dihoyak reformasi. Lowongan pekerjaan sulit dicari kepercayaan dirinya goyah bagaimana dia bisa menggapai impiannya? Secercah harapan muncul ketika Alif diterima sebagai wartawan di ibu kota. Di sana, hatinya tertambat oleh seorang gadis yang dulu pernah ia curigai, kemana arah hubungan mereka? Takdir menerbangkan Alif ke Washington DC, life is perfect, sampai terjadi tragedi 11 September 2001 di kota New York yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekat harus pergi? Alif terpaksa memikirkan misi ulang hidupnya, dari mana dia bermula dan kemana dia akhirnya akan bermuara? „Mantra‟ ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya maka akan sampai tujuan) menuntun pencarian misi hidup Alif. Hidup pada hakikatnya adalah perantauan, suatu masa akan kembali ke akar, ke yang satu, ke yang awal, muara segala muara. Rantau 1 Muara adalah kisah pencarian tempat berkarya, pencarian belahan jiwa , dan pencarian kemana hidup akan bermuara. Novel ini adalah buku ketiga dari trilogi Negri 5 Menara yang ditulis A. Fuadi, novelis asal Minang yang pernah tinggal di Washington DC, Quebac, dan Singapura.
F. Kelebihan Novel Rantau 1 Muara Novel ini merupakan rangkaian ke tiga dari novel Negeri 5 Menara, tentu saja tokoh utama dalam novel ini tak berbeda dari novel yang pertama maupun pada novel yang kedua yang berjudul Ranah 3 Warna. Namun perbedaan-perbedaan terlihat jelas di mana dari ketiga novel tersebut dibuat. Perbedaan yang paling mencolok adalah dari mantra yang digunakan dari ketiga novel tersebut. Jika dalam novel Negeri 5 Menara menggunakan mantra man jadda wa jada (barang siapa berusaha maka akan berhasil), sedangkan di novel Ranah 3 Warna mempunyai mantra man shobaro dzafiro (barang siapa bersabar maka akan beruntung), maka dalam novel yang ke tiga ini yang berjudul Rantau 1 Muara memiliki mantra man saara ala darbil washala ( barang siapa berjalan di jalannya maka akan sampai). Di samping itu perbedaan lain terletak pada cerita di antara ke tiga novel tersebut. Kelebihan dari novel Rantau 1 Muara yaitu kisah seorang Alif Fikri yang menemukan jalan hidupnya sebagai seorang wartawan. Dalam kisah tersebut sang tokoh utama sempat mendapatkan konflik yang di kemas rapi oleh sang pengarang novel sehingga kisah-kisah di dalamnya seperti terlihat nyata bagi sang pembaca. Dari novel Rantau 1 Muara sangat bagus bagi para pembaca yang masih bingung dengan masa depannya, karna dalam novel ini pembaca seakan-akan diberikan suntikan
xli
motivasi ekstra tentang yang harus diwujudkan menjadi nyata dengan mencari jalan-jalan kenyataan tersebut. Dalam novel Rantau 1 Muara juga memberikan kita pembelajaran bahwasanya betapa besar kuasa Tuhan dalam membolak-balikkan nasip manusia. Novel tersebut mengajarkan pembacanya bahwa dengan usaha yang keras dan selalu ingat ke pada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa manusia akan dapat mencapai mimpinya. Dalam novel tersebut juga mengajarkan pembaca untuk selalu ingat kepada sang Penciptanya karna dalam setiap manusia yang sukses selalu memiliki tempat tujuan kembali, sejauh apapun manusia berkelana mengarungi dunia ini manusia pasti kembali kepada tuhan mereka yaitu Allah SWT.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dari novel Rantau 1 Muara dapat diketahui, pesan apa yang ingin disampaikan oleh Ahmad Fuadi yang terkutip dalam novel karangannya. Novel Rantau 1 Muara bercerita tentang pengalaman Ahmad Fuadi selama lulus dari UNPAD, yang mana dalam novel tersebut terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan islam yang dapat kita ambil pelajaran semasa hidup kita. Setelah penulis membaca novel, meneliti isi novel, dan memahami makna isi dari novel, dan menganalisis isi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, penulis banyak menemukan nilai pendidikan Akhlak dalam novel tersebut.. Adapun isi novel Rantau 1 Muara yang terdapat hubungannya dengan nilai-nilai Akhlak yaitu: nilai akhlak kepada Allah, nilai Akhlak kepada sesama manusia. Adapun
untuk
lebih
rincinya
penulis
menggambarkan
rangkuman di bawah ini, yang meliputi: A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Rantau 1 Muara 1. Nilai Akhlak kepada Allah xliii
beberapa
a. Percaya kepada Allah 1) Tawakal Adapun yang menunjukkan nilai tawakal pada novel ini adalah ketika Alif mencari Mas Garuda di New York, selepas terjadinya tragedi 11 September. Alif begitu galau karna semua usahanya mencari Mas Garuda belum menemukan hasil, yang pada akhirnya Alif menyerahkan semua kepada Allah atas semua usahanya. Kutipan dalam novelnya yaitu: Ya Allah, tunjukilah kami jalan untuk menemukan mereka”, pintaku dengan lemas sambil menggenggam erat syal itu. Badanku rasanya lelah dan kakiku seperti tidak bertenaga menopang badan. (Fuadi, 2013: 247) Dari kutipan yang lain juga dipaparkan tentang tawakal: Dengan memejamkan mata dan menyebut basmalah, aku lepas surat lamaran ini terbang ke lusinan organisasi internasional dan korporasi. (Fuadi, 2013: 18) Adapun untuk nilai-nilai tawakal yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara telah penulis rangkum dalam tabel di bawah ini: (1)
(2) (3)
(4)
Dengan memejamkan mata dan menyebut basmalah, aku lepas surat lamaran ini terbang ke lusinan organisasi internasional dan korporasi. (Fuadi, 2013: 18) Semoga setiap kesusahan selalu ada kemudahan, bisikku dalam hati.(Fuadi, 2013: 32) InsyaAllah Lif, rezeki kita tahun ini bisa lebih baik, biar bisa mengontrak kamar yang lebih panjang.(Fuadi, 2013: 44) Aku coba tarik napas panjang sambil mengingat nasihat Kiai Rais dulu,”jangan takut pada manusia yang membatasi kita atas dan bawah itu Cuma langit dan tanah”(Fuadi, 2013: 118-119)
(5)
(6)
(7) (8)
(9)
(10) (11)
(12)
(13)
Tuhan ini maha melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan Dia adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah Dia menyia-nyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya.(Fuadi, 2013: 154) “kalo yakin bisa dua bulan lagi, ayuk kita mulai dengan bismillah” sekali lagi aku ketik dengan cepat. “Bismillah bang.”(Fuadi, 2013: 239-240) “Bismillah, ya,Dinara” “bismillah, bang.(Fuadi, 2013: 245-246) “O ya, kita harus berusaha, karena itu yang kita bisa. Dan sisanya biarkanlah Allah yang menentukan.” (Fuadi, 2013: 250) “Zaman sudah berbeda. Hidup masa kini lebih banyak kendala,” dia tidak menyerah dengan gampang. “tapi ambo percaya contoh perjuangan hidup bapak layak ditiru. Seperti kata bapak, Tuhan maha membukakan Rezeki. Dulu dan sekarang, insyaAllah”. (Fuadi, 2013: 252) Semoga mas Garuda memang baik-baik saja. Amin, ya Allah. (Fuadi, 2013: 337) “Masya Allah...” Hatiku menciut, aku beristigfar. Seketika aku merasa aliran dingin meresap keseluruh urat sarafku. Aku tahu lokasi kantor mas Garuda yang ada di Mahattan itu tidak seberapa jauh di WTC. Tapi dia libur dihari selasa. (Fuadi, 2013: 338) Akhirnya kami sepakat untuk meminta petunujuk-Nya. “Cinta , kita sholat Istikhgarah yuk. Dia selalu tahu apa yang paling baik untuk Kita,” ajakku. (Fuadi, 2013: 385) Ya Allah, tunjukilah kami jalan untuk menemukan mereka”, pintaku dengan lemas sambil menggenggam erat syal itu. Badanku rasanya lelah dan kakiku seperti tidak bertenaga menopang badan. (Fuadi, 2013: 247)
Dari tabel di atas dapat ditemukan beberapa nilai-nilai tawakal di antaranya sebutan kata “basmallah” yang terdapat pada tabel nomer 1,6, dan 7. Di sisi lain kalimat yang menunjukkan nilai tawakal yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara juga terdapat pada pelafalan lafad “insyaAllah” yang terdapat dalam kolom 9 dan 3. Lebih lanjut pada kolom nomer 8 nilai tawakal terletak xlv
pada cuplikan cerita “biarkan Allah yang menentukan”, pada cuplikan cerita ini sang pengarang novel Rantau 1 Muara menceritakan bahwasanya manusia bisa saja bekerja keras untuk meraih apa yang mejadi impiannya, namun manusia harus bisa bertawakal kepada Allah, karena segala sesuatu pasti hanya Allah yang bisa mengabulkan. Nilai tawakal selanjutnya terdapat pada cuplikan cerita “amin ya Allah”, pada cuplikan cerita ini sang pengarang mencoba memastikan bahwasanya usaha manusia dapat berhasil dengan izin Allah dan manusia hanya bisa berusaha dan terus berjuang dan menyerahkan sisanya kepada Allah. Pada tabel nomor 12, terdapat cuplikan cerita “meminta petunjuk-Nya”, begitupula nomor 13,”tunjukilah kami jalan menemukan mereka”, dan juga nomor 2, “semoga setiap kesusahan
ada
menunjukkan
kemudahan.” bagaimana
Pada
seharusnya
cuplikan cerita kita
ini
menyerahkan
semuanya hanya kepada Allah, karna memang usaha manusia hanyalah usaha lahiriah semata. Lebih lanjut pada kolom nomer 5 telah dituliskan “Dia adalah sebaik-baik Penilai”, pada cuplikan cerita ini menunjukkan bahwa sebagai manusia harus bisa berserah diri kepada Allah semuanya serahkan kepada Allah untuk meminta petunjuknya.
