IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017
SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: NUR HIDAYATI NIM: 111-12-090
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 i
ii
iii
iv
v
MOTTO
“...who planted the thought will reap tho word, who planted words will reap deeds, who will actreap a habit, who will reap a habit show a character, who planted a character will reap a destiny.” (...siapa yang menanam pikiran akan menuai kata, siapa menabur perkataan akan menuai perbuatan, siapa yang bertindak akan menuai kebiasaan, siapa yang menabur kebiasaan akan menuai karakter, siapa yang menabur karakter akan menuai nasib) (Stephen R. Covey, 1999)
vi
PERSEMBAHAN Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT. Karya ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta (Bp. Suwardi dan Ibu Sugiyarti) yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir dan batin, mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis. 2. Adikku tersayang, Muhsin Khoiruddin yang senantiasa menjadi partner berjuang dalam membahagiakan Bapak dan Ibu, menjadi sumber semangat dalam segala hal. 3. Dosen pembimbing Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga serta guru-guruku semua yang telah memberikan limpahan ilmu kepada penulis. 5. Motivatorku Nur Faiz yang tak pernah lelah memberikan semangat dan tak henti untuk mendoakan. 6. Sahabatku Eryn Febriana, Kummi, Sikah, Rizki, Mas Umar, Tri Miftahul, Suastika, yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka hingga penulisan ini selesai. 7. Rekan dan rekanita IPNU-IPPNU dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatuyang selalu setia membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017” Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga. 4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
ix
ABSTRAK Hidayati, Nur. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag. Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, (2) imlementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, (3) faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga, dan (4) faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakanmetode observasi, interview/wawancara dan dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah berkonsep kepada nilai dan ajaran agama Islam, unggah-ungguh dan budaya Jawa, visi dan misi sekolah, serta tata tertib sekolah; (2) implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga dilaksanakan oleh siswa dan semua warga sekolah termasuk kepala sekolah dan guru dengan caramengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan belajar mengajar dan implementasi pendidikan karakter dalam pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar (pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat, dan sistem reward and punishment) serta implementasi pendidikan karakter berbasis fikiran; (3) fakor pendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga terbagi menjadi dua, yaitu faktor intern (keadaan siswa itu sendiri) dan faktor ekstern (visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru dan dukungan seluruh stakeholders, kegiatan yang sudah terprogram dan budaya sekolah, prinsip kebersamaan antar warga sekolah, jumlah siswa yang tidak terlalu banyak sehingga mudah untuk mengontrol, sarana dan prasarana serta fasilitas yang baik, dan lingkungan yang kondusif); (4) faktor penghambatnya juga dapat digolongkan menjadi dua, faktor intern (kondisi siswa itu sendiri dan perbedaan karakter pada masing-masing siswa) dan faktor ekstern (perbedaan kebudayaan antara sekolah dengan rumah, kurangnya waktu pengawasan ketika siswa di luar sekolah, lingkungan bergaul, dan media sosial).
x
DAFTAR ISI COVER ....................................................................................................
i
LOGO IAIN .............................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ..........................................................
v
MOTTO ...................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .............................................................................
viii
ABSTRAK ...............................................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. .................................................................................. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. ................................................................................... Rumusan Masalah ............................................................................
9
C. ................................................................................... Tujuan Penelitian ..........................................................................
xi
10
D. .................................................................................. Manfaat Penelitian ..........................................................................
10
E. ................................................................................... Penegasa n Istilah .............................................................................
11
F. ................................................................................... Metode Penelitian ..........................................................................
13
G. .................................................................................. Sistemati ka Penulisan...................................................................... BAB II
18
LANDASAN TEORI A. ................................................................................. Pengertia n Karakter ........................................................................
21
B. .................................................................................. Pengertia n Pendidikan Karakter .....................................................
24
C. .................................................................................. Tujuan Pendidikan Karakter ........................................................
27
D. ................................................................................. Fungsi Pendidikan Karakter ........................................................
30
E. .................................................................................. Nilai-nilai Karakter ...........................................................................
31
F. .................................................................................. Implemen tasi Pendidikan Karakter .................................................
36
G. ................................................................................. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
xii
Karakter ...........................................................................
42
H. ................................................................................. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter ........................................................ BAB III
44
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. .................................................................................. Gambara n Umum SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga ....................................................................
49
1. .............................................................................. Profil Sekolah .......................................................................
49
2. .............................................................................. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah...........................................
50
3. .............................................................................. Data Ketenagaan dan Peserta Didik....................................
51
4. .............................................................................. Jumlah dan Luas Bangunan ....................................................
52
5. .............................................................................. Sarana dan Prasarana..............................................................
54
6. .............................................................................. Kegiatan Ekstrakurikuler ...........................................................
55
7. .............................................................................. Prestasi Siswa ..........................................................................
xiii
58
B. ................................................................................... Temuan Penelitian ..........................................................................
62
1. .............................................................................. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan..................
63
2. .............................................................................. Implemen tasi Pendidikan Karakter Siswa ..................................
68
3. .............................................................................. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikah Karakter Siswa ........................................
80
4. .............................................................................. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa ........................................ BAB IV
83
ANALISIS DATA A. .................................................................................. Konsep Pendidikan Karakter yang Dikembangkan .........................................................
88
B. ................................................................................... Implemen tasi Pendidikan Karakter Siswa ........................................
91
C. ................................................................................... Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa ..............................................
104
D. .................................................................................. Faktor Penghambat Implementasi
xiv
Pendidikan Karakter Siswa .............................................. BAB V
106
PENUTUP A. .................................................................................. Kesimpul an ......................................................................................
109
B. ................................................................................... Saran .......................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Peserta Didik ..................................................................
52
Tabel 3.2 Jumlah dan Luas Bangunan ......................................................
52
Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran ...........
54
Tabel 3.4 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain ..........
55
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler ...............................................
57
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ................................................................
58
Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter dan Indikator di dalam KBM ....................
91
Tabel 4.2 Jenis Ekstrakurikuler dan Nilai Karakter yang Diimplementasikan ...................................................................
xvi
99
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Penelitian Lampiran 2 : Data Informan Lampiran 3 : Data Guru dan Karyawan Lampiran 4 : Tata Tertib Siswa Lampiran 5 : Rincian Jenis Pelanggaran Lampiran 6 : Ikrar Siswa Lampiran 7 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian Lampiran 8 : Surat Tugas Pembimbing Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 12 : Daftar Nilai SKK Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya yang terhubung dengan rencana pendidikan di suatu sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika serta perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi salah satu harapan, karena karakterlah yang menjadi penopang perilaku individu. Tanpa karakter seseorang dengan mudah melakukan suatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan.
1
Sebagaimana haidis riwayat At-Tirmidzi yang artinya “......orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter sangat penting dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas, karena tidak akan sempurna iman seseorang tanpa adanya kebaikan akhlaknya. Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). Manusia berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai kebaikan. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap, dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih tepat menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut kepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural.
2
Karakter akan berkembang baik apabila seseorang tersebut dapat membiasakan diri melakukan hal-hal baik dan didukung dari pendidikan, keluarga maupun lingkungan masyarakatnya yang selalu memberikan contoh yang baik. Dilihat dari dunia pendidikan, karakter seseorang dapat diajarkan atau ditanamkan sejak dini dengan melalui pengintegrasian nilainilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun budaya atau kultur yang diciptakan di sekolah. Budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah (Daryanto, 2013: 18). Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010: 20) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak untuk perkembangan tabiat luhur, tidak ada gunanya diadakan pendidikan. Orang yang pandai saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya seseorang bisa menjadikan sesuatu menjadi hancur dan rusak. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan orang baik walaupun kurang pandai. Tipe ini paling tidak memberikan suasana kondusif karena seseorang itu memiliki akhlak yang baik. Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan
3
upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani (Maksudin, 2013: 45). Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat kanak-kanak (TK) sampai dengan pendidikan tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan pendidikan kepada peserta didik yang dalam melaksanakan pendidikan (Kadir, 2012: 78-79). Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010: 3). Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini tampak dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dinyatakan bahwa: ...tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam pasal tersebut, secara tersirat dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional berfungsi dan bertujuan membentuk karakter (watak) peserta didik
4
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter juga dapat diartikan penanaman dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Pendidikan karakter ditanamkan sejak dini, sehingga nantinya akan menjadi suatu kebiasaan melakukan hal baik sesuai dengan nilai dan norma di kehidupan mendatang. Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter tersebut dapat diintegrasikan melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan budaya yang diciptakan di sekolah. Walaupun pendidikan karakter termasuk dalam hidden curriculum, tetapi pelaksanaannya secara menyeluruh di lingkungan sekolah. Produk dari pendidikan karakter tidak bersifat permanen, akan tetapi terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seorang yang awalnya memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya.
5
Pengaruh lingkungan atau karena berbagai pengaruh lainnya menjadikan karakter tersebut sedikit demi sedikit bisa berubah. Sekolah yang merupkan lingkungan kedua setelah keluarga, sangat memegang pengaruh penting dalam rangka membentuk karakter pada siswa. Karena sekolah merupakan tempat belajar-mengajar, mendidik, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan pada siswa-siswinya. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Tanggung jawab sekolah terhadap anak didik antaranya adalah tanggung jawab formal atau tanggung jawab sesuai dengan fungsinya, yaitu lembaga pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi dan tujuan serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat, serta tanggung jawab fungsional, yaitu tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum (Kadir, 2012: 79). Seiring berkembangnya teknologi informasi saat ini, ditandai dengan adanya arus globalisasi yang pesat, jelas sangat mempengaruhi setiap sektor kehidupan sehingga menyebabkan krisis multidimensi, salah satunya di bidang pendidikan sekolah menengah pertama. Dewasa ini marak sekali isuisu moral dikalangan remaja, khususnya siswa usia SMP/SLTA. Banyak
6
lulusan maupun peserta didik yang masih sekolah memiliki prestasi cemerlang, tatapi akhlak dan moralnya tidak sesuai sebagaimana tujuan pendidikan nasional. Kurangnya rasa sopan santun kepada orang tua, adanya tindak kekerasan, pergaulan bebas, rendahnya sikap tenggang rasa maupun saling menghormati dan tindakan kriminalitas di mana-mana. Perilakuperilaku tersebut menunjukan keberadaan nilai-nilai moral dan karakter yang perlu dipertanyakan kembali. Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, dan adil serta membantu siswa untuk memahami, memperhat ikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri (Daryanto, 2013: 61). Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadipribadi guru yang bermoral. Dalam hal ini budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap karakter siswanya. Sekolah yang merupakan salah satu tempat pembentukan karakter yang paling tepat setelah di rumah,
7
sekolah diamanahi para orang tua untuk mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan untuk mendidik dan membina perilaku mereka dengan karakter baik dan mulia. Penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.
Sehingga
apabila
pendidik
salah
dalam
penanganannya maka output yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan karakter siswa adalah SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Selain unggul dalam hal karakter, SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga juga unggul dalam bidang akademik. Terbukti dengan banyak piala penghargaan dan kejuaraan yang telah diraih siswa-siswi serta guru-gurunya. Lembaga pendidikan tersebut banyak diincar masyarakat untuk dapat menyekolahkan anaknya. Bukan hanya masyarakat Kota Salatiga saja yang menimba ilmu di sana, akan tetapi juga daerah-daerah lain sekitarnya termasuk dari luar wilayah Salatiga, seperti Ungaran, Magelang, Getasan, Ambarawa, Boyolali, Semarang.
8
Setiap pagi, tepatnya pukul 06.30 WIB para guru dan siswa sudah berada di sekolah. Kegiatan yang dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan belajar dimulai adalah ketika datang guru sudah berjajar dan siswa yang datang berjabat tangan kemudian semua siswa berbaris rapi dan membacakan ikrar siswa dan dilanjutkan membaca Al-Qu’an. Pada istirahat pertama siswa dan guru melakukan sholat dhuha dan siang hari ketika istirahat kedua melakukan sholat dzuhur berjamaah. Bahkan tanpa diperintah oleh guru, siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sudah aktif melakukan kegiatan rutinitas yang sudah menjadi tradisi lembaga tersebut. Sekolah yang menjadi tempat belajar para siswanya harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah yang bermutu. Sekolah dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya (Ibrahim, 2012: 13). Bertitik tolak dari pernyaataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit dan bermutu baik yang menerapkan pendidikan karakter, dan judul yang penulis teliti adalah IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017.
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 3. Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 4. Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui: 1. Konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017. 2. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017. 3. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017. 4. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017.
10
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuan dalam implementasi pendidikan karakter, sehingga dari hasil penelitian ini mendapatkan informasi dan referensi khususnya dalam implementasi pendidikan karakter siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran siswa tentang pentingnya penanaman karakter agar dapat berupaya menjadi insan yang berkualitas. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan agar guru selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didik dengan mengajarkan pendidikan karakter yang diintegrasikan melalui mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun penciptaan budaya sekolah yang baik. c. Bagi Orang Tua Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menanamkan pendidikan karakter pada anaknya saat di rumah.
11
d. Bagi Pembaca Dapat memberi gambaran tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang dilakukan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. E. Penegasan Istilah 1. Implementasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.” Pengertian-pengertian
di
atas
memperlihatkan
bahwa
kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
12
implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum. 2. Karakter Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku
(behaviors),
motivasi
(motivations),
dan
keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). 3. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menurut
Ratna Megawangi adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Sedangkakan dam konteks kajian P3 mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini mengadung makna: a. pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;
13
b. diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan; c. penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga) (Dharma, 2012: 24-25). F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode diskriptif adalah penelitian untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi di lapangan yang diteliti (Suryabrata, 2003: 75). Desain deskriptif ini digunakan untuk menjawab permasalahan tentang fenomena yang ada, dengan pola syrvey, case-stydy, causal comparative, corelational, dan developmental (Kasiram, 2008: 53). Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada
14
di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan dokumen yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas akademika di sekolah. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan selesai. 4. Sumber Data Menurut Lofland dan Kofland dalam Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara mengamati dan mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara
langsung
tentang
konsep
pendidikan
karakter
yang
dikembangkan, implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam
15
Al-Azhar
18
Kota
Salatiga
serta
faktor
pendukung
dan
penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, siswa, serta pengamatan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan dari dokomentasi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan sebagai pelengkap informasi yang telah terkumpul melalui wawancara dan pengamatan. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik integrative (penyajian data secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan data yang terbaru dan telah ada sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi: a. Metode Observasi Menurut Indriantoro dan Supomo dalam Ruslan (2010: 34), observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati pola perilaku subyek (orang), obyek (benda-benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individuindividu yang diteliti.
16
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya sebagai penonton tidak sebagai pemain, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter, faktor pendukung serta fakror penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017. b. Metode Interview Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010: 317). Metode ini ditujukan untuk memperoleh data tentang konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter siswa, faktor pendukung, dan faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumen dalam metode ini berupa keadaan geografis sekolah, foto kegiatan belajar di sekolah, foto kegiatan ekstrakurikuler, struktur organisasi dan prestasi yang diperoleh SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Metode ini diperlukan sebagai
17
metode bantu dalam mengumpulkan data tentang implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. 6. Analisis Data Analisis data dalam deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Arikunto, 1995: 353). Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data pendukung kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2010: 335). Data yang terkumpul begitu banyak dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, serta dokumen berupa soft file dan hard file. Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut. 7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi data, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggabungkan berbagai teknik pengumpulan dan sumber data yang ada (Sugiyono, 2010: 330).
18
8. Tahap-tahap Penelitian Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a. Tahap Pra Lapangan Tahapan ini ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian (Moleong, 2009: 127). b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini peneliti harus memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta dalam mengumpulkan data (Kasiram, 2010: 287). c. Tahap Analisis Data Menurut Patton dalam Kasiram (2010: 288) tahap analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. G. Sistematika Penulisan Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahasan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :
19
BAB I:
PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II:
LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang pengertian karakter, pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, nilai-nilai karakter, implementasi pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter, serta kunci sukses pendidikan karakter di sekolah.
BAB III:
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab III ini penulis akan mengemukakan tentang gambaran umum SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga seperti letak geografis, profil sekolah, visi dan misi sekolah, struktur organisasi sekolah, data guru dan siswa, tata tertib sekolah, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, implementasi pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga, faktor pendukung dan faktor penghambat imlementasi pendidikan karakter di SMP Islam 20
Al-Azhar 18 kota Salatiga serta data-data yang diperoleh dari penelitian. BAB IV:
ANALISIS DATA Dalam bab ini memuat tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga terhadap teori-teori, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dari lapangan.
BAB V:
PENUTUP Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saransaran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
21
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Karakter Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa karakter adalah perilaku yang bersifat individual (Daryanto, 2013: 63-64). Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, watak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain (Adisusilo, 2012: 77). Winnie yang juga dipahami oleh Ratna Megawangi, menyampaikan bahwa istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tantang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seorang bertingkah laku. Apabila sesorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Muslich, 2011: 71).
22
Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti khusus ciri-ciri membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu (Mulyasa, 2012: 4). Karakter, menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama Michael Novak, merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang yang berakal sehat yang ada dalam sejarah” (Lickona, 2015: 81). Muslich (2011: 84) menjelaskan bahwa krakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan nilai-nilai, sikap, pikiran, perilaku, watak, akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak lahir dan memiliki perbedaan peserta didik satu dengan lainnya. Karakter yang dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari tingkah laku atau cara bertindak di
23
kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian orang tersebut maka akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang dimiliki orang tersebut, dan baik buruknya karakter seseorang tergantung pada pola kebiasaan nilai yang dipilih dalam kehidupannya. Mu‟in (2011: 161-162) menyebutkan bahwa karakter memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain melihat kamu” (character is what you are when nobody is looking). 2. Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and beliefs). 3. Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature). 4. Karakter tidak relatif. Thomas Lickona dalam Masnur Muslich (2011: 75) mengemukakakan bahwa karakter yang baik itu mencakup 3 komponen, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral). Lebih lanjut dijelaskan Lickona, bahwa moral knowing terdiri dari enam hal, yaitu: (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspective taking, (4) moral reasoning, (5) decision making, dan (6) self knowledge. Moral feeling adalah aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
24
Terdapat enem hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni (1) conscience (nurani), (2) self estem (percaya diri), (3) empahaty (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri), dan (6) humility (kerendahan hati). Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (action morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter (Muslich, 2011: 75). B. Pengertian Pendidikan Karakter Seperti disampaikan di atas bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Jadi pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku (Damayanti, 2014: 9). Winton dalam Muchlas (2012: 43) menjelaskan secara sederhana bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru
25
dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya. Pendidikan karakter menurut Prof. Darmiyati Zucdi (2009: 76) adalah sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilainilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Pengertian pendidikan karakter menurut ahli pendidikan karakter, Thomas Lickona menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian sesorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Sedangkan menurut Elkind dan Sweet, pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai/susila. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karkter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya (Narwati, 2011: 15).
26
Senada dengan pendapat di atas, Muslich (2011: 75-76) menegaskan bahwa untuk dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami struktur antropologis manusia. Stuktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh serta
akal, sehingga pendidikan karakter menurut
Muslich harus mencakup semua struktur antropologis manusia, atau dengan kata lain pendidikan karakter harus mencakup pada komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang. T. Ramli juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang besumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda (Narwati, 2011: 16). Pengertian-pengertian menurut para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan secara sadar dan sungguh-sungguh kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
27
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Penanaman pendidikan karakter akan efektif jika tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga non pendidik di sekolah (Samani, 2012: 45-46). C. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa. Persoalan yang muncul diidentifikasikan bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral terhadap peserta didik. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis yang sedang melanda di bangsa ini. Keterpurukan bangsa Indonesia dari segi karakter yang kemudian
28
dimunculkan pendidikan karakter untuk memperbaiki karakter luhur bangsanya tidak lain memiliki tujuan yang baik. Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu
secara
mandiri
meningkatkan
dan
menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat. Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik tingkat SMP mampu secara mandiri meningkatlan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Daryanto, 2013: 45).
29
Zubaedi (2012: 18), menjelaskan tujuan dari diadakannya pendidikan karakter menjadi 5: 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pesrta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut tinjauan Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karakter seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur‟an (Fathurrohman, 2013: 98). Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, beroleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
30
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. D. Fungsi Pendidikan Karakter Zubaedi (2013: 18), mengungkapkan fungsi utama pendidikan karakter sesuai Kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu: 1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. 2. Fungsi perbaikan dan penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. 3. Fungsi penyaring Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budya dan karakter bangsa yang bermartabat. Ketiga fungsi ini dilakukan melalui, (1) pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional
31
UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilainilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konteks global. Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni (Kemendiknas, 2011: 3).
E. Nilai-nilai Karakter Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada peserta didik. Menurut Gunawan (2012: 31) nilai adalah rujukan untuk bertindak, nilai merupakan standar untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Selanjutnya Richard Eyre dan Linda (dalam Gunawan, 2012: 31) menyebutkan bahwa nilai yang benar dan universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak lepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat.
32
Lickona (2015: 74), menegaskan bahwa sikap hormat dan tanggung jawab adalah dua nilai karakter dasar yang harus diajarkan di sekolah. Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab. Menurut Dr. Sukamto (dalam Muslich, 2011: 79) nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak mencakup: 1. Kejujuran; 2. Loyalitas dan dapat diandalkan; 3. Hormat; 4. Cinta; 5. Ketidak egoisan dan sensitifitas; 6. Baik hati dan pertemanan; 7. Keberanian; 8. Kedamaian; 9. Mandiri dan potensial; 10. Disiplin diri dan moderasi; 11. Kesetiaan dan kemurnian; dan 12. Keadilan dan kasih sayang.
