NASKAH PUBLIKASI
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Oleh : Prasojo Putrama
01320078
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
NASKAH PUBLIKASI
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si)
STRES PADA PENGANGGURAN SARJANA
Prasojo Putrama Retno Kumolohadi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami stres yang dialami, faktor–faktor penyebab stress pada pengangguran sarjana serta memahami berbagai cara mengelola kondisi stres. Subjek penelitian ini adalah para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Karakteristik usia antara 24-26 tahun. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling, karena teknik tersebut dapat mengoptimalkan kualitas data yang diperoleh. Dengan demikian, sampel tidak mewakili dalam hal jumlah responden (kuantitas), namun kualitas atau ciri-ciri responden yang ingin diwakili (Utarini, 2000). Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan desain penelitian perspektif fenomenologis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis tematik. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa subyek mengalami stres pada saat subyek merasa tanggung jawab yang dibebabkan kepada subyek belum berhasil dilakukan, yaitu masih menganggur. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana yaitu faktor internal seperti tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak, dan juga faktor eksternal seperti interaksi dengan lingkungan sekitar. Respon negatif dan positif dilakukan subyek untuk menghadapi keadaan stresnya, seperti lebih aktif di kegiatan lingkungannya tetapi ada juga yang terjebak ke dalam minum-minuman keras dan lebih memilh untuk menghindar dari lingkungan sekitar untuk meminimalkan keadaan stresnya.
Kata Kunci : Stres, Pengangguran Sarjana
PENGANTAR Indonesia pada zaman sekarang ini sangat banyak mengalami kesulitan dalam segala bidang. Krisis moneter sejak tahun 1997 yang dampaknya masih sangat berat dirasakan oleh rakyat kecil di Indonesia adalah salah satunya. Dampak krisis moneter antara lain adalah meningkatnya kebutuhan pokok, meningkatnya biaya pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan. Sempitnya lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, menuntut para pencari kerja (job seeker) untuk lebih ahli dibidangnya. Kenyataan lain adalah bahwa manusia dan pekerjaan tidaklah bisa dipisahkan, seorang manusia akan dihargai bila sudah mempunyai pekerjaan yang layak dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Apabila seseorang yang telah mempunyai pekerjaan secara otomatis akan berubah status sosialnya, dengan adanya perubahan tersebut seseorang akan menerima konsekuensi baru lagi dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang memasuki dunia kerja dianggap memasuki dunia baru dan membutuhkan pennyesuaian baru pula. Seseorang tidak akan sukses dalam bekerja tanpa mengetahui seluk beluk pekerjaan itu sendiri. Persiapan– persiapan khusus dibutuhkan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Satu persiapan pokok yang sangat menentukan adalah mempersiapkan kesesuaian antara diri pribadi dengan pekerjaan maupun dengan lingkungan pekerjaan yang dihadapi. Kesesuaian antara diri dengan pekerjaan sangat tergantung pada banyak faktor antara lain : kapasitas pribadi, pilihan karier, pemahaman terhadap dunia kerja maupun harapan-harapan pribadi terhadap pekerjaan. Terjadinya kesesuaian antara diri pribadi dengan
dunia kerja akan memberikan kesejahteraan hidup, sebaliknya jika tidak terjadi kesesuaian akan mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan. Contoh hasil observasi dan wawancara pada tanggal 6 april 2006 dengan salah satu sarjana yang sudah satu tahun menganggur. Sehari-harinya selalu dihabiskan dengan nongkrong dengan anak-anak SMU di lingkungan tempat tinggalnya yang sering mabuk-mabukan dan tidak jarang juga mencuri, karena sudah putus asa mencari pekerjaan. Gejala fisik yang tampak adalah pendiam walaupun di tengah keramaian, gelisah, kurang konsentrasi. Selain itu, orang tuanya pun sudah tidak mau memikirkannya lagi karena orang tuanya pun sudah kehabisan dana untuk menyekolahkan anaknya itu. Contoh diatas menunjukkan bahwa sarjana tersebut bukannya tidak mau mencari pekerjaan, tetapi lebih karena putus asa yang berkepanjangan dan akhirnya mengalami stres yang semakin hari semakin tinggi tingkat stresnya yang berakibat pada terjerumus dalam tindakan kriminal. Kasali (Kedaulatan Rakyat, 2004) berpendapat bahwa lulusan perguruan tinggi yang notabene pencari kerja ini masih banyak yang kurang percaya diri karena kurang memiliki wawasan yang luas, kurang tekun, kurang memilki keberanian sebelum mencoba. Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (Nakertrans, 2003). Data ini menunjukkan bahwa kualitas dari lulusan perguruan tinggi belum mampu bersaing di dunia kerja.