Pada tabel nomor 4 cuplikan cerita yang menunjukkan sikap tawakal kepaa Allah adalah pada cuplikan cerita” jangan takut kepada manusia” pada cuplikan cerita ini menunjukkan bahwasanya sang pengarang novel ingin mewujudkan cerita tentang tokoh utama yang tidak takut kepada manusia, yang mana ketakutan yang sesungguhnya hanya pantas ditujukan kepada Allah dan tidak ada mahluk yang lainnya. 2) Ikhlas Ikhlas dari kata akhlasha yang bisa berarti murni, atau bersih, sejalan dengan pendapat tersebut kata ikhlas bisa berarti ikhlas dalam beribadah kepada Allah atau juga ikhlas dalam menjalankan dan menerima takdir yang diberikan oleh Allah kepada hambanya. Merujuk dalam novel Rantau 1 Muara juga terdapat nilai ikhlas di antarannya yaitu, saat Alif sang tokoh utama merelakan kepergian
kakak
angkatnya
karna
tidak
diketahui
keberadaannya setelah tragedi 11 September di New York, kutipannya yaitu: Aku bersimpuh lama-lama di sajadah. Dinara yang aku imami sudah melipat sajadah dan mukenanya lalu kembali sibuk di dapur doa utamaku tetap berharap akan keselamatan Mas Garuda. Tapi aku harus memulai berdamai dengan keadaan dan mendoakan akhir terbaik buatnya, hidup maupun mati. (Fuadi, 2013: 357) Adapun nilai ikhlas dalam novel ini juga terdapat di beberapa halaman, yang diantaranya yaitu:
xlvii
(14) “kawan-kawan di New York juga tidak ada yang tahu dan melihat mas Nanda. Kesiapa lagi kita harus bertanya?” kata Mbak hilda sambil melihat kejendela. Pandangannya seperti mencoba menembus pekatnya malam. Dengan segala kekisruhan ini, tidak banyak pihak yang bisa diandalkan untuk membantu. Ini bukan bencan kami saja, ini bencana nasional, bahkan dunia. Semua orang sibuk dengan masalah mereka masingmasing. Saatnya untuk i‟timat ala nafsi harus bertopang pada diri sendiri dan Yang mahakuasa.(Fuadi, 2013: 339) (15) Aku bersimpuh lama-lama di sajadah. Dinara yang aku imami sudah melipat sajadah dan mukenanya lalu kembali sibuk di dapur doa utamaku tetap berharap akan keselamatan Mas Garuda. Tapi aku harus memulai berdamai dengan keadaan dan mendoakan akhir terbaik buatnya, hidup maupun mati. (Fuadi, 2013: 357)
Pada tabel di atas yang menunjukkan kata nilai ihlas adalah cuplikan cerita “Saatnya untuk i‟timat ala nafsi
harus
bertopang pada diri sendiri dan Yang mahakuasa”, dari cuplikan cerita tersebut kita dapat menemukan arti ihlas pada tabel nomor 14. b. Meyakini sifat-sifat Allah Salah satu wujud keimanan seorang hamba yaitu meyakini sifatsifat Allah, yang mana dapat terwujud dalam meyakini sifat Allah yang 20. Diantara sifat Allah dalam novel ini ialah Allah Maha Mendengar, kutipannya yaitu: Siapa tahu. Aku diajarkan untuk tidak meremehkan impian setinggi apapun, karna sungguh Tuhan Maha Mendengar. Cita-cita yang baru merupakan bisikan di dalam hati terdalam, telah terdengar oleh-Nya dan bisa jadi nyata. (Fuadi, 2013: 170)
Adapun kutipan meyakini sifat Allah dalam novel Rantau 1 Muara di antaranya adalah: (16) Alhamdulillah, doa dan usaha itu memang selalu didengarNya.(Fuadi, 2013: 31) (17) Siapa tahu. Aku diajarkan untuk tidak meremehkan impian setinggi apapun, karna sungguh Tuhan Maha Mendengar. Cita-cita yang baru merupakan bisikan di dalam hati terdalam, telah terdengar oleh-Nya dan bisa jadi nyata. (Fuadi, 2013: 170) (18) Tuhan mendengar doa kami. Di rumah sakit yang ketiga, kami mendapatkan keajaiban. Kami bahkan tidakp perlu memelototi daftar nama yang panjang. Di beberapa garis teratas daftar korban kami menemukan nama itu: Nanda, Jantungku terpacu cepat, semoga juga ada mas garuda. (Fuadi, 2013: 350) (19) Sebaliknya, mungkin Raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371) (20) Alangkah indahnya. Senda gurau dan doa kami dibawah menara dulu menjadi kenyataan. Aku tidak putus-putus membatin, “terimakasih Allah, Sang Pengabul Harapan dan Sang Maha Pendengar Doa.”(Fuadi, 2013: 374) (21) Dulu kami hanya berani bermimpi. Nggak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Kini jadi nyata. Tuhan banar-benar menjawab tuntas impian kami,” ceritaku bersemangat.(Fuadi, 2013: 376) (22) “Bang waktu kuliah di UI dulu, Dinara pernah punya impian untuk bekerja di ABN Washington DC. Apa ini doa yang didengar-Nya ya?” kata Dinara. (Fuadi, 2013: 309) (23) Tuhan ini Maha Melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan dia adalah sebaik-baik-Nya penilai. Tidak akan pernah Dia menyianyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan sebaikbaiknya.(Fuadi, 2013: 154) (24) “Zaman sudah berbeda. Hidup masa kini lebih banyak kendala,” dia tidak menyerah dengan gampang. “Tapi Ambo percaya, contoh perjuangan hidup bapak layak ditiru. Seperti kata Bapak. Tuhan Maha Membukakan Rezeki. Dulu dan sekarang, insyaAllah.” (Fuadi, 2013: 252)
xlix
dari tabel di atas dapat diketahui bahwasanya salah satu tanda meyakini sifat Allah terdapat pada tabel nomor 16, 17, 18, 20, dan 22. Pada tabel tersebut tanda bahwa meyakini sifat Allah Maha Mendengar. Sedangkan untuk tabel nomor 19 dan 23 nilai meyakini sifat Allah terdapat pada tulisan “Adil, dan Tuhan maha memilihkan”. Untuk tabel nomor 21 yang menunjukkan meyakini sifat Allah terdapat pada tulisan “Tuhan benar-benar menjawab tuntas impian kami”, dan untuk tabel nomor 24 yang menunjukkan meyakini sifat Allah terdapat pada tulisan ”Tuhan maha membukakan rezeki”. c. Meyakini Qodho dan Qodarnya Allah Iman kepada qodho dan qodarnya Allah adalah iman yang ke enam dalam rukun iman yang wajib umat muslim percayai. Qodho dapat diartikan dengan rencana ketetapan Allah yang pasti terjadi sedangkan qodar berarti rencana Allah yang sudah pasti terjadi, qodho dan qodar bisa juga disebut dengan takdir yang ditetapkan oleh Allah. Menurut Awang (2008: 2) takdir sendiri dibagi menjadi dua yaitu takdir mubram (ketetapan Allah yang tidak dapat berubah) dan takdir muallaq (ketetapan Allah yang bisa berubah dengan usaha manusia). Dalam novel Rantau 1 Muara nilai meyakini qodho dan qodarnya Allah dapat ditemukan di beberapa tempat, di antaranya yaitu:
Sebaliknya, mungkin Raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371) Dari kutipan cerita dalam novel di atas dapat dilihat bahwasanya Alif
sang tokoh utama begitu meyakini bahwasanya jodohnya
telah di tentukan oleh Allah. Sehingga dia merasa ikhlas dengan apa yang telah Allah takdirkan untuknya. Adapun nillai nilai memprcayai Qodho dan Qodarnya Allah di antaranya: (25) Keajaiban injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari ini aku mendapatkan e-mail resmi dari dua fakultas komunikasi yang bagus di East Coast. Boston University dan George Washington University di Washington DC. Mereka telah menyutujui aplikasi A-2-ku. Ingin aku melompat setinggi-tingginya dan berteriak lega sekeras-kerasnya. Impian besar itu tercapai jua akhirnya. Alhamdulillah, ya Tuhan. Janji-Mu memang tidak meleset, apa yang diperjuangkan dengan sepenuh hati dan raga, lambat laun akan sampai.(Fuadi, 2013: 186) (26) Sebaliknya, mungkin raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371)
pada tabel di atas dapat diketahui beberapa nilai tentang qodho dan qodarnya Allah di antaranya yaitu terdapat pada tabel nomor 25 yang berbunyi “janjiMu (Allah) memang tidak meleset” sedangkan untuk tabel nomor 26, yang menunjukkan qodho dan qodarnya Allah terdapat pada tulisan “Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa yang melihatnya dengan hati yang terbuka”.
li
d. Meyakini Kiamat kecil ( kematian) Kiamat Sugra atau kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lain-lain. Gambaran meyakini kematian yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara yaitu: Kematian itu ibarat pintu. Kelahiran itu juga layaknya sebuah pintu. Kedua portal yang pasti dilalui semua anak manusia dalam perjalanan panjang di dunia ini. Kenapa sekarang aku jadi resah dengan pintu ini? Ini bukanlah kali pertama aku menjadi saksi dalam dalam perjalanan manusia yang lalu-lalang melewati pintu mati dan pintu lahir. Sembilan tahun lalu kematian hanya sejengkal dalam mataku ketika aku melepas ayah selamanya. Aku pernah pula membaui sendiri kematian di kamar mayat RSCM. Di insiden 9/11 ini bahkan aku saksikan sendiri ribuan melayang di New York Jangan terlalu sedih dengan kematian jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal. Seperti kata Dulmajid dulu. Dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali pulang. Mungkin ini ma‟na lain dari man saara ala darbil washala. Barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan haqiqi. Ketempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta. (Fuadi, 2013: 359) Dari kutipan cerita di atas sang pengarang menceritakan betapa galaunya sang tokoh utama Alif ketika ditinggal pergi kakak angkatnya di New York paska terjadinya tragedi 11 September. Adapun untuk nilai meyakini kiamat kecil dalam novel Rantau 1 Muara, telah penulis rangkum dalam tabel di bawah ini: (27) “bang coba kita pikir lebih panjang. apa yang kita dapatkan di sini akan habis ketika kita mati. Apa yang kita nikmati
hanya untuk diri sendiri. Saatnya untuk lebih bermanfaat.” Tiba-tiba di mataku Dinara berubah laksana seorang...(Fuadi, 2013: 328) (28) Kematian itu ibarat pintu. Kelahiran itu juga layaknya sebuah pintu. Kedua portal yang pasti dilalui semua anak manusia dalam perjalanan panjang di dunia ini. Kenapa sekarang aku jadi resah dengan pintu ini? Ini bukanlah kali pertama aku menjadi saksi dalam dalam perjalanan manusia yang lalu-lalang melewati pintu mati dan pintu lahir. Sembilan tahun lalu kematian hanya sejengkal dalam mataku ketika aku melepas ayah selamanya. Aku pernah pula membaui sendiri kematian di kamar mayat RSCM. Di insiden 9/11 ini bahkan aku saksikan sendiri ribuan melayang di New York. Jangan terlalu sedih dengan kematian jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal. Seperti kata Dulmajid dulu. Dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali pulang. Mungkin ini ma‟na lain dari man saara ala darbil washala. Barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan haqiqi. Ketempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta. (Fuadi, 2013: 359)
Dari tabel di atas nilai yang menunjukkan iman kepada kiamat kecil khususnya kematian adalah yang terdapat pada tabel nomor 27, yang mana pada tabel tersebut terdapat tulisan yang berbunyi ”apa yang kita dapat di sini akan habis ketika kita mati”, dari cuplikan cerita tersebut, manusia diajarkan untuk lebih memikirkan hari di mana setiap manusia dipanggil Allah SWT. Tidak ada harta yang akan dibawa manusia, karena hanya amal yang akan manusia bawa mati. Lebih lanjut pada tabel nomor 28 yang menunjukkan nilai iman kepada kematian yaitu pada tulisan ”kematian itu ibarat pintu”.
liii
2. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia Akhlak manusia dapat bernilai baik dan buruk atas semua tingkah laku manusia di dunia. Secara umum akhlak merupakan gambaran perilaku kehidupan sosial manusia. akhlak tersebut meliputi akhlak terhadap diri sendiri juga akhlak terhadap orang lain. a. Akhlak dari diri sendiri Menurut Zuriah(2007: 30) mengatakan bahwa setiap manusia harus mempunyai jati diri, seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Sedangkan menurut Barmawi menjelaskan panjang lebar tentang akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah (tercela), maka dari itu penulis mencoba menerangkan beberapa macam pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara di antaranya. Penulis menemukan nilai akhlak mahmudah dalam novel Rantau 1 Muara diantaranya: 1) Istiqomah Nilai istiqomah yaitu suatu nilai yang selalu memberikan manfaat istiqomah
bagi yang melakukannya. Yang dimaksud adalah
menempuh
jalan(agama)
yang
lurus(benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan
semua
bentuk
larangan-Nya,
(Ibnu
Rajab
Al
Hambali,1424H: 246). Adapun sedikit tentang nilai istiqomah yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara, kisahnya yaitu: Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30) Nilai pendidikan istiqomah dalam novel Rantau 1 Muara biasanya dijelaskan secara langsung dengan menyebutkan kata “konsisten”. Adapun nilai pendidikan istiqomah dalam novel Rantau 1 Muara telah penulis rangkum di antaranya yaitu: (29) Ada suatu bidang yang tidak pernah putus ku geluti selama delapan tahun terakhir hidupku. Aku konsisten mengasah kemampuan menulis. (Fuadi, 2013: 30) (30) Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30) Dari tabel di atas nilai istiqomah terdapat pada kaliamat “konsisten”. 2) Sabar Dalam novel Rantau 1 Muara nilai sabar di antaranya terdapat dalam kata mutiara “ man shobara zafiro” yang artinya barang siapa bersabar maka akan beruntung. Kutipannya yaitu:
lv
“kan abang sendiri yang selalu mengatakan man shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013: 356) Sabar dalam novel ini juga dikutip secara langsung dalam novel tersebut dengan kata “sabar” seperti pada saat Alif sang tokoh utama dalam novel ini menunggu sang jendral untuk wawancara salah satu tugasnya sebagai wartawan, kutipannya yaitu: “ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan meninggalkan ku. “saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba tersenyum. (Fuadi, 2013: 115)
Adapun untuk kutipan sabar lainnya terdapat dalam tabel di bawah ini: (31) “ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan meninggalkan ku. “saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba tersenyum. (Fuadi, 2013: 115) (32) “kan abang sendiri yang selalu mengatakan man shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013: 356) Nilai kesabaran yang terdapat pada tabel diatas dikutip secara langsung oleh penulis dengan kalimat “sabar”.
3) Pantang menyerah Sifat pantang menyerah diperlihatkan alif fikri ketika ia sudah lelah akan meneruskan kuliah S-2nya padahal dead line tahun ajaran baru sudah semakin dekat, namun dia pantang menyerah untuk terus meriset universitas di
Amerika yang mampu menampungnya. Adapun sifat pantang menyerah tersebut terdapat pada : Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185) Di antara sifat pantang menyerah yang ditunjukkan novel Rantau 1 muara penulis telah merangkumnya, di antaranya yaitu: (33) Aku menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kiai Rais, “jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak bergesekan.(Fuadi, 2013: 12) (34) Mungkin saatnya aku berburu beasiswa lagi. Kali ini untuk gelar S-2. Mungkin pekerjaan yang aku cintai sebenarnya menuntut ilmu. Mungkin tujuan yang aku tuju itu adalah ilmu, dan jalan yang aku lalui adalah belajar. Belajar dari buaian dampai liang lahat. Itu doktrin yang aku dapatkan di pondok madani dulu. (Fuadi, 2013: 112) (35) Merantaulah, kau akan mendapat ganti kerabat dan teman... Berlelah-lelahlah manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.... (Fuadi, 2013: 159) (36) Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185) Pada tabel di atas yang menunjukkan nilai pantang menyerah terdapat pada tulisan “jangan gampang terbuai keamanan” pada tabel nomor 33, pada cuplikan cerita tersebut menceritakan bahwa Alif sang tokoh utama yang ingin keluar dari zona nyamannya dan berjuang menuju taraf
lvii
kehidupan yang lebih baik. Lebih lanjut tabel nomor 34 yang menunjukkan nilai
pantang menyerah terdapat
pada
tulisan”mungkin saatnya berburu beasiswa lagi”, pada cuplikan cerita tersebut menceritakan bahwa Alif sang tokoh utama berusaha dan berkerja keras dalam melanjutkan mimpinya kembali setelah dia hampir putus asa karena beberapa kali lamaran kerjanya ditolak beberapa perusahaan. Lebih lanjut nilai pantang menyerah juga terdapat pada tabel nomor 35 yang berbunyi ”berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah nya berjuang”. Pada cuplikan tersebut adalah pesan dari kyai Rais guru dari Alif ketika masih belajar di Pondok Madani dulu, yangmana dalam isinya mengandung tentang semangat hidup dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan. Pada tabel nomor 36 juga terdapat makna pantang menyerah yang terkutip langsung dalam tulisan ”tidak ada kata menyerah”. 4) Bersyukur Bersyukur dapat diartikan berterimakasih atas semuanya yang Allah berikan. Tanda bersyukur dalam novel Rantau 1 Muara terdapat pada kata “terimakasih Allah” dan “hamdallah”. Kutipan tanda bersyukur di antranya yaitu: Aku meng hitung hitung, honor berbagai cuplikan cerita itu akan cukup melunasi uang kuliah dan
membiayai hidupku satu Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6)
bulan
lebih.
