NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: RIZALATUL UMAMI 11108061
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: RIZALATUL UMAMI 11108061
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI PGMI Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721 Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO Oleh: Rizalatul Umami NIM: 11108061 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 01 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.).
Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Nafis Irkhami, M.Ag. M.A
Penguji I
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Penguji II
: Drs. Bahroni, M. Pd
Penguji III
: Drs. Djuz’an, M.Hum
Salatiga,01 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag. NIP. 19580827 198303 1002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Rizalatul Umami
NIM
: 11108061
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 8 Agustus 2012 Yang menyatakan,
Rizalatul Umami NIM. 11108061
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Djus’an, M. Hum. Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudari : Rizalatul Umami Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: Rizalatul Umami
Nim
: 111 08 061
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul
: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono
Dengan ini kami memohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 Agustus 2012 Pembimbing
Drs.Djuz’an.M.Hum. NIP. 19611024 1989031 002
MOTTO
Menangislah karena kekurangan ilmu dan berbahagialah karena membagikan ilmu.
PERSEMBAHAN
Teruntuk ayah dan bundaku, Widayat dan Nur Aliyah juga untuk adikku Saiful Hidayat yang selalu menyemangatiku kasih sayang dan senyum kalian yang senantiasa menyisakan syukur.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui seberapa jauh penghayatan agama dan pendidikan perilaku pada masyarakat desa Nyatnyono. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Widayat dan bundaku Nur Aliyah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
2.
Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
3.
Dosen Pembimbing Bapak Drs.Djuz’an.M.Hum. atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan.
4.
Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
5.
Bapak Fahrodin selaku kepala desa Nyatnyono yang telah memberikan ijin penelitian bagi penulis.
6.
Adikku tersayang Saiful Hidayat dan keluargaku yang telah memberikan bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7.
Untuk Pipih Aim, Maz Luk, dan ponak’anku Ali, Afif, Maz Duwiex, Maz Zaqi, Mba Pendhel yang selalu menemaniku.
8.
Temen-temenku mba iza, kiki luke, janah, nur, zaida, imanuel, zee, om ocex, aa painu, oziex yang selalu memebri motivasi, semangat aku.
9.
Keluarga besar PAI B 2008 seperjuangan.
10. Temen-temen hen’s kos Mba syum, Mba sania, Mba nana, ukhiya, iim, ratna, ambar dan yuni, silvi yang selalu memberiku motivasi. 11. Masyarakat Nyatnyono atas bantuan dan pengalaman yang diberikan. 12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 04 Agustus 2012
Penulis
ABSTRAK
Umami, Rizalatul. 2012 “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.Djuz’an.M.Hum. Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono
Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan seberapa jauh makna yang terkandung dalam proses peran tersebut dalam hal penghayatan agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Nyatnyono. Diambilnya permasalahan ini berdasarkan pertimbangan, bahwa saat ini semakin surut dan tenggelamnya tradisi-tradisi lokal yang banyak mengadung nilai-nilai pendidikan Islam akibat tradisi-tradisi modern yang serba instant. Untuk itulah, mutlak dibutuhkan usaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut yang ada di desa Nyatnyono dan memberdayakan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang dilakukan oleh masyarakat Nyatnyono, setidaknya merupakan salah satu wujud upaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut, yang di dalamnya menggambarkan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan Islam tidak mutlak diperoleh melalui lembaga formal saja.Dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?, 2.Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah desa di desa Nyatnyono?, 3.Nilai-nilai pendidikan islam apa saja yang terkandung dalam tradisi sedekah desa?. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang mengembangkan model fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, interview/wawancara, dan dokumentasi. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Nyatnyono melalui tradisi sedekah desa ternyata mampu menjadi salah satu solusi alternatif bagi pengembangan dan peningkatan pendidikan islam terutama dalam hal akhlak anak-anak dan remaja yang nantinya akan sebagai generasi penerus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diharapkan baik dari masyarakat Nyatnyono dari ritual upacara tradisi sedekah desa ini ditemukan, ternyata masyarakat menyambut positif tentang tradisi tersebut masyarakat setempat maupun dari masyarakat lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
ii
PENGESAHAN.............................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN..........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian......................................................................
5
E. Penegasan Istilah ........................................................................
6
F. Metode Penelitian ....................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 17 A. Sedekah Desa ............................................................................. 17 1. Pengertian Sedekah Desa ................................................ 17 2. Sejarah Sedekah Desa ..................................................... 18 3. Perwujudan Kebudayaan ................................................. 20 4. Substansi (isi) Utama Kebudayaan..................................
21
B. Pendidikan Islam ........................................................................ 24 a. Pengertian Islam ............................................................. 24 b. Pengertian Pendidikan..................................................... 25 c. Pengertian Pendidikan Islam ........................................... 25 d. Asas Pendidikan Islam .................................................... 27
e. Tujuan Pendidikan............................................................. 28 f. Materi ............................................................................... 31 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN........................ 37 A. Paparan Data ........................................................................ 37 B. Temuan Penelitian ................................................................ 40 BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 55 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 64 A. Kesimpulan ............................................................................... 64 B. Saran ......................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap bangsa dan suku bangsa tentunya memiliki agama sebagai kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya yang ada. Dalam masyarakat, baik yan kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain saling berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep yang ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. Dengan adanya bebagai ritual dan tradisi
budaya yang
dilaksanakan secara islami di jawa, telah memperkokoh eksistensi esensi ajaran islam di tengah, masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, karena berbagai tradisi islam di jawa yang terkait dengan siklus kehidupan tersebut kemudian berkembang hampir keseluruh pelosok tanah air, bahkan Asia Tenggara di mana komunitas orang-orang muslim jawa juga berkembang. Sebaliknya, ajaran islam justru menjadi kuat ketika ia telah metradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat setempat, di mana esensi ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat setempat.
1
Dalam hal ini islam bukan sekedar tidak memiliki isi dalam sanubari budaya masyarakat. Islam hadir sebagai mercursuar rahmat semesta dan masyarakat setiap detik kehidupan mereka yang diantaranya diwujudkan dalam apresiasi islam atas berbagai ritual dalam siklus kehidupan masyarakat. Oleh karenanya tradisi dan budaya dalam silam jawa menjadi penentu dalam kelangsungan syari’at islam. Ketika tradisi dan budaya terakomodasi dalam suatu agama akhirnya ajaran agama muncul
sebagai hal yang mendarah daging dalam suatu komunitas
masyarakat masyarakat. Inilah antara lain yang terjadi antara islam dan jawa, dan kemudian membentuk gugus budaya islam jawa. Adapun seperti halnya di kalangan masyarakat jawa khusunya di daerah Ungaran desa Nyatnyono terdapat berbagai ritual yang sangat sakral. Salah satunya adalah sedekah desa merupakan upacara yang diadakan setiap satu tahun sekali, bahkan pada masyarakat jawa, sering kali diadakannya tradisi tersebut. Di desa Nyatnyono dalam upacara sedekah desa yang dilakukan selalu identik dengan mistisis. Kehidupan beragama masyarakat desa Nyatnyono secara umum tergolong biasa-biasa saja. Artinya ada sebagian yang taat dan sebagian lagi tidak taat. Dari segi akhlak, tergolong rendah tingkat pengalamannya (menengah ke bawah). Sedangkan dari sisi syari’at, tergolong tingkat pengalaman menengah atas. Dengan demikian masyarakat tersebut dikategorikan masyarakat yang menjalankan ajaran agama, walaupun tidak secara keseluruhan (sempurna). (Bpk.Dayat 13-05-2012)
Dalam pemahan ajaran agama, masyarakat desa Nyatnyono tergolong muqallid, yaitu mengikuti orang lain dalam i’tikad (perkataan dan perbuatan) yang semata-mata berbaik sangka tanpa alasan yang tepat untuk mengikutinya. Mereka tidak berfikir yang menjadi dasar akidah islam adalah Al-Qur’an dan Hadits, tetapi yang terpenting adalah pikiran dinamis yang tidak dibebani oleh kekeliruan-kekeliruan yang turun temurun. Masyarakat desa Nyatnyono yang memiliki sitem kekerabatan yang tinggi menyebabkan setiap kegiatan sosial dan agama dilakukan secara gotong royong dan tolong menolong. Mengenai yang dilakukan, benar dan salah tidak menjadi sorotan, orientasinya adalah keamanan dan ketentraman hidup masyarakat. Perbuatan benar dan salah tergantung dari baik atau buruknya tujuan dari perbuatan yang dilakukan. Begitu juga dengan adanya tradisi sedekah desa yang dilakukan setiap satu tahun sekali yang dimana akan mempererat kekerabatan yang tinggi. Sedangkan menurut Harapandi Dahri mendefinisikan Tradisi adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas. (Masrin,2009:3) Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya diaplikasikan secara bersama-sama dan bahkan tak jarang tradisi-tradisi itu berakhir
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan bahaya. Tradisi dan kebudayan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Masrin, 2009:2) Menurut Koentjaraningrat (1984: 5) kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud ialah: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan-peratuan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Tradisi sebagai salah satu bagian dari kabudayaan menurut pakar hukum F.Geny adalah fenomena yang selalu merealisasikan kebutuhan masyarakat. Adapun masyarakat jawa yang kebanyakan penduduk beragama islam sehingga tradisi dan budaya yang berkembang pesat di pulau jawa dijiwai ajaran islam. Berdasarkan kerangka pikir di atas, penulis tertarik mencoba menuangkan dalam suatu penelitian guna mengetahui maksud dan tujuan dan nilai-nilai pendidikan agama islam dari tradisi sedekah desa yang
telah mentradisi dikalangan masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya. Dimana anggapan dari masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya yang mayoritas beragama islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi sedeekah desa tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan agama islam, oleh karena itu dalam peneliti ini peneliti mengambil judul skripsi “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa? 2. Bagaiman proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono? 3. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi Sedekah desa?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi sedekah desa tersebut.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis. 1. Secara teoritis menambah pengetahuan tentang salah satu bagian tradisi masyarakat Nyatnyono yang masih bertahan hingga saat ini, juga sebagai usaha untuk memperkaya keputskaan budaya. 2. Secara praktis diharapkan agar menjadi informasi yang penting bagi pemerintahan mengenai tradisi masyarakat Nyatnyono, juga sebagai pengetahuan untuk meninjau kembali program pengembangan kebudayaan di Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Ungaran,. Selain itu semoga dapat menjadi informasi bagi kajian-kajian yang sejenis dengan cara memahami bentuk-bentuk yang menyimpan makna bagi kehidupan orang banyak dan bermanfaat untuk memahami tradisi-tradisi lain yang sejenis yang ada pada masyarakat Nyatnyono.
