NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI DAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. ARMADA FINANCE MAGELANG
Oleh : Fitria Nur Indah kurniawati 04320163 Yulianti Dwi Astuti, S.Psi, M.Soc. Sc
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI DAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. ARMADA FINANCE MAGELANG
Fitria Nur Indah Kurniawati Yulianti Dwi Astuti, S.Psi, M.Sos. Sc
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara Prokrastinasi dan Stres Kerja Pada Karyawan PT. Armada Finance Magelang. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara Prokrastinasi dan Stres Kerja pada Karyawan PT. Armada Finance Magelang. ). Semakin tinggi stres kerja semakin tinggi prokrastinasi, Sebaliknya semakin rendah stres kerja semakin rendah prokrastinasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan staff kantor PT. Armada Finance Magelang, dalam penelitian ini menggunakan tehnik random sampling. Skala yang digunakan adalah skala prokrastinasi yang dibuat sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Ferrari dan skala stres kerja yang dibuat sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Terry Beers Newman. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows Version 15.0. Dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,634 dengan ? = 0,000 (? < 0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi dengan stres kerja, sehingga hipotesis diterima. Kata kunci : Prokrastinasi, Stres Kerja
PENGANTAR Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia menjadi suatu hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh dan merata. Tantangan global dalam persaingan antar negara yang semakin nyata dan agenda pembangunan menuntut Sumber Daya Manusia yang mempunyai kualitas tinggi. Tidak hanya mampu bersaing dalam lingkungan nasional tetapi juga dalam lingkungan internasional. Stres kerja kerap kali menjangkiti banyak pihak di tempat kerja. Dari sejumlah penjelasan para ahli, stress kerja ini biasa menimbulkan dampak baik, tetapi juga dapat berdampak buruk bagi yang bersangkutan dan bagi perusahaan atau organisasi. Orang yang terkena stress kerja dengan catatan tidak dapat menanggulanginya cenderung menjadi tidak produktif, tidak tertantang untuk menunjukkan kehebatannya, secara tidak sadar malah menunjukkan kebodohan, malas-malasan, tidak efektif, dan tidak manajemen, tentu saja ini akan merugikan perusahaan atau organisasi.( e_psikologi,www.google.com, download 25 maret 2008). Selye (Rice, 1999 dalam Nasution, 2007) menggolongkan stres menjadi 2 golongan, penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya yaitu :
1. Distress (Stres Negatif) Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya. 2. Eustress (Stres Positif) Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hanson (Rice,1992) mengemukan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni. Menurut Rini, 2002 stres kerja adalah suatu keadaan atau kondisi ketegangan baik secara fisik maupun psikologis yang mempengaruhi emosi, intelektual dan interpersonal individu dalam pekerjaannya. Stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah dan kerja sel darah putih (fighting disease cell ). Schuller (Rini,2002) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut penelitian ini, stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendensi mengalami kecelakaan kerja. Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan
yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice,1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya. Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah: 1.
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
2.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993) Cooper dan Straw (1995) mengemukakan ada beberapa gejala pada stres kerja yaitu ; kepuasan kerja rendah, kinerja menurun, hilangnya semangat dan energi dalam bekerja, komunikasi kerja tidak lancar, pengambilan keputusan tidak optimal, serta mengalami kejenuhan karena berputar pada tugas yang tidak produktif. Portalinfaq Sulsel mengungkapkan Fenomena stres kerja di PT. Telkom Makassar, menemukan karyawan yang mengalami stres kerja yang disebabkan oleh peristiwa hidup, stressor lingkungan, ambisi, kenikmatan dengan stress, ketiadaan dukungan sosial, makna hidup, kepercayaan dan sikap, serta tipe kepribadian Sebuah survei atas pekerja Amerika Serikat menemukan bahwa 46% merasakan pekerjaan mereka sebagai penuh dengan stres dan 34 % berpikir serius untuk keluar dari pekerjaan mereka 12 bulan sebelumnya karena stres di tempat kerja. (Schellhardt : 1996, dalam Sasono, 2004)
Suatu sampel dari 600 pekerja Amerika Serikat, baru-baru ini menunjukkan bahwa 46 % mengatakan bahwa pekerjaan mereka sangat penuh dengan stres dan 34 % melaporkan bahwa stres itu begitu buruk sehingga mereka berpikir untuk berhenti. Fakta-fakta tersebut memperlihatkan bahwa stres kerja merupakan masalah serius dalam organisasi.
