NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM KEGIATAN FIDA’ DI KELURAHAN TINGKIR TENGAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014-2015
SKRIPSI Digunakan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh
KHOTIM AHSAN NIM : 111 10 091
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA 2015
I
II
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
NOTA PEMBIMBING
Lamp Hal
: 5 Eksemplar : Pengajuan Skripsi Kepada Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Khotim Ahsan NIM : 111 10 091 Jurusan/Progdi : Tarbiyah / PAI Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM KEGIATAN FIDA’ DI KEKURAHAN TINGKIR TENGAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014-2015 Dengan ini kami memohon skripsi dari saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian Wassalamualaikum Wr.Wb Salatiga, 12 April 2015 Pembimbing
III
IV
V
MOTTO
“ Buatlah Allah Bahagis Dengan Kita, Niscaya Kita Akan Dibuat Bahagia Dengan Segala Yang Allah Punya, Tidak Ada Kebaikan Melainkan Dibalas Juga Dengan Kebaikan”
VI
LEMBAR PERSEMBAHAN Alhamdulillah dengan ijin Allah, Skripsi ini selesai Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Ayah bundaku tercinta, Darmin dan Yatin Mardiyati yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anaknya . 2. Kelurga besar Kopma “ FATAWA ” yang selalu mendukung dan membantu dalam segala hal. 3. Warga Perumahan Taman Mutiara, khususnya seluruh jamaah Masjid Baiturrozaq yang selalu memberi bimbingan dan dukungan dalam segala keadaan. 4. Teman-teman PAI angkatan 2010 khususnya PAI C. yang selalu ada saat suka maupun duka. 5. Sahabat-sahabati yang selalu mendukung dan mendoakan dalam segala keadaan dan selalu ada saat suka maupun duka.
VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis selalu sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “ Nilai – Nilai Pendidikan dalam Kegiatan Fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga Tahun 2014-2015” dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd., sebagai Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga. 3. Bapak Rasimin, S.Pd. I., M.Pd., Sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga 4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga, yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. 6. Ayahku dan Ibuku serta keluarga besar ku yang selalu kasih dukungan dan dorongan dalam menuntut ilmu.
VIII
7. Kelurahan Tingkir Tengah, khususnya seluruh jamaah kegiatan dzikir fida’ yang memberikan ijin dalam penelitian ini. 8. Masyarakat Perumahan Taman Mutiara, yang selalu membantu dan mendukung dalam segala aspek. 9. Sahabat-sahabat Kopma “FATAWA” yang selalu memberi motivasi dalam segala kondisi. 10. Semua pihak yang telah membantu dari awal sampai terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 12 April 2015 Penulis
Khotim Ahsan NIM: 11110091
IX
ABSTRAK Ahsan, Khotim. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Kegiatan Fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah kota Salatiga Tahun 2014-2015. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Nageri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag. Kata kunci: Nilai Pendidikan Sosial dan Kegiatan Fida’ Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat deskriptif, menjelaskan secara detail dari suatu objek yang diteliti. Data penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didapat dari orang-orang yang diamati. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikaan sosial dalam kegiatan Fida’ di kelurahan Tingkir Tengah Tahun 2014-2015. Fida’ merupakan kegiatan keagamaan yang masih rutin dilakukan di kelurahan Tingkir Tengah. kegiatan ini dimaksudkan untuk menebus atas segala dosa yang dilakukan atau mohon ampunan dari Allah SWT dengan berdzikir mengucapakan kalimat-kalimat thoyyibah, seperti Lailaha illallah. Dalam kegiatan ini penulis mengamati disadari oleh jamaah sendiri atau tidak ternyata tidak hanya unsur pahala yang bisa diambil, akan tetapi juga unsur sosial. Kata sosial dalam kehidupan manusia memang sudah tidak asing lagi, karena memang manusia sendiri adalah makhluk sosial, yang artinya makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, maka perlu sekali membangun interaksi sosial dengan lingkungannya. Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam tentang kegiatan ini, karena banyak unsur sosial atau nilai sosial yang bisa diambil. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam pertanyaan ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan kegiatan Fida’ di kelurahan Tingkir Tengah kota Salatiga Tahun 2014-2015? (2) Apa nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan Fida’ di kelurahan Tingkir Tengah kota Salatiga Tahun 2014-2015?. Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara, observasi dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah Jamaah yang mengikuti aktivitas fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah. Setelah dianalisis, kegiatan Fida’ sebagai salah satu media pendidikan non formal mempunyai peran atau kontribusi yang penting dalam pembentukan hubungan sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan . Temuan penelitian ini menunjukan bahwa nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kegiatan Fida’ antara lain: (1) menjalin ukhuwah islamiyah (2) kebersamaan (3) tolong-menolong. Temuan tersebut menunjukan bahwa dalam kegiatan kagamaan tidak hanya mengejar pahala semata akan tetapi juga interaksi sosial dengan masyarakat lain, tidak hanya mementingkan khablum minallah akan tetapi juga khablum minannas
X
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ I PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. II PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. III PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... IV MOTTO ....................................................................................................... V PERSEMBAHAN ....................................................................................... VI KATA PENGANTAR ............................................................................... VII ABSTRAK .................................................................................................. IX DAFTAR ISI ............................................................................................... XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 E. Penegasan Istilah ............................................................................... 9 F. Metode Penelitian............................................................................ 11 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 11 2. Sasaran Penelitian ................................................................ 12 3. Sumber data .......................................................................... 13 4. Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 14 5. Tekhnik Analisis data ........................................................... 15
XI
6. Tahap-Tahap Penelitian ....................................................... 16 G. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................... 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial......................................... 19 1. Pengertian Nilai .................................................................... 19 2. Pengertian Pendidikan Sosial ............................................... 20 3. Pendidikan Sosial dalam Islam ............................................ 21 4. Tujuan Pendidikan Sosial..................................................... 24 B. Nilai-Nilai Kemanusiaan ................................................................ 26 C. Fida’ ................................................................................................. 31 1. Pengertian Fida’ ......................................................................... 31 2. Dasar Hukum Fida’.................................................................... 31 3. Pelaksanaan Fida’ ...................................................................... 38 BAB III PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Objek Penelitian ........................................ 41 B. Kondisi Kemasyarakatan Objek Penelitian ...................................... 45
C. Fida’ ................................................................................................. 49 D. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Kegiatan Fida’ Menurut Masyarakat Tingkir Tengah……………………………………. .... 52 BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kegiatan Fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga Tahun 2014-2015 ............................................................... 59
XII
B. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Kegiatan Fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga Tahun 2014-2015............................. 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 68 B. Saran .............................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
XIII
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap
bangsa
tentunya
memiliki
agama
sebagai
sebuah
kepercayaan, dan juga sebagai pegangan hidup. Disamping agama, kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan, yang mungkin juga kebudayaan itu sudah dimodifikasi sehingga lebih banyak unsur keagamaanya. Kehidupan keagamaan masyarakat memang sangat beragam, itu semua sesuai dengan penghayatan dan pendalaman terhadap ajaran-ajaran agama yang ada, yang nantinya juga berdampak pada kehidupan sosial dengan orang lain atau dengan masyarakat sekitar. Dari hal tersebut sebenarnya hal yang terpenting ialah bagaimana sebuah kerukunan di masyarakat bisa terus terjalin walaupun mungkin banyak perbedaan dalam hal keagaman maupun sosial. Pada masa-masa ini, apabila penulis amati materi tentang studi Islam, ternyata kajian itu justru banyak ditekankan kepada bidang syariat, amat sedikit sekali kepada bidang kemasyarakatan atau bisa dikatakanan dibidang sosial. Dengan pembahasan yang luas dan mendalam orang justru membicarakan tentang hal ibadah saja. Banyak orang berhujah tentang fiqih dibidang ibadah, sambil memperselisihkan khilafah atau perbedaan, akan tetapi tentang kebudayaan Islam yang menyangkut kehidupan seharihari dalam masyarakat jarang sekali dibahas, apalagi dikaji. Bagaimana
1
prinsip-prinsip Islam tentang ekonomi, bagaimana konsep politik Islam, bagaimana metode pendidikan, bagaimana pandangan Islam tentang kesenian, hal-hal itu jarang sekali diperbicangkan di dalam Islam. Bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di masyarakat juga jarang dikaji secara detail, baik yang berkenaan dengan bentuk kebudayan Islam, pemahaman bentuk kegiatannya dan hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan tersebut. Dari sini
bisa dilihat bahwa sudah perlu
dilakukannya suatu pengkajian tentang kegiatan kebudayaan Islam yang berkembang dalam masyarkat, salah satu contohnya bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh salah satu ormas Islam Nahdotul Ulama, yang cukup terkenal dengan banyak kegiatan keagamaanya. Prinsipnya Islam adalah rahmatallil’alamin, agama kasih sayang, serta kecenderungan untuk saling mengenal dan hidup menyatu antar pemeluknya. Itu semua
adalah pangkal bagi ajaran-ajarannya. Agama
Islam juga mengajarkan banyak hal baik dalam hal ibadah maupun dalam hal di luar ibadah. Pada pokoknya dalam agama Islam semua yang berkaitan dengan kehidupan manusia sudah diatur dan ditata, akan tetepi akhir-akhir ini banyak terjadi
ketegangan sosial yang disebabkan
perselisihan antar kelompok-kelompok ormas, padahal itu sesama umat Islam sendiri. Perbedaan-perbedaan di antara umat semestinya tidak perlu dipermasalahkan dan dibuat semakin runcing, agar sesama umat beragama tetap bisa hidup rukun dan bersatu dalam ikatan ukhuwah islamiyah. Ketika mereka berjabat tangan, saling memadu cinta kasih, terlihat nyata 2
betapa mulia dan betapa dekatnya persaudaraan mereka (Abdullah Nasyir Ulwan, 1989:24). Pendapat betapa pentingnya kerukunan dan persatuan tersebut juga hampir serupa dengan perkataan Imam Al Ghazali dalam kitab karangannya Ihya’ ‘ulumuddin , yang sudah diterjemahkan oleh Achmad Sunarto (1990:7) dikatakan bahwa kerukunan itu adalah buah hasil dari bagusnya budi pekerti, sebaliknya bercerai-berai atau tidak rukun adalah buah hasil dari buruknya budi pekerti. Dari pernyataan di atas bisa di maknai bahwa jika dengan sesama umat beragama atau sesama manusia tidak bisa rukun maka bisa dikatakan kwalitas budi pekertinya tidak ada. Dalam kehidupan masyarakat yang masih kental akan kegiatankegiatan keagamaanya, sudah barang tentu dalam setiap minggu atau bulan pasti ada bentuk-bentuk kegiatan keagamaan, seperti pengajian bulanan atau kajian-kajian mingguan yang sering dilaksanakan di rumah masyarakat ataupun di masjid. Hal-hal tersebut dilaksanakan sebagai sarana untuk mengaktualisasi diri dalam hal pengetahuan agama ataupun pengetahuan yang lain. Memang di sebagian tempat bentuk-bentuk kegiatan keagamaan mulai luntur dan hilang seiring dengan kemajuan zaman. Dalam penelitian ini penulis tertarik akan kegiatan keagamaan yang bernama fida’ , yang masih berjalan secara istiqomah di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga. Fida’ sendiri ialah sebuah ritual keagamaan yang kebayakan kegiatanya berisi doa-doa dan bacaan kalimah thoyyibah. Fida’ menurut 3
bahasa dari kata Fidyah ,yang artinya tebusan. akan tetapi dalam pengetahuan umum fida’ ialah penebusan diri pribadi dari api neraka( M Madchan Anis, 2009: 166). Kegiatan fida’ fokus tujuanya ialah menebus diri sendiri ataupun orang lain dari api neraka, yang caranya ialah dengan memohon ampun kepada Allah. Cara memohon ampun tersebut ialah dengan berdzikir dan membaca kalimah-kalimah toyyibah, dengan harapan mendapat ampunan dan ridho dari Allah SWT, yang akhirnya nanti bisa dimasukan ke dalam surga, dan dijauhkan dari neraka. Amalan Dzikir Fida’ sendiri digolongkan menjadi dua , yakni fida’ sughro(kecil) dan fida’ kubro(besar). Penjelasan secara singkatnya ialah bahwa fida’ sugro kalimat-kalimat atau bacaan yang dibaca adalah lailaha illallah sebanyak 70.000, dan fida’ kubro bacaan yang dibaca adalah surat alikhlas sebanyak 100.000. Mengamalakan fida’ sugro maupun kubro bisa diamalakan dalam satu waktu tertentu secara pribadi (perseorangan) bisa juga diangsur dalam beberapa waktu maupun beberapa hari sampai genap bilangannya. Kelurahan Tingkir ( Tingkir Tengah dan Tingkir Lor) memang terhitung kelurahan yang tingkat religiusnya masih sangat kental dan terjaga, walaupun kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kota Salatiga pun tak kalah religiusnya. Hal itu mungkin sesuai dengan julukan kota Salatiga sendiri, yakni Salatiga Beriman. Banyak kegiatan-kegiatan, banyak tradisitradisi yang masih berjalan dengan baik di tempat itu, salah satunya adalah kegiatan fida’ yang masih ada di bagian Kelurahan Tingkir Tengah.