E. Penegasan Istilah Dalam upaya menghindari dari interpresasi yang bias, penulis terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Disamping itu, dengan adanya penjelasan istilah yang detail, maka gambaran dari judul penelitian akan lebih jelas dan spesifik. Antara lain sebagai berikut : 1. Nilai Untuk memahami pengertian nilai berikut ini akan disajikan pendapat
menurut
Schwart
(1994)
“Value
as
desireable
transsituational goal, varying in importance that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity”. Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya
kualitas
yang
memang
membangkitkan
respon
penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat lebih lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara tingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan drajat kepentingannya. (Masrin, 2009:8-9) Menurut Sidi Gazalba, nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. (Masrin, 2009: 9), sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. (Masrin, 2009: 9) 2. Pendidikan Islam Pendidikan
adalah
proses
yang
berlangsung
untuk
menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku
manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Heri Noer Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Adapun menurut Hujair AH Sanaky, Pendidikan adalah usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. (Masrin,2009:9) Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui
transmisi
pengetahuan,
pengalaman,
intelektual
dan
keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan, yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut Tadjab secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam. (Masrin,2009:9) Masih banyak lagi pengertian pendidikan islam dan para ahui, namun dan beberapa pengertian tersebut dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan islam adalah usaha bimbingan jasmani dan
rohani
pada
tingkat
kehidupan
mdividu
dan
sosial
untuk
mengembangkan fitroh manusia berdasarkan hukum-hukum islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak tenpuji serta taat pada islam sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup, yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik kepadanya. 3. Tradisi Tradisi adalah sebagai suatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. (Andika, Amri, 2008: 1) Menurut Harapandi Dahri menyatakan bahwa Tradisi adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas. Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akbirnya diaplikasikan secara bersama-sama dan bahkan tak jarang tradisi-tradisi itu berakhir
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan bahaya. (Masrin,2009:3) 4. Sedekah Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. (http://Sedekah 12-11-20011) Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu' berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. ( http://Sedekah 12-11-2011) Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betulbetul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang
yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. 5. Desa Menurut William Ogburn dan MF Nimkoff, Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. (http://Pengertian Desa 23-11-2011) Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan
mengurus
kepentingan
masyarakat
setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (http://Pengertian Desa 23-11-2011)
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk
pemecahan
masalah
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan dokumen yang berupa skripsi, tesis, dan literatur-
literatur untuk ditela’ah secara komprehensif khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan agama islam dan tradisi sedekah desa. Oleh kerena itu jenis penelitian ini termasuk penelitian documenter. Dalam melakukan penelitian bentuk yang digunakan adalah penelitian kualitatif, adapun strategi pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah strategi terpancang yaitu pelaku melakukan tela’ah secara seksama terhadap dokumen-dokumen. 2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpulan data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan datadata dilapangan, sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak dilakukan. 3. Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah Desa Sendang Rejo Kelurahan Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Dari sumber data yang telah dihimpun di lapangan, maka jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang merupakan bentuk luar dari ciri-ciri yang teramati yang membantu dalam memahami interpretasi yang diberikan informan. Data yang merupakan interpretasi yang dikemukakan oleh infornian, yaitu data yang dihimpun, yang berhubungan dengan ritual tradisi Sedekah desa, kehidupan beragama, nilai-nilai pendidikan Islam dan aktifitas kegiatan masyarakat pada desa Nyatnyono. b. Sumber Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil dari: 1) Data primer adalah data yang didapatkan melalui narasumber, yaitu ketua adat, tokoh agama, dan penghulu, serta melalui informan (kepala desa, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat). Selain itu, data tersebut diperoleh melalui pengamatan lapangan (pada waktu pelaksanaan tradisi sedekah desa). 2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumbersumber yang mendukung seperti dokumentasi, arsip desa dan referensi yang berkaitan dengan penelitian. 5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam dan langsung kepada narasumber dan informan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa sejarah dilaksanakannya Sedekah desa, upaya masyarakat mempertahankan tradisi, unsur-unsur ritual yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan Islam dan tujuan dilaksanakannya. b. Observasi langsung terlibat (participant observation), teknik metode ini digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak (kasat mata) dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang diteliti yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai kehidupan beragama dan kegiatan aktivitasaktifitas kebiasaan pada masyarakat di Desa Nyatnyono. c. Dokumentasi,
metode
ini
merupakan
pengumpulan
data
yang
mendukung kegiatan penelitian, seperti data asal usul Desa Nyatnyono, letak wilayah, kondisi geografis, kependudukan, sosial budaya, fasilitas sosial, struktur pemerintahan desa, dan kehidupan beragama, lebih singkatnya potret masyarakat Desa Nyatnyono. 6. Analisis Data Setelah semua data terkumpul dan dihimpun, selanjutnya di lakukan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, data yang terkumpul di analisis setiap waktu secara induktif, selama penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik (synthesizing), supaya dapat disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah. Analisis data dalain penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menghubungkan dan menafsirkan hasil data kemudian memberi kesimpulan induktif berdasarkan dengan kualitas atau mutu. Analisis ini juga disebut dengan analisis data kualitatif, yaitu data yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik.
7. Pengecekan Keabsahan Data Agar data mempunyai validitas, rehabilitas dan objektivitas yang tinggi, perlu dilakukan triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu yaitu triangulasi sumber, metode dan teori. (Moleong 2011: 178) Dalam penelitian ini hanya dilakukan triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 8. Tahap-tahap Penelitian Beberapa urutan bagian yang dijadikan pedomen dalam pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut: 1) Persiapan meliputi penyusunan proposal, pengurusan penelitinan, dan penyusunan jadwal kegiatan. 2) Pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan penela’ahan dokumen yang terkumpul.
3) Analisi data meliputi : analisis awal, reduksi data, analisi data temuan, pengayaan dan pendalaman dan merumuskan kesimpulan. 4) Penyusunan laporan meliputi penyusunan laporan sementara (draf) penilaian
laporan
penelitian
sementara,
perbaikan
laporan
penyusunan laporan akhir.
G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian yang dimana meneakup: Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti, Lokasi peneliti, Sumber data, Prosedur pengumpulan data, Analisis data, Pengecekan keabsahan data, Tahap-tahap penelitian dan Sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka ini diuraikan sebagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian tentang: Pengertian sedekah desa, Sejarah sedekah desa, Islamisasi di jawa, Sinkretisasi islam dalam budaya jawa.
dan
Pendidikan Islam meliputi: Pengertian pendidikan islam, Tujuan pendidikan islam, dan Unsur-unsur pendidikan islam. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data dan temuan yang berkaitan dengan Paparan data yang meliputi: Gambaran umum lokasi, Latar belakang adanya tradisi Sedekah Desa di Nyatnyono. Temuan penelitian meliputi: Rangkaian ritual adat sedekah desa, Prosesi upacara sedekah desa. BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab IV pembahasan, yang akan membahas tentang Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Tradisi Sedekah Desa. BAB V : PENUTUP Pada bab V merupakan bagian akhir penulisan skripsi, akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir. Saran-saran yang berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sedekah Desa 1. Pengertian Sedekah Desa Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, tradisi adalah adat kebiasaan dan kepercayaan yang secara turun temurun dipelihara. Adapun Tradisi Sedekah Desa merupakan upacara adat yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta, yang dilakukan dengan berbagai ritual yang terkandung dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat kampung yang telah mengakar. (Masrin,2009:2) Sejalan dengan pengertian di atas, upacara di sini merupakan sumber pengetahuan tentang bagaimana seseorang bertindak dan bersikap terhadap suatu gejala yang diperolehnya melalui proses belajar dari generasi sebelumnya dan kemudian harus diturunkan kepada generasi berikutnya. Ritual keagamaan yang dibungkus dengan bentuk tradisi ini dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalam periodik waktu tertentu, hingga terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti apa yang diperlihatkan masyarakat Nyatnyono dalam pengungkapan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya pengertian dari sedekah desa adalah bersedekah kepada desa yang ditempatinya agar desa tersebut terhindar dari malapetaka dan menjadikan desa tersebut tentram dan nyaman. 2. Sejarah Sedekah Desa Agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat di Desa Nyatnyono yang dibawa oleh pendatang dari luar Desa Nyatnyono. Islam secara perlahan berhasil membentuk masyarakat Muslim di Desa Nyatnyono. Kehidupan beragama yang kuat dan kebudayaan lama yang telah melekat pada masyarakat Desa Nyatnyono menjadikan keduanya saling mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat. Tidak sedikit yang percaya terhadap mistis walaupun telah beragama Islam. Masyarakat percaya dengan adanya kekuatan-kekuatan ghaib dan tempat-tempat yang dianggap sangat sakral disekeliling mereka yang dimana sering kali didatangi oleh penjuru daerah luar pulau jawa yang mendatangi makam dan mata air yang kramat. Banyak dari penduduk yang masih pergi ke makam-makam yang dianggap keramat sebagai permohonan sebelum melakukan suatu hal yang dianggap penting, seperti akan melakukan usaha atau lainnya, dengan melalui berziarah denagn meminta permohonan kepada Allah lantara berziarah dimakam para wali atau ulama’ di desa tersebut. (Bpk.Tresh, 22-05-2012) Dalam kehidupannya dikenal tahap-tahap upacara dalam lingkaran hidupnya mulai dari pengungkapan atas anugerah yang telah diberikan oleh
Tuhan, kelahiran, menikah, memasuki rumah untuk menetap, sampai kepada upacara meninggalnya seseorang, walaupun sebagian dari hal tersebut telah dihilangkan. Walaupun hampir semua penduduk asli Desa Nyatnyono beragama Islam namun masih banyak terdapat unsur-unsur yang tidak bernafaskan Islam. Masyarakatnya masih percaya dengan hal-hal yang berbau tahayyul dan mistik, yang dianggap bisa memberikan keberkahan bagi kehidupan mereka. Tradisi sedekah desa yang sudah ada sejak nenek moyang dan tidak bisa dihapus atau dihilangkan karena upacara tersebut adalah suatu kebudayaan yang sangat kental di desa Nyatnyono tersebut. Upacara tersebut dilaksana kan setiap setahun sekali dan acara tersebut berlangsung selama tiga hari. Dalam upacara tersebut banyak unsus-unsur yang berbau mistik namun juga barbau dengan keislaman, apabila upacara tradisi tersebut tidak dilaksanakan maka desa tersebut akan mendatangkan bahaya seperti hal nya tanah longsor, banyaknya orang yang meninggal, para petani mengalami penyurutan panenan dan masih banyak lainnya. (Bpk.Tresh,2205-2012) Tujuan lainnya daripada upacara ritual tradisi sedekah desa ini adalah menjalin silaturrahmi antar warga satu sama lain dan saling bergotong royong atau saling mambantu sehingga menjadikan desa tersebut aman, tentram dan dipandang desa yang sejahtera dan menjadikan desa lebih maju dalam segala hal apapun semisal dalam petani maka panenannya akan meningkat atau bisa jadi dengan para pelajar didesa tersebut yang
dalam menempuh pendidikan diberi kelancaran dan masih banyak lainnya. (Bpk.Tresh, 22-07-2012) 3. Perwujudan Kebudayaan Beberapa ilmuan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber (Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu (Elly dkk,2010:28-30) : 1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari
kebudayaan yang bersifat abstrak dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut juga dengan tata kelakuan, hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan atau perbuatan manusia dalam masyarakat. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakkan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut bersifat konkret sehingga dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Adapun wujud ini bisa diobservasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas manusia
yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat yang berwujud besar maupun kecil. 4. Substansi (isi) Utama Budaya Substansi (isi) utama kebudayan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan dan etos kebudayaan. (Elly dkk, 2010:30-33) 1. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami: alam sekitar, alam flora fauna di daerah tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan, tubuh sifat tingkah laku manusia, ruang dan waktu. Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas menusia melakukan tiga cara yaitu: pertama, melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Kedua, berdasarkan pengalaman yang diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non-formal. Ketiga, melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simboliks. 2. Nilai Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicitacitakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga. C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu: (Elly dkk,2010:31) a.
Hakikat hidup manusia (MH)
b.
Hakikat karya manusia (MK)
c.
Hakikat waktu manusia (MW)
d.
Hakikat alam manusia (MA)
e.
Hakikat hubungan antarmanusia (MM)
3. Pandangan Hidup Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa dan masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang dipilih secara selektif oleh individu atau kelompok.