Dari kutipan novel di atas menceritakan Alif yang bersyukur karena mendapatkan nomial gaji di atas satu juta, yang mana kata-kata Alhamdulillah terkutip sebagai bentuk bersyukur kepada Allah. Tanda bersyukur kepada Allah yang ditunjukkan dalam novel Rantau 1 Muara telah dirangkum penulis diantaranya yaitu: (37) Aku meng hitung hitung, honor berbagai cuplikan cerita itu akan cukup melunasi uang kuliah dan membiayai hidupku satu bulan lebih. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6) (38) Alhamdulillah, doa dan usaha itu memang selalu didengar-Nya.(Fuadi, 2013: 31) (39) Aku kembali membaca surat itu dari ujung atas sampai bawah pelan-pelan. Isinya sama. Tidak salah. Alhamdulillah ya Tuhan. Di saat aku terdesak, tangan-Mu selalu datang menjangkau ku (Fuadi, 2013: 38) (40) “Alhamdulillah saya sudah kerja, Bu.”(Fuadi, 2013: 47) (41) Tidak sebanyak yang aku bayangkan, namun segala sesuatu yang bunyinya diatas satu juta selalu ,merdu di kuping ku. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 48) (42) “Bersyukur dong. Kita orang terpilih dan beruntung bisa kerja di Derap. Jurnalistik yang berpihak kepada keadilan, kepada yang dikalahkan kekuasaan yang jumawa. Ini perjuangan kawan...” (Fuadi, 2013: 108) (43) “tapi yang awalnya paksaan, sekarang jadi kesyukuran, aku jadi mengerti tentang pertanyaan pertanyaan besar dalam hidup. Seperti dari mana asala hidup ini, bagaimana mengisi hidup dan kearah mana asal hidup.” (Fuadi, 2013: 140) (44) dari sejak SMP gua alhamdulillah uadah hafal Yasin. Emangnya kenapa?” (Fuadi, 2013: 150)
lix
(45) “Libur saja sambil syukuran akhirnya diangkat jadi pegawai tetap IPTN. Gaji alhamdulillah naik pula. Banyak lagi.”(Fuadi, 2013: 151) (46) “I am delighted to inform you the scholarship committee has agreed to offer you a full scholarship to pursue your master degree in the US. Please accept my personal congratulation for your out standing achifment.” Rasanya inilah rangkaian cuplikan cerita terindah yang pernah aku baca dalam sebuah e-mail, setiap selesai membacanya satu kalimat aku ucapkan hamdalah.(Fuadi, 2013: 172) (47) Ingin aku melompat setinggi tingginya dan berteriak lega sekeras-kerasnya. Impian besar itu tercapai jua akhirnya. Alhamdulillah, ya Tuhan. Janji-Mu memang tidak meleset apa yang diperjuangkan dengan sepenuh hati dan raga. Lambat laun akan sampai.(Fuadi, 2013: 186) (48) “...Tapi ambo sadar semua itu akhirnya kembali keniatnya. Jika niatnya baik Alhamdulillah jalan dimudahkan...” (Fuadi, 2013: 251) (49) “Dinara sudah memutuskan,” tulisnya. Darahku tersirap “Dinara mengirim e-mail ke British scolarship Comitte untuk bertanya apakah beritanyan bisa didefer. Alhamdulillah, mereka sudah menjawab dan jawabannya beasiswa boleh ditunda.”(Fuadi, 2013: 262) (50) Bulu romanku terasa tegak sendiri mendengar suaraku. Pak sultan menggeratkan gemgamanya tibatiba, tanganku bagai tercekik. Mungkin iki penanda betapa dia menyerahkan anak gadisnya agar aku bela sepenuh jiwa. Pak Hamdarih mangut mangut sebentar, lalu tersenyum lebar sambil berkata lantang, “Alhamdulillah. Alfatihah....” (Fuadi, 2013: 270) (51) Sedangkan otot mukaku terasa pegal karena selalu memasang senyum lebar karena sejak pagi sampai siang hari. Alhamdulillah alek gadang, akhirnya usai. (Fuadi, 2013: 272) (52) Terburu-buru Dinara merobek amplopnya dan dia langsung melompat-lompat senang sambil berseru, “Alhamdulillah!, yes!”, hari ini adalah awal bari bagi hidupnya di rantau. (Fuadi, 2013: 299) Aku bersyukur sekali bisa menikmati masa indah (53) layaknya orang berpacaran setelah kami menikah. Pacaran setelah manikah itu nyatanya memang lebih
asyik.(Fuadi, 2013: 303) (55) Hari itu aku juga mengirim surat lamaran kerja di beberapa media internasional, di antaanya ke European Broadcasting Corporation yang berpusat di London. Aku juga mengirimkan e-mail ke Tom Watson, Chief of service ABN , dengan harapan lowongan itu masih terbuka. Selang sehari datang email Tom yang menyambut baik lamaranku. “ congratulations on your graduation. We are delighted to have you in our team.” Hanya dalam tempo seminggu, aku mulai bekerja di ABN. Alhamdulillah. (Fuadi, 2013: 311) (56) Aku bersyukur sekali, kami berdua tidak hanya bisa menjadi masangan hidup tetapi menjadi mitra kerja yang andal. (Fuadi, 2013: 313) (57) Kami temukan mas Nanda terbaring dalam kondisi lemah. Bahu dan muknya dibebat perban. Walau lengannya patah, menurut perawat kondisinya stabil dan mungkin bisa segera pulang. Kalaulah dia sedang tidak sakit, aku ingin peluk seerat-eratnya. Alhamdulillah, rasanya beban yang menyesakkan dada kami hilang. (Fuadi, 2013: 350) (58) Alangkah indahnya senda gurau dan doa kami dibawah menara dulu menjadi kenyataan. Aku tidak putus putus membatin, “terimakasih Allah, sang pengabul harapan dan sang pendengar doa.” (Fuadi, 2013: 374) Tanda bersyukur dalam novel Rantau 1 Muara terdapat pada kalimat, terimakasih Allah” dan “hamdallah”. Yang menunjukkan rasa syukur dengan menggunakan lafal “hamdalah” terdapat pada tabel nomor: 37, 38, 39, 40, 41, 46, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55 dan 56. Sedangkan rasa syukur yang ditunjukkan melalui kalimat “syukur” yaitu terdapat pada tabel nomor: 42, 43, 53, dan 56. Sedangkan rasa syukur yang ditunjukkan melalui kalimat “terimakasih Allah terdapat pada tabel nomor 58.
lxi
5) Niat lurus Niat lurus merupakan kunci berhasilnya suatu usaha yang dilakukan manusia. Jika niat seseorang baik maka baik juga hasilnya dan jika niat seseorang buruk maka buruk juga hasilnya. Semua usaha akan mendapat apa yang sesuai dengan apa yang telah diniatkan. Contoh dari niat lurus yang di cantumkan dalam novel Rantau 1 Muara yaitu ketika Alif mendapatkan penjelasan dari mas Aji tentang idealisme sebagi seorang wartawan, hanya niat lurus yang menjadi acuan: Menjadi komando bukan kekuasaan atau uang, tapi niat baik sikap adil dan akal sehat.” (Fuadi, 2013: 56) Di antara kutipan tentang niat lurus dalam novel Rantau 1 Muara yang telah penulis rangkum, yaitu: (59) Aku ingat pesan Kiai Rais, “berusahalah untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dalam hidup kalian setiap tiga sampai lima tahun. Konsistenlah selama itu, maka InsyaAllah akan ada trobosan prestasi yang tercapai.” (Fuadi, 2013: 29) (60) Mungkin dengan menjadi penulis dan wartawan, aku bisa merintis jalan untuk bisa awet muda dengan cuplikan cerita dan karya jurnalistik yang berguna dan abadi. Bisa mengubah dunia hanya dengan katakata.(Fuadi, 2013: 42) (61) Topik gaji kurang itu akhirnya diobati oleh sebuah kebanggaan. “Kita media yang menyampaikan kebenaran dan berpihak kepada, yang benar, yang lemah dan yang tertindas (Fuadi, 2013: 77) (62) ....Mungkin seumuran kamu sekarang. Bahkan sejak kecil Widy kakaknya Dinara, dan Dinara sudah ambo ajak ke pasar onderdil Blok A, senen sampai asam
reges. Tapi ambo sadar semua itu akhirnya kemabali ke niatnya. Jika niatnya baik, Alhamdulillah jalan dimudahkan...” (Fuadi, 2013: 251) (63) Menjadi komando bukan kekuasaan atau uang, tapi niat baik sikap adil dan akal sehat.” (Fuadi, 2013: 56)
Dari tabel di atas telah menjelaskan bagaimana sikap lurus digambarkan dalam novel Rantau 1 Muara di antranya yaitu: Pada tabel nomor 59 menceritakan niat lurus Alif dalam menempuh S-2nya melanjutkan kuliah di luar negeri. Dia konsisten dalam mengejar impiannya berusaha untuk mencapai sesuatu yang luar biasa. Pada tabel nomor 60 menceritakan tentang niat lurus ketika Alif pengen menjadi seorang penulis, agar bisa merubah dunia hanya dengan menggunakan kata-kata. Pada tabel nomor 61 menceritakan ketika mendapat pengetahuan bagaimana seharusnya menjadi wartawan yang baik harus memiliki niat lurus untuk menyampaikan berita tentang kebenaran dan kejujuran,dan juga berpihak kepada, yang benar, yang lemah dan yang tertindas Sedangkan pada tabel nomor 63 dan 62 niat lurus terkutip langsung dalam kalimat “jika niatnya baik”. 6) Bekerja keras Bekerja keras merupakan syarat utama bagi seseorang meraih kesuksesan, bekerja keras adalah suatu proses di
lxiii
mana seseorang bisa dikatakan berhasil meraih impiannya. Dalam novel Rantau 1 Muara Alif sang tokoh utama mempunyai
sifat
yang
bersungguh
sungguh
dalam
mengejar cita-citanya, dia rela mengorbankan kenikmatankenikmatan sesaat hanya untuk mengejar semua citacitanya hingga semua terealisasi, adapun kutipan dalam novelnya yaitu: Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas ratarata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Fuadi, 2013: 8) Dari kutipan cerita di atas telah diceritakan bahwasanya Alif rela mengorbankan malam-malamnya untuk terus berlatih dan mengasah kemampuan menulisnya, dia rela mengorbankan
kenikmatan-kenikmatan
sesaat
untuk
mengejar hasil yang lebih besar atas semua impiannya. Adapun untuk contoh cuplikan cerita dalam novel Rantau 1 Warna yang mengandung bekerja keras di antaranya yaitu: (64) Aku tempelkan tiket bekas itu dengan paku rebana di atas peta. Alhamdulillah, manjadda wajada kembali mujarab. (Fuadi, 2013: 3) (65) Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi
(66)
(67) (68)
(69)
(70)
yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas ratarata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Fuadi, 2013: 8) Aku hanya menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kiai Rais, “Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak dan bergesekan. (Fuadi, 2013: 12) Baru saat itu rasanya bagai berjihad membela ibu pertiwi. (Fuadi, 2013: 21) Resep dia yang lain adalah “give your self more than expected”. Memberikan sesuatu lebih dari yang diharapkan. Kalo perlu bangun jam 4 subuh untuk memulai bekerja. “no way you can not go to the top.” Aku mengangguk-angguk. Resep ini sejiwa dengan man jadda wajadda dan i‟malu fauqa ma a‟milu seperti yang aku pelajari di PM dulu. (Fuadi, 2013: 111) Semoga kerja keras ku membaca buku TOEFEL dan GRE setiap hari sejak berbulan-bulan lalu akan membuahkan hasil bagus, aku percaya dengan man sazra‟ yahsud. Siapa yang menanam akan menuai. (Fuadi, 2013: 173) Di kepalaku terdengung-dengung pepatah arab itu. Tahlabul ula sahirul layali. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, bekerjalah sampai jauh malam. Apakah setiap orang yang bekerja jauh malam akan dapat kemuliaandan keberhasilan? Tidak juga. Tapi pengalamanku mengatakan jika aku bekerja melebihi jam kerja orang kebanyakan, aku mungkin akan diganjar dengan hasil di atas orang kebanyakan pula. (Fuadi, 2013: 154-156)
Pada tabel di atas nilai yang menunjukkan bekerja keras terdapat pada kalimat: “man jadda wajada” pada tabel nomor 64 dan 68. “Hidup kadang
perlu
beradu”
terdapat
pada
tabel
nomor
66.“Berjihat membela bumi pertiwi” pada tabel nomor 67.
lxv
Menggunakan kalimat langsung seperti “Kerja keras” yang terkutip pada tabel nomor 69, dan bekerjalah sampai larut malam yang terdapat pada tabel nomor 70. 7) Rendah hati Dalam novel Rantau 1 Muara contoh sikap rendah hati dapat dilihat pada saat pengambilan ijazah Alif sang tokoh utama. Dia disanjung oleh beberapa temannya karena pengalaman
luar negerinya yang banyak semasa masih
menjadi mahasiswa, namun Alif dengan rendah hati dan menganggap semua sama saja. Inilah cuplikan cerita novelnya: “Ah, nggak juga,” kataku mencoba merendah walau dalam hati aku mengiyakan. (Fuadi, 2013: 11)
8) Berlomba-lomba dalam kebaikan Adapun cuplikan cerita dalam novel Rantau 1 Muara untuk nilai tentang berlomba-lomba dalam kebaikan terdapat dalam: “Sestiap sesuatu ada waktu doain aja sebentar lagi,” kataku datar. “ingat baik baik waag kini sudah ketinggalan beberapa langkah dari aden. Yakin bisa mengejar?” seringai randai berkelebat lagi, gaya kurang ajar sejak kecil dulu memang tidak berganti. Dan selalu saja memancingku untuk membalasnya.
