NEWSLETTER Edisi 4, Tahun 2013
Contents:
Better Work Indonesia Betterworkindo
2. Pabrik Rekanan Better Work Indonesia Merasakan Manfaat dari Dialog Sosial: PT Hansae Indonesia Utama 4. Permulaan baru dalam sebuah sistem lama: Pelatihan Sensitivitas Budaya Indonesia kerjasama Better Work Indonesia dan GAP 5. Kunjungan ke PT WIllbes Global oleh Komite Pendamping Proyek Better Work Indonesia 6. Membangun Kepercayaan antara Pengusaha dan Pekerja: Cara Terbaik untuk Mencegah Perselisihan Ketenagakerjaan 7. Bertemu dengan Dr. Jung-Keun Park: Seorang Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja 8. Peluncuran Video Disabilitas SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan dengan Penyandang Disabilitas. 9. Forum Tahunan Better Work ke-3 di Seoul, November 2013 11. Daftar Pedoman Better Work Indonesia
Better Work Indonesia is funded by: The Australian Government
Netherlands Ministry of Foreign Affairs
Swiss State Secretariat for Economic Affaris (SECO)
Pabrik Rekanan Better Work Indonesia Merasakan Manfaat dari Dialog Sosial: PT Hansae Indonesia Utama
Apabila anda keluar dan menyusuri jalan-jalan di Amerika, anda akan dikelilingi oleh orang-orang yang mengenakan pakaian yang dibuat oleh sebuah perusahaan. Satu dari tiga potong pakaian yang dikenakan di Amerika dibuat oleh Pabrik Hansae,” kata Yum Jung Yoon, General Manager dari PT Hansae Indonesia Utama, sebuah pabrik yang mempekerjakan lebih dari 3000 pekerja dan memproduksi 3.5 juta pakaian setiap bulannya. Rantai pemasok ini besar pengaruhnya sebagai penghasil garmen dengan pabrik-pabriknya diseluruh dunia dan sangat akrab dengan program Better Work yang berada di bawah ILO. Hansae memiliki dua buah pabrik di Indonesia, dua di Vietnam dan satu di Nicaragua dan kesemuanya telah bermitra dengan Better Work. Belum lama ini pada saat kunjungan oleh staff kedutaan besar Belanda dan Swiss Economic Cooperation Organization (SECO) ke pabrik di daerah Jakarta Utara, Yum menjelaskan tentang pentingnya program Better Work terutama karena memanasnya hubungan dengan buruh di Indonesia. Selama kunjungan tersebut mereka mengamati sebuah pabrik yang tengah berjalan dengan kapasitas penuh dalam upaya memproduksi pakaian untuk merk-merk ternama sebagai persiapan menyambut musim liburan.
Ketegangan yang terkait dengan upah minimum semakin terasa, dan salah satu cara untuk memastikan setiap pihak berada dalam tahap yang sama adalah melalui dukungan BWI dalam upaya meningkatkan dialog antara manajemen dan pekerja. Di tahun 2012, Jakarta mengalami kenaikan upah mencapai 40 persen dan hal tersebut akan terus naik dalam beberapa tahun ke depan, namun keadaan ini memberikan tekanan kepada para pengusaha untuk memenuhi tuntunan finansial para pekerja. Beberapa pabrik di lingkungan industrial yang sama dengan Hansae telah tutup dan meninggalkan ribuan orang menganggur. Ini adalah hal yang dihindari oleh Yum, Manager di Hansae dan para pekerjanya.