4. Kepercayaan Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pada dasarnya, manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya. Dorongan ini sebagai akibat ketidak mampunan manusia dalam menghadapi masalah sehingga hanya Tuhan yang Mahatinggi saja mampu memberi kekuatan dalam mencari jalan keluarnya. 5. Persepsi Pesrsepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terdiri atas: 1) persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia. 2) persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain. 3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan. 6. Etos Kebudayaan Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka. Contoh kebudayaan batak dilihat oleh orang jawa, sebagai orang yang agresif, kasar dan lainnya. Begitu juga sebaliknya
orang batak memandang orang jawa memancarkan kesuraman, keselarasan dan lainnya. 5. Pendidikan Islam a. Pengertian Islam Islam dari aspek kebahasaan berasal dari kata Arab yang secara kebahasaan berarti 'Menyelamatkan' misal dalam teks 'Assalamu Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan menyertai kalian semuanya. Adapun dalam aspek kemanusian Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan
menyembah-Nya,
menuruti
perintah-Nya,
dan
menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 3 juga ditegas bahwasannya: 4$YYƒÏŠ zN »n=ó™ M} $# ãN ä3 s9 àM ŠÅÊ u‘ur ÓÉLyJ ÷èÏR öN ä3 ø‹n=tæ àM ôJ oÿøCr&ur öN ä3 oYƒÏŠ öN ä3 s9 àM ù=yJ ø.r&tPöqu‹ø9$#
Artinya: "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." Adapun dalam konsep keislaman teologikal fundamental ialah tauhid yaitu kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan.
(http,:\\Keislaman,03-08-
2012) b. Pengertian Pendidikan Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu
diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “Pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam bahsa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Adapun kata “Pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”. Adapun Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup. (IAIN Jakarta,1982/1983:25) c. Pengertian Pendidikan Islam Secara umum dapat kita katakan bahwa Pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim. Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Oleh karena itu pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Sementara itu M.Arifin, menyatakan bahwa pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi
atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya. (Arifin 1987: 15) Seiring dengan sisi penting akhlak dan kepribadian mulia sebagai inti pendidikan maka pendidikan islam, sebagaimana dinyatakan oleh Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein juga dapat dipahami sebagai: (Roqib 2009:21) Suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dengan cara sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis islam. Mereka dilatih dan mentalnya menjadi begitu berdisiplin sehingga mereka ingin mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk memperoleh keuntungan material saja, melainkan untuk berkembang sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan kesejahteraan spiritual, moral, dan fisik bagi keluarga, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dari apa yang dinyatakan diatas maka pendidikan islam pada hakikatnya menekankan tiga hal, yaitu: (1) suatu upaya pendidikan dengan menggunakan metode-metode tertentu, khususnya metode latihan untuk mencapai kedisiplinan mental peserta didik, (2) bahan pendidikan yang diberikan kepada anak didik berupa bahan materil, yakni berbagai jenis ilmu pengetahuan dan spiritual, yakni sikap hidup dan pandangan
hidup yang dilandasi nilai etis Islam, (3) tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah mengembangkan manusia yang rasional dan berbudi luhur, serta mencapai kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur dalam rekuhan ridha Allah SWT. (Roqib 2009: 21) d. Asas Pendidikan Islam Islam mengatakan bahwa Al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, Al-Qur’an ini juga dipandang sebagai keagungan dan penjelasan, namun sering juga disebut sebagai petunjuk dan buku. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia di dunia dan bahagia di akhirat kelak. Kandungan yang ada didalam Al-Qur’an meliputi segala hal sebagaimana difirman Allah “ Tidak kami luputkan dalam kitab itu segala sesuatu” (QS 6:38) öN ÍkÍh5u‘ 4’n<Î) ¢O èO 4&äóÓx« ` ÏB É= »tGÅ3 ø9$# ’Îû$uZôÛ §sù $¨B 4Nä3 ä9$sVøBr& íN tBé& Hw Î) Ïmø‹ym $oYpg¿2 çŽÏÜ tƒ 9ŽÈµ¯»sÛ Ÿw ur ÇÚ ö‘F{ $# ’Îû7p/!#yŠ ` ÏB $tBur
ÇÌÑÈ šc
rçŽ|³ øtä†
Artinya: “ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada pokokpokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Jika tidak ada sesuatu yang luput dari catatan kitab Al-Qur’an ini maka berarti Al-Qur’an berisi petunjuk segala sesuatu yang dengan jelas dinyatakan dalam ayat lain “dank mi turunkan kepadamu kitab yang menerangkan tiap-tiap sesuatu sebagai huda dan rahmat serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS 16:89) |= »tGÅ3 ø9$# šø‹n=tã $uZø9¨“tRur 4ÏäIw às¯»yd 4’n?tã #´‰ ‹Íky šÎ/ $uZø¤Å_ ur (öN ÍkŦ àÿRr& ô` ÏiB O ÎgøŠn=tæ #´‰ ‹Îgx© 7p¨Bé& Èe@ ä. ’Îû ß] yèö7tR tPöqtƒur
ÇÑÒÈ tûüÏJ Î=ó¡ ßJ ù=Ï9 3“ uŽô³ ç0ur ZpyJ ôm u‘ur “ Y‰ èd ur &äóÓx« Èe@ ä3 Ïj9 $YZ»u‹ö;Ï?
Artinya: “ (dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. “
Segala sesuatu ini banyak dipahami oleh para sarjana muslim meliputi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan itu menurut AlQur’an harus dicari melalui analogi dan hadits Nabi SAW, yang merupakan bagian dari syari’ah. Dengan demikian maka ilmu pengetahuan itu menurut Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan hadits nabi yang merupakan bagian dari syari’ah islam. Disini pertimbangan-pertimbangan harus diteliti melalui kedua sumber AlQur’an dan hadits tersebut yang secara nyata ditunjukkan melalui metode qiyas. e. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Para ahli pendidikan telah member definisi tentang tujuan pendidikan islam, di mana rumusan atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan dari tujuan pendidikan islam adalah sama , mungkin hanya redaksi dan penekananya saja yang berbeda. Abd ar-Rahman an-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Definisi tujuan pendidikan ini lebih menekankan pada kepsrahan kepada Tuhan yang
menyatu dalam diri secara individual maupun sosial. (Rahman dan Nahlawi 1992: 162)
Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat mengemukakan: Tujuan Pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulia dari perbuatan, perkataan dan tindakkan apa pun yang dilakukan dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintahNya, dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya. (Roqib 2009:31) Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah pembentukan kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individual, makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Citra pribadi muslim seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna (insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna seimbang dan selaras dengan pola takwa. Dalam hal ini ada beberapa tujuan pendidikan islam yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional. (IAIN Jakarta,1982/1983:28-31) a) Tujuan Umum
Tujuan
yang
akan
dicapai
dengan
semua
kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
penampilan,
kebiasaan
dan
pandangan.
Tujuan
umum
pendidikan islam harus berkaitan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan
pula
dengan
tujuan
institutional
lembaga
yang
menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalam tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional. b) Tujuan Akhir Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat difahami dalam firman Allah (Q.S Ali-Imran 102). tb qßJ Î=ó¡ •B NçFRr&ur žw Î)¨ûèòqèÿsC Ÿw ur ¾ÏmÏ?$s)è? ¨, ym ©! $#(#qà)®?$#(#qãYtB#uä tûïÏ%©!$#$pkš‰r'¯»tƒ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.
c) Tujuan Khusus Tujuan ini disebut juga dengan tujuan perasionalisasi tujuan akhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dikemungkinkan untuk diadakan perubahan jika diperlukan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan akhir dan umum. Dalam tujuan ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. f.
Materi Materi (atau bahan) dalam pedidikan Islam yaitu: a. Aqidah Aqidah dalam bahasa Indonesia menurut etimologi adalah ikatan atau sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Adapun dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena itu aqidah islam (aqidah islamiyah) ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental, karena seperti telah disebutkan diatas, mejadi asas dan sekaligus sangkutan atau gantunagn segala sesuatu dalam islam, juga menjadi
titik tolak kegiatan seorang muslim. Akidah islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya sehingga itu disebut dengan tauhid. Adapun tauhid disini menjadi inti rukun iman dan selauruh keyakinan Islam. (Daud ali,2008:199) Sehingga dari uraian diatas, tampak logis dan sistematisnya pokokpokok keyakinan islam dalam istilah rukun iman itu. Bahwasanya kalau orang telah menerima tauhid sebagai keyakinan yakni asal yang pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun iman-lah yang menjadi inti ketauhidan pada seorang muslim. b. Syari’ah Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Perkataan syari’at (syari’ah) dalam bahasa Arab itu berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut Imam Syaifi’i dalam kitab beliau ar-Risalah, syari’at adalah peraturanperaturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia. Oleh karena itu, dalam praktik makna syari’at lalu disamakan dengan fiqih. (Daud ali, 2008:235) Sebagian ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam bentuk suruhan, syari’at mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang diwahyukan Allah, yang wajib diikuti oleh orang islam, baik
berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama manusia maupun benda dalam masyarakat. Adapun ilmu fiqih adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum dasar yang terdapat dalam al-Qur’an dan kitab-kitab Hadis. (Daud ali 2008:236-237) Namun demikian untuk dapat memahaminya dengan baik dan benar, dan untuk pengembangan hukum islam, arti kedua istilah itu harus dibedakan. Secara sederhana hukum syari’at adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan dalam kitab-kitab hadis. Sedangkan denga hukum fiqih adalah rumusan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum islam. (Daud ali,2008:239) c. Akhlak Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis yang bersangkutan dengan perubahan tingkah laku antara lain budi pekerti pada manusia. Rachmat Djatnika, 1987:25 dalam perpustakaan akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan, perilaku dan tingkah laku mungkin baik mungkin buruk. Dala hal ini budi pekerti juga berarti yang lebih dalam lagi karena mengenai sifat dan watak yang dimiliki seseorang, sifat dan watak yang telah melekat pada diri pribadi, telah menjadi kepribadiannya. (Daud ali,2008:34-37) Asmaran (1994) menyatakan akhlak terhadap makhluk dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Akhlak terhadap manusia, akhlak ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain semisal terhadap Rasulullah, orang tua, tetangga dan masyarakat. 2. Akhlak terhadap bukan manusia juga dapat dipecah menjadi dua yaitu: akhlak terhadap makluk hidup bukan manusia misal, terhadap flora dan faona dan akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia misal, akhlak terhadap tanah, air, udara dan sebagainya. (Daud ali,2008:352) g. Pelaksanan Tri Pusat Pendidikan Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Adapun pengertian
Tri
Pusat
Pendidikan adalah
tiga
pusat
yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak yaitu
keluarga,
sekolah
dan
masyarakat
yaitu:
(http,:\\pendidikanislam 08-08-2012) Pertama, keluarga atau bisa disebut dengan orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena dari orang tua dan keluargalah anak mula-mula menerima pendidikan.
kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi
dewasa. Batas dan bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagaidasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah. Orang tua mempunyai tugas dan tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak lebih bersikap menentukan ; watak budi pekerti, latihan ketrampilan,
pendidikan
kesosialan.
penanaman nilai-nilai pancasila, kepercayaan
kepada
allah
Selain
nilai-nilai
di
mualai
dari
pada
itu
keagamaan dan dalam
keluarga.
(http,:\\tripusatpendidikan08-08-2012) Kedua, Sekolah didalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung jawab kemasyrakatan dan kebangsaan (UU No.2 tahun 1989, tentang Sistam Pendidikan Nasional). Ketiga, Masyarakat
apabila dilihat dari konsep sosiologi
adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi. Bila dilihat dari konsep
pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar
tempat
keterampilan yang
para
anggotanya
dimilikinya.