“Jangan hanya melampaui.”
mengejar
bahkan
aku
akan
“Ooo, kalo berani, jangan Cuma soal kerja tapi jug, soal kuliah S-2. Gimana?” “Oke deal!, belajar dan bekerja di Eropa atau Amerika,” “Siapa takut. Deal!” Kami bersalaman dengan sentakan keras. ...persaingan panas tapi sehat. Fastabiqul khoirat berlomba lomba dalam hal kebaikan. (Fuadi, 2013: 28) Dari potongan cerita di atas menceritakan bahwa Alif dan temannya yang bernama Randai bersaing dalam siapa yang paling cepat pergi berangkat kuliah S-2 di luar negeri. 9) Jujur Jujur adalah mengatakan dan membuat pernyataan yang sebenarnya, lawan dari jujur adalah dusta. Adapun dalam novel Rantau 1 Muara menceritakan tentang jujur yaitu pada saat Alif jujur pada dirinya sendiri tentang tanggungnya ilmu yang ia jalani selama masih kuliah, kutipan ceritanya yaitu: Aku menghitung apa bidang keilmuan yang aku tekuni dengan intensitas tinggi selama lima tahun terakhir? Aku harus jujur: tidak ada. Semua serba tanggung. (Fuadi, 2013: 29) Dan juga bila jujur diceritakan dalam novel ini ketika Mas Aji mengemukakan tentang idealisme kejujuran wartawan
lxvii
yang memberitakan berita secara shohih dan benar sesuai kenyataan, tidak dikurangi maupun ditambah. Cuplikan ceritanya yaitu: “Kita ingin mengabarkan berita yang sahih dengan cara sahih. Tapi kebenaran itu bisa ada di mana saja, bahkan di tempat yang mungkin tidak kita suka. Tugas kita mengantarkan kebenaran di manapun kepada masyarakat. Untuk itu kalian akan kami latih dengan benar,,,,” (Fuadi, 2013: 53) 10) Berprasangka baik Berbaik sangka adalah suatu perbuatan terpuji yang lawannya yaitu berburuk sangka. Manusia alangkah baiknya berbaik sangka dengan keadaan, sepertihalnya berbaiksangka kepada Allah, dan selalu berharap bahwa semua itu pasti ada kebaikannya. Rasullullah bersabda dalam hadisnya, yang artinya “Aku tergantung pada prasangka hambaKu”. Dalam novel Rantau 1 Muara berbaik sangka dapat terceritakan ketika Alif sang pemeran utama percaya kepada takdir Allah akan merubah nasipnya jika selalu berusaha dan berproses menjadi lebih baik lagi, kutipannya yaitu: ...Dulunya hanya merayak di ranting kini terbang bebas di angkasa. Dulunya ulat yang lemah dan jelek kini jadi rama-rama yang bersayap indah. Sesuatu itu bisa indah pada waktunya.” (Fuadi, 2013: 34)
Nilai berbaik sangka yang lain juga terdapat di bagian lainnya yaitu: Tidak main paksa, mengancam, atau gaya menagih hutang kartu kredit itu. Berprasangka buruk itu tidak baik. (Fuadi, 2013: 128) b. Akhlak terhadap orang lain Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk sosial yang pastinya dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain, dan tentu selalu berhubungan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Penulis telah merangkum tentang akhlak terhadap orang lain, yang di antaranya penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap orang tua dan akhlak terhadap sesama. 1) Akhlak terhadap orang tua Dalam novel Rantau 1 Muara telah banyak dijelaskan bagaimana berbaktinya Alif kepada Emaknya, bahkan dalam sebuah kisah ia rela pulang kampung ke tanah kelahirannya maninjau untuk meminta izin kepada Emaknya sebelum ia pergi ke Amerika, kutipannya yaitu: Setelah beberapa saat diam, Amak mengulang nasihatnya, “kemanapun dan apapun yang waang lakukan, selalui perbarui niat,bahwa hidup singkat ini hanya karena Allah dan untuk membawa manfaat, jangan berorientasi materi. Kalo memang sekolah jauh itu membawa manfaat dan waang niatkan sebagai ibadah, pailah pergilah. (Fuadi, 2013: 174)
lxix
Dari potongan telah dijelaskan betapa berbaktinya Alif terhadap Emaknya, sebagi wujud birulwalidain Alif semasa masih merantau. Adapun untuk contoh akhlak berbakti kepada orang tua penulis telah merangkumnya,dalam tabel dibawah ini:
(94)
Setelah minta ampun dan bersujud di kaki emaknya.... (Fuadi, 2013: 44)
(95)
Selesai mengatup kedua tanganku di wajah sebagai penutup doa, aku ambil alquran kecilku di rak mushala,. Hari kamis malam jumat biasanya jadwalku membaca Yasin. Aku niatkan mengirimi kebaikan bacaan mulia ini untuk almarhum Ayah dan keluargaku yang telah mendahului kami. (Fuadi, 2013: 149)
(96)
Setelah beberapa saat diam, Amak mengulang nasihatnya, “kemanapun dan apapun yang waang lakukan, selalui perbarui niat, bahwa hidup singkat ini hanya karena Allah dan untuk membawa manfaat, jangan berorientasi materi. Kalo memang sekolah jauh itu membawa manfaat dan waang niatkan sebagai ibadah, pailah pergilah. (Fuadi, 2013: 174)
(97)
“seandainya ayah ado disiko,” kata Amak berbisik dengan suara agak tertahan, ketika aku mencium tangan Amak. “Iyo, seandainya ada Ayah,” kataku dengan suara tercekat. Mengikuti arahan pendamping manten jawa, aku melanjutkan menundukkan kepala dlamdalam bagai bersujud kepada Amak. Ketika aku akan berdiri, Amak menahanku dan mengelap kedukku yang basah oleh luruhnya, beberapa tetes air hangat dari matanya. (Fuadi, 2013: 271)
(98)
Kayaknya ini waktunya. Menikah. Mengoprasi katarak mbokku. Menikmati kampung halaman, dekat dengan orangtua, dan punya usaha sendiri,” katanya... (Fuadi, 2013: 324)
(99)
“masih banyak yang bisa menggantikan tugasku di sini. Apalagi masih ada ustad Qomar yang jauh lebih
berpengalaman di New York. Tapi bagi ibuku, tidak ada lagi yang bisa menggantikanku. Jadi kami akan pulang sebulan lagi.” (100) “kenapa Ustad, Ibu sakit? “Tidak ada sakit khusus. Tapi sejak ayah meninggal, beliau seperti kesepian dan butuh perhatian anaknya.” (Fuadi, 2013: 364) (101) Atang bahkan punya kabar tentang Baso, siotak cemerlang yang mengundurkan diri dari Pondok Madani karena ingin meraawat neneknya dan menghafal Alquran. (Fuadi, 2013: 373)
Dari tabel di atas yang menunjukkan nilai akhlak terhadap orang tua terdapat pada tabel nomor: 94 yang berbunyi “bersujud di kaki emaknya”. Dari cuplikan cerita tersebut menceritakan Uda Ramon seusai membuat khawatir ibunya, ia langsung kembali ke ibunya dan bersujud meminta maaf. 95 yang berbunyi “Aku niatkan mengirimi kebaikan bacaan mulia ini untuk almarhum Ayah dan keluargaku yang telah mendahului kami”, dari cuplukan tersebut menceritakan bahwa Alif masih memendam hormat yang tinggi kepada ayahnya walau sudah meninggal. 97 pada “mencium tangan amak”. 98 pada “mengoperasi katarak mbokku”.
lxxi
99 pada bagian “bagi ibuku tidak ada lagi yang bisa menggantikannya”, adalah ucapan ustad Fariz ketika ingin pulang ke Indonesia dan merawat orang tuanya. 101 pada “ingin merawat neneknya” 2) Akhlak terhadap sesama Dalam novel Rantau 1 Muara juga di ceritakan tentang hubungan harmonis saling tolong menolongnya Alif, ketika masih di pesantren, kutipannya yaitu: “Kalau di pesantren kami diajarkan nasihat nabi yang bilang, khoirunnas anfau‟hum linnas” sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain. (Fuadi, 2013: 161) Adapun gambaran nilai tolong-menolong akhlak terhadap sesama ditunjukkan dalam novel Rantau 1 Muara, telah penulis rangkum dalam tabel dibawah ini:
(102) “Kalau di pesantren kami diajarkan nasihat nabi yang bilang, khoirunnas anfau‟hum linnas” sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain. (Fuadi, 2013: 161) (103) “kan Abang sendiri yang pernah bilang, sebaik baik manusia itu yang bermanfaat bagi orang lain....” (Fuadi, 2013: 329) (104) Dengan mulut diperban, Mas Nanda coba berbicara susah payah. “Garuda...ingin bantu bayi kecil di warung gyro itu ...abis memapah saya kesini... dia... pergi lagi...” ... dalam hati aku menuyumpah-nyumpah Mas Garuda. Untuk apa dia sok jadi pahlawan, kembali lagi ketempat kejadian untuk membantu orang lain ? kenapa dia tidak menyelamatkan dirinya dulu? Tapi itulah dia yang sesungguhnya. Kalo tidak begitu, dia bukan Mas Garuda lagi. Selalu ingin membantu orang lain. Apalagi
yang perlu bantuan anak kecil. Dia lagi lagi pasti ingat Danang. (Fuadi, 2013: 350-351)
Dari tabel di atas nilai yang menunjukkan akhlak terhadap sesama ditunjukkan secara langsung dengan kalimat ”sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain” pada tabel nomor 102 dan 103.
B. Karakteristik Tokoh Dalam Novel Rantau 1 Muara 1. Alif Fikri Dia adalah pemeran utama dalam novel Rantau 1 Muara dia adalah tokoh yang baik dalam cerita ini, dia adalah anak yang rajin, dan merupakan orang yang pantang menyerah dalam meraih cita-citanya. Berikut cuplikannya: Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihi usaha diatas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatakan harkat dan martabat harga diriku. 2. Mas Aji dan Mas Malaka Mereka berdua adalah Dynamic duo yang ada di kantor Derap meraka adalah pasangan orang yang mengajarkan Alif tentang kejujuran sebagai wartawan.
Mas Aji adalah jendral dari para wartawan di
Derap, mas Aji adalah orang yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, dia selalu berperang dengan ketidak adilan ia menjadi simbol
lxxiii
derap dalam kejujuran. Kutipan kata kata Mas Aji yang sangat menonjolkan kejujuran yaitu: Kita ingin mengabarkan berita sahih dengan cara yang sahih. Tapi kebenaran itu bisa ada di mana saja, bahkan di temapt yang mungkin tidak kita suka. Tugas kita mengantarkan kebenaran dia berada kepada masyarakat. (Fuadi, 2013: 53). 3. Dinara Dinara adalah teman kerja Alif ketika menjadi seorang wartawan di Derap. Dinara adalah orang asli Jakarta, seorang lulusan UI di Depok. Dinara adalah rekan kerja Alif fikri tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara. Dinara memiliki mata bulat, cantik, lincah dan memiliki daya tarik terhadap lawan jenis. Dinara adalah teman kerja Alif dan juga menjadi teman hidup Alif. Sesudah Alif dan Dinara menikah Dinara diboyong Alif ke Washington, Amerika serikat untuk hidup bersamanya. Dinara memapunyai watak periang penyayang dan selalu mendukung Alif dalam kegiatan sehari hari. Sebagai istri Dinara juga berperan penting dalam mendongkrak semangat Alif ketika merasa putus asa. Cuplikan ceritanya yaitu: “kalo yakin bisa dua bulan lagi ayuk kita mulai dengan bismillah,” sekali lagi aku ketik dengan cepat.(Fuadi, 2013: 239) Dari cuplikan cerita di atas dimana Alif merasa sudah putus harapan atas pernikahannya, Dinara menguatkannya dengan lafad basmallah menandakan sikap berserah diri (tawakal)nya mereka berdua kepada Allah.
Di sisi lain Dinara juga selalu mengingatkan Alif untuk sellau bersabar dalam menghadapi cobaan cuplikannya yaitu: “kan abang sendiri yang selalu mengatakan man shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013: 356)
4. Mas Garuda Mas Garuda adalah kakak angkat Alif selama tinggal di Washington, dia merupakan warga indonesia yang menjadi tenaga kerja di Amerika, tempat asalnya adalah Jawa Timur. Mas Garuda adalah manusia yang baik hati dan paling suka menolong antar sesama ini dibuktikan ketia Alif belum memiliki tempat tinggal di Washington untuk kuliahnya, dan mas Garuda menawarkan tempat tinggal bersamanya dengan gratis. Mas Garuda di Amerika memiliki banyak jabatan, di antaranya kurir khusus untuk dokumen dan surat penting, pengantar koran, pizza man, dan penjual tempe. Mas Garuda adalah seseorang yang memiliki sifat yang baik, dan ramah kepada setiap orang yang dia kenal maupun yang tidak dikenalnya, kebaikan Mas Garuda terlihat ketika baru pertama bertemu dengan Alif, yang tidak dikenalnya namun dia dengan kehangatan hati dan keakrabanya mau menyalami Alif, cuplikannya yaitu: “Ehem dari Indonesia?” suara dari belakang punggungku membuat aku melonjak kaget. ...aku putar badanku dan seorang laki-laki berbadan gempal berdiri tersenyum sambil mendehem-dehem. Hanya senyum di bibirnya yang aku lihat. ... “Ya,” jawabku cepat.
lxxv
Dari kebaikan Mas Garuda mengajarkan kita untuk selalu ramah dengan sesama dan tidak beranggapan buruk (suudzon)kepada orang yang baru kita kenal. Kebaikan Mas Garuda juga terlihat pada saat dia membantu nenek berkursi roda menuruni tangga. Cuplikannya yaitu: “Ehm maaf, sebentar ya,” ditengah kami bicara tiba-tiba dia pamit. Setengah berlari dia menuju tangga dan membantu seorang nenek berkursi roda yang sedang menuruni ramp. Sampai di lantai datar, mereka nampak mengobrol akrab beberapa saat. Teman baik kayaknya. setelah saling melambaikan tangan dia kembali kemeja kami. “udah lama kenal mas?” “Baru tiga menit yang lalu, dan dia turun tangga itu. Pokoknya, setiap melihat orang berkursi roda, saya inget sepupuku di kampung, ehm,” katanya tersenyum sambil menyeruput minuman sodanya. 5. Ustad Fariz Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari Indonesia, beliau juga lulusan Pondok Madani seperti Alif. Ustad Fariz sering memberikan petuah-petuah kepada warga di area sekitar DC selama satu tahun. Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari PM, ketika beliau masih di Pondok Madani beliau juga pernah menjadi munsyi, konsultan santri, penasihat konsul santri yang berasal dari tanah minang. Ketika Ustad
Fariz tinggal di Amerika beliau sering mengisi
pengajian-pengajian
untuk
mengamalkan
ilmunya.