“Kemitraan kami dengan Better Work merupakan hal yang sangat penting,” Kata Yum. “Kami ingin melibatkan Better Work agar dapat membantu kami dalam menyelesaikan tantangan di 2014.” Menurut Yum, keuntungan Hansae bermitra dengan BWI adalah kontribusinya terhadap dialog sosial melalui komite bipartit yang kuat. Pekerja dan manajemen mampu bekerjasama menangani permasalahan yang ada, menemukan solusi, dan membangun perusahaan yang sejahtera dan mampu bertahan dengan para kliennya termasuk Sears, Target, Wal-Mart Gap, H&M dan Jones. Pekerja dan manajemen mendukung perluasan program Better Work yang diusulkan, agar dapat terus memberikan pendampingan tentang cara-cara untuk meningkatkan produktivitas.
berkontribusi dengan penuh kepercayaan diri pada diskusi-diskusi yang dilaksanakan, “ujar Yum. Melalui BWI, Hansae juga memperkuatkan peraturan dan praktik terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. “Pelatihan Penanggulang Bahaya Kebakaran oleh Better Work sangat dihargai oleh para pekerja,” kata Adit, Manajer Compliance dari Hansae. Kebakaran adalah salah satu penyebab utama dari bahaya di tempat kerja di Indonesia dan hal ini terus menerus menjadi perhatian para mitra Better Work Indonesia, tetapi melalui pelatihan yang tepat seperti yang diberikan oleh BWI, pengusaha dapat membangun sebuah budaya yang mengutamakan keselamatan kerja di perusahaan dan melindungi pekerja dan pengusaha secara bersamaan.
“Lebih banyak masukan diperlukan oleh Pendamping Perusahaan dalam rangka memperkuat komite bipartit, oleh karena diperlukan waktu bagi para pekerja untuk
Kami telah melewati tahun yang indah dan kami bersyukur bahwa perjalanan ini telah membawa kami bertemu dengan begitu banyak orang-orang hebat, dan kami juga berharap hal yang sama terjadi dengan Anda. Kami berharap agar damai, sukacita dan kebahagian meliputi Anda selama liburan mendatang dan sepanjang tahun 2014 Salam hangat, Better Work Indonesia Team
Permulaan baru dalam sebuah sistem lama: Pelatihan Sensitivitas Budaya Indonesia kerjasama Better Work Indonesia dan GAP Berbagai rangkaian acara yang menyenangkan telah berhasil dilakukan dalam kegiatan tahunan yang bertema Sensitivitas Budaya, acara perdana ini diselenggarakan oleh Better Work Indonesia dan GAP Indonesia. Kegiatan kali ini diselenggarakan di kota pegunungan Lembang pada akhir bulan Oktober lalu, para peserta berasal dari pabrik-pabrik sekitarnya, kebanyakan mereka adalah para manajer pabrik garmen berkebangsaan Korea yang turut serta mengambil bagian dalam lokakarya lintas budaya yang bertujuan untuk menjembatani perbedaan budaya antara Korean Selatan dan Indonesia. “Ini adalah acara yang bagus seperti yang Anda saksikan sendiri”, kata Tony Wahid dari GAP Indonesia. “Para peserta menikmatinya, tersenyum, yah, ini adalah acara yang menyenangkan bagi kita semua.” Para pembicara yang hadir dalam acara tersebut termasuk ahli ketenagakerjaan, Petugas Pemerintah Korea Selatan yang menjabarkan tentang undangundang ketenagakerjaan dan menyarankan peningkatan cara berkomunikasi antara pekerja dari Indonesia dengan manajemen dari Korea Selatan.
Di Indonesia, kebanyakan dari perusahaan garmen adalah dimiliki dan dijalankan oleh orang-orang yang berasal dari Korea Selatan dan kemungkinan memiliki gaya manajemen yang berbeda; namun, beberapa permasalahan yang muncul di tempat kerja bisa saja disebabkan karena kesalahapahaman yang disebabkan oleh perbedaan kebudayaan. “Bahasa membatasi hubungan antara Indonesia dan
Korea,” kata Jack Kim dari sebuah pabrik setempat. “Satu kata saja dapat mempengaruhi keseluruhan pabrik.” Matahari bersinar cerah pada hari kedua, para peserta tampak berada diluar dan terlibat dalam permainan team building seperti permainan menebak kata dan permainan memberikan bola dan tepung yang menyebabkan kebanyakan partisipan terlihat putih tertutup tepung. Permainan terakhir membuat mereka semua basah kuyup. “Ini sangat menyenangkan dan saya berpikir bahwa orang-orang di pabrik dapat belajar banyak dari kegiatan dan permainan di luar ruangan sehingga mereka juga dapat memakai permainan yang sama dengan para pekerja mereka,” kata Sara Son, Manajer Global Compliance dari GAP. Pelatihan ini menuai sukses, sementara, Better Work Indonesia beserta GAP Indonesia akan terus bekerja sama membawa pengembangan kapasitas keluar dari ruang kelas untuk berada di bawah cahaya matahari.