33
Kemendiknas (dalam Gunawan, 2012: 33-35) melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah mengelompokkan nilai karakter menjadi lima, yaitu: 1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Nilai ini lebih lanjut diuraikan oleh Samani (2012: 47), nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan antaranya adalah berdisiplin, beriman, bertakwa, berpikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah, dan pengabdian. 2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri a. Jujur, merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. b. Bertanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya di lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. c. Gaya hidup sehat, merupakan segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
34
d. Disiplin, adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh dalam berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja keras, merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam
mengatasi
berbagai
hambatan
guna
menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. f. Percaya diri, merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. g. Berjiwa wirausaha, merupakan sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. i. Mandiri, suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. j. Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. k. Cinta Ilmu, cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
35
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, merupakan sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/ kewajiban diri sendiri serta orang lain. b. Patuh pada aturan-aturan sosial, yaitu sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. d. Santun, yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. e. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 5. Nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
36
a. Nasionalis,
yaitu
cara
berfikir,
bersikap
dan
berbuat
yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. b. Menghargai keberagaman, yaitu sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Nilai-nilai yang disebutkan di atas merupakan nilai-nilai yang mendasari program sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Kepala sekolah beserta stakeholders harus saling mendukung dalam menerapkan pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter tidak sepenuhnya dituangkan dalam mata pelajaran khusus (hidden curriculum) namun terintegrasi secara sistematis dengan menitikberatkan pada nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan. F. Implementasi Pendidikan Karakter Implementasi atau penerapan merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Implementasi pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010) (dalam Zubaedi, 2011: 193), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh
37
potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (inntelectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development) yang secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut: OLAH PIKIR
OLAH HATI
(Cerdas)
(Jujur, bertanggung jawab)
OLAHRAGA (KINESTETIK)
OLAH RASA dan KARSA
(Bersih, sehat, menarik)
(Peduli dan Kreatif)
Umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik. Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan
melalui berbagai variasi metode sebagai
berikut: (1) penugasan, (2) pembiasaan, (3) pelatihan, (4) pembelajaran, (5) pengarahan, dan (6) keteladanan (Mulyasa, 2012: 9). 38
Menurut Daryanto (2013: 75), implementasi pendidikan karakter dalam KTSP adalah dengan: 1. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar lontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis kerja, ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extencion) dapat digunakan untuk pendidikan karakter. 2. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajaR Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu: a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upaca besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,sholat jamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. b. Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
39
c. Keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya, nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik). d. Pengkondisian,
yaitu
penciptaan
kondisi
yang
mendukung
terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas. e. Kegiatan
ko-kurikuler
dan
atau
kegiatan
ekstrakurikuler.
Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan di sekolah. f. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang dikembangkan di sekolah, dengan responden keluarga dan lingkungan terdekat anak/siswa. Selain hal di atas, implementasi pendidikan karakter juga dapat mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan
40
penanaman nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar. Adapun strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat dilakukan, misalnya: 1. Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari seluruh siswa diminta untuk membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama kurang lebih 5 menit. 2. Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran di mulai dapat dilakukan berbagai kegiatan paling lama 30 menit, misalnya berceramah dengan menggunakan berbagai macam bahasa dan kegiatan bersih lingkungan di hari Jum‟at/ Sabtu. 3. Pelaksanaan kegiatan bersama di siang hari selama 30-60 menit. 4. Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai (Daryanto, 2013: 75-76). Damayanti (2014: 57) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut: 1. Berkelanjutan, berkelanjutan adalah proses implementasi nilai-nilai karakter yang merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari satuan pendidikan. 2. Integrasi, integrasi atau penyatuan dalam pendidikan karakter merupakan langkah awal untul implementasi pendidikan karakter kepada peserta
41
didik. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar, setiap kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah. 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan. Artinya, materi nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa, atau sering disebut dengan hidden curriculum. 4. Proses pendidikan karakter dilakukan dengan penekanan agar peserta didik semua aktif dan menyenangkan. Lickona (dalam Muslich, 2011: 129) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik. 2. Definisikan „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. 3. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter. 4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian. 5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral. 6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil. 7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
42
8. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa. 9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter. 10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter. 11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik. G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa di sekolah. Dalam hal ini Gunawan (2012: 19-22) menjelaskan tentang faktor-faktoe yang mempengaruhi pembentukan karakter. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, diantaranya adalah: a. Insting atau Naluri Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang dilahirkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan, tetapi dapat juga
43
mengangkat kepada derajat yang mulia, jika disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntunan kebenaran. b. Adat atau Kebiasaan (Habit) Sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Dan hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik pula. c. Kehendak/ Kemauan (Iradah) Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan yang keras. Itulah yang menggerakkan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguhsungguh untuk berperilaku, sebab dari kehendak itulah akan menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan, ide dan keyakinan akan pasif tiada gunanya. d. Suara Batin Suara bantin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal yang baik. e. Keturunan Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat jasmaniyah (kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anaknya) dan sifat ruhaniyah (naluri).
44
2. Faktor Ekstern Faktor ekstern atau faktor yang bersifat dari luar adalah: a. Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter, akhlak, dan etika seseorang. Sehinggga baik buruknya karakter seseorang dipengaruhi oleh pendidikian, baik formal maupun non formal. b. Lingkungan Dalam hidup manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus bergaul dan dan dalam pergaulan itusaling mempengaruhi pikiran, sifat dan tingkah laku. Manusia yang hidup di lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk karakternya menjadi baik, begitu pula sebaliknya. H. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Mulyasa (2012: 14), mengungkapkan bahwa ada 8 jurus yang perlu diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah, yaitu: 1. Memahami Hakikat Pendidikan Karakter Hal ini sangat penting karena pendidikan karakter bergerak dari kesadaran
(awarenes),
pemahaman
(understanding),
kepedulian
(concern), dan komitmen (commitmen), menuju tindakan (doing atau acting). Oleh karene itu, keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian,
45
dan komitmen dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter. Kalpatric mengemukakan bahwa salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukannya (moral doing). Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran, jangan terlalu teoritis, dan jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas. 2. Sosialisasikan dengan Tepat Sosialisasi dilaksanakan agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi dam misi sekolah, serta pendidikan karakter yang akan diimplementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah apabila yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahami. Namun, jika belum bisa mengundang kepada yang ahli, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, maupun dari kalangan penulis atau pengamat pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah, bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi pendidikan karakter. 3. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, dipadukan dengan optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah,
46
kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar.
Sebaliknya,
iklim
yang
kurang
menyenangkan
akan
menimbulkan kejenuhan. Jika tidak ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, upaya pendidikan karakter di sekolah akan seperti membuat „istana di tepi pantai‟. Di sekolah, kepala sekolah, guru, beserta tenaga kependidikan lainnya dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi ketika
anak
keluar
dari
lingkungan
sekolah,
ombak
besar
meluluhlantahkan istana yang telah dibangun tersebut. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten. 4. Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi pendidikan karakter antara lain, laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya. 5. Tumbuhkan Disiplin Peserta Didik Dalam rangka mensukseskan implementasi pendidikan karakter, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri. Disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem
47
disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan. 6. Pilih Kepala Sekolah yang Amanah Kepala sekolah yang amanah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah yang amanah dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. 7. Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru Pendidikan karakter yang menekankan pada aspek sikap, nilai, dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari gurunya. Dalam hal ini, bagaimana setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru. Untuk menyukseskan implementsi pendidikan karakter di sekolah perlu mengubah paradigma guru, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas
memberikan
kemudahan
belajar
serta
yang
mampu
membimbing peserta didik dengan pendekatan pendidikan karakter.
48
8. Libatkan Seluruh Warga Sekolah Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam melibatkan seluruh warga sekolah. Dalam hal ini seluruh warga sekolah harus terlibat dalam pembelajaran, diskusi, dan rasa memiliki dalam upaya pendidikan karakter.
49
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga 1. Profil Sekolah Berdasarkan dokumentasi dalam bentuk soft file dari tenaga kependidikan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, pada hari Senin, 20 Februari 2017 diperoleh data tentang profil SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga merupakan salah satu Sekolah Umum Swasta Islam di Kota Salatiga yang berdiri sejak tahun 2004 sampai sekarang dan telah terakreditasi A sejak tahun 2011.Terletak di Jalan Sriranda-Bancaan, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dengan luas bangunan 1052 m 2dan memiliki tiga lantai. Dan sekolah ini sudah memiliki NIS/NPSN dengan nomor NIS/NPSN 20020/ 20328443 dan nomor NSS 202036204062. Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Kota salatiga bernama M. Adam Widiyanto, S.Si, Sarjana IPS-Geografi yang beralamat di Jatirejo-Suruh RT 03 RW 03 Kabupaten Semarang. Bapak Adam menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga baru selama 10 bulan, terhitung sejak bulan April 2016 sampai sekarang, dengan masa kerja menjadi guru sebelumnya selama 9 tahun 5 bulan.
50
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah a. Visi Mewujudkan insan berkualitas yang beriman, bertakwa, sehat jiwa raga, berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lingkungan. b. Misi 1) Mewujudkan nilai –nilai agama dan budaya bagi bekal hidup peserta didik. 2) Mewujudkan pengembangan kurikulum. 3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran
yang ideal
baik intra danekstrakurikurer. 4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan dinamis. 5) Mewujudkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional dalam prestasi akademik dan non akademik 6) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan. 7) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan. 8) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis. 9) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan, 10) Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan. 11) Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan nyaman. 12) Mewujudkan peserta didik yang memiliki kepedulian lingkungan.
51
c. Tujuan 1) Terpenuhinya nilai-nilai agama bagi peserta didik. 2) Terpenuhinya fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan. 3) Terpenuhinya Standar Nasional, sarana kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga, dan keterampilan. 4) TerpenuhinyaStandar Nasional, sarana pengembangan minat dan bakat. 5) Terpenuhinya sarana perpustakaan dan laboratorium sesuai Standar Nasional Kependidikan. 3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik a. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah seluruh personil sekolah ada 44 orang, terdiri atas pengurus yayasan 11 orang, guru 22 orang, karyawan tata usaha 3 orang, tenaga kebersihan 3 orang, tenaga keamanan 3 orang, pengurus perpustakaan 1 orang dan bagian IT 1 orang. Dari sejumlah guru, semuanya sudah berstrata 1 dan 5 diantaranya sudah strata 2. Untuk tenaga kependidikan sebagian besar sudah berstrata 1 tetapi ada juga yang hanya lulusan SLTA. Untuk data selengkapnya terlampir (Sumber: Dokumentasi, 20 Februari 2017). b. Data Peserta Didik
52
Jumlah peserta didik di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga pada tahun 2017 sejumlah 268 siswa, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1
D a
Jumlah No
f t a
Jumlah Siswa
Kelas Kelas
L
P
Jumlah
1
VII
3
41
32
73
2
VIII
4
45
48
93
3
IX
5
48
54
102
12
134
134
268
r Jumlah
Peserta Didik
(Dokumentasi, 20 Februari 2017) 4. Jumlah dan Luas Bangunan
53
Berdasarkan dokumentasi pada hari Selasa, 20 Februari 2017 diperoleh data tentang jumlah dan luas banguan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah dan Luas Bangunan Luas N0
Ruang
Jumlah
( M2)
Keterangan
@ 56
1
R. Teori/Kelas
12
448
2
Perpustakaan
1
77
3
Lab IPA
1
56
4
Lab Bahasa
-
63
Lab Computer
1
63
6
R. Ketrampilan
7
R.Media ( Audio Visual)
1
8
R.BK
1
20
9
R.Ibadah/Musholla
1
120
10
R.Kepala Sekolah
1
35
11
R.Guru
2
86
12
R. Tata Usaha
1
63
13
KM/WC Kepsek
54
14
KM/WC Guru/Pegawai
-
15
KM/WC Peserta Didik
9
12.48
16
R.UKS
1
20
17
Studio Musik
1
42
18
Aula
1
112
20
Gudang Olahraga
-
21
Gudang Umum
1
25
22
(Lapangan Olahraga)
1
400
23
(Tempat Parkir)
-
24
(Green House)
-
25
(Taman Sekolah)
1
@1.56
5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan mendukung proses pembelajaran dan pendukung kegiatan lainnya di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran No.
Jumlah
A. MEJA 1.
Meja Kepala
27
Sekolah/guru 2.
Meja Belajar Murid
350
55
Ket
3.
Meja Perpustakaan
8
4.
Meja Kursi tamu
3
5.
Meja Yayasan
-
B. KURSI 1.
Kursi Kepala
1
Sekolah/Guru 2.
Kursi belajar murid
350
3.
Kursi perpustakaan
5
4.
Kursi Yayasan
-
5.
Kursi Lab Bahasa
10
6.
Kursi TU
6
C. ALMARI 1.
Almari kelas
12
2.
Almari Kepala
3
Sekolah 3.
Almari TataUsaha /
15
Arsip 4.
Almari Perpustakaan
10
Almari Buku 5.
Almari Guru
.6.
Almari Yayasan
12 -
56
7.
Almari Piala
2
8.
Almari Mushalla
1
9.
Almari Etalase
2
10
Almari Lab
1 (Dolumentasi, 20 Februari 2017) Tabel 3.4
Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain
No. 1.
Jenis Sarana Prasarana Komputer 1 set
Jumlah
Ket
17
(CPU+Monitor) 2.
TV
3
3.
VCD Player
2
4.
Camera Digital
2
5.
Sound System
2
Sheet
6.
Drum Band
1
Sheet
7.
Tape Besar
1
8.
Tape Kecil/Radio Tape
1
9.
Orgen/Key Board
1
10.
Rebana
1
11.
OHP
2
12.
Laptop
12
57
Sheet
13.
Printers
5
14.
Meja Tenis
-
15.
Ring Basket
1
16.
Gawang Mini
1
17.
Seragam Drum B.
1
18.
Loss Speaker
1
19.
Mega Phone
2
20.
Speaker Aktif
1
21.
Pesawat Telp.
2
22.
Mesin Facsimile
1
23.
Tenda Pramuka
15
24.
Papan Tulis White
25.
LCD Proyektor
9
26.
Drum Musik
1
27.
AC
8
Board
Sheet
Sheet
12
Sheet
(Dokumentasi,20 Februari 2017) 6. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain: Tabel 3.5
58
Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler No
Jenis Ekstrakurikuler
Hari Pelaksanaan
Keterangan
1
Pramuka
Sabtu
Wajib
2
Mengaji
Sabtu
Wajib
3
ASBD (Al-Azhar Seni Bela Diri)
Jum’at
Pilihan
4
Futsal
Selasa
Pilihan
5
ECC
Selasa
Pilihan
6
Pencak Silat
Rabu
Pilihan
7
Fotografi
Rabu
Pilihan
8
PMR
Sabtu
Pilihan
9
Rebana
Jum’at
Pilihan
10
Drumband
Sabtu
Pilihan
11
Badminton
Kamis
Pilihan
(Dokumentasi, 21 Februari 2017) 7. Prestasi Siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga
59
Banyak sekali prestasi-prestasi siswa yang diperoleh siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga selama kurun waktu dua tahun, hal ini membuktikan bahwa siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar tidak unggul dalam karakter saja tetapi juga unggul dalam bidang akademik/ prestasi. Berikut adalah rinciannya yang disajikan dalam tabel. Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa DAFTAR PRESTASI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2016 Tingkat No. Nama
1
Wena Kusuma Akmala Kuncoro
2
Hayyu Tyranisa
3
Al Kahfi Luqman Azhar
Jenis Kls Lomba
Tahun Ko Pro vin ta si
Na sio nal
Perin gkat
8
Popda 2016 Taekwondo
2016
V
Juara I
8
Popda 2016 Taekwondo
2016
V
Juara Ii
8
Osa Matematika
2016
V
Juara I
8
Lomba Mtq Tilawah Putra Lomba Mtq Tilawah Putri
2016
V
Juara Ii
2016
V
Juara Hp.1
4
Ma'ruf Nugroho
5
Mauly Khalwa Azzahra Fahreza Akbar R
Lomba Mtq Tartil Putra
2016
V
6
Pesert a
7
Salwa Alaina
Lomba Mtq
2016
V
Juara
8
60
Tartil Putri 8
Aini Rini Yara Fadillah
9
Aini Rini Yara Fadillah
10
Aisyah Tiara Rahmadhani
11
Farhan Arfyan Dicky Irvan Naufal
12
Mauly Khalwa A 13
Ma'ruf Nugroho 14
15
16
Aulia Rahma K, Dhiya Nabila S, Shafira Dhaisani
Murid Kelas Ix , Drumband, Rebana ,Gulkar
Lomba 1 Juz Tilawah Putri Lomba 1 Juz Tilawah Putra 7 B Floi Sma N 1 Kaligrafi Putri 7 D Floi Sma N 1 Mtq Putra Lomba Mapsi Smp 2016 29 Agustus 2016 Lomba 9E Mapsi Smp 2016 29 Agustus 2016 Lomba 9E Mapsi Smp 2016 29 Agustus 2016 9 E Lomba Mapsi Smp 2016 29 Agustus 2016 9E
Pawai Ta'aruf 2016 2 Oktober 2016
61
Ii 2016
V
Juara 2
2016
V
Juara 3
2016
V
Juara I
2016
V
Juara Ii
2016
V
2016
V
2016
V
2016
V
2016
V
Juara Iiii, Kaligr afi Putra Juara Iii, Tilaw ah Putri Juara Ii, Tilaw ah Putra Juara Iii, Ccq Juara I, Kreati fitas Umu m Katag ori Smp/ Mts
Juara Harap an Iii , Katag ori Umu m
V
Juara Ii Devil e
2016
V
Juara Ii Mayo ret Juara Iii Gate Penari Juara I, Lomb a Memb atik Tingk at Smp/ Mts
2016
V
2016 17
Drumband
Pawai Ta'aruf 2016 2 Oktober 2016
18
Lomba Drumband 2016 Se-Kota Salatiga
Lomba Drumband 2016 SeKota Salatiga
8D
19
20
21
22
Andyni Zahra
Zahwa Tacha
Bilqis Tsabita
Sofira Tufi Utomo
2016
V
Lomba Bulan Bahasa Smp Uksw 2016
Lomba Fotografy Kota Salatiga 2016 Lomba Fotografy Kota Salatiga 2016 Lomba Fotografy Kota Salatiga 2016 62
Juara I 2016
V Juara Ii
2016
V
Juara Harap an Ii
23
24
25
26
Festival Rebana SeKota Salatiga 2016 M. Naufal Hafid OSN Al 7C Jatsono Azhar Cabang Matematika Inzan Ilmi OSN Al 7A Kazamzam Azhar Cabang IPA Karina Auliya OSN Al 8B Zahra Azhar Cabang IPA
2016
OSN Al Azhar Bid. IPS
2017
Group Rebana Smp Al Azhar 18 Salatiga
27
Muhammad Hafidz
28
Aini Rini Yara Fadillah
29
Farhan Arfyan
30
Kamaludin Choirul Hidayat
31
Rastria Kartika Zahra
32
Kharisma Xena Auliya
33
Nadasywa Zakiya Nabila
8A
UKA Al Azhar 2017 Lomba Mhq Putri UKA Al 8C Azhar 2017 Lomba Mhq Putra UKA Al 7A Azhar 2017 Lomba Mtq Putra UKA Al 7C Azhar 2017 Lomba Mtq Putri UKA Al 8A Azhar 2017 8B
8D
Lomba Tari Tradisional /Modern UKA Al Azhar 2017
63
V Juara Iii
2017 V
Pering kat 28
V
Pering kat 37
V
Pering kat 53
V
Pering kat 11
V
Pesert a
V
Pesert a
2017
2017
2017
2017
2017 V
2017
Juara 2
V
Pesert a
V
Pesert a
V
Pesert a
2017
2017
Lomba Tari Tradisional /Modern 8D 34
Leanna Aeda Rahmawaty
8D 35
Davina Angelica Putri
36
Khairunnisa Azhaar Ramadhani
37
Khairunnisa Azhaar Ramadhani
38
Angel Vallencya Putrie
39
Humaira Askha Soufura
8D
8D
8D
8B
UKA Al Azhar 2017 Lomba Tari Tradisional /Modern UKA Al Azhar 2017 Lomba Tari Tradisional /Modern UKA Al Azhar 2017 Lomba Solo Vocal UKA Al Azhar 2017 Lomba Vocal Group UKA Al Azhar 2017 Lomba Vocal Group UKA Al Azhar 2017 Lomba Vocal Group
2017 V
Pesert a
V
Pesert a
V
Juara 1
V
Juara Harap an 3
2017
2017
2017
2017
2017 V
(Dokumentasi, 20 Februari 2017) B. Temuan Penelitian Di bawah ini akan dijabarkan mengenai pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga mulai dari konsep yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter yang dilaksanakan, dan
64