Cuplikan
ceritanyanya yaitu: Setiap hari minggu selepas asar, Ustad fariz mengadakan pengajian rutin di kedutaan Indonesia, di 2020 Massachusetts Avenue, tidak jauh dari Dupont Circle. Acara pengajian itu biasanya diadakan di bashment sebelah ruang latihan gamelan, atau kalau jamaah ramai, maka dipindah ke ball room. Temanya setiap minggu berganti-
ganti mulai dari tafsir klasik sampai ekonomi Islam dan Ustad Fariz rajin mengumumkan di mailing list pengajian DC.
Keinginan Ustad Fariz dalam mengamalkan ilmunya juga terdapat dalam cuplikan novel berkut ini: “ambo akan pulang ke kampung 2X 11 enam lingkung dekat dekat dengan ibu. Kebetulan pula ambo sudah diminta oleh Rektor UNAD untuk jadi Dosen. Begitu pula Uni Reza akan kembali ke Almamaternya di IKIP, tapi impian kami berdua ingin membuat sekolah SMA berasrama yang bagus, terbagus di Sumatera barat insyaAllah. (Fuadi, 2013: 365)
lxxvii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Menurut Muhaimin (2004: 21-22) pendidikan dari perspektif perkembangan manusia adalah : “Manusia merupakan makhluk yang termulia di atara makhlukmakhluk yang lain, Allah menjadikannya dalam sebaik-baik bentuk dan kejadian, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan dapat diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan”
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia sempurna, yang dapat berguna bagi manusia yang lain. Terlebih lagi pendidikan dapat diartikan sebagai usaha membatu mengarahkan anak oleh generasi tua (pendidik) supaya dapat berkembang sesuai tujuan yang diimpikan, yaitu menjadi manusia yang sempurna, manusia yang berkepribadian baik dan bermanfaat bagi sesamanya. Adapun pendapat lain tentang pendidikan yang disampaikan dalam alQura‟an surat At-Tahrim ayat 06 yaitu : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.At-Tahrim: 06)
Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa, pendidikan adalah sebuah sarana untuk menyelamatkan manusia dari kemurkaan Allah yang berupa neraka. Maka sungguh sangat jelas Alquran memberikan petunjuk bagi umatnya yang beriman untuk mencari ilmu selagi masih ada kesempatan. Dari ayat di atas pula dapat kita ambil pelajaran bahwa pentingnya pendidikan bagi umat manusia untuk hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti. Jadi barang siapa yang tidak melaksanakan pendidikan bagi anak-anaknya dengan sebagaimana mestinya, maka akan mendapat ancaman yang berupa siksaan dari Allah, dan sebaliknya jika seseorang dapat menjaga keluarganya dengan memberikan pengarahan yang sesuai dengan tuntunan dari Allah dan Rasulnya maka untuknya akan mendapat surga sebagai balasannya. Sedangkan pendidikan Akhlak Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai
usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1).
lxxix
Sementara kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaaq, berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan
khaliq
(penciptaan). Dari persamaan kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Pencipta) dengan perilaku makhluk (Manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan), sehingga akhlak tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, namun juga dengan alam semesta sekalipun. (Assegaf, 2014: 42) Pendidikan Akhlak merupakan inti dari pendidikan islam itu sendiri. Makbulloh (2011: 142) dalam bukunya menjelaskan sedikit tentang akhlak. Akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pemikiran dan pertimbangan yang terlalu lama. Jika sifat tersebut memunculkan tindakan atau perbuatan yang baik yang terpuji menurut tuntunan akal dan syariah, maka sifat itu disebut dengan akhlak yang baik. Akan tetapi jika dari sifat tersebut muncul perbuatan yang buruk lagi jahat, maka disebutlah darinya memiliki akhlak yang buruk.
Sedangkan Khoiri (2001: 15) menjelaskan bahwasanya akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti berbuat baik dan buruk manusia, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, menyatakan tujuan apa yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan melakukan apa yang harus diperbuat. Dari pernyataan di atas dapat kita ambil penjelasan bahwasanya akhlak adalah sesuatu yang berasal dari dalam jiwa manusia yang disengaja dan menjadi hal nyata dalam kehidupan sehari harinya, entah itu baik atau buruk. Itu semua merupakan cerminan dari akhlak sang pemilik tubuh tersebut. Akhlak juga bertujuan untuk mengajarkan orang lain bagaimana seharusnya bersikap. Akhlak adalah cerminan tindakan manusia dalam berkehendak, dan dengan itulah manusia belajar untuk mengutarakan mendapatnya. Bagaimana yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dalam keseharian Terlebih lagi dapat kita simpulkan nilai-nilai pendidikan Akhlak yaitu segala sesuatu yang ada pada pendidikan Islam yang bersumber dari Allah SWT, yang mana dapat dijadikan sebagai dasar dan pedoman bagi manusia untuk mencapai tujuan ketika masih hidup di dunia untuk menyongsong kehidupan di akhirat kelak. Proses penyampaian nilai-nilai pendidikan Akhlak dapat ditanamkan sejak masih kecil, karena pada usia muda adalah waktu yang paling tepat
lxxxi
untuk menanamkan dan menerapkan pendidikan Islam yang paling pas untuk mematenkan kepribadian dengan nilai-nilai pendidikan Islam pada seorang anak. Adapun bentuk nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Nilai Akhlak kepada Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai wujud seseorang dalam menanamkan Aqidah dalam bentuk percaya kepada Allah. Akidah ialah proses manusia dalam mempercayai tuhannya, yangmana dalam setiap sikap dan perilaku manusia selalu didasari oleh kepercayaan akan tuhannya. Orang berakidah dapat diartikan sebagai orang yang beriman kepada akidahnya, dengan beriman seseorang hamba akan selalu menjalankan dan melaksanakan perintah-Nya Menurut Muhaimin (2003: 148), mengatakan bahwasanya iman juga dapat diartikan sebagai sebuah potensi rohani atau fitrah manusia,
yang harus
diaktualisasikan,
dikembangkan,
dan
ditingkatkan secara terus menerus dengan cara melakukan amal saleh, sehingga dapat dicapai prestasi rohani (iman) dalam bentuk taqwa. Percaya kepada akidah adalah bingkai terbesar manusia dalam mengembangkan makna akidah itu sendiri dengan makna Islam. Barang siapa yang mengaku bahwa dirinya seorang yang beriman,
maka tentunya ia harus meyakini pokok-pokok keimanan, yang di antaranya adalah: beriman kepada Allah swt, beriman kepada Malaikat-malaikat Allah, beriman kepada Kitab-kitab Allah, beriman kepada Rasul-rasul Allah, beriman kepada Qadha dan Qodarnya Allah, dan beriman kepada hari akhirnya Allah. (Labib, 1993: 7) Dari beberapa pemaparan di atas dapat diketahui bahwa akidah/iman adalah sebuah hal yang wajib seorang muslim percayai guna menuju muslim yang sesungguhnya. Adapun bentuk-bentuk iman diantaranya: a. Percaya kepada Allah Iman kepada Allah yaitu iktikad seorang manusia untuk mempercayai segala sesuatu tentang Allah. Iman kepada Allah dapat diartikan sebagai percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Makna iman kepada Allah juga dimaknai dalam kalimah syahadat yang berlafadz: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah” Makna aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah ialah, hendaknya kamu mengetahui, mempercayai, beriman, dan membenarkan bahwa tiada yang wajib disembah di alam wujud ini selain Allah yang maha Esa (Anwar, 1992: 2). Adapun percaya kepada Allah dapat diaktualiasasikan dalam beberapa contoh, di antaranya:
lxxxiii
1) Tawakal Tawakal adalah berserah diri kepada Allah, dalam menghadapi setiap cobaan, maupun rintangan. Seorang hamba wajib bertawakal jika memang usahanya sudah dilaksanakan, sebagai seorang hamba wajib menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal atau berserah diri adalah jawaban seorang muslim dalam menghadapi jalannya hidup di dunia ini. Menurut Ibnu qoyyim tawakal adalah separuh agama dan separuh lainnya adalah inabah, kembali kepada Allah (Qordhawy, 1996: 17). Tawakal juga berarti membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada Allah SWT. 2) Ikhlas Ikhlas dari kata akhlasha yang berarti murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Secara umum ihklas berarti melakukan amal perbuatan yang ditujukan hanya kepada Allah secara lurus dan tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Aku bersimpuh lama-lama di sajadah. Dinara yang aku imami sudah melipat sajadah dan mukenanya lalu kembali sibuk di dapur doa utamaku tetap berharap akan keselamatan Mas Garuda. Tapi aku harus memulai berdamai dengan keadaan dan mendoakan akhir terbaik buatnya, hidup maupun mati. (Fuadi, 2013: 357)
Dari cuplikan di atas dapat dipahami tentang apa itu ma‟na ikhlas yang sesungguhnya. Sifat Alif dalam menghadapi kehilangan kakak angkatnya yang bernama Garuda memang patut di jadikan contoh, Alif tetap tegar dan selalu mendoakan yang terbaik buat almarhum Mas Garuda. Dari sekian contoh cerita di atas kita diajarkan untuk selalu optimis dan melakukan yang terbaik buat semuanya, ikhlas, dan memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. b. Percaya kepada Qadha dan Qadar Menurut Miftah Faridi (1982 :73) menjelaskan bahwa qodho yaitu ketetapan Allah, sedangkan qodar yaitu takdir seperti ukuran atau ketetapan Allah. Iman kepada qadha dan qodhar yaitu beriman bahwasanya setiap muslim diwajibkan beriman, dalam artian manusia diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib dirinya, dengan segala usaha dan permohonan kepada Allah. Dari segi bahasa, Qadla berarti keputusan dan ketetapan. Sedang qodar berarti ketentuan atau ukuran. Allah telah berfirman dalam surah Furqon ayat 2 : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala
lxxxv
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Sedangkan menurut Tatapangsa (1979: 215) mengatakan bahwasanya iman kepada Qadha dan Qodarnya Allah secara ringkas menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, suka dan duka dan segala gerak-gerik hidup ini semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan Illahi. Semuanya yaitu Alam, benda-benda, dan manusia dikuasai oleh hukum pasti dan tetap, yang tidak tuntuk kepada manusia. Iman kepada qodho dan qodarnya Allah adalah iman yang ke enam dalam rukun iman yang wajib umat muslim percayai. Qodho dapat diartikan dengan rencana ketetapan Allah yang pasti terjadi sedangkan qodar berarti rencana Allah yang sudah pasti terjadi, qodho dan qodar bisa juga disebut dengan takdir yang ditetapkan oleh Allah. Menurut Awang (2008: 2) takdir sendiri dibagi menjadi dua yaitu takdir mubram (ketetapan Allah yang tidak dapat berubah) dan takdir muallaq (ketetapan Allah yang bisa berubah dengan usaha manusia). Dalam novel Rantau 1 Muara nilai meyakini qodho dan qodarnya Allah dapat ditemukan di beberapa tempat, di antaranya yaitu:
Sebaliknya, mungkin Raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371) Dari kutipan cerita dalam novel di atas dapat bahwasanya Alif
dilihat
sang tokoh utama begitu meyakini
bahwasanya jodohnya telah di tentukan oleh Allah. Sehingga dia merasa ikhlas dengan apa yang telah Allah takdirkan untuknya. Dari kutipan di atas kita juga dapat mengambil pelajaran bahwasanya segala sesuatu memang telah di takdirkan oleh Allah, kita sebagai hamba bertugas untuk menemukan takdir terbaik bagi kita dan menjalaninya dengan sepenuh hati. Dari penggalan cerita di atas kita juga belajar menjadi ikhlas dalam menjalani hidup, ikhlas dalam menikmati keadaan, dan ikhlas berjalan di jalan Allah. c. Meyakini sifat-sifat Allah Seseorang yang beriman harus meyakini bahwa Allah Swt wajib memiliki semua sifat kesempurnaan bagi keagunganNya, dan harus yakin bahwa Allah Swt mustahil memiliki sifat kekurangan yang tidak layak pula bagi keagunganNya, juga harus yakin pula bahwa Allah Swt boleh melakukan atau meninggalkan segala sesuatu yang bersifat mungkin dan pasti bagiNya, seperti ia yang menciptakan, yang mematikan, yang menghidupkan dan sebagainya, ini merupakan sifat keyakinan
lxxxvii
bagi seseorang muslim dan muslimat yang harus di tanamkan dengan kuat pada hati sanubari setiap orang yang beriman. Diantara sifat Allah dalam novel ini ialah Allah Maha Mendengar, kutipannya yaitu: Siapa tahu. Aku diajarkan untuk tidak meremehkan impian setinggi apapun, karna sungguh Tuhan Maha Mendengar. Cita-cita yang baru merupakan bisikan di dalam hati terdalam, telah terdengar oleh-Nya dan bisa jadi nyata. (Fuadi, 2013: 170) Dalam kutipan di atas telah dijelaskan ketika Alif sang tokoh utama, bersungguh sungguh dan percaya kepada Allah bahwa doanya pasti di Dengar oleh Allah. Dari kutipan d atas kita juga belajar untuk selalu percaya pada Allah, dengan mempercayai sifat-sifat Allah yang salah satunya Mendengar. Alif mengajarkan kita untuk selalu optimis dalam berdoa dan selalu memiliki harapan kedepan dalam mengarungi hidup di dunia ini. d. Meyakini kiamat kecil Kiamat Sugra berarti kiamat kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lain-lain. Kiamat sugra disebut juga kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan masing- masing mahluk. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang- binatang akan mati setelah masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan juga akan mengalami hal