Di Asia, semakin banyak manager memperlihatkan tanda-tanda kelelahan dan kehabisan tenaga yang kronis, dan terus bertambah keprihatinan di kalangan eksekutif senior di Asia bahwa manager yang kehabisan tenaga dapat berarti kehancuran perusahaan. (Abdoolcarim: 1995, dalam Sasono, 2004)
Faktor penyebab atau sumber munculnya stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti,2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan, sedangkan faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stress.
Prokrastinasi adalah salah satu faktor personal yang penting, karena jika seseorang atau karyawan melakukan prokrastinasi atau penundaan dalam pekerjaannya, maka akan timbul gangguan atau masalah dalam pekerjaan yang ditunda tersebut akan terus menumpuk sehingga semakin terbebani dengan pekerjaan tersebut dan semakin dikejar batas waktu penyelesaian pekerjaan dan target yang harus dipenuhi, hal itu akan menyebabkan karyawan mengalami stres kerja. Karyawan atau individu akan merasa terbebani dengan pekerjaan yang menumpuk dan dikejar batas waktu pekerjaan yang harus terselesaikan dan target terpenuhi, padahal pekerjaan tersebut tertunda, kemudian hal itu akan menyebabkan karyawan mengalami stres kerja. Solomon & Rothblum, 1984 Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kinerja secara menyeluruh untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan
(http://all.successcenteroostate.edu/references/procrastinator_APA_paper.htm, www.google.com ) Dalam dunia kerja pada saat ini, karyawan dituntut untuk selalu siap dalam melaksanakan tugas dalam pekerjaan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah diberikan oleh organisasi atau perusahaan.. Karena hal ini pula, istilah prokrastinasi akan menjadi suatu perilaku yang negatif (Ferrari, 1998). Hal ini disebabkan karena karyawan atau individu melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugasnya, mengalami kesulitan dalam pekerjaannya, kemudian melakukan kegiatan yang lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Tetapi prokrastinasi juga akan dapat berdampak positif kepada karyawan apabila karyawan tersebut menjadikan kesulitan tersebut sebagai cambukan atau motivasi agar ia dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Ketepatan waktu menjadi hal yang sangat penting, sehingga prokrastinasi dapat dianggap sebagai suatu masalah. Tugas–tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang akan datang. Sedangkan fenomena prokrastinasi di PT. Armada Finance dari informasi yang diperoleh dari bagian HRD, karyawan PT. Armada Finance mengaku melakukan prokrastinasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karyawan menganggap kalau dia tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya kemudian karyawan tersebut mengerjakan aktifitas lain yang lebih menyenangkan seperti membaca koran atau berjalan-jalan, mengobrol dengan teman di bagian yang lain, kemudian ketika karyawan mengalami sakit. Besarnya persentase dari fenomena ini perusahaan belum mengukur, perusahaan hanya melihat atau mengawasi kebiasaan karyawan pada saat bekerja. karyawan yang melakukan prokrastinasi pada saat karyawan tersebut sedang mengalami kejenuhan pada rutinitas kerja yang sama. Kemudian fenomena stres kerja pada karyawan PT. Armada Finance Magelang menurut informasi dari sekretaris HRD dan beberapa karyawan mengaku pernah mengalami stres kerja yaitu ketika karyawan dihadapkan pada beban kerja yang dirasa berlebih kemudian karyawan merasa dia tidak mampu untuk menyelesaikannya, bosan pada rutinitas kerjanya, kemudian karyawan mengalami gejala stres kerja seperti terburu buru dalam menyelesaikan pekerjaannya, merasa cemas karena takut dengan atasan yang tidak puas dengan hasil kerjanya, ingin cepat selesai mengerjakan tugas, kemudian karyawan mengalami stres kerja ketika pekerjaannya tidak selesai pada waktunya, kemudian .karena iklim kerja yang