4
Kegiatan fida’ ini memang tidak begitu terkenal diberbagai tempat, akan tetapi kegiatan ini dikenal dengan baik di kelurahan Tingkir Tengah, banyak orang yang mengetahui kegiatan itu, walaupun mungkin mereka tidak termasuk di dalamnya atau tidak termasuk jamaah atau bagian dari kegiatan fida’ tersebut. Hal seperti itu tidaklah menjadi sebuah masalah, karena dalam beragama memang tidak ada paksaan. Seperti yang dijelaskan dalam potongan ayat Al-Quran surat Al-Baqoroh : 256,
Artinya: “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”(Q.S Al-Baqoroh: 256). Kegiatan fida’ yang berada di Kelurahan Tingkir Tengah biasanya dilakukan pada hari senin mulai ba’da magrib sampai ba’da isyak. Kegiatan itu dilakukan di mushola-mushola di daerah Tingkir Tengah , akan tetapi tidak semua mushola, dulunya ada tiga mushola yang aktif melakukan kegiatan fida’, akan tetapi sekarang hanya berpusat pada satu mushola karena berbagai alasan. Teknis pelaksanaanya pada saat masih tiga mushola adalah dengan bergantian tempat antara tiga mushola tersebut, roling antar tiga mushola tersebut. Hal tersebut dilakukan agar rasa silaturahmi selalu terpupuk di hati para jamaah, karena ada perasaan saling mengunjungi satu sama lain. Dalam islam, berkumpul atau jamaah 5
memiliki manfaat yang sangat besar, karena mempunyai pengaruh yang sangat positif, bahkan hal itu merupakan suatu keharusan dalam beberapa ibadah wajib dan susnah tertentu, dan kerena bisa mendatangkan berbagai jenis kebaikan (Sa’id Hawwa, 2006:262). Dalam majelis fida’ ada berbagai nilai-nilai yang bisa diambil, akan tetapi penulis hanya menekankan kepada nilai-nilai pendidikan sosial, diantaranya adalah mengajarkan untuk hidup bersama-sama, saling membantu antar jamaah khususnya dan dengan semua orang pada umumnya. Konsekuensi positif dari sering melakukan ibadah secara jamaah, hubungan personal semakin baik, karena sering sapa salam atau ramah tamah , maka dalam kehidupan sosialnya pun akan semakin harmonis, saling tolong menolong dan rasa saling menghormati satu dengan yang lainpun akan terus tumbuh dan terjaga. Bukan hanya itu saja, diambil
nilai pendidikan sosial
yang lain bisa
dengan adanya kegiatan fida’ ialah, bisa jadi ajang untuk
bersosialisasi antara warga yang berada di Tingkir Tengah. Mengingat dalam keseharian warga belum tentu saling bertemu satu sama lain. Kegiatan fida’ itu sendiri merupakan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri maupun kepada sesama mahluk hidup yaitu kepada keluarga, tetangga ataupun sesama umat Islam yang telah meninggal, dengan tujuan agar saudaranya atau kerabatnya dapat hidup dikehidupan manusia selanjutnya, yakni akhirat, dengan tenang dan mendapat berkah dari Allah
6
SWT dengan cara mengirim doa ataupun amalan-amalan lain kepada orang yeng telah meninggal. Masih mengakarnya kegiatan kelurahan Tingkir Tengah
fida’ di kalangan masyarakat
dapat diasumsikan bahwa kegiatan fida’
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan keagamaan dan sosial di Kelurahan Tingkir Tengah. Hal ini terlihat dengan masih semangat dan rutinnya masyarakat dalam melakukan kegiatan tersebut. Masyarakat kelurahan Tingkir Tengah memang mempunyai beberapa kegiatan keagamaan dalam kegiatan kesehariannya, baik itu kegiatan untuk ibu-ibu, bapak-bapak ataupun juga untuk keduanya, dan salah satu kegiatan yang jamaahnya terdiri dari bapakbapak dan ibu-ibu ialah fida’, meskipun jamaah yang mengikutinya ratarata sudah berumur menengah keatas. Dengan melihat fenomena kegiatan fida’ yang tidak hanya berorientasi pada pahala dan ibadah saja, akan tetapi di dalamnya terdapat hikmah-hikmah dan nilai-nilai yang positif yang bisa diambil, maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Untuk itu penulis mengambil judul sebagai berikut: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM KEGIATAN FIDA’ DI KELURAHAN TINGKIR TENGAH KOTA SALATIGA TAHUN 2014-2015.
7
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga tahun 2014-2015. 2. Apa nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga tahun 2014-2015. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga tahun 2014-2015. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga tahun 2014-2015. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pengetahuan tentang nilainilai pendidikan sosial dalam salah satu kegiatan keagamaan di Kelurahan Tingkir Tengah yaitu fida’.. Manfaat dalam hal ini dibagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritik dan secara praktis. 1. Manfaat Teoritik: Lembaga dalam hal ini IAIN Salatiga dapat memanfaatkan hasil penelitiannya ini sebagai ilmu pengetahuan religi, yang akan membantu mahasiswa menjadi lebih taat kepada Tuhan-Nya dan
8
sebagai mahasiswa yang dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan masyarakat yang baik. 2. Manfaat Praktis: Penelitian ini berguna bagi pengembangan kerukunan dan kegiatan sosial pada masyarakat. penelitian ini juga berguna bagi pengembangan
ilmu
pengetahuan
pada
aspek
pendidikan
khususnya yang berhubungan dengan interaksi sosial keagamaan atau dengan kata lain kesalaehan sosial. Hal ini merupakan salah satu aspek keberagamaan seseorang yang mana selain menunaikan kewajiban ritul ibadahnya seseorang yang beragama juga mempunyai kewajiban menunaikan hablumminannas. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengkaji kegiatan-kegiatan keberagamaan yang berada di masyarakat. Dengan melihat banyaknya fenomena-fenomena keagamaan yang terjadi di lingkungan sekitar kita, maka penelitian ini diharapkan juga agar bias membuka cakrawala berpikir, bahwa banyak aspek positif yang terdapat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah fahaman mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka penulis akan memaparkan makana beberapa istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 9
1. Nilai-nilai pendidikan Nilai
adalah
adalah
kumpulan
dari
ukuran-ukuran,
orientasi, dan teladan luhur yang selaras dengan akidah yang diyakini dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat (Murshafi, 2009:96). Sedangkan dalam kamus Psikologi, sosial berarti hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu yang membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok yang terorganisir juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls yang berhubungan dengan yang lainnya.(Drever. 1986: 447). Pendidikan sosial adalah proses menjadikan seseorang dapat beradaptasi
dan
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan
sosialnya(Murshafi, 2009:31). Jadi nilai pendidikan sosial adalah usaha yang dilakukan untuk membuat hubungan interaksi dengan sesama menjadi lebih baik sesuai dengan tatanan yang ada. 2. Fida’ Fida’ atau dengan istilah lain “Ataqah” adalah ungkapan umum untuk bacaan surat Al-Ikhlash yang diiringi dengan kalimah thayyibah seperti tasbih dan tahlil dengan jumlah bilangan tertentu dengan harapan agar orang yang membaca dan orang yang sudah meninggal dunia diberi ampunan oleh Allah serta dibebaskan dari api neraka(http:// Irfanyudistira.Htm: Fida’an
Tradisi Tahlilan
Kaum Sufi dan Para Sadat, diakses 26 Oktober 2014).
10
Sama halnya dengan tradisi tahlilan, secara pelaksanaannya pun juga mengirimkan doa dan surat Al-Fatihah melalui pembacaan kalimah thayyibah dengan jumlah tertentu. Teknis pelaksanaannya
pun
sama
dengan
tahlilan
yaitu
dengan
mengumpulkan masyarakat sekitar yang diiringi niat untuk menghadiahkan bacaan dan kalimah thayyibah kepada orang yang wafat dan kepada dirinya sendiri sebagai tebusan atau permohonan ampun atas dosa-dosa yang ada.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa
yang
dialami
subyek
penelitian.
(Sugiyono,
2012:9)
mengatakan bahwa: “ Penelitian kulitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi”. Dengan demikian penelitian ini bertujuan mendiskripsikan fenomena kehidupan sosial keagamaan masyarakat di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga. Dengan menggunakan landasan berpikir fenomenologi sebagai landasan pokok dalam penelitian
11
kualitatif, yang mana berupaya memahami apa yang ada yang menimbulkan fenomena atau problem. Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yaitu salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.(Robert K, Yin, 2004: 1). Pada umumnya studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi, khususnya mungkin sebuah organisasi , sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu maupun kampanye.(Daymon, 2008: 162). Dan penelitian ini mengambil kasus kegiatan keagamaan yang ada pada masyarakat di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga. 2. Sasaran Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Tingkir Tengah Kota salatiga . lokasi dipilih karena letak lokasi yang memang dekat dengan tempat tinggal penulis. Dan juga tak kalah menariknya kenapa memilih lokasi tesebut ialah karena memang kegiatan fida’ tidak ada ditempat asal penulis. Di Salatiga sebatas pengetahuan penulis fida’ hanya ada di kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga. Kegiatan keagamaan yang ada juga tidak hanya fida’ saja, akan tetapi beragam dan semuanya juga masih berlangsung dengan baik. Alasan lain pemilihan tempat ini ialah, di seluruh wilayah Kota
Salatiga
daerah
yang
terkenal
akan
religiusitas
masyarakatnya ialah di kelurahan Tingkir. maka dari itu sudah
12
barang tentu kebergaman akan keagamaan di daerah itu sangat tajam, karena ada banyak aliran dan golongan akan tetapi semuanya masih dalam satu atap, yakni Islam . Kegiatan
fida’
juga sangat menarik untuk diteliti,
dikarenakan tidak disemua tempat ada tentang kegiatan tersebut. Di tempat asal peneliti berada, yakni Temanggung, kegiatan fida’ pun
belum
pernah
dijumpai,
entah
kerena
keterbetasan
pengetahuan peneliti atupun memang kegiatan fida’ memang tidak ada. Maka dari itu peneliti sangat tertarik, dengan harapan nantinnya hasil dari penelitian ini akan bisa dimanfaatkan di tempat tinggal penulis. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua . Pertama, sumber data primer, yaitu manusia dimana kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di wawancarai menjadi sumber utama dalam sebuah penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan melihat , mendengar, dan bertanya, kerena dalam penelitian kualitatif ke tiga kegiatan ini dilakuakn secara “sadar” yang berarti perencanaan penelitian memang telah dilakuakan oleh peneliti, kemudian “terarah” yang berarti segala informasi yang tersedia tidak semua digali oleh peneliti, dan “bertujuan” yang berarti
13
penelitian bertujuan mencari data yang di harapkan dapat dicari guna memecahkan masalah penelitian. Sumber data yang kedua data tertulis atau dokuman yang relevan dengan focus penelitian sebagai sumber data sekunder. Sumber data ini dapat berupa buku-buku, majalah, makalah, jurnal penelitian, foto, dan lain-lain yang dapat memberikan informasi guna melengkapi kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini. 4. Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara yang dipilih adalah wawancara tak berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan namun tetap pada fokus penelitian. dalam hal ini informan bebas mengutarakan pendapat ataupun informasi tanpa dibatasi atau diatur oleh peneliti. b. Observasi Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati kehidupan
sosial
sehari-hari
masyarakat
dan
mencatat
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari pengamatan. sebagaimana dikatakan bahwa “ observasi pada aktivitas manusia memberi data bagi peneliti mengenai perilaku dan
14
proses sosial ketika orang-orang menjalankan peran dalam dunia realitas sosialnya”.(Daymon, 2008: 321). c. Dokumentasi Dokumen dapat berupa tulisan, catatan, suara atau gambar sebagai bahan atau data tambahan dalam sebuah penelitian yang dapat memberikan pemahaman historis. Studi dokumen dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat data-data atau catatan-catatan yang ada di lokasi penelitian. 5. Analisis Data Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui tahap antara lain. reduksi data, yaitu memilah-milah data dan membuang data yang dianggap tidak sesuai. Dalam hal ini penulis akan menampung segala macam informasi yang berkaitan dengan fida’, setelah itu baru memilih data yang dibutuhkan. Sintesis data yaitu data yang diperlukan dihubungkan satu sama lain, yakni data-data yang terkumpul dipadukan atau digabungkan, hal tersebut dimaksudkan
agar
memperoleh
data
yang
kongkrit
dan
menyeluruh. Verifikasi data, yaitu penarikan kesimpulan sehingga didapat teori umum. Hai ini dilakukan ketika data yang didapatkan dari lapangan benar-benar sudah sampai titik jenuh dan lengkap. 6. Tahap-Tahap Penelitian
15
Dalam tahap ini langkah-langkah yang akan peneliti lakukan adalah: a. Menyusun rancangan penelitian Untuk menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu peneliti membaca fenomena yang ada di masyarakat yaitu tentang kegiatan fida’. baru membuat latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kajian kepustakaan, membuat rancangan data-data yang di perlukan untuk penelitian. b. Memilih lapangan penelitian Setelah melihat fenomena yang ada dalam masyarakat yaitu masyarakat kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga
yang
melakukan kegiatan kegiatan fida’ dengan memohon kepada Allah SWT agar pahala bacaan Al-Quran dan dzikir-dzikir pilihan itu disamapaikan kepada para arwah yang dimaksudkan khususnya, dan kepada mukminin dan mukminat umumnya, serta memohon kepada-Nya agar berkenan mengampuni dosadosa mereka. Maka penulis tertarik dan memilih lapangan penelitian dalam kasus ini adalah kelurahan Tingkir Tengah. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan gambaran penyususnan skripsi yang tersusun sebagai berikut:
16
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajain pustaka ini akan membahas tentang pelitian terdahulu yang masih terkait dengan judul yang diusung penulis, definisi nilai, definisi pendidikan sosial, dasar hukum kegiatan fida’, prosesi kegiatan fida’, nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Di dalam bab ini penulis paparkan gambaran lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan ritual kolektif yang dilakukan, interaksi sosial dalam masyarakat, bagaimana proses kegiatan fida’ serta memaparkan nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’ yang ada di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga.
BAB IV PEMBAHASAN Bab ini memuat tentang bagaimana
ritual keagamaan fida’ di
masyarakat kelurahan Tingkir Tengah Kota salatiga yang merupakan
17
media untuk bersosial(nilai-nilai sosial) dengan sesama masyarakat karena bertemu dalam satu kegiatan, dan membahas nilai-nilai pendidikan sosial apa yang terkandung dalam kegiatan fida’ tersebut. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saransaran.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial 1. Pengertian Nilai Nilai adalah apa yang membuat sesuatu sesuatu yang baik menjadi lebih baik(Magnis, 1996:9). Seseorang yang mengetahui betul tentang nilai, maka bisa dipastikan kehidupannya akan lebih ia hargai dan hesil dari pemikiran maupun tingkah lakunya sudah tentu lebih bernilai dibandingakan seseorang yang tidak paham apa itu nilai. Menurut Poerdaminta (2006:677) Nilai artinya sifat-sifat(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Sesuatu yang dianggap bernilai, maka sudah pasti hal tersebut akan dianggap lebih berharga dari pada hal-hal yang lain. Manusia adalah ciptaan yang sudah dibekali dengan akal yang luar biasa hebatnya, maka sudah menjadi hal yang wajar sekali jika manusia akan memilih sesuatu yang lebih bergarga atau bernilai untuk kehidupannya. Menurut Murshafi (2006:96), dalam bukunya yang berjudul Mendidik Anak Agar Cerdas Dan Berbakti, Ia menuturkan bahwa” Nilai adalah kumpulan dari ukuran-ukuran, orientasi, dan teladan luhur, yang selaras dengan akidah yang diyakini seseorang dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat,dimana ukuran-ukuran itu menjadi moral bagi seseorang yang tercermin dalam perilaku, aktivitas, usaha, dan pengalaman-pengalamannya, baiksecara eksplisit 19
maupun implisit. Jadi menurut penulis nilai adalah sudut pandang suatu ukuran atau tolok ukur sesuatu hal , apakah hal tersebut bisa dikategorikan baik atau tidak. 2. Pengertian Pendidikan Sosial Pendidikan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bersala dari kata didik. pendidikan adalah suatu proses penyampaian informasi yang kemudian diserap ileh masing-masing pribadi, sehinggaa menjiwai cara berfikir, bersikap, dan bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun hubunganya dengan manusia lain atau masyarakat serta makhluk lain dalam alam semaeta maupun lingkungan dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di bumi (Drs. Kaelany, 2000: 240). Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal (Arifin, 1976: 12). Dan menurut Murshafi (2009: 86) pendidikan adalah cermin, di dalamya masyarakat dapat melihat diri dan memantapkan jati dirinya. Pendidikan sangatlah dibutuhkan dalam kelangsungan kehidupan manusia, jika manusia tanpa mendapat pendidikan sedikitpun sejak lahir, maka ia akan kesulitan dalam menjalani segala hiru pikuk kehidupan yang akan ia hadapi. Manusia akan berkembang baik di masyarkat, jika ia benar-benar tahu cara bermasyarakat
maupun tahu cara bersosialisasi 20
dengan
lingkingan sekitar. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian seseorang, untuk berkehidupan di dunia. Sosial berarti hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu (Drever, 1986: 447). Menurut Agus Sujanto (1983:248) bahwa sosial berasal dari kata societes yang mengandung arti masyarakat, kata sosial juga berasal dari kata sosius artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam bentuk berlain-lainan. 3. Pendidikan Sosial Dalam Islam Pendidikan sosial dalam islam tidak terlepas dari pembicaraan tentang akhlak, etiaka, serta moral. Ketiga hal tersebut mempunyai arti yang sama yakni akhlak yang berasal dari bahasa arab yaitu kholaqo bentuk jamak dari
khulqun berarti budi pekerti, sinonim
dengan kata susila, dan moral menunjukan perbuatan yang menyangkut baik dan buruknya manusia. Moral sering diartikan sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan yang dilakukan manusia menyangkut baik dan buruknya manusia sebagai makhluk yang berbudi
dan
berakal.