yang sama, demikian juga manusia. Hal itu seperti yang di jelaskan Allah dalam surah Ali Imran Ayat 185,
“ Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalahdi sempurnakan pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga, maka sesungguhnya iatelah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang memberdayakan.”(QS, ALI Imron: 185)
Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah. Dan rohani kembali ke alam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai mereka kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Penjelasan tentang meyakini kiamat sugra sangat cocok sekali dengan Gambaran meyakini kematian yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara yaitu: Kematian itu ibarat pintu. Kelahiran itu juga layaknya sebuah pintu. Kedua portal yang pasti dilalui semua anak manusia dalam perjalanan panjang di dunia ini. Kenapa sekarang aku jadi resah dengan pintu ini? Ini bukanlah kali pertama aku menjadi saksi dalam dalam perjalanan manusia yang lalu-lalang melewati pintu mati dan pintu lahir. Sembilan tahun lalu kematian hanya sejengkal dalam mataku ketika aku melepas ayah selamanya. Aku pernah pula membaui sendiri kematian di kamar mayat RSCM. Di insiden 9/11 ini bahkan aku saksikan sendiri ribuan melayang di New York Jangan terlalu sedih dengan lxxxix
kematian jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal. Seperti kata Dulmajid dulu. Dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali pulang. Mungkin ini ma‟na lain dari man saara ala darbil washala. Barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan haqiqi. Ketempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta. (Fuadi, 2013: 359) Dari kutipan cerita di atas sang pengarang menceritakan betapa galaunya sang tokoh utama Alif ketika ditinggal pergi kakak angkatnya di New York paska terjadinya tragedi 11 September. Namun dengan keyakinan yang kuat dan tekat untuk ingin lebih maju
penggalan
cerita
di
atas
mengajarkan
kita
untuk
mengikhlaskan semuanya bahwa manusia pasti akan pulang, dan tempat yang paling pasti manusia pulang adalah pulang ke Pangkuan-Nya. 2. Nilai Akhlak Kepada Sesama Manusia . Secara umum akhlak adalah perilaku dan perbuatan manusia, jika dijabarkan akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian: a. Akhlak terhadap diri sendiri Akhlak terhadap diri sendiri adalah kemampuan untuk menghargai nilai diri sendiri. Zuriah (2007: 30) mengatakan setiap manusia harus memiliki jati diri. Dengan jati diri, seseorang mampu menghargai diri sendiri, mengetahui kemampuannya dan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
Terlebih lagi beliau menjelaskan jika manusia masih banyak memiliki kekurangan maka mulailah dari sekarang untuk mencoba memperbaiki kekurangan itu, lakukan yang terbaik untuk diri sendiri, agama, masyarakat, dan negara. Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita ambil pengertian bahwa akhlak terhadap diri sendiri
adalah
mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Tuhan terhadap diri kita sendiri, menikmat dan menjalani kehidupan dengan rasa kepuasan dalam diri. Akhlak kepada diri sendiri juga dapat diartikan sebagai perwujutan kemampuan manusia dalam berusaha, maksudnya adalah manusia harus memiliki motivasi yang lebih terhadap kemampuan dirinya sendiri, manusia harus memiliki keyakinan yang lebih dan berkhusnudzon kepada Allah bahwa usahanya pasti akan berhasil. Barmawi (1995: 5) menjelaskan bahwasanya akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah (tercela). Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa penulis merangkum akhlak mahmudah diantaranya: 1) Istiqomah Nilai
istiqomah
yaitu
suatu
nilai
yang
selau
memberikan manfaat bagi yang melakukannya. Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri
xci
maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. (Ibnu Rajab Al Hambali,1424H: 246) Adapun sedikit tentang nilai istiqomah yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara, kisahnya yaitu: Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30) Dari
penggalan
kisah
di
atas
dapat
diambil
pembelajaran bahwasanya hidup manusia adalah untuk selalu berjuang, untuk meraih keinginan dan cita-cita kita, tentunya perjuagan tidak semudah kita merangkai kata-kata. Perjuangan yang sejatinya adalah perjuangan yang
terus
menerus
dan
membutuhkan
waktu
konsistensi yang lama. Dari penggalan cerita novel di atas kita diajarkan untuk selalu istiqomah dalam menjalani proses kita hidup di dunia ini, karna dengan istiqomah tujuan yang kita inginkan akan tercapai. Dari penggalan cerita di atas juga terdapat sebuah kata mutiara yang berbunyi “barang siapa menanam maka akan menuai”, dari kata pepatah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa manusia butuh berproses yang panjang jika ingin menuai kesuksesan, dengan proses
yang konsisten menuju kearah yang baik, maka nanusia akan menuai apa yang telah menjadi prosesnya, dia akan menuai hasil dari konsistensinya di masa mendatang. 2) Sabar Sabar adalah sikap yang harus ditanamkan pada diri seseorang, secara etimologis sabar berarti mengekang, menahan. Secara terminologis sabar berarti menahann diri dari sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah (Ilyas, 2013: 134). Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar. Berdasarkan dari penjelasan di atas, dalam novel Rantau 1 Muara nilai sabar di antaranya terdapat dalam kata mutiara “ man shobara zafiro” yang artinya barang siapa bersabar maka akan beruntung. Kutipannya yaitu: “kan abang sendiri yang selalu mengatakan man shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013: 356)
xciii
Dari kutipan cerita novel di atas, manusia diajarkan untuk bersabar ketika menghadapi masalah maupun sedang menunggu keberhasilan. Dalam cerita tersebut kita diajarkan untuk bersabar karna dengan bersabar kita akan menemukan beberapa keberuntungan dalam melaksanakan proses kita sebagai manusia. Sabar dalam novel ini juga dikutip secara langsung dalam novel tersebut dengan kata “sabar” seperti pada saat Alif sang tokoh utama dalam novel ini menunggu sang jendral untuk wawancara salah satu tugasnya sebagai wartawan, kutipannya yaitu: “ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan meninggalkan ku. “saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba tersenyum. (Fuadi, 2013: 115) 3) Pantang menyerah dalam mencari ilmu Selayaknya manusia selalu mendapatkan cobaan dan kenikmatan, jika sesuatu yang menyenangkan berarti kenikmatan, dan jika itu berupa hal yang kurang menyenangkan dan menghambat keinginnan kita maka kita harus terus bersabar dan terus berusaha sehingga keinginan kita bisa tercapai tentunya dengan ikhtiar terus berusaha dan berdoa. Sikap pantang menyerah merupakan sikap seorang manusia yang teguh dalam berjuang meraih apa yang
diinginkan manusia tersebut. Di sisi lain Allah juga menuntun hambanya untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan hidupnya dan meraih rahmat dariNya. Seperti dalam firman: ...
“...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"(QS. Yusuf: 87).
Sifat pantang menyerah diperlihatkan alif fikri ketika ia sudah lelah akan meneruskan kuliah S-2nya padahal dead line tahun ajaran baru sudah semakin dekat, namun dia pantang menyerah untuk terus meriset universitas di Amerika yang mampu menampungnya. Adapun sifat pantang menyerah tersebut terdapat pada : Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185) Dari kutipan novel di atas dapat diambil pelajaran bahwasanya hidup memang butuh proses yang panjang, jika kita bisa menjalani proses tersebut dengan konsistensi yang tinggi, dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan dan rintangan, bukan tidak mungkin kita akan mendapatkan hasil yang kita
xcv
inginkan, asal kita masih dalam tatanan Tuhan dan berjalan di jalan-Nya. 4) Bersyukur Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut istilah, syukur adalah
berterima
kasih
kepada
Allah
SWTdan
pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan. Tanda bersyukur dalam novel Rantau 1 Muara terdapat pada kata “terimakasih Allah” dan “hamdallah”. Kutipan tanda bersyukur di antranya yaitu: Aku meng hitung hitung, honor berbagai cuplikan cerita itu akan cukup melunasi uang kuliah dan membiayai hidupku satu bulan lebih. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6)
Dari kutipan novel di atas menceritakan Alif yang bersyukur karena mendapatkan nomial gaji di atas satu juta, yang mana kata-kata Alhamdulillah terkutip sebagai bentuk bersyukur kepada Allah. Dari kutipan di atas kita dapat mengambil pelajaran tentang bersyukur yang sesungguhnya. Bersyukur bukan hanya dalam taraf lisan, namun bersyukur juga sebuh komitmen untuk terus berjuang yang terbaik bagi seseorang dalam hidupnya tersebut. Bersyukur juga
dapat diartikan sebagai mengedaraan hidup dengan sebaik-baiknya, melalui jalan yang dituduhkan oleh Allah, manusia bisa bersyukur dengan melalui jalannya, melakukan dengan sebaik-baiknya, dan selalu berusaha memanfaatkan rizki dan kenikmatan dari Allah dengan baik dan dibenarkan dalam ajaran agama Islam. 5) Niat lurus Niat berarti sengaja atau sesuatu yang dimaksudkan atau tujuan dari keinginan. Dan lurus dapat diartikan kemurnian, kejernihan, atau hilangnya segala sesuatu yang mengotori. Sehingga secara istilah syara, niat lurus
adalah membersihkan niat dalam beribadah
semata-mata hanya karena Allah. Contoh dari niat lurus yang di cantumkan dalam novel Rantau 1 Muara yaitu ketika Alif mendapatkan penjelasan dari mas Aji tentang idealisme sebagi seorang wartawan, hanya niat lurus yang menjadi acuan: Menjadi komando bukan kekuasaan atau uang, tapi niat baik sikap adil dan akal sehat.” (Fuadi, 2013: 56) Dari cuplikan cerita di atas mengajarkan kita untuk selalu memperbaiki niat kita ketika mau melakukan sesuatu. Jika ingin melakukan sesuatu alangkah baiknya
xcvii
selalu didasari oleh niat yang baik dan lurus. Dari cuplikan cerita di atas mengajarkan kita bahwasanya menjadi wartawan ataupun menjalani profesi yang lain untuk selalu berniat dengan lurus tulus dalam menghadapi tantangan pekerjaan, berlaku adil terhadap, sesama dan selalu menjalankan semua pekerjaan kita dengan akal yang sehat. dalam hal ini manusia diajarkan untuk memiliki niat lurus yang berguna bagi setiap jalan
manusia dalam menentukan hasil yang
ingin mereka raih di masa depannya. 6) Berkerja keras Kerja keras dapat diartikan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh diinginkan
atau
untuk yang
mencapai
sesuatu
dicita-citakan.
yang Islam
menganjurkan umatnya untuk selalu bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang berbunyi: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al qasas: 77) Ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak hanya mencari akhirat, namun juga mmencari kenikmatan di dunia, karena diantara keduanya harus seimbang baik dunia dan akhirat. Sejalan dengan cuplikan ayat di atas potongan cerita dalam novel Rantau 1 Muara dibawahini juga mengajarkan kita untuk bekerja keras. Alif sang tokoh utama mempunyai sifat yang bersungguh sungguh dalam mengejar citacitanya, dia rela mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat hanya untuk mengejar semua cita-citanya hingga semua terealisasi, adapun kutipan dalam novelnya yaitu: Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas ratarata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Fuadi, 2013: 8) Dari kutipan cerita di atas telah diceritakan bahwasanya Alif rela mengorbankan malam-malamnya untuk terus berlatih dan mengasah kemampuan menulisnya, dia rela mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk mengejar hasil yang lebih besar atas semua impiannya. Dari cerita di atas pula kita juga belajar untuk terus
xcix
berusaha, tidak boleh terbuai dengan kenikmatakenikmatan sesaat dan terus berusaha meraih tujuan yang diimpikan agar dapat tercapai. Dari cuplikan di atas juga mengajarkan kita untuk terus bekerja keras mengasah kemampuan yang kita bisa, dan dapat merubah keterbelakangan menjadi sebuah kelebihan. 7) Rendah hati Rendah hati dalam bahasa arab adalah tawadu‟ yaitu orang yang menghargai orang lain, ia berkata dengan lemah lembut dan mudah mamaafkan orang lain lawan dari sifat rendah hati adalah tinggi hati atau sombong atau congkak. Rendah hati merupakan sifat terpuji. Sifat rendah hati dikenal juga dengan istilah tawadu‟. Rendah hati adalah sikap atau perbuatan yang tidak menyombongkan diri. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah diri berarti minder atau tidak memiliki rasa percaya diri karena merasa mempunyai kekurangan.
Sikap
rendah
diri
harus
dihindari.