Permasalahan lain akan timbul ketika individu belum mendapatkan pekerjaan. Hal inilah yang dirasakan pada para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan, apalagi dalam jangka waktu yang sudah lama dari masa lulus kuliah. Banyak sekali kenyataan seperti ini yang harus dihadapi oleh para sarjana ini, dan tidak jarang para sarjana ini merasa putus asa, dan tidak berguna karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga dan lingkungannya. Sarjana yang
telah
lulus
harus
bisa
memberikan
hasil
kepada
keluarga
dan
lingkungannya apa yang telah didapatkannya selama kuliah, harapan dari lingkungan akan bertentangan dengan kenyataannya ketika sarjana tersebut belum mendapatkan pekerjaan. Selain dari tuntutan-tuntutan dari keluarga yang mengharapkan agar bisa membantu perekonomian keluarga terutama di saat yang sulit ini, tuntutan dari lingkungan juga yang mengharapkan sarjana tersebut berharga di lingkungannya untuk kemajuan lingkungan sosialnya, ada juga tuntutan lain yang harus dipenuhi yaitu tuntutan dari perguruan tinggi tempat sarjana tersebut menimba ilmunya. Tuntutan dari dalam diri sarjana untuk menjadi seorang yang berharga di keluarga dan lingkungan sosialnya juga mengakibatkan pada keadaan yang menyebabkan stres. Semakin banyaknya tuntutan dan semakin sering tuntutan tersebut muncul maka akan semakin tinggi pula tingkat stres pada sarjana tersebut. Hans Selye (1974) mengatakan bahwa stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap suatu tuntutan yang dihadapi. Stres bukan ketegangan saraf, melainkan ketegangan tubuh. Stres juga menerangkan efek-efek dari reaksi tubuh terhadap tekanan.
Pentingnya
penelitian
ini
dilakukan
sebagai
langkah
awal
untuk
mengetahui dan memahami penyebab stres pada pengangguran sarjana. Penelitian ini dilakukan untuk menggali dan memahami stres yang dialami, faktor–faktor penyebab stress pada pengangguran sarjana serta memahami berbagai cara mengelola kondisi stres. A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami stres yang dialami, faktor – faktor penyebab stres pada pengangguran sarjana serta memahami berbagai cara mengelola kondisi stres. B. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis penelitian ini adalah memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu psikologi khususnya ilmu psikologi klinis, sedangkan manfaat teoritis bagi peneliti adalah lebih mengerti dan memahami manusia dan teori-teori yang relevan dengan kehidupan sosial manusia. Manfaat praktis penelitian ini adalah hasil penelitian diharapkan dapat dipakai para pengangguran sarjana untuk meminimalkan kondisi stres dan memberitahukan informasi tentang dampak- dampak dan cara mengatasi stres dalam waktu tertentu agar dapat bermanfaat di lingkungannya C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang stres sebagai salah satu variabel telah banyak dilakukan sepanjang pengetahuan peneliti. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Randy Kasman dan P.Tommy.Y.S.Suyasa (2004) yang meneliti tentang stres, perilaku merokok dan tipe kepribadian. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa S1 Universitas Tarumanegara (dengan jumlah sks yang diambil
berkisar antara 2 sampai 24 sks). Dengan jenis kelamin, subjek laki-laki 88 orang dan perempuan 10 orang, sedangkan metode penelitiannya adalah metode kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada subjek penelitian yaitu pada sarjana pengangguran yang sudah menganggur antara satu tahun sampai belum mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian yang dipakai peneliti adalah stres pada pengangguran sarjana, sedangkan metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Taufik (2004) yang meneliti tentang Desensitisasi terhadap kekerasan dan toleransi stres pada guru di Nanggroe Aceh Darussalaam. Subjek penelitiannya adalah para guru di NAD yang mengikuti program pelatihan konseling trauma, sedangkan metode penelitiannya adalah metode kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada subjek penelitian yaitu pada sarjana pengangguran yang sudah menganggur antara satu tahun sampai belum mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian yang dipakai peneliti adalah stres pada pengangguran sarjana, sedangkan metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian yang lain yang menggunakan stres sebagai salah satu variabelnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Tiatri (1996) yang meneliti tentang korelasi antara stres, dukungan personal, dukungan sosial, dengan kesehatan mental wanita kerja yang berkeluarga. Subjek penelitiannya adalah wanita yang bekerja di bagian kepegawaian atau pendidikan dan pelatihan di PT.Pos dan Giro Bandung, berada pada masa dewasa awal (18-40 tahun), telah menikah selama 0-10 tahun, suami bekerja, mempunyai paling sedikit 1 anak, serta berpendidikan terakhir minimal SLTP, sedangkan metode penelitiannya
adalah metode penelitian kuantitatif. Perbedaan dengan peneliti adalah pada subjek penelitian yaitu pada sarjana pengangguran yang sudah menganggur antara satu tahun sampai belum mendapatkan pekerjaan, variabel penelitian yang dipakai peneliti adalah stres pada pengangguran sarjana, sedangkan metode penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif. METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Subyek
dalam
penelitian
ini
adalah
para
sarjana
yang
belum
mendapatkan pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Karakteristik usia subjek adalah antara 24- 26 tahun, karena pada usia ini adalah rata-rata usia kelulusan para sarjana. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut
Lofland
dan Lofland (Moleong, 2002) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang sumber data utamanya adalah berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Desain penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan
menggunakan
perspektif
fenomenologis.