fakor pendukung serta faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. 1. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Terkait dengan konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, AW sebagai Kepala Sekolah menuturkan: “Konsep pendidikan yang kami kembangkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter disini itu bermuara kepada ahlaqul karimah, sesuai dengan visi dan misi di sekolah kita mbak. Nanti bisa dibaca untuk visi dan misinya. Yang jelas, kami selalu menekankan kepada anak-anak bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk menempuh kehidupan ke depan. Kami selalu menerapkan dengan pembiasaan-pembiasaan seperti senyum, salam dan sapa kepada siapapun saat bertemu. Mbak sendiri juga sudah melihat kan pembiasaan-pembiasaan yang diimplemantasikan disini” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AW, pukul 08.10 di ruang Kepala Sekolah). Sedangkan IS sebagai Guru PKN menyampaikan pendapat yang hampir sama, sebagai berikut: “Pertama, konsep pelaksanaan pendidikan karakter di sini berkonsep dari visi misi sekolah umum islam, yang harus unggul dalam moralitas jika dibandingkan dengan sekolah umum lainnya, kedua dari panggilan hati bahwa mengajar itu adalah ibadah, dan yang ketiga adalah bahwa guru adalah motivator yang harus mengajar dengan baik, jika guru memberi motivasi dengan baik maka hasilnyapun akan baik juga” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan Guru PKN IS, pukul 12.50 WIB di Perpustakaan Sekolah) KS selaku Wali kelas VII A mengungkapkan bahwa konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota
65
Salatiga bermuara kepada tuntutan agama Islam serta unggah-ungguh budaya Jawa yang bertujuan membentuk akhlak yang mulia. Data ini diperoleh dari KS melaui wawancara singkat, beliau menjelaskan bahwa: “Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari tuntutan agama islam, dan cita-cita kami dalam penerapan pendidikan karakter adalah untuk membentuk generasi yang berakhlaqul karimah. Selain itu juga berkonsep kepada unggahungguh dalam masyarakat jawa yang selalu menerapkan kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata kepada siapapun, semua ada unggah-ungguhnya mbak” (Sumber: Wawancara dengan KS, pada hari Jum‟at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 12.40 WIB). Sedangkan AA selaku wali kelas IX A menuturkan pendapat bahwa
konsep
pendidikan
karakter
yang
dikembangkan
dalam
pengimplementasian pendidikian karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota salatiga sebagai berikut: “Ya tentunya saya berusaha supaya anak saya itu ketika keluar dari sini ada karakter positif yang ditonjolkan, makanya pada saat pembelajaran muatan imtaqnya selalu saya sisipkan, meskipun hanya waktu yang sebentar. Pokoknya pendidikan karakter yang saya terapkan berkonsep kepada iman dan taqwa” (Sumber: Wawancara, Kamis 23 Februari 2017 dengan AA, pukul 09.00 WIB di ruang guru). Senada dengan pendapat di atas, MB selaku guru Al-Qur‟an sekaligus wali kelas VII C juga menyampaikan pendapat bahwa karakter merupakan hal utama yang harus diajarkan dan diterapkan kepada siswa. Dalam hal ini MB meyatakan pendapatnya sebagai berikut: “Yang paling utama adalah karakter, karena sepandai-pandai anak jika karakternya tidak baik ya sama aja mbak. Kalau menurut saya lebih baik anak yang kurang pintar tapi berkarakter baik dari pada anak pandai tapi karakternya jelek (Sumber: Wawancara,
66
Kamis 23 Februari 2017 dengan MB, pukul 14.00 WIB di ruang guru). YA selaku Kabid Kurikulum yang bertugas mengatur dan memenej seluruh hiruk-pikuk kurikulum di SMP Islam Al-Azhar, yang berkenaan dengan penenaman pendidikan karakter siswa, YA menjelaskan: “Kalau konsep pendidikan karakter di sini itu adalah untuk membentuk karakter siswa, mengarahkan penanaman karakter secara menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk siswa sebagai insan kamil. Metodenya dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan” (Sumber: Wawancara, Kamis 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum). Menurut KF selaku Kabid Kemuridan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga mengungkapkan argumennya mengenai konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah tersebut, menerangkan bahwa: “Kalau bidang saya yang pertama tugas intinya adalah yang kentel banget dengan kemuridan adalah kedisiplinan. Disiplin itu kan banyak sekali, di situ ada tidak menganggu temannya itu toleransi, tidak berbicara lewat jendela itu berarti sopan santun. Sebenarnya di dalam peraturan itu sudah komplit semua karakter sudah ada di situ, pelanggaran dan kredit poinnya. Jadi ya kalau pendidikan karakter berkonsep dari tata tertib dan peraturan sekolah” (Sumber: Wawancara, Sabtu, 25 Februari 2017 dengan KF, pukul 08.30 WIB di Ruang Tamu). Sedangkan menurut IW dan SN selaku Guru PAI yang merupakan guru yang sangat brperan dalam pembentukan karakter siswa-siswinya, karena PAI merupakan mata pelajaran moral yang banyak memuat dan mengajarkan banyak tentang afektif atau sikap. IW dan SN menjelakan: “Dalam pembelajaran PAI, terus terang banyak sekali nilainilai religius yang diajarkan ke anak, nah itu semua diterapkan berdasarkan ajaran-ajaran agama islam, yang di sandarkan kepada sesuatu yang diakui kebenarannya, yaitu Al-Qur‟an. Di dalam 67
pengaturan kurikulum pun PAI mempunyai jatah jam pelajaran yang beda dengan mapel yang lain. Kalau mapel yang lain kan hanya dua jam, untuk mapel PAI itu ada tambahan satu jam pelajaran lagi” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan IW, pukul 10.30 WIB di Ruang Tamu). “Ya kalau dalam pembelajaran PAI itu adalah pembelajarn yang banyak menekankan kepada religius dan menyangkut pendidikan moral atau karakter, pembiasaan kepada sikap-sikap yang baik sesuai dengan ajaran keagamaan. Jadi konsep pendidikan karakter yang diimplementasikan di sini ya sesuai dengan ajaran islam yang menyangkut norma dan moralitas. Yang merupakan norma tertinggi, kalau siswa dan guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma agama insyaa allah kita terhindar dari pelanggaran hukum” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di Ruang Guru). Pendapat yang hampir sama juga dijelaskan beberapa narasumber berkaitan tentang konsep yang dikembangkan dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Islam AiAzhar 18 Kota Salatiga, adapun pendapat-pendapat tersebut adalah : “Yang menjadi ciri khas di Al-Azhar itu adalah adanya muatan imtaq yang selalu dikaitkan dengan pembelajaran. Dimana apapun materinya harus merujuk pada satu sumber yang kita akui kebenarannya yaitu Al-Qur‟an. Itu yang harus selalu kita ingatkan dan lakukan. Misalkan ada anak yang melanggar ini, selalu kita ingatkan kembali apa tujuan belajar kita kepada anak” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru). “Dalam ekstrakurikuler jelas yang menjadi dasar implementasi karakter adalah kedisiplinan yang di terapkan ke dalam proses pelaksanaan selama kegiatan itu berlangsung. Karena menurut saya kedisiplinan merupakan nilai utama dalam pendidikan karakter, baru kemudian nilai-nilai karakter yang lain bisa muncul dengan otomatis” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan IR, pukul 14.40 WIB di Ruang Guru). “Kalau itu ya mungkin dari afektif mbak, lebih kepada sikap. Jadi sekolah itu tujuannya bukan hanya membuat anak pintar saja akan tetapi agar lebih baik sikapnya. Kalau hanya pandai saja tanpa diimbangi dengan sikap yang baik, maka itu belum disebut siswa yang baik dan belum sesuai dengan tujuan atau visi misi di Al68
Azhar” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan HL, pukul 09.20 WIB di Ruang Guru). Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti menemukan beberapa konsep yang dikembangkan dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiaga, terlihat bahwa di SMP Ialam Al-Azhar 18 ini pelaksanaan pendidikan karakter berkonsep kepada ahlak mulia, penegakan aturan di sekolah, nilai dan norma agama, unggah-ungguh budaya jawa dan sesuai dengan visi misi yang ada. Konsep pendidikan karakter yang didasarkan kepada akhlak mulia terlihat dari segala aktifitas dan pembiasaan siswa yang selalu menerapkan nilai kejujuran, sopan santun, amanah, kebersihan lingkungan, dan adabadab yang dilakukan. Adab bertemu guru, adab menuntut ilmu, adab bertemu tamu dan masih banyak lagi. Pengembangan konsep karakter di SMP Islam Al-Azhar bermuara kepada nilai dan norma agama, ini artinya nilai dan norma agama menjadi nilai utama dan tertinggi yang harus diterapkan. Karena jika siswa, guru dan semua warga sekolah menerapkan nilai dan norma agama insyaa allah tidak ada siswa yang melanggar norma dan hukum. Karena jelas bahwa di dalam agama islam telah dijelaskan bahwa akhlak seorang muslim itu sempurna, dengan dibekali akal fikiran yang diharapkan mampu digunakan untuk berfikir dan bertindak dan diharapkan mampu untuk membedakan mana perbuatan yang haq dan perbuatan yang 69
bathil. Dalam Al-Qur’an pun juga jelas, bahwa Rasulullah SAW diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang mempunyai visi membangun generasi yang berkualitas, beriman dan bertaqwa itu merupakan konsep dan tujuan dari pelaksanaan implementasi pendidikan karakter siswa di sana, jadi tidak cukup hanya dengan siswa yang pandai saja, atau yang berkarakter baik saja. Akan tetapi siswa yang pandai dan juga berkarakter baik (Sumber: Observasi, Selasa 21 Februari 2017 di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, pukul 07.00 WIB) 2. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017 Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, diperoleh dari keterangan beberapa narasumber sebagai berikut. Selaku Kepala Sekolah di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, AW menegaskan implementasi pensisikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga melalui kegiatan rutin atau pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan kepada siswa mulai datang di sekolah sampai siswa pulang, AW menjelaskan: “Pelaksanaan pendidikan karakter di Al-Azhar diwujudkan dalam pembiasaan sehari-hari siswa dan semua warga sekolah mulai dari pagi sampai pulang sekolah dan juga ada jam tambahan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Yang terkait dengan nilai-nilai karakter dilaksanakan secara integratif oleh semua lini sekolah,
70
tidak hanya guru PAI atau PKN saja. Kalau pelaksanaan program harian kan otomatis penanaman karakter itu melekat kepada tata tertib sekolah, mulai dari kehadiran siswa tepat waktu, ikrar, tadarus, pelaksanaan KBM, sopan santun, senyum salam sapa, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di rumah, sholat dhuha, serta sholat dzuhur berjamaah. Banyak sekali pembiasaanpembiasaan yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter. Misalnya nilai karakter kesopanan bisa terlihat setiap kali bertemu siswa dan guru kami selalu menekankan dan mewajibkan untuk senyum, salam, dan sapa. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat menanamkan pembiasaan karakter baik sehingga melahirkan siswa-siswa yang berakhlaqul karimah”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AW, pukul 08.10 WIB di Ruang Kepala Sekolah). YA sebagai kabid kurikulum juga menjelaskan hal yang hampir sama, bahwa ada banyak sekali strategi atau cara yang dilakukan sekolah dan guru dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga, diantaranya melalui program harian yang memang sudah menjadi program wajib di sekolah seperti bersalaman, membaca ikrar, tadarus, sholat dhuha,sholat dzuhur berjamaah, dan masih banyak lagi. YA menjelaskan implementasi pendidikan karakter di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Slatiga sebagai berikut: “Yang jelas kalau ranahnya kurikulum pendidikan karakter ,yang dimunculkan itu pertama dilewatkan dengan program harian, pembiasaan. Njenengan juga tahu sendiri to program pembiasaan mulai dari pagi sudah terlihat pendidikan karakter yang kita implementasikan dalam pembiasaan, mulai dari bersalaman, ikrar, tadarus, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, itu. Banyak pokoknya mbak. Belum lagi kalau yang mingguan itu ada upacara bendera hari senin, sholat dhuha berjamaah, membaca asmaul husna, membaca yasin, tahlil, kultum dan infaq pada hari jum‟at. Yang satu bulan sekali ya insidental sesuai penjadwalannya. Misal penanaman nilai karakter nasionalisme ada peringatan hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hardiknas, dan lain sebagainya. Terus
71
kalau untuk PHBI ada peringatan 1 muharram, isro‟ miraj, maulid nabi. Biasanya diisi dengan pengajian dan kadangkala diselipkan lomba-lomba. Kalau kaitannya dengan pendidikan karakter jenis lombanya juga menumbuhkan karakter anak, disiplin itu. Seperti adzan, kaligrafi, kultum, hafalan Al-Qur‟an dan lain-lain” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum). Observasi yang dilakukan peneliti selama kurang lebih satu minggu juga menemukan beberapa kegiatan siswa yang dilakukan mulai datang sampai siswa pulang, bahwa seluruh siswa dan guru selalu menerapkan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu, pembiasaan-pembiasaan kesehaian yang sangat mendukung proses pembentukan karakter siswa mulai dari datang tepat waktu kemudian bersalaman dengan bapak/ibu guru di depan gerbang sekolah, ikrar, tadarus, dan lain sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan YA mengenai strategi implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, YA mejelaskan: “Strateginya ya upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan pembiasaan itulah, anak itukan sebetulnya butuh pengulangan, pendidikan karakter itu butuh sebuah pengulangan dan terus menerus. Makanya Al-Azhar kemudian kegiatan pembiasaan berkenaan dengan karakter itu porsinya banyak, dengan harapan, ketika pembiasaan itu lama-lama akan tertanam, jika sudah tertanam maka akan keluar. Anak-anak jika sudah terbiasa, tertanam dan akan keluar lewat aplikasi perilaku mereka sesuai dengan pembiasaan yang diajarkan di sekolah. Kita itukan sekolah swasta, dimana sekolah swasta yang terpenting adalah pelayanan. Karena sekolah itu adl tempat utk mengubah sikap, dari belum bisa menjadi bisa, dari belum disiplin menjadi disiplin. Dan mengajar itu yang terpenting memahami dulu karakter anak. Jika guru sudah memahami karakter anak mau melangkah seperti apa itu mudah. Anak-anak sekolah di sini tujuan utamanya bukan nilai, tapi kan orang tua menitipkan di sini anaknya disini agar anaknya bisa ngaji, karakternya baik dsb. Jadi sebagai guru utamanya adalah 72
pelayanan, jika mau mengasuh anaknya orang harus faham dulu karakter anaknya. Beda karakter beda penangannya” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum). Sedangkan KS selaku wali kelas VIII A mengungkapkan bahwa tugas wali kelas, selain menjadi guru mapel tetapi juga berperan sebagai pendidik yang bertugas pembimbing kepada siswa-siswinya menuju gerbang kesuksesan, bukan hanya mentransfer ilmu pengatahuan saja namun juga sebagai faktor penting dalam pembentukan karakter siswa. KS mengungkapkan: “Kalau tugas mengajar itu pasti, tapi untuk menanamkan pendidikan karakter ya biasanya membuat aturan dulu membuat kesepakatan awal, kalo anak begini sanksinya begini. Misalnya jika anak-anak mengeluarkan kata-kata tidak sepantasnya, maksudnya tidak sopan atau mengejek temannya, maka saya pakai penghapus diusapkan sebagai pertanda bahwa oo kalo begini itu tidak boleh, paling seperti itu. Terus membuat kesepakatan lagi kalau nanti misalnya anak mau izin ke kamar mandi harus bagaimana, paling seperti itu untuk menanamkan karakter anak. Kalau sebagai wali kelas ya ini yang kadang-kadang berat juga. Karena setiap kali masuk pelajaran di kelas saya sendiri langsung peran ganda, selain menjadi guru mapel saya juga sebagai wali kelas. Biasanya mengambil beberapa menit dulu untuk memotivasi dan pembinaan. Ya sebisa mungkin terus mengingatkan, mengarahkan anak, dan yang penting itu tidak jueh. Meskipun ada waktu khusus, setiap hari sabtu tapi biasanya terbentur dengan jadwal lain. Akhirnya sebagai inisiatif wali kelas selalu mengambil jam mengajar itu sendiri”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan KS, pukul 09.20 WIB di ruang tamu). Guru BK selain sebagai guru mata pelajaran juga sbagai guru yang bertugas membimbing dan membina siswa baik yang bermasalah maupun yang tidak. RS sebagai guru BK di SMP Islam Al-Azhar juga mengungkapkan bahwa menjadi guru BK itu susah-susah gampang, karena tugas guru BK di sini lumayan berat. RS menuturkan: 73
“Ya, jadi BK itu kan bukan pembelajaran tapi pembimbingan, pembinaan. Pembimbingan kepada murid yang bermasalah, bermasalah pribadi, sosial, maupun sekolah. Di sekolah ketika saya masuk ke kelas selain menyampaikan materi, diawal pasti sudah saya sampaikan. Banyak hal yang saya sampaikan mengenai pendidikan karakter, baik yang di sekolah maupun di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar. Apalagi sekolah ini yang notabennya anak-anak menengah ke atas yang pergaulannya sangat luas, jadi pendidikan karakter sangat penting disampaikan. Dari awal saya masuk di kelas ketika melihat karakter yang tidak diharapkan, langsung kita tegur baiknya seperti ini. Anak yang berkarakter kurang baik itu, biasanya ada riwayat yang melatar belakanginya, jadi saya sebagai guru BK selalu mengcrosscek riwayat anak tersebut seperti apa. Mencari riwayat entah di rumah dan di sekolah lama. Karena tugas seorang guru tidak hanya tanggung jawab terhadap akademisnya saja, tapi justru ke karakternya itu. Kalau akademis itu anak bisa mempelajarinya di rumah, sedangkan karakter itu harus diterapkan di manapun (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan RS, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu). Keterangan hampir sama diutarakan SN dan IW selaku guru PAI sekaligus wali kelas, yang menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya dalam mata pelajaran PAI itu sangat banyak muatan keagamaannya, apalagi PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang kurikulum PAI nya lebih banyak dibandingkan dengan sekolahsekolah lain membuat mata pelajaran PAI berperan sangat besar dalam pembentukan karakter siswa-siswinya. Selain itu, sebagai wali kelas dalam pelaksanaan implementasi, tidak hanya dilakukan oleh guru itu sendiri tetapi membutuhkan bantuan dari guru yang lain. Mereka menjelaskan: “Ya kalau dalam pembelajaran PAI itu adalah pembelajarn yang banyak menekankan kepada religius dan menyangkut pendidikan moral atau karakter, pembiasaan kepada sikap-sikap yang baik sesuai dengan ajaran keagamaan. Jadi konsep pendidikan karakter yang diimplementasikan di sini ya sesuai dengan ajaran 74
islam yang menyangkut norma dan moralitas. Yang merupakan norma tertinggi, kalau siswa dan guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma agama insyaa allah kita terhindar dari pelanggaran hukum”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di Ruang Guru). “Salah satunya kalau dalam pembelajaran itu berdoa sebelum KBM, disiplin. Pendidikan karakter di RPP pun sudah tertuang di situ, ada beberapa sikap ada religius, tanggung jawab, disiplin kemudian pembiasaan-pembiasaan yang terus dilakukan agar anak menjadi lebih baik. Kita realisasikan dalam pembelajaran, jadi include. Misalnya tugas-tugas, kita mengambil karakter disiplin, berarti dia mengumpulkan tugas tepat waktu apa tidak. Kalau dalam praktek-praktek di PAI seperti sholat, wudhu anak tanggung jawab tidak dalam pelaksanaannya. Kalau sebagai wali kelas, untuk pembinaan, pengarahan kita ada waktu khusus paling beberapa menit sekali, paling melihat presensi, disiplin tidak. Yang kedua piket, anak-anak sudah melaksanakan tugasnya apa belum. Memotivasi agar anak selalu berkarakter baik. Sebagai wali kelas saya juga tidak bisa bekerja sendiri, saya selalu menenyakan kepada temannya si anak yang bermasalah dan selalu koordinasi dengan guru mapel lain dan guru BK, bahkan orang tua”(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan IW, pukul 10.30 WIB di koridor sekolah). KF selaku Kabid Kemuridan sekaligus pengampu ekstrakurikuler mengungkapkan peran dan tugas utama sebagai Kabid Kemuridan dan Pengampu Ekstrakurikuler. KF menjelaskan: “Kalau bidang saya yang pertama tugas intinya adalah mengurusi ekstrakurikuler itu, di situ berarti mengembangkan karakter percaya diri, ketika di ekstrakurikuler ECC (bahasa inggris) kan harus ada penampilan yang komunikatif. Kemudian selain di ekstrakurikuler itu yang kentel banget dengan kemuridan adalah kedisiplinan. Disiplin itu kan banyak sekali, di situ ada tidak menganggu temannya itu toleransi, tidak berbicara lewat jendela itu berarti sopan santun. Sebenarnya di dalam peraturan itu sudah komplit semua karakter sudah ada di situ, pelanggaran dan kredit poinnya. Nanti bisa minta tata tertibnya mbak. Jadi kalau di kemuridan yang mencolok adalah penegakan aturan, dan anak-anak itu harus dipaksa dulu agar terbiasa, dipaksa santun dulu agar menjadi terbiasa santun, dipaksa jujur dulu agar menjadi terbisa jujur, dipaksa disiplin dulu baru bisa terbiasa disiplin. Selain itu, anak juga harus membutuhkan teladan dari guru, misal guru saling 75
bersalaman, anak bisa melihat bahwa sopan santun itu penting”(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KF, pukul 07.30 WIB di ruang tamu). Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan di luar jam sekolah menurut KF dalam pendapatnya, sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter siswa. Hal ini karena dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa memang benar-benar memilih sendiri jenis ekstrakurikuler sehingga mereka dapat mengeksplor kegemaran mereka sesuai bakat. KF mengungkapkan: “Kemudian dalam kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak, menurut saya kalau mereka jujur dari hati mereka yang paling dalam. Itu karena mungkin di ekstra mereka memilih sendiri, interestnya kan di situ. Misalnya ada anak yang suka vocal grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang. Suka tampil, seneng karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler, tanpa paksaan”(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KF, pukul 07.30 WIB di ruang tamu). Sebagai wali kelas, yang ditempatkan di kelas yang istimewa, di mana siswa-siswinya kebanyakan adalah siswa-siswi yang bermasalah, AA mennuturkan tentang implementasi pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswanya di kelas: “Ya tentunya itu tadi, dengan cara mengajar yang disisipi muatan imtaq. Misalnya saya mengajar tentang uang, bank mungkin ada kaitanya dengan hadis riba itu selalu saya smpaikan. Sebisa mungkin saya memberi motivasi kepada anak-anak, sbagai guru yang baik setidaknya harus bisa memberi contoh agar anakanak tidak menyepelekan. Sebagai wali kelas 9A kebetulan cowoknya itu, selalu tersandung masalah, sering bolos, melanggar peraturan. Penanganannya tentunya selain saya memberitahu harus berkolaborasi dengan wali murid, ketika apa yang sampaikan di