Sedangkan sikap rendah hati harus kita biasakan. Dalam novel Rantau 1 Muara contoh sikap rendah hati dapat dilihat pada saat pengambilan ijazah Alif sang tokoh utama. Dia disanjung oleh beberapa temannya karena pengalaman luar negerinya yang banyak semasa
masih menjadi mahasiswa, namun Alif dengan rendah hati dan menganggap semua sama saja. Inilah cuplikan cerita novelnya: “Ah, nggak juga,” kataku mencoba merendah walau dalam hati aku mengiyakan. (Fuadi, 2013: 11) Dari cuplikan cerita novel di atas kita diajarkan untuk tidak berperilaku sombong walau sebenarnya kita bisa melakukannya. Selalu rendah hati dan berbaik kepada sesama yang Alif ajarkan ketika semua pengalamanpengalaman luar negeri telah ia dapatkan. Begitu juga dengan kita, kita harus bisa belajar untuk menghargai perasaan orang lain, tidak merasa sombong atas segalanya karena sifat sombong adalah sifat Tuhan yang tak pantas dimiliki oleh hambanya. 8) Berprasangka baik Husnudzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat. Berbaik sangka adalah suatu perbuatan terpuji, yang lawannya yaitu berburuk sangka. Manusia alangkah baiknya berbaik sangka dengan keadaan, sepertihalnya berbaiksangka kepada Allah, dan selalu berharap bahwa semua itu pasti ada kebaikannya. Rasullullah bersabda
ci
dalam hadisnya, yang artinya “Aku tergantung pada prasangka hambaKu”. Dalam novel Rantau 1 Muara berbaik sangka dapat terceritakan ketika Alif sang pemeran utama percaya kepada takdir Allah akan merubah nasipnya jika selalu berusaha dan berproses menjadi lebih baik lagi, kutipannya yaitu: ...Dulunya hanya merayak di ranting kini terbang bebas di angkasa. Dulunya ulat yang lemah dan jelek kini jadi rama-rama yang bersayap indah. Sesuatu itu bisa indah pada waktunya.” (Fuadi, 2013: 34) Dari potongan cerita di atas memberikan kita pelajaran tenatang bagaimana seekor ulat berproses menjadi seekor rama-rama (kupu-kupu). Dari kejadian proses tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang proses manusia dalam menggapai kesuksesan ketika hidup di dunia. Dari cerita tersebut kita juga dapat mengambil pelajaran tentang selalu berpandangan positif terhadap keadaan, pernyataan ”sesuatu itu bisa indah pada waktunya” memiliki arti bahwasanya manusia selalu bisa berproses menjadi lebih baik mulai dari manusia yang tidak tahu apa-apa sampai bisa mengetahui banyak hal, dan di antara semua proses tersebut manusia harus banyak
berkhusnudzon kepada Allah, dan terus beranggapan bahwasanya kidup akan indah pada waktunya jika sudah memulai proses dan tahap tahap yang baik Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujutan dari husnudzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat 9) Berlomba-lomba dalam kebaikan Dalam suarah al-Baqarah ayat 148 Allah telah menjelaskan : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS, al-Baqarah: 148) Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya Allah menyuruh para hambanya untuk selalu berlombalomba dalam berbuat kebaikan dan saling tolongmenolong dengan sesama umat islam di dunia. Adapun cuplikan cerita dalam novel Rantau 1 Muara untuk nilai tentang berlomba-lomba dalam kebaikan terdapat dalam: “Sestiap sesuatu ada waktu doain aja sebentar lagi,” kataku datar. ciii
“ingat baik baik waag kini sudah ketinggalan beberapa langkah dari aden. Yakin bisa mengejar?” seringai randai berkelebat lagi, gaya kurang ajar sejak kecil dulu memang tidak berganti. Dan selalu saja memancingku untuk membalasnya. “Jangan hanya melampaui.”
mengejar
bahkan
aku
akan
“Ooo, kalo berani, jangan Cuma soal kerja tapi jug, soal kuliah S-2. Gimana?” “Oke deal!, belajar dan bekerja di Eropa atau Amerika,” “Siapa takut. Deal!” Kami bersalaman dengan sentakan keras. ...persaingan panas tapi sehat. Fastabiqul khoirat berlomba lomba dalam hal kebaikan. (Fuadi, 2013: 28) Dari potongan cerita di atas menceritakan bahwa Alif dan temannya yang bernama Randai bersaing dalam siapa yang paling cepat pergi berangkat kuliah S-2 di luar negeri. Dari cerita di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa
persaingan
dalam
kebaikan
diperbolehkan
bahkan
dalam
menganjurkan.
Dari
potongan
memang
firman-Nya cerita
di
Allah atas
mengajarkan kita untuk selalu bersungguh sungguh dalam
mengejar
cita-cita,
selalu
menggunakan
kesempatan terbaik dan memanfaatkan peluang yang ada. Dari potongan cerita tersebut menggambarkan saatsaat di mana tecekiknya Alif pada masa mencari
pekerjaan, dan juga ditambah pula perasaan malu ketika bertemu dengan sahabat lamanya yang bernama Randai. Sejak
kecil
mereka
selalu
bersaing
dalam
memperebutkan juara kelas. Akan tetapi keadaan memaksa Alif untuk melihat diri sendiri dan menatap kembali arah tujuan hidupnya, randai dengan sekolah tehniknya mempunyai cita-cita seperti pak Habibi mantan Presiden Indonesia yang berhasil
membuat
model
pesawatnya
sendiri.
Sedangkan Alif, masih bingung mencari pekerjaan dan kehilangan tujuan hidup. Dari cuplikan cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran dari semangat Alif dalam
menemukan
jalan
hidupnya,
kita
dapat
memgambil pelajaran istiqomahnya dalam meraih citacita dan keinginannnya di masa depan. Dari potongan cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran persaingan sehat antara Alif dan Randai temannya, berlombalomba dalam kebaikan memang dibutuhkan dalam mendongkrak semangat hidup, dan mengulang kembali kemana kita akan bermuara. 10) Jujur Rachmat (2000: 77) mengatakan bahwasanya Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya
cv
dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa berperilaku jujur yaitu selalu mengatakan yang sebenarnya memang benar dan mengatakan sesuai dengan apa yang senyatanya. Adapun dalam novel Rantau 1 Muara menceritakan tentang jujur yaitu pada saat Alif jujur pada dirinya sendiri tentang tanggungnya ilmu yang ia jalani selama masih kuliah, kutipan ceritanya yaitu: Aku menghitung apa bidang keilmuan yang aku tekuni dengan intensitas tinggi selama lima tahun terakhir? Aku harus jujur: tidak ada. Semua serba tanggung. (Fuadi, 2013: 29) Dan juga bila jujur diceritakan dalam novel ini ketika Mas Aji mengemukakan tentang idealisme kejujuran wartawan yang memberitakan berita secara shohih dan benar sesuai kenyataan, tidak dikurangi maupun ditambah. Cuplikan ceritanya yaitu: “Kita ingin mengabarkan berita yang sahih dengan cara sahih. Tapi kebenaran itu bisa ada di mana saja, bahkan di tempat yang mungkin tidak kita suka. Tugas kita mengantarkan kebenaran di manapun kepada masyarakat. Untuk itu kalian akan kami latih dengan benar,,,,” (Fuadi, 2013: 53) dari beberapa potongan cerita dari novel di atas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya kita wajib bisa menjadi manusia yang jujur, minimal menjadi manusia
yang jujur terhadap diri kita sendiri. Kejujuran adalah pangkal di mana kita bisa diterima dan dipercaya oleh orang lain di sekitar kita. Kejujuran dalam dunia kerja juga dibutuhkan untuk bisa melancarkan relasi antar sesama. Dari potongan cerita di atas juga mengajarkan kita untuk sebisa mungkin menggunakan kejujuran sebagai
tombak
masyarakat, wartawan,
utama
walaupun namun
kita
dalam dalam juga
bergaul konteks
bisa
dalam sebagai
melaksanakan
kejujuran tersebut dalam keseharian umat manusia di masyarakat. b. Akhlak terhadap orang lain Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia itu adalah mahluk sosial, yang mana hidupnya selalu bersandingan
dengan
manusia yang lain. Dari sinilah dapat kita ambil pembelajaran tentang bagaimana pendidikan akhlak itu dapat diterapkan. Akhlak terhadap orang lain dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Akhlak terhadap orang tua Orang tua adalah seseorang yang paling istimewa di antara makhluk lainnya di bumi. Orang tua adalah manusia istimewa yang telah melahirkan, membesarka, memelihara, dan mendidik anak. Maka dari itu akhlak
cvii
terhadap orang tua sangatkah peenting dari manusia yang lainnya. Di dalam islam sangat tinggi dalam menempatkan derajat orang tua dari pada orang lain di bumi. Dalam ajaran islam pula dikatakan bahwasanya surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu hormatilah, taatlah, patuhlah, dan berbaktilah terhadap ibu demikian juga dengan seorang ayah juga demikian. Orang tua adalah makhluk spesial dalam hidup kita maka dari itu orang tua harus kita hormati lebih dari pada manusia lain yang ada di bumi ini. Bahkan Allah telah meninggikan derajat orang tua di atas manusia yang lain di bumi ini, Allah sudah menegaskan bahwasanya ridlo Allah terletak kepada ridlo kedua orang tua, tentunya jika kita bisa berbuat baik kepada orang tua maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih. Sebaliknya jika kita durhaka kepada kedua orang tua maka kita juga durhaka kepada Allah dan
tentunya balasan dari Allah akan lebih
pedih, dan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Bahkan Allah melarang kita untuk berkata kasar kepada orangt tua walaupun hanya sedikit, semua itu tercermin pada alQura‟n yang berbunyi:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(QS. Al-Isra‟: 23)
Dalam ayat di atas telah dijelaskan Mengucapkan kata “Ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar dari pada itu. Dalam novel Rantau 1 Muara telah banyak dijelaskan bagaimana berbaktinya Alif kepada Emaknya, bahkan dalam sebuah kisah ia rela pulang kampung ke tanah kelahirannya maninjau untuk meminta izin kepada Emaknya sebelum ia pergi ke Amerika, kutipannya yaitu: Setelah beberapa saat diam, Amak mengulang nasihatnya, “kemanapun dan apapun yang waang lakukan, selalui perbarui niat,bahwa hidup singkat ini hanya karena Allah dan untuk membawa manfaat, jangan berorientasi materi. Kalo memang sekolah jauh itu membawa manfaat dan waang niatkan sebagai ibadah, pailah pergilah. (Fuadi, 2013: 174)
cix
Dari potongan cerita di atas telah dijelaskan betapa berbaktinya Alif terhadap Emaknya, sebagi wujud birulwalidain Alif selama masih merantau.
2) Akhlak terhadap sesama Pentingnya interaksi sosial adalah suatu paham bahwasanya membutuhkan bantuan dengan manusia yang
lain,
dan
keinginannya,
adapun
manusia
untuk
harus
mewujudkan
sebisa
mungkin
berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang mengharuskan setiap harinya berinteraksi dengan manusia lainnya ketika masih hidup, maka dari itu manusia harus bisa menjadi penolong bagi manusia lain ketika teman, saudara, atau tetangga sekalipun membutuhka bantuan. Dalam Islam juga telah dijelaskan bahwasanya manusi yang terbaik adalah manusia yang bermanfaat buat manusia yang lain. Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap
buruk
oleh
suatu
lingkungan
masyarakat. Agar terwujudnya itu semua, baik dalam hal baik tidak baik, pantas dan tidak pantas, semua
berdasarkan proses
menimbang semua kebudayaan
yang ada di masyarakat, tidak mengejutkan jika antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain yang berbeda wilayah tidak memiliki persamaan nilai tentang
kebudayaan
dalam
berinteraksi
yang
seharusnya. Manusia merupakan kahluk sosial yang mengharuskan setiap kehidupannya tidak bisa ditunjang oleh drinya sendiri. Maka dengan itulah manusia mengharuskan setiap harinya berhubungan dengan manusia yang lain. Akhlak terhadap orang lain bisa berwujud pengucapan salam ketika bertemu, saling menghargai satu sama lain
sepertihalnya
tidak
mengolok
olok,
saling
mengucapkan salam, saling tolong-menolong, dan perbuatan baik lainnya. Dalam Islam juga telah dijelaskan bahwasanya manusi yang terbaik adalah manusia yang bermanfaat buat manusia yang lain. Dalam novel Rantau 1 Muara juga di ceritakan tentang hubungan harmonis saling tolong menolongnya
Alif,
ketika
masih
di
pesantren,
kutipannya yaitu: “Kalau di pesantren kami diajarkan nasihat nabi yang bilang, khoirunnas anfau‟hum linnas” sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain. (Fuadi, 2013: 161)
cxi
Dari cuplikan cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwasanya manusia terbaik di dunia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Manusia memang mahluk sosial yang saling membutuhkan antar satu dan yang lainnya, karenanya menjadi sangat baik jika manusia dapat menjadi manusia terbaik jika dapat bermanfaat kepada manusia yang lain B. Karakteristik Tokoh Yang Sesuai Dengan Nilai-Nilai Islam 1. Alif Fikri Dia adalah pemeran utama dalam novel Rantau 1 Muara dia adalah tokoh yang baik dalam cerita ini, dia adalah anak yang rajin, dan merupakan orang yang pantang menyerah dalam meraih cita-citanya. Berikut cuplikannya: Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihi usaha diatas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatakan harkat dan martabat harga diriku.
Dari cuplikan cerita diatas yang menggambarkan karakter Alif sangat cocok sekali dengan nilai-nilai kerja keras dalam islam, hidup memang butuh perjuangan bergejolak dan terus maju menatap masa depan. Dalam islam juga dijelaskan betapa banyaknya nikmat nikmat Allah yang ada di bumi ini, dan tugas manusia adalah mencari dan
memanfaatkannya Allah telah berfirman dalam Alquran surah Al Qasas ayat 77 yang berbunyi: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas: 77).
Ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak hanya mencari akhirat, namun juga mmencari kenikmatan di dunia, karena di antara keduanya harus seimbang baik dunia dan akhirat sangat pas sekali dengan karakter Alif yang memiliki mimpi, dan berkeinginan mewujudkan mimpinya. 2. Mas Aji dan Mas Malaka Mereka berdua adalah Dynamic duo yang ada di kantor Derap meraka adalah pasangan orang yang mengajarkan Alif tentang kejujuran sebagai wartawan.
Mas Aji adalah jendral dari para
wartawan di Derap, mas Aji adalah orang yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, dia selalu berperang dengan ketidak adilan ia menjadi simbol derap dalam kejujuran. Kutipan kata kata Mas Aji yang sangat menonjolkan kejujuran yaitu:
cxiii
Kita ingin mengabarkan berita sahih dengan cara yang sahih. Tapi kebenaran itu bisa ada di mana saja, bahkan di temapt yang mungkin tidak kita suka. Tugas kita mengantarkan kebenaran dia berada kepada masyarakat. (Fuadi, 2013: 53).