Tema
data
kualitatif
dideskripsikan dengan detail dan mendalam, secara langsung mencoba menangkap perspektif dan pengalaman seseorang (Patton, 1994). Studi dengan perspektif fenomenologis berfokus pada deskripsi apa yang dialami seseorang dan bagaimana mereka mengalami pengalaman mereka (Patton, 1994). Menurut Bogdan
dan
Biklen
(Asmadi
Alsa,
2004)
peneliti
dengan
pendekatan
fenomenologis berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu. Penelitian ini juga menggunakan informan untuk akurasi data yang diperoleh. Informan adalah orang yang dekat dengan subyek penelitian, sehingga dapat memberikan informasi atau gambaran tentang keadaan subyek secara keseluruhan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample, karena teknik tersebut dapat mengoptimalkan kualitas data yang diperoleh. Dengan demikian, sampel tidak mewakili dalam hal jumlah responden (kuantitas), namun kualitas atau ciri-ciri responden yang ingin diwakili (Utarini, 2000). Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara secara mendalam (in-depth interview) dan observasi. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002). Informasi yang ditanyakan dalam wawancara telah mencakup: a. Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana tersebut b. Penilaian/ sikap pengangguran sarjana terhadap masalah c. Tindakan-tindakan yang dilakukan para pengangguran sarjana untuk mengatasi permasalahan.
2. Observasi Penelitian psikologis, baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya. Menurut Patton (Poerwandari, 1998) observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian kualitatif. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 1998). Alat pencatatan observasi yang digunakan adalah chek list yaitu sebuah daftar pengecek yang berisi nama-nama subjek dan beberapa identitas lainnya yang hendak diselidiki, dengan memberikan tanda check ( v ) secara tepat dan objektif tentang ada atau tidak adanya suatu ciri-ciri (faktor) tertentu. Perilaku yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi : a. Perilaku yang berhubungan dengan interaksi sosial b. Perilaku yang berhubungan dengan gejala/indikator stres c. Perilaku yang berhubungan dengan cara memperoleh pekerjaan
Hasil Penelitian A.
Wawancara
1.
Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subyek penelitian disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan
umur, jenis kelamin, fakultas / jurusan, dan tahun kelulusan.
Tabel 1 Deskripsi Subjek Wawancara dan observasi Subjek Umur Jenis Fakultas/Jurusan (Tahun) Kelamin DN 25 Laki-laki Tehnik Industri /
Tahun Kelulusan 2005
Teknik Mesin YY
25
Tabel 2 Deskripsi Informan Subjek Umur (Tahun) NL 22 UL
19
Laki-laki
FTSP / Arsitek
2005
Jenis Kelamin Perempuan
Status
Pekerjaan
Adik Kandung
Mahasiswa
Perempuan
Pacar (teman dekat)
Mahasiswa
2. Hasil Wawancara dengan Subyek dan Informan Penelitian Proses pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisikan hal-hal yang harus ditanyakan dalam wawancara, meliputi : a. Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana tersebut b. Perubahan-perubahan perilaku selama menganggur c. Penilaian/ sikap pengangguran sarjana terhadap masalah d. Tindakan-tindakan yang dilakukan para pengangguran sarjana untuk mengatasi permasalahan.