Di
mengamalkan lihat
dari
semua
lingkungan
pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formalyang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara fungsional
masyarakat
menerima
semua
anggotanya
yang
pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para anggotaqnya yaitu kesejah teraan mental spiritual dan fisikal atau kesejah teraan lahir dan batin. Kalau dilembaga pendidikan pendidikannya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang menjadi pendidikannya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab trehadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi lanjutan yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing anggotanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau lembaga yang dipimpinnya. (http,:\\tripusat pendidikan 08-082012)
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum Lokasi Desa Nyatnyono adalah sebuah desa yang terletak diprovinsi Jawa Tengah, Kab.Semarang, Kec. Ungaran Barat Indonesia. Desa ini juga terdapat makam Waliyulloh yang bernama Kyai Hasan Munadi sehingga banyak orang yang berdatangan untuk berziarah dan meminta barokah. Beliaulah yang menyebarluaskan agama islam di desa Nyatnyono tersebut dan beliaulah yang memberi nama desa dengan sebutan desa Nyatnyono yang artinya dari istilah jawa “lagi menyat wis ana”, artinya baru bangun sudah ada. Dan desa ini juga terdapat air keramat yang dinamakan dengan Sendang Keramat, yang dimana air tersebut bisa digunakan obat berbagai jenis penyakit. Air Sendang Keramat tersebut terletak disebelah kiri atau utara makam Waliyulloh, sehingga para ulama menyatakan air tesbut merupakan sebagian kecil karomah Waliyulloh. 2. Batas-batas Administrasi Desa Nyatnyono berbatasan dengan sebelah utara Desa Lerep, sebelah timur Desa Kel. Genuk, sebelah barat PTP Sebigo, dan sebelah selatan dengan Desa Gogik. Adapun secara Administrasi Desa Nyatnyono dibagi menjadi Delapan (8) Dusun antara lain Dusun Ngaglik, Dusun Gelap, Dusun Sipol,
Dusun Krajan, Dusun Siroto, Dusun Sendang Putri, Dusun Sendang Rejo dan Dusun Branggah. Adapun masing-masing terdiri dari : a. Dusun Ngaglik atau RW. I terdiri dari 3 RT b. Dusun Gelap atau RW. II terdiri dari 3 RT c. Dusun Sipol
atau RW III terdiri dari 2 RT
d. Dusun Krajan atau RW IV terdiri dari 6 RT e. Dusun Siroto atau RW V terdiri dari 6 RT f. Dusun Sendang putri atau RW VI terdiri dari 2 RT g. Dusun Sendang Rejo atau RW VII terdiri dari 7 RT h. Dusun Branggah blanten atau RW VII terdiri dari 6 RT 3. Kependudukan Jumlah Penduduk WNI di Desa Nyatnyono sampai dengan akhir 31 Desember 2011 sebanyak 9.290 Jiwa terdiri dari 988 KK dan 913 Perumahan, dengan dibedakan Jenis kelamin antara lain : -
Laki – laki
: 4.795 Jiwa
-
Perempuan
: 4.495 Jiwa
-
Jumlah
: 9.290 Jiwa
Adapun luas dan batas wilayah Desa Nyatnyono merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Ungaran yang mempunyai wilayah + 425 Ha yang terdiri dari: -
Tanah sawah & Ladang
: 15.5 Ha
-
Tanah untuk pemukiman
: 67
-
Tanah Tegalan
: 6.5 Ha
Ha
-
Bamgunan Umum
: 7.4 Ha
-
Jalan, makam, dan lain-lain
: 28
Ha
-
Lain – lain
: 63
Ha
4. Geografi Secara Geografis Desa Nyatnyono Kec. Ungaran Barat Kabupaten Semarang terletak dilereng Gunung Ungaran atau sebelah Barat Kota Ungaran, dengan ketinggian berkisar +
600 s/d 800 meter diatas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 24 0C – 280 C, Tipologi tanahnya berbukit sedang dan sebagian dataran. Disamping itu keadaan tanahnya merupakan tanah yang sebagian besar untuk kegiatan pertanian dan sisanya untuk tanaman budidaya. Desa Nyatnyono boleh dikatakan cukup subur, kesuburan ini terutama karena sifat tanahnya yang berhumus, bebatuan serta didukung ketersediaan air yang cukup. Potensi ini yang akhirnya menghijaukan daerah atau wilayah Desa Nyatnyono dan sekitarnya. 5. Latar Belakang Adanya Tradisi Sedekah Desa Di Nyatnyono Ditengah tantangan yang semakin besar pada masa kini dan masa yang akan datang, peranan islam sebagai tenaga pendorong yang memberi makna dan orientasi kehidupan pemeluknya sangat diperlukan, lebih dari masa-masa sebelumnya. Dilihat dari pandangan ini, Nampak bahwa kebudayaan adalah inti pengembangan kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan tenaga endogen yang menjadi jiwa dan semangat hidup suatu bangsa. Ini berarti,
setiap upaya pembangunan manusia hendaknya berpijak pada landasan realitas budayanya. Kesenian dan tradisi yang beraneka macam lebih banyak yang harus dihadapi, yang memang merupakan suatu keharusan dalam kehidupan umat manusia. Sama halnya dengan tradisi sedekah desa yang sudah berkembang dan menjadi tradisi kebudayaan orang jawa yang ada sejak zaman dahulu. Adapun yang melatar belakangi adanya tradisi sedekah desa tidak ada bahwasannya tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut berlangsung selama tiga hari. Diadakannya tradisi tersebut bertujuan untuk nyelameti desa agar desa tersebut menjadi tentram, sejahtera, harmonis, selaras dan seimbang. (Bpk. Sutoyo, 14-05-2012) Upaya manusia juga untuk menjaga kelestarian desa tersebut. Adapun penyelenggaraan upacara tradisi tersebut pada umunya bertujuan untuk menghormati, mensyukuri pemberian Tuhan mohon keselamatan kepada Tuhan melalui arwah leluhur atau nenek moyang atau kepada kekuatan-kekuatan Illahi yang lain. B. Temuan Penelitian 1. Sedekah Desa Sedekah desa merupakan upacara adat yang dimana turun temurun dari nenek moyang. Upacara ini dilaksanankan setiap tahun sekali. Pada
masyarakat desa Nyatnyono upacara tersebut sangat sakral. Upacara tradisional adat jawa ini sering dilaksanakan oleh mayarakat desa Nyatnyono demi mencapai kententraman hidup lahir batin. Sehingga kehidupan orang jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh kerena itu, orientasi kehidupan keberagamaan orang jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan nenek moyang. (Bpk.Tresh 22-05-2012) Disamping itu, upacara ini dilakukan dengan tujuan memperoleh solidaritas sosial, lila lan legowo kanggo mulyaning Negara. Upacara ini juga menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong royong nyambut gawe. Dalam upacara ini memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang dengan dipimpin oleh para sesepuh dan pini sepuh masyarakat. Upacara sedekah desa juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat desa Nyatnyono mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. (Bpk.Dayat 13-052012)
2. Gamelan Yogyakarta Gamelan
Jawa
merupakan
seperangkat
instrumen
sebagai
pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa
karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar dan juga bias dijadikan hiburan. Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan
sampai
sekarang
masih
banyak
digemari
serta
ditekuni.
(http.:\\Tengkoraksakti 07-07-2012) Pada masa permulaan perkembangan agama islam di jawa, salah satu dari anggota wali sanga, yaitu Sunan Kalijaga mempergunakan instrumen musik jawa berupa gamelan sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang dan menikmati pergelaran karawitannya. Hal tersebut menjadikan perayaan sekaten selalu diiringi musik untuk seperangkat gamelan. Menurut sejarah ‘Gong’ sekaten diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Pada mulanya gong itu ditabuh pada peringatan Mauludan di halaman Masjid Demak. Fungsinya untuk mengundang orang supaya datang yang kemudian diberi ceramah keagamaan. Demi tujuan itu maka perayaan menggunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suara merdu, yakni Kyai Nogo wilogo dan Kyai Guntur Madu. Di sela-sela pagelaran selanjutnya diadakan khotbah
dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Bagi mereka yang bertekad untuk memeluk agama islam maka diwajibkan bersuci lalu mengucapkan kalimat syahadat sebagai pernyataan taat dan siap menjalankan syariat dan ajaran Islam. Adapun gamelan sekaten terdiri atas empat perangkat utama yaitu: (http,:\\Yudhipri 07-07-2012) · Kenong Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Adapun kenong berbunyi ‘ nong, nong-nong’. · Kempul Kempul merupakan gong gantung berukuran kecil. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. Adapun kempul bunyinya ‘ pung, pung,pung ‘. · Kendhang Kendhang merupakan alat yang terbuat dari kulit hewan (sapi atau kambing). Kendhang berfungsi utama untuk mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Adapun kendhang yang bernada ‘ tak-ndang, tak-ndang’. · Ganjur Alat ini juga bagian dari satu set dari gamelan sekaten tersebut yang dimana berbunyi ‘nggurr’.
Semua gamelan tersebut jika disusun sedemikian rupa berbunyi: ‘nong-ning, maksudnya nong-kono, nang-kene (disanadisini), ‘pung-pung’, maksudnya mumpung-mumpung (selagi ada kesempatan), ‘tak-ndang, tak-ndang’, artinya ndang-ndang (cepatcepat atau segera) dan disusul dengan bunyi ‘nggurr’ yang berarti njegur (berwudhu dan masuk masjid). (Bpak.Tresh,22-05-2012) Dengan demikian nilai filosofi bunyi gamelan pengiring upacara sekaten adalah mengajak semua orang dimana saja agar mereka menggunakan kesempatan hidupnya untuk segera masuk agama islam agar dapat hidup selamat di dunia maupun akhirat. 3. Gending Yogyakarta Seni Karawitan Jawa pada dasarnya merupakan seni yang ‘ngrawit,’ sangat rumit atau sulit,
karena selain
diperlukan
ketrampilan memainkan alat musik gamelan, yang dilakukan bersama oleh banyak orang, secara berkelompok bekerja sama, dengan cara dan waktu memukul (nuthuk, nabuh ) yang berbeda, juga dituntut kepekaan rasa penabuh terhadap irama, dan pengetahuan tentang laras gamelan yaitu ‘slendro’ dan ‘pelog’. Harmoni bunyi antar bagian dan keseluruhan alat gamelan disebut gendhing . Gendhing lebih tepatnya adalah tema harmoni suara, atau konsep bunyi yang akan dihasilkan oleh semua atau sebagian alat gamelan yang dimainkan dengan cara tertentu yang teratur. Tanpa
tema atau konsep, meskipun semua atau sebagian alat gamelan dimainkan, harmoni bunyi yang dihasilkan belum tentu mempunyai arti atau enak didengar.
Tidak semua gendhing harus diisi
tembang dan demikian pula tidak semua tembang harus diiringi gamelan. (http.:\\Pepadijateng 07-07-2012) Gendhing dalam pengertian umum yaitu suatu lagu di permainan musik gamelan, dan bahwa gendhing dan isi tembang dapat menjadi petunjuk tentang suasana isi hati dan karakter orang yang mendengarkan atau menyukainya. Selama gamelan dibunyikan maka akan diiringi lagu-lagu atau dalam bahasa jawa disebut tembang atau gendhing, antara lain: (http,:\\Pepadijateng 07-072012) a. Gendhing Yaumi Kata ‘yaumi’ berasal dari bahasa Arab yang berarti hari, maksudnya hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. b. Gendhing Selatan Kata ‘selatan’ juga berasal dari bahasa Arab yang artinya berdoa. c. Gendhing Dhindang Salbinah Berupa lagu untuk mengenang jasa para ulama yang menyiarkan agama islam sejak abad ke-XIII H. d. Gendhing Ngajatun
Kata ‘ngajatun’ berasal dari bahasa Arab yang bermakna kehendak, juga berarti kemauan hati atau niat yang kuat untuk masuk agama islam.
e. Gendhing Supriyatun Kata ‘supriyatun’ juga berasal dari bahasa Arab yang artinya kesucian hati. Jika dihubungkan dengan ngajatun, maka akan bermakna keinginan hati yang kuat untuk mencapai kesucian hati. Gendhing diatas diciptakan oleh para wali untuk menyesuaikan selera rakyat yang pada masa itu gemar mendengar bunyi gamelan. Musik pengiring tidak menggunakan rebana melainkan memakai gamelan. Kemudian diciptakan beberapa gendhing sebagai pengiring yang syair-syairnya bernapaskan islam. 4. Prosesi Upacara Sedekah Desa Perayaan sedekah desa telah dilaksanakan secara turun temurun dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut jatuh pada setiap minggu wage. Sebelum pelaksanaan acara tersebut jauh sebelumnya pada malam hari kepala desa mengadakan kumpulan atau rapat kepada Rt, Rw dan seluruh masyarakat desa Nyatnyono sebagai pemberitahuan akan
dilaksanakannya upacara adat dan menentukan tanggal dan hari yang cocok untuk pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa tersebut. Setelah itu kepala desa meminta angggaran tiap-tiap rumah untuk dana administrasi sedekah desa.