Pendidikan
sosial
memang
sebaiknya
ditanamkan kepada sesorang sejak anak-anak, agar dikumudian hari ia sudah paham cara-cara bersosialisasi dengan manusia lainya, karena
21
dalam pengajaran islampun sudah disediakan banyak keilmuan yang fokus pada bidang sosial. Konsep agama sebagai pengabdian kepada Allah diharapkan sekali kemudian memiliki imbas kepada manusia itu sendiri, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas. Peran agama sebenarnya tidak hanya berdimensi ritual vertikal (hablum minallah), melainkan juga mencakup dimensi sosial horisontal (hablum minannas). Agama sebenarnya tidak hanya mengurusi persoalan ibadah , untuk pembentukan kesalehan individual(private morality), melainkan yang lebih penting daripada itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalehan sosial(social morality)(Tim IAIN Salatiga, 2009:121). Setiap muslim harus memiliki keyakinan bahwa kesalehan individual yang dimiliki tidak akan memiliki makna apapun, jika tidak dapat menciptakan kesalehan dalam kenyataan sosial. Murshafi (2009:56) mengemukakan bahwa lingkungan sosial mempengaruhi tabiat dan karakter manusia dalam bentuk tertentu, baik yang bersifat maknawi, seperti tradisi keyakinan, ilmu, rasa, aturan, undang-undang, etika, dan seni. Dari pendapat tadi, maka lingkungan Sosial sebenarnya adalah sekolah atau tempat menuntut ilmu yang tiada habisnya, akan tetapi juga sebagai tempat praktik , karena memang ilmu itu berasal dari lingkungan dan dikembalikan lagi ke lingkungan dalam bentuk aklak atau tingkah laku.
22
Dalam agama islam sendiri pendidikan sosial sebenarnya sudah tercantum dalam Al-quran diantaranya ialah pendidikan sosial tentang bersedekah dengan sesamanya, hal tersebut termaktub dalam surat Albaqoroh ayat 215:
Artinya: “ Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya”. Sebenarnya pendidikan sosial dalam Al-quran sudah disinggung diberbagai
aspek,
diantaranya
ialah
pendidikan
silaturahim,
pendidikan melayani dan menghormati tamu, perdidikan bertetangga, dan pendidikan untuk saling tolong menolong. Pendidikan sosial dalam agama islam sebenarnya tidak hanya tersirat maupun tersurat dalam Al-quran saja, dalam beberapa hadistpun sebenarnya sudah disampaikan, salah satunya ialah hadist yang di riwayatkan Imam Muslim , tentang silaturahim, yang berbunyi:
23
ِ َ ال ََِسعت رس ٍِ ِ ََع ْن أَن ط َعلَْي ِه ُ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق َ ول َم ْن َسَّرهُ أَ ْن يُْب َس َ ول اللَّه ُ َ ُ ْ َ َس بْ ِن َمالك ق ِ ِ ُِرْزقُهُ أ َْو يُْن َسأَ ِِف أَثَِرهِ فَ ْليَص ْل َرِحَه Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim" (H.R Imam Muslim) Dari hadist di atas bisa di ambil pelajaran bahwa sebagai makhluk sosial seseorang hendakalah bersosialisasi dengan sesama dan saling menyambung ikatan persaudaraan (silaturahim) antar sesamanya, tanpa membeda-bedakan suku atau ras. Hal tersebut sangat sesuai dengan semboyan negara indonesia yakni bhineka tunggal ika, walaupun berbeda-beda tapi tetap satu. 4. Tujuan Pendidikan Sosial Sebenarnya tujuan pendidikan secara umum sangatlah beragam, demikian ini diarahkan pada pembentukan manusia yang mempunyai sifat sosial dalam perilakunya. Pendidikan sosial bertujuan untuk membentuk individu yang menyadari serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dari berbagai golongan dalam masyarakat dimanapun ia berada dan mewujudkanya dengan berperilaku sosial yang baik, etis dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Pendidikan sosial menjadi kebutuhan primer disaat sendi-sendi sosial kemasyarakatan sekarang ini mulai pudar dan hilang . Menurut para ahli sendiri tujuan
24
pendidikan sosial sebenarya berbeda-beda akan tetapi
tujuan
utamanya tetap sama. Menurut Ngalim Purwanto (2007:171) tujuan pendidikan sosial adalah membentuk manusia yang memngetahui dan menginsyafi tugas kewajibanya terhadap macam-macam golongan dalam masyarakat, dan membiasakan anak-anak berbuat memenuhi tugas kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara. Tujuan pendidikan sosial adalah agar manusia terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kewajiban yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar di tengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana (Abdullah Nashih Ulwan, 1996:54). Suatu pendidikan tak terkecuali pendidikan sosial, tentu memiliki suatu tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan selesai (Darojat, 2011:29). Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi yang diinginkan. Dalam melaksanakan pendidikan sosial diharapkan akan tercapai sebuah tujuan yang dicita-citakan yaitu adanya manusia yang tanggap serta peduli terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungan
25
sekitarnya dan dengan adanya tujuan tersebut dapat membangkitkan semangat untuk berbuat kebaikan sosial. Dari beberapa tujuan pendidikan sosial di atas tadi yang telah di sebutkan dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan sosial adalah untuk membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggung jawab sosial serta bersikap toleran sehingga keharmonisan akan terjadi diantara sesama manusia, dapat berjalan dengan selaras dan harmonis dalam kehidupan masyarakat.Dengan adanya pendidikan sosial juga diharapkan agar individu-individu tidak lagi bersikap egois, dengan tidak mau melihat orang-orang yang ada di sekitarnya yang memang sedang mengalami kesusahan dan benarbenar sedang membutuhkan bantuan. Pengajarannya adalah tidak boleh menutup mata apabila melihat orang memerlukan bantuan dan memerlukan uluran tangan kita, karena manusia yang satu dengan yang lain harus saling tolong-menolong semampunya atau sebisanya. B. Nilai-Nilai Kemanusiaan Menurut Yusuf Qardhawi (2003:175) nilai-nilai kemanusiaan dibagi menjadi delapan bagian, yakni: 1. Ilmu Ilmu dalam kehidupan manusia diibaratkan sebagai sebuah lentera atau lampu yang sangat dibutuhkan dalam kegelapan, jika dalam kegelapan tidak ada penerangan sedikitpun maka tentunya kesusahan yang akan didapatkan. Hidup di dunia 26
yang penuh dengan hiru pikuk kehidupan yang komplek, maka menjadi sesuatu yang wajib dalam menjalani kehidupan ini berbekal dengan ilmu. Sejarah membuktikan bahwa orangorang besar yang sukses, mereka adalah orang-orang yang berilmu, tek terkecualai para Nabi dan Rosul Allah, kesuksesan mereka dalam mengemban tugas dan menyebar luaskan Agama Allah, sudah pasti juga dengan Ilmu. 2. Amal Amal atau bisa dikatakan tindakan, adalalah buah atau manifestasi dari ilmu. Pepatah mengatakan bahwa “ Ilmu ynag tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah”. Dari kitupan pepatah itu bisa diambil intinya adalah, pokok dari sebuah keilmuan ialah amal atau tindakan. Sebarapun ilmunya banyak atau pendidikannya tinggi, kalau amalnya kosong bahkan tidak baik, maka sama saja seperti pohon tidak berbuah, yakni sia-sia keberadaanya. Dalam Al-quran pun banyak ayat yang menyinggung tentang amal, hal tersebut tentunya bukan tanpa alasan. Salah satu ulama salaf mengatakan, “ iman adalah sesuatu yang meresap dalam hati dan dibuktikan dengan amal” 3. Kebebasan Sebuah kebebasan memang hak masing-masing manusia, akan tetapi perlu diingat bahwa kebebasan seseorang dibatasi
27
dengan kebebasan orang lain, dan itu berarti tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu hal. Beberapa kebebasan yang biasanya diperbolehkan ialah, kebebasan beragama, berpolitik, berpendidikan, bertempat tinggal dan bentuk-bentu kebebasan lain yang selama hal tersebut dalam kebaikan dan tidak mengganggu hak dan kewajiban antar sesame manusia. 4. Musyawarah Musyawarah sebenaranya sudah diajarkan sejak zaman dahulu kala, dan itu sebenarnya adalah sebuah jalan menuju solusi ketika ada sebuah permasalahan. Musyawarah dapat membuka pintu kesulitan dan juga memberi kesempatan untuk melihat urusan dari berbagai sudut, sesuai dengan perbedaan perhatian setiap individu. Perbedaan tingkat pemikiran, pendidikan, pengalaman, sudah tentu hasil keputusan pun akan berbeda. Jika keputusan diambila hanya perseorangan saja, maka tentu kurang bijaksana, akan tatpi jika sebuah keputusan itu dihasilkan dari musyawarah dahulu, maka nantinya akan meminimalisir kontra dan tendensi-tendensi lainnya. 5. Keadilan Keadilan sebenarnya menjadi hak setiap individu kapanpun dan dimanapun, kerena memang itu hak masing-masing manusia. Akan tetapi melihat kenyataan yang ada, sangat miris jika melihat tatanan hukum yang ada di indonesia ini, meminta
28
keadilan bagi rakyat kecil atau masyarakat biasa bagaikan meminta berlian, yang hal tersebut sangat susah didapatkan. Berbeda halnya dengan orang-orang yang punya uang atau jabatan, mereka jual beli hukum dan keadilan, hukum dianggapnya sebuah mainan, yang bisa dirubah-rubah sesuai kemauan. Jika hal tersebut terus berlanjut maka keadilan akan sulit ditegakan. Penulis mengharapkan sekali krisis keadilan yang ada di negara tercinta ini, akan segera berahir, yang nanti akan berimbas pada terciptanya rakyat adil makmur sentosa. 6. Persaudaraan Persaudaran
antar
sesama
dalam
islam
disebutnya
ukhuwah, jika persaudaraan itu dikhususkan untuk umat islam sendiri maka ditambahlah islamiyah, maka dalam kalangan umat muslim sebutan persaudaraan lebih akrab dengan sebutan ukhuwah islamiyah. Ikatan persaudaraan antar sesama harus benar-benar ditegakan, karena memang dunia ini harus di bangun dengan persaudaraan, jika manusia tidak saling bersaudara atau menjaga persaudaraan , maka tunggulah terjadi bencana sosial yang akan melanda diseluruh belahan dinia. Bencana itu ialah terjadinya perang antar sesama, karena dipengaruhi rasa egois dan tidak mau tahu urusan saudaranya yang lain.
29
7. Persatuan adalah Buah Persaudaraan Masyarakat islam yang bersaudara adalah masyarakat yang satu dalam akidah, ibadah, akhlak, arah pemikiran, perasaan, perilaku dan tata kehidupan, nilai-nilai kemanusian, dan dasardasar hukumnya. Masyarakat islam adalah masyarakat yang satu dalam misi hidupnya, yaitu menghubungkan bumi dengan langit, dunia dengan akhirat, makhluk dengan kholiq. Pada akhirnya sebuah persatuan umat adalah sesuatu hal yang harus terwujud, karena peradapan yang megah-megah jaman dahulu hasil dari sebuah persatuan, dari rakyat dan pemimpin, dari orang kaya dan orang miskin, bahkan persatuan dalam pembangunan sosial melibatkan persatuan semua elemen, termasuk antara umat muslim dan non muslim. 8. Kerja Sama, Saling Membantu, dan Saling Menyayangi Sebagai makhluk sosial yang berbudi dan berakal, manusia mempunyai kewajiban sosial dengan sesamanya. Kerja sama, saling membantu, dan saling menyayangi adalah sebagian dari kewajiban itu. Jika manusia tidak bisa menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya sebagai makhluk sosial maka keharmonisan bermasyarakat sudah pasti tidak berjalan dengan baik bahkan terganngu. Penulis juga berpendapat bahwa saling membantu maupun saling menyayangi seyogyanya tidak hanya dengan sesamanya saja, akan tetapi dengan makhluk
30
lainpun, yakni hewan dan tumbuhan juga harus saling membantu , karna memang makhuk satu dengan yang lain saling
membutuhkan
dan
bahkan
bisa
juga
saling
menguntungkan jika memang dilakukan dengan semestinya. C. Fida’ 1. Pengertian Fida’ Sebelum masuk ke dalam pembahasan yang lebih mendalam, terlebih dahulu kita perlu mengetahui makna dari dzikir fida’. Fida’ berasal dari kata فدية, فديartinya tebusan(Astabik Ali, 2003: 1380). Sedangkan menurut istilah fida’ ialah penebusan diri pribadi dari api neraka( M Madchan Anis, 2009: 166). 2. Dasar Hukum Fida’ Pelaksanaan kegiatan fida’ memang tak begitu saja muncul di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi ada dasar atau dalil yang melatar belakangi kenapa kegiatan fida’ itu muncul atau dilaksanakan. fida’ sendiri dibagi menjadi dua, yakni fida’ kubro dan fida’ sughro , penulis sendiri hanya fokus pada pemaparan dasar hukum fida’ sughro. Beberapa patokan hukum itu ialah: a. . Tafsiir As-Shoowi, Juz 4 hal. 498 ( Ahmad Shoowi Al-Maliki
ِ ونَادى منَ ٍاد ِمن قِب ِل الل,ِف مَّرةٍ فَ َق ِد ا ْشت رى نَ ْفسه ِمن الل ِ ِ َ ْ ُ َ َ َ ْ اَ َّن َم ْن قَ َرأ ََها مائَةَ أَل: ومنها َ َُ ََ ِ ِ ِِ ِِ ِ َ تَ َع اعةً فَ ْليَأْ ُخ ْذ َها َ ِ فَ َم ْن َكا َن لَهُ قَ ْب لَهُ ب, اَالَ إِ َّن فُالَناً َعتْي ُق الل: ِف ََسََواته َو ِِف أ َْرضه َض ْ اَل فَ ِه َي َعتَاقَةٌ ِم َن النَّا ِر لَ ِك ْن بِ َش ْر ِط اَ ْن الَ يَ ُك ْو َن َعلَْي ِه ُح ُق ْو ٌق لِْلعِبَ ِاد,َِّم َن اللِ َغَّز َو َجل ِ اَو علَي ِه وهو ع,ًأَصال. اجٌز َع ْن أ ََدائَِها َ ََُ ْ َ ْ ْ 31
894 : اجلزء الرابع ص: تفسري الصاوى Sebagian
dari
fadlilahnya
surat
Ihlas
yaitu
:
sesungguhnya orang yang membacanya sebanyak 100.000 kali maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah dan Malaikat akan mengumumkan dari sisi Allah di langit dan di bumi “ ketahuilah sesungguhnya si fulan adalah hamba yang dimerdekakan oleh Allah, siapa saja yang mempunyai hak yang di tanggung fulan maka mintalah dari Allah “. Maka surat Ihlas tersebut akan memerdekakan dari neraka, tetapi dengan syarat tidak mempunyai tanggungan pada orang lain, atau punya tanggungan tapi tidak mampu membanyarnya. b. Kitab Khoziinatul Asroor, hal. 157 ( Sayyid Muhammad Haqqin Nazili )
ِ َ َ َوِِف ِرَوايٍَة ق.… َُخَر َج ُم ْسلِ ٌم َو َغْي ُره َلى اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن قَ َرأَ ُس ْوَرة َّ ص ْ َوأ َ ال َر ُس ْو ُل الل ٍ َص بِِإ ْخال ِ َ اْ ِال ْخال. ص َحّرَم اللُ َج َس َدهُ َعلَى النّا ِر اه 751 :خزينة االسرار ص Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan…. dalam riwayat yang lain Rosulullah SAW. bersabda : barangsiapa membaca surat al-Ikhlas dengan hati yang ikhlas maka Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka.