Hasil wawancara diperolah berdasarkan temuan di lapangan yang telah dianalisis. Proses analisis dilakukan dengan mendengarkan rekaman lalu membuat transkip verbatim dan melakukan pengkodean (koding). Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 1998). Selanjutnya peneliti membuat penomoran pada baris-baris dalam transkip kemudian memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode tersebut mempunyai arti berdasarkan topik penelitian yang diterapkan pada sekelompok kata atau paragraf dari transkip B. Hasil Observasi Metode pengumpulan data yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi jenis pemeran serta sebagai pengamat. Sedangkan alat pencatatan observasi yang digunakan adalah chek list yaitu sebuah daftar pengecek yang berisi nama-nama subjek dan beberapa identitas lainnya yang hendak diselidiki, dengan memberikan tanda check (v ) secara tepat dan objektif tentang ada atau tidak adanya suatu ciri-ciri (faktor) tertentu. Perilaku pengangguran sarjana yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi: a. Perilaku yang berhubungan dengan interaksi sosial b. Gejala / indikator stres c. Perilaku yang berhubungan dengan pencarian kerja
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan pengamatan (observasi). Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi data merupakan kegiatan yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan (Patton, 1980). Dalam penelitian ini, cara untuk membuat reduksi data adalah dengan melakukan koding (Utarini, 2000). Setelah analisis data selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain dengan cara menyajikan data. Sajian data hasil penelitian merupakan suatu cara untuk mendeskripsikan data dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan (Patton, 1980). PEMBAHASAN Pengangguran sarjana dirasakan berat daripada pengangguran SMU. Hal ini disebabkan karena beban dan tanggung jawab yang ditanggung oleh pengangguran sarjana lebih berat dan lebih banyak. Beban tersebut didasarkan karena biaya yang dikeluarkan untuk kuliah lebih banyak daripada SMU dan tidak semua orang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Dari banyaknya biaya yang dikeluarkan, maka sarjana diharapkan juga untuk bisa bermanfaat di lingkungannya.
Stres yang dialami subyek karena menganggur dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Menurut Hardjana (1994) membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, dan llingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak. Selain itu juga dipengaruhi oleh tanggung jawab untuk mendapatkan pekerjaan. Faktor ekternal yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam hal ini adalah interaksi pengangguran sarjana dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman. Pada awal menjalani masa menganggur, subyek mengalami banyak perubahan, baik perubahan negatif maupun positif. Di mulai dari adanya perubahan kegiatan, yang biasanya ada kegiatan kuliah tapi sekarang tidak ada kegiatan bermanfaat. Kemudian ada subyek yang pernah terjebak ke minumminuman keras dan narkoba, karena menganggap minum-minuman keras dan narkoba dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Selain perubahan negatif, ada juga perubahan positif yang dirasakan. Seperti, aktif di lingkungan sekitar dan melakukan hobi. Hans Selye (Mahsun,2004) menyatakan respon atas stres dapat berupa reaksi kimiawi dalam tubuh, meningkatnya hormon adrenalin, munculnya ketegangan dan kecemasan. Ketika subyek melakukan hal-hal positif atau negatif, tujuannya adalah untuk berusaha mengatasi stres yang mereka alami. Ketika melakukan hal-hal yang positif, subyek merasa tenang dan nyaman, berusaha untuk menerima keadaan menganggur ini dan juga subyek mengharapkan stres yang dialami dapat diatasi, sedangkan ketika subyek melakukan hal-hal yang negatif, misalnya; mabuk-mabukan, subyek merasa
tenang tetapi tidak dalam jangka waktu yang lama, karena apa yang dilakukan subyek tidak sesuai dengan keinginan subyek sendiri dan akhirnya bertambah beban yang ditanggung. Perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada subyek diharapkan dapat menjadi perubahan yang positif, karena subyek adalah seorang sarjana yang notabene mempunyai tingkat intelektual yang lebih tinggi. Tetapi hasil dari subyek penelitian ini berbeda dengan kenyataannya. Hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal yang ada di sekeliling sarjana yang menganggur. Seiring berjalannya waktu, subyek dapat menyadari dan menerima keadaannya sebagai pengangguran dan harus dihadapi. Mereka tidak akan mungkin terlepas dari permasalahan tersebut kalau tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Para pengangguran sarjana juga bersikap optimis dalam menjalani keadaannya. Selain bersikap optimis, para pengangguran sarjana juga berusaha mencari informasi, motivasi, dan keyakinan bahwa dapat melalui keadaan menganggur ini dengan baik. Mencari Dukungan
dukungan
social
yang
sosial dicari
juga
dilakukan
pengangguran
pengangguran
sarjana
berupa
sarjana. dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Dukungan instrumental yang didapat oleh pengangguran sarjana meliputi nasehat maupun informasi dari orang-orang disekitarnya. Sedangkan dukungan emosional yang didapatkan pengangguran sarjana berupa dukungan moral, simpati dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapinya. Dukungan sosial yang saat ini sangat dibutuhkan oleh pengangguran sarjana adalah dukungan instrumental.