5. Rangkaian Ritual Adat Sedekah Desa Ada beberapa ritual yang akan dibahas dalam bab ini yang telah saya dapatkan dari hasil wawancara pada masyarakat desa tersebut yaitu: (Bpk.Wito 04-06-2012) a. Bersih Desa Maksud dan tujuan dengan diadakannya ritual bersih desa masyarakat menyatakan bahwasannya adalah bersyukur dengan mengucapkan terimaksih kepada Tuhan dengan perantara para dhayang leluhur desa yang telah memberikan ketentraman dan kerukunan pada masyarakat setempat. Dengan adanya bersih desa maka desa akan lebih kelihatan rapi dan bersih serta melestarikan desa. Bersih desa dilakukan dengan bergotong royong kerja bakti biasanya melibatkan semua kaum adam. b. Dandan Kali (Sungai) dan Penyembelihan (Pitik) Dalam ritual ini dalam istilah jawa dandan
yang artinya
memperbaiki, dan kali adalah sungai. Bahwasannya arti dalam dandan kali didalam ritual ini yaitu bersih-bersih sungai dan memperbaiki
sungai. Dalam ritual ini semua masyarakat bekerja bakti dan saling gotong royong dalam memperbaiki kali dan membersihkan kali. Selanjutnya dilanjutkan dengan ritual penyembelihan pitik (ayam) adapun ayam yang digunakan adalah ayam jawa. Ayam tersebut disembelih diatas perairan agar darah yang mengalir bersamaan dengan perairan. Setelah ayam disembelih ayam tersebut dibakar lalui dimakan bersama-sama. Adapun dari pada tujuan ritual ini adalah agar perairan berjalan atau mengalir dengan lancar dan deras. Terutama para petani yang menggunakan perairan tersebut agar tanaman petani panen lebih banyak dan subur. Kerusakaan pada sumberdaya perairan pada gilirannya akan merugikan dan berdampak negatif pada manusia sendiri. Adapun sumberdaya perairan merupakan sumberdaya yang sangat penting yang telah diciptakan Allah untuk umat manusia. c. Padusan Setelah ritual dandan kali selesai maka dilanjutkan dengan ritual padusan yang dimaksudkan sebagai upaya membersihkan “diri” dari segala “kotoran” yang melekat. Adapun bahwsannya mandi atau dalam istilah jawa disebut dengan “adus” ini masih satu paket dengan tradisi nyadran atau ziarah akan tetapi dalam tradisi sedekah desa yang diadakan di desa Nyatnyono juga terdapat ritual padusan. Tentu saja padusan ini hanya simbol belaka. Maksud membersihkan diri adalah
juga termasuk membersihkan dosa-dosa, penyakit hati dan segala perbuatan dimasa lalu yang kurang baik. Diharapkan
dengan
membersihkan
diri
ini
masyrakat
Nyatnyono dapat menjalani rutinitas setiap hari diberi kemudahan, kebugaran dan lancar. Pelaksanan padusan lebih mirip dengan tumpahnya menusia kedalam air.
d. Tahlil dan Slametan Tahlil merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat islam Indonesia. Dalam ritual ini isi dari tahlil yaitu mendoakan seperti membacakan surat yasin dan diiringi dengan berdzikir selanjutnya dilanjutkan dengan mengirim doa untuk roh-roh nenek moyang atau orang yang sudah meninggal dunia dan untuk meminta perizinan atau meminta doa restu dari orang yang sudah meninggal dunia bahwasannya akan diadakan upacara adat tradisi sedekah desa. Dalam unsur slametan ini juga merupakan kesatuan sosial masyrakat tersebut. Bahkan dalam tradisi ini slametan merupakan syarat spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapat ketidak berkahan atau celaka. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Bancakan adalah upacara sedekah makanan karena suatu hajat luhur yaitu yang berkaitan
denga
problem
dumduman
“pembagian”
terhadap
kenikmatan, kekuasaan dan kekayaan. Maksudnya upaya terhindar dari
konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil. Dan dengan adanya bancakan menumbuhkan solidaritas yang sangat tinggi. e. Wayang Wayang sebagai bentuk ekspresi seni multimedia telah dikenal sebelum zaman islam sebagai media pendidikan. Adapun dalam ritual ini wayang bertujuan sebagai hiburan. Dan wayang disini juga menceritakan tentang dalam istilah jawa “mbangun ndeso” atau bisa disebut dengan istilah memperbaiki desa atau kampung. Yang menceritakan bagaimana masyarakat menjaga dan melestarikan desa. Adapun wayang ini juga bertujuan selain untuk hiburan akan tetapi, wayang disini didalam ceritanya juga sebagai atau memberikan contoh kepada masyarakat umumnya dan khususnya pada masyarakat desa Nyatnyono bagaimana cara dalam menjaga dan melestarikan desa. 6. Unsur-unsur Islam dalam Ritual Sedekah Desa Adapun unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual sedekah desa pada setiap ritual adalah sebagai berikut (Bpk.Ma’mun 18-06-2012) : pertama, bersih desa bertujuan untuk masyarakat desa setempat agar saling bergotong royong dan saling membantu satu sama lain, dan membentuk solidaritas kekeluargaan yang kuat. Bahwasannya, unsurunsur islam yang terkandung dalam ritual ini adalah dalam islam juga menjelaskan islam itu bersih dan kebersihan itu sebagian dari iman, sehingga itu sama halnya dengan adanya ritual bersih desa.
Adapun bersih desa juga sudah kewajiban dan tanggung jawab bagi masyarakat setempat bahwasanya itu sama halnya masyarakat desa mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang telah diberikan atau dititipkan oleh Sang Maha Pengasih kepada masyarakat setempat agar selalu menjaga dan melestarikan desa. Dalam ritual ini juga bertujuan untuk mengucap rasa syukur kepada Sang Maha Pengasih atas pemberian berlimpah-limpah nikmat didunia ini. Dengan adanya tradisi upacara adat sedekah desa melalui ritual ini menjadikan masyarakat yang saling bergotong royong dan mempunyai rasa tanggu jawab bersama dalam merawat dan menjaga desa tersebut. Kedua, dandan kali (memperbaiki sungai) dalam ritual ini bagaimana masyarakat menjaga perairan yang selalu memberikan kehidupan atau sumberdaya bagi kehidupan masyarakat setempat. Adapun unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini adalah diatas sudah jelaskan bahwasannya sumberdaya perairan adalah sumberdaya yang meliputi air merupakan sumberdaya yang sangat penting yang telah diciptakan Allah untuk umat manusia. Islam secara jelas juga memberikan landasan tata nilai agar pemeluk agama islam menjaga lingkungan perairan tetap baik. Hakikat ritual ini adalh agar umat manusia khususnya bagi masyarakat desa Nyatnyono setempat menjaga lingkungan perairan baik sungai (kali), rawa, danau, dan badan air lainnya agar tetap baik (dalam segi kualitas maupun kuantitas). Adapun dalam ritual ini juga berbau
mistik seperti dengan adanya penyembelihan pitik (ayam) dalam penyembelihan ayam disini bertujuan untuk member kelancaran dalam perairan. Dan dalam penyembelihan tersebut dikhususkan untuk Nabi khidir sebagai lantara yang selalu memberi sumberdaya perairan yang lancar terutama para petani. Ketiga, padusan dalam istilah jawa, dalam istilah Indonesia adalah mandi yang dimaksud sebagai upaya membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat. Unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini adalah di sisi lain, bagi sebagian umat muslim yang ingin ibadah atau segala bentuk ibadah terutama dalam bulan puasa agar tidak dinodai oleh kotoran-kotoran yang melekat atau tindakan maksiat kerusakan pada moral lainnya sehingga biasa dilakukan dengan cara padusan atau apabila dengan kotoran kecil bisa dilakukan dengan cara berwudlu, dan tentu akan was-was dengan adanya ritual atau tradisi semacam padusan ini. Meskipun islam tida membawa ajaran padusan ini, namun sejauh ini masih dianggap wajar dan tidak bertentang dengan syariat. Bahwasannya dalam hal ini juga patut dicatat “membersihkan” atau mensucikan diri tidak perlu melulu dimaknai dengan mandi, melainkan bisa dengan cara kita berwudlu. Dan semua kembali pada niat serta suatu tindakan kita bagaimana menyikapi dan menanggapi tentang tradisi atau ritual ini dan tidak disalah gunakan. Keempat, tahlil dan slametan, tahlil merupakan perkumpulan orang untuk melakukan doa bersama bagi orang yang sudah meninggal. Adapun
slametan seolah-olah telah menjadi salah satu tujuan hidup manusia jawa, dan hal ini dapat dilihat banyaknya upcara tradisi atau ritual di jawa yan pada intinya memohon keslametan baik untuk diri sendiri, keluarga dan untuk masyarakat (bangsa). Tahlil juga merupakan bagian yang tidak dipisahkan dalam kehidupan keagamaan. Disamping itu tahlil juga merupakan salah satu alat mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai sebagai media komunikasi keagamaan dan pemersatu umat serta mendatangkan ketenangan jiwa. Adapun dalam ritual slametan disini dalam ajaran islam adalah agar membentuk prinsip kerukunan pada masyarakat untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis dalam semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun tetangga, di desa dan dalam setiap pengelompokan. Sehingga menjadikan suasana seluruh masyarakat bernafaskan semangat kerukunan dan keharonisan dengan adanya ritual atau tradisi slametan ini. Dalam ritual tahlil dan slametan ini juga terdapat atau disertai dengan berbagai pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, dzikir, pembaca kitabkitab maulid atau manaqib dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait dengan tujuan ritual atau tradisi tersebut. Kelima, wayang dalam ritual ini sebagai bentuk ekspresi seni multimedia telah dikenal sebelum zaman islam sebagai media pendidikan. Unsur-unsur islam yang terkandung dalam ritual ini, dari sikap keterbukaan islam terhadap tradisi budaya lama, para pemimpin islam
(wali dan raja) melihat manfaat dari wayang untuk menyebarluaskan ajaran agama islam. Menyadari bahwa wayang mengandung nilai-nilai estetis, maka para pemimpin masyarakat itupun mengembangkan rupa wayang (abstraksi dan stilasi) sesuai dengan pandangan islam, sekaligus memberikan makna islam dalam mengubah cerita (lakon) dari pertunjukan wayang. Seperti halnya dengan ulama atau wali kita beliau adalah Sunan Kalijaga yang menyebar luaskan ajaran agama islam dengan cara berdakwah dengan perantara kesenian wayang. Dan itu sangat menarik bagi para penganut agama islam dan sangat mempermudah dipahami oleh semua umat muslim dengan menggunakan media wayang tersebut. Sehinngga perkembangan evolusi wayang sejak dirintis oleh para wali diteruskan oleh para raja sebagai pelindung seni dalam budaya kraton di Indonesia khususnya di Jawa.