tidak nyaman, kebijakan yang sering berubah. Berdasarkan penelitian awal Dr. Piers Steel dari Universitas Calgary Canada,(1978) www.google.com, sekitar 15% populasi mengalami prokrasinasi dalam banyak hal, dan sekitar 1% melakukan prokrastinasi kadang–kadang saja. Ditahun 2002, ada yang mengalami gejala prokrastinasi jumlahnya meningkat hingga 60% dari populasi dan sisanya sekitar 6% yang melakukan prokrastinasi kadang-kadang saja. Diluar peningkatan ini, catatan historis menunjukkan bahwa gejala prokrastinasi relatif konstan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat mengakibatkan adanya stress kerja karena dengan penundaan atau prokrastinasi dalam berbagai bidang akan menghambat suatu kegiatan atau pekerjaan apapun, sehingga dapat berakibat buruk karena pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik dan maksimal, yang hal itu akan berdampak pada hasil kerjanya. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan oleh peneliti adalah karyawan Staff Kantor PT. Armada Finance Magelang. Sampel dalam penelitian ini adalah Karyawan PT. Armada Finance Magelang. Pemilihan sampelnya telah ditentukan oleh perusahaan, jumlah subjek yang dapat digunakan untuk penelitian ini, yaitu sebanyak 74 karyawan. Subjek sebanyak 30 karyawan digunakan untuk uji coba alat ukur, kemudian 44 karyawan digunakan untuk penelitian B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu skala prokrastinasi dan skala stres kerja yang disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan skala model Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut Azwar (2005), Skala model Likert adalah skala sikap yang disusun untuk mengungkapkan sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju-tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Skala sikap ini berisi pernyataan-pernyataan sikap, yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap. Pernyataan sikap terdiri atas dua macam, yaitu pertanyaan yang favorable (yang mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap) a.
Skala Prokrastinasi pada karyawan. Skala ini mengacu teori prokrastinasi dari Ferrari dkk, (1995) (dalam Gufron,
2003), dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat prokrastinasi pada seseorang, dengan melihat frekuensi mereka dalam melakukan penundaan pada tugas tugas di kantor atau perusahaan atau suatu organisasi. Skala ini ditinjau hanya dari satu aspek saja, yaitu aspek penundaan, sesuai dengan pengertian prokrastinasi dalam penelitian ini yang telah dibatasi sebelumnya. Skala tersebut disusun berdasarkan indikator indikator tertentu yang terdapat pada seorang prokrastinator seperti yang ada pada landasan teori, yaitu; (1) adanya penundaan dalam memulai menyelesaikan kinerja dalam menghadapi tugas, (2) adanya kelambanan dalam mengerjakan tugas, (3) adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual
dalam mengerjakan tugas, (4) adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih mendatangkan hiburan dan kesenangan. b. Skala Stres Kerja Skala ini digunakan untuk mengukur tingkat stres kerja. Aspek-aspek yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan skala stres kerja mengacu pada gejala stres kerja yang dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yang dikemukakan oleh Terry Beehr dan John Newman (1978) ( Rini, 2002)
yaitu yaitu : Aspek psikologis antara lain:
kecemasan, ketegangan, kecemasan, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri. Gejala fisik antara lain: meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migraine, kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur). Gejala perilaku antara lain: menunda ataupun
menghindari
pekerjaan/tugas,
penurunan
prestasi
dan
produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan), kehilangan
nafsu
makan
dan
penurunan
drastis
berat
badan,
meningkatnya
kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan bunuh diri.