Dukungan sosial bisa didapatkan dari pasangan, orang tua, anak, sanak, keluarga, teman, dan sebagainya (keliat, 1998). Selanjutnya Sarafino (1998) menambahkan bahwa dukungan sosial dapat bermanfaat positif bagi kesehatan bila kita merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan yang layak dan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Dukungan sosial yang diperoleh pengangguran sarjana selama menganggur berupa dukungan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya. Seiring
bertambahnya
pengalaman
pengangguran
sarjana
dalam
menghadapi keadaan menganggur ini, membuat pengangguran sarjana lebih memahami dan mengerti tentang kondisi dan apa yang terjadi pada mereka. Pada periode ini subyek lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan dan cara yang lebih baik lagi. Pada masa ini juga subyek meminta bantuan dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, lebih banyak pasrah dan bersabar dengan kondisi yang menganggur, terus berusaha dan berdoa. Mereka yakin bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik padanya. Mereka hanya bisa berusaha, tetapi yang menentukan atas kondisi mereka adalah Tuhan yang memiliki dan berkuasa atas manusia. Subyek juga mengambil hikmah dan manfaat
dari
keadaan
menganggur
ini.
Hikmah
yang
dapat
diambil
pengangguran sarjana meliputi bertambahnya pengalaman dan pengetahuan, lebih tawakal. Tetapi tidak semua pengangguran sarjana mendekatkan diri kepada sang pencipta selama menganggur, bahkan subyek 2 menyatakan bahwa dia malah berkurang menjalankan ibadahnya. Ini terjadi karena subyek 2 sempat terjebak ke dalam minum-minuman keras dan narkoba, sehingga melalaikan ibadahnya. Tetapi subyek 2 juga menyatakan bahwa dia akan beribadah lebih
baik lagi, karena sebelum menganggur subyek 2 termasuk orang yang rajin beribadah. Menurut informan dari kedua subyek juga menyatakan hal yang sama dengan perubahan sikap dan perilaku yang terjadi. Data yang didapat dari informan juga mendukung data yang didapat dari subyek penelitian. Penjelasan mengenai keadaan stres pengangguran sarjana karena menganggur dapat digambarkan pada bagan di bawah ini : Bagan : Stres pada pengangguran sarjana
Stressor: Menganggur
Faktor Eksternal : ? Interaksi dengan keluarga ? Interaksi dengan teman yang sudah bekerja ? Interaksi dengan tetangga Faktor Internal : ? Tuntutan dari diri sendiri ? Tanggung jawab
Positif
Negatif
? ? ? ?
? ? ? ?