32
c.
Kitab Khoziinatul Asoror, hal. 188 ( Sayyid Muhammad Haqqin Nazili )
ِ ِ َ من ق: ال رسو ُل اللِ صلَّى الل علَي ِه وسلَّم ِ ْي اَلْ ًفا َ َْ َ ََ َْ ُ َ ً َْواَي َ ْ َح ًدا َو َسْبع َ ال الَالهَ االَّ اللُ أ ْ ُ َ َ َضا ق اِ ْشتَ َرى بِِه نَ ْف َسهُ ِم َن اللِ َعَّز َو َج َّل َرَواهُ اَبُ ْو َسعِْي ٍد َو َعائِ َش ٍة َر ِض َي اللُ َعْن ُه َما َوَك َذا لَ ْو ِ ْ فَعلَه لِغ ِريهِ أَقُو ُل ولَع َّل ه َذا ِّ الص ْوفِيَّ ِة ِِف تَس ِميَّ ِة ُّ ِالس َادة َّ ث ُم ْستَ نَ ُد َالذ ْك ِر َكلِ َمة َ ْاْلَدي َ َ َ ْ َْ ُ َ ْ ِ ِ ِ ِِ ِ ك ِح َكايَةٌ ذَ َكَرَها الشَّْي ُخ اْالَ ْكبَ ُر َع ِن َ ت ِِف ذَل ْ الت َّْوحْيد ِبَ َذا اْ َلع َدد َعتَاقَةً َجالَليَّةً َوا ْشتَ َهَر ِ ْاس اْل ُقط َّ ِ ِ َِّ ب اْل َقسطَالَِِن نَ ْقالً َع ِن الشَّْي ِخ أَِِب ِ َّاْ ِال َم ِام أَِِب اْ َلعب لى ْ َ الربْي ِع الْ َمالكى َدالةً َع ِ ِ ِ اْلَ َِب بِطَ ِري ِق اْل َك ْش ف اه ْ َ ْ ص ْدق َه َذا 744 :خزينة االسرار ص Rosulullah SAW. bersabda : “Barangsiapa yang membaca kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 71.000 maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Azza wa Jalla”. Hadits riwayat Abu Sa’id dan ‘Aisyah r.a. begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain. Hadits ini adalah sebagai sandaran dasar para Ulama’ Shufi untuk menamakan dzikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama ‘Ataqoh Jalaliyyah. Cerita tentang kebenaran dzikir ini sudah sangat masyhur, diantaranya yang ditutur oleh as-Syaikh alAkbar dari Imam Abi al-Abbas al-Qutbi al-Qostholani dari Syaikh Abi Robi’ al-Maliki untuk menunjukkan kebenaran hadits ini dengancara mukasyafah. d. Kitab Irsyaadul ‘Ibaad, hal. 4 (Zainuddin abdul Aziz Ibnu Zainuddin Al-Malibari) 33
ِ َ َوح ِكى اَيضا فِي ِه ع ِن الشَّي ِخ أَِِب ي ِزي َد الْ ُقرطُِِب ق ِ ت ِِف بَ ْع َّ ض اْألَثاَ ِر أ ََن َم ْن قَا َل ال َ ْ ً ْ َ َُ ُ ال ََس ْع ْ ْ َْ ِ ِ .ت لَهُ فِ َدآءً ِم َن النَّا ِر ْ َف َمَّرةٍ َكان َ ْْي اَل َ ْ الَهَ إِالَّ اللُ َسْبع 8 : إرشاد العباد ص Diriwayatkan lagi dari Syaikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata : saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan Shohabat) “ barangsiapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka e. Khoziinatul Asroor, hal. 159( Sayyid Muhammad Haqqin Nazili )
ِِ السعِِْري اِ ِِّّن َرأَي ُ َو َّ يقول ال َف ِقْي ُر أ َْعتَ َقهُ اللُ ِم َن َضا َن َسنَة َ ت َشْي ًخا ِِف امل ْسجد ا ْْلََرِام ِِف َرَم ُ ْ َ ِ ِ َف ي ْقرأُ سورةَ اْ ِالخال ِ ِ ِ ِ ِ ْ َِّْي وِمائَت ََّّاوِديَِة لَْيالً َونَ َه ًار ُكل ْ َ ْ ُ َ َ ٍ ْْي َواَل ُ ص عْن َد بَاب الد َ َ ْ اثنَتَ ْْي َوست ِ َرمضان ف قبَّ ْلت يده ف ق ْلت يا سيِّ ِدى وموال ٍ َح ٌد َ ِن اََر َاك ُكلَّ يَ ْوم تَ ْقَرأُ قُ ْل ُه َو اللُ أ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ََ َ ََْ ِّْ ي ا ِ ِِ ِ ِ ِِِ ِ ِ ِ ِْ أ َل ُعنُ ِق ِه َ َسَرا ِرهِ فَ َق ُ ال أ َْعتَ ْق ْ ِن َع ْن فَ َوائده َوأ ْ َخ َْب َ ت َرقَبَ ِىت م َن النَّار يَا َولَد ْى َو َش َار بيَده ا ِ ِِ ِ ٍف َمَّرة ِ َ ت أ َِج ْزنِْي َها فَأ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ْ ِ ِن َوأ َِذ َن ِ َْل َوَد َعا َ ِْن اللُ َوايَّا ُك ْم لقَرائَت َها اَل ُ فَ ُق ْل ْ َج َاز َ َل بالْبَ َرَكة فْيه َوف َق ِ ِ ِ ِّ ِ ِ ِ ِ ِن َ ََوِبَا اْال َج َازةُ ل َم ْن قَ َرأ ََها باْلَط َوالكتَابَة بَ َارَك اللُ لَناَ َولَ ُك ْم َوفَتَ َح َعلَْي نَا َو َعلَْي ُك ْم َج َعل ِ ِ ِِ ِ َْي ِِبُْرَم ِة اْ ِال ْخال .ص َ ْ اللُ َوايَّا ُك ْم م َن اْملُ ْخلص 759 : خزينة االسرار ص Al-Faqir berkata (semoga Allah memerdekakannya dari neraka Sya’ir) : saya melihat seorang Syaikh di Masjidil Haram pada bulan Romadlon tahun 1.261 sedang membaca surat al-Ikhlas di sebelah pintu Dawudiyyah malam dan siang hari setiap bulan Romadlon. Kemudian aku mengecup tangannya sambil berkata : Wahai Tuanku, aku melihatmu setiap hari membaca surat
34
Ikhlas, berilah tahu padaku tentang faedah dan rahasianya. Kemudian dia menjawab : aku ingin memerdekakan jasadku dari neraka wahai anakku, dan dia mengangkat tangan ke lehernya. Aku berkata : berilah aku ijazah, kemudian beliau mengijazahiku dan memberi izin padaku serta mendo’akan barokah. Semoga Allah memberi pertolongan pada kamu untuk membacanya sebanyak 1.000 kali. Dan ini merupakan ijazah melalui tulisan bagi orang yang mau membacanya. Semoga Allah memberi barokah pada kita dan membukakan rohmatnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat sebab kemuliaan surat al-Ikhlas. f. Kitab Khoziinatul Asroor, hal. 188 ( Sayyid Muhammad Haqqin Nazili )
ِِ ِ اْل ِاد ِمى ِِف الْ َِبي َق ِة َشرِح الطَِّري َق ِة الْمحم ِديَِّة و َغي ره ِمن الثِّ َقاةِ اْ ِالثْب ات َْ َوقَ ْد نَ َقلَ َها أَبُ ْو َسعْيد َ ْ َْ َ ُُ ْ َ َ َ ُ ْ ِ ِ ِ َ اْل ِدي ِ َف لِلْ ِقي اس ٌ الَ ِسيَّ َما َوُه َو ُُمَال, ضائِ ِل اْالَ ْع َم ِال َ َف يُ ْع َم ُل بِه ِ ِْف ف َ ث الضَّعْي ْ َْ لى اَ َّن َ َع 744 : خزينة االسرار ص Demikian itu juga dikutip oleh Abu Sa’id Al-Khodimi dari parawali itsbat yang terpercaya yang tersebut dalam kitab AlBariqoh, Syarah kitab At-Thoriqotul Muhamadiyyah dan lainnya, bahwa hadits dhoif boleh diamalkan dalam hal Fadloilil ‘Amal (keutamaan amal) meskipun tidak sesuai dengan qiyas ( http://palangiran.blogspot.html. Amalan Pembebas Dari Api Neraka. diakses 1 April 2015). 35
Tendensi dalil lain yang terkait dengan ritual ini adalah hadits atsar riwayat Syekh Abu Zaid al-Qurthuby yang dikutip Syaikh Abu Muhammad Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i:
ُ َس ِمع ف َم َّر ٍة َ َْض ْاألَثَ ِر أَ َّن َم ْن ق ِ ال الَ إِلَهَ إِالَ هللا َس ْب ِعينَ أَ ْل ِ ْت ِم ْن بَع ْ َ َكانـ ار ِ َّت فِدَا َءهُ ِمنَ الن “Aku mendengar dari salah satu Atsar (hadits sahabat Nabi) sesungguhnya barang siapa membaca la ilaha illa allah sebanyak 70.000 kali maka bacaan tersebut akan menjadi tebusannya dari api neraka.”(HR. Al-Qurtuby) ( http:// Tradisi Aswaja _ haidho.htm : Tradisi Aswaja. diakses 26 Oktober 2014). Meski kesahihan hadits masih dianggap pro kontra lantaran Imam al-Qurthuby dianggap kurang membidangi ilmu hadits, namun sebagian pendapat menilai bahwa kualitas hadits di atas dianggap benar dan dapat diikuti. Penilaian ini bukannya tak berdasar, sebab hadits di atas tertulis pula dalam kitab Al-Maqashid al-Hasanah fi al-Ahadits adDa`irah ‘ala al-Alsinah karya Syaikh al-Imam al-Khafidh Syamsuddin al-Sakhawi( http:// Tradisi Aswaja _ haidho.htm : Tradisi Aswaja. diakses 26 Oktober 2014). Salah satu ulama yang mendukung ideologi ini adalah Ahmad bin Muhammad al-Wayily dan al-Imam Syaikhul Islam at-
36
Thanbadawi al-Bakri. Didukung pula dengan keterangan yang menyebutkan:
َّ َم ْن بَلَ َغهُ ع َِن ضيلَةٌ فَأَخَ َذهُ إي َمانًا بِ ِه َو َر َجا َء ثَ َوابِ ِه ِ َهللاِ َش ْي ٌء لَهُ فِي ِه ف َّ ُأَ ْعطَاه هللاُ َع َّز َو َج َّل َذلِكَ َوإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن َك َذلِك Artinya: “Barang siapa yang datang kepadanya dari Allah suatu amal yang mempunyai keutamaan, kemudian dia mengamalkan dengan mengimaninya dan mengharapkan limpahan pahalanya, maka Allah swt akan memberikan apa yang dia harapkan walaupun sebenarnya suatu amal tadi sebenarnya tidak seperti itu.” (HR. Hasan ibn ‘Arafah)(http://Catatan
Penting
tentang
Tahlilan
_
Bahtera
Kehidupan.htm, diakses 25 Oktober 2014 ). Dari penjelasan di atas setidaknya dapat dipahamai bahwa ritual fida’ yang umumnya digelar masyarakat muslim di Tingkir Tengah ataupun di seluruh Indonesia, bukan tanpa dasar, akan tetapi bersandar pada hadist-hadist yang tersebut di atas. al-‘Alamah Jamal al-Qamath berkomentar bahwa mengamalkan hal yang demikian sebenarnya lebih utama, karena tidak bertentangan dengan ushul syari’ah (dasar agama). ( http:// Tradisi Aswaja _ haidho.htm : Tradisi Aswaja. diakses 26 Oktober 2014). Menurut Islahul Umam (Gus Umam) “Keutamaan membaca fida’ bisa menebus dosa orang yang meninggal. Tapi dosa yang bersifat huququllah (dosa kepada Allah) bukan dosa huququl adami
37
(dosa kepada manusia). Menurut tafsir Ibnu Katsir, membaca fida’ itu memang dasar hadisnya dla’if, lemah. Tapi untuk hal yang bersifat amaliyah atau fadilah tak masalah dijadikan dasar. Tapi hadis yang dlaif, tak boleh digunakan untuk menentukan hukum,”(http:// Pengajian Aswaja Ranting Loram Kulon _ NU Kudus.htm: Pengajian Aswaja Ranting Loram Kulon, diakses 26 Oktober 2014). 3. Pelaksanaan Fida’ Kegiatan dzikir fida’ yang ada di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga, khususnya di Dusun Ngepos memang banyak alasan yang mendorong berdirinya kegiatan tersebut. Fdak bukanlan upacara untuk memperingati kematian salah seorang yang meninggal, akan tetapi kegiatan berzikir bersama untuk memohon ampun kepada Allah. Kegiatan keagamaan memang sudah membudaya di
Kelurahan
Tingkir Tengah, Kota Salatiga dan bahkan juga di desa-desa lainnya, karena hal tersebut sudah menjadi budaya keagaman di Indonesia, selain sebagai rasa solidarisme terhadap sesama, juga menjadikan momen tersebut sebagai wujud silatrahim atau menguatkan ukhuwah islamiyah. Dzikir fida’ atau tahlilan yang biasanya diadakan setiap satu minggu sekali, yakni pada hari senin ba’da magrib sampai ba’da isyak. Pelaksanaan kegiatan dzikir fida’ adalah wujud kesadaran masyarakat kepada bentuk ibadah. Selain itu dalam kegiatan ini masyarakat lebih diuntungkan dengan kesempatan berkomunikasi satu dengan yang
38
lainnya, juga dalam kegiatan ini diadakannya musyawarah bersama jika ada hal ataupun masalah yang menyangkut warga masyarakat Tingkir Tengah. Banyak pendapat warga yang memang setuju diadakannya kegiatan fida’, hal itu untuk menumbuh kembangkan kesadaran beragama warga Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga. Selain itu warga juga sepakat untuk mengadakan perkumpulan bersama dalam bentuk suatu perkumpulan agama, jadi sangat tepat kalau fida’ sebagai salah satu solusi akan keinginan masyarakat. Melihat kesadaran masyarakat yamg menginginkan diadakannya kegiatan dzikir fida’ atau tahlilan secara rutin mungkin juga menjadi motivasi tersendiri bagi imam di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga Dari
sebagian wawancara yang dilakukan penulis secara
spontan memang
tanggapan mereka hampir seluruhnya sama,
meskipun kadang ada sebagian warga yang tidak tahu kapan dan kenapa diadakan kegiatan dzikir fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga. Tapi hal ini sudah memberikan gambaran kalau memang kegiatan fida’ secara rutin dilakukan di Kelurahan Tingkir Tengah, Kota Salatiga. Sebagian masyarakat memang kurang mengetahui sejarah dan latar belakang diadakkannya kegiatan dzikir fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah, karena memang mereka mengaku kegiatan itu sudah dilakukan turun temurun. Menurut informasi yang diperoleh penulis
39
dari narasumber, kegiatan fida’ kira-kira sudah ada sejak Tahun 1935. Akan tetapi bagi masyarakat hal tersebut tidak mengurangi nilai kebersamaan dan sikap solidaritas yang tinggi yang ditunjukkan warga Kelurahan Tingkir Tengah, karena hal
yang penting dalam
bermasyarakat adalah dengan menunjukkan suasana rukun makmur, damai dan sejahtera. Hal-hal demikian bisa tumbuh dari sikap warga masyarakat dengan menunjukkan solidaritas yang tinggi. Meskipun tidak semua warga bersikap demikian namun sebagian besar sudah menunjukkan hal baik tersebut.