C. Metode Analisis Data Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis terdapat hubungan antara prokrastinasi dan stres kerja pada karyawan adalah dengan menggunakan analisis korelasi product moment dari Pearson. Perhitungan uji korelasi dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Program For Social Science) for Windows Version 15
HASIL PENELITIAN 1.
Hasil Uji Asumsi a.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Jenis uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas (?) > 0,05 maka sebaran data tersebut normal. Dan sebaliknya jika ? < 0,05 maka sebaran data tersebut tidak normal. Analisis data skala prokrastinasi nilai K-SZ sebesar 0,479 dengan ? =0,976 (? > 0,05). Maka sebaran tersebut normal. Sedangkan hasil uji normalitas skala stres kerja nilai K-SZ sebesar 0,950 dengan ? = 0,328 (? 0,05) maka sebaran data tersebut normal. Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Stres Kerja PT. Armada Prokrastinasi ? Keterangan Finance Nilai Z Nilai ? Nilai Z Nilai ? 0,479 a.
0,976
0,950
0,328
> 0.05
Normal
Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel prokrastinasi dengan variabel stres kerja memiliki hubungan yang linear. Teknik yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan teknik test for linearity dengan bantuan program SPSS for Windows Version 15.0.
Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila ? < 0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila ? > 0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan F = 30,782 dengan ? = 0,000. Karena ? < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah linier. 1.
Uji Hipotesis
Metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel Prokrastinasi dengan variabel Stres Kerja adalah analisis korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows Version 15.0. Dengan menggunakan analisis korelasi product moment dari Pearson, didapat bahwa nilai korelasi antara variable prokrastinasi dan variabel stres kerja adalah rxy =0,634 dan ? = 0,000 (? < 0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi dan stres kerja pada karyawan PT. Armada Finance Magelang sehingga hipotesis diterima. Semakin tinggi prokrastinasi maka semakin tinggi pula stress kerja. Sebaliknya, semakin rendah prokrastinasi maka semakin rendah pula stres kerja.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis terdapat hubungan antara prokrastinasi dan stres kerja pada karyawan PT. Armada Finance Magelang dapat diterima. Hal ini ditunjukkan dengan analisis korelasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,634 dengan ? = 0,000 (? < 0,01). Artinya, bahwa semakin tinggi prokrastinasi maka semakin tinggi pula stress kerja pada karyawan. Sebaliknya, semakin rendah prokrastinasi maka semakin rendah pula stress kerja pada karyawan. Hipotesis diatas yang menyatakan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi dan stres kerja, sesuai dengan teori Terry Beehr dan John Newman (1978) ( Rini, 2002) yang menyatakan prokrastinasi merupakan salah satu indikator gejala perilaku yang diperlihatkan seseorang dalam aspek stres kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry Beehr dan John Newman (1978) ( Rini, 2002) yang menyatakan prokrastinasi dapat menimbulkan stres kerja pada seseorang karena ketika seseorang melakukan suatu penundaan dalam menyelesaikan tugasnya, tidak melaksanakan pekerjaannya, atau melakukan prokrastinasi akan membuat individu menjadi merasa terbeban dengan tugas-tugasnya. Karena terbengkalainya semua pekerjaan, seseorang akan mengalami tekanan emosional yang dapat menyebabkan stres kerja. Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu mengalami stres kerja. Menurut Rice, Penulis buku Stress and Health. (Rini. 2002,