76
sekolah harus berkesinambungan. Saya juga selalu mencari cara agar anak-anak ketika keluar dari sini mempunyai karakter yang baik. Selain itu strategi saya dalam pembentukan karakter anak saya juga menerapkan sistem reward dan punishment. Itu saya anggap penting, ketika anak melakukan hal positif selalu saya puji agar termotivasi untuk menjadi lebih baik. Kemudian utuk punishment, misalnya membolos saya menghukum yang ada hikmahnya seperti nulis istighfar 100 kali, nulis doa setelah sholat berapa kali”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AA, pukul 09.15 WIB di ruang guru). TM selaku wali kelas VII C menerangkan tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa, baik saat di kelas maupun di luar kelas, TM menjelaskan: “Pendidikan karakter saya dimulai dari pembiasaan ketika awal pembelajaran saya membiasakan anak untuk berdoa, membaca basmalah tujuannya adalah mengingat Allah. Jadi ketika belajar Allah selalu bersama mereka insyaa allah semua akan diberi kelancaran dan ilmu yang saya sampaikan bisa bermanfaat, yang kedua adalah mengecek kerapian kelas berarti mengecek kedisiplinan anak terlebih dahulu. Sebelum pembelajaran kelas harus bersih dan nyaman. Ketiga, pada saat KBM sya membiasakan anak utk jujur dan bertanggung jawab. Biasanya saya melihat di agenda pelajaran saya, dan saya bertanya apakan ada PR? Dan anak menjawab jujur, iya ada. Kemudian saya bertanya lagi apakah sudah dikerjakan?, itu termasuk nilai karakter tanggung jawab. Kemudian ketika pembelajaran saya juga menerapkan keaktifan bertanya dan menghargai pendapat orang lain. Disitu saya tidak membenarkan dan menyalahkan, biarkan anak-anak yang mengkritisi terlebih dahulu. Terus kalau di Al-Azhar RPP nya ada muatan imtaq, apapun pelajaran yang disampaikan. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca, dalam al qur‟an Allah swt menyuruh umatnya untuk membaca dan belajar. Kemudian yang terakhir ya untuk pembelajaran terakhir anak-anak untuk disiplin, berdoa, dan mencatat targetnya harus dikumpulkan kapan”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di Koridor Sekolah). Lebih lanjut diutarakan TM mengenai strategi implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, TM menjelaskan: 77
“Dalam pelaksanaannya saya juga menerapkan sistem reward and punishment, misalnya ketika mereka saya suruh membuat kalimat konjungsi, jika tidak bisa maka saya suruh maju nanti saya minta untuk melisankan lagi dalam bentuk yang banyak. Tapi kalau reward, saya pernah memberikan hadiah. Misalnya puisi atau cerpennya paling bagus, saya berikan nilai plus, kemudian kalau tidak secara murah meriah hanya saya berikan tepuk tangan, biasanya anak-anak sudah seneng dan merasa dihargai”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di Koridor Sekolah). Kemudian MA selaku wali kelas IX C berpendapat mengenai implementasi pendidikan karakter yang diterapkan saat kegiatan KBM, kegiatan pembinaan di dalam kelas maupun kegiatan pembinaan di luar kelas. MA menegaskan bahwa pendidikan karakter harus dilaksanakan di manapun dan kapanpun kepada siapapun, terlebih mengajarkan kepada siswanya melalui beberapa hal yang diungkapkan MA sebagai berikut: “Pendidikan karakter di Al-Azhar memang harus diterapkan, terutama nilai keislaman. Dan itu sudah tercantum di RPP. Jadi dalam pendidikan karakter di Al-Azhar harus menanamkan karakter terutama nilai-nilai keislaman. Kalau dalam KBM bahasa arab, biasanya ada kata mutiara di dalam buku paketnya. Dan itu dari makna yang terkandung di sana adalah menanamkan pendidikan karakter yang selalu saya sampaikan setiap pertemuan. Peran saya sebagai wali kelas, setiap seminggu itu ada pembinaan, kalau di sini wali kelas diwajibkan mengawasi siswanya setiap hari. Begitu pula dengan saya, sebisa mungkin kalau ada waktu selo saya selalu mengawasi, dan jika melihat dan mendengarkan bicara anak yang kurang baik, sayang langsung menegur. Tidak hanya di dalam sekolah, di luar sekolahpun saya juga mengawasi lewat medsos, jadi apapun statusnya atau postingan saya tau, kalaupun tidak saya ketahui sendiri, saya selalu wanti-wanti kepada siswa untuk menginformasikan apapun temannya jika kurang baik”(Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan MA, pukul 11.00 WIB di ruang guru). Hal senada juga diungkapkan AS selaku Guru Mapel dan juga wali kelas. Dalam implementasi pendidikan karakter AS menjelaskan:
78
“Pendidikan karakter itu harus dimasukkan ke dalam pembelajaran setiap kali masuk, di RPP juga kita masukkan pendidikan karakter. Strategi dalam implementasi pendidikan karakter, yang pertama kalau menurut saya, teladan itu penting, jadi sebelum kita memberitahukan yang baik dan yang buruk kita harus memberi contoh hal yang baik. Kemudian yang kedua, selalu mengingatkan mereka dan mengkaitkan pembelajaran itu dengan muatan imtaq. Muatan imtaq itu menjadi ciri khas kita di al azhar, di mana apapun materinya harus merujuk pada satu sumber yang kita akui kebenarannya yaitu Al-Qur‟an. Itu yang harus selalu kita ingatkan, misalkan ada anak yang melakukan pelanggaran kemudian kita ingatkan lagi apa tujuan pembelajaran ini?, muatan imtaqnya apa?, gitu”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di ruang guru). Lebih lanjut diungkapkan AS mengenai perannya sebagai wali kelas dalam mewujudkan pendidikan karakter. AS menuturkan bahwa: “Terus peran saya selaku wali kelas, setiap saya masuk kelas setiap itu pula saya melakukan pembinaan meskipun durasinya hanya 5 sampai 10 menit. Nanti kalau sekiranya ada hal yang penting saya akan masuk kelas untuk melakukan pembinaan. Dan juga pembinaan di luar kelas itu juga saya lakukan untuk anak-anak tertentu. Sebagai contoh pembinaan di luar kelas, misalkan ada laporan anak, baik dari anak yang bermasalah itu sendiri maupun dari teman-temannya nanti akan saya panggil, akan saya ajak sharing. Jadi saya terbiasa menekankan kepada anak-anak bahwa wali kelas memanggil anak itu bukan karena ada masalah atau pelanggaran tetapi butuh komunikasi supaya tidak terjadi misskomunikasi”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di ruang guru). Dari hasil pengamatan peneliti hari Jum’at, 24 Februari 2017 pukul 06.30 WIB terlihat bahwa pada pukul 06.30 WIB guru-guru sudah berdiri di gerbang SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga menyambut dan menyalami siswa yang berangkat. Beberapa guru tersebut memeriksa siswa-siswi mulai dari rambut bagi yang laki-laki, kuku dan kerapian seragam. Saat itu ada beberapa siswa yang kukunya panjang, kemudian
79
disuruh untuk memotong kukunya di gerbang sebelum diperbolehkan masuk. Siswa-siswi berangkat ke sekolah ada yang di antar orang tuanya dan ada pula yang naik kendaraan umum kemudian berjalan kaki sampai di sekolah. Siswa-siswi di sini tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri. Khusus hari jum’at pukul 06.50 siswa dan guru sudah siap rapi memakai mukena, membacakan ikrar, melaksanakan sholat dhuha berjamaah yang diimami salah seorang guru, kemudian dilanjutkan membaca asmaul husna, membaca tahlil, membaca surat yasin dan kultum, kemudian ditutup dengan memberikan infaq. Sedangkan, untuk hari-hari lain kecuali hari Jum’at, pukul 06.50 siswa dan guru sudah harus berbaris rapi di lapangan sekolah untuk melaksanakan ikrar, dalam rangkaian kegiatan ikrar tersebut diselipkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, hafalan Al-Qur’an, pembinaan kepada yang melanggar tata tertib sekolah, seperti datang terlambat, pakaian dan atribut sekolah yang tidak sesuai peraturan, serta yang tidak menegrjakan tugas. Cara guru dalam hal menghukum, guru selalu menerapkan hukuman yang bersifat mendidik dan membina. Terlihat saat guru menyuruh siswa menghafalkan bacaan sholat, menulis surat pernyataan, menjadi dirijen, dan baris berbaris. Disitulah terlihat penanaman karakternya (Sumber: Observasi, Senin 20 Februari 2017 di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, pukul 06.50 WIB).
80
Setelah bel masuk sekolah berbunyi, siswa-siswi masuk ke dalam kelas. Sebelum KBM dimulai siswa dan guru masing-masing kelas melakukan tadarus selama 10-15 menit. Saat KBM dimulai, ada salah seorang siswa yang memimpin doa, dan pada KBM PKN terlihat bahwa guru sebelum memulai materi selalu memberikan motivasi-motivasi kepada siswanya dan diselingi dengan nasihat-nasihat yang penuh dengan kasih sayang. Strategi yang digunakan guru dalam pengimplementasikan pendidikan karakter, selalu menanmkan ketegasan, dan kedisiplinan. Tidak lembek dalam memberi penjelasan. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkomunikasi dengan teman yang lain, dan bebas berpendapat selama pendapat itu tidak menyimpang dari pelajaran, KBM pun dilaksanakan di perpustakaan, yang tujuannya adalah agar siswa tidak tegang dan ada pergantian suasana agar lebih menyenangkan (Sumber: Observasi, Selasa, 21 Februari 2017, pukul 10.15 di perpustakaan). Pada saat jam istirahat pertama, pukul 10.00 WIB siswa melaksanakan sholat dhuha, ada juga yang melaksanakan sholat dhuha pada saat jam pelajaran, karena ada beberapa guru yang mewajibkan setiap siswa untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang guru, bahwa taat kepada Allah itu lebih penting dan paling utama jika dibandingkan dengan taat kepada guru. Jadi jika ada salah seorang siswa
81
belum sholat dhuha, tidak diperbolehkan mengikuti KBM sebelum melaksanakan sholat dhuha. Sedangkan pada saat jam istirahat kedua, semua siswa, guru dan karyawan wajib melaksanakan sholat dzhur berjamaah di masjid. Dalam kegiatan sholat dzuhur berjamaah, ditambahkan dengan kultum, dzikir dan doa. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sudah terjadwal petugaspetugas pelaksana. Ada yang sebagai imam, adzan, iqomah, doa dan wirid, serta kultum. Bagi siswi yang berhalangan ada kelas tersendiri yang diisi oleh salah seorang guru, biasanya diisi seperti materi keislaman dan motivasi.
3. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Menurut AW, faktor yang mendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sangat beragam, bisa faktor dari dalam atau intern dan faktor dari luar atau ekstern. AW mengungkapkan: “Pendukung implementasi pendidikan karakter di Al-Azhar sangatlah banyak, beberapa diantaranya antara lain: lokasi yang strategis dan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah dalam mengkondisikan, kekuatan guru dan stakeholders dalam membuat kedekatan dengan siswa, kedisiplinan sekolah, serta kesadaran siswa dan guru itu sendiri” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AW, pukul 08.10 WIB di ruang Kepala Sekolah).
82
Sedangkan menurut IS, faktor yang mendukung keberhasilan implementasi pendidikan karakter siswa didukung dari beberapak faktor, bukan hanya dari guru saja. IS menjelaskan bahwa: “keberhasilah sebuah program itu tidak hanya tergantung guru, tapi semua lini. Seperti adanya aksesoris kelas yang dipajang tulisan-tulisan islam, suasana lingkungan yang kondusif, pagi itu saat pada ribut sendiri, guru kan sering mengatakan subhaanallah..walhamdulillah.. agar siswa segera diam dan suasana menjadi tenang” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan IS, pukul 13.00 WIB di perpustakaan). Sedangkan menurut YA mengungkapkan bahwa faktor pendorong yang paling utama adalah lingkungan. YA munuturkan: “Kalau faktor pendorong, lingkungan to. Lingkungannya kan ini sama, agamanya sama, secara otomatis kan terdukung” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.20 WIB di ruang Kabid Kurikulum). SN selaku wali kelas 8C sekaligus Guru PAI menjelaskan mengenai faktor-faktor pendorong dalam suksesnya implemenasi pendidikan akarakter ada beberapa. SN menyebutkan faktor-faktor tersebut antaranya: “Faktor pendukung antaranya ialah visi dan misi sekolah yang dibentuk untuk mendukung pendidikan karakter untuk mewujudkan ahlaqul karimah, kemudian lingkungan sekolah yang sudah semua islam, tidak tercampur dengan yang lain sehingga tidak menimbulkan pro kontra” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di ruang guru). Selaku Kabid Kemuridan, KF mengungkapkan beberapa faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa:
83
“Faktor pendukung antaranya adalah, penegakan aturan tentu, kemudian teladan dari guru, mungkin dari awalnya memang harus dipaksa dulu mbak, lama-lama siswa akan terbiasa dan sadar dengan sendirinya. Kemudian faktor dari guru lain, wali murid dan semua anggota sekolah.” (Sumber: Wawancara, Jum’at, 24 Februari 2017 dengan KF, pukul 07.30 WIB di ruang guru). Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa narasumber, bahwa pendidikan karakter sangat dekat hubungannya dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi pendidikan karakter yang dilakukan. Pendapat mereka mengenai faktor-faktor pendukung implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
“Karakter anak itu biasanya dipengaruhi oleh lingkungan kok, jika anak bergaul dengan lingkungan baik, maka anak tersebut akan menjadi baik”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan HL, pukul 09.10 WIB di ruang guru) “Memang selalu saya tanamkan ke anak-anak sebisa mungkin jangan sampai anak yang kurang baik mempengaruhi yang lain, itu kan faktor lingkungan. Kemudian adanya dukungan dari guru-guru lain, serta wali murid” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 09.00 WIB di ruang guru) “Kalau faktor pendukung sih, ya yang pertama kita memang satu sekolah kita satu visi dan satu misi, inginnya anak akan lebih baik. Kalau pembentukan karakter tidak dibentuk hanya satu guru di kelas saja, tetapi semua. Yang penting bekerja sama, konsisten terhadap semuanya, mengingatkan dan tidak jueh” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan KS, pukul 09.30 WIB di ruang tamu). Sedangkan menurut RS, selaku guru BK di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, yang dalam kesehariannya bertugas memberikan bimbingan kepada siswa-siswa di sana, RS menyebutkan:
84
“Faktor yang mendukung, adanya kerja sama dengan guruguru yang lain. Ketika satu guru menyampaikan/menasihati siswa mungkin masih cuek, tapi kalo semua guru yang mengingatkan, mungkin akan lebih mendengarkan” (Sumber: Wawancara, Jum’at, 24 Februari 2017 dengan RS, pukul 09.40 WIB di Ruang Tamu)
Lebih lanjut MA mengungkapkan beberapa faktor pendukung terlaksananya pendidikan karater di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, yang mana pada saat ini dirasakan. Menurut MA faktor-faktor tersebut adalah:
“Menurut saya mungkin karena sudah ada program pembiasaan yang dilakukan. Kerja sama dengan guru-guru yang lain, adanya koordinasi dengan wali murid sehingga orangtua pun tau kondisi anaknya seperti apa” (Sumber: Wawancara, Sabtu, 25 Februari 2017 dengan MA, pukul 11.00 WIB di Ruang Guru). Selaku wali kelas,
AS juga menegaskan bahwa faktor-faktor
pendukung implementasi pendidikan karakter dipengaruhi oleh anak itu sendiri. AS menuturkan:
“Yang pertama memang karakter anak mudah dikontrol, dan tidak membutuhkan penanganan lebih, kedua adalah ketegasan yang selalu saya tanamkan dimana saat anak-anak bisa mengikuti perintah saya, maka saya akan membimbing mereka menuju gerbang kesuksesan. Yang penting adalah konsisten kepada komitmen” (Sumber: Wawancara, Jum’at, 24 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru). Hasil pengamatan peneliti pada hari Rabu, 22 Februari 2017 pukul 06.30-selesai terlihat bahwa letak sekolah di pinggir jalan dan dikelilingi sawah-sawah yang hijau, di lingkungan sekolah terdapat poster-poster dan slogan-slogan yang disusun unik di dinding-dinding sekolah. Lingkungan 85
sekolah yang bersih, rapi dan tidak bising membuat KBM menjadi nyaman. Setiap kelas yang sudah lengkap dengan LCD dan AC membuat nyaman, ada rak sepatu di dalam kelas untuk meletakkan sendal siswa. Terdapat juga perpustakaan yang di dalamnya lengkap dengan buku-buku yang tertata rapi dan tempat membaca yang luas. Terdapat juga lapangan untuk sepak bola/futsal dan volly yang lumayan luas di sekolah. Ada juga masjid yang biasa digunakan untuk beribadah sholat oleh siswa, guru, karyawan, dan orang yang mampir sholat. Dan yang tidak kalah penting, semua guru-guru dan karyawan serta siswa-siswi yang ramah dan murah senyum yang memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. 4. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Hambatan yang dialami sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa-siswinya banyak macamnya, ada hambatan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri atau disebut dengan faktor intern dan ada juga yang berasal dri luar atau disebut faktor ekstern. AW juga merasakan hal yang sama, bahwa dalam implementasi pendidikan karakter terhadap siswanya, di antaranya menurut Kepala Sekolah adalah: “Sebenarnya kan tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya pada sekolah saja, tetapi pada orang tua. Di sini yang berat itu justru di lingkungan luar sekolah, ketika di sekolah kita sudah
86
mengkondidikan dengan baik namun kita sangat sulit mengontrol perilaku siswa ketika sudah tidak di sekolah. Kemudian, faktor lain adalah perbedaan budaya di rumah dengan di sekolah. Jika di rumah siswa diwajibkan berjilbab, tapi dirumah terkadang ada orang tua yang tidak memakai jilbab” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AW, pukul 08.10 WIB di ruang kepala sekolah). Pendapat lain disampaikan oleh Kabid Kemuridan, bahwa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar sekolah, dan juga pengaruh media sosial yang penggunaannya terlalu berlebihan, KF menegaskan: “Penghambatnya, satu mungkin anak melihat kehidupan di sekolah hanya kehidupan sampingan. Kehidupan yang utama justru bukan di keluarga, tapi ya tadi di dunia yang orang lain tidak tahu, di instagram dia yang bisa all out bisa memuji orang tanpa berhadapan langsung misalnya. Kendalanya saat ini adalah informasi yang tidak terbendung, dan kontrol dari orang dewasa yang kurang. Jadi mungkin perlu kerja sama dengan pihak yang lain, terutama orang tua. Untuk melancarkan misi kita dalam menegakkan peraturan itu tadi. Ada buku penghubung antara sekolah dengan orang tua, agar orang tua mengetahui keadaan siswa saat di sekolah, begitu sebaliknya” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KF, pukul 08.30 WIB di ruang tamu). Sedangkan menirut YA selaku Kabid Kurukulum juga menegaskan bahwa faktor-faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter yang adalah pengaruh dari lingkungan, terutama lingkungan di luar sekolah. YA mengungkapkan: “Kalau untuk faktor penghambatnya sendiri ya anak itu sendiri, kalau secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatifnegatif” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).
87
SN juga menyampaikan pendapat tentang penghambat yang dirasakan dalam implementasi pendidikan karakter kepada siswanya, faktor utamanya adalah dari siswa itu sendiri. SN mengungkapkan: “Faktor penghambatnya nek dari siswa, biasa mbak kalo yang namanya siswa kan usianya masih labil. Jadi pendidikan karakter belum dilaksanakan, kadang masih memberontak, masih melakukan dengan paksaan dan belum sepenuh hati. Yang terpenting kita tidak boleh bosan dalam mengingatkan, karena memang pendidikan karakter membutuhkan proses yang tidak sebentar, perlu diulang terus” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di ruang guru). Hal senada diungkapkan AS selaku wali kelas, bahwa dalam implementasi pendidikan karakter tidak selamanya berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. AS berpendapat bahwa: “Namanya anak-anak jiwa bermainnya masih menonjol, jadi dia cenderung lebih mudah terbawa lingkungan yang lain. Jika bergaul dengan lingkungan yang tidak baik maka akan tidak baik pula karakter anak tersebut” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru). Beberapa narasumber juga berpendapat yang hampir sama dengan pendapat-pendapat di atas, bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang membutuhkan proses yang tidak sebentar, dan ketlatenan guru dalam mendidik dan membimbing. Faktor lingkungan, faktor dalam diri siswa itu sendiri yang belum sesuai dengan harapan sekolah merupakan hambatan yang dialami oleh para guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, beberapa pendapat diungkapkan:
88
“Kalau faktor penghambat ya ada sih mbak, kadang yang jadi penghambat itu begini, anak berada di sekolah kan mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Selebihnya ada anak keluar dari sekolah, ada yang les, ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang main dulu di rumah teman. Lha itu yang menjadi penghambat. Kadangkadang di lingkungan lain tujuannya tidak sinkron untuk mendukung karakter anak. Maksudnya kita pengen anaknya sopan santun, menghormati orang tua, disiplin dan lain-lain. Tapi kadangkadang di lingkungan luar sekolah tidak mendukung, tidak sinergis dengan tujuan sekolah” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KS, pukul 09.20 WIB di Ruang Tamu). “Kalau yang menghambat, kadang pengaruh lingkungan itu tadi. Kalau menurut saya siswa usia SMP itu, guru dan orang tua nomor sekian, dibandingkan teman. Pertemanan itu nomor satu. Guru dan orang tua mau bilang apa, contohlah kalo bilang belajar, gak bole main. Tapi kalo temen bilang ayo bolos, ya anak tersebut ngikut temannya. Anak usia ini kan takut gak punya temen, takut dicim, jadi faktor utama adalah teman” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan RS, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu). “Ya namanya anak-anak kan berbeda-beda mbak, masih susah untuk dikondisikan. Karakternya berbeda membuat susah untuk mengaturnya” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di koridor sekolah). Siswa SMP Islam Al-Azhar juga mengungkapkan faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah faktor dari anak itu sendiri, karena sebenarnya di sekolah bapak dan ibu guru telah mengajarkan banyak kebaikan, tetapi anak itu sendirilah yang memang melakukan dengan sengaja atau tidak sengaja melanggar peraturan, SD mengungkapkan: “Ada beberapa siswa yang belum manut dengan peraturan mbak. Seperti masih ada yang datang terlambat, masih sering melanggar peraturan karena masih menyepelekan. Soalnya biarpun berkali-kali dihukum tapi masih mengulang kesalahan yang sama” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SD, pukul 12.45 WIB di ruang kelas 9C).