Dari pemaparan Mas Aji di atas sangat sesuai dengan nilainilai kejujuran dalam islam, jujur artinya tidak berkata dusta dan menyampaikan kebnaran dengan sebagaimana semestinya. Rachmat (2000: 77) mengatakan bahwasanya Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Jadi apa yang telah digambarkan pengarang novel tentang Mas Aji yang selalu bersikap jujur dan profesional dalam pekerjaan yang ternyata sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai kejujuran dalam Islam. 3. Dinara Dinara adalah teman kerja Alif ketika menjadi seorang wartawan di Derap. Dinara adalah orang asli Jakarta, seorang lulusan UI di Depok. Dinara adalah rekan kerja Alif fikri tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara. Dinara memiliki mata bulat, cantik, lincah dan memiliki daya tarik terhadap lawan jenis. Dinara adalah teman kerja Alif dan juga menjadi teman hidup Alif. Sesudah Alif dan Dinara menikah Dinara diboyong Alif ke Washington, Amerika serikat untuk hidup bersamanya. Dinara memapunyai watak periang penyayang dan selalu mendukung Alif dalam kegiatan sehari hari. Sebagai istri Dinara juga
berperan penting dalam mendongkrak semangat Alif ketika merasa putus asa. Cuplikan ceritanya yaitu: “kalo yakin bisa dua bulan lagi ayuk kita mulai dengan bismillah,” sekali lagi aku ketik dengan cepat.(Fuadi, 2013: 239) Dari cuplikan cerita di atas dimana Alif merasa sudah putus harapan atas pernikahannya, Dinara menguatkannya dengan lafad basmallah menandakan sikap berserah diri (tawakal)nya mereka berdua kepada Allah. ... ....dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Ayat tersebut selaras dengan karakter Dinara ketika menjadi istri Alif. Ayat tersebut juga dijelaskan bahwa ketika kita sedang mengalami cobaan dan ujian, solusinya adalah bertaqwa dengancara menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Allah. Di sisi lain Dinara juga selalu mengingatkan Alif untuk selalu bersabar dalam menghadapi cobaan cuplikannya yaitu: “kan abang sendiri yang selalu mengatakan man shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013: 356)
4. Mas Garuda
cxv
Mas Garuda adalah kakak angkat Alif selama tinggal di Washington, dia merupakan warga indonesia yang menjadi tenaga kerja di Amerika, tempat asalnya adalah Jawa Timur. Mas Garuda adalah manusia yang baik hati dan paling suka menolong antar sesama ini dibuktikan ketia Alif belum memiliki tempat tinggal di Washington untuk kuliahnya, dan mas Garuda menawarkan tempat tinggal bersamanya dengan gratis. Mas Garuda di Amerika memiliki banyak jabatan, di antaranya kurir khusus untuk dokumen dan surat penting, pengantar koran, pizza man, dan penjual tempe. Mas Garuda adalah seseorang yang memiliki sifat yang baik, dan ramah kepada setiap orang yang dia kenal maupun yang tidak dikenalnya, kebaikan Mas Garuda terlihat ketika baru pertama bertemu dengan Alif, yang tidak dikenalnya namun dia dengan kehangatan hati dan keakrabanya mau menyalami Alif, cuplikannya yaitu: “Ehem dari Indonesia?” suara dari belakang punggungku membuat aku melonjak kaget. ...aku putar badanku dan seorang laki-laki berbadan gempal berdiri tersenyum sambil mendehem-dehem. Hanya senyum di bibirnya yang aku lihat. ... “Ya,” jawabku cepat. Dari kebaikan Mas Garuda mengajarkan kita untuk selalu ramah dengan sesama dan tidak beranggapan buruk (suudzon)kepada orang yang baru kita kenal. Kebaikan Mas Garuda juga terlihat pada saat dia membantu nenek berkursi roda menuruni tangga. Cuplikannya yaitu:
“Ehm maaf, sebentar ya,” ditengah kami bicara tiba-tiba dia pamit. Setengah berlari dia menuju tangga dan membantu seorang nenek berkursi roda yang sedang menuruni ramp. Sampai di lantai datar, mereka nampak mengobrol akrab beberapa saat. Teman baik kayaknya. setelah saling melambaikan tangan dia kembali kemeja kami. “udah lama kenal mas?” “Baru tiga menit yang lalu, dan dia turun tangga itu. Pokoknya, setiap melihat orang berkursi roda, saya inget sepupuku di kampung, ehm,” katanya tersenyum sambil menyeruput minuman sodanya.
Dari kilasan cerita di atas karakter Mas garuda sangat cocok sekali dengan yang diajarkan Islam bagaimana seharusnya menjadi seorang manusia, manusia yang terbaik adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi manusia yang lain. Sepertihalnya telah dijelaskan dalam Alquran: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemun gkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS. AnNahl: 90) Dari ayat di atas mengajarkan kita untuk senantiasa berparilaku adil dan berbuat kebajikan. Karakter Mas Garuda yang senantiasa ringan tangan untuk membantu orang lain yang membutuhkan bantuan dalah pelajaran bagi kita semua bahwasanya menjadi manusia yang terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Seperti apa yang telah Mas Garuda contohkan dalam cuplikan cerita di atas.
cxvii
5. Ustad Fariz Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari Indonesia, beliau juga lulusan Pondok Madani seperti Alif. Ustad Fariz sering memberikan petuah-petuah kepada warga di area sekitar DC selama satu tahun. Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari PM, ketika beliau masih di Pondok Madani beliau juga pernah menjadi munsyi, konsultan santri, penasihat konsul santri yang berasal dari tanah minang. Ketika Ustad pengajian-pengajian
Fariz tinggal di Amerika beliau sering mengisi untuk
mengamalkan
ilmunya.
Cuplikan
ceritanyanya yaitu: Setiap hari minggu selepas asar, Ustad fariz mengadakan pengajian rutin di kedutaan Indonesia, di 2020 Massachusetts Avenue, tidak jauh dari Dupont Circle. Acara pengajian itu biasanya diadakan di bashment sebelah ruang latihan gamelan, atau kalau jamaah ramai, maka dipindah ke ball room. Temanya setiap minggu bergantiganti mulai dari tafsir klasik sampai ekonomi Islam dan Ustad Fariz rajin mengumumkan di mailing list pengajian DC.
Karakter Ustad Fariz yang tidak pelit ketika mempunyai ilmu dan senantiasa mau mengamalkan ilmunya sangat cocok sekali dengan apa yang telah diajarkan dalam Islam. Pepatah Arab pernah bersayair ”ilmu tanpa diamalkan, bagai pohon tanpa buah”. Dari ilmu tersebut manusia belajar untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dimanfaatkan sendiri maupun disampaikan kepada orang lain. Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama daripada berjihad (Gibb, 1986: 272).
Keinginan Ustad Fariz dalam mengamalkan ilmunya juga terdapat dalam cuplikan novel berkut ini: “ambo akan pulang ke kampung 2X 11 enam lingkung dekat dekat dengan ibu. Kebetulan pula ambo sudah diminta oleh Rektor UNAD untuk jadi Dosen. Begitu pula Uni Reza akan kembali ke Almamaternya di IKIP, tapi impian kami berdua ingin membuat sekolah SMA berasrama yang bagus, terbagus di Sumatera barat insyaAllah. (Fuadi, 2013: 365) Dari cuplikan cerita novel diatas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya betapa pentinnya mengamalkan ilmu ke masyarakat, semua itu tergambar dari keinginan Ustad Faris pulang ke kampung halamannya di 2X 11 enam lingkung, beliau sungguh ingin mengamalkan ilmu yang di dapatnya ketika masih sekolah di Pondok Madani dulu. Lebih lanjut, Ustad Fariz juga berkeinginan mendirikan sekolah SMA untuk mengamalkan ilmunya. Terlebih lagi kita dapat mengambil pelajaran bahwasanya adalah suatu hal yang sangat mulia, karna dengan mengamalkan ilmu, ilmu yang kita miliki bukan hanya bisa bermanfaat bagi kita sendiri tapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain.
cxix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah membahas dan menganalisis pada bab yang sebelumnya maka dapat penulis simpulkan; 1. Nilai nilai pendidikan Akhlak yang dapat diambil dalam dari Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi diantaranya adalah: a.
Nilai pendidikan Akhlak kepada Allah: aqidah /keimanan ( iman kepada Allah, meyakini sifat-sifat Allah, meyakini
qodho dan
qodarnya Allah). b. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia: akhlak keadadirisendiri {akhlak mahmudah (istiqomah, sabar, pantang menyerah, bersyukur, niat lurus, bekerja keras, rendah hati,
berlomba-lomba dalam kebaikan, jujur dan berbaik sangka), akhlak terhadap orang lain {akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama}) 2. Karakteristik tokoh utama dalam novel Rantau 1 Muara a. Alif Fikri Karakteristik Alif fikri: semangat yang tinggi dalam mencapai impiannya, pantang menyerah dalam menghadapi segala cobaan.
b. Mas Aji dan Mas Malaka Mas Aji dan Mas Malaka adalah mentor Alif. Mereka berdua memiliki karakteristik sifat jujur dalam berbagai hal,. c. Dinara Dinara adalah teman kerja Alif sekaligus teman hidup Alif. Dinara memiliki karakter baik dan lincah. Dinara juga seorang istri yang selalu mengingatkan Alif untuk selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah. d. Mas Garuda Mas Garuda adalah kakak angkat Alif ketika tinggal di Amerika. Mas garuda digambarkan memiliki karakter yang suka menolong, ringan tangan dan patuh terhadap orang tua. e. Ustad Fariz
cxxi
Ustad Fariz adalah ustad Alif ketika masih di Pondok Madani dan dia juga seorang ustad Alif ketika mereka berdua tinggal di Amerika. Ustad Fariz memiliki watak yang ramah dan juga memiliki wawasan luas tentang agama islam. Ustad Fariz memiliki karakter yang suka menolong dan tidak pelit dalam berbagi ilmunya, ustad Fariz memiliki semangat yang tinggi untuk bisa mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya.
B. Saran Novel Rantau 1 Muara adalah sebuah novel ketiga dari lanjutan novel Negri 5 Menara. Dalam novel ini banyak sekali terdapat nilai-nilai perjuangan hidup seorang manusia. Di dalam novel ini penyajiannya sudah cukup baik bagi bacaan semua umur. Pengarang dapat mendeskripsikan suatu hal
yang membuat
imajinasi berkembang. Alur majunya
menyambungkan cerita dan membuat pembaca terlarut dalam kosakata dan buaian cerita. “Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan”. Dalam hal ini, pembaca diajarkan untuk memahami salah satu makna “man saara ala
darbi washala” yang sebenarnya bermuara pada satu tujuan, yakni menuju kepada sang khaliq. Dalam novel ini juga, Ahmad Fuadi lewat trilogi novel N5M ingin mengajak para pembaca untuk tidak takut bermimpi besar Sesungguhnya Tuhan maha mendengar atas segala harapan hamba-Nya. Namun, di samping novel ini memiliki banyak kelebihan, novel ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya: 1. Di dalam novel ini juga terdapat kelemahan yaitu penggunaan bahasa minang yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membuat imajinasi pembaca terhambat akibat tidak memahami percakapan tersebut. Bagi pengarang, sebaiknya meletakan catatan kaki untuk bahasa daerah agar tidak mengurangi persepsi pembaca. 2. Di dalam buku ini juga tersirat mendiskreditkan pekerjaan seseorang, yakni penjual cokelat yang diulang dalam beberapa bab. Untuk kedepannya pengarang untuk bisa mengarahkan hal-hal positif lagi dalam membuat sebuah cerita. 3. Terlalu banyak percakapan yang kurang penting, seperti contohnya di Bab Setan Merah yang kurang menarik dan bertele-tele. Penulis tampaknya terlalu banyak memainkan kata-kata hingga maknanya yang kental menjadi cair. C. Implikasi dalam Pendidikan Membaca novel dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan khasanah tersendiri. Tidak semua orang dapat melakukan hal
cxxiii
tersebut, karena kebanyakan pembaca novel terlalu larut dalam alur cerita sehingga mereka tidak paham dengan apa saja nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam novel tersebut. Maka dari itu penulis skripsi berusaha untuk menarik novel kedalam dunia pendidikan, yangmana membaca novel bukan menjadi hal hiburan saja namun juga bisa dijadikan sebagai sarana dalam pendidikan seperti halnya menjadi media pembelajaran seorang guru kepada muridnya yang gemar membaca novel ataupun karya-karya fiksi lainnya, sepertihalnya: menelaah isi, menggambarkan suasana, meneliti karakter dalam novel yang dapat diambil sebagai inovasi media pembelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Muhaimin. 1998. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya. Alhambali, Ibnu rojab.1424H. Jamiul „ulum Wal hikam, Darul Muayyid. Anwar,Moch. 1992. SULLAMUT-TAUFIQ berikut penjelasannya terj. Bandung: CV. Sinar Baru Offset. Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, Winna. 2012. Taktik Menulis Fiksi Pertamamu. Jakarta: Trans Media. Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan Yang Terserak Menyambung Yang Terputus Dan Menyatukan Yang Tercerai. Bandung: Alfabeta. Faridi, Miftah. 1982. Pokok-Pokok Ajaran Islam. Bandung: Pustaka Salman ITB. Fuadi, Ahmad. 2013. Rantau 1 Muara. Jakarta: PT Gramedia.
Gibb, H. A. R et al. 1986. Ahmad B Hanbal: Encyclopedia of Islam. Leiden: Brill Academik Publisers. Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Khoiri, Alwan, dkk. 2001. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Pkja Akademik UIN suka Yogya. Kosasih, Djahiri. A. 1998. Menelusuri Dunia Efektif- Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral Norma. Bandung Lab PPKN FPLPS IKIP Bandung. Makbuloh, Deden. 2011. Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi). Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Marimba, Ahmad D. 1998. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: AlMa‟arif. Matsna,Moh. 2008. Pendidikan Agama Islam (Al-Qur‟an dan hadits). Semarang: PT Karya Toha Putra. Moleong, Lexy J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: PSAPM. Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: PSAM. Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Pengektefiktifan Pendidikan Agama Islam). Bandun: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Dedy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya. Nurgiantoro, Burhan. 1988. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Purbaka watja, Soerganda, et. al. 1981. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Purwodarminto, WJS.1999. Kamus Umum Bahasa Idonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kuntha. 2009. Teori, Metode Penelitian Pendidikan Sastra (Dari Strukturalistik hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. cxxv
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryani, Elis NS. 2012. Filologi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Syafei,Rachmat. 2000. Al-Hadis Akidah-Akhlaq-Sosial dan Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia. Tatapangarsa, Humaidi. 1979. Kuliah Aqidah Lengkap. Surabaya: PT Bina Ilmu. Thaha,Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunahar, Ilyas. 2001. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Ofset. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Menggagas Progam Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik). Jakarta: PT Bumi Aksara.