40
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Objek Penelitian Bagaimana kondisi dan keadan lokasi objek penelitian sehingga terwujud akan adanya kesesuaian realitas sosial dengan data yang menggambarkan tentang kondisi yang terjadi di lapangan , maka perlu untuk dideskrisipkan profil objek penelitian berdasarkan data monografi Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga tahun 2014 sebagai berikut: 1. Luas Wilayah dan Kondisi Geografis Luas wilayah keseluruhan Kelurahan Tingkir Tengah adalah 134.559 Ha. Terdiri dari sawah atau tanah persawahan, tegalan dan tanah pekarangan. Kelurahan Tingkir Tengah dibagi menjadi 10 RW atau 10 dusun, yaitu Singojayan I, Singojayan II, Payaman I, Payaman II, Wiroyudan I, Wiroyudan II, Ngepos I, Ngepos II, Perumahan Telaga Mukti II, dan Perumahan Taman Mutiara. 2. Penduduk Jumlah keseluruhan penduduk kelurahan Tingkir Tengah bulan Desember
adalah 1.662 kepala keluarga atau 5.312 jiwa, dengan
komposisi sebagai berikut
41
a) Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki
: 2.688 orang
Perempuan
: 2.619 orang
b) Penduduk Berdasarkan Golongan Usia 0-4
: 412 orang
5-9
: 441 orang
10-14
: 465 orang
15-19
: 406 orang
20-24
: 393 orang
25-29
: 357 orang
30-34
: 487 orang
35-39
: 486 orang
40-44
: 480 orang
45-49
: 381 orang
50-54
: 285 orang
55-59
: 225 orang
60-64
: 149 orang
65-69
: 114 orang
70-74
: 83 orang
> 74
: 142 orang
Jumlah
: 5.306 orang
c) Penduduk Berdasarkan Pendidikan
42
Tidak / belum sekolah
: 899 orang
Belum tamat SD / Sederajat
: 678 orang
Tamat SD
: 862 orang
SLTP
: 806 orang
SLTA
: 1. 405 orang
Diploma I/II
: 45 orang
Akademi diploma III / Sarjana Muda : 166 orang Diploma IV / Strata I
: 414 orang
Strata II
: 31 orang
Strata III
: 1 orang
d) Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan NO
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Belum bekerja
1.025
2
Karyawan
858
3
Wiraswasta
552
4
Petani/Pekebun
56
5
Buruh Tani
26
6
Tukang Jahit
26
7
PNS
173
43
8
Pelajar/ Mahasiswa
1.155
9
Guru
88
10
Pedagang
154
11
Buruh Harian Lepas
380
12
Mengurus Rumah Tangga
548
13
Lain-lain
266
Jumlah Total
5.307
e) Sarana Pendidikan Umum NO Jenis Pendidikan
Gedung
1
TK
2
2
SD
2
3
SLTP
1
4
SLTA
1
f) Sarana Ibadah 1. Masjid
: 10 buah
2. Mushola : 22 buah 3. Gereja
: 0 buah
g) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama NO
Agama
Pemeluk
1
Islam
5.041
44
2
Kristen
200
3
Katolik
59
4
Hindu
6
5
Budha
1
B. Kondisi Kemasyarakatan Objek Penelitian 1. Kondisi Sosial Kemasyarakatan Kelurahan Tingkir Tengah. Dalam
kehidupan
bermasyarakat
terdapat
tuntutan
untuk
meminimalisasi kepentingan-kepentingan yang bersifat individu, hal ini sesuai dengan sistem budaya Jawa yang didasarkan pada semangat komunal atau kebersamaan. Harga seseorang sangat ditentukan oleh keberadaan dan sumbanganya pada kepentingan-kepentingan sosial, atau keterlibatanya dalam menciptakan harmoni sosial. Begitu juga dalam masyarakat Kelurahan Tingkir Tengah yang oleh peneliti sudah diamati, dan memang peneliti selama beberapa tahun terahir tinggal di Tingkir Tengah jadi sedikit banyak sudah paham dengan kondisi sosial masyarakat Tingkir Tengah. Masyarakat Tingkir Tengah terbilang sebagai masyarakat yang masih sangat menjungjung tinggi nilai sosial, memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan individu dengan mewujudkan hidup yang rukun, saling tolong-menolong dan saling menghormati sehingga tercipta suasana yang sejahtera dan hidup harmoni. Orientasi pada kondisi rukun tersebut sebagai bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat seseorang, oleh sebab itu 45
masyarakat Kelurahan Tingkir Tengah menganggap seseorang yang tidak rukun dengan lingkungan sosialnya disebut sebagai wong ora lumrah (orang tidak normal). Selain pentingya sikap tolong-menolong antar sesama yang terus dibangun, masyarakat Kelurahan Tingkir Tengah memang sangat memperhatikan konsep tulung-tinulung (tolong-menolong) sehingga dikenal adanya ungkapan utang budi atau berhutang kebaikan. Disamping itu kondidsi sosial masyarakat kelurahan Tingkir Tengah sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama islam yang disampaikan oleh tokoh agama setempat. Hal ini terbukti dengan adanya implementasi nilai-nilai ajaran islam dalam menjalani kehidupan mereka. Seperti diadakanya yasinan bapak-bapak pada malam jumat, yasinan ibu-ibu pada jumat siang dan termasuk juga kegiatan fida’ yang sedang penulis teliti. Kegiatan-kegiatan
tersebut
merupakan
wujud
dari
rasa
kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan, sehingga dalam kehidupan mereka yang memang hakikatnya sebagai makhluk sosial , harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan tolong-menolong dalam kebaikan.
2. Kondisi Pendidikan Masyarakat Tingkir Tengah. 46
Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat dinamis dalam pengembangan kehidupan masyarakat atau suatu bangsa, disamping itu pendidikan juga bisa mempengarihi setiap pola pikir individu untuk mengembangkan kemampuan mental, fisik, emosi, sosial dan etikanya. Dengan kata lain pendidikan sebagai kegiatan dinamis yang bisa mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu seseorang. Kebutuhan akan pendidikan di era teknologi dan informasi merupakan suatu keharusan yang selalu ingin dipenuhi oleh setiap masyarakat. Dalam hal pendidikan inipun masyarakat Tingkir Tengah juga merespon secara aktif, hal ini buktikan dengan kesadaran mereka untuk tidak tertiggal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. Dari tahun ke tahun kondisi pendidikan masyararakat kelurahan Tingkir Tengah juga semakin meninggkat, terbukti dengan semakin kecilnya angka putus sekolah dan semakin banyaknya warga masyarakat yang terpelajar. Masyarakat Tingkir Tengah sangat sadar bahwa pendidikan merupakan bekal berharga dalam mengarungi kehidupan dimasa depan agar selalu lebih baik dari waktu ke waktu. 3. Kondisi Keagamaan Kelurahan Tingkir Tengah. Sebagaimana kelurahan-kelurahan lain di wilayah Kecamatan Tingkir, Kelurahan Tingkir Tengah adalah kelurahan yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Dari data yang diperoleh oleh
47
peneliti di kantor kelurahan Tingkir Tengah, bahwa masyarakat yang memeluk agama Islam sebanyak 5.041 orang, agama Kristen 200 orang, agama Hindu 6 orang, agama Katolik 59 dan agama Budha 1 orang. Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama islam maka wajar apabila kegiatan kemasyarakatan diwarnai dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yasinan, tahlilan, berjanji, pengajian, sholawatan, dan lain-lain. kegiatan-kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari pengalama atau pengetahuan agama yang dipegang oleh masyarakat Tingkir Tengah. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang berada di Tingkir Tengah juga dipandang sebagai proses aktualisasi diri, karena dikegiatan tersebut akan muncul pengetahuan atau pengalaman baru. Pengetahuan baru tersebut adalah karena masyarakat bisa bertemu dalam satu forum, yang disitu aka nada diskusi-diskusi kecil, atau penyampaian materi sebagai wujud tolabul ‘ilmi. Kegiatan keagamaan yang ada dimasyarakat Tingkir Tengah tidak selalu dilaksanakan di masjid atau di mushola, namun lebih sering bergantian di rumahrumah penduduk, hal ini juga sangat mendukung eratnya hubungan sosial antar penduduk di kelurahan Tingkir Tengah, karena bisa saling silaturahim.
C. Fida’.
48
1. Pengertian Fida’ Fida’ berasal dari kata فدية, فديartinya tebusan(Astabik Ali, 2003: 1380). Fida’ dari kata fidyah ,yang artinya tebusan. akan tetapi dalam pengetahuan umum fida’ ialah penebusan diri pribadi dari api neraka( M Madchan Anis, 2009: 166). Menurut salah satu narasumber, yaitu sesepuh dalam kegiatan fida’, bapak Badrun beliau menuturkan, “fida’ kui tebusan, fida’ sugro rupane moco kalimat tauhid, lailahaillallah peng 70.000 di ngapuro doso gede doso cilik,doso seng disejo lan ora disejo.” dari pernyataan narasumber artinya adalah “ fida’ itu ialah tebusan, fida’ sugro yaitu membaca kalimat tauhid, lailahaillallah 70.000 kali, agar diampuni dosa besar maupun dosa kecil dan dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja”. 2. Sejarah Fida’ Awal mula muncul kegiatan fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah di latar belakangi oleh keyakinan dengan sebuah hadist nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang tebusan kepada diri sendiri dari apai neraka, yang lebih terkenal dengan sebutan fida’. Menurut penuturan narasumber di atas artinya adalah, bahwa fida’ yang berada di Tingkir Tengah dahulu dirintis oleh bebarapa orang Kyai atau tokoh agama disitu.Beberapa tokoh tersebut ialah: Bapak Kyai Munajat, Bapak Kyai Abdul Hanan dan Bapak Kyai Khumaidi, sekitar tahun 1935. Ketika itu jamaahnya ada 50-60 orang, akan tetapi semakin berkurang karena
49
ada bebarapa jamaah yang meninggal, sekarang hanya diikuti sekitar 20 orang 3. Tujuan Fida’ Tujuan utama dari kegiatan fida’ ini ialah untuk penebusan dosa atau memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang dilakukan
semasa hidup.