89
Hasil penelitian oleh peneliti selama satu minggu, mulai pagi hingga siswa pulang terlihat bahwa memang masih ada beberapa siswa yang belum menaati peraturan sekolah dan masih susah untuk diatur. Ada juga siswa yang masih keluar masuk kelas pada saat jam pelajaran dan menganggu siswa yang lain. Meskipun dengan berbagai strategi secara maksimal dan ternyata hasilnya belum sesuai dengan harapan, tetapi bapak dan ibu guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tidak menyerah dan berdiam diri begitu saja. Mereka akan selalu berusaha dengan maksimal agar pendidikan karakter berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
90
BAB IV ANALISIS DATA A. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017 Konsep merupakan dasar, tujuan, cita-cita atau harapan dalam rangka mewujudkan suatu pelaksanaan. Dengan adanya konsep maka pelaksanaan akan mudah dilakukan. Pendidikan karakter menurut Zucdi (2009: 76) adalah sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Selaras dengan hal tersebut, konsep yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota salatiga adalah dengan berkonsep kepada nilai dan norma agama, ini artinya nilai dan norma agama menjadi nilai utama dan tertinggi yang harus diterapkan. Karena jika siswa, guru dan semua warga sekolah menerapkan nilai dan norma agama insyaa allah tidak ada siswa yang melanggar norma dan hukum. Karena jelas bahwa di dalam agama islam telah dijelaskan bahwa akhlak seorang muslim itu sempurna, dengan dibekali akal fikiran yang diharapkan mampu digunakan untuk berfikir dan bertindak dan diharapkan mampu untuk membedakan mana perbuatan yang haq dan
91
perbuatan yang bathil. Dalam hadits pun juga jelas, bahwa Rasulullah SAW diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Misalnya nilai religius, diimplementasikan dalam kegiatan berdoa sebelum dan sesudah KBM, pembiasaan tadarus, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, dan lain sebagainya. Konsep pendidikan
karakter di sekolah ini juga berdasarkan
unggah-ungguh dan budaya jawa, yang di dalamnya memuat banyak peraturan, norma, adat serta kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat atau masyarakat jawa. Dalam hal ini misalnya, mencium telapak tangan guru atau orang yang lebih tua ketika bersalaman, menundukkan badan dan meminta izin ketika lewat di depan guru, selalu ramah saat bertemu guru atau orang lain, tidak hanya sebatas di sekolah saja akan tetapi ketika mereka melihat guru di luar sekolah mereka juga melakukan hal yang sama seperti saat di dalam sekolah. Di sini tugas guru selain menjadi fasisilitator dalam menyalurkan ilmu pengetahuan, guru juga berperan penting dalam memberi contoh, mengajak dan membimbing siswa kepada suatu perbuatan yang baik. Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan
92
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat. Sesuai dengan pendapat di atas, di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang mempunyai visi membangun generasi yang berkualitas, beriman dan bertaqwa itu merupakan konsep dan tujuan dari implementasi pendidikan karakter siswa di sana. Jadi konsep pendidikan karaker yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah untuk mendidik karakter siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk siswa sebagai insan kamil. Selain kepada hal-hal di atas, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah dengan berdasarkan tata tertib atau peraturan yang ada di sekolah. Tata tertib dan peraturan sekolah sangat membantu dalam implementasi pendidikan karaker siswa. Dengan adanya tata tertib yang ada, diharapkan semua
93
sisw dan guru dapat menaati dan melaksanakan tata tertib tersebut, sehingga pendidikan karakter bisa berjalan dan terlaksana dengan baik.
B. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017 Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi sebuah tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam implementasi pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendudidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter dalam KTSP dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam
kegiatan pemblajaran,
pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar (kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat), serta penambahan alokasi waktu pembelajaran (Daryanto, 2013: 75-76). Selaras dengan pendapat di atas, implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga dibagi menjadi 2, yaitu: a. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Pembelajaran Dilihat dari penjabaran nilai-nilai karakter yang sering ditanamkan guru dalam KBM, di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga telah mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam KBM. Hal ini terlihat dari
94
hasil
observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi
terkait
dengan
penanaman nilai-nilai karakter yang ditanamkan guru. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan guru dalam KBM diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter dan Indikatornya di dalam KBM No Nilai Karakter 1
Religius
Indikator 1. Berdoa sebelum dan sesudah KBM 2. Tadarus sebelum KBM
2
Disiplin
1. Membiasakan untuk masuk kelas tepat waktu 2. Membiasakan menaati peraturan kelas 3. Membiasakan mengumpulkan tugas tepat waktu 3
Jujur
4
Peduli Lingkungan
1. Tidak mencontek ketika ulangan 1. Pembiasaan potong rambut, kuku, rapi dalam berpakaian, dan kebersihan badan 2. Menjaga kebersihan kelas 3. Merapikan tata letak meja, kursi dan benda-benda kelas 4. Tersedianya tempat sampah
95
5
Tanggung Jawab
1. Melaksanakan tugas piket sesuai jadwal 2. Meleksanakan tugas dari guru 6
Kreatif
1. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya fikir dan bertindak secara kreatif 2. Menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dn tidak membosankan 3. Pemberian
tugas
yang
menantang
sehingga memunculkan karya dan ide kreatif siswa 7
Demokratis
1. Mengambil belajar
keputsan
atau
dalam
komitmen
kontrak
kelas secara
bersamaan antara guru dengan siswa 8
Cinta Tanah Air
1. Memajang
foto
presiden
dan
wakil
presiden 2. Memajang
foto
pahlawan-pahlawan
nasional 3. Memasang peta indonesia 9
Toleransi
1. Guru memberikan pelayanan yang sama kepada seluruh siswa tanpa membedakan 2. Bekerja dalam kelompok yang berbeda
96
10
Kesopanan
11
Rasa Ingi Tahu
1. Tindak tanduk antara murid dengan guru 1. Menciptakan
suasana
kelas
yang
mengundang keingintahuan siswa 2. Mengimplementasikan
model-model
pembelajaran yang aktif dan kreatif 12
Menghargai
1. Memberikan reward kepada siswa yang berprestasi Prestasi 2. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi siswa berprestasi
b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar Implementasi pendidikan karakter melalui pengembangan budaya sekolah dilakukan dengan: 1) Pembiasaan Rutin Karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa tidak akan terbentuk dengan tiba-tiba tetapi perlu proses yang lama dan pembiasaan yang kontinyu. Oleh karena itu perlu upaya pembiasaan perwujudan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (Damayanti, 2014: 63). Begitu juga implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga juga dilaksanakan secara rutin agar nilai-nilai
97
karakter melekat dalam diri siswa. Pembiasaan rutin di sekolah ini meliputi: a) Kegiatan Harian: (1) Mushafakhah: kegiatan berjabat tangan dengan guru-guru di gerbang ketika siswa berangkat sekolah dan juga pemeriksaan ketertiban serta kelengkapan atribut siswa. (Disiplin, Tanggung Jawab). (2) Pembacaan ikrar siswa yang diselipkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, hafalan Al-Qur’an dan pengumumanpengumuman. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawab, Cinta Tanah Air). (3) Tadarus Al-Qur’an sebelum KBM. (Religius). (4) Sholat Dhuha: dilaksanakan oleh guru dan siswa saat pada jamistirahat pertama. (Religius). (5) Sholat Dzuhur Berjamaah: dilaksanakan oleh seluruh warga SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga di masjid diisi dengan kultum, dzikir dan doa. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawab) (6) Pembiasaan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu. (Sopan Santun, Toleransi). b) Kegiatan Mingguan: (1) Upacara hari Senin: dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah di halaman sekolah. Petugas upacara bergilir setiap minggunya.
98
(Disiplin,
Tanggung
Jawab.
Semangat
Kebangsaan
Dan
Nasionalisme, Cinta Tanah Air). (2) Jum’at pagi penuh berkah: dilaksanakan setiap Jum’at pukul 06.50 WIB-07.30 WIB oleh seluruh warga sekolah di Koridor Sekolah. Kegiatan ini diisi dengan sholat dhuha berjamaah, pembacaan asmaul husna, tahlil, yasin, dan surat-surat pilihan serta diakhiri dengan kultum. Petugasnya bergilir. (Religius, Disiplin, Tanggung Jawabkreatif, Komunikatif). (3) Infaq Jum’at: dilaksanakan oleh petugas OSIS dengan membawa kotak infaq dan keliling kelas. (Religius, Dermawan) (4) Sabtu Perwalian: dilaksanakan pada hari sabtu pagi. Wali kelas memasuki kelas yang dibimbingnya masing-masing, dan mengadakan pembinaan, musyawarah terkait keadaan siswa dan
kelas
serta
masalah-masalah
seputar
kelasnya.
(Demokratis, Komunikatif. Tanggung Jawab, Kreatif). c) Kegiatan Incidental Kegiatan incidental merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat-saat tertentu, sesuai dengan penjadwalan. Dalam hal ini di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga melakukan kegiatan incidental sebagai berikut: (1) MABIT: dilaksanakanpada akhir semester gasal olehkelas VII dan VIII. (Religius, disipli, tanggung jawab, kreatif).
99
(2) Upacara Peringatan Hari Besar Nasional: Upacara dilaksanakan seperti upacara Hardiknas, Hari Guru, HUT RI, dan lain-lain. (Disiplin, semangat kebangsaan dan Nasionalisme, Cinta Tanah Air). (3) Peringatan Hari Besar Islam: Kegiatan seperti pengajian dalam rangka Isra’ Miraj, Maulid Nabi, Idul Qurban, dan lain-lain. Biasanya juga diisi dengan berbagai lomba-lomba yang menunjang kreatifitas anak seperti lomba kaligrafi, hafalan juz 30, dan lain-lain. (Religius, Peduli Sosial, Kreatif, Toleransi). 2) Kegiatan Spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Misalnya, ada siswa yang membuang sampah sembarangan, berteriak-teriak sehingga menganggu pihak yang lain, berbicara dan berlaku tidak sopan, dan lain sebagainya. Ada juga kegiatan spontan lain yang dilaksanakan di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga. Misalnya mengunjungi teman yang sedang tertimpa musibah sakit ataupun keluarganya yang meninggal. Memberikan sebagian hartanya untuk disumbangkan kepada yang terkena musibah tersebut. Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap sesama.
100
3) Keteladanan Aktualisasi nilai-nilai yang telah ditanamkan pada siswa perlu didukung oleh lingkungan yang memberikan keteladanan (Damayanti, 2014: 62). Dalam hal ini guru sebagai pemimpin (pendidik) harus bisa digugu dan ditiru, harus memberikan teladan atau contoh yang baik bagi siswanya, baik itu dalam bertutur kata, berbuat maupun berpenampilan. Dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” Selaras dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga telah menerapkan keteladanan bagi siswa, seperti berpakaian rapi, bersikap ramah (senyum, salam, sapa), berbahasa yang baik, disiplin, memuji kebaikan dan keberhasilan siswa, mengikuti sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tujuannya adalah agar siswa mudah dalam menerima dan meniru perilaku yang baik yang dilakukan guru sehingga lama-kelamaan karakter dapat terbentuk dengan sendirinya. Seorang guru adalah
101
orang yang perkataan dan perbuatannya dipatuhi dan dianut itu sudah sepantasnya memiliki karakter sempurna dalam menjalani aktivitasnya. Maka, apabila perkataan dan perbuatan guru tidak memiliki karakter baik, maka kita tidak bisa membayangkan apa jadinya karakter siswanya. 4) Pengkondisian Pengkondisian
yaitu
penciptaan
kondisi yang
mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter. Dalam rangka mendukung implementasi pendidikan karakter siswa maka sekolah harus dikondisikan dengan baik. Lingkungan sekolah harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang diinginkan. Selaras dengan hal tersebut, semua warga di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga telah berusaha mengkondisikan sekolah dengan baik. Misalnya toilet yang selalu bersih, tempat sampah ada di berbagai tempat dan disendirikan antara sampah organik dan anorganik, sekolah terlihat rapi dan alat belajar diletakkan terartur, slogan-slogan di dinding sekolah dan di halaman sekolah, dan suasana lingkungan yang tidak bising. 5) Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan bakat minat siswa dan juga bertujuan untuk
102
membentuk karakter siswa. Karena dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat memilih sendiri jenis ekstrakurikuler yang disukai sesuai dengan bakat dan minat siswa. Selaras dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga dilaksanakan sebagai sarana untuk membentuk dan mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut, diantaranya sebagai berikut: Tabel 4.2 Jenis Ekstrakurikuler dan Nilai Karakter yang Diimplementasikan No 1
Jenis Ekstrakurikuler Pramuka
Nilai Karakter Cinta damai, Disiplin, Toleransi, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri
2
Mengaji
Religius
3
ASBD (Al-Azhar Seni Bela Disiplin, Mandiri, Kerja Keras Diri)
4
Futsal
Kerja keras
5
ECC
Kreatif, Komunikatif, Percaya Diri
103
6
Pencak Silat
Kerja Keras
7
Fotografi
Kreatif
8
PMR
Disiplin
9
Rebana
Kreatif
10
Drumband
Kreatif
11
Badminton
Kerja Keras
Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Karena kegiatan ekstrakurikuler diikuti siswa berdasarkan bakat dan minat siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan. Misalnya ada anak yang suka vocal grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang. Suka tampil, seneng karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler karena tidak ada paksaan. 6) Kegiatan Keseharian di rumah dan di masyarakat Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah agar dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di
104
sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat (Daryanto, 2013: 76). Hal ini selaras dengan kegiatan yang dilakukan di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga. Sekolah selalu menjalin hubungan baik dengan orang tua/wali murid, sekolah membuat buku penghubung antara sekolah dengan orang tua/wali muid, agar orang tua tahu kondisi anajnya di sekolah, dan sekolah juga tahu kondisi siswa saat di rumah. Sekolah juga selalu memberikan informasi kepada orang tua/ wali murid dengan cara mengadakan pertemuan rutin setiap tahunnya, agar tujuan pendidikan di sekolah sinkron dan mendapat dukungan dari orang tua. Selain itu ada juga home visit dan tahajud misscalled sebagai bentuk dan upaya implementasi pendidikan karakter di luar sekolah. 7) Reward and Punishment Agar perilaku siswa sesuai dengan tata nilai dan norma yang ditanamkan perlu dilakukan konfirmasi antara nilai yang dipahami dan perilaku yang dimunculkan. Apabila siswa melakukan yang sesuai keininginan perlu diberikan penghargaan atau reward, agar siswa semangat untuk menjadi lebih baik. Sedangkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku terhadap tata tertib dan norma perlu dilakukn upaya pencegahan dengan memberikan hukumn atau
105
punishment yang sepadan dan bersifat pedagogis pada siswa (Damayanti, 2014: 64). Sesuai hal tersebut, pihak sekolah juga melaksanakan metode itu dalam membentuk karakter siswa. Hal ini dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya pemberian hadiah berupa barang kepada siswa yang berprestasi, kepada siswa yang hasil karyanya bagus. Tetapi terkadang reward tidak selamanya diwujudkan dengan barang. Ada juga guru yang memberikan nilai plus dan sekedar tepuk tangan kepada siswa yang nilainya terbaik sebagai cara untuk memberikan reward atau penghargaan. Kemudian untuk yang melanggar tata tertib seperti datang terlambat, tidak mematuhi peraturan sekolah maka siswa mendapatkan poin pelanggaran. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, selain dilakukan dengan dua hal di atas, ada juga implementasi pendidikan karakter berbasis pikiran. Implementasi pendidikan karakter berbasis pikiran diwujudkan dengan adanya pembacaaan ikrar guru dan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai ada juga dengan motivasimotivasi dan nasihat bapak serta ibu guru yang selalu ditanamkan kepada siswa. Karena dengan perkataan yang diucapkan kepada siswa, kemudian siswa merekam perkataan dan masuk ke dalam pikiran mereka dan tertanam ke pikiran mereka. Suatu hal yang sudah tertanam ke dalam pikiran maka akan berpengaruh dalam pengucapan atau bertutur kata, dan
106
perkataan akan berpengaruh terhadap perbuatan yang dilakukan. Perbuatan yang dilakukan akan berpengaruh pula kepada kebiasaan, dan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menghasilkan karakter. Dan dengan karakter yang ditaburkan maka akan menuai nasibnya. Tidak hanya siswa saja yang melaksanakan pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota salatiga, akan tetapi semua guru juga menerapkan pendidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter untuk guru dan kepala sekolah di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga hampir sama dengan apa yang dilakukan siswa-siswinya, dengan pembiasaan-pembiasan seperti senyum, salam dan sapa setiap bertemu dengan siswa dan bapak ibu guru lainnya, melaksanakan ikrar guru, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah. Dan tidak lupa hal yang paling penting dilakukan oleh kepala sekolah dan guru adalah dengan selalu memberikan teladan yang baik untuk siswa-siswinya, baik dalam perkataan, penampilan dan perbuatan. Dari uraian di atas, terlihat bahwa implementasi pendidikan karakter siswa diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan kegiatan kegitan di luar sekolah. Implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tidak hanya dilakukan oleh siswanya saja, akan tetapi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Strategi yang digunakan adalah
dengan
pembiasaan
rutin,
kegiatan
spontan,
keteladanan,
pengkondisian, kegiatan ekrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan di msyarakat, serta melalui sistem reward and punishment. Dengan strategi di
107
atas maka diharapkan akan terbentuk karakter yang kuat yang melekat dalam diri siswa sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan setelah lulus baik di sekolah maupun di lingkungan rumah dan masyarakat. C. Faktor-faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar Kota Salatiga Tahun 2017 Dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung imlementasi pendidikan karakter, Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai segi, baik guru, siswa-siswi, fasilitas, maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Gunawan (2012:19) menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi karakter manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli menggolongkannya ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Hampir sama dengan pendapat di atas, bahwa setiap proses implementasi pendidikan karakter baik dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan di luar pembelajaran tidaklah lepas dari faktor-faktor yang mendukung keberhasilan implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Adapun faktor pendukung tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Intern Faktor interen merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam hal ini faktor yang mendukung implementasi
108
pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah kesadaran siswa tersebut. Mekipun ada sebagian siswa yang belum menyadari atau belum ikhlas melakukan perintah dan menaati tata tertib, tetapi ada juga siswa yang dengan kesadaran dirinya dan tanpa paksaan sudah bisa melakukan atau menerapkan pendidikan karakter. b. Faktor Ekstern Faktor eksteren atau faktor yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga antara lain: 1) Visi dan misi sekolah serta tata tertib sekolah yang menjadi acuan dalam implementasi pendidikan karakter. 2) Dari data yang ditemukan bahwa kekuatan dari guru dan seluruh stake
holders
sekolah
sangat
mendukung
implementasi
pendidikan karakter. 3) Kegiatan yang sudah terprogram dan budaya sekolah yang notabennya sekolah islam, guru dan siswanya semua islam, yang tida pernah sepi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan membuat mudah dalam implementasi pendidikan karakter. 4) Prinsip kebersamaan, kerja sama dan kekeluargaan yang terus dijaga serta kedekatan antara guru dengan siswa membuat nyaman dalam pengimplentasian pendidikan karakter.