BAB IV PEMBAHASAN
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara dengan sesepuh desa Nyatnyono atau orang yang memegang kendali upacara sedekah desa yang dilengkapi dokumen-dokumen yang ada. Mengaju pada fokus penelitian ini maka penulis akan sajikan berikut ini hasil analisis data secara sistematis tentang pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa di desa Nyatnyono dan nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam upacara tersebut. Upacara tradisional adat merupakan tradisi orang jawa
yang dimana dilakukan demi untuk
mencapai
ketentraman hidup lahir dan batin. Kehidupan ruhani orang jawa memang bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu, orientasi kehidupan keberagamaan orang jawa senantiasa memperhatikan nilainilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya. Seperti halnya dengan upacara adat Sedekah Desa yang sering diadakan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat desa Nyatnyono.
Tradisi tersebut adalah turun temurun peninggalan dari nenek moyang leluhur. Sehingga tidak ada yang tahu bagaimana atau dari mana asal usul adanya tradisi sedekah desa tersebut. Masyarakat desa Nyatnyono mengartikan bahwasannya sedekah desa sama dengan nyelameti desa. Adapun pelaksanaan tradisi sedekah desa pada masyarakat desa Nyatnyono jatuh pada bulan syawal, berlangsung selama tiga hari. Dalam upacara tradisi sedekah desa ini memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang, merka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh para sesepuh masyarakat desa. Tujuan dan pengaruh positif dengan dilaksanakannya upacara tradisi sedekah desa menumbuhkan etos kerja kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong royong, dan menjadikan desa tersebut tentram, aman, sejahtera dan makmur. (Bpk. Sutoyo, 14-05-2012) Pengaruh negatif dilaksanakannya upacara tradisi sedekah desa tersebut bahwasanya dalam agama islam tidak pernah bahkan tidak ada ajaran ritual atau upacara sedekah desa tersebut karena masih berbau mistik, akan tetapi tradisi tersebut sudah menjadi aset budaya di Indonesia terutama pada orang jawa yang telah mempercayai dengan uapacara adat tersebut. Dan masyarakat jawa menganggap upacara tradisi ini juga berkaitan dengan lingkungan hidup. Sehingga
banyak masyarakat yang mempercayai bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual atau mengadakan upacara tradisi atau adat keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. (Bpk. Tresh 22-05-2012) Dalam hal ini tradisi sedekah desa merupakan wujud kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakkan berpola dari manusia dalam masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya Elly dkk menyatakan bahwa wujud tersebut bersifat konkret sehingga dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri yang dimana terdapat aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu sama dengan yang lainnya dalam masyarakat. (Elly dkk,2010:29) Adapun proses pelaksanaan tradisi upacara sedekah desa pada awalnya sebulan sebelumnya kepala desa mengadakan rapat atau kumpulan guna untuk merundingkan tentang tanggal yang akan ditentukan untuk prosesi selama sedekah desa. Ada beberapa ritual didalam tradisi ini yang dimana masing-masing ritual juga mengandung makna nilainilai pendidikan islam: 1.
Bersih desa bertujuan untuk masyarakat desa setempat agar saling
bergotong royong dan saling membantu satu sama lain, dan membentuk
solidaritas kekeluargaan yang kuat. Dalam hal ini mengandung pendidikan islam dalam akhlak yang nantinya akan membentuk akhlak yang baik terhadap masyarakat tersebut. Bahwasanya dalam akhlak juga bisa menunjukan berbudi pekerti yang artinya sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang yang akan membawa dampak pada bersosialisa dalam masyarakat. Sehingga dalam ritual ini mengandung akhlak terhadap manusia dan bukan manusia seperti yang disebutkan oleh Asmaran (1994) akhlak terhadap tumbuhan, tanah dan sebagainya. Dalam ritual ini juga termasuk substansi utama budaya dalam sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang berusaha memahami alam sekitar dalam lingkungannya dan juga termasuk dalam hakikat manusia dengan alam dan hubungan antarmanusia. (Elly dkk,2010:30-31) 2.
Dandan kali (memperbaiki sungai) dalam ritual ini bagaimana masyarakat
menjaga perairan yang selalu memberikan kehidupan atau sumberdaya bagi kehidupan masyarakat setempat. Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual ini juga termasuk dalam akhlak karena dalam ritual ini sama saja dengan akhlak terhadap mahkluk (mati) bukan manusia karena bahwasanya disebut dengan akhlak terhadap lingkungan hidup. Dalam hal ini Sumberdaya perairan adalah sumberdaya yang meliputi air merupakan sumberdaya yang sangat penting yang telah diciptakan Allah untuk umat manusia, yang nantinya akan memberi
kehidupan terhadap makhluk hidup. Seperti dalam firman-Nya (Q.S AnNahl 14). šù=àÿø9$# ”
ts?ur $ygtRqÝ¡ t6ù=s? ZpuŠù=Ïm çm÷YÏB (#qã_ Ì÷‚ tGó¡ n@ur $wƒÌsÛ $VJ ós s9 çm÷ZÏB (#qè=à2 ù'tGÏ9 tós t7ø9$# t¤‚ y™ ” ÇÊÍÈ šc
rãä3 ô± s? öN à6 ¯=yès9ur ¾Ï&Î#ôÒ sù Æ
ÏB (#qäótFö7tFÏ9ur ÏmŠÏù tÅz #uqtB
Artinya: Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Oleh karena itu, Islam secara jelas juga memberikan landasan tata nilai agar pemeluk agama islam menjaga lingkungan perairan tetap baik. Hakikat ritual ini adalah agar umat manusia khususnya bagi masyarakat desa Nyatnyono setempat menjaga lingkungan perairan baik sungai (kali), rawa, danau, dan badan air lainnya agar tetap baik (dalam segi kualitas maupun kuantitas). 3.
Padusan dalam istilah jawa, dalam istilah Indonesia adalah mandi yang
dimaksud sebagai upaya membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat. Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual ini adalah di sisi lain, bagi sebagian umat muslim yang ingin ibadah atau segala bentuk ibadah terutama dalam bulan puasa agar tidak dinodai oleh kotoran-kotoran yang melekat atau tindakan maksiat kerusakan pada moral lainnya sehingga biasa dilakukan dengan cara padusan atau apabila dengan kotoran kecil bisa dilakukan dengan cara berwudlu, dan tentu akan was-was dengan adanya ritual atau tradisi semacam padusan ini.
Ï%©!$# uqèd ur
Meskipun islam tidak membawa ajaran padusan ini, namun sejauh ini masih dianggap wajar dan tidak bertentang dengan syariat. (Prasetyo,2010:91) Bahwasanya dalam syari’at islam dalam hukum fiqih melakukan ritual padusan ini sama halnya dengan membersihkan diri dari najis atau kotoran (hadas besar). Dan dalam hal ini ritual padusan masih berhubungan dengan soal thaharah yang sangat penting dalam islam sebab selain keadaan suci perlu bagi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, juga sangat erat hubungannya dengan soal ibadah (pengabdian kepada Allah). Adapun tujuan hal lain dari pada itu adalah agar manusia selalu berusaha berada dalam keadaan suci, fitrah, supaya dapat berhubungan dengan Yang Maha Suci. (Daud ali,2008:250) Bahwasannya dalam hal ini juga patut dicatat “membersihkan” atau mensucikan diri tidak perlu melulu dimaknai dengan mandi, melainkan bisa dengan cara kita berwudlu. Dan semua kembali pada niat serta suatu tindakan kita bagaimana menyikapi dan menanggapi tentang tradisi atau ritual ini dan tidak disalah gunakan. Sehingga dalam ritual ini juga termasuk dalam substansi utama budaya pada etos kebudayaan. Dalam buku Elly dkk (2010) menyatakan bahwa etos kebudayaan merupakan kegemaran-kegemaran warga masyarakat. Seperti halnya dalam ritual padusan ini juga dijadikan etos budaya pada masyarakat yang bertujuan untuk membersihkan diri dari kotoran sehingga setiap satu tahun sekali atau dua kali gemar melakukan ritual tersebut.
4.
Tahlil dan slametan, tahlil merupakan perkumpulan orang untuk melakukan
doa bersama bagi orang yang sudah meninggal. Harapan ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Qur’an Al-Hasyr ayat 10: ö@ yèøgrB Ÿw ur Ç` »yJ ƒM} $Î/ $tRqà)t7y™ šú
ïÏ%©!$# $oYÏRºuq÷z \} ur $oYs9 öÏÿøî $# $uZ/u‘ šc
qä9qà)tƒ öN Ïd ω ÷èt/ .` ÏB râä!%y` šú
ÇÊÉÈ îLìÏm §‘ Ô$ râäu‘ y7 ¨RÎ)!$oY/u‘ (#qãZtB#uä tûïÏ%©#Ïj9 yx Ïî $uZÎ/qè=è% ’Îû Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
Dalam ayat tersebut, selain seorang mukmin meminta ampunan bagi dirinya, juga memintakan ampunan bagi saudara seiman yang sudah terlebih dahulu, dalam arti sudah meninggal terlebih dahulu. Adapun slametan seolah-olah telah menjadi salah satu tujuan hidup manusia jawa, dan hal ini dapat dilihat banyaknya upacara tradisi atau ritual di jawa yang pada intinya memohon keslametan baik untuk diri sendiri, keluarga dan untuk masyarakat (bangsa). (Saksono dan Dwiyanto,2012:1) Disamping itu tahlil juga merupakan salah satu alat mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai sebagai media komunikasi keagamaan dan pemersatu umat serta mendatangkan ketenangan jiwa. (Solikhin,2010:416)
ïÏ%©!$#ur
Sehingga dapat saya simpulkan dalam ritual slametan disini dalam ajaran islam adalah agar membentuk prinsip kerukunan pada masyarakat untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis dalam semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun tetangga, di desa dan dalam setiap pengelompokan. Sehingga menjadikan suasana seluruh masyarakat bernafaskan semangat kerukunan dan keharmonisan dengan adanya ritual atau tradisi slametan ini. Dalam ritual tahlil dan slametan ini juga terdapat atau disertai dengan berbagai pembacaan ayat-ayat AlQur’an, dzikir, pembaca kitab-kitab maulid atau manaqib dan diakhiri dengan doa khusus yang terkait dengan tujuan ritual atau tradisi tersebut. Dalam hal ini yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan islam adalah termasuk dalam ahklak dan syari’at. Dalam akhlak tahlil dan slametan bisa menjadikan manjalin antaranggota pada masyarakat desa tersebut. Bahwasannya dalam syari’at tahlil dan slametan tidak ada bahkan tidak dianjurkan karena tidak ada dalam ajaran Nabi. Tetapi, tahlil dan slametan selama tidak melenceng dalam syari’at islam dan masih berbau ajaran aqidah maka tahlil dan slametan masih boleh diadakan. Sehingga dalam hal ini bisa dimasukan dalam teori Elly (2010) yang disebut dengan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat sehingga disebut dengan sistem sosial. Dan substansinya dalam budaya
ini adalah nilai maksudnya adalah suatu yang baik yang diinginkan dan dianggap penting oleh seluruh manusia yang nantinya akan menjadikan hakikat hubungan antaramanusia. 5. Wayang dalam ritual ini sebagai hiburan dan bentuk ekspresi seni multimedia yang telah dikenal sebelum zaman islam sebagai media pendidikan. Dari sikap keterbukaan islam terhadap tradisi budaya lama, para pemimpin islam (wali dan raja) melihat manfaat dari wayang untuk menyebarluaskan ajaran agama islam. Menyadari bahwa wayang mengandung nilai-nilai estetis, maka para pemimpin masyarakat itupun mengembangkan rupa wayang (abstraksi dan stilasi) sesuai dengan pandangan islam, sekaligus memberikan makna islam dalam mengubah cerita (lakon) dari pertunjukan wayang. Seperti halnya dengan ulama atau wali kita beliau adalah Sunan Kalijaga yang menyebar luaskan ajaran agama islam dengan cara berdakwah dengan perantara kesenian wayang yang dimana jejaknya telah diikuti oleh putranya beliau adalah Sunan Muria. Bahwasanya beliaubeliau suka sekali bergaul dengan rakyat jelata, dalam melaksanakan dakwanya menyiarkan agama islam dengan menggunakan kesenian rakyat yang berupa gamelan dan wayang. Sehingga alat tersebut di masa itu sangat mujarab bila dimanfaatkan sebagai media dakwah sehingga sampai saat ini kesenian tersebut sangat dipertahankan dan bisa sebagai penganut bagi para pecinta kesenian tersebut guna menyiarkan agama islam dengan cara menggantikan perannya.