Kunjungan ke PT WIllbes Global oleh Komite Pendamping Proyek Better Work Indonesia
Di bulan November 2013, grup perwarkilan dari Komite Penasehat Proyek (Project Advisory Committee, PAC) – Better Work Indonesia melakukan perjalanan ke Subang, Jawa Barat untuk mengunjungi PT Willbess Global, salah satu pabrik rekanan Better Work Indonesia. Anggota PAC ini terdiri dari perwakilan Pemerintah Indonesia, Organisasi Serikat Pekerja dan juga Organisasi Pengusaha. Salah satu fungsi PAC adalah untuk memberikan petunjuk bagi pelaksanaan program BWI sementara juga membantu untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan BWI terhadap rencana kerjanya. Dalam kunjungan ini, anggota PAC bertemu dengan manajemen di PT Willbes Global dalam rangka berdiskusi tentang dampak program pelaksanaan BWI di pabrik tersebut. Selain manajemen pabrik, anggota PAC juga mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi lebih lanjut dengan lembga kerjasama bipartite. Kunjungan tersebut diakhiri dengan tur pabrik.
Membangun Kepercayaan antara Pengusaha dan Pekerja: Cara Terbaik untuk Mencegah Perselisihan Ketenagakerjaan Lokakarya setengah hari bagi para manajer senior asal Korea diselenggarakan di PT Gunung Salak (Nobland Group) pada tanggal 27 November lalu di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Lokakarya tersebut diadakan dalam rangka meningkatkan pemahaman para senior manajer terkait urusan hubungan industrial dan juga meningkatkan lembaga kerjasama bipartite /LKS Bipartit dalam tingkat perusahaan. Mr. Sung Jin Kim, Direktur Utama dari Korean Labor Foundation menjadi salah satu pembicaranya. Pencegahan adalah solusi terbaik bagi perselisihan ketenagakerjaan. Perselisihan ini dapat disebabkan karena hubungan antara manusia, sehingga fokus (pada) membangun kepercayaan antara manajer dan pekerja sama pentingnya dengan memperhatikan hukum perburuhan, kata Bapak Kim. Beliau juga menegaskan akan pentingnya membangun kemitraan industri dan memiliki hubungan kerja yang seimbang (win-win) melalui kegiatan bersama seperti kegiatan kontribusi sosial, pertandingan atletik, komite yang menangani keluh kesah. Setelah memberikan presentasi, Bapak Kim dan para partisipan berdiskusi perihal permasalahan ketenagakerjaan di pabrik. Penundaan upah minimum, kebutuhan untuk meningkatkan jumlah pekerja permanen merupakan masalah yang paling mendesak bagi industri garmen di Indonesia. Peserta juga berbagi kesulitan mengelola pabrik di Indonesia dan
strategi untuk mengurangi dan memecahkan masalah tentang isu-isu terkait sumber daya manusia. Sebuah sesi tanya jawab diikuti oleh diskusi di mana peserta mendapatkan nasihat sehubungan dengan isu-isu perburuhan dari Bapak Kim. Beliau menunjukkan bahwa semua pemangku kepentingan, seperti pembeli, pemasok dan pekerja, memegang peranan penting dalam menciptakan hubungan industrial yang baik. Waktu makan siang digunakan para peserta untuk mengenal satu sama lain dan berbagi permasalahan secara lebih leluasa. Soodo Kim, General Manager TA Trading menyatakan pendapatnya tentang lokakarya tersebut, “Saya puas dengan isi dari lokakarya ini, terutama setelah mendengar isu-isu yang berbeda selama diskusi dan sesi tanya jawab, hal itu benar-benar membantu untuk memecahkan berbagai permasalahan di pabrik saya. Saya berharap akan ada banyak waktu untuk berbagi permasalahan perburuhan di Indonesia. “
Bertemu dengan Dr. Jung-Keun Park: Seorang Ahli Kesehatan dan Keselamatan Ergonomik bukanlah sebuah topik yang tidak begitu menarik buat
proses penilaian dapat membuat perubahan. Ia juga mengatakan
kebanyakan orang, tetapi untuk Dr. Jun-Keun Park, hal tersebut
bahwa jika ia melihat sesuatu yang dapat dikerjakan dengan lebih baik
malah mengugah semangatnya.