109
5) Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah untuk mengawasi dan mengontrolnya. 6) Sarana dan prasarana atau fasilitas sekolah yang baik dan lengkap 7) Lingkungan yang kondusif sehingga nyaman dan mudah dalam implementasi pendidikan karakter. Faktor-faktor
di
atas
tentunya
dapat
membantu
dan
mempermudah guru maupun siswa dan semua warga sekolah dalam implementasi pendidikan karakter siswa, baik itu di dalam KBM, budaya sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanya pendukung-pendukung tersebut, diharapkan semua warga sekolah lebih semangat dalam menjalankan tugas sesuai kewajibannya masingmasing. D. Faktor-faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar Kota Salatiga Tahun 2017 Berdasarkan hasil penelitian baik melalui observasi dan wawancara, ada beberapa hambatan yang dihadapi sekolah dalam implementasi pendidikan karakter siswanya. Hambatan yang dialami sekolah sangat beragam. Ada faktor dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern) siswa itu sendiri, diantaranya adalah: a. Faktor Intern Gunawan (2012: 19-21) mengungkapkan bahwa faktor penghambat pembentukan karakter siswa dari dalam atau faktor intern dipengaruhi
110
oleh insting atau naluri, adat atau kebiasaan, kehendak atau kemauan, suara batin atau suara hati, dan keturunan. Hampir sama dengan pendapat Gunawan, faktor penghambat dari dalam (intern) yang dialami siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga antara lain: 1) Keadaan siswa itu sendiri, siswa usia SMP itu kalau secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatif-negatif. Solusinya adalah dengan terus mengingatkan dan membimbing, karena pendidikan karakter itu tidak serta merta berhasil sesuai dengan keinginan, tetapi membutuhkan proses dan waktu yang lama. 2) Keberagaman karakter siswa dan beberapa siswa yang sulit diatur serta keterbatasan guru dalam mengawasi perilaku siswa, sehingga membuat sulit untuk mengimplementasikanpendidikan karakter pada siswa. b. Faktor Ekstern 1) Lingkungan bergaul di luar sekolah, perbedaan kebudayaan di rumah dan di sekolah. Jika di sekolah siswa memang sudah diajarkan karakter-karakter baik, belum tentu saat di rumah siswa melaksanakan hal tersebut. Terkadang masih ada orang tua di rumah yang belum mendukung pendidikan karakter dan
111
tujuan pendidikan sekolah. Jadi tujuan pendidikan di sekolah belum satu sinergis dengan budaya yang dilakukan di rumah. 2) Terbatasnya kontrol sekolah seteleh siswa pulang sekolah. Dalam hal ini pihak sekolah tidak dapat memantau kegiatan anak di luar sekolah secara intens, untuk menjembatani antara pihak sekolah dengan orang tua maka diperlukan buku penghubung agar semua bisa mengetahui, dan bisa menjalin komunikasi serta koordinasi yang baik antara pihak sekolah, siswa dan orang tua. 3) Pengaruh media, seperti televisi, handphone, internet, facebook, instagram, twetter, dan lain sebagainya yang didalamnya mengandung unsur positifmaupun negatif. Informasi yang tidak terbendung melalui medsos, jika siswa tidak pandai dalam menggunakannya maka akan berdampak buruk bagi siswa. Solusinya, pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua/ wali murid untuk selalu mengontrol dan membimbing, mengawasi dan mendampingi putera-puterinya di rumah agar tidak menggunakan medsos mereka secara salah dan berlebihan. Dengan
diketahuinya
faktor-faktor
penghambat
dalam
implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, diharapkan pihak sekolah mampu menemukan solusi agar implementasi pendidikan karakter berjalan lebih baik lagi.
112
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah dengan berkonsep kepada nilai dan ajaran agama Islam, unggah-ungguh dan budaya Jawa, visi dan misi sekolah, serta tata tertib sekolah. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga dilakukan dengan implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar dan dengan pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar (pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat, serta sistem reward and punishment) serta implementasi pendidikan karakte berbasis fikiran yang diwujudkan dengan pembacaan ikrar, pemberian nasihat serta motivasi kepada siswa. Bukan hanya siswa saja yang mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah, akan tetapi semua warga sekolah seperti kepala sekolah dan semua guru. Faktor yang mendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri siswa tersebut dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu kesdaran siswa itu sendiri dalam melaksanakan atau menerapkan karakter
113
pada dirinya. Sedangkan faktor dali luar diantaranya adalah visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru, kegiatan yang sudah terprogram, prinsip kebersamaan, kerj sama, kekeluargaan dari semua anggota atau warga sekolah seperti siswa, guru, yayasan, dan orang tua, jumlah siswa yang sedikit sehingga mudah untuk mengontrol, sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah yang memadai, serta lingkungan sekolah yang kondusif. Faktor yang menjadi penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, juga meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi adalah keadaan siswa itu sendiri, serta keberagaman karakter siswa sehingga sulit untuk diatur. Faktor ekstern yang mempengaruhi adalah antara lainlingkungan bergaul, perbedaan budaya sekolah dengan budaya di rumah, kurangnya kontrol dari guru dan orang tua, serta pengaruh media sosial. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga
terkait
implementasi
pendidikan
karakter
siswa,
dapat
direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk pihak sekolah, hendaknya melakukan komunikasi yang lebih banyak agar meningkatkan peran orang tua dengan mengadakan pertemuan secara rutin untuk membentuk kesadaran pentingnya pendidikan karakter anak.
114
2. Untuk kepala sekolah, berdasarkan pengamatan penulis, implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sudah bagus dan mencakup semua ruang lingkup. Semoga dapat lebih dioptimalkan
dengan
kreatifitas-kreatifitas
baru
dan
pemberian
keteladanan. 3. Untuk guru, sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing, harus mampu menjalankan pendidikan karakter seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya serta sikap penuh kasih sayang dalam lingkungan sekolah. 4. Untuk orang tua/ wali murid diharapkan selalu mendukung program kegiatan sekolah untuk mencapai program pendidikan karakter yang maksimal, selalu mengawasi pergaulan putera-puterinya ketika di luar jam belajar di sekolah, dan ciptakan komunikasi yang baik antara orang tua/ wali murid dengan pihak sekolah. 5. Untuk siswa, harus menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik dan benar, karena hal ini demi kebaikan di masa yang akan datang. Selain itu, siswa harus hormat, patuh, serta menjaga sopan santun kepada guru dan orang yang lebih tua.
115
DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 2012. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Damyanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah: Teori dan Praktik Internalisasi Nilai. Yogyakarta: Araska. Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Fathurrohman, Pupuh. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Kadir, Abdul. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group. Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UINMaliki Press. Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Lickona, Thomas. 2015. Educating For Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muin, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu &Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: ArRuz Media. Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia. Ruslan, Rusadi. 2010. Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Samani, Muchlas & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta: UNY Press. http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurutpara.html, diakses pada hari minggu 1 Januari 2017, pukul 10.55 WIB.
2
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PEDOMAN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi Penelitian yang dilakukan ini akan mengamati (observation) mengenai Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, yang di antaranya meliputi: 1. Melakukan pengamatan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. 2. Melakukan pengamatan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter. 3. Melakukan pengamatan pada penerapan pembiasaan/keseharian di lingkungan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter. Pedoman Observasi Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017 No
Aspek yang Diamati
A
Kegiatan Belajar Mengajar (KMB)
1
Membiasakan diri mengawali dan mengakhiri KBM dengan berdoa
2
Guru dapat mengintegrasukan pendidikan karakter kedalam mata pelajaran
3
Strategi yang digunakan guru terkait implementasi pendidikan karakter mudah dipahami
3
Ya
Tidak
Ket
4
Guru menyampaikan materi secara komunikatif sehingga peserta didik lebih termotivasi
7
Kematangan peserta didik dalam mengikuti KBM terlihat dari konsentrasi peserta didik di dalam kelas
8
Peserta didik dapat memahami pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter di tiap materi pelajaran
9
Peserta didik dapat saling membantu pada saat temannya kesulitan menerima materi pelajaran
10
Peserta didik menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari
B
Kegiatan Ekstrakurukuler
1
Membiasakan diri untuk mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa
2
Guru menyampaikan materi kegiatan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didik
3
Strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi dapat dengan mudah dipahami peserta didik
4
Guru dapat memberikan contoh dalam melaksanakan pendidikan karakter tersebut dalam kegiatan
5
Peserta didik mampu menguasai materi kegiatan dengan baik
4
6
Peserta didik menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dari kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
7
Kematangan peserta didik dilihat dari konsentrasi dalam mengikuti kegiatan
8
Peserta didik saling membantu temannya
9
Antar peserta didik saling menghormati dan menghargai satu sama lain
10
Sportivitas dan semangat terjalin antar peserta didik
C
Budaya Sekolah
1
Perilaku kepala sekolah dan guru dapat memberikan contoh yang berkaitan dengan pendidikan karakter terhadap pembiasaan peserta didik di lingkungan sekolah
2
Antar warga sekolah saling menghormati dan menghargai satu sama lain
3
Memberikan salam dan menyapa saat berpapasan
4
Saling membantu apabila ada teman yang mengalami kesulitan
5
Antar warga sekolah dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan sekolah
6
Saling menjaga kebersihan lingkungan sekolah
7
Pembiasaan/kegiatan rutin yang dilakukan siswa yang berkaitan dengan pendidikan karakter
5
a. Harian b. Mingguan c. Bulanan d. Tahunan e. Incidental B. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi dilakukan peneliti untuk mengungkap data-data antara lain sebagai berikut : 1. Melalui arsip tertulis: a. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga b. Visi dan misi SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga c. Keadaan guru dan siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga d. Sarana dan prasarana SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga e. Jumlah dan kondisi bangunan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga f. Ikrar siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga g. Tata tertib SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga h. Data tentang prestasi siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga 2. Foto a. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. b. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
6
c. Budaya sekolah yang tercermin di lingkungan sekolah d. Kegiatan/program unggulan sekolah terkait dengan pendidikan karakter. C. Pedoman Wawancara 1. Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, Kabid Kurikulum, Kabid Kemuridan, Guru PAI, Guru PKn, Guru BK, Pengampu Ekstrakurikuler dan Wali Kelas a. Identitas Responden 1) Nama
:
2) Jenis Kelamin
:
3) Jabatan
:
4) Usia
:
5) Pendidikan terakhir
:
6) Alamat
:
b. Pertanyaan Peneliti 1) Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga saat ini? 2) Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar Kota Salatiga tahun 2017? 3) Nilai-nilai karakter apa saja yang diterapkan dalam pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga? 4) Sejauh ini, apakah implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sudah berhasil?
7
5) Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga? 6) Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga? 2. Peserta Didik SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga a. Identitas Responden 1) Nama
:
2) Jenis Kelamin
:
3) Usia
:
4) Kelas
:
5) Alamat
:
b. Pertanyaan Penelitian 1) Sikap-sikap baik apa yang diajarkan bapak/ibu guru di sekolah? 2) Apa kalian senang dengan sikap-sikap baik yang diajarkan di sekolah? 3) Apa masih ada teman-teman kalian yang melanggar peraturan? 4) Bagaimana kesan kamu sekolah di Al-Azhar dengan seabrek
peraturan yang harus dilaksanakan?
8
HASIL WAWANCARA A. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 1. AW, pada hari Kamis 23 Februari 2017 di Ruang Kepala Sekolah pukul 08.10 WIB Konsep pendidikan yang kami kembangkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter disini itu bermuara kepada ahlaqul karimah, ahlakakhlak mulia yang sesuai dengan ajaran Al-Qur‟an dan Hadits. Selain itu, konsep pendidikan karakter juga sesuai dengan visi dan misi di sekolah kita mbak yaitu untuk mewujudkan insan yang mulia, yang beriman dan bertaqwa. Nanti bisa dibaca untuk visi dan misinya. Yang jelas, kami selalu menekankan kepada anak-anak bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk menempuh kehidupan ke depan. Kami selalu menerapkan dengan pembiasaan-pembiasaan seperti senyum, salam dan sapa kepada siapapun saat bertemu. Mbak sendiri juga sudah melihat kan pembiasaanpembiasaan yang diimplemantasikan disini. 2. YA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Kabid Kurikulum pada Pukul 13.15 WIB Kalau konsep pendidikan karakter di sini itu adalah untuk membentuk karakter siswa, mengarahkan penanaman karakter secara menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk siswa sebagai insan kamil. Metodenya dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan 3. KF, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di ruang tamu pukul 07.30 WIB Kalau bidang saya yang pertama tugas intinya adalah yang kentel banget dengan kemuridan adalah kedisiplinan. Disiplin itu kan banyak sekali, di situ ada tidak menganggu temannya itu toleransi, tidak berbicara lewat jendela itu berarti sopan santun. Sebenarnya di dalam peraturan itu sudah komplit semua karakter sudah ada di situ, pelanggaran dan kredit poinnya. Jadi ya kalau pendidikan karakter berkonsep dari tata tertib dan peraturan sekolah. 4. IS, pada hari Jum’at, 23 Februari 2017 di perpustakaan pukul 13.00 WIB Pertama, konsep pelaksanaan pendidikan karakter di sini berkonsep dari visi misi Al-Azhar sebagai sekolah umum swasta islam, yang harus unggul dalam moralitas jika dibandingkan dengan sekolah umum lainnya, kedua dari panggilan hati bahwa mengajar itu adalah ibadah, dan yang ketiga adalah bahwa guru adalah motivator yang harus mengajar dengan baik, jika guru memberi motivasi dengan baik maka hasilnyapun akan baik juga.
9
5. IW, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 10.30 WIB Dalam pembelajaran PAI, terus terang banyak sekali nilai-nilai religius yang diajarkan ke anak, nah itu semua diterapkan berdasarkan ajaranajaran agama islam, yang di sandarkan kepada sesuatu yang diakui kebenarannya, yaitu Al-Qur‟an. Di dalam pengaturan kurikulum pun PAI mempunyai jatah jam pelajaran yang beda dengan mapel yang lain. Kalau mapel yang lain kan hanya dua jam, untuk mapel PAI itu ada tambahan satu jam pelajaran lagi. 6. SN, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 14.20 WIB Ya kalau dalam pembelajaran PAI itu adalah pembelajaran yang banyak menekankan kepada religius dan menyangkut pendidikan moral atau karakter, pembiasaan kepada sikap-sikap yang baik sesuai dengan ajaran keagamaan. Jadi konsep pendidika karakter yang diimplementasikan di sini ya sesuai dengan ajaran islam yang menyangkut norma dan moralitas. Yang merupakan norma tertinggi, kalau siswa dan guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma agama insyaa allah kita terhindar dari pelanggaran hukum. 7. RS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.45 WIB Ketika masuk di kelas sebagai guru BK, dari awal masuk di ikrar sampai jam berakhir, ketika melihat anak yang karakternya tidak sesuai dengan nilai moral ya langsung kita tegur, tidak usah menunggu, jadi spontan. 8. MB, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.40 WIB Yang paling utama adalah karakter, karena sepandai-pandai anak jika karakternya tidak baik ya sama aja mbak. Kalau menurut saya lebih baik anak yang kurang pintar tapi berkarakter baik dari pada anak pandai tapi karakternya jelek. 9. AS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 12.10 WIB Yang menjadi ciri khas di Al-Azhar itu adalah adanya muatan imtaq yang selalu dikaitkan dengan pembelajaran. Dimana apapun materinya harus merujuk pada satu sumber yang kita akui kebenarannya yaitu Al-Qur‟an. Itu yang harus selalu kita ingatkan dan lakukan. Misalkan ada anak yang melanggar ini, selalu kita ingatkan kembali apa tujuan belajar kita kepada anak. 10. IR, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 14.40 WIB Dalam ekstrakurikuler jelas yang menjadi dasar implementasi karakter adalah kedisiplinan yang di terapkan ke dalam proses pelaksanaan selama kegiatan itu berlangsung. Karena menurut saya kedisiplinan merupakan nilai utama dalam pendidikan karakter, baru kemudian nilai-nilai karakter yang lain bisa muncul dengan otomatis.
10
11. TM, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Koridor Sekolah pukul 11.00 WIB Mengenai konsep pendidikan karakter, menurut saya, seperti yang saya lakukan adalah dengan memberikan muatan-muatam imtaq pada saat pembelajaran. Muatan imtaq di sini merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh guru ketika mengajak, jadi muatan imtaq itu sesuai dengan materi, kan di buku paket atau buku panduan sudah ada, kita tinggal menyampaikannya. 12. MA, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.00 WIB Pendidikan karakter yang ditanamkan itu sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang diajarkan. Misalnya dari hadits untuk selalu tersenyum kepada siapapun saat bertemu. 13. OD, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.00 WIB Konsepnya itu mungkin lebih kepada tujuan pendidikan itu sendiri, sama seperti visi dan misi Al-Azhar, bahwa untuk membentuk karakter anak menjadi lebih baik, selain ilmunya lebih baik, sikapnya juga ingin lebih baik. 14. HL, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.30 WIB Kalau itu ya mungkin dari afektif mbak, lebih kepada sikap. Jadi sekolah itu tujuannya bukan hanya membuat anak pintar saja akan tetapi agar lebih baik sikapnya. Kalau hanya pandai saja tanpa diimbangi dengan sikap yang baik, maka itu belum disebut siswa yang baik dan belum sesuai dengan tujuan atau visi misi di Al-Azhar. 15. AT, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang UKS pukul 12.40 WIB Al-Azhar kan sekolah yang notabennya Islam, yang kebanyakan kegiatan di sekolah itu selalu diterapkan kepada nilai-nilai keislaman. 16. KS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.20 WIB Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari tuntutan agama islam, dan cita-cita kami dalam penerapan pendidikan karakter adalah untuk membentuk generasi yang berakhlaqul karimah. Selain itu juga berkonsep kepada unggah-ungguh dalam masyarakat jawa yang selalu menerapkan kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata kepada siapapun, semua ada unggah-ungguhnya mbak. 17. AA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.15 WIB Ya tentunya saya berusaha supaya anak saya itu ketika keluar dari sini ada karakter positif yang ditonjolkan, makanya pada saat pembelajaran muatan imtaqnya selalu saya sisipkan, meskipun hanya waktu yang sebentar. Pokoknya pendidikan karakter yang saya terapkan berkonsep kepada iman dan taqwa.
11
B. Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam AlAzhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 1. AW, pada hari Kamis 23 Februari 2017 di Ruang Kepala Sekolah pukul 08.10 WIB Pelaksanaan pendidikan karakter di Al-Azhar diwujudkan dalam pembiasaan sehari-hari siswa dan semua warga sekolah mulai dari pagi sampai pulang sekolah dan juga ada jam tambahan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Yang terkait dengan nilai-nilai karakter dilaksanakan secara integratif oleh semua lini sekolah, tidak hanya guru PAI atau PKN saja. Kalau pelaksanaan program harian kan otomatis penanaman karakter itu melekat kepada tata tertib sekolah, mulai dari kehadiran siswa tepat waktu, ikrar, tadarus, pelaksanaan KBM, sopan santun, senyum salam sapa, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di rumah, sholat dhuha, serta sholat dzuhur berjamaah. Banyak sekali pembiasaanpembiasaan yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter. Misalnya nilai karakter kesopanan bisa terlihat setiap kali bertemu siswa dan guru kami selalu menekankan dan mewajibkan untuk senyum, salam, dan sapa. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat menanamkan pembiasaan karakter baik sehingga melahirkan siswa-siswa yang berakhlaqul karimah. 2. YA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Kabid Kurikulum pada Pukul 13.15 WIB Yang jelas kalau ranahnya kurikulum pendidikan karakter, yang dimunculkan itu pertama dilewatkan dengan program harian, pembiasaan. Njenengan juga tahu sendiri to program pembiasaan mulai dari pagi sudah terlihat pendidikan karakter yang kita implementasikan dalam pembiasaan, mulai dari bersalaman, ikrar, tadarus, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, itu. Banyak pokoknya mbak. Belum lagi kalau yang mingguan itu ada upacara bendera hari senin, sholat dhuha berjamaah, membaca asmaul husna, membaca yasin, tahlil, kultum dan infaq pada hari jum‟at. Yang satu bulan sekali ya insidental sesuai penjadwalannya. Misal penanaman nilai karakter nasionalisme ada peringatan hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hardiknas, dan lain sebagainya. Terus kalau untuk PHBI ada peringatan 1 muharram, isro‟ miraj, maulid nabi. Biasanya diisi dengan pengajian dan kadangkala diselipkan lomba-lomba. Kalau kaitannya dengan pendidikan karakter jenis lombanya juga menumbuhkan karakter anak, disiplin itu. Seperti adzan, kaligrafi, kultum, hafalan Al-Qur‟an dan lain-lain. 3. KF, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di ruang tamu pukul 07.30 WIB Jadi kalau di kemuridan yang mencolok adalah penegakan aturan, dan anak-anak itu harus dipaksa dulu agar terbiasa, dipaksa santun dulu agar menjadi terbiasa santun, dipaksa jujur dulu agar menjadi terbisa jujur, dipaksa disiplin dulu baru bisa terbiasa disiplin. Selain itu, anak juga harus membutuhkan teladan dari guru, misal guru saling bersalaman, anak 12
4.
5.
6.