Setiap kali agama datang pada suatu daerah, maka, agar ajaran agama islam tersebut dapat diterima oleh masyarakatnya secara baik, penyampaian materi dan ajaran agama tersebut haruslah bersifat “membumi”. Maksudnya adalah ajaran agama tersebut harus meyesuaikan diri dengan beberapa aspek lokal, sekiranya tidak bertentangan secara diametris
dengan
ajaran
substantif
agama
tersebut.
Demikianlah pula dengan kehadiran islam di jawa, sejak awalnya
islam
begitu
mudah
diterima,
karena
para
pendakwahnya menyampaikan islam secara harmonis, yakni merengkuh tradisi yang baik sebagai bagian ajaran agama islam sehingga masyarakat bisa menerima islam menjadi agamanya. Umumnya, para pendakwah islam dapat menyikapi tradisi lokal yang dipadukan menjadi bagian dari tradisi yang “islami”, karena berpegang pada suatu kaidah ushuliyyah (kaidah yang menjadi pertimbangan yang perumusan hukum menjadi hukum fiqih). Sehingga apa yang disebut sebagai ritual dan tradisi merupakan tradisi yang berbentuk asimilasi antara budaya jawa dengan budaya islam seperti halnya dengan upacara tradisi sedekah desa yang sudah menjadi adat istiadat. Adapun nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual ini adalah bahwasannya bisa dikatakan bisa
mengajarkan tentang katauhidan atau aqidah melalui seni budaya wayang ini dengan catatan tidak melenceng dari syari’at islam. Dan dalam hal ini juga bisa dijadikan sebagai pandangan hidup pedoman pada masyarakat bahwasanya dalam
cerita
wayang
ini
mengadung
konsep
yang
mengajarkan tetang aqidah ke-Esaan Tuhan, sehingga masyarakat bisa memetik alur cerita dari wayang tersebut yang
nantinya
akan
menjadikan
menyempurnakan akhlaknya,
masyarakat
untuk
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Sedekah Desa Sedekah desa merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Nyatnyono secara turun temurun dari nenek moyang. Upacara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh soladiritas sosial, untuk menjalin silaturahmi antar warga dan agar desa menjadi tentram, sejahtera, harmoni.. Dalam upacara ini memang dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang dengan dipimpin oleh para sesepuh dan pini sepuh masyarakat. Upacara sedekah
desa
juga
berkaitan
dengan
lingkungan
hidup.
Masyarakat desa Nyatnyono mengungkapkan bahwa lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal. 2. Prosesi Sedekah Desa Sebelum pelaksanaan acara tersebut jauh sebelumnya pada malam hari kepala desa mengadakan kumpulan atau rapat kepada Rt, Rw dan seluruh masyarakat desa Nyatnyono sebagai pemberitahuan akan dilaksanakannya upacara adat dan menentukan tanggal dan hari yang cocok untuk pelaksanaan upacara tradisi sedekah desa tersebut. Setelah itu kepala desa meminta angggaran tiap-tiap rumah untuk dana
administrasi sedekah desa. Adapun rangkaian prosesi ritual tersebut adalah: a. Bersih Desa Bersih desa dilakukan dengan cara bergotong royong sehingga melibatkan banyak orang.Maksud dan tujuan dengan diadakannya ritual bersih desa masyarakat menyatakan bahwasannya adalah bersyukur dengan mengucapkan terimaksih kepada Tuhan yang telah memberikan ketentraman dan kerukunan pada masyarakat setempat, serta menjaga dan melestarikan desa tersebut. b. Dandan Kali dan Penyembelihan Ayam Dalam ritual ini semua masyarakat bekerja bakti dan saling gotong royong dalam memperbaiki kali dan membersihkan kali. Selanjutnya dilanjutkan dengan ritual penyembelihan pitik (ayam) adapun ayam yang digunakan adalah ayam jawa. Ayam tersebut disembelih diatas perairan agar darah yang mengalir bersamaan atau sesuai dengan perairan desa tersebut. Akan tetapi setelah penyembelihan ayam tersebut dibakar dan dimakan bersama-sama. c. Padusan Tentu saja ritual padusan ini hanya sebagai simbol belaka. Maksudnya adalah membersihkan diri. Membersihkan diri adalah juga termasuk membersihkan dosa-dosa, penyakit hati dan segala perbuatan dimasa lalu yang kurang baik. Diharapkan dengan
membersihkan diri ini masyrakat Nyatnyono dapat menjalani rutinitas setiap hari diberi kemudahan, kebugaran dan lancar. d. Tahlil dan Slametan Dalam ritual ini isi dari tahlil yaitu mendoakan seperti membacakan surat Yasin dan diiringi dengan berdzikir selanjutnya dilanjutkan dengan mengirim doa untuk roh-roh nenek moyang atau orang yang sudah meninggal dunia. e. Wayang Adapun dalam ritual ini wayang bertujuan sebagai hiburan. Dan wayang disini juga menceritakan tentang dalam istilah Jawa “mbangun ndeso” atau bisa disebut dengan istilah memperbaiki desa atau kampung. Yang menceritakan bagaimana masyarakat menjaga dan melestarikan desa. 3. Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung dalam Tradisi Sedekah Desa Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi sedekah desa yaitu: ritual bersih desa, dandan kali, padusan dan tahlil/slametan tradisi-tradisi ini yaitu merupakan ritual untuk menumbuhkan masyarakat saling bergotong royong dan mempunyai rasa tanggung jawab bersama dalam merawat menjaga desa serta melestarikan desa tersebut. Dan akan menumbumbuhkan ahklak yang nantinya akan membentuk ahklak yang baik terhadap masyarakat dan lingkungannya yang sesuai dengan islam, seperti halnya yaitu saling bergotong royong, menghargai satu sama lain
dan lainnya. Dalam hal ini dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim ُﻣَﻦْ ﻛَﺎنَ ﯾُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﷲِ وَاﻟْﯿَﻮْمِ اﻟْﺂﺧِﺮِ ﻓَﻠْﯿَﺼِﻞْ رَﺣِﻤَﮫ “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaknya ia menjalin persaudaraan.” Adapun ritual yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam di antaranya yaitu: Pertama,
penyembelihan ayam yang
dilaksakan di tempat perairan, bahwasannya masyarakat setempat sangat mempercayai dengan adanya ritual penyembelihan ayam diperairan tersebut maka sumber perairan akan selalu mengalir deras seperti yang digambarkan darah yang mengalir deras ketika penyembelihan ayam tersebut. Kedua, wayang didalam tradisi ini hanya untuk hiburan semata, dan masyarakat setempat juga mempercayai dengan tidak adanya ritual wayang tersebut maka akan terjadi musibah atau bencana, seperti banyaknya orang yang meninggal dunia. B. Saran Diharapkan studi tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi Sedekah Desa di Nyatnyono ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari pembahasan topik masalah. Sehingga dapat gambaran yang lengkap pada tradisi sedekah desa yang berupa upacara adat turun temurun dari nenek moyang tersebut, dalam sekala yang lebih luas.
Sebagai generasi muda dan penerus berkepribadian muslim, dengan sendirinya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab akan kelangsungan agama, umat maupun masa depan bangsa, demi tegaknya ajaran Islam terutama yang menyangkut aqidah islamiyah dan memberi pembinaan bagi pengunjung dan masyarakat sekitarnya agar tidak terjerumus dari perbuatan yang melanggar norma-norma agama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 1998. Departemen Agama RI, Semarang: Asy-Syifa. Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Yogyakarta. Abdullah, Taufik. 1993. Islam dan Kebudayaan Indonesia Dalam Kini dan Nanti. Jakarta: Yayasan Festifal Istiqlal. Elly, Setiadi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Ali, Moh Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali. Solikhin, Muhammad. 2010. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi Saksono, Dwiyanto. 2012. Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Ampera Utama. Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prasetyo, Yanu Endar. 2010. Mengenal Tradisi Bangsa. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional. http://pepadijateng.com/article/86969/kearifan-lokal-dalampesindhenan.html (diakses tanggal 07-Juli-2012) http://tengkoraksakti.blogspot.com/2010/05/gamelan-jawa-sejarah-danmisteri.html (diakses tanggal 07-Juli-2012) http://bulletin.alambahasa.com/budaya-indonesia/92/suara-gamelan/ (diakses tanggal 07-Juli-2012) http://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/bagian-alat-musik-gamelan / (diakses tanggal 07-Juli-2012) Masrin Surya. 2009. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sedeka Kamapung Di Desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat. Bangka Barat: Jurusan Tarbiyah. http://bulletin.keislaman.com/islam-indonesia/92/ (diakses 03-Agustus-2012) http://tripusat pendidikan. Blogspot.com. (diakses 08-Agustus-2012) http://pendidikanislam. Blogspot.com. (diakses 08-Agustus-2012)
PEDOMAN WAWANCARA 1. Apa yang dimaksud dengan Sedekah Desa? 2. Kapan dilaksnakannya Sedekah Desa tersebut? 3. Mengapa dinamakan Sedekah Desa? 4. Tujuan dilaksanakannya Sedekah Desa? 5. Berapa hari dilaksanakan Sedekah Desa? 6. Bagaimana dan dimana selama proses Sedekah Desa berlangsung? 7. Bagaimana proses Sedekah Desa berlangsung? 8. Melibatkan siapa saja dalam melaksanakan Sedekah Desa? 9. Dalam Sedekah Desa ritual apa saja yang terkandung dalam Nilai-nilai Pendidikan Islam? 10. Bagaimana jalannya ritual? 11. Apa pengaruh positif melaksanakan Sedekah Desa? 12. Apa pengaruh negatif melaksanakan Sedekah Desa? 13. Setelah melaksanakan Sedekah Desa mengalami perubahan atau masih sama sebelumnya? 14. Apakah ada larangan atau pantangan selama pelaksanaan Sedekah Desa? 15. Apakah dilaksanakannya Sedekah Desa berpengaruh bagi kehidupan beragama pada masyarakat Nyatnyono? 16. Apakah anda berpartisipasi dalam proses pelaksanaan Sedekah Desa? 17. Apakah tradisi Upacara Sedekah Desa di Nyatnyono perlu dilestarikan? Bila ya apakah sebabnya? 18. Apakah Sedekah Desa di Nyatnyono dijadikan aset budaya?