lagi, ia akan memberitahukan kepada pekerja dan kemudian kepada pihak manajemen.
Dalam kunjungannya baru-baru ini di bagian produksi sebuah pabrik garmen di Subang, Indonesia, Dr. Pak melihat hal-hal yang luput dari
“Saya memberikan sebuah tolak ukur untuk dapat mengurangi atau
perhatian orang lain.
menghindari sebuah resiko. Semua proses ini tergantung pada apa yang saya lihat dan lakukan,” kata Dr. Park. Bukan hanya keahliannya saja yang dibutuhkan untuk membantu para pengusaha pabrik korea meningkatkan kepatuhan mereka terhadap K3. Tetapi lebih pada si pembawa pesan dan isi dari pesan-pesannya. Simon Field, Program Manager dari Better Work Indonesia, menyatakan bahwa manajemen pabrik Korea dapat mengambil manfaat dari pembelajaran oleh sesama rekan Korea melalui persamaan pandangan. “Kami sedang menunjukan kepada manajemen pabrik-pabrik korea bagaimana pemerintah Korea dan ILO sedang bekerja sama melalui kerjasama antara Korea – ILO.” Kata Simon, Program Manager dari Better Work Indonesia. K3 tetap menjadi salah satu ancaman bagi advokasi dan perhatian BWI dan menurut Bapak Field, hal itu hanya dapat ditingkatkan dengan komitmen penuh dari manajemen senior untuk membangun
“Saya memperhatikan para pekerja dan tempat kerja mereka serta
sebuah budaya yang mengutamakan keselamatan di perusahaan
lintas pekerjaan,”kata Dr. Park.
mereka. Dalam kasus perusahaan yang bermitra dengan BWI, kebanyakan mereka adalah milik manajemen korea.
Sebagai seorang ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang kini membantu ILO Bangkok dalam pelaksanaan program regional K3,
Korea dan Indonesia memiliki hukum tentang keselamatan kerja
Dr. Park menawarkan keahliannya untuk para manajer pabrik supaya
yang hampir sama. Pabrik-pabrik disini harus mengenal dengan baik
mereka dapat meningkatkan ruang-ruang kerja seperti fasilitas jahit
standar internasional dan nasional yang terkait dengan K3, tetapi
dan setrika, sehigga dapat meningkatkan kehidupan para pekerja
selalu saja ada ruang untuk peningkatan. Celah itulah yang kini dilihat
mereka.
oleh Dr. Park ketika ia berjalan masuk ke dalam sebuah pabrik. “Saya melihat postur tubuh. Saya melihat para pekerja bergerak
Selama 23 tahun, Dr. Park telah bekerja di Agensi Korea untuk
dalam ruang mereka. Saya melihat bagan tempat kerja. “Apakah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KOSHA) dan baru-baru ini ia
postur ini aneh? Apakah ada pengulangan gerakan,” katanya.