7.
bisa melihat bahwa sopan santun itu penting. Kemudian dalam kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak, menurut saya kalau mereka jujur dari hati mereka yang paling dalam. Itu karena mungkin di ekstra mereka memilih sendiri, interestnya kan di situ. Misalnya ada anak yang suka vocal grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang. Suka tampil, seneng karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler, tanpa paksaan. IS, pada hari Jum’at, 23 Februari 2017 di perpustakaan pukul 13.00 WIB Strategi ya satu dengan mengimplementasikan dengan metode pembelajaran, yang kedua pendekatan hati, yang ketiga dengan ketegasan, dan dengan keteladanan. IW, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 10.30 WIB Salah satunya kalau dalam pembelajaran itu berdoa sebelum KBM, disiplin. Pendidikan karakter di RPP pun sudah tertuang di situ, ada beberapa sikap ada religius, tanggung jawab, disiplin kemudian pembiasaan-pembiasaan yang terus dilakukan agar anak menjadi lebih baik. Kita realisasikan dalam pembelajaran, jadi include. Misalnya tugastugas, kita mengambil karakter disiplin, berarti dia mengumpulkan tugas tepat waktu apa tidak. Kalau dalam praktek-praktek di PAI seperti sholat, wudhu anak tanggung jawab tidak dalam pelaksanaannya. Kalau sebagai wali kelas, untuk pembinaan, pengarahan kita ada waktu khusus paling beberapa menit sekali, paling melihat presensi, disiplin tidak. Yang kedua piket, anak-anak sudah melaksanakan tugasnya apa belum. Memotivasi agar anak selalu berkarakter baik. Sebagai wali kelas saya juga tidak bisa bekerja sendiri, saya selalu menanyakan kepada temannya si anak yang bermasalah dan selalu koordinasi dengan guru mapel lain dan guru BK, bahkan orang tua. SN, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 14.20 WIB Setelah anda melihat pembelajaran di dalam kelas, mungkin sudah bisa mengetahuinya mbak. Pertama ketika anak dinasihati dengan baik tentang pendidikan karakter yang akan diterapkan kemudian diarahkan, misalnya tolong mbak, mas sampahnya dibuang di tempat sampah. Yang kedua pelaksanaan, pembiasaan secara langsung. Itu dilakukaan di awal pertama. Melakukan komitmen tentang peraturan sekolah, misalnya anak tidak mengerjakan PR atau terlambat mengumpulkan tugas berarti sanksinya nilai dikurangi. RS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.45 WIB Ya, jadi BK itu kan bukan pembelajaran tapi pembimbingan, pembinaan. Pembimbingan kepada murid yang bermasalah, bermasalah pribadi, sosial, maupun sekolah. Di sekolah ketika saya masuk ke kelas selain 13
menyampaikan materi, diawal pasti sudah saya sampaikan. Banyak hal yang saya sampaikan mengenai pendidikan karakter, baik yang di sekolah maupun di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar. Apalagi sekolah ini yang notabennya anak-anak menengah ke atas yang pergaulannya sangat luas, jadi pendidikan karakter sangat penting disampaikan. Dari awal saya masuk di kelas ketika melihat karakter yang tidak diharapkan, langsung kita tegur baiknya seperti ini. Anak yang berkarakter kurang baik itu, biasanya ada riwayat yang melatar belakanginya, jadi saya sebagai guru BK selalu mengcrosscek riwayat anak tersebut seperti apa. Mencari riwayat entah di rumah dan di sekolah lama. Karena tugas seorang guru tidak hanya tanggung jawab terhadap akademisnya saja, tapi justru ke karakternya itu. Kalau akademis itu anak bisa mempelajarinya di rumah, sedangkan karakter itu harus diterapkan di manapun. 8. MB, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.40 WIB Ya kita kalau anak tertib, disiplin kita nilai dengan baik. Sebelumnya sudah saya umumkan dahulu ketika awal pertemuan, jadi anak sudah tau aturan mainnya dalam mapel yang saya ajarkan, kemudian jika ada yang belum bisa maka saya akan terus melakukan bimbingan, meskipun diluar jam pelajaran. Bukannya membeda mbedakan pelayanan anak, tetapi kalau yang seperti itu memang lebih saya perhatikan agar bisa sama dengan yang lain. 9. AS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 12.10 WIB Pendidikan karakter itu harus dimasukkan ke dalam pembelajaran setiap kali masuk, di RPP juga kita masukkan pendidikan karakter. Strategi dalam implementasi pendidikan karakter, yang pertama kalau menurut saya, teladan itu penting, jadi sebelum kita memberitahukan yang baik dan yang buruk kita harus memberi contoh hal yang baik. Kemudian yang kedua, selalu mengingatkan mereka dan mengkaitkan pembelajaran itu dengan muatan imtaq. Muatan imtaq itu menjadi ciri khas kita di al azhar, di mana apapun materinya harus merujuk pada satu sumber yang kita akui kebenarannya yaitu Al-Qur‟an. Itu yang harus selalu kita ingatkan, misalkan ada anak yang melakukan pelanggaran kemudian kita ingatkan lagi apa tujuan pembelajaran ini?, muatan imtaqnya apa?, gitu. Terus peran saya selaku wali kelas, setiap saya masuk kelas setiap itu pula saya melakukan pembinaan meskipun durasinya hanya 5 sampai 10 menit. Nanti kalau sekiranya ada hal yang penting saya akan masuk kelas untuk melakukan pembinaan. Dan juga pembinaan di luar kelas itu juga saya lakukan untuk anak-anak tertentu. Sebagai contoh pembinaan di luar kelas, misalkan ada laporan anak, baik dari anak yang bermasalah itu sendiri maupun teman-temannya nanti akan saya panggil, akan saya ajak sharing. Jadi saya terbiasa menekankan kepada anak-anak bahwa wali kelas memanggil anak itu bukan karena ada masalah atau pelanggaran tetapi butuh komunikasi supaya tidak terjadi misskomunikasi.
14
10. IR, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 14.40 WIB Dengan membiasakan kedisiplinan siswa untuk melaksanakan tugas, dan saya tidak bisa melaksanakan sendiri dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kalo pembimbing dari dalam hanya bertugas mengabsen dan mengkondisikan anak-anak, sedangkan guru ekstrakurikuler dari luar hanya melaksanakan saja sesuai dengan ketentuan. Strategi dalam pelaksanaanya ya dengan memberikan sanksi kepada anak yang melanggar, misalnya ada anak yang membolos ekstrakurikuler esoknya kita panggil kemudian kita beri teguran, kedua dengan memberi sanksi seperti PBB atau latihan fisik agar anak jera dan menjadi disiplin lagi. 11. TM, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Koridor Sekolah pukul 11.00 WIB Pendidikan karakter saya dimulai dari pembiasaan ketika awal pembelajaran saya membiasakan anak untuk berdoa, membaca basmalah tujuannya adalah mengingat Allah. Jadi ketika belajar Allah selalu bersama mereka insyaa allah semua akan diberi kelancaran dan ilmu yang saya sampaikan bisa bermanfaat, yang kedua adalah mengecek kerapian kelas berarti mengecek kedisiplinan anak terlebih dahulu. Sebelum pembelajaran kelas harus bersih dan nyaman. Ketiga, pada saat KBM sya membiasakan anak utk jujur dan bertanggung jawab. Biasanya saya melihat di agenda pelajaran saya, dan saya bertanya apakan ada PR? Dan anak menjawab jujur, iya ada. Kemudian saya bertanya lagi apakah sudah dikerjakan?, itu termasuk nilai karakter tanggung jawab. Kemudian ketika pembelajaran saya juga menerapkan keaktifan bertanya dan menghargai pendapat orang lain. Disitu saya tidak membenarkan dan menyalahkan, biarkan anak-anak yang mengkritisi terlebih dahulu. Terus kalau di AlAzhar RPP nya ada muatan imtaq, apapun pelajaran yang disampaikan. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca, dalam al qur‟an Allah swt menyuruh umatnya untuk membaca dan belajar. Kemudian yang terakhir ya untuk pembelajaran terakhir anak-anak untuk disiplin, berdoa, dan mencatat targetnya harus dikumpulkan kapan. Dalam pelaksanaannya saya juga menerapkan sistem reward and punishment, misalnya ketika mereka saya suruh membuat kalimat konjungsi, jika tidak bisa maka saya suruh maju nanti saya minta untuk melisankan lagi dalam bentuk yang banyak. Tapi kalau reward, saya pernah memberikan hadiah. Misalnya puisi atau cerpennya paling bagus, saya berikan nilai plus, kemudian kalau tidak secara murah meriah hanya saya berikan tepuk tangan, biasanya anak-anak sudah seneng dan merasa dihargai. 12. MA, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.00 WIB Pendidikan karakter di Al-Azhar memang harus diterapkan, terutama nilai keislaman. Dan itu sudah tercantum di RPP. Jadi dalam pendidikan karakter di Al-Azhar harus menanamkan karakter terutama nilai-nilai keislaman. Kalau dalam KBM bahasa arab, biasanya ada kata mutiara di dalam buku paketnya. Dan itu dari makna yang terkandung di sana adalah 15
menanamkan pendidikan karakter yang selalu saya sampaikan setiap pertemuan. Peran saya sebagai wali kelas, setiap seminggu itu ada pembinaan, kalau di sini wali kelas diwajibkan mengawasi siswanya setiap hari. Begitu pula dengan saya, sebisa mungkin kalau ada waktu selo saya selalu mengawasi, dan jika melihat dan mendengarkan bicara anak yang kurang baik, sayang langsung menegur. Tidak hanya di dalam sekolah, di luar sekolahpun saya juga mengawasi lewat medsos, jadi apapun statusnya atau postingan saya tau, kalaupun tidak saya ketahui sendiri, saya selalu wanti-wanti kepada siswa untuk menginformasikan apapun temannya jika kurang baik. 13. OD, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.00 WIB Implementasinya itu melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan ke siswa, misalnya itu berdoa dulu sebelum belajar itu menerapkan nilai religius, disiplin dalam mengumpulkan tugas, tanggungg jawab dalam mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi. Kemudian selalu mengintegrasikan dalam pembelajaran, karena di RPP pun juga sudah ada nilai-nilai karakter yang akan di sampaikan, misalnya muatan imtaq yang selalu disisipkan. Dan menegur siswa pada saat siswa melakukan hal-hal yang kurang baik, menegur dengan cara yang baik dan tidak menimbulkan siswa menjadi down. Misalnya ketika Lamda (Latihan Mengerjaka dengan Akurat) itu kan ketika diumumkan hasil nilai, jika nilai siswa jelek, berarti siswa harus memakai co-card warna merah yang isinya “Alhamdulillah, aku tetap semangat”, kemudian kalau nilainya baik memakaui co-card warna kuning yang tulisannya “ Yaa Allah, mudahkanlah jalan fikiranku”. Itu merupakan bentuk reward and punishment agar siswa lebih semangat lagi dalam belajar. 14. HL, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.30 WIB Implementasi pendidikan karakter di sini ya dengan peneladanan dari guru itu sendiri. Guru merupakan tokoh yang dapat digugu dan ditiru, jadi sebisa mungkin guru haru memberikan contoh yang baik. Kan anak itu bisa melakukan sesuatu hal bukan dari apa yang mereka dengar saja, tapi juga yang paling berpengaruh adalah dari apa yang dia lihat, yaitu tentang peneladanan itu tadi. Selain itu program-program pembiasaan mulai dari pagi sampai siswa pulng sekolah, seperti ikrar, sholat dhuha, tadarus, dan lain-lain. 15. AT, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang UKS pukul 12.40 WIB Di Al-Azhar kan di RPP itu memang sudah ada muatan imtaqnya, sehingga dalam pembelajaran atau materi selalu disisipkan imtaq yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu sebagai wali kelas saya selalu memberikan motivasi kepada siswa, atau mungkin jika ada salah seorang anak yang melanggar, maka memberikan pembinaan khusus, mmanggil anak untuk sharing dan mencari solusinya. Kalau di luar kelas ya, pembiasaan-pembiasaan yang berkaitan dengan pendidikan 16
karakter, sepeti berjabat tangan, salam, dan sapa, melakukan sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah, dan lain sebagainya. 16. KS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.20 WIB Kalau tugas mengajar itu pasti, tapi untuk menanamkan pendidikan karakter ya biasanya membuat aturan dulu membuat kesepakatan awal, kalo anak begini sanksinya begini. Misalnya jika anak-anak mengeluarkan kata-kata tidak sepantasnya, maksudnya tidak sopan atau mengejek temannya, maka saya pakai penghapus diusapkan sebagai pertanda bahwa oo kalo begini itu tidak boleh, paling seperti itu. Terus membuat kesepakatan lagi kalau nanti misalnya anak mau izin ke kamar mandi harus bagaimana, paling seperti itu untuk menanamkan karakter anak. Kalau sebagai wali kelas ya ini yang kadang-kadang berat juga. Karena setiap kali masuk pelajaran di kelas saya sendiri langsung peran ganda, selain menjadi guru mapel saya juga sebagai wali kelas. Biasanya mengambil beberapa menit dulu untuk memotivasi dan pembinaan. Ya sebisa mungkin terus mengingatkan, mengarahkan anak, dan yang penting itu tidak jueh. Meskipun ada waktu khusus, setiap hari sabtu tapi biasanya terbentur dengan jadwal lain. Akhirnya sebagai inisiatif wali kelas selalu mengambil jam mengajar itu sendiri 17. AA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.15 WIB Ya tentunya itu tadi, dengan cara mengajar yang disisipi muatan imtaq. Misalnya saya mengajar tentang uang, bank mungkin ada kaitanya dengan hadis riba itu selalu saya smpaikan. Sebisa mungkin saya memberi motivasi kepada anak-anak, sbagai guru yang baik setidaknya harus bisa memberi contoh agar anak-anak tidak menyepelekan. Sebagai wali kelas 9A kebetulan cowoknya itu, selalu tersandung masalah, sering bolos, melanggar peraturan. Penanganannya tentunya selain saya memberitahu harus berkolaborasi dengan wali murid, ketika apa yang sampaikan di sekolah harus berkesinambungan. Saya juga selalu mencari cara agar anak-anak ketika keluar dari sini mempunyai karakter yang baik. Selain itu strategi saya dalam pembentukan karakter anak saya juga menerapkan sistem reward dan punishment. Itu saya anggap penting, ketika anak melakukan hal positif selalu saya puji agar termotivasi untuk menjadi lebih baik. Kemudian untuk punishment, misalnya membolos saya menghukum yang ada hikmahnya seperti nulis istighfar 100 kali, nulis doa setelah sholat berapa kali.
17
C. Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 1. AW, pada hari Kamis 23 Februari 2017 di Ruang Kepala Sekolah pukul 08.10 WIB Pendukung implementasi pendidikan karakter di Al-Azhar sangatlah banyak, beberapa diantaranya antara lain: lokasi yang strategis dan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah dalam mengkondisikan, kekuatan guru dan stakeholders dalam membuat kedekatan dengan siswa, kedisiplinan sekolah, serta kesadaran siswa dan guru itu sendiri. 2. YA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Kabid Kurikulum pada Pukul 13.15 WIB Kalau faktor pendorong ya lingkungan to, lingkungannya kan sama, sama dalam hal agama. Jadi mudah dalam menyatukan presepsi, secara otomatis kan terdukung tidak ada hambatannya. 3. KF, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di ruang tamu pukul 07.30 WIB Faktor pendukung antaranya adalah, penegakan aturan tentu, kemudian teladan dari guru, mungkin dari awalnya memang harus dipaksa dulu mbak, lama-lama siswa akan terbiasa dan sadar dengan sendirinya. Kemudian faktor dari guru lain, wali murid dan semua anggota sekolah. 4. IS, pada hari Jum’at, 23 Februari 2017 di perpustakaan pukul 13.00 WIB Keberhasilah sebuah program itu tidak hanya tergantung guru, tapi semua lini. Seperti adanya aksesoris kelas yang dipajang tulisan-tulisan islam, suasana lingkungan yang kondusif, pagi itu saat pada ribut sendiri, guru kan sering mengatakan subhaanallah..walhamdulillah.. agar siswa segera diam dan suasana menjadi tenang. 5. IW, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 10.30 WIB Faktor pendukung dari anak itu sendiri, dari pembiasaan di rumah, kemudian dari bapak-ibu guru yang lain. Karena kita sebagai wali kelas, kita juga butuh guru yang lain untuk saling mendukung. Jadi kita semacam team, team keagamaan untuk mengurusi keagamaan, kemudian ada kemuridan. Jadi kan kita tidak berdiri dan bergerak sendiri, samasama saling membantu dan membutuhkan, kalau ada anak bermasalah kita minta bantuan ke BK. Kemuridan dan keagamaan. 6. SN, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 14.20 WIB Faktor pendukung antaranya ialah visi dan misi sekolah yang dibentuk untuk mendukung pendidikan karakter untuk mewujudkan ahlaqul
18
karimah, kemudian lingkungan sekolah yang sudah semua islam, tidak tercampur dengan yang lain sehingga tidak menimbulkan pro kontra 7. RS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.45 WIB Faktor yang mendukung, adanya kerja sama dengan guru-guru yang lain. Ketika satu guru menyampaikan/menasihati siswa mungkin masih cuek, tapi kalo semua guru yang mengingatkan, mungkin akan lebih mendengarkan. 8. MB, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.40 WIB Faktor pendukungnya adalah keluarga, orang tua, dan lingkuangan tempat bermain anak itu. Jika lingkungannya baik dan selalu menanamkan karaker yang baik tentu saja anak tersebut juga akan baik dan sebaliknya. 9. AS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 12.10 WIB Yang pertama memang karakter anak mudah dikontrol, dan tidak membutuhkan penanganan lebih, kedua adalah ketegasan yang selalu saya tanamkan dimana saat anak-anak bisa mengikuti perintah saya, maka saya akan membimbing mereka menuju gerbang kesuksesan. Ynag penting adalah konsisten kepada komitmen. 10. IR, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 14.40 WIB Faktor pendukung itu ya adanya dukungan dan kerja sama dengan guruguru yang lin. Jadi kita semacam team yang mempunyai tugas masingmasing. Ya seperti tadi, guru dalam bertugas ngapain dan guru luar bertugas ngapain, begitu. 11. TM, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Koridor Sekolah pukul 11.00 WIB Faktor pendukung dalam pendidikan karakter menurut saya, mungkin pembiasaan. Misalnya dalam satu sekolah membiasakan membaca doa, mengecek kerapian itu akan lebih mendukung karena ada bantuan dari bapak ibu guru yang sama maksudnya yang lainnya juga seperti itu. Yang daoat membiasakan siswa dengan tertib. 12. MA, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.00 WIB Menurut saya mungkin karena sudah ada program pembiasaan yang dilakukan. Kerja sama dengan guru-guru yang lain, adanya koordinasi dengan wali murid sehingga orangtua pun tau kondisi anaknya seperti apa. 13. OD, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.00 WIB Faktor pendukungnya ya mungkin satu suasana kelas yang kondusif, fasilitas-fasilitas yang cukup, kemudian kesadaran siswa itu sendiri.
19
14. HL, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.30 WIB Karakter anak itu biasanya dipengaruhi oleh lingkungan kok, kalau lingkungan baik, teman-teman bergaulnya baik maka karakter anak itupun baik juga. 15. AT, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang UKS pukul 12.40 WIB Faktor pendorongnya mungkin, dari faktor anak tersebut. Kalau anak itu baik dan sadar akan pentingnya pendidikan karakter kan guru ketika menerapkan pendidikan karakter bisa berjalan lancar sesuai dengan keinginan. 16. KS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.20 WIB Kalau faktor pendukung sih, ya yang pertama kita memang satu sekolah kita satu visi dan satu misi, inginnya anak akan lebih baik. Kalau pembentukan karakter tidak dibentuk hanya satu guru di kelas saja, tetapi semua. Yang penting bekerja sama, konsisten terhadap semuanya, mengingatkan dan tidak jueh. 17. AA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.15 WIB Faktor pendukung mencakup semuanya, ya fasilitas sekolah, gurugurunya, lingkungan sekolah. Saya selalu tanamkan kepada anak agar sebisa mungkin memberi magnet yang positif, jangan sampai anak yang kurang baik mempengaruhi anak-anak yang sudah baik, serta dukngan dari guru-guru yang lain untuk saling membantu dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan siswa.
D. Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017? 1. AW, pada hari Kamis 23 Februari 2017 di Ruang Kepala Sekolah pukul 08.10 WIB Sebenarnya kan tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya pada sekolah saja, tetapi pada orang tua. Di sini yang berat itu justru di lingkungan luar sekolah, ketika di sekolah kita sudah mengkondidikan dengan baik namun kita sangat sulit mengontrol perilaku siswa ketika sudah tidak di sekolah. Kemudian, faktor lain adalah perbedaan budaya di rumah dengan di sekolah. Jika di rumah siswa diwajibkan berjilbab, tapi dirumah terkadang ada orang tua yang tidak memakai jilbab. 2. YA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Kabid Kurikulum pada Pukul 13.15 WIB
20
3.
4.
5.
6.
7.