Disamping itu juga untuk selalu
menjalin ukhuwah islamiyah dan syiar agama islam. 4. Tahap-tahap pelaksanaan Fida’ Dalam pelaksanaan dzikir fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah secara teknis ialah setelah melaksanakan sholat magrib, seluruh jamaah fida’ berkumpul di mushola, jika pak ustadz atau kyai yang biasa memipin sudah datang, maka akan segera dimulai saja. Urutan bacaan yang dibaca adalah sebagai berikut: a) Tawasul kepada Nabi Muhammad SAW kemudian membaca surat al-fatihah sekali. Adapun bacaannya ialah:
ِح ّمَدٍ صَلَّى ﺍللهُ عَلَيْهِ ﻭَسَّلَمَ ﻭَﺍلِهِ َﻭﺍَ ْﺯﻭَﺍجِهِ َﻭَﺍﻭْالَ ِﺩه َ ُﺍِلىَ حَضْ َرﺓِ ﺍلنَّبِى ﺍْلمُصْطَفى سَْيدِنَا م ﻭَﺫُﺭِّيَاتِهَ شَْيﺊٌ لِلّهِ َل ُهمُ ﺍْلفَاتِحَة b) Tawasul kepada Nabi-nabi dan Rosul-Rosul kemudian membaca surat al-Fatihah sekali. Adapun bacaanya ialah:
شُ َهدَﺍﺀِ ﻭَﺍلصَّالِحِيْ َن ّ · ُثمَّ ﺍِلى حَضْرَﺍﺕِ ِﺇ ْخوَﺍنِهِ مِنَ ﺍْألَنْبِيَاﺀِ َﻭﺍْلمُرْسَلِيْنَ َﻭﺍْ َالﻭْلِيَاﺀِ ﻭَﺍل ِ ِضرة ُ ﻭَﺍلصَّحَابَةِ ﻭَﺍلتَّابِعِيْنَ َﻭﺍْلعَُلمَاﺀِ ﺍْلعَامِلِيْنَ َﻭ َجمِْيعِ ﺍْلمَالَِئكَةِ ﺍْلمُقَرَّبِيْنَ ُح َ َ ص ْوصاً ا ٰيل َح ِ َسيِّ ِدي نَاَ ومولَنَا سلْط ِ ْ ان اْالَْولِيَ ِاء الشَّْي ِخ َعْب ِدالْ َق ِاد ِر َِّس اللُ ِسَّرهُ الْ َع ِزيْز· ُثمَّ ﺍِلى َجمِْيع ُ ََْ ْ َ َ ِّن قَد ْ َاجلَْيال
50
َﺍهْلِ ﺍلْقُُبوْﺭِ مِنَ ﺍْلمُسِْلمِيْنَ ﻭَﺍْلمُسِْلمَاﺕِ ﻭَﺍْل ُمﺆْمِنِيْنَ َﻭﺍْل ُمﺆْمِنَاﺕِ مِنَ مَشَاﺭﻕِ ﺍْالَﺭْﺽِ ﺍِلَى مَغَرِِّبهِا بَ ّرِهَا ﻭَبَحْ ِرهَا َﻭﺍِلى ﺍَ ْﺭﻭَﺍﺡِ ﺍَبَائِنَا َﻭﺍُ ّمَهَاتِنَا َﻭَﺍ ْجدَﺍﺩِنَا َﻭ َجدَّﺍتِنَا ﻭَمَشَايِخِنَا ﻭَم ََشَاِيخِ ِ مَشَايِخِنَا َﻭﺍَسَاِتذَﺍتِنَا َشْي ُﺊ لِٰلّ ِه ََلُ ُّم الْ َفاِتَةُ
Setelah itu membaca Dzikir sebagai berikut: 1. Membaca Istigfar 7 kali
َستَغْ ِفُر اللَ الْ َع ِظْيم أْ 2. Membaca Sholawat 7 kali
َ ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدناَ ُُمَ َّم ٍد أللّ ُه َّم َ
3. Membaca Sholawat Kamaliyah 7 kali
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ُممد وعلى اله كما الهناية لكمالك عدد كماله. 4. Membaca lailahaillallah 1000 kali
الَ إِلهَ إَِّال الل ُُ 5. Membaca Doa
ِ أَعوذُ بِاللِ ِمن الشَّيطَ ِ ْيِ .حَْ َد الشَّاكِ ِريْ َن الرِحْي ِم .اَ ْْلَ ْم ُد لِلّ ِه َر ِّ الر ِْحن َّ الرِجْي ِم .بِ ْس ِم اللِ َّ ان َّ ب اْ َلعالَم ْ َ َ ْ ُْ ِ ِِ ِ ك ك ْ اْلَ ْم ُد َك َما يَنْبَغِ ْي ِجلَالَِل َو ْج ِه َ اِف نَِع َمهُ َويُ َكاف ُﺊ َم ِزيْ َدهُ .يَا َربَّنَا لَ َ ِحَْ َد النَّاعم ْ َ ْيِ ،حَْ ًدا يُ َو ْ ك. َو َع ِظْي ِم ُس ْلطَانِ َ أَللّه َّم ص ِّل وسلِّم علَى سيِّ ِدناَ ُُم َّم ٍد ِِف اْأل ََّولِْي .وص ِّل وسلِّم علَى سيِّ ِدناَ ُُم َّم ٍد ِِف اْ ِ ألخ ِريْ َن. َ َ َْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ََ ْ َ َ ْي .وصل وسلِّم علَى سيِّ ِدناَ ُُم َّم ٍد ِِف اْملالَءِ ٍ ِ ِ ٍ ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّدناَ ُُمَ َّمد ِِف ُك ِّل َوقْت َوح ْ ٍ َ َ ِّ َ َ َو َ َ َ ْ َ َ اْأل َْعلَى إِ ََل يَ ْوِم الدِّيْ ِن. ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َوَما أَللّ ُه َّم ْ اب َما قَ َرأْنَاهُ م َن اْل ُق ْرأن الْ َعظْي ِمَ .وَما َهلَّْلنَاهُ م ْن قَ ْول الَ إلهَ إالَّ اللُ اج َع ْل َوأ َْوص ْل ثَ َو َ ِ ِ ِِ ِ ِ صلَّى اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ ْم ِِف ه َذا صلَّْي نَاهُ َعلَى النِ ِّ َِّب َ َسبَّ ْحنَاهُ م ْن قَ ْول ُسْب َحا َن الل َوِبَ ْمده َوَما َ ِ ِ ِ ِ اْمل ْجلِ ِ ضَرةِ َسيِّ ِدنَا َو َحبِْيبِنَا ص َدقَةً ُمتَ َقبَّلَةً إِ ََل َح ْ س اْملُبَ َارك َهديَّةً َواصلَةً َّوَر ِْحَةً نَّا ِزلَةً َّوبَرا َكةً َشاملَةً َو َ َجي ِع اِخوانِِه ِمن اْالَنْبِي ِاء والْمرسلِْي ،واْالَولِي ِ وََش ِفيعِنَا وقَُّرةِ اَ ْعينِنَا وموالَنَا ُُم َّم ٍد واِ ََل َِ ُّه َد ِاء الش و اء َ َ ُْ َ َْ َ ْ َ َ َ َ ُ ََْ َ َ َ ْ َ ْ َْ ِ ِ و َّ ِِ ْي ْي َو َّ الص َحابَة َوالتَّابِع ْ َ الصاْل ْ َ َ 51
َجي ِع الْمج ِ والْعلَماِ ِء الْع ِاملِْي والْم ِ ص ِ ِ ب اه ِديْ َن ِ ِْف َسبِْي ِل اللِ َر ِّ ْي الْ ُم ْخلَ ْ َ صنِّف ْ َ َ ُ َ َ َْ َ ُ َ ْي َو َ ْ ُ َ ِ ِ ِ ِ اجلَْيالَِِن. صا ا ََل َسيِّ ِدنَا َّ الشْي ِخ َعْب ِد الْ َق ِاد ِر ْ ْي َوالْ َمالَئ َكة الْ ُم َقَّربِ ْ َ الْ َعالَم ْ َ ص ْو ً ْي ُخ ُ ُثمَّ ﺍِلى َجمِْيعِ َﺍهْلِ ﺍلْقُبُوْﺭِ مِنَ ﺍْلمُسِْلمِيْنَ ﻭَﺍْلمُسِْلمَاﺕِ ﻭَﺍْل ُمﺆْمِنِيْنَ َﻭﺍْل ُمﺆْمِنَاﺕِ مِنَ مَشَاﺭِﻕ َِ ﺍْالَﺭْﺽ ﺍِلَى مَغَرِِّبهِا بَ ّرِهَا ﻭَبَحْ ِرهَا َﻭﺍِلى ﺍَ ْﺭﻭَﺍﺡِ ﺍَبَائِنَا َﻭﺍُ ّمَهَاتِنَا َﻭَﺍ ْجدَﺍﺩِنَا َﻭ َجدَّﺍتِنَا ﻭَمَشَايِخِنَا ﻭَمَشَاِيخِ مَشَايِخِنَا َﻭﺍَسَاِتذَﺍتِنا. ﺍَلّل ُهمَّ ﺍغْفِرْ َل ُهمْ ﻭَﺍ ْﺭ َح ْم ُهمْ َﻭعَاِف ِهمْ ﻭَﺍ ْعفُ عَْن ُهمْ ﺍَلّل ُهمَّ الَ تَحْرِمْنَا َﺍجْ َر ُهمْ ﻭَالَ تَفْتِنَا بَعْدَ ُهمْ ﻭَﺍغْفِرْ لَنَا ﻭََل ُهمْ ربَّنا والَ َِت ِمل علَي نآإِصرا َكما َِح ْلته علَى الَّ ِذ ِ ِ ِ ف ين من قَ ْبلنَا َربَّنَا َوالَ ُِتَ ِّم ْلنَا َماالَطَاقَةَ لَنَا بِه َو ْاع ُ َ َ َ ْ ْ َ َْ ًْ َ َ َُ َ َ ِ ِ ِ ين َعنَّا َوا ْغف ْر لَنَا َو ْارِحَْنَآ أ َ َنت َم ْوالَنَا فَ ُ انص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوم الْ َكاف ِر َ ِ اب نك َر ِْحَةً إِن َ ب لَنَا ِمن لَّ ُد َ َّك أ َ َنت الْ َوَّه ُ َربَّنَا الَتُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إ ْذ َه َديْتَ نَا َوَه ْ كرِ ياأَيَّتُها النَّ ْفس الْمطْمئِنَّةُ ارِجعِي إِ ِ اضيَةً َم ْر ِضيَةً فَ ْاد ُخلِي ِِف عِبَ ِادي َو ْاد ُخلِي َجنَِّت َ َ ُ ُ َ ْ َل َربِّ َ َ
ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ َّك ين ءَ َامنُوا َربَّنَآ إِن َ ين َسبَ ُقونَا باْ ِإلميَان َوالَ ََْت َع ْل ِف قُلُوبِنَا غالًّ لِّلَّذ َ َربَّنَا ا ْغف ْر لَنَا َو ِإل ْخ َواننَا الذ َ رء ٌ ِ يم وف َّرح ٌ َُ ربَّنَا ظَلَمنَا أَن ُفسنَا وإِن ََّّل تَ ْغ ِفر لَنَا وتَرِحنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن ْ ِ ين َ َ ْ ْ َ ْ َْ ْ َ اْلَاس ِر َ َ ِ ِ ِ اب النَّا ِر. َربَّنَا آتنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف اْألخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ ٍ ِ ِِ ب الْعَِّزةِ َع َّما ك َر ِّ ص ْحبِ ِه َوباََرَك َو َسلَّ َمُ .سْب َحا َن َربِّ َ صلَّى اللُ َعلَى َسيِّدنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى آله َو َ َو َ ص ُفو َن .وسالَم علَى الْمرسلِْي وا ْْلم ُدِ للِ ر ِّ ِ ِ ْي. ب الْ َعالَم ْ َ يَ ْ َ َ ٌ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ D. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam Kegiatan Fida’ Menurut Masyarakat Kelurahan Tingkir Tengah. 1. Menjalin Ukhuwah Islamiyah Berkumpulnya jamaah dalam kegiatan Fida’ tentunya akan mempererat tali silaturahim diantara mereka. Kedekatan emosional antar sesama jamaah juga semakin tumbuh berkembang. Menurut penuturan dari narasumber H Warsidi, 52
“ Nek pahedahe yo nebus doso, nek manfaate yo silaturahim” Artinya adalah “ kalau fungsinya ya menebus dosa, kalau manfaatnya ya silaturahim” Menurut Wahab: “Nggeh kumpil-kumpul jagongan, nek bar sembahyang, kumpulkumpul yasinan, nggeh istilahe silaturahim” Artinya adalah “ ya kumpul-kumpul duduk bersama, kalau setelah beribadah kumpul-kumpul yasinan, ya sitilahnya silaturahim” Menurt Fatimah: “ Nggeh saget kumpul-kumpul kaleh kancane ngoten, Silaturahim sitik-sitik nggeh jarene kon do fida’ kulo nggeh tumut gen petuk kalih kancane.” Artinya adalah “ ya bisa kumpul-kumpul sama teman-teman, silaturahim, ya sedikit-sedikit katannya disuruh Fida’, saya ya ikut biar bertemu dengan teman” Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya salah satu nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kegiatan Fida’ adalah Silaturahim atau Ukhuwah islamiyah. Dengan para jamaah atau umat islam sering bertemu maka tali persaudaraan akan selalu terjaga dan terjalin.
2. Kebersamaan
53
Sebagai makhluk sosial, manusia harus menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam bermasyarakat, mengingat dunia ini tidak akan maju atau berkembang kalau tidak ada kebersamaan antar sesamanya. Dalam kegiatan keagamaan kebersamaanpun harus selalu diupayakan, agar jiwa dan raga saling terkait, karena memang
sesama
muslim
adalah
saudara.
Perkumpulan-
perkumpulan atau ritual keagamaan yang dilakukan secara berjamaah, adalah salah satu kiat untuk selalu membangun kebersamaan, seperti penuturan narasumber H Selamet Widodo, “ Sesama jamaah kan bisa kumpul-kumpul, nek mboten kumpulkumpul kan selalu menyendiri, mungkin di rumah. Dengan adanya mengikuti jamaah apapun, kan kita bisa kumpul-kumpul. Mungkin kalau ingin bertemu terus mendatangi rumah orang perorang kok rasanya gak mungkin, tapi dengan adanya kumpul – kumpul jamaah fida’ , quranan, yasinan, kan kita saling bertemu”. Menurut penuturan Wahab, “Nggeh kumpul-kumpul jagongan, nek bar sembahyang, kumpulkumpul yasinan, nggeh istilahe silaturahim” Artinya adalah “ ya kumpul-kumpul duduk bersama, kalau setelah beribadah kumpul-kumpul yasinan, ya sitilahnya silaturahim”. Menurut Fatimah: “Nggeh saget kumpul-kumpul kaleh kancane ngoten,”. Artinya adalah “ ya bisa kumpul-kumpul sama teman begitu”.
54
Dari beberapa pendapat diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa manfaat sosial atau nilai pendidikan dari Fida’ ialah kumpul-kumpul. Dalam bahasa penjabaran itu berarti bisa bersatu dan bersama. Maka nilai kebersamaan didalam sebuah jamaah atau perkumpulan akan sangat terasa bila dibandingakan dengan kegiatan yang dilakukan sendiri, karena kalau sesuatu dilakukakn secara bersama pasti akan mempunyai rasa yang berbeda. 3. Tolong-menolong Tolong-menolong
wajib
hukumnya
jika
dalam
hal
kebaikan. Dalam sebuah organisasi atau perkumpulan, tolong menolong dengan sesama anggota adalah hal yang sangat diperlukan, karena memang seoarang berkehidupan tidak mungkin juga kalau tidak membutuhkan bantuan orang lain, baik itu bantuan rohani ataupun jasmani. Seperti penuturan dari narasumber H Selamet Widodo, “ Nek wonten jamaah seng mpun meninggal saking jamaah niku sepakat untuk melanjutkan fida’nya seseorang yang meninggal, dadi missal 50.000 kok kurang 20.000 la niku dari jamaah genepi, dengan tujuan dihadiahke, disengkuyung , la keuntungane ngoten jamaah ngumpul-ngumpul ngoten, neng nek piyambak kan mboten mungkin. Dadi dengan ikhlas menambahi, dihadiahke kagem engkang meninggal ”.
55
artinya adalah “ kalau ada jamaah yang sudah meninggal dari jamaah lain itu sepakat untuk melanjutkan fida’nya seseorang yang meninggal, jadi misal baru 50.000 kok kurang 20.000 maka dari jamaah yang menggenapinya, dengan tujuan dihadiahkan, diangkat bersama, keuntungan jamaah seperti itu, kalau sendiri kan tidak mungkin, jadi dengan ikhlas menghadiahkan untuk jamaah yang meningal”. Dari penuturan diatas bisa diambil intinya bahwa ada semangat tolong-menolong antar sesama jamaah fida’, yakni tolong menolong menyelesaikan fida’nya apabila ada salah seoarang anggota atau jamaah yang lebih dulu meninggal padahal belum khatam”. Menurut penuturan Wahab: “Biasane sesama anggota lain yang sudah meninggal, dikroyok, coro kurang selawe lak kari nyewu-nyewu”. Artinya adalah “ biasanya sesama anggota lain yang sudah meninggal dikroyok(dikerjakan bersama-sama) kalau kurang dua puluh lima kan tinggal seribu-seribu”. Maksud dari pendapat Wahab ialah bahwa jika ada jamaah yang meninggal dan fida’ nya masih kurang, maka akan dilunasi bersama-sama oleh jamaah yang lain. Fatimah menuturkan : “nek riyen nggeh nek wonten seng sedo direwangi moco kabeh”
56
Artinya “Kalau dulu ya kalau ada yang meninggal dibantu membaca semuanya”. Maksudnya adalah jika ada yang meninggal maka akan dibantu untuk membaca kekurangan dari Fida’nya. Disinilah letak rasa saling tolong-menolong antar jamaah Fida’ terpupuk, karena rasa solidaritas tinggi sehingga tak hanya tolong-menolong dalam hal jasmani, akan tetapi juga rohani, terbukti dengan membantu melunasi atau menutup tanggungan Fida’ bagi jamaah yang sudah meninggal. Dari hal itulah sudah barang
tentu
rasa
saling
tolong
menolong
juga
akan
terimplementasikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di Kelurahan Tingkir Tengah. 4. Shodaqoh Mengeluarkan sebagian
harta dalam hel kebaikan atau
jihad memang sangat dianjurkan dalam agama Islam, mengingat banyak saudara-saudara sesama umat muslim maupun non muslim yang memang sangat membutuhkan bantuan. Shodaqoh atau sedekah memang tak selamanya harus dengan uang, bisa juga dengan makanan, bahkan hanya dengan menyingkirkan duri di jalan dengan tujuan agar orang lain terhindar dari bahanya, maka hal tersebut juga sudah bisa dikatakan shodaqoh atau sedekah. Dalam kegiatan fida’, terdapat juga nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan sedekah atau shodaqoh, karena memang didalamnya juga
57
nantinya ada memberikan makanan dengan sesama jamaah fida’ . Seperti penuturan yang disampaikan narasumber , Fatimah: “Khatamane nggeh teng mushola ngaturi pak Kyai, nggeh silatrahim, biasane kumpul-kumpul,
urunan di tumbaske nopo
ngoten, didahar teng mriku, damel khataman ngoten”. Artinya : khatamanya ya di mushola, mendatangkan bapak Kyai, ya silaturahim, biasanya kumpul-kumpul, iuran dibelikan apa gitu, nanti dimakan bersama, buat khatamanya begitu. Beberapa informasi yang terkumpul dari lapangan, bahwa memang pada akhir kegiatan fida’ , yakni saat khataman seluruh jamaah biasanya iuran uang, nantinya untuk dibelikan makanan yang nantinya akan dimakan bersama-sama sebagia syukuran dan juga sodaqoh dengan sesama jamaah.