telah membantu ILO dalam kerjasama dengan pemerintah Korea. Sementara itu di Indonesia di akhir bulan Oktober lalu, Dr. Park mendapatkan kesempatan untuk membagi pengetahuan dengan Better Work Indonesia dan para mitra pabriknya. “Saya dapat melihat komitmen dari Better Work Indonesia, kata Dr. Park. “Hal ini memberikan dampak positif kepada pekerja”. Salah satu tujuan kerja BWI adalah meningkatkan kehidupan para pekerja garmen di Indonesia melalui penyadaran yang lebih baik lagi terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Tujuan ini juga merupakan tujuan Dr. Park yang sangat mencintai K3. “Itu adalah misi saya, dan itu komitmen saya,” katanya. Beliau juga berkata bahwa ia sangat menikmati ketika melihat sebuah
Peluncuran Video Disabilitas SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan dengan Penyandang Disabilitas.
Sejalan dengan peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional, Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO), bekerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH) dan didukung oleh Better Work Indonesia (BWI) dan Propel Indonesia telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan kampanye bertajuk “SAMA: Ruang, Peluang dan Perlakuan untuk Penyandang Disabilitas”. Peluncuran di Jakarta tanggal 5 Desember 2013 menampilkan video diary tentang akses terhadap pekerjaan dan fasilitas publik bagi penyandang disabilitas.
terhadap penyandang disabilitas serta perlindungan hak mereka atas pekerjaan dan fasilitas umum yang layak untuk mewujudkan partisipasi penuh dan sejajar penyandang disabilitas dalam segala bentuk kegiatan masyarakat,” ujar Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di Indonesi.
Hal ini pertama kali dilakukan, dua video berdurasi masing-masing 30 menit ini, diproduksi sendiri oleh para penyandang disabilitas di Jakarta. Menggunakan kata-kata, pilihan gambar mereka sendiri, video-video ini merekam keseharian, perjalanan dan harapan para penyandang disabilitas.
Simon Field, Ketua Penasihat Teknis dari BWI, juga menambahkan, “Better Work Indonesia telah memperlihatkan bahwa bekerja dengan pengusaha untuk mempekerjakan penyandang disabilitas dan secara aktif melibatkan keseluruhan angkatan kerja dalam rangka menciptkan suasana kerja yang menyenangkan, hal ini akan menjadikan para pekerja dengan disabilitas akan lebih nyaman dengan pekerjaan mereka. Hal ini akan memperkuat kondisi kerja di tempat kerja dan meningkatkan citra perusahaan diantara para pekerjanya, komunitas dan juga dimata konsumen.
“ILO percaya bahwa video parsitipatori ini akan lebih meningkatkan kesadaran tentang disabilitas dan rasa prioritas masyarakat, khususnya di antara para pembuat kebijakan. ILO meyakini kesadaran semacam itu akan membantu memerangi stigma dan diskriminasi
Pembuatan video partisipatori ini melibatkan 19 penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran dan fisik. Mereka terlibat sebuah pelatihan intensif di bulan Oktober dimana mereka mengidentifikasi pengalaman pribadi, kesulitas, harapan dan aspirasi mereka
menggunakan metode video diary. “Metode video diary ini merupakan metode yang dapat membantu peserta mengenali pengalaman hidupnya selama ini untuk kemudian disikapi secara bebas dan diolah menjadi alat advokasi personal maupun kelompok. Diharapkan video ini dapat membantu menghapuskan segala bentuk hambatan yang dihadapi penyandang disabilitas, dari sikap, fisik, sosial, ekonomi dan budaya, dan akan membantu masyarakat luas belajar mendengarkan dan memahami suara dan cara pandang penyandang disabilitas tentang pekerjaan dan kehidupan mereka selama ini,” kata Dian Herdiany, Ketua YKH. Pelatihan bagi para pekerja anak ini diawali dengan upaya mengidentifikasi persoalan dan kesulitan yang dapat diangkat menjadi kisah. Didampingi para mentor, berbagai metode penggalian masalah dilakukan, seperti role play, diskusi kelompok serta riset visual dan non-visual. Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan cerita, pengenalan terhadap alat rekam audio visual dan proses produksi (penggambilan gambar dan narasi cerita), yang juga melibatkan anggota keluarga, tempat kerja dan komunitas sekitar dalam menyuarakan kisah penyandang disabilitas. “Selama pelatihan, para peserta membuktikan sejumlah stigma terhadap mereka ternyata salah. Para peserta dengan disabilitas penglihatan, misalnya, memperlihatkan kemampuan mereka dalam menggunakan kamera video. Meski mereka tidak dapat melihat, mereka miliki rasa komposisi yang kuat melalui suara,” Dian menambahkan. Kendati dilakukan pelatihan dan proses pembuatan video diary ini harus dilakukan secara intensif selama satu bulan, semangat dan antusiasme para peserta sangat tinggi. “Keunikan video-video ini adalah para peserta dari berbagai bentuk disabilitas yang berbeda harus saling bekerjasama. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan saya berharap video-video ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama para pembuat keputusan, tentang disabiltias,” tegas Yudhi Hermawan, peserta dengan disabilitas penglihatan. Sementara Laura Wijaya, peserta dengan disabilitas pendengaran, menegaskan pentingnya pengakuan atas bahasa isyarat. “Melalui video-video ini, saya berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya bahasa isyarat bagi orang dengan disabilitas pendengaran.” Selain video diary, suara dan aspirasi para peserta ini pun didokumentasi ke dalam sebuah video belakang layar. Peluncuran video diary yang baru-baru ini dilaksanakan diikuti dengan diskusi interaktif yang menghadirkan perwakilan dari pemerintah DKI Jakarta, pengamat tata kota dan perwakilan dari perusahaan dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat luas dan media massa terkait dengan persoalan ini.
Dalam diskusi interaktif, salah seorang pembicara, Bapak Tumpal Butar-Butar dari perusahaan yang terdaftar dalam pelayanan Better Work – PT Mitra Garindo Perkasa – menyatakan,”Orand dengan disabilitas adalah pekerja yang produktif, mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan serius dan penuh konsentrasi. Mereka adalah pegawai yang baik dan dapat diandalkan. Setelah peluncuran ini, rangkaian pemutaran video dan diskusi tentang disability telah dilakukan di Surabaya, Yogyakarta dan Semarang. Kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberitahukan masyrakat luas tentang hak penyandang disabilitas terhadap pekerjaan yang layak dan fasilitas publik serta menghapuskan stigma yang mereka hadapi tiap hari.
Forum Tahunan Better Work ke-3 di Seoul, November 2013 Musim semi ini di Seoul, sekitar 40 manajer compliance dari 20 perusahaan garmen Korea berkumpul di Forum Tahunan Better Work ke-3. Meskipun cuaca diluar dingin dan berangin, namun tidak memadamkan semangat para peserta. Perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam acara ini memiliki tempat-tempat produksi terutama di Kamboja, Vietnam dan Indonesia: 20% terdaftar di Better Factories Cambodia (BFC), 40% dengan Better Work Vietnam (BWV) dan 60% terdaftar di Better Work Indonesia (BWI). “Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan partner yang penting dalam rangka membangun kerjasama yang lebih kuat, selain itu, forum ini merupakan salah satu kegiatan kami untuk memberikan informasi terkini tentang program kami kepada pihak perusahaan,” tegas Arim Chang, perwakilan dari Better Work Indonesia di Korea Selatan. Di forum tersebut, para peneliti dari Universitas Indonesia, termasuk Dr. Sari Wahyuni, PhD, memberikan presentasi tentang perbandingan kondisi kerja di Industri Tekstil di Indonesia dan Vietnam, berdasarkan hasil survei dampak Better Work Indonesia dan Better Work Vietnam. Presentasi hari itu juga bertujuan untuk mempromosikan pentingnya kepatuhan tenaga kerja dalam dalam rangka meningkatkan kondisi kerja dan hubungannya dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja dan efisiensi tenaga kerja dalam daya saing sebuah negara.