Kalau untuk faktor penghambatnya sendiri ya anak itu sendiri, kalau secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatif-negatif. KF, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di ruang tamu pukul 07.30 WIB Penghambatnya, satu mungkin anak melihat kehidupan di sekolah hanya kehidupan sampingan. Kehidupan yang utama justru bukan di keluarga, tapi ya tadi di dunia yang orang lain tidak tahu, di instagram dia yang bisa all out bisa memuji orang tanpa berhadapan langsung misalnya. Kendalanya saat ini adalah informasi yang tidak terbendung, dan kontrol dari orang dewasa yang kurang. Jadi mungkin perlu kerja sama dengan pihak yang lain, terutama orang tua. Untuk melancarkan misi kita dalam menegakkan peraturan itu tadi. Ada buku penghubung antara sekolah dengan orang tua, agar orang tua mengetahui keadaan siswa saat di sekolah, begitu sebaliknya. IS, pada hari Jum’at, 23 Februari 2017 di perpustakaan pukul 13.00 WIB Kadang-kadang penanaman moral yang ditanamkan di sekolah beda dengan yang di rumah. Misalnya, kalo di sekolah jangan memakai celana pendek, tapi kalau siswa di rumah orang tua membiarkan saja, kedua ketika waktu sholat, sholat malam..tahajud, sekolah mengharapkan itu, tapi orang tuanya tidak respek karena takut sakit. IW, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 10.30 WIB Karena karakter anak-anak itu dia bekerja apabila kita perintah, jadi tanggung jawabnya baru beberapa persen, walaupun ada yang sudah sadar dan ada yang belum. Jadi harus ditunjuk dulu baru berangkat, harus diingatkan dulu, misalnya piket ada yang sudah sadar tapi ada yang memang sengaja tidak mengerjakan, nunggu dielikke dulu baru berangkat. SN, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 14.20 WIB Faktor penghambatnya nek dari siswa, biasa mbak kalo yang namanya siswa kan usianya masih labil. Jadi pendidikan karakter belum dilaksanakan, kadang masih memberontak, masih melakukan dengan paksaan dan belum sepenuh hati. Yang terpenting kita tidak boleh bosan dalam mengingatkan, karena memang pendidikan karakter membutuhkan proses yang tidak sebentar, perlu diulang terus. RS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.45 WIB Kalau yang menghambat, kadang pengaruh lingkungan itu tadi. Kalau menurut saya siswa usia SMP itu, guru dan orang tua nomor sekian, dibandingkan teman. Pertemanan itu nomor satu. Guru dan orang tua mau bilang apa, contohlah kalo bilang belajar, gak boleh main. Tapi kalo temen bilang ayo bolos, ya anak tersebut ngikut temannya. Anak usia ini kan takut gak punya temen, takut dicim, jadi faktor utama adalah teman.. 21
8. MB, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.40 WIB Ya itu tadi, lingkungan mbak. Lingkungan bermain anak yang kadangkadang tidak sesuai dengan keinginan atau harapan sehingga mempengaruhi karakter anak. 9. AS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 12.10 WIB Penghambatnya adalah, ketika guru dari luar yang mengajar kan belum mengetahui atau belum faham dengan karakter siswanya. Jadi kan sebaiknya kalau kita mengajar itu cara menyampaikannya harus menggunakan cara sesuai dengan keadaan siswanya. Nek guru dari luar kan hanya sebatas melaksanakan tugas saja, belum kepada pemahaman karakter anak. 10. IR, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 14.40 WIB Penghambatnya adalah, ketika guru dari luar yang mengajar kan belum mengetahui atau belum faham dengan karakter siswanya. Jadi kan sebaiknya kalau kita mengajar itu cara menyampaikannya harus menggunakan cara sesuai dengan keadaan siswanya. Nek guru dari luar kan hanya sebatas melaksanakan tugas saja, belum kepada pemahaman karakter anak. 11. TM, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Koridor Sekolah pukul 11.00 WIB Penghambatnya kadang juga dari anak itu sendiri, itu karena pembiasaan di rumah berbeda dengan pembiasaan di sekolah, kemudian perbedaan karakter pada anak sendiri. Terkadang anak yang suka slenggekan itu memang susah diatur. 12. MA, pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 11.00 WIB Ya namanya anak kan macam-macam daya tangkapnya, kadang lingkungan keluarga mempengaruhi, kadang di sekolah menerapkan nilainilai kebaikan, misalnya sholat tapi orang tuanya di rumah tidak sholat, seperti itukan faktor penghambat. Jadi lebih banyak kepada faktor di luar sekolah. 13. OD, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.00 WIB Kalau faktor penghambatnya itu ya lingkungan mbak. Lingkungan di luar sekolah utamanya. Siswa kan di sekolah hanya beberapa jam saja, selebihnya siswa ketika di luar sekolah kan pihak sekolah tidak bisa mengamati, ada yang lingkungan bermaian atau lingkungan keluarga yag tidak menerapkan pendidikan karakter yang sama seperti di sekolah. 14. HL, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.30 WIB Ya itu tadi, lingkungan bergaul anak yang kurang baik membuat pendidikan karakter anak kurang baik pula. Dan harus ada pengawasan dari guru dan orang tuanya mbak. 22
15. AT, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang UKS pukul 12.40 WIB Banyak mbak, penghambatnya itu saya kan wali kelas dan seharusnya setiap hari bisa mengawasi siswa, tapi pada kenyataannya waktu itu sangat kurang, karena saya kan guru penjas, maka kegiatannya kebanyakan di luar kelas. Dari segi saya bertemu dengan anak di kelas waktunya kurang maksimal. 16. KS, pada hari Jum’at, 24 Februari 2017 di Ruang Tamu pukul 09.20 WIB Kalau faktor penghambat ya ada sih mbak, kadang yang jadi penghambat itu begini, anak berada di sekolah kan mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Selebihnya ada anak keluar dari sekolah, ada yang les, ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang main dulu di rumah teman. Lha itu yang menjadi penghambat. Kadang-kadang di lingkungan lain tujuannya tidak sinkron untuk mendukung karakter anak. Maksudnya kita pengen anaknya sopan santun, menghormati orang tua, disiplin dan lain-lain. Tapi kadang-kadang di lingkungan luar sekolah tidak mendukung, tidak sinergis dengan tujuan sekolah. 17. AA, pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Guru pukul 09.15 WIB Penghambatnya ya itu, lingkungan yang agak negatif. Yang banyak itu selalu mempengaruhi yang sedikit. Padahal yang banyak itu adalah siswa yang karakternya kurang baik. Kalau yang sedikit mempengaruhi yang banyak memang sulit.
23
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA Wawancara dengan siswa (SD) pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di Ruang Kelas IX C pukul 12.50 WIB P: Sikap-sikap baik apa yang diajarkan bapak/ibu guru di sekolah? N: Ya banyak mbak, macam-macam. Kaya misal sopan santun kepada guru, kalau ketemu suruh ngapain, terus kalau ada tamu itu juga harus ngapain, harus salam, senyum, dan ramah kepada siapapun kita bertemu, kemudian disiplin mbak, misalnya siswa dihukum saat datang terlambat dan yang melanggar peraturan P: Apa kalian senang dengan sikap-sikap baik yang diajarkan di sekolah? N: Ya ada sukanya sih, lha mau gimana lagi. Kadang ikhlas-ikhlas saja, tapi kadang nggak. Ya tergantung gurunya juga mbak saat memberi tahu. P: Apa masih ada temen-temen kamu yang melanggar peraruran? N: Ada, banyak. Ada beberapa siswa yang belum manut dengan peraturan mbak. Seperti masih ada yang datang terlambat, masih sering melanggar peraturan. Itu karena masih menyepelekan. Soalnya biarpun berkali-kali dihukum tapi masih mengulang kesalahan yang sama P: Menurut kamu, bagaimana kesan sekolah di sini dengan seabrek peraturan seperti itu? N: Kalau sebenarnya tujuan guru-guru sudah bener, tapi masih banyak siswa yang suka nyepelein. Kalau saya sih nyaman-nyaman aja mbak, meskipun terkadang juga ada enggak nyamanya.
24
LAMPIRAN 2 DATA INFORMAN NO
NAMA
JABATAN
KODE
1
M. Adam Widiyanto, S.si
Kepala Sekolah
AW
2
Yuni Attin H,S.Pd.
Kabid Kurikulum
YA
3
Khotmawati Fajriyah,S.Pd
Kabid Kemuridan
KF
4
H. Isro'i,S.Pd,M.PdI.
Guru PKn
IS
5
Ririn Setyowati,S.Pd.
Guru BK
RS
6
Imron Rosadi,S.Pd
Wali Kelas VII A
IR
7
M Muhson Burhani,S.S
Wali Kelas VII B
MB
8
Tri Maulida Wijayanti,S.Pd.
Wali Kelas VII C
TM
9
Khitna Sulkha,S.Pd.
Wali Kelas VIII A
KS
10
Inayatul Wakidah,S.Ag,M.Pdi.
Wali Kelas VIII B/ Guru PAI
IW
11
Siti Nurmilatul Jannah,S.Pd.
Wali Kelas VIII C/ Guru PAI
SN
12
Aldian Tri Nugroho,S.Pd.
Wali Kelas VIII D
AT
13
Adhi Ariyanto,S.Pd.
Wali Kelas IX A
AA
14
Arinta Setyasari,S.Pd.
Wali Kelas IX B
AS
15
Muhammad Muhyidin Anwar
Wali Kelas IX C
MM
16
Heni Lukitasari,S.Pd.
Wali Kelas IX D
HL
17
Oktavia Dian Wardani,M.Pd.
Wali Kelas IX E
OD
18
Shafira Dhaisani
Siswa
SD
25
LAMPIRAN 3 DATA GURU DAN KARYAWAN
Nama No.
1 1
NIK
NUPTK
2 M.ADAM WIDIYANTO,S.Si.
Jabatan
3
4
9760755657200012
Kepala Sekolah
4946758659200012
Wakil Kepala Sekolah
3338743646200033
Guru Mapel
7060760661300040
Guru Mapel
2944751652200020
Guru Mapel
2456762662300022
Guru Mapel
5234755656300023
Guru Mapel
NIK. 05.10.069 PRANOTO,S.Si. 2 NIK. 04.07.056 3
Drs. SABILAR ROSYAD NIK. 00.10.027 YUNI ATTIN H,S.Pd.
4 NIK. 04.07.053 H. ISRO'I,S.Pd,M.PdI. 5 NIK. 98.07.005 6
KHOTMAWATI FAJRIYAH,S.Pd NIK.07.07.077
7
INAYATUL WAKIDAH,S.Ag,M.PdI. NIK. 07.07.076
8
ARINTA SETYASARI,S.Pd.
Guru Mapel 3462765665300003
NIK. 09.07.091 9
HENI LUKITASARI,S.Pd.
743764666300052
NIK. 10.05.103 26
Guru Mapel
10
OKTAVIA DIAN WARDANI,M.Pd.
Guru Mapel 4334765666300050
NIK. 10.05.104 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
HETY SURINAH,S.Pd NIK. 11.01.110 KHITNA SULKHA,S.Pd. NIK. 11.06.114 RIRIN SETYOWATI,S.Pd. NIK. 11.07.115 MUHAMMAD MUHYIDIN ANWAR NIK. 11.11.117
2656760661300102
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
SRI HANDAYANI,S.Pd. 9236741643300053 NIP. 196309041985012003 NUR ROZI,S.Pd. 2546751654200023 NIP. 197312142003121001 M MUHSON BURHANI,S.S NIK. 13.11.123 SITI NURMILATUL JANNAH,S.Pd. NIK. 1311.124 TRI MAULIDA WIJAYANTI,S.Pd. NIK. 14.01.125 ALDIAN TRI NUGROHO,S.Pd NIK. 14.11.129 IMRON ROSADI,S.Pd
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
Guru Mapel
NIK. 14.11.128 ADHI ARIYANTO,S.Pd. NIK. 15.01.130
Guru Mapel
27
DAFTAR KARYAWAN TUGAS Nama
YANG
No.
NUPTK
DI AMPU
NIK
IRWAN AGUS A, S. E 814974364200083
1
Ka Tata Usaha
NIK. 07.08.079 UMMI MASLAHAH, S. Sos
7262760661300040
2
Bendahara Sekolah
NIK. 07.11.080
Bendahara
ZULFAH NAFI'ATUN, A. Md 3
BOS
NIK. 10.09.108 ARIF ROHMAN
9741758659200043
4
Keamanan
NIK. 03.08.047 M. ARIFIN
1143756657200033
5
Keamanan
NIK. 09.07.093 WAHIB
2936750652200040
6
Kebersihan
NIK. 08.03.085 Kebersihan
M. SYAIFUDIN 7 NIK. 11.01.111 SUTI
1545742643300033
8
9
IHSAN ARDIYAN SYAFRUDIN,S.KOM NIK. 15.01.131
Kebersihan
IT
28
NANIN DEWISMAYASARI,S.HUM
Operator Sek
10
Ka. Lab Komp Penjaga Malam
YUSRO IBRAHIM 11
29
LAMPIRAN 4 TATA TERTIB SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA 1. Perilaku Siswa wajib santun dan saling hormat-menghormati. Siswa tidak boleh menyalahgunakan uang sekolah, uang kas dan sebagainya. Siswa tidak diperkenankan mengambil hak milik orang lain. Semua siswa wajib ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana sekolah. Siswa tidak diperkenankan mengganggu teman / orang lain dengan sengaja / tidak sengaja sehingga menyebabkan cidera / cacat fisik / mental. Tidak boleh mencontek / memberi jawaban kepada orang lain saat Ulangan Harian, Ulangan Umum Bersama, serta Ujian Akhir Nasional baik lisan maupun tertulis. Siswa tidak diperkenankan memalsu tanda tangan Orang tua, Guru dan Kepala Sekolah. Siswa tidak boleh bermusuhan atau berkelahi, baik dengan sesama kawan di Perguruan Islam Al-Azhar ataupun dengan siswa luar. Siswa tidak diperkenankan melakukan pemerasan terhadap orang lain atau terlibat dalam perjudian. Siswa tidak boleh membawa / mempergunakan benda-benda seperti : a. Senjata api, senjata tajam, rokok, miras, narkoba dan zat adiktif, benda / barang lainnya yang dapat membahayakan jiwa. b. Majalah, komik, VCD porno, kartu remi, atau barang yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Siswa tidak boleh membawa kendaraan bermotor. Saat kegiatan belajar, HP, pager dan sejenisnya harus dimatikan. Siswa tidak diperkenankan pindah tempat duduk tanpa seizin guru / wali kelas. Siswa tidak diperkenankan membuat keributan di dalam kelas dan mengganggu kelas lainnya pada saat pelajaran berlangsung. 2. Kerajinan Semua siswa telah hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai. Tanda masuk sekolah dimulai pukul 06.50 WIB. Siswa tertib dan khidmat dalam melaksanakan ikrar, do‟a awal dan akhir pelajaran. Apabila tidak masuk sekolah : Semua bentuk ijin keluar harus sepengetahuan Wali Kelas, Guru Piket dan Guru yang bersangkutan.
30
Ijin pulang karena urusan yang sangat mendesak harus ada surat keterangan dari orang tua. Siswa tidak diijinkan pulang sebelum waktunya / tidak ikut pelajaran tanpa ijin. Siswa mengikuti upacara bendera / upacara hari besar nasional. Siswa wajib memiliki buku catatan pelajaran. Siswa wajib aktif mengikuti ekstra kurikuler wajib dan satu ekstra kurikuler pilihan. Siswa wajib mengikuti sholat dhuha dan sholat wajib secara berjama‟ah.
3. Kerapian Siswa wajib mengenakan seragam sesuai ketentuan sebagai berikut : Baju dimasukkan kecuali pakaian muslim a. Senin : Putih-putih berdasi b. Selasa : Putih muslim c. Rabu : Putih-hijau berdasi d. Kamis
: Batik hijau e. Jumat : Busana muslim (putih-putih) f. Sabtu : Pramuka / olahraga Dengan sepatu hitam dan kaos kaki putih (berlogo Al-Azhar ) dan memakai ikat pinggang hitam ( setiap hari ).
Siswa wajib berpenampilan bersih, rapi, sopan dan Islami dengan ketentuan : a. Baju tidak boleh ketat dan harus dimasukan kecuali busana muslim. b. Siswa putrid setiap hari Jum‟at wajib berjilbab di dalam / luar kelas. Siswa dilarang mengecat rambut. Siswa wajib mengenakan kaos dalam. Siswa putra dilarang berambut panjang / gundul, mamakai anting, gelang. Siswa putri dilarang berpakaian tidak sopan, memakai make up dan perhiasansecara berlebihan. Siswa putri dilarang potong rfambut pendek menyerupai anak putra.
31
Siswa tidak diperkenankan memakai topi kecuali topi sekolah / pramuka. Semua siswa dilarang memanjangkan kuku. 4. Sanksi –sanksi : Peringatan secara lisan. Peringatan secara tertulis. Dipanggil Orang tua / walinya. Dipulangkan. Dikeluarkan dari sekolah. Penutup. Peraturan Tat Tertib Siswa ini dibuat, sebagai salah satu usaha untuk menciptakan suasana yang tertib dan teratur di lingkungan sekolah. Semoga Allah SWT, Yang Maha Mengatur senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Amin ya Rabal ‟alamin. Salatiaga,
26
Juni 2010
Kepala SMP IA.18 Salatiga,
JOKO SUSILO,M.Pd. NIK. 00.02.024
32
LAMPIRAN 5 RINCIAN JENIS PELANGGARAN PESERTA DIDIK SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA
NO.
UNSUR
PENILAIAN JENIS
NILAI
YANG
PELANGGARAN
PELANGGARAN
DINILAI 1.
PERILAKU
1.
Membawa, mengedarkan, dan mengkonsumsi obat bius
(narkoba)
150
dan
minuman keras (miras). 2.
3.
Mencemarkan nama baik
100
sekolah, guru, karyawan,
100
dan kepala sekolah.
75
Memukuli
teman
(berkelahi) 4.
50
Mencuri di sekolah atau luar sekolah.
5.
30
Mencelakakan / menyakiti teman.
6.
25
Membawa senjata tajam di sekolah.
7.
25
Membawa gambar porno, majalah
porno
/
alat
kontrasepsi di sekolah. 8.
75
Membawa permainan
25
kartu :
remi,
25
ceki/bermain di sekolah. 9.
Merusak
33
lingkungan
/
25
corat-coret
alat-alat
20
sekolah. 10. Pemalsuan,
penipuan
/
10
penyalahgunaan surat izin, tanda tangan orang tua, dan dokumen sekolah.
10
11. Membawa / mengendarai sepeda motor ke sekolah
10
selama jam pelajaran. 12. Berbicara tidak sopan / tidak
senonoh
terhadap
/
jorok
guru
dan
karyawan, serta teman. 13. Membawa
rokok
/
merokok di sekolah. 14. Mempengaruhi teman di sekolah
berakibat
pelanggaran tata tertib. 15. Menimbulkan kegaduhan di dalam / di luar kelas pada waktu jam pelajaran / istirahat dan pada waktu upacara. 16. Berambut
gondrong
/
panjang bagi siswa putra. 17. Makan
makanan
atau
minuman saat mengikuti pelajaran.
34
5
NO.
UNSUR YANG
PENILAIAN JENIS PELANGGARAN
NILAI PELANGGA
DINILAI
2.
KERAJINAN
RAN
1.
Tidak melaksanakan sholat dhuha / dhuhur / jum‟at secara berjamaah.
DAN KERAPIAN 2.
Tidak mengikuti kegiatan MABIT.
3.
Membolos atau meninggalkan jam
25 25
pelajaran. 4.
Tidak mengikuti upacara pengibaran bendera.
5.
20 15
Tidak memakai seragam yang sesuai dengan ketentuan sekolah.
6.
Tidak memakai bedge Al-Azhar.
7.
Memakai topi bebas di sekolah.
8.
Tidak memakai sepatu hitam dan berkaos kaki putih pada hari Senin –
15 10 10
Kamis. 9.
Tidak memakai ikat pinggang hitam.
10. Tidak memakai seragam olahraga
5
saat pelajaran Penjaskes. 11. Tidak melaksanakan tugas tertentu
5
yang diberikan sekolah. 12. Terlambat masuk sekolah. 13. Memanjangkan kuku.
5
14. Keluar dari halaman sekolah tanpa minta izin. 15. Tidak memakai sepatu saat KBM. 16. Membawa HP saat KBM.
5 5 5
35
5 5 5
Keterangan Tindakan : 1. Peringatan tertulis bila mencapai angka 25 2. Panggilan I untuk orang tua bila mencapai angka 50 3. Panggilan II untuk orang tua bila mencapai angka 75 4. Panggilan III untuk orang tua bila mencapai nilai angka 150 atau siswa dikembalikan ke orang tua.
36
5. Butir II dan III, si pelanggar absent ke kantor selama satu minggu. 6. Apabila orang tua dipanggil tidak hadir, siswa tidak boleh mengikuti pelajaran sampai orang tua hadir.
Salatiga,
26 Juni
2010
Kepala SMPIA. 18 Salatiga,
JOKO SUSILO,M.Pd. NIK. 00.02.024
37
LAMPIRAN 6 IKRAR SISWA
38
LAMPIRAN 7 GAMBAR DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Gerbang Masuk SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga
Guru-guru dan Karyawan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga
39
Siswa Bersalaman dengan Guru
Ikrar Pagi
Menyanyikan Indonesia Raya setelah Ikrar
Berdoa sebelum memulai KBM
Pemberian motivasi sebelum KBM dimulai
Tadarus Al-Qur‟an di jam pertama
40
Ruangan Kelas dengan aksesosrisnya KBM di perpustakaan yang Komunikatif
Poster di Diding Sekolah
Tempat Sampah Organik dan Anorganik
Sholat Dzuhur Berjamaah
Sholat Dhuha
41
Jum‟at Penuh Berkah
Upacara Bendera Hari Senin
Infaq Jum‟at
Ekstrakurikuler Mengaji (wajib)
Ekstrakurikuler Drumband
Ekstrakurikuler Pramuka
42
Wawancara dengan Wali Kelas XIII D
Wawancara dengan Wali Kelas VII C
Wawancra dengan Wali Kelas VII A
Wawancara dengan Guru PAI sekaligus Wali Kelas VIII C
Wawancara dengan Guru PKn
Wawancara dengan Siswa
43
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dengan Wali Kelas IX C
Wawancara dengan Guru BK
Wawancara dengan Wali Kelas IX E
Wawancara dengan Wali Kelas IX D
Wawancara dengan Kabid Kemuridan sekaligus Pengampu Ekstrakurikuler
44
Wawancara dengan Wali Kelas VII B
Wawancara dengan Guru PAI sekaligus Wali Kelas VIII B
Wawancara dengan Wali Kelas VIII A
Wawancara dengan Wali Kelas IX A
Wawancara dengan Wali Kelas IX B
Wawancara dengan Kabid Kurikulum
45
Sumbangan kepada Korban Kesusahan
Pembinaan kepada Siswa yang Terlambat
Co-Card untuk Siswa yang nilainya Baik
Co-Card untuk Siswa yang Nilainya belum Baik
Pemeriksaan Kuku Setiap Hari Jum‟at
Memotong Kuku Sebelum Masuk Sekolah
46
LAMPIRAN 8
47
LAMPIRAN 9
48
LAMPIRAN 10
49
LAMPIRAN 11
50
LAMPIRAN 12
51
52
53
54
55
56
57