58
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kegiatan Fida’ Di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga Tahun 2014-2015. Dari hasil wawancara dan observasi penulis di lapangan bahwa pelaksanaan kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah sudaah ada sekitar tahun 1935 yang pada waktu itu dicetuskan atau disyiarkan oleh seorang tokoh agama yang bernama Kyai Munajat, Kyai H Abdul Hanan, dan Kyai Khumaidi. Semenjak saat itulah kegiatan tersebut terus berjalan dengan istiqomah dan warga pun juga memang sengaja Nguri-Nguri kalau dalam bahasa indonesia artinya sengaja dilestarikan atau dibudayakan. Pada saat pertama kali pelaksanaan fida’ tersebut banyak yang bergabung, sekitar 50-100 orang , akan tetapi seiring berjalanya waktu, dan semakin banyaknya jamah yang meninggal dan pindah, maka jamaah kegiatan fida’ sedikit demi sedikit mulai berkurang, dan sekarang hanya tinggal separunya, yakni sekitar 25-30 orang. Teknis pelaksanaan fida’ yang ada pada masyarakat Tingkir Tengah tidak begitu rumit, karena memang sudah terbiasa dan berjalan secara natural ,artinya kapan kegiatan itu dilakukan, tempatnya dimana, jamaah sudah paham betul, karena memang sudah terjadwal pasti dalam setiap minggunya, jadi tidak perlu ada undangn khusus, baik lisan atau tulisan yang digunakan. Pelaksanaannya ialah Pada setiap hari senin,
59
malam selasa setelah sholat maghrib, semua warga jamaah kegiatan fida’ sudah otomatis datang ke mushola Baitul Mujahidin yakni tempat fida’ dilakasanakan. Fida’ yang ada di Tingkir Tengah adalah termasuk fida’ sughro, yakni membaca Lailaha ilallah sebanyak 70.000 kali, akan tetapi pelaksanaanya ialah tidak sekali baca selesai sebanyak itu, akan tetapi dengan tiap minggu dicicil sebanyak 1000 kali , dan jika sudah memenuhi 70.000 maka akan diadakan khataman. Pasca khataman maka akan dibuka lagi pendaftaran anggota, karena memang sistemnya mendaftar siapa yang akan difida’ atau ditebus, bisa dirinya sendiri maupun sanak saudara, setelah itu maka kegiatan fida’ akan dimulai lagi sebagai mana biasanya. Untuk urutan bacaan yang dibaca saat kegiatan fida’ adalah sebagai berikut: 1. Tawasul kepada Nabi Muhammad SAW 2. Tawasul kepada syekh abdul Qodir Al Jailani dan semua Ahli Kubur. 3. Membaca Istigfar sebanyak 7 kali 4. Membaca Sholawat sebanyak 7 kali 5. Membaca Sholawat kamaliyah 7 kali 6. Membaca Lailahailallah sebanyak 1000 kali 7. Doa
60
Pada pembacaan tawasul dipimpin oleh ustadz, dan jamaah mengikutinya dengan membaca Surat Al-fatikhah, Setelah itu mambaca istigfar, sholawat, dan dilanjutkan membaca kalimat tauhid, yakni Lailaha illallah sebanyak 1000 kali, dengan setiap hitungan ke seratus ustadz yang memimpin fida’ mengetok sebuah meja, untuk member jeda agar memudahkan penghitungan nantinya. Setelah itu selesai dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh pak Ustadz, dan jamaah mengamininya. Selanjutnya setelah semua bacaan selesai maka dilanjutkan sholat isyak berjamaah dan kegiatan fida’ sudah selesai. B. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam Kegiatan Fida’ Di Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga Tahun 2014-2015 Nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kegitan fida’ ialah: 1. Menjalin Ukhuwah Islamiyah Menjalin ukhuwah islamiyah atau kata lain bisa dikatakan menyambung tali persaudaraan antar sesama umat islam, memang sudah diajarkan dalam agama islam sejak dulu, akan tetapi ternyata agama lainpun mengajarkan yang demikian juga, yakni penekananya pada tali persaudaraan secara universal. Dalam Agama Islam sebutan ukhuwah islamiyah ternyata selaras dengan kata silaturahim, yang artinya menyambung tali persaudaraan. Silaturahim memang hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat maupun beragama, hal tersebut sangat dianjurkan bahkan setengah diwajibkan, karena dalam
61
salah satu ayat Al-quran diterangkan, yakni surat An-nisa ayat 01 yang berbunyi: Artinya: “
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dari ayat di atas tentu sudah bisa dipahami, bahwa silturahim memang sudah disyariatkan sejak lama, hal tersebut tentunya tidak terlepas dari banyaknya manfaat yang bisa diambil dari silaturahim itu sendiri. Dengan menjalin persaudaraan atau silaturahmi yang baik maka InsyaAllah doa-doa yang baik akan berdatangan, panjang umur, dan keberkahan hidup pun bisa didapatkan. Berkumpulnya para jamaah dalam kegiatan fida’
sudah pasti dapat mempererat tali
silaturahim para jamaah dan ukhuwah islamiyah akan tetap syiar dan terjaga. Manakala ukhuwah islamiyah benar-benar ditegakan di tengah masyarakat muslim, maka akan memberi dampak yang sangat positif dalam membangun peradaban manusia. Kesatuan dan persatuan akan semakin mengakar kokoh dikehidupan masyarakat, dan hal tersebut diharapkan sekali muncul dari kegiatan fida’ yang ada di Tingkir Tengah.
62
2. kebersamaan Kehidupan manusia di dunia ini tidak bisa sendirian, kerena memang manusia adalah makhluk sosial, yang itu berarti antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling bergantung atau saling membutuhkan satu dengan yang lainya. Dalam keseharian manusia sudah pasti akan bertemu dengan manusia lain, yakni masyarakat sekitar di tempat tinggal manusia itu sendiri. Motif pertemuan itu pun bermacam-macam, ada yang kerena acara ceremonial dan ada juga yang memang kerena keseharian biasa, seperti bertemu di jalan maupun di tempat belanja. Untuk di Kelurahan Tingkir sendiri acara-acara kebersamaan sebenarnya sangatlah beragam, yang salah satunya ialah dalam kegiatan fida’. Para jamaah sudah pasti akan duduk besama dalam acara tersebut, dan hal itu adalah momen kebersamaan masyarakat khususnya jamaah fida’
yang banyak manfaatnya. Melihat situasi
yang seperti sekarang ini, banyak perpecahan yang terjadi, antara sesama manusia, sesama umat beragama, bahkan sesama umat islam sendiri, tentu hal tersebut sangat disayangkan sekali. Maka dari itu kegiatan kebersamaan dalam beragama maupun bersosial sangat perlu dan sangat penting dipertahankan. Terbinanya kebersamaan di kalangan muslim, khususnya jamaah fida’ akan berdampak pada semakin kokohnya rasa senasib sepenanggungan antar sesama muslim.
63
3. Tolong Menolong Pada masyarakat yang serba modern seperti saat ini, peneliti mengamati bahwa kepedulian sosial antar masyarakat semakin terkikis. Banyak orang yang tidak mau tahu dengan urusah saudaranya sesama manusia, bahkan sesama umat islam sendiri. Hal tersebut disayangkan sekali, karena dalam ajaran islam kepedulian sosial sangat-sangat dianjurkan, sesuia yang diajarkan dalam al-quran dalam Q.S Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi: Artinya: “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. dalam ayat di atas bahwa sebagai umat beragama sangat dianjurkan untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan, akan tetapi tidak boleh tolong- menolong dalam hal keburukan. Dalam kegiatan fida’ jamaah diajarkan untuk tidak hanya memikirkan keselamatan diri sendiri saja, akan tetapi juga keselamatan orang lain. Hal tersebut diwujudkan dengan saling mendoakan antar sesama, apa yang menjadi hajat saudaranya, maka para jamaah bersama-sama mendoakan agar hajatnya bisa cepat tercapai. Tidak hanya itu saja setiap ada jamaah fida’ yang meninggal dunia dan masih punya kewajiban atau tanggungan fida’ yang belum lunas, maka
64
jamaah yang lain secara ikhlas membantu melunasi atau menutup kekurangan fida’annya. 4. Shodaqoh Memberi dan menerima adalah energi alam yang selalu dituntut untuk berjalan. Manusia memberikan sesuatu kepada alam, maka alam akan balik memberi kepada manusia. Hukum ini berlaku untuk semua makhluk, baik benda mati maupun makhluk hidup (Ahmad Sultoni, 2007: 115). Memberikan shodaqoh berupa makanan atau minuman memang yang sangat lazim dilakukan dimassyarakat, karena memang kebanyakan masyarakat lebih ringan bila mengeluarkan sedekah dalam bentuk makanan atau minuman dari pada uang. Ternyata hal tersebut tidak hanya memunculkan manfaat secara agama, yakni pahala, akan tetapi juga unsur sosial. Dalam memberikan makanan atau minuman akan memunculkan ikatan kerukunan dan simpati kepada sesama. Perintah menyedekahkan sebagian harta dalam kebaikan ada dalam Al- quran surat Al-baqoroh ayat 261 yang berbunyi:
Artinya: “
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
65
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. Ayat di atas sangat jelas mengambarkan bagaimana keutamaan sedekah itu sangat banyak, dan balasan yang dijanjikan juga sangat banyak, karena balasannya akan dilipat gandakan. Masyarakat Tingkir Tengah , khususnya jamaah kegiatan fida’ sudah pasti paham betul akan ayat tersebut, karena memang sudah banyak disampaikan dalam pengajian-pengajian atau majlis ilmu lain. Maka dari itu para jamaah mengeluarkan makanan untuk dihidangkan saat khataman fida’ mempunyai harapan agar dapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Unsur pahala memang hal yang biasanya mendasari seseorang berbuat baik dengan sesamanya, akan tetapi teryata tidak hanya dapat pahala saja ketika orang bersedekah dengan sesamanya, akan tetapi juga unsur-unsur sosial akan ikut memberikan
dampak positifnya
juga. Seseorang yang gemar atau ringan tangan dalam memberikan shodaqoh, meskipun dalam bentuk makan dan minuman yang sederhana, ternyata akan mempengaruhi sikap sosial kemasyarakatan. Jamaah kegiatan fida’ akan semakin rukun, rasa saling memiliki dan persaudaraan tumbuh subur dalam hatinya, karena memang dengan memberikan
sedekah
atau
shodaqoh
dengan
sesamanya,
menumbuhkan rasa simpati dan empati dalam kepribadan seseorang. Rasa tersebutlah yang akan menjadi modal bagaimana sebuah 66
masyarakat atau jamaah kegiatan keagamaan akan langgeng dang teap guyup rukun dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan.
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari seluruh rangkaian penelitian yang dilakukan mengenai nilainilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah tahun 2014-2015 , penulis menyimpulkan: 1. Pelaksanaan kegiatan fida’ Untuk pelaksanaan fida’ yang ada di Tingkir Tengah yakni dilaksanakan setiap hari senin setelah sholat maghrib, seluruh jamaah kumpul di
mushola Baitul Mujahidin. Bacaan yang dibaca ialah
tawasul atau fatikhah, istighfar, sholawat nabi, sholawat kamaliah, lailaha illallah, dan ditutup dengan doa. 2. Nilai-nilai pendidikan sosial dalam kegiatan fida’ di Kelurahan Tingkir Tengah Tahun 2014-2015 Dari data yang didapatkan oleh peneliti, bahwa nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kegiatan fida’ ini ialah menjalin ukhuwah islamiyah, kebersamaan tolong-menolong dan shodaqoh. B. Saran - saran 1. Jamaah Kegiatan fida’
68
a. Kegiatan keagamaan yang mengutamakan kebersamaan atau
berjamaah
diharapkan
terus
dipelihara,
agar
masyarakat tetap dekat dalam jasmani maupun rohani. b. Menyiapkan regenerasi kepada jamaah yang lebih muda, agar kegiatan fida’ tidak hanya bertahan dalam satu generasi, akan tetapi bisa berlanjut terus sampai anak cucu . 2. Masyarakat a. Kepada masyarakat disarankan tetap menjaga kerukunan dalam beragama, meskipun berbeda pendapat dalam hal ibadah, akan tetapi dalam sosial kemasyarakatan harus tetap dijunjung tinggi dan diutamakan. b. Tetap memgang erat asas bhineka tunggal ika, walaupun dalam kenyataan masyarakat banyak perbedaan dan konflik, akan tetapi jangan sampai menjadikan itu sebagai alasan merusak kerukunan dan kebersamaan, karena walaupun berbeda-beda tetap satu, tetap dibawah satu bendera, yakni merah putih. 3. IAIN Salatiga a. Kepada IAIN Salatiga diharapkan dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang berbagai kegiatan keagamaan di masyarakat, agar nantinya mahasiswa ketika
69
terjun di masyarakat paham dan tidak asal dalam bertindak ataupun berpendapat. b. Kepada IAIN Salatiga diharapkan juga dapat menghimbau kepada mahasiswa agar selalu menekankan
untuk bisa
mendahulukan hubungan sosial kemasyarakatan atau muamalah, dari pada mendebatkan masalah dalil atau keyakinan kelompok-kelompok tertentu, karena itu hanya akan semakin menyempitkan pola pikir dan hubungan sosial dengan masyarakat yang pola keyakinan dan kehidupannya sangat heterogen dan komplek.
70
DAFTAR PUSTAKA
Anis,
M Madchan. 2009, Tahlil dan Kenduri Tradisi Santri dan Kiai. Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang.
Ali, Atebik dan Muhdlor, A Zuhdi, 2003, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Krapyak: Multi Karya Grafika. Arifin, M. 1976. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. Daymon, Cristine. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Publik & Relationt dan Marketing Komunication. Jogjakarta: Bentang Pustaka. Drajat, Dr. Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Drever, James. 1986. Kamus Psikologi. Jakarata: Bina Aksara. Hawwa, Said. 2016. Pendidikan Spiritual. Jogjakarta: Mitra Pustaka. Hd, Kaelany. 2000. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bina Aksara. Magnis, Suseno Frans. 1996. Etika Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti. Surakarta: Ziyad Visi Media. Poerdaminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balaipustaka.