Melakukan hobi Aktif di lingkungan Rajin Beribadah Mencari dukungan sosial
PERUBAHAN
Mabuk-mabukan Pendiam Menyendiri Menghindar dari lingkungan
KESIMPULAN Permasalahan yang dihadapi para pengangguran sarjana adalah sulitnya mencari pekerjaan, tanggung jawab yang dibebankan kepada subyek dan tekanan-tekanan dari lingkungan. Kedua subyek menyatakan bahwa masalah yang paling berat adalah sulitnya mencari kerja. Pengangguran sarjana dirasakan berat daripada pengangguran SMU. Hal ini disebabkan karena beban dan tanggung jawab yang ditanggung oleh pengangguran sarjana lebih berat dan lebih banyak. Beban tersebut didasarkan karena biaya yang dikeluarkan untuk kuliah lebih banyak daripada SMU dan tidak semua orang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Dari banyaknya biaya yang dikeluarkan, maka sarjana diharapkan juga untuk bisa bermanfaat di lingkungannya. Berdasarkan temuan di lapangan, stres yang diakibatkan karena menganggur dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah tekanan dan tanggapan negatif dari banyak pihak. Selain itu juga dipengaruhi oleh tanggung jawab untuk mendapatkan pekerjaan. Faktor ekternal yang mempengaruhi stres pada pengangguran sarjana adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan dalam hal ini adalah interaksi pengangguran sarjana dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman. Perilaku positif atau negatif yang muncul pada saat menganggur, digunakan subyek untuk mengatasi permasalahan menganggur. Akan tetapi, perilaku yang positif akan lebih membawa dampak positif juga terhadap subyek,
dan perilaku yang negatif akan menambah lagi beban yang ditanggung subyek karena menganggur dan menyebabkan semakin tinggi tingkat stres yang dialami. Seiring berjalannya waktu, subyek dapat menerima keadaannya sebagai pengangguran. Tetapi masih ada penerimaan yang kurang baik dari orang tua maupun lingkungan yang bisa menambah beban subyek sebagai pengangguran. Untuk mengatasinya subyek memberi pengertian kepada lingkungan tentang sulitnya mencari pekerjaan dan mencari dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Semakin lama menjadi pengangguran akan meningkatkan pemahaman subyek tentang keadaannya yang menganggur. Pada periode ini subyek lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan dan cara yang lebih baik lagi. Pada masa ini juga subyek lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, lebih banyak pasrah dan bersabar dengan kondisi yang menganggur, terus berusaha dan berdoa. Subyek juga mengambil hikmah dan manfaat dari keadaan menganggur ini. Menurut informan dari kedua subyek juga menyatakan hal yang sama dengan perubahan sikap dan perilaku yang terjadi. Data yang didapat dari informan juga mendukung data yang didapat dari kedua subyek penelitian. A. Saran-saran 1. Bagi pengangguran sarjana Pengangguran sarjana hendaknya dapat mengatasi atau meminimalkan kondisi stress dengan cara melakukan hal-hal yang positif seperti berperan aktif di lingkungan. Karena harapan keluarga dan lingkungan, sarjana bisa bermanfaat di lingkungannya.
2. Bagi keluarga dan lingkungan Bagi keluarga dan lingkungan diharapkan dapat mengerti tentang keadaan menganggur yang dialami pengangguran sarjana. Keluarga dan lingkungan juga diharapkan dapat memberi dukungan emosional dan memberi tanggapan positif tentang keadaan menganggur yang dialami pengangguran sarjana, misalnya dengan ikut terlibat dalam mencari pekerjaan. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengungkap lebih dalam lagi faktor-faktor yang mempengaruhi stres karena menganggur dan mengungkap faktor apa saja yang dominant pengaruhnya. Seperti faktor kepribadian, faktor usia, jenis kelamin dan lain-lain. Selain itu juga bisa mengambil subyek penelitian selain sarjana.
DAFTAR PUSTAKA --------. 1982. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : DEPNAKERTRANS. --------. 1996. Situasi Tenaga Kerja & Kesempatan Kerja di Indonesia. Jakarta : DEPNAKER. Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset. Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Banjarmasin Pos. 1996. Indonesia. http://bjm.mega.net.id/bpost/harini/opini/artikel1.htm. Crider, A. B. 1983. 50 Cara Mencegah dan Menghadapi Stres. Psychologhy. Yogyakarta : Prestasi Pustaka. Fabella, Armand.T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Jakarta : Offset. Harjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distress: Seni Mengelola Stres. Yogyakarta : Kanisius. Karman, R., Suyasa, P. T. Y. S. 2004. Stres, Perilakuk Merokok dan Tipe Kepribadian. Phronesis, 6, 19-39. Kedaulatan Rakyat. 2004. Ketenagakerjaan. Eksbis. 23 September 2004. Kompas. 2004. 20 Persen Lulusan PT Bekerja di Sektor Informal . 1 April 2004. Mahsun. 2004. Bersahabat Dengan Stress. Yogyakarta : Prisma Media. Manning, C., Bakir, Z. 1983. Partisipasi Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja & Pengangguran di Indonesia. Yogyakarta : Pusat Penelitian & Studi Kependudukan UGM. Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Pikiran Rakyat. 2000. Penganggur, Bermasalah Sejak Definisi. 15 Januari 2000. Quade, W. M., Aikman, A. 1991. Stress. Jakarta : Erlangga. Sarafino, E. P.1994. Health Psychologhy: Biopsychosocial Intractions : Canada. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.
Nama
: Prasojo Putrama
Alamat
: Candi Dukuh 03/03, Sardonoharjo, Ngaglik Sleman.
No.Telp
: 081392002211