“Kami ingin para peserta mengerti tentang kondisi kerja dari sudut pandang para pekerja dan mereka dapat menyampaikan pesan ini kepada pabrik-pabrik mereka di Indonesia,” jelas Simon Field, Program Manager dari Better Work Indonesia. Ia juga menambahkan,” Sangat penting bagi kami untuk berdiskusi tentang permasalahan ini sementara juga mendorong komitmen mereka terhadap kepatuhan sosial.” Para peserta memberikan respon yang positif terhadap presentasi yang diberikan karena mereka juga telah bertanya-tanya tentang hasil dari survei dampak tersebut untuk beberapa waktu lamanya. Mereka merasa bahwa presentasi tersebut telah membantu mereka untuk mengerti permasalahan pekerja terkait kondisi kerja dan perbedaan tingkat kepatuhan perusahaan di Indonesia dan Vietnam, dalam hal ini, pabrik-pabrik di Vietnam menunjukan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Salah satu alasan yang memungkinkan hal itu terjadi karena Better Work Vietnam telah mulai beroperasi sejak tahun 2009 untuk membantu pabrik-pabrik meningkatkan kondisi kerja dan kepatuhan sosial, sementara Better Work Indonesia baru memulai usahanya di akhir tahun 2011. Dr Wahyuni menegaskan,”Dari riset ini, ternyata para pekerja di Indonesia memiliki perhatian yang lebih tinggi perihal K3 (peralatan yang berbahaya, gejala kesehatan, penggunaan klinik kesehatan) upah, waktu kerja, pelatihan, pelecehan dan kekerasan. Namun, para pekerja di Vietnam mempunyai perhatian lebih tinggi
terhadap diskriminasi di tempat kerja. Para peserta juga menyampaikan keprihatinan mereka terhadap kondisi perburuhan di Indonesia, dengan kenaikan upah minimum dan pemogokan yang dilakukan oleh serikat pekerja, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran mereka untuk dapat melanjutkan bisnis di Indonesia. Mereka juga menyampaikan rasa frustasi dan keprihatinan mereka terhadap infrastruktur yang tidak mendukung dalam proses pengantaran produk dari pabrik mereka menuju pelabuhan laut di Tanjung Priok. Mereka memohon kepada pemerintah untuk menyadari hal ini dan bertindak cepat untuk mencegah penutupan pabrik lebih banyak di Indonesia. Menurut Jimmy Park, Manajer Compliance dari Kwanglim Trading Co., “Hal ini menyulitkan kami untuk berbisnis dengan kondisi seperti sekarang. Kami juga tidak yakin apakah situasi perburuhan di Indonesia akan terus berlanjut seperti sekarang ini. Oleh karena itu inisiatif pemerintah untuk menanggulangi permasalahan yang menyangkut ketenagakerjaan sangat dibutuhkan karena kami ingin untuk dapat terus berinvestasi di Indonesia.
Daftar Pedoman Better Work Indonesia Seiring dengan berjalannya waktu, Better Work Indonesia telah memproduksi beberapa pedoman yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kehidupan para pekerja dan juga memberikan perubahan yang signifikan dalam bekerja. Para pengusaha, manajer, penyelia, pekerja dapat mengunduh pedoman-pedoman ini melalui website kami: http://www.betterwork.org/indonesia Pedoman-pedoman ini tersedia dalam tiga bahasa: Inggris, Indonesia dan Korea.
Newsletter ini diterbitkan oleh: ILO melalui Better Work Indonesia program. Opini yang terdapat didalam terbitan ini tidak mencerminkan pandangan resmi dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), maupun Korporasi Keuangan Internasional (IFC).
Apabila ada pertanyaan lainnya, mohon menghubungi Petugas Manajemen Pengetahuan
[email protected].