HASIL WAWANCARA
A. Tanggal: 13-Mei-2012 Jam: 20.00-selesai Q: Assalamu’alaikum. D: Wa’alaikumusalam. Q: Bagaimana kehidupan dalam beragama pada masyarakat Nyatnoyo? D: Kehidupan keagamaane masyarakat Nyatnyono nak secara umume yo biasa-biasa wae, yoiku maksude nak seng taat yo taat, nak seng ora taat yo ora blas. Terus dari segi ahklak menengah kebawah, tapi nak seko syari’at menengah keatas. Dadi yo dong ngelakoni ajaran agomo tapi ora kabeh. Q: Apa tujuan diadakannya ritual atau upacara sedekah desa tersebut? D: Kanggo solidaritas sosial, dadeke mulyone negoro, gotong royong seng apek. Sedekah desa iku yo iso mlebu neng gon lingkungan hidup. Maksude melestarikan lingkungane dengan cara ngadake sedekah desa tapi seng iseng mengandung karo ajaran agomo po kearifan lokal. Terus neng sedekah desa iki kudu nglibatke sak masyarakat dadi sak desa melu turun tangan kabeh terus engko dipimpin karo seng sesepuh utowo karo pak bekel.
B. Tanggal: 14-Mei-2012 Jam: 15.00-selesai Q: Assalamu’alaikum.
S: Wa’alaikumusalam. Q: Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ? S: Oh,yo mba langsung wae opo leng moh tekoke. Q: Apa yang dimaksud dengan sedekah desa ? S: Sing dimaksud karo sedekah desa yoiku nyelameti deso utowo nyodakohi deso. Q: Mengapa dinamakan dengan sedekah desa ? Dan apa sejarahnya? S: Nopo ko’ kerono dijenengi sedekah desa karo po sejerah, sedekah desa iku wes ono aket zaman nenek moyang utowo leluhur deso iki, dadi koyo awa’e dewe sebagai masyarakat seng tinggal opo uripe neng deso kene ora reti ko iso ono upacara sedekah desa, mergio iku dewe utowo masyarakat mong ngikuti anane uapacara sedekah desa, kerono opo yoiku upacara sedekah desa suatu upacara adat atau suatu budaya, dadi kudu dilaksanake. Dadi ora ono seng melatar belakangi ngopo ko diadake sedekah deso iku. Mergo yoiku wes turun temurun. Q: Kapan dilaksanakannya sedekah desa ? S: Sedekah desa neng deso Nyatnyono biasane pelaksanaane tibo pas bulan syawal nak dinone ora mesti, berlansung selama telung dino (3 hari).
Q: Melibatkan siapa sajakah dalam pelaksanaan sedekah desa ini? S: Yo, melibatke wong sak masyarakat deso Nyatnyono mergo kui kanggo kepentingan umum tor kudu saling gotong royonng, terus umpomo ko’ ono salah siji ora melu yo bakale dikucilke karo sak masyarakat. Wong sedekah desa iku podo karo ngresik’I deso bareng-bareng tor neh wong yo melu manggon neng deso iki to.
C. Tanggal: 22-Mei-2012 Jam: 16.00-Selesai Q: Assalamu’alaikum. T: Wa’alaikumusalam. Q: Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ? T: Yo, nduk rene opo leng meh mok tekoke. Q: Apa tujuan dilaksanakannya sedekah desa ? T: Tujuan dari pada sedekah desa yoiku: marake utowo ndadeke deso mulyo, makmur, subur, aman, tentram, sejahtera. Kanggo seng wong petani ben tandurane marake subur, wong dagang supoyo dagangane lares, cah sekolah ben diparingi leh dong sekolah pinter, yo poko’e gawe makmur deso terus
gawe wong seng uripe neng deso iku diparingi betah. Yo coro ndene opo wae seng metu nyowone opo seng dinggoni tempati dewe nak diselameti opo dishodaqohi iso ngajeni awak’e dewe, yo koyo sedekah desa iki nak desane disedekahi yo desone iki iso ndadeke masyarakate dewe tentrem, aman, makmur, sejahtera. Yokui mergo sampai saiki sedekah desa ora tau dilanggar mesti tiap tahun sepinda dianake soale wes turun-temurun awet seko nenek moyange dewe ojo meneh iki podo karo wes mlebu gon aset budaya. Q: Apa pengaruh positif dilakukannya upacara sedekah desa ? T: Onone upacara sedekah desa iki yoiku ndadeke keakraban, akur karo tonggone, saling gotong royong karo gawe deso nak disawang karo deso liyone ben ketok resik, tentrem, aman, makmur. Q: Dan apa pengaruh negatif dilakukannya sedekah desa ? T: Bahwasannya sedekah desa iku neng agomone dewe ora ono opo meneh diajarake, mergo opo sedekah desa iki isih mambu karo aura-aura mistike. Tapi, gor mong goro-goro mambu mistike ojo banjur dihapus opo diilangke, lha,kenopo mergo sedekah desa iku termasuk budaya dan suatu adat warisan seko nenek moyang utowo leluhure dewe. Ojo meneh agama islam ora iso ucul seko adat opo seng jenenge budaya. Terus negorone dewe iki hampir berapa persene dikebak’i karo wong jowo
tor agamone islam. Dadi antarane agomo karo kebudayaan iku ikatane kenceng. Tapi, yoiku nak menurutku masyrakat kene iki iseh percoyo karo kekuatan-kekuatan seng dianggap kramat po ghaib koyo contone makame mbah wali kui kramat terus neng banyu sendange kae yo kramat nyatane yo akeh seng dong mrono mergo meh dong zaroh karo meh dong golek tombo lantara seko banyu sendang iku seng dianggap kramat. Terus neng sedekah desa iki yo emang ono mambu mistik sitik ojo meneh ono wayang. Q: Apasaja alat musik yang digunakan dalam pertunjukan wayang? T: Yo akeh, ono kendang, kempol, ganjur, kenong kui nak wes rampung masang munine apek wong kui podo karo kesenian wong zaman disek terus ager tiap muni kui metu maknane koyo toh nong-ning maksude yo nong-kono nang-kene, pung-pung maksude opo mumpung, wah yo akeh neh.
D. Tanggal: 04-Juni-2012 Jam: 19.30-selesai Q: Assalamu’alaikum. W: Wa’alaikumusalam, Monggo mbak pinarak rumiyen. Q: Njeh, Matur suwun pak. Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ?
W: Njeh, monggo mba kulo njeh sampun mireng sangkeng pak lurah. Jerene meh ono cah penelitian garap skripsi tentang sedekah desa. Q: Njeh, mpun pak langsung mawon dimulai wawancarane. W: Oh, yo mba. Q: Bagaimana proses sedekah desa dimulai dan dimana selama prosesi sedekah desa berlangsung? W: Seng pertama masalah prosese sebulan sak durunge pelaksanaan upacara sedekah desa kepala desa ngadake kumpulan utowo rapat neng umahe kepala desane kanggo bahas nentoke tanggale upacara sedekah desa sing pas kanggo upacara iku. Terus nentoke dana kanggo acara selama pelaksanaan sedekah desa selama berlangsung, terus gon-gone seng bakal dinggoni selama prosese sedekah desa yoiku masjid, kali (sungai), umahe kepala desa. Q: Ritual apa saja dalam sedekah desa ? W: Rituale seng pertama ngresik’i deso utowo kerja bakti bersih deso, dandan kali (memperbaiki sungai/perairan) disambung karo penyembelihan pitik (ayam), tahli karo slametan, bancak’an, hiburan (wayang). Q: Apakah sedekah desa perlu dilestarikan ? W: Yo, perlu dilestarikan mergo kui wis masuk utowo dadi aset budaya tor wis adat neng Indonesia terutama dilakukan oleh orang-
orang jawa. Terus biasane sedekah desa iku nak coro neng deso Nyatnyono iki umpomo ora ngelaksanake upacara sedekah desa ora reti kapan teko musibahe seng bakal ngerusak deso, nak ora yo iso keno musibah akeh seng mati, terus para petani parine garing karo liyo-liyone. Dadi masyarakat kene percoyo karo dengan adane upacara sedekah desa iki masyarakate dadi tentrem makmur.
E. Tanggal: 18-Juni-2012 Jam: 20.00-selesai Q: Assalamu’alaikum. M: Wa’alaikumusalam. Monggo mba pinarak. Q: Njeh, Matur suwun pak. Sebelumnya saya minta maaf karena mau minta waktu luang bapak sedikit untuk saya wawancara mengenai Upacara Adat Sedejah Desa ? M: Yo, opo mba leh mok tekoke gon masalah sedekah desa iki. Q: Njeh, langsung mawon. Setelah melaksanakan sedekah desa apakah mengalami perubahan atau masih sama sebelumnya? M: Yo, mestine mengalami perubahan dadi seng maune desone dewe reget ora teratur dadi resik terus teratur mergo yoiku wes diresik’i bareng-bareng. Terus dandan kali (memperbaiki sungai) sing maune kaline rusak terus perairane macet dadi lancar gon perairane terutama perairane digunake kanggo petani wong kene akehe kan dong petani, terus seng cak sekolah
diparingi sekolahe munggah kelas opo lulus, yo poko’e gawe dampak seng apek kerono awak’e dewe neyedekahi deso podo karo ngajeni desone
dewe. Dadi karo marake due
solidaritas yang tinggi, akur, akrab, tentrem karo tonggone utawa masyarakat liyone. Q: Apa nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tadisi setiap ritual ini, jelaskan ? M: Bersih deso, nilai-nilai pendidikan islam seng terkandung dalam ritual iki islam iku kan seneng resik, suci, neng Qur’an karo hadis kan yo djelaske to kebersihan iku sebagian seko iman. Lha, mergo iku ngresik’i deso kui podo karo iman mergo kui wes tanggung
jawabe
masyarakat
ngerisk’i
karo
jogo
melestarikan deso. Mergo kui yo titipan sing seko seng aweh urip mergo kui podo karo titipan terus awak’e dewe numpang. Yo, dewe kudu seneng-seneng ngresik’i opo jogo melestarikan desa iki karo nyedekahi yo, coro ndene dewe bersyukur berterimakasih karo seng kuoso mergo wes dewehi beribu-ribu kenikmatan neng deso iki. Terus dandan kali kui corone dewe jogo perairan seng maringi awak’e dewe kehidupan sumberdaya kita yang paling penting pemberian seko Pengeran kanggo makhluke. Dadi jelas pada hakekate awak’e dewe dititipi kudu dijogo koyo perairan iki dewe kudu iso melestarikan karo jogo mboh iku banyu neng
segoro, danau, rowo, kali (sungai). Terus padusan kui membersihkan diri seko kotoran seng tememplek neng awak, padusan iku kan biasane dilaksanake pada bulan-bulan meh menjelang poso nak neng kene oran mong menjelang poso tok tapi, neng tradisi iki yo ono. Coro ndene wong meh ngibadah iso ngresik’i melalui adus iku nak keno najis gedhe, tapi nak keno najis cilik yo cukup dibasuh utowo wudlu. Terus tahlil iku ndongake seng wes mati ngirim doa coro biyen kanjeng nabi ora ono tapi, mergo zaman saiki terus wesa masuk adat dadi yo dadi berkembang koyo slametan barang iku mengucap rasa syukur karo Pengeran. Terus onone tahlil karo slametan iki ndadeke media komunikasi tentang keagamaan karo gawe mempersatukan umat kari gawe marake atine tentrem. Terus wayang kui yo iso gawe media sebagai syiar utowo gawe nyebarke agama islam atau ajaran-ajaran agomo islam, yo koyo corone Sunan Kalijaga karo putrone iku Sunan Muria kui disek nak nyebarke ajarane wong islam gunake coro wayang tapi, perane diganti. Dadi wayang iku dadi ksenian seng ojo sampai ilang mergo iku yo iso gawe nyebarke agomo islam seng gampang dipahami umat muslim. Lha, kui mengko kabeh ritual iku dadeke akhlak masyarakat Nyatnyono dadi apek kanggo awak’e dewe utowo wong lio.
Keterangan: 1. Q: Rizalatul Umami 2. D: Bapak Dayat 3. S: Bapak Sutoyo 4. T: Mbah Tresh 5. W: Bapak Witto 6. M: Bapak Ma’mun