www.e_psikologi.com). Stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stress seorang karyawan. Hasil tersebut diatas juga sesuai dengan hasil pengkategorian subjek dari penelitian ini. Dengan menggunakan mean hipotetik, skala prokrastinasi di PT. Armada Finance Magelang berada dalam kategori sangat rendah sampai sedang. Dari 44 orang di PT. Armada Finance Magelang, 75 % berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 33 orang. Sama dengan prokrastinasi pengkategorian untuk skala stres kerja dalam kategori sangat rendah sampai sedang, dan frekuensi terbanyak masing-masing berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 33 orang atau 75 % . Prokrastinasi berhubungan dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri, seorang prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab stress, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya. Prokrastinasi yang tinggi dapat dipengaruhi karena suatu kebiasaan atau perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada perilaku, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional kemudian orang tersebut tertekan oleh tugas yang tidak dapat diselesaikan. KESIMPULAN A.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, didapat hasil rxy = 0,634 dengan ? = 0,000 (? < 0,01). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi dan stress kerja pada karyawan PT. Armada Finance sehingga hipotesis diterima. Artinya, bahwa semakin tinggi prokrastinasi maka semakin tinggi pula stress kerja pada karyawan. Sebaliknya, semakin rendah prokrastinasi maka semakin rendah pula stress kerja pada karyawan. B. Saran 1. Subjek penelitian : Karyawan diharapkan dapat menjaga suasana hati dan suasana lingkungan kerja agar tetap kondusif dan nyaman untuk bekerja, menjaga komunikasi atau hubungan baik dengan atasan maupun teman kerja, kemudian karyawan diharapkan dapat lebih mengatur waktunya agar pekerjaannya dan aktifitas lain dapat berjalan seirama, karyawan diharapkan dapat menjalankan panggilan tanggung jawab itu jalankan / artikan sebagai sebuah peluang atau kesempatan belajar, 2. Perusahaan Diharapkan perusahaan meningkatkan koordinasi yang komunikatif antar staff supervisor masing-masing, menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan nyaman, Memberi kesempatan berpartisipasi dalam proses mengambil keputusan, Menerapkan jam kerja yang compatibel dengan tuntutan perubahan eksternal maupun tujuan yang ingin dicapai, Menetapkan manajemen kinerja: memberi reward kepada
yang berprestasi dan menegur yang melanggar serta menyemangati yang tertinggal. Jangan sampai kita bersikap acuh tak acuh pada yang berprestasi, acuh tak acuh pula pada yang melanggar dan acuh tak acuh pula pada yang tertinggal, Memberi ruang terjadinya proses keakraban sosial di antara para pekerja, misalnya makan bareng, mengunjungi yang sakit, mengadakan perlombaan, dan lain-lain, Menghargai kepentingan atau nilai-nilai yang dianut individu selama tidak bertentangan dengan akal sehat secara umum, misalnya memberikan hak istirahat bagi karyawan yang baru saja terkena musibah semacam kematian keluarga, Menjaga keputusan dan aksi (implementasi) agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut organisasi 3. Untuk peneliti selanjutnya : a.
Mengukur prokrastinasi dan stress kerja pada karyawan secara global tidak sebatas hubungan saja.
b.
Pada penelitian berikutnya, diharapkan kepada peneliti supaya pengambilan data dilakukan
tidak
hanya
menggunakan
teknik
quesioner,
namun
juga
wawancara.Hal tersebut dengan maksud agar data yang diambil semakin lengkap dan terperinci. c.
Administrasi perizinan harus dipersiapkan jauh-jauh hari, karena berhubungan dengan suatu instansi biasanya memakan waktu yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA Nasution. I. K. 2007. Stres pada Remaja. USU repository 2008. www.google.com (download 19 april 2008) Rini, J. F. 2002. www.e _psikologi.com. stress kerja. .html/ (download 25 maret 2008 Sasono. E. 2004. Mengelola stress kerja. Universitas Pandanaran. Semarang. www.google.com ( download 1 april 2008 ) Dr. Piers Steel .1978. Prokrastinasi. dalam www.google.com. ( download 28 Maret 2008) Azwar. S. 2005. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gufron, M. N. 2003. Hubungan Kontrol Diri & Persepsi Remaja terhadap penerapan Disiplin Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik. www.damandiri.com (download 25 maret 2008)