71
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Qardhawi, Yusuf. 2003. Masyarakat Berbasis Syariat Islam Akidah, Ibadah, Akhlak. Solo: Era Intermedia. Soenarto, Achmad. 1990. Etika Bergaul. Jakarta: Pustaka Amani. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sujanto, Drs Agus. 1983.Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru. Tim STAIN Salatiga. 2009. Khutbah Jumat Tematik Sepanjang Tahun. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Ulwan ,Abdullah Nashih. 1989. Merjut Keping-Keping Ukhuwah. Solo: CV Ramadhani. Yin, Robert K. 2004. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada. Http:// Irfanyudistira.Htm: Fida’an Tradisi Tahlilan Kaum Sufi Dan Para Sadat, Diakses 26 Oktober 2014. Http://Catatan Penting Tentang Tahlilan _ Bahtera Kehidupan.Htm, Diakses 25 Oktober 2014. Http:// Tradisi Aswaja _ Haidho.Htm : Tradisi Aswaja. Diakses 26 Oktober 2014.
72
Http:// Pengajian Aswaja Ranting Loram Kulon _ NU Kudus.Htm: Pengajian Aswaja Ranting Loram Kulon, Diakses 26 Oktober 2014. http://palangiran.blogspot.html: Amalan Pembebas Dari Api Neraka, Diakses 1 April 2015.
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi Nama
: Khotim Ahsan
Tempat/Tanggal Lahir
: Temanggung, 25 Desember 1990
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Sidotopo, 01/04, Tempuran, Kaloran, Temanggung
B. Riwayat Pendidikan 1. MI Muhammadiyah Tempuran, lulus Tahun 2004 2. MTs Muhammadiyah Tempuran, lulus Tahun 2007 3. MA Mua’limin Rowoseneng, lulus Tahun 2010 C. Data Orang Tua Nama Ayah
: Darmin
Nama Ibu
: Yatin Mardiyati
Alamat
: Sidotopo, 01/04, Tempuran, Kaloran, Temanggung Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 12 April 2015 Penulis
Khotim Ahsan
74
A. Pertanyaan Untuk Sesepuh Dalam Kegiatan Fida’ 1. Apa pengertian fida’? 2. Apa latar belakang diadakannya fida’ ? 3. Sejarahnya bagaimana dan siapa saja tokoh-tokoh yang merintisnya? 4. Sewaktu dulu yang ikut fida’ ada berapa orang, dan bagaimana dengan sekarang? 5. Tahap-tahap pelaksanaan dan teknisnya kegiatan fida’ bagaimana? B. Pertanyaan Untuk Ustadz atau pemimpin fida’ ? 1. Bacaan yang dibaca saat kegiatan fida’ apa saja? 2. Nilai-nilai pendidikan sosial apa yang bisa diambil darikegiatan fida’ ? 3. Sejak kapan bapak memimpin kegiatan ini? 4. Untuk Kegiatan fida’ ini apakah khatamanya setahun sekali? C. Pertanyaan untuk jamaah fida’. 1. Sudah berapa lama anda mengikuti kegiatan fida’ ? 2. Apa manfaat sosial atau nilai-nilai pendidikan sosial yang bisa diambil dari kegiatan fida’? 3. Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini? 4. Menurut anda bagaimana keadaan atau perkembangan fida’ di Kelurahan Tingkir ini?
75
HASIL WAWANCARA A. Wawancara dengan Sesepuh Dalam Kegiatan Fida’. Nama
: Badrun
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Januari 2015-01-25 Waktu
: 10:00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak Badrun
Pertanyaan
: Apa pengertian fida’ itu?
Jawaban
: Fida’ kwi tebusan, coro arab fida’, la coro jawane tebusan, pahedahe yo gugurake doso, wong wis fida’.la fida’ sugro po kubro, nek fida’ sugro rupane moco kalimat tauhid, lailahaillallah peng 100.000 supoyo dingapuro doso gede po cilik nopo doso sengojo pora disengojo, mongko sekujur kabeh duwe doso. nek fida’ kubro kwi moco qulhu peng 100.000.
Pertanyaan
:Apa latar belakang diadakannya fida’ ini?
Jawaban
:yo ono hadist seko kanjeng nabi seng nganjurke fida’.
Pertanyaan
:Sejarahnya bagaimana dan siapa saja tokoh-tokoh yang
merintisnya?
76
Jawaban
: fida’ rumangsaku neng daerah kene ki tahun 1935, aku iseh cilik dadi rung melu, tokoh-tokohe yo simbah Kyai Munajat, pak Haji Abdul Hanan lan pak Khumadi, neng pak khumadi kwi fida’ kubro, mocone qulhu peng 100.000.
Pertanyaan
:Sewaktu dulu yang ikut fida’ ada berapa orang, dan bagaimana
Jawaban
dengan sekarang?
: Fida’ seminggu pisan, seng melu yo wong akeh, maune now 50 tekan 60, saiki sitik do mati, salong do lungo.
Pertanyaan
:Tahap-tahap pelaksanaan atau teknisnya kegiatan fida’
bagaimana? Jawaban
:Mocone bareng-bareng, nek wes entuk 100 diketok, mocone lekas meneh bareng lailahaillallah, neng nicil sak enyangan sewu, la nek wes genep 70.000 khataman , lekas neh seko siji tekan 70.000. Biyen ono telung mushola giliran , saiki garek siji ng mushola kwi(sambil menunjuk arah mushola), neng saiki aku ws ora melu ws ono jadwal liyo , tolak balak.
77
HASIL WAWANCARA B. Wawancara dengan Kyai atau Ustadz yang Memimpin Kegiatan Fida’. Nama
: H Warsidi
Hari/Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Tempat
: Rumah Bapak H Warsidi
Pertanyaan
: Bacaan yang dibaca saat kegiatan fida’ apa saja ?
Jawaban
: Yo tawasul marang kanjeng nabi, syekh abdul qodir, lan sahabat-sahabat dijamak, lajeng maos sholawat kamaliah peng sepuluh, istigfar ping pitu, sholawat ping pitu, lajeng tahil, lailahailallah peng sewu, nek wes rampung terus dongo.
Pertanyaan
: Nilai-nilai pendidikan sosial apa yang bisa diambil dari kegiatan fida’ ini?
Jawaban
: Nek pahedahe yo nebus doso, manfaate yo silaturahim
Pertanyaan
: Sejak kapan bapak memimpin kegiatan fida’?
Jawaban
: yo awet mbah Badrun wes ra hiso, mergo wes sepuh, lajeng kulo seng kon neruske , ganti ,soale mbah Badrun wes ra roso
78
Pertanyaan
: Untuk Kegiatan fida’ ini khatamnya apakah setahun sekali?.
Jawaban
: Geh punjul setahun, nek mpun khatam 70.000, lajeng mbukak daftar maleh, nek wonten jamaah seng mpun meninggal saking jamaah niku sepakat untuk melanjutkan fida’nya seseorang yang meninggal, dadi missal 50.000 kok kurang 20.000 la niku dari jamaah genepi, dengan tujuan dihadiahke, disengkuyung , la keuntungane ngoten jamaah ngumpul-ngumpul ngoten, neng nek piyambak kan mboten mungkin. Dadi dengan ikhlas menambahi, dihadiahke kagem engkang meninggal. Nek wes khatam derek fida’ niku ajeng go awake dewe nopo wong tuwone nopo sinten geh saget, neng nek pertama-tama go awake dewe, selebihnya nembe dihadiahke.
79
HASIL WAWANCARA C. Wawancara dengan Jamaah Kegiatan Fida’ Nama
: H Slamet Widodo
Hari/Tanggal : Minggu, 25 Januari 2015 Tempat
: Rumah Bapak H Slamet Widodo
Pertanyaan
: Sudah berapa lama anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Pinten geh, geh sekitar 3 tahunan, kurang luwih 4
tahunan lah. Pertanyaan
: Apa motivasi anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Geh mendekatkan diri kepada Allah, kan isine dzikir, geh derek
Pertanyaan
jamaah kersane kumpul-kumpul.
: Apa Apa manfaat sosial atau nilai-nilai pendidikan sosial yang bisa diambil dari kegiatan fida’?
Jawaban
: Diantaranya, sesama jamaah kan bisa kumpul-kumpul, nek mboten kumpul-kumpul kan selalu menyendiri, mungkin di rumah. Dengan adanya mengikuti jamaah apapun, kan kita bisa kumpul-kumpul. Mungkin kalau ingin bertemu terus mendatangi rumah orang perorang kok rasanya gak mungkin, tapi dengan adanya kumpul – kumpul jamaah fida’ , quranan, yasinan, kan kita saling bertemu.
80
Pertanyaan
: Jumlah anggota atau jamaah yang ikut kegiatan ini berapa
? Jawaban
: Jamaah seng terdaftar geh jane radi katah, catetan seng persis wonten mbah wahab
Pertanyaan
: Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini ?
Jawaban
: Nek kulo kan anggota, dados namung derek , seng derek saat-saat niki yen kados jamaahnya mergo jawah, geh tiyang-tiyang sepuh, geh kadang boten mlampah,, ning digarap teng griyo, jadi boten teng mushola dadi garap teng griyo. Nek jamaah seng pasti terdaftar wonten teng mbah Wahab, geh sekitar 20 an, biasana putri-putri lebih banyak, geh jamaah nopo mawon ibu-ibu niku. Geh biasane seng sepuh-sepuh niku, do tindak neng mboten nganu, neng geh digarap, teng griyo, wong sing enom nek radi kesel geh mboten mangkat.
Pertanyaan
: Menurut anda bagaimana keadaan atau perkembangan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah ini?
Jawaban
: Nek riyen kan anjangsana, dadi malam selasa mushola mriki, malam seloso beriktunya mriku, malem seloso berikutnya mriku, mushola Baitul Mujahidin, Mushola Nuzulul Quran, Mushola Baitur Dzakirin, la tigo mushola niku perputaran. Sakniki seng tasih mushola Baitul Mujahidin. Nek permasalahane mbah modin kan wes
81
sepuh, po maneh mongso udan, terus dipusatke wonten mushola Baitul Mujahidin. La Selama niku mbah Badrun engkang mimpin, lajeng empun sepuh di wakilake Pak H Warsidi.
82
HASIL WAWANCARA Nama
: Fatimah
Hari/Tanggal
: 2 Februari 2015
Tempat
: Rumah Ibu Fatimah
Pertanyaan
: Sudah berapa lama anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Kulo niku nggeh lali, ra tahu ngetung, nggeh antarane
tigang tahun. Pertanyaan
: Apa motivasi anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Kulo riyen nggeh nganu, pokok teko tumut ngoten, kancane kok do melu, kulo pengen melu, dari pada teng griyo gur ngantuk ngoten.
Pertanyaan
: Apa manfaat sosial atau nilai-nilai pendidikan sosial yang bisa diambil dari kegiatan fida’?
Jawaban
: Nggeh saget kumpul-kumpul kaleh kancane ngoten, Silaturahim sitik-sitik nggeh jarene kon do fida’ kulo nggeh tumut gen petuk kalih kancane. Nek riyen geh nek wonten seng sedo direwangi moco kabeh, nek riyan mbah Badrun, nek mboten seng sanjang geh ahli waris.
Pertanyaan
: Jumlah anggota atau jamaah yang ikut kegiatan ini berapa
?
83
Jawaban
:
Nek riyen katah, nek sakniki sekedik mas, nek riyen
atusan sakniki gur sitik, do mati kaleh ra ono seng neruske, sakniki tiyang setri nembelas (16), nek seng jaler duko ra tahu weruh kulo kok.. Pertanyaan
: Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini ?
Jawaban
: Nggeh seng tuwo-tuwo salong do mati, seng tindak teng mushola nggeh soyo sekedik, seng adoh-adoh salong yo wegah.
Pertanyaan
: Menurut anda bagaimana keadaan atau perkembangan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah ini?
Jawaban
: Nek sakniki wonge do mati, salong seng tuwo yo kadang ra mangkat, niku lak wong tuwo to, niku ketambahan seng enom gur pinten ngoten, peneruse mboten wonten. La niku mane pimpimana lak mbah Basri, mbah Basri sedo, jur mbah Badrun, mbah badrun putrane sedo lan mboten kuat, basan sakniki gantos pak H Warsidi. Khatamane nggeh teng mushola ngaturi pak Kyai, nggeh silatrahim, biasane kumpul-kumpul, urunan di tumbaske nopo ngoten, didahar teng mriku, damel khataman ngoten.
84
HASIL WAWANCARA Nama
: Wahab
Hari/Tanggal
: 2 Februari 2015
Tempat
: Rumah Bapak Wahab
Pertanyaan
: Sudah berapa lama anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Nggeh sepuluh tahunan lah, awet mbah H Khanan, saiki wes ganti , la kene cedak, ra melu fida’ yo piye.
Pertanyaan
: Apa motivasi anda mengikuti kegiatan fida’?
Jawaban
: Alasane yo menabung sudah tua, Dzikr lailaha illallah jare bukak lawang surgo, cita-cita, dene gusti Allah ngersaake alhamdulillah. Pancen gusti Allah kuoso. Golek ganjaran go sangu mati seng penting. jare perintah fida’ bakal di ganjar akeh, dadi kene pamrih golek ganjaran.
Pertanyaan
: Apa manfaat sosial atau nilai-nilai pendidikan sosial yang bisa diambil dari kegiatan fida’?
Jawaban
: Nggeh kumpul-kumpul jagongan, nek bar sembahyang. kumpul-kumpul
yasinan,
nggeh
istilahe
silaturahim,
anjangsana, yo fida’ neng mushola seng 60 ke atas, seng enom-enom yo ra melu, rung cepak mati jarene. Biasane sesama anggota lain yang sudah meninggal, dikroyok coro kurang selawe lak kari nyewu-nyewu , kalau ada yang meninggal kumpulan kadang keluarga yang
85
nebusi, ora kene nembusi , ora kok jaluk wedang, tapi nek kei yorapopo. Pertanyaan
: Jumlah anggota atau jamaah yang ikut kegiatan ini berapa
? Jawaban
: Yo jeh seketan mas,
Pertanyaan
: Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini ?
Jawaban
: yo saiki wes ora akeh koyo mbiyen mas, wes kelong, musholane yo sepi, nek pengajian-pengajian yo palah ganti-ganti gurune, nek pengene lak siji ae.
Pertanyaan
: Menurut anda bagaimana keadaan atau perkembangan fida’ di kelurahan Tingkir Tengah ini?
Jawaban
: Karena memang baru pertama kali, fida’ untuk diri sendiri, baru bapak ibu, dienggo awake dewe sik, la jeh enek wektu nebusi wong tuwone po sedulure ngoten. kene akaeh kegiatan kumpul-kumpul, yasinan, berjanjen, fida’. Fida’ soyo suwe yo soyo sitik seng mangkat, wes tuo-tuo dadi kadang do garap neng omah dewe-dewe, sikile wes ra kuat leh nyeret-nyeret.
86
Mushola Baitul Mujahidin tempat kegiatan Fida’ dilakukan
Mbah Badrun, salah satu sesepuh dalam kegiatn Fida’
87
Jamaah kegiatan Fida’ putri 1
Jamaah kegiatan Fida’ Putri 2 88
Jamaah Kegiatan fida’ Putra
Jamaah Kegiatan Fida’ Putra
89
90
91
92